Download - Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus
-
5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus
1/25
PENDAHULUAN
Menurut definisi WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia
kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). Bayi prematur
ataupun bayi preterm adalah bayi yang berumur kehamilan 37 minggu tanpa
memperhatikan berat badan, sebagian besar bayi prematur lahir dengan berat badan
kurang 2500 gram. Bayi prematur memiliki berbagai masalah akibat belum
berkembangnya organ-organ tubuh, sehingga belum siap untuk berfungsi di luar
rahim. Masalah yang sering dijumpai pada bayi kurang bulan dan BBLR adalah :
Asfiksia, gangguan nafas, hipoglikemia, hipotermia, maslah pemberian ASI, ikterus,
infeksi, masalah perdarahan. Penatalaksanaan didasarkan pada masalah yang muncul
yang berkaitan dengan berat badan lahir rendah.(1) (2) (3)
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernapas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Asfiksia pada BBL merupakan
penyebab kematian 19% dari 5 juta kematian BBL setiap tahun. Resusitasi
merupakan tindakan utama pada asfiksia.(1)
Ikterus neonatorum adalah warna kuning yang terlihat pada kulit atau selaput
lendir oleh karena adanya penimbunan bilirubin di jaringan bawah kulit atau selaput
lendir sedangkan hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin yang
menjurus ke arah terjadinya kern ikterus atau ensefalopati bilirubin bila tidak
terkendali. Bayi dikatakan hiperbilirubinemia bila mengalami peningkatan kadar
bilirubin total >13 mg/dL. Penanganan pada bayi dengan ikterus yang fisiologis dapat
-
5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus
2/25
dilakukan rawat jalan, pemberian ASI/PASI yang lebih ditingkatkan dan pemberian
sinar matahari yang cukup pada bayi. Penangan hiperbilirubinemia dapat berupa
terapi sinar atau fototerapi untuk mengurangi kadar bilirubin yang ada di dalam
sirkulasi.(1,4)
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas 37.5 C. manifestasi dapat
berupa kulit hangat terlihat kemerahan atau merah muda pada awalnya dan kemudian
terlihat pucat, berkeringat. Ketidakmampuan neonatus untuk mengeluarkan keringat
merupakan sebagian besar dari masalah yang terjadi. Penanganan terutama dengan
menjaga suhu lingkungan karena suhu tubuh sangat dipengaruhi oleh suhu tubuh
lingkungan. Pencegahan dehidrasi juga dapat mengurangi kejadian hipertermia.(5)
Berikut akan dibahas refleksi kasus mengenai Bayi Prematur dengan asfiksia,
ikterus neonatorum dan hipertermia di ruangan Perinatal Resiko Tinggi (PERISTI)
RSUD Undata Palu.
.
-
5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus
3/25
KASUS
IDENTITAS
Nama : By. AR
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 29 Januari 2014 (06.35)
Tanggal masuk : 5 Februari 2014 (8 hari)
ANAMNESIS
Bayi baru masuk jam 20.30 melalui UGD diantar oleh keluarga dengan keluhan
masuk kuning pada tangan dan kaki tidak sampai pada telapak yang muncul sejak
usia 2 hari, panas dan malas minum sejak 2 hari sebelum masuk RS. Bayi tidak
pernah kejang, tidak ada gangguan kesadaran, tidak rewel, ada gangguan minum, dan
bayi mengkonsumsi ASI dan susu formula karena ASI ibu sedikit. BAB tidak
berwarna dempul, BAK
-
5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus
4/25
demam selama hamil, terdapat riwayat preeklamsia saat hamil, anemia berat tidak
ada, tidak ada konsumsi obat-obatan tertentu selama kehamilan. Ibu tidak
mengkonsumsi alkohol ataupun merokok selama hamil. Di rumah juga tida ada yang
merokok. Selama hamil, aktivitas ibu kurang. Nafsu makan dan gizi ibu selama hamil
cukup.
Riwayat golongan darah dan rhesus : Golongan darah dan rhesus bayi dan ibu
tidak diketahui.
