Download - bu tamparlah mulut anakmu
Ibu, Tamparlah Mulut AnakmuSekelumit Catatan Harian
@Emha Ainun NadjibHak cipta dilindungi undang-undang
All right reserved
Cetakan Pertama, Januari 2000Cetakan Kedua, Maret 2000
ISBN 979-9010-09-8
Kata Pengantar: D. Zawawi ImronPenyunting: Mathori A Elwa
Disain Cover & Gambar: Wenk MohanPra-cetak: Sigit-Brodin-Fajar
Penerbit ZaitunaDk. IX tamantirto kasihan Bantul YogyakartaTromol Pos 10 Kasihan Bantul Yogyakarta
Telp./Fax 0274-376574email: [email protected]
home page: http://www.padhang-mbulan.web.id
Distributor:CV Adipura
Jl. Mangunegaran Kidul No. 8Yogyakata 55131 Telp. 0274-373019
Daftar Isi
Kabar dari Redaksi—5Ibunda di Mata Cak Nun (SebuahPengantar: D. Zawawi Imron)—19Daftar Isi—35Iftitah: (Sajak) Ibunda—39
1. Anakmu Belum Juga Sembuh, Bu—472. Do’a Ibu tak Pernah Ganti—533. Pertolongan Allah Tidaklah untuk Ditunggu, tapi untuk
Dikerjakan—574. Agar Pantas Menjadi Penghuni Do’a Ibu—615. Ibu, tamparlah Mulut Anakmu—656. Anakmu Risih kepada Embel-embelnya—697. Bendunglah Mulut Anakmu—738. Bekerja itu Memproduksi Tenaga—779. Inilah Anak-anakmu yang Hina—8110. Besar dan Kecil, Permainan Apa, Bu?—8511. Kebanggan untuk Menjadi Kecil—8912. Ilmu Pengetahuan hanya Sebilah Pisau—9313. Ilmu Pengetahuan dan Tindakan Nyata—9714. Ajaran tentang Kesamaan—10315. “Apa tho Nak, Emansipasi itu?”—10716. Bergurulah kepada Kebersahajaan—11117. Perampok, Perlawanan, Dendam—11518. Syukur, Ibu Menjadi Rakyat—11919. Fakir di Hadapan Allah—12320. Ibu, Kelupaslah Topeng Anak-anakmu Supaya mengerti Islam—
129
Khatimah: (Sajak) Ibunda—135Kamus—139
Iftitah:Ibunda
Ibumu adalahIbunda darah dagingmuTundukkan mukamuBungkukkan badanmuRaih punggung tangan beliauCiumlah dalam-dalamHiruplah wewangian cintanyaDan rasukkan ke dalam kalbumuAgar menjadi jimat bagi rizkidan kebahagiaanmu
Tanah air adalah Ibunda alammuLepaskan alas kaki keangkuhanmuAgar setiap pori-pori kulitmu menghirup zat kimia kasih sayangnyaSentuhkan keningmu padahamparan debuReguklah air murni darikandungan kalbunyaKarena Ibunda tanah airmu itulah pasal pertama setiap kata ilmu dan lembar pembangunan hidupmu
Rakyat adalah Ibunda sejarahmuRakyat bukan bawahanmu,melainkan atasanmuJangan kau tengok mereka ke bawah kakimu, karena justru engkau adalah alas kaki mereka yang bertugas melindungi kaki mereka dari luka-lukaRakyat bukan anak buahmuyang engkau berhakmenyuruh-nyuruh dan mengawasi
Rakyat adalah Tuanmu,yang di genggaman tangannya terletak hitam putih nasibmudi hadapan mata Tuhan
Rakyat adalahIbunda yang menyayangimuTakutlah kepada air matanya, karena jika Ibunda menangis karena engkau tusuk perasaannya,Tuhan akan mengubah peranNya dari Sang Penabur Kasih Sayangmenjadi Sang Pengancam,Sang Penyiksa yang maha dahsyatIbunda darahmuIbunda tanah airmuIbunda rakyatmuAdalah sumber nafkahmu,kunci kesejahteraanmu serta mata air kebahagiaan hidupmu
Pejamkanlah mata,rasakan kedekatan cintanyaSebab ketika itu Tuhan sendiri yang mengalir dalam kehangatan darahnyaKalau Ibunda membelai rambutmuKalau Ibunda mengusap keningmu,memijiti kakimuNikmatilah dengan syukurdan batin yang bersujudKarena sesungguhnya Allah sendiri yang hadir dan maujudKalau dari tempat yang jauh engkau kangen kepada ibundaKalau dari tempat yang jauh ibunda kangen kepada engkau,
dendangkanlah nyanyian puji-puji untuk Tuhanmu
Karena setiap bunyikerinduan hatimu adalahSebaris lagu cinta Allah kepada segala ciptaanNya
Kalau engkau menangisIbundamu yang meneteskan air mataDan Tuhan yang akan mengusapnyaKalau engkau bersedihIbundamu yang kesakitanDan Tuhan yang menyiapkanhiburan-hiburan
Menangislah banyak-banyakuntuk IbundamuDan jangan bikin satu kalipunIbumu menangis karenamuKecuali engkau punya keberanianuntuk membuatTuhan naik pitam kepada hidupmukalau ibundamu menangis,para Malaikat menjelma jadi butiran- butiran air matanyaDan cahaya yang memancar dari airmata ibunda membuat para malaikat itu silaudan marah kepadamuDan kemarahan para malaikat adalah kemarahan suci sehingga Allah tidak melarang mereka tatkala menutup pintu sorga bagimuIbu kandungmu adalahibunda kehidupanmuJangan sakiti hatinya, karena ibundamu akan senantiasa memaafkanmuTetapi setiap permaafan ibundamu atas setiap kesalahanmu akan digenggam erat-erat oleh para malaikat untuk
mereka usulkan kepada Tuhan agar
dijadikan kayu bakar nerakamu
Rakyat negerimu adalahibunda sejarahmuDemi nasibmu sendiri janganpernah injak kepala merekaDemi keselamatanmu sendiri jangancuri makanan merekaDemi kemashlahatan anak cucumu sendiri jangan pernah hisap darah merekaJangan pernah rampok tanah merekaSebab engkau tidak bisa menangatas Ibundamu sendiriDan ibundamu tidak pernahingin mengalahkanmuSebab pemerintahmu tidak akanbisa menang atas rakyatmuSebab rakyatmulahibunda yang melahirkanmuSerta ia pulalah yang nanti akanmenguburkanmu sambil menangis,karena ia tidak menjadi bahagiaoleh deritamukarena ibu sejarahmu itutidak bergembira oleh kejatuhanmu
Ibundamu,tanah airmu,rakyatmuTak akan pernah bisa engkau kalahkanEngkau merasa menang sehari semalamEsok pagi engkau tumbangSementara Ibundamu,tanah airmu, rakyatmuTetap tegak di singgasana kemuliaan
Emha Ainun NadjibSenin, 15.12.1992
Anakmu Belum Juga Sembuh, Bu
19.8.1985, 07.12Anakmu Belum Juga Sembuh, Bu.
