TUGAS BESAR
SUPPLY CHAIN MANAGEMENT
“ PT. ANJANI “
Disusun oleh :
Alivinda Difa F. Devi Urianty MR KustaniaProbosuci
(105100703111001) (105100707111001) (105100701111033)
Rachmita P. Sri Amalia M Yulia Dian Ningrum
(105100703111003) (105100702111001) (105100701111009)
Dosen Pengampu : Ika Atsari Dewi
TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
BAB I
PROFIL PERUSAHAAN
Berdiri pada tahun 2012, PT ANJANI merupakan perusahaan sepatu pesta
wanita pertama di Indonesiayang menjual produknya ke seluruh negara. Setiap
model sepatu Anjani hanya dijual 40 pairs untuk setiap modelnya. Sepatu Anjani
mengeluarkan paling sedikit 10 model baru tiap bulannya. Sepatu Anjani dapat
dibeli langsung pada website anjanishoes.co.id atau store anjani yang berada di
Bandung, Indonesia.
Merek : Anjani
Di produksi oleh : PT. Anjani
Jenis produk : Sepatu pesta wanita
Lokasi : Cibaduyut, Jawa Barat, Indonesia
Segmen Pasar :
Jenis kelamin : Wanita
Usia : 17 – 35 tahun
Pendapatan : > Rp 3.000.000
Pekerjaan : Semua kalangan
Target : Konsumen wanita
Positioning : Market Nichers
Faktor rantai pasok : Responsive
Tipe produk : Inovatif
Filosofi :
Made with passion
Made with purpose
Made in Indonesia
BAB II
PLANNING SUPPLY AND DEMAND IN A SUPPLY CHAIN: MANAGING
PREDICTABLE VARIABILITY
2. 1 Predictable Variability
Predictable variability adalah perubahan permintaan yang dapat
diperkirakan.Variabilitas dapat menyebabkan kenaikan biaya dan penurunan
responsivitas dalam rantai pasokan. Perusahaan dapat menangani predictable
variability dengan menggunakan dua pendekatan yaitu managing supply dan
managing demand. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk masing-
masing pendekatan.
Managing supply adalah aktivitas mempertahankan jumlah persediaan
pada tingkat yang dikehendaki. Pada produk barang, pengendalian persediaan
ditekankan pada pengendalian material. Pada produk jasa, pengendalian
diutamakan sedikit pada material dan banyak pada jasa pasokan karena konsumsi
sering kali bersamaan dengan pengadaan jasa sehingga tidak memerlukan
persediaan. Managing supply dapat dilakukan dengan menggunakan kapasitas,
inventory, subkontrak dan backlogs. Managing demand adalah aktivitas
mempertahankan jumlah permintaan pada tingkat yang dikehendaki. Managing
demand dapat dilakukan dengan menggunakan harga diskon jangka pendek dan
promosi.
Dengan mengendalikan supply dan permintaan perusahaan dapat
menangani predictable variability atau permintaan yang dapat diperkirakan.
Permintaan yang dapat diperkirakan jumlahnya maka supply yang harus tersedia
dapat diperkirakan pula. Dengan mengendalikan kapasitas produksi, jumlah yang
diproduksi dapat disesuaikan dengan permintaan yang telah diperkirakan.
Kapasitas dapat direkayasa sedemikian rupa dengan menggunakan beberapa
pendekatan yaitu time flexibility from workforce, use of seasonal workforce, use of
subcontracting, use of dual facilities-dedicated and flexible dan designing product
flexibility into production process. Selain itu supply dapat dikendalikan dengan
mengatur inventory. Dengan mengatur inventory perusahaan dapat mengendalikan
produk yang tersedia untuk memenuhi permitaan yang telah diperkirakan.
Sehingga perusahaan tidak banyak mengeluarkan biaya akibat kelebihan atau
kekurangan persediaan.
2.2 Managing Supply
Pada PT. Anjani untuk managing supply dengan cara managing
capacity, pendekatan yang dipilih adalah use of seasonal workforce. PT. Anjani
memproduksi sepatu dalam model dan jumlah yang terbatas yaitu sedikitnya 400
pairs sepatu setiap bulan. Oleh karena itu PT. Anjani menggunakan pendekatan
seasonal workforce untuk mengendalikan kapasitas. PT. Anjani akan
menggunakan pekerja sementara untuk memenuhi produksi. PT. Anjani
memproduksi pada waktu tertentu saja yakni hanya 1 kali produksi pada tiap
bulan. Dengan menggunakan pendekatan ini PT. Anjani dapat memperoleh
keuntungan yang besar dibandingkan harus menggunakan pendekatan time
flexibility from workforce maupun pendekatan lainnya. Managing inventory
menggunakan pendekatan using common components across multiple products.
