Ari Kurniawan, 2014
EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
Bagian ini mendeskripsikan mengenai lokasi penelitian dilakukan, populasi
penelitian dan sampel penelitian. Adapun deskripsinya adalah sebagai berikut.
1. Lokasi Penelitian
Penelitian berlokasi di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Cimahi yang
beralamat di Jl. Sukarasa No. 136 Citeureup – Cimahi Utara 40512. Tlp./ Fax (022)
6628404. N S S : 34.1.02.08.03.003. NPSN : 20224135 SK Pendirian : No. 0207/ 0 /
1980 Tanggal 30 Juli 1980. SMK ini membuka 3 program keahlian yaitu: Perhotelan,
Tata Boga, dan Tata Busana.
2. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010: 108). Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X SMK Negeri 3 Cimahi
tahun ajaran 2012/2013, yaitu berjumlah 304 orang dengan rincian jumlah peserta
didik setiap kelas sebagai berikut.
Tabel 3.1
Populasi Penelitian
No KELAS JUMLAH
1. X Busana 1 23
2. X Busana 2 24
3. X Busana 3 22
4. X Tata Boga 1 36
5. X Tata Boga 2 36
6. X Tata Boga 3 35
7. X Tata Boga 4 34
8. X Perhotelan 1 36
9. X Perhotelan 2 35
Ari Kurniawan, 2014
EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
10. X Perhotelan 3 36
Jumlah 304
3. Sampel Penelitian
Sugiyono (2012:118), menjelaskan “sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.”
Pengambilan sampel untuk menentukan kelas eksperimen dengan
menggunakan teknik Purposive Sampling yaitu pengambilan anggota sampel dari
populasi dilakukan dengan pertimbangan tertentu yaitu siswa yang memiliki perilaku
agresif tinggi dan tinggi sekali. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive
sampling dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata,
random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Dengan
menggunakan teknik sampel bertujuan ini, peneliti dapat menentukan sampel
berdasarkan tujuan tertentu, tetapi ada syarat-syarat yang harus dipenuhi (Arikunto,
2010: 139).
Penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan konseling kelompok teman
sebaya yang telah dibuat dalam mereduksi perilaku agresif siswa, sehingga sampel
yang dibutuhkan adalah siswa yang berada pada kategori tinggi dan sangat tinggi
pada profil perilaku agresif siswa yang diidentifikasi menggunakan instrumen
perilaku agresif siswa. Maka siswa SMK Negeri 3 Cimahi yang berada pada kategori
tinggi dan tinggi sekali dijadikan sampel penelitian atau menjadi kelompok
eksperimen.
B. Pendekatan dan Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian tentang konseling kelompok
teman sebaya dalam mereduksi perilaku agresif siswa adalah pendekatan kuantitatif.
Sugiyono (2012 : 14) mengartikan pendekatan kuantitatif sebagai:
Pendekatan penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme yang
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik
Ari Kurniawan, 2014
EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan
data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan.
Data yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah pengkajian secara empiris
dan sistematis terhadap perilaku agresif siswa kelas X Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri (SMKN) 3 Cimahi dengan menggunakan Instrumen Perilaku Agresif yang
selanjutnya dianalisis dengan menggunakan perhitungan statistik untuk menghasilkan
data yang teruji secara ilmiah. Data yang dihasilkan adalah profil perilaku agresif
siswa kelas X di SMKN 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013. Profil perilaku agresif
yang diperoleh dari hasil pengolahan instrumen kemudian dianalisis sebagai landasan
dalam penyusunan program konseling kelompok teman sebaya dalam mereduksi
perilaku agresif siswa kelas X SMKN 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan program konseling
kelompok teman sebaya yang telah dibuat dalam mereduksi perilaku agresif siswa,
sehingga metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Sugiyono
(2012: 107), mengartikan “metode penelitian eksperimen sebagai metode penelitian
yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam
kondisi terkendalikan.” Terdapat beberapa bentuk dalam metode penelitian
eksperimen, yaitu Pre-Experimental, True Experimental Design, Factorial Design
dan Quasi Experimental (Sugiyono, 2012: 109).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pra eksperimen.
Metode pra eksperimen seringkali dipandang sebagai ekperimen yang tidak
sebenarnya, dalam disain penelitian pra eksperimen tidak ada kelompok pengontrol
atau pembanding (Arikunto, 2010: 77). Disebut penelitian tidak sebenarnya karena
eksperimen jenis ini belum memenuhi persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat
dikatakan ilmiah mengikuti peraturan-peraturan tertentu (Arikunto, 2010: 84).
Penelitian ini menggunakan desain Pre-Test Post-Test Group yaitu ada pemberian tes
Ari Kurniawan, 2014
EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
awal sebelum diberi perlakuan dan tes akhir setelah diberi perlakuan dalam kelompok
yang sama. Dengan alasan ingin melihat apakah terdapat perubahan yang signifikan
pada perilaku agresif siswa setelah diberikan treatment berupa konseling kelompok
teman sebaya yang diberikan setelah pemberian tes awal. Dalam disain pre-test post-
test group observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen/ sebelum
pemberian treatment dan sesudah eksperimen yang digambarkan dengan bagan
sebagai berikut.
