BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Profil Perusahaan
PT. Shyang Yao Fung adalah perusahaan industri manufaktur yang
bergerak di bidang sepatu olahraga yang bermerek Adidas yang memproduksi
sepatu untuk pria, wanita, anak-anak. Dengan menggunakan bahan dasar
yang terbuat dari kulit, kain dan sintetis.
Pada awalnya, tahun 1984 didirikannya Shyang Sin Bao industry Co., Ltd
(Taiwan). Kemudian perusahaan ini memperluas jangkauannya hingga di
Indonesia dengan nama Shyang Yao Fung. Saat ini perusahaan ini
menyediakan sepatu merek-merek terkenal di dunia dengan keterampilan
yang luar biasa dalam inovasi penelitian dan pengembangan, teknik integrasi
dan manufaktur kualitas terbaik.
PT. Shyang Yao Fung memproduksi alas kaki atau sepatu Adidas yang
unggul melampaui standar dalam kualitas konsep merek. Praktik bisnisnya
yang tetap konsisten dengan nilai-nilai Adidas, kapabilitas dan kemampuan
dalam perencanaan produksi dan manajemen yang telah mengembangkan
mekanisme produksi yang sangat efisien yang memungkinkan fasilitas untuk
memenuhi kebutuhan yang beragam dari pelanggan. PT. Shyang Yao Fung
berusaha menjadi pemasok global utama dalam Adidas Group.
55
PT. Shyang Yao Fung di Indonesia didirikan pada tahun 2007. Pada tahun
2008 memproduksi sepatu resmi untuk anak-anak dan balita. Pada tahun 2009
PT. Shyang Yao Fung mendirikan pabrik yang kedua dan memulai
produksinya. Kemudian pada tahun 2010, PT. Shyang Yao Fung mendirikan
pabrik yang ketiga dan memulai produksinya.
Mendapat ISO 9001 & 14001 dan sertifikat OHSAS untuk pabrik 1 dan
pabrik 2 pada tahun 2010. Pada tahun 2012 PT. Shang Yao Fung menerapkan
untuk memperpanjang ISO 9001/14001 dan sertifikat OHSAS untuk ruang
lingkup pabrik ketiga.
PT. Shyang Yao Fung Pabrik 1 didirikan pada tahun 2007 dimulai dengan
memproduksi Adidas Crib and Infant. Berlokasi di Jl. Industri Raya IV blok
AE No.9 Bunder−Tangerang. Pada tahun 2009 didirikannya PT. Shyang Yao
Fung pabrik 2 dimulai produksinya dengan sepatu Adidas ukuran pria.
Berlokasi di Jl. Industri Raya blok D no.2 Cikupa−Tanggerang. Pada tahun
2010 didirikan PT. Shyang Yao Fung Pabrik 3 dimulai dengan proses
pencetakan. Berlokasi di Jl. Industri Raya VIII Jatiuwung − Tangerang.
Dari produksi sepatu yang dihasilkan akan diekspor keluar negeri seperti
Jerman, Spanyol, Italia, Afrika Selatan, Amerika, Mexico, Brazil, Jepang
Korea, Taiwan, Hongkong dan Negara-negara lainnya.
56
SYF – Indonesia Capacity
4.1.1 Visi dan Misi PT. Shyang Yao Fung
Adapun visi PT. Shyang Yao Fung :
− Menjadi pemimpin pasar, dalam pangsa pasar kalangan menengah ke
atas.
− Meneruskan inovasi-inovasi dalam hal menciptakan kualitas yang lebih
baik dalam semua produk dan mempertahankan harga agar dapat
dijangkau konsumen.
Adapun misi PT. Shyang Yao Fung:
− Membina hubungan kekeluargaan dan kemitraan yang erat antara
konsumen, karyawan, pemilik dan pihak-pihak lain yang terkait.
− Meningkatkan kemakmuran perusahaan dengan melayani kebutuhan
konsumen, serta ikut berperan memajukan kesejahteraan masyarakat.
Location Factory Production Current Capacity
Indonesia
F1 Crib
Cold cement
70,000
100,000
F2 Cold Cement 200,000
F3 Cold Cement 200,000
TOTAL 570,000
57
4.2 Struktur PT. Shyang Yao Fung
Struktur organisasi merupakan gambaran mengenai pembagian tugas yang
dilakukan oleh manajemen perusahaan agar perusahaannya dapat berjalan
dengan lancar sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.
Struktur organisasi merupakan hal yang penting bagi perusahaan terutama
membantu dalam hal-hal sebagai berikut :
1. Memperlancar kerjasama antar bagian.
2. Menjelaskan hubungan kerja yang terdapat antara bagian yang satu
dengan bagian yang lainnya.
3. Menjelaskan secara lengkap dan terperinci tentang hal-hal yang menjadi
tanggung jawab bawahan dan atasan.
4. Memudahkan untuk melakukan kontrol terhadap efisiensi setiap bagian.
5. Sebagai pedoman maupun standar yang digunakan dalam penyusunan
prosedur-prosedur tertulis tentang aktivitas usaha.
6. Menjelaskan bagian-bagian yang ada daripada suatu perusahaan.
7. Menjelaskan tingkatan-tingkatan manajemen dalam perusahaan, derajat
dalam posisi daripada masing-masing bagian.
Suatu organisasi dikatanya baik apabila memperlihatkan arus pekerjaan
yang lancar serta pengendalian yang mantap dan terlaksana dengan baik,
walaupun hanya dengan bimbingan yang minimal dari pihak manajemen atau
pimpinan.
Dengan demikian suatu perusahaan harus menyusun suatu struktur
organisasi sehingga dapat memberikan gambaran mengenai bagaimana cara
58
pengaturan yang harus dilakukan oleh manajemen perusahaan. Dalam
menyusun struktur organisasi ini perlu diperhatikan mengenai besar kecilnya
perusahaan. Semakin besar perusahaan itu semakin banyak pula pembagian
pekerjaan yang harus dipikirkan oleh manajemen perusahaan
Penyusunan suatu struktur organisasi harus diusahakan mempunyai
keluwesan atau fleksibilitas, sehingga diharapkan dapat menyesuaikan diri
dengan perkembangan-perkembangan yang terjadi dalam perushaan dan
dunia usaha setiap saat. Kebanyakan perusahaan-perusahaan yang ada dewasa
ini berusaha mencari bentuk sempurna dari suatu struktur organisasi yang
merupakan suatu campuran dari organisasi lini dan staff.
59
STRUKTUR ORGANISASI PT.SHYANG YAO FUNG
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Shyang Yao Fung
Sumber: PT. Shyang Yao Fung, Desember 2012
Direktur Utama
Kepala Bagian Cutting
Marketing
Kepala Bagian Stitching
Kepala Bagian Finishing
Kepala Bagian Assembling
Gudang Personalia
Bahan Baku
Keuangan Produksi dan Desain
Packaging
Administrasi Accounting
Satpam
Supir
60
4.3 Uraian Tugas PT. Shyang Yao Fung
Struktur organisasi merupakan gambaran mengenai pembagian tugas yang
dilakukan oleh manajemen perusahaan agar perusahaannya dapat berjalan
dengan lancar sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.
