21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Distribusi Spasial Arus Eddy di Perairan Selatan Jawa-Bali
Berdasarkan hasil visualisasi data arus geostropik (Lampiran 3) dan tinggi
paras laut (Lampiran 4) dalam skala bulanan, dapat diketahui bahwa selama tahun
2007 hingga 2011 terbentuk arus eddy di perairan selatan Jawa-Bali. Arus eddy
yang terbentuk dalam satu bulan dapat mencapai 3 kejadian, yaitu di sekitar
perairan selatan Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur-Bali. Namun, arus
eddy ini tidak selalu terbentuk setiap bulannya.
4.1.1 Perairan Selatan Jawa Barat
Selama tahun 2007 hingga 2011 terbentuk sebanyak 12 kejadian arus eddy
di perairan selatan Jawa Barat dengan arah putaran searah jarum jam kecuali pada
bulan Januari 2009 dan Maret 2011 (Tabel 3, Lampiran 3).
Tabel 3. Kejadian arus eddy di perairan selatan Jawa Barat
Tahun
2007 2008 2009 2010 2011 Jumlah
Januari - - 1* - - 1
Februari 1 - 1 - 1 3
Maret - - - - 1* 1
April 1 - - - 1 2
Mei - - - 1 - 1
Juni 1 1 - 1 - 3
Juli - - - - - -
Agustus - - - - - -
September - - - - - -
Oktober - - 1 - - 1
November - - - - - -
Desember - - - - - -
Jumlah 3 1 3 2 3 12
* arah putaran berlawanan arah jarum jam
22
Arus eddy yang terbentuk pada bulan Januari tahun 2009 memiliki titik
pusat di sekitar 107.9° BT dan 10.2° LS (Tabel 4). Arus eddy ini memiliki
diameter sepanjang 326 km (Lampiran 5a), dan kecepatan rata-rata 22.58 cm/s
(Lampiran 6a), sedangkan pada bulan Maret 2011 titik pusat arus eddy berada di
sekitar 105.6° BT dan 10.8° LS dengan kecepatan rata-rata 40.94 cm/s dan
diameter mencapai 384 km.
Tabel 4. Titik pusat arus eddy di perairan selatan Jawa Barat
Tahun
2007 2008 2009 2010 2011
° BT ° LS ° BT ° LS ° BT ° LS ° BT ° LS ° BT ° LS
Januari - - - - 107.9 10.2 - - - -
Februari 106.1 9.6 - - 108 9.9 - - 105 10.7
Maret - - - - - - - - 105.6 10.8
April 107.2 9.4 - - - - - - 107.8 9.8
Mei - - - - - - 106.2 9.8 - -
Juni 107 8.2 106.5 7.9 - - 106.5 9.2 - -
Juli - - - - - - - - - -
Agustus - - - - - - - - - -
September - - - - - - - - - -
Oktober - - - - 106.9 10 - - - -
November - - - - - - - - - -
Desember - - - - - - - - - -
Pada bulan Februari tahun 2007 terbentuk arus eddy yang bergerak searah
jarum jam di perairan selatan Jawa Barat dengan titik pusat di sekitar 106.1° BT
dan 9.6° LS dengan diameter mencapai 394 km dan kecepatan rata-rata 16.45
cm/s. Pada bulan yang sama tahun 2009 dan 2011 juga terbentuk arus eddy
masing-masing di titik pusat 108° BT dan 9.9° LS dengan diameter 399.6 km,
serta di 105° BT dan 10.7° LS dengan diameter 213 km.
Arus eddy di perairan selatan Jawa Barat yang terbentuk pada bulan April
tahun 2007 dan 2011 memiliki titik pusat di sekitar 107.2°-107.8° BT dan 9.4°-
9.8° LS. Diameter kedua arus eddy ini masing-masing mencapai 365 km dan 443
km. Selanjutnya pada bulan Mei tahun 2010 terbentuk arus eddy di sekitar 106.2°
23
BT dan 9.2° LS dengan diameter mencapai 421.8 km dan kecepatan rata-rata
30.15 cm/s.
