7
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal dan rangsangan eksternal. Klien memberi persepsi atau
pendapat tentang lingkungan tanpa ada obyek atau rangsangan yang nyata
(Direja, 2011).
Halusinasi adalah proses diterimanya rangsang sampai rangsangan
tersebut di sadari dan di mengerti penginderaan/sensasi. Gangguan persepsi :
ketidakmampuan manusia dalam membedakan antara rangsang yang timbul
dari sumber internal (pikiran, perasaan) dan stimulus eksternal (Rusdi, 2013).
Halusinasi penglihatan stimulus visual dalam bentuk kilatan atau
cahaya, gambar atau bayangan yang rumit dan kompleks. Bayangan bisa
menyenangkan atau menakutkan (Kusumawati& Hartono 2011).
Dari beberapa pengertian halusinasi diatas yang diungkapkan oleh
para ahli maka penulis dapat menyimpulkan bahwa halusinasi penglihatan
adalah kesalahan stimulus yang nyata oleh indera penglihatan klien melihat
gambar yang jelas atau samar dan oranglain tidak melihat.
7
Asuhan Keperawatan Pada..., RESTU ARDIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
8
B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi menurut Yosep, (2011)
a. Faktor Perkembangan
Perkembangan klien yang terganggu misalnya kurangnya mengontrol
emosi dan keharmonisasian keluarga menyebabkan klien tidak mampu
mandiri sejak kecil, mudah frustasi dan hilang percaya diri.
b. Faktor Sosiologi
Seseorang yang merasa tidak diterima di lingkungannya sejak bayi
akan membekas diingatannya sampai dewasa dan ia akan merasa
disingkirkan kesepian dan tidak percaya pada lingkungannya.
c. Faktor Biokimia
Adanya stress yang berlebihan yang di alami oleh seseorang maka
didalam tubuhnya akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat
halusinogenik neurokimia buffofenom dan dimetytranfenase sehingga
terjadi keseimbangan acetrycolin & Dofamine.
d. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian yang lemah dan tidak bertanggung jawab akan
mudah terjerumus pada penyalah gunaan zat adiktif, klien lebih
memilih kesenangan sesaat & lari dari alam nyata menuju alam
khayal.
e. Faktor Genetik dan Pola Asuh
Hasil studi menunjukan bahwa faktor keluarga menunjukan hubungan
yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
Asuhan Keperawatan Pada..., RESTU ARDIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
9
2. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart, (2006) yang termasuk faktor – faktor penyebab
dari halusinasi adalah sebagai berikut :
1. Faktor presipitasi
a. Biologis
Gangguan dalam berkomunikasi dan putaran baik otak , yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme
pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan
untuk secara selektif menanggapi Stimulus.
b. Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap
stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
perilaku.
c. Sumber Koping
Sumber koping individual harus dikaji dengan pemahaman tentang
pengaruh gangguan otak pada perilaku.
C. Jenis-jenis Halusinasi
Menurut Trimelia, (2011) :
1. Halusinasi Pendengaran (audiotori)
Mendengar suara yang membicarakan, mengejek, mentertawakan,
mengancam, memerintahkan untuk melakukan sesuatu. Perilaku yang
muncul adalah mengarahkan telinga pada sumber suara, bicara atau
Asuhan Keperawatan Pada..., RESTU ARDIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
10
tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab menutup telinga, mulut komat-
kamit, dan ada gerakan tangan.
2. Halusinasi Penglihatan (Visual)
Stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambar, orang atau
panorama yang luas dan kompleks, bisa yang menyenangkan atau
menakutkan.
Perilaku yang muncul adalah tatapan mata pada tempat tertentu, menunjuk
ke arah tertentu, ketakutan pada objek yang dilihat.
3. Halusinasi Penciuman (olfactory)
Tercium bau busuk,amis dan bau yang menjijikan, seperti bau darah, urine
atau feses atau bau harum seperti parfum.
Perilaku yang muncul adalah ekspresi wajah seperti mencium dengan
gerakan cuping hidung, mengarahkan hidung pada tempat tertentu,
menutup hidung.
4. Halusinasi Pengecapan (gustatori)
Merasa mengecap sesuatu yang busuk, amis dan menjijikan, seperti rasa
darah , urine atau feses.
Perilaku yang muncul adalah seperti mengecap, mulut seperti gerakan
mengunyah sesuatu sering meludah, muntah.
5. Halusinasi Perabaan (taktil)
Mengalami rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat, seperti
merasakan sensasi listrik dari tanah, benda mati atau orang. Merasakan
ada yang menggerayangi tubuh seperti tangan, binatang kecil dan mahluk
halus.