Dibawah ini akan dijelaskan satu persatu tugas dan tanggung jawab
masing-masing fungsi :
1. Direktur Utama, merupakan pemegang kekuasaan tertinggi perusahaan.
Tugas-tugas dan wewenangnya adalah
a. Merumuskan tujuan, sasaran dan kebijaksanaan perusahaan serta
mengadakan pengawasan dan mengevaluasi pelaksanaanya.
b. Mengevaluasi dan menilai hasil kegiatan para kepala Departemen
(manager) secara periodik.
c. Menetapkan kebijaksanaan dan rencana yang berhubungan dengan
tujuan yang akan dicapai perusahaan.
d. Memeriksa laporan kegiatan produksi bulanan, hasil produksi dan
juga laporan penerimaan dan pengeluaran bulanan dari tiap
departemen.
2. Manajer Marketing (Pemasaran)
Tugas-tugas dan wewenangnya adalah :
a. Merencanakan dan melaksanakan hal-hal yang berhubungan dengan
pemasaran dan penjualan ke luar negeri.
61
b. Menerima keluhan-keluhan dari pelanggan yang disampaikan
terutama oleh para pemain sepak bola.
c. Membuat laporan secara periodik kepada direktur utama.
d. Menangani masalah yang berhubungan dengan pelanggan.
e. Mencari gagasan-gagasan baru yang baik bagi perkembangan produk
di masa yang akan datang.
3. Manajer Produksi
Tugas-tugas dan wewenangnya adalah :
a. Membantu Direktur Utama dalam menjalankan tugasnya dalam hal
produksi dan operasi.
b. Bertanggung jawab terhadap tercapainya target produksi yang telah
ditetapkan.
c. Bertanggung jawab terhadap kelancaran proses produksi.
d. Mengarahkan dan mengawasi serta memastikan bahwa semua
pelaksanaan kegiatan pada setiap bagian produksi dapat berjalan
sesuai dengan program kerja, kebijaksanaan dari prosedur kerja yang
telah ditetapkan.
e. Mengadakan peninjauan langsung untuk kelancaran produksi ke
segala bagian produksi.
f. Bersama-sama dengan Direktur Utama bertukar pikiran untu
merancang (mendesain) model-model sepatu terbaru.
4. Manajer Personalia
Tugas-tugas dan wewenangnya adalah :
62
a. Melakukan perekrutan karyawan baru.
b. Mengurus hal-hal yang berhubungan dengan gaji karyawan
perusahaan.
c. Mengadakan pelatihan, pendidikan dan keselamatan kerja bagi
karyawan perusahaan.
d. Menciptakan keamanan kerja bagi karyawan perusahaan.
e. Menjalin hubungan baik dengan masyarakat.
5. Manajer Keuangan
Tugas-tugas dan wewenangnya adalah :
a. Merencanakan dan menyiapkan anggaran keuangan yang diperlukan.
b. Membuat laporan dan input secara periodic yang akan diberikan
kepada direktur utama.
c. Melaksanakan segala kebijakan yang telah ditetapkan dan
pengontrolan keuangan perusahaan.
d. Bertanggung jwab atas pembelian bahan baku agar rencana operasi
dapat dipenuhi melakukan kerjasama kordinasi yang efektif dengan
fungsi-fungsi lainnya dalam perusahaan.
6. Manajer Gudang
Tugas-tugas dan wewenangnya adalah :
a. Bertanggung jawab terhadap persediaan bahan baku dan bahan
pembantu.
63
b. Bertanggung jawab terhadap masalah penanganan material dalam
gudang.
c. Bertanggung jawab terhadap pengepakan, pengangkutan serta
pemindahan barang.
d. Bertanggung jawab terhadap pengiriman produk jadi sampai ke tangan
konsumen yaitu terutama untuk para pemain sepak bola di luar negeri.
4.4 Jenis dan Tipe Mesin yang Digunakan
Dalam suatu perusahaan teknologi merupakan pendukung yang sangat
utama dalam keberlangsungan suatu kegiatan produksi. Dalam melaksanakan
kegiatan produksinya PT. Shyang Yao Fung tidak hanya menggunakan
mesin-mesin untuk kelancaran produksi, tetapi juga sebagian dari proses
produksinya dilakukan secara manual agar memberikan hasil yang lebih baik.
Mesin-mesin yang digunakan oleh PT. Shyang Yao Fung antara lain :
1. Cutting Dies
Merupakan besi atau logam yang sisinya tajam dan patah dibentuk
berdasarkan pola sepatu.
2. Mesin Cutting Beam atau Mesin Pon
Fungsinya untuk memotong bahan dengan cara tekanan atau hirdalin dan
menggunakan cutting dies (pisau), mesin ini digunakan untuk
menghasilkan alas kaki.
3. Mesin Skivingi
64
Fungsinya untuk menipiskan sisi bahan atau komponen dengan cara
mengatur tebal, tipis dan lebarnya dengan pisau mesin dan tekanan untuk
dilipat dan ditempel pada bagian sewing.
4. Mesin jahit
Fungsinya untuk menjahit dan menggabungkan komponen upper sepatu
sehingga menjadi upper yang utuh. Selain itu juga berfungsi untuk
mengatur spesifikasi yang diinginkan. Dalam menjahit upper perlu
memperhatikan beberapa hal, yaitu langkah jahit atau desain yang sudah
ditentukan, ukuran dan bentuk jarum yang harus digunakan, tebal dan
jenis benang.
5. Mesin Forming
Merupakan mesin panas yang terdapat shoe last besi atau logam yang
berbentuk sepatu dimana berfungsi untuk membentuk upper. Cara
penggunaanya dengan memasukkan upper dan dirapatkan dengan digetok
pada waktu tertentu.
6. Shoe Last
Merupakan cetakan bentuk sepatu yang biasa terbuat dari platik atau
kayu. Gunanya untuk membentuk upper sehingga pasangan upper
mempunyai kerataan dan tinggi sepatu yang sama.
7. Mesin Buffing
Merupakan mesin untuk mengamplas atau mengkasarkan bagian yang
akan di lem, biasanya bagian yang diamplas adalah bagian bawah upper
yang akan digabungkan dengan sol. Berfungsi untuk mengamplas yang
65
kasar, menghilangkan kotoran atau bahan-bahan lain, membuka atau
membuat pori agar pengeleman lebih baik.
8. Mesin Oven
Merupakan mesin pemanas yang berfungsi untuk mengeringkan lem
dengan kontrol waktu dan temperatur sebelum ditempel dengan sol.
9. Mesin Stitching Outside
Merupakan mesin jahit yang berfungsi untuk menjahit atau menguatkan
sol pada sepatu. Selain itu kegunaannya untuk mengikat atau menguatkan
sol dengan upper dan memberikan variasi.
10. Mesin Blower
Berfungsi untuk membakar sisa-sisa benang hasil jahitan. Dalam
pengerjaannya, perlu diperhatikan lamanya pekerjaan. Karena bisa
membuat bagian upper pada sepatu menjadi berkerut.
11. Mesin Semir
Befungsi untuk menyemir atau membuat kulit sepatu lebih licin dan
mengkilap.
12. Mesin Embose
Berfungsi untuk membuat merk, dengan memperhatikan besarnya suhu.
13. Mesin Press
Berfungsi untuk merekatkan sol dengan upper agar pengeleman lebih
kuat, dengan melakukan penekanan.
4.5 Produk yang Dihasilkan
PT. Shyang Yao Fung merupakan perusahaan industri manufaktur yang
menghasilkan berbagai macam produk sepatu olahraga bermerek Adidas
diantaranya adalah :
66
1. Sepatu anak-anak (Crib dan Kid)
2. Sepatu pria (Man)
3. Sepatu wanita (Woman)
Karena banyaknya jenis dan berbagai macam produk sepatu olahraga yang
dihasilkan oleh Perusahaan ini. Maka penulis mengkhususkan melakukan
penelitian pada salah satu dari produk yang dihasilkannya. Produk dari
perusahaan yang dijadikan sample penelitian adalah sepatu olahraga khusus
para pria.
