-
63
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Pelaksanaan Tindakan Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian yang sesuai dengan rumusan
yang telah diajukan oleh peneliti. Hasil penelitian disajikan dengan deskripsi yang
lebih rinci. Hasil penelitian disajikan mulai dari pratindakan sampai dengan pada
akhir siklus. Rencana tindakan ini mengacu pada tindakan penelitian model spiral
Suharsimi Arikunto, dimana masing-masing siklus terdiri atas 3 tahap yaitu tahap
perencanaan, tindakan/observasi, dan refleksi.
Sebelum melakukan tindakan perencanaan peneliti terlebih dahulu
melakukan tindakan prasiklus. Tindakan prasiklus diambil peneliti dari nilai
ulangan harian terakhir yang diperoleh dari guru kelas 5. Berdasarkan kondisi
awal atau prasiklus tersebut selanjutnya peneliti melakukan tahap perencanaan
untuk siklus 1. Pada tahap perencanaan peneliti membuat RPP, membuat evaluasi
untuk akhir siklus, serta membuat lembar observasi guru dan siswa dalam
pembelajaran. Setelah melakukan perencanaan selanjutnya peneliti melaksanakan
tahapan yang kedua yaitu tahap pelaksanaan tindakan. Pada tahap pelaksanaan
terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Dalam kegiatan
pelaksanaan peneliti hanya berperan sebagai observer sedangkan kegiatan
pengajaran dilakukan oleh guru kelas 5. Tahapan yang terakhir adalah tahap
refleksi. Pada tahap ini peneliti melakukan analisis data. Hasil analisis data ini
yang digunakan peneliti untuk melaksanakan rencana tindakan pada siklus 2.
4.1.1. Pelaksanaan Prasiklus
1. Kondisi Prasiklus Kegiatan yang paling pokok dalam proses pembelajaran di kelas adalah
berlangsungnya interaksi antara guru dan siswa. Proses pembelajaran merupakan
proses edukatif antara dua unsur manusiawi yaitu siswa sebagai pihak yang
belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar sehingga guru memiliki peranan
yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Dalam mengelola interaksi
pembelajaran maka guru dituntut untuk mampu mendesain program, menguasai
-
64
materi, serta mampu menentukan pemilihan model pembelajaran yang sesuai
sehingga dapat menciptakan kondisi kelas yang kondusif.
Dalam kegiatan proses pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan kelas,
guru cenderung mengajar menggunakan metode konvensional yang rentan dengan
pembelajaran ceramahan yang tidak variatif, dimana guru adalah penentu jalannya
proses pembelajaran, sedangkan siswa lebih sebagai penerima informasi secara
pasif. Siswa menerima pengetahuan dari guru dan pengetahuan diasumsinya
sebagai badan dari informasi dan keterampilan yang dimiliki sesuai dengan
standar. Pembelajarannyapun masih sangat abstrak dan teoritis serta kebenaran
bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final. Sehingga interaksi di antara siswa
kurang. Melihat kondisi pembelajaran yang monoton, berdampak pada hasil
belajar siswa kelas 5 dalam menerima materi pada mata pelajaran IPA semester 2.
Nilai rata-rata ulangan harian pada pelajaran IPA masih rendah, bahkan masih
banyak ditemukan siswa yang dinilaninya dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum
(KKM) yaitu 70.
2. Hasil Analisis Prasiklus Pada prasiklus peneliti mengambil nilai ulangan harian yang dilaksanakan
sebelum melakukan tindakan siklus 1.Berikut nilai hasil ulangan harian yang
peneliti peroleh sebelum melakukan tindakan siklus 1.
Tabel 9. Nilai Ulangan Harian IPA Kelas 5 Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013
SDN Urutsewu 3 No Nama Siswa Nilai Prasiklus Keterangan 1 DU 64 Belum Tuntas 2 DC 62 Belum Tuntas 3 FFR 62 Belum Tuntas 4 ANA 54 Belum Tuntas 5 AK 70 Tuntas 6 EMM 62 Belum Tuntas 7 F 68 Belum Tuntas 8 IL 56 Belum Tuntas 9 KDS 62 Belum Tuntas 10 NA 60 Belum Tuntas 11 PSK 60 Belum Tuntas
-
65
No Nama Siswa Nilai Prasiklus Keterangan 12 RDS 70 Tuntas 13 RH 78 Tuntas 14 RDV 80 Tuntas 15 A 80 Tuntas 16 AF 58 Belum Tuntas 17 APP 72 Tuntas 18 AMW 58 Belum Tuntas 19 ATS 58 Belum Tuntas 20 BL 60 Belum Tuntas 21 DAF 76 Tuntas 22 DAN 70 Tuntas 23 DRW 84 Tuntas 24 E 70 Tuntas 25 GLS 72 Tuntas 26 IRA 70 Tuntas 27 MRD 56 Belum Tuntas 28 MNC 74 Tuntas 29 RP 50 Belum Tuntas 30 RFS 64 Belum Tuntas 31 SAW 62 Belum Tuntas 32 SRA 66 Belum Tuntas 33 SW 76 Tuntas 34 TA 56 Belum Tuntas 35 TAS 72 Tuntas 36 NPA 60 Belum Tuntas 37 MDS 70 Tuntas 38 PAA 64 Belum Tuntas
KKM 70
Rata-rata kelas 65,94 Nilai maksimum 84 Nilai minimum 50
Agar lebih mudah dalam menentukan kelompok interval nilai atau data
yang sudah diperoleh, maka peneliti menggunakan pengelompokkan dalam
bentuk tabel. Sehingga akan lebih mudah melihat dan mengetahui tentang
jangakuan skor tertinggi dan skor terendah, banyaknya katagori serta interval dari
data yang ada. Dalam hal ini, peneliti menggunakan rumus dari Sugiyono
-
66
(2011:34-35) yang menggunakan rumus K=1+3,3 log n. Adapun rumus untuk
menentukan Range, banyak kategori, dan interval adalah sebagai berikut :
Rumus dalam penentuan interval sebagai berikut:
Range / Jangkauan = skort tertinggi – skor terendah
Banyak kategori / kelas = 1 + 3,3 log n
Interval (K) = range/(banyak kategori)
Dalam menentukan pembuatan interval nilai, cara menentukan interval
nilai dengan baik, peneliti menggunakan rumus untuk memudahkan mengatur
jarak interval nilai sesuai hasil nilai yang di peroleh siswa dengan rumus sebagai
berikut :
Log 38 = 1,579
K = 1 + 3,3 log 38
K = 1 + 3,3 .1,579
K = 1 + 5,247
K = 6,247 dibulatkan menjadi 6.
Berdasarkan data hasil belajar prasiklus, setelah dilakukan analisis
berdasarkan nilai hasil prasiklus dapat dilihat pada tabel 10 dibawah ini.
