11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. KOMUNIKASI MASSA
Komunikasi selalu terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dengan berkomunikasi
manusia dapat mengemukakan keinginan, gagasan, ide bahkan dalam pemenuhan segala
aspek kebutuhan hidupnya manusia menyampaikan dengan cara berkomunikasi. Inti dari
setiap komunikasi adalah adanya pesan yang ingin disampaikan, dalam bentuk informasi.
Informasi disampaikan melalui berbagai media, baik itu cetak maupun elektronik yang
merupakan bentuk dari komunikasi massa. Adapun salah satu ciri yang dimiliki oleh
komunikasi massa adalah pesannya yang bersifat umum, dapat diartikan bahwa pesan
dalam komunikasi massa tidak hanya ditujukan kepada satu orang atau kelompok saja,
tetapi disampaikan peda khalayak ramai sehingga pesannya harus bersifat umum.
Dalam bukunya yang berjudul Pengantar Komunikasi Massa, Nurudin
mengemukakan bahwa komunikasi massa adalah studi ilmiah tentang media massa
beserta pesan yang dihasilkan, pembaca/pendengar/penonton yang akan coba diraihnya,
dan efeknya terhadap mereka. Komunikasi massa merupakan disiplin kajian ilmu sosial
yang relatif muda jika dibandingkan dengan ilmu psikologi, sosiologi, ilmu politik, dan
ekonomi (Nurudin, 2009:2). Sedangkan komunikasi massa menurut Dedy Mulyana
(2005:75) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar,
majalah) atau elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang
yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar
dibanyak tempat, anonim dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum dan
disampaikan secara cepat, serentak dan selintas (khususnya media elektronik).
12
Definisi lain pernah dikemukakan oleh Josep A Devito dalam Nurudin (2009:11- 12) yakni, “First, mass communication is communication addressed to masses, to an
extremely large science. This does not means that the audience includes all people or
everyone who reads or everyone who watches television; rather it means an audience that
is large and generally rather poorly defined. Second, mass communication is
communication mediated by audio and/or visual transmitter. Mass communication is
perhaps most easily and most logically defined by its forms: television, radio, newspaper,
magazines, films, books, and tapes”. Jika diterjemahkan secara bebas bisa berarti, “Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada
khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh
penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi,
agaknya ini tidak berarti pula bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar
didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh
pemancar-pemancar audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih
mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya televisi, radio, surat kabar,
majalah, film, buku dan pita)”. Adapun beberapa ciri-ciri komunikasi massa menurut Nurudin (2009:19) adalah
sebagai berikut :
1. Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga. Komunikator dalam
komunikasi massa bukan satu orang, tetapi kumpulan orang. Artinya,
gabungan antarberbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam
sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud di sini menyerupai sebuah sistem.
2. Komunikasi dalam Komunikasi Massa Bersifat Heterogen. Dalam hal ini yang
dimaksud heterogen adalah komunikan dalam komunikasi massa beragam
pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi, memiliki jabatan yang
beragam, memiliki agama dan kepercayaa yang tidak sama pula.
3. Pesannya Bersifat Umum. Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak hanya
ditujukan kepada satu orang saja melainkan ditujukan pada khalayak yang
plural. Oleh karena itu, pesan-pesan yang dikemukakannya tidak boleh
bersifat khusus.
13
4. Komunikasinya Berlangsung Satu Arah. Dalam komunikasi massa tidak
menutup kemungkinan untuk menjadi komunikasi dua arah, dalam hal ini
sebisa mungkin komunikan harus terlibat dalam proses komunikasi dua arah
baik itu melalui email, rubrik surat pembaca atau melalui telepon.
5. Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan. Serempak berarti khalayak
bisa menikmati media massa secara hampir bersamaan. Keserempakan terlihat
apabila media komunikassi massa seperti internet.
6. Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan Teknis. Peralatan teknis yang
dimaksud misalnya pemancar untuk media elektronik (mekanik atau
elektronik).
7. Komunikasi Massa Dikontrol oleh Gatekeeper. Gatekeeper atau yang sering
disebut penpis informasi adalah orang yang yang sangat berperan dalam
penyebaran informasi melalui media massa. Gatekeeper ini berfungsi sebagai
orang yang ikut menambah/mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar
semua informasi yang disebarkan lebih mudah untuk dipahami.