Jumlah kejadian arus eddy di perairan ini paling banyak ditemukan pada
bulan Juni yaitu pada tahun 2007, 2008, dan 2010. Titik pusat arus eddy pada
bulan Juni tahun 2007 berada di sekitar 107.2° BT dan 9.4° LS, sedangkan pada
tahun 2008 dan 2010 berada di sekitar 106.5° BT dan 7.9°-9.2° LS. Diameter arus
eddy ini mencapai 255.3 km di tahun 2008.
4.1.2 Perairan Selatan Jawa Tengah
Sebanyak 21 kejadian arus eddy terbentuk di perairan selatan Jawa Tengah
selama tahun 2007 hingga 2011 (Tabel 5). Arus eddy ini memiliki arah putaran
searah jarum jam kecuali pada bulan Februari tahun 2011, dimana arus eddy yang
terbentuk berputar berlawanan arah jarum jam, dan memiliki diameter mencapai
388.5 km dengan titik pusat di sekitar 108.9° BT dan 10° LS.
Tabel 5. Kejadian arus eddy di perairan selatan Jawa Tengah
Tahun
2007 2008 2009 2010 2011 Jumlah
Januari - - - - 1 1
Februari - - - - 1* 1
Maret - - - - - -
April - - 1 - - 1
Mei - 1 1 - - 2
Juni 1 1 - - 1 3
Juli 1 1 1 - - 3
Agustus - 1 1 - 1 3
September 1 1 - 1 - 3
Oktober 1 1 - - - 2
November - 1 - - 1 2
Desember - - - - - -
Jumlah 4 7 4 1 5 21
* arah putaran berlawanan arah jarum jam
Arus eddy yang terbentuk pada bulan Mei tahun 2008 memiliki titik pusat
di sekitar 109.4° BT dan 8.3° LS, sedangkan pada tahun 2009 titik pusatnya
bergeser lebih ke selatan yaitu di sekitar 108.7° BT dan 9.5° LS. Pergeseran ini
24
diduga terjadi karena Arus Pantai Jawa menguat pada bulan Mei tahun 2009,
seperti yang terlihat pada Gambar 9. Arus eddy pada bulan Mei ini memiliki
diameter berkisar antara 310.8 km hingga 410.7 km (Lampiran 5b).
Gambar 9. Arus eddy yang terlihat dari pola arus geostropik perairan selatan
Jawa-Bali bulan Mei 2008 dan 2009 (ditandai oleh lingkaran hitam)
Pada bulan Juni tahun 2007, 2008, dan 2011, terbentuk arus eddy dengan
diameter berkisar antara 222 km hingga 244.2 km di perairan ini. Titik pusatnya
pada tahun 2007 berada di 109.2° BT dan 8.5° LS, lalu bergeser ke 8.2° LS pada
tahun 2008, dan kembali ke 8.5° LS pada tahun 2011 (Tabel 6). Arus eddy ini juga
terbentuk pada bulan Juli tahun 2007, 2008, dan 2009, bulan Agustus tahun 2008,
2009, dan 2011, bulan Oktober tahun 2007, 2008, dan 2011, serta bulan
November tahun 2008 dan 2011.