Qul in-dlalaltu fa-innama adlillu‘ala nafsi, a-inihtadaitu fa-bima yuhailayya rabbi, innahu sami’un qarib.Allahumma-j’al qalbi nur, wa-sami’i
nur, wa-bashari nur, wa-lisani nur, wa-yadayya nur, wa-rijlayya nur, wa jami’a
jawarihi nur, ya nurul anwar.
Semoga mendiang Ayah menyaksikananaknya menuliskan beratus rasa
dosanya ini, yang ia mulai pada hariulang tahun wafatnya yang kedua belas.
Semoga jika tulisan anaknya initernyata mengandung dosa yang baru,
tak menghambat perjuangannya didepan gerbang Allah. Semoga tegar dancerahlah jiwanya di dalam menempuhproses cinta kasih-Nya yang kedua, takberkurang oleh anaknya yang lamban
untuk menjadi shaleh seperti yangsecara amat mendalam selalu dicita-
citakannya.
Anakmu Belum Juga Sembuh, Bu.
untuk apa ia mengembara seperti oranggila sekian lama? menabung cemas,
kekacauan, syubhat di sekitarkeadannya, tuduhan dan pertanyaanyang barangkali tak terjawab hingga
kapan pun?
Anakmu dikepung rasa sia-sia, rasabersalah, rasa amat kotor, rasa banyak
bacot, rasa tak berbuat—dan Ibu dudukabadi di hadapan jiwaku, dengansenyum yang bagai tak tertang-
gungkan.
Mustinya anakmu bertugas menulisbuku, dan ia telah tuangkan rangka
beserta judul-judulnya yang seram. Tapibegitu jijik ia kepada dirinya sendiri.
Untuk apa semua reka-reka intelektualitu, sesudah sekian ratus tulisan
berakhir sebagai tulisan itu sendiri?Buat apa ia melesat begitu tinggi ke
langit-langit pikirannya, untuk kemudi-an kaget ketika menatap sekelilingnya,
dan meludah tatkala menemukanwajahnya sendiri d kaca? Apa arti
semua kesibukan menggebu-gebu ini,sesudah rangkaian demi rangkaian
kembang berangkat luruh oleh karenatak ada potdan ladang? Sesudah sekianaransemen lagu gagal memasuki iramamusik zaman yang dengan besar kepala
hendak diubahnya?
Mungkin anakmu terlalu mendalammelukisi fantasi sorgawinya, sehinggagagal memijakkan kaki secara utuh diatas tanah kehidupan yang bersahaja.Mungkin anakmu terlalu perduli ter-haap kekecewaannya atas dunia yangberlangsung tidak seperti yang dike-
hendakinya, padahal siapa tahu itu taklebih dari kekecewaannya terhadapdirinya sendiri. Mungkin anakmu
sedang kehabisan kepercayaan tehadapdirinya sendiri.
Ibu, Ibu, lihatlah anakmu ternyatahanya seekor anak ayam.
Seekor anak ayamyang ciap-ciap kedinginan.pantas awet sakit jiwanya.
Apakah ia akan mati beku, Bu?Tapi biarkan ia belajar mandi.
Cinta adalah rem, pembijak,pengarif, yang terkadang nikmat
terkadang sakit bagi kemungkinanpembunuhan atau permusuhanyang dipotensialkan oleh ilmupedang. Ini berlaku pada skala
manapun. Di kesempitan pergau-lan sehari-hari hinga di keluasan
peradaban. (EAN)
Doa Ibutak Pernah Ganti
19.8.1985, 00.36
Ibu, engkau duduk di hadapanku.Ibu tak bisa mati dalam hidupku.
Sampai larut malam usia wadagkunanti, Ibu memanggang cintaku.
Pandangan mata Ibu tak menagihapapun. Tapi aku akan menyicil bayar-an demi bayaran, dalam perdagangan
dengan Tuhan yang aneh.
Doa Ibu tak pernah ganti. “Allahperkenankan dan kurung anakku dalamijaah-Mu untuk berdiri membela kaum
fakir miskin. Allah, istaqim aladi,tegakkan kaki anakku. Allah nawwirqalbuhu, cahayai hatinya. Allah pe-lihara imannya. Isikan tawakkal dan
sabar di dadanya. Allah penjaga waktudan ruang. Allah pengangon hari danmalam. Alladzi la tudrikuhul-abshar
wa-huwa yudrikul-abshar. Allah yangtak terlihat, yang melihat, yang me-nyediakan segala hal tak terduga....”
Doa Ibu mengangkat tanganku untukmenampar mukaku sendiri yang hina.Doa Ibu lugu dan sungguh-sungguh.Ibu tak tahu slogan, dan manusia tak
bisa menyelenggarakan pameranapapun di hadapan Tuhan. Doa Ibu
memantulkan hidup Ibu. Kata-kata ibumemproyeksikan keringat Ibu.
Ibu duduk di hadapanku. Desa kita dandunia berkecamuk di antara kita.
Airmuka Ibu selalu bertanya apakahanak-anak Ibu bukan beberapa lembar
daun kering yang melayang-layangdisebul angin. anak-anak Ibu harus
menjawab, dan anak-anak Ibu belummakin mampu untuk menjawab.
Kita semua ini tidak bisaberharap apa-apa kepada dunia,tidak bisa berharap apa-apa ter-
hadap negara, tidak bisa berharapapa-apa pada Parpol, tidak bisa
berharap apa-apa kepada Pemilu,tidak bisa berharap apapun sajayang lemah-lemah di dunia ini.Tidak berarti saya mentidakkan
semua yang di atas, tetapi keter-gantungan kita yang utama hanya
kepada Allah Swt. dan kepadasyafaat Rasulullah Saw. (EAN)
Pertolongan AllahTidaklah untuk
Ditunggu, tapi untukDikerjakan
20.8.1985,6.50.
Ibu, anak-anak Ibu mensyukurikebelummampuan itu, dengan cara
mengadilinya, di hadapan Ibu.Anak-anak Ibu harus tahu bagaimanamempermalukan dirinya sendiri, me-natap kegagalannya, kemunafikannya
serta kebelumberartiannya.
