29
BAB III
PENCIPTAAN ALAM DALAM
PERJANJIAN LAMA DAN AL-QUR'AN
A. Penciptaan Alam menurut Perjanjian Lama
Kisah penciptaan yang terdapat di dalam tradisi Perjanjian Lama ini
merupakan suatu pujian besar untuk meluhurkan Allah beserta karya-
karyanya. Di dalam penciptaan yang sangat mengesankan ini terdapat di
dalam kitab Kejadian I ayat 1-31, Perjanjian Lama menaruh perhatian besar
akan kosmos seluruhnya.
Ayat penciptaan tentang alam terdapat di awal Bibel dalam Kejadian I
ayat 1 dan 2 yang berbunyi :
1. Bahwa pada mula pertama dijadikan Allah akan Langit dan Bumi 2. Maka Bumi itu lagi campur baur adanya, yaitu suatu hal yang
ketutupan kelam kabut; maka roh Allah melayang-layang di atas muka air.1
Dalam Kejadian I ayat 1 yang berbunyi: “Pada mulanya Allah
menciptakan Langit dan Bumi.” Karya ciptaan Allah diberitakan sebagai
permulaan dari sejarah perjanjian Allah. Ayat di atas adalah untuk
menggambarkan keadaan Bumi ketika mula-mula diciptakan Allah. Bumi
pada waktu itu adalah suatu yang tidak mempunyai bentuk, dan ini sesuai
dengan kata-kata Creatio ex Nihilo yang artinya menciptakan tanpa
menggunakan sesuatu, menciptakan dari yang tidak ada.2
Pada ayat 1, “ pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi “ ayat
di atas dianggap sebagai judul seluruh bab ini. Kemudian pada akhir ayat 2:
“Roh Allah melayang-melayang di atas permukaan air”, maksudnya adalah
persiapan untuk menciptakan yang dilakukan oleh Allah.3
1Lembaga Al-Kitab Indonesia, Kitab Perjanjian Lama I, Percetakan Lembaga Al-Kitab
Indonesia, Jakarta, 1996, hlm. 9 2Abineno, Pokok-pokok Penting dari Iman Kristen, Gunung Mulia, Jakarta, 1993, hlm. 33 3F.L Bakker, Sejarah Kerajaan Allah Perjanjian Lama, Gunung Mulia, Jakarta, 1993,
hlm. 33
30
Selanjutnya riwayat penciptaan yang sebenarnya adalah mulai dalam
Kejadian I : 3-5 yang berbunyi :
3. Berfirmanlah Allah : “ Jadilah terang.” Lalu terang jadi 4. Allah melihat bahwa terang baik, lalu dipisahkannyalah terang itu
dari gelap. 5. Dan Allah menamai terang itu siang dan gelap itu malam. Jadilah
petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama.4 Pada ayat 3 maksudnya adalah suatu susunan penciptaan terjadi oleh
perintah eksekutif. Sedangkan pada ayat 4,5, maksudnya terang siang hari,
sesuai tujuan Allah seperti dinyatakan di dalam nama, yang diberikan oleh-
Nya (Bnd Ayb 38: 12-15,…19), diantarkan bukan untuk meniadakan
kegelapan bumi, melainkan untuk menyelingi kegelapan itu dengan terang,
dalam urutan-urutan yang baik tentang siang dan malam.5
Selanjutnya Allah memisahkan terang itu dari gelap dan Allah
menyebutkan terang itu pagi dan gelap itu malam. Jadi kegelapan tidaklah
lenyap sama sekali. Tetapi gelap itu menjadi malam ini berarti bahwa gelap itu
kehilangan sengatnya. Kehilangan sifatnya yang berbahaya, gelap itu tidak
lagi berbahaya, sebab malam sudah selalu diikuti dan diganti oleh fajar siang.
Dan kemudian Allah menciptakan Bulan dan Bintang-bintang yang akan
menguasi malam. Jadi tidak pernah lagi gelap segelap-gelapnya dibumi.6
Selanjutnya para ahli Kitab Kejadian I pada ayat 6-8, menerangkan
hari kedua.
6. Maka Firman Allah : “Hendaklah ada suatu bentangan pada sama tengah air itu supaya diceraikan dengan air.”
7. Maka dijadikan Allah akan bentangan itu serta diceraikanlah air yang dibawah bentangan itu dari air yang diatas bentangan. Maka jadilah demikian.
8. Lalu Allah menamai akan bentangan itu langit. Setelah petang dan pagi maka itulah hari yang kedua.7
4Lembaga Al-Kitab Indonesia, op. cip., hlm. 9 5Soedarmo, Tafsiran al-Kitab Masa Kini, Gunung Mulia, Jakarta, 1982, hlm. 81 6F.L Bakker, op. cit., hlm. 9 7Lembaga Al-Kitab Indonesia, op. cit., hlm. 9
31
Pada ayat 6 menjelaskan cakrawala sebagai semacam kubah kokoh
yang menahan air yang ada di atasnya melalui tingkap-tingkap di cakrawala
itu turunlah air yang menyebabkan air bah.8
Di dalam tafsiran Perjanjian Lama tentang ayat 6-8 menjelaskan
cakrawala menunjuk kepada langit seperti penampakannya sebagai sebuah
tutup atau kemah yang besar, dibentangkan oleh Allah di atas kamar-Nya (Bnd
Mzm: 2, Ams 8: 27, Yes 40: 22). Untuk memisahkan air dari air. Dengan
pemisahan ini dibedakanlah antariksa dengan air di bumi, langkah pertama
dalam membatasi samudra raya. Pada ayat 7, air di bawah menuntut
pembatasan lebih lanjut (Bnd ayat 9). Air di atas adalah awan-awan (Bnd-
Ams-8:28). Atau dalam bahasa sajak, wadah hujan dalam ‘kamar-kamar
loteng’ Allah (Mzm: 13).9
Selanjutnya para ahli Kitab Kejadian I pada ayat 9-13 menerangkan
hari ketiga.
9. Maka Firman Allah : “Hendaklah segala air yang di bawah langit itu berkumpul pada suatu tempat, sehingga kelihatan yang kering.” Dan jadilah demikian.
10. Lalu Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu dinamainya laut. Allah melihat bahwa semuanya baik.
11. Berfirmanlah Allah : Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segela jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji supaya ada tumbuh-tumbuhan dibumi. Dan jadilah demikian.
12. Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda segala jenis tumbu-tumbuhan yang berbiji dan segala jenis pohon-pohanan yang menghasilkan buah berbiji. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
13. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari ketiga.10
Pada hari yang ketiga Allah memisahkan laut dari tanah kering. Allah
memerintahkan supaya segala air yang ada di bawah langit itu berkumpul pada
8Lembaga Biblika Indonesia, Kitab Suci Perjanjian Lama, Percetakan Lembaga Al-Kitab
Indonesia, Jakarta, 1975, hlm. 27 9Soedarmo. op. cit., hlm. 81 10Lembaga Al-Kitab Indonesia, op. cit., hlm. 9
32
satu tempat. Pada satu tempat dalam terjemahan Yunani artinya menjadi satu
kumpulan.
Dalam ayat 9-13, para ahli kitab menafsirkan pada hari ketiga yakni
dalam pengaturan lebih lanjut terhadap samudra yang pertama itu muncullah
daratan sebagai kawasan bumi yang lain (Bnd Ams 8: 25, 29, Mzm 104: 7-9).
Sepuluh kawasan air di bawah (Bnd ayat 6-7) sekarang bersifat tanah yang
dibasahi air atau laut. Ayat 11, 12 sarana-sarana yang kodrati untuk
mendukung hidup disediakan (Bnd 2:5). Penabur Ilahi menaburkan benih
firmannya yang mengandung daya cipta dan bumi pada kakinya menghasilkan
tumbuh-tumbuhan.11 Setalah laut dan darat dipisahkan maka Allah melihat
pekerjaannya itu dan menganggapnya itu baik. Sekaranglah baru air itu
ditekan betul-betul. Air yang ada di atas telah ditahan oleh cakrawala, sedang
air yang ada di bawah sudah menjadi laut, maksudnya tempat tinggal bagi
manusia sudah siap. Hanya perlengkapan belum ada, oleh sebab itu Allah
memerintahkan supaya tanah itu memancarkan tunas-tunas muda, tumbuh-
tumbuhan yang berbiji, pohon buah-buahan yang menurut jenisnya
berbuahkan buah yang berbiji. Sekarang satu kata sudah cukup dan dengan
taat bumi itu memancarkan tumbuh-tumbuhan.12
Selanjutnya, para ahli Kitab Kejadian I ayat 14-19 menerangkan hari
keempat.
14. Berfirmanlah Allah : “Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang jadi malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan massa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun.”
15. Dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu menerangi bumi. Dan jadilah demikian.
16. Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasi siang dan yang lebih kecil untuk menguasi malam, dan menjadikan hujan bintang-bintang.
