Download - Bab IV Fix Cagel
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Puskesmas Kedungbanteng
Seperti yang kita ketahui bahwa wilayah kerja suatu puskesmas akan
berdampak dalam berbagai aspek, terutama dalam pelaksanaan tugas dan
fungsi pada pembangunan kesehatan masyarakat dan lingkungannya.
Penempatan suatu puskesmas pada suatu daerah pada wilayah kerja
pembangunan kesehatan ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dengan melihat beberapa aspek yaitu:
1. Keadaan geografis
2. Keadaan demografi
3. Sarana transportasi
4. Masalah kesehatan setempat
5. Keadaan sumberdaya
6. Beban kerja puskesmas, dll.
Hal-hal seperti ini yang akan menjadi sasaran dalam peninjauan lebih
lanjut mengenai wilayah kerja dari puskesmas Kedungbanteng. Puskesmas
Kedungbanteng merupakan salah satu puskesmas yang berada dibawah dinas
kesehatan daerah Banyumas.
a. Keadaan Geografis Puskesmas Kedungbanteng dan Wilayah Kerja
Dilihat dari keseluruhan, luas wilayah Kecamatan Kedungbanteng
adalah 6024,04 Ha. Dengan batas wilayahnya yaitu:
a. Sebelah utara : kawasan perhutani
b. Sebelah selatan : Kecamatan Karanglewas
c. Sebelah barat : Sungai Logawa (Kec. Karanglewas)
d. Sebelah timur : Kecamatan Baturaden
Sedangkan untuk gambaran dari wilayah kerjanya bagian utara
adalah pegunungan sebanyak 60% dan bagian selatan berupa dataran
rendah.
Gambar 4.1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Kedungbanteng.
Secara rinci untuk lokasi puskesmasnya sendiri berada pada
dataran rendah yang berada tepat di desa Kedungbanteng dekat dengan
Kecamatan Kedungbanteng. Lokasinya sangat strategis untuk di jangkau
oleh masyarakat karena tepat berada di jalan raya utama.
Kondisi wilayah seperti ini sudah cukup baik dan memungkinkan
untuk setiap masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan terutama
letaknya berada pada pusat Kecamatan, namun yang harus dikaji lebih
dalam dari keberadaan puskesmas ini yaitu letak desa-desa yang terutama
berada pada daerah dataran tinggi seperti desa Melung, desa Kutaliman
dan desa lainnya akan cukup kesulitan untuk menjangkau Puskesmas
karena jaraknya yang cukup jauh. Berdasarkan hasil survey oleh
puskesmas Kedungbanteng derajat kesehatan tiap-tiap wilayah berbeda-
beda hal ini dikarenakan semakin jauh wilayah tersebut maka semakin
rendah pula derajat kesehatannya dan juga sebaliknya. Namun wilayah
kerja yang seperti itu dapat diatasi dengan adanya akses lain dengan
pengadaan program kesehatan untuk mempermudah akses masyarakat
dalam bidang kesehatan, terutama setelah desa Kutaliman memiliki
PUSTU yang dapat membantu peranan dari puskesmas dalam
pembangunan kesehatan.
b. Visi dan Misi puskesmas Kedungbanteng
1) Visi Puskesmas
Mampu Memberikan Pelayanan kesehatan yang optimal dan terjangkau
bagi masyarakat.
2) Misi Puskesmas
Memberikan Yankes menyeluruh, bermutu, dan terjangkau bagi
masyarakat.
Mengembangkan & meningkatkan mutu Yankes melalui peningkatan
SDM, sarana, & prasarana.
Meningkatkan kerja sama lintas program & lintas sektoral.
c. Fungsi Puskesmas
1) Pusat pembangunan wilayah berwawasan kesehatan
2) Pusat penggerak pemberdayaan masyarakat
3) Pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer
4) Pusat pelayanan kesehatan perorangan primer dan kegawatdaruratan
d. Upaya Pelayanan
Upaya pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas
Kedungbanteng terdiri dari upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan
pengembangan. Upaya kesehatan wajib adalah upaya pelayanan kesehatan
yang wajib dilaksanakan karena mempunyai peran yang besar dalam
upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Upaya kesehatan wajib yang ada di Puskesmas Kedungbanteng antara lain:
a. Upaya promosi kesehatan
b. Upaya kesehatan lingkungan
c. Upaya kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
d. Upaya perbaikan gizi masyarakat
e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
f. Upaya pengobatan
Sedangkan upaya kesehatan pengembangan adalah beberapa upaya
kesehatan pengmbangan yang ditetapkan Puskesmas dan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sesuai dengan permsalahan, kebutuhan dan kemampuan
puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan yang ada di Puskesmas
Kedungbanteng antara lain:
a. Upaya kesehatan gigi dan mulut
b. Upaya kesehatan jiwa
c. Upaya kesehatan mata
d. Deteksi kanker leher rahim dengan metode IVA
e. Upaya kesehatan sekolah
f. Upaya kesehatan usia lanjut
g. Upaya kesehatan olahraga
h. Upaya kesehatan kerja
i. Upaya pembinaan pengobatan tradisional
e. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia
Struktur organisasi Puskesmas Kedungbanteng memiliki susunan
sebagai berikut.
Sumber daya manusia untuk Puskesmas Kedungbanteng memiliki
petugas yang berjumlah 32 orang, dengan rincian:
No. Pegawai Jumlah
1. Dokter Umum 1 orang
2. Dokter Gigi 1 orang
3. Perawat Umum 3 orang
4. Perawat Gigi 1 orang
5. Bidan Puskesmas 3 orang
6. Bidan Desa 16 orang
7. Kesmas/Sanitasi 2 orang
8. Adminkes 5 orang
f. Masalah Kesehatan dan Kesgilut
Berdasarkan UU Kesehatan No.23 Tahun 1992 pasal 10 bahwa
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal diselenggarakan upaya
kesehatan dengan dengan pendekatan pemeliharaan anatar lain:
peningkatan kesehatan (Promotif), pencegahan (Preventif), penyembuhn
(Kuratif) dan pemulihan kesehatan (Rehabilitatif) secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan. Untuk mewujudkan tercapainya kesehatan
umum paa masyarakat di wilayah Kedungbanteng, maka Puskesmas
menyediakan beberapa poli antara lain: KIA-KB (Kesehatan Ibu dan
Anak- Keluarga Berencana), BP umum, medis, BP gigi, dan gizi.
Berdasarkan Kepmenkes No 128 tahun 2004 tentang kebijakan
dasar Puskesmas bahwa upaya kesehatan gigi dan mulut merupakan upaya
kesehatan pengembangan. Upaya kesehatan gigi dan mulut diharapkan
dapat memenuhi standar pelayanan kesehatan gigi dan terselenggaranya
pelayanan kesehatan gigi di Puskesmas yang aman, bermanfaat, bermutu
dan dapat dipertanggung jawabkan. Standar pelayanan kesehatan gigi di
Puskesmas sangat diperlukan dan harus dilaksanakan agar pelayanan
kesehatan dapat berkualitas. Pelayanan kesehatan gigi adalah segala upaya
pencegahan dan pengobatan penyakit, serta pemulihan dan peningkatan
kesehatan gigi yang dilaksanakan atas dasar hubungan antara dokter gigi
dan atau tenaga kesehatan gigi lainnya dengan individu / masyarakat yang
membutuhkannya. Jenis pelayanan kesehatan gigi di Puskesmas
Kedungbanteng yang ditujukan kepada masyarakat di wilayah kerjanya
dan dapat dilaksanakan di dalam Puskesmas dan di luar Puskesmas.
Pelayanan kesehatan gigi di dalam Puskesmas yaitu berupa pelayanan
kesehatan dasar gigi dan mulut seperti pengobatan, pencabutan, dan
pembuatan gigi palsu. Sedangkan pelayanan kesehatan gigi di luar
Puskesmas yaitu dengan kegiatan penyuluhan, UKGS dan UKGM.
Pelayanan kesehatan gigi ditujukan pada berbagai sasaran, antara
lain:
a. Pelayanan yang ditujukan kepada komunitas : kampanye kesehatan
gigi melalui penyuluhan
b. Pelayanan yang ditujukan kepada kelompok : promosi kesehatan
gigi dan mulut melalui program pendidikan kepada kelompok
tertentu seperti program sikat gigi masal
c. Pelayanan yang ditujukan kepada perorangan : pemeriksaan gigi
dan mulut, nasehat dan petunjuk kepada perorangan mengenai
kebersihan gigi dan mulut
g. Pencapaian Program Puskesmas
Program yang telah diselenggarakan oleh Puskesmas
Kedungbanteng antara lain:
a) Program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
Kegiatan yang dilakukan seperti imunisasi dan kunjungan
resti yang dilakukan secara insidental. Kegiatan imunisasi
diharapkan dapat memberikan kekebalan bayi terhadap penyakit
dan biasanya diselenggarakan di balai desa, di praktek bidan
maupun di Puskesmas. Imunisasi yang diberikan adalah polio,
BCG, DPT, dan campak. Kunjungan resti merupakan kunjungan
yang dilakukan kepada ibu yang beresiko tinggi baik pada
kehamilan maupun persalinannya. Sejauh ini, penyebab resti antara
lain adalah karena jumlah anak lebih dari 5, umur yang terlalu
muda/ tua, dan jarak antar anak terlalu dekat. Biasanya pada
kegiatan ini hanya dilakukan pemantauan atau pemeriksaan, namun
jika sudah tidak dapat ditangani oleh bidan desa maka akan
langsung dilakukan rujukan ke Rumah Sakit.
b) Program KB (Keluarga Berencana)
Program KB biasanya dilaksanakan dalam bentuk
penyuluhan tingkat kecamatan yang diadakan 1 bulan sekali dan
pelayanan KB dengan beberapa jenis alat kontrasepsi. Biaya yang
dipungut untuk pasang susuk KB adalah Rp.25.000,-
c) Program kesehatan anak dan remaja
Beberapa program yang dibuat oleh Puskesmas untuk anak
usia SD-SMA, antara lain:
1. Penjaringan ke TK (dlakukan 1 kali/ tahun)
2. Pemeriksaan ke sekolah ajaran baru (2 kali/ tahun)
3. Manajemen terpadu balita sakit (2 kali/ tahun)
4. Manajemen terpadu bayi muda (2 kali/ tahun pada bayi
yang baru lahir)
5. Stimulasi Interpensi Deteksi Dini Tumbuh Kembang
h. Potensi efektif wilayah untuk masalah kesehatan
Potensi efektif wilayah setempat untuk mengatasi masalah
kesehatan antara lain:
1. Desa Pamsimas
Merupakan suatu program penyediaan air minum dan
sanitasi berbasis masyarakat (PAMSIMAS) yang
diselenggarakan oleh Puskesmas akibat masyarakat kesulitan
mendapat air bersih saat musim kemarau. Di Kecamatan
Kedungbanteng, yang menjadi desa Pamsimas adalah desa
Dawuhan Kulon, Dawuhan Wetan, Kutaliman dan Keniten.
Keempat desa tersebut diilih karena mempunyai sumber mata
air dan warganya dinilai kooperatif untuk mensukseskkan tugas
ini. Puskesmas bekerjasama dengan PO Cipta Karya untuk
menyediakan air bersih dan memasang pipa-pipa kecil yang
nantinya disalurkan ke rumah warga. Tugas puskesmas adalah
mendukung terlaksananya desa Pamsimas dengan melakukan
pemeriksaan pada air layak pakai atau tidak dan pemantauan
sanitasinya.
2. Organisasi PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga)
Merupakan strategi PKK dalam upaya menjangkau
sebanyak mungkin keluarga, yang dilaksanakan melalui
Kelompok Dasawisma, yaitu kelompokyang terdiri dari 10-20
KK yang berdekatan. Ketua Kelompok Dasawisma membina
10 rumah dan mempunyai tugas meyuluh, menggerakan dan
mencatat kondisi keluarga yang ada dalam kelompoknya
seperti adanya ibu hamil, ibu menyusui, balita, orang sakit,
orang buta huruf, dan sebagainya. Informasi ini akan
disampaikan kepada kelompok PKK setingkat diatasnya, yang
akhirnya akan disampaikan pada Tim Penggerak PKK
Desa/Keluarga. Salah satu kegiatan kelompok Dasawisma
adalah pemeriksaan jentik nyamuk dan pemberantasan sarang
nyamuk secara berkala.
3. PKD (Poliklinik Kesehatan Desa)
Merupakan wakil Puskesmas di setiap wilayah yang
tidak memiliki Pustu dan Puskesmas. Di PKD hanya memiliki
bidan desa yang merangkap sebagai dokter atau mantra.
Sasaran pelaksanaan PKD adalah melayani KIA-KB dan
pengobatan dasar.