Tabel 10. Distribusi Ketuntasan Belajar Prasiklus Siswa Kelas 5 SDN Urutsewu 3
Interval Frekuensi Keterangan Persentase (%)
84-90 1 Tuntas 2,6%
77-83 3 Tuntas 7,9%
70-76 12 Tuntas 31,6%
63-69 5 Belum Tuntas 13,2%
56-62 15 Belum tuntas 39,4%
49-55 2 Belum tuntas 5,3%
Jumlah 38 100%
Berdasarkan dari data diatas hasil nilai ulangan harian siswa kelas 5 pada
mata pelajaran IPA sebagai nilai prasiklus yang di ambil peneliti sebelum
melakukan tindakan siklus 1, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa tersebut
-
67
rendah, hal ini dapat diketahui melalui tabel 9. Berdasarkan nilai prasiklus diatas
perbandingan siswa yang belum mencapai KKM adalah 22 siswa dengan
persentase sebesar 57,9%, sedangkan siswa yang tuntas dari KKM adalah 16
siswa atau 42,1%. Dari tabel diatas dapat diketahui jumlah siswa yang mencapai
interval nilai 84-90 sebanyak 1 orang dengan persentase 2,6%, jumlah siswa yang
mencapai interval nilai 77-83 sebanyak 3 orang dengan persentase 7,9%, jumlah
siswa yang mencapai interval nilai 70-76 sebanyak 12 orang dengan persentase
31,6%, jumlah siswa yang mencapai interval nilai 63-69 sebanyak 5 orang 13,2%,
jumlah siswa yang mencapai interval nilai 56-62 sebanyak 15 orang 39,4%, dan
jumlah siswa yang mencapai interval nilai 49-55 sebanyak 2 orang dengan
persentase 5,3%. Jadi, jumlah keseluruhan siswa ada 38 siswa dimana jumlah
siswa yang tuntas ada 16 siswa dan tidak tuntas ada 22 siswa, dengan perolehan
nilai terendah yaitu 50 dan tertinggi 84.
Pada pembelajaran IPA ini, guru menggunakan metode konvensional,
sehinga masih ada 22 siswa yang belum mencapai nilai KKM.Sehingga peneliti
merasa perlu mengadakan penelitian tindakan kelas demi membantu
meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif
tipe Group Investigation (GI) pada pembelajaran IPA materi “Cahaya dan Sifat-
sifatnya” untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Secara lebih rinci, hasil belajar siswa pada siklus 1 dapat dilihat pada
gambar 3 dibawah ini:
-
68
Gambar 3. Grafik Nilai Prasiklus Siswa Kelas 5 SDN Urutsewu 3
Berdasarkan pada patokan penilaian peneliti bahwa siswa yang dikatakan
tuntas apabila nilai siswa mencapai KKM = 70, maka persentase keseluruhan
siswa yang mencapai kriteria KKM maupun yang belum mencapai kriteria KKM,
disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 11. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Prasiklus Siswa Kelas 5 SDN Urutsewu
3 No Nilai Sebelum Tindakan Keterangan
Jumlah Siswa Persentase (%)
1
-
69
Seperti pada tabel 11 diatas, Persentase ketuntasan hasil belajar siswa
kelas 5 SDN Urutsewu 3 Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Sebelum
dilakukan tindakan, diketahui bahwa siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM
sebanyak 22 siswa dengan persentase 57,9%, sedangkan siswa yang mencapai
KKM sebanyak 16 siswa dengan persentase 42,1% dari total seluruh siswa
sebanyak 38. Nilai terendah hasil belajar siswa adalah 50 sedangkan nilai tertinggi
hasil belaajar siswa adalah 84.
Dari tabel diatas dapat disajikan grafik presentase hasil belajar siswa pada
prasiklus yang belum mencapai KKM dan yang sudah mencapai KKM sebagi
berikut :
Gambar 4. Grafik Persentase Ketuntasan Nilai Hasil Belajar Prasiklus Siswa Kelas 5 SDN Urutsewu 3
4.1.2. Pelaksanaan Siklus 1
1. Tahap Perencanaan Tindakan
Setelah memperoleh data hasil belajar siswa kelas 5 SDN Urutsewu 3 pada
kondisi awal, selanjutnya peneliti melakukan diskusi dengan guru kelas 5 untuk
melakukan kegiatan siklus 1. Dalam siklus 1 ini peneliti melakukan 3 kali
0,00%10,00%20,00%30,00%40,00%50,00%60,00%
Belum Tuntas Tuntas
57,90%
42,10%
Persentase Ketuntasan Belajar Prasiklus
Belum Tuntas
Tuntas
-
70
pertemuan, dimana masing-masing pertemuan terdiri atas 2 jam pelajaran (2×35
menit).
Sebelum melaksanakan siklus 1, peneliti bersama guru kelas 5
menyiapkan rencana pembelajaran dimana peneliti membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang selanjutnya dikonsultasikan kepada guru
kelas 5 untuk mengetahui apakah sesuai atau tidak RPP yang telah dibuat peneliti
diterapkan di sekolah tersebut. Selain itu peneliti juga menyiapkan lembar
observasi berupa aktivitas siswa dan kegiatan mengajar guru untuk mengetahui
tingkat ketercapaiannya penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe GI.
Dalam penelitian ini peneliti berperan langsung sebagai observer kegiatan
siswa dan kegiatan mengajar guru. Peneliti dibantu oleh 1 mahasiswa yang
berperan sebagai pengambil dokumtasi foto selama kegiatan pembelajaran. Materi
yang dipilih oleh guru kelas 5 adalah cahaya dan sifat-sifatnya.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan/observasi
Pelaksanaan siklus 1 dilakukan pada tanggal 20, 25, 27 Maret 2014.
Dengan standar kompetensi menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan
membuat suatu karya/model dan kompetensi dasarmendeskripsikan sifat-sifat
cahaya tertentu (karet, logam, kayu, plastik) dalam kehidupan sehari-hari. Untuk
indikator pembelajaran pada pertemuan pertama adalah menyebutkan sumber
cahaya yang ada disekitar dan mendeskripsikan sifat cahaya yang mengenai
berbagai benda (bening, berwarna, dan gelap). Pada pertemuan kedua adalah
mendeskripsikan sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin datar dan cermin, dan
menunjukkan contoh peristiwa pembiasan cahaya dalam kehidupan sehari-hari
melalui percobaan. Sedangkan pertemuan ketiga adalah menunjukkan bukti
bahwa cahaya putih terdiri dari berbagai warna dan memberikan contoh peristiwa
penguraian cahaya dalam kehidupan sehari-hari.
a. Analisis data hasil observasi guru Hasil observasi siklus 1 pada pertemuan pertama guru masih terlihat
bingung dengan langkah-langkah pembelajaran GI. Hal ini disebabkan karena
kurangnya persiapan guru sebelum mengajar dengan model kooperatif tipe GI
yang telah peneliti siapkan.. Namun pada umumnya guru sudah melaksanakan
-
71
dengan baik semua kegiatan pembelajaran antara lain menyiapkan ruang, alat, dan
media pembelajaran. Guru mengatur siswa dalam pembagian kelompok secara
heterogen sehingga diharapkan masing-masing kelompok memiliki kekuatan yang
merata. Guru juga memeriksa kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran
walaupun masih ada beberapa siswa yang masih susah diatur dan membuat gaduh
kelas dengan memberikan teguran dan memotivasi siswa yang suka membuat
gaduh agar dapat tenang dan tertarik untuk mengikuti pembelajaran, serta
menjelaskan aturan dalam pembelajaran IPA yang akan dilaksanakan.
Dalam pelaksanaan pembelajaran guru juga memotivasi pada seluruh kelas
untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, menyampaikan apersepsi dengan sedikit
mengulas materi pembelajaran yang lalu serta menjelaskan tujuan pembelajaran
serta uraian kegiatan agar siswa memiliki gambaran tentang kegiatan yamg akan
dilakukan.
Guru juga menjelaskan kepada siswa tentang langkah-langkah
pembelajaran GI secara jelas dan rinci. Tujuan dari penjelasan tersebut adalah
agar siswa mengerti langkah-langkah apa saja yang akan mereka lakukan pada
pembelajaran IPA.
Pada tahap pengorganisasi siswa ke dalam kelompok guru membagi siswa
menjadi beberapa kelompok walaupun suasana kelas bertambah ramai dan gaduh
dari pada suasana sebelumnya. Karena jumlah siswa yang cukup banyak yaitu 38
anak, maka guru mengambil inisiatif untuk membagi siswa menjadi 6 kelompok
secara heterogen berdasarkan kemampun akademis siswa, dimana masing-masing
kelompok terdiri atas 6-7.