4.6 Penentuan Standar Kualitas Produk Sepatu Olahraga (Sport Shoes)
Standar kualitas produk yang diterapkan oleh PT. Shyang Yao Fung terdiri
dari tiga tahapan utama yaitu standar kualitas utama bahan baku, standar
kualitas dalam proses produk, dan standar kualitas produk jadi.
4.6.1 Standar Kualitas Bahan Baku
Bahan baku merupakan komponen utama yang digunakan dalam
pembuatan produk dalam kegiatan produksi. Tanpa bahan baku atau bahan
utama maka proses produksi tidak dapat dilakukan. Bahan baku dasar yang
digunakan untuk menghasilkan sepatu olahraga pria adalah kulit (kulit
kambing dan kulit sapi) dan sintetis (PVC yang mengandung campuran
plastik dan PU yang mengandung karet). Dan bahan-bahan pendukung
lainnya seprti benang jahit, lem, kain atau plastik, sol, pengeras, shoe last,
karet, tali sepatu, sponge atau busa, dan ornament.
67
4.6.2 Standar Kualitas dalam Proses Produksi
Penetapan Standar Kualitas dalam Proses Produksi bertujuan untuk
memastikan bahwa proses produksi berjalan sesuai dengan prosedur atau
terkendali sehingga apabila terjadi penyimpangan dalam proses produksi
segera dilakukan tindakan perbaikan.
4.6.3 Standar Kualitas Produk Jadi
Penetapan standar kualitas produk jadi merupakan suatu prosedur
perusahaan untuk memastikan bahwa kualitas produk yang dihasilkan
memenuhi standar kualitas yang ditetapkan oleh perusahaan. Penetapan
standar kualitas produk ditunjukkan untuk memuaskan selera dan keinginan
konsumen dengan mencegah agar produk yang tidak memenuhi standar
kualitas tidak sampai ke tangan konsumen.
Standar kualitas produk jadi yang ditetapkan oleh perusahaan adalah :
− Produk tidak kotor.
− Ukuran sepatu sesuai dengan pasangannya.
− Jahitan pada produk tidak mengalami kecacatan.
− Tidak terdapat lem yang berlebih pada produk.
− Upper dengan sol dapat merekat dengan baik.
4.7 Pelaksanaan Pengawasan Pengendalian Kualitas Produk Sepatu
Olahraga (Sport Shoes)
Pengawasan kualitas pada suatu perusahaan manufaktur merupakan suatu
hal yang harus dilakukan untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan
68
standar kualitas dan keinginan konsumen sehingga nama perusahaan akan
tetap baik dimata para konsumennya. Dengan adanya pengawasan terhadap
kualitas produk, maka perusahaan dapat mendeteksi dan mengetahui adanya
penyimpangan yang terjadi terhadap produk yang telah dihasilkan sehingga
produk yang menyimpang dari kualitas standar tidak sampai ke tangan
konsumen yang nantinya akan membuat image perusahaan menjadi buruk.
Meskipun kegiatan proses produksi telah dilaksanakan dan direncanakan
dengan baik, akan tetapi tidak menutup kemungkinan akan terjadinya hal-hal
yang dapat menyebabkan penyimpangan terhadap kualitas produk.
4.7.1 Pengawasan Kualitas Bahan Baku
Setiap perusahaan dalam menghasilkan suatu produk selalu menggunakan
bahan baku sebagai bahan dasar pembuatan produk. Jadi bahan baku sangat
mempengaruhi kualitas dari produk akhir perusahaan. Perusahaan melakukan
pengawasan terhadap kualitas bahan baku agar bahan baku yang dipakai
dalam proses produksi memenuhi standar kualitas yang telah ditentukan.
a. Seleksi pemasok sumber bahan baku
Menyeleksi sumber bahan baku merupakan langkah awal yang penting
dalam melakukan pengwasan kualitas, karena dengan melakukan
penyeleksian bahan baku perusahaan dapat mengetahui kualitas dari
bahan baku yang ditawarkan, waktu pengiriman, serta harga yang
ditawarkan oleh pemasok. Seperti harga bahan baku yang lebih murah
dibandingkan dengan harga pemasok lainnya, perusahaan pemasok mau
menerima return bahan baku jika terdapat adanya cacat pada bahan baku,
69
Perusahaan pemasok sudah mempunyai image sebagai perusahaan
pemasok yang cukup handal dalam menyediakan bahan baku secara
berlanjut dalam jangka waktu yang panjang.
b. Pemeliharaan gudang penyimpanan
Perusahaan perlu melakukan pemeliharaan pada gudang serta memenuhi
fasilitas yang dibutuhkan dalam penyimpanan bahan baku agar bahan
baku yang disimpan tersebut tidak rusak dalam jangka waktu tertentu.
Gudang penyimpanan bahan baku dan hasil produksi selalu dijaga
kondisinya agar tetap bersih dan tidak bocor sewaktu hujan.
4.7.2 Pengawasan Kualitas Proses Produksi
Proses produksi merupakan bagian terpenting bagi perusahaan
manufaktur, oleh karena itu pengawasan kualitas pada proses produksi sangat
penting dilakukan agar dapat menghasilkan produk yang memenuhi standar
kualitas yang diterapkan oleh perusahaan.
4.7.3 Pengawasan Kualitas Produk Jadi
Pengawasan kualitas yang dilakukan pada produk jadi merupakan upaya
terakhir yang dilakukan oleh perusahaan untuk memeriksa ulang apabila
terdapat produk cacat yang lolos dari pengamatan pengawas selama proses
produksi dan memastikan apakah produk yang dihasilkan telah memenuhi
standar kuailtas yang ditetapkan sehingga layak untuk dikirim kepada
pelanggan. Pemeriksaan produk akhir dilakukan oleh bagian quality control,
yang melakukan pengamatan langsung pada hasil akhir dari proses produksi
70
apakah hasil akhir tersebut sesuai dengan standar kualitas atau tidak. Jika
ternyata sesuai dengan standar kualitas, maka segera dilakukan packaging
agar tampak lebih teratur dan rapi, Dan setelah itu produk jadi dikirim
langsung ke konsumen atau disimpan terlebih dahulu di gudang
penyimpanan. Akan tetapi jika pada produk jadi ada yang tidak memenuhi
standar kualitas, maka produk itu disebut sebagai produk cacat.
4.8 Analisis Data
Pada tahap ini, data-data yang didapat selama masa observasi di PT.
Shyang Yao Fung kemudian dilanjutkan dengan melakukan perhitungan
menggunakan metode SPC (Statistical Process Control) atau metode seven
tools, yaitu diagram alir, lembar periksa, diagram pareto, diagram batang,
diagram tebar, peta kontrol atau peta kendali, diagram sebab-akibat.