2. Gambaran Umum Geografis Desa Kedungbanteng
a. Gambaran umum
Secara administrasi Desa Kedungbanteng masuk kedalam wilayah
Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Banyumas, jarak dari kantor
Kecamatan Kedungbanteng ke kantor Desa Kedungbanteng 0,2 km.
Sedangkan jarak kantor desa Kedungbanteng dengan kantor Kabupaten
sekitar 13 km. Desa Kedungbanteng terdiri dart 4 RW dan 22 RT.
b. Kondisi Geografis
Letak dari Desa Kedungbanteng yang letaknya datar berombak
merupakan topografi yang berbukit-bukit dengan kemiringan tanah rata-
rata 20% -30% dan berada pada ketinggian 400 meter dpl. Beriklim sejuk
rata-rata suhu 28’C-30’C serta curah hujan yang cukup tinggi rata-rata
3000-3500 mm per tahun.
1) Batas Wilayah
Desa Kedungbanteng memiliki batas-batas wilayah sebagai
berikut:
a) Batas sebelah selatan yaitu berbatasan dengan Desa
Pasir Wetan dan Desa Pasir Kulon Kecamatan
Karanglewas.
b) Sebelah utara berbatasan dengan Desa Keniten
Kecamatan Kedungbanteng.
c) Sebelah barat berbatasan dengan Desa Jipang
Kecamatan Karanglewas.
d) Sebelah timur berbatasan dengan desa Beji dan Desa
Kebocoran.
2) Luas Wilayah Desa
Wilayah Desa Kedungbanteng luas wilayahnya sebesar
32.365 Ha terdiri dari
a) Pemukiman : 2.750 Ha
b) Sawah : 27.435 Ha
c) Tegalab Lain-lain : 1.835 Ha
Wilayah diatas dibagi kedalam 4 RW dengan pembagian 2
Kadus (Kepala Dusun) yang terdiri dari :
Wilayah Kadus I terdiri dari 2 RW dan 11 RT, yaitu:
a) Grundul Bojong
b) Kedunglemah
c) Dukuhanyar
Wilayah Kadus II terdiri dari 2 RW dan 11 RT, yaitu:
a) Grumbul Sreong
b) Grumbul Brobohan
c) Grumbul Kedungbanteng
d) Grumbul Gadog
c. Kependudukan
Desa Kedungbanteng memiliki 1.337 Kepala Keluarga (KK) namun
data KK yang kami dapatkan pada tahun 2012 dari desa yaitu sebanyak
1.328 Kelapa Keluarga. Jumlah penduduk 4.385 jiwa yang terdiri dari
2.405 Laki-laki dan 2.430 perempuan dengan rata-rata setiap keluarga
terdiri dari 3 sampai 4 anggota keluarga.
1) Jumlah penduduk awal tahun 2011 yaitu :
a) Laki-laki : 2.405 orang
b) Perempuan : 2.430 orang
c) Jumlah keseluruhan : 4.835 orang
d) Jumlah Kepala Keluarga : 1.337 KK
2) Pertumbuhan penduduk sepanjang tahun 2011 :
a) Jumlah kelahiran : 136 orang
b) Jumlah kematian : 43 orang
3) Jumlah penduduk menurut pendidikan :
a) Tamat SD : 2.812 orang
b) Tamat SMP : 701 orang
c) Tamat SMA : 745 orang
d) Diploma I dan II : 43 orang
e) S1 : 76 orang
f) S2 : 1 orang
4) Jumlah penduduk menurut mata pencahariannya :
a) Petani : 1.025 orang
b) Buruh : 305 orang
c) Pertukangan : 78 orang
d) Karyawan swasta : 255 orang
e) Pegawai Negri Sipil : 105 orang
f) ABRI/POLRI : 11 orang
g) Pensiunan : 91 orang
h) Jasa : 385 orang
i) Wiraswasta : 112 orang
j) Pedagang : 725 orang
k) Sopir : 50 orang
l) Mekanik : 13 orang
m) Pembantu Rumah Tangga : 65 orang
d. Bidang Pemerintahan
Pemerintahan Desa Kedungbanteng terdiri dari Pemerintahan
Desa dan Badan Perwakilan Desa (BPD). Pemerintahan Desa
Kedungbanteng menggunakan pola maksimal yaitu terdiri dari Kepala
Desa Sekretaris Desa, 2 orang Kadus Desa, 3 orang Kepala Seksi, 1 orang
Kepala Urusan dan 1 orang Pembantu Kepala Seksi.
Jumlah RT dan RW berjumlah:
1) Jumlah RT : 11 RT
2) Jumlah RW : 4 RW
e. Mental Ideologi
Jika melihar kondisi dari Desa Kedungbanteng sendiri untuk
masalah ketertiban masyarakat cukup baik dan terkendali. Untuk angka
kriminalitas cukup kecil.
Semangat gotong royong masih cukup tinggi antra lain terlihat
pada perayaan hari-hari besar nasional maupun perayaan hari-hari besar
keagamaan serta peristiwa adat seperti;kelahiran, khajatan, pendirian
rumah dan lain-lain.
Peran serta RT dan RW cukup baik terutama dalam bidang:
1) Keamanan lingkungan,
2) Arisan pada pertemuan,
3) Kerja bakti masal,
4) Iuran masyarakat untuk membantu lingkungan,
5) Kematian,
6) Membantu pemerintah desa di bidang data administrasi
kependudukan.
f. Bidang Pembangunan
Dalam hasil observasi yang kami lakukan. Pmerintah desa
setempat tidak mencatat dan tidak membukukan bidang pembangunan apa
yang berkembang di desa Kedungbanteng sehingga sangat sulit untuk
mencari data yang valid. Tetapi dari hasil observasi secara langsung
pemerintah daerah telah mendirikan septitenk masal namun program
tersebut belum mencakup ke seluruh desa Kedungbanteng
.
g. Kesehatan
1) sarana yankes
a) Puskesmas Non Perawatan : 1
b) Pustu : 1
c) PKD : 13
d) Posyandu : 84
keegiatan yang telah di laksamnakan di desa Kedungbanteng adalah :
i. Penimbangan Balita
ii. Pemberian Makanan Tambahan
iii. Pemberian Vitamin A pada bulan Februari
iv. Pembinaan Keluarga Balita
v. Penyuluhan KB dan KIA
e) BP Swasta : 2
f) DPS/BPS : 3/3
g) Kendaraan roda 4(Pusling) : 1
h) Kendaraan roda 2 : 4
3. Data Observasi dan Kuesioner
Data Survei Desa Kedungbanteng
Observasi Masalah (yang dr tintin)
Prioritas Masalah
No.Daftar Masalah
Kriteria Dan Bobot Maksimum
Jumlah Skor
Prioritas
Besar Kegawatan
Biaya Kemudahan
masalah
Bobot Reta-rata 8 6 5 61 pencahay
aankurang 6x8 = 48
2x6=12 3x5=15 4x6=24 99 8
2 Tempat pembuangan sampah
6x8=48 5x6=30 5x5=25 6x6=36 139 4
3 Kandang ternak
7x8=56 6x6=36 4x5=20 5x6=30 142 3
4 Merokok 8x8=64 6x6=36 2x5=10 6x6=36 146 25 Sampah
dibakar8x8=64 6x6=36 5x5=25 6x6=36 161 1
6 Kandang menempel rumah
5x8=40 6x6=36 4x5=20 5x6=30 126 5
7 Tidak berolahraga
4x8=32 2x6=12 1x5=5 2x6=12 61 15
8 Kadang-kadang konsumsi 4 sehat 5
5x8=40 4x6=24 4x5=20 4x6=24 108 6
sempurna9 Konsumsi
obat warung
3x8=24 3x6=18 2x5=10 3x6=18 70 14
10 Tidak mengubur barang bekas
5x8=40 6x6=36 2x5=10 2x6=12 98 9
11 Tidak menutup penampungan air
4x8=32 6x6=36 2x5=10 2x6=12 90 11
12 Tidak ada asuransi
3x8=24 5x6=30 2x5=10 1x6=6 70 13
13 Usia kehamilan pertama 19-22 thn
2x8=16 5x6=30 2x5=10 6x6=36 92 10
14 Tidak mengetahui TT
3x8=24 5x6=30 2x5=10 6x6=36 100 7
15 Diare 1x8=8 5x6=30 3x5=15 5x6=30 83 12
B. Pembahasan
1. Kegiatan Pokok Puskesmas Kedungbanteng
a. UpayaKesehatan
Puskesmas Kedungbanteng menyediakan layanan klinik untuk
kesehatan umum yang dilayani oleh dokter umum. Dokter umum di
puskesmas ini masih terbilang baru, sehingga belum mengikuti berbagai
kegiatan diluar puskesmas, seperti penyuluhan. Penyuluhan termasuk
program keluar yang digalangkan klinik kesehatan umum, baik untuk
masyarakat desa maupun anak sekolah. Kegiatan tersebut dilaksanakan
bersamaan dengan kegiatan kesehatan gigi dan mulut, yaitu UKGMD
dan UKGS, untuk kesehatan umum di beri nama UKGM dan UKS.
Untuk pelaksanaan bersamaan dengan UKGMD dan UKGS. Penyuluhan
dilakukan oleh bidan, tetapi untuk hal pemeriksaan kesehatan tetap
dilaksanakan oleh dokter umum. Selain kegiatan keluar, dilaksanakan
juga kegiatan kedalam,yang merupakan tugas wajib dari upaya kesehatan
umum. Kegiatan ini dilayani oleh 1 dokter dan 1 perawat umum.
Beberapa fasilitas di puskesmas Kedungbanteng juga tersedia untuk
menunjang berbagai pengecekan kesehatan, seperti pengecekan gula
darah, asam urat, pemeriksaan TB yang dilakukan di laboratorium
puskesmas, selain itu juga terdapat apoteker yang bertugas dalam hal
meracik obat-obatan yang akan diberikan kepada pasien. Pasien poli
umum dalam sehari bisa mencapai sekitar 60-70 pasien/harinya dengan
penyakit terbanyak yang diderita masyarakat adalah ISPA terutama pada
anak-anak. Didaerah Kecamatan Kedungbanteng ini sendiri belum
pernah dijumpai adanya KLB suatu penyakit tertentu.
Beberapa pelayanan kesehatan medik dasar dapat diberikan oleh
tenaga kesehatan di poli umum. Namun, jika terdapat penyakit yang tidak
bisa ditangani di poli ini, maka akan dilakukan sistem rujukan. Sistem
rujukan ini dapat memanfaatkan jaminan kesehatan yang di miliki oleh
pasien. Jika pasien menggunakan jamkesda maka pilihan rujukan dapat
ke RSUD. Dr. Margono Soekarjo dan RSUD. Banyumas. Adapun macam
penyakit yang sering dilakukan rujukan adalah Stroke, gondok,
parkinson, diabetes mellitus.
Tabel 4.2. Daftar 10 Penyakit Terbanyak di Kedungbanteng.
DIAGNOSIS
KASUS BERDASARKAN UMUR
Total0 - 5
TH
6 - 12
TH
13 - 20
TH
21 -
44
TH
45 -
59
TH
≥
60
TH
ISPA 2276 911 713 1442 785 315 6442
DERMATITIS 421 276 282 532 268 119 1898
DIARE 989 267 112 240 122 34 1764
DYSPEPSIA 22 161 634 409 142 1368
HIPERTENSI 210 504 242 956
MYALGIA 11 330 200 65 595
ARTRITIS
REUMATHOID 152 175 52 379
OBS. FEBRIS 7 89 68 77 41 14 296
FARINGITIS
AKUT 6 66 54 39 24 2 191
KONJUNGTIVITIS 12 34 30 54 15 5 150
b. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
Poliklinik kesehatan gigi merupakan salah satu upaya
pengembangan yang terdapat di puskesmas Kedungbanteng. Tugas pokok
dari poliklinik gigi ini adalah untuk mengupayakan peningkatan derajat
kesehatan gigi masyarakat di wilayah kerja puskesmas Kedungbanteng.
Poliklinik gigi Kedungbanteng memiliki dua jenis program kerja, yaitu
program kerja kedalam dan program kerja keluar. Program interna adalah
program kerja yang dilaksanakan oleh poli kesehatan gigi di dalam gedung
puskesmas, sedangkan program kerja eksterna adalah program kerja yang
dilaksanakan diluar gedung puskesmas dan merupakan usaha kesehatan
masyarakat.
Program kerja kedalam pada poliklinik kesehatan merupakan kegiatan
pelayanan kesehatan gigi itu sendiri. Dilayani oleh 1 dokter gigi dan 1
perawat gigi. Pelayanan yang dapat dilakukan antara lain meliputi
pemeriksaan, pengobatan, tindakan, pembuatan gigi palsu, dan skaling.