Tabel 6. Titik pusat arus eddy di perairan selatan Jawa Tengah
Tahun
2007 2008 2009 2010 2011
° BT ° LS ° BT ° LS ° BT ° LS ° BT ° LS ° BT ° LS
Januari - - - - - - - - 110 12.2
Februari - - - - - - - - 108.9 10
Maret - - - - - - - - - -
April - - - - 110.2 9 - - - -
Mei - - 109.4 8.3 108.7 9.5 - - - -
Juni 109.2 8.5 109.2 8.2 - - - - 108.8 8.4
Juli 109 8.5 108.8 8.5 109 8.5 - - - -
Agustus - - 109 8.8 109.1 8.9 - - 109.3 8.5
25
Tahun
2007 2008 2009 2010 2011
° BT ° LS ° BT ° LS ° BT ° LS ° BT ° LS ° BT ° LS
September 109.2 8.5 109.3 8.9 109.2 9.5 109.2 8.8 - -
Oktober 108.7 8.6 109.2 8.7 - - - - 108.7 9.2
November - - 109.2 9.6 - - - - 108.8 8.7
Desember - - - - - - - - - -
4.1.3 Perairan Selatan Jawa Timur-Bali
Arus eddy di selatan Jawa-Bali paling banyak terbentuk di perairan sekitar
selatan Jawa Timur-Bali. Selama tahun 2007 hingga 2011, di perairan ini
terbentuk sebanyak 41 kejadian arus eddy yang ditemukan hampir sepanjang
tahun (Tabel 7, Lampiran 3).
Pembentukan arus eddy di perairan ini diindikasikan terkait dengan
ARLINDO yang juga terjadi sepanjang tahun. Hal ini sesuai dengan pernyataan
yang dikemukaan oleh Godfrey (2001) bahwa ARLINDO yang masuk ke
Samudera Hindia melalui Selat Lombok ini kemudian bertemu dengan arus kuat
yang mengalir ke arah barat, yaitu Arus Khatulistiwa Selatan, dimana arus eddy
kemudian berkembang di daerah tersebut.
Pada bulan Januari hingga Maret, arus eddy yang terbentuk di perairan
selatan Jawa Timur-Bali memiliki diameter berkisar antara 213-355 km
(Lampiran 5c) dengan titik pusat seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 8.
Selanjutnya pada bulan April hingga September, diameter arus eddy ini
berkembang hingga mencapai 555 km pada bulan Agustus.
Kecepatan rata-rata Arus eddy di perairan ini cenderung lebih tinggi
dibandingkan dengan kecepatan rata-rata arus eddy yang terbentuk di wilayah
perairan selatan Jawa Tengah dan perairan selatan Jawa Barat (Lampiran 6).
Kisaran kecepatan rata-rata arus eddy di perairan ini sekitar 22.1-50.1 cm/s pada
bulan Januari hingga April, lalu meningkat menjadi 30.9-64.27 cm/s pada bulan
Mei hingga Agustus, dan kembali menurun pada bulan September hingga
Desember menjadi 27.24-59.8 cm/s. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mann dan
Lazier (2006) bahwa kecepatan pusaran arus eddy yang dekat dengan arus utama
26
cenderung lebih tinggi, dimana menurut Godfrey (2001), arus utama yang
membentuk arus eddy di perairan selatan Jawa Timur-Bali adalah Arus
Khatulistiwa Selatan dan ARLINDO.
Tabel 7. Kejadian arus eddy di perairan selatan Jawa Timur-Bali
Tahun
2007 2008 2009 2010 2011 Jumlah
Januari 1 1 1 1 - 4
Februari 1 - 1 1 - 3
Maret 1 - - - - 1
April 1 1 1 - 1 4
Mei 1 1 1 1 1 5
Juni - 1 1 1 1 4
Juli 1 1 1 1 1 5
Agustus 1 - 1 1 1 4
September - 1 - - 1 2
Oktober - 1 - 1 - 2
November 1 2 1 - - 4
Desember 1 - 1 - 1 3
Jumlah 9 9 9 7 7 41
Tabel 8. Titik pusat arus eddy di perairan selatan Jawa Timur-Bali
Tahun
2007 2008 2009 2010 2011
° BT ° LS ° BT ° LS ° BT ° LS ° BT ° LS ° BT ° LS
Januari 114.8 9.9 115 10 115 10 112.2 10.5 - -
Februari 114.8 10.1 - - 114.5 10 115 10 - -
Maret 114.8 10.1 - - - - - - - -
April 115 10 115 10 114.8 10 - - 114.8 10
Mei 115 10 115 9.5 115 10 115 10 115 10
Juni - - 114 9.2 115 10 114.8 9.8 114.7 9.8
Juli 114.6 10 114.8 9.8 114.6 9.8 114 9.8 113 9.7
Agustus 114.8 10 - - 114 9.8 115 10 114.8 9.5
September - - 114.8 9.9 - - - - 113.7 10.1
Oktober - - 114.8 10 - - 114.8 10 - -
November 114.8 10 114.8 10 114.2 9.6 - - - -
Desember 115 10 - - 115 10 - - 112.5 10.2
27
Berdasarkan hasil pengolahan data arus geostropik dan tinggi paras laut
dalam skala bulanan, secara umum arus eddy yang terbentuk di perairan selatan
Jawa-Bali berputar searah jarum jam. Arus eddy yang memiliki arah putaran
searah jarum jam ini pusatnya memiliki tinggi paras laut hingga 16 cm lebih
rendah jika dibandingkan dengan ketinggian muka laut perairan diluar arus eddy
tersebut seperti yang ditunjukkan pada Gambar 10.
