Download - BAB II - POLBAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Aset
Menurut Siregar (2004) “Pengertian aset secara umum adalah barang atau
suatu benda yang memiliki nilai ekonomi (economic value), nilai komersial
(commercial value) atau nilai tukar (exchange value) yang dimiliki oleh badan
usaha, intansi atau individu (perorangan).”
Jadi, aset adalah barang yang memiliki nilai ekonomi atau bisa diperjual
belikan, nilai tukar atau suatu aset harus memiliki nilai tukar sesuai mata uang
yang berlaku, dan nilai komersial atau memiliki nilai jual.
Menurut Sugiama (2013) Aset juga dapat dibedakan berdasarkan perspektif
akuntansi, aset adalah kekayaan seperti :
1. Kekayaan lancar ( dapat berupa uang kas, piutang )
2. Aset jangka panjang atau aset tetap ( bangunan, peralatan, dan
perlengkapan)
3. Prepaid and deffered assets (expenditure for future costs yaitu: asuransi,
hak sewa, dan bunga)
4. Harta tak berwujud (intengible assets) seperti hak merek (trademark), hak
paten, hak cipta (copyright), dan /atau nama baik (goodwill).
Menurut Siregar (2004) aset secara umum adalah barang ( thing ) atau
sesuatu barang (anything) serta mempunyai nilai ekonomi yang dimiliki oleh
suatu badan usaha, instansi atau individu. Menurut Sugiama (2013) Secara
eksplisit aset menurut sudut pandang ekonomi adalah barang (thing) atau sesuatu
barang (anything) dimiliki oleh seseorang, sebuah organisasi baik swasta maupun
pemerintah yang memiliki :
1. Nilai Ekonomi ( economic value )
2. Nilai Komersial ( commercial value )
3. Nilai Tukar ( exchange value )
Jadi, dapat disimpulkan dari kedua pendapat di atas bahwa aset adalah
barang, benda atau sesuatu barang yang memiliki nilai ekonomis, nilai komersial,
dan nilai tukar dan haknya dimiliki oleh badan usaha, instansi atau individu.
“Menurut Sugiama (2013) aset juga dibagi menjadi dua kelompok yang
berdasarkan pada tujuan penggunaan dan pemanfaatan aset tersebut yakni : “
1. “Aset untuk tujuan komersial, adalah aset yang digunakan untuk
mendukung seluruh operasi perusahaan baik pemerintah maupun swasta
agar mencapai laba maksimum, baik itu berupa lahan, bangunan.
Peralatan, dan perlengkapan yang diorientasikan untuk kepentingan
bisnis/komersial. “
2. Aset dengan tujuan non komersial atau penggunaan aset yang tidak
berorientasi pada kepentingan bisnis/komersial melainkan untuk
memberikan manfaat kepada pengguna, pada umumnya aset ini adalah
aset milik pemerintah yang berfungsi untuk memberikan pelayanan
publik kepada masyarakat sebagai pengguna seperti, jalan, jembatan,
sekolah, rumah sakit, dan irigasi.
A. Jenis Aset
“Menurut Sugiama (2013) aset dibagi menjadi dua jenis yaitu aset berwujud
( tangible assets ) dan aset tidak berwujud ( intangible assets ). Aset berwujud
atau tangible assets adalah kekayaan yang dapat dilihat dan dideskripsikan secara
fisik dengan menggunakan panca indera. Contoh aset berwujud antara lain berupa :
1. Tanah atau lahan
2. Bangunan
3. Infrastruktur misal jalan raya, jembatan, irgasi dan waduk
4. Peralatan dan perlengkapan pabrik atau plant and machinery“
5. “Peralatan dan perlengkapan kantor misal meubel atau furniture“
6. “Persediaan barang“
7. “Sumberdaya alam seperti, bahan tambang, hutan/tanaman, air dan
sumberdaya alam lainnya. “
Menurut Sugiama (2013) adapun faktor yang berkaitan dengan pengukuran
kondisi fisik aset adalah:
1. Perencanaan pemeliharaan aset
2. Pengorganisasian pemeliaraan aset
3. Pengendalian pemeliharaan aset
4. Manajemen pemeliharaan aset bersangkutan
Jadi, dapat disimpulkan dari pendapat di atas bahwa kondisi fisik aset
dipengaruhi oleh proses pemeliharaan aset bersangkutan karena, semakin baik
pemeliharaan yang dilakukan semakin baik pula kondisi fisik aset sehingga
menambah umur teknis dari aset tersebut. Menurut Sugiama (2013) hasil
pengukuran aset secara fisik juga dibagi menjadi enam bagian, hasil pengukuran
kondisi fisik aset dapat dikategorikan secara fisik aset yaitu :
1. Dalam kondisi prima
2. Layak pakai secara teknis
3. Rusak ringan perlu perbaikan
4. Rusak berat dan dapat diperbaiki
5. Rusak dan perlu pembaharuan
6. Rusak berat tidak dan dapat diperbaiki
B. Manajemen Aset
“Menurut Sugiama (2013) definisi manajemen aset adalah Ilmu dan seni
yang dapat digunakan untuk memandu pengelolaan kekayaan yang mencakup
tahapan perencanaan kebutuhan aset, mendapatkan aset, inventarisasi aset, legal
audit aset, menilai aset, mengoperasikan aset, memelihara aset, pembaharuan aset
atau menghapuskan aset hingga mengalihkan aset secara efektif dan efisien. “
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen aset adalah
suatu arahan yang mengatur kegiatan pengelolaan aset mulai dari perencanaan,
pengadaan, inventarisasi, legal audit, penilaian, operasi dan pemeliharaan,
rejuvenasi, hingga penghapusan aset yang dilakukan secara efektif dan efisien
Perencanaan KebutuhanAset
Pengadaan Aset
Pengalihan Aset (Penjualan,Penyertaan Modal, Hibah)
Inventarisasi Aset
Penilaian Aset
Penghapusan AsetPembaharuan/RejuvenasiAset
Pengoperasian danPemeliharaan Aset
Legal Audit Aset
Pemusnahan Aset
agar aset yang dikelola menyampaikan service delivery yang baik, serta
pengalihan aset dengan penyertaan modal, dan hibah.
Secara lebih rinci siklus atau alur aset seperti pada Gambar 2.1 :
(Sumber : Adaptasi Sugiama, 2016:26)
“Menurut Sugiama (2013) secara umum siklus manajemen aset meliputi
pengadaan aset hingga penghapusan aset. Gambar 2.1 di atas menunjukkan tahap
awal dari sebuah siklus aset yang dimulai dari pengadaan hingga aset tersebut
musnah atau dialihkan. Berikut penjelasan siklus aset menurut sugiama (2013): “
1. “Perencanaan kebutuhan aset adalah serangkaian kegiatan untuk
merencanakan sesuatu rencana strategis yang dilakukan oleh sutau
organisasi“
2. “Pengadaan aset adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh/
mendapatkan aset/ barang maupun jasa baik yang dilaksanakan sendiri
secara langsung oleh pihak internal maupun oleh pihak luar sebagai
mitra atau penyedia. “
3. “Inventarisasi aset adalah serangkaian kegiata untuk melakukan
pendataan,pencatatan, dan pelaporan hasil pendataan aset serta
Gambar 0.1 Siklus Aset
mendokumentasikannya baik aset berwujud maupun tidak perwujud
pada suatu waktu tertentu“
4. “Legal audit aset adalah pemeriksaan untuk mendapakan gambaran jeas
dan menyeluruh terutama mengenai status kepemilikan, sistem dan
prosedur penguasaan, pengalihan aset, mengidentifikasi kemungkinan
terjadinya berbagai masalah hukum serta mencari solusi atas masalah
hukum tersebut. “
5. “Penilaian aset adalah proses kegiatan penilai dalam memberikan suatu
estimasi dan pendapat atas nilai ekonomis suatu properti, baik harta
berwujud maupun harta tidak berwujud, berdasarkan hasil analisis
terhadap fakta-fakta yang objektif dan relevan dengan menggunakan
metode dan prinsip – prinsip penilaian yang berlaku“
6. “Pengoperasian dan pemeliharaan aset adalah serangkaian kegiatan
untuk menggunakan dan memanfaatkan aset dalam melaksanakan tugas
dan pekerjaan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan
pemeliharaan aset adalah sekumpulan aktivitas yang diorganisasikan
untuk menjamin agar aset dapat dioperasikan dalam kondisi terbaik
dengan biaya terendah“
7. “Pembaharuan /rejuvinasi aset adalah membangun kembali aset agar
memiliki fungsi kembali sebagaimana semula, bahkan mempertinggi
fungsi dari aset tersebut. “
8. “Penghapusan aset adalah kegiatan untuk menghapuskan aset dengan
cara pengalihan aset atau pemusnahan aset“
9. “Pengalihan aset adalah kegiatan pemindahtanganan kepemilikan aset
“kepada pihak lain sebagai tindak lanjut dari penghapusan dengan cara
menjual aset, mempertukarkan aset, menghibahan aset atau disertakan
sebagai modal
10. “Pemusnahan aset adalah kegiatan yang dilakukan apabila aset tidak
dapat diperbaiki atau digunakan lagi. “
2.1.2 Perencanaan
“Robbins dan Coulter (2003) mendefinisikan perencanaan sebagai sebuah
proses yang dimulai dari penetapan tujuan organisasi, menentukan strategi untuk
pencapaian tujuan organisasi tersebut secara menyeluruh, serta merumuskan
sistem perencanaan yang menyeluruh untuk mengintegrasikan dan
mengordinasikan seluruh pekerjaan organisasi sehingga tercapainya tujuan
organisasi. “
“Menurut Sugiama (2013) perencanaan adalah penentuan tujuan akhir dan
sasaran sebuah organisasi dan menentukan cara untuk mencapai sasaran tersebut.