O1 X O2
Keterangan dari bagan di atas adalah O1 yaitu pre-test dilakukan dengan
menggunakan instrumen perilaku agresif, O2 adalah posttest yang dilakukan dengan
menggunakan instrumen perilaku agresif, dan X adalah treatment yang dilakukan
dengan menggunakan konseling kelompok teman sebaya. Perbedaan antara O1 dan O2
yakni O2-O1 diasumsikan merupakan efek dari treatment atau eksperimen yang
dilakukan.
C. Definisi Operasional Variabel
Secara operasional terdapat dua konsep pokok dalam penelitian ini, yaitu
perilakau agresif dan konseling kelompok teman sebaya.
1. Perilaku Agresif
Secara operasional, yang dimaksud dengan perilaku agresif dalam penelitian
ini adalah tindakan menyakiti oleh siswa SMK Negeri 3 Cimahi Tahun ajaran
2012/2013 terhadap orang lain baik secara fisik maupun psikis dengan adanya unsur
kesengajaan, adanya sasaran, dan bertujuan untuk menyakiti atau menghancurkan
orang lain yang dibatasi pada aspek keagresifan, melawan perintah, merusak, dan
permusuhan.
a. Aspek keagresifan, yaitu perilaku yang memiliki sifat keagresifan ditunjukkan dengan
indikator; (1) Berkelahi dengan teman sebaya; (2) Secara fisik menyerang orang
lain; dan (3) Berlaku kasar terhadap orang lain.
Ari Kurniawan, 2014
EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
b. Aspek melawan perintah, yaitu perilaku yang menunjukkan adanya keinginan
untuk menentang atau tidak mengikuti aturan ditunjukkan dengan indikator; (1)
Tidak mengikuti perintah/aturan; dan (2) Membangkang atas perintah guru dan
orang tua.
c. Aspek merusak, merupakan tindakan-tindakan yang bertujuan untuk merusak
ditunjukkan dengan indikator; (1) Membuat keonaran; (2) Merusak barang-barang
pribadi; (3) Merusak barang-barang milik orang lain.
d. Aspek permusuhan, yaitu tindakan-tindakan yang menunjukkan permusuhan
ditunjukkan dengan indikator; (1) Suka bertengkar; (2) Berlaku kejam terhadap
orang lain; dan (3) Menaruh rasa dendam.
2. Konseling Kelompok Teman Sebaya
Konseling kelompok teman sebaya merupakan layanan bantuan yang
diberikan oleh konselor ahli terhadap konseli secara tidak langsung tetapi melalui
teman sebaya konseli (konselor sebaya) yang mempunyai kriteria kualitas kondisi
humanistik seperti karakteristik hangat, memiliki minat pada kegiatan layanan
bantuan, dapat diterima orang lain, toleran terhadap perbedaan sistem nilai, dan
energik. Dan yang telah diberikan pelatihan-pelatihan kecakapan konselor oleh
konselor ahli dengan maksud agar dapat lebih diterima oleh konseli dengan
menggunakan kelompok atau dalam bentuk dinamika kelompok.
D. Instrumen Penelitian
Sebelum instrumen diberikan pada pada peserta didik, terlebih dahulu melalui
proses pengembangan instrumen yang dilakukan dengan langkah-langkah ,antara lain
sebagai berikut.
1. Jenis Instrumen Penelitian
Arikunto (2010:133), menjelaskan bahwa “instrumen penelitian merupakan
alat bantu yang digunakan dalam penelitian kuantitatif dalam mengumpulkan data.”
Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket atau kuesioner.
Sugiyono (2012: 194) menjelaskan bahwa “angket atau kuesioner adalah sejumlah
Ari Kurniawan, 2014
EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
pertanyaan atau pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya.”
Tujuan penyebaran angket adalah mencari informasi yang lengkap mengenai
suatu masalah dari responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan
jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pernyataan
(Riduwan, 2002:26).
Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket tertutup.
Riduwan (2002:27) menjelaskan “angket tertutup adalah angket yang disajikan dalam
bentuk sedemikian rupa (angket berstruktur) sehingga responden diminta untuk
memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan memberikan
tanda silang (X) atau checklist (√).”
Skala yang digunakan sebagai pedoman pemberian skor pada angket yang
digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert. Penggunaan Skala Likert
biasanya digunakan untuk pernyataan dan jumlah besar di mana skala nilai
psycological continuum tidak diketahui, maka di dalam memberi respons, subyek
diizinkan memberi dalam lima kategori: a) Sangat Sesuai, b) Sesuai, c) Kurang
Sesuai, d) Tidak Sesuai, dan e) Sangat Tidak Sesuai. Dalam mengkontrukskian Skala
Sikap. Azwar (2011: 144) menyatakan
Likert menemukan bahwa skor didasarkan pada hubungan integral korelasi
0,99 dengan sistem deviasi normal yang komplikasi pertimbangannya.” Jadi
statment favorable yang direspons Sangat Setuju diberi nilai pertimbangan= 5,
Setuju= 4, Bingung= 3, Tidak Setuju= 2, dan Sangat Tidak Setuju= 1. Demikian
juga untuk pernyataan yang tidak favorable diberi penilaiaan untuk Sangat Tidak
Setuju= 5, sampai ke yang Sangat Setuju= 1
Angka 0 atau angka 1 semua dapat dipilih sebagai titik awal asalkan semua
pernyataan dalam Skala Sikap yang bersangkutan diperlakukan sama sehingga
peneliti memiliki sebaran (range) nilai skala pada kontinum yang sama.
