Download - Bentuk lahan
-
8/2/2019 Bentuk lahan
1/28
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Maksud- Mengetahui strike dan dip suatu lapisan batuan di lapangan- Membedakan lapisanlapisan batuan yang ada di lapangan- Menentukan ketebelan sebenarnya dari suatu lapisan
1.2Tujuan- Untuk membedakan lapisanlapisan batuan di lapangan sebenarnya- Untuk mengukur strike dan dip suatu lapisan di lapangan- Untuk menentukan ketebelan sebenarnya dari suatu lapisan
1.3Waktu dan Pelaksanaan PraktikumPraktikum Lapangan Geologi Struktur dilaksanakan pada :
Hari : Jumat, 28 Oktober 2011Waktu : 13.00 WIB
Tempat : Kali Garang
-
8/2/2019 Bentuk lahan
2/28
2
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Struktur Geologi
Struktur geologi adalah struktur perubahan lapisan batuan sedimen
akibat kerja kekuatan tektonik,sehingga tidak lagi memenuhi hukum
superposisi disamping itu struktur geologi juga merupakan struktur kerak
bumi produk deformasi tektonik .
Cabang geologi yang menjelaskan struktur geologi secara detail
disebut geologi struktur,dimana geologi struktur merupakan cabang ilmu
geologi yang mempelajari mengenai bentuk arsitektur kulit bumi. Kekutan
Tektonik dan orogenik yang membentuk struktur geologi itu berupa stress
(Tegangan).
Berdasarkan keseragaman kekuatannya,Stress dapat dibedakan
menjadi 2 yaitu :
a. Uniform stress (Confining Stress)Yaitu tegangan yang menekan atau menarik dengan kekuatan yang sama
dari atau ke segala arah
b. Differential Stress
http://2.bp.blogspot.com/_FzOZRiDFuDs/TLhZ2-aU23I/AAAAAAAAA6k/_dQc8J0R2fk/s1600/geologi.jpeg -
8/2/2019 Bentuk lahan
3/28
3
Yaitu tegangan yang menekan atau menarik dari atau ke satu arah saja dan
bisa juga dari atau ke segala arah,tetapi salah satu arah kekuatannya ada
yang lebih dominan. Pengenalan struktur geologi secara tidak langsung
dapat dilakukan melalui cara-cara berikut ini :
a. Pemetaan geologi dengan mengukur strike dan dip.b. Interprestasi peta topografi,yaitu dari penampakan gejala penelusuran
sungai,penelusuran morfologi dan garis kontur serta pola garis
konturnya.
c. Foto udara.d. Pemboran.e. Geofisika,yang didasarkan pada sifat-sifat yang dimiliki oleh batuan,
yaitu dengan metode :
- Grafity- Geolectrik,- Seismik,dan- Magnetik.Umumnya struktur geologi terbentuk oleh differential stress. Dari
aspek arah kerjanya,ada 3 macam Differential stress, yaitu :
1. Compressional stress2. Tensional stress3. Shear stres
Batuan bila mengalami gaya atau stress akan berubah atau mengalami
perubahan,dalam geologi struktur hal ini disebut Deformasi.
Tahapan-tahapan Deformasi adlah sebagai berikut :
1. Elastic Deformation (Deformasi sementara)Deformasi sementara ini terjadi jika kerja stress tidak melebihi batas
elastis batuan.Begitu stress terhenti,maka bentuk atau posisi batuan
kembali seperti semula.
-
8/2/2019 Bentuk lahan
4/28
4
2. Ductile DeformationYaitu deformasi yang melampaui batas elastis batuan.Mengakibatkan
batuan berubah bentuk dan volume secara permanen,sehingga
bentuknya berlainan dengan bentuk semula.
3. Fracture DeformationYaitu deformasi yang sangat melampaui batas elastis batuan,sehingga
mengakibatkan pecah.
Seperti diketahui,bumi terdiri dari berbagai bagian yang paling luar
(kerak bumi),tersusun oleh berbagai lapisan batuan.Kedudukan
daripada batuan-batuan tersebut pada setiap tempat tidaklah
sama,bergantung dari kekuatan tektonik yang sangat mempengaruhiya.
Adanya gaya-gaya yang bekerja menyebabkan batuan terangkat dan
terlipat-lipat serta apabila terkena pelapukan dan erosi,maka batuan tersebut akan
menjadi tersingkap dipermukaan bumi.