Victoria Government (1995), perencanaan aset yang merupakan tahapan pertama
pada siklus hidup aset. Perencanaan aset adalah panduan dalam pengambilan
tindakan spesifik saat melakukan pengadaan aset baru, penghapusan aset, dan
pengoperasian serta pemeliharaan aset secara efektif. Namun, menurut W.H.
Newman, perencanaan adalah pengambilan keputusan mengenai apa yang harus
dikerjakan serta merupakan langkah – langkah yang disusun sebelum kegiatan
dilaksanakan. “
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah
langkah awal untuk mengambil keputusan mengenai apa yang harus dikerjakan
untuk menentukan strategi dalam mencapai tujuan organisasi baik itu yang
berkaitan dengan pengadaan aset baru, penghapusan, dan pengoperasian aset serta
pemeliharaan aset secara efektif.
A. Tujuan Perencanaan
Menurut Robbins dan Coulter (2003) tujuan perencanaan yaitu untuk :
1. “Memberikan pengarahan baik untuk manajer maupun karyawan non
manajerial untuk mencapai tujuan dari organisasi. “
2. “Mengurangi ketidakpastian dalam menyusun rencana“
3. “Meminimalisir biaya ( mengurangi pemborosan) dengan bekerja secara
terarah berdasarkan rencana yang sudah dibuat“
4. “Menetapkan tujuan dan standar yang digunakan dalam fungsi selanjutnya.
Sedangkan menurut Albert Silalahi (1996) menyatakan tujuan perencanaan
sebagai berikut : “
1. “Perencanaan adalah cara untuk mengantifikasi dan merekam perubahan
( a way to anticipate and offset cahange ) “
2. “Perencanaan yang dilakukan dapat dijadikan arahan untuk administrator
dan non administrator“
3. “Perencanaan dapat menghindari atau memperkecil ketidak jelasan dan
pemborosan pelaksanaan aktivitas. “
4. “Perencanaan menetapkan tujuann – tujuan dan standar – standar yang
akan digunakan untuk memudahkan pengawasan. “
Berdasarkan dua pendapat mengenai tujuan perencanaan di atas dapat
disimpulkan bahwa tujuan dari perencanaan yaitu :
1. Memberikan pengarahan pada pengelola baik manajerial maupun non
manajerial
2. Mengurangi ketidak pastian dengan melakukan perencanaan terlebih
dahulu
3. Meminimalisir biaya yang dikeluarkan ( menghindari pemborosan )
4. “Menetapkan tujuan dan standar dalam memudahkan pengawasan
pekerjaan. “
2.1.3 Prakiraan ( Forecasting )
A. Pengertian Prakiraan (forecasting)
Heizer dan Render (2009) forecasting is the art and science of predicting
events. Selain itu, prakiraan perlu dilakukan dalam pengembangan rencana untuk
memenuhi permintaan di masa mendatang. Prakiraan dinilai sebagai masukan
untuk semua jenis perencanaan dan pengendalian manajemen material.
Prakiraan kebutuhan yang efektif dan efisien adalah prakiraan yang
menyebabkan kebutuhan tersebut tidak berlebihan dan kekurangan. Stock dan
Lambert (2001) menjelaskan bahwa manajemen material yang efektif dan efisien
membutuhkan berbagai jenis prakiraan, yaitu:
1. Prakiraan permintaan (demand forecast). Prakiraan yang melihat permintaan
barang oleh perusahaan, termasuk permintaan proyek dan permintaan saat
ini, status persediaan dan waktu tunggu. Selain itu juga memperhatikan
permintaan proyek saat ini dari industri pesaing dan pengguna produk akhir.
Ketika prakiraan permintaan akurat, pihak pengadaan dapat membeli barang
dengan jumlah yang tepat, pihak operasi dapat menghasilkan jumlah barang
yang tepat dan pihak logistic dapat mengirimkan barang dengan jumlah yang
tepat. Dalam mencapai keakuratan prakiraan, informasi waktu dan
permintaan yang akurat adalah komponen utama dalam sebuah rantai
pasokan yang efektif. Keakuratan prakiraan berkaitan dengan pengendalian
manajemen persediaan.
2. Prakiraan pasokan (supply forecast). Prakiraan yang mengumpulkan data
dari arus pemasok dan produsen, kumpulan arus situasi pemasok yang sudah
dihitung, dan tren secara teknologi dan politik yang akan mempengaruhi
pasokan.
3. Prakiraan harga (price forecast). Prakiraan dilihat berdasarkan informasi
permintaan dan pasokan yang dikumpulkan dan dianalisis. Prakiraan ini
memberikan sebuah prediksi harga jangka panjang dan jangka pendek dan
alasan yang mendasri tren tersebut.
“Heizer dan Render (2009) menjelaskan bahwa prakiraan biasanya
diklasifikasikan berdasarkan horizon waktu masa depan yang dicakupnya. Waktu
prakiraan dibagi menjadi tiga horizon waktu, yaitu : “
1. “Prakiraan jangka pendek (short-range forecast). Prakiraan ini mencakup
jangka waktu hingga satu tahun tetapi umumnya kurang dari tiga bulan.
Prakiraan ini digunakan untuk merencanakan pembelian, penjadwalan kerja,
jumlah tenaga kerja, penugasan kerja, dan tingkat produksi. “
2. “Prakiraan jangka menengah ( medium –range forecast). Prakiraan jangka
menengah atau intermediate, umumnya mencakup hitungan bulanan hingga
tiga tahun. Prakiraan ini berguna untuk merencanakan penjualan,
perencanaan dan anggaran produksi, anggaran kas, dan menganalisis
bermacam –macam rencana operasi. “
3. “Prakiraan jangka panjang (long-range forecast). Umumnya untuk
perencanaan masa tiga tahun atau lebih. Prakiraan jangka panjang digunakan
untuk merencanakan produk baru, pembelanjaan modal, lokasi atau
pengembangan fasilitas, serta penelitian dan pengembangan (litbang). “
“Prakiraan dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu analisis kuantitatif
dan analisis kualitatif. Heizer dan Render (2009) menjelaskan bahwa prakiraan
kuantitatif (quantitative forecast) menggunakan “model matematis yang beragam
dengan data masa lalu dan variabel sebab-akibat untuk memprakirakan
permintaan. Prakiraan subjektif atau kualitatif (qualitative
forecast)“ menggabungkan factor, seperti intuisi, emosi, pengalaman pribadi, dan
sistem nilai pengambil keputusan untuk memprakirakan” (hal.167). pendekatan
kuantitatif dan pendekatan kualitatif dijelaskan dalam bagian ini. “
B. Model prakiraan kuantitatif
“Heizer dan Render (2009:167) menjelaskan bahwa “ prakiraan kuantitatif
(quantitative forecast) menggunakan model matematis yang beragam dengan data
masa lalu dan variabel sebab –akibat untuk meramalkan permintaan”. Terdapat
lima metode prakiraan kuantitatif yang menggunakan data historis. Kelima
metode tersebut dibagi ke dalam dua kategori, yaitu model deret waktu dan model
asosiatif. Model deret waktu adalah teknik prakiraan yang menggunakan sejumlah
data masa lalu untuk membuat prakiraan. “
“Menurut Heizer dan Render (2009:169), prakiraan dengan model deret
waktu didasarkan pada “urutan dari titik – titik data yang berjarak sama dalam
waktu ( Mingguan, bulanan, kuartal, dan lainnya)”. Deret waktu mempunyai
empat komponen yaitu: “
1. “Tren adalah pergerakan data sedikit demi sedikit meningkat atau
menurun. “
2. “Musim adalah pola data yang berulang pada kurun waktu tertentu. “
3. “Siklus adalah pola dalam data yang terjadi setiap beberapa tahun. Siklus
ini biasanya terkait pada siklus bisnis dan merupakan satu hal penting
dalam analisis dan perencanaan bisnis jangka pendek. “
4. “Variasi acak adalah satu titik khusus dalam data yang disebabkan oleh
peluang dan situasi yang tidak lazim. Variasi acak tidak mempunyai pola
khusus sehingga tidak dapat diprediksi. “
“Model deret waktu terdiri dari tiga metode, yiatu pendekatan naif, rata –
rata bergerak, dan penghalusan eksponensial (Heizer dan Render,2009). Ketiga
metode tersebut dijelaskan dalam bagian ini. “
1. Pendekatan naif (naïve approach)
Pendekatan naif adalah cara yang paling sederhana dalam melakukan
prakiraan. Heizer dan Render (2009:170) menjelaskan bahwa pendekatan naif
adalah prakiraan yang diasumsikan “permintaan di periode mendatang akan sama
dengan permintaan pada perode terakhir”.
