27
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. GAMBARAN UMUM SUBYAK PENELITIAN
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di SMP Mater Alma Jalan Mgr.
Sugiyopranoto Nomor 58, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten
Semarang.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama dua minggu, yaitu pada minggu
pertama sampai minggu kedua bulan April. Tepatnya mulai tanggal 3
April 2012 sampai 13 April 2012. Waktu penelitian dilakukan pada jam
efektif saat mata pelajaran Matematika. Penelitian dilakukan dalam
tiga kali pertemuan yaitu pemberian pretest, perlakuan atau
pembelajaran dengan menggunakan modul, dan pemberian posttest.
3. Deskripsi Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP Mater
Alma Ambarawa tahun pelajaran 2011/2012 yaitu sebanyak 67 siswa.
Sampel diambil siswa kelas IX yang mengalami miskonsepsi pada
materi Bilangan Berpangkat. Berdasarkan hasil pretest jumlah siswa
yang mengalami miskonsepsi sebanyak 44 siswa. Semua sampel
diberikan perlakuan yaitu dengan pemberian modul, modul yang
diberikan kepada setiap siswa berbeda-beda tergantung miskonsepsi
yang dialami oleh siswa.
B. HASIL PENELITIAN
1. Validitas Instrumen
Validasi soal pretest dan posttest dilakukan oleh pakar
matematika yaitu dosen pembimbing. Instrumen modul juga diuji
validitasnya. Uji validitas modul dilakukan oleh pakar matematika yaitu
dosen pembimbing, dosen matematika, dan guru pengampu
matematika di SMP Mater Alma Ambarawa. Validitas modul dilakukan
untuk menguji kelayakan dari modul yang sudah disiapkan untuk
diujicobakan kepada siswa yang mengalami miskonsepsi.
28
Berdasarkan pendapat para pakar tersebut, modul tentang
Bilangan Berpangkat untuk mengurangi miskonsepsi mendapat
masukan dari para pakar, antara lain: untuk cover gambar terlalu
menonjol, sehingga judul utama kurang diperhatikan dan ukuran huruf
untuk judul terlalu kecil; setelah kesimpulan belum ada contoh soal;
dan diminta untuk memperhatikan bentuk kuadrat dan pangkat
negatif.
2. Analisis Berdasarkan Soal Pretest dan Posttest
Pemberian pretest dilakukan terhadap populasi sebelum
melakukan penelitian. Hal ini dilakukan untuk menentukan sampel
yang akan digunakan dalam penelitian, karena sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX yang mengalami miskonsepsi
pada materi Bilangan Berpangkat. Tujuan dari pemberian pretest juga
untuk menentukan jenis modul yang akan diberikan kepada siswa agar
sesuai dengan kebutuhan siswa berdasarkan miskonsepsi yang
dialami. Berikut disajikan perbandingan skore soal yang benar yang
diperoleh dari hasil pretest dan postest untuk setiap soal dari 44 siswa
yang mengikuti pretest dan posttest.
Tabel 3 Data jumlah skore benar setiap soal
pada pretest dan posttest
No Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Pretest 26 2 13 7 10 7 6 31 29 33 34 35 21
Posttest 36 19 34 22 18 30 24 36 33 41 41 39 43
No Soal 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Pretest 15 24 17 10 26 29 14 25 21 17 26 13
Posttest 27 40 38 30 41 36 40 42 40 37 37 9
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat jumlah skore setiap soal
dari hasil pretest dan posttest yang diikuti oleh 44 siswa kelas IX SMP
Mater Alma. Hasil pretest menunjukkan bahwa siswa yang mengalami
miskonsepsi pada materi Bilangan Pangkat sebanyak 44 siswa dan
selanjutnya mendapat perlakuan yaitu dengan diberikan modul.