2.2. PEMAHAMAN TENTANG YOUTUBE
YouTube adalah portal atau situs video sharing milik Google Inc. YouTube
merupakan salah satu malah merupakan yang terbesar di dunia maya. Jutaan video
tersedia lengkap dan bisa dilihat secara gratis. Mulai dari video amatir karya para
pengguna YouTube yang diunggah sampai dengan video - video musik karya para
produsen industri musik dunia tersedia di portal YouTube ini. Era internet video
memang tengah memasuki zaman keemasannya. Pengguna internet lebih tertarik
14
untuk menyaksikan beragam informasi, baik itu berita ataupun hiburan, lebih asyik
dilihat dalam format video, karena lebih mudah untuk dicerna dan lebih mampu
menggambarkan kondisi, emosi dan cerita dengan lebih simple dibandingkan format
tulisan atau gambar sekalipun (www.jurnalkomputer.com diakses pada 15 Juli 2018
pukul 21.23 WIB)
Begitu tenarnya YouTube, bahkan telah dipakai sebagai barometer popularitas
bagi para artis dan selebriti dunia. Orang akan dengan mudahnya menjadi populer
hanya dengan mengupload video karyanya ke YouTube. Tentu kita tidak lupa dengan
berbagai popularitas yang ditimbulkan oleh portal video YouTube ini, sebut saja nama
Norman Kamaru atau Sinta dan Jojo, atau bahkan Ayu Ting Ting. Pencarian seputar
YouTube pun stabil cenderung naik setiap harinya, diseluruh penjuru dunia, hampir di
semua negara, kata kunci YouTube masuk dalam jajaran keyword dengan pencarian
terbanyak.
Kebanyakan konten di YouTube diunggah oleh individu, meskipun perusahaan-
perusahaan media dan organisasi lain sudah mengunggah material mereka ke situs ini
sebagai bagian dari program kemitraan YouTube. Pengguna tak terdaftar dapat
menonton video, sementara pengguna terdaftar dapat mengunggah video dalam jumlah
tak terbatas. Dewasa ini karena begitu tenarnya YouTube sehingga melahirkan
youtuber menjadi perbincangan pro dan kontra. Ada warganet yang sepakat dengan
munculnya public figure yang terlahir dari YouTube karena video vlog mereka, ada
warganet yang tidak setuju dengan profesi youtuber karena menurut mereka profesi ini
hanya mengandalkan banyaknya pengikut tanpa material yang bermanfaat.
15
Adapun fitur YouTube yaitu untuk menonton video, pencarian video,
mengunggah video bagi pengguna yang sudah terdaftar, mengunduh video, menyukai
video bahkan berkomentar untuk video yang diunggah oleh kreator. Berikut adalah
tampilan dari beberapa contoh fitur YouTube :
Gambar 1. Tampilan YouTube Fitur Pencarian
Sumber. https://www.youtube.com/watch?v=RVeE3j7b1qg
Gambar 2. Tampilan YouTube Fitur Mengunggah Video
Sumber. https://www.youtube.com/upload
YouTube memberikan kemudahan bagi penggunanya yang ingin berbagi video
dengan pengguna lain, hanya dengan mentautkan email dari Google atau gmail maka
16
pengguna sudah dapat mengunggah video dan menikmati fitur YouTube lainnya. Terkait
dengan pengunduhan video, sayangnya tidak semua akun YouTube memperbolehkan video
hasil unggahan mereka dapat diunduh karena hal tersebut menyangkut dengan hak cipta.
Hal ini biasanya berlaku untuk akun-akun YouTube resmi yang sudah terverifikasi seperti
VEVO, VICE News, Marvel Entertaiment dan masih banyak lagi. Dengan kemudahan
tersebut, para kreator YouTube memanfaatkan hal tersebut untuk menggaet audien, mereka
berlomba-lomba untuk membuat konten video yang menarik agar mendapatkan banyak like
dan subscriber demi mendongkrak popularitas.
2.2.1 YouTube Sebagai Media Informasi Baru
Tak dapat dipungkiri bahwa dewasa ini masyarakat lebih senang mengakses
media informasi melalui media elektronik karena dinilai lebih praktis dan efisien.
Media elektronik disini bukan hanya televisi, radio, dan komputer saja, melainkan
smartphone. Hampir semua masyarakat memiliki smartphone, baik itu digunakan
untuk penunjang komunikasi atau hanya untuk prestige semata. Di era modern ini
banyak sekali platform yang menyajikan informasi salah satunya YouTube.
Dengan banyaknya akun baik yang resmi maupun non resmi kerapkali
mengunggah video informatif dengan penyajian yang beragam.
Menurut Bruno Schivinski dan Dariusz Dabrowski dalam The Effect of
Social Media Communication on Consumer Perceptions of Brands (2014:2),
YouTube termasuk dalam new media. New media adalah media komunikasi yang
mengacu pada konten yang bisa diakses kapan saja, dimana saja, pada setiap
perangkat digital, serta memiliki kemampuan untuk dilakukannya interaksi antara
pemberi informasi dan penerima informasi, dan dimungkinkannya pastisipasi dari
17
berbagai pihak. Teknologi dari new media akan selalu memanfaatkan keunggulan
dari digitalisasi, kemampuan untuk memanipulasi dan melalui jaringan yang padat
serta kompresibel dan interaktif. Contoh-contoh dari new media adalah sesuatu
yang terhubung dengan internet seperti situs dan video game. Televisi, koran,
buku, dan majalah bukan bagian dari new media, namun hal ini dapat
dimungkinkan bila kedua hal tersebut meleburkan diri ke dalam digital dan
memberikan kemampuan kepada penonton sebuah bentuk komunikasi interaktif.
