71
BAB III
STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF
Tindak tutur permohonan maaf merupakan tindak tutur yang sering dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari. Hampir setiap orang telah melakukan kesalahan dalam
kehidupannya, baik yang disadari ataupun tidak. Seperti halnya lupa melakukan
sesuatu yang dianggap penting orang lain atau melakukan suatu hal yang tidak
disenangi orang lain. Kesalahan-kesalahan tersebut dapat dibayar dengan tuturan
permohonan maaf. Tindak tutur permohonan maaf merupakan tindak tutur yang
ditujukan untuk memperbaiki suatu tindak pelanggaran dan mengembalikan
keharmonisan hubungan sosial antara penutur dan mitra tutur. Untuk mencapai tujuan
tersebut, penutur perlu memilih strategi yang sesuai. Pemilihan strategi ini akan
berbeda dari setiap individu, karena gaya bahasa dan kondisi penuturnyapun juga
berbeda.
Bab ini membahas tentang realisasi strategi tindak tutur permohonan maaf
sebagaimana yang telah dipaparkan dalam landasan teori. Tindak tutur permohonan
maaf digunakan ketika ada beberapa perilaku yang dianggap melanggar. Ketika suatu
tindakan atau ucapan telah menganggap diri mereka merasa telah menyinggung orang
lain dan menjadi orang bersalah, maka ia perlu memohon maaf. Tindak tutur
permohonan maaf dapat dipicu oleh situasi tertentu. Seseorang perlu untuk memohon
maaf ketika menyakiti orang lain secara tidak sengaja. Namun, derajat keparahan
dalam situasi berbeda berbeda sesuai dengan jenis kesalahan. Kesalahan tersebut
72
mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang
berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20).
Olshtain dan Cohen (1983: 22-23) menyebutkan lima strategi yang berpotensi
muncul dalam tuturan permohonan maaf, yaitu ekspresi permohonan maaf,
penjelasan keadaan, pertanggungjawaban, tawaran perbaikan, dan janji untuk tidak
mengulangi. Cohen dkk (1986: 52) menyebutkan bahwa kelima strategi tersebut
dapat berdiri sendiri atau bergabung dengan strategi lain, tergantung pada situasi dan
budaya tertentu. Penelitian ini menemukan adanya strategi yang berdiri sendiri dan
yang bergabung dengan strategi lainnya. Strategi tersebut akan dijelaskan sebagai
berikut:
A. PERSEBARAN STRATEGI PERMOHONAN MAAF
1. Strategi Tuturan Permohonan Maaf dengan Menggunakan Ekspresi
Permohonan Maaf
Pengungkapan ekspresi permohonan maaf oleh setiap individu berbeda
beda, tergantung pada perbendaharaan kata yang dimiliki oleh tiap individu.
Strategi permohonan maaf ini ditemukan dalam data yang telah terjaring. Ada
Sembilan macam kata permohonan maaf yang digunakan dalam strategi ini, yaitu
‘afwan, al-‘afwu, asta’fi>, ‘adzran, ma’dzirah, a’tadzir, i’tadzir, a>sif, dan sa>michni>
seperti pada diagram 1 di bawah ini.
Diagram 1
Di
maaf oleh
dalam me
gaya baha
Di
jumlah res
mengguna
yang tidak
Sehingga
digunakan
Be
muncul be
1
1. Persentas
iagram 1 di
h setiap ind
emilih kata
asa masing-m
iagram di a
sponden dan
akan dua ma
k menggun
dari 48 data
n.
erdasarkan
erjumlah 12
2%
7%
Persenta
se Pemilihan
i atas menu
dividu yang
a untuk me
masing untu
atas terbentu
n delapan s
acam ekpre
nakan ekspr
a tuturan res
diagram di
2 tuturan ata
9%
20%
ase PemilihaBerek
n Ekspresi P
unjukkan ba
g berbeda b
emohon ma
uk mengung
uk dari 46
situasi. Pada
si permoho
resi permoh
sponden, di
i atas, terli
au sebanyak
11%
an Strategi dkspresi Perm
Permohonan
ahwa pengu
beda, terlih
aaf, terlihat
gkapkan per
data tuturan
a data terseb
nan maaf d
honan maaf
idapati 46 e
ihat bahwa
k 26% adala
26%
4%
dengan Menmohonan Ma
n Maaf
ungkapan ek
hat dari gam
jelas setiap
rmohonan m
n permohon
but, terdapa
dalam satu tu
f dan ada d
kspresi perm
ekspresi y
ah ‘afwan. S
9%
2%%
nggunakan Kaaf
kspresi perm
mbar di ata
p individu
maaf.
nan maaf d
at tujuh tutu
uturan, tuju
dua data ya
mohonan m
yang yang
Selanjutnya
Kata
ʿAfwa
al-ʿAf
Asta'f
ʿAdzra
Ma'dz
A'tadz
I'tadzi
A>sif
Sa>mic
73
mohonan
as bahwa
memiliki
dari enam
uran yang
uh tuturan
ang eror.
maaf yang
dominan
al-‘afwu
an
fwu
fi>
ran
zirah
zir
ir
chni>
berjumlah
2%, ‘adzr
atau seba
berjumlah
dan sa>mic
2. Strate
Keada
Pe
yang telah
tutur aga
hukuman
penelitian
berikut.
Diagram 2
h 4 tuturan
ran berjuml
anyak 11%
h 1 tuturan a
chni> yang m
egi Tutura
aan
enjelasan ke
h diperbuat
r memaafk
yang diterim
ini ditemu
2. Strategi p
atau sebany
ah 2 tutura
%, a’tadzir
atau sebany
muncul berju
an Permoh
eadaan adal
, penjelasan
kan kesalah
ma penutur
ukan hamp
penjasalan k
14%
19%
0%
yak 9%, a
an atau seba
berjumlah
yak 2%, a>si
umlah 9 tutu
honan Maa
lah cara pem
n keadaan i
han penutu
r atas kesala
pir disetiap
keadaan
9%
19%
10%
asta’fi> berju
anyak 4%,
4 tuturan
if berjumlah
uran atau se
af denga
mbelaan di
ini bertujua
ur dan unt
ahannya. St
situasi, se
10%
19%
umlah 1 tut
ma’dzirah b
n atau seba
h 8 tuturan
ebanyak 20%
n Menggu
iri oleh pen
an untuk m
tuk mering
trategi penje
eperti halny
turan atau s
berjumlah 5
anyak 9%,
atau sebany
%.
unakan Pe
nutur atas k
engambil h
gankan beb
elasan kead
ya pada di
74
sebanyak
5 tuturan
i’tadzir
yak 17%,
enjelasan
kesalahan
hati mitra
ban atau
daan pada
iagram 2
situasi 1
situasi 2
situasi 3
situasi 4
situasi 5
situasi 6
situasi 7
situasi 8
75
Pada diagram di atas, terlihat bahwa strategi penjelasan situasi paling sering
digunakan pada situasi ketiga, keempat dan keenam, yaitu masing-masing berjumlah
4 tuturan atau sebanyak 19%. Pada situasi ketiga penutur tidak mengetahui jika ia
harus menggunakan karcis ketika memasuki tempat parkir akan tetapi ia tidak
membawa karcis karena ketidaktahuannya, maka ia telah melakukan kesalahan yang
tidak ia sengaja. Situasi keempat merupakan kejadian antara dua orang yang tidak
mengenal. Penutur tidak sengaja melakukan kesalahan, karena diawal pertemuan
penutur mengira bahwa mitra tutur adalah teman dekatnya. Sedangkan pada situasi
keenam adalah ketika penutur terlambat memasuki kelas karena kecelakaan.
Kecelakaan tersebut terjadi secara tiba-tiba dan tidak diharapkan oleh penutur. Oleh
karena itu, keterlambatan penutur untuk memasuki kelas bukanlah sebuah kesengaja.
Dominasi penggunaan strategi penjelasan keadaan pada ketiga situasi di atas
dikarenakan pada ketiga situasi tersebut terjadi kesalahan yang tidak disengaja dan
dapat digunakan untuk mendukung alasan permohonan maaf. Ketiga situasi tersebut
menunjukkan bahwa kesalahan yang dilakukan oleh penutur bukan karena
kemauannya. Penjelasan keadaan muncul dikarenakan suatu kesalahan yang
dilakukan penutur saat situasi yang terjadi dapat menyelamatkan muka penutur.
76
Selanjutnya, situasi kelima dengan jumlah 14% kemudian situasi pertama, kedua dan
kedelapan yang masing-masing berjumlah 9%.
Pada penelitian ini juga didapati situasi yang tidak memakai strategi
penjelasan situasi, situasi tersebut adalah situasi ketujuh. Penjelasan keadaan tidak
digunakan pada situasi ini dikarenakan pada situsi ini kesalahan terjadi karena
kelalaian penutur, sehingga penutur menganggap tidak perlu menjelaskan keadaan
yang terjadi.
