15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Index Massa Tubuh
1. Definisi Index Massa Tubuh
Index massa tubuh (IMT) merupakan indeks sederhana dari berat badan
dan tinggi badan yang digunakan untuk mengklasifikasikan kurus, normal,
kelebihan berat badan, dan obesitas ( WHO, 2006). Index massa tubuh dapat
digunakan untuk mengukur dan memantau nilai status gizi seseorang
khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan pada
anak, remaja maupun dewasa. Untuk mengukur nilai status gizi pada anak
hingga remaja digunakan IMT berdasarkan umur atau IMT/U. Hasil yang
didapatkan dari IMT pada anak tidak sama dengan IMT pada orang dewasa.
IMT pada anak disesuaikan dengan umur dan jenis kelamin anak karena anak
lelaki dan perempuan memiliki kadar lemak tubuh yang berbeda (Ramadona,
2018). IMT menurut umur dan jenis kelamin atau IMT/U dihitung dengan
menggunakan rumus IMT biasa, namun pada anak-anak dan remaja hasil
perhitungan IMT di interprestasikan pada grafik IMT menurut umur baik laki-
laki maupun perempuan ( Sholeha, 2014).
Nurhayati dan Wicaksono (2014) perhitungan IMT dilakukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
IMT = Berat Badan(Kg)
Tinggi Badan(m)2
16
Sedangan perhitungan status gizi dilakukan dengan menggunakan rumus Z-skor
sebagai berikut :
Z-skor = Nilai Individu Subyek – Nilai Median Baku Rujukan
Nilai Simpangan Baku Rujukan- Nilai Median Baku Rujukan
Tabel 2.1 Klasifikasi Nilai Gizi berdasarkan IMT/U
Sumber: Kemenkes RI (2011)
No Kategori Status
Gizi
Ambang Batas (Z-Score)
1 Sangat Kurus < -3 SD
2 Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD
3 Normal -2 SD sampai dengan 1 SD
4 Gemuk > 1SD sampai dengan 2 SD
5 Obesitas > 2 SD
Queesland Goverment (2013) di dalam Sholeha (2014) menjelaskan kekurangan
pengukuran IMT adalah sebagai berikut :
a. Massa lemak tidak dibedakan dari massa tubuh sehingga hasilnya dapat
rendah pada orang dewasa tua dan hasil berlebihan bagi seseorang dengan
memiliki massa otot yang besar seperti atlet.
b. Tidak memperhitungkan distribusi lemak
c. Ketergantungan pada akurasi tinggi
d. Perubahan pada berat cairan mempengaruhi hasil dari index massa tubuh
e. Umur dan jenis kelamin dapat mempengaruhi index massa tubuh
17
Sedangkan Reswari 2013, menjelaskan bahwa kelebihan pengukuran
menggunakan IMT adalah sebagai berikut :
a. Tidak membutuhkan biaya lebih untuk melakukan pengukuran ini
b. Data yang diperlukan dalam pengukuran ini hanya berat badan dan tinggi
badan seseorang
c. Pengukuran mudah dikerjakan dan hasil bacaan sesuai dengan nilai standart
yang telah dinyatakan dalam tabel IMT.
Pradana (2014) dalam Ramadona (2018) Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi Indeks Massa Tubuh sebagai berikut:
a. Usia
Usia merupakan faktor berhubungan dengan Indeks Massa Tubuh
Seseorang. Semakin bertambahnya usia seseorang, maka cenderung
kehilangan massa otot dan mudah terjadi akumulasi lemak tubuh. Kadar
metabolisme juga akan menurun yang dapat menyebabkan kebutuhan kalori
yang diperlukan lebih rendah Pradana (2014) dalam Ramadona (2018).
b. Genetik
Beberapa studi telah membuktikan bahwa faktor genetik dapat
memengaruhi berat badan seseorang. Penelitian menunjukkan bahwa
orangtua dengan obesitas menghasilkan proporsi tertinggi anak-anak
obesitas. Peningkatan dan kekurangan berat badan cenderung berlaku dalam
keluarga atau orangtua yang disebabkan oleh faktor genetik (Wayan 2015
dalam Ramadona 2018).
18
c. Jenis kelamin
Berat badan seseorang dipengaruhi oleh jenis kelamin. Distribusi
lemak tubuh pada wanita dan pria berbeda, pria cenderung mengalami
obesitas viseral (abdominal) dibandingkan dengan wanita. Proses fisiologis
pada wanita dipercaya dapat berdampak pada kontribusi simpanan lemak
pada wanita (Hill, 2005 dalam Ramadona 2018)
d. Pola Makan
Dengan berkembangnya zaman, semua menjadi serba mudah dan
praktis salah satunya adalah dengan adanya makanan cepat saji atau
fastfood. Telah banyak studi yang menjelaskan bahwa fastfood berkontribusi
pada kasus obesitas pada anak. Fastfood merupakan makanan yang
berlemak dan mempunyai energy density lebih besar dan tidak
mengenyangkan dan memiliki efek thermogenesis yang lebih kecil
dibandingkan dengan makanan yang banyak mengandung karbohidrat dan
protein. Makanan dengan kandungan lemak dan gula memiliki rasa yang
lebih lezat sehingga meningkatkan nafsu makan dan terjadi konsumsi secara
berlebihan. Frekuensi dan ukuran asupan yang dimakan memepengaruhi
peningkatan berat badan dan lemak pada tubuh ( Nurcahyo, 2011 dalam
Ramadona 2018).
e. Aktifitas Fisik
Dengan semakin canggihnya teknologi anak lebih cenderung senang
melakukan aktifitas seperti bermain game elektronik dengan menggunakan
handphone maupun komputer dengan keadaan duduk tanpa harus bergerak.
Aktifitas anak yang seharusnya melakukan permainan fisik seperti berlari,
melompat dan gerakan lainnya kini sudah jarang dilakukan. Individu dengan
19
aktivitas fisik yang rendah mempunyai risiko peningkatan berat badan lebih
besar dari pada anak yang aktif berolahraga secara teratur. Seseorang yang
cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan
aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas ( Nurcahyo, 2011
dalam Ramadona 2018).
f. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang paling berperan adalah gaya hidup seseorang.