3.1 STRUKTUR KEKAR (JOINT)Hampir tidak ada suatu singakapan dimuka bumi ini yang tuidak
memperlihatkan gejala rekahan.Rekahan pada batuan bukan merupakan
gejala yang kebetulan.Umumnya hal ini terjadi akibat hasil kekandasan akibat
tegangan (stress),karena itu rekahan akan mempunyai sifat-sifat yang
menuruti hukum fisika.
Kekar adalah Struktur rekahan dalam blok batuan dimana tidak ada
atau sedikit sekali mengalami pergeseran (hanya retak saja),umumnya terisi
oleh sedimen setelah beberapa lama terjadinya rekahan tersebut.Rekahan atau
struktur kekar dapat terjadi pada batuan beku dan batuan sedimen.
Pada batuan beku,kekar terjadi karena pembekuan magma dengan sangat
cepat (secara mendadak). Pada batuan sedimen,Kekar terjadi karena :
a. Intrusi/ekstrusib. Pengaruh iklim/musim
Dalam batuan sedimen umunya kekar juga dapat terbentuk mulai
dari saat pengendapan atau segera terbentuk setelah pengendapannnya.
-
8/2/2019 Bentuk lahan
5/28
5
Dimana sedimen tersebut masih sedang mengeras. Struktur kekar dapat
berguna dalam memecahkan masalah sebagai berikut :
- Geologi Teknik- Geologi Minyak,terutama dengan masalah cadangan dan produksi
minyak
- Geologi Pertambangan,yaitu dalam hal sistem penambanganmaupun pengarahan terhadap bentuk-bentuk mineralisasi.
3.2 STRUKTUR SESAR (FAULT)Sesar adalah suatu rekahan pada batuan yang telah mengalami
pergeseran sehingga terjadi perpindahan antara bagian-bagian yang
berhadapan dengan arah yang sejajar dengan bidang patahan.Hal ini terjadi
apabila blok batuan yang dipisahkan oleh rekahan telah bergeser sedemikian
rupa hingga lapisan batuan sediment pada blok yang satu terputus atau
terpisah dan tidak bersambungan lagi dengan lapisan sediment pada blok
yang lainnya.Ukuran panjang maupun kedalaman sesar dapat berkisar antara
beberapa centimeter saja sampai mencapai ratusan kilometer.
Istilah-istilah penting yang berhubungan dengan gejala sesar antara lain :
1. Bidang SesarMerupakan bidang rekahan pada batuan yang telah mengalami
pergeseran.
2. Bagian-bagian yang tersesarkan (tergeser) Bagian ini terdiri dariHanging Wall dan Foot Wall.
a. Hanging Wall (Atap sesar)Adalah bongkahan patahan yang berada dibagian atas bidang
sesar.
b. Foot Wall (Alas sesar)Adalah bongkahan patahan yang berada dibagian bawah bidang
sesar.
-
8/2/2019 Bentuk lahan
6/28
6
3. Throw dan Heavea. Throw,adalah jarak yang memisahkan lapisan atau vein yang
terpatahkan yang diukur pada sesar dalam bidang tegak lurus
padanya.
b. Heave,adalah jarak horizontal yang diukur normal (tegak lurus)pada sesar yang memisahkan bagian-bagian dari lapisan yang
terpatahkan.
Berdasarkan pada sifat geraknya,sesar dapat dibedakan menjadi 3 jenis
yaitu :
1. Sesar Normal (Gravity Fault),yaitu gerak relatif Hanging Wall turunterhadap Foot Wall. Disebut juga sebagai Sesar Turun.
2. Sesar Naik (Reverse Fault),yaitu gerak relatif Hanging Wall naikterhadap Foot Wall.Posisi Hanging Wall lebih tinggi daripada Foot
Wall.Namun jika Hanging Wall bergeser naik hingga menutupi
Foot Wall,maka sesar tersebut.
3. Disebut Thrust Fault yang bergantung pada kuat stress horizontaldan dip (kemiringan bidang sesar).
4. Sesar Mendatar (Horizontal Fault),yaitu gerak relative mendatarpada bagian-bagian yang tersesarkan. Hanging Wall dan Foot Wall
bergeser Horizontal yang diakibatkan oleh kerja shear stress.