Asuhan Keperawatan Pada..., RESTU ARDIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
11
Perilaku yang muncul adalah mengusap, menggaruk-garuk atau meraba-
raba permukaan kulit, terlihat menggerak-gerakan badan seperti
merasakan sesuatu rabaan.
6. Halusinasi Sinestetik
Merasakan fungsi tubuh, seperti darah mengalir melalui vena dan arteri,
makanan dicerna atau pemebentukan urine, perasaan tubuhnya melayang
diatas permukaan bumi.
Perilaku yang muncul adalah klien terlihat menatap tubuhnya sendiri dan
terlihat seperti merasakan sesuatu yang aneh tentang tubuhnya.
D. Tanda dan Gejala
Data subjektif dan objektif menurut Trimelia, (2011) adalah sebagai
berikut :
1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai
2. Menggerakan bibirnya tanpa menimbulkan suara
3. Gerakan mata cepat
4. Respon verbal lamban atau diam
5. Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikan
6. Terlihat bicara sendiri
7. Menggerakan bola mata dengan cepat
8. Bergerak seperti membuang atau mengambil sesuatu
9. Duduk terpaku,memandang sesuatu, tiba-tiba berlari keruangan lain
10. Disorientasi (waktu, tempat, orang)
Asuhan Keperawatan Pada..., RESTU ARDIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
12
11. Perubahan kemampuan dan memecahkan masalah
12. Perubahan perilaku dan pola komunikasi
13. Gelisah, ketakutan, ansietas
14. Peka rangsang
E. Psikopatologi
Proses terjadinya halusinasi menurut Stuart, (2006) :
1. Faktor predisposisi : faktor risiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah
sumber yang dapat digunakan individu untuk mengatasi stres
2. Stressor presipitasi : stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai
tantangan, ancaman, atau tuntutan dan yang membutuhkan energi ekstra
untuk koping
3. Penilaian terhadap stresor : evaluasi tentang makna stressor bagi
kesejahteraan individu yang didalamnya stresor memiliki arti, intensitas,
dan kepentingan
4. Sumber koping : evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi individu
5. Mekanisme koping : tiap upaya yang ditujukan untuk penatalaksanaan
stres, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme
pertahanan ego yang digunakan untuk melindungi diri.
6. Rentang respon koping- rentang : respon manusia yang adaptif sampai
maladaptif
7. aktivitas tahap pengobatan : rentang fungsi keperawatan yang
berhubungan dengan tujuan pengobatan, pengkajian keperawatan,
intervensi keperawatan, dan hasil yang diharapkan.
Asuhan Keperawatan Pada..., RESTU ARDIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
13
Faktor predisposisi
Biologis psikologis
sosiokultural
Stressor presipitasi
Biologi Tekanan lingkungan gejala
Penilaian terhadap stresor
Mekanisme koping
Menarik diri proyeksi regresi
Konstruktif destruktif
Gambar 2.1 Psikopatologis Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
Stuart, ( 2006).
Asuhan Keperawatan Pada..., RESTU ARDIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
14
F. Rentang respon
Konstruktif restruktif
Adaptif mal adaptif
Pikiran logis Kadang-kadang
proses pikir terganggu
Waham
Perseps iakurat Ilusi Halusinasi
Emosi konsisten
dengan
pengalaman
Emosi berlebihan Kesukaran proses
emosi
perilaku cocok
Perilaku yang tidak
terbiasa
Perilaku tidak
terorganisasi
hubungan sosial
harmonis
Menarik diri Isolasi sosial
Gambar 2.2 Rentang Respon Halusinasi Penglihatan
(Direja, 2011)
Asuhan Keperawatan Pada..., RESTU ARDIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
15
G. Fase-fase halusinasi
Fase halusinasi menurut Direja, (2011) yaitu:
1. Fase pertama
Disebut juga Fase Comforting, yaitu fase yang menyenangkan.
Pada tahap ini masuk dalam golongan non psikotik. Karakteristik : klien
mengalami cemas , kesepian , perasaan berdosa dan tidak dapat
diselesaikan.Klien mulai melamun dan memikirkan hal – hal yang
menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara. Perilaku klien :
tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakan bibir tanpa suara,
pergerakan mata cepat respon verbal yang lambat jika sedang asyik
dengan halusinasinya, dan suka menyendiri.