Kebiasaan makan dan aktivitas anak dapat dipengaruhi oleh lingkungan
sekitarnya. Meningkatnya kebiasaan makan tetapi berbanding terbalik
dengan menurunnya tingkat aktivitas fisik (pasif) merupakan faktor resiko
utama terjadinya obesitas ( Galleta, 2005 dalam Ramadona 2018).
2. Overweight dan Obesitas
Overweight adalah berat badan yang melebihi berat badan normal.
Sedangkan obesitas adalah suatu kelebihan akumulasi lemak dalam tubuh.
Kelebihan berat badan yang terjadi disebabkan oleh adanya masukan kalori yang
lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran energi. Kelebihan kalori tersebut
lalu disimpan dalam bentuk lemak . Walaupun dalam masa pertumbuhan tubuh
memerlukan kalori yang lebih banyak, namun apabila dengan masuknya kalori
secara terus menerus akan mengakibatkan bertambahnya akumulasi lemak yang
berlebihan dan dapat menyebkan obesitas pada anak (Ginting, 2013). Namun
apabila kalori tersebut terpakai lebih banyak daripada kalori yang masuk, maka
cadangan kalori yang ada pada tubuh akan digunakan oleh tubuh sebagai
sumber energi (Alpha 2011 dalam Awaliyah 2014).
Beberapa perilaku yang dapat memepengaruhi terjadinya penambahan
berat badan yaitu seperti seseorang yang kurang melakukan aktivitas fisik
20
seperti terlalu lama menonton televisi dan perangkat lainnya, mengonsumsi
minuman dan makanan yang berkalori tinggi, rutinitas tidur seseorang,
penggunaan obat ( CDC 2016 didalam Yulinar Syam 2017).
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya overweight dan obesitas pada
anak :
a. Genetik
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa genetik merupakan
pengaruh terbesar terhadap pertumbuhan seorang anak. Genetik dapat
berpengaruh terhadap berat badan dan tinggi badan seorang anak. Namun,
belum ditemukan secara pasti bagaimana gen mempengaruhi perkembangan
sel adiposa seseorang. Walaupun demikian, pengaruh spesifik gen terhadap
obesitas tiap anak berbeda-beda. Misalnya, tingkat metabolisme, pemilihan
makanan, aktivitas fisik seseorang, mekanisme dan tempat lemak di
akumulasikan (Haugaard, 2008 dalam Ginting 2013). Apabila salah satu
dari ayah atau ibu mengalami obesitas maka anaknya kemungkinan besar
akan mengalami obesitas sebesar 40%. Dan jika kedua orang tuanya atau
ibu dan ayahnya menglami obesitas, maka kemungkinan anaknya
mengalami obesitas sebesar 70-80% Kurdanti dkk., (2015) dalam Yulinar
(2017).
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin berpengaruh terhadap status obesitas. Misnadialry
(2007) dalam Yulinar (2017) menjelaskan bahwa perempuan lebih sering
mengalami masalah obesitas dibandingkan dnegan laki-laki yang
disebabkan oleh pengaruh hormonal pada perempuan terutama setelah
21
kehamilan dan pada saat menopause. Begitupun untuk anak dan remaja,
jenis kelamin mempengaruhi status obesitas dan overweight pada seseorang.
c. Aktivitas Fisik
Penelitian yang dilakukan oleh Berkey dkk (2000) dalam Ginting
(2013) menjelaskan bahwa anak yang memiliki aktivitas yang kurang dan
lebih menonton televisi, bermain video game dalam waktuyang lama dapat
menyebabkan peningkatan index massa tubuh yang signifikan dalam kurun
waktu satu tahun.
d. Pola makan
Pola makan yang tidak teratur merupakan salah satu penyebab
terjadinya obesitas. Dewasa ini, masyarakat lebih memilih makanan cepat
saji dan karbohidrat yang tinggi dimana dapat mengakibatkan kelebihan
kalori dan kelebihan berat badan (Freitag, 2010 dalam Yulinar 2017).
Darmono (2006) dalam Anggraini (2017), obesitas pada anak disebabkan
oleh mengkonsumsi makanan yang berlebihan. Selain itu, pada anak waktu
lahir tidak di biasakan pemberian ASI tetapi anak diberikan susu formula.
Dengan diberikannya ASI pada anak kebutuhan gizi pada anak sesuai
dengan yang dibutuhkan. Namun, dengan diberikannya susu formula tidak
ada takaran yang jelas tentang gizi yang anak butuhkan. Dalam pemberian
susu formula, orang tua terkadang memberikan susu yang lebih kental
sehingga melebihi porsi yang dibutuhkan oleh anak. Kelebihan berat badan
pada anak usia 4-5 tahun disebabkan karena makanan yang diberikan
sebelumnya tidak memperhatikan takaran kebutuhan anak, sehingga terjadi
penimbunan makanan yang disimpan dalam bentuk lemak.
22
3. Dampak overweight dan obesitas
a. Gangguan kesehatan
1) Resistensi Insulin
Pada anak dengan kelebihan berat badan atau obesitas yang jarang
melakukan aktivitas fisik, terjadi resistensi insulin kondisi ini
merupakan jumlah insulin yang di produksi memadai dan tidak mampu
mengontrol kadar gula darah dalam batas normal. Hal ini apabila tidak
segera di tangani lebih lanjut akan mengakibatkan DM tipe 2 (Puti,
2017). Insulin berguna untuk menhantarkan glukosa sebagai bahan
bakar pembentuk energi dalam sel, dengan memindahkan glukosa
kedalam sel, insulin tersebut akan menjaga kadar gula darah agar tetap
normal (Wijayanti, 2013)
2) Sesak Nafas
Penelitian yang dilakukan Sara (2008) dalam Puti (2017) pada anak
obesitas yang jarang melakukan ativitas fisik ataupun berolahrga
cenderung mengalami sesak nafas akibat terjadinya penyempitan pada
saluran nafas. Maesarah (2010) menjelaskan bahwa pada anak obesitas
terjadi juga penyumbatan pada saluran pernafasan bagian bawah, resiko
terkena infeksi saluran pernapasan, dan juga memiliki nafas yang
pendek.
