29
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas 5 SDN Tambaharjo 02 Kecamatan Pati,
Kabupaten Pati. Peneliti melakukan penelitian di kelas 5 karena kelas ini menjadi
tanggung jawab peneliti.
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 5 sebanyak 26 siswa yang
terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Penelitian ini semua siswa
terlibat dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Make a Match dengan media Flashcard.
3. 2 Variabel dan Definisi Operasional
Hatch dan Farhady dalam widoyoko (2015: 1) menjelaskan variabel
merupakan atribut seseorang atau objek, mempunyai “variasi” antara satu orang
dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain.
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel terikat dan variabel bebas.
Uraian tentang kedua variabel akan dikemukakan di bawah ini:
3.2.1 Variabel Bebas (X)
Sugiyono (2015: 61) menjelaskan variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi atau penyebab terjadinya perubahan pada variabel lain. Variabel
bebas pada penelitian ini adalah model pembelajaran Make a Match dengan media
Flashcard.
3.2.2 Variabel Terikat (Y)
Sugiyono (2015: 5) menjelaskan variabel terikat adalah variabel yang
dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat
pada penelitian ini adalah keaktifan dan hasil belajar dalam pembelajaran IPA KD
Organ Pernapasan Manusia dan Hewan.
1.2.3 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan definisi yang didasarkan pada sifat yang
didefinisikan dan dapat diamati. Pada konsep yang diamati, terbuka kemungkinan
bagi orang lain selain peneliti untuk melakukan hal yang serupa sehingga apa
30
yang dilakukan oleh peneliti terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain
(Widoyoko, 2015: 130).
3.2.3.1 Definisi Operasional Make a Match
Berdasarkan kajian teori, dapat dirumuskan definisi operasional variabel
make a match adalah pembelajaran mencari pasangan kartu pada KD organ
pernapasan manusia dan hewan. Model pembelajaran ini dimulai dari guru
menyiapkan beberapa kartu, membagikan kartu, mencari pasangan, mencocokan
kartu, presentasi dan kesimpulan.
3.2.3.2 Definisi Operasional Keaktifan dan Hasil Belajar
Keaktifan siswa merupakan tingkah laku siswa dalam proses belajar yang
berlangsung dalam kelas meliputi aktivitas siswa dalam memperhatikan
penjelasan guru, memikirkan jawaban/soal dari kartu yang di dapat, mencari
pasangan, mencocokan kartu, presentasi hingga mendengarkan konfirmasi/
kesimpulan dari guru.
Hasil belajar merupakan pola perbuatan, nilai, pengertian sikap, apresiasi,
keterampilan mencakup kemampuan kognitif, afektif, psikomotor. Adanya
perubahan perilaku pada siswa setelah mengikuti proses belajar. Hasil belajar IPA
pada penelitian ini dibatasi pada materi organ pernapasan manusia dan hewan.
3.3 Prosedur Tindakan
Prosedur yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas. Menurut Arikunto (2011:130), penelitian tindakan kelas merupakan suatu
pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja muncul dan diamati hasilnya secara
seksama. Rancangan penelitian ini mengunakan model dari Kemmis dan MC
Taggart. Model PTK menggambarkan adanya empat langkah (dan
pengulangannya) yaitu langkah perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi (Arikunto, 2011: 137)
Skema langkah-langkah PTK sebagai berikut:
31
3.1 Gambar Prosedur PTK menurut Kemmis dan MC taggart (dalam
Arikunto, 2010: 137)
Untuk lebih jelasnya, peneliti akan jelaskan prosedu penelitian sebagai berikut:
1. Tahap 1: Menyusun rancangan tindakan (Planning)
Perencanaan tindakan dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa
berdasarkan hasil identifikasi yang ditemukan peneliti.
2. Tahap 2: Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pada tahap pelaksanaan, peneliti akan melakukan tindakan berupa
pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran Make a Match
dengan media Flashcard pada pembelajaran IPA siswa kelas 5 SDN
Tambaharjo 02 Pati.
3. Tahap 3: Pengamatan (Observing)
Pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.
Pengamatan ini digunakan untuk mengamati aktivitas guru dalam
mengajar dan mengelola kelas. Serta mengamati aktivitas siswa selama
mengikuti pembelajaran. Dengan pengamatan ini berfungsi untuk
pengumpulan data dan dokumentasi.