17. Allah menaruh semuanya itu dicakrawala untuk menerangi bumi 18. Dan untuk menguasi siang dan malam, dan memisahkan terang
dari gelap Allah melihat bahwa semua itu baik.
11Soedarmo. op. cit., hlm. 81 12F.L Bakker, op. cit., hlm. 12
33
19. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keempat.13 Pada hari keempat yang terdapat pada ayat 14-19, menguraikan sistem
kosmis, melalui mana hasil-hasil yang diuraikan pada hari pertama
didapatkan. Secara kronologis hal menjadikan penerangan-penerangan langit
ini (pekerjaan hari keempat) dimulai pada mulanya ketika Allah menjadikan
langit dan penciptaan itu diteruskan bersama-sama dengan penghiasan bumi
yang selanjutnya, yang diuraikan dalam tiga hari pertama.14
Pada ayat di atas sinar baru diciptakan pada hari keempat, untuk
memisahkan siang dan malam, ayat tersebut merupakan tempat dan letaknya
dalam hikayat penciptaan alam seluruhnya. Bahwa matahari menjadi bintang
yang bersinar setelah bumi muncul sebagaimana hal ini dinyatakan dalam
Bibel. Asal usul matahari dan bulan tidak dapat dipisahkan dari asal usul
bumi.
Selanjutnya, para ahli Kitab Kejadian I ayat 20-23 menerangkan hari
kelima.
20. Berfirmanlah Allah : “Hendaklah dalam air berkeriapan mahluk yang hidup, dan hendaklah burung berterbangan di atas bumi melintasi cakrawala.
21. Maka Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala jenis mahluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air dan segala jenis burung yang bersayap Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
22. Lalu Allah memberkati semua itu , Firmanya : “ Berkembang biaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah air dalam laut dan hendaklah burung-burung dibumi dan bertambah banyak “.
23. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kelima.15
Pada hari kelima pada ayat 20-23 muncul ikan di laut dan burung di
udara (Bnd ayat 26, 28 30) mahluk-mahluk hidup yang memenuhi kawasan-
kawasan yang diuraikan dalam hari kesejajarannya, yaitu hari kedua. Secara
kronologis bagian pertama dari penciptaan pada hari kelima mendahului
paling sedikit perkembangan terakhir yang diuraikan dalam hari ketiga.
13Lembaga Al-Kitab Indonesia, op. cit., hlm. 9 14Soedarmo. op. cit., hlm. 81
34
Hendaklah dalam air berkeriapan mahluk (Ayb : 20, Bnd Mzm 104 : 25-26),
menguraikan hasil yang berkesimpulan, bukan caranya menciptakan mahluk.
Selanjutnya para ahli Kitab Kejadian I ayat 24 - 31 menerangkan hari keenam.
24. Berfirman Allah : “Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis mahluk yang hidup, ternak dan bintang melata dan segala jenis binatang liar. Dan jadilah demikian.
25. Allah menjadikan segala jenis binatang liar dan segala jenis binatang ternak dan segala jenis binatang melata di muka bumi. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
26. Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa kita. Supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burug-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melatang yang merayap di bumi.
27. Maka Allah menciptaka manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah di ciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.
28. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka : Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang menyerap di bumi.
29. Berfirmanlah Allah : “Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji diseluruh bumi dan segala pohon-pohanan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu.
15Lembaga Al-Kitab Indonesia, op. cit., hlm. 9
35
30. Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya.
31. Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat biak. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.16
Pada ayat 24-31 berisikan dua pekerjaan, masing-masing diakhiri
dengan pengakuan Allah tentang tujuan yang sudah dipenuhi (Ayb : 25, 31,
Bnd ayat 9,11). Sesuai dengan tanah yang kering dengan tunas-tunasnya, yang
merupakan Karya Baru dari hari ketiga itu adalah mahluk-mahluk daratan dari
hari keenam, yang memakan hasil bumi (Lih Ayb : 29-30). Maksud dari ayat
di atas adalah gambaran selesainya penciptaan alam.
Selanjutnya pada ayat 26 dijadikan manusia menurut gambarnya dan
rupa kita, dalam ayat tersebut tersingkap rahasia Allah Tri Tunggal. Dalam hal
ini harus di jelaskan, bahwa kata manusia di sini mempunyai arti kolektif
(umat manusia), sebab seterusnya dikatakan: Supaya mereka berkuasa
menurut gambar dan rupa istilah “ rupa” agaknya mau memperlemahkan arti
istilah “gambar” dan mencegah pengertian kesamaan. Istilah “gambar“
mengan-daikan suatu keserupaan badaniah, seperti antara Adam dan Anaknya.
Keserupaan manusia dengan Allah itulah yang membedakan manusia dengan
binatang.17 Kemudian istilah itu mengandaikan suatu keserupaan menyeluruh
dalam kodrat: Akal, kehendak (bebas) kekuasaan. Berkat sifat-sifat inilah
manusia menjadi pribadi. Keserupaan kodrati yang terungkap di sini
menyiapkan wahyu tentang penyertaan manusia dalam kodrat Allah yang
dianugrahkan.
Pada ayat selanjutnya penuhilah bumi dan taklukkanlah itu. Kuasa
manusia untuk memerintahkan kehidupannya sebagai raja yang menyerupai
Allah, dimulai dengan kawasan yang kodrati, yang daratan kering yang
muncul pada hari ketiga. Kemudian ayat 30 menggambarkan suatu keadaan
bahagia pada awal mula manusia berdamai dengan semua binatang dan sama-
16Ibid., hlm. 9-10 17Lembaga Biblika Indonesia, op. cit., hlm. 28
36
sama mereka memakan tumbuh-tumbuhan. Dalam Kejadian 9:3 mulailah
zaman baru: Manusia memakan daging binatang.18
Riwayat Penciptaan alam selesai dengan tiga ayat pertama dari
pasal II :
1. Demikianlah diselesaikanlah langit dan bumi dan segala isinya 2. Ketika Allah pada hari ke tujuh telah menyelesaikan pekerjaan
yang dibuatnya itu berhentilah ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuatnya itu.
3. Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuatnya itu.
4. Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan.19
Menurut Kitab Kejadian II ayat 2, penyelesaian pekerjaan Allah pada
hari ketujuh ini bukan penciptaan lanjutan, sebab penyelesaian itu sejajar
dengan perhentian Allah. Kedua penyelesaian dan perhentian dipandang
secara positif dan memberi sifat pada hari ketujuh hari ketujuh sebagai suatu
keadaan penuh penyempurnaan yang memenangkan bagi sang Pencipta.
Keadaan ini memiliki awalnya di dalam waktu, tapi tidak berakhir (perhatikan
tidak adanya rumusan petang, pagi bagi hari itu). Namun keadaan itu disebut
suatu “hari”. Dengan demikian hal ini menyarankan bahwa hari-hari dari
cerita penciptaan ini dimaksud secara kiasan.20
Dalam ayat yang kedua mengandung kata, “berhentilah ia pada
pekerjaannya”. Yang dimaksudkan adalah beristirahatlah, sebagai terjemahan
dari bahasa Ibrani “Sabat”. Dan sampai hari ini, hari Sabtu merupakan hari
istirahat bagi orang Yahudi.
Pada ayat 3, Allah memberkati hari ketujuh. Sejarah manusia juga
berlangsung dari pekerjaan yang dimulai sampai pekerjaan yang diselesaikan
dan jabatan raja yang disempurnakan. Allah memperluas janji masuk ke Sabat
Ilahi (Bnd, Lbr 4:1) Dengan memeteraikan pola penjadian dari tujuh hari
sebagai lingkaran simbolis yang muncul terus menerus pada keberadaan
18Ibid., hlm. 29 19Lembaga Al-Kitab Indonesia, op. cit., hlm. 10
37
manusia sehari-hari. Hari Sabat ini secara khusus dikuduskan untuk menjadi
sumber berkat yang tetap bagi manusia sebagai tanda harapanya yang kekal.
Dengan demikian pemegang gambar raja untuk mengikuti jejak penciptaanya
(Bnd Kel 20; 8-11). Hari Sabat itu memanggil manusia untuk terus menerus
mempersembahkan kembali jabatan raja yang melayani kepada kemulyaan
raja penciptanya.
Setelah dijelaskan di atas tentang penciptaan alam semesta dalam
Kitab Kejadian I. Di sini akan diterangkan tentang penciptaan yang telah
diuraikan di dalam Kitab di luar Kitab Kejadian.
1. Berita dalam Yohanes 40 : 22
Di dalam ayat itu disebutkan, bahwa Tuhan Allah bertahta di atas
bulat bumi, Dia-lah yang membentangkan langit, dan bumi
digambarkan sebagaimana kubah (koepel) yang besar.21
2. Berita dalam Mazmur 104 : 3
Di sini disebutkan, bahwa Tuhan Allah mendirikan kamar-kamar
loteng-Nya di air (Bnd. Am 9 : 6). Menurut bagian al-kitab ini di atas
bumi masih ada air, yang menjadi atas tempat kediaman Tuhan Allah,
atau dapat juga dikatakan bahwa air itu mendukung surga.22
3. Berita dalam Mazmur 24 : 2
Dalam ayat ini disebutkan, bahwa Tuhan Allah telah mendasar
bumi di atas lautan dan menggerakkan di atas sungai-sungai.