3) Tekanan Darah Tinggi
Pada kondisi kegemukan dan obesitas dapat menimbulkan resiko
terjadinya hipertensi. Hipertensi pada obesitas terjadi secara langsung
maupun tidak langsung. Secara langsung, obesitas mengakibatkan
cardiac output yang diakibatkan semakin besar massa tubuh seseorang,
23
maka semakin besar pula jumlah darah yang beredar sehingga curah
jantung ikut meningkat. Secara tidak langsung hipertensi terjadi akibat
aktivitas sistem saraf simpatis dan Renin Angiotensin Aldosteron
System (RAAS) oleh mediator-mediator seperti hormon, sitokin,
adipokin, dsb. Salah satunya adalah hormon aldosteron yang terkait erat
dengan retensi air dan natrium sehingga volume darah meningkat
(Sulastri dkk, 2012). Hipertensi pada anak ditandai dengan nilai tekanan
darah yang melebihi presentil ke-95 pada tabel tekanan darah.
Hipertensi yang di derita anak dengan kondisi obesitas akan berlanjut
hingga dewasa (Puti, 2017).
4) Obstructive Sleep Apnea
Obstructive Sleep Apnea merupakan kondisi yang terjadi pada anak
dengan berat badan berlebih. Gangguan tidur ini ditunjukkan dengan
adanya mengorok pada saat tidur. Pada anak dengan berat badan
berlebih memiliki jalan nafas yang sempit akibat penumpukan lemak
yang berlebih pada otot daerah dinding dada dan perut yang
mengganggu pergerakan dinding dada dan diafragma, sehingga terjadi
penurunan volume dan perubahan pada pola ventilasi paru serta
meningkatkan beban kerja otot pernafasan. Pada saat tidur terjadi
penurunan tonus otot dinding dada yang disertai penurunan saturasi
oksigen dan peningkatan kadar CO2, serta penurunan tonus otot yang
mengatur pergerakan lidah dan menyebabkan lidah jatuh kearah
dinding belakang faring yang mengakibatkan obstruksi saluran nafas
intermiten dan menyebabkan tidur gelisah (Anggraini, 2008). Sleep
apnea ditandai dengan terhentinya nafas sekitas 10 detik atau lebih
24
ketika anak tidur. Gangguan tidur akibat sleep apnea ditandai dengan
rasa kantuk yang sangat kuat pada siang hari. Hal ini disebabkan oleh
tidur yang tidak nyenyak pada malam hari. Gangguan tidur ini juga
dapat menurunkan konsentrasi dan daya ingat jangka pendek (Puti,
2017).
5) Permasalahan Musculoskeletal
Pada anak dengan kelebihan berat badan, memiliki beberapa
permasalahan musculoskeletal yaitu pes planus atau telapak kaki yang
datar. Kondisi ini dapat menyebabkan rasa nyeri pada daerah kaki,
betis, lutut, apabila digunakan untuk berjalan dan berlari dalam waktu
yang lama. Masalah lain pada anak dengan kelebihan berat badan yaitu
dengan massa tubuh yang berat, anak menjadi mals untuk bergerak aktif
dan akan memperberat kondisi obesitas pada anak tersebut (Ginting,
2013).
6) Gangguan Tumbuh Kembang Anak
Penelitian yang dilakukan oleh Mugianti,dkk (2018) pada balita
obesitas terjadi keterlambatan dalam perkembangan motorik kasar. Hal
ini di karenakan balita yang mengalami obesitas sulit untuk bergerak
sehingga memiliki aktifitas fisik yang rendah. Kurangnya stimulasi
yang berikan juga termasuk salah satu penyebab keterampilan motorik
kasar pada balita mengalami keterlambatan.pada penelitian yang
dilakukan oleh Palupi, dkk (2016).
25
7) Gangguan Kognitif pada Anak
Pada anak obesitas juga terjadi penurunan kognitif, daya ingat dan
kemampuan verbal. Peningkatan massa lemak dapat mengakibatkan
atrofi pada pada bagian frontal grey matter dan prefrontal cortex pada
semua usia. Atrofi tersebut dapat mengakibatkan menurunnya volume
massa otak sehingga terjadi penurunan daya ingat. Chandrawati (2012)
dalam Surbakti dan Dwipayana (2018) obesitas dapat menghambat
aliran darah ke otak yang dikarenakan adanya peningkatan deposit
lemak, sehingga otak mengalami kekurangan oksigen. Kekurangan
oksigen inilah yang akan menimbulkan gangguan belajar dalam waktu
yang lama dan akan menimbulkan gangguan pada prestasi belajar.
Ketika obesitas atau terjadinya peningkatan IMT akan cenderung
menurunkan aktivitas, menimbulkan sifat kemalasan, dan kreatifitas
anak. Dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi IMT secara
langsung adalah pola makan.
b. Gangguan Psikologis
Anak dengan kelebihan berat badan tidak hanya memiliki masalah
kesehatan saja. Anak dengan kelebihan berat badan lebih sering diejek
teman-teman dan lingkungan sekitar anak itu berada atau sering disebut
bullying. Teman-teman dan lingkungan sekitar menganggap anak dengan
kelebihan berat badan tidak menarik sehingga enggan berteman dengan
mereka. Hal ini apabila terus-terusan terjadi akan membawa dampak seperti
depresi, tidak dapat mengontrol emosi, dan kecemasan sehingga anak
tersebut menarik diri dari lingkungan dimana dia berada. Hal ini akan
26
menyebabkan terhambatnya perkembangan sosial dan juga perkembangan
psikologis dari anak tersebut ( Jansse dkk 2003 dalam Ginting 2013).
Anak obesitas biasanya cenderung memiliki gerakan yang lamban dan
malas untuk bergerak. Hal tersebut akan berdampak pada anak dan
hubungan sosialnya. Anak akan kesulitan menemukan teman bermain akibat
dari massa tubuh yang berlebihan sehingga anak lebih memilih untuk diam
dan menarik diri dari lingkungan sosialnya (Puti, 2017).
B. Senam Irama
1. Definisi Senam Irama
Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia (2005) kata senam artinya adalah
gerak badan (gimnastik). Secara umum senam yang dikenal didalam bahasa
Indonesia sebagai salah satu cabang olahraga. Senam irama adalah
pengungkapan jiwa yang datang dari dorongan jiwa secara spontan dan semata-
mata pergerakan tubuh tersebut dapat meningkatkan rasa seni gerak (Sholeh,
1992 dalam Fetriananingtyas, 2017). Senam irama senam yang mengutamakan
kesamaan gerak dengan diiringi oleh musik atau lagu dengan menggunakan
hitungan bahkan ketukan (Arisandy, 2008 dalam Fetriananingtyas, 2017).