Wa-nuridu an-namuna ‘alal-ladinatudl’ifu fil-ardl, wa-naj’aluhumu-l-waritsun.
Dan Kami menolong orang-orang yangdilemahkan, menjadikan mereka se-
bagai pemimpin dan pewaris.
Tidak ada pembela kaum fakir miskin,kecuali dirinya sendiri. Ibu, anak-anak
Ibu adalah bagian dari kaum yangdilemahkan hampir secara apapun oleh
suatu susunan kekuatan yang mem-belakangi Allah. namun Ibu telah
mengajari dengan seluruh teladan usiakehidupan Ibu, bahwa pertolongan
Allah tidaklah untuk ditunggu, melain-kan untuk dikerjakan. Anak-anak Ibu
juga tak akan menjadi pemimpin.Aimmah dan waritsun adalah seluruhkaum fakir, apabila mereka berusahamenabung kekuatan untuk memimpindan mewarisi kedaulatan Allah atas
bumi dan kehidupan.Ibu, engkau duduk di hadapanku. Ibu
engkau bersungguh-sungguh dengansemua itu. Anak-anak Ibu pun ber-
sungguh-sungguh, tapi kesungguhankami cacat. Ibu mengisi hari dengansembilan amal dan sebiji qaul. Anak-anak ibu sebaliknya, bersibuk dengantumpahan kata yang amber, meneng-
gelamkan jumlah dan makna kerja yanghanya sekelumit.
Dan kini, untuk mengacari wajah yangpenuh huruf ini, anak Ibu tetap juga
memerlukan ribuan kalimat lain sepertisampah yang pawai menggerunjal di
sungai.
Tuhan menyediakan naluri danbenih akhlaq untuk saling berbagi,saling menyejahterakan. manusiadianugerahi bakat untuk merasa-kan nikmat dalam berjamaah. Tak
ada manusia yang aslinya sanggupmerasa tentram jika di sisinya adasaudaranya yang kelaparan, ataumampu tidak gelisah jika di depanmatanya ada siapapun yang me-ngalami luka penderitaan. (EAN)
Agar pantas MenjadiPenghuni Doa Ibu
20.8.1985, 13.11
Tak ada cara lain buat hari ini, Bu,sebelum anakmu mengakhiri perannyasebagai gelandangan mbambung gila dieropa dan kembali ke desa mencopot
sepatu.
Namun anakmu berharap cacatnyaboleh sedikit berkurang, karena kutulis-kan semua ini di hadapan Ibu. Denganbegitu aku memperoleh kesempatanuntuk memojokkan diri. Di hadapanIbu anakmu tak bisa berbohong, takbisa menaburi pikiran-pikirannya
dengan kembang-kembang, tak bisabercerai dari realitas yang kita
pijak, tak bisa mengumbar kemulukan-mulukan pikiran yang tak
memperdulikan apa habl dan hikmah-nya terhadap kaki menggeremat darikehidupan. di hadapan Ibu anakmutidak bisa mengambil posisi sebagaiseniman, budayawan, ilmiawan, atauapapun yang biasanya mempersyarat-kan suatu jarak tertentu dari kenya-
taan; dan biasanya pula gagalmenghindarkan tidak terkontrolnya
abstraksi-abstraksi oleh bumikenyataan. Posisi dan jarak itu hanyaanakmu perlukan sebagai suatu cara
memandang yang kadangkaladiperlukan.
Selebihnya anak Ibu tahu, kata-kata
tidak merdeka dari perbuatan, muluttidak steril dari manusia si empunya,
ide tidak otonom dari sikap, pemikiranbukan centelan kelopak bunga plastikdi pot mentalitas. anak-anak Ibu harus
mengadili sejarah hidupnya untukbertanggungjawab terhadap etika kaffah
itu, setidaknya agar mereka pantasmenjadi penghuni dari doa-doa Ibu.
Kewajaran matahari adalahmenerangi dengan adanya dan
menggelapkan dengan tiadanya.kewajaran angin adalah menafasidan melemparkan. Kewajaran airadalah meminumi dan meneng-gelamkan. Kewajaran manusiaadalah kesetiaan berjuang me-
manage dan mengadilkan takarancahaya matahari agar menye-
hatkan, takaran kendali angin agarmenyamankan, takaran luas tanahagar menyeimbangkan, serta ta-karan nyala api agar mematang-
kan. (EAN)
Ibu, TamparlahMulut Anak-anakmu
20.8.1985,00.51
Ibu, engkau duduk di hadapanku.Ibu jadilah hakim yang syadid, yang
besi, bagi anak-anakmu.
Jika kutulis ini sebagai buku netral,pengadilan akan empuk. Setiap kata
dari beribu bahasa bisa dipakai untukmementaskan kepalsuan. seratus ahlipenyusun kalimat bisa memproduksipuluhan atau ratusan ribu rangkaian
kata yang bebas dari kenyataan dan daridiri penyusunnya sendiri.
Kebebasan itu bisa sekedar berupaketerlepasan kicauan intelektual dari
dunia empiris, tapi bisa jugamerupakan kesenjangan antara sema-ngat ilmu—yang di antara keduanya
membentang kemunafikan, in-konsistensi atau bentuk-bentuk
kelamisan lainnya.
Syair tidak bertanya kepada penyairnya.Ilmu tidak menguak ilmiawannya.
Pembicaraan tidak menuntutpembicaranya. Tulisan tidak meminta
bukti hidup penulisnya. Ide tidakkembali kepada para pelontarnya.
Ibu yang duduk di hadapanku, iniadalah kritik anak-anakmu sendiri.Allah melaknat orang yang mencariilmu untuk ilmu. Al-‘ilmu lil-‘ilmi.
Ilmu menjadi batu, dan para pencariilmu menyembah bau-batu, berhala-
berhala yang membeku di perpustakaandan pusat-pusat dokumentasi serta
informasi.
betapa penting dokumentasi, tetapiilmu tidak dipersembahkan kepada
museum apapun, melainkan kepada apayang bisa dikerjakan hari ini oleh para
penulis di lapangan, bukan dikahyangan.
Ibu, tamparlah mulut anak-anakmu.