2. Rata-rata bergerak (moving average)
“Menurut Heizer dan Render (2009), rata – rata bergerak adalah metode
prakiraan yang menggunakan rata-rata dari data periode terakhir untuk
memprakirakan periode berikutnya. Secara sistematis, rata-rata bergerak
sederhana dinyatakan sebagai berikut dengan keterangan bahwa n adalah jumlah
periode dalam rata-rata bergerak. “
Rata − rata bergerak = ∑Permintaan dalam periode n sebelumnyan(Sumber : Heizer dan Render,2009)
3. Penghalusan eksponensial (exponential smoothing)
Penghalusan eksponensial adalam metode prakiraan rata-rata bergerak
dengan membobotkan titik-titik data oleh fungsi eksponensial (Heizer dan
Render,2009). Metode ini menggunakan pencatatan data masa lalu yang sangat
sedikit .rumus penghalusan eksponensial digambarkan sebagai berikut.
Ft = α(A ) + (1 − α)(F + T ) = β(F − F ) + (1 − β)T(Sumber : Heizer dan Render,2009)
Keterangan :
Ft = Peramalan dengan eksponensial yang dihaluskan dari data berseri pada
peiode t
Tt = tren dengan eksponensial yang dihaluskan pada periode t
At = Permintaan aktual periode tα = Konstanta penghalusan untuk rata – rata ( 0≤ α ≤ 1)β = Konstanta penghalusan untuk rata – rata ( 0 ≤ β ≤ 1)menurut Hastings (2010) metode penghalusan eksponensial
direkomendasikan untuk memprakirakan material, karena metode ini akan
memberikan keuntungan dalam kasus “perpindahan lambat” yang mengakibatkan
material bervariasi secara perlahan. Berdasarkan hal tersebut, dalam rata-rata
bergerak selama 12 bulan akan menurun ke titik nol setelah setahun tanpa ada
permintaan.
Selain model deret waktu terdapat model asosiatif. Model asosiatif adalah
teknik prakiraan dengan menggabungkan variabel atau faktor yang mungkin
mempengaruhi kuantitas yang sedang diprakirakan (Heizer dan Render,2009)
model asosiatif terdiri dari proyeksi trend an regresi linier yang dijelaskan dalam
bagian ini.
4. Regresi linier
Menurut Heizer dan Render (2009:195) metode regresi linier adalah metode
prakiraan dengan “model matematis garis lurus untuk menggambarkan hubungan
fungsional antara variabel-variabel yang bebas maupun variabel terikat” .Model
matematika dari regresi linier sebagai berikut.
= +(Sumber : Heizer dan Render,2009)
Keterangan :
= Nilai Proyeksi (ramalan) variabel Y untuk suatu nilai X= Konstantab = Koefisien yang menunjukkan arah gerakan dan besarnya
perubahan apabila nilai x berubah satu satuan,
X = Suatu nilai yang diperoleh dari periode waktu
C. Model prakiraan kualitatif
Model kualitatif berguna ketika data yang diperlukan kurang atau ketika
data historis tidak akurat dengan prakiraan di masa depan. Heizer dan render
(2009) mengemukakan bahwa ada empat teknik prakiraan kualitatif, yaitu:
1. “Pendapat eksekutif seorang juri ( a juries of executive opinion). Metode
ini mengumpulkan pendapat dari sekumpulan kecil manajeer atau ahli
tingkat tinggi yang dikombinasikan dengan model statistic, untuk
menghasilkan prediksi dari permintaan kelompok. “
2. Gabungan tenaga penjualan (sales forces composites ). Metode ini
mengambil prakiraan dari setiap tenaga penjual tentang berapa banyak
penjualan yang bisa mereka lakukan di wilayahnya.
3. Metode Delphi (Delphi method). Metode Delphi melibatkan sejumlah ahli
yang menjawab secara anonym sejumlah pertanyaan dari beberapa
kuesioner. Hasil tanggapan tersebut dikumpulkan untuk disimpulkan dan
dikembalikan ke pada para ahli. Para ahli dipersilakan untuk mempelajari
hasil dari kesimpulan tersebut dan memberikan tanggapannya kembali.
Setiap kuisioner dikembangkan dengan emnggunakan informasi dari
survey sebelumnya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kesepakatan
umum dari prakiraan tersebut.
4. Survey pasar konsumen (consumer market surveys). Metode ini
menggunakan input dari konsumen mengenai rencana pembelian mereka
di masa depan. Selain berguna untuk prakiraan, hal tersebut juga berguna
dalam memperbaiki desain produk dan perencanaan produk baru.
Metode prakiraan berguna sebagai pendukung pengambilan keputusan
dalam kegiatan operasi. Metode prakiraan dipilih sesuai dengan kegiatannya.
Tabel 2.1 menunjukan metode prakiraan yang cocok untuk keputusan operasi.
Tabel 0.1 Metode Prakiraan dan Kegunaannya
Penggunaanprakiraan untuk
keputusanoperasi
Jangkawaktu
Ketelitianyang
dibutuhkan
Banyakproduk
Tingkatmanajemen
Metodeprakiraan
Rancanganproses
Panjang Menengah Tunggalatau sedikit
Puncak Kualitatif dankausal
Perencanaanfasilitas
Panjang Menengah Tinggi atausedikit
Puncak Kualitatif dankausal
Perencanaanagregat
Menengah
Tinggi Sedikit Menengah Kausal danderet berkala
Penjadwalan Pendek Paling tinggi Banyak Bawah Deret berkalaManajemenpersediaan
Pendek Paling tinggi Banyak Bawah Deret berkala
(Sumber : Schroeder ,2000)
Metode – metode prakiraan di atas perlu di validasi menggunakan sejumlah
perhitungan. Heizer dan Render (2009) menjelaskan bahwa terdapat beberapa
perhitungan yang dapat digunakan dalam mengetahui prakiraan (forecast error ).
perhitungan yang dikenal adalah deviasi rata-rata absolut ( mean absolute
deviation/MAD), kesalahan rata-rata kuadrat (mean squared error /MSE), dan
kesalahan persen rata –rata absolut (mean absolute percent/MAPE). Ketiga
perhitungan tersebut akan dibahas lebih jelas sebagai berikut:
1. Deviasi rata – rata absolut (MAD)
“MAD digunakan untuk mengukur prakiraan dengan merata-rata kesalahan
dugaan (nilai absolut masing-masing kesalahan). MAD berguna ketika mengukur
kesalahan ramalan dalam unit yang sama debagai deret asli. Nilai MAD dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut dengan n adalah jumlah
periode data. “
MAD = ∑|aktual − peramalan|n(Sumber : Heizer dan Render,2009)
2. Kesalahan Rata-rata kuadrat (MSE)
“MSE adalah metode lain untuk mengevaluasi metode prakiraan. Masing –
masing kesalahan atau sisa dikuadratkan, kemudian dijumlahkan dan ditambahkan
dengan jumlah observasi. Pendekatan ini mengatur kesalahan prakiraan yang
besar karena kesalahan-kesalahan tersebut dikuadratkan. Rumus MSE dapat
dilihat dibawah ini dengan n yaitu, jumlah periode data. “
MSE = ∑(kesalahan peramalan)n(Sumber : Heizer dan Render,2009)
3. Kesalahan persen rata-rata absolut ( MAPE)
“MAPE dihitung dengan menggunakan kesalahan absolut pada tiap periode
dibagi dengan nilai observasi yang nyata untuk periode itu. Kemudian, merata-
rata kesalahan presentase absolut tersebut. Pendekatan ini berguna ketika ukuran
atau besar variabel prakiraan itu penting dalam mengevaluasi ketepatan prakiraan
dengan n adalah jumlah periode data. “
MAPE = (deviasi absolut nilai⁄ aktual)x 100%n(Sumber : Heizer dan Render,2009)
Terdapat sembilan langkah dalam proses menentukan prakiraan dapat
dilihat pada Gambar 2.2 dan akan dijelaskan setelah gambar tersebut.
( Sumber : Hilton et al.,2007)
Gambar 0.2 Langkah - langkah Forecasting
Adapun langkah – langkah yang dapat dilakukan untuk memulai
menghitung prakiraan diawali dengan :
Tujuan secara spesifik
Identifikasi dimensi waktu
Presentasi prakiraan
Persiapan prakiraan
Hasil
Menentukan apa yang akan diprakirakan
Pertimbangan data
Pemilihan Model
Evaluasi model
1. Tujuan secara Spesifik
Tujuan dari penggunaan prakiraan harus dijelaskan secara spesifik
agar penggunaan prakiraan sesuai dengan tujuan karena akan digunakan
untuk melakukan pengambilan keputusan.
2. Menentukan apa yang akan diprakirakan
Setelah menentukan tujuan dari prakiraan selanjutnya adalah
memutuskan sebenarnya apa yang akan di prakirakan ? misalnya, ingin
mengetahui pendapatan dari penjualan keseluruhan atau per unit?. Serta
akan melakukan prakiraan pertahun, perbulan, perminggu atau tiga bulan
sekali? Ini akan menentukan penggunaan metode mana yang akan
digunakan nantinya.
3. Identifikasi Dimensi Waktu
Terdapat dua jenis pada dimensi waktu. Pertama, tetapkan panjang
waktu prakiraan. Untuk prakiraan tahunan ini akan dari satu hingga lebih
dari lima tahun,bila tiga bulanan atau kuartal lebih baik digunakan untuk
satu atau dua tahun seperti untuk prakiraan bulanan
4. Pertimbangan Data
Cari data yang berasal dari internal ataupun eksternal instansi,
kumpulkan data yang menggambarkan secara detail dari objek yang akan
di prakirakan.