Sedangkan Ahmad (2007) dalam Fetriananingtyas, (2017) Senam irama juga
dapat didefinisikan sebagai salah satu bentuk senam yang dilakukan mengikuti
irama atau nyayian sehingga membentuk suatu gerakan terkoordinasi antara
anggota gerak badan dengan alunan irama atau musik. Senam irama juga
merupakan jenis olahraga secara umum, karena memiliki ciri-ciri seperti
mudah untuk ditiru atau diikuti, tidak membutuhkan biaya yang banyak,
melibatkan banyak orang atau peserta dan juga bermanfaat bagi kesehatan
tubuh.
27
Fatonah (2012) senam ritmik dikenal dengan sebutan senam irama
merupakan senam yang dilakukan dengan mengikuti irama. Senam irama atau
senam ritmik merupakan perpaduan antara gerakan olahraga dan juga gerakan
tari. Gerakan senam irama dapat dilakukan tanpa alat dan juga dengan
menggunakan alat. Alat pada senam irama yang dapat digunakan seperti gada,
simpai, tongkat, pita, bola, topi dan sebagainya.
Fetriananingtyas (2017) Keuntungan dari senam irama yaitu : (1)
gerakannya mudah ditirukan (2) irama senam menggunakan lagu anak-anak
sehingga ketik senam dilakukan anak bisa sambil menyayi, (3) gerakan senam
irama apabila dilakukan dengan teratur dapat meningkatkan pertumbuhan fisik
pada anak dan juga dapat meningkatkan kesehatan.
2. Tujuan dan Manfaat Senam Irama
Fetriananingtyas (2017) melakukan senam irama bertujuan untuk dengan
dilakukannya senam irama pada anak-anak, diharapkan anak-anak tersebut
dapat membina sifat optimisme pada anak dengan menggunakan gerakan dan
irama yang ceria dan juga bersemangat. Apabila gerakan senam irama
dilakukan dengan teratur, maka dapat meningkatkan kesehatan pada anak dan
juga pertumbuhan fisik pada anak. Dekpdiknas (2007) dalam Sari (2016)
manfaat senam irama adalah (1) untuk melatih kekuatan motorik pada anak, (2)
untuk melatih kecepatan motorik pada anak, (3) untuk melatih kelentukan
motorik pada anak, (4) untuk melatih keseimbangan motorik pada anak.
Penelitian yang dilakukan oleh Sudirman (2017) senam irama dapat
meningkatkan memori jangka pendek pada anak, hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sasi (2011) bahwa senam irama dapat
meningkatkan gerak dasar yang meliputi berjalan, berlari, melompat, memutar,
28
dan membungkuk, dan kognitif yang meliputi mememacahkan masalah
sederhana yang ada dalam kehidupan sehari-hari, mengenal konsep ruang dan
mengenal ukuran, mengenal pola, secara bertahap. Dengan berbagai macam
gerakan latihan, maka senam irama sangat bermanfaat dalam meningkatkan
memori jangka pendek pada anak, sebab senam irama akan memberikan
stimulus kepada hippocampus untuk menyimpan gerakan dan gerakan tersebut
akan dikembalikan ke saraf sensorik.
Penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2015) senam irama memiliki
hubungan yang kuat dengan kemampuan melakukan gerakan yang
terkoordinasi, hal ini sesuai dengan pendapat Samsudin (2008) dalam Lestari
(2015) bahwa untuk mengembangkan pola gerak pada anak sebaiknya
dilakukan melalui aktivitas-aktivitas seperti berolahraga, menari, bermain
dimana aktivitas tersebut masuk ke dalam aktivitas pendidikan jasmani.
Sedangkan menurut multiple intellegences Sujiono (2013) dalam Lestari
(2015) terdapat banyak cara yang digunakan oleh anak-anak dalam
menggunakan intelegensinya yang berbeda untuk mempelajari sebuah
keterampilan atau konsep. Salah satunya yaitu Fisik-Kinestik dimana anak
belajar melalui gerakan dan sentuhan. Adapu kegiatan yang dapat digunakan
anak untuk menstimulus kecerdasan fisik yaitu seperti bermain, menari, latihan
fisik dan berbagai olahraga seperti senam.
Fatonah (2012) senam irama atau senam ritmik memiliki tujuan yaitu
untuk meningkatkan kelenturan pada persendian dan mempertajam pesenam
dalam dalam menyesuaikan gerakannya dengan irama musik. Nurochim (2009)
dalam Fatonah (2012) senam irama memiliki manfaat yaitu meningkatkan daya
tahan jantung, membakar lemak yang berlebihan pada tubuh sehingga dapat
29
dijadikan sebagai program untuk menurunkan berat badan, dapat memperbaiki
penempilan otot paha, lengan, pinggang, perut dan dada. Fatonah (2012) senam
irama juga memiliki manfaat seperti :
a. Manfaat fisik
Dengan melakukan senam irama dapat mengembangkan daya tahan,
otot, kekuatan, tenaga, kelentukan, koordinasi, kelincahan, dan
keseimbangan tubuh apabila dilakukan secara rutin.
b. Manfaat Mental
Dengan melakukan senam irama anak mampu menggunakan
kemampuan berpikirnya secara kreatif dan aktif melalui pemecahan masalah
gerak.
c. Manfaat Sosial
Dengan melakukan senam irama aktivitas dilakukan secara bersama-
sama sehingga akan terwujud interaksi sosial.
3. Prinsip Senam Irama
a. Irama
Dalam senam irama, irama merupakan komponen terpenting yaitu
sebagai musik pengiring. Irama tersebut harus dikenal dan dirasakan oleh
seseorang yang akan melakukan senam irama. Ketika seseorang sudah
merasakan irama dari sebuah lagu, maka dengan otomatis badan akan
menggerakkan badannya dan menyesuaikan antara irama dan gerakan.
Irama lagu dan nyanyian dibedakan menjadi irama 2/4, 4/4, 3/ 4, dan 6/4.