Azwar (2011: 107) menyatakan cara menyeleksi item dalam metoda ini yaitu
“dengan analisa item; misalnya 25% dari subjek mempunyai total skor rendah, kedua
Ari Kurniawan, 2014
EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
kelompok ini kemudian dilengkapi dengan kelompok kriteria untuk mengevaluasi
respons kelompok tinggi sampai rendah yaitu rasio.”
Prosedur pengskalaan dengan metode rating yang dijumlahkan didasari oleh
dua asumsi, yaitu:
a. Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai termasuk
pernyataan yang favorable atau pernyataan yang tidak favorable.
b. Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus diberi
bobot atau nilai yang lebih tinggi dari pada jawaban yang diberikan oleh
responden yang mempunyai sikap negatif (Azwar, 2011: 139)
Jawaban favorable adalah respon setuju terhadap pernyataan yang favorable
dan respon yang tidak setuju terhadap pernyataan yang tidak-favorabel. Jawaban
tidak favorable adalah respon setuju terhadap pernyataan yang tidak favorabel.
Azwar (2011: 141) menyatakan tujuan penentuan skala dengan deviasi normal
adalah “untuk memberikan bobot yang tertinggi bagi kategori jawaban yang paling
favorable dan memberikan bobot rendah bagi kategori jawaban yang tidak
favorable.”
Tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan individu ke dalam kelompok-
kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut
yang diukur.
Adapun kriteria penyekoran untuk mendapatkan skor angket perilaku agresif
siswa dapat dilihat pada tabel 3.2
Tabel 3.2
Ketentuan Pemberian Skor Instrumen Perilaku Agresif Siswa
Pernyataan
Skor
Sangat
Sesuai Sesuai Bingung
Tidak
Sesuai
Sangat Tidak
Sesuai
Negatif 5 4 3 2 1
Ari Kurniawan, 2014
EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
2. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen
Instrumen yang disusun ditujukan untuk mengungkap perilaku agresif siswa.
Kisi-kisi instrumen dibuat berdasarkan definisi operasional yang kemudian
dijabarkan dalam bentuk pernyataan. Adapun pengembangan kisi-kisi instrumen
untuk mengungkapkan profil perilaku agresif siswa kelas X SMK Negeri 3 Cimahi
sebelum dan sesudah judgement dijabarkan dalam Tabel 3.3 dan Tabel 3.4 sebagai
berikut.
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrument Perilaku Agresif Siswa
(Sebelum Judgement)
No. Aspek Indikator Item
Jumlah (+) (-)
1. Keagresifan
(Perilaku yang
memiliki sifat
keagresifan)
Remaja berkelahi dengan
teman sebaya 1, 2 3, 4, 5 5
Remaja secara fisik
menyerang orang dewasa
atau orang lain
6, 7, 8 9, 10,
11 6
Remaja berlaku kasar
terhadap orang lain 12, 13
14, 15,
16, 17 6
Remaja mudah tersulut
emosinya
18, 19,
20 21, 22 5
2. Melawan
perintah
(Perilaku yang
menunjukkan
adanya
keinginan untuk
menentang atau
tidak mengikuti
aturan)
Remaja tidak mengikuti
perintah/aturan
23, 24,
25 26 4
Remaja tidak disiplin 27, 28,
29
30, 31,
32 6
Remaja membangkang
terhadap orang tua, guru
dan orang dewasa
lainnya
35, 36,
37, 38
33, 34,
39, 40 8
3. Merusak
(Tindakan-
tindakan yang
bertujuan untuk
merusak)
Remaja membuat
keonaran
41, 42,
43
44, 45,
46 6
Remaja merusak barang-
barang yang ada dirumah
47, 48,
49
50, 51,
52 6
Remaja merusak barang- 53, 54, 56, 57, 6
Ari Kurniawan, 2014
EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
barang milik orang lain. 55 58
4. Permusuhan
(Tindakan-
tindakan yang
menunjukkan
permusuhan)
Remaja suka bertengkar 59, 60,
61
62, 63,
64 6
Remaja berlaku kejam
terhadap orang lain
65, 66,
67
68, 69,
70 6
Remaja menaruh rasa
dendam
71, 72,
73, 74
75, 76,
77 7
Jumlah 39 38 77
Tabel di atas menunjukkan kisi-kisi instrumen perilaku agresif siswa yang
dibuat sebelum judgement dilakukan. Setelah uji coba, maka hasil kisi-kisi instrumen
setelah judgement adalah sebagai berikut.