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda vital
Denyut jantung : 164x/menit
Suhu : 380C
Respirasi : 49 x/menit
CRT : < 2 detik
Berat Badan : 1.500 gram
Penurunan Berat Badan: 9%
Sistem neurologi :Aktivitas : kurang aktif
Kesadaran : compos mentis
Fontanela : datar
Sutura : memisah
Ubun-ubun : tidak membonjol
-
5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus
5/25
Refleks cahaya : ada
Kejang : tidak ada
Tonus otot : normal
Sistem pernapasanSianosis : tidak ada sianosis
Merintih : tidak ada
Apnea : tidak ada
Retraksi dinding dada : tidak ada
Pergerakan dinding dada : simetris
Cuping hidung : tidak ada
Bunyi pernapasan : bronchovesicular
Bunyi tambahan : wheezing -/-, rhonchi -/-.
Skor Down
Frekuensi Napas : 0
Merintih : 0
Sianosis : 0
Retraksi : 0
Udara Masuk : 0
Total skor : 0 (tidak ada gawat napas)
WHO : tidak ada gangguan napas
Sistem hematologi :Pucat : tidak ada
-
5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus
6/25
Ikterus : (+) Kramer IV
Sistem kardiovaskulerBunyi Jantung : SI dan SII murni reguler
Murmur : tidak ada
Sistem GastrointestinalKelainan dinding abdomen: tidak ada
Muntah : tidak ada
Diare : tidak ada
Residu lambung : tidak ada
Organomegali : tidak ada
Peristaltik : positif, kesan normal
Umbilikus
Pus : tidak ada
Kemerahan : tidak ada
Edema : tidak ada
Sistem Genitalia.Hipospadia : tidak ada
Hidrokel : tidak ada
Hernia : tidak ada
Testis : belum turun
Anus imperforata : tidak ada
Pemeriksaan lain
-
5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus
7/25
Ekstremitas : Akral hangat
Turgor : kembali cepat
Kelainan kongenital : tidak ada
Trauma lahir : tidak ada
Kategori Sepsis Neonatorum
Kategori A: Hipertermia
Kategori B: Gangguan minum, kurang aktif
Kesimpulan : Dugaan sepsis (1A + 2B)
RESUME :
Bayi baru masuk jam 20.30 melalui UGD diantar oleh keluarga dengan keluhan
masuk kuning pada tangan dan kaki tidak sampai pada telapak yang muncul sejak
usia 2 hari, panas dan malas minum sejak 2 hari sebelum masuk RS. BAB tidak
berwarna dempul, BAK
-
5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus
8/25
DIAGNOSIS: Bayi preterm + Asfiksia + Ikterus neonatorum + Hipertermia
TERAPI :
IVFD Dextrosa 5% 8 tetes/menit Injeksi Cefotaxime 50 mg / 8 jam / iv ASI / PASI 12 x 10 cc Kompres air hangat Memantau ikterus setiap 8-12 jam
Anjuran pemeriksaan :
- Darah rutin- Bilirubin total- Golongan darah dan rhesus ibu- Golongan darah dan rhesus bayi- Tes Coombs direk-
Skrining G6PD- Kadar albumin
-
5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus
9/25
FOLLOW UP
06/02/2014 (9 hari)
S: Kuning pada tangan dan kaki tidak sampai pada telapak (+), panas (-), malas
minum (-), BAK kurang
O: - Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung : 128x/menit Suhu : 36,9 C
Pernapasan : 44x/menit CRT : < 2 detik
Berat badan : 1.550 gr
Penurunan berat badan : 6%
Keadaan Umum: Sedang
- Sistem Pernapasan : Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada(-), pergerakan dinding dada simetris (+),
Skor DOWN : 0 (tidak ada gawat nafas) . WHO: tidak ada gangguan napas
- Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung murni, reguler (+), murmur (-).- Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (+) Kramer IV- Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-), organomegali (-).- Sistem Saraf : aktifitas aktif, tingkat kesadaran compos mentis, fontanela
datar, kejang (-), ubun-ubun membonjol (-)
-
Kriteria Sepsis: A: -
B: -
-
5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus
10/25
Pemeriksaan penunjang : GDS : 92 mg/dL
Darah rutin :
Hb : 14,1 g / dl Trombosit : 164.000 /mm3 Hct : 42,5 % WBC : 8.800/ mm3Bilirubin total 10,6 mg/dL
Bilirubin direk I,8 mg/dL
Bilirubin indirek 8,8 mg/dL
Keterangan: Bayi pada kasus ini termasuk higher risk karena usia kehamilan
tergolong preterm (35 minggu) dan bayi memiliki faktor risiko berupa asfiksia.