2. Fase ke dua
Disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu
halusinasi menjadi menjijikan, termasuk psikotik ringan. Karakteristik :
pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan, kecemasan meningkat
melamun, dan berfikir sendiri menjadi domainan mulai dirasakan ada
bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu, dan ia tetap
dapat mengontrolnya. Perilaku klien : meningkatnya tanda – tanda sistem
syaraf otonom seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah.
Klien asyik dengan halusinasinya dan tidak bisa membedakan realistis.
3. Fase ke tiga
Fase ketiga adalah fase controlling atau ansietas berat yaitu
pengalaman sensori berkuasa termasuk dalam gangguan psikotik.
Asuhan Keperawatan Pada..., RESTU ARDIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
16
Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol menguasai
dan mengontrol klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap
halusinasinya. Perilaku klien : kemauan di kendalikan halusinasi, rentang
perhatian hanya beberapa menit atau detik tanda-tanda fisik berupa klien
berkeringat, tremor dan tidak mampu mematuhi perintah.
4. Fase ke empat
Fase ke empat adalah fase conquering atau panik yaitu klien lebur
dengan halusinasinya termasuk psikotik berat.
Karakteristik : halusinasinya berubah menjadi mengancam,
memerintah dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya,
hilang kontrol, dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang
lain di lingkungan.
Perilaku klien potensi bunuh diri, perilaku kekerasaan, agitasi,
menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah
kompleks, dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.
H. Sumber Koping
Sumber koping individu harus dikaji dengan pemahaman tentang
pengaruh gangguan otak pada perilaku. Kekuatan dapat meliputi modal,
seperti intelegensi atau kriativitas yang tinggi. Orang tua harus secara aktif
mendidik anak-anak dan dewasa muda tentang ketrampilan koping karena
mereka biasanya tidak hanya belajar dari pengamatan. Sumber keluarga dapat
berupa pengetahuan tentang penyakit, finansial yang cukup, ketersediaan
Asuhan Keperawatan Pada..., RESTU ARDIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
17
waktu dan tenaga, dan kemampuan untuk memberikan dukungan secara
berkesinambungan Fitria, (2012).
I. Mekanisme koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi pasien dari
pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologis
maladaptif Stuart, (2006) :
1. Regresi berhubungan dengan masalh proses informasi dan upaya untuk
mengatasi ansietas, yang menyisakan sedikit energi untuk aktivitas hidup
sehari-hari.
2. Proyeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi
3. Menarik diri
J. Pohon Masalah
Risiko perilaku kekerasan......................................................Akibat
Gangguan sensori persepsi : halusinasi................................Core Problem
Isolasi sosial................................................................Penyebab
Gambar 2.3 Pohon Masalah
(Fitria, 2009)
Asuhan Keperawatan Pada..., RESTU ARDIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
18
K. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko Perilaku Kekerasan
2. Gangguan sensori persepsi : halusinasi
3. Isolasi sosial
L. Penatalaksanaan gangguan jiwa
Terapi dalam jiwa bukan hanya meliputi pengobatan dengan
farmakologi, teteapi juga pemberian psikoterapi,serta terapi modalitas yang
sesuai dengan gejala atau penyakit pasien yang akan mendukung
penyembuhan pasien jiwa. Pada terapi diatas juga dengan dukungan keluarga
dan sosial akan memberikan peningkatan penyembuhan karena klien akan
merasa berguna dalam masyarakat dan tidak merasa disingkirkan dengan
penyakit yang dialaminya Kusumawati & Hartono , ( 2011)
1. Farmakoterapi adalah pemberian terapi dengan menggunakan obat-obat
yang digunakan untuk gangguan jiwa disebut dengan psikofarmaka sama
dengan psikotropika sama dengan phrenotropika. Terapi gangguan jiwa
dengan menggunakan obat-obatan disebut dengan psikofarmaterapi
medikasi psikotropika yaitu obat yang mempunyai efek terapeutik
langsung pada proses mental Penderita karena kerjanya pada otak/ sistem
saraf pusat.