Disamping itu juga terdapat sesar-sesar yang lain ,diantaranya :
a. Strike Dip Fault, yaitu kombinasi antara sesar turun dan sesarhorizontal
b. Hing Fault,yaitu Sesar Rotasional3.3 LIPATAN
Lipatan adalah perubahan bentuk dan volume pada batuan yang
ditunjukkan oleh lengkungan atau melipatnya batuan tersebut akibat pengaruh
suatu tegangan (gaya) yang bekerja pada batuan tersebut yang umunya
refleksi perlengkungannya ditunjukkan oleh perlapisan pada batuan sedimen
serta bisa juga pada foliasi batuan metamorf . Secara umum,jenis-jenis lipatan
yang terpenting adalah sebagai berikut :
-
8/2/2019 Bentuk lahan
7/28
7
1. Antiklin,yaitu lipatan yang kedua sayapnya mempunyai arahkemiringan yang saling berlawanan.
2. Sinklin,yaitu lipatan yang kedua sayapnya mempunyai arahkemiringan yang menuju ke satu arah yang sama.
Beberapa defenisi tentang lipatan :
a. Sayap Lipatan,yaitu bagian sebelah menyebelah dari sisi lipatanb. Puncak Lipatan,yaitu titik atau garis yang tertinggi dari sebuah
lipatan
c. Bidang Sumbu Lipatan,yaitu suatu bidang yang memotonglipatan,membagi sama besar sudut yang dibentuk oleh lipatan
tersebut.
d. Garis Sumbu Lipatan,yaitu perpotongan antara bidang sumbudengan bidang horizontal.
e. Jurus (Strike),yaitu arah dari garis horizontal dan merupakanperpotongan antara bidang yang bersangkutan dengan bidang
horizontal.
f. Kemiringan (Dip),yaitu sudut kemiringan yang tersebar dandibentuk oleh suatu bidang miring dengan bidang horizontal dan
diukur dengan tegak lurus dengannya.
g. Kekar (Joint)Rekahan adlah sebutan untuk struktur rekahan dalam batuan
dimana tidak ada atau sedikit sekali mengalami pergeseran.
Rekahan yang telah bergeser disebut sesar.
Struktur kekar merupakan gejala yang paling umum dijumpai dan
justru karenanya banyak dipelajari secaras luas. Struktur-struktur
ini merupakan struktur yang palinbg sukat untuk dianalisa.
Struktur ini banyak dipelajari karena hubunganya yang erat
dengan masalah-masalah :
- Geologi teknik- Geologi minyak, terutaam dengan masalah cadangan dan
produksi
-
8/2/2019 Bentuk lahan
8/28
8
- Geologi pertambangan, baik dalam hal system penambanganmaupun pengarahan terhadap bentuk-bentuk mineralisasi, dll.
Umumnya dalam batuan sedimen, kekar dapat terbentuk mulai
saat pengendapan atau terbentuk setelah pengendapannya, dimana
sedimen tersebut sedang mengeras. Struktur kekar dipelajari
dengan cara statistic, mengukur dan mengelompokan dalam
bentuk diagram Rosset atau dengan diagram kontur (kutub).
h. Sesar (Foult)Sesar adalah satuan rekahan pada batuan yang telah mengalami
pergeseran sehingga terjadi perpindahan anatara bagian-bagian
yang berhadapan dengan arah yang sejajar dengan bidang patahan.
P[ergeseran-pergeseran yang telah terjadi pasda sesar, ukuran
panjang mauypun kedalaman sesar dapat berkisar antara beberapa
sentimeter saja sampai mencapai ratusan kilometer.
Macam-macam sesar secara umum :
- Sesar normal, yaitu gerak relative hanging wall turun terhadapfootwall.
- Sesar naik, yaitu gerak relative hanging wall terhadap footwall- Sesar mendatar, yaitu gerak relative mendatar pada bagian
yang tersesarkan.
Struktur permukaan bumi selalu mengalami perubahan yang
disebut deformasi. Deformasi kerak bumi dapat disebabklan oleh
stree dan strain, temperature, waktu dan strain rate, dan komposisi
jenis kandungan mineral batuan dabn kandungan air batuan.