Namun, karena peralatan dental di puskesmas yang masih terbilang
sederhana, sehingga jika dijumpai tindakan yang tidak dapat dilakukan,
maka akan dilakukan rujukan, untuk pasien Jamkesda, rujukan bisa ke
RSUD. Margono Soekarjo atau RSUD. Banyumas. Skaling yang dapat di
layani oleh poli gigi juga terbilang manual, karena belum menggunakan
alat skaler. Jumlah pasien gigi yang berobat rata-rata 6-11 orang, dengan
tindakan yang paling sering dilakukan adalah cabut gigi dan tambal.
Namun masih lebih banyak cabut gigi, hal ini dikarenakan banyak warga
yang datang ke dokter gigi dalam kondisi gigi sudah gangren, sehingga
harus dilakukan pencabutan. Selain kondisi gigi yang gangren, karies dan
penyakit periodontal juga banyak dijumpai pada masyarakat wilayah kerja
puskesmas Kedungbanteng.
Selain program kerja di dalam gedung puskesmas, juga terdapat
program kerja diluar gedung puskesmas. Program kerja ini terdiri dari dua
kegiatan, yaitu :
a. UKGMD
UKGMD atau Unit Kesehatan Gigi Masyarakat Desa adalah
kegiatan pelayanan kesehatan gigi masyarakat desa. Pelaksanaan
UKGMD ini bersamaan dengan dilaksanakannya pusling atau
puskesmas keliling. Interval pelaksanaannya sebulan sekali dan rute-
nya adalah keliling seluruh desa wilayah kerja puskesmas
Kedungbanteng, PKD dan Pustu (puskesmas Pembantu). Pada
kegiatan UKGMD hanya dilakukan pemeriksaan gigi dan mulut saja,
jika ada tindakan yang harus dilakukan maka warga akan dirujuk ke
puskesmas Kedungbanteng. Selain pemeriksaan kesehatan gigi dan
mulut, dilaksanakan juga pemeriksaan kesehatan umum oleh dokter
puskesmas. Dilaksanakan juga penyuluhan, baik tentang kesehatan
gigi dan mulut dan kesehatan umum kepada masyarakat desa.
b. UKGS
UKGS atau Unit Kesehatan Gigi Sekolah adalah kegiatan
pelayanan kesehatan gigi yang dilaksanakan di sekolah-sekolah.
Bekerjasama dengan UKS, tenaga kesehatan puskesmas termasuk
dokter gigi secara berkala setiap tahun ajaran baru akan melakukan
pemeriksaan gigi dan penyuluhan kepada siswa sekolah, baik dari SD-
SMP. Selain dokter gigi, dokter umum juga ikut ambil bagian dalam
kegiatan ini, dan melakukan pemeriksaan kesehatan umum pada para
murid. Jika dalam pemeriksaan ditemui indikasi untuk dilakukan
tindakan, maka siswa akan dirujuk ke puskesmas Kedungbanteng.
Dalam melaksanakan program-programnya terdapat beberapa
kendala yang dihadapi oleh tenaga kesehatan gigi puskesmas
Kedungbanteng, diantaranya:
a. Ketika ditemui indikasi untuk dilakukannya tindakan ketika
pelaksanaan UKGMD atau UKGS, pasien harus dirujuk ke puskesmas
Kedungbanteng karena tenaga kesehatan tidak melakukan tindakan
diluar puskesmas, hal ini menjadi kendala karena pasien yang biasanya
dirujuk untuk datang ke puskesmas, tidak datang ke puskesmas
tersebut, mungkin karena jarak dan transportasi.
b. UKGS tidak boleh dilaksanakan kecuali atas ijin orang tua, hal ini jelas
menjadi kendala karena tanpa ijin atau persetujuan dari orang tua,
kegiatan UKGS ini tidak bisa dilaksanakan, hal ini tentu menghambat
penjaringan kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan puskesmas
kepada siswa SD-SMP.
c. Masyarakat yang berdomisili di pelosok sulit mendapatkan akses ke
puskesmas, hal ini bisa disebabkan karena minimnya transportasi dan
jauhnya jarak antara tempat tinggal mereka dengan puskesmas
Kedungbanteng.
d. Kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan gigi di puskesmas, seperti
kursi gigi yang masih manual, mikromotor yang telah rusak jelas
menjadi penghambat, sehingga dalam memberikan pelayanan
kesehatan gigi kurang maksimal.
Dalam melakukan pembayaran tindakan kesehatan gigi, dapat
dipergunakan juga asuransi kesehatan, seperti Askes dan Jamkesmas. Dua
jenis asuransi kesehatan ini yang paling banyak dipergunakan oleh
masyarakat sekitar puskesmas Kedungbanteng. Di poli gigi puskesmas ini
terdapat dua teknis pembayaran, yaitu pembayaran tanpa askes dan dengan
askes. Jika pembayaran dilakukan dengan tanpa askes, pasien registrasi
kemudian diberi kwitansi sesuai tindakan yang akan dilakukan kemudian
dipergunakan tarif standar dari Dinas Kesehatan. Sedangkan jika
menggunakan Askes, pasien hanya membayar saat registrasi. Semua
tindakan dokter gigi di poli gigi pembayarannya menggunakan Askes dan
Jamkesmas, sedangkan untuk pembayaran dengan askeskin tidak untuk
semua tindakan.
Tabel 4.3. Data Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas
KedungbantengTahun 2011
No NAMA DESA JENIS PELAYANAN GIGI DAN MULUT
Tumpatan
Gigi Tetap
Pencabuta
n Gigi
Tetap
Rasio
Tumpatan/Pencabut
an
1 KENITEN 5 11 4:09
2 KD.
BANTENG
8 22 3:09
3 KEBOCORAN 6 18 6:18
4 KR. SALAM
KDL
1 8 1:08
5 BEJI 3 17 2:13
6 KR. NANGKA 0 12 0:12
7 DAWUHAN
WTN
4 2 4:02
8 DAWUHAN
KLN
3 11 3:11
9 BASEH 2 11 1:08
10 KALI SALAK 2 4 2:04
11 WINDUJAYA 4 5 4:06
12 KALIKESUR 3 2 3:02
13 KUTALIMAN 2 6 2:06
14 MELUNG 0 3 0:03
JUMLAH 43 132
c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
Berdasarkan program puskesmas maka disetiap puskesmas
biasanya diberi pendanaan yaitu dengan adanya dana BOK yang
digunakan untuk pendanaan seperti: pengkaderan, kunjungan persalinan,
posyandu, Imunisasi, bantuan transportasi, perbaikan gizi buruk, dll.
Kegiatan seperti ini biasanya dilakukan perbulan namun lebih tepatnya
biasa dilakukan secara insidental, biasanya juga para bidan desa ditemani
oleh petugas puskesmas untuk melakukan kegiatan-kegiatan itu seperti
contoh kecilnya yaitu penyuluhan. Namun sejauh ini diadakannya
kegiatan-kegiatan diatas untuk masyarakat hingga saat ini respon
masyarakat untuk kesehatan terutama bidang KIA sudah cukup tinggi. Di
puskesmas terutama untuk bagian KIA adanya pendataan warga yang
dilaporkan oleh para bidan desa yang terdapat disetiap desa ada di 14 desa,
hasil pendataan tadi maka pada akhirnya akan disetorkan pada dinas
kesehatan.
Sedangkan untuk asuransi yang berlaku di puskesmas
kedungbanteng yang berkaitan dengan KIA itu ada jamkesmas, jampersal,
dan asuransi lainnya sudah banyak digunakan masyarakat. Untuk
mekanisme pasien datang ke puskesmas biasanya diawali dengan: pasien
datang lalu daftar ke bagian pendaftaran (membayar registrasi, jika ingin
langsung membayar seprti biasa harga jika check-up bisa langsung juga
tidak perlu diakhir) lalu masuk ke poli KIA untuk diperiksa oleh petugas
kesehatan dan bidan lalu jika ada obat yang harus dibeli maka masuk ke
bagian apotik, jika pada saatn pemeriksaan dilakukan sebuah tindakan
maka pasien diharapkan membayar lagi sesuai biaya tindakan yang
dilakukan, lalu pasien sudah dapat pulang. Biasanya untuk tindakan
penambahan itu yang harus bayar kembali seperti tindakan :
a. Pasang susuk KB 25.000
b. Karcis pendaftaran 5.000
c. Tindakan lain 20.000
Untuk mekanisme rujukan itu biasanya melalui PKD (Pos
kesehatan Desa)/BPS (Bidan Praktek Swasta) biasanya melaporkan
adanya resiko harus dilakukannya tindakan yang tidak dapat dilakukan
jika di puskesmas, setelah itu langsung ke fasilitas nya seperti rumah sakit
rujukan daerah atau yang lainnya untuk dilakukan tindakan, sedang surat
rujukan didapat dari puskesmasnya.
Data yang masuk hingga saat ini sudah terjadi kematian 1 orang
bayi pada tahun 2012 di daerah Karangnangka dan 1 bayi pada tahun 2011
padahal tahun-tahun sebelumnya belum pernah terjadi kematian bayi
seperti sekarang.
a. Kesehatan Anak
Ada program-program yang dibuat oleh puskesmas untuk anak seperti:
i. penjaringan ke TK biasa dilakukan 1x / tahun
ii. Pemeriksaan ke sekolah ajaran baru 2x / tahun
iii. Manajemen terpadu balita sakit 2x/ tahun
iv. Manajemen terpadu bayi muda yaitu biasanya dilakukan
pemeriksaan pada bayi yang baru lahir 2x/tahun
v. Stimulasi Interpensi Deteksi Dini Tumbuh kembang
Kegiatan-kegiatan diatas biasanya dilakukan secara rutin,
karena respon dari masyarakat juga amat sangat positif. Kegiatan
diatas biasanya dilakukan dengan menggunakan pendanaan dai
anggaran dana kesehatan dari pusat, dan anggaran dana desa dan
biasanya ada dana tambahan dari masyarakat atau swadaya.
Untuk program KB biasanya dilakukan penyuluhan tingkat
Kecamatan 1 bulan sekali di Desa atau biasanya dilakukan kunjungan
Resti (Resiko tinggi) pada ibu yang beresiko tinggi baik untuk
kehamilannya maupun kelahirannya. Biasanya kegiatannya hanya
dilakukan pemantauan atau pemeriksaan namun jika sudah tidak dapat
ditangani bidan desa langsung dilakukan rujukan ke RS. Sejauh ini
kebanyakan yang Resti itu dikarenakan :
i. Jumlah anak lebih dari 5
ii. Umur yang terlalu muda/tua
iii. Jarak antar anak terlalu dekat, dll
Program KB biasanya diadakan penyuluhan atau pelayanan
pada hari Rabu alat kontrasepsinya pun berbeda-beda, lalu diadakan
juga safari semacam kunjungan untuk program KB namun
dilakukannya hanya pada momen tertentu (insidentil).
d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
Menurut survey yang kami dapatkan, upaya perbaikan gizi di desa
Kedungbanteng, yaitu :
a. Posyandu balita
Kegiatan posyandu balita di Desa Kedungbanteng
sudah terlaksana dengan baik. Warga Desa Kedungbanteng
cukup memanfaatkan kegiatan posyandu ini untuk
meningkatkan gizi balita di desa tersebut. Hanya saja untuk
intensitas dan frekuensinya belum didapatkan data yang valid,
tetapi dari survey yang kami dapatkan bahwa warga disana
sudah memanfaatkan kegiatan posyandu ini, dari kuisioner
membuktikan bahwa mereka sudah memfaatkan posyandu
untuk menimbang, dan mengimunisasi anak-anaknya ketika
balita. Warga disana juga mempunyai catatan kesehatan atau
kartu KMS (kartu menuju sehat), yang diberikan posyandu
untuk melihat hasil perkembangan kesehatan selama mengikuti
kegiatan posyandu, warga disana kebanyakan mengikuti
kegiatan posyandu untuk mengetahui perkembangan kesehatan
anak-anaknya.
b. Posyandu lansia
Dari hasil survey yang kami dapatkan, posyandu lansia
disana sudah terlaksana dan dimanfaatkan dengan baik. Hasil
kuisioner membuktikan, banyak warrga yang memanfaatkan
posyandu lansia untuk pengobatan dan memeriksakan
kesehatan mereka. Warga yang mengikuti kegiatan ini,
mempunyai catatan kesehatan atau kartu KMS (kartu menuju
sehat) untuk mengetahui perkembangan kesehatan mereka,
banyak warga yang datang ke ponsyandu lansia ini karena
anjuran dari desa, bukan karena kesadaran sendiri. Rata-rata
mereka datang hanya ketika mengeluh sakit saja, tetapi ketika
mereka tidak merasakan sakit atau tidak ada keluhan sakit
mereka tidak datang ke posyandu lansia.