5. Pemilihan Model
Pilihlah model yang sesuai dengan jenis data yang dimiliki, adapun
langkah untuk memilih model yang sesuai yaitu pertama, lihat tipe dan
banyak data yang dimiliki, perhatikan pola data yang didapatkan dari data
masa lalu, lalu perhatikan tingkat kepentingan dari prakiraan, berapa lama
rentang waktu prakiraan yang dipilih,yang terakhir adalah latar belakang
teknis dari orang yang akan menyiapkan dan menggunakan prakiraan
tersebut
6. Evaluasi Model
Evaluasi perlu dilakukan pada metode yang telah dipilih seberapa
baik itu dapat bekerja, untuk metode kuantitatif teknik yang digunakan
harus diterapkan pada data masa lalu dan di evaluasi sebaik apa teknik
tersebut bekerja pada data masa lalu.
7. Persiapan Prakiraan
Langkah persiapan untuk melakukan prakiraan setelah melalui
tahap evaluasi model dari penetapan model prakiraan yang akan
digunakan. Langkah persiapan ini pula adalah langkah melakukan
perhitungan untuk prakiraan.
8. Presentasi Prakiraan
Presentasi prakiraan ini digunakan untuk memberitahukan kepada
manager secara jelas hasil dari prakiraan tersebut agar tujuan dari
prakiraan dapat tersampaikan dengan jelas.
9. Hasil dari Pencarian
Setelah melakukan presentasi dari hasil menjadi keputusan yang
relevan, perlu dilakukannya diskusi terbuka mengenai hasil dan
mengevaluasi kembali keseluruhan proses lebih dalam untuk
meningkatkan kinerja dalam melakukan prakiraan selanjutnya.
2.1.4 Transportasi dan Sistem Transportasi
A. Pengertian Transportasi
“Transportasi menurut Miro (2005) adalah usaha pemindahan atau
pergerakan dari satu lokasi ke lokasi yang lainnya dengan menggunakan alat
tertentu. Miro (1997) dengan demikian maka transportasi memeiliki dimensi
seperti lokasi ( asal dan tujuan ), alat (teknologi), dan keperluan tertentu. “
“Menurut Tamin (2000) transportasi adalah suatu sistem yang terdiri atas
sarana dan prasarana sistem pelayanan yang memungkinkan adanya pergerakan ke
seluruh wilayah sehingga bisa terakomodasi mobilitas penduduknya. Pergerakan
tersebut dimungkinkan juga untuk barang. “
“Menurut Warpani, transportasi adalah suatu kegiatan atau aktivitas
perpindahan orang dan barang dari tempat asal ke tempat tujuan dengan
menggunakan kendaraan. “
Dari pengertian mengenai transportasi di atas dapat disimpulkan bahwa
transportasi adalah usaha atau aktivitas perpindahan orang dan barang yang
dilakukan dengan menggunakan suatu alat tertentu dengan didukung oleh sarana
dan prasarana sehingga bisa mengakomodasi mobilitas penduduk.
B. Sistem Transportasi
Menurut Tamin (1997) Sistem transportasi terdiri dari beberapa sistem
makro yaitu:
1. “Sistem kegiatan“
2. “Sistem jaringan prasarana transportasi“
3. “Sistem pegerakan lalu lintas“
4. “Sistem kelembagaan “
“Sistem pergerakan sangat penting dalam mengakomodasikan sistem
pergerakan agar tercipta sistem pergerakan yang lancar dan selanjutnya akan
berpengaruh pula pada sistem jaringan kegiatan, jadi ketiganya saling
mempengaruhi. Transportasi mempunyai jangkauan pelayanan yang diartikan
sebagai batas geografis pelayanan yang diberikan oleh transportasi kepada
pengguna transportasi tersebut. Jangkauan tersebut didasarkan pada lokasi asal
dan tujuan. “
“Menurut Morlok (1991) sistem transportasi merupakan suatu satuan dari
elemen – elemen yang saling mendukung dalam pengadaan transportasi. Elemen –
elemen transportasi tersebut adalah : “
1. “Manusia dan barang ( yang diangkut ) “
2. “Kendaraan dan peti kemas (alat angkut) “
3. “Jalan (tempat alat angkut bergerak) “
4. “Terminal“
5. “Sistem pengoperasian“
Sedangkan menurut C. Jotin Khisty & B. Kent Lall. (2003) menyatakan
bahwa empat elemen utama transportasi adalah :
1. “Sarana perhubungan (link) : jalan raya atau jalur yang
menhubungkan dua titik atau lebih. Pipa, jalur darat, jalur laut, dan
jalur penerbangan juga dapat dikategorikan sebagai sarana
perhubungan. “
2. “Kendaraan : alat yang memindahkan mansia dan barang dari satu
titik ke titik lainnya di sepanjang sarana perhubungan. Contohnya
mobil, bis, kapal, dan pesawat terbang. “
3. “Terminal : titik-titik dimana perjalanan orang dan barang dimulai
dan berakhir. Contoh : garasi mobil, lapangan parkir, gudang
bongkar muat, dan bandara udara. “
4. “Manajemen dan tenaga kerja : orang – orang yang membuat,
mengoperasikan, mengatur dan memelihara sarana perhubungan,
kendaraan dan terminal. “
Sehingga bila disimpulkan, dalam suatu sistem transportasi membutuhkan
setidaknya empat elemen yaitu:
1. Sarana perhubungan /jalan sebagai sarana untuk beroperasinya alat
yang akan memindahkan barang/manusia.
2. Kendaraan adalah alat yang nantinya akan digunakan untuk
mengangkut dan memindahkan manusia/barang dari lokasi asal ke
tujuan
3. Terminal adalah prasarana yang digunakan sebagai tempat orang dan
barang memulai atau menghentikan perjalanannya.
4. Manusia/manajemen yang akan mengoperasikan, mengatur dan
memelihara sarana perhubungan, kendaraan dan terminal.
Terminal berperan penting dalam sistem transportasi sebagai prasarana
yang digunakan untuk memulai atau menghentikan perjalanan transportasi orang
dan barang.
C. Peran Transportasi
Menurut Margareta (2000) Transportasi yang baik berperan penting dalam
perkembangan wilayah terutama dalam aksesibilitas, aksesibilitas adalah
kemudahan dan kemampuan suatu wilayah atau ruang untuk diakses oleh pihak
dari luar daerah. Mudahnya suatu lokasi dihubungkan dengan lokasi lainnya lewat
jaringan transportasi yang ada, baik berupa prasarana jalan dan alat angkut yang
bergerak di atasnya.
“Menurut Kadir (2006) pada jurnal perencanaan dan pengembangan
wilayah wahana hijau, peran transportasi dalam pembangunan ekonomi yang
utama adalah tersedianya barang, stabilisasi dan penyamaan harga, penurunan
harga, meningkatnya nilai tanah, terjadinya spesialisasi antar wilayah,
berkembangnya usaha skala kecil, terjadinya urbanisasi dan konsentrasi penduduk.
Dampak negatif perkembangan transportasi antara lain : bahaya atas kehancuran
umat manusia, hilangnya sifat-sifat individual dan kelompok, tingginya frekuensi
dan intensitas kecelakaan, makin meningkatnya urbanisasi, kepadatan dan
konsentrasi penduduk dan tersingkirnya industri kerajinan rumah tangga. Tujuan
transportasi dalam mendudukung perkembangan ekonomi nasional : “
1. “Meningkatnya pendapatan nasional disertai dengan distribusi yang
merata antara penduduk. “
2. “Meningkatnya jenis dan jumlah barang jadi dan jasa yang dapat
dihasilkan pada konsumen, industri, dan pemerintah. “
3. “Mengembangkan industri nasional yang dapat menghasilkan devisa
serta mensuplai pasaran dalam negeri. “
4. “Menciptakan dan memelihara tingkatan kesempatan kerja bagi
masyarakat. “
Menurut Salim (2000) transportasi bermanfaat bagi masyarakat, baik itu
untuk hasil-hasil produksi dan bahan-bahan baku suatu daerah dapat dipasarkan.
Selain itu transportasi melaksanakan penyebaran penduduk dan pemerataan
pembangunan. Penyebaran penduduk ke seluruh pelosok tanah air di Indonesia
menggunakan berbagai jenis moda transportasi.
Menurut Daldjoeni (2003) peran transportasi dalam menyampaikan bahan
baku ke konsumen yaitu, pengangkutan berperan penting untuk saling
menghubungkan daerah sumber bahan baku, daerah produksi, daerah pemasaran
dan daerah pemukiman tempat tinggal konsumen.