Pretest digunakan untuk mengetahui siswa yang mengalami
miskonsepsi pada materi Bilangan Pangkat dan selanjutnya dari hasil
29
pretest dianalisis untuk menentukan modul yang dibutuhkan oleh
siswa yang mengalami miskonsepsi. Tersedia tujuh tipe modul Modul 1
yaitu modul tentang Perkalian Bilangan Pangkat, Modul 2 tentang
Pembagian Bilangan Pangkat, Modul 3 tentang Perkalian Pangkat,
Modul 4 tentang Perkalian Bentuk Pangkat, Modul 5 tentang Pangkat
Negatif, Modul 6 tentang Penjumlahan Bilangan Pangkat, dan Modul 7
tentang Pengurangan Bilangan Pangkat. Supaya lebih jelas, data
jumlah skore setiap soal dari hasil pretest dan posttest dapat dilihat
pada Gambar 3.
Gambar 3 Diagram jumlah skore tiap soal pretest dan posttest
3. Analisis Modul
Berdasarkan hasil pretest dan analisis tipe kesalahan siswa,
maka dari 44 siswa dikelompokkan berdasarkan jenis modul yang akan
diberikan. Jumlah siswa pada masing-masing jenis modul dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4 Jumlah Siswa yang Mengalami Miskonsepsi
Untuk Setiap Modul
Modul
1 Modul
2 Modul
3 Modul
4 Modul
5 Modul
6 Modul
7
Jumlah Siswa
26 37 35 17 43 31 26
0
10
20
30
40
50
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Jum
lah
Sis
wa
Perbandingan Pretest dan Posttest
Pretest
Posttest
30
Modul 1 yaitu modul tentang Perkalian Bilangan Pangkat,
Modul 2 tentang Pembagian Bilangan Pangkat, Modul 3 tentang
Perkalian Pangkat, Modul 4 tentang Perkalian Bentuk Pangkat, Modul
5 tentang Pangkat Negatif, Modul 6 tentang Penjumlahan Bilangan
Pangkat, dan Modul 7 tentang Pengurangan Bilangan Pangkat. Setiap
siswa mendapat jenis modul yang berbeda-beda, dan masing-masing
siswa mendapatkan jumlah modul yang berbeda pula berdasarkan
miskonsepsi yang dialami masing-masing siswa. Berikut ini merupakan
data jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi pada materi Bilangan
Berpangkat berdasarkan tipe kesalahan masing-masing siswa sebelum
pemberian modul dan sesudah pemberian modul.
Tabel 5 Perbandingan Jumlah dan Persentase Siswa yang
Mengalami Miskonsepsi Sebelum dan Sesudah Pemberian Modul
Modul
1 Modul
2 Modul
3 Modul
4 Modul
5 Modul
6 Modul
7
Sebelum 26 37 35 17 43 31 26
59,09% 84,09% 79,55% 38,64% 97,73% 70,45% 59,09%
Sesudah 8 7 35 13 35 19 8
18,18% 15,91% 79,55% 29,55% 79,55% 43,18% 18,18%
Persentase Penurunan
40,91% 68,18% 0,00 % 9,09% 18,18% 27,27% 40,91%
Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa jumlah siswa
yang mengalami miskonsepsi pada materi Bilangan Berpangkat untuk
setiap jenis modul mengalami penurunan meskipun pada Modul 3
jumlah siswa sebelum dan sesudah pemberian modul tetap, namun
siswa yang mengalami miskonsepsi pada materi ini tidak sama. Modul
3 tidak terjadi penurunan jumlah miskonsepsi siswa karena siswa
belum paham tentang materi perkalian pangkat. Tabel 5 menunjukkan
bahwa persentase penurunan untuk Modul 1 mencapai 40,91%, untuk
Modul 2 sebesar 68,18%, pada modul 4 persentase penurunan hanya
9,09%, Modul 5 sebesar 18,18%, persentase penurunan untuk Modul 6
sebesar 27,27% dan untuk Modul 7 mencapai 40,91%. Berdasarkan
data tersebut dapat dikatakan bahwa pemberian modul dapat
mengurangi miskonsepsi siswa pada materi Bilangan Berpangkat. Data
tersebut dapat disajikan dalam gambar 4 sebagai berikut:
31
Gambar 4 Perbandingan Miskonsepsi Siswa Sebelum dan Sesudah
Pemberian Modul
Analisis dari hasil penelitian setiap modul akan dijelaskan pada
pembahasan berikut ini:
a. Analisis Modul 1
Modul 1 berisi materi tentang perkalian bilangan pangkat
bentuk 𝑎𝑝 × 𝑎𝑞 . Berdasarkan hasil pretest yang dilakukan, ada
sebanyak 26 siswa yang mengalami miskonsepsi pada materi ini,
jika dibuat persentase ada 59,09% siswa yang mengalami
miskonsepsi. Siswa banyak yang melakukan kesalahan dengan
mengkalikan pangkat dengan pangkat sehingga pada soal 𝑎6 × 𝑎4,
siswa yang mengalami miskonsepsi menjawab 𝑎24 , ada 12 siswa
yang menjawab demikian. Pada soal 5𝑎4 × 𝑎4 ada sebanyak 5
siswa yang menjawab 5𝑎16 .