e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
Kegitan pencegahan khusunya untuk penyakit menular sudah di
laksanakan oleh puskesmas salah satunya dengan program imunisasi.
imunisasi merupakan langkah yang tepat dalam pencegahan penyakit
terutama penyakit - penyakit yang berbahaya dan sifatnya fatal bagi
kesehatan manusia. Menurut hasil survey yang kita dapatkan dalam
pemberantasan penyakit menular belum ada program secara berkelanjutan
yang selalu di jalankan oleh pihak puskesmas. Padahal desa
Kedungbanteng memiliki potensi yang sangat besar sebagai tempat
bersarangnya agent penyakit menular melihat dari kesehatan lingkungan
yang masih rendah.
f. Upaya Pengobatan
Menurut survey yang kami dapatkan, upaya pengobatan di Desa
Kedungbanteng, yaitu Puskesmas Utama. Hasil data yang diperoleh, di
wilayah desa Kedungbanteng ini mempunyai puskesmas utama. Di
puskesmas utama ini sarana dan tenaga kesehatan cukup memadai untuk
pengobatan, seperti KIA-KB, balai pengobatan umum, balai pengobatan
gigi, apotek, gizi, promosi kesehatan, bidan desa dan puskesmas
pembantu. Dari hasil kuisioner yang kami dapatkan, banyak warga yang
belum memanfaatkan puskesmas utama secara maksimal, tetapi meraka
lebih memanfaatkan bidan desa dari pada datang ke puskesmas utama,
dikarenakan pelayanan di bidan desa lebih cepat dari pada pelayanan di
puskesmas utama yang harus menunggu antrian ketika akan berobat,
g. System pelaporan dan manajemen puskesma
Di era globalisasi ini dengan kemajuan teknologi di bidang
telekomunikasi dan informasi pemanfaatan sistem informasi manajemen
seharusnya dapat di optimalkan secara maksimal. Dalam pelaksanaan
sistem informasi manajemen di puskesmas Kedungbanteng banyak faktor
yang mempengaruhi sehingga belum terlaksana dengan baik. Baik faktor
dari sisi internal puskesmas maupun faktor dari eksternal puskesmas.
Sehingga pengembangan sistem informasi manajemen berbasis teknologi
informasi bukan sesuatu yang mudah untuk di laksakan oleh puskesmas
Kedungbanteng.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan sistem
informasi manajemen puskesmas, yaitu:
1. Manusia/staf puskesmas
Keterbatasan sumber daya manusia menjadi kendala
utama dalam menjalankan sistem informasi manajemen
puskesmas. Di puskesmas kedungbanteng hanya ada satu orang
yang dapat menggunakan program program untuk memasukan,
memproses dan menyajikan data untuk di jadikan sistem
informasi manajemen puskesmas. Berikut ini adalah data
tenaga kesehatan di puskesmas Kedungbanteng :
a. Dokter Umum : 1 orang
b. Dokter Gigi : 1 orang
c. Perawat Umum : 3 orang
d. Perawat Gigi : 1 orang
e. Bidan Puskesmas : 3 orang
f. Bidan Desa : 16 orang
g. Kesmas/Sanitasi : 2 orang
h. Adminkes : 5 orang
2. Teknologi
Modal untuk menjalankan sistem informasi kesehatan di
puskesmas Kedungbanteng sudah cukup baik. Di puskesmas
Kedungbanteng terdapat 2 unit pc computer dan 3 unit laptop.
2 unit pc terdapat di bagian farmasi dan 3 unit laptop dipegang
oleh kepala puskesmas, bagian promkes dan bagian yang
mengelola jamkesmas.
Di puskesmas Kedungbanteng dalam menjalankan sistem
informasi manajemen puskesmas masih menggunakan sistem
manual. Seluruh bentuk data yang masuk ke puskesmas
Kedungbanteng masih menggunakan tulisan. Tulisan tersebut
akan di kumpulakan menjadi satu kemudian akan di kumpulkan
ke salah satu staf puskesmas untuk di entry, di proses dan di
sajikan dalam bentuk data yang lebih mudah untuk di baca.
Dalam sistem informasi manajemen puskesmas dinas provinsi
meberikan kemudahan dengan memberikan program berupa
software excel sehingga dalam proses pengolahannya seluruh
puskesmas menyajikan dalam bentuk yang sama. Berikut ini
pelaporan yang sudah menggunakan software:
a. Laporan penyakit
b. Profil puskesmas
c. Imunisasi
d. KIA
e. Kesehatan anak
Puskesmas merupakan ujung tombak sumber data
kesehatan khususnya bagi dinas kesehatan kota. Sistem
Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas juga merupakan fondasi
dari data kesehatan. Sehingga diharapakan terciptanya sebuah
informasi yang akurat, representatif dan reliable yang dapat
dijadikan pedoman dalam penyusunan perencanaan kesehatan.
Setiap program akan menghasilkan data. Data yang dihasilkan
perlu dicatat, dianalisis dan dibuat laporan. Data yang disajikan
adalah informasi tentang pelaksanaan progam dan
perkembangan masalah kesehatan masyarakat.
Pencatatan dan pelaporan sangat penting untuk di
laksanakan. Di puskesmas kedungbanteng sudah menjalankan
pencatatan dan pelaporan dengan berbagai mekanisme berbeda
untuk tiap bagiannya. Berikut ini merupakan mekanisme
pencatatan dan pelaporan yang ada di puskesmas
Kedungbanteng:
a. Mekanisme pencatatan pelaporan bagian administrasi dan
registrasi
Seluruh administrasi dan registrasi baik yang
menggunakan jaminan pelayananan kesehatan ataupun
umum dari tiap balai pengobatan mulai dari balai
pengobatan gigi. Umum, KIA-KIB, gizi, imunisasi, dan
rekam medis menggunakan sistem tertulis yang kemudian
di kumpulkan menjadi satu dan di proses menjadi suatu
data yang akan laporkan ke pada dinas kesehatan
kabupaten. Laporan jumlah pasien tersebut perminggunya
dari puskesmas dan 14 PKD akan di kirimkan ke dinas
kesehatan kabupaten melalui SMS. Sedangkan data berupa
lampiran laporan software excel akan di kirimkan satu
bulan sekali oleh puskesmas ke dinas kesehatan
kabupaten.
b. Mekanisme pencatatan dan pelaporan dana operasional
Pendanaan puskesmas di dapatkan sepenuhnya dari
pemerintah. Pemerintah mengeluarkan berupa dana
operasional puskesmas. Besar kecilnya dana sebanding
dengan berapa jumlah penghasilan puskesmas tiap tahun.
Penghasilan puskesmas di dapatkan dari biaya registrasi
kunjungan masyarakat ke puskesmas. Ada juga dana
bantuan BOK yang di berikan pemerintah tiap tahunnya
sebesar Rp 100.000.000. laporan dana operasioanal di
rekap secara pemasukan, pengeluaran dan penggunaan
oleh baguan keuangan puskesmas perbulannya. Sedangkan
laporan setiap penggunaan dana bantuan BOK di rekap di
bagian promkes. Kedua laporan dana operasional dan dan
bantuan BOK akan di pertanggung jawabkan LPJnya ke
dinas kesehatan kabupaten tiap bulannya.
Dana subsidi silang digunakan untuk biaya
keperluan yang tak terduga misalnya perbaikan sarana
prasarana. Mekanisme pengajuan dana tersebut adalah
ketika puskesmas mengajukan dana ke dinas kesehatan
kabupaten dana tersebut tidak langsung cair saat itu juga,
melainkan ketika puskesmas telah melaporkan
pengeluarannya. Dana tersebut dapat di gantikan terlebih
dahuli dengan dana bantuan BOK kemudian ketika dan
dari dinas kesehatan kabupaten sudah turun makan dana
BOK yang telah dipakain dapat di kembalikan.
c. Laporan pemasukan dan penggunaan obat (LPLPO)
Akan di laporkan tiap bulan sekali ataupun 3 bulan
sekali tergantung penggunaan obat tersebut. Pelaporan
tersebut di gunakan untuk memenuhi permintaan stok obat
di puskesmas.
2. Masalah Kesehatan Desa Kedungbanteng
a. Gambaran Lingkungan
1) Sumber air besih
Sumber air yang dipergunakan oleh warga desa
Kedungbanteng rata-rata berasal dari sumur, berdasarkan hasil
kuesioner yang telah dilaksanakan dapat diperoleh data sekitar 6,1
% menggunakan mata air desa, dan 74,5 % menggunakan sumur
pribadi sebagai sumber air mereka. Sedangkan untuk penduduk
yang menggunakan PDAM masih sangat jarang, hal ini dibuktikan
dengan hasil kuesioner sebanyak 5,1 %. dengan Hal ini
kemungkinan terjadi karena memang PDAM masih jarang ada
didaerah tersebut, sedangkan air tanah mudah didapatkan sehingga
banyak warga yang menggunakan sumur. Rata-rata air yang sudah
ditampung di bak warga dalam keadaan jernih karena daerah
kedungbanteng dekat dengan mata air gunung Slamet.
Air sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia.
Perharinya manusia membutuhkan air setindaknya 30-60 liter. Air
tersebut digunakan untuk minum, mandi dan keperluan lainnya.
Penggunaan air juga perlu diperhatikan kebersihan dan kejernihan
air tersebut, karena jika air tersebut kotor, kemungkinan
mengandung bibit penyakit terlebih lagi jika jarak sumber
air/sumur dengan pembuangan kotoran manusia dekat. Syarat-
syarat air yang perlu diperhatikan adalah syarat fisik, bakteriologis
dan kimia (Notoamodjo,2003).
2) Kamar mandi atau jamban
Sebagian besar warga desa kedungbanteng telah memiliki
jamban kamar mandi dan jamban sendiri, berdasarkan survey yang
telah dilakukan, sebanyak 69,4 % sedangkan warga yang tidak
memiliki jamban dan kamar mandi sebanyak 30,6 % . Walaupun
warga telah memiliki jamban sendiri, pembuangan kotoran dari
jamban langsung ke kolam atau sungai.
Penampungan sumber air warga ditampung pada bak atau
penampungan air sebanyak 51,0 %, dengan frekuensi sebanyak
22,4 % menguras seminggu sekali, 15,3 % menguras dua minggu
sekali, 8,2 % menguras tiga minggu sekali, 9,2 % tidak menguras
sama sekali dan 40,8 % menguras sesuai dengan kebutuhan.
Responden masih kurang sadar dengan kebersihan lingkungannya,
mereka memang memiliki jamban sendiri namun saluran
pembuangannya menuju ke kolam atau sungai sehingga dapat
mencemari air di desa tersebut.
3) Pengolahan sampah
Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan didapatkan hasil
bahwa sebanyak 83,7 % membuang sampahnya ke pekarangan
kemudian membakarnya. Sangat jarang warga yang
mengumpulkan sampahnya lalu dibuang ke TPA atau didaur ulang.
Pengolahan sampah yang seperti ini dapat berpotensi timbulnya
pencemaran lingkungan, seperti asap hasil pembakaran sampah
ataupun jika sampah menumpuk dipekarangan dan tidak dibakar
dapat menimbulkan bau yang tidak sedap disekitar lingkungan
desa. Selain itu, sampah yang tidak diolah dapat menjadi tempat
perkembangbiakan agent penyebab penyakit dan dapat
menyebabkan kerugian kesehatan penduduk sekitar tempat
pembuangan sampah.
Proses pembakaran sampah walaupun skalanya kecil sangat
berperan dalam menambah jumlah zat pencemar di udara terutama
debu dan hidrokarbon. Zat atau gas polutan ini, tidak hanya
berbahaya bagi lingkungan tetapi juga berbahaya langsung
terhadap manusia.Polutan yang dihasilkan akibat pembakaran
sampah dapat menyebabkan gangguan kesehatan, pemicu kanker
(karsinogenik).
Sebagai gambaran pembakaran 1 ton sampah akan
menghasilkan 30 kg gas CO, gas tersebut jika dihirup akan
berikatan sangat kuat dengan haemoglobin darah sehingga dapat
menyebabkan tubuh orang yang menghirup akan kekurangan O2
dan menimbulkan kematian. Pembakaran Sampah organik yang
masih agak basah seperti daun, ranting, batang, sisa sayuran atau
buah jika dibakar tidak akan semua terbakar dan akan
menghasilkan partikel-partikel padat yang dapat beterbangan yang
mengandung senyawa hidrokarbon berbahaya.