Sebagai contoh adalah koran digital dari Jawa Pos, hal tersebut dapat
dikategorikan sebagai new media karena dapat diakses melalui internet.
Kemajuan dunia teknologi informasi dan multimedia saat ini memungkinkan
kita untuk melakukan semua hal tanpa keterbatasan, karena kita dapat mengakses
segalanya melalui media online yang terintegrasi hampir dalam seluruh media yang
berada di sekitar kita. Media seperti YouTube ini menjadi sebagai alternatif yang
memudahkan yang memberikan keuntungan bagi setiap individu karena digunakan
sebagai kepentingan , namun disisi lain pemanfaatan yang positif dan negatif juga
hadir di YouTube ini. Penggunaan teknologi ini dimanfaatkan dengan berbagai
kepentingan, mulai dari pekerjaan, pembelajaran, usaha, sampai kejahatan (cyber
crime). Seperti halnya banyak pengaplikasian new media dengan pemanfaatnya
melalui YouTube, karena pada penggunaan internet khususnya YouTube dalam
mencari informasi sangatlah efektif untuk kehidupan masyarakat modern saat ini.
YouTube sebagai media komunikasi global karena manfaat yang dirasakan
oleh para penggunanya. Seperti ketika kita berpartisipasi mengunggah video ke
server YouTube dan membaginya ke seluruh dunia bahkan dapat dikatakan tanpa
18
batas. YouTube merupakan situs web video sharing yang berfungsi sebagai media
pertukaran informasi melalui rekaman audiovisual. Misalnya mengunggah video ,
melihat video yang tersedia atau yang telah kita unggah dan bahkan mencari video
klip dari artis yang kita kagumi. Umumnya video-video di YouTube adalah klip
musik (video klip), film, TV, serta video buatan para penggunanya sendiri.
Disamping YouTube merupakan situs video yang menyediakan berbagai
macam informasi video diberbagai dunia dan sebagai media komunikasi global,
YouTube memungkinkan siapa saja dengan koneksi internet untuk mengunggah
video dan penonton dari seluruh penjuru dunia dapat menikmatinya hanya dalam
beberapa menit. YouTube merupakan layanan file sharing berbasis web, audio/
video yang memungkinkan individu untuk dapat membangun profil publik atau
semi-publik dalam sistem yang dibatasi, mengartikulasikan daftar pengguna lain
dengan siapa mereka akan berbagi sambungan, dan melihat daftar koneksi yang
dibuat oleh orang lain dalam sistem tersebut ( Boyd & Ellison, 2007 ). Disinilah
memberikan manfaat yang sangat penting bagi seluruh masyarakat dan
menimbulkan kepuasan tersendiri bagi pengguna YouTube. Keanekaragaman
topik yang ada di YouTube membuat berbagai video menjadi salah satu bagian
yang penting dalam kultur berinternet.
2.3. YOUTUBE VIEWER SEBAGAI AUDIEN
Pada penelitian ini YouTube viewer disebut juga dengan audien karena pada
dasarnya YouTube viewer merupakan bagian dari audien media massa. YouTube viewer
merupakan bagian dari audien yang khalayaknya sangat luas, heterogen dan juga anonim.
19
Sebagai konsumen YouTube, motivasi Youtube viewer didasari oleh uraian
pengalaman masing-masing individu. Pengalaman ini akan berpengaruh dalam hal
pendekatan dan pilihannya terhadap suatu media, misalnya seperti keinginan dan
kebutuhan YouTube viewer untuk menonton suatu video di Youtube, apakah sekedar
ingin menonton video komedi untuk menghibur diri, menonton video tutorial DIY
untuk menambah kreatifitas, dan lain sebagainya. Pengalaman tersebut juga
menentukan pengetahuan maupun sikap audien mengenai informasi yang diterima.
Informasi ini merupakan gambaran latar belakang sebelum Youtube viewer
menggunakan hak pilihnya. Dalam paradigma audien aktif, YouTube viewer
merupakan produsen makna, dimana makna yang diproduksi akan sesuai dengan
konteks kultural mereka masing-masing. Dapat dikatakan bahwa YouTube viewer yang
terbentuk dengan cara yang berbeda akan memiliki pemaknaan yang berbeda pula.
Menurut Hiebert dalam Nurudin (2009:105-106), audien dalam komunikasi massa
setidaknya mempunyai lima karakteristik sebagai berikut :
1. Audien cenderung berisi individu-individu yang condong untuk berbagi
pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan sosial di antara mereka.
2. Audien cenderung besar. Besar di sini berarti tersebar ke berbagai wilayah
jangkauan sasaran komunikasi massa.
3. Audien cenderung heterogen. Mereka berasal dari berbagai lapisan dan
kategori sosial. Beberapa media tertentu mempunyai sasaran, tetapi
heterogenitasnya juga tetap ada.