PT. Anjani menggunakan komponen yang sama untuk beberapa tipe sepatu yang
berbeda. Misalnya untuk insole dan ousole, PT. Anjani menggunakan komponen
yang sama.
2.3 Managing Demand
PT. Anjani mengelola permintaan dengan cara mengadakan promosi. PT.
Anjani memproduksi sepatu pesta wanita dewasa dalam jumlah yang terbatas,
untuk itu harga per pairs sepatu Anjani cukup mahal yaitu di atas Rp 350.000
hingga mencapai angka jutaan rupiah. Oleh karena tingginya harga sepatu Anjani,
maka strategi yang dipilih untuk mengelola permintaan adalah dengan cara
promosi. Sepatu Anjani akan melakukan promosi pada bulan-bulan dimana
permintaan atas sepatu Anjani rendah dan ada juga promosi bagi musim-musim
tertentu seperti pada saat menjelang Hari Raya, Natal dan tahun baru. Bentuk
promosi yang akan ditawarkan bermacam-macam sesuai dengan kondisi PT.
Anjani, kondisi pasar dan sebagainya. Promosi bisa dalam bentuk potongan harga,
promosi melalui media massa, bonus, dan merchandise. Namun dalam melakukan
promosi, PT. Anjani akan memperhatikan efek forward buying, yaitu pelanggan
yang seharusnya membeli produk itu pada beberapa bulan ke depan malah
membeli sekarang karena adanya promosi. Salah satu cara PT. Anjani
meminimasi adanya forward buying dengan cara tidak memproduksi model
terbaru dan terbatas pada bulan-bulan promosi.
BAB III
MANAGING ECONOMIES OF SCALE IN THE SUPPLY CHAIN: CYCLE
INVENTORY
3.1 Peran Cycle Inventory Bagi PT. Anjani
Sepatu Anjani merupakan produk sepatu pesta inovatif dengan banyak
variasi dan bersifat limited edition yang harganya cenderung tinggi. Ada dua jenis
store yang dimiliki PT. Anjani yaitu Webstore dan Physical Store. Webstore
Anjani menjual produk sepatu Anjani secara online. Pembeli dapat melakukan
pembayaran melalui Bank Mandiri BCA, BNI, dan dapat menggunakan Paypal
bagi pembeli Internasional. Phisycal store Anjani dengan nama Anjani Shoes
Store berada di Dago, Bandung. Customer dapat secara langsung melihat dan
mencoba koleksi sepatu Anjani.
Cycle inventory merupakan jumlah persediaan (inventory) rata-rata sepatu
Anjani yang disimpan pada tahapan supply chain yang disebabkan karena jumlah
pembelian atau produksi yang dilakukan dalam lot lebih besar daripada jumlah
yang dibutuhkan kustomer. Dalam penerapannya, cycle inventory memiliki peran
yang sangat penting bagi PT. Anjani. Cycle inventory berperan dalam penentuan
saldo biaya sepatu Anjani untuk memilih jumlah optimal dari cycle inventory
dalam supply chain. Hal ini berarti cycle inventory dapat digunakan untuk
menentukan kuantitas cycle inventory sepatu Anjani agar lebih rendah. Hal ini
dikarenakan cycle inventory yang rendah adalah lebih baik karena:
Waktu alir rata-rata lebih rendah
Kebutuhan modal kerja lebih rendah
Biaya penyimpanan persediaan lebih rendah
Kemudian, cycle inventory digunakan pula dalam memahami dampak dari
diskon kuantitas pada ukuran lot dan persediaan siklus. Peran cycle inventory
yang lain yaitu dipergunakan dalam perancangan skema diskon untuk rantai
pasokan sepatu Anjani. Kemudian cycle inventory digunakan pula untuk
memahami dampak dari promosi perdagangan terhadap ukuran lot dan persediaan
siklus.