3. Strategi tuturan permohonan maaf dengan menggunakan Tuturan
pertanggungjawaban
Tuturan ini juga sering muncul dalam tindak tutur permohonan maaf, karena
penutur merasa bersalah atas perbuatan yang telah ia lakukan. Tuturan
pertanggungjawaban ini adalah sebagai sarana untuk memperbaiki kesalahan yang
telah dilakukan oleh penutur. Tuturan tanggungjawab ini dapat berupa perilaku yang
hendak penutur lakukan agar kondisi antara penutur dan mitra tutur dapat kembali
normal. Penggunaan strategi pertanggungjawaban dalam setiap situasi berbeda-beda,
seperti yang terlihat pada grafik 1 berikut.
Grafik 1. P
Be
menyeluru
diantara s
dikarenak
temannya.
penutur m
dengan m
situasi ket
enam mas
serta keem
Sit
pertanggu
strategi p
Ju
Jumlah Tuturan
Penggunaan
erdasarkan g
uh berdasar
situasi yang
an penutur
. Perjanjian
melupakann
menggungka
tiga dan ket
sing-masing
mpat 3,1%.
tuasi keem
ungjawaban.
ertanggungj
umlah Tutura
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
n strategi pe
grafik 1, ter
rkan situasi
g lain, yaitu
r telah mel
n tersebut t
nya, untuk
apkan sifat
tujuh yang m
g berjumlah
mpat merup
. Pada situ
gjawaban. H
situasi 1
s
n 9
ertanggungj
rlihat pengg
. Situasi pe
u berjumlah
upakan jan
elah disepa
menyelama
diri sebaga
masing-mas
h 12,5%, ke
pakan situa
uasi ini dite
Hal ini dik
situasi 2
situa3
2 5
awaban.
gunaan strat
ertama meru
h 9 tuturan
nji yang tel
akati oleh k
atkan muka
ai bentuk pe
sing berjum
edua dan k
asi yang j
emukan sat
karenakan p
si situasi 4
1
egi pertang
upakan situ
atau seban
lah ia sepa
kedua belah
a penutur,
ertanggungj
mlah 15,6 %
edelapan m
jarang men
tu tuturan
pada situas
situasi 5
situ6
4 4
gungjawaba
uasi paling
nyak 28,1%
akati denga
h pihak, ak
ia memoh
jawaban. K
%, situasi ke
masing-masin
nggunakan
yang meng
si ini penut
asi situasi 7
4 5
77
an secara
dominan
%. Hal ini
an teman
kan tetapi
hon maaf
Kemudian
elima dan
ng 6,3%,
strategi
ggunakan
tur tidak
situasi 8
2
sengaja
tanggungj
untuk mel
dalam men
4. Strate
perba
Ta
telah ia p
rugi, atau
materi. St
penutur a
dalam tiap
penggunaa
Diagram 3
situasi 37%
situasi 40%
melakukan
awab. Selai
lakukan tan
nyapa seseo
egi Tutura
aikan
awaran perb
erbuat. Stra
pernyataan
trategi ini
atas kesalah
p situasi, h
an strategi t
3. Pengguna
situasi 229%
4 situa29%
n kesalaha
in itu, situas
nggungjawa
orang.
an Permoh
baikan adala
ategi ini da
n usaha perg
bertujuan u
hannya. Pen
hal tersebut
tawaran per
aan strategi
situ7
asi 5%
O
an, sehing
si keempat
ab, karena j
honan Ma
ah usaha pe
apat berbent
gantian yang
untuk mey
nggunaan s
dipengaruh
rbaikan pada
tawaran pe
uasi 17%
Other29%
gga penutu
pada peneli
jenis kesala
aaf deng
enutur untuk
tuk pemeca
g gagal dan
yakinkan m
strategi taw
hi oleh kon
a tiap situas
erbaikan.
ur tidak
itian ini tida
ahan tersebu
gan Mengg
k memperba
ahan masala
dapat berup
mitra tutur a
waran perb
nteks tutura
si.
situasi 67%
situ2
harus m
ak menuntu
ut adalah k
gunakan T
aiki kerusak
ah, penawar
pa tindakan
agar ia me
aikan berb
an. Berikut
6
uasi 71%
situa0
78
elakukan
ut penutur
kesalahan
Tawaran
kan yang
ran ganti
n ataupun
emaafkan
eda-beda
diagram
asi 8%
79
Pada diagram di atas terlihat bahwa strategi ini dominan digunakan pada
situasi kedua dan kelima dengan jumlah masing-masing empat tuturan, atau sebanyak
29%. Selanjutnya secara berturut-turut adalah situasi ke tujuh dengan jumlah tiga
tuturan atau sebanyak 21%, situasi pertama, ketiga dan keenam yang masing-masing
berjumlah satu tuturan atau sebanyak 7%, kemudian yang terakhir adalah pada situasi
keempat dan kedelapan, tidak ditemukan penggunaan strategi tawaran perbaikan pada
kedua situasi ini.
Penggunaan strategi tawaran perbaikan pada kedua situasi dominan yang telah
disebutkan dikarenakan potensi kemunculan strategi tawaran perbaikan pada kedua
situasi tersebut besar. Situasi kedua adalah pada saat seorang sekretaris mengerjakan
tugas dari direktur. Akan tetapi, tugas tersebut belum sesuai, untuk menyelamatkan
muka dari mitra tutur, maka strategi ini cocok digunakan untuk memohon maaf.
Begitu juga dengan situasi kelima, situasi ini terjadi disaat seorang dosen sebagai
penutur telah memiliki janji dengan mahasiswa,akan tetapi pada waktu yang
bersamaan penutur mendapatkan kabar bahwa ada acara mendadak yang
membutuhkan kehadirannya, untuk menyelamatkan muka penutur dan memperbaiki
keadaan, maka strategi ini juga dapat digunakan untuk memohon maaf.
Berbeda dengan kedua situasi sebelumnya, pada situasi keempat dan
kedelapan strategi ini tidak digunakan. Hal ini dikarenakan pada situasi keempat,
hanya terjadi kesalahpahaman antara penutur dan mitra tutur yang baru saja bertemu,
sehingga kemunculan strategi tawaran perbaikan tidak terlalu berpengaruh kepada
kedua belah pihak. Begitu juga pada situasi kedelapan, penutur menganggap tidak
80
ada tawaran yang diberikan, karena ia menganggap ia telah memiliki kekasih yang
sesuai harapannya dan mitra tutur dapat mencari pengganti lain sesuai harapannya
pula.
5. Strategi Tuturan Permohonan Maaf dengan Menggunakan Pernyataan Janji
Sama halnya dengan yang lain, strategi ini adalah untuk mengambil hati mitra
tutur untuk memaafkan kesalahan penutur, strategi ini biasanya muncul ketika
kesalahan yang dilakukan adalah kesalahan yang besar dan butuh sesuatu hal untuk
meyakinkan mitra tutur untuk memaafkan kesalahan penutur.
Pada penelitian ini, ditemukan dua tuturan pernyataan janji, yaitu pada situasi
pertama dan ketiga. Kedua tuturan menggunakan strategi pernyataan janji yang
bergabung dengan strategi lainnya.
B. STRATEGI TUNGGAL PERMOHONAN MAAF
Strategi tunggal permohonan maaf merupakan permohonan maaf yang
menggunakan satu strategi dalam sebuah tuturan, sebagaimana yang telah disebutkan,
terdapat lima strategi dalam permohonan maaf. Akan tetapi, hanya ditemukan tiga
strategi tunggal. Berikut penjelasannya:
1. Strategi Tuturan Permohonan Maaf dengan Menggunakan Ekspresi
Permohonan Maaf.
Cohen, Olshtain, dan Rosentain (1986: 51-52) menyebutkan bahwa strategi
ekspresi permohonan maaf terjadi ketika seorang penutur menggunakan ekspresi atau
kalimat yang relevan dengan verba performatif.
81
Penggunaan strategi ekspresi permohonan maaf ini hampir dijumpai dalam
setiap data, karena strategi ini telah mewakili sebagian besar keinginan penutur untuk
meminta maaf kepada mitra tutur. Jumlah data dalam penelitian ini sebanyak 46 data,
dari 46 data tersebut hampir seluruhnya menggunakan strategi ini, yaitu sebanyak 84,
8% atau berjumlah 39 data. Penggunaan strategi tunggal dengan menggunakan
ekspresi permohonan maaf hanya ditemukan sebanyak 3 data dari 39 data tersebut,
data sisanya sebanyak 36 data menggunakan strategi kombinasi permohonan maaf.
Berikut contoh penggunaan strategi tunggal ekspresi permohonan maaf.
Tuturan 39:
(P: M: 6)ا إين آسف جدّ )39(
/Inni> a>sif jiddan/. ‘Saya mohon maaf dengan sangat’. Pada tuturan tersebut, penutur menggunakan strategi tunggal, yaitu ekspresi
permohonan maaf dengan menggunakan ekspresi “inni> a>sif” dengan intensitas
permohonan maaf yaitu “jiddan” yang digunakan untuk bentuk penyangatan.