4.8.1 Diagram Alir/Diagram Proses (Process Flow Chart)
Aliran proses produksi pada PT. Shyang Yao Fung untuk menghasilkan
produk sepatu olahraga pria ditunjukkan dengan gambar seperti dibawah ini :
71
Gambar 4.2 Aliran Proses Produksi Sepatu Olahraga Pria
Sumber : PT. Shyang Yao Fung, Desember 2012
Mendesain Bahan Baku
Cutting
Penyablonan atau Pemberian Merek
Sewing atau Stitching
Pengabungan Upper dengan
Buttom
Foming atau Pengepresan
Finishing atau Inspeksi
Packaging
72
Penjelasan mengenai proses produksi pembuatan sepatu olahraga pria
dijelaskan sebagai berikut :
1. Proses mendesain sepatu olahraga
Pada proses ini yang diperhatikan adalah bentuk dari komponen upper
(bagian atas sepatu) dan buttom (bagian alas sepatu) karena kedua bagian
tersebut saling berkaitan erat satu dengan yang lain sehingga jika kedua
komponen digabung, maka akan menghasilkan sepatu yang sesuai dengan
keinginan konsumen. Model yang mengikuti perkembangan jaman dan
modis adalah desain yang sangat menarik dan desainnya yang diminati
oleh konsumen, terutama golongan muda. Selain itu pemilik bahan-bahan
yang akan digunakan untuk pembuatan sepatu juga sangat berpengaruh
terutama pada perpaduan warna dan motif dari bahan yang digunakan.
2. Proses Cutting
Pada tahap ini, terhadap beberapa proses yaitu memotong bahan utama
dan bahan pendukung menjadi komponen-komponen upper dan buttom.
Pemotongan ini harus sesuai dengan keadaan bahan yang akan digunakan
sebab masing-masing mempunyai karakteristik yang berbeda-beda dan
sangat bergantung pada bahan dasarnya, apakah bahan bakunya terbuat
dari kulit atau sintesis. Sedangkan untuk komponen buttom digunakan
bahan baku sponge. Komponen-komponen tersebut dibawa ke bagian
marking untuk dibuat tanda/pola untuk di cutting atau ditempel.
Komponen upper yang ditandai, dibawa ke bagian skiving untuk
73
ditipiskan agar pada saat ditempel, tebal permukaan menjadi rata. Setelah
pola telah dibuat, maka dilakukan proses pemotongan di mesin pon.
3. Proses sablon dan pemberian merk
Komponen Upper dibawa ke bagian ini untuk dicetak jenis atau item
kulitnya. Hal ini dilakukan untuk mempermudah langkah kerja
selanjutnya agar dapat mencocokan warna kulit saat merajut menjadi
kesatuan upper. Sehingga dapat memasangkan sepatu dengan bahan dan
warna yang sama. Sebelum kulit alas sepatu ditempel pada spon dan kulit
yang telah dipotong, terlebih dahulu kulit alas diberi cap merk dengan
mesin cetak merk.
4. Proses sewing/stitching
Pada bagian ini, komponen-komponen bagian upper dirakit menjadi
satuan upper dengan cara ditempel, ditekuk dan dijahit agar lebih
menambah kekuatan rekat antara komponen yang satu dengan yang lain.
Untuk bagian diberi merk selanjutnya ditempel dan disatukan dengan
sponge yang telah di cutting dan komponen-komponen alas sepatu
lainnya. Selanjutnya dijahit bagian pinggirnya agar lebih kuat. Pada
bagian jahit, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu tebal-tipisnya
jarum dan benang yang digunakan untuk berbagai jenis kulit. Untuk
model-model tertentu, digunakan jahitan benang sebagai aksesoris. Pada
proses sewing ini, jahitan harus rapi sekali, karena mempengaruhi nilai
estetika dan nilai jual dari sepatu tersebut.
74
5. Proses penggabungan bagian upper dan buttom
Komponen-komponen upper dan buttom yang telah melewati proses
sewing kemudian disatukan dengan cara ditempel dengan menggunakan
lem. Dalam proses pengeleman ini sangat penting dan operator yang
ditempatkan pada bagian ini harus yang berpengalaman agar hasil
pengeleman rapi dan rata.
6. Proses Forming (Pengepresan Sepatu)
Setelah itu, sepatu dioven dalam mesin oven. Umumnya dengan suhu
75 C dan selama 20 menit, tetapi untuk bahan baku dan jenis kulit
tertentu suhu dan waktunya dapat disesuaikan. Setelah dioven, sepatu
yang telah disatukan dengan sol ini di press dengan menggunakan mesin
press. Proses ini dilakukan dengan tujuan agar lem dapat merekatkan
upper (bagian atas sepatu) dengan bagian sol.
7. Inspeksi dan Finishing
Untuk menghasilkan sepatu atau alas kaki dengan ukuran yang pas atau
sesuai, maka pada tahap ini dilakukan inspeksi. Pengepasan ukuran
bagian atas dan bawah sepatu yang dilakukan dengan menggunakan alat
bantu yang memiliki berbagai ukuran. Pengepasan ini dilakukan dengan
benar-benar teliti. Karena jika ternyata ukurannya tidak sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan, maka sepatu harus dikerjakan ulang.
Pemeriksaan dilakukan secara manual satu persatu oleh para pekerja. Jika
ditemukan cacat pada sepatu, maka akan dikembalikan ke bagian
75
pembuatan sepatu. Sebaliknya, jika tidak ditemukan cacat pada sepatu
selanjutnya dibawa ke bagian finishing. Di bagian ini sepatu dibersihkan
dari lem-lem dan menghilangkan benang-benang yang panjang dari hasil
jahitan dengan cara di blower yaitu mesin yang mengeluarkan panas.
Kemudian bagian tepi sepatu akan dilapisi cat yang berwarna sesuai
dengan sepatu untuk menutupi sisa-sisa lem.
8. Packaging
Sepatu yang sudah jadi kemudian dikemas dengan ukuran dan
pasangannya masing-masing kemudian dimasukan ke dalam kardus atau
kotak sepatu.