Sebagaimana bumi terapung-apung di atas lautan, atau seperti kapal
selam di dalam lautan, namun bumi tidak goyah, melainkan tetap,
kokoh, bukan diombang-ambingkan oleh lautan. Hal ini disebabkan
oleh Tuhan Allah telah mendasarkan bumi atau telah memberikan
dasar kepadanya. Dalam Kitab Mazmur dijelaskan, bahwa dunia yang
berakhir itu (kosmos) sebenarnya keluar atau muncul dari suatu
kekacauan, atau di atur dari suatu keadaan yang semula kacau, di mana
20Soedarmo. op. cit., hlm. 82 21 Harun Hadiwijono, Iman Kristen, Gunung Mulia, Jakarta, 1995, hlm. 156
38
tidak ada kemungkinan hidup, berita tentang penjadian yang demikian
itu masih juga menggema dalam Mazmur 33 : 6,7, yang mengatakan,
bahwa oleh firman Tuhan langit telah dijadikan oleh nafas dari
mulutnya segala tentaranya, dan bahwa Tuhan telah mengumpulkan air
laut seperti dalam bendungan, dan menaruh samudera raya kedalam
wadah.23
4. Berita dalam Mazmur 104
Dalam ayat 1–2a menyaksikan bahwa Tuhan berselimutkan
terang seperti kain, yang dimaksud dengan “terang” disini sudah
barang tentu terang yang biasa, yang dilihatnya. Terang bercahaya
sebagai buah ciptaan Allah itu seolah-seolah mewujudkan selimut atau
jubah Tuhan Allah.
Dalam ayat 2b–4 disebutkan bahwa langit biru yang ada di atas
segala awan itu juga buah karya Allah. Tuhan Allah telah
membentangkan langit seperti tenda, yang menutupi bumi di atas
langit itu Tuhan Allah mendirikan kamar-kamar-Nya di air, yaitu di air
samudera. Jadi langit itu memisahkan air yang di bawah dan yang di
atas.
Dalam ayat 19–23 disebutkan bahwa pandangan juru Mazmur
kembali diarahkan ke angkasa dan melihat bulan dan matahari yang
menjadi penentu waktu. Bulan menentukan malam, sedang matahari
menentukan siang. Kedua benda langit itu adalah hasil penjadian
Tuhan Allah.24
22Ibid., hlm. 156 23Ibid., hlm. 157 24Ibid., hlm. 159
39
Dalam Kitab Kejadian I, penciptaan itu terjadi karena :
a. MULA-MULA TUHAN ALLAH MENCIPTAKAN BAHAN-BAHAN YANG
AKAN DIJADIKAN LANGIT DAN BUMI.
b. Bahan-bahan itu diatur dalam enam hari
c. BUMI DICIPTAKAN TERLEBIH DAHULU, SESUDAH ITU BARULAH DI
CIPTAKAN MATAHARI, BULAN DAN BINTANG-BINTANG.25
B. PENCIPTAAN ALAM MENURUT AL-QUR'AN
AL-QUR'AN ADALAH PEDOMAN YANG BUKAN HANYA DITUJUKAN
KEPADA MANUSIA, TETAPI JUGA DITUJUKAN KEPADA SELURUH CIPTAAN ALLAH
SWT. DALAM BANYAK AYAT ALLAH SENDIRI BERSUMPAH ATAS NAMA
BERBAGAI CIPTAAN-NYA,26 SEPERTI MATAHARI, BULAN DAN BERMACAM-
MACAM BUAH-BUAHAN, SEHINGGA ALLAH MENYURUH MANUSIA AGAR
MELIHAT “KEBIJAKSANAAN LUAR BIASA” YANG TERDAPAT DALAM CIPTAAN-
NYA. ITULAH SEBABNYA, BAIK AYAT-AYAT AL-QUR'AN MAUPUN FENOMENA
ALAM YANG ADA DALAM JIWA MANUSIA MAUPUN CIPTAAN-NYA SEBAGAI
TANDA ATAU ISYARAT YANG MENGABARKAN HAKIKAT ATAU REALITAS ALLAH.
SEBAGAIMANA FIRMAN ALLAH YANG BERBUNYI :
ARTINYA : KAMI AKAN MEMPERLIHATKAN KEPADA MEREKA TANDA-TANDA (KEKUASAAN) KAMI DI SEGENAP UFUK DAN PADA DIRI MEREKA SENDIRI, SEHINGGA JELASLAH BAGI MEREKA BAHWA AL QUR'AN ITU ADALAH BENAR, DAN APAKAH TUHANMU TIDAK CUKUP (BAGI KAMU) BAHWA SESUNGGUHNYA DIA MENYAKSIKAN SEGALA SESUATU? (Q.S. FUSHILAT : 53)27
25HARUN HADIJONO, OP.CIT., HLM. 160 26HERI PURNAMA, ILMU ALAMIAH DASAR, RINEKA CIPTA, JAKARTA, 1997, HLM 138 27DEPAG RI, AL-QUR'AN DAN TERJEMAHNYA, YAYASAN PENYELENGGARA
PENERJEMAH/PENAFSIR, SURYA CIPTA AKSARA, SURABAYA, 1993, HLM. 781
40
DENGAN DEMIKIAN, AL-QUR'AN ADALAH WAHYU YANG DITURUNKAN
DENGAN LAMBANG BAHASA DAN KATA YANG TERHIMPUN (THE RECORDED
QUR’AN), MAKA SESUNGGUHNYA ALAM INI JUGA MERUPAKAN HAMPARAN
WAHYU (QUR’AN OF CREATION) YANG MEMILIKI NILAI DAN SUMBER YANG
SAMA. DENGAN KATA LAIN, AL-QUR'AN DITURUNKAN ALLAH DALAM BAHASA
ARAB SEBAGAI WADAH PENGEKSPRESIAN FIRMAN-FIRMAN-NYA. PERNYATAAN
INI DIINFORMASIKAN AL-QUR'AN SECARA EKSPLISIT DALAM DUA BENTUK.
BENTUK PERTAMA DENGAN UNGKAPAN QUR’AN ‘ARABIYY (AL-QUR'AN YANG
BERBAHASA ARAB) SEBANYAK ENAM KALI.28 SEMENTARA BENTUK KEDUA
DENGAN UNGKAPAN LISAN ’ARABIYY (DENGAN BAHASA ARAB) SEBANYAK
TIGA KALI. NAMUN SECARA IMPLISIT ALLAH JUGA MENYEBUTKANNYA DALAM
AL-QUR'AN SEBANYAK TIGA KALI.29
DALAM AL-QUR'AN TERDAPAT 750 AYAT YANG MERUJUK KEPADA
FENOMENA ALAM. HAMPIR SELURUH AYAT INI MEMERINTAHKAN MANUSIA
UNTUK MEMPELAJARI KITAB (HAL-HAL YANG BERHUBUNGAN) DENGAN
PENCIPTAAN DAN MERENUNGKAN ISINYA.30
BERDASARKAN DALAM BAB DUA, PENULIS AKAN MENGUNGKAPKAN
PENGERTIAN PENCIPTAAN DALAM AL-QUR'AN, MENJELASKAN SELURUH PROSES
ALAM YANG DISEBUT DENGAN TUJUH KATA, YAITU KHALIQ, BAD’I, FATHR,
SHUN, JA’L, AMR, NASY.