2. Strategi Tuturan Permohonan Maaf dengan Menggunakan Penjelasan
Keadaan
Penggunaan strategi penjelasan keadaan yang telah dijelaskan di atas, hanya
didapati satu data yang menggunakan strategi tunggal penjelasan keadaan, 20 data
sisanya menggunakan strategi kombinasi penjelasan keadaan. Berikut data tuturan
tersebut:
82
Tuturan 40:
)P: M: 8 (ليس يف قليب احلّبان :إن تستمع إستمع جّيدا: أول واجبات احلب(40) Pokok Tambahan
/Awwalu wa>jiba>ti al-chubbu: in tastami’ istami’ jayyidan: laisa fi>qalbi> al-chubba>na/. ‘Kewajiban pertama dalam cinta: apabila kamu ingin mendengarkan maka dengarkanlah: tidak ada didalam diriku cinta yang menggebu’. Konteks tuturan terjadi saat penutur menjadi seorang idola dan banyak orang
yang menginginkannya untuk menjadi seorang kekasih, sedangkan ia sudah
mempunyai seorang kekasih pilihan, pada saat tersebut, penutur merasa bersalah dan
menuturkan permohonan maaf. Berikut contoh tuturan tersebut.
Tuturan 40 tersebut terdiri dari dua macam kalimat, kalimat pokok pada
tuturan tersebut terdapat pada bagian akhir, yaitu “laisa fi>qalbi> al-chubba>na”. Kalimat
ini merupakan kalimat inti dari strategi penjelasan keadaan. Pada tuturan di atas,
penutur menjelaskan keadaan dengan kalimat “laisa fi>qalbi> al-chubba>na”. Penutur
menjelaskan bahwa didalam hatinya tidak ada banyak cinta. Anggapan dari tuturan di
atas adalah penutur telah memiliki kekasih dan ia tidak mengisi hatinya kecuali
dengan satu cinta.
Kalimat kedua adalah kalimat tambahan yang terletak pada bagian awal, yaitu
“awwalu wa>jiba>ti al-chubbu: in tastami’ istami’ jayyidan”. Kalimat ini merupakan
kalimat pembuka yang berfungsi sebagai tambahan dari kalimat pokok.
83
3. Strategi Tuturan Permohonan Maaf dengan Menggunakan Tawaran
perbaikan
Pada penjelasan sebelumnya telah diberikan pemaparan tentang keseluruhan
data yang menggunakan strategi tawaran perbaikan. Dapat dilihat, jumlah data yang
terjaring menggunakan strategi tawaran perbaikan sejumlah 14 data. akan tetapi dari
seluruh data yang terjaring, hanya terdapat satu data yang menggunakan strategi
tunggal tawaran perbaikan, 13 data sisanya menggunakan strategi tawaran perbaikan
yang bergabung dengan strategi yang lain. Berikut tuturan yang mengandung strategi
tunggal tawaran perbaikan.
Tuturan 41:
أرجع P: M: 5( (41)(مث تأيت غداPokok tambahan
/Arji’ tsumma ta'ti> ghaddan/. ‘Saya pulang kemudian datanglah besok’. Konteks tuturan situasi tersebut terjadi pada saat seorang dosen yang berposisi
sebagai penutur, ia mempunyai janji kepada mahasiswa untuk konsultasi pukul
13.00, tetapi karena ada acara mendadak dan tidak bisa ditinggalkan ia tidak bisa
memenuhi janji tersebut. Sedangkan saat itu jam telah menunjukkan jam 12.50.
Pada tuturan tersebut terdapat dua unsur,yaitu pokok dan tambahan. Usur
pertama adalah unsur tambahan sebagai penjelasan bahwa penutur akan pulang
karena ada acara yang mendadak. Unsur kedua adalah unsur pokok yang menjelaskan
perbaikan yang ditawarkan oleh penutur.
84
Penutur memberikan pilihan kepada mitra tutur untuk datang kembali pada
esok hari. Unsur pokok pada tuturan tersebut bukanlah kalimat perintah, melainkan
sebuah tawaran, yaitu apabila mitra tutur luang, maka silahkan datang menemui
penutur sebagai ganti kesalahan yang telah diperbuat.
C. KOMBINASI STRATEGI PERMOHONAN MAAF
Permohonan maaf juga dapat dilakukan dengan menggunakan kombinasi
strategi. Sebagaimana yang telah dipaparkan oleh Cohen dkk (1986: 52) bahwa dalam
memohon maaf, dapat menggunakan kombinasi antar strategi, tergantung pada situasi
dan budaya tertentu. Penelitian ini menemukan kombinasi strategi dengan jumlah
strategi yang bermacam-macam, berikut penjelasannya:
1. Kombinasi dua strategi
Kombinasi dua strategi yang ditemukan pada penelitian ini sebanyak lima
macam kombinasi, yaitu:
a. Strategi ekspresi permohonan maaf dan penjelasan keadaan
Penggunaan kombinasi ekspresi permohonan maaf dan penjelasan
keadaan dalam penelitian ini ditemukan dalam empat tuturan. Berikut contoh
tuturan tersebut:
Tuturan 42:
عفواM: Sa: 4( (42)( ظننتك رجل الذي أعرفهPK EPM
/‘Afwan./ /zhanantuka rajulu al-ladzi> a’rifuhu/. EPM PK
85
‘Maaf’ ‘saya kira kamu adalah orang yang saya kenal’. EPM PK
Konteks situasi ini adalah saat penutur sedang menghadiri sebuah acara
reuni SMA, ketika acara dimulai, ia seakan melihat teman dekatnya. Kemudian ia
mendekati dan menyapa orang tersebut. Ketika orang tersebut berbalik arah,
ternyata orang tersebut bukanlah teman yang penutur.
Pada tuturan (42) di atas, penutur menggunakan ‘afwan sebagai strategi
permohonan maaf secara eksplisit. Selain itu, pada tuturan di atas, penutur juga
menggunakan strategi penjelasan keadaan. Penutur menggunakan fi’il ظننتك
/zhanantuka/, yang mengandung dhamir muttahil “ana”> sebagai fa’il dan anta
sebagai maf’ul bihi. Fi’il tersebut menjelaskan pemikiran penutur tentang mitra
tutur. Ia menduga mitra tuturan adalah temannya, dan ternyata dugaannya salah.
Dhamir muttashil “tu” pada fi’il tersebut merupakan kata ganti orang pertama
tunggal yang berarti fi’il tersebut dituturkan oleh penutur. Selain dhamir, dhamir
muttashil “ka” merupakan kata ganti orang kedua, yaitu mitra tutur.
b. Strategi ekspresi permohonan maaf dan pertanggungjawaban
Penggunaan strategi ekspresi permohonan maaf dan
pertanggungjawaban pada penelitian ini ditemukan dalam empat tuturan,
berikut contoh tuturan tersebut:
86
Tuturan 43:
أستعفي منكمU: Sa:1( (43)( نسيت الوعد
TJ (PSD) EPM
/Asta’fi> minkum/, /nasi>tul-wa’da/. EPM TJ (PSD)
‘Saya mohon maaf kepada kalian’, ‘ saya lupa akan janji itu’. EPM TJ (PSD)
Konteks tuturan pada situasi ini adalah saat penutur lupa akan janji untuk
berkumpul dengan teman-temannya dan mengerjakan tugas bersama. Ia
mengingat janji tersebut setelah satu jam dari waktu perjanjian berlalu.
Tuturan di atas menggunakan permohonan maaf secara eksplisit dengan
menggunakan ungkapan “asta’fi> minkum”. Selain itu, tuturan tersebut juga
menggunakan strategi yang lainnya, yaitu strategi pertanggungjawaban dengan
menggunakan substrategi pengungkapan sifat diri.
Substrategi pertanggungjawaban ini dapat dilakukan dengan
memunculkan kata yang mengandung sifat diri. Tuturan di atas, mengandung
ungkapan sifat diri, ungkapan tersebut disebutkan dengan menggunakan kata
/tu/ ت nasiya/ dan dhamir/ نسي nasi>tu/yang merupakan gabungan dari fi’il/نسيت
yang merupakan dhamir muttasil taqdiruhu ana>, dhamir ini berasal dari kata ganti
orang pertama أنا/ ana> / yang berubah bentuk karena bergabung dengan fi’il.
Fi’il نسيت/nasi>tu/ merupakan fi’il muta’adi, yaitu fi’il yang membutuhkan
objek. Pada tuturan di atas, penutur menggunakan ism ma’rifah الوعد /al-wa’da/
87
sebagai objek. Ism tersebut berupa ma’rifah karena janji yang dibicarakan sudah
dipahami oleh penutur dan mitra tutur.