Berdasarkan kurva diatas didapatkan bahwa bayi pada kasus ini belum termasuk
indikasi untuk fototerapi.
-
5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus
11/25
A:Bayi preterm + Asfiksia + Ikterus neonatorum
P: IVFD Dextrosa 5% 8 tetes/menit
Injeksi Cefotaxime 50 mg / 8 jam / iv
ASI / PASI 12 x 10 cc
Dijemur pada matahari pagi sekitar 5-15 menit
Memantau ikterus setiap 8-12 jam
07/02/2014 (10 hari)
S: Kuning pada tangan dan kaki tidak sampai pada telapak (+), panas (-), malas
minum (-), BAK > 6 kali per hari
O: - Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung : 140x/menit Suhu : 36,6C
Pernapasan : 44x/menit CRT : < 2 detik
Berat badan : 1.550 gr
Penurunan berat badan : 6%
Keadaan Umum: Sedang
- Sistem Pernapasan : Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada(-), pergerakan dinding dada simetris (+),
Skor DOWN : 0 (tidak ada gawat nafas) . WHO: tidak ada gangguan napas
- Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung murni, reguler (+), murmur (-).- Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (+) Kramer IV
-
5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus
12/25
- Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-), organomegali (-).- Sistem Saraf : aktifitas aktif, tingkat kesadaran compos mentis, fontanela
datar, kejang (-), ubun-ubun membonjol (-)
A:Bayi preterm + Asfiksia + Ikterus neonatorum
P: IVFD Dextrosa 5% 8 tetes/menit
Injeksi Cefotaxime 50 mg / 8 jam / iv
ASI / PASI 12 x 10 cc
Dijemur pada matahari pagi sekitar 5-15 menit
Memantau ikterus setiap 8-12 jam
08/02/2014 (11 hari)
S:Kuning sampai pada perut (+), panas (-), malas minum (-), BAK > 6 kali per hari
O: - Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung : 132x/menit Suhu : 36,7 C
Pernapasan : 52x/menit CRT : < 2 detik
Berat badan : 1.600 gr
Penurunan berat badan : 3%
Keadaan Umum: Sedang
- Sistem Pernapasan : Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada(-), pergerakan dinding dada simetris (+),
Skor DOWN : 0 (tidak ada gawat nafas) . WHO: tidak ada gangguan napas
-
5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus
13/25
- Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung murni, reguler (+), murmur (-).- Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (+) Kramer II- Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-), organomegali (-).- Sistem Saraf : aktifitas aktif, tingkat kesadaran compos mentis, fontanela
datar, kejang (-), ubun-ubun membonjol (-)
A:Bayi preterm + Asfiksia + Ikterus neonatorum
P: IVFD Dextrosa 5% 8 tetes/menit
Injeksi Cefotaxime 50 mg / 8 jam / iv
ASI / PASI 12 x 10 cc
Dijemur pada matahari pagi sekitar 5-15 menit
Memantau ikterus setiap 8-12 jam
09/02/2014 (12 hari)
S:Kuning pada wajah (+), panas (-), malas minum (-), BAK > 6 kali
O: - Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung : 140x/menit Suhu : 37,2 C
Pernapasan : 48x/menit CRT : < 2 detik
Berat badan : 1.550 gr
Penurunan berat badan : 6%
Keadaan Umum: Sedang
-
5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus
14/25
- Sistem Pernapasan : Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada(-), pergerakan dinding dada simetris (+),
Skor DOWN : 0 (tidak ada gawat nafas) . WHO: tidak ada gangguan napas
- Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung murni, reguler (+), murmur (-).- Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (+) Kramer I- Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-), organomegali (-).- Sistem Saraf : aktifitas aktif, tingkat kesadaran compos mentis, fontanela
datar, kejang (-), ubun-ubun membonjol (-)
A:Bayi preterm + Asfiksia + Ikterus neonatorum
P: IVFD Dextrosa 5% 8 tetes/menit
Injeksi Cefotaxime 50 mg / 8 jam / iv
ASI / PASI 12 x 10 cc
Dijemur pada matahari pagi sekitar 5-15 menit
Memantau ikterus setiap 8-12 jam
10/02/2014 (13 hari)
S:Kuning pada wajah (+), panas (-), malas minum (-), BAK > 6 kali
O: - Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung : 128x/menit Suhu : 36,9 C
Pernapasan : 44x/menit CRT : < 2 detik
Berat badan : 1.600 gr
-
5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus
15/25
Penurunan berat badan : 3%
Keadaan Umum: Sedang
- Sistem Pernapasan : Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada(-), pergerakan dinding dada simetris (+),
Skor DOWN : 0 (tidak ada gawat nafas) . WHO: tidak ada gangguan napas
- Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung murni, reguler (+), murmur (-).- Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (+) Kramer I-
Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-), organomegali (-).