Pada tahap pemilihan topik guru yang menentukan topik yang akan
diinvestigasi oleh masing-masing kelompok yaitu mengenai sifat-sifat cahaya.
Untuk pertemuan pertama masing-masing kelompok melakukan investigasi
tentang sifat cahaya yang mengenai berbagai benda (bening, berwarna, dan gelap).
Untuk pertemuan kedua masing-masing kelompok melakukan investigasi tentang
sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung (cembung
atau cekung) serta menunjukkan contoh peristiwa pembiasan cahaya dalam
kehidupan sehari-hari dengan menggunakan pensil dan koin yang dimasukkan ke
-
72
dalam gelas yang berisi air. Sedangkan untuk pertemuan ketiga masing-masing
kelompok melakukan investigasi membuktikan bahwa cahaya putih terdiri dari
berbagai warna dengan menggunakan cakram warna yang dibuat sendiri oleh
masing-masing kelompok, dan yang terakhir adalah memberikan contoh peristiwa
penguraian cahaya dalam kehidupan sehari-hari yaitu membuat pelangi sederhana
dari balon sabun.
Pada tahap perencanaan tugas guru membimbing siswa berdiskusi
membuat pertanyaan-pertanyaan yang akan digunakan dalam penelitian serta
membimbing siswa dalam menyusun rencana penelitian meskipun belum
menyeluruh dalam membimbing siswa.
Pada tahap pelaksanaan investigasi guru sudah membing siswa dalam
melakukan peneliian, tetapi guru belum menunjukkan sikap terbuka terhadap
respon siswa dan terkesan menuntut siswa bahwa hasil penelitian harus sesuai
yang diharapkan. Seperti ketika siswa melaksanakan investigasi tentang sifat-sifat
bayangan pada cermin cekung dan cermin cembung dituntut sesuai dalam buku
sehingga siswa terpaku dalam buku bukan mencari sendiri. Namun pada
pertemuan selanjutnya guru sudah menyerahkan investigasi kepada siswa dan
guru hanya membimbing. Pada tahap ini guru juga sudah menumbuhkan
keceriaan dan antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran, serta menumbuhkan
partisipasi yang aktif dalam proses pembelajaran.
Pada tahap persiapan pembuatan laporan akhir guru memantau hasil
penelitian masing-masing kelompok. Guru juga memeriksa hasil penelitian
kelompok meskipun tidak semua kelompok diperiksa karena keterbatasan waktu.
Pada tahap presentasi laporan akhir guru mengatur jalannya presentasi dari
masing-masing kelompok. Presentasi dimulai dari kelompok 1 dan diakhiri
kelompok trakhir yaitu kelompok 6. Selain itu guru juga memberikan pengutan
dari hasil presentasi masing-masing kelompok.
Pada tahap yang terakhir yaitu evaluasi guru sudah membimbing siswa
dalam membuat kesimpulan tentang materi pembelajaran meskipun masih
didominasi oleh guru. Selain itu guru juga memberikan kuis tertulis yang
dikerjakan secara individu untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa
-
73
tentang materi yang baru saja dipelajari. Di akhir siklus 1 guru juga memberikan
evaluasi berupa test formatif. Test tersebut bertujuan untuk mengetahui efektifitas
dalam pembelajaran IPA mengenai sifat-sifat cahaya apakah ada peningkatan
hasil belajar dari kondisi awal ke siklus 1. Pada akhir pembelajaran guru juga
melakukan refleksi pembelajaran.
Dari hasil observasi pada siklus 1 menunjukkan adanya peningkatan
kualitas guru dalam mengajar yang sebelumnya pada kondisi awal hanya
menggunakan metode konvensional dan sekarang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe GI. Dengan pemakain model pembelajaran
kooperatif tipe GI terjadi peningkatan hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 SD N
Urutsewu 3 materi cahaya dan sifat-sifatnya dengan sub pokok bahasan sifat-sifat
cahaya mengalami peningkatan mskipun masih banyak ditemukan siswa yang
belum tuntas KKM.
Untuk mengatasi kelemahan tersebut yang perlu diperhatikan guna
memperbaiki pembelajaran berikutnya, guru diharapkan agar lebih terbuka
terhadap respon siswa, memotivasi siswa supaya mampu bekerja secara kooperatif
terutama kepada siswa yang suka membuat ribut dan sulit bekerja dalam tim.
Serta membantu siswa dalam menyiapkan sarana pendukung.
Dalam pembelajaran model kooperatif tipe GI agar pada tindakan
selanjutnya dapat sesuai dengan apa yang diharapkan, guru diharpkan agar lebih
mengerti langkah-langkah pembelajaran GI. Guru juga diharapkan agar dapat
lebih menguasai kelas supaya masing-masing siswa benar-benar membahas materi
bukan membahas hal lain di luar materi pembelajaran. Selain itu guru juga
diharpkan mampu menguasai kemampuan kelompok, hal ini dikarenakan tugas
guru dalam pembelajaran GI adalah sebagai fasilitator yang menyediakan
kesempatan bagi anggota kelompok untuk memberikan berbagai macam
kontribusi, bukan merancang jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang bersifat
faktual seperti apa, bagaimana dan sebagainya.
b. Analisis data hasil observasi siswa Pada siklus 1 peneliti mengamati aktivitas masing-masing kelompok
sedangkan untuk pengambilan dokumentasi foto selama berlangsungnya kegiatan
-
74
pembelajaran peneliti dibantu oleh 1 orang mahasiswa. Untuk kegiatan
pembelajaran dilakukan oleh guru kelas dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe GI pada pembelajaran IPA pokok bahasan cahaya
dan sifat-sifatnya.
Pada saat guru menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran
kooperatif tipe GI beberapa siswa masih kesulitan memahaminya. Namun setelah
masuk ke dalam kegiatan investigasi mampu mengikuti kegiatan dengan baik.
Pada tahap pengorganisasi siswa ke dalam kelompok keadaan kelas sangat
gaduh dimana siswa sibuk mencari anggota kelompoknya serta gaduh karena
menata tempat duduk. Siswa juga merasa antusias bergabung dengan
kelompoknya meskipun guru yang menentukan anggota kelompok.
Pada tahap pemilihan topik siswa mendengarkan penjelasan guru serta
menjawab pertanyaan dari guru mengenai topik yang akan dipelajari. Siswa juga
sudah mulai menelaah sumber-sumber informasi.
Pada tahap perencanaan tugas siswa bersama kelompoknya membahas
topik yang akan diinvestigasi selanjutnya merencanakan kegiatan investigasi.
Pada tahap ini sudah terlihat adanya kerja sama dalam kelompok namun masih
terlihat ada beberapa siswa yang belum bisa bekerja sama dengan kelompoknya.
Pada tahap pelaksanaan investigasi siswa bekerja sama dengan
kelompoknya mencari informasi, menagalisis data, selanjutnya mereka melakukan
percobaan dimana langkah-langkah percobaan sudah ditulis dalam Lembar Kerja
Praktikum yang telah dibagikan oleh guru pada saat guru menentukan topik.
Setelah melakukan percobaan selanjutnya siswa membuat kesimpulan dari
investigasinya.
Pada tahap persiapan pembuatan laporan akhir siswa melakukan
persiapan-persiapan apa saja yang akan dilaporkan serta bagaimana membuat
presentasinya. Masing-masing kelompok menunjuk salah satu anggotanya untuk
memaparkan hasil kerja kelompoknya.