Perencanaan
SIKLUS I
Pengamatan
SIKLUS II
Pengamatan
?
Pelaksanaan
pelaksanaan
Refleksi
Refleksi
Perencanaan
32
4. Tahap 4: Refleksi (Reflecting)
Tahap refleksi ini adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang
sudah dilakukan. Refleksi dijadikan bahan evaluasi hasil pengamatan
sehingga dapat diketahui tingkat keberhasilan.
3.3.1 Perencanaan Tahap
Perencanaan tahap penelitian yang akan dilaksanakan terbagi menjadi dua
tahap, yaitu perencanaan siklus I dan perencanaan siklus II. Kedua tahap
tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
3.3.1.1 Perencanaan siklus I
Siklus terdiri dari 3 pertemuan. Masing-masing pertemuan terdiri atas 2
jam pelajaran. Tiap jam pelajaran 35 menit. Pada siklus I, pertemuan 1 dan 2
digunakan untuk proses pembelajaran sedangkan pertemuan 3 digunakan
untuk evaluasi. Tindakan yang dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Perencanaan (Planning)
1. Menelaah materi pembelajaran IPA kelas 5 materi Organ
Pernapasan Manusia dan Hewan dengan menelaah indikator-
indikator pelajaran.
2. Mengidentifikasi kesulitan siswa dalam mengikuti pembelajaran
IPA dan hambatan guru ketika menyampaikan materi pada
pembelajaran sebelum penelitian dilakukan.
3. Menyusun RPP, pedoman observasi aktivitas siswa, pedoman
observasi aktivitas guru, instrumen soal, dan pedoman penskoran.
4. Menyiapkan alat peraga dan dokumentasi
b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi dari perencanaan
tindakan yaitu melaksanakan pembelajaran dengan model
pembelajaran Make a Match dengan media Flashcard pada materi
Organ Pernapasan Manusia dan Hewan. Tindakan yang dilakukan
pada siklus I dilaksanakan dalam tiga kegiatan yang meliputi kegiatan
pendahuluan, inti, dan penutup.
c. Pengamatan (Observing)
33
Peneliti melakukan pengamatan pada saat pembelajaran berlangsung.
Kegiatan observasi terdiri dari mengamati kemampuan siswa,
menemukan pasangan yang sesuai dengan pertanyaan dan jawaban,
mencari kelompok diskusi serta kerja sama dengan kelompoknya.
Sedangkan untuk mengamati aktivitas guru dalam pembelajaran
dilakukan oleh observer
d. Refleksi (Reflecting)
Peneliti melakukan evaluasi hasil pengamatan dan menganalis hasil
pembelajaran serta membuat simpulan atas pelaksanaan
pembelajaran. Apabila hasil belajar siswa belum ada peningkatan,
maka bisa dilnjutkan ke siklus berikutnya.
3.3.1.2 Perencanaan Siklus II
Siklus II terdiri dari 3 pertemuan seperti siklus I. Tindakan yang dilakukan
meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Perencanaan (Planning)
Dalam perencanaan tindakan pembelajaran ini berdasarkan pada siklus I
yang terdiri dari:
1. Membuat rencana tindakan model pembelajaran Make a Match yang
sudah diperbarui berdasarkan kelemahan yang diketahui dari
pelaksanaan pada siklus I.
2. Menyiapkan alat peraga dan dokumentasi
3. Menyiapkan RPP.
4. Menyiapkan lembar observasi aktivitas siswa, soal evaluasi
b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada siklus II dilaksanakan dalam
tiga pertemuan yang meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup.
c. Pengamatan (Observing)
Peneliti melakukan pengamatan pada saat pembelajaran berlangsung.
Kegiatan observasi terdiri dari mengamati kemampuan siswa, menemukan
pasangan yang sesuai dengan pertanyaan dan jawaban, mencari kelompok
34
diskusi, serta kerja sama dengan kelompoknya. Sedangkan untuk
mengamati aktivitas guru dalam pembelajaran dilakukan oleh observer.
d. Refleksi (Reflecting)
Peneliti melakukan evaluasi hasil pengamatan dan menganilis hasil
pembelajaran serta membuat simpulan atas pelaksanaan pembelajarannya.
Apabila hasil belajar belum ada peningkatan, maka bisa dilanjutkan ke
siklus berikutnya sampai terdapat peningkatan hasil belajar.