Modul diberikan kepada 26 siswa yang mengalami
miskonsepsi pada materi perkalian bilangan pangkat, setelah
dilakukan posttest siswa yang mengalami miskonsepsi pada materi
ini berkurang menjadi 8 orang atau 18,18%. Berdasarkan hasil
tersebut dapat dilihat bahwa siswa yang mengalami miskonsepsi
pada materi ini berkurang 40,91%.
Kesalahan yang masih terjadi setelah pemberian modul
adalah siswa masih melakukan kesalahan yang sama yaitu
mengkalikan pangkat dengan pangkat pada soal perkalian bilangan
pangkat. Ada lima siswa yang menjumlahkan koefisien, contohnya
pada soal 5𝑎4 × 𝑎4 siswa menjawab 6𝑎8. Pada materi perkalian
bilangan pangkat miskonsepsi siswa memang sudah berkurang
0
10
20
30
40
50
Modul 1
Modul 2
Modul 3
Modul 4
Modul 5
Modul 6
Modul 7
Sebelum
Sesudah
32
namun masih ada siswa yang masih mengalami miskonsepsi pada
materi tersebut.
b. Analisis Modul 2
Modul 2 merupakan modul tentang materi pembagian
bilangan pangkat, yaitu bentuk 𝑎𝑝 :𝑎𝑞 . Miskonsepsi siswa yang
sering terjadi pada pembagian bilangan berpangkat adalah siswa
membagi pangkat dengan pangkat. Berdasarkan hasil pretest siswa
yang mengalami miskonsepsi pada materi ini sebanyak 37 siswa
atau 84,09% dari 44 siswa mengalami miskonsepsi pada materi ini.
Berdasarkan hasil pretest kesalahan yang sering dilakukan
siswa adalah membagi pangkat dengan pangkat serta membagi
bilangan pokok dengan bilangan pokok. Contoh kesalahan yang
dilakukan siswa yaitu pada soal 𝑎10 : 𝑎2 siswa yang mengalami
miskonsepsi menjawab 𝑎5, dan pada soal 8𝑎12 : 2𝑎3 siswa yang
salah menjawab 4𝑎4, sedangkan pada soal 57: 54 siswa yang
menjawab salah yaitu dengan membagi bilangan pokok dengan
bilangan pokok sehingga siswa menjawab 1.
Modul diberikan kepada siswa sebagai perlakuan dari hasil
pretest kemudian dilakukan posttest untuk mengetahui sejauh
mana efektivitas modul yang diberikan. Berdasarkan hasil posttest
dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi
menurun yaitu sebelum diberikan modul siswa yang mengalami
miskonsepsi ada sebanyak 37 siswa dan setelah diberikan modul
siswa yang mengalami miskonsepsi terhadap materi pembagian
bilangan pangkat menurun menjadi 7 siswa atau 15,91%.
Berdasarkan data tersebut jika dihitung menggunakan persentase,
penurunan jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi mencapai
68,18%.
c. Analisis Modul 3
Modul 3 adalah modul tentang perkalian pangkat yaitu
bentuk 𝑎𝑝 𝑞 . Berdasarkan hasil pretest kesalahan yang dilakukan
siswa adalah menjumlahkan pangkat dan siswa kurang memahami
soal yang menggunakan tanda kurung. Siswa yang mengalami
miskonsepsi pada materi perkalian pangkat ini ada sebanyak 35
33
siswa atau 79,55% dari 44 siswa mengalami miskonsepsi pada
materi ini.