Pada tahap presentasi laporan akhir masing-masing perwakilan kelompok
menyamaikan hasil percobaan yang telah dilakukan beserta kesimpulan yang
didapat sedangkan kelompok lain memberikan sanggahan apabila hasilnya
-
75
berbeda. Presentasi tersebut dimulai dari kelompok 1 dan diakhiri kelompok
trakhir yaitu kelompok 6.
Pada tahap yang terakhir yaitu evaluasi siswa berdasarkan bimbingan dari
guru membuat kesimpulan tentang materi pembelajaran meskipun dalam menarik
kesimpulan masih didominasi oleh guru. Selain itu siswa juga diberi kuis tertulis
yang dikerjakan secara individu untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa
tentang materi yang baru saja dipelajari. Sedangkan pada akhir siklus 1 siswa
mengerjakan evaluasi berupa test formatif. Test tersebut bertujuan untuk
mengetahui efektifitas dalam pembelajaran IPA mengenai sifat-sifat cahaya
apakah ada peningkatan hasil belajar dari kondisi awal ke siklus 1. Pada akhir
pembelajaran siswa menerima refleksi pembelajaran pembelajaran dari guru.
Dari observasi siswa pada siklus 1 sudah ada peningkatan hasil belajar
IPA dibandingkan dengan kondisi awal (prasiklus) sebelum diadakan tindakan
dengan menggunakan model pembeajaran kooperatif tipe GI.
Kelemahan-kelamahan tersebut dapat diatasi dengan cara memberikan
motivasi kepada siswa dengan menumbuhkan rasa percaya diri serta memberikan
peluang kepada siswa untuk lebih berperan aktif dalam pembelajaran sehingga
semua siswa terliat dalam kegiatan pembelajaran.
3. Refleksi
Berdasarkan pembelajaran siklus 1 yang telah dilaksanakan, hasil belajar
IPA sudah mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi awal (prasiklus)
sebelum diadakannya tindakan dengan menggunakan model pembeajaran
kooperatif tipe GI. Tetapi masih ditemuan siswa yang memperoleh nilai di bawah
KKM yang telah ditentukan dari pihak sekolah yaitu ketuntasan klasikal
-
76
4.1.3. Pelaksanaan Siklus 2
1. Tahap Perencanaan Tindakan
Setelah melaksanakan siklus 1, selanjutnya peneliti melakukan diskusi
dengan guru kelas 5 untuk melakukan kegiatan siklus 2 berdasarkan kekurangan-
kekurangan yang terjadi pada siklus 1. Hal ini dilakukan agar pada pembelajaran
siklus 2 ini dapat berlangsung lebih baik. Sama halnya dengan siklus 1, pada
siklus 2 ini peneliti melakukan 3 kali pertemuan, dimana masing-masing
pertemuan terdiri atas 2 jam pelajaran (2× 35 menit).
Pada siklus 2 peneliti juga bersama guru kelas 5 menyiapkan rencana
pembelajaran dimana peneliti membuat RPP selanjutnya dikonsultasikan kepada
guru kelas 5 untuk mengetahuai apakah sesuai tidaknya RPP yang telah dibuat
peneliti diterapkan di sekolah tersebut. Selain itu peneliti juga menyiapkan lembar
observasi berupa aktivitas siswa dan kegiatan mengajar guru.
Sama halnya dengan siklus 1 peneliti berperan langsung sebagai observer
kegiatan siswa dan kegiatan mengajar guru. Peneliti dibantu oleh 1 mahasiswa
yang berperan sebagai pengambil dokumtasi foto selama kegiatan pembelajaran.
Materi pada siklus 2 adalah lanutan dari materi siklus 1.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan/observasi
Pelaksanaan siklus 2 dilakukan pada tanggal 1, 8, dan 15 April 2013.
Dengan standar kompetensi menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan
membuat suatu karya/model dan kompetensi dasarmembuat suatu karya/model,
misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat
cahaya. Untuk indikator pembelajaranpertemuan pertama adalah menyebutkan
macam-macam alat optik dan membuat karya/model yang sesuai dengan
rancangan untuk membuat model periskop. Pada pertemuan kedua adalah
menjelaskan fungsi cakram warna yang telah dibuat dan membuat karya/model
yang sesuai dengan rancangan untuk membuat model kaca pembesar sederhana.
Sedangkan pada pertemuan ketiga adalah menguji cara kerja model yang dibuat.
a. Analisis data hasil observasi guru Hasil observasi pada siklus 2 secara keseluruhan guru sudah melaksanakan
dengan baik antara lain menyiapkan ruang, alat, dan media pembelajaran. Guru
-
77
mengatur siswa dalam menempati tempat duduknya. Guru juga melakukan
pembagian kelompok secara heterogen lagi, hal ini dilakukan karena pada
pembagian kelompok sebelumnya masih belum merata, hal tersebut terlihat pada
kelompok 5 yang anggotanya terdiri atas siswa laki-laki semua cenderung menjadi
pembuat onar. Pada siklus 2 ini pemahaman guru tentang langkah-langkah dalam
pembelajaran GI sudah mulai terlihat. Guru juga memeriksa kesiapan siswa
dalam menerima pembelajaran serta memotivasi siswa yang suka membuat gaduh
agar dapat tenang dan tertarik untuk mengikuti pembelajaran, guru juga
menjelaskan aturan dalam pembelajaran IPA yang akan dilaksanakan.
Dalam pelaksanaan pembelajaran guru juga sudah memotivasi pada
seluruh kelas untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, menyampaikan apersepsi
dengan sedikit mengulas materi pembelajaran yang lalu untuk mengetahui
kesiapan siswa dalam melanjutkan materi serta menjelaskan tujuan pembelajaran
dan uraian kegiatan agar siswa memiliki gambaran tentang kegiatan-kegiatan yang
akan dilakukan.
Pada tahap pengorganisasi siswa ke dalam kelompok guru membagi
kembali siswa menjadi beberapa kelompok walaupun suasana kelas bertambah
ramai dan gaduh dari pada suasana saat siklus 1 karena beberapa siswa protes
akibat adanya perubahan anggota kelompok.
Pada tahap pemilihan topik guru yang menentukan topik yang akan
diinvestigasi oleh masing-masing kelompok yaitu mengenai merancang dan
membuat suatu karya atau model dengan menerapkan sifat cahaya. Untuk
pertemuan pertama masing-masing kelompok melakukan investigasi merancang
dan membuat model periskop dengan menerapkan sifat-sifat cahaya. Untuk
pertemuan kedua masing-masing kelompok melakukan investigasi tentang
merancang dan membuat model kaca pembesar sederhana. Sedangkan untuk
pertemuan ketiga masing-masing kelompok melakukan investigasi menguji model
yang telah dibuat pada pertemuan pertama dan kedua.
Pada tahap perencanaan tugas guru sudah membimbing siswa berdiskusi
untuk membuat pertanyaan-pertanyaan yang akan digunakan dalam penelitian
serta membimbing siswa dalam menyusun rencana penelitian.
-
78
Pada tahap pelaksanaan investigasi guru sudah membing siswa dalam
melakukan peneliian, guru sudah mulai menunjukkan sikap terbuka terhadap
respon siswa. Pada tahap ini guru juga sudah menumbuhkan keceriaan dan
antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran, serta menumbuhkan partisipasi
yang aktif dalam proses pembelajaran.
Pada tahap persiapan pembuatan laporan akhir guru memantau hasil
penelitian masing-masing kelompok. Guru juga sudah memeriksa hasil penelitian
kelompok satu per satu.
Pada tahap presentasi laporan akhir guru mengatur jalannya presentasi dari
masing-masing kelompok meskipun keadaan kelas menjadi gaduh saat ada
kelompok lain yang melakukan presentasi. Hal ini tidak jauh beda pada saat
siklus 1. Presentasi dimulai dari kelompok 1 dan diakhiri kelompok trakhir yaitu
kelompok 6. Pada akhir kegiatan presentasi kelompok, guru juga memberikan
pengutan dari hasil presentasi masing-masing kelompok.