Gambar 10. Tinggi paras laut arus eddy yang bergerak searah jarum jam di
perairan selatan Jawa-Bali ditandai lingkaran hitam
Sebaliknya, pusat arus eddy yang bergerak berlawanan arah jarum jam
memiliki ketinggian muka laut yang lebih tinggi dari perairan diluar arus eddy
tersebut (Gambar 11). Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Stewart
(2008) bahwa arus eddy yang bergerak berlawanan arah jarum jam di belahan
bumi selatan, ketinggian air di pusatnya akan lebih tinggi, sedangkan arus eddy
yang bergerak searah jarum jam ketinggian air di pusatnya akan lebih rendah.
28
Gambar 11. Tinggi paras laut arus eddy yang bergerak berlawanan arah jarum jam
di perairan selatan Jawa-Bali ditandai lingkaran hitam
4.2 Distribusi Temporal Arus Eddy di Perairan Selatan Jawa-Bali
Skala Temporal arus eddy yang terbentuk di perairan selatan Jawa-Bali
tidak dapat diketahui secara pasti melalui penelitian ini karena diperlukan
penelitian dengan data arus harian untuk menentukannya. Berdasarkan
pengamatan distribusi spasial bulanan dapat diindikasikan bahwa satu arus eddy di
perairan ini dapat berlangsung selama satu hingga beberapa bulan.
Arus eddy yang terbentuk di perairan selatan Jawa Barat dapat
berlangsung selama satu bulan (Tabel 3). Pada tahun 2007 terbentuk arus eddy di
perairan ini pada bulan Februari namun hilang pada bulan Maret. Arus eddy
kembali terbentuk pada bulan April namun tidak ditemukan pada bulan Mei dan
kembali terbentuk pada bulan Juni namun dengan posisi yang lebih mendekati
pesisir. Arus eddy kembali ditemukan pada bulan Juni Tahun 2008.
Selanjutnya pada bulan Januari 2009 terbentuk arus eddy yang bergerak
berlawanan arah jarum jam di perairan selatan Jawa Barat dan berlangsung hanya
satu bulan karena pada bulan Februari arus eddy yang terbentuk berputar searah
jarum jam. Pada bulan Mei tahun 2010 ditemukan arus eddy yang bergerak searah
jarum jam di perairan selatan Jawa Barat. Arus ini kembali ditemukan pada bulan
Juni namun dengan posisi lebih ke utara 0.3° dan dengan diameter yang jauh lebih
kecil.
Arus eddy yang terbentuk di perairan selatan Jawa Tengah dapat
ditemukan hingga 6 bulan berturut-turut pada bulan Mei hingga Oktober tahun
2008 (Tabel 5). Tahun 2007, arus eddy ini terbentuk pada bulan Juni dan
29
mencapai diameter tertinggi pada bulan Oktober. Namun, arus eddy ini bergeser
sekitar 1° ke selatan pada bulan November.