a. KHALQ
KATA KHALQ YANG BERARTI PENCIPTAAN DALAM AL-QUR'AN KATA
KHALQ MERUPAKAN BENTUK DAN TAFSIRAN DALAM KUMPULAN WAHYU
ALLAH (AL-QUR'AN). KATA KHALQ DISEBUT DALAM AL-QUR'AN SEBANYAK
28LIHAT AL-QUR’AN DANTERJEMAHNYA (Q.S YUSUF : 2, TOHA : 113, ZUMAR : 28,
FUSHSILAT : 3, SYU’ARA : 7, DAN ZUKHRUF : 3) DI AMBIL DARI BUKU SIRAJUDDIN ZAR, KONSEP PENCIPTAAN ALAM DALAM PEMIKIRAN ISLAM, SAINS DAN AL-QUR'AN, PT. RAJA GRAFINDO PERSADA, JAKARTA, 1994, HLM. 47
29LIHAT AL-QUR’AN DAN TERJEMAHNYA (Q.S FUSHSILAT : 44, AL-ROD : 37, DAN MARYAM : 97) IBID., HLM. 48
30ABDUL RAHMAN ABDULLAH, AKTUALISASI KONSEP DASAR PENDIDIKAN ISLAM (REKONSTRUKSI PEMIKIRAN DALAM TINJAUAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM), UII PRESS, YOGYAKARTA, 2002, HLM. 153
41
261 KALI YANG TERDAPAT DALAM 75 SURAT.31 KATA TERSEBUT APABILA
OBYEKNYA SELAIN ALAM SEMESTA, SEPERTI MANUSIA JIN ATAU IBLIS DAN
HEWAN DISEBUTKAN SECARA EKSPLISIT BAHWA IA DICIPTA DARI MATERI
YANG SUDAH ADA. TAPI BILA OBYEKNYA ALAM SEMESTA, MAKA AL-QUR'AN
TIDAK MENJELASKAN SECARA RINCI. APAKAH TERCIPTA DARI MATERI YANG
SUDAH ADA ATAU DARI KETIADAAN, PADA DASARNYA PEMAKAIAN KATA INI
MENUNJUKKAN PADA KEHEBATAN CIPTAAN ALLAH YANG SULIT DI NALAR
SEBAB-SEBABNYA OLEH MANUSIA. SELAIN ITU, KATA KHALQ INI
MENGANDUNG MAKSUD PENCIPTAAN FISIK ATAU MATERI, BUKAN NON
FISIK.32
b. BAD’I
MENURUT AL-RAGHIB, KATA BAD’I BERARTI MENCIPTAKAN ATAU
MENGADAKAN PERBUATAN TANPA ADA CONTOH SEBELUMNYA. JADI
PERBUATAN TERSEBUT ADALAH PERBUATAN BARU, PERTAMA KALI DAN
MULA-MULA YANG BELUM PERNAH ADA SEBELUMNYA. DALAM AGAMA
SERING DIDENGAR ISTILAH BID’AT, YANG BERARTI SESUATU (PERKATAAN,
PERBUATAN) YANG DIADA-ADAKAN DALAM AGAMA TANPA DISYARI’ATKAN
OLEH PEMBAWA SYARI’AT (ROSUL) SEBELUMNYA.
DALAM AL-QUR'AN KATA BAD’I DITEMUKAN SEBANYAK EMPAT KALI
DALAM EMPAT SURAT.33 S. AL-BAQARAH 2 : 117, AL-AN’AM 6 : 101, AL-
AHQOF 46:9 DAN AL-HADID 57 : 27.34 DUA YANG PERTAMA MENGANDUNG
ARTI PENCIPTAAN YANG DIPAKAIKAN KEPADA ALLAH SWT, ATAU TIDAK
DIJUMPAI PENJELASAN YANG TEGAS, APAKAH ALAM INI DICIPTAKAN DARI
MATERI YANG SUDAH ADA ATAU DARI KETIADAAN.35
SEMENTARA DUA LAINNYA, PENEKANAN ARTINYA LAIN DARI DUA
YANG PERTAMA, NAMUN IA TIDAK TERLEPAS DARI ARTIAN BAD’I PADA
31SIRAJUDDIN ZAR, OP.CIT., HLM. 49 32SIRAJUDDIN ZAR, MENAFSIRKAN KEMBALI KOSMOLOGI AL-QUR'AN, ULUMUL QUR’AN,
JAKARTA, NO. 3, VOL. 5, 1995, HLM. 51 33SIRAJUDDIN ZAR, KONSEP PENCIPTAAN ALAM DALAM PEMIKIRAN ISLAM, SAINS DAN AL-
QUR'AN, OP.CIT., HLM. 68 34IBID., HLM. 68 35LIHAT AL-QUR'AN DAN TERJEMAHNYA, OP.CIT., HLM. 31 DAN 204
42
UMUMNYA KARENA MEMANG BERASAL DARI AKAR KATANYA DAN IA
DIPAKAIKAN KEPADA SELAIN ALLAH.
c. FATHR
KATA FATHR DITEMUKAN DALAM AL-QUR'AN SEBANYAK 20 KALI YANG
TERGELAR DALAM 17 SURAT. PENGGUNAAN KATA FATHR MENUNJUKKAN
PENEKANANNYA PADA PENCIPTAANNYA DARI PERMULAAN, SEJAK AWAL
TANPA ADA CONTOH SEBELUMNYA, SEMENTARA TITIK TEKANNYA KATA
FATHR ADALAH PENCIPTAANNYA DARI PERMULAAN.
d. SHUN’
KATA SHUN’ MENGANDUNG ARTI MEMBUAT BAIK PERBUATAN (IJADAT
AL-FI’L)36 DALAM AL-QUR'AN KATA SHUN’ DISEBUTKAN SEBANYAK 20 KALI
DALAM 14 SURAT.
TELAH DIKEMUKAKAN SEBELUMNYA, KATA SHUN’ MENUNJUKKAN
PADA PERBUATAN YANG TELAH MENGAKAR PADA JIWA DAN TIDAK
MUNGKIN BERUBAH. KATA SHUN’ MENGANDUNG ARTI PENCIPTAAN SATU
BENTUK BARU DARI BEBERAPA BAHAN ATAU MATERI YANG SUDAH ADA
SEBELUMNYA. AKAN TETAPI DALAM AL-QUR'AN PENCIPTAAN DENGAN
MENGGUNAKAN KATA SHUN’ TIDAK ADA YANG MENERANGKAN TENTANG
PENCIPTAAN ALAM SEMESTA ATAU JAGAT RAYA.37.
e. JA’L
JA’L ADALAH LAFAL ATAU KATA-KATA YANG MENUNJUKKAN SECARA
UMUM TENTANG SELURUH PERBUATAN. DALAM AL-QUR'AN KATA JA’L
DISEBUT SEBANYAK 346 KALI DALAM 66 SURAT. KATA JA’L YANG
TERDAPAT DALAM AL-QUR'AN PADA UMUMYA MENGANDUNG ARTI
PENCIPTAAN DARI SESUATU YANG SUDAH ADA SEBELUMNYA. KATA JA’L
TIDAK PERNAH MENYERTAI ATAU MENGIRINGI KATA AL-SAMAWAT WA AL-
ARADH (ALAM SEMESTA).38
f. AMR
36SIRAJUDDIN ZAR, KONSEP PENCIPTAAN ALAM DALAM PEMIKIRAN ISLAM, SAINS, DAN AL-
QUR'AN, OP.CIT., HLM. 82 37IBID., HLM. 92 38IBID., HLM. 101
43
AMR DENGAN JAMAK UMUR MENGANDUNG ARTI PENCIPTAAN, AMR
PENCIPTAAN INI DIISTILAHKAN DENGAN AMR TAKWINIY. ADAPUN YANG
DIMAKSUD DENGAN AMAR TAKWINIY IALAH KATA AMR DALAM ARTI
PENCIPTAAN DAN LAFAL AMR YAKNI KARENA YANG BERFUNGSI SEBAGAI
ISYARAT KEPADA PENCIPTAAN. KATA AMR DALAM AL-QUR'AN DISEBUT
SEBANYAK 68 KALI DALAM 20 SURAT.39
PENCIPTAAN DENGAN MENGGUNAKAN AMR TAKWINIY
MENGGAMBARKAN KEMAHAKUASAAN ALLAH DALAM MENCIPTAKAN
SESUATU DAN SEGALA YANG DIKEHENDAKI-NYA PASTI TERJADI SESUAI
DENGAN IBADAH-NYA TANPA ADA BANTUAN PIHAK LAIN, HALANGAN-
KESULITAN DAN KETERLAMBATAN.
g. NASY’
KATA NASY’ DAN NASY’AT DISEBUTKAN DALAM AL-QUR'AN SEBANYAK
28 KALI YANG TERGELAR DALAM 14 SURAT. KATA INSYA’ DIPAKAIKAN
KEPADA PENCIPTAAN SECARA KESELURUHAN (MATERI DAN IMMATERI) BAIK
DARI ADA MAUPUN TIADA. ADAPUN PENCIPTAAN YANG BERUNSUR MATERI
MENGALAMI PROSES GRADUAL SEDANGKAN YANG UNSUR IMATERI TIDAK
MENGALAMI PROSES GRADUAL.40
1. PROSES PENCIPTAAN ALAM DALAM AL-QUR'AN
GAMBARAN ALAM SEBAGAIMANA DIISYARATKAN DALAM S. AL-
ANBIYA’ : 30 YANG BERBUNYI:
AYAT DI ATAS MENJELASKAN BAHWA LANGIT (RUANG ALAM) DAN
BUMI (MATERI ALAM) SEBELUM DIPISAHKAN MERUPAKAN SUATU YANG
39IBID., HLM. 102 40IBID., HLM. 110
44
PADU.41 HAL INI BERARTI BAHWA SEBELUM SISTEM TATA SURYA
TERBENTUK, ALAM MERUPAKAN SUATU KUMPULAN, KESATUAN. KATA RATK
DITERJEMAHKAN SEBAGAI “SUATU YANG PADU” YANG BERARTI
“BERCAMPUR, BERSATU” DALAM KAMUS BAHASA ARAB. KATA ITU
DIGUNAKAN UNTUK MERUJUK DUA ZAT YANG BERBEDA YANG MENJADI
SATU, FRASA “KAMI PISAHKAN” DITERJEMAHKAN DARI KATA KERJA BAHASA
ARAB, FATK YANG MENGANDUNG MAKNA BAHWA SESUATU TERJADI
DENGAN MEMISAHKAN ATAU MENGHANCURKAN STRUKTUR RATK.42 JADI
KESIMPULANNYA ADALAH SEBELUM TERJADI RUANG ALAM (AL-SAMA’) DAN
MATERI (AL-ARDH) SEPERTI SEKARANG, ALAM SEMESTA MERUPAKAN SATU
KESATUAN YANG BERSIFAT PADU.