Pada tahap yang terakhir yaitu evaluasi guru sudah membimbing siswa
dalam membuat kesimpulan tentang materi pembelajaran meskipun siswa masih
sangat bergantung kepada guru dalam mengambil kesimpulan. Selain itu guru
juga memberikan kuis tertulis yang dikerjakan secara individu untuk mengetahui
sejauh mana pemahaman siswa tentang materi yang baru saja dipelajari. Sama
halnya pada akhir siklus 1, di akhir siklus 2 guru juga memberikan evaluasi
berupa test formatif. Test tersebut bertujuan untuk mengetahui efektifitas dalam
pembelajaran IPA mengenai merancang dan membuat suatu karya atau model
dengan menerapkan sifat cahaya apakah ada peningkatan hasil belajar dari kondisi
awal, siklus 1, ke siklus 2. Pada akhir pembelajaran guru juga melakukan refleksi
pembelajaran.
Berdasarkan observasi guru, pada siklus 2 ini telah menunjukkan adanya
peningkatan cara atau kualitas mengajar yang dilakukan oleh guru dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI apabila dibandingkankan
dengan siklus 1. Dengan melakukan pendekatan khusus dalam pembelajaran GI
misalnya, memberikan motivasi pada siswa yang tidak mengikuti pembelajaran
dengan baik guru sudah mampu menguasai keadaan kelas, sehingga dapat
-
79
dikatakan bahwa guru telah berhasil dalam menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe GI.
b. Analisis data hasil observasi siswa Sama halnya dengan siklus 1, pada siklus 2 peneliti mengamati aktivitas
masing-masing kelompok sedangkan untuk pengambilan dokumentasi foto selama
berlangsungnya kegiatan pembelajaran peneliti dibantu oleh 1 orang mahasiswa.
Sedangkan untuk kegiatan pembelajaran dilakukan oleh guru kelas dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GIpada pembelajaran IPA
pokok bahasan cahaya dan sifat-sifatnya.
Pada siklus 2 ini siswa sudah mulai memahami langkah-langkah model
pembelajaran kooperatif tipe GI. Siswa terlihat antusias ketika akan mengikuti
pembelajaran. Hal tersebut terlihat ketika guru kelas, peneliti, dan 1 mahasiswa
sebagai pengambil dokumentasi foto masuk ke ruang kelas dengan membawa alat
pembelajaran siswa terlihat antusias.
Pada tahap pengorganisasi siswa ke dalam kelompok keadaan kelas lebih
gaduh dibandingkan dengan keadaan pada saat siklus. Hal tersebut dikarenakan
guru mengubah susunan anggota kelompok.
Pada tahap pemilihan topik siswa mendengarkan penjelasan guru serta
menjawab pertanyaan dari guru mengenai topik yang akan dipelajari. Siswa juga
sudah mulai terlihat aktif menelaah sumber-sumber informasi.
Pada tahap perencanaan tugas siswa bersama kelompoknya membahas
topik yang akan diinvestigasi selanjutnya merencanakan kegiatan investigasi.
Pada tahap ini sudah terlihat adanya kerja sama dalam kelompok hanya terlihat
beberapa siswa yang belum bisa bekerja sama dengan kelompoknya. Namun
secara keseluruhan siswa sudah melakukan kegiatan dengan baik.
Pada tahap pelaksanaan investigasi siswa bekerja sama dengan
kelompoknya mencari informasi, menagalisis data, selanjutnya mereka melakukan
percobaan dimana langkah-langkah percobaan sudah ditulis dalam Lembar Kerja
Praktikum yang telah dibagikan oleh guru pada saat guru menentukan topik.
Setelah melakukan percobaan selanjutnya siswa membuat kesimpulan dari
investigasinya.
-
80
Pada tahap persiapan pembuatan laporan akhir siswa melakukan
persiapan-persiapan tentang apa saja yang akan dilaporkan serta bagaimana
membuat presentasinya. Masing-masing kelompok menunjuk salah satu
anggotanya untuk memaparkan hasil kerja kelompoknya.
Pada tahap presentasi laporan akhir masing-masing perwakilan kelompok
menyamapaikan hasil karya yang telah dilakukan beserta kesimpulan yang
didapat sedangkan kelompok lain memberikan sanggahan apabila hasilnya
berbeda. Presentasi tersebut dimulai dari kelompok 1 dan diakhiri kelompok
terakhir yaitu kelompok 6.
Pada tahap yang terakhir yaitu evaluasi siswa berdasarkan bimbingan dari
guru membuat kesimpulan tentang materi pembelajaran. Dalam penarikan
kesimpulan siswa sudah terlihat aktif , hal tersebut terlihat dari banyaknya siswa
yang menyampaikan gagasannya meskipun dalam menarik kesimpulan masih
bergantung kepada guru. Pada akhir pembelajaran siswa juga diberi kuis tertulis
yang dikerjakan secara individu untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa
tentang materi yang baru saja dipelajari. Sama halnya pada akhir siklus 1, di akhir
siklus 2 siswa mengerjakan evaluasi berupa test formatif. Test tersebut bertujuan
untuk mengetahui efektifitas dalam pembelajaran IPA mengenai merancang dan
membuat suatu karya atau model dengan menerapkan sifat cahaya apakah ada
peningkatan hasil belajar dari kondisi awal ke siklus 1, dan ke siklus 2. Pada akhir
pembelajaran siswa menerima refleksi pembelajaran dari guru.
Dari observasi siswa pada siklus 2 ini sudah ada peningkatan yang cukup
signifikan terhadap hasil belajar IPA dibandingkan dengan kondisi awal
(prasiklus) sebelum diadakan tindakan dan siklus 1 dengan menggunakan model
pembeajaran kooperatif tipe GI. Walaupun suasana kelas bertambah gaduh
dibandingkan dengan siklus 1 terutama pada saat pembagian ulang kelompok.
Namun hal tersebut dapat diatasi guru dengan memberikan motivasi kepada para
siswa.
Dalam siklus 2 ini dapat disimpulkan bahwa guru berhasil meningkatkan
hasil belajar IPA kelas 5 SDN Urutsewu 3. Hal tersebut terbukti dengan
-
81
meningkatnya rata-rata kelas dan jumlah siswa yang tuntas sesuai dengan nilai
KKM yang telah ditentukan dari sekolah.
3. Tahap Refleksi
Berdasarkan observasi pada siklus 2, telah terjadi peningkatan yang cukup
signifikan dari siswa maupun guru walaupun masih terdapat kekurangan pada
siswa seperti, kondisi kelas menjadi lebih gaduh dari siklus 1 terutama pada saat
pembagian ulang kelompok. Hal tersebut disebabkan karena ada beberapa siswa
yang protes.
Pada siklus 2 telah terjadi peningkatan aktivitas siswa dan guru yang lebih
baik dari siklus 1 dengan ketuntasan klasikal >80% yaitu 89,50%. Kelebihan
tersebut antara lain:
1) Rasa percaya diri siswa telah meningkat. Hal tersebut terlihat dari keberanian
siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terlontar dari guru, serta
keberanian siswa dalam menyampaikan gagasannya baik dengan guru maupun
teman kelompoknya.
2) Aktivitas siswa meningkat. Hal tersebut terlihat dari cara siswa bekerja
dengan timnya dan semakin aktifnya siswa dalam mengajukan pertanyaan
pada saat kegiatan investigasi. Hal ini berdampak pada meningkatnya hasil
belajar siswa.