2.1.5 Prasarana dan Sarana Transportasi Darat
A. Pengertian Prasarana dan Sarana
“Secara umum sarana dan prasarana adalah alat penunjang keberhasilan
suatu proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan publik, karena apabila
kedua hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat
mencapai hasil yang diharapkan sesuai denganrencana. “
“Menurut Moenir (1992) mengemukakan bahwa sarana adalah segala jenis
peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas yang berfungsi sebagai
alatutama/pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan, dan juga dalam rangka
kepentingan yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja. “
“Berdasarkan pengertian di atas, maka sarana dan prasarana pada dasarnya
memiliki fungsi utama sebagai berikut : “
1. “Mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat
menghemat waktu. “
2. “Meningkatkan produktivitas, baik barang dan jasa. “
3. “Hasil kerja lebih berkualitas dan terjamin. “
4. “Lebih memudahkan/sederhana dalam gerak para pengguna/pelaku“
5. “Ketepatan susunan stabilitas pekerja lebih terjamin. “
6. “Menimbulkan rasa kenyamanan bagi orang-orang yang
berkepentingan. “
7. “Menimbulkan rasa puas pada orang-orang yang berkepentingan
yangmempergunakannya. “
Pembahasan lebih jelasnya mengenai sarana dan prasarana yang dimaksud
di atas berikut ini akan diuraikan istilah sarana kerja/fasilitas kerja yang ditinjau
dari segi kegunaan menurut Moenir ( 2000 : 120) membagi sarana dan prasarana
sebagai berikut :
1. “Peralatan kerja, yaitu semua jenis benda yang berfungsi langsung
sebagai alat produksi untuk menghasilkan barang atau berfungsi
memproses suatu barang yang berlainan fungsi dan gunanya. “
2. “Perlengkapan kerja, yaitu semua jenis benda yang berfungsi sebagai
alat pembantu tidak langsung dalam produksi, mempercepat proses,
membangkit dan menambah kenyamanan dalam pekerjaan. “
3. “Perlengkapan bantu atau fasilitas, yaitu semua jenis benda yang
berfungsi membantu kelancaran gerak dalam pekerjaan. “
B. Prasarana dan Sarana Transportasi Darat
“Transportasi Darat merupakan kegiatan atau usaha perpindahan barang dan
manusia yang dilakukan di daratan. Transportasi darat memiliki prasarana dan
sarana sebagai berikut : “
1. Sarana
a. “Angkutan jalan seperti, Bis, Taksi, dan Angkutan Umum
Pedesaan“
b. “Kereta Api “
c. “Lainnya, yaitu angkutan darat selain mobil, bus atapun sepeda
motor yang lazim digunakan oleh masyarakat, umumnya digunakan
untuk skala kecil, rekreasi, atapun sarana – sarana transportasi di
perkampungan baik di kota maupun di desa. Seperti, becak, sepeda,
bajaj, demo, helicak dan delman. “
2. Prasarana
a. “Jalan, jembatan dan rel“
b. “Terminal dan stasiun kereta api“
c. “Halte “
“Lembaga yang mengatur kebijakan dan kelancaran segala kegiatan
transportasi terdapat lembaga – lembaga yang khusus menangani bidang
transportasi, antara lain sebagai berikut : “
1. Kementerian Perhubungan Republik Indonesia
2. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
3. Badan SAR Nasional
2.1.6 Terminal dan Peran Terminal
A. Pengertian Terminal
“Terminal merupakan titik dimana penumpang dan barang masuk atau
keluar dari sistem jaringan transportasi. Ditinjau dari sistem jaringan transportasi
secara keseluruhan, terminal merupakan simpul utama dalam jaringan dimana
sekumpulan lintasan rute secara keseluruhan bertemu. Dengan demikian terminal
merupakan komponen utama dalam sistem jaringan transportasi jalan yang
mempunyai peran dan fungsi yang sangat penting. Terminal bukan saja
merupakan komponen fungsional utama dari sistem, tetapi juga sering merupakan
prasarana dimana titik kemacetan mungkin terjadi. “
“Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM
132 Tahun 2015 Tentang Penyelengaraan Terminal penumpang angkutan jalan.
Terminal adalah pangkalan tempat kendaraan bermotor umum yang digunakan
untuk mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan
orang dan/atau barang serta perpindahan moda angkutan. “
“Adapun fungsi utama terminal dapat ditinjau dari tiga unsur yang terkait,
yaitu penumpang, pemerintah dan operator angkutan umum. Fungsi–fungsi
tersebut adalah sebagai berikut : “
1. “Fungsi terminal bagi penumpang adalah mempermudah perpindahan dari
satu moda ke moda lainnya atau dengan kata lain untuk mempercepat arus
penumpang menuju daerah tujuan dengan memperhatikan segi keamanan
dan kenyamanan, tersedianya fasilitas terminal dan informasi serta
fasilitas parkir kendaraan pribadi. “
2. “Fungsi terminal bagi pemerintah adalah perencanaan dan manajemen
lalu lintas serta pengendalian arus kendaraan umum untuk menghindari
kemacetan sekaligus sebagai sumber pendapatan daerah. “
3. “ Fungsi terminal bagi operator angkutan umum adalah untuk pengaturan
operasi bus, penyediaan fasilitas istirahat dan informasi bagi awak bus
dan sebagai fasilitas pangkalan. “
Menurut Undang–undang No. 14 tahun 1992, fungsi utama dari terminal“adalah sebagai pelayanan umum seperti, tempat untuk naik turun penumpang danatau bongkar muat barang, untuk pengendalian lalu lintas dan angkutan umum,serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi”.
“Tipe terminal Berdasarkan karakteristik dan fungsinya, menurut Keputusan
Menteri Perhubungan No. 31 tahun 1995, terminal Tipe C mempunyai fungsi
melayani kendaraan umum untuk angkutan pedesaan. Persyaratan lokasi terminal
Tipe C : “
1. “Terletak di wilayah kabupaten tingkat dua dan dalam jaringan trayek
angkutan pedesaan. “
2. “Terletak di jalan kolektor / lokal dengan kelas jalan paling tinggi
kelas III A. “
3. “Tersedia lahan yang sesuai dengan permintaan angkutan“
B. Peran Terminal
“Terminal dapat dianggap sebagai alat pemroses, dimana suatu urutan
kegiatan tertentu harus dilakukan untuk memungkinkan suatu lalu-lintas
( kendaraan, barang, dan sebagainya ) diproses penuh sehingga dapat meneruskan
perjalanan. Terminal adalah suatu fasilitas yang sangat komplek, banyak kegiatan
tertentu yang dilakukan disana, terkadang secara bersamaan, dan terkadang secara
paralel, dan sering menyebabkan kemacetan yang cukup mengganggu. Terminal
adalah titik penumpang dan barang memasuki serta meninggalkan suatu sistem
transportasi. Menurut Morlok (1995) Terminal bukan saja merupakan komponen
fungsional utama dari sistem transportasi tetapi juga merupakan prasarana yang
merupakan biaya yang besar dan titik kemacetan yang terjadi. “
Keberadaan terminal sangat penting untuk terlaksananya transportasi yang
dapat digunakan oleh masyarakat baik transportasi angkutan barang ataupun
angkutan orang. Pada hakikatnya terminal merupakan simpul dalam sistem
jaringan perangkutan jalan yang terdiri dari dua jenis terminal yaitu terminal
penumpang dan terminal barang. Menurut Warpani (2002) Keduanya merupakan
sarana transportasi jalan untuk menaikkan dan menurunkan penumpang/barang,
serta pengaturan kedatangan dan keberangkatan kendaraan umum sehingga
terminal harus dikelola dan dipelihara agar dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat dan angkutan jalan raya dengan baik dan termasuk didalamnya sarana
dan fasilitas yang harus ada di dalam terminal.
2.1.7 Sistem Operasi Terminal
A. Pengertian Sistem
“Menurut Azhar Susanto (2013) Sistem adalah kumpulan dari sub
sistem/bagian/komponen apapun baik fisik yang saling berhubungan satu sama
lain dan bekerja sama secara harmonis untuk mencapai satu tujuan tertentu.
Sedangkan menurut Sutarman (2009) sistem adalah sekumpulan elemen yang
saling berinteraksi pada suatu kesatuan dalam menjalankan suatu proses
pencapaian satu tujuan utama.Menurut Jogiyanto (2009) sistem dapat
didefinisikan dengan pendekatan prosedur dan pendekatan komponen. “
Sehingga, dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sistem adalah
sekumpulan elemen yang berupa sub sistem/bagian/komponen apapun yang
bekerja secara harmonis dan menjadi satu kesatuan untuk menjalankan suatu
proses dengan pendekatan prosedur dan komponen untuk mencapai satu tujuan
yang sama.
B. Pengertian Manajemen Operasi Terminal
“Kata operasi atau operations adalah kegiatan untuk mengubah masukan
(yang berupa faktor – faktor produksi/operasi) menjadi keluaran sehingga lebih
bermanfaat dari pada bentuk aslinya, keluaran tersebut dapat berbentuk barang
atau jasa. Adapun pengertian manajemen operasi yaitu : “
1. “Menurut Jay Hezler dan Barry Render (2005) manajemen operasi adalah
serangkaian kegiatan yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan
jasa dengan mengubah input menjadi output. “
2. “Menurut Djarwanto dan Pangestu Subagyo (2000) manajemen operasi
merupakan penerapan ilmu manajemen yang digunakan untuk mengatur
kegiatan produksi dan operasi agar dapat dilakukan secara efisien. “
Berdasarkan dua pengertian manajemen operasi di atas, dapat disimpulkan
bahwa manajemen operasi terminal adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk menghasilkan nilai dalam bentuk jasa dengan menerapkan ilmu manajemen
yang digunakan untuk mengatur kegiatan produksi dan operasi yang mengubah
input menjadi output agar dapat dilakukan secara efisien pada terminal.