PROSES ALAM BERIKUTNYA SETELAH PEMISAHAN, ALAM KEMUDIAN
MENGALAMI TRANSISI FASE DALAM BENTUK DUKHAN. DALAM HAL INI
DITANGKAP DARI PERNYATAAN SURAT FUSHSHILAT : 11 “KEMUDIAN ALLAH
MENUJU PENCIPTAAN RUANG ALAM (AL-SAMA’), YANG KETIKA ITU PENUH
“EMBUNAN”. “DALAM AL-QUR'AN KATA DUKHAN HANYA DITEMUKAN DUA
KALI DALAM 2 SURAT (FUSHSHILAT : 11, DAN AL-DUKHAN : 10). TETAPI
KATA DUKHAN YANG TERDAPAT DALAM SURAT YANG DISEBUT KEDUA
TIDAK BERBICARA TENTANG PROSES PENCIPTAAN ALAM SEMESTA SEPERTI
DALAM SURAT YANG PERTAMA. KATA DUKHAN DALAM SUSUNAN AYAT
DUKHAN BUKANLAH MENUNJUKKAN ثُم استوى ِإلَى السماِء وِهي دخانٌ
MATERI ASAL RUANG ALAM (AL-SAMA’), AKAN TETAPI MENJELASKAN
TENTANG BENTUK ALAM SEMESTA KETIKA BERLANGSUNGNYA FASE AWAL
PENCIPTAANNYA.43 HAL INI DI PERKUAT DENGAN HASIL TEMUAN ILMUWAN
BAHWA PADA SUATU KETIKA DALAM PENCIPTAAN TERJADINYA EKSPANSI
YANG SANGAT CEPAT SEHINGGA MUNCUL “KONDENSASI” DIMANA ENERGI
BERUBAH MENJADI MATERI.
41LIHAT AL-QUR'AN DAN TERJEMAHNYA, OP.CIT., HLM. 499 42HARUN YAHYA, PENCIPTAAN ALAM RAYA, DZIKRA, BANDUNG, 2001, HLM. 20 43 SIRAJUDDIN ZAR, KONSEP PENCIPTAAN ALAM DALAM PEMIKIRAN ISLAM, SAINS DAN AL-
QUR'AN, OP.CIT., HLM. 137
45
KATA DUKHAN DALAM AL-QUR'AN MENERANGKAN BAHWA ZAT ALIR
ATAU SOP KOSMOS (AL-MA’) TELAH ADA SEBAGAI SALAH SATU KONDISI
TERWUJUDNYA ALAM SEMESTA. DENGAN KATA LAIN, SEBELUM ALAM
SEMESTA TERBENTUK SEPERTI SEKARANG INI, IA MENGALAMI BENTUK ATAU
SIFAT SEMACAM ZAT ALIR ATAU SOP KOSMOS. SEPERTI YANG TELAH
DIJELASKAN SEBELUMNYA, DALAM AL-QUR’AN SURAT HUD : 744 JUGA
MENUNJUKAN BAHWA “ZAT ALIR” ATAU “SOP KOSMOS” (AL MA’). HAL INI
ERAT KAITANNYA DENGAN PROSES PENCIPTAAN ALAM SEMESTA, SEDANG
SURAT AL-ANBIYA : 30 MELUKISKAN AL-MA’ (AIR) SANGAT DIBUTUHKAN
DALAM “KEHIDUPAN ATAU DARI AIR YANG DICIPTAKAN SEKALIAN
MAKHLUK HIDUP”.45 HAL INI DAPAT DIPERKUAT OLEH SURAT AN-NUR : 45,
BAHWA ALLAH TELAH MENCIPTAKAN SEMUA JENIS HEWAN DARI AIR, KATA
AL-MA’ DALAM AL-QUR’AN DAPAT DIARTIKAN SEBAGAI JALAN PROSES
PENCIPTAAN, DAN IA JUGA MERUPAKAN SYARAT MUTLAK UNTUK
TERJADINYA KEHIDUPAN.46
PROSES PENCIPTAAN ALAM SEMESTA SELANJUTNYA SEBAGAIMANA
DIJELASKAN DALAM SURAT ADZ-DZARIYAT : 47. BAHWA RUANG DAN (AL-
SAMA’) BERSIFAT MELUAS, MELEBUR DAN MEMUAI. HAL INI MUNCUL
SETELAH TERJADINYA PEMISAHAN OLEH ALLAH ANTARA RUANG ALAM (AL-
SAMA) DAN MATERI (AL-ARDH). MENURUT BAEQUNI YANG DIMAKSUD
DENGAN BANAYNAHA BI ‘AIDIN OLEH AYAT INI IALAH KETIKA LEDAKAN
BESAR TERJADI DAN INFLASI MELANDA, SEHINGGA BEBERAPA DIMENSINYA
MENJADI TERBENTANG SEDANGKAN YANG DIMAKSUD DENGAN INNA
LANUSI’UN ADALAH TUHAN YANG MEMBUAT ALAM ITU BEREKSPANSI.47
DENGAN DEMIKIAN SIFAT MEMUAI AL-SAMA’ BERSIFAT TERUS
MENERUS SAMPAI SEKARANG HINGGA WAKTU YANG TAK TERBATAS SELAMA
BELUM DATANG KETENTUAN LAIN SEBAGAIMANA DIJELASKAN OLEH SURAT
44 LIHAT AL-QUR'AN DAN TERJEMAHNYA, OP.CIT., HLM. 327 45 IBID., HLM. 499 46 IBID., HLM. 552 47 AHMAD BAIQUNI, AL-QUR'AN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI, PT. DANA BHAKTI
WAKAF, JAKARTA, 1994, HLM. 47
46
AL-ANBIYA : 104 YANG ARTINYA: “(YAITU) PADA HARI KAMI GULUNG
LANGIT SEPERTI MENGGULUNG LEMBARAN KERTAS SEBAGAIMANA KAMI
TELAH MEMULAI PENCIPTAAN PERTAMA BEGITULAH KAMI AKAN
MENGULANGINYA. ITULAH JANJI YANG PASTI KAMI TEPATI”.
SESUNGGUHNYA KAMILAH YANG AKAN MELAKSANAKANNYA.48
KATA LANGIT (SAMA’) DALAM AL-QUR’AN DISEBUTKAN 120 KALI
DALAM BENTUK TUNGGAL, DAN DALAM BENTUK JAMAK DISEBUTKAN 190
KALI. DAN KATA BUMI (ARDH) DALAM AL-QUR’AN DISEBUTKAN 460 KALI.49
UNGKAPAN “LANGIT-LANGIT DAN BUMI” DIKEMUKAKAN LEBIH DARI 200
KALI DALAM AL-QUR’AN.
48 LIHAT AL-QUR'AN DAN TERJEMAHNYA, OP.CIT., HLM. 508 49 SACHIKO MURATA, THE TAO OF ISLAM (KITAB RUJUKAN TENTANG RELASI GENDER
DALAM KOSMOLOGI DAN TEOLOGI ISLAM), MIZAN, BANDUNG, 1999, HLM. 167
47
KEMUDIAN DALAM PROSES PENCIPTAAN ALAM, AL-QUR’AN
MENJELASKAN BAHWA ALAM SEMESTA DICIPTAKAN SELAIN ENAM TAHAP
ATAU PERIODE SECARA GLOBAL PENTAHAPAN 6 MASA DISEBUTKAN DALAM
SURAT HUD : 7. AL-QUR’AN MENYATAKAN “DAN DIA-LAH YANG
MENCIPTAKAN LANGIT DAN BUMI DALAM 6 HARI (MASSA)”,50 SELANJUTNYA
DALAM AL-QUR’AN DISEBUTKAN DALAM SURAT SAJDAH : 4 “ALLAH-LAH
YANG MENCIPTAKAN LANGIT DAN BUMI DAN APA YANG ADA DI ANTARA
KEDUANYA DALAM ENAM HARI”.51 KEMUDIAN DIULANG LAGI DENGAN
PERLAMBATAN KATA-KATA SA-MA’ BAYNAHUMA’ (APA YANG ADA DIANTARA
KEDUA RUANG ALAM DAN MATERI).