3) Guru dapat menguasai keadaan kelas, sehingga dapat dikatakan bahwa guru
berhasil dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI.
4.2. Hasil Penelitian Setelah melaksanakan tindakan penelitian siklus 1 dan siklus 2,
selanjutnya peneliti melakukan analisis data. Berikut disajikan deskripsi dan
analisis data dari kegiatan siklus 1 dan siklus 2 yang telah diolah.
4.2.1. Deskripsi Data
4.2.1.1. Data Siklus 1
Proses belajar mengajar pada siklus 1 dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe GI dengan indikator keberhasilan pada siklus 1
dikatakan berhasil apabila terjadi kenaikan nilai rata-rata dari prasiklus serta
adanya kenaikan jumlah siswa yang telah tuntas KKM ≥70.
-
82
Hasil evaluasi pada akhir siklus sebagai tolak ukur tingkat pemahaman
tentang cahaya dan sifat-sifatnya yang telah disampaikan oleh guru rata-rata yang
diperoleh adalah 70,34 sedangkan pada pada kondisi awal (prasiklus) yang
diperoleh dari ulangan harian sebelum diadakan siklus 1 nilai rata-rata hanya
mencapai 65,94, dari siklus ini terlihat adanya peningkatan rata-rata hasil belajar
siswa.
Berdasarkan hasil tes pada siklus 1 terdapat 16 siswa yang mendapat nilai
kurang dari 70 sebagai standar KKM, dengan nilai tertinggi 93 dan nilai terendah
50. Hal ini berarti pembelajaran yang telah dilaksanakan kurang optimal karena
masih banyak ditemukan siswa yang belum mencapai KKM, sehingga perlu
tindakan perbaikan.
Dari hasil wawancara dengan 16 siswa yang nilainya kurang dari 70
sebagai standar KKM, ternyata siswa belum dapat menyelesaikan soal dengan
tuntas karena tidak dapat memahami konsep materi pelajaran cahaya dan sifat-
sifatnya. Hal tersebut terjadi karena siswa pasif dan hanya bergantung pada
anggota kelompoknya pada saat mengikuti kegiatan investigasi sehingga kurang
mengerti materi yang telah dipelajari.
Pengolahan data hasil belajar siswa pada siklus 1 untuk mendaptkan range,
kelas, dan interval sama dengan pengolahan data prasiklus. Dengan demikian
peneliti akan mendapatkan hasil distribusi tindakan pada siklus 1 sebagai berikut:
Interval (K) = 1 + 3,3 log n
Banyaknya kategori Log 38 = 1,579
K = 1 + 3,3 log 38
K = 1 + 3,3 .1,579
K = 1 + 5,247
K = 6,247 dibulatkan menjadi 6.
Untuk memperjelas hasil siklus 1 dapat dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini:
-
83
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siklus 1 Kelas 5 SDN Urutsewu 3 No Interval Frekuensi Persentase (%)
1 84-90 3 7,9%
2 77-83 5 13,2%
3 70-76 13 34,2%
4 63-69 11 28,9%
5 56-62 5 13,2%
6 49-55 1 2,6%
Berdasarkan pada tabel 4.4di atas dapat dilihat yang berada dalamrentang
skor 49-55 sebanyak 1 siswa, dalam rentang skor 56-62 sebanyak 5 siswa, dalam
rentang skor 63-69 sebanyak 11 siswa, rentang skor 70-76 sebayak 13 siswa,
rentang skor 77-83 sebanyak 5 siswa, dan rentang skor 84-94 sebanyak 3 siswa.
Secara lebih rinci, hasil belajar siswa pada siklus 1 dapat dilihat pada
gambar 4.3 dibawah ini:
Gambar 5. Grafik Nilai Siklus 1 Siswa Kelas 5 SDN Urutsewu 3
4.2.1.2. Data Siklus 2
Berikut dapat dilihat hasil pembelajaran pada siklus 2 yang telah
dilaksanakan pada tabel 13
0
2
4
6
8
10
12
14
84-90 77-83 70-76 63-69 56-62 49-55
3
5
13
11
5
1
Nilai Siklus 1
-
84
Tabel 13. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Hasil Belajar Siklus 2 Siswa Kelas 5 SDN
Urutsewu 3 Interval Frekuensi Persentase (%)
91-97 4 10,5%
84-90 4 10,6%
77-83 6 15,7%
70-76 20 52,7%
63-69 3 7,9%
56-62 1 2,6%
Berdasarkan pada tabel 4.5dapat dilihat dari jumlah 38 siswa, yang berada
dalam rentang skor rentang skor 56-62 sebanyak 1 siswa, 63-69 sebanyak 3 siswa,
dalam rentang skor 70-76 sebanyak 20 siswa,dalam rentang skor 77-83 sebanyak
6 siswa, dalam rentang skor 84-94 sebanyak 4 siswa, dandalam rentang skor 91-
97 sebanyak 4 siswa.
Secara lebih rinci, hasil belajar siswa pada siklus 1 dapat dilihat pada
gambar 6 dibawah ini:
Gambar 6. Grafik Nilai Siklus 2 Siswa Kelas 5 SDN Urutsewu 3
0
5
10
15
20
91-97 84-90 77-83 70-76 63-69 56-62
4 46
20
31
Nilai Hasil Belajar Siklus 2
-
85
4.2.2. Analisis Data
Dalam penelitian analisis data yang digunakan adalah analisis
ketuntatasan dan analisis komparatif. Dalam analisis ketuntasan, data mentah dari
hasil yang diperoleh pada tiap siklus dibandingkan dengan skor KKM sehingga
dapat dilihat jumlah siswa yang telah mencapai nilai KKM dan siswa yang belum
mencapai nilai KKM. Sedangkan dalam analisis komparatif, data yang diperoleh
dari hasil analisis ketuntasan dilakukan perbandingkan dengan membandingkan
ketuntasan hasil belajar antara prasiklus, siklus 1, dan siklus 2.
4.2.2.1. Analisis Ketuntasan
1. Analisis Ketuntasan Siklus 1
Berikut disajikan hasil belajar IPA siswa kelas 5 pada siklus 1 dapat dilihat
dalam tabel 14 berikut.
Tabel 14. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus 1 Kelas 5 SDN Urutsewu 3
No Nilai Setelah Tindakan (Siklus 1) Keterangan
Jumlah Siswa Persentase (%)
1
-
86
hasil belaajar siswa adalah 90. Dan rata-rata yang diperoleh pada siklus 1 adalah
70,34.
Secara lebih rinci, ketuntasan hasil tes formatif siklus 1 dapat dilihat pada
gambar 7 di bawah ini:
Gambar 7. Grafik Persentase Ketuntasan Nilai Hasil Belajar Siklus 1 Siswa Kelas 5 SDN Urutsewu 3
2. Analisis Ketuntasan Siklus 2
Berikut disajikan hasil belajar IPA siswa kelas 5 pada siklus 2 dapat dilihat
dalam tabel 15.
Tabel 15. Persentase Ketuntasan Belajar IPA Siklus 2 Kelas 5 SDN Urutsewu 3
No Nilai Setelah Tindakan Pada Siklus 2 Keterangan
Jumlah Siswa Persentase (%)
1
-
87
Dari hasil analisis tes formatif siklus 2, terlihat terjadi peningkatan yang
cukup signifikan. Hal tersebut terlihat dari jumlah siswa yang memperoleh nilai
dibawah KKM turun menjadi 4 siswa dengan persentase 10,5% dari total
keseluruhan siswa, sedangkan siswa yang mencapai KKMmenjadi sebanyak
34siswa dengan persentase 89,5% dari total seluruh siswa sebanyak 38. Nilai
terendah hasil belajar siswa menjadi60 sedangkan nilai tertinggi hasil belaajar
siswa meningkat menjadi96.Nilai rata-rata yang diperoleh meningkat menjadi
76,78.