Deformasi akibat gaya tektonik dikelompokan dalam struktur
primer dan skunder. Adapun struktur geologi yang cukup penting
untuk diingat adalah kekar, yaiut rekahan-rekahan lurus planar
yang membagi batuan-batuan menjadi vblok-blok atau struktur
rekahan dalam batuan-batuan. Sesar yaitu rekahan pada batuan
yang mengalami poergeseran, sehingga terjadi perpindahan antara
bagian-bagian yang berhadapan dengan arah yang sejajar dengan
-
8/2/2019 Bentuk lahan
9/28
9
bidang patahan. Lipatan, yaitu perubahan bentuk dan volume
batuan yang ditunjukan dengan lengkungan atau melipatnya batun
tersebut.
3.4 Geologi Regional Kota SemarangLokasi studi secara alluviumative mencakup seluruh wilayah
Kotamadya Semarang, Propinsi Jawa Tengah. Secara geografis terletak pada
koordinat 1101620 110 3029 Bujur Timur dan 6 5534 7
0704 Lintang Selatan dengan luas daerah sekitar 391,2 Km2 (lihat peta
lokasi).
Wilayah Kotamadya Semarang sebagaimana daerah lainnya di
Indonesia beriklim tropis, terdiri dari musim kemarau dan musim hujan silih
berganti sepanjang tahun. Besarnya rata-rata jumlah curah hujan tahunan
wilayah Semarang utara 20002500 mm/tahun dan Semarang bagian selatan
antara 2500 3000 mm/tahun. Sedangkan curah hujan rata-rata perbulan
berdasarkan data dari tahun 19941998 berkisar antara 58338 mm/bulan,
curah hujan tertinggi di daerah pemetaan terjadi pada bulan Oktober sampai
bulan April dengan curah hujan antara 176-338 mm/bulan, sedangkan curah
hujan terendah terjadi pada bulan Mei sampai bulan September dengan curah
hujan antara 58131 mm/bulan.
3.4.1 Morfologi DaerahMorfologi daerah studi berdasarkan pada bentuk topografi dan
kemiringan lerengnya dapat dibagi menjadi 7 (tujuh) satuan morfologi
yaitu:
1. DataranMerupakan daerah dataran lluvium pantai dan sungai dan setempat
di bagian baratdaya merupakan punggungan lereng perbukitan,
bentuk lereng umumnya datar hingga sangat landai dengan
kemiringan lereng medan antara 05% (0-3%), ketinggian tempat
di baruan utara antara 0 25 m dpl dan di baguan baratdaya
-
8/2/2019 Bentuk lahan
10/28
10
ketinggiannya antara 225 275 m dpl. Luas penyebaran sekitar
164,9 km2 (42,36%) dari seluruh daerah studi.
2. Daerah BergelombangSatuan morfologi ini umumnya merupakan punggungan, kaki
bukit dan lembah sungai, mempunyai bentuk permukaan
bergelombang halus dengan kemiringan lereng medan 510% (3-
9%), ketinggian tempat antara 25 200 m dpl. Luas
penyebarannya sekitar 68,09 km2. (17,36%) dari seluruh daerah
studi.
3. Pebukitan berlereng landai.Satuan morfologi ini merupakan kaki dan punggungan perbukitan,
mempunyai bentuk permukaan bergelombang landai dengan
kemiringan lereng 1015 % dengan ketinggian wilayah 25435
m dpl. Luas penyebaran sekitar 73,31 km2 (18,84%) dari seluruh
daerah pemetaan.
4. Pebukitan belereng Agak TerjalSatuan morfologi ini merupakan lereng dan puncak perbukitan
dengan lereng yang agak terjal, mempunyai kemiringan lereng
antara 15 30%, ketinggian tempat antara 25 445 m dpl. Luas
penyebarannya sekitar 57,91Km2 (14,8%) dari seluruh daerah
studi.
5. Perbukitan Berlereng TerjalSatuan morfologi ini merupakan lereng dan puncak perbukitan
dengan lereng yang terjal, mempunyai kemiringan lereng antara
30 50%, ketinggian tempat antara 40 325 m dpl. Luas
penyebarannya sekitar 17,47 Km2 (4,47%) dari seluruh daerah
studi.
6. Perbukitan Berlereng Sangat TerjalSatuan morfologi ini merupakan lereng bukit dan tebing sungai
dengan lereng yang sangat terjal, mempunyai kemiringan lereng
antara 50 70%, ketinggian tempat antara 45 165 m dpl. Luas
-
8/2/2019 Bentuk lahan
11/28
11
penyebarannya sekitar 2,26 Km2 (0,58%) dari seluruh daerah
studi.
