4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian proyek
Proyek kontruksi adalah suatu kegiatan atau pekerjaan yang hanya
dilaksanakan sekali dan umumnya berjangka waktu yang pendek. Dalam rangkaian
pekerjaan tersebut mengolah suatu sumber daya proyek menjadikan suatu hasil
yang berupa bangunan. Dalam proses serangkaian tersebut banyak pihak-pihak
yang dilibatkan baik secara langsung maupun tidak langsung. Hubungan kerja dan
hubungan fungsional melibatkan semua pihak-pihak yang terkait. Dengan adanya
berbagai pihak yang terkait tersebut maka akan terjadinya potensi konflik yang
sangat besar sehingga dikatakan mengandung konflik yang sangat tinggi. (Wulfram
I Ervianto, 2002)
Pada proyek kontruksi mempunyai tiga dimensi karakteristik, yaitu unik,
melibatkan sumber daya, dan membutuhkan organisasi. Untuk menyelesaikannya
harus berpegang pada tiga kendala (triple constrain): sesuai spesifikasi yang
diterapkan, sesuai time scedule, dan sesuai dengan biaya yang direncanakan.
Ketiganya diselesaikan secara simultan. Tiga karakteristik proyek kontruksi adalah:
1. Proyek bersifat unik
Proyek bersifat unik yang dimaksud adalah proyek kontruksi tidak
pernah sama persis dengan proyek lainnya. Misalnya, tidak ada proyek
yang identik dan sejenis, proyek bersifat sementara dan selalu melibatkan
grub kerja yang berbeda-beda.
2. Membutuhkan sumber daya (resources)
Setiap proyek kontruksi selalu membutuhkan sumberaya dalam
penyelesaiannya, contoh pekerja, material metoda dll. Pengorganisaian
manajemen tersebut dilakukan oleh manajer proyek. Dalam
kenyataannya, mengorganisasikan pekerja tersebut ternayata lebih sulit
dibandingkan sumber daya lainnya. Apalagi, pengetahuan yang di
pelajari seorang manajer proyek bersifat tektis, seperti mekanika
rekayasa, fisika bangunan, computer science, contruction management.
5
Untuk itu seorang manajer proyek masih harus terus belajar tentang
manajemen proyek untuk mengembangkan ilmunya sendiri.
3. Membutuhkan organisai
Di dalam organisasi banyak individu yang mempunyai keahlian yang
beragam-ragam sesuai dengan tujuannya seperti tagam ketertarikan,
keahlian kepribadian dan sifat masing-masing. Dalam hal ini langkah
awal yang harus di lakukan manager proyek adalah menyatukan visi
sehingga menjadikan satu tujuan untuk organisasi tersebut.
Gambar 2.1 Three dimentional objective
Gambar 2.2 triple constrain
6
Rangkaian keigatanproyek dapat dibagi menjadi 2 rangkaian yaitu,
rangkaian kegiatan proyek dan rangkaian kegiatan rutin. Kegiatan rutin adalah
suatu kegiatan yang terus menerus dan berulang yangberlangsung lama, kegiatan
proyek adalah suatu kegiata yang umumnya dilaksanakan cuma sekali dan bersifat
unik.
Gambar 2.3 Proyek sebagai suatu sistem
Dengan demikian, dapat kita simpulkan kegiatan proyek merupakan sutu kegiatan
yang mempunyai ciri sebagai berikut:
1. Dimulai dengan awal proyek (awal rangkaian kegiatan) dan mengakhiri
dengan akhir proyek ( akhir rangkaia kegiatan), dan mempunyai waktu yang
pada umumnya terbatas.
2. Karena rangkaian kegiata yang terjadi hanya satu kali maka mengkasilkan
produk proyek yang bersifat unik. Jadi, tidak ada proyek lainnya yang
identik atau sama yang ada hanyalah proyek sejenis.