4. Audien cenderung anonim, yakni tidak mengenal satu sama lain.
5. Audien secara fisik dipisahkan oleh komunikator.
20
Sebagai konsumen video YouTube, dapat dipahami bahwa audien pasif adalah
YouTube viewer yang secara utuh menerima informasi dari chanel-chanel YouTube
tanpa adanya penyaringan sehingga tipe audien pasif dapat dengan mudah dipengaruhi
oleh chanel-chanel YouTube. Sedangkan audien aktif adalah mereka yang memilih dan
memilah media massa sesuai dengan kebutuhannya. Audien tipe ini cenderung
menggunakan pengetahuan dan pengalamannya untuk sekedar memperoleh kepuasan
terhadap media.
Media massa sejatinya bukanlah sebuah institusi yang memiliki kekuatan besar
untuk mempengaruhi khalayak. Khalayak lah yang justru diposisikan sebagai pihak
yang memiliki kekuatan besar untuk menciptakan makna. Mereka bebas bertindak dan
berperilaku sesuai dengan makna yang mereka ciptakan atas teks media yang mereka
konsumsi. Itulah mengapa khalayak dilihat dan dinilai sebagai bagian dari interpretive
communitive yang selalu aktif dalam mempersepsi pesan dan memproduksi makna,
tidak hanya sekedar menjadi individu pasif yang hanya menerima saja makna yang
diproduksi oleh media massa (McQuail, 2011:19). Berikut ini juga akan dijelaskan
beberapa Karakteristik dari Audien Aktif :
1. Selektifitas (selectivity).
Audien secara selektif memilih media mana yang mereka gunakan yang didasari
alasan dan tujuan tertentu.
2. Utilitarianisme (utilitarianism).
Audien dikatakan mengkonsumsi media dalam rangka suatu kepentingan untuk
memenuhi kebutuhan dan tujuan tertentu yang mereka miliki.
3. Intensionalitas (intentionality).
21
Penggunaan secara sengaja makna dari isi media.
4. Keikutsertaan (involvement).
Audien secara aktif berfikir mengenai alasan mereka dalam mengkonsumsi media.
5. Audien aktif dipercaya sebagai komunitas yang tahan dalam menghadapi pengaruh
media (impervious to influence), atau tidak mudah dibujuk oleh media itu sendiri.
6. Audien yang lebih terdidik (educated people) cenderung menjadi bagian dari
khalayak aktif, karena mereka lebih bisa memilih media yang ingin di konsumsi
sesuai dengan kebutuhan dibandingkan khalayak yang tidak terdidik.
Dalam penelitian dengan kajian analisis resepsi menempatkan khalayak media
atau audien sebagai pemproduksi makna aktif dan tidak hanya semata pasif namun
dilihat sebagai agen kultural (cultural agent) yang memiliki kuasa tersendiri dalam hal
menghasilkan makna dari berbagai wacana yang ditawarkan media. Studi resepsi tidak
menempatkan audien sebagai individu bodoh, melainkan secara kultural adalah
produsen makna aktif pada budaya mereka sendiri. Audien membawa kompetensi
budaya yang mereka punya untuk menafsirkan makna dari wacana yang disuguhkan
oleh media. Hal ini membuat audien membentuk dan menginterpretasikan makna
dengan cara yang berbeda satu sama lain. Menurut studi resepsi ini audien akan dengan
aktif menerima, membaca, mengkonsumsi, dan berinteraksi dengan sangat teks media
yang sudah disediakan dan disodorkan oleh media yang mereka konsumsi.
2.3.1 Kelompok Audien
Dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi, Prof. Dr. H. Hafied Cangara
M.Sc. (2008,157-159) menulis bahwa khalayak biasa disebut dengan istilah
penerima, sasaran, pembaca, pendengar, pemirsa, audience, decoder, atau
22
komunikan. Khalayak adalah salah satu actor dari proses komunikasi. Karena itu
unsur khalayak tidak boleh diabaikan, sebab berhasil tidaknya suatu proses
komunikasi sangat ditentukan oleh khalayak.
Ada tiga aspek yang perlu diketahui seorang komunikator menyangkut
khalayaknya, yakni aspek sosiodemografik, aspek profil psikologis, dan aspek
karakteristik perilaku khalayak. Dari aspek sosiodemografik, komunikator perlu
memahami hal-hal sebagai berikut.
1. Jenis kelamin
2. Usia
3. Populasi
4. Lokasi
5. Tingkat pendidikan
6. Bahasa
7. Agama
8. Pekerjaan
9. Ideologi
10. Pemilikan media
Aspek profil psikologis, ialah memahami khalayak dari segi kejiwaan, di
antaranya adalah sebagai berikut :
1. Emosi, apakah mereka rata-rata memiliki tempramen mudah tersinggung,
sabar, atau periang.