3.3 Teknik dan Alat pengumpulan Data
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data
Dalam suatu penelitian, Pengumpulan data digunakan untuk memperoleh
data yang benar dan akurat. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
berupa teknik tes dan non tes yang secara lebih rinci dapat dilihat dari uraian
sebagai berikut:
3.3.1.1 Teknik Tes
Teknik tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan atau
sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik untuk
mengukur tingkat pemahaman dan penguasaannya terhadap cakupan
materi yang dipersyaratkan dan sesuai dengan tujuan pengajaran tertentu
(Poerwanti, 2008: 15)
Dalam penelitian ini teknik tes berupa tes tertulis yaitu dengan alat
pengumpulan data berupa soal evaluasi yang diberikan kepada siswa pada
akhir siklus. Tes ini digunakan untuk mengukur atau memberi angka
terhadap proses pembelajaran ataupun pekerjaan siswa sebagai hasil
belajar yang merupakan cerminan tingkat penguasaan terhadap materi
yang diajarkan.
3.3.1.2 Teknik Non Tes
Teknik non tes adalah suatu alat penelitian yang digunakan untuk
mendapatkan informasi tertentu tentang keadaan peserta tes tanpa menggunakan
tes (Hamdani, 2011: 316). Dalam penelitian ini, teknik non tes yang dilakukan
menggunakan metode observasi.
35
a. Metode Observasi
Observasi adalah salah satu bentuk teknik non tes yang digunakan untuk
menilai pengamatan terhadap objek secara langsung, seksama, dan sistematis
(Hamdani, 2011: 317).
Dalam penelitian ini, observasi difokuskan untuk mengamati aktivitas siswa
dan aktivitas guru yang disusun melalui lembar observasi/lembar pengamatan.
3.3.2 Instrumen Pengumpulan Data
1) Instrumen observasi
Instrumen observasi pada penelitian ini berupa lembar observasi kegiatan
guru dan siswa yang digunakan untuk mengukur keaktifan dan hasil belajar siswa.
Hal ini dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung dan pada akhir proses
pembelajaran. Lembar observasi diisi oleh teman sejawat dengan memberi tanda
(√) pada setiap indikator penilaian aktivitas siswa.
Jawaban dibuat dalam bentuk skala (skala likert) yaitu skor 4 sampai
dengan 1. Kemudian, data hasil perolehan skor observasi aktivitas siswa yang
berupa angka ditafsirkan dalam penegrtian kualitatif. Apablia pernyataan pada
msaing-masing indikator penilaian observasi dilakukan oleh siswa dengan sangat
baik, maka mendapat skor 4. Skor 3 apabila pernyataan pada masing-masing
indikator penilaian observasi dilakukan oleh siswa dengan baik, skor 2 apabila
pernyataan pada masing-masing indikator penilaian observasi dilakukan oleh
siswa cukup, dan skor 1 apabila pernyataan pada masing-masing indikator
penilaian observasi dilakukan oleh siswa dengan kurang.
Skala likert digunakan untuk memberikan penilaian terhadap sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok tentang fenomena
sosial(Sugiyono, 2012: 134). Instrumen observasi dibuat berdasarkan indikator
kisi-kisi dengan model make a match. Kegiatan observasi dilakukan pada setiap
pelaksanaan tindakan penelitian baik siklus I maupun siklus II. Kisi-kisi aktivitas
guru dan siswa dalam pembelajaran IPA
36
Kisi-Kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa
No Sintak Make a Match dengan
media Flashcard
Tindakan Observasi No. Item
1. Menyiapkan beberapa Kartu siswa memahami kartu
yang akan diterima
1.