Menurut W.R. King dan D.I Cleland (1987), proyek merupakan sumber
daya yang tergabung, yang menjadi sebuah organisasi yang sementara agar
mendapatkan sasaran yang di inginkan. Membangun atau memperbaiki fasilitas dan
sarana atau prasarana umum seperti jalan, gedung, jembatan, bendungan dll,
sehingga kegiatan membangun atau memperbaiki tersebut adalah kegiatan yang
biasa dikerjakan oleh proyek kontruksi. Menurut pengertian diatas, proyek
memiliki waktu yang terbatas dan bersifat sementara, tidak bersifat berulang-ulang,
7
memiliki awal waktu dan akhir waktu, memiliki sumber daya yang terbatas dengan
yang bertujuan sama untuk menyelesaikan yang telah direncanakan. Untuk itu dari
penjelasan diatas dapat kita simpulkan karakteristik proyek diantaranya :
1. Waktu pengerjaan dari awal hingga akhir telah ditentukan karena
proyek memiliki waktu terbatas.
2. Pembangunan kontruksi hanya bersifat sekali karena bukan produk
yang bisa di ulang atau di pabrikasi.
3. Memiliki pola sedikit pola aawal yang berkembang menjadi banyak dan
menurun hingga akhirnya berhenti, merupakan tahap-tahap kegiatan
proyek.
4. Merencanakan, merancang, dan melaksanakan merupakan intensitas
proyek.
5. Membutuhkan klasifikasi tenaga yang beragam untuk kegiatan yang
beragam.
6. Spesifikasi proyek ditentukan seperti syarat yang terkait dengan alat,
bahan, metode pelaksanaan dan tenaga yang telah ditetapkan dan harus
memenuhi prosedur yang telah disyaratkan.
Dalam dunia teknik sipil arti proyek lebih dipersempit sebagai proyek
konstruksi yaitu proyek yang memiliki keterkaitan dengan pembangunan sebuah
bangunan insfrastruktur yang pada umumnya mencakup pekerjaan pokok yang
termasuk pekerjaan arsitektur dan teknik sipil. (Istimawan Diohohusodo 1996:69).
Mengalokasikan sumber daya merupakan cara dalam melakukan kegiatan
proyek bisa disebut dengan aktivitas yang berjalan dengan jangka waktu yang
terbatas, dengan maksud mendapatkan hasil produk dengan kriteria mutu yang
sudah digariskan dengan jelas. Tiga batasan tersebut juga disebut sebagai (triple
constrain) yang sering diasosiasikan untuk sasaran proyek. Seperti gambar dibawah
: (Imam Soeharto, 1995:1-2)
8
Gambar 2.4. Tiga kendala pada sasaran proyek
Sumber : Imam Soeharto
Anggaran Proyek tidak boleh melebihi. Dalam sebuah proyek kontruksi
membutuhkan dana dan anggaran yang besar dan jangka waktu yang lama,
anggaran ini bukan bukan hanya diperukan untuk total proyek melainkan
dibagi-bagi menjadi berbagai bidang. Dengan demikian, maka penyelesaian
proyek tersebut harus mmenuhi terget yang sudah ditentukan.
Jadwal Proyek batas waktu penyerahannya tidak boleh melewati yang
sudah di tentukan
Mutu Proyek ahrus sesuai dengan kriteria dan spesifikasi yang disyaratkan
maka dapat disebut jika persyaratan mutu mampu dipenuhi sebagai tugas
yang dimaksud.
Kesepakatan antara ketiga batasan diatas akan menjadi penentu, jika ingin
melakukan peningkatan kinerja produk yang sudah dilakukan kesepakatan
dalam kontrak, maka menaikkan kwalitas mutu dapat menyebabkan naiknya
biaya dan akan melebihi anggaran. Jadiharus berkompromi dengan waktu
atau mutu maka anggaran dapat ditekan.