2. Terapi somatis adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan
gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi
perilaku adaptif dengan melakukan tindakan yang ditujukan pada kondisi
Asuhan Keperawatan Pada..., RESTU ARDIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
19
fisik pasien.walaupun yang diberi perlakuan adalah fisik klien ,tetapi
target terapi adalah perilaku pasien. Jenis terapi somatis adalah meliputi
pengikatan, ECT, isolasi dan fototerapi.
a. Pengikatan adalah terapi menggunakan alat mekanik atau manual
untuk membatasi moilitas fisik klienyang bertujuan untuk melindungi
cedera fisik pada klien sendiri atau orang lain.
b. Terapi kejang listrik adalah bentuk terapi kepada pasien dengan
menimbulkan kejang (grandmal) dengan mengalirkan arus listrik
kekuatan rendah (2-3 joule) melalui elektrode yang ditempelkan
beberapa detik pada pelipis kiri/kanan (lobus frontalis) klien.
c. Isolasi adalah bentuk teraapi dengan menempatkan klien sendiri
diruangan tersendiri untuk mengendalikan perilakunya dan melindungi
klien, orang lain, dan lingkungan dari bahaya potensial yang mungkin
terjadi. akan tetapi tidak dianjurkan pada klien dengan risiko bunuh
diri, klien agitasi yang disertai dengan gangguan pengaturan suhu
tubuh akibat obat, serta perilaku yang menyimpang.
d. terapi deprivasi tidur adalah terapi yang diberikan kepada klien
dengan mengurangi jumlah jam tidur klien sebanyak 3,5 jam. cocok
diberikan pada klien dengan depresi.
Asuhan Keperawatan Pada..., RESTU ARDIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
20
M. Intervensi
1. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi menurut Direja (2011)
Tum : Klien dapat mengontrol halusinasinya.
Tuk : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria hasil :
a. Klien dapat menunjukan ekspresi wajah bersahabat
b. Menunjukan rasa sayang
c. Ada kontak mata
d. Mau berjabat tangan
e. Mau menjawab salam
f. Mau menyebut nama
g. Mau berdampingan dengan perawat
h. Mau mengutrakan masalh yang dihadapi
Tindakan keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan prisip terapeutik
b. Sapa klien dengan ramah
c. Tanyakan nama lengkap klien, dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya
f. Beri perhatian pada klien dan penuhi kebutuhan klien
Asuhan Keperawatan Pada..., RESTU ARDIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
21
Klien dapat mengenal halusinasinya :
Kriteria hasil:
a. Klien dapat menyebutkan waktu, isi dan frekuensi timbulnya
halusinasi
b. Klien dapat mengngkapkan perasaan terhadap halusinasinya
Tindakan keperawatan
a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku isolasi sosial dan tanda-
tandanya
b. Adakan kontak singkat dan sering secara bertahap
c. Observasi perilaku verbal dan non verbal yang berhubungan dengan
halusinasinya
d. Terima halusinasi sebagai hal nyata bagi klien dan tidak nyata bagi
perawat
e. Identifikasi bersama klien tentang waktu munculnya halusinasi,isi
halusinasi dan frekuensi timbulnya halusinasi
f. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaanya ketika halusinasi
muncul
g. Diskusikan dengan klien mengenai perasaanya saat terjadi halusinasi
h. Berikan reinforcment positif atau pujian terhadap kemampuan klien
dalam mengungkapkan perasaanya.
Klien dapat mengontrol halusinasinya.
Kriteria hasil :
a. Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk
mengendalikan halusinasinya
Asuhan Keperawatan Pada..., RESTU ARDIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
22
b. Klien dapat menyebutkan cara baru untuk mengontrol halusinasinya
c. Klien dapat memilih cara mengatasi halusinasinya
d. Klien dapat memilih cara mengen dalikan halusinasinya
Tindakan keperawatan
a. Identifikasi bersama klien tindakan yang biasa dilakukan jika
halusinasi muncul
b. Beri pujian dan penguatan terhadap tindkan positif
c. Bersama klien merencanakan kegiatan untuk mencegah halusinasi
d. Diskusikan cara mencegah timbulnya halusinasi dan mengontrol
halusinasi
e. Dorong klien untuk memilih cara yang digunakan dalam menghadapi
halusinasi
f. Beri pujian dan penguatan terhadap pilihan yang benar
g. Diskusikan bersama klien hasil upaya yang telah dilakukan
Klien mendapat dukungan keluarga atau memanfaatkan sisitem
pendukung untuk mengendalikan halusinasinya
Kriteria hasil:
a. Keluarga dapat saling percaya dengan perwat
b. Keluarga dapat menjelaskan perasaanya
c. Keluarga dapat menjelaskan cara merwat klien halusinasi
d. Keluarga dapat mendemonstrasikan cara perawatan klien halusinasi
dirumah
e. Keluarga dapat berpartisipasi dalam perawatan klien halusinasi
Asuhan Keperawatan Pada..., RESTU ARDIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
23
Tindakan keperawatan:
a. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga (ucapkan salam,
perkenalkan diri sampaikan tujuan, buat kontrak dan eksplorasi
perasaan
b. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang:
1) perilaku halusinasi
2) akibat yang akan terjadi jika perilaku halusinasi
3) cara keluarga menghadapi klien halusinasi
4) cara keluarga meerawat klien halusinasi
5) dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada
klien untuk mengontrol halusinasinya
c. Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan berganntian menjenguk
klien miminal seminggu sekali
d. Berikan reinforcement positif atau pujian atas hal-hal yang telah
dicapai keluarga
Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
Kriteria hasil:
a. Klien dapat menyebutkan manfaat, dosis, dan efek samping obat
b. Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar
c. Klien mendapat informasi tentang efek samping obat dan akibat
berhenti minum obat
d. Klien dapat meneyebutkan prinsip lima benar penggunaan obat
Asuhan Keperawatan Pada..., RESTU ARDIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
24
Tindakan keperawatan :
a. Diskusikan dengan klien tentang dosis, frekuensi serta manfaat minum
obat
b. Anjurkan klienminta sendiri obat pada perawat dan merasakan
manfaatnya
c. Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek
samping obat
d. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan
dokter
e. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip lima benar
f. Berikan reinforcement positif atau pujian.