Orang yang bertahun-tahunmempelajari mana yang benar danmana yang salah dalam kehidupan,
tidak dijamin memiliki kebenaranmental untuk mengemukakan
sesuatu hal itu benar dan sesuatuhal itu salah. Tinggi dan luasnya
Ilmu pengetahuan seorang cende-kiawan tidak menjanjikan jaminanmoral. Artinya, dari kenyataan itutercermin ketidaktahuan kemanu-
siaan. Di dalam diri seseorangtidak terdapat keterkaitan positifantara, pengetahuan, ilmu, men-
talitas dan moralitas. (EAN)
Anakmurisih kepada
Embel-embelnya
20.8.1985,06.50
Ibu, mungkin saja nakmu di-hinggapi oleh rasa bersalah intelektual
yang berlebihan. Tapi justru di hadapanIbu anakmu memperoleh ruang yang
lebih bebas untuk mengemukakansudut-sudut pandang seperti ini dalam
memandang dan mengucapkan segala sesuatu.
Anakmu merasa banyak—dari caraberpikir—yang ingin ia kemukakan
akan nampak sepihak dan sangatfanatik membiaskan suatu perasaan
subjektif sebuah lapisan masyarakat.
Ia tentu saja nampak sepihak, karenatak lain ia memang merefleksikan
sebuah pihak. Bahkan ia adalah bagiandari pihak itu sendiri, yang selama inikedudukannya hanya diamati, ditelan-
jangi dan disorong kesana kemari tanpapernah bersuara. Apa yang disebutperasaan subjektif sebuah lapisan
masyarakat itu justru apa yang hari iniseharusnya tampil. Bukan ditampilkan,
tapi menampilkan diri—ketika paraahli tarik suara lebih sibuk melihat-
lihat dan mengucapkan penglihatannyaitu dari sudutnya.
Ibu, lihatlah anakmu pun sibuk beter-bangan di angkasa. Anakmu marginal.
Anakmu bertarung di dalam dirinya
sendiri. Anakmu malu semalu-malu-nya. Anakmu risih kepada dirinya
sendiri, kepada sayap-sayapnya, embel-embelnya. Ibu makin rajinlah berdoasupaya anak-anakmu pantas mengga-bungkan diri ke dalam cita-cita doa
Ibu. Ibu, anak-anakmu sudahmeletakkan sukma mereka di kaki Ibuyang pecah-pecah penuh tanah becekdesa, tapi bantulah meraih kembali
anggota-anggota badan mereka yangtercecer dan bertaburan di udara. Ibu,tariklah kami lebih dekat ke pihakmu.
Ibu peluklah lebih erat, genggammasukkan ke cinta kasih sosialmu.
Pandanglah sekeliling Anda,pakailah seribu mata, seribu
cara pandang, seribu kerangkateori, seribu kepekaan, dan
kecenderungan agar Anda me-ngetahui bahwa masih banyak
dimensi yang baik pada dimensimanusia. (EAN)
BendunglahMulut Anakmu
20.8.1985,16.00
Ibu, bendunglah mulut anakmuyang terlalu banyak jual jamu dengan
katakata yang tidak terdapat padakebiasaan bahasa berpikir Ibu serta
semua teangga kita di desa.
Ibu, tegurlah dengan kebersahajaanmuagar anakmu membatasi untuk ikut
memeriahkan kemewahan yangdipentaskan di atas kertas-kertas necis
buku-buku, koran dan majalah,makalah-makalah seminar, atau yangdisodorkan di dalam berbagai pawaikefasihan intelektual di kelas-kelas,
ruang konperensi, hotel, kantor, villa,atau auditorium universitas.
Anakmu insyaallah tahu menghargaisemua kesibukan itu, tapi anakmu
sedang mengusap busa-busa mulutnya.Segala yang dibicarakannya dan
ditulisnya seolah terasa kental merasukikisruh sejarah ummat manusia—
termasuk yang berlangsung di desakita. Tapi dari sisi lain sesungguhnya
antara pembicaraan itu dengan keadaantetangga-tetangga kita, kurang saling
tahu menahu.
Kalau ada satu dua butir padi buahanakmu yang sempat berguna, biarlah
ia berguna tanpa kita harusmengingatnya. Yang anakmu kini
sedang lakukan ialah membuktikan
kepada Ibu kehinaan dankerendahannya. Ibu, inilah anakmu
yang sampai hari ini belum lebih suksesdari sekedar membangun beberapa
tumpuk keangkuhan pikiran.
Hidup ini “bejana berhu-bungan“, secara ruang dan
waktu, jatah dan keseimbanganmerupakan tradisi penciptaan
Allah. Sedetik kebaikan dan se-zarrah keburukan selalu mem-peroleh penyeimbang-Nya. Se-
orang yang dirugikan akanmemperoleh ganti rugi. Se-orang yang merugikan akan’ditarik pajak’ oleh hukum
kehidupan . (EAN)
Bekerja ituMemproduksi Tenaga
20.8.19.85,01.15.
Ibu, anakmu bukan berpejam mataterhadap betapa penting perkembangan
pemikiran-pemikiran.Anakmu belum segila itu.
Tapi ia merasa terlibat di dalambelum berhasilnya manusia memfung-sikan ilmu pengetahuan untuk berpacu
melawan laju kebobrokan.Anakmu memusatkan omongannya ini
pada ironi yang anakmu sandangsendiri. Ibu, kami sibuk
merumus-rumuskan keadaan, menitidan menggambar peta masalah,
mengucapkan dan mengumumkannya.Pengumuman itu mandeg sebagaipengumuman. tulisan mengabdi
kepada dirinya sendiri.
Sedangkan Ibu, hampir tanpa kata,berada di dalam peta itu, menjawabnya
dengan tangan, kaki dan keringat.
Kami menghabiskan hari demi hariuntuk mengeja gejala, dengan susah
payah berusaha menjelaskan kepada dirisendiri, sampai akhirnya kelelahan,
lungkrah dan ngantuk—Ibu pula yangdengan tekun memijiti tubuh kami.
Ibu tak kehabisan tenaga. Apakah Ibumenyewanya langsung dari Tuhan?
Ya, Bu. Bekerja itu memproduksi
tenaga. Berpikir, yang hanaya berpikir,selalu menciptakan keletihan, yang
belum tentu ada gunanya.
Manusia hendaknya tahu diri,belajar bertawadlu’ dan mencobamengenali rahasia-rahasia firman-
Nya, atau yang alau memakaibahasa keduniaan manusia; me-ngenali retorika dan diplomasi-Nya. Jangan sekali-kali kita ter-
jebak dalam kandungan dan mem-bayangkan allah memiliki ke-
pentingan atas kehidupan dansegala pekerjaan kita . (EAN)
Inilah Anak-anakmuyang Hina
21.8.1985,08.24.