7. Perbukitan Berlereng CuramSatuan morfologi ini umumnya merupakan tebing sungai dengan
lereng yang curam, mempunyai kemiringan >70%, ketinggian
tempat antara 100 300 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 6,45
Km2 (1,65%) dari seluruh daerah studi.
8. Jenis TanahJenis Tanah di Kota Semarang meliputi kelompok mediteran
coklat tua, latosol coklat tua kemerahan, asosiai alluvial kelabu,
Alluvial Hidromort, Grumosol Kelabu Tua, Latosol Coklat dan
Komplek Regosol Kelabu Tua dan Grumosol Kelabu Tua.
Berikut gambaran penyebaran jenis tanah beserta lokasi dan
kemampuannya :
3.4.2 Struktur GeologiStruktur geologi yang terdapat di daerah studi umumnya
berupa sesar yang terdiri dari sesar normal, sesar geser dan sesar naik.
Sesar normal lluvium berarah barat timur sebagian agak cembung
lluviu utara, sesar geser berarah utara selatan hingga barat laut
tenggara, sedangkan sesar normal lluvium berarah barat timur.
Sesar-sesar tersebut umumnya terjadi pada batuan Formasi Kerek,
Formasi Kalibening dan Formasi Damar yang berumur kuarter dan
tersier.
3.4.3 Gerakan TanahDari hasil analisis kemantapan lereng diketahui bahwa tanah
pelapukan batu lempung mempunyai sudut lereng kritis paling kecil
yaitu 14,85%. pelapukan napal sudut lereng kritisnya adalah 19,5% ,
Pelapukan batu pasir tufaan mempunyai sudut lereng kritis 20,8% dan
pelapukan breksi sudut lereng kritisnya 23,5%. Berdasarkan analisis di
atas maka daerah Kotamadya Semarang dapat dibagi menjadi empat
-
8/2/2019 Bentuk lahan
12/28
12
zona kerentanan gerakan tanah, yaitu Zona Kerentanan Gerakan
Tanah sangat Rendah, Rendah, Menengah dan Tinggi.
1. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Sangat RendahDaerah ini mempunyai tingkat kerentanan sangat rendah untuk
terjadi gerakan tanah. Pada zona ini sangat jarang atau tidak
pernah terjadi gerakan tanah, baik gerakan tanah lama maupun
gerakan tanah baru, terkecuali pada daerah tidak luas di sekitar
tebing sungai. Merupakan daerah datar sampai landai dengan
kemiringan lereng alam kurang dari 15 % dan lereng tidak
dibentuk oleh endapan gerakan tanah, bahan timbunan atau
lempung yang bersifat mengembang. Lereng umumnya dibentuk
oleh endapan aluvium (Qa), batu pasir tufaan (QTd), breksi
volkanik (Qpkg), dan lava andesit (Qhg). Daerah yang termasuk
zona kerentanan gerakan tanah sangat rendah sebagian besar
meliputi bagian utara Kodya Semarang, mulai dari Mangkang,
kota semarang, Gayamsari, Pedurungan, Plamongan, Gendang,
Kedungwinong, Pengkol, Kaligetas, Banyumanik, Tembalang,
Kondri dan Pesantren, dengan luas sekitar 222,8 Km2
(57,15%)
dari seluruh daerah Semarang.
2. Zona Kerentanan Gerakan Tanah RendahDaerah yang mempunyai tingkat kerentanan rendah untuk terjadi
gerakan tanah. Umumnya pada zona ini jarang terjadi gerakan
tanah jika tidak mengalami gangguan pada lereng dan jika
terdapat gerakan tanah lama, lereng telah mantap kembali.
Gerakan tanah berdimensi kecil mungkin dapat terjadi, terutama
pada tebing lembah (alur) sungai. Kisaran kemiringan lereng
mulai dari landai (5 - 5%) sampai sangat terjal (50 - 70%).