2.2 Pengertian Produktivitas
Produktivitas didefinisikan sebagai rasio antara input dan output, atau rasio
antara hasil produksi dengan total sumber daya yang digunakan dalam proyek
kontruksi. Rasio produktivitas adalah jumlah nilaiyang diukur selama proses
kontruksi, dapat bagi menjadi biaya material, biaya tenaga kerja, uang, metoda dan
9
alat. Sukses atau tidaknya sebuah kontruksi tergantung pada efisiensi pengelolaan
sumber daya.
Selama proses kontruksi berlangsung sumber daya yang digunakan antara
lain material, machines, men, method, money. Dalam proses kontruksi penggunaan
material secara efektif sangat bergantung pada desain yang dikehendaki dari suatu
bangunan. Untuk menghemat penggunaan material dilakukan tahap penyediaan,
handling, dan processing selama waktu kontruksi. Dibutuhkan pemilihan alat yang
tepat karena dapat mempengaruhi proses kontruksi, pemindahan atau distribusi
material yang cepat, baik arah horizontal maupun vertikal.
Pekerja adalah salah satu sumber daya yang tidak mudah untuk dikelola.
Upah yang diberikan antara pekerja satu dengan lainnya tidaklah sama dikarenakan
kemampuan masing-masing pekerja tersebut. Biaya untuk pekerja merupakan
fungsi dari waktu dan metoda kontruksi yang digunakan. Pihak yang akan
bertanggung jawab untuk pemilihan metoda dan waktu kontruksi adalah kepala
proyek.
2.3 Produktivitas Sebagai Sistem
Untuk meningkatan produktivitas dalam proyek kontruksi, sistem yang
mengatur tentunya sudah dirancang dan diencanakan. Dari beberapa faktor yang
mempengaruhi produktivitas sebuah pekerjaan, ialah faktor manusia yang
memberikan kontribusi yang cukup besar dibandingkan faktor lainnya.
Dalam sebuah sistem tentunya akan dibutuhkan sebuah organisasi yang
akan menjalankannya. Dengan efektifitas organisasi tersebut tentunya akan
menjalankan subsistem yang ada didalamnya dengan lancar. Pada gambar 2.5,
ditunjukkan unsur-unsur yang terlibat dalam proyek kontruksi. Secaa tegas
dibedakan langsung dengan produktivitas dan yang tidak secara langsung.
Produktivitas sangat erat hubugannya dengan kontraktor dimana melalui kerja
kontraktor dan beserta elemen pendukungnya yang secara nyata mewujudkan fisik
kontruksi.
10
Gambar 2.5. Struktur organisasi proyek konstruksi
Faktor manusia yang menjadikan penentu tercapainya tingkat produktivitas
yang ditetapkan. Lebih jelas lagi dapat disebutkan bahwa tukanglah yang menjadi
faktor penentu kerja tim proyek secara keseluruhan tanpa mengesampingkan peran
faktor lainnya. Proyek kontruksi selalu membutuhkan pekerja dengan
menggunakan fisiknya karena dibutuhkan untuk mengerjaan dalam cuaca dan
kondisi kapanpun. Untuk memaksimalkan produktivitas yang dinginkan dan
meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja maka diperlukan keselamatan dan
kesehatan kerja, para pemimpin harus memahami kondisi serta keterbatasan yang
diakibatkan oleh kondisi dan lokasi proyek.
Program produktivitas dapat dipandang sebagai suatu sistem yang
mencakup empat tahapan. Model lingkaran produktivitas adalah sebagai berikut:
11
Gambar 2.6. Struktur organisasi proyek konstruksi
Program produktivitas dimulai dengan melakukan pengukuran
produktivitas dilapangan atau dilokasi proyek. Tanpa mengetahui keadaan
sesungguhnya dilapangan, sulit rasanya untuk meningkatkan produktivitas kerja
tersebut. Dari hasil pengukuran ini, dapat dilakukan evaluasi degan cara
membandingkannya. Hasil evaluasi ini dapat digunakan untuk merencanakan ulang
lagi tingkat produktivitas dan menentukan arah perbaikan atas apa yang terjadi.