Pada tahun 2010 arus eddy di selatan Jawa Tengah hanya terjadi pada
bulan Mei dan menghilang pada bulan Juni. Arus eddy kembali terbentuk pada
bulan September 2010 namun kembali menghilang pada bulan berikutnya.
Sedangkan pada tahun 2011, arus eddy ini terbentuk pada bulan Januari hingga
Februari dan kembali terbentuk pada bulan Oktober dan November.
Arus eddy yang terbentuk di perairan selatan Jawa Timur-Bali terbentuk
hampir sepanjang tahun, namun kejadiannya berkurang pada bulan September
hingga November. Arus eddy yang terbentuk di perairan selatan Jawa-Bali ini
juga dapat dianalisa per musim dari tahun 2007 hingga 2011 sebagai berikut:
4.2.1 Musim Barat
Pada Musim Barat yaitu sekitar bulan Desember hingga Februari, arus
eddy cenderung terbentuk di perairan selatan Jawa Timur-Bali dan beberapa
kejadian juga ditemukan di perairan selatan Jawa Barat (Gambar 12). Arus eddy
yang terbentuk di perairan selatan Jawa Barat pada musim ini selalu berada di
bawah 9° LS. Hal ini diindikasikan terjadi karena pada musim ini mengalir Arus
Pantai Jawa (APJ), sehingga arus eddy selalu terbentuk di bawah batas selatan
APJ yang mencapai 9° LS. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soeriaatmadja
(1957) dan Hamon (1956) dalam Mbay (2009) bahwa arus yang bergerak
sepanjang selatan Pulau Jawa dan Pulau Sumbawa berkembang pada bulan
November sampai Juni dengan melebar ke selatan sekitar 100-160 km dari pantai
pada kedalaman 125-250 meter.
30
Longitude
Keterangan label: 2-07 menerangkan bulan 2 tahun 2007
Gambar 12. Titik pusat arus eddy pada Musim Barat tahun 2007- 2011
4.2.2 Musim Peralihan I
Arus eddy di perairan selatan Jawa Timur-Bali mulai konstan terbentuk
pada Musim Peralihan I yaitu sekitar bulan April. Pada musim ini juga terbentuk
arus eddy di perairan selatan Jawa Barat (Gambar 13). Jumlah kejadian arus eddy
yang lebih sedikit pada musim ini diduga terkait dengan pergerakan angin yang
tidak tentu karena masih dalam masa pergantian dari Musim Barat menjadi
Musim Timur. Ketidakstabilan pergerakan dan kecepatan angin ini kemudian
akan mempengaruhi kestabilan arah dan kecepatan arus permukaan.
31
Longitude
Keterangan label: 4-07 menerangkan bulan 4 tahun 2007
Gambar 13. Titik pusat arus eddy pada Musim Peralihan I tahun 2007 – 2011
4.2.3 Musim Timur
Musim Timur merupakan puncak terbentuknya arus eddy di perairan
selatan Jawa-Bali, karena arus eddy paling sering terbentuk pada musim ini. Hal
ini diduga terjadi akibat kekuatan angin pada musim ini lebih kuat dari musim
lainnya seperti yang ditunjukkan oleh hasil penelitian Martono (2013) bahwa ngin
yang bertiup di atas perairan selatan Jawa-Bali pada bulan Juli memiliki kecepatan
yang sangat tinggi dan mengarah ke barat laut (Lampiran 7). Kejadian ini
menyebabkan Arus Khatulistiwa Selatan yang mengarah kearah barat akan
semakin diperkuat sehingga arus eddy yang terbentuk pada daerah pertemuan
AKS dengan ARLINDO akan lebih stabil dari musim lainnya. Arus eddy yang
terbentuk di perairan selatan Jawa Timur-Bali hampir selalu terbentuk sejak
Musim Peralihan I hingga bulan Agustus dan mencapai puncaknya pada bulan
Juli.