Tergantung pada kondisi sifat fisik dan keteknikan batuan dan
tanah pembentuk lereng. Pada lereng terjal umumnya dibentuk
oleh tanah pelapukan yang cukup tipis dan vegetasi penutup baik
cukup tipis dan vegetasi penutup baik, umumnya berupa hutan
-
8/2/2019 Bentuk lahan
13/28
13
atau perkebunan. Lereng pada umumnya dibentuk oleh breksi
volkanik (Qpkg), batu pasir tufaan (QTd), breksi andesit (Qpj)
dan lava (Qhg). Daerah yang termasuk zona ini antara lain
Jludang, Salamkerep, Wonosari, Ngaliyan, Karangjangkang,
Candisari, Ketileng, Dadapan, G. Gajahmungkur, Mangunsari,
Prebalan, Ngrambe, dan Mijen dengan luas penyebaran 77,00 km2
(19,88%) dari luas daerah Semarang.
3. Zona Kerentanan Gerakan Tanah MenengahDaerah yang mempunyai tingkat kerentanan menengah untuk
terjadi gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah
terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai,
gawir tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan. Gerakan
tanah lama dapat aktif kembali akibat curah hujan yang tinggi.
Kisaran kemiringan lereng mulai dari landai (5 - 15%) sampai
sangat terjal (50 - 70%). Tergantung pada kondisi sifat fisik dan
keteknikan batuan dan tanah sebagai material pembentuk lereng.
Umumnya lereng mempunyai vegetasi penutup kurang. Lereng
pada umumnya dibentuk oleh batuan napal (Tmk), perselingan
batu lempung dan napal (Tmkl), batu pasir tufaan (QTd), breksi
volkanik (Qpkg), lava (Qhg) dan lahar (Qpk). Penyebaran zona
ini meliputi daerah sekitar Tambakaji, Bringin, Duwet,
Kedungbatu, G. Makandowo, Banteng, Sambiroto, G. Tugel,
Deli, Damplak, Kemalon, Sadeng, Kalialang, Ngemplak dan
Srindingan dengan luas sekitar 64,8 Km2 (16,76%) dari seluruh
daerah Semarang.
4. Zona Kerentanan Gerakan Tanah TinggiDaerah yang mempunyai tingkat kerentanan tinggi untuk terjadi
gerakan tanah. Pada zona ini sering terjadi gerakan tanah,
sedangkan gerakan tanah lama dan gerakan tanah baru masih aktif
bergerak akibat curah hujan tinggi dan erosi yang kuat. Kisaran
kemiringan lereng mulai landai (5 - 15%) sampai curam (>70%).
-
8/2/2019 Bentuk lahan
14/28
14
Tergantung pada kondisi sifat fisik dan keteknikan batuan dan
tanah. Vegetasi penutup lereng umumnya sangat kurang. Lereng
pada umumnya dibentuk oleh batuan napal (Tmkl), perselingan
batu lempung dan napal (Tmk), batu pasir tufaan (QTd) dan
breksi volkanik (Qpkg). Daerah yang termasuk zona ini antara
lain: Pucung, Jokoprono, Talunkacang, Mambankerep, G.
Krincing, Kuwasen, G. Bubak, Banaran, Asinan, Tebing Kali
Garang dan Kali Kripik bagian tengah dan selatan, Tegalklampis,
G. Gombel, Metaseh, Salakan dan Sidoro dengan luas penyebaran
sekitar 23,6 km2
(6,21%) dari seluruh daerah Semarang.
2.3 Tahapan Penelitian Geologi Struktur
2.3.1 Analisa Deskriptif
- Mengenal unsur struktur geologi di lapangan,- Memerikan (deskripsi) yang meliputi sifat fisik dan geometrinya,- Mengukur kedudukan unsur-unsur struktur (garis, bidang, sudut),- Menggambarkan pada peta dan penampang.
2.3.2 Analisa Kinematik
- Mengamati perubahan yang terjadi pada batuan (deformasi), yangberhubungan dengan pembentukan struktur, meliputi :
- Pergerakan translasi dan rotasi,- Perubahan bentuk (dilatasi) dan ukuran (distorsi).
2.3.2 Analisa Dinamik
- Mempelajari Penyebab/Proses yang terjadi pada batuan.2.4 Pengertian Ketebalan dan Kedalaman
Ketebalan adalah jarak terpendek yang diukur antara dua bidang sejajar yang
merupkan batas antara dua lapisan tegak lurus bidang batas tersebut.
Kedalaman adalah jarak vertikal dari suatu ketinggian tertentu terhadap satu
titik (misalnya muka laut) terhadap satu titik, garis atau bidang.