2.3.1 Faktor yang Memengaruhi Produktivitas
Penelitian tentang produktivitas telah banyak dilakukan, di antaranya
dolakukan di Singapuraoleh Low pada 1992. Low menyimpulkan bahwa
produktivitas konstruksi dipengaruhi oleh tujuh faktor, yaitu buildability, training,
structure of industry, building control. Standardization, foreign labour,
mechanisation and auto-mation. Di Indonesia sendiri penelitian serupa telah
dilakukan oleh Kaming pada tahun 1997. Faktor yang mempengaruhi produktivitas
proyek diklasifisikan menjadi empat katagori utama, yaitu:
1. Metoda dan teknologi, terdiri atas faktor: desain rekayasa, metoda
kontruksi, urutan pekerjaan, pengukuran kerja.
2. Manajemen lapangan,terdiri atas faktor: perencaan dan penjadwalan,
tata letak lapangan, komunikasi lapangan, manajemen material,
manajemen tenaga kerja, manajemen peralatan.
3. Lingkungan kerja, terdiri atas faktor: keselamatan kerja, lingkungan
fisik, kualitas pengawasan, keamanan kerja, latihan kerja, partisipasi.
Pengukuran produktivitas
Perencanaan produktivitas
Evaluasi produktivitas
Perbaikan produktivitas
12
4. Faktor manusia, tingkat upah pekerja, kepuasan kerja, insemtif,
pembagian keuntungan, hubungan kerja mandor-pekerja, hubungan
kerja antarsejawat, kemangkiran.
2.4 Metode Perhitungan Harga Satuan
Analisa harga satuan pekerja adalah cara menghitung harga satuan pekerjaan
pada kontruksi dengan mengalikan kebutuhan upah pekerja, bahan material, dan
alat dengan harga bahan bangunan, ini adalah standart dalam mengupah pekerja
persatuan pekerjaan kontruksi. Angka koefisien pekerja sangat mempengaruhi
untuk menunjukkan nilai satuan material atau bahan, nilai satuan alat, dan nilai
satuan upah pekerja yang dipergunakan untuk acuan atau panduan melakukan
perencanaan biaya suatu pekerjaan.
Bahan material, upah pekerja, dan peralatan mempengaruhi harga satuan
pekerja seperti pada skema gambar 2.7.
Gambar 2.7 Skema Harga Satuan Pekerjaan
Skema diatas menjelaskan bahwa harga satuan pekerja, harga satuan bahan,
dan harga satuan alat harus diketahui terlebih dahulu untuk dilakukan perkalian
dengan koefiisien yang sudah ditetapkan, sehingga dapat diperoleh rumusan
sebagai berikut:
13
Maka akan diperoleh :
Besarnya harga satuan bahan, upah, dan juga alat tersebut mempengaruhi
besarnya harga satuan pekerjaan, sehingga dalam menghitunh kebutuhan bahan
pada setiap pekerjaan sanat diperlukan ketelitian. Tingkat prosuktivitas pekerjaan
menentukan harga satuan upah dalam menyelesaikan proyek kontruksi tersebut.
2.5 Produktivitas Tenaga Kerja
Secara umum, produktivitas merupakan perbandungan antara aoutput dan
input. Dibidang kontruksi input adalah jumlah sumber daya yang digunakan seperti
tenaga kerja, peralatan dan material. Sedangkan output adalah kualitas pekerjaan
yang telah dikerjakan seperti meter kubik galian atau timbunan. Karena material
dan alat bersifat standart jadi keahlian pekerja sendiri yang menentukan pekerjaan
mereka.
Dalam menyelenggarakan sebuah proyek, salah satu faktor sumber daya
yang menjadi faktor penentu dalam keberhasilannya adalah tenaga kerja.