2. Isolasi sosial menurut Direja (2011)
Tum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
Tuk : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2. Klien dapat mengetahui keuntungan dan kerugian berhubungn
dengan orang lain.
3. Klien dapat mengidentifikasi penyebab isolasi sosial.
4. Klien dapat berkenalan.
5. Klien dapat menentukan topik pembicaraan.
6. Klien dapat berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
berkenalan dengan orang pertama (perawat).
7. Klien dapat berinteraksi dengan secara bertahap berkenalan
dengan orang kedua (pasien lain).
Asuhan Keperawatan Pada..., RESTU ARDIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
25
Intervensi :
a. Beri salam dan panggil nama klien.
b. Sebutkan nama perawat dan sambil berjabat tangan.
c. Jelaskan tujuan interaksi.
d. Jelaskan kontrak yang akan dibuat.
e. Beri rasa aman dan tunjukkan sikap empati.
f. Beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya.
g. Bantu klien mengungkapkan alasan klien dibawa ke rumah sakit.
h. Beri kesempatan klien mangatakan keuntungan berhubungan atau
berinteraksi.
i. Beri kesempatan klien untuk mengatakan kerugian berhubungan atau
berinteraksi dengan orang lain.
j. Beri kesempatan klien mencontohkan teknik berkenalan.
k. Beri kesempatan klien menerapkan teknik berkenalan.
l. Beri kesempatan klien dan bantu klien menentukan topik
pembicaraan.
m. Latih berhubungan sosial secara bertahap dengan perawat.
n. Masukkan dlam jadwal kegiatan klien.
o. Latih cara berkenalan dengan dua orang atau lebih dengan teman satu
ruangan atau sesama pasien.
p. Masukkan dalam jadwal kegiatan klien.
Asuhan Keperawatan Pada..., RESTU ARDIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
26
3. Risiko perilaku kekerasan menurut Direja (2011)
Tum : Klien dapat mengontrol atau mencegah perilaku kekerasan baik
secara fisik, sosial, verbal, spiritual.
Tuk : 1. Bina hubungan saling percaya.
2. Klien dapat mengidentifikasi perilku kekerasan.
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
4. klien dapat mengontrol perilaku kekerasan.
Intervensi :
a. Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan komunikasi
terapeutik.
b. Bantu klien mengungkapkan perasaan.
c. Bantu klien untuk mengungkapkan tanda perilaku kekerasan.
d. Diskusikan dengan klien keuntungan dan kerugian perilaku kekerasan.
e. Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan.
f. Anjurkan klien memprktekan latihan.
4. Harga diri rendah menurut Direja (2011)
Tum : Klien mampu meningkatkan harga dirinya.
Tuk : 1. Klien mampu membina hubungan saling percaya.
2. Klien dapat mengidentifikasikan kemampuan yang dimiliki.
3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
4. Klien dapat merancang kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki.
5. Klien dapat melakukan kegiatan.
Asuhan Keperawatan Pada..., RESTU ARDIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
27
Intervensi :
a. Bina hubungan terapeutik.
b. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien.
c. Beri kesempatan klien untuk mencoba.
d. Setiap bertemu klien hindarkan penilaian agresif.
e. Utamakan memberikan pujian realistik.
f. Diskusikan dengan klien kegiatan yang masih bisa digunakan.
g. Rencanakan bersama.
h. Beri reinforcement positif atas usaha klien.
Asuhan Keperawatan Pada..., RESTU ARDIYANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014