Dari hasil penelitian dalam beberapa tahun terakhir ini
dikatakan bahwa pembakaran sampah rumah tangga pada kondisi
pembakaran dan suhu yang rendah dapat menimbulkan gas racun
dioksin. Dioksin merupakan bahan kimia beracun yang bersifat ada
terus menerus, terakumulasi secara biologi dan tersebar di dalam
lingkungan dalam konsentrasi yang rendah dan efek samping nya
terhadap manusia adalah perubahan hormone, perubahan
pertumbuhan janin, menurunkan kapasitas reproduksi. Dioksin
juga termasuk bahan yang bersifat carcinogen yang bisa
meningkatkan resiko terkena kanker terhadap manusia.
Pembakaran sampah di dalam udara terbuka juga
menimbulkan kabut asap yang tebal yang mengandung bahan
lainnya seperti partikel debu yang kecil-kecil yang biasa disebut
particulate matter (PM). Dan jika particular matter ini
terkontaminasi dengan udara di lingkungan desa sehingga bisa
masuk ke dalam paru-paru masyarakat lingkungan tersebut dan
bisa mengakibatkan sakit gangguan pernafasan (asma dan radang
paru-paru), infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), radang selaput
lender mata, alergi, iritasi mata dll.
Di desa Kedungbanteng ini masyarakat banyak melakukan
pembakaran sampah dikarenakan beberapa faktor;
1. Lahan perkebunan yang luas sehingga banyak
masyarakat yang menaruh sampah dan
menumpukannya di perkebunan tersebut
2. Tidak ada nya petugas kebersihan yang selalu
mengangkut timbunan sampah setiap harinya bahkan
setiap minggu
3. Mudahnya pembakaran sampah karena dianggap dapat
menghilangkan sampah secepatnya tanpa memikirkan
dampak panjangnya.
4) Luas ventilasi
Berdasarkan data kuesinoner sebanyak 45,9 % ventilasi
warga sebesar 5-9% luas lantai, 13,3 % ventilasi sebesar < 5% luas
lantai, 13,3 % sebesar 3% luas lantai, dan sekitar 22,5 % sebanyak
<3% luas lantai. Dari data tersebut dapat diketauhi bahwa masih
banyak warga yang memiliki ventilasi kurang memadai yaitu
sekitar % dari luas lantai seluruhnya. Hal ini menandakan warga
masih belum peduli terhadap ventilasi rumah. Ventilasi rumah
yang kurang dapat menyebabkan keadaan rumah tersebut menjadi
lembab dan menjadi tempat pertumbuhan bakteri, selain itu
pertukaran okrigen dan karbondioksida juga akan berkurang.
kelembaban rumah memiliki hubungan yang bermakna dengan
kejadian TB paru. Hal tersebut dapat dipahami karena kelembaban
rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan menjadi media
yang baik bagi pertumbuhan berbagai mirkoorganisme seperti
bakteri, sporoket, ricketsia, virus dan mikroorganisme yang dapat
masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara dan dapat
menyebabkan terjadinya infeksi pernafasan pada penghuninya.
Kuman tuberkulosis dapat hidup baik pada lingkungan yang
lembab. Selain itu karena air membentuk lebih dari 80% volume
sel bakteri dan merupakan hal yang essensial untuk pertumbuhan
dan kelangsungan hidup sel bakteri, maka kuman TB dapat
bertahan hidup pada tempat sejuk, lembab dan gelap tanpa sinar
matahari sampai bertahun-tahun lamanya. (Lumban, Tonny. 2009)
5) Jarak septitank
Warga desa Kedungbanteng sebagian besar belum memiliki
septitank, mereka masih membuang kotoran di kolam atau sungai,
sebanyak 33,0 % warga berdasarkan kuesioner masih membuang
kotoran ke kolam atau sungai, mereka memang memiliki jamban,
namun salurannya menuju kolam atau sungai, adapula penduduk
yang buang air besar kekolam atau ke sungai tanpa memiliki
jamban dirumahnya. Penduduk yang memiliki septitenk masih
sangat sedikit. Hal ini membuktikan bahwa kesadaran masyarakat
akan pembuangan kotoran masih kurang.
Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan tinja, jelas akan
mempercepat tejadinya penyebaran penyakit-penyakit yang
ditularkan melalui tinja. Karena kotoran manusia (faeces) adalah
sumber penyebaran penyakit yang multi kompleks. penyakit yang
bersumber pada faeces yang biasa di derita oleh masyarakat adalah
diare. Menurut survey masyarakat yang terkena penyakit diare
cukup tinggi
6) Letak kandang dan frekuensi pembersihan kandang
Berdasarkan kuesioner sebanyak 78,6% memiliki ternak
dengan jarak kandang ternak 58,0% menempel pada rumah, 1,4%
didalam rumah, 24,6% terletak 3 meter dari rumah, 10,1% terletak
5 meter dari rumah, dan 5,8% terletak 10 meter dari rumah. Jarak
letak kandang perlu diperhatikan, karena kandang yang dekat
dengan rumah dapat mempercepat transmisi penyakit.
Frekuensi pembersihan kandang yang dilakukan oleh warga
bedasarkan kuesioner yang dilakukan sebanyak 36,2% dilakukan
setiap hari, 17,4% dua hari sekali, 8,7% tiga hari sekali, 24,6%
seminggu sekali, dan 2,9% sebulan sekali. Dari data tersebut dapat
diketahui bahwa banyak warga yang membersihkan kandang
ternaknya setiap hari. Pembersihan kandang ini harus dilakukan
setiap hari, karena jika tidak kotoran hewan dapat menumpuk dan
menjadi tempat perkembangbiakan agent penyakit. Selain itu
masalah bau yang di timbulkan oleh kotoran hewan ternak dapat
menggangu warga dan dapat menurunkan kesehatan lingkungan
sekitar. Kotoran yang tidak segera di bersihkan juga dapat di
hinggapi oleh serangga serangga yang memperantari penyakit ke
manusia.
7) Genangan air
Genangan air jarang ditemukan pada desa kedung banteng
ini, sebanyak 82,7% lingkungan rumah warga tidak ditemukan
genangan air, sisanya 17,3 % terdapat genangan air. Genangan air
ini merupakan tempat yang cocok untuk perkembangbiakan
nyamuk, dengan tidak adanya genangan air, potensi warga untuk
terkena penyakit yang di transmisikan oleh nyamuk akan menurun.
Perlu adanya sosialisasi oleh dinas kesehatan setempat mengenai
masalah yang akan timbul akibat genangan air. Selain itu dinas
setempat juga memsosialisasikan akan pentingnya kegiatan 3M
(Mmenguras, mengubur, membuang)
8) Pencahayaan
Penduduk desa Kedungbanteng berdasarkan kuesioner
responden dapat diketahui bahwa sebanyak 38,8 % warga memiliki
pencahayaan yang cukup, sedangkan sebanyak 61,2 %
pencahayaan didalam rumah yang buruk. Pencahayaan yang cukup
sangat penting untuk kesehatan rumah warga, karena sinar
ultraviolet (UV) sinar matahari dapat membunuh bakteri yang
terdapat di dalam rumah, jika pencahayaan kurang, rumah menjadi
lembab dan bakteri mudah untuk berkembang biak. Pencahayaan
sangat berpengaruh terhadap perkembangan penyakit TB.
9) Lantai kedap air
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dirumah responden
sebanyak 79.6 % memiliki lantai yang kedap air, dan 20,4 %
dengan lantai yang tidak kedap air. Dari hasil tersebut diketahui
bahwa warga rata-rata telah sadar akan kebersihan lantai
rumahnya. Lantai yang tidak kedap air sulit dibersihkan dan
menjadi tempat perkembangbiakan mikroorganisme patogen yang
dapat menyebabkan penyakit.
b. Perilaku
iii. Kebiasaan Mandi
Dari hasil pengisian kuesioner persentasi yang didapat dari
masyarakat Desa Kedungbanteng yaitu 3 kali sehari 17,3 %
responden dengan alasan faktor cuaca dan aktivitas. mandi
sebanyak 2 kali sehari sebanyak 79,6 %, untuk mandi sehari sekali
dan seminggu sekali tidak ditemukan pada masyarakat. Untuk
penggunaan sabun mandi, 100% responden sudah menggunakan
sabun mandi. Sesuai data tersebut dapat disimpulkan bahwa
masyarakat sudah memiliki kesadaran diri terhadap kebersihan
tubuh dengan cara mandi secara rutin dan menggunakan sabun
mandi. Dengan menerapkan perilaku mandi secara rutin, dapat
meminimalisir resiko terkena penyakit kulit.
iv. Kebiasaan Gosok Gigi
Persentase yang didapat dari hasil kuesioner yang
menggosok gigi 3 kali sehari 21,4 %, menggosok gigi 2 kali sehari
sebanyak 70,4 % biasanya sesuai dengan waktu mandi¸ untuk
gosok gigi sehari sekali 4,1 % dan ada pula yang tidak menggosok
gigi sebanyak 2,0 %. Di Desa Kedungbanteng kesadaran dalam
menggosok gigi cukup tinggi karena dibuktikan dari hasil
presentasi.
v. Kebiasaan Mencuci
Presentasi responden untuk mencuci pakaian sebesar 75,5
% di rumah, dan 5,1 % mencuci di pancuran, dan mencuci di
tempat lain sebanyak 19,4 %. Dari hasil tersebut dapat dibuktikan
bahwa sudah cukup mengerti akan kebersihan alat-alat rumah
tangga.
vi. Kebiasaan Menggunakan Alas Kaki
Hampir seluruh masyarakat Desa Kedungbanteng
menggunakan Alas kaki dengan presentase 83,7 %, namun masih
ada yang belum menggunakan alas kaki sebanyak 16,3 %. Dapat
disimpulkan bahwa hampir seluruh masyarakat mengerti akan
kebersihan diri, selain itu dengan pemakaian alas kaki masyarakat
dapat terhindar dari penyakit kulit dan cacingan.
vii. Kebiasaan Tidur
Dari hasil survey, ditemukan sebanyak 35,7 % tidur selama
8 jam, 45,9 % tidur selama < 8 jam, 11,2 % tidur > 8 jam. dan
presentase tidur di tempat tidur sebanyak 91,8 %, dan tidur di
depan TV sebanyak 4,1 %. Dapat disimpulkan bahwa beberapa
responden sudah mengerti akan kesehatan dan pola hidup teratur.
viii. Kebiasaan Merokok
Hasil kuesioner mambuktikan bahwa hampir seluruh KK
merokok, dibuktikan dengan hasil presentase sebanyak 85,7 %.
dapat disimpulkan bahwa masyarakat Desa Kedungbanteng belum
cukup mengerti akan akibat yang ditimbulkan dari merokok,
padahal mereka
ix. Kebiasaan Olahraga
Dari hasil pengamatan, didapat hasil bahwa responden yang
melakukan olahraga setiap hari sebanyak 16,3 %, satu minggu 2
kali sebanyak 3,1 %, dan satu minggu sebanyak 3 kali sebanyak
4,1 %, dan responden yang sama sekali tidak melakukan olahraga
sebanyak 51,0 %.
Alasan masyarakat tidak berolah raga di karenakan tidak
sempat nya mereka untuk berolahraga sebab menurut beberapa
masyarakat, yang kami wawancarai alasan utama mereka tidak
berolahraga karena malas dan tidak sempat nya berolahraga karena
sibuknya kegiatan sehari-hari yang berat sudah seperti berolahraga.
Sebagian besar yang bermata pencaharian buruh ini tidak pernah
membiasakan untuk berolahraga, karena berat dan padat nya
pekerjaan sehari-hari yang tidak menyempatkan mereka untuk
melakukan olahraga.
Kurang nya pengetahuan tentang penting nya olahraga ini
yang membuat mereka tidak pernah menyempatkan untuk
berolahraga. Dan mereka berpendapat tetap akan sehat-sehat aja
apabila tidak berolahraga dan hal ini yang sudah menjadi kebiasaan
sehari-hari sehingga mereka sudah terbiasa untuk tidak
berolahraga. Oleh sebab itu masyarakat penting sekali diberi
pengetahuan tentang penting nya olahraga bagi kesehatan agar
masyarakat sadar bahwa penting nya olahraga dapat mencegah
beberapa penyakit yang banyak di alami oleh masyarakat semperti
salah satu contohnya adalah sering nya beberapa warga yang
merasa pegal-pega, sedangkan dengan olahraga hal itu tidak akan
terjadi karena pegal- pegal ini justru di karenakan kurangnya
pelenturan dan pemanasan. Namun hal ini yang banyak kurang di
ketahui tentang penting nya olahraga bagi kesehatan warga.
x. Kebiasaan mencuci tangan
Dari data survey yang didapat, sebanyak 83,7 % responden
melakukan cuci tangan sebelum makan, dan 2,0 % tidak mencuci
tangan sebelum makan. Data ini menunjukkan bahwa masyarakat
desa Kedungbanteng memiliki kesadaran yang tinggi akan
kebersihan tangan karena tangan adalah organ tubuh yang cukup
sering berinteraksi dengan mulut.
xi. Kebiasaan Ketika Sakit
Responden yang meminum obat ketika sakit sebanyak 76,5
%, yang kadang-kadang meminum obat sebanyak 16,3 %, dan
yang tidak meminum obat sebanyak 7,1%. Responden yang
membeli obat di warung sebanyak 42,1 %, membeli di apotek
sebanyak 22,3 %, membeli obat ke dokter sebanyak 11,6 %.