3.2 Biaya-biaya yang Dikeluarkan PT. Anjani dalam Penerapan Cycle
Inventory
Biaya – biaya yang terlibat dalam cycle inventory sepatu Anjani yaitu fixed
ordering cost dan holding cost. Fixed ordering cost (S) merupakan biaya pada
setiap kali pembelian yang tidak tergantung pada jumlah pembelian. Holding cost
(H) adalah biaya penyimpanan inventory pada suatu jangka waktu tertentu,
biasanya dalam jangka waktu 1 tahun. Inventory holding cost terdiri dari Cost of
Capital, Obsolescence (biaya keusangan), Handling cost (biaya penanganan),
Occupancy cost dan Miscellaneous cost. Sedangkan ordering cost terdiri dari
buyer time, transportation costs, receiving cost dan other costs.
Anjani Shoes Store menjual 3 model sepatu pesta Anjani dengan model
Elegant Fairy (EF), Feminine Fairy (FF), dan Cute Fairy (CF). Annual demand
untuk ketiga model tersebut masing-masing EF = 100, FF = 120, dan CF = 150.
Biaya untuk ketiga model tersebut sama yaitu $100. Fix transportation cost
sebesar $800 untuk setiap pengiriman. Terdapat biaya tambahan untuk
penerimaan dan masing-masing storage model sebesar $200, dan ada biaya
holding cost sebesar 20%. Evaluasi lot size yang harus digunakan manajer Anjani
Shoes Store untuk masing-masing model jika pengirimannya independent
(multiple products with lots ordered and delivered independently), maka evaluasi
annual cost untuk kebijakan ini adalah :
Demand (D) per year = EF = 100, FF = 120, dan CF = 150
common order cost (S) = $800
product-specific order cost = $200
holding cost (h)= 0,2
unit cost (C) = $100
EF FF CF
Demand/year 100 120 150
Fixed cost/order $1000 $1000 $1000
Optimal Order Size 100 109,5 122,4
Cycle Inventory 50 55 62
Annual Holding Cost $1000 $1095 $1224
Order Frequency 1/year 1,1/year 1,2/year
Annual Ordering Cost $1000 $1095 $1224
Annual Cost $2000 $2190 $2448
Biaya total = $2000 + $2190 + $2448
= $6638
Kemudian manager Anjani Shoes Store ingin meminimumkan biaya total
tahunan dengan pendekatan cycle inventory yaitu memasukkan 3 model sepatu
pada setiap lot yang diorder secara bersama (products ordered and delivered
jointly) dan evaluasi lot size optimal dari masing – masing model. Jika ketiga
model dimasukkan dalam setiap order, maka:
Fix order bersama untuk setiap order adalah:
S* = S + SEF + SFF + SCF
= $800 + $200 + $200 + $200
= $1400 per order
Optimal Order frequency dapat dihitung sebagai berikut :
n* = √ (D xhC)+(D x hC)+(D x hC)2 x S∗¿
¿
= √ (100 x0,2 x100)+(120 x 0,2 x100)+(150 x 0,2 x100)(2 x1400)
= √ 74002800
= 1,63
Jadi, ketika setiap model ada dalam tiap order dan pengiriman, manajer
produk harus menambahkan 1,63 order setiap tahunnya.
Optimal order size:
QEF = D/ n* = 100/1,63 = 61,3
QFF = D/ n* = 120/1,63 = 73,6
QCF = D/ n* = 150/1,63 = 92,0
Annual Holding cost:
EF = (Q/2)hC = (61,3/2) 0,2 x 100 = $613,49
FF = (Q/2)hC = (73,6/2) 0,2 x 100 = $736,19
EF = (Q/2)hC = (92,0/2) 0,2 x 100 = $920,24
Annual order cost = 1,63 x $1400 = $2282
EF FF CF
Demand/year 100 120 150
Order Frequency 1,63/year 1,63/year 1,63/year
Optimal Order
Size
61,3 73,6 92,0
Cycle Inventory 30,7 36,8 46,0
Annual Holding
Cost
$613,49 $736,19 $920,24
Biaya total = $613,49+ $736,19+ $920,24 + $2282
= $4551,92
Hasilnya manajer Anjani Shoes Store sukses melakukan penurunan biaya
tahunan dari $6638 ke $4551,92 dengan semua pemesanan secara bersamaan.