2. Bagaimana pendapat-pendapat mereka.
3. Adakah keinginan mereka yang perlu dipenuhi?
23
4. Adakah selama ini mereka menyimpan rasa kecewa, frustasi, atau dendam ?
Dari aspek karakteristik perilaku khalayak, perlu diketahui hal-hal sebagai berikut:
1. Hobi, apakah mereka umumnya suka olahraga, menyanyi, atau pelesiran.
2. Nilan dan norma, hal-hal apa yang menjadi tabu bagi mereka.
3. Mobilitas social, apakah mereka umumnya suka bepergian atau tidak?
4. Perilaku komunikasi, apakah kebiasaan mereka suka berterus terang atau tidak.
2.3.2 Segmentasi Audien
Selain dibagi menurut kelompoknya, Audien juga dibagi menurut
segmentasinya. Adapun pembagian audien menurut segmentasinya adalah
segmentasi demografis, segmentasi geografis, segmetasi geodemografis,
segmentasi psikografis.
a. Segmentasi Demografis
Menurut Morrisan (2009:175) segmentasi audien yang didasarkan pada
peta kependudukan disebut sebagai segmentasi demografis. Pembagiannya
disini berdasarkan pada usia, jenis kelamin, pendidikan, banyaknya anggota
keluarga, pekerjaan, suku, agama, penghasilan, dsb. Pada penelitian ini, hal ini
sangatlah penting untuk menghindari hasil penelitian yang cenderung
homogen.
b. Segmentasi Geografis
Pada segmentasi ini audien dibagi menurut keadaan geografisnya,
seperti negara, provinsi, kabupaten, kota, hingga di lingkungan terkecil.
Dalam Morrisan (2009:176), segmentasi ini bertujuan agar pemasang iklan
24
mengetahui kebiasaan konsumen yang berbeda-beda terkait dalam hal
kebiasan berbelanja yang dipengaruhi oleh perbedaan lokasi tempat tinggal.
c. Segmentasi Geodemografis
Dalam Morrisan (2009:177), segmentasi ini merupakan gabungan dari
segmentasi geografis dengan segmentasi demografis. Para penganut konsep
ini percaya bahwa mereka yang menempati geografis yang sama cenderung
memiliki karakter-karakter demografis yang sama pula, namun wilayah
tempat tinggal mereka harus sesempit mungkin, misalnya kawasan-kawasan
pemukiman atau kelurahan di kota-kota besar.
d. Segmentasi Psikografis
Morrisan (2009:178), psikografis adalah segmentasi yang
mengelompokkan audien secara lebih tajam daripada sekadar variabel-
variabel demografi. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa pada segmentasi
psikografis ini mengacu pada gaya hidup dan kepribadian seseorang.
Contohnya ketika dua orang audien yang berasal dari latar belakang yang
berbeda, audien A merupakan lulusan FISIP sedangkan audien B merupakan
lulusan SMP akan berbeda dalam menanggapi suatu teks, karena pola pikir
audien A yang notabene mahasiswa FISIP lebih luas dan lebih kritis
dibanding dengan mahasiswa B yang hanya lulusan SMP, hal ini pun
dipengaruhi oleh pergaulan dan pola pikir masing-masing audien.
25
2.4. PEMAHAMAN TENTANG KRITIK
Pengertian kritik menurut KBBI online adalah kecaman atau tanggapan, atau
kupasan kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu
hasil karya, pendapat, dan sebagainya (https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kritik
diakses pada 16 Juli 2018 pukul 22.46 WIB). Pada penerapannya kritik cenderung
mengarah ke arah yang negatif, bersifat mencela bahkan menjatuhkan pihak lain.
Ketika kritik hanya dilakukan secara arti harfiah tanpa adanya benteng yang
membatasi dalam artian adalah budaya dan norma yang berlaku, maka pelaku kritik
bisa jadi tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkan dari kritik tersebut. Penerima
kritik tidak lagi menganggap kritik tersebut sebagai sebuah koreksi atas kinerjanya,
akan tetapi bisa menganggap kritik hanya sebuah kebencian semata.
Semua kemajuan lahir dari kritik, karena tanpa kritik, bangsa manusia tidak akan
mungkin bisa mencapai hasil yang kini dicapainya itu. Banyak orang berbicara
mengenai kritik, baik dalam arti positif maupun negatif. Kritik adalah sesuatu yang
tabu dalam kebudayaan tradisionil. Kritik adalah zat hidup kebudayaan modern. Kritik
adalah sesuatu bentuk kebebasan yang mesti “disesuaikan dengan situasi dan kondisi”
pada masa kebudayaan transisi ini. Sementara itu, Muladi (Sobur, 2012:29) menilai,
“Di negara berkembang, kritik sering dilihat sebagai sesuatu yang tidak loyal
(disloyality). Padahal, masyarakat yang maju, kritik justru merupakan sesuatu yang
penting, sebagai masukan agar sistem politik menjadi lebih baik”.