Ibu menghidupi kerja-kerja kecil,kami menggelembungkan pikiran-
pikiran besar. kaki ibu yang telanjangberjalan menapaki jalanan desa yang
blethok, menyingkirkan batu-batuuntuk dijadikan pagar atau tembok.
kami terbang ke angkasa—denganbiaya amat mahal. waktu yang berulur-
ulur dan hiasan sayap yang warna-warni—sambil mata silau oleh cahaya
matahari, menengok ke bawah,menyimpulkan perlunya memijakkan
kaki di tanah jalanana hidup, merancangbagaimana taktik dan strategi yangterbaik untuk menyingkirkan batu-
batu, memproduktifkannya untuk mem-bangun pagar atau tembok.
Pelaksanaannya, kami pasrahkan kepadahari esok, karena tenaga dan waktukami sendiri lebih bermanfaat bagi
sesuatu yang lain.
kami memikirkan, sambil diangi olehsubsidi dan biaya proyek. Ibu menger-jakannya dengan dibiayai oleh Tuhanata entah siapa. kami mendiskusikan,
menseminarkan, mengasumsi, menyim-pulkan, mendokumentasikan. Ibu
melakukannya. Ibu melakukan tanpapernah mendengar atau apalagi mema-
hami segala isi diskusi demi diskusiyang selalu harus berkepanjangan dan
mengulang-ulang. Ibu melakukannya,persis seperti yang akhirnya dianjurkan
oleh diskusi itu. Ibu melakukannya,sejak jauh sebelum terselenggara
diskusi-diskusi itu.
Anak-anak Ibu kulakan tema-temabesar, mungkin karena terpaksa melari-
kan diri dari kegagalan mengerjakanhal-hal kecil. Ya. Inilah anak-anakmuyang hina, Bu. gagal bersilaturahmidengan lingkar-lingkar kecil dari ke-hidupan, kemudian malah melompat
memasuki kancah kisaran besar sejarah.Anak-anak yang membutuhkan waktu
begitu panjang untuk proses sedikittahu diri.
Banyak orang yang menyangkakaum yang beribadah memerlukanpenghormatan dari semua manu-sia, padahal penghormatan atau
karomah yang sejati dan ber-manfaat dunia akhirat itu hanyayang berasal dari Allah Swt. be-
laka . (EAN)
Besar dan Kecil,Permainan Apa, Bu?
21.8.1985,02.20.
Besar dan kecil. Besar kecil.permainan apa sesungguhnya itu, Bu?
Ibu mengerjakan besar dan kecil hanyaberlaku bagi kedudukan antara Tuhan
dan manusia. Selebihnya kata besar dankecil kita pakai hanya sebagai bahasa,
tidak sebagai hakekat.Namun anak-anakmu meniup balon-balon besar untuk menyembunyikan
kekecilannya—tidak di hadapan Allah--melainkan di hadapan manusia atausesuatu lainnya. Anak-anakmu belummemerdekakan dirinya dari struktur
kasta besar kecil yang menapasi hampirsemua segi perhubungan antara ma-
nusia.Sungguh, di hadapan Ibu anakmuharus bertanya dengan perasaanmendalam, kenapa belum bisa
dihindarkan berlangsungnya tatananyang demikian keras membedakan
antara yang kecil dengan yang besar?Orang derajat kecil orang derajat besar?
Ekonomi kecil ekonomi besar? Ke-sudraan sosial kecil kepriyaian sosial
besar? Serdadu ilmu kecil dan ksatriyailmu besar? Rendah diri dan besar kepala?
Pertanyaan itu harus dipelihara sepertimenjaga mutiara hati kecil yang tak
pernah terlihatdan amat jarangdisadari. Pertanyaan itu menyimpan
cita-cita yang tidak masuk akal, namun
lebih tak masuk akal lagi apabila kitamembatalkannya sebagai cita-cita.Pertanyaan itu harus disirami ke-
suburannya, seperti kita diam-diam takpernah melepaskan nurani yang tera-
mat lembut, meskipun ia menjadibahan tertawaan di tengah kesibukanpasar, di riuh lalulintas yang pusing
kepala. ‘
kita tidak perlu menjadi nabiuntuk menanganpanjangi kete-rangan Allah yang selama ini
diremehkan orang. “Siapa bersyu-kur akan kutambahkan rahmat-Ku, siapa ingkar akan kusiksa
sedahsyat-dahsyatnya.“ Kita tidakharus beridentitas Rasul untuk
mengabarkan rasa takut kepada-Nya yang menegaskan “Afahasib-
tum annama khalaqnakum ‘‘abatsa.“ (kalian pikir Kuciptakan
semua ini untuk iseng-iseng?). (EAN)
Kebanggaan untukMenjadi Kecil
22.8.1985.5.54.
Ibu, putra sang kecil dilahirkanbuat mendendam kekecilannya dan
merintis kebesaran, dalam suatu pahamtentang kecil dan besar yang dinapas-kan secara feodal dan diskriminatif.Kecil dan besar tak lagi terpeliharauntuk tetap mampu mengucapkan
kesamaan, oleh karena sejarah men-didik serigala untuk memakan ayam.
Ibu di hadapanku, jika ada permatawarisan paling berharga yang pernah Ibu
tanamkan dalam jiwa anak-anakmu,maka itu adalah penolakan atas ke-
besaran serigala, serta kebanggan untukmenjadi kecil di dalam susunan kasta
yang harus disikapi.
Setiap yang kecil didorong untukmenyongsong dan memasuki kancahbesar. Pertama, karena yang besarlah
memang alamat dari segalaperlawanan. Kemudian yang besar
pulalah arena yang paling tepat dan amanbuat bergabung. Segala kata yang necis,perjuangan, perubahan, perkembangan,cita-cita, kemakmuran, kebahagiaan danhari depan, ditaruh di lingkaran besar.Ketika kemudian hujan turun dengan
lebatnya, lunturlah segala gincukenecisan itu, tinggal kata kosong. Sebabyang besar—dalam pengertian itu—hanya
bisa dipentaskan dengan perangkat-
perangkat kongkret kekuasaan, dengansenapan dan struktur kepunggawaan.
Putra sang kecil dipacu untuk menjadibesar. Menjadi besar bukanlah
mengupayakan prestasi kemanusiaandalam kaitannya dengan harkat hidup.
Menjadi besar tidak menjadi kecil,meleset dari kekecilan, melepaskan diridari yang kecil, mengatasi, menguasai
dan mengangkangi yang kecil.Berlangsung tahun demi tahun dalam
sejarah di mana sekolah, yangmembesarkan anak-anak kecil, adalah
perahu yang berguna untukmeninggalkan masyarakat, adalah tangga
yang bermanfaat untuk memanjat kesuatu tingkat di atas pundak rakyat.