Responden yang tidak mengkonsumsi obat beranggapan bahwa
hanya dengan istirahat saja sudah cukup untuk memulihkan kondisi
tubuhnya.
xii. Kebiasaan melakukan 3M
Untuk kebiasaan menutup barang-barang bekas di Desa
Kedungbanteng memang bekum terlaksana, hal ini terlihat dari
perhitungan prioritas masalah bahwa tidak mengubur barang-
barang bekas menjadi prioritas utama ke 9 dengan skor 98.
Jika kita telaah memang di Desa Kedungbanteng kurang
tersedianya sebuah TPA sehingga mereka lebih sering membakar
sampah atau barang-barang bekas. Hal ini yang mendasari menjadi
kebiasaan dan tidak membiasakan mengubur barang-barang bekas.
xiii. KEP (Kekurangan Energi dan Protein)
Selama observasi tidak ditemukannya tanda dan gejala dari
anak yang mengalami kekurangan protein dan energi. Dapat
dibuktikan sebanyak 75,5 % responden tidak memiliki anak
dengan gejala tersebut, ini berarti warga desa kedungbanteng telah
memahami pentingnya memenuhi gizi pada anak dengan cara
mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna.
xiv. Merokok
Persentase jumlah sampel yang merokok adalah 85,7%.
Dilihat dari tingginya persentase, maka rokok merupakan prioritas
permasalahan kedua yang ada di Desa Kedungbanteng. Merokok
sudah menjadi kebiasaan yang sangat umum dan meluas di
masyaraka. Kebiasaan merokok ini sulit dihilangkan dan jarang
diakui orang sebagai suatu kebiasaan buruk.
Bila ditelaah, responden yang merokok mengaku tidak bisa
menghentikan kebiasaannya tersebut. Disamping itu faktor
pekerjaan yang berat membuat mereka menjadi sangat tergantung
dengan rokok. Hal ini wajar, karena rata-rata pekerjaan responden
adalah sebagai petani dan buruh. Mereka membutuhkan rokok
untuk doping agar tubuh dan pikiran mereka segar dan tidak
mengantuk.
Kurangnya kesadaran untuk tidak merokok dapat juga
dipengaruhi karena ketidaktahuan responden tentang bahaya
merokok. Dukungan dari orang-orang terdekat sangat penting agar
perokok menghentikan kebiasaannya tersebut. Sayangnya, orang-
orang terdekatnya pun juga belum menyadari sepenuhnya bahaya
dari merokok.
Apabila kebiasaan merokok tidak segera di hentikan akan
menimbulkan efek yang berbahaya untuk kesehatan dirinya dan
orang di sekitarnya. Asap rokok mengandung kurang lebih 4000
zat kimia beracun dan 200 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi
tubuh. Zat kimia yang dikeluarkan ini terdiri dari 85% gas dan 15%
sisanya adalah partikel. Nikotin, gas karbonmonoksida, nitrogen
oksida, hidrogen sianida, amoniak, akrolein, asetilen, benzaldehid,
urethan, benzen, methanol, kumarin, 4-etilkatekol, ortokresol dan
perylene adalah sebagian contoh zat kimia yang ada di dalam
rokok.
Pemerintah sudah menghimbau bahaya merokok dengan
mencantumkan peringatan “rokok dapat menyebabkan kanker,
serangan jantung, impotensi, serta gangguan kehamilan dan janin”
tetapi hal ini belum diindahkan oleh masyarakat. Jika digalakkan
terus menerus, sosialisasi tentang bahaya merokok adalah hal
sederhana yang dapat berefek besar. Untuk langkah awal jika ingin
berhenti merokok, sebaiknya masyarakat mengganti rokok dengan
mengkonsumsi permen atau permen karet. Tetapi jika memang
masyarakat benar-benar tidak bisa menghentikan kebiasaan
buruknya tersebut, alangkah baiknya jika merokok tidak di dalam
rumah atau di areal sekitar rumah yang padat penduduknya. Hal ini
harus dilakukan supaya jumlah perokok pasif dapat ditekan
sehingga morbiditas karena asap rokok berkurang.
xv. Kebiasaan Meludah Sembarangan
Berdasarkan hasil observasi sebanyak 94,9 % responden
tidak meludah sembarangan. Ini menunjukkan masyarakat telah
memahami arti kebersihan, sedangkan masih ada beberapa yang
meludah sembarangan sebanyak 5,1 %. Kebiasaan meludah
sembarangan mengganggu kesehatan lingkungan dan juga
mengganggu estetis.
xvi. Kuku tidak panjang
Berdasarkan data observasi sebanyak 62,8 % responden
berkuku pendek, walaupun masih ada beberapa yang berkuku
panjang 37,8 %, ini berarti sebagian besar responden merawat dan
menyadari kebersihan dirinya. Kuku panjang dapat melukai diri
sendiri dan dapat menyebabkan penyakit diare karena kuman-
kuman akan berkumpul pada bagian dalam kuku yang panjang.
2. Pelayanan Kesehatan
b. Pelayanan kesehatan merupakan salah satu bagian penting dalam
pengukuran tingkat kesehatan di suatu daerah. Dengan kata lain
semakin banyak masyarakat yang memanfaatkan pelayanan kesehatan
maka jumlah orang yang mengerti akan pentingnya kesehatan semakin
meningkat. Seperti di Desa Kedungbanteng, hasil survey membuktikan
masyarakat desa ini mendatangi tempat pelayanan kesehatan seperti
puskesmas (41,8%), bidan (27,6%), dokter/dokter gigi (25,5%), dan
lain-lain (5,1%). Adapun hasil persentasi mengenai sejumlah orang
yang lebih mempercayai berobat ke puskesmas sesuai hasil persentasi
sebanyak 41,8%. Selain itu masyarakat beralasan datang ke pelayanan
kesehatan tersebut karena faktor kepercayaan dengan persentase
tertinggi (27,6%) dan tenaga kesehatan melayani dengan ramah
(87,8%). Selain sejumlah pelayanan kesehatan yang disediakan,
beberapa penyuluhan pernah dilakukan di Desa Kedungbanteng seperti
penyuluhan mengenai Kesehatan Ibu Anak (KIA), Keluarga Berencana
(KB), kesehatan umum, dan lain-lain. Menurut hasil survey
pengadaan penyuluhan ini diadakan sebayak satu bulan sekali dengan
persentase tertinggi (62,0%)
c. Puskesmas Kedungbanteng sebagai tempat pelayanan kesehatan di
tingkat kecamatan Desa Kedungbanteng ini letaknya tidak jauh dari
pusat desa yaitu sekitar 1-3km dari tiap KADUS. Biasanya mereka
memanfaatkan Puskesmas sebagai jasa pengobatan (88,2%).
Kebanyakan responden (51,5%) menyatakan tarif di Puskesmas
termasuk murah yaitu Rp 5000,00. Di Puskesmas ini juga menerima
pengguna asurasi kesehatan seperti askes, jamkesmas, dan JPKM.
Namun sangat disayangkan hanya sebesar 43,9% masyarakat
menggunakan asurasi kesehatan, dengan hasil survey pengguna askes
(27,9%), dan jamkesmas (58,1%), dan lain-lain (14,0%).
d. Program kesehatan Keluarga Berencana di Desa Kedungbanteng sudah
banyak diterapkan oleh beberapa responden sebanyak 90,8%. Dari
beberapa pemakai sebanyak 42,7% mengeluhkan efek samping dari
alat kontrasepsi seperti menstruasi yang tidak lancar, dan penambahan
berat badan. Sehingga jumlah anak dari tiap responden bervariasi,
untuk yang memiliki kurang dari 3 anak 48,0% KK, berjumlah 3-5
anak 39,8% KK, dan yang memiliki anak lebih dari 5 anak 7,1% KK.
e. Dalam pemeliharaan kesehatan ibu hamil, diterapkan standar minimal
dan maksimal usia ibu hamil yang bertujuan melindungi janin dan
kondisi ibu. Di Desa Kedungbanteng sebagian besar kehamilan
pertama di usia 19-22 tahun (39,8%), 22 tahun (17,3%), dan 25 tahun
(17,3%). Namun masih ada beberapa responden yang hamil di usia
muda yaitu pada usia 15-18 tahun (7,1%), dan lain-lain (18,4%). Pada
kehamilan terakhir sebanyak 35,7% melahirkan di usia 30-35 tahun,
35-40 tahun (20,2%), kurang dari 30 tahun (34,5%), usia 45 tahun
(2,4%) dan lebih dari 40 tahun (4,8%). Dapat disimpulkan sebagian
besar kehamilan pertama ibu hamil di usia 19-22 tahun dan kehamilan
terakhir di usia 30-35 tahun.
f. Hampir seluruh ibu hamil di Desa Kedungbanteng sudah mengerti
akan kesehatan tubuh mereka dan calon bayinya. Sesuai dengan hasil
survey 20,4% memeriksakan kandungan sebanyak 5 kali, dan lebih
dari 5 kali (62,2%). Kebanyakan dari mereka memeriksakan kehamilan
di bidan (78,6%), karena faktor kepercayaan dan edukasi mengenai
seputar kehamilan, sedangkan yang memeriksakan ke puskesmas
(12,2%) dan dokter (6,1%). Sudah banyak ibu hamil yang
mengkonsumsi tablet besi untuk penambah darah, yaitu sekitar 93,9%.
Ibu hamil yang mengetahui pentingnya imunisasi hanya sebanyak
75,5%, dan sisanya belum mengetahui. Namun hanya sebanyak 46,9%
yang mengetahui imunisasi TT (tetanus toxoid). Beberapa ibu hamil
mengalami komplikasi sebanyak 26,5% dan sisanya 73,5% tidak
mengalami komplikasi saat kehamilan. Walaupun begitu hampir
seluruh ibu hamil menggunakan jasa bidan saat persalinan dengan
jumlah 57,1%, sedangkan yang lainnya dukun bayi (26,5%), dan
rumah sakit (13,3%).
g. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan salah satu kegiatan
kesehatan sosial yang melibatkan partispasi masyarakat dalam upaya
pelayanan kesehatan dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk
masyarakat yang dilaksanakan oleh kader-kader kesehatan yang telah
mendapat pendidikan dan pelatihan dari puskesmas mengenai
pelayanan kesehatan dasar. Posyandu sudah sering diadakan di Desa
Kedungbanteng ini, dan sudah banyak masyarakatnya memanfaatkan
pelayanan yang diberikan seperti menimbang berat badan (77,2%),
imunisasi (20,7%), dan sisanya tidak mendatangi posyandu (6,1%).
Dari sejumlah anak yang mendapat imunisasi secara lengkap (94,9%)
dan sisanya hanya sebagian.
h. Posyandu juga tersedia untuk para lansia yang dinamakan Posyandu
lansia khusus orang lanjut usia yang berusia 60 tahun ke atas. Namun
hanya sekitar 68,4% masyarakat Desa Kedungbanteng mengetahui dan
memanfaatkan pelayanan kesehatan di Posyandu Lansia. Beberapa
alasan yang dikemukakan para lansia ini yaitu lokasi yang sulit
dijangkau karena kondisi tubuh mereka, kurangnya pelayanan
kesehatan, dan beberapa lansia tidak begitu memahami pentingnya
keikutsertaan mereka di posyandu lansia. Adapun sejumlah fasilitas
yang dimanfaatkan oleh lansia yang mengunjungi posyandu tersebut,
yaitu pengobatan (32,1%), pemeriksaan kesehatan (64,3%), dan lain-
lain (3,6%).
1. Genetik
Berdasarkan hasil pengamatan pada masyarakat di Desa
Kedungbanteng menggunakan metode kuesioner dan wawancara,
maka beberapa ulasan data mengenai penyakit yang berkembang di
daerah tersebut antara lain :
1) Penyakit Genetik
Penyakit keturunan adalah penyakit akibat
keabnormalan genetik yang diturunkan oleh orang tuanya.