1-4
2. Membagikan beberapa kartu Siswa menerima kartu
dan siswa memikirkan
apa yang harus dilakukan
5-8
3. Mencari Pasangan Siswa mencari pasangan
berdasarkan kartu yang
diperoleh
9-12
4 Mencocokan Kartu Siswa mencocokan kartu
jawaban ataupun
pertanyaan dari kartu
yang dibagi
13-15
5. Presentasi Siswa mempresentasikan
hasil diskusi dari kartu
jawaban maupun
pertanyaan
16-20
6. Kesimpulan Siswa menyimpulkan
hasil presentasi
21-24
Kisi-Kisi Lembar Observasi Aktivitas Guru
No Sintak Make a Match dengan
media Flashcard
Tindakan Observasi No. Item
1. Menyiapkan beberapa Kartu Guru menjelaskan materi
sambil menyiapkan kartu
yang berisi pertanyaan
ataupun jawaban
1-4
2. Membagikan beberapa kartu Guru membagikan
beberapa kartu yang
berisi pertanyaan dan
jawaban
5-8
3. Mencari Pasangan Guru membimbing siswa
untuk mencari pasangan
9-15
4. Mencocokan Kartu Guru membimbing/
mengarahkan siswa
untuk mencocokan kartu
dengan teman atau
pasangan
13-16
5. Presentasi Guru mengarahkan/
Membimbing siswa
mempresentasikan hasil
dari kartu yang diperoleh
17-20
6. Kesimpulan Guru membimbing siswa
menyimpulkan hasil
presentasi
21-24
37
3.4 Analisis Data
Peneliti menggunakan teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif.
3.4.1 Data Kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari hasil pengamatan dengan menggunakan lembar
pengamatan aktivitas guru, aktivitas siswa.
Dalam poerwanti dkk (2008: 6-9) menerangkan bahwa cara untuk mengolah
data skor dalam empat kategori tersebut sebagai berikut:
1. Menetukan skor terendah
2. Menentukan skor tertinggi
3. Mencari median
4. Membagi rentang nilai menjadi 4 kategori (sangat baik, baik, cukup, dan
kurang)
a. Skor 4 jika kategori sangat baik
b. Skor 3 jika kategori baik
c. Skor 2 jika kategori cukup
d. Skor 1 jika kategori kurang
Penghitungan data skor dilakukan dengan cara sebagai berikut:
R = skor terendah
T = skor tertinggi
n = banyaknya skor n = (T – R) + 1
Hamid dan Heryanto (2008: 5) untuk menentukan Ki (i=1, 2, 3) menggunakan
rumus:
letak Ki = (n+1) = x
Nilai Ki = nilai data ke – x + angka dibelakang koma pada x (nilai data ke-(x+1) –
nilai data ke-x) atau
Nilai Ki = Letak Ki + (R-1)
3.4.2 Data kuantitatif
Data kuantitatif berupa data hasil belajar kognitif siswa kelas 5 SDN
Tambaharjo 02 Pati yang diperoleh dari hasil evaluasi yang dilakukan pada
setiap akhir siklus.
38
Dalam penelitian ini, data kuantitatif berupa hasil belajar kognitif
dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif. Teknik
analisis statistik deskriptif dilakukan dengan menentukan persentase ketuntasan
hasil belajar, rata-rata (mean) dan standar deviasi.
a. Menghitung persentase ketuntasan belajar klasikal digunakan rumus
sebagai berikut. (Aqib dkk, 2009: 41):
b. Standar deviasi
Untuk data tunggal
Keterangan:
SD = Standar deviasi
∑X2 = Jumlah deviasi kuadrat
N = Jumlah individu/kejadian dalam distribusi
Untuk data Bergolong
Keterangan:
SD = Standar deviasi
∑X2 = Jumlah deviasi kuadrat
F =Jumlah data
(Awaluddin Tjalla: 2008)
Pada penelitian ini, batas nilai minimal ketuntasan peserta didik sesuai
dengan KKM yang sudah ditetapkan SDN Tambaharjo 02 Pati. KKM pada mata
pelajaran IPA yaitu 75. Jadi siswa dikatakan tuntas jika mendapat nilai ≥ 75
secara individu, jika siswa mendapat ≤ 75 maka belum tuntas dan harus mengikuti
remedial
P =
X 100 %
39
Tabel 3.4 Kriteria Ketuntasan Minimal Belajar Siswa
KKM Kategori
Individual Klasikal
≥ 75 ≥75 Tuntas
< 75 <75 Tidak Tuntas
(KKM Mata Pelajaran IPA Kelas 5 SD Negeri Tambaharjo 02 Pati)
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa untuk hasil belajar siswa yang nilainya
dibawah 75 maka dinyatakan tidak tuntas. Sedangkan hasil belajar siswa yang
nilainya yang sama atau lebih besar sama dengan 75 (≥ 75) maka dinyatakan
tuntas.
3.5 Uji Coba Instrumen, Validitas, dan realibilitas
3.6.1 Uji Coba Instrumen
Widoyoko (2015: 51) menjelaskan instrumen penelitian merupakan
alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data dengan
cara melakukan pengukuran. Instrumen penelitian yang digunakan berupa
tes pilihan ganda.