- Sistem Saraf : aktifitas aktif, tingkat kesadaran compos mentis, fontaneladatar, kejang (-), ubun-ubun membonjol (-)
A:Bayi preterm + Asfiksia + Ikterus neonatorum
P: IVFD Dextrosa 5% 8 tetes/menit
Injeksi Cefotaxime 50 mg / 8 jam / iv
ASI / PASI 12 x 10 cc
Dijemur pada matahari pagi sekitar 5-15 menit
Memantau ikterus setiap 8-12 jam
11/02/2014 (14 hari)
S:Kuning (-), panas (-), malas minum (-), BAK >6 kali
O: - Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung : 128x/menit Suhu : 36,9 C
-
5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus
16/25
Pernapasan : 44x/menit CRT : < 2 detik
Berat badan : 1.600 gr
Penurunan berat badan : 3%
Keadaan Umum: Sedang
- Sistem Pernapasan : Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada(-), pergerakan dinding dada simetris (+),
Skor DOWN : 0 (tidak ada gawat nafas) . WHO: tidak ada gangguan napas
-
Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung murni, reguler (+), murmur (-).
- Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-)- Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-), organomegali (-).- Sistem Saraf : aktifitas aktif, tingkat kesadaran compos mentis, fontanela
datar, kejang (-), ubun-ubun membonjol (-)
A:Bayi preterm + Asfiksia + Post Ikterus neonatorum
P: PMK
Pasien pulang dan menjalani rawat jalan
-
5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus
17/25
DISKUSI
Diagnosis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang.
Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien masuk dengan keluhan kuning pada
tangan dan kaki tidak sampai pada telapak yang muncul sejak usia 2 hari, panas dan
malas minum sejak 2 hari sebelum masuk RS. Dari anamnesis ini didapatkan bahwa
pasien mengalami ikterus neonatorum yang bersifat fisiologis berdasarkan waktu
munculnya. Selama perawatan, ikterus mulai hilang perlahan-lahan dan hilang
sepenuhnya pada usia 14 hari.
Dari anamnesis juga didapatkan bayi riwayat lahir dengan spontan LBK, skor
apgar 3-5-7, ketuban biasa. Dari sini dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami
asfiksia. Usia kehamilan adalah 35 minggu. Berat badan lahir 1.650 gram. Riwayat
maternal primigravida. Dari sini dapat disimpulkan bahwa pasien tergolong bayi
preterm.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu 380C, respirasi 49 x/menit, berat badan
1.500 gram (penurunan BB 9%), skor down 0 (tidak ada gawat napas), ikterus
Kramer IV, kriteria sepsis tergolong dugaan sepsis (1 kriteria A dan 2 kriteria B).
Dari pemeriksaan fisik ini didapatkan bahwa bayi mengalami hipertermia dan ikterus
neonatorum.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada bayi ini adalah gula darah sewaktu
dengan hasil pemeriksaan 92 gr/dL. Pada pemeriksaan bilirubin total didapatkan
-
5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus
18/25
kadarnya adalah 10,6 mg/dL Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa pasien tidak
mengalami hipoglikemia, dan tidak mengalami hiperbilirubinemia.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
didapatkan bahwa diagnosis pasien pada kasus ini adalah bayi preterm dengan
asfiksia, ikterus neonatorum dan hipertermia.
Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum 37 minggu usia kehamilan
sedangkan bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari
2500 gram.