32
Pada musim ini juga sering terbentuk arus eddy di perairan selatan Jawa
Tengah sekitar bulan Juni hingga Agustus (Gambar 14). Hal ini terjadi diduga
akibat angin kencang yang berhembus kearah barat laut di perairan ini
menyebabkan mengalirnya arus permukaan yang cukup kuat. Aliran arus tersebut
kemudian bertemu dengan topografi selatan Jawa Barat yang cenderung memiliki
bentuk menyerupai cekungan sehingga dapat membentuk arus yang berputar di
wilayah tersebut. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Mann dan Lazier (2006),
bahwa arus eddy dapat terbentuk akibat interaksi aliran arus dengan topografi.
Beberapa kejadian arus eddy di perairan selatan Jawa Barat juga
ditemukan pada awal Musim Timur yaitu sekitar bulan Juni seperti yang terlihat
pada Gambar 14, namum pada Musim Timur eddy yang terbentuk di perairan
selatan Jawa Barat dan Jawa Tengah tidak pernah berada di bawah 9° LS. Hal ini
diindikasikan terjadi karena pada musim ini Arus Pantai Jawa cenderung tidak
terbentuk, sehingga arus eddy terdorong oleh batas utara Arus Khatulistiwa
Selatan menjadi lebih mendekati pesisir Jawa.
Longitude
Keterangan label: 6-08 menerangkan bulan 6 tahun 2008
Gambar 14. Titik pusat arus eddy pada Musim Timur tahun 2007 – 2011
33
4.2.4 Musim Peralihan II
Pada Musim Peralihan II, arus eddy yang terbentuk berjumlah lebih sedikit
karena angin yang bertiup di atas perairan ini masih dalam kondisi pergantian
musim sama seperti halnya pada Musim Peralihan I. Arus eddy di selatan Jawa
Tengah dan Jawa Timur-Bali tetap terbentuk namun hanya pada tahun-tahun
tertentu seperti yang ditunjukkan pada Gambar 15.
Longitude
Keterangan label: 10-07 menerangkan bulan 10 tahun 2007
Gambar 15. Titik pusat arus eddy pada Musim Peralihan II tahun 2007 – 2011
4.3 Hubungan Arrus Eddy dengan Fenomena Upwelling dan Downwelling
Berdasarkan hasil overlay data arus geostropik dan konsentrasi klorofil-a
dalam skala bulanan, dapat terlihat bahwa tidak terdapat hubungan langsung
antara arus eddy dengan kenaikan atau penurunan konsentrasi klorofil-a di
perairan. Keberadaan arus eddy terutama di perairan lepas pantai tidak selalu
diimbangi dengan konsentrasi klorofil-a yang jauh lebih tinggi atau lebih rendah
dari daerah sekitarnya (Gambar 16). Hal ini diduga terjadi karena terdapat jeda
34
waktu sekitar 1.5-2 bulan dari terjadinya upwelling hingga terjadi kenaikan
konsentrasi klorofil-a karena nutrien yang dibawa oleh upwelling ke permukaan
membutuhkan waktu tertentu hingga dapat menstimulasi pertumbuhan
fitoplankton seperti yang diungkapkan oleh Pranowo, dkk. (2005).
Gambar 16. Konsentrasi klorofil-a pada arus eddy di perairan selatan Jawa-Bali
(ditandai lingkaran hitam)
Perbandingan konsentrasi klorofil-a rata-rata di perairan sekitar selatan
Jawa Timur-Bali (9° LS-11° LS dan 114° BT- 116° BT) yang hampir sepanjang
tahun terbentuk arus eddy, dengan wilayah perairan yang tidak pernah terbentuk
arus eddy (7° LS-11° LS dan 104° BT-106° BT), maka terlihat bahwa rata-rata
konsentrasi klorofil-a di perairan sekitar selatan Jawa Timur-Bali hampir selalu
lebih tinggi pada saat arus eddy terbentuk (Gambar 17, Tabel 9). Pada bulan Maret
tahun 2008, Desember tahun 2008, dan Desember tahun 2010, nilai konsentrasi
klorofil-a di perairan sekitar selatan Jawa Timur-Bali lebih rendah dari perairan
barat Jawa. Hal ini diindikasikan terjadi karena pada bulan-bulan tersebut arus
eddy tidak terbentuk, sehingga distribusi klorofil-a di perairan tersebut berkurang.