Tuturan 44:
آسف P: M: 7( (44)( لست معتمد TJ (EKM) EPM
/A>sif/. /Lastu mu’tamidan/ EPM TJ (EKM) ‘Maaf’, ‘saya tidak sengaja’. EPM TJ (EKM)
Konteks tuturan tersebut terjadi pada saat penutur sebagai sekretaris.
Ketika ia hendak meminta tanda tangan kepada Pembina, ternyata nama yang ia
tulis salah, sehingga ia harus memohon maaf dan mengganti surat yang hendak
ditanda tangani.
Tuturan di atas menggunakan dua kombinasi strategi, yaitu strategi
permohonan maaf secara eksplisit dengan menggunakan ekspresi permohonan
maaf, “a>sif” dan strategi pertanggungjawaban dengan menggunakan substrategi
ekspresi ketiadaan maksud.
Subtrategi ini merupakan strategi pertanggungjawaban penutur atas
ketidaksengajaan atau ketiadaan maksud penutur atas kesalahan yang terjadi.
Kesalahan tersebut terjadi bukan atas kemauan penutur. Ekspresi ketiadaan
maksud pada tuturan di atas terlihat pada kalimat “lastu mu’tamidan”. Kalimat
lastu berasal dari dua morfem, yaitu laisa dan dhami>r “tu”. Dhami>r “tu” pada
kalimat tersebut merupakan ism laisa, sedangkan khabaru laisa terdapat pada kata
“mu’tamidan”.
88
c. Strategi ekspresi permohonan maaf dan tawaran perbaikan.
Penggunaan kombinasi dua strategi ini ditemukan dalam empat
tuturan. Berikut contoh tuturan tersebut:
Tuturan 45:
ساحمين M: Sa: 2 ( (45)( أن أحسن هذا االمر TP EPM
/Sa>michni>/ /an achsina ha>dza>l-amra/. EPM TP ‘Maafkan saya’ ‘saya akan perbaiki perkara ini’. EPM TP
Konteks tuturan tersebut adalah ketika penutur berprofesi sebagai kepala
departemen di suatu organisasi. Seorang direktur organisasi tersebut memintanya
untuk mengerjakan tugas yang ia berikan selama satu minggu, setelah satu
minggu berakhir, tugas yang ia kerjakan ternyata tidak sesuai harapan direktur
tersebut.
Tuturan di atas menggunakan strategi ekspresi permohonan maaf
“sa>michni”> yang berkombinasi dengan strategi tawaran perbaikan. “An achsina
ha>dza>l-amra” merupakan tuturan tawaran perbaikan dari penutur, ia akan
memperbaiki kesalahan yang telah ia perbuat. Anggapan tersebut ditunjukkan dari
penggunaan charf shillah “an” yang berfungsi untuk menegaskan bahwa penutur
akan melakukan sesuatu, yaitu untuk memperbaiki kesalahan yang ia perbuat.
d. Strategi ekspresi permohonan maaf dan perhatian kepada mitra tutur.
Kombinasi kedua strategi ini ditemukan pada satu tuturan, berikut
tuturan tersebut.
89
Tuturan 46:
...عفوا (46) ...فيمن تنتظرين لتكون زوجة يل )R: S: 8( و اخلري خرية اهللا
PM
EPM
/‘Afwan…/ /fi>man tantazhiruni> litaku>na zaujatan li>/ EPM /wal-khairu khairatulLah/ PM ‘Maaf’, ‘ada yang menungguku untuk menjadi kekasihku’, EPM ‘dan kebaikan itu adalah kebaikan dari Allah’. PM
Konteks tuturan tersebut adalah saat penutur menjadi seorang idola
dan banyak orang yang menginginkannya untuk menjadi seorang kekasih,
sedangkan ia sudah mempunyai seorang kekasih pilihan, pada saat tersebut,
penutur merasa bersalah dan menuturkan permohonan maaf.
Ekspresi permohonan maaf yang digunakan pada tuturan tersebut
adalah “‘afwan”. Ekspresi tersebut telah mewakili permohonan maaf penutur.
Tidak hanya menggunakan strategi permohonan maaf, penutur juga
menggunakan intensitas strategi permohonan maaf, yaitu dengan
menggunakan perhatian pada mitra tutur.
Perhatian untuk mitra tutur pada tuturan di atas menggunakan
perhatian yang berupa do’a, yaitu doa yang diucapkan oleh penutur untuk
menyenangkan hati mitra tutur. “Wal-khairu khairatulLah” adalah do’a yang
dituturkan penutur, agar Allah memberikan kebaikan kepada mitra tutur.
90
e. Strategi penjelasan keadaan dan tawaran perbaikan.
Kombinasi strategi penjelasan keadaan dan tawaran perbaikan pada
penelitian ini ditemukan sebanyak tiga tuturan. Berikut contoh tuturan
tersebut:
Tuturan 47:
لتقينبكرة U: Sa: 5( (47)( هذه الوقت عندي حاجة
PK TP
/Bakrata naltaqi>/, /Hadzihi’l-waqta ‘indi> cha>jatun/. TP PK
‘Segera kita bertemu’, ‘saat ini saya punya kepentingan’. TP PK
Konteks tuturan di atas terjadi ketika penutur berprofesi sebagai
seorang dosen, ia mempunyai janji kepada mahasiswa untuk konsultasi pukul
13.00, tetapi karena ada acara mendadak dan tidak bisa ditinggalkan ia tidak
bisa memenuhi janji tersebut. Sedangkan saat itu jam telah menunjukkan jam
12.50.
Tuturan di atas menggunakan strategi penjelasan keadaan. Penutur
menjelaskan bahwa pada waktu yang sama, ia memiliki acara yang mendadak.
Keadaan tersebut terlihat pada tuturan “hadzihi’l-waqta ‘indi> cha>jati”. Penutur
tidak menjelaskan kepentingan yang akan ia lakukan, karena kepentingan
tersebut tidak berhubungan dengan mitra tutur.
Selain strategi penjelasan situasi, penutur juga memberikan tawaran
untuk mengganti waktu pertemuan yang telah gagal. Penutur menawarkan
perbaikan secara jelas, akan tetapi waktu yang ditawarkan tidak ditentukan.
91
Pada tuturan di atas, tawaran perbaikan yang dituturkan penutur adalah “bakrata
naltaqi>”. Sebuah tuturan yang tidak mengandung batasan waktu, sehingga
disaat mitra tutur mempunyai waktu luang, maka penutur berharap pada saat itu
sesegera mungkin mitra tutur dapat bertemu dengan penutur dan memperbaiki
keadaan.
2. Kombinasi tiga strategi
Penggunaan kombinasi tiga strategi pada penelitian ini ditemukan
sebanyak tiga macam kombinasi, berikut penjelasannya:
a. Kombinasi ekspresi permohonan maaf, penjelasan keadaan dan
pertanggungjawaban.
Kombinasi strategi ekspresi permohonan maaf, penjelasan keadaan dan
pertanggungjawaban ditemukan sebanyak dua tuturan, berikut contoh tuturan
tersebut:
Tuturan 48:
و مل أعرف ... أنا طالب جديد : "و أقول هلا ببيان .. أنا أسلم عليه و أعرف نفسي(48)
…أحوال اجلامعة
PK
..أعرتف على عدم معرفيتو ... مث أقدم ملفايت و رسالة القبول
TJ (MDS)
92
) R: S: 3( أطلب عفوا منهو
EPM
/Ana> aslamu alaihi wa a’rifu nafsi>.. wa aqu>lu laha> bibaya>ni “ ana> thalibun jadi>dun, wa lam a’rif achwa>la’l-ja>mi’ata”/
PK /tsumma uqaddimu malfa>ti> wa risa>latal-qabu>l../ /wa a’tarifu a’la> adami ma’rifati>/.
TJ (MDS) /Wa athlubu ‘afwan minhu/. EPM
‘Saya memberikan salam dan memperkenalkan diri padanya.. dan saya berkata kepadanya dengan penjelasan “saya seorang murid baru dan saya tidak mengetahui hal-hal tentang kampus”’
PK
‘kemudian saya berikan kepadanya suratku’. ‘saya mengakui atas ketidaktahuanku...’
TJ (MDS)
‘saya minta maaf atas itu’. EPM
Konteks tuturan pada situasi ini adalah saat penutur berprofesi sebagai
seorang mahasiswa baru yang belum mengetahui peraturan kampus. Suatu hari,
penutur hendak memarkirkan motor di fakutlas, saat itu pula penutur tidak tahu
jikalau harus menggunakan karcis. Saat penutur keluar dari fakultas, petugas
parkir meminta karcis dari penutur, oleh karena itu penutur menuturkan
permohonan maafnya kepada petugas.