Dalam penggunaan irama tersebut penggunaannya berbeda-beda sesuai
dengan latihan yang dilakukan yang diberikan. Irama lagu saat pemanasan
30
akan berbeda dengan irama lagu saat latihan inti begitu pula dengan latihan
pendinginan (Fetriananingtyas, 2017).
b. Flexibilitas (Kelenturan Tubuh Dalam Gerakan)
Flexibilitas atau kelenturan tubuh adalah mudahnya seseorang dalam
menekuk dan meliukan tubuh sehingga tubh seseorang nampak elastis dan
kelenturan dalam menggerakkan tubuh seperti gerakan membungkukkan
badan, meliuk kesamping. Kelenturan tubuh seseorang sangat penting agar
tidak menimbulkan gerakan-gerakan yang kaku (Fetriananingtyas, 2017).
c. Kontinuitas gerakan yang tidak terputus-putus
Berbagai macam gerakan pada senam irama merupakan suatu
kelanjutan antara satu gerakan ke gerakan yang lain. Gerakan senam irama
satu kesatuan gerakan yang tidak terputus-putus mulai dari awal latihan
hingga akhir latihan (Fetriananingtyas, 2017).
4. Tahap-Tahap Senam Irama
Depdiknas (2008) Tahap-tahap senam irama terbagi menjadi 3 bagian
yaitu dimulai dari latihan pemanasan, kemudian gerakan inti, dan diakhiri
dengan gerakan pendinginan.
a. Tahap latihan Pemanasan
Latihan pemanasan merupakan latihan yang dilakukan pada awal
latihan atau sebelum dilakukannya latihan inti. Latihan pemanasan pada
senam irama memiliki beberapa tujuan seperti pelemasan atau penguluran
otot-otot, menyiapkan suhu badan anak agar siap dengan menerima
gerakan pada latihan berikutnya, membawa jiwa dan raga anak kepada
suatu pelajaran pendidikan jasmani, memenuhi hasrat anak untuk bergerak
(Ihsani, 2013)
31
Fetriananingtyas (2017) latihan pemanasan pada senam irama
bertujuan untuk menyiapkan kondisi tubuh anak secara fisologis maupun
psikologis, menyiapkan sistem pernapasan, peredaran darah, otot dan
persendian. Fatonah (2012) Gerakan latihan pemanasan meliputi:
1) Latihan Gerakan Pemanasan I
Tujuan dari gerakan pemanasan I adalah Menyiapkan fisik maupun
psikologi anak agar dapat melaksanakan latihan gerakan senam dengan
baik dan benar. Latihan pemanasan I ini dilakukan 2x8 hitungan.
Teknik gerakan latihan pemanasan I yaitu:
a) Dimulai dengan jalan di tempat dan diikuti dengan ayunan tangan
kanan dan kiri secara bergantian kearah dagu dengan telapak
tangan dalam keadaan mengepal.
Gambar 2.1 gerakan latihan pemanasan I (sumber: Data peneliti, 2019)
32
b) Gerakan selanjutnya yaitu berdiri tegak lalu perlahan menarik nafas
dengan menggerakan tangan dari arah samping ke atas, depan, dan
turun ke bawah.
Gambar 2.2 gerakan latihan pemanasan I (sumber: Data peneliti, 2019)
2) Latihan Gerakan Pemanasan II
Tujuan dari latiahan pemanasan II adalah melemaskan otot-otot pada
leher. Latihan pemanasan II ini dilakukan 3x8 hitungan. Teknik gerakan
pada latihan pemanasan II yaitu :
33
a) Kedua tangan di pinggang sambil jalan di tempat anggukkan kepala
ke arah bawah, kearah kanan dan kerah kiri
Gambar 2.3 gerakan latihan pemanasan II (sumber: Data peneliti, 2019)
b) Kedua tangan di pinggang sambil jalan di tempat. Melakukan
gerakan mematah pada leher ke arah kanan dan kiri.
Gambar 2.4 gerakan latihan pemanasan II (sumber: Data peneliti, 2019)
3) Latihan Gerakan Pemanasan III
Tujuan dari latihan pemanasan III yaitu Melemaskan otot bahu,
persendian, dan melemaskan otot punggung. Latihan pemanasan III ini
dilakukan 4x8 hitungan. Teknik gerakan pada latihan pemanasan III
yaitu :
34
a) Kedua tangan di depan dada, lalu rentangan kesamping
Gambar 2.5 gerakan latihan pemanasan III (sumber: Data peneliti,
2019)
b) Buka kaki selebar bahu. Kepalkan pergelangan tangan, lalu tangan
kanan naik ke atas dengan posisi pergelangan mengepal, dan tangan
kiri berada di posisi bawah. Lakukan sebaliknya, tangan kiri naik ke
atas dan tangan kanan di bawah
Gambar 2.6 gerakan latihan pemanasan III (sumber: Data peneliti,
2019)
4) Latihan Gerakan Pemanasan IV
Tujuan dari latihan pemanasan IV ini adalah Melemaskan atau
melenturkan pinggang. Latihan pemanasan IV ini dilakukan 5x8
hitungan.teknik gerakan pada latihan pemanasan IV yaitu :
a) Berdiri selebar bahu dan tangan lurus ke atas, meliukkan badan ke
kanan dan ke kiri
35
Gambar 2.7 gerakan latihan pemanasan IV (sumber: Data peneliti,
2019)
b) Kedua tangan lurus kedepan, liukkan badan ke arah bawah ( seperti
gerakkan membungkuk), lalu kembali ke posisi tegap, dan kembali
meliukkan badan ke arah belakang dengan tangan ke arah atas.
Gambar 2.8 gerakan latihan pemanasan IV (sumber: Data peneliti,
2019)
c) Ulangi gerakan tersebut 2x8 hitungan
5) Latihan Gerakan Pemanasan V
36
Tujuan dari latihan pemanasan V ini adalah melemaskan atau
melenturkan pinggang. Latihan pemanasan V ini dilakukan sebanyak
2x8 hitungan. Teknik gerakan latihan pemanasan V yaitu :
a) Kaki dibuka selebar bahu, tangan kiri dipinggang lalu tangan kanan
di gerakkan ke arah kanan. Lakukan sebaliknya untuk tangan kanan.