Menjadi besar ialah kesulitan untuk tidakmeninggalkan yang kecil.
Ujian utama Allah ialah matapelajaran uang.Uang itu adalah ketas ujian,meskipun tidak berarti bahwadunia membutuhkan sebanyakmungkin pengemis dan orangmiskin, agar makin banyak pulajumlah kaum sufi yang menjadimatang sesudah mempetualangiujian. (EAN)
Ilmu PengetahuanHanya Sebilah Pisau
22.8.1985, 17. 54.
Ibu, orang sudah sangat terbiasadengan kenyataan itu, sehingga kurang
bisa menyadari lagi.
Namun anak-anakmu turutbertanggungjawab apabila orangmengatakan: ilmu pengetahuan
semakin tinggi, manusia semakinpandai, tapi itu tak harus berarti bahwakehidupan semakin sehat dan permai.
Aneh Bu. kepandaian seolah-olahmeruapakan suatu dosa, ketika denganke-makin-pandai-an itu manusia tidak
dengan sendirinya mampumembengkeli kehidupan ini untuk
menjadi kendaraan sejarah yang lebihnyaman bagi penumpang-
penumpangnya.Satu-satunya yang bisa meringankan
tanggungjawab ialah kenyataan bahwaanak-anakmu tak semakin ikut pandai,
meskipun bisa dikemukakan bahwasikap ilmu pengetahuan yang kini
makin tinggi itu terlepas atau melepas-kan diri dari kewenangan soal
kesehatan kehidupan masyarakat,kepermaian dan kebaikannya.
Ilmu pengetahuan hanya sebialh pisau.Soal sehat dan baiknya kehidupan
masyarakat ditentukan oleh sifat hasratpenggunaan pisau itu.
Ketika sistem pendidikan dan
kampanye-kampanye pembangunanmengkinasihkan ilmu pengetahuan danmenganaktirikan asah-asih-asuh hasratbaik, sejarah pasti dipermalukan olehironi antara megahnya ilmu penge-tahuan dengan busuknya bau borokkehidupan. Lebih ironis lagi apabila
ilmu pengetahuan hanya mampumenjumpai dirinya di dalam simbola-
simbola formal, sekolahan, buku-buku,perpustakaan, isyarat-isyarat social
budaya yang disebut intelektual. Duniaintelektual bisa hanya menjadi bahasaperdewaan modern, yang memonopolikasta keilmuan, dan oleh karena itu ia
memiskinkan dirinya sendiri.
Dunia keilmuan bisa menjadi minyakbagi air melimpah pengetahuan yangdikandung oleh hasrat dan kerja baikkemasyarakatan. Jarak antara minyak
dan air tidak hanya merupakanjarak antara teori dan praktek, antara
kata dan realitas, antara meja danmedan, antara pembayangan dan
lapangan; tapi ia juga bisa menawarkansuatu sosok sejarah yang sama sekaliberbeda dengan yang dicita-citakan,ketika pisau ilmu pengetahuan yangamat tajamitu tergenggam di tangan
hasrat tak baik kemanusiaan.Anak-anak Ibu berlindung kepada
Allah dari ‘ilmun la yanfa’. Dari ilmutak bermanfaat. Apalagi dari ilmu yangdimudlaratkan, pisau yang ditikamkan.
Ilmu Pengetahuandan Tindakan Nyata
22.8.1985, 23. 48.
Ibu hampir tak pernahmengajarkan ilmu pengetahuan
apapun—seperti yang kini dikenalsecara gencar oleh dunia—kepada anak-
anakmu.
Ibu memacu, memberi contoh danmenarik tangan anak-anak Ibu untuk
memelihara hasrat baik tanpa istirahat.Ilmu pengetahuan tak susah dicari.Tapi membina hasrat baik, niat-niat
sosialitas, gairah kemasyarakatan—ditengah dunia yang teus menatar
bagaimana hidup mentang-mentang—adalah pekerjaan yang tak bisa
dibandingkan dengan membaca seratusbuku tebal. Orang-orang yang diguyur
hujan rejeki akan makin jauh darikeinginan mendirikan pagar, orang-
orang yang terpepet dan terpojok akankarib dengan hasrat mencuri.
Ibu tak mungkin bisa berceramahkepada anak-anakmu tehnik
komunikasi dan teori penyadaranrakyat seperti anak-anakmu selalu
casciscus di mana-mana; siapapun tahubahasa Indonesia Ibu tak lebih baikdisbanding Pak Harto. Ibu hanyamenyeret anak-anak Ibu,berjalankeliling desa, bertemu, menabung
tawashau bilhaq wa-tawashau bishabr,
ngobrol di dapur dengan Ibu demi Ibudi seantero desa.
Bertanya apakah masih punya rukuhuntuk sembahyang. Merundingkan
apakah Ibu-ibu tertentu tak bermaksudmembantu penghasilan suaminya
dengan usaha ekonomi kecil-kecilanyang modalnya nanti bisa dirundingbersama. Merembugkan apakah di
antara para penguyang tak dibutuhkansemacam perkumpulan yang bisa saling
menolong dan menguatkan, atauapakah parapetani kecil tidak butuh
kumpul-kumpul siapa tahu bisamerancang paguyuban yang merajutkekuatan lidi-lidi tercecer di antaramereka. Ibu juga membuka pintu
rumah selebar-lebarnya bagi semua Ibu-ibu untuk menyicil usaha-usaha
keagamaan, sosial budaya dan ekonomi.
Ibu menekuni kegiatan-kegiatan kecildan bersahaja, yang anak-anakmu gagalmemperhatikannya untuk waktu yang
tak pendek.Ibu menekuninya, tanpa suatu
kompleks untuk minta dianggap bahayang kecil itu mengandung kebesaran,bahwa kuantitas mini itu mengandung
kualitas maksi. Juga di luar ukuranbahwa yang besar itu superior atas yangkecil, atau justru yang kecil it menjadiistimewa disbanding yang besar. Ibumelakukan sesuatu tidak untuk meng-
gilirkan pemeran kecil menjadi pe-meran besar, atau supaya yang kalahmenjadi menang dan yang menang
menjadi kalah.
Anak-anakmu mengerti, Ibu, bahwaapabila Ibu berdoa Robbi, inni
maghdlubun fantashir, tidaklah untukmemproses dari posisi dikalahkanmenjadi pemenang atas orang lain.