Penyediaan jumlah tenaga kerja, ketersediaan alat dan material , jenis keterampilan
dan keahlian harus mengikuti tuntutan dan perubahan kegiatan yang sedang
berlangsung. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka suata penrencanaan proyek
kontruksi harus terperinci dalam perkiraan jenis dan keperluan tenaga kerja, seperti
tenaga ahli dari berbagai bidang dan disiplin ilmu untuk pekerjaan laangan
kontruksi.
14
Untuk mengikuti tuntutan perbuahan kegiatan yang sedang berlangsung
jenis dan intensitas kegiatan proyek dapat berubah cepat sepanjang siklusnya
sehingga penyediaan jumlah tenaga kerja, jenis keterampilan dan keahlian juga
mengikuti perubahan secara cepat tersebut. Menurut Soeharto (1997), indeks
produktivitas dapat dirumuskan sebagai berikut:
Indeks Produktivitas =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚−𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑦𝑒𝑙𝑒𝑠𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ−𝑗𝑎𝑚 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑦𝑒𝑙𝑒𝑠𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 𝑖𝑑𝑒𝑛𝑡𝑖𝑘 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑘𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
Kondisi standart adalah kondisi rata-rata dimana indeks produktivitas diberi
angka = 1,0. Jika indeks produktivitas > 1,0 berarti produktivitas tenaga kerja
kurang standart. Sebaliknya jika indeks produktivitas < 1,0 berarti produktivitas
tenaga kerja melebihi standar yang ditetapkam ( Soeharto, 1997)
2.5.1 Produktivitas Kelompok Pekerja
Produktivitas kelompok pekerja adalah kemampuan tenaga kerja dalam
menyelesaikan pekerjaan ( satuan volume pekerjaan) yang dibagi dalam
satuan waktu, jam atau hari. Produktivitas dapat digunakan untuk
menentukan jumlah tenaga kerja beserta upah yang harus di bayar.
Kebutuhan tebnaga kerja dapat dihitung dengan cara berikut:
a. Produktivitas grub pekerja = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
𝐷𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙
b. Kebutuhan tenaga kerja
= koefisien analisa x prouduktivitas grub pekerja
2.6 Metode Penjadwalan Proyek
Dalam metode penjadwalan proyek dapat menggunakan beberapa metode
dalam mengelola sumber daya proyek dan waktu. Pada masing-masing metode
tersebut tentunya memiliki kelebihan maupun kekurangan. Pertimbangan untuk
menggunakan metode-metode ini didasarkan pada keinginan untuk tercapainya
suatu pekerjaan tersebut. Kegiatan waktu akan berhubungan terhadap kiatan
lainnya contohnya kinerja biaya proyek tersebut. Jadi, untuk meminimalisirnya
harus dilakukan monitoring terhadap material, alat keselamatan kerja dan
15
ketersediaan alat serta hal-hal lainnya yang terlibat. jadi kalau ada penyimpangan
dari rencana awal kegiatan, maka harus dilakukan evaluasi dan tindakan. (Abrar
Husen,2009:150-151)
Dengan mengendalikan manajemen proyek maka akan diketahui laju
pelaksanaan pekerjaan, sehingga penyimpangan yang terjadi akan dengan mudah
dan cepat teratasi dengan langkah-langkah yang sudah ada. Untuk
melaksanakannya memperlukan metode-metode, alat bantu yang dapat
mempermudah dalam pekerjaannya baik berupa tabel, grafik ataupun aplikasi-
aplikasi penunjang lainnya. Alat bantu tersebut harus mudah dipergunakan atau
mudah di baca agar mempermudah dalam pelaksanaan pengendaliannya.
(Kasmiruddin,2010:67)
2.6.1 Metode Bagan Balok (Bar Chart)
Pertama kali bar chart dikembangkan oleh Henry L. Gantt (1861-1919), oleh
sebab itu maka metode tersebut dinamakan dengan gantt chart atau bagan balok.