Gambar 2.9 gerakan latihan pemanasan V (sumber: Data peneliti, 2019)
b. Tahap Latihan Inti
Tujuan dari latihan inti yaitu meningkatkan keterampilan
intelektual, sosial, emosional dan kualitas fisik seseorang (Fatonah, 2012).
Gerakan pada senam irama yang diproduksi oleh BPMRP Kemdikbud
dalam Sari (2016):
1) Latihan Gerakan Inti I
Latihan gerakan inti I diiringi lagu dengan judul Ayo Kawan Berjalan-
jalan dan di ciptakan oleh Ibnu Hidayat S.sos. latihan inti I dilakukan
selama 5-6 menit
a) Lirik lagu : “Ayolah kawan-kawan ku semua" Deskripsi gerak :
Melakukan gerakan jalan di tempat sambil kedua tangan
diluruskan ke depan dengan posisi telapak tangan menghadap
keatas dan bergerak seperti gerakan mengajak.
37
Gambar 2.10 gerakan latihan inti I (sumber: Data peneliti, 2019)
b) Lirik lagu : “Jalan di tempat ikuti irama”. Deskripsi gerak :
Gerakan jalan di tempat sambil posisi kedua tangan ditekuk dan
diayunkan kedepan secara bergantian mengikuti kaki. Apabila
kaki kanan diangkat maka tangan kiri bergerak maju begitupula
sebaliknya
Gambar 2.11 gerakan latihan inti I (sumber: Data peneliti, 2019)
c) Lirik lagu : “Langkahkan kaki gerakkan tangan mu”. Deskripsi
Gerak : langkahkan kaki ke depan dan belakang diikuti dengan
gerakan tangan seperti “sayonara”
38
Gambar 2.12 gerakan latihan inti I (sumber: Data peneliti, 2019)
d) Lirik Lagu : “Bertepuk tangan di depan dadamu”. Deskripsi
gerakan : jalan di tempat sambil bertepuk tangan
Gambar 2.13 gerakan latihan inti I (sumber: Data peneliti, 2019)
e) Lirik lagu : “Mari kawan kita bergandengan tangan”. Deskripsi
gerakan : badan tegap sambil mengayunkan kaki kearah serong
secara bergantian.
Gambar 2.14 gerakan latihan inti I (sumber: Data peneliti, 2019)
f) Lirik lagu :”Tangan keatas lalu digoyang-goyang”. Deskripsi
gerakan : Kedua tangan menjulur keatas lalu digoyang kekanan
dan kiri sambil kaki bergeser kekanan dan kiri secara bergantian.
Gerakan kaki bergeser kekanan selaras dengan gerakan goyang
tangan kekanan, dan sebaliknya
39
Gambar 2.15 gerakan latihan inti I (sumber: Data peneliti, 2019)
g) Lirik lagu: “meloncat ke kanan meloncat ke kiri”. Deskripsi
gerakan : gerakan meloncat ke kanan dan ke kiri.
Gambar 2.16 gerakan latihan inti I (sumber: Data peneliti, 2019)
h) Lirik lagu : “kepala di goyang ke kanan dan ke kiri”. Deskripsi
gerakan : goyangkan kepala ke kanan dan ke kiri
40
Gambar 2.17 gerakan latihan inti I (sumber: Data peneliti, 2019)
i) Lirik lagu : “kepala kita mengangguk”. Deskripsi gerakan :
gerakan menganggukkan kepala
Gambar 2.18 gerakan latihan inti I (sumber: Data peneliti, 2019)
j) Lirik lagu : “ayo kita berjalan-jalan”. Deskripsi gerakan : gerakkan
maju dan mundur dengan tangan di tekuk sesuai gerakan kaki
Gambar 2.19 gerakan latihan inti I (sumber: Data peneliti, 2019)
k) Lirik lagu : “tangan kita di rentangkan”. Deskripsi gerakan :
merentangkan tangan
41
Gambar 2.20 gerakan latihan inti I (sumber: Data peneliti, 2019)
l) Lirik lagu: “ayun kanan ayun kiri”. Kaki bergeser ke kanan dan
kiri diikuti dengan gerakan tangan mengayun.
Gambar 2.21 gerakan latihan inti I (sumber: Data peneliti, 2019)
2. Latihan Gerakan Inti II
42
Latihan gerakan inti II diiringi dengan lagu Baris Pagi yang di
ciptakan oleh Ary Isdianto, M.Pd latihan inti II dilakukan selama 5-6
menit. Gerakan pada latihan inti II yaitu:
a) Lirik lagu : “rentangkan tangan atur barisan”. Deskripsi gerakan:
merentangkan kedua tangan
Gambar 2.22 gerakan latihan inti II (sumber: Data peneliti, 2019)
b) Lirik lagu: “tengok ke kanan tengok ke kiri”. Deskripsi gerakan :
dengan tangan di rentangkan melihat ke arah kanan dan kiri.
Gambar 2.23 gerakan latihan inti II (sumber: Data peneliti, 2019)
c) Lirik lagu: “tangan ke atas lalu ke bawah”. Deskripsi gerakan:
kedua tangan lurus ke atas dan ke bawah.
43
Gambar 2.24 gerakan latihan inti II (sumber: Data peneliti, 2019)
d) Lirik lagu: “ayo berbaris bersama kawan”. Deskripsi gerakan:
berdiri tegak merapikan barisan
Gambar 2.25 gerakan latihan inti II (sumber: Data peneliti, 2019)
e) Lirik lagu: “berjalan-jalan di tempat”. Deskripsi gerakan:
melakukan jalan di tempat
44
Gambar 2.26 gerakan latihan inti II (sumber: Data peneliti, 2019)
f) Lirik lagu: “geser ke kanan geser ke kiri”. Deskripsi gerakan:
bergeser kearah kanan dan kearah kiri
Gambar 2.27 gerakan latihan inti II (sumber: Data peneliti, 2019)
g) Lirik lagu: “yuk kawan melangkah yang tegap”. Deskripsi
gerakan: mengangkat paha hingga paha membentuk garis
horizontal.