Kritik sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu krinein yang berarti memisahkan,
memerinci. Dalam kenyataan tersebut, manusia membuat pemisahan dan perincian antara
nilai dan bukan nilai, arti dan bukan arti, baik dan jelek. Jadi kritik suatu penilaian
26
terhadap kenyataan dalam sorotan norma. Dalam buku berjudul Mens en Kritiek
(Kwant, 1986:12) menuliskan bahwa kritik menentukan nilai suatu kenyataan yang
dihadapinya. Dalam melontarkan kritik, tidak cukup hanya mengetahui kenyataan yang
ada, namun orang yang melancarkan kritik harus berusaha menentukan apakah yang
dihadapinya itu benar-benar seperti yang seharusnya. Oleh karenanya, orang tersebut
harus mengetahui sebelumnya bagaimana seharusnya. Menurut Kwant bentuk kritik
dapat dibedakan dalam dua macam, yaitu kritik positif dan negatif. Kritik negatif artinya
sikap kritis yang kesimpulannya tidak menyetujui. Biasanya kritik negatif banyak
ditemukan dibandung kritik positif. Sementara kritik positif artinya suatu penilaian
terhadap sesuatu yang mempunyai kesimpulan menyetujui (Kwant, 1986:90).
2.5. STUDI RESEPSI
Studi resepsi adalah studi yang terfokus pada bagaimana pemaknaan audience
terhadap teks media yang disajikan oleh media massa. Studi resepsi ini dilihat sebagai
kajian terhadap khalayak yang sebenarnya ingin menempatkan khalayak tidak semata
pasif namun sebagai agen kultural yang bisa menghasilkan makna tersendiri dari wacana
yang ditawarkan oleh teks media. Makna yang diusung oleh media akan bersifat terbuka
dan bisa jadi masyarakat menanggapinya secara oposisif.
Dalam bukunya, McQuail (2011:73) menjelaskan bahwa :
“The essence of the ‘reception approach’ is to locate the attribution and contraction
of meaning (derived from media) with the receiver. Media message are always open
and ‘polysomic’ having multiple meanings and are interpreted according to the
context and the culture of the receiver. Among the forerunners of reception analysis
was a persuasive variant of critical theory formulated by Stuart Hall (1974/1980)
which emphasized the stage of transformation trough which any media message
passed on the way from its origins to reception and interpretation. It drew from, but
also challenged, the basic principle of structuralism and
27
semiology which presumed that any meaningful ‘message’ is constructed from signs which can have denotative and connotative meanings, depending on the choices made by an encoder” “Esensi dari ‘pendekatan resepsi’ adalah untuk menemukan atribusi dan
konstruksi makna (berasal dari media) dengan penerima. Pesan media selalu
terbuka dan polisemik mamiliki arti dan ditafsirkan sesuai dengan kontek dan
budaya penerima. Diantara pelopor analisis persepsi adalah varian teori kritis yang
dirumuskan oleh Stuart Hall (1974/1980) yang menekankan tahap gelombang
transformasi yang melewati setiap pesan media dalam perjalanan asal-usul ke
resepsi dan interpretasi. Hal menarik dari resepsi, tetapi juga menantang, prinsip-
prinsip dasar strukturalisme dan semiologi yang diduga bahwa ‘pesan’ apapun
yang berarti dibangun dari tanda-tanda yang dapat memiliki makna denotatif dan
konotatif, tergantung pada pilihan yang dibuat oleh enkoder”.
Khalayak merupakan pencipta makna yang aktif dalam kaitannya dengan teks.
Sebelumnya mereka sudah membawa kompetensi budaya yang telah mereka dapatkan
untuk dikemukakan dalam bentuk teks, sehingga khalayak yang terbentuk dengan cara
yang berbeda akan mengerjakan dan menciptakan sebuah makna atas apa yang dilihat
dengan berlainan satu sama lain karena adanya kompetensi budaya dan situasi lingkungan
tersebut. Hal ini terlihat sama seperti yag telah dikemukakan oleh Hall tentang kajian
studi resepsi yang telah ditemukannya.
Teori reception mempunyai argumen bahwa faktor kontekstual mempengaruhi cara
khalayak membaca media. Faktor konsektual termasuk elemen identitas khalayak,
persepsi penonton atas film atau genre program televisi dan produksi bahkan termasuk
latar belakang sosial, sejarah dan isu politik. Singkatnya teori resepsi menempatkan
penonton/ pembaca dalam konteks berbagai macam faktor yang turut mempengaruhi
bagaimana menonton atau membaca serta menciptakan makna dari teks. Pemanfaatan
teori reception analysis sebagai pendukung dalam kajian terhadap khalayak
sesungguhnya hendak menempatkan khalayak tidak semata pasif namun dilihat sebagai
agen kultural (cultural agent) yang memiliki kuasa tersendiri dalam hal menghasilkan
28
makna dari berbagai wacana yang ditawarkan media. Makna yang diusung media lalu
bisa bersifat terbuka atau polysemic dan bahkan bisa ditanggapi secara oposisif oleh
khalayak (Fiske, 1987:94).