BAB IV
MANAGING UNCERTAINTY IN THE SUPPLY CHAIN: SAFETY
INVENTORY
4.1 Peran Safety Inventory Dalam Supply Chain Bagi PT. Anjani dan Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Safety Inventory
Sepatu Anjani merupakan produk sepatu pesta inovatif dengan banyak
variasi dan bersifat limited edition yang harganya cenderung tinggi. Ada dua jenis
store yang dimiliki PT. Anjani yaitu Webstore dan Physical Store. Produk PT.
Anjnai yang berupa sepatu pesta ini termasuk pada produk high uncertainty
(ketidakpastian tinggi). Hal tersebut disimpulkan dari ketidakpastian kuantitas
permintaan dan tingginya varietas sepatu pesta yang diinginkan pelanggan.
Safety inventory pada PT. Anjani merupakan persediaan yang dilakukan
oleh PT. Anjani dengan tujuan untuk memenuhi permintaan yang melebihi jumlah
yang diperkirakan dalam suatu periode tertentu. Peran safety inventory bagi PT.
Anjani sangat penting, karena dapat mengatasi tingkat variabilitas permintaan atau
penawaran terutama bagi produk yang memiliki ketidakpastian tinggi, seperti
produk dari PT. Anjani ini. Dengan demikian, dapat mengurangi persediaan
cadangan, sehingga mengurangi waktu tunggu (lead time), mengurangi waktu
aliran material, memperbaiki peramalan, dan akhirnya meningkatkan kesesuian
antara permintaan dan penawaran. Sehingga dengan adanya safety inventory pada
PT. Anjani ini, tingkat efisiensi pada PT. Anjani, ketersediaan produknya, dan
tingkat respon akan semakin tinggi, serta dapat menurunkan biaya persediaan PT.
Anjani. Oleh karena itu, kita perlu menentukan tingkat safety inventory yang tepat
bagi PT. Anjani.
Tingkat yang tepat dari persediaan pengaman ditentukan oleh dua faktor
berikut :
1. Ketidakpastian pasokan atau permintaan
Tingkat ketidakpastian yang lebih tinggi membutuhkan tingkat
persediaan pengaman yang lebih tinggi pada level ketersediaan produk
yang diinginkan. Sehingga PT. Anjani harus memiliki tingkat persediaan
yang tinggi agar dapat menangani ketersediaan produknya. Ketidakpastian
permintaan selama lead time adalah hal yang penting . PT. Anajani juga
harus memperkirakan ketidakpastian permintaan selama lead time, bukan
hanya satu periode.
2. Tingkat ketersediaan produk yang diinginkan
Ketersediaan produk bagi PT. Anjani sangat penting untuk dapat
memenuhi permintaan pelanggan. Hasil stockout terjadi jika ada pesanan
dari pelanggan tiba ketika produk tidak tersedia. Tingkat pemenuhan
produk/fill rate (fr) adalah sebagian permintaan yang dipenuhi dari produk
dalam persediaan. PT. Anjani menyediakan 90 % persen produk sepatu
pesta bagi pelanggan dengan 10 % sisanya kalah dari pesaing yang
berdekatan karena kurangnya persediaan yang tersedia. Dalam hal ini PT.
Anjani mencapai tingkat mengisi produk pada pasar sebesar 90 %. Tingkat
pemenuhan pesanan pada PT. Anjani merupakan sebagian pesanan produk
sepatu pesta yang dipenuhi dari persediaan yang tersedia. Penentuan Cycle
service level (CSL) pada PT. Anjani juga penting karena merupakan
bagian dari siklus replenishment yang berakhir dengan terpenuhinya
semua permintaan pelanggan.
4.2 Continuous Review
Dalam mengambil keputusan berkenaan kapan harus reorder dan berapa
jumlahnya, kita dapat menerapkan Replenishment Policy. PT. Anjani
menggunakan continuous review sebagai kebijakan replenishmentnya. Hal ini
dikarenakan, produk sepatu pesta yang dibuat termasuk produk inovatif yang
memiliki tingkat ketiakpastian tinggi, sehingga diperlukan kebijakan yang bersifat
continuous agar bisa memenuhi ketersediaan produk. Pada continuous
review, persediaan terus dipantau dan pesanan dengan ukuran Q ditempatkan
ketika tingkat persedaan mencapai titik pemesanan kembali ROP (reorder point).
Dengan menggunkan continuous review, PT. Anjani juga mengitung berapa
berapa besar persediaan pengamannya dan tingkat pelayanannya (CSL).