Tes pilihan ganda yang digunakan dalam penelitian ini difungsikan
untuk mengukur bagaimana hasil belajar siswa, dengan cara memberi soal
pertanyaan pilihan ganda yang telah disediakan lengkap dengan pilihan
jawaban yang berkaitan dengan soal.
Penyusunan instrumen berasal dari variabel-variabel penelitian
yang telah ditetapkan untuk diteliti. Dari variabel-variabel tersebut
diberikan definisi operasionalnya, dan selanjutnya ditentukan indikator
yang akan diukur. Dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-
butir soal. Untuk memudahkan penyusunan instrumen dapat membuat
kisi-kisi instrumen. Sebelum instrumen digunakan pada sampel penelitian,
harus lebih dulu diujicobakan untuk mengetahui validitas dan realibilitas
instrumen.
40
3.6.2 Validitas
Arikunto (2010: 211) menjelaskan validitas adalah suatu ukuran
yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu
instrumen. Untuk mengetahui validitas yaitu dengan uji coba pada siswa
lain. Hal ini untuk mengetahui validitas butir instrumen. Untuk
mengetahui validitas butir instrumen digunakan rumus korelasi product
moment, yaitu:
rxy =
Keterangan:
X = skor item rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan y
Y = skor total n = jumlah sampel
Dikatakan valid jika r hitung > r tabel dengan taraf kepercayaan
95% dikatakan tidak valid jika r hitung < r tabel dengan taraf kepercayaan
95% (Widoyoko, 2015: 145-147)
Pada penelitian ini uji validitas menggunakan anates. Jumlah butir
soal adalah 40 butir soal untuk setiap siklus. Instrumen untuk siklus I
setelah diujicobakan yang valid 26 butir soal dengan rincian sebagai
berikut.
Tabel 3.5
Soal siklus I yang valid
Nomor yang valid Nomor yang tidak valid
1,3,5,7,8,9,10,11,13,14,16,17,19,21,23,
24,26,27,29,30,32,34,35,36,39,40
2,4,6,12,15,18,20,22,25,28,31,33
37,38
Jumlah 26 Jumlah 14
Sedangkan instrumen untuk siklus II setelah diujicobakan yang valid 21
butir soal dengan rincian sebagai berikut:
41
Tabel 3.6
Soal siklus II yang valid
Nomor yang valid Nomor yang tidak valid
1,2,3,4,6,7.8,9,10,14,15,16,17,18,19,20,21,28,
31,39,40
5,11,12,13,22,23,24,25,26,27,29,
30,32, 33,3435,36,37,38
Jumlah 21 Jumlah 19
3.6.3 Realibilitas
Uji realibilitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
menganalisis data dari pengumpulan data, berdasarkan sistem pemberian (scoring
system) instrumen. Metode yang digunakan adalah instrumen skor diskrit yang
sistem skoringnya 1 dan 0. Untuk mengetahui koefisien reliabilitas tes soal
bentuk ganda digunakan rumus Kuder Richadson 20 (KR-20) yaitu:
r11 =
Keterangan:
r11 : koefisien reliabilitas
n : jumlah butir soal
: proporsi jawaban benar
: proporsi jawaban salah
S2 :
Varians skor total
Angka realibilitas instrumen yang diperoleh dengan rumus Kuder
Richadson dibandingkan dengan nilai konstanta. Jika r Alpha lebih tinggi dari
konstanta (0,70) maka instrumen tersebut dikatakan reliabel (Widoyoko, 2015:
160-165)
Uji reliabilitas instrumen soal siklus I dan II menggunakan bantuan
program anates. Dari hasil perhitungan anates tersebut setiap siklus menunjukkan
nilai realibilitas 0,80. Berdasarkan nilai reliabilitas 0,80 sudah dapat dikatakan
soal instrumen itu reliabel.
42
3.7 Indikator Keberhasilan
Pembelajaran IPA melalui model pembelajaran Make a Match dengan
media flashcard dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas 5
SDN Tambaharjo 02 Pati dengan indikator sebagai berikut:
1. Dengan model Make a Match dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa
kelas 5 SDN Tambaharjo 02 Pati dalam kategori baik.
2. Ketuntasan hasil belajar siswa kelas 5 SDN Tambaharjo 02 Pati dengan
model pembelajaran Make a Match dengan media flashcard mencapai
81%.