(1)
Faktor risiko terjadinya bayi prematur antara lain(6)
:
a. Janin: Gawat janin, kehamilan kembar, eritroblastosis, hydrop non imunb. Plasenta: Plasenta previa, abruptio plasentac. Uterus: Uterus bikornat, serviks tidak kompetend. Ibu: Pre eklamsia, penyakit medis kronis (misalnya penyakit jantung), Infeksi
(misanya Listeria monositogenes, infeksi saluran kemih), penyalahgunaan
obat
e. Lain-lain: Ketuban pecah sebelum waktunya, polihidramnion, IatrogenikPada kasus ini, faktor risiko terjadinya bayi prematur adalah dari faktor ibu
berupa preeklamsia. Adanya kemungkinan preeklamsia ini menyebabkan gangguan
pada aliran uteroplasenta yang menyebabkan peningkatan risiko pelepasan prematur
plasenta sebanyak 10%.(7)
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernapas
secara spontan dan teratur setelah lahir. Keadaan ini disertai dengan hipoksia,
-
5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus
19/25
hiperkapnia, dan berakhir dengan asidosis. Hipoksia yang terdapat pada penderita
asfiksia ini merupakan faktor terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru
lahir terhadap kehidupan ekstrauterin.(2)
Menurut Lee et. al. (2008), faktor risiko asfiksia terbagi atas 3, yaitu(8)
:
a. Antepartum: primiparitas, demam selama kehamilan, anemia, pendarahanantepartum, riwayat kematian neonatus sebelumnya, hipertensi pada
kehamilan.
b.
Intrapartum: Malpresentasi, partus lama, ketuban bercampur mekonium,
ruptur membran prematur, prolaps umbilikus.
c. Bayi/post natal: prematuritas, BBLR, restriksi pertumbuhan intrauterina.Pada kasus ini, faktor risiko asfiksia terutama berkaitan dengan faktor antepartum
dan bayi. Pada antepartum, terjadinya asfiksia berkaitan dengan adanya hipertensi
pada kehamilan, dan primiparitas. Sedangkan faktor bayi berkaitan dengan
prematuritas.
Ikterus adalah deskolorasi kuning pada kulit, membran mukosa, dan sklera akibat
peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Pada neonatus penampakan kuning terjadi
bila kadar bilirubin serum > 5 mg/dl, Sedangkan dikatakan hiperbilirubinemia bila
kadar bilirubin dalam serum > 13 mg/dl.(1)
Ikterus terbagi atas 2 yaitu :
a. Ikterus fisiologis
-
5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus
20/25
Terjadi setelah 24 jam pertama. Pada bayi cukup bulan nilai puncak 6-8 mg/dl
biasanya tercapai pada hari ke-3-5. Pada bayi kurang bulan nilainya 10-12 mg/dl
bahkan sampai 15 mg/dl. Peningkatan/akumulasi bilirubin serum < 5 mg/dl/hari.
b. Ikterus patologis (non fisiologis)Terjadi dalam 24 jam pertama kehidupan . Peningkatan/akumulasi bilirubin
serum > 5 mg/dl/hari. Bilirubin total serum > 17 mg/dl pada bayi yang mendapat
ASI . Ikterus menetap setelah 8 hari pada bayi cukup bulan atau setelah 14 hari
pada bayi kurang bulan. Bilirubin direk > 2 mg/dl.
Gambar 1. Fisiologi Metabolisme bilirubin(9)
-
5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus
21/25
Terdapat 4 mekanisme umum tentang patofisiologi terjadinya ikterus pada
neonatus yaitu:(1,10)
a. Pembentukan bilirubin yang berlebihan akibat proses hemolisis yang meningkatpada neonatus (akibat sepsis, perdarahan tertutup, inkompatibilitas darah,
hematoma darah ekstravaskuler, kelainan sel darah merah intrinsik) dan bisa
secara fisiologis mengingat umur eritrosit pada neonatus cenderung lebih pendek
sekitar 80-90 hari.
b.