Tuturan di atas mengandung tiga kombinasi strategi, yaitu strategi ekspresi
permohonan maaf dengan menggunakan kalimat “athlubu ‘afwan minhu”,
kalimat tersebut berupa jumlah fi’liyah yang terdiri dari fi’il mudha>ri’ marfu’
93
dengan kata ganti orang pertama dan maf’ul muthlaq yaitu “‘afwan”. Strategi
penjelasan keadaan pada tuturan di atas terlihat pada tuturan “ana> thalibun
jadi>dun, wa lam a’rif achwa>la’l-ja>mi’ata”. Penutur menjelaskan bahwa ia
mahasiswa baru yang belum mengetahui aturan kampus, sehingga pada saat
memasuki parkiran, ia tidak tahu bahwa didalam parkiran tersebut terdapat aturan
yang harus ditaati.
Strategi terakhir dalam kombinasi strategi ini adalah strategi
pertanggungjawaban. Pada tuturan di atas, penutur menggunakan substrategi
penyalahan diri sendiri sebagai bentuk pertanggungjawabnnya. Ia menyalahkan
diri dengan mengakui bahwa dirinya telah bersalah, dengan demikian, ia akan
menanggung hukuman yang akan diberikan kepadanya.
b. Kombinasi ekspresi permohonan maaf, penjelasan keadaan dan tawaran
perbaikan.
Kombinasi ketiga strategi ini ditemukan sebanyak satu tuturan. Berikut
tuturan tersebut:
Tuturan 49:
من مدير اللجنة هلذا الربناميج و قد طلب مين أن ةأنا كاتب جديد و معي رسالة رمسيّ (49)
بأن امسك املكتوب ال يناسب الرمسية من معايل املدير االكرب وال أدري أضع التوقيع مع اخلتم
,باسم املدير اجلديد
PK
94
انتنظرين حلظة سأغري اخلطأ من الكلمة يف هذه الرسالة مث آتك بنسخة آخر أطلب منك
....التوقيع
TP
)M: Sa: 7(عفوا EPM
/Ana> ka>tibun jadi>dun wa ma’i> risa>latun rasmiyyatun min mudi>ril-lajnati li hadza>l-barna>mija, wa qad thalaba minni> an adhi>’at-tauki>’a ma’al-khatmir-rasmiyata min ma’a>li>m-mudi>ral-akbara. Wala> adr>i bi anna ismukal-maktu>bla> yuna>sibu bismil-mudi>ral-jadi>da/.
PK /Intandirni> lakhdhatan, sa ughayyiru al-khatha'a minal-kalimati fi> hadzihir-risa>lata tsumma a>tika binaskhati a>khara athlubu minka a’t-tauqi>’a…/
TP /‘afwan/. EPM Saya adalah sekretaris baru, saya membawa surat resmi dari ketua panitia. Ia memintaku untuk memintakan tanda tangan kepada direktur. Saya tidak tahu jika nama yang tertulis dalam surat tersebut tidak sesuai dengan nama direktur yang baru.
PK Mohon tunggu sebentar, akan saya ganti kalimat yang salahdalam surat ini, kemudian saya akan datang kembali dengannaskah yang baru dan meminta tanda tangan kembali kepadaanda.
TP Maaf EPM
Konteks tuturan data di atas adalah saat penutur sebagai mahasiswa aktifis
di salah satu UKM kampus, ia menjabat sebagai sekretaris. Ketika ia hendak
meminta tanda tangan kepada pembina, ternyata nama yang ia tulis salah.
95
Tuturan di atas menggunakan ungkapan “‘afwan” untuk menyatakan
permohonan maaf dari penutur. Penutur mengkombinasikan strategi tersebut
dengan menggunakan penjelasan keadaan. Ia menjelaskan bahwa pada saat ia
meminta tanda tangan, ia adalah seorang sekretaris yang baru dan tidak
mengetahui bahwa nama yang ia tuliskan salah. Setelah penutur mengetahui
kesalahannya, ia juga memohon maaf dengan menawarkan perbaikan agar mitra
tutur dapat mempercayainya.
kalimat “intandirni> lakhdhatan, sa ughayyiru al-khatha'a minal-kalimati fi>
hadzihir-risa>lata tsumma a>taka binaskhati a>khara athlubu minkat-tauqi>’a” adalah
tawaran perbaikan yang dituturkan penutur. Ia berharap dengan memohon maaf,
menjelaskan keadaan yang terjadi dan menawarkan perbaikan mitra tutur akan
memaafkannya dan menerima tawaran yang ia berikan.
c. Kombinasi ekspresi permohonan maaf, penjelasan keadaan dan perhatian
kepada mitra tutur.
Kombinasi jenis ini ditemukan dalam tujuh tuturan. Berikut contoh tuturan
tersebut:
Tuturan 50:
ساحمنا (50) ,دييا سيّ PM EPM
جديد يف هذه اجلامعة و مل أعرف األنظمة اجلامعة و باألخص ما يتصل بشأن أنا طالب ) A: S:3( نظام املوقف للسيارات أو الدراجات
PK
96
/Sa>michna>/ /Ya> sayyidi> / EPM PM /ana> tha>libun jadi>dun fi> ha>dzihil-ja>mi’ata wa lam a’rif al-andhimatal-ja>mi’ata wa bi akhshi ma> yattashilu bi sya'ni nidha>mal-mauqifi lis-sayya>ra>ti au a’d-daraja>ti/.
PK
‘Maafkan kami’ ’uankuT‘ EPM PM
‘saya mahasiswa baru di kampus ini dan saya tidak mengetahui peraturan kampus, khususnya yang bersangkutan dengan peraturan parkiran untuk mobil atau sepeda’.
PK
Konteks tuturan pada situasi ini adalah saat penutur berprofesi sebagai
seorang mahasiswa baru yang belum mengetahui peraturan kampus. Suatu hari,
penutur hendak memarkirkan motor di fakutlas, saat itu pula penutur tidak tahu
jikalau harus menggunakan karcis. Saat penutur keluar dari fakultas, petugas
parkir meminta karcis dari dari penutur, oleh karena itu penutur menuturkan
permohonan maafnya kepada petugas.
Pada tuturan di atas, penutur menggunakan strategi ekspresi permohonan
maaf “sa>michna>” ekspresi tersebut merupakan fi’il amr dengan maf’ul yang
berupa dha>mir muttashil yaitu “na”>. Dha>mir tersebut merupakkan kata ganti
orang kedua jama’, akan tetapi bermakna tunggal. Pernutur menggunakan
permohonan maaf dengan bentuk jama’ dikarenakan kesungguhannya memohon
maaf.
“Ana> tha>libun jadi>dun fi> ha>dzihil-ja>mi’ata wa lam a’rif al-andhimatal-
ja>mi’ata wa bi akhshi ma> yattashilu bi sya'ni nidha>mal-mauqifa lis-sayya>ra>ti au
a’d-daraja>ti”. Merupakan penjelasan keadaan pada tuturan (50). Penutur
97
menjelaskan bahwa ia adalah mahasiswa baru di universitas tersebut, sehingga ia
tidak mengetahui peraturan kampus. Penutur bermaksud untuk memberitahukan
kepada mitra tutur bahwa kejadian tersebut adalah karena ketidaktahuannya,
bukan karena kesengajaan untuk melanggar peraturan. Penjelasan keadaan
tersebut juga dimunculkan dalam bentuk fi’il mudhari’ “a’rif” didahului oleh
charf nafi “lam”, yang berarti untuk tidak tahu. Alasan tersebut dapat dimaklumi,
karena penutur tidak mengetahui peraturan, sehingga kejadian tersebut terjadi
bukan atas kehendak penutur.
Selain kedua strategi tersebut, penutur juga menggunakan strategi
perhatian kepada mitra tutur, perhatian tersebut terlihat pada sapaan yang
digunakan oleh penutur. Penutur menggunakan charf “ya”> untuk menyapa mitra
tutur. Charf tersebut digunakan ketika memanggil seseorang yang berada pada
jarak dekat. Muna>da yang digunakan penutur adalah muna>da yang berbentuk
ism mufrad karena mitra tutur adalah orang tunggal yaitu “sayyidi”> . Ism tersebut
diidha >fahkan pada ya’ mutakallim. Ya’ mutakallim tersebut berasal dari dha>mir
ana>. Dha>mir tersebut berubah bentuk karena bergabung dengan ism, dhamir ini
dinamakan dhamir muttashil, dengan i’rab mabni ala> al-suku> fi> machalli ja>r
taqdiruhu ana>.
Tuturan 51:
آسف، أنا سعيدة جدا مبحادثتك، و لكين يا صديقيت العزيزة(51)
98
EPM PM
. .لقد ظننت أنك فاطمة، ألن مظهرك هذا اليوم تشبهها كثريا
PK
)F: M:4. (و شكرا لك ألنك قد تذكرتين إياها
PM
Ya> shadi>qati> al-azi>zati/. /ana> sai>datun jiddan bimucha>datsatiki/. PM
/Wa lakinni> a>sif/ EPM
/laqad zhanantu annaki fa>thimah. Li'anna mazhharuki hadzal-yauma tasyabahuha> katsiran/.