BAB V
DETERMINING THE OPTIMAL LEVEL OF PRODUCT AVAILABILITY
5.1 Dua Faktor Utama Yang Mempengaruhi Tingkat Product Availability
Yang Optimal
1. Biaya kelebihan stok produk
Biaya kerugian untuk setiap unit yang terjual pada akhir musim jual.
Perusahaan hanya memesan dengan perkiraan
Menyeimbangkan persediaan dengan permintaan
Kebijakan perusahaan dalam memonitoring persediaan dan
menentukan persediaan yang harus dijaga
2. Biaya understocking produk
Biaya kerugian karena tidak ada persediaan ditangan dengan
kehilangan pelanggan.
Tidak tersediannya produk dapat mengakibatkan perusahaan
kehilangan pelangggan.
Stock yang habis terjual dan produksi barang yang terbatas merupakan
factor terjadinya biaya understocking produk.
5. 2 Skenario Menanggulangi Overstocking dan Understocking
1. Siklus Optimal tingkat layanan untuk barang-barang musiman dengan
perintah tunggal dalam satu musim
Perusahaan selalu melihat dan menyediakan produk dan layanan
berdasarkan permintaan masa lalu (bulan lalu). Sehingga perushaan
lebih mendapatkan serta memaksimalkan keuntungan yang
diharapkan.
menyediakan pelanggan dengan produk pengganti. Sehingga
pelanggan tidak hilang selamanya.
2. Diinginkan siklus tingkat layanan untuk item terus ditebar.
Ketersediaan produk tingkat tinggi bertujuan untuk meningkatkan
respon dan menarik pelanggan, sehingga meningkatkan pendapatan
untuk rantai pasokan. Namun, tingkat ketersediaan produk yang tinggi
memerlukan persediaan besar, yang meningkatkan biaya rantai
pasokan.
PT. Anjani menerapkan poin pertama yaitu siklus optimal tingkat
layanan untuk barang-barang musiman dengan perintah tunggal dalam satu
musim (Optimal cycle service level for seasonal items with a single order
in a season). Skenario ini lebih cocok diterapkan PT. Anjani mengingat
karakteristik produk sepatu pesta limited edition. Sehingga PT. Anjani
selalu melihat dan menyediakan sepatu pesta dengan berbagai model dan
layanan berdasarkan permintaan masa lalu (bulan lalu) namun dengan
inovasi berbeda untuk tiap modelnya.
5.3 Mengurangi Demand Uncertainty
1. Peningkatan peramalan
Perusahaan memahami pelanggan dengan mengkoordinasikan
tindakan dalam meningkatkan peramalan. Dengan melihat dari masa lalu
(bulan lalu).
2. Cepat tanggap
Perusahaan cepat dalam merespon permintaan pasar. Mengikuti
trand, style dan permintaan sesuai keinginan konsumen dalam memesan
produk. Dan selalu memperthatikan kepuasan konsumen dengan
menciptkan produk yang berkualitas.
3. Penundaan
Dalam pengaturan multiproduct, menunda diferensiasi produk
sampai lebih dekat dengan titik penjualan pada konsumen.
4. Disesuaikan sumber
Perusahaan memilih sumber yang mahal agar memasoki bahannya
cepat sehingga perusahaan dapat lebih cepat memproduksikan produk
dengan mengutamakan kepuasan pelayanan dan kualitas produk yang
dihasilkan.
Dalam konteks ini PT. Anjani menerapkan peningkatan permintaan
(Improved forecasting), cepat tanggap (Quick response) dan disesuaikan
sumber (Tailored sourcing). Pertama, PT. Anjani memahami permintaan
pelanggan dengan melihat data penjualan dan permintaan produk sepatu
Anjani. Dari sini dapat dilihat permintaan terhadap model-model sepatu
seperti apakah yang disukai konsumen. Kedua, PT. Anjani harus responsive
terhadap permintaan pasar. Mengikuti tren, gaya dan permintaan sesuai
keinginan konsumen dengan sentuhan inovasi dalam pengembangan model
sepatunya. Ketiga, PT. Anjani memilih sourcing yang berkualitas baik untuk
digunakan dalam pembuatan sepatunya dikarenakan target pasar PT. Anjani
yang berkarakter mewah, nyaman, dan terbatas.