C. Sistem Operasi Terminal
Berdasarkan pengertian sistem dan manajemen operasi terminal pada sub
bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa sistem operasi terminal adalah
serangkaian kegiatan yang berupa sekumpulan elemen, bekerja secara harmonis
dan menjadi satu kesatuan untuk menjalankan suatu proses dengan pendekatan
prosedur dan komponen untuk mencapai satu tujuan yang sama. Dilakukan untuk
menghasilkan nilai dalam bentuk jasa dengan menerapkan ilmu manajemen yang
digunakan untuk mengatur kegiatan produksi dan operasi yang mengubah input
menjadi output agar dapat dilakukan secara efisien pada terminal. Analisa dan
proses di terminal penumpang menurut Morlok (2005) akan diperlihatkan lebih
mudah dengan menggunakan bagan alir proses dengan menunjukkan kegiatan-
kegiatan yang dialami oleh penumpang, kendaraan, atau satuan lalu lintas pada
saat diproses melalui terminal yang dapat dilihat pada Gambar 2.3
(Sumber : Morlok,2005)
Gambar 0.3 Alur Proses Terminal Transportasi
2.1.8 Parkir dan Rumus Kapasitas Parkir
A. Pengertian Parkir
“Parkir adalah berhentinya kendaraan untuk sementara waktu karena dalam
waktu sebentar ditinggalkan oleh pengendaranya. Pengendalian atau pengelolaan
perparkiran dilakukan untuk mencegah atau menghilangkan hambatan dalam
sistem lalu lintas, mengurangi kecelakaan, menciptakan kondisi agar tempat
parkir digunakan secara efektif dan efisien, memelihara keindahan lingkungan
untuk menciptakan mekanisme penggunaan jalan secara efektif dan efisien
terutama pada luas jalan tempat terjadinya kemacetan lalu lintas. “
“Menurut Direktur Jendral Darat dalam Raharjo (2011): “
“keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara,sedangkan berhenti adalah keadaan tidak bergerak suatu keadaan untuksementara dengan pengemudi tidak meninggalkan kendaraannya.Kawasan parkiradalah kawasan atau areal yang memanfaatkan badan jalan sebagai fasilitas arkirdan tempat pengendalian parkir melalui parkir masuk”.
“Fasilitas Parkir menurut penempatannya dibagi menjadi dua yaitu, parkir di
badan jalan dan parkir diluar badan jalan, karena objek penelitian berada di luar
badan jalan maka fasilitas parkir yang dibutuhkan adalah fasilitas parkir di luar
badan jalan. “
B. Bentuk Pola Parkir
“Parkir dibagi menjadi dua Parkir di luar badan jalan diaplikasikan di
tempat-tempat yang tarikan perjalanannya besar agar kelancaran arus lalu lintas
dan kelestarian lingkungan tetap terjaga. Dengan demikian desain parkir di luar
badan jalan sangat perlu diselaraskan dengan kebutuhan ruang parkir (Dirjen
Perhubungan Darat, 1998). “
1) Pola Parkir Mobil Penumpang
a. Parkir Kendaraan Satu Sisi ( Sudut 90o , 30o 45o dan 60o)
b. Parkir Kendaraan Dua Sisi ( Sudut 90o , 30o 45o dan 60o)
2) Parkir Sepeda Motor
a. Parkir Kendaraan Satu Sisi
b. Parkir Kendaraan Dua Sisi
“Adapun penjelasan dari poin satu dan dua dapat dilihat pada gambar di
bawah ini : “
1) Mobil Penumpang
a Parkir Kendaraan Satu Sisi
Membentuk Sudut 900
(Sumber: Dirjen Perhubungan Darat, 1998)
Gambar 0.4 Pola Parkir Tegak Lurus
Membentuk Sudut 300, 450, 600
(Sumber: Dirjen Perhubungan Darat, 1998)
Gambar 0.5 Pola Parkir Sudut
b Parkir Kendaraan Dua Sisi
Membentuk sudut 900
(Sumber: Dirjen Perhubungan Darat, 1998)
Gambar 0.6 Parkir Tegak Lurus Behadapan
Membentuk sudut 300, 450, 600
(Sumber: Dirjen Perhubungan Darat, 1998)
Gambar 0.7 Parkir Sudut Berhadapan
2) Pola Parkir Sepeda Motor
a Pola Parkir Satu Sisi
(Sumber: Dirjen Perhubungan Darat, 1998)
Gambar 0.8 Pola Parkir Satu Sisi
b Pola Parkir Dua Sisi
(Sumber: Dirjen Perhubungan Darat, 1998)
Gambar 0.9 Pola Parkir Dua Sisi
2.1.9 Analisis Kapasitas Parkir
A. Satuan Ruang Parkir (SRP)
“Satuan Ruang Parkir (SRP) adalah tempat untuk satu kendaraan.
Dimensi ruang parkir menurut Ditjen Perhubungan Darat dipengaruhi
oleh : “
1. “Lebar total kendaraan“
2. “Panjang total kendaraan“
3. “Jarak bebas arah lateral“
Penentuan SRP untuk mobil penumpang diklasifikasi menjadi tiga golongan,
dapat dilihat pada tabel 2.2
Tabel 0.2 Satuan Dimensi Kendaraan
No JenisKendaraan
LebarJalur(m)
Dimensi (P xL x T)(m2)
JarakAntar
Kendaraan (m)
RadiusPutaran
(m)
TinggiLantai(cm)
KebutuhanRuang(m2)
1 BusAKDP/AKAP
3 11 x 2,5 x 3 1 12 60 45
2 AngkutanKota
2,7 7,5 x 2,2 x2,4
1 8 60 40,5
3 AngkutanPedesaan
2,5 4 x 1,55 x1,6
1 8 60 -
(Sumber : Abubakar,1997)
B. Volume Parkir
“Volume parkir adalah jumlah kendaraan yang termasuk dalam beban parkir
(yaitu jumlah kendaraan per periode waktu tertentu, biasanya per
hari).Perhitungan volume parkir dapat digunakan sebagai petunjuk apakah ruang
parkir yang tersedia dapat memenuhi kebutuhan parkir kendaraan atau tidak
(Hobbs, 1995).Waktu yang digunakan untuk parkir dihitung dalam menit atau
jam,menyatakan lamanya parkir. Perhitungan volume parkir dapat digunakan
sebagai petunjuk apakah ruang parkir yang tersedia dapat memenuhi kebutuhan
parkir kendaraan atau tidak. Berdasarkan volume tersebut maka dapat
direncanakan besarnya ruang parkir yang diperlukan apabila akan dibuat
pembangunan ruang parkir baru. Rumus yang digunakan yaitu: “
(Sumber: Hobbs, 1995)
Keterangan :
VP: Volume Parkir
Ei : “Jumlah kendaraan yang masuk“
X : “Kendaraan yang sudah ada sebelum waktu survei“
VP = Ei + X (kendaraan)
C. Lama Waktu Parkir (Durasi)
“Lama waktu parkir (parking duration) adalah lama waktu yang dipakai
setiap kendaraan untuk berhenti pada ruang parkir atau lama waktu yang
dihabiskan oleh pemarkir pada ruang parkir. Lamanya parkir dinyatakan dalam
jam. Suatu ruang parkir akan mampu melayani lebih banyak kendaraan jika
waktu parkirnya singkat, dibandingkan dengan ruang parkir yang digunakan
oleh kendaraan dalam waktu yang lama. “
“Menurut waktu yang digunakan, parkir dapat diklasifikasikan sebagai
berikut: “
1. “Parkir waktu singkat yaitu pemarkir yanga menggunakan ruang parkir
kurang dari satu jam dan untuk keperluan berdagang. “
2. “Parkir waktu sedang yaitu pemarkir yang menggunakan ruang parkir antara
1-4 jam dan untuk keperluan berbelanja. “
3. “Parkir waktu lama yaitu pemarkir yang menggunakan ruang parkir lebih dari
4 jam, biasanya untuk keperluan bekerja. “
“Dari lama parkir maka akan diketahui waktu yang akan dipakai pemarkir
untuk memarkir kendaraan pada petak parkir. Sedangkan untuk mengetahui rata-
rata lamanya parkir dari seluruh kendaraan selama waktu survai (sepuluh jam),
dapat diketahui dari rumus berikut : “
(Sumber: Hobbs, 1995)
Keterangan :
D : Rata-rata lama parkir/durasi (jam/kend).
Nx : Jumlah kendaraan yang parkir selama waktu tertentu
X : Jumlah dari interval.
I : Lamanya waktu setiap interval (jam).