4.8.2 Lembar Periksa (Check Sheet)
4.8.2.1 Lembar Periksa untuk Produk Sepatu Olahraga Pria Periode Januari -
Desember 2011
Berikut ini lembar periksa untuk produk sepatu olahraga periode Januari-
Desember 2011 adalah sebagai berikut :
76
Tabel 4.1 Jenis cacat, jumlah cacat, dan jumlah produksi pada produk sepatu
olahraga pria (Persatuan)
Periode Januari – Desember 2011
Upper dengan sol kurang merekat
Pengeleman kurang rapi
Ukuran tidak sesuai
Jahitan kurang
rapi
Total Cacat
Total Produksi
Januari 124 122 20 22 288 22200
Februari 220 392 40 44 696 44800
Maret 200 128 60 39 427 18280
April 480 242 72 16 810 29440
Mei 140 252 70 25 487 12764
Juni 185 248 111 36 580 37654
Juli 190 275 133 49 647 9892
Agustus 120 82 98 64 364 20877
September 182 129 148 81 540 14888
Oktober 170 98 122 100 490 12090
November 265 110 280 121 776 29980
Desember 208 92 249 140 689 42820
Total 2484 2170 1403 737 6794 295685
Sumber : PT. Shyang Yao Fung
77
4.8.2.2 Lembar Periksa untuk Produk Sepatu Olahraga Pria Periode Januari
– Desember 2012
Berikut ini lembar periksa untuk produk sepatu olahraga periode Januari –
Desember 2012 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2 Jenis cacat, jumlah cacat, dan jumlah produksi pada produk sepatu
olahraga pria (Persatuan)
Periode Januari – Desember 2012
Upper dengan sol kurang merekat
Pengeleman kurang rapi
Ukuran tidak sesuai
Jahitan kurang
rapi
Total Cacat
Total Produksi
Januari 112 108 24 28 272 28200
Februari 180 284 48 52 564 41280
Maret 220 128 39 20 407 18280
April 280 224 72 29 605 29440
Mei 140 248 78 32 498 12964
Juni 185 214 100 46 545 42540
Juli 179 275 122 48 624 9486
Agustus 280 88 94 42 504 20188
September 142 129 128 89 488 1288
Oktober 159 134 122 98 513 11090
November 215 98 248 108 669 25498
Desember 128 82 195 120 525 32820
Total 2220 2012 1270 712 6214 284471
Sumber : PT. Shyang Yao Fung
78
4.8.3 Diagram Pareto (Pareto Analysis)
4.8.3.1 Membuat Diagram Pareto Untuk Produk Sepatu Olahraga Periode
2011-2012
Berikut ini merupakan tabel jenis cacat dan jumlah cacat untuk produk
sepatu olahraga periode 2011-2012 yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.3 Data jenis cacat dan jumlah cacat pada produk sepatu olahraga pria
(Persatuan)
Periode 2011-2012
Jenis Cacat Jumlah Cacat
Upper dengan sol kurang merekat 4704
Pengeleman kurang rapi 4182
Ukuran tidak sesuai 2673
Jahitan kurang rapi 1449
Jumlah 13008
Sumber : PT. Shyang Yao Fung
Dari tabel diatas, maka didapatkan data untuk persentase cacat dan persentase
kumulatif untuk produk sepatu olahraga 2011-2012 adalah sebagai berikut :
79
Tabel 4.4 Data jenis cacat, jumlah cacat, persentase cacat, dan persentase kumulatif
pada produk sepatu olahraga
Periode 2011-2012
Jenis cacat Jumlah Cacat
Persentase Cacat (%)
Persentase Kumulatif (%)
Upper dengan sol kurang merekat 4704 36.16 36.16
Pengeleman kurang rapi 4182 32.15 68.31
Ukuran tidak sesuai 2673 20.55 88.87
Jahitan kurang rapi 1449 11.14 100
Jumlah 13008
Sumber : PT. Shyang Yao Fung dan hasil analisis data, Januari 2013
Berdasarkan tabel diatas, maka dibuatlah diagram paretonya. Dan menghasilkan
sebuah diagram pareto seperti dibawah ini :
80
Gambar 4.3 Diagram Pareto untuk Sepatu Olahraga Pria 2011-2012
Sumber : Hasil analisis data, Januari 2013
Pada diagram diatas, terlihat jelas bahwa karakteristik kualitas yang terbanyak
menghasilkan produk selama periode 2011-2012 ada pada cacat dengan jenis
upper dengan sol kurang merekat yaitu sebanyak 4704 satuan atau sebesar
36.16 %. Kemudian diikuti cacat dengan jenis pengeleman kurang rapi
sebanyak 4182 satuan atau seebesar 32.15, ukuran tidak sesuai sebanyak 2673
satuan atau sebesar 20.55 %, dan jahitan kurang rapi sebanyak 1449 satuan
atau sebesar 11.14 %.
81
4.8.4 Diagram Batang (Histogram)
4.8.4.1 Membuat Diagram Batang Untuk Sepatu Olahraga Periode 2011-2012
Berikut ini merupakan tabel jumlah produksi dan jumlah cacat untuk produk
sepatu olahraga periode 2011-2012 yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.5 Data jumlah produksi dan jumlah cacat pada produk sepatu olahraga pria (Persatuan)
Periode 2011-2012
No Periode Jumlah Sepatu Olahraga yang diproduksi
Jumlah Cacat
1 Januari 22200 288
2 Februari 44800 696
3 Maret 18280 427
4 April 29440 810
5 Mei 12764 487
6 Juni 37654 580
7 Juli 9892 647
8 Agustus 20877 364
9 September 14888 540
10 Oktober 12090 490
11 November 29980 776
12 Desember 42820 689
13 Januari 28200 272
14 Februari 41280 564
15 Maret 18280 407
16 April 29440 605
17 Mei 12764 498
18 Juni 42540 545
82
No Periode Jumlah Sepatu Olahraga yang diproduksi
Jumlah Cacat
19 Juli 9489 624
20 Agustus 20188 504
21 September 12882 488
22 Oktober 11090 513
23 November 25498 669
24 Desember 32820 525
TOTAL 580156 13008
Sumber : PT. Shyang Yao Fung
Berdasarkan dari jumlah cacat (persatuan) diatas, maka harus dihitung
besarnya range, banyaknya kelas interval, interval kelas, batas kelas serta
kelas agar dapat membuat diagram batangnya.
• Besarnya range dihitung dengan rumus :
R = = (nilai terbesar – nilai terkecil)
R = 810 – 272
R = 538
• Banyaknya Kelas Interval dihitung dengan rumus :
K = 1 + 3.322 log n
K = 1 + 3.322 log 24
K = 5.3851 = 5
83
• Interval kelas dihitung dengan rumus :
L = =
L = = 107.6
• Batas kelas dihitung dengan rumus :
Batas kelas = (Nilai Terkecil x ½ x Unit Pengukuran)
Batas kelas = (272 – ½ x 0.01)
Batas kelas = 271.995 = 272
Jadi,
Batas kelas pertama :
Batas Bawah = 272
Batas Atas = 272 + 107.6 (interval kelas)
= 379.6
Batas kelas kedua :
Batas Bawah = 379.6
Batas Atas = 397.6 + 107.6
= 487.2
84
Batas kelas ketiga :
Batas Bawah = 487.2
Batas Atas = 487.2 + 107.6
= 594.8
Batas kelas keempat :
Batas Bawah = 594.8
Batas Atas = 594.8 + 107.6
= 702.4
Batas kelas kelima :
Batas Bawah = 702.4
Batas Atas = 702.4 + 107.6
= 810
• Nilai tengah kelas dihitung dengan rumus :
Nilai tengah =
Jadi,
Nilai tengah kelas pertama = = 325.8
85
Nilai tengah kelas kedua = = 433.4
Nilai tengah kelas ketiga = = 541
Nilai tengah kelas keempat = = 648.6
Nilai tengah kelas kelima = = 756.2
Berdasarkan perhitungan diatas, maka diperoleh tabel sebagai berikut:
Tabel 4.6 Frekuensi Hipotesis Jumlah Cacat Pada Produk Sepatu Olahraga
Periode 2011-2012
Batas Kelas Cacat (Persatuan) Nilai Tengah Frekuensi
272 – 379.6 325.8 3
379.6 – 487.2 433.4 3
487.2 – 594.8 541 10
594.8 – 702.4 648.6 6
702.4 – 810 756.2 2
Jumlah 24
Sumber : Hasil analsis data, Januari 2013
86
Berdasarkan tabel diatas, maka dibuatlah diagram batang seperti dibawah ini :
Gambar 4.4 Diagram Batang untuk Sepatu Olahraga Pria 2011-2012
Sumber : Hasil analisis data, Januari 2013
Dari gambar diatas terlihat bahwa frekuensi terbesar terdapat pada nilai
tengah 541 atau pada kelas interval 487.2 – 594.8. Sedangkan frekuensi
terendah terdapat pada nilai tengah 756.2 atau pada kelas interval 702.4 –
810.
4.8.5 Diagram Tebar (Scatter Diagram)
Diagram tebar digunakan untuk mengetahui kuatnya hubungan antara dua
variabel. Dalam hal ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan
antara dua variabel, yaitu variabel banyaknya jumlah cacat jenis upper
dengan sol kurang merekat selama periode 2011-2012 dengan variabel
jumlah produk cacat yang terjadi pada proses pembuatan atau produksi sepatu
olahraga periode 2011-2012.