MENURUT TAFSIR AL-AZHAR, ENAM HARI PENCIPTAAN
DITERANGKAN DALAM SURAT HUD : 7 YANG JUGA DITAFSIRKAN PADA
SURAT YUNUS : 3 BAHWASANYA BILANGAN ENAM HARI BAGI ALLAH YANG
PENCIPTAAN-NYA MELINGKUPI SEMUA LANGIT YANG TINGGI, BERSAMA
BUMI SEBAGAI TEMPAT TINGGAL MANUSIA. DALAM HAL INI, ENAM HARI
YANG DIMAKSUD ADALAH BILANGAN AHAD, SENIN, SELASA, RABU, KAMIS,
JUM’AT, LALU ISTIRAHAT DI HARI SABTU. SANGAT BESAR KEMUNGKINAN
BAHWA YANG DIMAKSUD DENGAN ENAM HARI BUKANLAH ENAM HARI
PERHITUNGAN PEREDARAN DI BUMI, YANG MENGELILINGI MATAHARI 24 JAM
SEHARI SEMALAM. KARENA SELAIN DARI BUMI INI ADA LAGI BINTANG
SATELIT MATAHARI YANG LAIN, YANG EDARANNYA MENGELILINGI
MATAHARI BUKANLAH 24 JAM BILANGAN DI BUMI MALAHAN BERTAHUN-
TAHUN DAN BERJUTA-JUTA LAGI BINTANG DI CAKRAWALA, DIRUANG
ANGKASA JAUH YANG PERKELILINGANNYA BERIBU-RIBU TAHUN. JADI
BILANGAN ENAM HARI DALAM PENCIPTAAN LANGIT DAN BUMI DISERAHKAN
SAJA PADA ILMU ALLAH TA’ALA.52 OLEH KARENA ITU, TIDAK TEPAT
APABILA HARI-HARI ALLAH DIBANDINGKAN DENGAN HARI-HARI DI BUMI.
50 LIHAT AL-QUR'AN DAN TERJEMAHNYA, OP.CIT., HLM. 327 51 IBID., HLM. 660 52HAMKA, TAFSIR AL-AZHAR JUZ XII, PUSTAKA PANJIMAS, JAKARTA, 1982, HLM. 18
48
HAL INI DIPERKUAT DENGAN FIRMAN ALLAH Q.S AL-HAJJ : 47, SAJDAH : 5,
DAN AL-MA’RIJ : 4.53
DALAM SURAT FUSHSHILAT : 9-12 DIJELASKAN ENAM TAHAPAN ATAU
PERIODE DENGAN PENJELASAN YANG LEBIH RINCI DARI DUA SURAT
SEBELUMNYA, ENAM TAHAP ATAS PERIODE BUKANLAH MENUNJUKAN URUT-
URUTAN DALAM PENCIPTAAN LANGIT DAN BUMI SERTA LAINNYA. TETAPI
HARUS DIPANDANG SEBAGAI TAHAPAN ATAU PERIODE PENCIPTAAN ALAM
SEMESTA SECARA KESELURUHAN DALAM WAKTU YANG SAMA PENJELASAN
DALAM SURAT FUSHSHILAT DIDUKUNG OLEH SEJUMLAH AYAT, YAITU SURAT
AL-A’ROF : 54, YUNUS : 3, AL-FURQON : 59, QOF : 38, AL-HADID : 4.54
MENURUT ENSIKLOPEDI ISLAM DINYATAKAN PROSES PENCIPTAAN
ALAM YANG DISEBUT JUGA ALAM SEMESTA BERDASARKAN FIRMAN ALLAH
(Q.S. 21:30), SELANJUTNYA ALLAH MENJELASKAN KESELURUHAN PROSES
KEJADIANNYA DALAM ENAM HARI (MASA) SEBAGAIMANA (Q.S. 25: 59, 32:
4, 5: 38, DAN 57: 4). SEBAGIAN MEMBERI MAKNA UKURAN ENAM HARI DAN
SEBAGIAN YANG LAIN MEMBERI MAKNA ENAM PERIODE.55 YANG DIMAKSUD
DENGAN ENAM PERIODE ADALAH BAHWA PENCIPTAAN BUKAN SEKETIKA,
KARENA SETIAP SESUATU MEMPUNYAI BATAS DAN WAKTU TERTENTU.
KEDUA PENDAPAT TERSEBUT BERDASARKAN PADA REKAAN YANG TIDAK
MUDAH UNTUK MENETAPKAN MANA YANG KUAT. NAMUN KEDUA PENDAPAT
TERSEBUT DISEPAKATI DENGAN MEMBERI MAKNA “PERIODE” ATAU “TAHAP”
AKAN TETAPI “ENAM HARI” YANG DIMAKSUD ADALAH BERDASARKAN
PERHITUNGAN HARI ALLAH SWT YANG TIDAK DAPAT DIBANDINGKAN
DENGAN PERHITUNGAN HARI DI BUMI.56
PENGERTIAN HARI DALAM FIRMAN TUHAN ITU TENTU TIDAK SAMA
DENGAN PENGERTIAN HARI YANG DI KENAL SEKARANG. HARI YANG DI
KENAL SEKARANG ADALAH HARI SETELAH MUNCUL MATAHARI, BUMI,
53AHMAD MUSHTHOFA AL-MAROGHI, TAFSIR AL-MAROGHI JUZ XII, TOHA PUTRA
SEMARANG, 1988, HLM. 4 54SIRAJUDDIN ZAR, KONSEP PENCIPTAAN ALAM DALAM PEMIKIRAN ISLAM, SAINS DAN AL-
QUR'AN, OP.CIT., HLM. 139 55KAFRAWI RIDWAN, ENSIKLOPEDI ISLAM, IKHTIAR BARU VAN HOEVE, JAKARTA, 1994,
HLM. 320
49
BULAN DAN MANUSIA. DENGAN KATA LAIN HARI YANG SEKARANG INI
ADALAH HARINYA MANUSIA, SEDANG HARI YANG DIMAKSUD DALAM
FIRMAN TUHAN ITU TENTU HARINYA TUHAN DALAM HAL INI DIJELASKAN
DALAM AL-QUR’AN BAHWA : MASSA (WAKTU) ITU SANGAT RELATIF ;
SEHARI PERHITUNGAN ALLAH SAMA DENGAN SERIBU TAHUN PERHITUNGAN
MANUSIA.(AS-SAJDAH : 5), DAN SATU HARI TUHAN SAMA DENGAN LIMA
RIBU TAHUN (AL-MA’ARIJ : 4) JADI SATU HARI TUHAN ITU BISA BERARTI
JUTAAN TAHUN DALAM PERHITUNGAN MANUSIA.57
KATA YAUM DALAM JAMAKNYA AYYAN (TAHAPAN ATAU PERIODE)
DALAM AL-QUR’AN BUKANLAH DIMAKSUD BATASAN WAKTU ANTARA
TERBENAMNYA MATAHARI HINGGA TERBENAM LAGI ESOKNYA SEPERTI HARI
BUMI. JIKA DIPAHAMI DENGAN “SATU HARI” SELAIN TIDAK LOGIS JUGA
BERTENTANGAN DENGAN AYAT-AYAT LAIN.
1). SURAT AL-HAJJ : 47
ARTINYA : DAN MEREKA MEMINTA KEPADAMU AGAR AZAB ITU DIGERAKKAN, PADAHAL ALLAH SEKALI-KALI TIDAK AKAN MENYALAHI JANJI-NYA. SESUNGGUHNYA SEHARI DISISI TUHANMU ADALAH SERIBU TAHUN DARI TAHUN-TAHUN YANG KAMU HITUNG. (QS AL-HAJJ : 47).58
2). SURAT AL-SAJDAH : 5
ARTINYA : DIA MENGATUR URUSAN DARI RUANG ALAM KE MATERI
(ARAH) KEMUDIAN URUSAN ITU NAIK KEPADANYA DALAM
56IBID., HLM. 320 57CHAIRUDDIN HADHIRI, KLARIFIKASI KANDUNGAN AL-QUR’AN, GEMA INSANI PRESS,
JAKARTA, 1996, HLM. 49 58 LIHAT AL-QUR'AN DAN TERJEMAHNYA, OP.CIT., HLM. 519
50
SATU HARI YANG KADARNYA ADALAH SERIBU TAHUN MENURUT PERHITUNGANMU. (Q.S. AL-SAJDAH : 5)59
SURAT AL-MAARIIJ : 4
ARTINYA : PARA MALAIKAT DAN JIBRIL NAIK (MENGHADAP) KEPADA TUHAN DALAM SEHARI YANG KADARNYA LIMA PULUH RIBU TAHUN. (Q.S. AL-MAARIIJ : 4)60
DALAM AYAT-AYAT DI ATAS DIKATAKAN SATU HARI SAMA
KADARNYA DENGAN SERIBU TAHUN DAN LIMA PULUH RIBU TAHUN
MENURUT PERHITUNGAN HARI DIBUMI. JADI KATA SERIBU TAHUN DAN LIMA
PULUH RIBU TAHUN DISINI TIDAK MENUNJUKKAN BATAS WAKTU YANG
NYATA, MELAINKAN IA MERUPAKAN SUATU MASA YANG SANGAT PANJANG.