Gantt chart adalah sebuah diagram yang menunjukkan dimulainya proyek sampai
berakhirnya proyek tersebut yang ditunjukkan dengan batang-batang untuk
merencanakan sebuah kegiata pada suatu proyek.
Dalam sejarah bagan gantt chart ini dimulai saat Henry L Gantt menjadi
konsultan insinyur industri. Sistem insentif dari ahli manajemen ilmiah (Taylor)
mulai dipertimbangkan oleh gantt. Untuk memotivasi para pekerja Gantt
melakukan sebuah ide untuk meninggalkan sistem tarif yang dianggap terlalu kecil
dengan menggunakan sistem baru yaitu:
Pekerja akan diberikan upah sebesar 50 sen untuk sebuah pekerjaan
yang dikerjakan selesai dalam sehari tersebut.
Memotivasi para supervisor jika para pekerja mencapai target
pekerjaan dalam sehari tersebut.
Hal diatas yang melandasi Gantt untuk melatih dan mendorong motivasi
pekerja untuk bekerja keras dengan baik lagi. Kemajuan-kemajuan pada bagan
balok akan selalu dicatat.
16
Aktivitas adalah sebuah kegiatan yang memiliki tugas dan kegiatan yang
saling berhubungan satu sama lain yang berperan untuk menyelesaikan proyek
secara menyeluruh sehingga dapat mencapai sebuah hasil. Pada umumnya semua
aktivitas tersebut dibuat dalam satu bagian disebelah kiri bagan yang diatur
sedemikian rupa. Sebuah skala waktu yang mendatar atau horizontal memanjang
ke bagian kanan daftar dengan garis.
Henry L.Gantt pada tahun 1917 memperkenalkan metode penjadwalan
dengan bagan balok. Karena mudah dipahami dan sederhana dalam membuatnya,
bagan balok ini dipergunakan secara luas dalam proyek kontruksi sampai saat ini.
Kegiatannya disusun dalam kolom horizontal dan vertikal yang digunakan untuk
menunjukkan skala waktu. Bagan mulai dan akhir dari kegiatan tersebut dapat
dilhat dengan jelas, sedangkan panjang diagram tersebut menunjukan berapa lama
durasi waktu kegiatan dilaksanakan. (Wulfi-am I.Ervianto, 2002:155)
Tahapan-tahapan dalam menyusun bagan balok dapat dilakukan sebagai
berikut :
1. Pelaksanaan perencanaan pembangunan terdri beberapa daftar kegiatan
yang berisi semua jenis kegiatan pekerjaan.
2. Pada umumnya kegiatan yang dilaksanakan terlebih dahulu akan
disusun berdasarkan prioritas pekerjaan tersebut.
3. Durasi pekerjaan merupakan waktu pekerjaan dari seluruh kegiatan
yang akan dilaksanakan atau yang akan dikerjakan secara menyeluruh
dari awal mulainya pekerjaan hingga berakhirnya pekerjaan. Durasi
pekerjaan didapat dari jumlah semua waktu yang digunakan atau
dibutuhkan dalam menyeledsaikan masing-masing item kegiatan.
Dalam bagan balok masih memiliki kekurangan dalam menyajikan
informasi karena terbatas, misalnya lintasan kritis pada proyek tersebut tidak bisa
diketahui dan hubungan antar kegiatan tidak terlalu jelas. Jika dalam proyek terjadi
sebuah keterlambatan makan bagan balok prioritas sulit untuk dikoreksi karena
kurangnya urutan kegiatan. (Abrar Husen, 2009:152)
17
Tabel 2.1. Contoh Metode Bar chat (bagan balok)
Untuk mempermudah pengerjaan proyek dengan bagan balok ini di
perlukan software yaitu microsoft office project . diharapkan dengan menggunakan
sistem ini dapat mengelola informasi aktivitas atau pekerjaan yang sedang dan akan
dijalankan, jumlah sumber daya yang digunakan dalam menjalankan sebuah
aktivitas pekerjaan, hubungan antar pekerjaan, serta ketersediaan sumber daya
manusia yang terkait dengan durasi penjadwalan sesuai dengan scedule proyek.