87
Berikut ini merupakan tabel jumlah cacat jenis upper dengan sol kurang
merekat dan jumlah produk cacat yang terjadi pada proses pembuatan atau
produksi sepatu olahraga periode 2011-2012 yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.7 Data jumlah cacat jenis upper dengan sol kurang merekat dan jumlah cacat
pada produk sepatu olahraga pria (Persatuan)
Periode 2011-2012
No. Periode Upper dengan sol kurang merekat Jumlah Cacat
1 Januari 124 288
2 Februari 220 696
3 Maret 200 427
4 April 480 810
5 Mei 140 487
6 Juni 185 580
7 Juli 190 647
8 Agustus 120 364
9 September 182 540
10 Oktober 170 490
11 November 265 776
12 Desember 208 689
13 Januari 112 272
14 Februari 180 564
15 Maret 220 407
16 April 280 605
17 Mei 140 498
18 Juni 185 545
19 Juli 179 624
20 Agustus 280 504
21 September 142 488
88
No. Periode Upper dengan sol kurang merekat Jumlah Cacat
22 Oktober 159 513
23 November 215 669
24 Desember 128 525
TOTAL 4704 13008
Sumber : PT. Shyang Yao Fung
Berdasarkan tabel diatas, maka dibuatlah diagram tebar seperti dibawah ini:
Gambar 4.5 Diagram tebar jumlah cacat jenis upper dengan sol kurang merekat
dengan jumlah cacat pada produk untuk Sepatu Olahraga Pria 2011-2012
Sumber : Hasil analisis data, Januari 2013
89
Dari gambar diatas menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara banyaknya
jumlah produk sepatu olahraga yang cacat pada proses produksi dengan
banyaknya jumlah cacat jenis upper dengan sol kurang merekat periode 2011-
2012. Dari gambar terlihat bahwa dua variabel tersebut mempunyai hubungan
yang bersifat positif atau berkorelasi positif. Karena nilai-nilai yang besar dari
variabel x berhubungan dengan nilai-nilai yang besar dari variabel y.
4.8.6 Peta Kontrol atau Bagan Kendali (Control Chart)
4.8.6.1 Membuat Peta Kendali p untuk Sepatu Olahraga Bagi Pria Periode
2011-2012
Berikut ini merupakan tabel jumlah produksi dan jumlah cacat untuk produk
sepatu olahraga bagi pria periode Januari – Desember 2011 yaitu sebagai
berikut :
Tabel 4.8 Data jumlah produksi dan jumlah cacat pada produk sepatu bagi pria (Persatuan)
Periode Januari – Desember 2011
No. Periode Jumlah sepatu olahraga yang diproduksi
Jumlah Cacat
1 Januari 22200 288
2 Februari 44800 696
3 Maret 18280 427
4 April 29440 810
5 Mei 12764 487
6 Juni 37654 580
7 Juli 9892 647
8 Agustus 20877 364
9 September 14888 540
90
Tabel 4.8 Data jumlah produksi dan jumlah cacat pada produk sepatu bagi pria (Persatuan)
Periode Januari – Desember 2011
(Lanjutan)
No. Periode Jumlah sepatu olahraga yang diproduksi
Jumlah Cacat
10 Oktober 12090 490
11 November 29980 776
12 Desember 42820 689
TOTAL 295685 6794
Sumber : PT. Shyang Yao Fung
Berdasarkan tabel diatas, untuk membuat peta kendali p maka harus
menghitung besarnya proporsi cacat, CL (Central Line), UCL (Upper Control
Limit), dan LCL (Lower Control Limit).
• Proporsi cacat dihitung dengan rumus :
p – bar =
p – bar = = 0.0129 Bulan Januari
p – bar = = 0.0155 Bulan Februari
p – bar = = 0.0223 Bulan Maret
p – bar = = 0.0275 Bulan April
91
p – bar = = 0.0381 Bulan Mei
p – bar = = 0.0154 Bulan Juni
Dan seterusnya.
• Nilai CL dihitung dengan rumus :
CL = p – bar =
CL =
CL = 0.0229
Nilai CL sebesar 0.0229 yang berarti CL adalah rata-rata proporsi
cacat yang merupakan batas tengah peta kendali p.
• Nilai UCL dihitung dengan rumus :
UCL = CL + 3
UCL = CL + 3
UCL = 0.0229 + 3
UCL = 0.0259 Bulan Januari
92
UCL = 0.0229 + 3
UCL = 0.0250 Bulan Februari
UCL = 0.0229 + 3
UCL = 0.0262 Bulan Maret
UCL = 0.0229 + 3
UCL = 0.0255 Bulan April
UCL = 0.0229 + 3
UCL = 0.0268 Bulan Mei
UCL = 0.0229 + 3
UCL = 0.0252 Bulan Juni
Dan seterusnya.
• Nilai LCL dihitung dengan rumus :
LCL = CL - 3
LCL = CL - 3
93
LCL = 0.0229 - 3
LCL = 0.0198 Bulan Januari
LCL = 0.0229 - 3
LCL = 0.0208 Bulan Februari
LCL = 0.0229 - 3
LCL = 0.0195 Bulan Maret
LCL = 0.0229 - 3
LCL = 0.0202 Bulan April
LCL = 0.0229 - 3
LCL = 0.0189 Bulan Mei
LCL = 0.0229 - 3
LCL = 0.0205 Bulan Juni
Dan seterusnya.
94
Berdasarkan perhitungan diatas, maka dibuatlah tabel hasil perhitungan
proporsi cacat, CL, UCL dan LCL untuk sepatu olahraga bagi pria periode
Januari – Desember 2011 sebagai berikut :
Tabel 4.9 Hasil perhitungan proporsi cacat, CL, UCL dan LCL pada produk sepatu
olahraga untuk pria (Persatuan)
Periode Januari – Desember 2011
No. Periode Jumlah sepatu olahraga yang
diproduksi
Jumlah Cacat
Proporsi Cacat
CL UCL LCL
1 Januari 22200 288 0.0129 0.0229 0.0259 0.0198
2 Februari 44800 696 0.0155 0.0229 0.0250 0.0208
3 Maret 18280 427 0.0233 0.0229 0.0262 0.0195
4 April 29440 810 0.0275 0.0229 0.0255 0.0202
5 Mei 12764 487 0.0381 0.0229 0.0268 0.0189
6 Juni 37654 580 0.0154 0.0229 0.0252 0.0205
7 Juli 9892 647 0.0654 0.0229 0.0274 0.0183
8 Agustus 20877 364 0.0174 0.0229 0.0260 0.0197
9 September 14888 540 0.0362 0.0229 0.0265 0.0192
10 Oktober 12090 490 0.0405 0.0229 0.0269 0.0188
11 November 29980 776 0.0258 0.0229 0.0254 0.0203
12 Desember 42820 689 0.0160 0.0229 0.0250 0.0207
TOTAL 295685 6794 0.334 0.2748 0.3118 0.2367
Sumber : Hasil analisis data, Januari 2013
95
Berikut ini merupakan tabel jumlah produksi dan jumlah cacat untuk produk
sepatu olahraga bagi pria periode Januari – Desember 2012 yaitu sebagai
berikut :
Tabel 4.10 Data jumlah produksi dan jumlah cacat pada produk sepatu olahraga bagi
pria (Persatuan)
Periode Januari – Desember 2012
No. Periode Jumlah sepatu olahraga yang diproduksi
Jumlah Cacat
1 Januari 28200 272
2 Februari 41280 564
3 Maret 18280 407
4 April 29440 605
5 Mei 12764 498
6 Juni 42540 545
7 Juli 9489 624
8 Agustus 20188 504
9 September 12882 488
10 Oktober 11090 513
11 November 25498 669
12 Desember 32820 525
TOTAL 284471 6214
Sumber : PT. Shyang Yao Fung
Berdasarkan tabel diatas, untuk membuat peta kendali p maka harus
menghitung besarnya proporsi cacat, CL (Central Line), UCL (Upper Control
Limit), dan LCL (Lower Control Limit).