Contoh kesalahan yang dialami siswa adalah pada soal
𝑎4 3 siswa menjawab 𝑎8 dan pada soal 3𝑎5 3 siswa tidak
memperhatikan tanda kurung sehingga pangkat 3 tersebut hanya
dipakai pada 𝑎5 sehingga banyak siswa yang menjawab 3𝑎5 3 =
3𝑎15 . Kesalahan ini dilakukan siswa pada saat sebelum pemberian
modul dan sesudahnya, sehingga berdasarkan hasil posttest jumlah
siswa yang mengalami miskonsepsi pada materi perkalian pangkat
ini tidak berkurang namun jumlahnya sama meskipun kesalahan
tersebut dilakukan oleh siswa yang berbeda. Berdasarkan data
tersebut dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang mengalami
miskonsepsi setelah pemberian modul tetap yaitu sebanyak 35
siswa atau 79,55%.
d. Analisis Modul 4
Modul 4 berisi tentang materi perkalian bentuk pangkat
yaitu bentuk 𝑎𝑝 × 𝑏𝑞 . Pada bentuk tersebut kesalahan yang sering
dilakukan oleh siswa adalah mengalikan bilangan pokok dengan
bilangan pokok dan selanjutnya menjumlahkan pangkat dengan
pangkat, sehingga kesalahan yang sering dilakukan siswa adalah
mengerjakan dengan bentuk sebagai berikut (𝑎 × 𝑏)𝑝+𝑞 .
Berdasarkan hasil pretest jumlah siswa yang mengalami
miskonsepsi pada materi perkalian bentuk pangkat ini sebanyak 17
siswa atau 38,64%.
Kesalahan yang dilakukan siswa contohnya adalah pada
soal 43 × 52 siswa menjawab 205 , pada soal 92 × 33 siswa
menjawab 275 , soal 23 × 22 siswa menjawab 45 , dan pada soal
35 × 32 siswa menjawab 97 . Setelah diberikan modul tentang
perkalian bentuk pangkat tersebut miskonsepsi siswa pada materi
perkalian bentuk pangkat menjadi berkurang, jumlah siswa yang
mengalami miskonsepsi hanya 13 siswa atau 29,55%. Berdasarkan
data tersebut dapat diketahui bahwa siswa yang mengalami
miskonsepsi berkurang 9,09%.
34
e. Analisis Modul 5
Modul 5 merupakan modul yang berisi materi tentang
pangkat negatif atau bentuk umum yang sering kita jumpai adalah
𝑎−𝑝 . Berdasarkan hasil pretest siswa yang mengalami miskonsepsi
pada materi ini sebanyak 43 siswa atau 97,73 % siswa mengalami
miskonsepsi pada materi bilangan pangkat negatif. Kesalahan yang
banyak dilakukan siswa adalah menganggap bahwa hasil dari
pangkat negatif sama dengan hasil dari pangkat positif atau ada
beberapa siswa yang mengerjakan bukan pangkat yang dijadikan
negatif namun bilangan pokok yang dijadikan bentuk negatif.
Contoh kesalahan yang dilakukan siswa adalah dalam
mengubah pangkat negatif menjadi pangkat positif atau sebaliknya.
Pada soal yang meminta untuk menentukan hasil dari 5−2
kebanyakan siswa menjawab 25, pada soal 2𝑎5 meminta untuk
mengubah pangkat positif menjadi pangkat negatif siswa
menjawab 2𝑎−5.
Berdasarkan hasil posttest jumlah siswa yang mengalami
miskonsepsi pada materi bentuk pangkat negatif ada 35 siswa atau
79,55%. Jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi menurun
18,18%.
f. Analisis Modul 6
Modul 6 adalah modul tentang penjumlahan bilangan
pangkat atau secara umum dapat ditulis 𝑚𝑎𝑝 + 𝑛𝑎𝑝 . Berdasarkan
hasil pretest siswa yang mengalami miskonsepsi pada materi ini ada
sebanyak 31 siswa atau 70,45 %. Kesalahan yang banyak dilakukan
adalah siswa ikut menjumlahkan pangkat dan kurang memahami
pengertian tentang koefisien.