45
Gambar 2.28 gerakan latihan inti II (sumber: Data peneliti, 2019)
h) Lirik lagu: “melangkah ke depan satu dua tiga”. Deskripsi
gerakan: melangkah kedepan sesuai aba-aba
Gambar 2.29 gerakan latihan inti II (sumber: Data peneliti, 2019)
i) Lirik lagu: “melangkah ke belakang satu dua tiga”. Deskripsi
gerakan: melangkah ke belakang sesuai aba-aba
46
Gambar 2.30 gerakan latihan inti II (sumber: Data peneliti, 2019)
j) Lirik lagu: “samping kanan lalu tepuk tangan”. Deskripsi
gerakan: melangkah kesamping kanan lalu tepuk tangan
Gambar 2.31 gerakan latihan inti II (sumber: Data peneliti, 2019).
47
k) Lirik lagu: “samping kiri lalu tepuk tangan”. Deskripsi gerakan:
melangkah kesamping kiri lalu tepuk tangan
Gambar 2.32 gerakan latihan inti II (sumber: Data peneliti, 2019)
3. Latihan Gerakan Inti III
Latihan gerakan III diringi dengan lagu Judul “Maju Mundur Jinjit”
yang di ciptakan oleh Ibnu Hidayat S.Sos. latihan inti III dilakukan
selama 5-6 menit. Gerakan pada latihan inti III yaitu :
a) Lirik lagu: “ ayo adik-adik bermain”. Deskripsi gerakan: kaki
bergeser ke kanan dan kiri dan tangan seperti gerakan mengajak.
Gambar 2.33 gerakan latihan inti III (sumber: Data peneliti, 2019)
48
b) Lirik lagu: “Bergandeng tangan ayunkan kaki. Deskripsi gerakan:
goyangkan kaki serong ke arah kanan dan kiri.
Gambar 2.34 gerakan latihan inti III (sumber: Data peneliti, 2019)
c) Lirik lagu: “bahu digoyang kanan dan kiri” deskripsi gerakan :
kaki bergerak ke arah samping kanan dan kiri diikuti dengan
gerakan pada bahu
Gambar 2.35 gerakan latihan inti III (sumber: Data peneliti, 2019)
49
d) Lirik lagu: “melangkah jinjit kanan dan kiri”. Deskripsi gerakan:
tangan di pinggang lalu gerakan menjinjit
Gambar 2.36 gerakan latihan inti III (sumber: Data peneliti, 2019)
e) Lirik lagu: “Syalala lala lala hati ku riang, Syalala lala lala hati ku
riang, Syalala lala lala hati ku gembira, Syalala lala lala hati ku
ceria”. Deskripsi gerakan: tangan naik keatas seperti gerakan
melambai, lalu diikuti gerakan pada kaki
Gambar 2.37 gerakan latihan inti III (sumber: Data peneliti, 2019)
50
f) Lirik lagu: “mari bertepuk tangan bersuka ria”. Deskripsi
gerakan: dengan badan tegap bertepuk tangan.
Gambar 2.38 gerakan latihan inti III (sumber: Data peneliti, 2019)
g) Lirik lagu: “Bertepuk tangan, tangan di pinggang, maju ke
depan”. Deskripsi gerakan: melakukan gerakan bertepuk tangan,
tangan di pinggang lalu maju kedepan.
Gambar 2.39 gerakan latihan inti III (sumber: Data peneliti, 2019)
51
h) Lirik lagu: “Geser ke kanan geser ke kiri bungkukkan badan mu”.
Deskripsi gerakan: bergeser ke kanan dan ke kiri lalu
membungkukkan badan
Gambar 2.40 gerakan latihan inti III (sumber: Data peneliti, 2019)
i) Lirik lagu: “Berjalan-jalan tangan kedepan bentuk lingkaran”.
Deskripsi gerakan: Berjalan di tempat sambil tangan diluruskan di
depan dada dan jari telapak tangan kanan dikaitkan dengan jari
telapak tangan kiri sehingga membentuk suatu lingkaran
Gambar 2.41 gerakan latihan inti III (sumber: Data peneliti, 2019)
52
j) Lirik lagu: “Loncat ke kanan loncat ke kiri goyangkan badan
mu”. Deskripsi gerakan : Meloncat ke samping kanan dan
meloncat kesamping kiri diakhiri dengan goyangan
Gambar 2.42 gerakan latihan inti III (sumber: Data peneliti, 2019)
k) Lirik lagu: “angkat kaki mu bergantian”. Deskripsi gerakan: jalan
di tempat
Gambar 2.43 gerakan latihan inti III (sumber: Data peneliti, 2019)
53
l) Lirik lagu: “Angkat kaki mu berganti-gantian”. Deskripsi
gerakan: Melakukan gerakan jalan di tempat dengan posisi tangan
ditekuk dan diayunkan ke depan dan ke belakang berlawanan
dengan gerakan kaki
Gambar 2.44 gerakan latihan inti III (sumber: Data peneliti, 2019)
m) Lirik lagu: “Tangan di rentangkan miring ke kanan”. Deskripsi
gerakan: Gerakan kedua tangan direntangkan, kemudian
megangkat tangan kiri keatas, dan tangan kanan diturunkan,
badan dimiringkan ke kanan seperti gerakan pesawat terbang
membelok.
Gambar 2.45 gerakan latihan inti III (sumber: Data peneliti, 2019)
54
n) Lirik lagu: “Tangan di rentangkan miring ke kiri”. Deskripsi
gerakan: Gerakan kedua tangan direntangkan, kemudian
megangkat tangan kanan keatas, dan tangan kiri diturunkan,
badan dimiringkan ke kiri seperti gerakan pesawat terbang
membelok
Gambar 2.46 gerakan latihan inti III (sumber: Data peneliti, 2019)
o) Lirik lagu: “langkahkan kaki ke kanan dan ke kiri”. Deskripsi
gerak: tangan di pinggang dan langkahkan kaki ke kanan dan kiri.
Gambar 2.47 gerakan latihan inti III (sumber: Data peneliti, 2019)
55
p) Lirik lagu:”angkat tumitmu, turunkan lagi”. Deskripsi gerakan:
lakukan gerakan menjinjit bergantian kaki kanan dan kiri.