PK
/Wa syukran laki li'annaki qad tadzakkartini> iyyaha>/
PM
‘Wahai saudaraku yang mulia’. ‘Saya sangat bahagia dapat bercakap-cakap denganmu’.
PM ‘Akan tetapi saya mohon maaf’. EPM ‘Saya kira kamu adalah Fatimah. Karena penampilanmu hari ini sangat mirip dengannya’. PK
‘Terimakasih karena kamu telah mengingatkanku padanya’. PM
Konteks situasi ini adalah saat penutur sedang menghadiri sebuah acara
reuni SMA, ketika acara dimulai, ia seakan melihat teman dekatnya. Kemudian ia
mendekati dan menyapa orang tersebut. Ketika orang tersebut berbalik arah,
ternyata orang tersebut bukanlah teman yang penutur.
99
Pada tuturan (51) penutur menggunakan ungkapan a>sif untuk
mengungkapkan ekspresi permohonan maafnya. Penutur juga enggunakan charf
taukid “lam” dan “qad” pada awal penjelasan untuk menegaskan tuturannya
yaitu laqad yang bersambung dengan fi’il “zhanantu”, yang mengandung
dhamir muttahil ana> sebagai fa’il. Fi’il tersebut menjelaskan pemikiran penutur
tentang mitra tutur. Ia menduga mitra tuturan adalah temannya, dan ternyata
dugaannya salah. Dhamir muttashil pada fi’il tersebut merupakan kata ganti
orang pertama tunggal yang berarti fi’il tersebut dituturkan oleh penutur. Penutur
juga menjelaskan kepada mitra tutur tentang siapa yang sebenarnya ia maksud, ia
menggunakan nama Fathimah yang didahului dengan charfu taukid kata “anna”
sebagai penguat bahwa Fathimah adalah orang yang ia maksudkan. Penutur juga
menjelaskan alasan terjadinya kesalahan. Pada saat itu, penampilan mitra tutur
sangat mirip dengan orang yang penutur maksud. Karena kemiripan tersebut,
penutur melakukan kesalahan. Hal tersebut terdapat pada kalimat “Li'anna
madzharaki hadzal-yauma tasyababuha> katsiran”.
Selain kedua strategi tersebut, penutur juga menggunakan strategi lainnya,
yaitu strategi perhatian kepada mitra tutur. Strategi ini ditemukan pada dua
macam, yaitu sapaan dan ucapan terimakasih. Penutur menyapa mitra tutur
dengan ungkapan “ya> shadi>qati>”, ia menggunakan charfu “ya>” untuk
menunjukkan bahwa mitra tutur berada di dekatnya, sedangkan muna>da yang
dipakai berbentuk ism mufrad sesuai dengan jumlah mitra tutur. Pada tuturan
tersebut, ism “shadi>qati” merupakan mudhaf sedangkan mudha>f ilaihnya adalah
100
ya’ mutakallim. Idha>fah semacam ini memiliki makna la>miyah atau kepemilikan.
Ya’ mutakallim pada tuturan tersebut berasal dari dha>mir/ kata ganti orang
pertama tunggal, yaitu “ana>”. I’rab dhamir tersebut adalah dhamir muttasil mabni
ala> as-suku>ni fi> machalli ja>r taqdiruhu ana>.
Perhatian kepada mitra tutur yang kedua adalah berkomentar dengan
komentar yang mengandung ucapan terimakasih. Penutur menggunakan strategi
ini untuk menyelamatkan mukanya akibat salah menyangka orang. Komentar
yang digunakan penutur adalah dengan cara berkomentar terhadap situasi yang
ada. Ia menuturkan “wa syukran laki li'annaki qad tadzakkartini> iyyaha>” sebagai
komentar atas situasi yang ia alami. Ia berterimakasih kepada mitra tutur dan
merasa senang karena pada saat melihat mitra tutur, ia teringat sesosok teman
dekatnya.
3. Kombinasi empat strategi
Kombinasi empat strategi dalam penelitian ini ditemukan sebanyak lima
macam kombinasi. Berikut penjelasannya:
a. Kombinasi ekspresi permohonan maaf, penjelasan keadaan,
pertanggungjawaban dan perhatian kepada mitra tutur.
Kombinasi ekspresi permohonan maaf, penjelasan keadaan,
pertanggungjawaban dan perhatian kepada mitra tutur pada penelitian ini
ditemukan sebanyak empat tuturan. Berikut contoh tuturan tersebut:
101
Tuturan 52:
عذرا52)( , علي التخلف, أصدقائيا ي لكثرة األشغال و تزاحم األفكار
PK PM EPM
.الشيطان أن أذكرهه إال و ما أنسانيّ فقنا عليه ما اتّ نسيت
TJ (PSD)
) A: S:1(و مساح ف عذرلاآلولكم مّنا
EPM
/‘Adzran/ /ya> asdiqa>’i/, /ala>t-takhlifi/, EPM PM /li katsratil-asygha>li wa taza>chumul-afka>ri/ PK
/nasi>tu ma> ittafaqna> alaihi/ /wa ma> ansa>niyyati illa asy-syaitha>ni. An adzkuruhu/.
. TJ (PSD) /Wa lakum minna> al-a>laf ‘adzra wa sama>cha/. EPM ‘Maaf’ ‘hai teman-temanku’, ‘atas kesalahanku’. EPM PM ‘Karena banyaknya kesibukan dan fikiran’
PK ‘aku lupa atas apa yang telah kita sepakati dan tidak ada kelupaan kecuali datangnya dari setan, aku ingat itu’.
TJ (PSD) ‘Saya memohon beribu maaf dan ketulusanmu’.
EPM
Konteks situasi pertama pada penelitian ini adalah saat penutur lupa
terhadap janji untuk mengerjakan tugas kelompok bersama teman-temannya.
Setelah beberapa jam berlalu, ia teringat terhadap janji tersebut. Penutur merasa
bersalah terhadap teman-temannya, oleh karena itu ia berusaha memohon maaf
kepada teman temannya.
102
Strategi permohonan maaf pada tuturan di atas adalah dengan
mengungkapkan ekspresi permohonan maaf dengan menggunakan ungkapan
“‘adzran” di awal dan di akhir tuturan. Kemudian disusul dengan menggunakan
strategi perhatian kepada mitra tutur. Penutur menggunakan strategi ini dengan
memunculkan sapaan. Sapaan tersebut adalah “ya> asdiqa>’i” yang menggunakan
charf “ya>” untuk muna>da dekat sedangkan muna>da pada sapaan tersebut berupa
mudha>f ism “asdiqa>’” kepada ya’ mutakallim.
Selanjutnya penutur menggunakan strategi penjelasan keadaan. Pada
tuturan tersebut penutur menjelaskan keadaan dengan menggunakan lamut-ta’lil
(lam yang digunakan untuk menunjukkan alasan atau sebab) yang bergabung
dengan penyebab kesalahan penutur. Saat kesalahan tersebut terjadi, ia sedang
dalam keadaan yang lelah dan banyak fikiran sehingga ia lupa untuk memenuhi
janjinya. Penutur juga mengungkapkan sifat dirinya, yaitu lupa sebagai sebuah
strategi pertanggungjawaban. Lupa merupakan sebuah alasan yang dapat diterima,
karena seorang yang lupa tidak dapat dibebani hukuman sampai ia sadar dari
kelupaannya. Dua situasi tersebut adalah faktor lupanya penutur terhadap
perjanjian yang telah ia sepakati.
b. Kombinasi ekspresi permohonan maaf, pertanggungjawaban, tawaran
perbaikan dan perhatian kepada mitra tutur.
Kombinasi empat strategi ini hanya ditemukan dalam satu tuturan saja.
Tuturan tersebut adalah sebagai berikut:
103
Tuturan 53:
يا زمياليت(53) أنا آسف، نسيت موعد لقائنا،
TJ (PSD) EPM PM
) F: M:1(سآيت إليكن فور ما ميكن
TP
/Ya> zami>la>ti> / /ana> a>sif/. /Nasi>tu mau’ida liqa>'ana>/.
PM EPM TJ (PSD) /Sa'a>ti> ilaikunna fauran ma> yumkinu/.
TP ‘Aku mohon maaf’ ‘hai teman-temanku’. PM EPM ‘Aku lupa akan janji pertemuan kita’. TJ (PSD) ‘Aku akan datang menemui kalian secepat mungkin’. TP
Konteks tuturan tersebut terjadi saat penutur berprofesi sebagai kepala
departemen di suatu organisasi. Seorang direktur organisasi tersebut memintanya
untuk mengerjakan tugas yang ia berikan selama satu minggu, setelah satu
minggu berakhir, tugas yang ia kerjakan ternyata tidak sesuai harapan direktur
tersebut.