Tabel 3.4
Kisi-kisi Instrument Perilaku Agresif Siswa
(Setelah Judgement)
No. Aspek Indikator Item
Jumlah (-)
1. Keagresifan
Berkelahi dengan teman
sebaya 1, 2, 3, 4, 5, 6 6
Secara fisik menyerang
orang lain 7, 8, 9, 10, 11, 12 6
Berlaku kasar terhadap
orang lain
13, 14, 15, 16, 17,
18 6
2. Melawan
perintah
Tidak mengikuti
perintah/aturan
19, 20, 21, 22, 23,
24 6
Membangkang atas
perintah guru dan orang
tua
25, 26, 27, 28, 29,
30 6
3. Merusak
Membuat keonaran 31, 32, 33, 34, 35,
36 6
Merusak barang-barang
pribadi
37, 38, 39, 40, 41,
42 6
Merusak barang-barang
milik orang lain.
43, 44, 45, 46, 47,
48 6
4. Permusuhan Suka bertengkar 49, 50, 51, 52, 53, 6
Ari Kurniawan, 2014
EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
54
Berlaku kejam terhadap
orang lain
55, 56, 57, 58, 59,
60 6
Menaruh rasa dendam 61, 62, 63, 64, 65,
66 6
Jumlah 66
3. Perumusan Butir Pernyataan Instrumen
Pernyataan instrumen mengacu pada kisi-kisi instrumen perilaku agresif.
Pernyataan-pernyataan yang terdapat pada instrumen perilaku agresif ditujukan untuk
mengukur gejala keagresifan, melawan perintah, merusak, dan permusuhan.
Pernyataan disesuaikan dengan tingkat berfikir responden, yaitu siswa kelas X SMK.
Setiap pernyataan disertai dengan alternatif respon yang disusun
menggunakan rating scale. Lima alternatif respon instrumen perilaku agresif siswa
yaitu, Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Kurang Sesuai (KS), Tidak Sesuai (TS), dan
Sangat Tidak Sesuai (STS)
Adapun kriteria alternatif respon instrument perilaku agresif adalah sebagai
berikut.
Tabel 3.5
Kriteria Alternatif Respon Instrumen
Alternatif Respon Deskripsi
SS Siswa merasa bahwa pernyataan sangat sesuai dengan
gambaran dirinya.
S Siswa merasa bahwa pernyataan sesuai dengan gambaran
dirinya.
KS Siswa merasa bahwa pernyataan kurang sesuai dengan
gambaran dirinya.
TS Siswa merasa bahwa pernyataan tidak sesuai dengan
gambaran dirinya.
STS Siswa merasa bahwa pernyataan sangat tidak sesuai dengan
gambaran dirinya.
Ari Kurniawan, 2014
EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
4. Uji Kelayakan Instrumen
Instrumen perilaku agresif disusun melalui beberapa tahap uji kelayakan,
yaitu penimbangan instrumen oleh pakar dan praktisi, uji keterbacaan, uji validitas
dan uji reliabilitas instrumen.
a. Penimbangan Instrumen oleh Pakar dan Praktisi
Instrumen yang telah dibuat, terlebih dahulu diuji kelayakannya oleh para
pakar. Uji kelayakan tersebut dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan
instrumen dari sisi bahasa, konstruk dan isi. Pertimbangan dilakukan oleh tiga ahli
bimbingan dan konseling yaitu tiga dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan
Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, yaitu Dr.
Tina Hayati Dahlan, S.Psi.,M.Pd., Dra. Hj. SW. Indrawati, M.Pd., dan Dr. Mubiar
Agustin, M.Pd.
Pertimbangan dilakukan untuk mendapatkan angket yang sesuai dengan
penelitian dan untuk mengetahui memadai atau tidaknya pernyataan dalam instrumen
dengan menilai dari sisi bahasa, konstruk dan isi. Pernyataan yang dinilai M
(memadai) bisa langsung digunakan namun pada pernyataan yang TM (tidak
memadai) perlu diubah dari segi bahasa, konstruk maupun isi atau dibuang sesuai
dengan pertimbangan para ahli.
Berdasarkan hasil uji kelayakan instrumen, dari total keseluruhan butir
pernyataan yang berjumlah 77, setelah divalidasi oleh para ahli maka ada beberapa
butir pernyataan yang harus diubah sisi bahasanya, diganti, dan dihilangkan maka
tinggal berjumlah 66.
b. Uji Keterbacaan
Uji keterbacaan instrumen dilakukan kepada peserta didik kelas XI SMK
Negeri 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013 yang tidak dijadikan anggota sampel
penelitian sebanyak tiga orang peserta didik. Tujuan uji keterbacaan instrumen yaitu
untuk mengukur sejauh mana peserta didik memahami isi dari instrumen yang
digunakan. Setelah melakukan uji keterbacaan, kemudian pernyataan-pernyataan
Ari Kurniawan, 2014
EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
yang tidak dipahami oleh peserta didik direvisi tanpa mengubah maksud dari
pernyataan tersebut agar dapat dimengerti oleh peserta didik.
c. Uji Validitas Instrumen
Arikunto (2010: 168) memaparkan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Validitas
item adalah derajat kesesuaian antara satu item dengan item-item yang lainnya dalam
cakupan yang ingin diukur dalam suatu perangkat instrumen.
Suatu instumen dapat dikatakan valid berarti instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2012:121).
Pengujian validitas data menggunakan rumus Spearman Brown. Pengolahan
data dalam penelitian dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 for Windows.