96
• Proporsi cacat dihitung dengan rumus :
p – bar =
p – bar = = 0.0096 Bulan Januari
p – bar = = 0.0136 Bulan Februari
p – bar = = 0.0222 Bulan Maret
p – bar = = 0.0205 Bulan April
p – bar = = 0.0390 Bulan Mei
p – bar = = 0.0128 Bulan Juni
Dan seterusnya.
• Nilai CL dihitung dengan rumus :
CL = p-bar =
CL =
CL = 0.0218
Nilai CL sebesar 0.0218 yang berarti CL adalah rata-rata proporsi
cacat yang merupakan batas tengah peta kendali p.
97
• Nilai UCL dihitung dengan rumus :
UCL = CL + 3
UCL = CL + 3
UCL = 0.0218 + 3
UCL = 0.0244 Bulan Januari
UCL = 0.0218 + 3
UCL = 0.0239 Bulan Februari
UCL = 0.0218 + 3
UCL = 0.0250 Bulan Maret
UCL = 0.0218 + 3
UCL = 0.0243 Bulan April
UCL = 0.0218 + 3
UCL = 0.0256 Bulan Mei
98
UCL = 0.0218 + 3
UCL = 0.0239 Bulan Juni
Dan seterusnya.
• Nilai LCL dihitung dengan rumus :
LCL = CL - 3
LCL = CL - 3
LCL = 0.0218 - 3
LCL = 0.0191 Bulan Januari
LCL = 0.0218 - 3
LCL = 0.0196 Bulan Februari
LCL = 0.0218 - 3
LCL = 0.0185 Bulan Maret
LCL = 0.0218 - 3
LCL = 0.0192 Bulan April
99
LCL = 0.0218 - 3
LCL = 0.0179 Bulan Mei
LCL = 0.0218 - 3
LCL = 0.0196 Bulan Juni
Dan seterusnya.
Berdasarkan perhitungan diatas, maka dapat dibuatlah tabel hasil perhitungan
proporsi cacat, CL, UCL dan LCL untuk sepatu olahraga bagi pria periode
Januari – Desember 2012 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.11 Hasil perhitungan proporsi cacat, CL, UCL dan LCL pada produk sepatu
olahraga untuk pria (Persatuan)
Periode Januari - Desember 2012
No. Periode Jumlah sepatu olahraga yang
diproduksi
Jumlah Cacat
Proporsi Cacat
CL UCL LCL
1 Januari 28200 272 0.0096 0.0218 0.0244 0.0191
2 Februari 41280 564 0.0136 0.0218 0.0239 0.0196
3 Maret 18280 407 0.0222 0.0218 0.0250 0.0185
4 April 29440 605 0.0205 0.0218 0.0243 0.0192
5 Mei 12764 498 0.0390 0.0218 0.0256 0.0179
6 Juni 42540 545 0.0128 0.0218 0.0239 0.0196
100
Tabel 4.11 Hasil perhitungan proporsi cacat, CL, UCL dan LCL pada produk sepatu olahraga untuk pria (Persatuan)
Periode Januari - Desember 2012
(Lanjutan)
No. Periode Jumlah sepatu olahraga yang
diproduksi
Jumlah Cacat
Proporsi Cacat
CL UCL LCL
7 Juli 9489 624 0.0657 0.0218 0.0262 0.0173
8 Agustus 20188 504 0.0249 0.0218 0.0248 0.0187
9 September 12882 488 0.0378 0.0218 0.0256 0.0179
10 Oktober 11090 513 0.0462 0.0218 0.0259 0.0176
11 November 25498 669 0.0262 0.0218 0.0245 0.0190
12 Desember 32820 525 0.0159 0.0218 0.0242 0.0193
TOTAL 284471 6214 0.3344 0.2616 0.2983 0.2237
Sumber: Hasil analisis data, Januari 2013
Berdasarkan tabel diatas, maka dibuatlah tabel hasil perhitungan proporsi
cacat, CL, UCL, dan LCL untuk sepatu olahraga bagi pria periode 2011-2012
adalah sebagai berikut :
101
Tabel 4.12 Hasil perhitungan proporsi cacat, CL, UCL, LCL pada produk sepatu
olahraga pria (Persatuan)
Periode Januari – Desember 2012
No. Periode Jumlah sepatu
olahraga yang
diproduksi
Jumlah
Cacat
Proporsi
Cacat
CL UCL LCL
1 Januari 22200 288 0.0129 0.0229 0.0259 0.0198
2 Februari 44800 696 0.0155 0.0229 0.0250 0.0208
3 Maret 18280 427 0.0233 0.0229 0.0262 0.0195
4 April 29440 810 0.0275 0.0229 0.0255 0.0202
5 Mei 12764 487 0.0381 0.0229 0.0268 0.0189
6 Juni 37654 580 0.0154 0.0229 0.0252 0.0205
7 Juli 9892 647 0.0654 0.0229 0.0274 0.0183
8 Agustus 20877 364 0.0174 0.0229 0.0260 0.0197
9 September 14888 540 0.0362 0.0229 0.0265 0.0192
10 Oktober 12090 490 0.0405 0.0229 0.0269 0.0188
11 November 29980 776 0.0258 0.0229 0.0254 0.0203
12 Desember 42820 689 0.0160 0.0229 0.0250 0.0207
13 Januari 28200 272 0.0096 0.0218 0.0244 0.0191
14 Februari 41280 564 0.0136 0.0218 0.0239 0.0196
15 Maret 18280 407 0.0222 0.0218 0.0250 0.0185
16 April 29440 605 0.0205 0.0218 0.0243 0.0192
17 Mei 12764 498 0.0390 0.0218 0.0256 0.0179
102
Tabel 4.12 Hasil perhitungan proporsi cacat, CL, UCL, LCL pada produk sepatu olahraga pria (Persatuan)
Periode Januari – Desember 2012
(Lanjutan)
No. Periode Jumlah sepatu
olahraga yang
diproduksi
Jumlah
Cacat
Proporsi
Cacat
CL UCL LCL
18 Juni 42540 545 0.0128 0.0218 0.0239 0.0196
19 Juli 9489 624 0.0657 0.0218 0.0262 0.0173
20 Agustus 20188 504 0.0249 0.0218 0.0248 0.0187
21 September 12882 488 0.0378 0.0218 0.0256 0.0179
22 Oktober 11090 513 0.0462 0.0218 0.0259 0.0176
23 November 25498 669 0.0262 0.0218 0.0245 0.0190
24 Desember 32820 525 0.0159 0.0218 0.0242 0.0193
TOTAL 580156 13008 0.6684 0.5364 0.5988 0.4604
Sumber : Hasil analisis data, Januari 2013
Berdasarkan tabel hasil perhitungan proporsi cacat, CL, UCL dan LCL diatas,
maka diperoleh peta kendali p untuk sepatu olahraga pria periode 2011-2012
adalah sebagai berikut :
103
Gambar 4.6 Peta Kendali p untuk Sepatu Olahraga Pria Periode 2011-2012
Sumber : Hasil analisis data, Januari 2013
4.8.7 Diagram Sebab-Akibat (Cause-and-Effect Diagram)
Dari diagram pareto telah diketahui empat jenis cacat pada proses produksi
sepatu olahraga untuk pria. Jenis-jenis cacat tersebut antara lain adalah upper
dengan sol kurang merekat, pengeleman kurang rapi, ukuran tidak sesuai dan
jahitan kurang rapi. Ada lima faktor utama yang sangat berpengaruh terhadap
cacatnya pada suatu produk antara lain : manusia, mesin, bahan baku, metode
kerja dan lingkungan kerja.