Secara lebih rinci, ketuntasan hasil tes formatif siklus 2 dapat dilihat pada
gambar 8. di bawah ini:
Gambar 8. Grafik Persentase Ketuntasan Nilai Hasil Belajar Siklus 2 Siswa Kelas 5 SDN Urutsewu 3
4.2.2.2. Analisis Deskriptif Komparatif
Berdasarkan hasil analisis ketuntasan yan yang telah dilakukan, maka akan
dilakukan analisis deskriptif komparatif untuk mengukur perubahan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran IPA agar dapat terlihat dengan jelas hasil perbandingan
dari masing-masing siklus.
0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
80,00%
100,00%
Belum Tuntas Tuntas
10,50%
89,50%
Persentase Ketuntasan Siklus 2
Belum Tuntas
Tuntas
-
88
1. Perbandingan Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Prasiklus Dan Siklus 1 Untuk mengukur perubahan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA
agar dapat terlihat dengan jelas hasil perbndingan nilai prasiklus dan nilai siklus 1,
berikut ini disajikan perbandingan hasil belajar maupun persentase ketuntasan
belajar IPA sebelum tindakan (kondisi awal) atau prasiklus dan setelah tindakan
pada siklus 1.
Tabel 16. Perbandingan Jumlah dan Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Prasiklus
dengan Siklus 1
No. Ketuntasan Prasiklus Siklus 1
Jumlah Siswa
Persentase (%)
Jumlah Siswa
Persentase (%)
1 Tuntas 16 42,10% 21 55,30%
2 Belum Tuntas 22 57,90% 17 44,70%
Jumlah 38 100% 38 100% Rata-rata 65,94 70,34
Nilai Teringgi 84 93 Nilai Terendah 50 50
Seperti pada tabel 16 di atas, dapat terlihat dengan jelas bahwa diketahui
adanya peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA jumlah nilai yang
diperoleh dari nilai prasiklus sampai dengan siklus 1 begitu juga dengan
persentase ketuntasan hasil belajar siswa. Sebelum tindakan (kondisi awal) atau
prasiklus, jumlah siswa yang tuntas hanya 16 siswa dengan peresentase 42,1%,
meningkat menjadi 21 siswa pada siklus 1 dengan persentase 55,3% atau terjadi
kenaikan 13,2%. Sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas pada prasiklus yaitu
22 siswa dengan persentase 57,9% dan turun menjadi 17 siswa dengan persentase
44,7%, setelah peneliti melakukan tindakan pada siklus 1, jumlah siswa yang
tidak tuntas dari prasiklus sampai pada siklus 1 mengalami penurunan 13,2%.
Berikut disajikan dalam grafik perbandingan jumlah siswa yang tuntas
sebelum tindakan (kondisi awal) dan setelah tindakan pada siklus 1:
-
89
Gambar 9. Grafik Diagram Perbandingan Jumlah Siswa yang Tuntas Belajar Prasiklus dengan Siklus 1 2. Perbandingan Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Siklus 1 Dan Siklus 2
Untuk mengukur perubahan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA
agar dapat terlihat dengan jelas hasil perbndingan nilai prasiklus dan nilai siklus 1,
berikut ini disajikan perbandingan hasil belajar maupun persentase ketuntasan
belajar IPA pada siklus 1 dan siklus 2.
Tabel 17. Perbandingan Jumlah dan Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus 1
dengan Siklus 2
No. Ketuntasan Siklus 1 Siklus 2
Jumlah Siswa
Persentase (%)
Jumlah siswa Persentase (%)
1 Tuntas 21 55,30% 34 89,50%
2 Belum Tuntas 17 44,70% 4 10,50%
Jumlah 38 100% 38 100% Rata-rata 70,34 76,78
Nilai Teringgi 93 96 Nilai Terendah 50 60
Seperti pada tabel 17 di atas, dapat terlihat dengan jelas bahwa diketahui
adanya peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA jumlah nilai yang
0
5
10
15
20
25
Prasiklus Siklus 1
16
2122
17
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Prasiklus dan Siklus 1
Tuntas
Belum Tuntas
-
90
diperoleh dari siklus 1 dengan siklus 2 begitu juga dengan persentase ketuntasan
hasil belajar siswa. Pada siklus 1, jumlah siswa yang tuntas hanya 21 siswa
dengan peresentase 55,30%, meningkat menjadi 34 siswa pada siklus 2 dengan
persentase 89,50 atau terjadi kenaikan 34,20%. Sedangkan jumlah siswa yang
belum tuntas pada siklus 1 yaitu 17 siswa dengan persentase 44,70 dan turun
menjadi 4 siswa dengan persentase 10,50% setelah peneliti melakukan
pemantapan pada siklus 2, jumlah siswa yang tidak tuntas dari siklus 1ke siklus 2
mengalami penurunan 34,20%
Berikut disajikan dalam grafik perbandingan jumlah siswa yang tuntas
sebelum tindakan (kondisi awal) dan setelah tindakan pada siklus 1:
Gambar 10. Grafik Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siklus 1 dan Siklus 2 Siswa Kelas 5 SD Negeri Urutsewu 3 3. Perbandingan Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Prasiklus, Siklus 1, dan
Siklus 2
Untuk mengukur perubahan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA
agar dapat terlihat dengan jelas hasil perbndingan nilai prasiklus dan nilai siklus 1,
berikut ini disajikan perbandingan hasil belajar maupun persentase ketuntasan
belajar IPA sebelum tindakan (kondisi awal) atau prasiklus, setelah tindakan pada
siklus 1 dan siklus 2.
05
1015
202530
35
Siklus 1 Siklus 2
21
34
17
4
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus 1 dan Siklus 2
Tuntas
Belum Tuntas
-
91
Tabel 18. Perbandingan Jumlah dan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA
Prasiklus, Siklus 1, dan Siklus 2 Siswa Kelas 5 SDN Urutsewu 3
No. Ketuntasan Prasiklus Siklus 1 Siklus 2
Jumlah Siswa
Persentase (%)
Jumlah Siswa
Persentase (%)
Jumlah siswa
Persentase (%)
1 Tuntas 16 42,10% 21 55,30% 34 89,50%
2 Belum Tuntas 22 57,90% 17 44,70% 4 10,50%
Jumlah 38 100% 38 100% 38 100% Rata-rata 65,94 70,34 76,78
Nilai Teringgi 84 93 96 Nilai Terendah 50 50 60
Seperti pada tabel 18 di atas, dapat terlihat perbandingan jumlah dan
presentasi ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Pada kondisi awal
atau kegiatan prasiklus jumlah siswa yang memperoleh nilai sesuai KKM yang
ditentukan hanya ada 16 siswa dengan persentase 42,1% sedangkan jumlah siswa
yang belum mencapai KKM ada 22 siswa dengan presentase 57,9%. Setelah
peneliti melakukan tindakan atau kegiatan siklus 1 jumlah siswa yang mencapai
nilai KKM meningkat menjadi 21 siswa dengan presentase 53,3% sedangkan
jumlah siswa yang belum mencapai nilai sesuai KKM menurun menjadi 17
siswa dengan presentase 44,7%. Kemudian peneliti melakukan tindakan lagi
untuk memperbaiki dan pemantapan kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan siklus
2. Pada siklus 2 jumlah siswa yang mencapai nilai sesuai KKM mengalami
peningkatan yang cukup signifikan yaituberjumlah 34 siswa dengan presentase
89,5% sedangkan jumlah siswa yang belum mencapai nilai sesuai KKM
mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu brjumlah 4 siswa dengan
presentase 10,5%. Hal ini membuktikan bahwa terjadinya peningkatan hasil
belajar siswa dari kondisi sebelum diberi tindakan (kondisi awal) atau prasiklus,
kondisi setelah diberi tindakan pada siklus 1 dan siklus 2. Berikut disajikan dalam
grafik perbandingan jumlah siswa yang tuntas sebelum tindakan (kondisi awal)
dan setelah tindakan pada siklus 1 dan siklus 2:
-
92
Gambar 11. Grafik Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Prasiklus, Siklus 1, dan Siklus 2 Siswa Kelas 5 SD Negeri Urutsewu 3
4.3. Pembahasan Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas 5 SDN urutsewu
3 Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali masih ditemukan kurangnya tingkat
pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran IPA. Hal tersebut terlihat dari
rendahnya nilai rata-rata mata pelajaran IPA apabila dibandingkan dengan
beberapa mata pelajaran yang lain. Pembelajarannya pun masih menggunakan
metode konvensional sehingga siswa cepat merasa bosan serta pengalaman siswa
dalam menggali pengetahuan masih kurang.