Berikut ini contoh kesalahan yang banyak dilakukan oleh
siswa. Pada soal 4𝑎2 + 5𝑎2 siswa yang mengalami miskonsepsi
menjawab 9𝑎4. Contoh kesalahan yang lain yaitu pada soal
10𝑎7 + 𝑎7 kesalahan yang dilakukan oleh siswa adalah siswa yang
menjawab 11𝑎14 , ada pula siswa yang menjawab 10𝑎14 , ini terjadi
karena siswa tidak paham jika koefisien dari 𝑎7 adalah 1 bukan 0.
Siswa yang mengalami miskonsepsi kemudian diberi modul
sebagai tindak lanjut dari hasil pretest dan kemudian dilakukan
posttest untuk mengetahui sejauh mana tingkat efektifitas modul,
35
jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi berkurang, sebelumnya
70,45% siswa yang mengalami miskonsepsi menjadi 43,18% atau
sebanyak 19 siswa yang masih mengalami miskonsepsi pada materi
penjumlahan bilangan pangkat.
Miskonsepsi yang masih dialami siswa adalah pada soal
10𝑎7 + 𝑎7 adalah siswa menjawab 10𝑎7 , siswa menganggap
bahwa koefisien dari 𝑎7 adalah 0, sehingga siswa menjumlahkan
koefisien 10 + 0 = 10, sehingga kesalahan yang dilakukan siswa
bukan lagi tentang konsepsi penjumlahan bilangan pangkat, namun
siswa belum memahami tentang konsep koefisien. Berdasarkan
data tersebut jika dianalisis dengan membandingkan hasil pretest
dan posttest maka dapat dilhat bahwa jumlah siswa yang
mengalami miskonsepsi berkurang yaitu jumlah siswa yang
mengalami miskonsepsi menurun 27,27%.
g. Analisis Modul 7
Modul 7 yaitu tentang materi Pengurangan Bilangan
Pangkat atau bentuk umum yang biasa ditemui yaitu bentuk
𝑚𝑎𝑝 − 𝑛𝑎𝑝 . Berdasarkan hasil pretest dapat dilihat bahwa jumlah
siswa yang mengalami miskonsepsi ada 26 siswa atau sebesar
59,09%. Kesalahan yang banyak dilakukan siswa yaitu dengan
mengurangkan koefisien dengan koefisien dan pangkat dengan
pangkat. Contohnya adalah pada soal 7𝑎5 − 2𝑎5 siswa menjawab
5𝑎0, ada juga siswa yang menjawab 5𝑎 karena siswa menganggap
bahwa pada soal 7𝑎5 − 2𝑎5 cukup dengan mengurangkan
koefisien, siswa juga menganggap bahwa pangkat dari 𝑎 sama
maka pangkatnya hanya cukup dihilangkan. Contoh lain yaitu pada
soal 11𝑎9 − 3𝑎9 kesalahan yang dilakukan siswa masih sama
sehingga kesalahan yang muncul siswa menjawab 8𝑎0 dan 8𝑎.
Berdasarkan hasil posttest jumlah siswa yang masih
mengalami miskonsepsi ada sebanyak 8 siswa atau 18,18%. Hasil
tersebut jika dibandingkan dengan hasil pretest jumlah siswa yang
mengalami miskonsepsi berkurang 40,91%. Kesalahan yang masih
dilakukan oleh siswa yaitu pada soal 7𝑎5 − 2𝑎5 ada siswa yang
menjawab 5𝑎 dan pada soal 11𝑎9 − 3𝑎9 ada siswa yang menjawab
8𝑎. Berdasarkan data tersebut jika dilihat secara keseluruhan
modul 7 dapat dikatakan efektif dalam mengurangi miskonsepsi
36
materi Pengurangan Bentuk Pangkat karena jumlah siswa yang
mengalami miskonsepsi menurun sampai 40,91%.