Anak-anakmu mengalami bahwa kalaubagi Ibu kemenangan hanya berada ditangan wewenang Allah, itu bukanlahsemacam pernyataan basa-basi para
Ulama atau igauan naïf nilaikeagamaan di hadapan sejarah yang
menarik picu senapan. Anak-anakmuhapal sehapal-hapalnya baha itu
adalah keyakinan polos Ibu yang tidakhanya bersemayam di manik iman Ibu,
melainkan juga memancar di sinarmata Ibu, mengalir dalam darah serta
menggerakkkan jari-jemari kaki tanganIbu.
Orang terlanjur terlalu jauhmembebaskan diri dari “nerakaorang lain”. Individu direbutsedemikian rupa sampai padataraf setiap orang kaget—bahwasesungguhnya banyak bagian daridirinya yang justru bisa ditemu-kan pada orang-orang lain. (EAN)
Ajaran tentangKesamaan
23.8.1985, 07. 15.
Ibu, rasanya belum ada lelaki sejatidalam keluarga kita kecuali Ibu.
Tapi cara berpikir yang demikian itusalah. Keprigelan, kedinamisan,
progresivitas, bukan disumberi olehkelelakian, sehingga wanita yang
memilikinya akan disebut jantan. Elankepemimpinan disediakan oleh Allahdan tak pernah diniscayakan khusushanya buat lelaki. Hubungan antara
makna dan istilah kejantananmencerminkan budaya superior kaumlelaki atas kaum wanita. Superioritasitu membagi nilai manusia tidak kedalam diferensiasi antara lelaki danwanita, melainkan ke dalam kasta
antara keduanya.Itu adalah kasus besar-kecil yang lain.Maka menjadi tidak penting apakah
Ibu lelaki sejati ataukah wanita sejati.Ukuran kesejatian, menurut Ibu,berdasar hanya daya penyesuaianperilaku manusia terhadap iradah
Allah. Bagaimana manusiamenterjemahkan fitrahnya ke dalam
langkah-langkah tugas hidupnya. Lelakimaupun wanita.
Aneh Bu. Ajaran tentang kesamaanterkadang justru datang dari masa
silam. Datang dari Ibu, yang seolah-
olah merupakan hari kemarin dari bajumodernitas anak-anakmu.
Manusia (dengan kualitaspribadi dan posisi sosial) wajibadalah orang yang sangat ber-manfaat bagi saudara-saudara-nya sesama manusia sampai kekadar yang sangat tinggi, se-hingga jangan sampai manusiasemacam itu tidak ada. (EAN)
“Apa tho Nak,Emansipasi itu?”
23.8.1985, 13. 00.
Ibu menjaga hasrat baik agar terusmemenuhi desa, berperang melawan
kelapukan akibat tumpahan hujan darikekuatan-kekuatan yang mengatasi
desa kita.
Mungkin sekedar ‘kelas’ rukuh, tapisoalnya ialah kerajinan Ibu untuk
menerobos dan menelusup, di sampingrukuh memang menyediakan rasa tidakaman bagi kemunafikan. Ibu juga majuke Pak Polisi, angkat tangan memotongpidato Pak Pejabat di mimbar, melayani
segala kesulitan pekerjaan birokratisyang bisanya ditangani oleh kaumlelaki, menampung pertengkaran
suami istri-suami istri, membendungigejala saling benci di antara siapapun,mempertanyakan sesuatu kepada Pak-Pak Pamong, tanpa rasa sungkan ataupakewuh seperti yang lazim diketahuisebagai lender teal pembungkus sikap
sosial orang Jawa. Meskipun tohfrekuensi ketidakberesan yang pada
umumnya tumpah dari atas selalu akanbisa mengubur usaha-usaha hasrat baik
Ibu.
Pasti ada ribuan orang di negeri iniyang melakukan seperti yang Ibulakukan. Ratusan kawan-kawan
anakmu juga mampu mengerjakan
berbagai hal yang penuh arti. Tapilihatlah, apa yang lebih bermutu dari
sepak terjang anakmu ini selainmerengek-rengek?
Banyak hal pada kegiatan kaum wanita di desa kita yang membuat segalapembicaraan tentang masyarakat
patrimonial menjadi terasa aneh. Tetapitoh Ibu juga tak bosan-bosan bertanya
kepada anak-anakmu atau kepadakawan-kawan anak-anakmu yang
datang ke desa: “apa tho Nakemansipasi wanita itu?”
Bisakah kita menumbuhkankerendahan hati di balik ke-banggaan-kebanggaan? masihtersediakah ruang di dalam kitadan di akal kita untuk sesekaliberkata kepada diri sendiri, bahwayang bersalah bukan hanya me-reka, bahwa yang melakukan dosabukan hanya ia, tapi juga kita.(EAN)
Bergurulah kepadaKebersahajaan
23.8.1985, 23. 20.
Justru Ibu yang merundingkandengan para jamaah lelaki di langgar
bagaimana lebih ragam mengisikegiatan langgar untuk mengasah iman,
bahkan juga untuk apapun sajarencana-rencana sosial ekonomi dan
budaya.
Musholla disukmai oleh kumpulan rohpara jamaah, sehingga tak pernah ia
sama sekali runtuh sebagai benteng darisegala lalulintas hasrat buruk yang
disembunyi-sembunyikan. Usaha-usahabersama memungkinkan orang untukmenghindarkan saling tak mau tahu
serta membina rasa batas untuk terlalumau tahu di antara tetangga. mendidik
orang saling menyumbangkan per-tolongan, mempersembahkan kontrol
toleransi, rasa sosial, keislaman.
Ibu juga membikin jembatan yanpahenti-hentinya pada kesenjangan antar
firqah, antar golongan dalam Islam,belajar memperlakukan khilafiyah-
khilafiyah kecil tidak membiarkannyaberkembang menjadi sumber konflikpolitis yang toh itu kesibukan orang-
orang di atas.
Kita orang-orang desa kurang pahamkenapa musti mempertengkarkan baju-
baju, kecuali dikondisi untukberpegangan pada slogan-slogan danprasangka tertentu kepada kelompoklain. Orang-orang desa menjadi ekordari binatang besar yang kepalanyasangat jauh berada di kahyangan.
Apabila kepala itu bergerak,mendongak atau meunduk, ekor pun
ikut menggerakkan diri tanpa mengertipesis apa hubungan semua itu dengankeperluan-keperluan nyata mereka didesa. Para pemimpin yang terletak diperut tidak mampu menterjemahkanekor ke kepala dan menterjemahkan
kepala ke ekor.
Orang-orang di kepal khusyu dengankesibukan-kesibukan besar yang orangekor tidak paham dan tak tahu menahu.Orang-orang di ekor ngunngun dalamketidakmengertian, ketidakmenentuan
dan perasaan-perasaan subjektiftersembunyi yang di daerah kepala tak
tersedia peralatan untuk mendengarnya.