Proses pembelajaran sebelum adanya tindakan siklus 1 guru cenderung
sebagai penentu jalannya proses pembelajaran. Siswa adalah penerima informasi
secara pasif, dimana siswa menerima pengetahuan dari guru dan pengetahuan
diasumsikannya sebagai badan dari informasi dan keterampilan yang dimiliki
sesuai dengan standar. Kebenarannyapun bersifat absolut dan pengetahuan
bersifat final, sehingga pengalaman siswa dalam menggali pengetahuan masih
kurang. Selain itu siswa masih bekerja secara individual sehingga interaksi di
antara siswa masih kurang. Siswa terlihat jenuh, konsentrasi hanya terjadi pada 30
menit awal pelajaran sehingga nilai rata-rata mata pelajaran IPA rendah.
0
5
10
15
20
25
30
35
Prasiklus Siklus 1 Siklus 2
22
17
4
16
21
34
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Prasiklus, Siklus 1, dan Siklus 2
Belum Tuntas
Tuntas
-
93
Nilai rata-rata yang didapat siswa sebelum diadakan tindakan (kondisi
awal) atau prasiklus adalah 65,94. Siswa yang sudah mencapai nilai Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM = 70) hanya ada 16 siswa (42,1%). Nilai tertinggi
yang diperoleh pada kondisi awal atau prasiklus adalah 84 sedangkan untuk nilai
terendah adalah 50.
Perbandingan yang cukup signifikan antara jumlah siswa yang tuntas dan
belum tuntas menunjukkan bahwa ke-16 siswa yang telah tuntas memiliki daya
tangkap yang lebih apabila dibandingkan dengan teman-temannya yang lain
meskipun hanya menggunakan metode konvensional. Sedangkan 23 siswa yang
lain masih kurang dalam menangkap dan menguasai materi yang disampaikan
guru pada aktivitas belajar prasiklus. Berdasarkan keadaan prasiklus tersebut
sehingga perlu diadakan tindakan yang sesuai yaitu dengan mengubah strategi
dalam pembelajaran yang mampu menciptakan suasana kelas yang kondunsif
dimana siswa dapat bekerja sama antara siswa yang lebih pandai dengan siswa
yang kurang dan strategi agar siswa mudah dalam memahami materi pelajaran.
Serta pada pembelajaran dalam proses memperoleh pengetahuan melalui tindakan
langsung, sehingga pengetahuan yang diperoleh akan lebih bermakna.
Menurut Isjoni (2013:14-15) pembelajaran kooperatif adalah salah satu
bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Pembelajaran
kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota
kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaiakan tugas
kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan
saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Sedangkan group
investigation merupakan proses yang menekankan inisiatif siswa untuk berpikir
secara analitis, kritis, kreatif, reflektif, dan produktif untuk memperoleh suatu
pengetahuan. Dalam group investigation (GI) lebih menekankan pada siswa untuk
melakukan penyelidikan secara ilmiah. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) merupakan
suatu model pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam sebuah kelompok
kecil untuk melakukan penyelidikan guna memperoleh suatu pengetahuan.
-
94
Teori dari Isjoni tersebut selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh peneliti. Pada saat peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
GI dengan menggunakan langkah-langkah pembelajaran adalah 1) pengorganisasi
siswa ke dalam kelompok; 2) pemilihan topik; 3) perencanaan tugas; 4)
pelaksanaan investigasi; 5) persiapan pembuatan laporan akhir; 6) presentasi
laporan akhir dan; 7) evaluasi, hasil belajar IPA yang diperolehpun meningkat.
Peningkatan hasil belajar IPA dapat dilihat dari peroleh pada tes formatif
pada akhir siklus 1 dan siklus 2.
1. Siklus 1
Siklus 1 dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI sesuai
sintaks siswa yang telah mencapai nilai KKM sebanyak 21 siswa (55,30%),
sedangkan yang belum mencapai nilai KKM sebanyak 17 siswa (44,70%).
Nilai rata-rata kelasnya adalah 70,34. Untuk nilai tertinggi yang diperoleh
adalah 93 sedangkan nilai terendah adalah 50.
2. Siklus 2
Siklus 2 juga dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI
sesuai dengan sintaks siswa yang telah mencapai nilai KKM sebanyak 34
siswa (89,50%), sedangkan yang belum mencapai nilai KKM sebanyak 4
siswa (10,50%). Nilai rata-rata kelasnya adalah 76,78. Untuk nilai tertinggi
yang diperoleh adalah 96 sedangkan nilai terendah adalah 60.
Meskipun masih ditemukan siswa yang belum mencapai nilai KKM
namun apabila berdasarkan pada indikator keberhasilan, penelitian ini sudah
dikatakan berhasil karena pada siklus 2 jumlah ketuntasan klasikal lebih dari 80%
yaitu 89,47%. Berdasarkan hasil wawancara dengan keempat siswa yang belum
mencapai nilai KKM rendahnya nilai yang mereka peroleh disebabkan karena
belum pahamnya tentang materi yang diajarkan. Hal itu disebabkan karena
rendahnya daya tangkap keempat siswa tersebut terbukti dengan rendahnya nilai
yang diperoleh baik dari prasiklus, siklus 1, dan siklus 2, sehingga diperlukan
perhatian khusus terhadap keempat siswa tersebut. Namum meskipun keempat
siswa tersebut belum mencapai nilai KKM, tetapi keempat siswa tersebut telah
-
95
mengalami peningkatan hasil belajar apabila dibandingkan dari hasil belajar
prasiklus ke siklus 1, dan ke siklus 2
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Untari (2012) dengan judul “Peningkatan Hasil belajar Ilmu
Pengetahuan Alam Pokok Bahasan Energi Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Group Investigation Pada Siswa Kelas IV SD Negeri
Madyogondo 03 Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang Semester II Tahun
ajaran 2011/2012”. Dari hasil analisis data tersebut menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe GI dapat meningkatkan hasil belajar IPA di SD
Negeri Madyogondo 03 Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.
Berdasarkan perolehan nilai yang didapat pada siklus 1 dan 2
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group
investigation dengan langkah-langkah pembelajaran 1) pengorganisasi siswa ke
dalam kelompok; 2) pemilihan topik; 3) perencanaan tugas; 4) pelaksanaan
investigasi; 5) persiapan pembuatan laporan akhir; 6) presentasi laporan akhir dan;
7) evaluasi, dapat meningkatkan kerja sama kelompok dan meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran pokok bahasan cahaya dan sifat-
sifatnya yang berdampak pada meningkatnya hasil belajar IPA kelas 5 di SDN
Urutsewu 3 Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali tahun pelajaran 2013/2014.