Rata-rata P (0.02675) LCL (0.01918)
UCL (0.02495) P
104
4.8.7.1 Faktor-faktor penyebab terjadinya upper dengan sol kurang merekat
Gambar 4.7 Diagram sebab-akibat untuk faktor-faktor penyebab terjadinya
upper dengan sol kurang merekat.
Sumber : PT. Shyang Yao Fung dan Hasil analisis data, Januari 2013
1. Manusia
• Penempatan sepatu yang kurang pas
Dalam hal ini karyawan terlalu terburu-buru dalam melakukan
penempatan sepatu pada mesin press sehingga penempatan yang
terjadi tidak pada posisi yang pas.
105
• Pengaturan suhu dan waktu yang tidak sesuai
Umumnya suhu dan waktu yang diperlukan untuk melakukan
pemanasan adalah 75C dan 20 menit, dan pengaturan ini tergantung
dengan bahan baku dari jenis kulit yang dipergunakan, untuk
mendapatkan pengeringan lem yang sempurna. Kelalaian dalam
pengaturan pemanasan ini menyebabkan kondisi upper dan sol kurang
merekat dengan baik.
• Kebersihan pada saat pengamplasan
Untuk mendapatkan hasil pengeleman yang baik, pengamplasan pada
bagian upper yang kasar dan kotor harus dilakukan dengan teliti.
Karena dilakukan oleh mesin yang sederhana, maka ketelitian
manusia sangat berpengaruh besar.
2. Bahan Baku
• Kualitas lem berkurang
Hal ini dikarenakan :
− Tempat lem ditutup kurang rapat
Tempat lem harus ditutup dengan rapat, agar sisa lem tidak
mengeras sehingga mutu kerekatan lem tidak berkurang.
− Kelalaian manusia
106
Pada saat pengambilan lem harus menggunakan alat yang
bersih, sehingga lem tidak tercampur dengan debu dan
kotoran.
3. Mesin
• Perawatan mesin tidak teratur
Dengan tidak dilakukannya perawatan mesin secara berkala, maka
kondisi mesin akan mengalami penurunan kinerja.
4. Metode Kerja
• Proses pengepresan yang tidak akurat
Pengunaan mesin oven yang masih manual dalam penyesuaian suhu
dan waktu untuk setiap jenis kulit sepatu berbeda, maka dapat
menyebabkan kesalahan pada saat menentukan pengaturan suhu dan
waktu. Yang selanjutnya mempengaruhi proses pengepressan upper
dan sol tidak merekat dengan baik.
107
4.8.7.2 Faktor-faktor penyebab terjadinya pengeleman kurang rapi
Gambar 4.8 Diagram sebab-akibat untuk faktor-faktor penyebab terjadinya
pengeleman kurang rapi
Sumber : PT. Shyang Yao Fung dan Hasil analisis data, Januari 2013
1. Manusia
• Pemberian lem tidak ada standar baku
Karena pemberian lem dilakukan secara manual oleh manusia maka
lem dapat diolesi terlalu banyak atau sebaliknya. Hal ini
menyebabkan pengeleman pada sepatu menjadi kurang rapi.
2. Bahan Baku
• Kualitas lem berkurang
108
Hal ini dikarenakan :
− Tempat lem ditutup kurang rapat
Tempat lem harus ditutup dengan rapat, agar sisa lem tidak
mengeras sehingga mutu kerekatan lem tidak berkurang.
− Ketelitian manusia
Pada saat pengambilan lem harus menggunakan alat yang
bersih, sehingga lem tidak tercampur dengan debu dan
kotoran.
3. Metode Kerja
• Adanya pemesanan dalam jumlah besar
Kadang kala adanya permintaan dari konsumen dalam jumlah yang
besar sehingga karyawan mengerjakannya dengan mengejar target
waktu dan terburu-buru dalam mengerjakan sehingga menimbulkan
dampak pekerjaan menjadi kurang rapi.
4. Lingkungan Kerja
• Ventilasi ruangan kurang
Ventilasi ruangan yang dipakai pada bagian pengeleman kurang,
sehingga bau lem tidak mengalami pertukaran udara. Hal ini sangat
mempengaruhi kondisi para pekerja (pusing, mata perih, dll).
109
4.8.7.3 Faktor-faktor penyebab terjadinya ukuran tidak sesuai
Gambar 4.9 Diagram sebab akibat untuk faktor-faktor penyebab terjadinya
ukuran tidak sesuai
Sumber : PT. Shyang Yao Fung dan hasil analisis data, Januari 2013
1. Manusia
• Ketelitian dalam pemotongan pola
Dalam hal ini ketelitian pada saat pemotongan pola harus benar-benar
akurat antara komponen upper dengan buttom sehingga didapatkan
ukuran sepatu yang tepat.
110
2. Bahan Baku
• Jenis karet sol
Dalam hal ini kualitas keras dan lembutnya jenis karet sol sepatu
sangat berpengaruh dalam pemotongan.
• Jenis spons
Dalam hal ini kualitas keras dan lembutnya jenis spons yang
dipergunakan juga sangat berpengaruh dalam pemotongan.
3. Mesin
• Perawatan pisau mesin
Dengan tidak dilakukannya perawatan pisau mesin secara berkala,
sehingga pisau mesin menjadi kurang tajam. Hal ini menyebabkan
pemotongan menjadi kurang sempurna.
111
4.8.7.4 Faktor-faktor penyebab terjadinya jahitan kurang ra pi
Gambar 4.10 Diagram sebab-akibat untuk faktor-faktor penyebab terjadinya
jahitan kurang rapi
Sumber : PT. Shyang Yao Fung dan Hasil analisis data, Januari 2013
1. Manusia
• Kesalahan pemilihan atau pemasangan jarum dan benang
Dalam hal ini kadang terjadi kesalahan dalam pemilihan dan
pemasangan jarum dan benang dengan jenis kulit sepatu yang akan
dijahit.
112
2. Mesin
• Perawatan mesin tidak teratur
Dengan tidak dilakukannya perawatan mesin secara berkala, maka
kondisi mesin akan mengalami penurunan kinerja.
• Tebal atau tipis jarum tidak sesuai
Jenis kulit sepatu sangat berpengaruh dengan tebal atau tipisnya jarum
yang akan digunakan dalam proses penjahitan. Untuk mendapatkan
hasil yang rapi.
3. Bahan Baku
• Benang tidak sesuai
Ukuran dan warna benang harus disesuaikan dengan jenis kulit sepatu,
karena mempengaruhi motif sepatu tersebut.
113