Berdasarkan pengolahan data, hasil uji validitas menunjukkan dari 66 butir
pernyataam dari angket perilaku agresif siswa 66 butir pernyataan dinyatakan valid.
Indeks validitas instrumen bergerak diantara 0,099 – 0,507 pada p < 0.05. (hasil
penghitungan validitas pada lampiran halaman 19).
Tabel 3.6
Hasil Uji Validitas Instrumen Perilaku AgresifSiswa Kelas X SMKN 3 Cimahi Kesimpulan Nomor Pernyataan Jumlah
Valid 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23,24,2
5,26,27,28,29,30,31,32,33,34,35,36,37,38,39,40,41,42,43,44,45,
46,47,48,49,50,51,52,53,54,55,56,57,58,59,60,61,62,63,64,65,66
66
Tidak Valid 0
Hasil perhitungan terhadap 66 butir soal untuk instrumen perilaku agresif,
tidak diperoleh item yang tidak valid, sehingga total item yang valid 66 item. Item-
item yang valid dijadikan instrumen dengan nomor-nomor yang disusun secara
berurutan.
d. Uji Reliabilitas Instrumen
Menurut Sukardi (2008: 127), reliabilitas sama dengan konsistensi atau
keajegan. Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang
Ari Kurniawan, 2014
EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur
yang hendak diukur.
Menurut Arikunto (2010: 196) untuk uji reliabilitas yang skornya merupakan
rentangan antara beberapa nilai atau berbentuk skala digunakan rumus Alpha. Rumus
Alpha tersebut dapat dilihat sebagai berikut.
Keterangan:
r 11 = Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir soal
∑Si = Jumlah varians butir
St = Varians total
(Arikunto, 2010: 196)
Titik tolak ukur koefisien reliabilitas yang digunakan adalah pedoman
interpretasi koefisien korelasi yang disajikan pada tabel 3.7 berikut:
Tabel 3.7
Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00-0,199
0,20-0,399
0,40-0,599
0,60-0,799
0,80-1,000
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
(Sugiyono, 2012: 257)
Perhitungan reliabilitas dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 dan
Microsoft Excel 2007, diperoleh hasil sebagai berikut.
(
) (
)
Ari Kurniawan, 2014
EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.8
Tingkat Reliabilitas Instrumen Perilaku Agresif Siswa
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.952 66
Berdasarkan tabel 3.9 didapatkan koefisien Cronbach's Alpha adalah 0,952
yang berada pada tingkat reliabilitas sangat tinggi. Berdasarkan hasil tersebut, dapat
disimpulkan bahwa instrumen perilaku agresifr dapat digunakan dengan baik dan
dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data mengenai perilaku agresif siswa SMK.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang dipilih untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan angket atau kuesioner. Arikunto (2010:194), menjelaskan
“angket adalah sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-
hal yang diketahuinya.”
Riduwan (2002:26), mengemukakan “tujuan penyebaran angket adalah
mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari responden tanpa
merasa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan
kenyataan dalam pengisian daftar pernyataan.” Tujuan penyebaran angket dalam
penenlitian ini adalah untuk mengungkap profil perilaku agresif siswa kelas X SMK.
Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket tertutup.
Riduwan (2002:27) menjelaskan “angket tertutup adalah angket yang disajikan dalam
bentuk sedemikian rupa (angket berstruktur) sehingga responden diminta untuk
memilih salah satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan
memberikan tanda silang (X) atau checklist (√).”
Ari Kurniawan, 2014
EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
Dalam mengumpulkan data, angket yang disebarkan kepada responden
berbentuk pernyataan-pernyataan mengenai perilaku agresif siswa yang terdiri dari
keagresifan, melawan perintah, merusak, dan permusuhan. Angket yang berisi 66
pernyataan (sebelum uji coba) disebarkan untuk mencari tingkat validitas dan
reliabilitas. Setelah didapatkan hasil validitas dan reliabilitas, angket yang berisi 66
pernyataan (setelah uji coba) disebarkan dalam tahap penelitian pretest dan posttest.
F. Analisis Data
Data yang diungkap melalui instrument perilaku agresif yang telah disebarkan
adalah profil perilaku agresif siswa kelas X SMK. Adapun langkah-langkah yang
ditempuh dalam mengolah data tersebut adalah sebagai berikut.
1. Verifikasi Data
Verifikasi data yang dimaksud adalah pemeriksaan kelengkapan jumlah
instrumen yang terkumpul harus sesuai dengan jumlah instrumen yang telah
disebarkan. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan identitas peserta didik yang dijadikan
subjek penelitian, yaitu nama lengkap, nomor absen, dan kelas.
2. Skoring
Langkah selanjutnya adalah penskoran data hasil penelitian. Setiap pernyataan
disertai dengan alternatif respon yang disusun menggunakan rating scale. Lima
alternatif respon instrumen perilaku agresif siswa yaitu, Sangat Sesuai (SS), Sesuai
(S), Kurang Sesuai (KS), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS).
Penskoran dilakukan dengan mengacu pada pedoman penyekoran sebagai berikut.