Gangguan transportasi bilirubin tak terkonjugasi oleh hati akibat
hipoalbuminemia sehingga kapasitas pengangkutan bilirubin tak terkonjugasi
(indirect) berkurang.
c. Gangguan Uptake ikatan bilirubin dan albumin oleh hati akibat difesiensi enzimglucorinil transferase yang dapat bersifat fisiologis. Kekurangan enzim ini biasa
terjadi pada hepar yang imatur pada bayi preterm, dapat juga terjadi pada pasien
hipotiroid.
d. Penurunan ekskresi bilirubin terkonjugasi dalam empedu akibat faktor intrahepatik yang bersifat obstruktif fungsional atau mekanik ataupun akibat
peningkatan sirkulasi enterohepatik.
Pada kasus ini, ikterus neonatorum yang terjadi masih tergolong fisiologis
terutama berkaitan dengan waktu munculnya yaitu pada hari ke-2 dan hilang pada
hari ke-14. Hilangnya ikterus tergolong normal mengingat bahwa bayi tergolong bayi
kurang bulan Penyebab ikterus pada kasus ini adalah pada proses metabolisme dan
ekskresi. Proses metabolisme terganggu karena bayi tergolong prematur sehingga hati
-
5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus
22/25
belum sepenuhnya matur sehingga proses metabolisme masih kurang. Ekskresi juga
terganggu dikaitkan dengan peningkatan sirkulasi enterohepatik karena rendahnya
asupan enteral.
Untuk manajemen ikterus fisiologis biasanya hanya dilakukan rawat jalan
pemberian ASI dini dan ekslusif dan sering serta bayi dapat cukup sinar matahari
pagi.(1,3)
Pada kasus ini untuk ikterusnya hanya diberikan ASI dan dan disinari
matahari pagi. Pada kasus ini dilakukan rawat inap karena bayi mengalami masalah
lain dan diperlukan pemantauan dengan ketat terhadap masalah maupun ikterus yang
terjadi.Pada kasus ini tidak dilakukan fototerapi karena berdasarkan kurva belum
termasuk indikasi untuk fototerapi. Berdasarkan kurva, bayi pada kasus ini tergolong
high risk karena usia kehamilan 35 minggu dan mengalami asfiksia yang merupakan
salah satu faktor risiko.
Penanganan hiperbilirubinemia dapat berupa fototerapi, fototerapi yang dilakukan
pada pasien bertujuan untuk mengurangi kadar bilirubin yang terdapat di dalam
sirkulasi. Mekanisme fototerapi yang terjadi berupa fotoisomerasi dan oksidasi
fotosensitif. Fotoisomerasi mempertinggi ekskresi bilirubin dengan cara mengubah
konfigurasi bilirubin. Selama fototerapi, energy cahaya dari panjang gelombang yang
sesuai dapat mengubah konfigurasi Z atau cis ikatan ganda menjadi konfigurasi E
membentuk struktur isomer E,Z atau Z,E atau E,E. Penyusunan kembali, secara
internal dalam molekul bilirubin mengakibatkan terganggunya pengikatan hidrogen
dan membuka sisi polar bilirubin untuk molekul air. Sehingga hasil perubahan
konfigurasi bilirubin menjadi larut dalam air dan dapat diekskresi melalui empedu
-
5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus
23/25
dan urin tanpa konjugasi sebelumnya. Sedangkan oksidasi fotosensitif menyebabkan
bilirubin terhidrolisis menjadi monopirol, dipirol, dan tripirol, yang larut dalam air
dan kemudian dieksresi ke dalam empedu atau urin. Jadi fototerapi menurunkan
konsentrasi bilirubin dengan mempertinggi kelarutan air.(1,3)
Kontraindikasi dilakukannya foto terapi adalah :
a. Hiperbilirubinemia karena bilirubin direk (hepatitis)b. Hiperbilirubinemia obstruktiva (atresia biliaris)
Bayi yang menjalani fototerapi harus di observasi dengan ketat untuk menentukan
penghentian fototerapi. Berikut ini syarat penghentian fototerapi(10)
:
a. Bayi cukup bulan dengan bilirubin total 12 mg/dl.b. Bayi kurang bulan dengan bilirubin total 10 mg/dl.c. Jika timbul efek samping.