BAB VI
TRANSPORTATION IN THE SUPPLY CHAIN
Transportasi mengacu pada pergerakan produk dari satu lokasi ke lokasi
lain dalam rantai pasok untuk memindahkan produk dari pabrik ke tangan
pelanggan. Transportasi ini penting dalam sebuah rantai pasok karena jarang
adanya produk yang diproduksi dan dikonsumsi pada lokasi yang sama. Moda
transportasi merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan alat angkut
yang digunakan untuk perpindahan produk dari satu tempat ke tempat lain. Untuk
memenuhi pesanan konsumen yang berbeda lokasi dengan lokasi pabrik,
perusahaan menggunakan moda darat yang berupa Truckload (TL). Hal ini
dikarenakan operasi truckload memiliki biaya tetap yang relative rendah, selain
itu, dalam pengirimannya memakan waktu yang lebih cepat sehingga konsumen
tidak perlu menunggu lama saat pengiriman barang.
Tipe jaringan transpoprtasi yang kami gunakan adalah all shipments via
central distribution center. Dimana jaringan ini merupakan modifikasi dari
jaringan pengiriman langsung, yang penyerahan barangnya kepada pelanggan
melalui pusat distribusi sentral. Dengan kata lain, barang pertama dari pemasok
dikonsolidasi di pusat distribusi sentral atau gudang dan kemudian dikirim ke
pelanggan secara individual. Tipe jaringan seperti ini kami pilih karena telah kita
ketahui sebelumnya bahwa terdapat sistem penggudangan barang pada perusahaan
ini sebelum barang sampai ditangan pelanggan. Dengan begitu, barang akan
dikirimkan kepada pelanggan setelah barang permintaan pelanggan telah tersedia
di gudang. Namun, ketika permintaan pelanggan telah tersedia pada
BAB VII
SOURCING DECISIONS IN A SUPPLY CHAIN
PT. Anjani merupakan perusahaan sepatu pesta wanita pertama di
Indonesia yang menjual produknya ke seluruh negara. Setiap model sepatu Anjani
hanya dijual 40 pairs untuk setiap modelnya. Sepatu Anjani mengeluarkan paling
sedikit 10 model baru tiap bulannya. Pengambilan keputusan yang berkaitan
dengan pengadaan faktor produksi, seperti bahan baku, komponen, teknologi,
serta jasa yang diperlukan untuk proses produksinya. Berdasarkan sumber
pasokan, secara tradisional terdapat dua alternatif dalam masalah pengambilan
keputusan tersebut, yaitu membuat sendiri (in house) atau membeli (out source)
barang atau jasa yang diperlukan tersebut. PT. Anjani dalam proses bisnis yang
diperlukan untuk membeli barang dan jasa pada fungsi rantai pasokan, keputusan
yang dipilih adalah in-house.
PT. Anjani membutuhkan beberapa supplier untuk menyediakan bahan
bagi sepatu Anjani. Supplier tersebut antara lain Carton Box Manufacture, Fabric
Manufacture, Assesories Manufacture, Glue Manufacture, Outsole Manufacture,
Insole Manufacture dan Leather Producer. Ketika menskor dan menakasir
supplier untuk bahan pembuatan sepatu pesta wanita ini, ada faktor lain daripada
kuota harga yang harus dipertimbangkan yaitu:
1. Pemenuhan lead time
Untuk criteria kerjasama antara PT.Anjani dengan supplier, supplier
harus bisa memenuhi lead time yang sudah ditentukan oleh PT.Anjani.
Dalam waktu yang diperlukan untuk memenuhi order, termasuk spesifikasi
teknis dari bahan yang dipesan dan waktu yang diperlukan untuk mengirim
bahan-bahan untuk sepatu pesta wanita.
2. Performa on-time
Selain itu dalam memilih supplier juga harus mempertimbangkan
ketepatan waktu yang sudah ditentukan dari lead time yang sudah disepakati.
Sehingga proses produksi pembuatan sepatu pesta wanita dapat berjalan tepat
waktu.
3. Fleksibilitas pasokan
Dalam memilih supplier, mempertimbangkan kemampuan supplier
untuk merespon setiap perubahan pasokan yang terjadi secara cepat.
Sehingga diperlukan kemampuan supplier memproses produk bahan baku
sepatu pesta wanita yang berbeda dengan fasilitas yang sama yaitu mencakup
jumlah, model, bahan dan harga.