Asumsi dasar teori resepsi ini adalah khalayak secara aktif memproduksi makna
dari media dengan menerima dan menginterpretasikan teks-teks sesuai posisi-posisi
sosial dan budaya mereka. Faktor pengalaman, pengetahuan dan motif yang melekat
pada khalayak juga dapat menjadi pengaruh dalam penerimaan terhadap teks
media.Menurut Stuart Hall ada tiga bentuk pembacaan antara penulis teks dan pembaca
serta bagaimana pesan itu dibaca antara keduanya (Durham, 2006:174- 175), yaitu :
1. Dominan Hegemonic Position
Yaitu pembacaan pesan yang lebih mendekati makna sebenarnya seperti yang
ditawarkan oleh media. Pembaca dominan atas teks, secara hipotesis akan terjadi jika
baik pembuat ataupun pembaca teks memiliki ideologi yang sama sehingga
menyebabkan tidak adanya perbedaan pandangan antara pembuat maupun pembaca.
Pada posisi ini tidak ada perlawanan dari pembaca karena mereka memaknai teks
sesuai dengan yang ditawarkan pembuat.
2. Negotiated Position
Yaitu pembaca pesan mengerti makna yang diinginkan produsen tetapi mereka
membuat adaptasi dan aturan sesuai dengan konteks dimana mereka
berada.Pembacaan ini terjadi ketika ideologi pembacalah yang lebih berperan dalam
menafsirkan dan menegosiasikan teks.
3. Oppositional Position
29
Yaitu pembaca pesan mengerti makna yang diinginkan oleh produsen, tetapi mereka
menolak serta memaknai dengan cara sebaliknya. Pada posisi ini, ideologi pembaca
berlawanan dengan pembuat teks. Pembaca oposisi umumnya ditandai dengan rasa
ketidaksukaan dan ketidakcocokan terhadap teks yang dikonsumsi sehingga pembaca
akan menggunakan system budaya dan kepercayaan umum.
Secara sederhana pemikiran Hall juga dapat diartikan bahwa, khalayak berada
dalam posisi dominan ketika ia secara utuh berbagi dan menerima dan mengolah
kembali pesan-pesan yang ia baca, pada posisi dominant, pesan yang dimaknai khalayak
sesuai dengan hegemonic culture, maka khalayak secara utuh mengonstruksi pesan dari
kelompok dominan. Namun jika khalayak mulai memiliki penolakan diantara
penerimaannya atas pesan yang ia dapat dari media maka ia menjadi negotiated, dimana
pada satu sisi ia meng’iya’kan hegemonic culture tapi juga mengembangkan
pemikirannya sendiri. Tidak selalu khalayak akan patuh terhadap hegemonic culture,
khalayak bisa saja menolak karena perbedaan pandangan maupun budaya yang ia miliki
dengan pesan di media maka ia menjadi oppositional. (Durham, 2006:172).
2.6. BASIS TEORI
2.6.1. Individual Differences Theory
Teori yang diketengahkan oleh Melvin D. Defleur ini lengkapnya adalah
“Individual Differences Theory of Mass Communication Effect”. Teori individual
differences, yang merupakan pengembangan dari model S-O-R, khalayak dalam
30
menerima pesan dianggap bersifat pasif, namun Defleur kemudian melakukan
modifikasi terhadap model tersebut dengan teori yang disebut “perbedaan
individual”.
Defleur dalam Onong Uchjana Effendi (2008:57-58) menjelaskan bahwa
“setiap khalayak akan memberikan respon yang berbeda-beda terhadap pesan-pesan
media jika berkaitan dengan kepentingannya. Tanggapannya terhadap pesan-pesan
tersebut diubah oleh tatanan psikologisnya. Jadi, efek media massa pada khalayak
massa itu tidak seragam melainkan beragam. Hal ini disebabkan secara individual
berbeda satu sama lain dalam struktur kejiwaannya. Anggapan dasar dari teori ini
ialah bahwa manusia amat bervariasi dalam organisasi psikologisnya secara pribadi.
Tetapi ini dikarenakan pengetahuan secara individual yang berbeda. Manusia yang
dibesarkan dalam lingkungan yang secara tajam berbeda, menghadapi titik-titik
pandangan yang berbeda secara tajam pula.
Teori perbedaan individual ini mengandung rangsangan-rangsangan khusus
yang menimbulkan interaksi yang berbeda terhadap pesan-pesan yang disampaikan
oleh media. Oleh karena terdapat perbedaan individual pada setiap pribadi anggota
khalayak itu, maka secara alamiah dapat diduga akan muncul efek yang bervariasi
sesuai dengan perbedaan individual itu. Tetapi dengan berpegang tetap pada
pengaruh variabel-variabel kepribadian (yakni menganggap khalayak memiliki ciri-
ciri kepribadian yang sama) teori tersebut tetap akan memprediksi keseragaman
tanggapan terehadap pesan tertentu. Dengan menggunakan teori perbedaan
individual ini khalayak dapat mempersepsikan sebuah tayangan media serta dapat
menyerap pesan-pesan yang disampaikan oleh media itu. Dalam
31
mempersepsikan sebuah tayangan akan melalui beberapa proses diantaranya
mulai dari peneriamaan informasi, menafsirkan isi pesan, melihat kejadian-
kejadian menariknya dan pesan yang terkandung dalam tayangan tersebut.