Bertahun-tahun akhirnya perhubungananeh kepala-ekor itu berhasil dikurangi
keberlangsungannya di desa kita,meskipun terakhir anakmu menerimasurat anakmu yang lain yang berkabarbahwa dampak gerak kepala itu mulai
menggejalakan konflik-konflikngayawara yang dulu pernah terjadi di
desa.
Tentulah kini Ibu mendapatkan kerjaanbaru yang mengasyikan.
Perampok,Perlawanan, Dendam
24.8.1985, 07. 15.
Itu sekedar contoh dari yang Ibudidikkan, di hadapan anakmu yang
hanya fasih ngomong, yangmenjalankan syariat-rangka saja tak
lengkap, yang melibatkan diri di dalamurusan-urusan besar untuk macet dan
abstrak.
Mungkin rasa malu anakmu ini ber-lebih-lebihan sehingga untuk sementaraia seolah-olah sengaja kurang mampu
menghargai hal-hal besar yang juga takkurang berarti. I’malu ‘ala
makanatikum inni ‘amil. Kerjakan ditempat dan dengan kapasitasmu
masing-masing, akupunmengerjakannya.
Baiklah, tapi anakmu berharap semogaada perlunya rasa malu seperti ini,
sepanjang dipakai untuk memprosesketepatan tempat dan kapasitas yang
anakmu bisa kerjakan.
Atau barangkali kotoran mual perutanakmu naik setingi-tingginya ke
kepala, di tenah teriakan seribu satukata perjuangan dari mulut lingkungankawan-kawan anakmu di Eropa, yangberulangkali disaksikannya itu semua
berujung di sepiring nasi politik pribadidan semangkuk bakso ekonomi perut
sendiri.
Ah, Bu, tak sedikit anak-anakgenerasimu mengibarkan bendera
perlawanan terhadap para perampoknegeri di bawah suatu psikologi
kesejajaran yang berisi rasa cemburutersembunyi untuk ingin juga
memperoleh giliran merampok.
Tanda kedewasaan adalahtercapainya keseimbangan batin dimana akal pikiran bekerja dengan
emosi untuk saling mengontrol danmembenahi proporsinya masing-
masing. (EAN)
Syukur,Ibu Menjadi Rakyat
24.8.1985, 14. 45.
Anak-anakmu sering ngobrolmensyukuri Ibu dulu mogul sekolah dikelas V Madrasah karena Ayah sudah
kebelet mempersunting.
Dengan sedikit minta maaf kepadaTuhan dan Ibu, anak-anakmu ber-alhamdulillah Ibu tak meneruskansekolah, kuliah, mengalahi karierpribadi menjadi anggota DPRD,
mengurusi masalah-masalah besar yangtak pernah mampu diseleseikannya.Syukur Ibu menjadi rakyat, bukanwakil rakyat, yakni si bukan rakyatyang amat jarang sukses mewakili
rakyat. Lebih dari itu, sudah menjadirahasia umum bahwa amat banyakwakil rakyat yang tak bener-bener
paham apa yang sesungguhnya yangterjadi pada rakyat. Padahal wakil
rakyat musti berada dua langkah didepannya: mengerti apa yang
diperjuangkannya, kemudian berani-cancut memperjuangkannya.
Tentulah itu rasa syukur yang agakkurang ajar. Seolah-olah anak-anak Ibubertepuk tangan atas suatu logika yangmenganggap bahwa dengan begitu Ibu
terpotong kemungkinannya untukmengembangkan diri secara maksimal,
menggarap karier pribadi, reputasi,
sebagai putri bangsa serta kemung-kinan-kemungkinan lain untuk menjadi‘orang’ atau ‘orang besar’. Kekurang-ajaran itu bahkan seolah-olah mengan-
jurkan orang untuk lari dari sekolahdan universitas.
Tidak, Bu. Ini hanyalah rasa syukuranak-anakmu bahwa apa yang Ibu
mampu kerjakan di desa sangat jauhmelebihi segala omong besar dan lagak
modern anak-anakmu. Ini juga suaturasa penasaran bahwa pengertiantentang kebesaran dan kekecilan,
tentang reputasi dan karier, tentangkepintaran dan fungsi social, ada
baiknya terus digosok lagi warna burampermukaannya.
La tahtaqir man-dunaka fa-likullisyai’in maziyyah. Jangan remehkan apa
yang tampak berada lebih rendahdarimu, karena segala sesuatu memiliki
kelebihan. Itu pelajaran mahfudlatsekolah dasar, namun tak dijamin
bahwa seorang sarjana mampumenghidupi terjemahan empirisnya.
Anakmu merasa terlibat di dalamsiratan psikologis kaum yang menyebutdiri intelektual, yang sering tanpa sadarmendemonstransikan tindakan angkuh
yahtaqir man dunahum itu.
Fakirdi Hadapan Allah
24.8.1985, 23. 50.
Ibu, anak-anakmu bergurau—kalauumpamanya Ibu menjadi seorang tokoh,daerah atau nasional, bisa jadi Ibu akanhanya berhenti sebagai hiasan dinding,keris genggaman penduduk kampung
halaman, nama Ibu dikembangbibirkandan disembah-sembah tanpa sesuatu-pun yang jelas yang Ibu bisa kerjakan
bagi para tetangga kita.
Diketik ulang dan di-PDF-kan (di-ebook-kan) olehFaishal Himawan Emkai
(Mahasiswa Semester V Program Khusus Tafsir Hadis Fak. Ushuluddin IAIN Sunan Ampel Surabaya)
0856 4572 [email protected]
http://emha2indonesia.multiply.com/
NB:1- Ebook ini belum lengkap (masih ada beberapa halaman yang belum
diketik) dan belum sempurna (masih ada beberapa kesalahan dalamhuruf, tataletak, dsb.). Mohon doa dan dukungan moril maupun nonmorildemi paripurnanya ebook ini.
2- Ebook ini dibuat tidak dengan maksud melanggar hak cipta. Niat awalhanyalah sebagai sebuah upaya dari pembuat ebook ini untuk menjadi
murid dari guru Emha. Oleh karena itu, bila sang Guru sempatmengakses ebook ini, saya sebagai manusia yang ingin menjadi murid,mohon direstui. Adapun, tujuan lain yang perlu disebutkan disini adalah:sebagai sebuah upaya untuk melestarikan budaya Emha yang menurutsi pembuat ebook, merupakan sebuah budaya yang bisa menjadi solusibagi ke-absurd-an yang mewabah di Indonesia.