Tabel 3.9
Pola Skor Pilihan Alternatif Respon
Pernyataan Skor Pilihan Alternatif Respon
SS S KS TS STS
Negatif (-) 5 4 3 2 1
Ari Kurniawan, 2014
EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
3. Pengelompokkan dan Penafsiran Data
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil perilaku agresif siswa kelas X
SMK. Data hasil penelitian yang diperoleh dari angket yang telah disebarkan
kemudian diolah dan dianalisis untuk mengetahui makna skor yang dicapai peserta
didik dalam pendistribusian responnya terhadap instrument apakah prilaku agresifnya
sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Microsoft Office Excel
2007. Untuk mengetahui tingkat perilaku agresif siswa dilihat dari skor matang, skor
tersebut diperoleh dengan membagi nilai rata-rata jumlah skor actual dengan skor
ideal, kemudian dikalikan 100. Adapun penghitungan skor matang dan skor ideal,
sebagai berikut.
(Rahmat dan Solehuddin, 2006: 61)
Keterangan:
K = Jumlah Soal
N maks= Nilai maksimal jawaban pada setiap item pertanyaan
Selanjutnya, untuk menentukan kategori Sangat Tinggi (ST), Tinggi (T),
Sedang (S), Rendah (R), Sangat Rendah (SR), menggunakan nilai skala pengukuran
terbesar yaitu 5 dan skala pengukuran terkecil adalah 1. Skor maksimal idealnya
adalah 100, skor minimal idealnya 20, rentang skor 80, banyak kelasnya 5, dan
panjang kelasnya 16.
Berdasarkan perhitungan tersebut maka pengkategorian skor matang perilaku
agresif siswa SMK seperti dalam tabel 3.10 berikut.
Tabel 3.10
Kriteria Skor Matang Perilaku Agresif
KATEGORI KRITERIA
Rendah sekali 20-36
Ari Kurniawan, 2014
EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
Rendah 37-52
Sedang 53-68
Tinggi 69-84
tinggi sekali 85-100
G. Pengembangan dan Pelaksanaan Program
1. Pengembangan Program
Dalam rangka menghasilkan program konseling kelompok teman sebaya
untuk mereduksi perilaku agresif siswa yang layak dilaksanakan, maka disusun
tahapan kegiatan sebagai berikut.
a. Tahap pemotretan tentang need assesment siswa terhadap layanan konseling
kelompok diungkap melalui angket perilaku agresif yang disebarkan kepada
seluruh siswa. (Angket dapat dilihat pada lampiran di halaman 27 )
b. Tahap pengkajian hasil need assesment yang diperoleh dari hasil angket dan
sosiometri untuk dijadikan bahan masukan pengembangan program, pemilihan
konseli, dan pemilihan konselor sebaya. (Perhitungan statistik dan hasil
sosiometri dapat dilihat pada lampiran di halaman 32 )
c. Tahap pengembangan program konseling kelompok teman sebaya untuk
mereduksi perilaku agresif siswa. Berdasarkan kajian terhadap data hasil angket
disertai analisis terhadap konsep konseling kelompok teman sebaya dan teori
mengenai perilaku agresif, maka dikembangkan sebuah program konseling
kelompok teman sebaya.
d. Tahap judgement program. Untuk mengkaji kelayakan sebuah program adalah
dilakukan judgement program kepada pakar atau ahli bimbingan dan konseling di
lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia yaitu bapak Dr. Mubiar Agustin,
M.Pd. dan Nandang Budiman, S.Pd.,M.Si.. Judgement program juga dilakukan
kepada praktisi bimbingan dan konseling di sekolah yaitu ibu Tri Windarwati S.Pd yang
merupakan guru bimbingan dan konseling di SMK Negeri 3 Cimahi. Judgement atau
validasi program tersebut bertujuan untuk memperoleh rumusan program
konseling kelompok teman sebaya yang layak untuk dilaksanakan terhadap
Ari Kurniawan, 2014
EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
kelompok eksperimen di sekolah baik dari sisi bahasa, isi maupun konstruk.
Dengan demikian diperoleh saran-saran yang dapat dijadikan pertimbangan
dalam pengembangan program, sehingga tersusunlah program konseling
kelompok teman sebaya untuk mereduksi perilaku agresif siswa. (Hasil dan
kesimpulan dari masukan pakar dan praktisi bimbingan dan konseling dapat
dilihat pada lampiran di halaman 86 )
e. Uji coba lapangan. Kegiatan uji coba yang berbentuk penelitian pra-eksperimen
(one group pre test-post test) melibatkan siswa yang menjadi konselor sebaya
yaitu siswa yang popular dan skor rata-rata agresifnya tidak tinggi yaitu dalam
rentang 20-68 dan melibatkan sampel penelitian dengan skor rata-rata perilaku
agresif tinggi yaitu dalam rentang 69-84. Pelatihan calon konselor sebaya
dilakukan selama 4 minggu dengan 10 materi pertemuan pada bulan April-Mei
dan intervensi terhadap konseli dilakukan selama 3 minggu yaitu pada bulan
Mei-Juni.