Informasi pada proyek yang dapat dibantu dengan menggunakan software
microsoft office project antara lain :
1. Seberapa lama proyek itu dikerjakan atau berapa durasi waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan proyek tersebut.
2. Berapa banyak jimlah biaya yang dikeluarkan untuk enyelesaikan
proyek tersebut.
3. Pekeraan-pekerjaan apa saja yang kritis.
4. Kecukupan sumber daya manusia.
5. Apakah proyek sudah berjalan sesuai dengan rencana awal
pembangunan.
18
2.7 Kurva S
kurva S merupakan suatu grafik yang dikemukakan oleh Warren
T.Hannumm dengan dasar pengamatan proyek-proyek yang dibangun dari awal
sampai akhir. Dengan kegiatan waktu dan bobot kurva S bisa memperlihatkan
sebuah progres kemajuan yang kumulatif yang dipresentasikannya untuk semua
kegiatan proyek tersebut. Dengan kata lain informasi yang mengenai semua
kemajuan proyek dapat digambarkan dalam kurva S dengan membandingkannya
dengan jadwal proyek. Selanjutkan dapat kita ketahui jika ada percepatan atau
keterlambatan yang terjadi pada proyek. Informasi awal tersebut tentunya akan
menjadi sebuah informasi yang akan silakukan untuk tindakan koreksi dalam proses
pengendalian jadwal. Akan tetapi kelemahan informasi tersebut tidak detail dan
memiliki keterbatasannya sebagai tolak ukur kemajuan proyek. Abrar Husen
(2009:152)
Dalam membuat kurva S volume kegiatan pada awal-awal pengerjaanya
sedikit, dengan bertambahnya pengerjaan maka dipertengahan akan mengalami
peningatan dengan jumlah yang cukup besar, dan pada akhirnya kegiatan proyek
menjadi kecil kembali. Jumlah presentase kumulatif untuk bobot pekerjaan pada
tiap item-item pekerjaan dalam suatu periode diantara durasi proyek diplot terhadap
sumbu vertikal sehingga bila hasilnya dihubungkan dengan garis maka akan
membentuk kurva S. (Abrar Husen,2009:153).
Tabel 2.2. Contoh Rencana Anggaran Biaya Rumah Sederhana.
Sumber: Abrar Husen
Harga
SatuanJumlah
Bobot
Fisik
(Rp) (Rp) (%)
A Galian Tanah m3 36.6- 40.000,00 1.464.000,00 1.46
B Pondasi Batu Kali m3 25.00 150.000,00 3.750.000,00 3.75
C Sloof Beton m3 2.70 2.500.000,00 6.750.000,00 6.75
D Kolom dan Balok beton m3 4.30 2.500.000,00 10.750.000,00 10.75
E Ring Balok m3 2.30 2.500.000,00 5.750.000,00 5.75
F Dinding bata m3 215.00 85.000,00 18.280.000,00 18.28
G Pintu dan Jendela m3 16.67 575.000,00 9.760.000,00 9.76
H Keramik m3 125.02 55.000,00 6.880.000,00 6.88
I Cat m3 416.49 125.000,00 14.580.000,00 14.58
J Atap m3 176.40 176.400,00 22.050.000,00 22.05
100.000.000,00
10.000.000,00
110.000.000,00Jumlah
No Uraian Pekerjaan Sat. Vol.