PROSES PENCIPTAAN LANGIT DAN BUMI DIJELASKAN DALAM SURAT
FUSHSHILAF : 9-12, DAN ASAL USUL PEMBENTUKAN LANGIT BAN BUMI
DITEGASKAN DALAM Q.S AL-ANBIYA’:30. DALAM AYAT-AYAT TERSEBUT
DAPAT DIAMBIL BEBERAPA HAL YANG PENTING, YAITU :
a. PENCIPTAAN LANGIT DAN BUMI BERASAL DARI ASAP (DUKHAN).
b. ASAP PADA MULANYA BERSATU PADU, KEMUDIAN MEMECAH. DARI
BAGIAN PECAHAN ITU TERJADILAH LANGIT DAN BUMI.
c. PENCIPTAAN BUMI BERLANGSUNG DALAM DUA MASA DAN PENCIPTAAN
ISINYA (GUNUNG, TUMBUH-TUMBUHAN, DAN HEWAN-HEWAN)
BERLANGSUNG DALAM DUA MASA. SEHINGGA GENAP EMPAT MASA.
d. SEKALIAN YANG HIDUP BAIK TUMBUH-TUMBUHAN DAN HEWAN-HEWAN
DICIPTAKAN DARI AIR.61
ADAPUN MASA PENCIPTAAN ALAM SEBAGAI FUNGSI ENAM PERIODE,
HARI, MASA ATAU TAHAP DI ATAS DAPAT DIURAIKAN KEMBALI SEBAGAI
BERIKUT :
a. MASA PERTAMA, ASAP (DUKHAN) YANG MEMECAH.
b. MASA KEDUA, TIMBUL AIR YANG BERASAL DARI ASAP.
59 IBID., HLM. 660 60IBID., HLM. 973 61KAFRARI RIDWAN, OP.CIT., HLM. 320-321
51
c. MASA KETIGA, TERPANCANG BUKIT DAN GUNUNG-GUNUNG.
d. MASA KEEMPAT, TERCIPTANYA KEHIDUPAN YANG BERASAL DARI AIR,
YAITU TUMBUH-TUMBUHAN DAN HEWAN-HEWAN.
e. MASA KELIMA, PENCIPTAAN LANGIT.
f. MASA KEENAM, PENCIPTAAN BENDA-BENDA LANGIT.62
DARI URAIAN DI ATAS DIJELASKAN DALAM HADIST NABI SAW
TENTANG PENCIPTAAN ALAM.
كان ىف عماء مافوقه هوأ : اين كان ربنا قبل خلق السموات واالرض ؟ قال شئ مث مث خلق العرش على ماء كتب جل ثناؤه ىف الذكر كل . وما حتته هوأ
خلق السماوات واال رض
Artinya : Rasulullah pernah ditanya oleh Sahabat “Dimanakah Tuhan kita sebelum langit dan bumi ada? jawab Beliau,” Tuhan berada disatu posisi yang diatasnya udara dan dibawahnya udara. Lalu ia menciptakan ‘Arsy (singgasana Allah) di atas air, Allah menulis segala sesuatu dalam lauhul mafuzh. Setelah itu menciptakan langit dan bumi. (H.R. al-Baihaqy).63
Allah menciptakan bumi selama dua hari (hari disini menurut versi
Allah) lalu dia menciptakan langit dan berbentuk awan. Dan dari awan ini dia
menciptakan benda-denda langit selama empat hari.
Demikianlah proses penciptaan langit dan bumi serta segala sesuatu di
antara keduanya, yang diterangkan Allah SWT di dalam kitab suci al-Qur’an.
Proses tersebut berlangsung jutaan tahun bagi umat islam harus diterima dan
diyakini dengan iman.
2. Ayat-ayat tentang Penciptaan Alam
Telah dijelaskan sebelumnya, al-Qur'an berbicara tentang alam semesta
ditemukan dalam ayat-ayatnya yang tergelar dalam beberapa surat. Akan
tetapi alam semesta itu hanya bersifat garis-garis besar atau prinsip-prinsip
dasar saja, karena al-Qur'an bukanlah buku-buku kosmologi atau buku-buku
62Ibid., hlm. 320-321 63Muh. Faiz Al-Math, Keistimewaan Islam, Gema Insani Press, Jakarta, 2000, hlm. 63
52
ilmu pengetahuan umumnya yang menguraikan penciptaan alam semesta
secara sistematis.
Informasi yang pertama tentang penciptaan alam semesta dapat
ditangkap dari sub bab sebelumnya yang menjelaskan tentang tujuh bentuk
kata pengungkapan penciptaan dalam Al-Qur'an. Tiga bentuk di antaranya
Khalq, Badi’ dan Fathr yang mengandung tentang penciptaan alam semesta.
Berikut ini penulis akan menukilkan ayat-ayat yang menjelaskan tentang
penciptaan alam semesta yang dimaksud. Adapun ayat-ayat tersebut penulis
susun sebagai berikut :
a. Q.S. HUD : 7
ARTINYA : DAN DIALAH YANG MENCIPTAKAN RUANG ALAM (AL-SAMA’)
DAN MATERI (AL-ARDH) DALAM ENAM TAHAPAN ATAU PERIODE DAN ADALAH SINGGASANA-NYA (SEBELUM ITU) DI ATAS ZAT ALIR (AL-MA’), AGAR DIA MENGUJI SIAPAKAH DIANTARA KAMU YANG LEBIH BAIK AMALNYA, DAN JIKA KAU BERKATA (KEPADA PENDUDUK MAKKAH): “SESUNGGUHNYA KAMU AKAN DIBANGKITKAN SESUDAH MATI,” NISCAYA ORANG-ORANG YANG KAFIR ITU AKAN BERKATA: “INI TIDAK LAIN HANYALAH SIHIR YANG NYATA.64
DALAM SURAT HUD : 7 DI ATAS BERKENAAN DENGAN PENCIPTAAN
ALAM SEMESTA SELAMA ENAM TAHAPAN ATAU PERIODE DAN ‘ARASY ATAU
SOP KOSMOS (AL-MA’). UNGKAPAN TENTANG KANA ARSYAH ALA AL-MA’, SINGGASANA-NYA DI ATAS ZAT ALIR ATAU SOP KOSMOS, MERUPAKAN
KINAYAH ATAU KIASAN. KATA AL-SAMA’, YANG LAZIM DIARTIKAN DENGAN
LANGIT HARUS DIPAHAMI SEBAGAI RUANG ALAM YANG DIDALAMNYA
TERDAPAT GALAKSI-GALAKSI BINTANG-BINTANG DAN LAINNYA. SEDANGKAN KATA AR-ARDH YANG BIASA DIARTIKAN BUMI DISINI LEBIH
53
TEPAT DIPAHAMI DENGAN MATERI . YAKNI BAKAL BUMI, YANG SESUDAH
ADA SESAAT SETELAH ALLAH MENCIPTAKAN JAGAT RAYA.65 KATA AL-MA’
YANG TERDAPAT DALAM SURAT HUD : 7 LEBIH TEPAT DIARTIKAN DENGAN
ZAT ALIR ATAU SOP KOSMOS KETIMBANG DENGAN AIR.
64 LIHAT AL-QUR'AN DAN TERJEMAHNYA, OP.CIT., HLM. 327 65 SIRAJUDDIN ZAR, KONSEP PENCIPTAAN ALAM DALAM PEMIKIRAN ISLAM, SAINS DAN AL-
QUR'AN, OP.CIT., HLM. 127
54
b. Q.S. AL-ANBIYA’ : 30
Atinya : Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwa-sannya ruang alam dan materi (al-ardh) itu keduanya dahulu adalah sesuatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air (al-ma’) kami jadikan segala sesuatu yang hidup, maka mengapakah mereka tiada juga beriman?66
Dalam Q.S. Hud : 7 seperti telah dijelaskan di atas tentang al-ma’
yang lebih tepat diartikan dengan zat alir atau sop kosmos , dikaitkan
dengan fase penciptaan alam semesta. Sedangkan dalam surat Al-Anbiya’
: 30 kata al-ma’ dalam surat Al-Anbiya’ : 30 yang dimaksud adalah yang
terdiri dari atom oksigen dan atom hidrogen.