Kesimpulan dari teori individual differences, adalah bahwa khalayakdalam
menerima rangsangan yang disampaikan melalui suatu mediamempunyai
karakteristik yang berbeda-beda atau bersifat heterogen, walaupun pesan atau
rangsangan yang disampaikan sama, namun tanggapan serta persepsi yang terjadi
akan berbeda-beda antar satu dengan yang lainnya. Dengan demikian teori tersebut
mencakup upaya khalayak dalam mempersepsikan sebuah tayangan.
2.7. PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian terdahulu yang dijadikan bahan acuan oleh peneliti dalam penelitian
ini berjudul Aspek-aspek Feminisme Dalam Program Acara Tetangga Masa Gitu di
NET. yang diteliti oleh Heny Stefany mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang
pada tahun 2015. Penelitian tersebut mengangkat tentang tema feminisme yang
terdapat pada porgram acara Tetangga Masa Gitu di NET yang dilakukan dengan
metode studi resepsi terhadap khalayak kalangan ibu-ibu anggota Catalyna Gym
Malang. Peneliti dalam penelitian tersebut mengangkat tema feminisme karena dengan
berkembangnya zaman yang semakin maju perempuan-perempuan modern menjadi
semakin mandiri dan tidak bergantung pada laki-laki, hal tersebut sampai saat ini
masih menjadi topik yang menarik karena menyangkut perihal kesetaraan gender.
Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut menggunakan paradigma kritis
yang dikemas dengan studi resepsi, dimana peneliti lebih fokus pada hasil interpretasi
32
subjek penelitian terkait feminisme pada program acara Tetangga Masa Gitu di NET.
Peneliti menggunakan 5 subjek penelitian yang berbeda latar belakang, pendidikan,
pekerjaan, pengalaman dsb.
Kelima subjek penelitian dalam penelitian tersebut memberikan jawaban yang
beragam sesuai dengan latar belakang, pengalaman dan sudut pandang masing-masing
subjek penelitian. Ada yang setuju dengan feminisme yang terdapat pada program
acara Tetangga Masa Gitu di NET dan ada yang setuju namun tidak sepenuhnya
sepakat dengan materi feminisme. Dalam penelitian tersebut tidak didapati posisi
pembaca yang oposisi, hanya ditemukan 2 posisi audien saja yaitu dominant
hegemonic position dan negotiated position. Hal ini sesuai dengan teori yang
digunakan oleh penelitinya yaitu individual differences theory yang mengacu pada
perbedaan interpretasi dari setiap individu berdasarkan aspek-aspek tertentu.
Pada dasarnya studi yang mempelajari tentang perbedaan interpretasi teks oleh
masing-masing individu tak lepas dari teori perbedaan individu, oleh karena itu dalam
penelitian ini peneliti menggunakan individual differences theory yang dikemukakan
oleh Melvin Defleur. Asumsi dasar dari individual differences theory adalah pesan
yang disampaikan oleh media massa akan ditangkap oleh audien, pesan tersebut akan
diinterpretasi oleh audien sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan masing-masing
audien. Hal ini dikarenakan audien dibesarkan dengan lingkungan yang berbeda,
pendidikan yang tidak setara satu sama lain, dan berbagai macam aspek lainnya yang
dapat mempengaruhi adanya perbedaan interpretasi. Adanya pesan dalam komunikasi
massa yang diinterpretasi audien juga dipengaruhi oleh faktor suka dan tidak suka
terhadap suatu pesan tersebut.
33
2.8. FOKUS PENELITIAN
Dalam penelitian ini yang mana terkait dengan judul “Studi Resepsi Upaya
Kritik Akun YouTube VNGNC Tentang Video YouTuber Laurentius Rando (Studi
Pada Anggota Kine Klub UMM #17)” memiliki fokus penelitian secara umumya itu
tentang hasil interpretasi audien terkait upaya kritik akun YouTube VNGNC tentang
YouTuber Laurentius Rando pada kalangan mahasiswa anggota Kine Klub UMM #17
yang mana dikemas dalam paradigma kritis melalui metode penelitian studi resepsi.
Peneliti tidak membatasi aspek mana saja yang akan diteliti, oleh karena itu
peneliti melibatkan latar belakang budaya audien sehingga nantinya peneliti
mendapatkan jawaban yang beragam berdasarkan pengalaman dari masing-masing
audien terkait dengan judul penelitian ini. Penelitian dilakukan di secretariat Kine
Klub UMM menyesuaikan waktu dan tempat yang telah disepakati antara peneliti dan
subyek penelitian. Penelitian ini dilakukan pada 2 Mei – 27 Mei 2018.