2.5 Macam Pengukuran Ketebalan
1. Pengukuran LangsungContoh pengukuran ketebalan Langsung
-
8/2/2019 Bentuk lahan
15/28
15
Ketebalan Dan Kedalaman Lapisan Miring Pada
Medan Datar
w
a b
dd
i
w
i = panjang lintasan tidak tegak lurus strikew = panjang lintasan tegak lurus strike (terkoreksi) = dip
t = Ketebalan
d = kedalaman
Kalau lintasan adalah i maka t = i sin sin
Kalau lintasan adalah w; maka t = w sin
t
a. Pengukuran bidang perlapisan horizontal pada tebing vertikal.b. Pengukuran bidang perlapisan vertical yang tersingkap pada daerah yang
bermorfologi horizontal.
c. Pengukuran bidang perlapisan pada topografi miring dengan JacobsStaff.
Gambar 1. Pengukuran Ketebalan Langsung
2. Pengukuran Tidak LangsungDalam pengukuran Ini perlu diperhatikan:
1. Posisi Singkapan POSISI SINGKAPAN2. Kedudukan lapisan batuan (Strike dan Dip)3. Arah lintasan yang diukur.
2.6 Pengukuran Tidak Langsung dan Rumusnya
-
8/2/2019 Bentuk lahan
16/28
16
Medan Berlereng Dengan Lapisan Miring
Searah Kemiringan Lereng (dip < slope)
t = w sin ( - )
-
8/2/2019 Bentuk lahan
17/28
17
Lapisan Miring pada Medan Miring, dimana dip +
slope = 90
t = w
-
8/2/2019 Bentuk lahan
18/28
18
Lapisan Miring pada Medan Berlereng Dengan ArahDip Berlawanan Arah Lereng, dan besar dip > slope
t = w cos (90 - - )
>
w
t
lapisan vertikal pada Bidang miring
t = w cos ()
w
t
= 90o
-
8/2/2019 Bentuk lahan
19/28
19
Lapisan Miring pada Medan Berlereng, Dengan arah
Dip Searah Arah Lereng, dan Besar dip > slope
t = w sin ( - )
>
t
-
8/2/2019 Bentuk lahan
20/28
20
BAB III
HASIL PENGAMATAN
3.1 Deskripsi Lapangan
Hari/Tanggal : Jumat, 28 Oktober 2011
Pukul : 14.08 WIB
Lokasi : Kali Garanng, Belakang LPMP, Srondol, Semarang
Kesampaian daerah : 10 menit dari Gedung Sukoowati
Cuaca : Cerah berawanMorfologi : Perbukitan
Bentuk lahan : Fluvial
Jenis struktur : perlapisan batuan pada litologi setempat
Energi Pembentukan:
- Endogen : proses tektonik- Eksogen : proses erosi oleh aliran sungai
Litologi : Pasir kasar (1/21 mm)lempung (
-
8/2/2019 Bentuk lahan
21/28
21
3.2 Tabel
Tabel 3.2 Hasil pengukuran struktur perlapisan
No Strike/dip Lintasan d Azimuth
1 N 280o
E/85o
Batupasir-Batulempung 2,75 m
N35E
2 N 313o
E/63o
Batulempung-batupasir 0,65 m
3 N 310o
E/90o
Batupasir-Batulempung 3,05 m
4 N 300o
E/86o
Batulempung-batupasir 1,85 m
8,3 m
Apabila menggunakan pengukuran jarak secara langsung maka didapat d = 7,9 m
3.3 Perhitungan Kedalaman Sebenarnya
3.3.1 Perlapisan 1
d :2,75 m
: 26
d : d cos 26
: 2,47 m
3.3.2 Perlapisan 2
d : 0,65 m
: 12
d : d cos 12
: 0,64 m
3.3.3 Perlapisan 3
d : 3,05 m
: 4
d : d cos 4
: 3,04 m
-
8/2/2019 Bentuk lahan
22/28
22
3.4 Menghitung Ketebalan Sebenarnya
3.4.1 Perlapisan 1
t = d sin (dipslope)
= 2, 47 m x sin (85 - 37)
= 2, 47 m x sin 48
= 1,83 m
3.4.2 Perlapisan 2
t = d sin (dipslope)
= 0,64 m x sin (63 - 37)
= 0,64 m x sin 26
= 0,28 m
3.4.3 Perlapisan 3
t = d sin (dipslope)
= 3,04 m x sin (90 - 37)
= 3,04 m x sin 53
= 2,43 m
-
8/2/2019 Bentuk lahan
23/28
23
BAB IV
PEMBAHASAN
Praktikum lapangan kali ini dilakukan di daerah banyumanik yang
mempunyai morfologi fluvial, lebih tepatnya di daerah bantaran Kali Garang
belakangLPPU. Bentuk lahan di daerah ini adlah fluvial dengan morfologi
perbukitan. Di tempat ini ditemukan suatu tubuh batuan yang membentuk litologi
insitu dengan struktur perlapisan. Litologi insitu adalah dimana batuan yang
berada didaerah sana berasal dari daerah itu. Litologi yang terdapat pada daerahini berupa: batu pasir dan lempung. Struktur pada singkapan batuan sedimen ini
adalah perlapisan yang mengalami deformasi sehingga perlapisan tersebut
menjadi miring.