c. Q.S. AL-SAJDAH : 4
ARTINYA : ALLAH-LAH YANG MENCIPTAKAN RUANG ALAM (AL-SAMA’) DAN MATERI (AL-ARDH) DAN APA YANG DIANTARA KEDUANYA DALAM ENAM TAHAPAN ATAU PERIODE KEMUDIAN DIA BERSEMAYAM DI ‘ARASY. TIDAK ADA LAGI KAMU SELAIN DARI PADA SESEORANG PENOLONGPUN DAN TIDAK (PULA) SEORANG PEMBERI SYAFAAT, MAKA APAKAH KAMU TIDAK MEMPER-HATIKAN?67
JIKA DIBANDINGKAN ANTARA SURAT HUD : 7 DAN SURAT AL-SAJDAH
: 4 TENTANG TAHAPAN ATAU PENCIPTAAN ALAM SEMESTA SEOLAH-OLAH
TERJADI PENGULANGAN. DALAM SURAT HUD : 7 PEMBICARAAN ENAM
TAHAPAN ATAU PERIODE PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DIKAITKAN DENGAN
ZAT ALIR ATAU SOP KOSMOS (AL-MA’) SEBAGAI KEADAAN ALAM DALAM
66 Lihat al-Qur'an dan Terjemahnya, op.cit., hlm. 449
55
FASE PENCIPTAANNYA. SEDANGKAN DALAM SURAT AL-SAJDAH:4
PEMBICARAAN ENAM TAHAPAN ATAU PERIODE PENCIPTAAN ALAM SEMESTA
DIHUBUNGKAN DENGAN KE MAHA KUASAAN ALLAH ATAS SELURUH ALAM
SEMESTA BERSERTA SEGALA APA YANG TERKANDUNG DI DALAMNYA.
d. Q.S. ADZ-DZARIYAT : 47
Artinya : Ruang alam (al-sama’) itu kami bangun dengan kekuasaan kami
dan sesungguhnya kami yang menunaikannya.68
Dalam surat Adz-Dzariyat : 47 menunjukkan bahwa ruang alam (al
sama’) mengembang atau berekspansi. Pengembangan ini sesuai dengan
kehendak hukum Allah di alam ini.
e. Q.S. FUSHSHILAT : 9-12
ARTINYA :
67 IBID., HLM. 660 68 Ibid., hlm. 862
56
(9) KATAKANLAH SESUNGGUHNYA PATUTKAH KAMU KAFIR KEPADA YANG MENCIPTAKAN BUMI DALAM DUA MASSA DAN KAMU ADAKAN SEKUTU-SEKUTU BAGI-NYA? (YANG BERSIFAT) DEMIKIAN ITULAH TUHAN SEMESTA ALAM.
(10) DAN DIA MENCIPTAKAN DIBUMI ITU GUNUNG-GUNUNG YANG KOKOH DIATASNYA. DIA MEMBERKAHINYA DAN DIA MENENTUKAN PADANYA KADAR MAKANAN-MAKANAN (PENGHUNI) NYA DALAM 4 MASSA, (PENJELASAN ITU SEBAGAI JAWABAN) BAGI ORANG-ORANG YANG BERTANYA.
(11) KEMUDIAN IA MENUJU LANGIT DAN LANGIT ITU MASIH MERUPAKAN ASAP. LALU IA BERKATA KEPADANYA DAN KEPADA BUMI: “DATANGLAH KAMU KEDUANYA MENURUT PERINTAHKU DENGAN SUKA HATI.”
(12) MAKA DIA MENJADIKANNYA TUJUH LANGIT DALAM DUA MASSA DAN DIA MEWAHYUKAN PADA TIAP LANGIT URUSANNYA. DAN KAMI HIASI LANGIT YANG DEKAT DENGAN BINTANG-BINTANG YANG CERMELANG DAN KAMI MEMELIHARA-NYA DENGAN SEBAIK-BAIKNYA. DEMIKIAN KETENTUAN YANG MAHA PERKASA LAGI MAHA MENGETAHUI.69
DALAM SURAT FUSHSHILAF AYAT 9 DITERANGKAN, SEBAGIAN AHLI
TAFSIR BERPENDAPAT BAHWA YANG DIMAKSUD DENGAN MENJADIKAN BUMI
DALAM AYAT INI IA MENCIPTAKAN WUJUDNYA DAN YANG DIMAKSUD
DENGAN “HARI” DALAM AYAT INI ADALAH WAKTU, KARENA HARI DAN
MALAM BELUM ADA DIWAKTU LANGIT DAN BUMI DIADAKAN.70
DALAM AYAT 10 DIJELASKAN ALLAH SWT MENERANGKAN BAHWA
MENCIPTAKAN BUMI DAN GUNUNG-GUNUNG YANG ADA PADANYA ITU IALAH
DALAM DUA MASSA DAN MENCIPTAKAN KEPERLUAN-KEPERLUAN, MAKAN
DAN SEBAGAINYA ITU DUA MASSA PULA. SEMUANYA DILAKUKAN DALAM 4
MASSA. DALAM WAKTU 4 MASSA ITU TERCIPTALAH SEMUANYA DAN DASAR-
DASAR DARI SEGALA SESUATU YANG ADA DI DALAM INI, SESUAI DENGAN
MASSA DAN KEADAAN DALAM PERKEMBANGAN SELANJUTNYA.
DALAM AYAT 11 DIJELASKAN SETELAH PENCIPTAAN BUMI PADA AYAT
YANG LALU. MAKA PADA AYAT INI ALLAH SWT MENERANGKAN KEADAAN
LANGIT. SETELAH ALLAH MENCIPTAKAN BUMI DIA MENUJU KELANGIT
WAKTU ITU LANGIT BERUPA ASAP.71 SETELAH ALLAH SELESAI
69 IBID., HLM. 774 70 DEPAG RI, AL-QUR'AN DAN TAFSIRNYA, JILID, VIII, 1990, HLM. 635 71 IBID., HLM. 637
57
MENCIPTAKAN LANGIT DAN BUMI BERSERTA SEGALA ISINYA, MAKA DIA
MEMERINTAHKAN KEPADA KEDUANYA, “DATANGLAH KAMU BERDUA
KEPADAKU, BAIK DALAM KEADAAN SENANG HATI MAUPUN TERPAKSA”.
MAKA LANGIT DAN BUMI ITU MENJAWAB: “KAMI AKAN DATANG TUNDUK
DAN PATUH.” KEMUDIAN ALLAH BERTITAH KEPADA ALAM LANGIT:
“PERHATIKANLAH SINAR MATAHARIMU, CAHAYA BULANMU, CAHAYA
GEMERLAPAN DARI BINTANG-BINTANG, HEMBUSKANLAH ANGIMU,
EDARKANLAH AWANMU, SEHINGGA DAPAT MENURUNKAN HUJAN.” DAN DIA
BERKATA PADA BUMI“ : ALIRKANLAH SUNGAI-SUNGAIMU, TUMBUHKANLAH
TANAMAN-TANAMAN DAN POHON-POHONMU.” MAKA KEDUANYA
MENJAWAB: “KAMI PENUHI SEGALA PERINTAH-MU DENGAN PATUH DAN
TAAT.”
DALAM AYAT 12 MENJELASKAN SETELAH ALLAH SWT MENCIPTAKAN
LANGIT DAN BUMI, SEPERTI YANG DITERANGKAN PADA AYAT YANG LAIN,
MAKA PADA AYAT INI DITERANGKAN KEADAAN KEDUANYA SETELAH
PENCIPTAAN ITU. DITERANGKAN BAHWA ALLAH MENYEMPURNAKAN
LANGIT ITU DENGAN MENJADIKAN TUJUH LANGIT DALAM DUA MASA:
DENGAN DEMIKIAN, LAMANYA ALLAH SWT MERENCANAKAN PENCIPTAAN
LANGIT DAN BUMI IALAH SELAMA ENAM MASA.72
f. Q.S. AL-THALAQ : 12
ARTINYA : ALLAH-LAH YANG MENCIPTAKAN TUJUH LANGIT DAN SEPERTI ITU PULA BUMI PERINTAH ALLAH BERLAKU PADA MASING-MASING, AGAR KAMI MENGETAHUI BAHWASANNYA ALLAH MAHA KUASA ATAS SEGALA SESUATU, DAN SESUNGGUHNYA ALLAH, ILMUNYA BENAR-BENAR MELIPUTI SEGALA SESUATU.73
DALAM SURAT AT-THALAQ : 12 DIKAITKAN DENGAN
KEMAHAKUASAAN ALLAH DAN KELUWESAN ILMU-NYA YANG MELIPUTI
72 IBID., HLM. 638
58
SEGALA SESUATUNYA. TIADA SESUATU YANG TERSEMBUNYI BAGI ALLAH
BAGAIMANA PUN KECILNYA. PENGAITAN INI DAPAT DIARTIKAN BAHWA
TIADA SESUATUPUN YANG TERLEPAS DAN MENYIMPANG DARI PERATURAN
ATAU UNDANG-UNDANG YANG TELAH DITETAPKAN ALLAH SWT.
73 LIHAT AL-QUR'AN DAN TERJEMAHNYA, OP.CIT., HLM. 947