Penyakit menurun merupakan penyakit yang tidak
menular, tidak dapat disembuhkan dan akan diwariskan
pada keturunannya. Hasil pada masyarakat
Kedungbanteng sejumlah 18,4% sedangkan yang tidak
memiliki penyakit genetik sebanyak 81,6%. Penyakit
genetik juga dapat disebabkan orangtua yang hanya
bertindak sebagai pembawa sifat (carrier) saja dan
penyakit ini baru muncul setelah dipicu oleh lingkungan
dan gaya hidupnya. Penyakit keturunan/ diwariskan ini
dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:
i. Penyakit keturunan/ kelainan muncul semenjak lahir yang
semata-mata karena faktor genetis. Kelaianan cacat yang
disebabkan oleh faktor genetis, menimbulkan gangguan
fungsional dan memerlukan tindakan rehabilitasi. Patokan
bagi kelainan cacat bawaan adalah: bila terdapat cacat
bawaan multipel, berat badan lahir rendah, keterlambatan
pertumbuhan dalam kandungan, kepala kecil (mikrosefal),
kelainan rajah tangan, dan retardasi mental.
ii. Penyakit keturunan/ Kelainan yang muncul dapat setelah
dewasa yang dipengaruhi oleh faktor genetis didukung
oleh faktor lingkungan.
Faktor genetik atau faktor yang menyebabkan cacat pada
keturunan digolongkan menjadi 2, yaitu:
i. Gangguan kromosom. Kelainan ini merupakan mutasi
spontan.
ii. Gangguan gen tunggal (yang diwariskan secara hukum
mendel), menunjukkan pada tiga pola; penurunan secara
autosomal dominan dan resesif (kelainannya pada autosom
bukan pada kromosom penanda kelamin)
(www.infokedokteran.com).
Masyarakat Desa Kedungbanteng sebanyak 38,9% penyakit
genetika diturunkan dari keluarga suami, sedangkan 61,1% diturunkan
oleh keluarga istri, dan 22,2% diantaranya mengakibatkan kematian.
2) Penyakit Kronis
Menurut Adelman & Daly (2001) penyakit kronis adalah penyakit
yang membutuhkan waktu yang cukup lama, tidak terjadi secara spontan,
dan biasanya tidak dapat disembuhkan dengan sempurna. Untuk
persentase penderita penyakit berat atau kronis yang berada di Desa
Kedungbanteng sebanyak 19,4% sedangkan yang tidak memiliki penyakit
kronis atau sehat 80,6%.
Penyakit kronis terbanyak yang diderita oleh masyarakat di Desa
Kedungbanteng antara lain:
i. Hipertensi
Hipertensi atau lebih dikenal masyarakat awam sebagai
penyakit darah tinggi adalah keadaan dimana tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari
90 mmHg (Wilson, 1995). Normalnya tekanan darah manusia
adalah 120/80 mmHg). Sistolik adalah tekanan darah pada saat
jantung memompa darah ke dalam pembuluh nadi (saat jantung
mengkerut). Diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung
mengembang dan menyedot darah kembali (pembuluh nadi
mengempis kosong/relaksasi). Hipertensi dapat dibedakan
menjadi 2 jenis, yaitu:
a) Hipertensi primer
Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor
tunggal dan khusus. Hipertensi ini disebabkan berbagai
faktor yang saling berkaitan.
b) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder disebabkan oleh faktor primer
yang diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan
obat tertentu, stres akut, kerusakan vaskuler dan lain-lain.
Risiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari
faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.
Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik,
umur, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi
meliputi stres, obesitas dan nutrisi (Yogiantoro M, 2006).
Hipertensi memiliki gejala seperti kacau/bingung, pandangan
kabur, sianosis, pusing, kelelahan, edema pada pergelangan kaki atau
paha, kulit dan bibir kebiru-biruan, telinga mendengung, mual dan
muntah, susah bernafas. Faktor dan kondisi yang dapat meningkatkan
resiko, antara lain jenis kelamin, keturunan, kegemukan dan umur
(Sherwood, 2001).
Penyakit hipertensi patut mendapat perhatian khusus. Kebanyakan
penderita hipertensi tidak menyadari jika dirinya terkena hipertensi karena
ciri-ciri penyakit ini hamper mirip dengan orang yang kelelahan.
Disamping itu kurangnya pengetahuan tentang penyakit hipertensi
mengakibatkan tingginya angka penyakit tersebut.
Jumlah penderita hipertensi di Desa Kedungbanteng ada sebanyak
7,1% dari responden pernah atau memiliki penyakit hipertensi dan
dikeluarganya yang memiliki atau pernah mengalami penyakit hipertensi
sebanyak 42,1%. Kebanyakan penderita hipertensi adalah lansia. Posyandu
lansia merupakan program dari Puskesmas Kedungbanteng yang
diharapakan dapat menaikkan derajat kesehatan pada lansia. Seseorang
yang terkena hipertensi harus rutin memeriksa tekanan darahnya agar
selalu terkontrol. Melalui posyandu lansia, para lansia dapat
memanfaatkan dan menerima pelayanan kesehatan yang meliputi
pemeriksaan tekanan darah, penyuluhan tentang pengertian, bahaya, dan
penyebab hipertensi, maupun pengobatan yang biasanya disediakan oleh
Dokter Puskesmas atau Bidan Desa.
Selain posyandu lansia, program gizi masyarakat yang ada di
Puskesmas juga membantu masyarakat Kedungbanteng untuk mencegah
maupun mengontrol hipertensi. Kader Puskesmas Kedungbanteng akan
menyarankan pola makan yang baik serta perubahan gaya hidup agar
didapat kondisi tensi yang terkontrol. Berikut ini adalah kebiasaan yang
harus diterapkan penderita hipertensi untuk mengontrol tekanan darahnya:
a) Diet rendah garam, yang terdiri dari diet ringan (konsumsi
garam 3,75-7,5 gram/hari), menengah (1,25-3,75 gram /hari)
dan berat (kurang dari 1,25 gram/ hari).
b) Diet rendah kolesterol dan lemak terbatas.
c) Diet tinggi serat.
d) Diet rendah energi bagi mereka yang kegemukan.
e) Hindari alkohol dan jangan merokok.
f) Istirahat dan olahraga cukup.
g) Perbanyak konsumsi air putih.
ii. Diabetes Mellitus
Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan di Desa
Kedungbanteng didapatkan penderita Diabetes Mellitus sebesar
1,0% dan sejumlah 10,5% keluarga mereka menderita penyakit
Diabetes Mellitus.
Diabetes Mellitus adalah gangguan kronis yang ditandai
dengan metabolism karbohidrat dan lemak yang diakibatkan
karena kekurangan insulin atau secara relatif kekurangan
insulin. Pada penderita Diabetes Mellitus organ pankreas tidak
mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh
(Tucker, 1998). Berikut ini adalah tipe-tipe dari Diabetes
Mellitus :
a) DM Tipe 1
DM jenis ini disebabkan oleh rusaknya sel
beta pankreas sebagai penghasil insulin sehingga
penderita sangat kekurangan insulin. Akibatnya,
yang bersangkutan harus disuntik insulin secara
teratur. Tipe ini diderita 1 dari 10 penderita DM
yang kebanyakan terjadi sebelum usia 30 tahun.
Para ilmuwan percaya bahwa faktor lingkungan
(berupa infeksi virus atau faktor gizi pada masa
kanak-kanan atau dewasa awal) menyebabkan
kerusakan sistem kekebalan pada sel beta pankreas.
DM tipe 1 ini memiliki kecenderungan untuk
menular secara genetik.
b) DM Tipe 2
DM jenis ini disebabkan oleh gangguan
sekresi insulin dan resitensi insulin sehingga tubuh
penderita tidak merespon secara normal insulin
yang dihasilkan tubuh dan membentuk kekebalan
tersendiri sehingga terjadi kekurangan insulin
relative. Tipe ini biasanya terjadi pada usia di atas
30 tahun dan sekitar 80% penderita mengalami
obesitas.
c) DM Tipe Spesifik
DM jenis ini disebabkan oleh faktor genetik
(kerusakan genetik sel beta pankreas) juga akibat
konsumsi obat-obatan maupun bahan-bahan kimia.
d) DM Kehamilan
DM jenis ini terjadi pada sekitar 2-5% dari
semua kehamilan, namun sifatnya hanya sementara
dan akan sembuh setelah melahirkan. Namun
demikian, ia berpotensi merusak kesehatan ibu
hamil maupun janinnya, meningkatkan resiko
kelahiran serta cacat pada janin dan penyakit
jantung bawaan pada bayi. Selain itu, sekitar 40-
50% dari penderita tipe ini menjadi penderita DM
tipe 2 di kemudian hari.
Menurut Askandar (1998) seseorang dapat dikatakan
menderita Diabetes Mellitus apabila menderita dua dari tiga
gejala yaitu
a) Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing
dan Penurunan berat badan.
b) Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari
120 mg/dl
c) Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih
dari 200 mg/dl
Sedangkan menurut Waspadji (1996) keluhan yang
sering terjadi pada penderita Diabetes Mellitus adalah: Poliuria,
Polidipsia, Polifagia, Berat badan menurun, Lemah,
Kesemutan, Gatal, Visus menurun, Bisul/luka, Keputihan.
Yang harus dilakukan oleh kader kesehatan untuk
membantu masyarakat memerangi DM adalah dengan
melakukan edukasi seputar DM. Edukasi dapat meliputi
pengenalan DM, ciri-ciri DM, penyebab DM, serta gaya hidup
yang baik untuk mencegah ataupun mengontrol DM.
Sedangkan untuk masyarakat Desa Kedungbanteng yang
menderita DM, maka yang harus dilakukan adalah:
a) Minum obat/insulin
Bila pengaturan makan dan aktivitas fisik
dirasa tidak berhasil, dokter akan memberikan terapi
obat yang cocok.
b) Monitoring gula darah
Selalu cek kadar gula darah saat puasadan saat
2 jam setelah makan.
c) Latihan fisik.
Dari hasil survey, penduduk Desa
Kedungbanteng mengaku tidak rutin berolahraga.
Hal inilah yang dapat memberi risiko lebih tinggi
untuk menderita DM. Olahraga penting untuk
membakar kalori sehingga kadar gula darah dapat
turun dan kerja pankreas tidak berlebihan untuk
menghasilkan insulin. Lakukan aktivitas fisik 3-4
kali seminggu selama 30 menit untuk
mendapatkanhasil yang optimal, seperti berolahraga
d) Pengaturan pola makan.
Untuk menjaga gula darah tetap seimbang,
penderita DM dianjurkan pola makan dengan gizi
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori.
Dengan rincian karbohidrat sebanyak 60-70%,
protein sebanyak 10-15%, dan lemak sebanyak 20-
25%. Pada diet DM yang harus diperhatikan adalah
jumlah kalori, jadwal makan, dan jenis makanan
yang harus dikonsumsi.
Menurut Askandar (1998) penentuan gizi penderita
dilakukan dengan menghitung persentase Relative Body Weight
yang dibedakan menjadi
1). Kurus : berat badan relatif : <90%
2). Normal : berat badan relatif : 90-110%
3). Gemuk : berat badan relatif : >110 %
4). Obesitas : berat badan relatif : >120 %
a). Obesitas ringan 120–130 %
b) Obesitas sedang 130–140 %
c). Obesitas berat 140–200 %
d). Obesitas morbid > 200 %
Apabila sudah diketahui relative body weight-nya maka
jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM
adalah sebagai berikut :
1). Kurus : BB x 40-60 kalori / hari
2). Normal ; BB x 30 kalori / hari
3). Gemuk : BB x 20 kalori / hari
4). Obesitas : BB x 10-15 kalori / hari
iii. Asma
Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan bahwa untuk
penyakit asma didapatkan sebanyak 5,1 % pernah dan memiliki penyakit
asma sedangkan sebanyak 94,9% tidak pernah atau memiliki asma.
Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang
disebabkan oleh reaksi hiperresponsif sel imun tubuh sperti mast sel,
eosinophils, danT-limfosit terhadap stimulus tertentu dan menimbulkan
gejala dyspenea, wheezing, dan batuk akibat obstruksi jalan napas yang
bersifat reversible dan terjadi secara berulang (Brunner & Suddarth,
2001).
Menurut The Lung Asscociation of Canada, ada dua faktor yang
menjadi pencetus asma:
n) Pemicu Asma (Trigger)
Pemicu asma dapat mengakibatkan mengencang
atau menyempitnya saluran pernapasan (bronkokonstriksi).
Gejala-gejala dan bronkokonstriksi yang diakibatkan oleh
pemicu cenderung timbul seketika, berlangsung dalam waktu
pendek dan relative mudah diatasi dalam waktu singkat.