Nt : Jumlah total kendaraan pada saat dilakukan survei
D= ( ) ( ) ( )
C. Disiplin Antrian
“Menurut Thomas J Kakiay disiplin antrian adalah aturan di mana para
pelanggan dilayani, atau disiplin pelayanan yang memuat urutan para pelanggan
untuk mendapatkan pelayanan. Namun, karena pengaplikasian dalam pembahasan
ini maka, pelanggan disini adalah angkutan pedesaan yang sedang menunggu
penumpang. Terdapat empat bentuk disiplin antrian menurut urutan kedatangan
antara lain : “
1. “First Come First Served (FCFS) atau First In First Out ( FIFO), di
mana pelanggan yang terlebih dahulu datang akan dilayani terlebih
dahulu. “
2. “Last Come First Served ( LCFS) atau Last In First Out (LIFO), di mana
pelanggan yang datang paling akhir akan dilayani terlebih dahulu. “
3. “Service In Random Order ( SIRO) atau Random Selection for Service
( RSS), di mana panggilan didasarkan pada peluang secara random. “
4. “Priority Service (PS), di mana prioritas pelayanan diberikan kepada
pelanggan yang mempunyai prioritas lebih tinggi dibandingkan dengan
pelanggan yang mempunyai prioritas lebih rendah. “
2.1.10 Ruang Khusus Ibu Menyusui
“Fasilitas khusus menyusui dan/atau memerah ASI yang selanjutnya disebut
dengan Ruang ASI adalah ruangan yang dilengkapi dengan prasarana menyusui
dan memerah ASI yang digunakan untk menyusui bayi, memerah ASI,
menyumpan ASI perah, dan /atau konseling menyusui/ASI. Adapun ukuran
ruangan yang harus disediakan adalah 3x 4 m2 berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2013 Tentang Tata Cara
Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui dan /atau Memerah Air Susu Ibu yang
dilengkapi peralatan kursi dan meja, wastafel dan sabun cuci tangan. “
2.1.11 Persyaratan Teknis Terminal Tipe C ( Fasilitas dan Luas )
Terdapat persyaratan teknis berupa jenis fasilitas dan luas faslitas yang
harus dibuat pada terminal sesuai dengan kebutuhan. Adapun standar persyaratan
teknis mengenai luas berdasarkan hasil studi Direktorat Jenderal Perhubungan
Darat dapat dilihat pada tabel 2.3
Tabel 0.3 Persyaratan Teknis ( fasilitas dan luasnya )
Kegunaan Kebutuhan luas (m2)A. KendaraanRuang Parkir ADES 900Ruang istirahat 30B. Pemakai JasaRuang Tunggu 480Sirkulasi orang 192Kamar mandi 40Kios 288Musholla 40C. OperasionalRuang administrasi 39Ruang Pengawas 16Retribusi 6Ruang Informasi 8Ruang P3K 15Luas Total 1.862
(Sumber : Hasil Studi Ditjendar)
2.2 Landasan Normatif
Landasan Normatif yang menjadi dasar hukum penyelesaian penelitian ini
adalah sebagai berikut :
2.2.1 Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 5 Tahun
2012
Peraturan nomor 5 Tahun 2012 ini mengatur Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Pada Pasal 43 ayat (1) menyatakan :
“Pencadangan sumber daya alam sebagaimana dimaksud dapatdilaksanakan melalui pembangunan taman keanekaragaman hayati di luarkawasan hutan, ruang terbuka hijau (RTH) paling sedikit 30% dari wilayah,dan/atau menanam dan memelihara pohon di luar kawasan hutan khususnyatanaman langka.”
2.2.2 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 40 Tahun 2015
Terminal sebagai aset publik wajib memberikan pelayanan yang dibutuhkan
oleh setiap pengguna atau masyarakat umum. Untuk memenuhi pelayanan yang
dibutuhkan diperlukan dasar hukum sebagai landasan untuk dijadikan standar
pelayanan bagi masyarakat.
“standar pelayanan adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedomanpenyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagaikewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayananyang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau dan terukur.”
“Peraturan menteri Perhubungan Nomor PM 40 Tahun 2015 dalam pasal 3
menyatakan bahwa Standar Pelayanan terminal penumpang wajib disediakan dan
dilaksanakan oleh penyelenggara terminal, yang disesuaikan menurut tipe
terminal. Adapun Standar pelayanan yang dimaksud adalah : “
1. Pelayanan Keselamatan, adalah pelayanan yang berkaitan dengan hal-hal
keselamatan semua individu yang menggunakan fasilitas terminal.
Pelayanan Keselamatan mencangkup Lajur pejalan kaki, tersedianya
fasilitas keselamatan jalan seperti marka jalan, rambu, penerangan jalan,
dan pagar, tersedianya jalur evakuasi, alat pemadam kebakaran, pos dan
fasilitas kesehatan untuk terminal tipe A dan B, sedangkan terminal tipe C
hanya fasilitas kesehatan saja, pos dan fasilitas pemeriksa kelaikan
kendaraan umum, fasilitas perbaikan ringan kendaraan umum untuk
terminal tipe A dan B saja, dan informasi ketersediaan fasilitas
keselamatan, kesehatan, pemeriksaan dan perbaikan ringan kendaraan
umum.
2. Pelayanan Keamanan, adalah pelayanan yang berkaitan dengan hal-hal
keamanan semua individu yang menggunakan fasilitas terminal. Yang
dapat dilihat dari segi fasilitas keamanan, terminal tipe A dan B selain
harus tersedianya pos keamanan, juga harus menyediakan kamera
pengawas dan titik pengamanan tertentu. Sedangkan untuk terminal tipe C
hanya membutuhkan pos keamanan saja.
3. Pelayanan Kehandalan/keteraturan, adalah pelayanan yang berkaitan
dengan kehandalan atau keteraturan beroperasinya terminal. Pelayanan ini
mencangkup jadwal keberangkatan dan kedatangan kendaraan umum yang
dilengkapi dengan besaran tarifnya, loket penjualan tiket, dan kantor
penyelenggara terminal. Loket penjualan tiket tidak harus disediakan oleh
terminal tipe C, namun wajib untuk terminal tipe A dan B. Kantor
penyelenggara terminal juga harus dilengkapi dengan control room, dan
SIM (Sistem Informasi Manajemen) Terminal dengan luas yang
disesuaikan dengan kebutuhan untuk terminal tipe A dan B, sedangkan
terminal tipe C tidak memerlukan control room dan SIM Terminal.
4. Pelayanan kenyamanan, merupakan pelayanan yang berkaitan dengan
kenyamanan semua individu yang menggunakan terminal. Pelayanan
kenyamanan mencangkup berbagai fasilitas penunjang kenyamanan
terminal, meliputi Ruang tunggu, toilet, fasilitas peribadatan, ruang
terbuka hijau, rumah makan, fasilitas kebersihan, tempat istirahat awak
kendaraan, area merokok, drainase, area dengan jaringan internet (hotspot
area), Ruang Baca, dan lampu penerangan ruangan. Terminal tipe C tidak
diharuskan untuk menyediakan fasilitas hotspot area dan ruang baca,
namun tetap harus menyediakan fasilitas kenyamanan yang lain dengan
penyesuaian luas, spesifikasi, dan berbagai kriteria lain yang sesuai
dengan kebutuhan.
5. Pelayanan kemudahan/keterjangkauan, adalah pelayanan yang berkaitan
dengan aksesbilitas semua individu untuk menggunakan terminal dan
fasilitasnya. Fasilitas yang harus disediakan untuk menunjang pelayanan
kemudahan diantaranya adalah, letak jalur kedatangan dan
pemberangkatan, tempat penitipan barang, fasilitas pengisian baterai,
tempat naik serta turun penumpang, dan tempat parkir kendaraan umum
dan pribadi. Terminal tipe C tidak diharuskan untuk menyediakan fasilitas
pengisian baterai dan tempat penitipan barang, namun fasilitas lain tetap
harus disediakan sesuai dengan kebutuhan.
6. Pelayanan Kesetaraan, adalah pelayanan yang berkaitan dengan kesetaraan
untuk semua individu, yakni fasilitas penyandang cacat (difable), seperti
terseidanya kursi roda, toilet khusus, dan ramp khusus, serta ruangan
untuk ibu menyusui yang lengkap dengan fasilitasnya. Terminal tipe C
tidak diharuskan untuk menyediakan fasilitas khusus penyandang cacat
(difable), namun terminal tipe C tetap diharuskan untuk menyediakan
ruangan khusus untuk ibu menyusui lengkap dengan berbagai fasilitasnya.
Setiap aspek pelayanan tersebut secara rinci diuraikan dalam Peraturan
Menteri Perhuungan nomor PM 40 tahun 2015 dapat dilihat di lampiran C.
2.2.3 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30 Tahun 2006
“Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30 Tahun 2006 Tentang
Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan. Peraturan ini memuat tentang ukuran dan detail penerapan standar
rambu dan marka sebagai berikut : “
1. “Penggunaan rambu dibutuhkan pada : “
a. “Arah dan tujuan jalur pedestrian“
b. “KM/WC umum, telepon umum“
c. “Parkir “
d. “Nama fasilitas dan tempat“
e. “Telepon dan ATM“
2. Persyaratan rambu yang digunakan :
a. “Rambu berupa tanda dan simbol internasional. “
b. “Rambu menerapkan metode khusus ( misal pembedaan
kontras warna). “
c. “Karakter latar belakang rambu harus dibuat dari bahan yang
tidak silau. Karakter dan simbol harus kontras dengan latar
belakangnya, apakah karakter terang di atas gelap atau
sebaliknya. “
d. “Proporsi huruf atau karakter pada rambu harus mempunyai
rasio lebar dan tinggi antara 3:5 dan 1:1, serta ketebalan
huruf antara 1:5 dan 1:10. “
e. “Tinggi karakter huruf da angka pada rambu harus diukur
sesuai dengan jarak pandang dari tempat rambu itu dibaca.
sistem c“
3. Lokasi penempatan rambu :
a. “Penempatan sesuai dan tepat serta bebas pandang tanpa
penghalang. “
b. “Satu kesatuan sistem dengan lingkungannya. “
c. “Cukup mendapat pencahayaan, termasuk penambahan
lampu pada kondisi gelap. “
d. “Tidak menganggu arus pejalan kaki dan sirkulasi buka tutup
pintu. “
Selain pemaparan di atas, peraturan ini didukung juga dengan hasil studi
Badan Litbang Pekerjaan Umum Departemen Pekerjaan Umum dan
kedua acuan ini dapat dilihat lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran D.