Gambar 2.48 gerakan latihan inti III (sumber: Data peneliti, 2019)
2) Tahap Latihan Pendinginan
Fetriananingtyas (2017) gerakan yang dilakukan dalam latihan
pendinginan bertujuan untuk mengatur pernapasan agar tumbuh kembali
rileks, melenturkan otot, menenangkan kondisi tubuh, menetralisir
metabolisme setelah melakukan gerakan inti. Latihan pendinginan juga
bertujuan untuk menyiapkan fisik dan mental pada anak agar dapat
mengikuti kegiatan selanjutnya. Fatonah (2012) gerakan pada pendinginan
meliputi :
1) Latihan Gerakan Pendinginan I
Tujuan dari latihan pendinginan I yaitu Merenggangkan persendian
pergelangan tangan, pinggang dan kepala. Latihan pendinginan I
dilakukan sebanyak 8x8 hitungan. Teknik gerakan pada latihan
pendinginan I yaitu :
56
a) Buka kaki selebar bahu sambil merentangkan tangan
Gambar 2.49 gerakan latihan pendinginan I (sumber: Data peneliti,
2019)
b) Buka kaki selebar bahu, angkat tangan kanan kearah atas seperti
meliuk ke arah kiri tubuh
Gambar 2.50 gerakan latihan pendinginan I (sumber: Data peneliti,
2019)
c) Buka kaki selebar bahu, angkat tangan kiri kearah atas seperti
meliuk ke kanan kiri tubuh
Gambar 2.51 gerakan latihan pendinginan I (sumber: Data peneliti,
2019)
57
d) Buka kaki selebar bahu, Tangan kiri pegang kepala bagian kanan
dan tekuk ke arah kiri lakukan juga pada arah kanan
Gambar 2.52 gerakan latihan pendinginan I (sumber: Data peneliti,
2019)
e) Lakukan pengulangan 4x8 hitungan
2) Latihan Gerakan Pendinginan II
Tujuan dari latihan pendinginan II yaitu Merileksasikan fisik maupun
psikologi anak setelah melalukan senam dan menstabilkan
pernapasan. Latihan pendinginan ini dilakukan 2x8 hitungan. Teknik
gerakan pada latihan pendinginan II yaitu:
58
a) Buka kaki selebar bahu kedua tangan digerakkan keatas lewat
depan, kesamping, kedepan, ke bawah.
Gambar 2.53 gerakan latihan pendinginan II (sumber: Data peneliti,
2019)
b) Lakukan pengulangan
5. Mekanisme Latihan Senam Irama Terhadap Penurunan Berat Badan
Copra (1996) dalam Silalahi (2017) senam irama merupakan salah satu
dari latihan aerobik. Latihan aerobik merupakan latihan yang memerlukan
oksigen sebagai pembentuk energi yang dilakukan secara terus menerus,
ritmis, dengan melibatkan kelompok otot-otot besar. Latihan aerobik dapat
mengatasi kelebihan kolesterol sekaligus untuk mencapai tingkat kesegaran
jasmani yang baik serta dapat meningkatkan kemampuan fungsional
(Richmond, 2012 dalam Awaliyah, 2014). Kusumaningtyas (2011) dalam
Awaliyah (2014) Pada saat melakukan olahraga, gerakan pada tubuh dapat
59
terjadi karena otot mengalami kontraksi. Kontraksi otot memerlukan ATP
(Adenosin Tri Phospate). Energi yang didapatkan dari energi potensial yaitu
berupa energi yang tersimpan didalam makanan berupa energi kimia. Energi
tersebut akan dilepaskan setelah bahan makanan diproses metabolisme dalam
tubuh. Proses metabolisme energi secara aerobik adalah proses metabolisme
yang terjadi didalam mitokondria dan membutuhkan adanya oksigen (O2)
agar prosesnya dapat berjalan dengan sempurna untuk menghasilkan ATP.
Coyle (2006) dalam Awaliyah (2014) Pada saat berolahraga, kedua
simpanan energi tubuh yaitu simpanan karbohidrat (glukosa darah, glikogen)
serta simpanan lemak dalam bentuk trigeliserida akan memberikan kontribusi
terhadap laju produksi energi secara aerobik didalam tubuh. Kusumaningtyas
(2011) dalam Awaliyah (2014) Simpanan energi akan digunakan oleh tubuh
yaitu simpanan karbohidrat (glukosa, glikogen), lemak dan juga protein.
Diantara ketiganya, simpanan karbohidrat dan lemak merupakan sumber
energi utama saat proses aerobik. Sistem aerobik membutuhkan oksigen
untuk menguraikan glikogen/glukosa menjadi CO dan H2O melalui siklus
krebs (Tricarbocyclic acid cycle= TCA) dan sistem transpor elektron. Sistem
aerobik digunakan untuk olahraga yang membutuhkan energi lebih dari 3
menit seperti lari maraton dan renang gaya bebas 1500 meter. Ada tiga
tahapan reaksi kimia yang selalu terjadi pada sistem aerobik yaitu glikolisis
aerobik, siklus Krebs, dan sistem transport elektron. Sistem aerobik dapat
dipakai untuk pemecahan glikogen dan lemak yang dapat digunakan untuk
resintesis ATP secara besar tanpa terbentuknya efek samping yaitu dapat
menyebabkan kelelahan otot, seperti pada sistem laktat. Produksi panas badan
yang dihasilkan pada waktu pemecahan glikogen atau lemak, separuhnya
60
dipakai untuk resintesis ATP sehingga menjadi energi ATP. Sebagian lagi
dilepas sebagai panas yang disimpan dalam badan, dan lainnya hilang keluar
(Adiwinanto, 2008).
Bila intensitas kegiatan naik, maka karbohidrat dipakai, sedangkan bila
durasi (lama waktu) kegiatan bertambah, maka lemak dipakai, dan bila
karbohidrat dan lemak habis, protein akan dipakai. Sari (2011) dalam
Handayani (2016) Penggunaan lemak badan pada aktivitas akan
menyebabkan penurunan lemak simpanan. Pembongkaran lemak simpanan
memerlukan oksigen yang jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan
pembongkaran karbohidrat. Pada senam aerobik intensitas ringan, energi
yang dibutuhkan oleh tubuh dalam tingkatan ringan dan karena waktu yang
cukup, sistem kardiovaskuler masih mampu mencukupi kebutuhan oksigen
pada otot yang bekerja sehingga oksidasi lemak merupakan sumber energi
utama untuk kontraksi otot. Penggunaan lemak badan pada aktivitas aerobik
akan menyebabkan penurunan lemak simpanan sehingga secara otomatis
menurunkan berat badan secara keseluruhan.