Adapun efek samping yang dapat terjadi selama dilakukannya fototerapi yaitu;
hipertermi, dehidrasi, kelainan kulit, gangguan minum, bronze baby syndrome, dan
kerusakan retina.(10)
Hipertermia adalah keadaan meningkatnya suhu tubuh diatas 37,50C. Hipertermia
lebih cepat terjadi pada neonates daripada dewasa. Bayi mempunyai kapasitas
menyimpan panas lebih rendah karena suhu rongga tubuh yang berhubungan dengan
lingkungan lebih tinggi, dan mempunyai rasio luas permukaan/volume tubuh yang
lebih besar. Jadi sistem termoregulasi bayi homeoterm bayi mengatur dan
menyeimbangkan produksi panas, aliran darah kulit, berkeringat dan respirasi dengan
cara tertentu agar suhu tubuh dipertahankan konstan di dalam cakupan control suhu
-
5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus
24/25
lingkungan. Ketidakstabilan suhu badan pada bayi disebabkan oleh ketidaksesuaian
antara efisiensi sistem efektor dan ukuran tubuh.(3,5)
Peningkatan suhu inti tubuh dapat disebabkan oleh suhu lingkungan yang
berlebihan, infeksi, dehidrasi atau perubahan pengaturan panas sentral yang
berhubungan dengan trauma lahir pada otak atau malformasi dan obat-obatan.
Fototerapi pada hiperbilirubinemia juga dapat menyebabkan hipertermia.(3)
Pada kasus ini, hipertermia kemungkinan disebabkan oleh dehidrasi yang terjadi
pada bayi akibat malas minum yang terjadi pada bayi ini.
Prognosis pada pasien ini terutama berkaitan dengan masalah prematur dan
ikterus pada pasien. Prognosis terbagi atas dua, yaitu prognosis jangka pendek dan
prognosis jangka panjang. Prognosis jangka pendek dapat dikatakan baik karena
setelah pulang ikterus sudah sepenuhnya hilang. Sedangkan prognosis jangka panjang
dapat dinilai dengan melihat ada tidaknya kernicterus yang terjadi. Pada kasus ini,
tanda dan gejala kernicterus tidak ada. Berkaitan dengan prematuritas, pemantauan
tumbuh kembang jangka panjang juga penting. Selain itu, prognosis juga berkaitan
dengan kemungkinan-kemungkinan masalah yang dapat muncul berkaitan dengan
prematuritas.
-
5/28/2018 Bayi Preterm + Asfiksia + Ikterus
25/25
DAFTAR PUSTAKA
1. Hariarti, M, Yunanto, A, Usman, A, Saroso, GI. Buku Ajar Neonatologi edisi I.Jakarta: IDAI, 2008.
2. FKUI. Ilmu Kesehatan Anak jilid 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 1985.3. Klaus, M. Fanaroff,A. Penalatalaksanaan Neonatus Risiko Tinggi, ed. 4. Jakarta:
EGC, 1998.
4.
IDAI. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. Jakarta: Badan Penerbit IDAI,
2010.
5. Tim JNPK PONEK. Termoregulasi Pada Neonatus (PPT).6. Kliegman, RM. Janin dan Bayi Neonatus, in Behrman, RE, Kliegman, R, Arvin,
AM. (Eds.): Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Vol. 1. Jakarta: EGC, 2000.
7. Benson, RC, Pernoll, RL. Buku Saku Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta: EGC,2009.
8. Lee, AC, Mullany, LC, Tielsch, JM, Katz, J. Risk Factors for Neonatal MortalityDue to Birth Asphyxia in Southern Nepal.Pediatrics. 2008 May; 121(5): e1381
e1390.
9. Kumar, Abbas, Fausto, Mitchell. Robbins Basic Pathology 8th Edition. USA:Elsevier, 2007.
10.Tim PONEK. Hiperbilirubinemia Pada Neonatus. Neonatal TechnicalSupervisory Group.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/eutils/elink.fcgi?dbfrom=pubmed&retmode=ref&cmd=prlinks&id=18450881http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/eutils/elink.fcgi?dbfrom=pubmed&retmode=ref&cmd=prlinks&id=18450881http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/eutils/elink.fcgi?dbfrom=pubmed&retmode=ref&cmd=prlinks&id=18450881http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/eutils/elink.fcgi?dbfrom=pubmed&retmode=ref&cmd=prlinks&id=18450881http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/eutils/elink.fcgi?dbfrom=pubmed&retmode=ref&cmd=prlinks&id=18450881