f. Analisis dan revisi program. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas
program konseling kelompok teman sebaya dalam upaya mereduksi perilaku
agresif siswa. Revisi program dilakukan atas hasil analisis pada uji coba yaitu
dampak dan reaksi siswa selama proses konseling kelompok, sehingga terwujud
program akhir konseling kelompok teman sebaya yang mampu mereduksi
perilaku agresif siswa. (Hasil Program dapat dilihat pada lampiran di halaman
86 )
2. Pelaksanaan Program
Untuk pelaksanaan program tersebut adalah sebagaimana standar konseling
kelompok seperti yang dikemukakan oleh Gladding dalam Rusmana (2009: 86-97),
ada empat langkah utama yang harus ditempuh dalam melaksanakan konseling
kelompok, yakni; (1) langkah awal (beginning a group); (2) langkah transisi (the
transition stage in a group); (3) langkah kerja (the working stage in a group); dan (4)
langkah terminasi (termination of a group). Empat langkah tersebut selaras dengan
Ari Kurniawan, 2014
EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
langkah-langkah dinamika kelompok dari Tuckman, yakni forming, storming,
norming, performing, dan adjourning.
1. Tahap pertama adalah langkah awal (beginning a group). Menurut Gladding
dalam Rusmana (2009: 86) langkah awal konseling (beginning) paralel dengan
langkah pembentukan kelompok (forming) dari Tuckman. Pembentukan
kelompok terdiri dari perincian organisasional yang harus ditunjukkan sebelum
kelompok dimulai yaitu merumuskan tujuan, pemilihan anggota, dan pemilihan
calon konselor sebaya. Pada tahap pertama ini pula calon konselor sebaya dibina
atau dilatih oleh konselor agar dapat memberikan layanan sesuai harapan
konselor. Untuk pemilihan calon konselor sebaya ini maka dilakukan penyebaran
sosiometri kepada seluruh populasi untuk mengetahui siapakah siswa yang
dianggap mampu untuk menjadi pemimpin. Calon konselor sebaya yang dipilih
ialah siswa yang dipilih berdasarkan hasil sosiometrinya tinggi, hasil angket
perilaku agresifnya rendah. Setelah didapat siswa-siswa yang menjadi bakal calon
konselor sebaya tersebut, maka nama-nama bakal calon konselor sebaya tersebut
diajukan kepada konselor sebaya untuk didiskusikan lebih lanjut terutama
mengenai kriteria kualitas kondisi humanistik calon konselor sebaya seperti yang
disarankan oleh Tindall dan Gray (1985: 74) yaitu seperti karakteristik hangat,
memiliki minat pada kegiatan layanan bantuan, dapat diterima orang lain, toleran
terhadap perbedaan system nilai, dan energik. Setelah terpilih calon konselor
sebaya dari bakal calon konselor sebaya maka selanjutnya konselor sebaya dilatih
dengan delapan keterampilan dasar dalam konseling sebaya menurut Tindall dan
Gray yaitu Attending (member perhatian), emphatizing (melakukan empati),
summarizing (merangkum), questioning (bertanya), genuineness (keaslian),
assertiveness (asertif), confrontation (konfrontasi), dan problem solving
(pemecahan masalah). Dalam setiap akhir pemberian materi pelatihan tersebut,
calon konselor sebaya dievaluasi oleh peneliti yaitu dengan mempersilahkan
calon konselor sebaya mempraktekkan atau mensimulasikan kecakapan yang
Ari Kurniawan, 2014
EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
telah dilatihkan tersebut secara bergantian kepada calon konselor sebaya lainnya.
Selain itu juga calon konselor sebaya diberi soal evaluasi untuk mereka isi.
Setelah seluruh materi pelatihan tersebut diberikan kepada calon konselor sebaya
maka selanjutnya calon konselor sebaya diangkat menjadi konselor sebaya.
Selanjutnya konselor sebaya diberi pembekalan atau pemantapan mengenai
materi yang akan mereka berikan kepada konseli sebayanya.
2. Tahap kedua adalah tahap transisi (transition stage). Tahap ini adalah periode
kedua pasca pembentukan kelompok dan merupakan tahap awal sebelum
memasuki tahap kerja. Masa transisi ditandai dengan adanya tahapan forming dan
norming. Dalam tahap transisi ini adalah masa terjadinya konflik dalam
kelompok. Konflik dalam kelompok terjadi karena adanya kekhawatiran anggota
kelompok dalam memasuki proses konseling (Rusmana, 2009: 90). Pada tahap
kedua ini dilakukan kontrak perilaku terhadap konseli, pembagian kelompok, dan
konselor sebaya mulai diperkenalkan kepada konseli sebagai rekan sebaya yang
akan membimbing dan juga membantu konseli.
3. Tahap ketiga adalah tahap kerja (performing stage). Perhatian utama dalam
tahapan kerja adalah produktivitas kinerja. Masing-masing anggota kelompok
terfokus pada peningkatan kualitas kinerja untuk mencapai tujuan individu dan
kelompok (Rusmana, 2009: 96). Pada tahap kerja ini adalah tahap inti yaitu tahap
pemberian materi oleh konselor sebaya terhadap konseli. Tujuan tahap ini adalah
penciptaan harapan-harapan positif bagi anggota kelompok individu yang
mengharapkan keberhasilan, lebih mungkin untuk mencapai tujuan-tujuan
mereka. Pada bagian ini anggota kelompok mangkaji secara lebih spesifik upaya-
upaya yang mereka lakukan. Mereka mengidentifikasi dan menunjukkan perilaku
mereka yang ditargetkan untuk berubah, mengimplementasikan teknik-teknik
perubahan yang penting, dan mengukur tingkat kesuksesan mereka.