4. Frekuensi pengiriman/minimum lot size
Untuk meminimumkan biaya yang dikeluarkan, jadi PT. Anjani
menekan biaya dengan memaksimalkan ukuran bahan yang dipesan dengan
biaya yang minimum. Sehingga mempertimbangkan kemampuan supplier
dalam menentukan ukuran bahan yang harus dipesan (lot size).
5. Kualitas pasokan
Untuk menghasilkan mutu sepatu pesta wanita yang bagus, maka bahan
yang digunakan untuk membuat sepatu ini juga harus berkualitas. Sehingga
supplier yang dipilih untuk memasok bahan yang berkualitas. Jadi
dipertimbangkan dulu mutu bahan dari tingkat baik buruknya kualitas bahan
yang ditawarkan.
6. Biaya transportasi inbound
Agar menekan biaya yang dikeluarkan, maka biaya transportasi
pengiriman barang juga harus ditekan. Dalam hal ini PT.Anjani juga harus
mempertimbangkan biaya transportasi yang diminta dari supplier. Karena
biaya transportasi inbound akan berpengaruh ke biaya pengeluaran dan akan
mempengaruhi harga sepatu pesta wanita, sehingga dipilih dari biaya
transportasi inbound yang murah.
7. Pricing term
Dalam mempertimbangkan supplier untuk bekerja sama juga
mempertimbangkan perbedaan harga atau jangkauan harga antara supplier
satu dengan yang lainnya dengan untuk menekan biaya produksi sepatu
anjani.
8. Kapabilitas koordinasi informasi
Selain itu juga dalam mempertimbangkan kemampuan supplier dalam
menyeimbangkan pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan
penyampaian informasi yang ditujukan. Sehingga tidak terjadi
miskomunikasi antara PT.Anjani dengan pihak supplier
9. Kapabilitas kalaborasi desain
Dalam kemampuan penggabungan desain untuk sepatu anjani ini juga
dipertimbangkan. Karena perlunya kreativitas dari supplier juga dalam
mendesain bahan untuk membuat sepatu anjani agar lebih bagus dan menarik.
Sehingga PT.Anjani tinggal melanjutkan mendesain dari bahan yang sudah
tersedia.
10. Tingkat bunga dan pajak
Selain itu juga tingkat bunga, pajak, dan tugas dipertimbangkan dalam
menentukan supplier. Jika tingkat bunga dan pajak tinggi ini akan
bepengaruh pada biaya yang harus dikeluarkan PT.Anjani. Sehingga akan
berdampak ke harga seaptu anjani. Maka dalam memilih supplier ini, lebih
dipertimbangkan supplier yang menawarkan bunga dan pajak yang rendah.
11. Kelangsungan hidup supplier
Untuk hubungan kerja sama antara supplier dengan PT.Anjani, dalam
memilih supplier juga harus mempertimbangkan kelangsungan hidupdari
supplier tersebut. Kemampuan supplier untuk bertahan di persaingan global
dan kemampuan untuk bersaing. Sehingga dipertimbangkan kemampuan
tersebut,untuk bisa bekerja sama dalam persaingan global.
BAB VIII
COORDINATION IN THE SUPPLY CHAIN
8.1 Supply Chain Coordination, Bullwhip Effect, Dan Dampaknya Terhadap
Supply Chain Performance
Rantai pasok memerlukan koordinasi untuk semua tindakan-tindakan yang
akan dilakukan untuk meniingkatkan keuntungan dan meperhitungkan dampak
yang akan terjadi. Kurangnya koordinasi yang baik akan mengurangi total
keuntungan. Ini dikarenakan setiap pihak pada rantai pasok memiliki tujuan
sendiri-sendiri yaitu memaksimalkan keuntungan sendiri.
Kurangnya koordinasi pada tiap pihak dalam rantai pasok akan
menimbulkan dampak yang biasa disebut bullwhip efek. Bullwhip efek
merupakan permintaan yang meningkat dari konsumen ke pengecer, pengecer ke
agen, agen ke produsen, produsen ke pemasok kerena kurangnya koordinasi
infomasi pada setiap pihak. Meskipun konsumsi pada produk akhirnya adalah
stabil, pesanan untuk bahan baku yang sangat bervariasi dan meningkatnya biaya
sehingga sulit bagi pasokan untuk memenuhi permintaan.