35
Gambar 17. Perbandingan konsentrasi klorofil-a rata-rata (mg/m3) per-musim
wilayah perairan yang tidak pernah terbentuk arus eddy (A), dengan
perairan yang selalu terbentuk arus eddy (B)
Tabel 9. Perbandingan konsentrasi klorofil-a rata-rata (mg/m3) wilayah perairan A
dan B
Tahun 2007 2008 2009 2010 2011
Bulan
ke- A* B* A* B* A* B* A* B* A* B*
1 0.17 0.19 0.08 0.12 0.11 0.12 0.12 0.12 0.11 0.09
2 0.09 0.16 0.10 0.15 0.12 0.15 0.14 0.16 0.14 0.17
3 0.09 0.15 0.13 0.12 0.13 0.15 0.14 0.20 0.11 0.13
4 0.12 0.18 0.13 0.26 0.14 0.31 0.09 0.14 0.12 0.17
5 0.13 0.41 0.18 0.42 0.12 0.22 0.10 0.27 0.11 0.22
6 0.16 0.48 0.36 0.52 0.13 0.27 0.13 0.47 0.16 0.55
7 0.19 0.75 0.40 0.56 0.19 0.51 0.16 0.52 0.22 0.40
8 0.45 0.66 0.46 0.80 0.26 0.58 0.12 0.41 0.89 0.59
9 0.61 0.71 0.26 0.42 0.24 0.36 0.13 0.23 1.11 0.91
10 0.31 0.73 0.17 0.52 0.15 0.50 0.11 0.13 0.40 0.52
11 0.09 0.11 0.16 0.14 0.12 0.31 0.07 0.08 0.14 0.22
12 0.02 0.21 0.13 0.08 0.12 0.09 0.10 0.08 0.10 0.15
* A: wilayah perairan dengan batas 7° LS-11° LS dan 104° BT-106° BT
B: wilayah perairan dengan batas 9° LS-11° LS dan 114° BT-116° BT
Berdasarkan pengamatan secara visual, arus eddy di perairan selatan Jawa-
Bali dapat mendistribusikan klorofil-a dari daerah sepanjang pesisir selatan Jawa
menuju ke Samudera Hindia bagian tenggara (Gambar 18), sesuai dengan hasil
penelitian Pranowo (2005). Distribusi klorofil-a ini terutama terjadi pada Musim
A A A A B B B B
36
Timur dimana terjadi upwelling di pesisir selatan Jawa akibat interaksi angin
muson tenggara dengan permukaan air laut di Samudera Hindia bagian tenggara.
Gambar 18. Distribusi klorofil-a oleh arus eddy dari perairan pesisir selatan Jawa-
Bali ke Samudera Hindia (ditunjukkan oleh lingkaran hitam)
Upwelling yang disebabkan oleh arus eddy juga tidak tampak jika dilihat
dari SPL. Seperti yang terlihat pada Gambar 19, SPL pada pusaran arus eddy tidak
memiliki perbedaan dengan daerah sekitarnya terutama yang terbentuk di lepas
pantai. Hal ini kemungkinan terjadi karena kekuatan arus eddy yang terbentuk di
selatan Jawa-Bali masih kurang kuat untuk mengangkat massa air dari lapisan
dalam yang dingin hingga sampai ke permukaan.
37
Gambar 19. Suhu permukaan laut perairan selatan Jawa-Bali (arus eddy ditandai
lingkaran hitam)