Jumlah
Keuntungan Kontraktor 10%
19
Menghitung Bobot Pekerjaan
Menurut Abrar Husen (2009), memerlukan suatu unit satuan pekerjaan yang
memiliki keseragaman agar mudah dalam perhitungan, karena masing-masing unit
memiliki pekerjaan berbeda-beda seperti m1, m2, atau m3, maka seluruh satuan
tersebut digabungkan dalam bobot % dengan satuan seragam dalam bentuk baiaya,
hal ini dilakukan untuk memonitoring proyek dengan menggunakan kurva S,
sehingga :
Dari contoh yang ada diatas maka dapat dihitung sebagai berikut :
Bobot Pek. Tanah = Rp 1.464.000
Rp 100.000.000 x 100%
= 1.46%
Bobot Pek. Pondasi Batu Kali = Rp 3.500.000
Rp 100.000.000 x 100%
= 3.75%
Untuk bobot selanjutnya dapat dilihat ditabel atas
Harga
SatuanJumlah
Bobot
Fisik
(Rp) (Rp) (%)
A Galian Tanah m3 36.6- 40.000,00 1.464.000,00 1.46
B Pondasi Batu Kali m3 25.00 150.000,00 3.750.000,00 3.75
C Sloof Beton m3 2.70 2.500.000,00 6.750.000,00 6.75
D Kolom dan Balok beton m3 4.30 2.500.000,00 10.750.000,00 10.75
E Ring Balok m3 2.30 2.500.000,00 5.750.000,00 5.75
F Dinding bata m3 215.00 85.000,00 18.280.000,00 18.28
G Pintu dan Jendela m3 16.67 575.000,00 9.760.000,00 9.76
H Keramik m3 125.02 55.000,00 6.880.000,00 6.88
I Cat m3 416.49 125.000,00 14.580.000,00 14.58
J Atap m3 176.40 176.400,00 22.050.000,00 22.05
100.000.000,00
10.000.000,00
110.000.000,00Jumlah
No Uraian Pekerjaan Sat. Vol.
Jumlah
Keuntungan Kontraktor 10%
20
Penggunaan Barchart dikombinasikan dengan kurva S Rencana
1. Untuk setiap minggunya pekerjaan bobot ini harus dijumlah kebawah
sehingga akan diberoleh bobot mingguannya dari minggu pertama sampai
minggu terakhir.
Minggu ke-3 = 0,49 + 1,25 = l,74 % .
Minggu kc-4 = 1,25 + 6,75 = 8,00 % .
Minggu ke-S = 2,69 + 1,72 = 4,41 %, dan seterusnya.
2. Bobot barchart pada permiggunya dengan urutan serta durasi yang telah
ditentukan, sebagai berikut:
Bobot pekerjaan galian tanah l,46% dibagi 3 minggu diperoleh masing-
masing sebesar 0,49% .
Bobot pekerjaan pondasi 3,75% dibagi 3 minggu diperoleh masing-
masing sebesar 1,25% dan seterusya.
3. Selanjutnya dengan menjumlahkan minggu ke-0 dengan minggu pertama
bobot rencana kumulatif dihitung tiap minggunya, lalu bobot minggu
pertama dan kedua dan seterusnya, sehingga diperoleh bobot rencana
kumulatif pada minggu berikutnya, .
Bobot (minggu 0 + minggu 1) = 0 + 0,49 = 0,49 % .
Bobot (minggu l + minggu 2) = 0,49 + 1,74 = 2,23 % .
Bobot (minggu 2 + minggu 3) = 2,23 + 1,74 = 3,97 %, dst.
Tabel 2.3. Contoh Kurva S rencana dengan kombinasi Barchart
Sumber: Abrar Husen
21
4. Terakhir melakukan plotting bobot rencana kumulatif pada sumbu y, sedang
sumbu x menunjukkan durasi semua pekerjaan untuk membuat kurva S
rencana.
Minggu ke-1 bobot rencana kumulatifnya adalah 0,49 %
Minggu ke-2 bobot rencana kumulatifnya 2,23 %
Minggu ke-3 bobot rencana kumulatifnya 3,97 %
Minggu kc-4 bobot rencana kumulatifnya 11,97 %
Minggu ke-12 bobot kumulatifnya 100 %