Pada praktikum geologi struktur kali ini kami mengukur lima perlapisan
batupasir dan lempung yang berulang. Berikut data-data yang didapat di lapangan:
Apabila menggunakan pengukuran jarak secara langsung maka didapat d = 7,9 m.
Pada praktikum kali ini kami menggunakan metode perhitungan dengan
menghitung ketebalan perlapisan. Cara pengukuran yang kami lakukan pertama
adalah :
1. Mendeskripsi keadaan lapangan serta membuat sketsa.
2. Mengukur ketebalan tiap perlaisan menggunakan meteran gulung.
3. Mengukur strike dan dip perpelapisan seta mencatat hail perhitungan sampai
perlapisan terakhir.
4. Mengukur slope singkapan.
Pada saat pengukuran kelompok kami tidak melakukan perhitungan
ketebalan menggunakan azimuth oleh karena itu pada saat perhitungan setelah
lapangan kami menggukan slope berdasarkan strike dua perlapisan kemudian
dicari mana titik yang menunjukan ketebalan sesuai data yang didapat dilapangan
dan dihitung sudutnya. Setelah mendapatkan azimuth kemudian kami mencari
ketebalan yang sebenarnya dari masing-masing perlapisan dengan menggunakan
rumus :
d = d cos
-
8/2/2019 Bentuk lahan
24/28
24
kemudian di cari ketebalannya dengan menggunakan rumus:
berdasarkan penjelasan diatas maka dapat diindikasikan bahwa singkapan yang
kami amati terdiri dari 4 perlapisan tetapi yang dapat dihitung kedalaman dan
ketebalan yang sesugguhnya hanyalah tiga perlapisan. Lapisan tersebut terdiri dari
batupasir, batulempung, batupasir, batulempung, dan ditutp dengan batupasir
kembali. Perlapisan tertua dimulai dari kanan dan termuda di sebelah kiri.
Litologi yang berada pada singkapan ini berasal dari serpihan batuan lain yang
mengalami erosi dan perlapukan akibat tenaga tektonik dan andogen kemudian
terbawa oleh arus dan tertranspot sangat jauh sehingga menghasilkan butiran yang
halus kemudian mengendap pada daerah ini , terakumulasi sampai membentu
singkapan.
t= d sin (dip-slope)
-
8/2/2019 Bentuk lahan
25/28
25
BAB V
PENUTUP
-
8/2/2019 Bentuk lahan
26/28
26
DAFTAR PUSTAKA
http://samuelmodeon.blogspot.com/2011/04/geologi-regional-kota-semarang.html
http://aryadhani.blogspot.com/2009/05/geologi-regional-kota-semarang.html
Staff Asisten. 2005 Panduan Praktikum Geologi Struktur. Bandung: Institusi Teknologi
Bandung
http://samuelmodeon.blogspot.com/2011/04/geologi-regional-kota-semarang.htmlhttp://aryadhani.blogspot.com/2009/05/geologi-regional-kota-semarang.htmlhttp://aryadhani.blogspot.com/2009/05/geologi-regional-kota-semarang.htmlhttp://aryadhani.blogspot.com/2009/05/geologi-regional-kota-semarang.htmlhttp://samuelmodeon.blogspot.com/2011/04/geologi-regional-kota-semarang.html -
8/2/2019 Bentuk lahan
27/28
27
-
8/2/2019 Bentuk lahan
28/28
LAMPIRAN