Tuturan permohonan maaf di atas diwali dengan menggunakan strategi
perhatian kepada mitra tutur, yaitu dengan menggunakan charf nida>’ “ya” > yang
digunakan untuk muna>da dekat. Muna>da yang digunakan pada tuturan di atas
berbentuk mudha>f, yaitu ism “zami>la>ti>” yang diidhafahkan kepada ya’
mutakallim.
104
Kemudian disusul dengan menggunakan strategi pengungkapan ekspresi
permohonan maaf dengan menggunakan ungkapan “ana> a>sif”. Ungkapan tersebut
terdiri dari dha>mir munfashil “ana>” dan fi’il mudha>ri’ yang mengandung dhamir
ana>. Kemunculan dua dha>mir tersebut berfungsi untuk penegasan permohonan
maaf dari penutur.
Strategi ketiga yang digunakan adalah strategi pertanggungjawaban
dengan mengungkapkan sifat diri penutur. Ungkapan tersebut disebutkan dengan
menggunakan kata “nasi>tu” yang merupakan gabungan dari fi’il نسي /nasiya/ dan
dhamir ت/tu/ yang merupakan dhamir muttasil taqdiruhu ana>, dhamir ini
berasalah dari kata ganti orang pertama أنا/ ana> / yang berubah bentuk karena
bergabung dengan fi’il. Fi’il نسيت/nasi>tu/ merupakan fi’il muta’adi, yaitu fi’il
yang membutuhkan objek. Objek pada kedua tuturan di atas berbeda-beda. Pada
tuturan di atas, penutur menggunakan “mau’ida liqa>'ana>” sebagai objek dengan
bentuk mudha>f dan mudha>f ilaih.
Kombinasi strategi yang terakhir adalah strategi pertanggungjawaban.
Pada tuturan tersebut, penutur menggunakan charf istiqba>l, yaitu charf س /sin/.
Charf ini dinamakan charf istiqba>l, karena huruf tersebut telah memindahkan
waktu yang sempit, waktu sekarang, ke waktu yang lebih luas, yaitu waktu yang
akan datang. Huruf ini hanya bergabung dengan fi’il mudha>ri’ saja. Jika huruf
“sin” bergabung dengan fi’il mudha>ri’ maka makna yang terkandung dalam
105
susunan tersebut adalah sesuatu yang akan dilakukan di waktu yang akan datang,
dengan kata lain, susunan tersebut berfungsi untuk menunjukkan bahwa penutur
akan melakukan sesuatu. Hal yang akan dilakukan penutur adalah sebuah
perbaikan. Perbaikan yang ditawarkan penutur adalah dengan menemui mitra
tutur secepat mungkin, tawaran tersebut terdapat pada kalimat “sa'a>ti> ilaikunna
fauran ma> yumkinu”. Sehingga dengan kehadirannya maka muka penutur dapat
diselamatkan dari ancaman penutur.
c. Kombinasi ekspresi permohonan maaf, penjelasan keadaan, tawaran
perbaikan dan perhatian kepada mitra tutur.
Jenis kombinasi ini ditemukan sebanyak empat tuturan. Berikut contoh
tuturan tersebut.
Tuturan 54:
. معذرة، ساحمين يا أستاذ،(54)EPM PM
.مل خالل أسبوع، وتبني أين عاجزة عن إمتامهلقد حاولت إجناز هذا الع PK
(F:M:2) ?من فضلك هل ميكنين أن أطلب تأجيل الوقت إىل أسبوع القادم TP
/Ya> usta>dz/. /ma’dzirata. samichni>/. PM EPM /Laqad cha>waltu inja>zi ha>dza>l-amala khila>la usbu>’a, wa tubayyinu anni> a>jizata an itma>mihi/.
PK /Min fadzlika hal yumkinuni> an athluba ta'ji>lal-waqta ila> usbu>’il-qa>dimi?/
TP
106
‘Ustadz.’ ‘Maaf. Maafkan saya’. PM EPM ‘Saya telah mengerjakan tugas ini selama satu minngu, anda menjelaskan bahwa saya tidak mampu untuk menyelesaikan tugas ini’.
PK ‘Jika anda berkenan,mungkinkah saya meminta waktu sampai minggu depan?’
TP Konteks tuturan pada situasi kedua ini penutur berprofesi sebagai kepala
departemen di suatu organisasi. Seorang direktur organisasi tersebut memintanya
untuk mengerjakan tugas yang ia berikan selama satu minggu, setelah satu
minggu berakhir, tugas yang ia kerjakan ternyata tidak sesuai harapan pimpinan
tersebut.
Seperti dengan tuturan sebelumnya, tuturan ini juga menggunakan strategi
perhatian kepada mitra tutur dengan sapaan yang menggunakan huruf nida>’ يا
/ya’/. Huruf nida’ pada tuturan ini, digunakan untuk munada dekat. Huruf nida>’
tersebut diikuti oleh muna>da yang berbentuk nakirah maqshu>dah. Muna>da
nakirah maqshu>dah yang terdapat pada tuturan ini adalah kata “usta>dz”, muna>da
tersebut tergolong nakirah karena kata tersebut merupakan kata yang masih
umum, dan termasuk maqshu>dah karena kata tersebut mempunyai acuan yang
sudah jelas, yaitu seseorang yang sedang bertutur dengan penutur.
Strategi selanjutnya adalah strategi penjelasan keadaan. Ungkapan
penjelasan keadaan diucapakan dengan kalimat “laqad cha>waltu inja>zi ha>dza>l-
amala khila>la usbu>’a, wa tubayyinu anni> ‘a>jizata an itma>mihi”. Tuturan tersebut
107
diawali dengan charfu taukid yaitu laqad, charf tersebut berfungsi untuk
menegaskan bahwa alasan yang penutur ucapkan benar adanya. Penutur
menjelaskan bahwa ia telah mengerjakan tugas sebagaimana arahan dari direktur,
tetapi ternyata tugas yang ia kerjakan belum sesuai dengan apa yang dimaksud
oleh direktur. Penutur juga menjelaskan bahwa sebelum tugas tersebut dikerjakan,
mitra tutur telah memberi tahu penutur bahwa ia tidak sanggup
menyempurnakannya, seperti pada tuturan “wa tubayyinu anni> a>jizata an
itma>mihi”. Oleh karena itu, jika terjadi kesalahan, maka mitra tutur harap
memakluminya.
Strategi terakhir adalah strategi tawaran perbaikan. Penutur menggunakan
strategi tawaran perbaikan agar keadaan menjadi baik seperti semula. Pada
tuturan tersubut, penutur menggunakan kalimat “min fadzlika hal yumkinuni> an
athluba ta'ji>lal-waqta ila> usbu>’i al-qa>dimi?” untuk menawarkan perbaikan.
Penutur menawarkan perbaikan dengan menuturkan permintaan agar mitra tutur
memberikan sedikit waktu untuk penutur membenarkan kesalahnnya.
d. Kombinasi ekspresi permohonan maaf, pertanggungjawaban, janji untuk tidak
mengulangi, dan perhatian kepada mitra tutur.
Penggunaan tuturan yang menggunakan kombinasi ekspresi permohonan
maaf, pertanggungjawaban, janji untuk tidak mengulangi, dan perhatian kepada
mitra tutur ditemukan sebanyak dua. Berikut contoh tuturan tersebut:
108
Tuturan 55:
،على التأخر أن أستعفي منكم و أعتذركم ما أريد أن أقول لكم إالّ ....يا إخواين )55(PM EPM
.... (R: S:1) كرر مرة ثانيةأو لعل ال ... ا هذا من نسياينرمبّ
TJ (PSD) JTM /Ya> ikhwa>ni>../ /ma> uri>du an aqu>la lakum/ PM /illa> an asta’fi> minkum wa a’tadzirukum ala> ta'akhkhuri/, EPM /rubbama> hadza> min nisya>ni>… / TJ (PSD) /wa la’alla la> ukarriru marratan tsa>niyatan./ JTM ‘Wahai saudara-saudaraku, tak ada yang ingin aku ucapkan’ PM ‘kecuali aku memohon maaf atas keterlambatanku’. EPM ‘Mungkin ini karena kelalaianku’, TJ (PSD) ‘semoga aku tidak mengulanginya lagi. JTM’
Konteks tuturan situasi tuturan di atas adalah kejadian saat penutur lupa
terhadap janji yang telah ia sepakati dengan teman-temannya untuk mengerjakan
tugas kelompok bersama.
Penutur memulai permohonan maafnya dengan menggunakan strategi
perhatian kepada mitra tutur dengan menggunakan sapaan. Penutur menggunakan
sapaan “ya>” dengan muna>da mudha>f. Muna>da tersebut adalah ism jama>’
“ikhwa>ni” yang diidhafahkan kepada ya’ mutakallim. Kemudian dilanjutkan
menggunakan strategi pengungkapan ekspresi permohonan maaf, yaitu “asta’fi>
109
minkum” dan “a’tadzirukum”. Kemunculan dua ekspresi ini digunakan untuk
memperkuat permohonan maaf yang dilakukan oleh penutur.