Umumnya pemicu mengakibatkan bronkrokonstriksi
termasuk stimulus sehari-hari, seperti perubahan cuaca dan
suhu udara, polusi udara, asap rokok, infeksi saluran
pernapasan, ganguan emosi, dan olahraga yang berlebihan.
o) Penyebab Asma (Inducer)
Penyebab asma dapat menyebabkan inflamasi sekaligus
hiperresponsivitas dari saluran pernapasan. Penyebab asma
dapat menimbulkan gejalas-gejala yang umumnya
berlangsung lebih lama (kronis) dan lebih sulit diatasi.
Umumnya penyebab asma adalah allergen yang tampil dalam
bentuk ingestan yaitu allergen yang masuk ke dalam tubuh
melalui hidung, mulut, dan allergen yang didapat melalui
kontak dengan kulit. Contoh dari allergen adalah obat-obatan
atau jenis makanan tertentu yang dapat menimbulkan reaksi
alergi pada penderita.
Jika dilihat dari keadaan lingkungan Desa
Kedungbanteng, banyak ternak yang penempatan
kandangnya masih berada di lingkup perumahan warga.
Selain itu, penduduk Desa Kedungbanteng lebih sering
mengolah sampah dengan cara dibakar. Penduduk juga masih
banyak yang merokok di dalam maupun sekitar rumah. Tiga
hal inilah yang bersifat sebagai pemicu bagi penderita asma.
iv. Penyakit Jantung
Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan didapatkan
penderita penyakit jantung sebesar 2,0% dan sebanyak 10,5% keluarga
mereka terkena penyakit jantung. Penyakit jantung adalah sebuah
kondisi yang menyebabkan jantung tidak dapat melaksanakan tugasnya
dengan baik. Hal-hal tersebut antara lain dapat disebabkan oleh otot
jantung yang lemah dan / atau adanya celah antara serambi kanan dan
serambi kiri dari jantung. Penyakit jantung berhubungan dengan sistem
kardiovaskuler, suatu sistem yang mengatur organ jantung beserta
pembuluh-pembuluh darahnya. Penyakit jantung bisanya menyerang
tiba-tiba dikarenakan pembuluh arteri yang tersumbat, yang
menghambat penyaluran oksigen dan nutrisi ke jantung(Guyton and
Hall, 1997).
3) Penyakit Akut
Penyakit akut adalah penyakit yang terjadi secara tiba-tiba,
timbulnya cepat dan berlangsung dalam jangka waktu yang relative
pendek seperti dalam hitungan jam, hari, hingga minggu. Penyakit ini
biasanya menujukkan adanya gangguan yang serius. Untuk hasil dari
perhitungan didapatkan jumlah sebanyak 46,9 % menderita penyakit akut
sedangkan sebanyak 53,1 % tidak memiliki penyakit akut atau sehat.
Penyakit akut terbanyak yang diderita oleh masyarakat di Desa
Kedungbanteng dalam enam bulan terakhir adalah :
i. Diare
Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan didapatkan
penderita diare sejumlah 28,6 % dan sebanyak 71,4% dinyatakan sehat
atau tidak pernah terkena diare selama 6 bulan terakhir.
Menurut WHO, diare adalah buang air besar encer atau cair
lebih dari tiga kali sehari. Apabila frekuensi buang air besar lebih dari
3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair dan
bersifat mendadak datangnya serta berlangsung dalam waktu kurang
dari 2 minggu maka hal ini disebut diare akut.
Diare dapat disebabkan oleh virus, bakteri, maupun parasit.
Kebersihan merupakan faktor penyebab terbesar dalam penyakit ini,
misalnya ketika akan makan tanpa cuci tangan yang bersih, minum air
mentah, makan makanan yang dihinggapi lalat serta lingkungan rumah
yang kumuh dan kotor (Sherwood, 2001).
Prinsip penatalaksanaan penderita diare merupakan upaya
standarisasi, disebut dengan LINTAS DIARE yakni Lima Langkah
Tuntaskan Diare, yang terdiri atas:
a) Pemberian Oralit dengan Osmolaritas rendah untuk mencegah
dehidrasi dianjurkan lebih banyak memberikan cairan rumah
tangga yang mempunyai osmolaritas rendah, seperti: air tajin, kuah
sayur dan air matang.
b) Pemberian Tablet suplemen Zinc diberikan dengan dosis untuk
anak berumur kurang dari 6 bulan diberikan 10 mg (1/2 tablet) per
hari, untuk anak berumur lebih dari 6 bulan diberikan 20 mg (1
tablet) per hari, diteruskan selama 10 hari.
c) Teruskan pemberian ASI dan makanan tambahan untuk
memberikan gizi agar tetap kuat, dan mencegah berkurangnya
berat badan.
d) Pengobatan dengan antibiotika harus selektif, hanya atas indikasi
khususnya untuk diare berdarah (disentri atau kolera)
e) Penjelasan dan pemberian nasihat untuk tetap memberikan cairan
tambahan dan kapan harus berkunjung kembali ke puskesmas.
(Pedoman Pengendalian Penyakit Diare, Depkes RI, 2009).
Untuk pertolongan pertama dirumah, yang dapat dilakukan
adalah membuat LGG (larutan gula garam) yang nantinya akan
diberikan pada penderita. LGG merupakan solusi pengganti oralit.
Untuk upaya promotif, kader kesehatan dapat memberikan
penyuluhan tentang pola hidup bersih dan sehat (PHBS) dan sosialisasi
penggunaan jamban yang memenuhi syarat. Hal-hal sederhana yang
dapat dilakukan untuk menghindari diare adalah dengan selalu
mencuci tangan dengan sabun sebelum maupun sesudah makan. Selalu
mengkonsumsi air yang sudah dimasak. Menggunakan tudung saji
untuk mencegah kontaminasi makanan dengan udara terbuka dan
lalat. Lalat merupakan vektor dari berbagai macam bakteri penyebab
diare, diantaranya adalah bakteri Clostridium difficile, Clostridium
botulinum, E.coli dan Salmonella gastro. Bakteri-bakteri ini hidup di
udara dan dapat dibawa oleh lalat yang hinggap di makanan.
ii. ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan)
Penduduk Desa Kedungbanteng yang menderita ISPA sebesar
7,1% dan sebanyak 92,9% tidak terkena ISPA selama 6 bulan terakhir..
Menurut Depkes RI (2000) istilah ISPA mengandung tiga unsur, yaitu
infeksi, saluran pernafasan dan akut. Pengertian atau batasan masing-
masing unsur adalah sebagai berikut:
a) Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam
tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala
penyakit.
b) Saluran pernapasan adalah organ yang mulai dari hidung hingga
alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga
telinga tengah dan pleura. Dengan demikian ISPA secara otomatis
mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan
bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa
saluran pernafasan. Dengan batasan ini maka jaringan paru-paru
termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract).
c) Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14
hari ini. Batas 14 hari ini diambil untuk menunjukkan proses akut
meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongakan ISPA
proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari (Suhandayani,
2007).
Gejala awal yang timbul biasanya berupa batuk pilek, yang
kemudian diikuti dengan napas cepat dan napas sesak. Pada tingkat
yang lebih berat terjadi kesukaran bernapas, tidak dapat minum,
kejang, kesadaran menurun dan meninggal bila tidak segera diobati.
ISPA merupakan penyakit yang dapat menyerang semua golongan
umur, mulai usia anak di bawah lima tahun (balita) hingga manusia
lanjut usia (manula). Meskipun begitu, usia Balita adalah kelompok
yang paling rentan dengan infeksi saluran pernapasan. Angka
morbiditas dan mortalitas akibat ISPA, masih tinggi pada balita di
negara berkembang.
Upaya tenaga kesehatan Puskesmas Kedungbanteng untuk
menanggulangi ISPA adalah dengan memberikan penyuluhan tentang
bahaya merokok dan sosialisasi pengelolaan sampah yang baik
sehingga penduduk Desa Kedungbanteng dapat menemukan solusi
pengelolaan sampah selain dibakar. Upaya penanggulangan ISPA
sangat bergantung dengan kerjasama penduduk Desa Kedungbanteng
untuk merubah perilakunya agar tercipta udara yang bersih.
iii. DBD (Demam Berdarah Dengue)
Responden Desa Kedungbanteng yang dalam 6 bulan terakhir
menderita DBD sebanyak 1,0% dan 99,0% tidak menderita penyakit
tersebut.
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue
haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot
dan/atau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopeniadan diathesis hemoragik. Pada DBD terjadi
perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom
renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah
dengue yang ditandai oleh renjatan/syok (Suhendro, 2006).
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh
virus dengue, yang termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga
Flaviviridae.
Penduduk Desa Kedungbanteng harus aktif melaksanakan
gerakan 3M yakni, menutup tempat penyimpanan air, menguras bak
mandi dan mengubur barang-barang yang tidak terpakai. Ini
merupakan cara yang dianggap paling praktis guna mencegah
merebaknya nyamuk DBD pada lingkungan.
iv. Malaria
Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi
yaitu bayi, anak balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung
menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja.
Penyakit ini juga masih endemis di sebagian besar wilayah Indonesia.
Plasmodium penyebab malaria yang ada di Indonesia terdapat beberapa
jenis yaitu plasmodium falsifarum, plasmodium vivax, plasmodium
malariae, plasmodium ovale dan yang mix atau campuran.
Berdasarkan hasil survey didapatkan bahwa untuk penderita
penyakit malaria selama 6 bulan terakhir ini yaitu sebanyak 2,0%.
a. Anak Kembar
Berdasrkan hasil survey dari responden maka didapatkan yang memiliki
keturunan kembar di Desa Kedungbanteng sebanyak 12,2 %.
Kembar atau anak kembar adalah dua atau lebih individu yang membagi
uterus yang sama dan biasanyadilahirkan dalam hari yang sama. Kembar dapat
dibedakan menjadi dua tipe, yaitu:
1) Kembar dizigot
Sekitar dua pertiga dari kembar adalah kembar dizigot atau kembar
fraternal dan insidensinya, 7-11 per 1000 kelahiran, meningkat sesuai
dengan usia ibu. Jenis kembar dizigot terjadi karena pengeluaran dua oosit
dan pembuahan oleh dua spermatozoa yang berlainan. Karena kedua zigot
mempunyai susunan genetic yang sama sekali berlainan, kedua bayi yang
lahir tak ubahnya seperti kakak beradik. Jenis kelamin mereka bisa saja
berbeda dan mungkin pula berbeda. Masing-masing zigot berimplentasi
sendiri pada rahim, dan masing-masing membentuk plasenta, amnion, dan
kantong korionnya sendiri. Tapi kadang-kadang kedua plasenta terletak
sangat berdekatan sehingga terjadi penyatuan. Demikian pula dinding
kantong korion dapat sangat berdekatan dan menyatu. Kadang-kadang
masing-masing bayi pada kembar dizigotik memiliki sel darah merah yang
berbeda golongan (mosaikisme eritrosit), yang membuktikan bahwa
penyatuan kedua plasenta sangat erat sehingga terjadi pertukaran sel-sel
darah merah (Sadler, 1997).
2) Kembar monozigot
Jenis kembar monozigot berasal dari satu telur yang dibuahi.
Angka kejadian kembar monozigot 3-4 per 1000. Kembar ini adalah hasil
pembelahan zigot pada berbagai tingkat perkembangan. Pemisahan yang
paling dini diyakini terjadi pada tingkat dua sel, sehingga akan
berkembang dua buah zigot yang berbeda. Kedua blastokista berimplantasi
secara terpisah masing-masing mudigah mempunyai plasenta dan kantong
korionnya sendiri. Walaupun susunan selaput janin kembar ini mirip
dengan susunan selaput pada kembar dizigot, keduanya dapat dikenali
sebagai pasangan monozigot karena sangat miripnya golongan darah, sidik
jari, jenis kelamin, dan bentuk luar tubuh seperti mata dan warna rambut
(Sadler, 1997).
Pada kebanyakan kasus, pemisahan terjadi pada tingkat blastokista
dini. Massa sel dalam terpecah menjadi dua kelompok sel yang terpisah di
dalam rongga blastokista yang sama. Kedua mudigah mempunyai satu
plasenta dan rongga korion, tetapi rongga amnion terpisah. Pada beberapa
kasus pemisahan ini terjadi pada tingkat cakram mudigah berlapis dua
tepat sebelum terbentuknya alur primitive. Cara pemisahan ini
mengakibatkan pembentukan dua mudigah dengan satu plasenta, rongga
korion, serta kantong amnion yang dipakai secara bersama-sama.
Sekalipun kembar ini mempunyai satu plasenta, pembagian darah kepada
tiap-tiap janin biasanya seimbang (Sadler, 1997).
3. Prioritas Masalah Kesehatan di Desa Kedungbanteng