4. Uji Hipotesis Penelitian
Pengujian hipotesis pada penelitian ini dengan menggunakan
uji beda rata-rata atau uji-t untuk mengetahui signifikansi sebelum dan
sesudah penggunaan modul. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
efektivitas penggunaan modul Bilangan Berpangkat untuk mengurangi
miskonsepsi siswa.
Tabel 6 Hasil uji t
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
Mean Std.
Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1
SEBELUM - SESUDAH
1.28571E1 10.12305 3.82615 3.49488 22.21940 3.360 6 .015
Terlihat dari Tabel 6 bahwa t hitung adalah 3,360 dengan
probabilitas 0,015. Pengujian hipotesis digunakan uji dua sisi, sehingga
angka probabilitas adalah 0,015/2 = 0,0075, oleh karena 0,0075 0,025,
maka Ho ditolak. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
miskonsepsi siswa pada materi Bilangan Berpangkat sebelum dan sesudah
penggunaan modul berbeda. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat
dikatakan penggunaan modul pada materi Bilangan Berpangkat efektif
dalam mengurangi miskonsepsi siswa.
C. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa setiap modul
mengalami penurunan jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi
terhadap masing-masing materi yang disajikan pada setiap modul, namun
pada modul 3 yaitu tentang perkalian pangkat jumlah siswa yang
mengalami miskonsepsi masih sama meskipun siswa yang mengalami
miskonsepsi berbeda. Persentase penurunan miskonsepsi siswa untuk
masing-masing modul berbeda-beda. Modul 1 yaitu modul tentang
Perkalian Bilangan Pangkat persentase penurunan miskonsepsi siswa
37
mencapai 40,91%, untuk modul 2 yaitu tentang Pembagian Bilangan
Pangkat persentase penurunan miskonsepsi siswa sebesar 68,18%. Modul
3 yaitu tentang Perkalian Pangkat, pada materi ini tidak terjadi penurunan
miskonsepsi, karena jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi pada
materi ini tetap meskipun siwa yang mengalami miskonsepsi sebelum dan
sesudah pemberian modul berbeda. Persentase penurunan miskonsepsi
pada modul 4 yaitu tentang Perkalian Bentuk Pangkat hanya sebesar
9,09%, dan untuk modul 5 tentang Pangkat Negatif jumlah siswa yang
mengalami miskonsepsi menurun sebesar 18,185. Modul 6 yaitu tentang
Penjumlahan Bilangan Pangkat persentase penurunan moskonsepsi siswa
mencapai 27,27% dan untuk modul 7 yaitu tentang Pengurangan Bilangan
Pangkat jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi menurun sebesar
40,91%. Rata-rata persentase penurunan jumlah siswa yang mengalami
miskonsepsi pada materi Bilangan Berpangkat sebesar 29,22%.
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa perbedaan miskonsepsi
sebelum dan sesudah pemberian modul dengan menggunakan uji t
memperlihatkan probabilitas (p = 0,015) 0,015 0,05 sehingga terdapat
perbedaan yang signifikan terhadap miskonsepsi siswa sebelum dan
sesudah pemberian modul. Berdasarkan uji hipotesis tersebut dapat
dikatakan bahwa modul yang digunakan efektif dapat mengurangi
miskonsepsi siswa pada materi Bilangan Berpangkat.
Pembelajaran dengan menggunakan modul, siswa dapat belajar
secara mandiri. Waktu yang dibutuhkan siswa untuk menyelesaikan
setiap modul berbeda-beda, sehingga siswa lebih bertanggung jawab atas
modul yang sedang dipelajarinya tanpa bergantung kepada teman. Pada
saat pembelajaran dengan menggunakan modul guru hanya berperan
sebagai fasilitator, yaitu membantu siswa yang mengalami kesulitan. Guru
memberikan modul selanjutnya setelah melihat hasil pekerjaan siswa
yang terdapat pada masing-masing modul, hal ini dilakukan untuk
mengetahui apakah siswa sudah memahami atau belum materi yang
disajikan pada modul. Siswa juga antusias dalam pembelajaran dengan
menggunakan modul, jika ada yang kurang paham siswa langsung
bertanya kepada guru.