4. Tahap keempat adalah tahap terminasi (termination stage). Tahap terminasi
adalah tahap yang tidak kalah pentingnya dengan tahap pembentukan kelompok.
Pembubaran kelompok biasanya dipengaruhi oleh perpaduan kondisi emosi dan
Ari Kurniawan, 2014
EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
perampungan tugas-tugas kelompok. Inilah saatnya ketika perilaku anggota
kelompok berubah. Secara umum konseling kelompok akan berakhir ketika
kelompok telah merampungkan misi-misinya (Rusmana, 2009: 100).
Keseluruhan intervensi dalam program ini dalam pelaksanaannya mencakup
keempat tahapan dalam konseling kelompok. Dari keempat tahapan tersebut
diaplikasikan dalam 8 sesi. Untuk lebih jelasnya gambaran setiap sesi intervensi
konseling kelompok teman sebaya untuk mereduksi perilaku agresif siswa sekolah
menengah kejuruan adalah sebagai berikut:
Sesi 1
Dalam sesi ini ialah pelatihan konselor sebaya terhadap calon konselor teman
sebaya. Tujuan dalam pelatihan ini adalah untuk melatih dan mengenalkan konselor
sebaya tentang konsep serta keterampilan dasar dalam memberikan layanan bantuan
yakni keterampilan seorang konselor sebaya. Dalam sesi ini konselor sebaya dilatih
agar memiliki keterampilan dalam berkomunikasi, keterampilan dasar mendengarkan
secara aktif, mampu menunjukkan empati kepada teman yang mengalami kesulitan-
kesulitan sosial atau emosional, serta memiliki keinginan untuk memberikan
dukungan kepada temannya, dan sebelumnya diberikan materi mengenai apa itu
konseling teman sebaya. Secara khususnya pelatihan konselor sebaya ini sesuai
dengan delapan keterampilan dasar dalam konseling sebaya menurut Tindall dan
Gray ialah Attending (member perhatian), emphatizing (melakukan empati),
summarizing (merangkum), questioning (bertanya), genuineness (keaslian),
assertiveness (asertif), confrontation (konfrontasi), dan problem solving (pemecahan
masalah).
Sesi 2
Sesi ini peneliti memberikan konselor sebaya pembekalan materi yang akan
konselor sebaya berikan kepada konseli. Pemahaman terhadap materi ini penting
dimiliki oleh konselor sebaya untuk disampaikan kepada konseli sebaya mereka.
Ari Kurniawan, 2014
EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
Dengan kata lain materi ini merupakan materi yang akan dilaksanakan oleh konselor
sebaya terhadap konseli sebaya untuk mereduksi perilaku agresif mereka.
Sesi 3
Sesi ini bertujuan agar siswa memahami seputar perilaku agresif dan memiliki
komitmen untuk turut serta dalam gerakan anti perilaku aresif yang ditandai dengan
kesediaan untuk mengikuti seluruh sesi intervensi. Sesi ini berjudul “Apa itu Agresif”
dan dalam pelaksanaannya menggunakan teknik diskusi dan kontrak perilaku. Pada
sesi ini juga merupakan untuk pembentukan kelompok.
Sesi 4
Sesi ini bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mengurangi perilaku
keagresifannya. Dalam sesi ini layanan yang diberikan berjudul “Akibat Perilaku
Agresif” dan “Pengalaman Berlaku Kasar” layanan ini menggunakan media video
dan kertas kosong dan melalui teknik diskusi dan simulasi dan diakhiri dengan
konseling
Sesi 5
Sesi ini bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mengurangi perilaku
melawan perintah. Pada sesi ini layanan yang diberikan berjudul “Apakah Saya Suka
Melawan Perintah” dan “Patuhilah Perintah” dengan menggunakan media lembaran
kertas isian dan melalui teknik diskusi dan simulasi dan diakhiri dengan konseling.
Sesi 6
Sesi ini bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mengurangi perilaku
merusak. Pada sesi ini layanan yang diberikan berjudul “Hasil Dari Membuat
Keonaran” dan “Rapi Itu Nyaman” dengan menggunakan media video dan kertas
kosong dan melalui teknik diskusi dan simulasi dan diakhiri dengan konseling
Sesi 7
Sesi ini bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mengurangi perilaku
permusuhan. Dalam sesi ini layanan yang diberikan berjudul “Akibat Permusuhan”
dan “Saya Benci” dengan menggunakan media video dan potongan berita dan melalui
teknik diskusi dan simulasi dan diakhiri dengan konseling
Ari Kurniawan, 2014
EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK TEMAN SEBAYA DALAM MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
Sesi 8
Sebagai sesi penutup, kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh umpan balik
dari anggota kelompok mengenai keseluruhan intervensi konseling yang telah mereka
jalani. Dan pada sesi ini pula dilaksanakan pembubaran kelompok.