8.1.1 Efek pada Kinerja dari Kurangnya Koordinasi
Kurangnya koordinasi menyebabkan penyimpangan informasi dalam
rantai pasok. Dampak dari kurangnya koordianasi dalam rantai pasok
berpengaruh terhadap :
Manufacturing cost : kurangnya koordinasi meningkatkan biaya
manufacture dalam rantai pasok.
Inventory cost : kurangnya koordinasi meningkatkan biaya persediaan
dalam rantai pasok. Untuk mengatasi variabilitas permintaan, perusahaan
harus menyimpan persediaan yang lebih besar dari yang diperlukan dalam
rantai pasok. Hal ini berakibat pada meningkatnya inventory cost.
Replenishment lead time : kurangnya koordinasi meningkatkan lead time.
Peningkatan variabilitas sebagai sebuah hasil dari bullwhip effect yang
membuat penjadwalan pada perusahaan dan pemasok pabrik, jauh lebih
tinggi untuk dibandingkan tingkat permintaannya.
Transportation cost : kurangnya koordinasi meningkatkan biaya
transportasi dalam rantai pasok. Bullwhip menyebabkan kebutuhan
transportasi berfluktuasi secara signifikan dari waktu ke waktu. Hal ini
menimbulkan biaya transportasi yang meningkat karena kelebihan
kapasitas transportasi perlu diperhatikan untuk menutupi periode
permintaan tinggi.
Labor cost for shipping and receiving (biaya tenaga kerja untuk
pengiriman dan penerimaan) : kurangnya koordinasi meningkatkan biaya
tenaga kerja hubungannya dengan pengiriman dan penerimaan dalam
rantai pasok. Berbagai tahap memiliki pilihan yaitu antara kelebihan
kapasitas pekerja atau berbagai macam kapasitas pekerja dalam
menanggapi fluktuasi pesanan.
Level of product availability (tingkat ketersediaan produk) : kurangnya
koordinasi menyebabkan kerugian pada ketersediaan produk dan hasil
dalam stockouts lebih dalam rantai pasok. Fluktuasi besar dalam pesanan
membuat lebih sulit bagi perusahaam untuk menyediakan semua pesanan
distributor dan pengecer tepat waktu. Hal ini meningkatkan kemungkinan
bahwa pengecer akan kehabisan stok, sehingga kehilangan penjualan pada
rantai pasok.
Relationship across the supply chain (hubungan dalam seluruh rantai
pasok) : kurangnya koordinasi memiliki dampak negatif terhadap kinerja
pada setiap tahap dan dengan demikian menyebabkan kerugian hubungan
dalam rantai pasok. Terdapat kecenderungan untuk menyalahkan tahap
lain dari rantai pasok karena setiap tahap dirasa sebisa mungkin telah
melakukan yang terbaik.
8.2 Tujuh Langkah Untuk Mencapai Coordination Dalam Praktik Suatu
Perusahaan
1. Kuantitas bullwhip effect
Manajer harus memulai untuk membandingkan variabilitas pesanan yang
diterima dari customer dengan variabilitas pesanan dengan suplier.
2. Mendapatkan komitmen manajemen puncak untuk koordinasi
Aspek yang terpenting dalam SCM, koordinasi akan berhasil hanya
dengan komitmen manajemen puncak.
3. Menyediakan sumber daya untuk koordinasi
Koordinasi tidak dapat tercapai tanpa adanya sumberdaya yang terlibat.
Salah satu solusi untuk mengatasi masalah koordinasi adalah sumberdaya
diambil dari perusahaan yang berbeda dalam rantai pasok.
4. Fokus pada komunikasi dengan tahap lainnya
Komunikasi yang baik dengan tahap lain dalam rantai pasok akan
menciptakan situasi yang baik pula, sehingga penyimpangan informasi
dapat dihindari.
5. Cobalah untuk mencapai koordinasi dalam jaringan rantai pasokan
Tidak cukup hanya beberapa tahapan dalam rantai pasok saja yang
berkoordinasi. Namun diperlukan koordinasi secara keseluruhan tahapan
rantai pasok.
6. Gunakan teknologi untuk meningkatkan konektivitas dalam rantai pasokan
Penggunaan internet dan beragam software yang berbeda dapat digunakan
untuk meningkatkan kemampuan berkoordinasi.
7. Berbagi manfaat koordinasi secara adil
Menjamin tiap tahapan rantai pasok mengetahui semua informasi termasuk
keuntungan (profit) dan dibagi secara adil dan merata.