Strategi selanjutnya adalah strategi pertanggungjawaban dengan cara
mengungkapkan sifat diri. Strategi tersebut diungkapkan dengan menggunakan
kata “nisya>ni>” yang merupakan ism masdar dari dari fi’il نسي /nasiya/ yang
berarti lupa.
Strategi terakhir adalah strategi pernyataan janji untuk tidak
mengulanginya lagi. Tuturan tersebut berbunyi “la’alla la> ukarriru marratan
tsa>niyatan”. Tuturan tersebut terdapat la> nafi yang berfungsi untuk meniadakan
dan diikuti oleh fi’il mudhari’ “ukarriru” sehingga jika digabungkan, maka akan
bermakna tidak aku ulangi. Selain haruf la> penutur juga menggunakan “la’alla”,
sebagai bentuk janji dan harapan agar kesalahan tersebut tidak terulang kembali.
e. Kombinasi ekspresi permohonan maaf, penjelasan keadaan, janji untuk tidak
mengulangi, dan perhatian kepada mitra tutur.
Penggunaan kombinasi empat strategi ini hanya ditemukan pada satu
tuturan saja. Tuturan tersebut adalah sebagai berikut:
Tuturan 56:
فبذلك ال أعرف هذه النضامكنت طالبا جديدا يف هذه اجلامعة يا عمّ العفو )56(EPM PM PK
(U: Sa:3) إن شاء اهللا ال أكّرر ثانيةJTM
/al-‘Afwu/ /ya> ‘am./ EPM PM
110
/Kuntu tha>liban jadi>dan fi> ha>dzihil-ja>mi’ati fa bidza>lika la> a’rifu hadza> nida>ma./
PK /Insya'alLah la> ukarriru tsa>niyatan/.
JTM ‘Maaf’ ‘paman’ EPM PM ‘saya mahasiswa baru di kampus ini maka dari itu saya tidak tahu peraturan ini’.
PK ‘Jika Allah menghendaki saya tidak mengulanginya lagi’.
JTM
Konteks tuturan di atas terjadi saat penutur adalah seorang mahasiswa
baru yang belum mengetahui peraturan kampus. Suatu hari, penutur hendak
memarkirkan motor di fakutlas, saat itu pula penutur tidak tahu harus
menggunakan karcis. Saat penutur keluar dari fakultas, petugas parkir meminta
karcis dari dari penutur, oleh karena itu penutur menuturkan permohonan
maafnya kepada petugas.
Tuturan tersebut diawali dengan menggunakan strategi pengungkapan
ekspresi permohonan maaf dengan menggunakan ungkapan “al-‘afwu”.
Kemudian diikuti dengan strategi perhatian kepada mitra tutur dengan
menggunakan charf nida>’ “ya>” dengan muna>da nakirah maksu>dah, yaitu “ya>
‘am”.
Selanjutnya penutur menggunakan strategi penjelasan keadaan bahwa ia
adalah mahasiswa baru yang tidak mengetahui aturan kampus. Penjelasan
keadaan tersebut terlihat dari tuturan “kuntu tha>liban jadi>dan fi> ha>dzihil-ja>mi’ati
fa bidza>lika la> a’rifu hadza> nida>ma”.
111
Strategi terakhir yang digunakan adalah strategi pernyataan janji untuk
tidak mengulangi. Penutur menggunakan kata “la>” dan “ukarriru” yang berarti
tidak mengulangi. Pernyataan tersebut didahului oleh ungkapan harapan
“insya'alLah” (jika Allah menghendaki). Harapan ini bermaksud bahwa ada
kemungkinan janji itu akan terlupakan, oleh karena itu penutur menggunakan
“insya’alLah” agar tidak ada kemungkinan terlupanya janji tersebut.
4. Kombinasi lima strategi.
Kombinasi lima strategi dalam penelitian ini hanya ditemukan satu macam
kombinasi, yaitu Kombinasi ekspresi permohonan maaf, penjelasan keadaan,
pertanggungjawaban, tawaran perbaikan dan perhatian kepada mitra tutur. Berikut
penjelasannya:
Tuturan 57:
الطالب أيها )57(PM . معكم االجتماع مينعين طارئ أمر هناك أن أخربكم و الساعة هذه يف معكم موعًدا لديّ أن أعرف
PK ,ذلك يقتضي األمر هذا لكن موعدكم من أختلف أن قصدي فليس
TJ (EKM) S: :(A (5منكم والعفو, اهللا مبشيئة آخر وقتا لكم سأختار
TP EPM /Ayyuhath-thulla>b/ PM /a’rifu anna ladayya mau’idan ma’akum fi> ha>dzihis-sa>’ata wa ukhbirukum anna huna>ka amra tha>ri' yamna’ani> al-ijtima>’a ma’akum/. PK /Fa laisa qasadi> an akhtalifa min mau’idikum lakinna hadzal-amra yaqtadhi dza>lika,/ TJ (EKM)
112
/sa'akhta>ru lakum waqtan a>khar bimasyi'atilLah/, TP /Wal-‘afwu minkum/ EPM
‘Wahai murid-murid’ PM
‘saya tahu bahwa saya telah memiliki janji dengan kalian pada jam ini dan disini saya akan mengabarkan bahwa pada saat ini saya mempunyai acara mendesak yang melarangku untuk bertemu dengan kalian’. PK ‘Saya tidak bermaksud untuk mengingkari janji dengan kalian akan tetapi acaraku ini menghendaki demikian’. TJ (EKM) ‘Saya akan mencarikan waktu untuk dapat bertemu kalian dengan izin Alla. TP ‘Saya mohon maaf kepada kalian’. EPM
Konteks tuturan pada situasi tersebut ketika penutur adalah seorang dosen,
iamemiliki janji dengan mahasiswanya untuk bimbingan. Akan tetapi, penutur
mendapatkan kabar untuk menghadiri acara yang sangat penting dan tidak dapat
ditinggalkan. Acara tersebut bersamaan dengan waktu perjanjiannya dengan
mahasiswanya.
Tuturan permohonan maaf di atas diawali dengan menggunakan strategi
perhatian kepada mitra tutur. Perhatian yang digunakan adalah dalam bentuk sapaan,
yaitu “ayyuhath-thulla>b”. kemudian dilanjutkan dengan menggunakan strategi
penjelasan keadaan. Pada saat itu, penutur menjelaskan dengan tuturan “a’rifu anna
ladayya mau’idan ma’akum fi> hadzihis-sa>’ata wa ukhbairukum anna huna>ka amra
tha>ri' yamna’ani> al-ijtima>’a ma’akum”. Pada tuturan tersebut, terlihat bahwa ia sadar
113
jika pada saat itu ia telah memiliki janji dengan mitra tutur. Oleh karena itu, penutur
menjelaskan keadaan yang terjadi dengan mengabari mitra tutur bahwa pada jam
yang sama, ia memiliki keperluan lain yang akan menghalangi perjanjian yang telah
ia buat dengan mitra tutur.
Strategi selanjutnya adalah strategi pertanggungjawaban dengan
menggunakan ekspresi ketiadaan maksud. Ekspresi tersebut terlihat pada kalimat “fa
laisa qasadi> an akhtalifa min mauidukum lakinna hadzal-amra yaqtadhi dza>lika”.
Penutur menggunakan “laisa” yang digabungkan dengan “qasadi>” sehingga
bermakna ketiadaan maksud. Pada tuturan di atas, penutur telah merencanakan
perjanjian dengan mitra tutur, akan tetapi, diluar dugaan ternyata ada acara yang lebih
penting yang harus dihadiri oleh penutur. Demikian, tanpa adanya maksud untuk
mengingkari janji, penutur terpaksa tidak dapat menemui mitra tutur.
Strategi tawaran perbaikan juga digunakan penutur pada tuturan di atas.
Penutur menawarkan perbaikan dengan tuturan “sa'akhta>ru lakum waqtan a>khar
bimasyi'atilLah”, Pada tuturan tersebut, penutur menggunakan charf istiqba>l “sin”.
Huruf ini hanya bergabung dengan fi’il mudha>ri’ saja. Jika huruf sin bergabung
dengan fi’il mudha>ri’ maka makna yang terkandung dalam susunan tersebut adalah
sesuatu yang akan dilakukan di waktu yang akan datang, dengan kata lain, susunan
tersebut berfungsi untuk menunjukkan bahwa penutur akan melakukan sesuatu. Hal
yang akan dilakukan penutur adalah sebuah perbaikan. Perbaikan yang ditawarkan
penutur adalah dengan mencari waktu lain untuk bertemu.
114
Strategi permohonan maaf yang terakhir adalah dengan mengungkapkan
ekspresi permohonan maaf. Ekspresi yang digunakan dalam tuturan ini adalah “al-
‘afwu minkum”, yang berarti penutur memohon maaf dari diri mitra tutur.