2.2.4 Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2014
Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
Pasal 3 ayat (2) yaitu :“Pengelolaan barang milik Negara/Daerah meliputi: perencanaan
kebutuhan dan penganggaran; pengadaan; penggunaan; pemanfaatan;pengamanan dan pemeliharaan; penilaian; pemindahtanganan; pemusnahan;penghapusan; penatausahaan; dan pembinaan, pengawasan dan pengendalian.”
2.2.5 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26 Tahun 2008
Alat Pemadam kebakaran untuk lingkungan perumahan, perdagangan
dan atau campuran yang mudah diterapkan adalah hidran halaman karena,
memudahkan instansi pemadam kebakaran untuk menggunakannya. Hidran
halaman harus peletakannya harus didepan halaman dan ditempat yang mudah
diakses pemadam kebakaran. Dengan minimal jarak yang dapat dicapai oleh
mobil pemadam kebakaran.
2.2.6 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995
“Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun
1995 Tentang Terminal Transportasi Jalan Pasal 15 bahwa dalam rancangan
pembangunan terminal harus memperhatikan : “
a “Fasilitas terminal penumpang yang diatur pada pasal 4, 5, dan 6“
b “Batas antara daerah lingkungan kerja terminal dengan lokasi lain
yang berada di luar terminal“
c “Batasan pemisahan antara lalu lintas kendaraan dan pergerakan
orang di dalam terminal“
d “Batasan pemisahan jalur lalu lintas kendaraan di dalam terminal“
e “Manajemen lalu lintas di dalam terminal dan di daerah
pengawasan terminal“
Pasal 4 Fasilitas terminal pada pasal 4 adalah fasilitas utama terminal,
sedangkan pada pasal 5 adalah fasilitas penunjang dan pada pasal 6 adalah
fasilitas untuk penumpang penderita cacat sesuai dengan kebutuhan.
2.2.7 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 132 Tahun 2015
“Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia
Nomor 132 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Terminal Penumpang
Angkutan Jalan. “
Pasal 6 mengenai penetapan lokasi terminal penumpang yang
ditetapkan oleh bupati Kabupaten Bandung Barat dengan memperhatikan :
a Tingkat Aksesibilitas pengguna jasa angkutan
Pembangunan suatu terminal harus memperhatikan
kemudahan akses yang dapat dijangkau oleh masyarakat pada
daerah sekitarnya.
b Kesesuaian lahan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional,
“Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, dan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten/Kota. “
“Pembangunan suatu terminal harus sesuai dengan zoning pada
daerah tersebut dan disesuaikan dengan kondisi lahan. “
c “Kesesuaian lahan dengan rencana pengembangan dan / atau
kinerja jaringan jalan dan jaringan trayek“
“Pembangunan terminal harus sesuai dengan rencana
pengembangan jaringan jalan dan jaringan trayek yang telah
ditentukan agar terminal dapat berfungsi dan saling terhubung
sesuai dengan jaringan jalan dan jaringan trayek yang telah
ditetapkan. “
d “Kesesuaian dengan rencana pengembangan dan / atau pusat
kegiatan“
Pembangunan terminal harus sesuai dengan rencana
pengembangan atau pusat kegiatan yang ada di sekitar tempat
tersebut.
e Keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan lain
Pembangunan terminal juga harus serasi dan seimbang dengan
pembangunan yang dilakukan di suatu tempat.
f Permintaan angkutan
Pembangunan suatu terminal juga harus memperhatikan
tingkat permintaan angkutan yang dibutuhkan masyarakat agar
keberadaan terminal tidak idle karena kurangnya permintaan
angkutan.
g Kelayakan teknis, finansial, dan ekonomi
Pembangunan terminal yang dilakukan harus dikatakan layak
secara teknis ( pembangunanannya ), finansial ( pendapatan yang
dihasilkannya ), ekonomi ( memberikan dampak ekonomi yang
baik pada masyarakat sekitar )
h Keamanan dan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan
Pembangunan terminal juga harus memperhatikan aspek
keamanan dan keselamatan lalu lintas di sekitarnya dan
keselamatan angkutan jalan dari segi jaringan jalan yang dilaluinya.
i Kelestarian fungsi lingkungan hidup
Pembangunan terminal juga harus memperhatikan dampak
yang diberikan terhadap lingkungan, dengan adanya kesesuaian
pada Ruang Terbuka Hijau, pengaturan drainase, dan pengelolaan
sampah yang dihasilkan
Pada Peraturan ini juga diatur mengenai zona pelayanan terminal yang
terbagi menjadi empat zona yaitu :
a Zona 1 ( Zona penumpang sudah bertiket )
Pada zona satu adalah zona yang dikhususkan untuk
penumpang yang sedang menunggu angkutan umum sehingga pada
zona ini diperlukan ruang tunggu utuk penumpang
b Zona 2 ( Zona penumpang belum bertiket )
Zona dua dikhususkan untuk penumpang yang belum memiliki
tiket dan lebih berfokus kepada penumpang yang akan membeli tiket
dan menentukan tujuan perjalanan. Sehinga pada zona ini diperlukan
fasilitas kesehatan, fasilitas komersial ( perdagangan), fasilitas
keamanan, tempat transit penumpang, fasilitas penyandang cacat,toilet,
ruang ibu hamil dan menyusui, ruang ibadah, tempat parkir, ruang
terbuka hijau dan ruang merokok.
c Zona 3 ( Zona Perpindahan)
Zona tiga merupakan zona perpindahan penumpang dari
berbagai jenis pelayanan angkutan penumpang umum.
d Zona 4 ( Zona Pengendapan)
Zona empat merupakan zona pengendapan atau tempat untuk
istirahat awak kendaraan dan pengendapan kendaraan umum.
Pembagian zona di atas dapat dilihat pada Lampiran E
2.2.8 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Tahun 2008
“Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi ini mengatur tentang
pertolongan pertama pada kecelakaan di tempat kerja. Terutama mengenai
fasilitas P3K di tempat kerja pada BAB III Pasal 8 ayat (1) mengenai Ruang
P3K, Kotak P3K dan isinya dan Alat Evakuasi. “
1. Lokasi Ruang P3K
a) “Dekat dengan toilet/kamar mandi “
b) “Dekat jalan keluar“
c) “Mudah dijangkau dari area kerja dan “
d) “Dekat dengan tempat parkir kendaraan “
2. Luas minimal ruang P3K
a) “Cukup menampung satu tempat tidur pasien“
b) “Dan masih terdapat ruang gerak bagu seorang petugas serta
cukup untuk penempatan fasilitas P3K lainnya ( wastafel,
kotak P3K dan isi) “
2.2.9 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun 2013
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun
2013 Tentang Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui dan /atau
Memerah Air Susu Ibu.
“Sarana dan prasarana Pasal 9 : ayat (1) Ruang ASI diselenggarakan pada
bangunan yang permanen, dapat merupakan ruang tersendiri atau merupakan
bagian dari tempat pelayanan kesehatan yang ada di Tempat kerja dan
Sarana Umum. Ayat (2) Ruang ASI harus memenuhi persyaratan kesehatan.
Ayat (3) setiap tempat kerja dan tempat sarana tempat umum harus
menyediakan sarana dan prasarana Ruang ASI sesuai dengan standar
minimal dan sesuai kebutuhan. “
“Pasal 10 : Persayaratan kesehatan yang dimaksud dalam pasal 9 ayat (2)
paling sedikit meliputi : “
a “Ruang khusus dengan ukuran 3 x 4 m2 dan atau disesuaikan“
b “Terdapat pintu yang dapat dikunci, mudah dibuka atau ditutup“
c “Laintai keramik/semen/karpet“
d “Ventilasi udara yang cukup“
e “Bebas polusi dan bebas potensi bahaya di tempat kerja“
f “Lingkungan cukup tenang “
g “Penerangan dalam ruangan cukup dan tidak menyilaukan“
h “Kelembaban berkisar 30-50% maksimum 60%“
i “Tersedia wastafel untuk cuci tangan dan peralatan“
“Penyediaan Ruang ASI di tempat sarana umum sebagaimana pada pasal 12
harus sesuai standar untuk Ruang ASI sekurang kurangnya memiliki kursi dan
meja, wastafel dan sabun cuci tangan.
( Sumber : Peneliti,2017)
Gambar 0.10 Kerangka Berfikir
Tabel 0.4 Penelitian Terdahulu
No Judul Penelitian Nama Peneliti Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan1. Redesain Purwantoro
Bus Station With GreenArchitecture Concept
Ewang Kurnianto,Chundakus Habsya danAryanti Nurhidayati
( 2013 )
1. Penggunaan green roof padabangunan ruang tunggu menambahruang terbuka hijau pada terminal.
2. Desain penataan sirkulasi dibuataman, mudah dan nyaman.
3. Tapak dirancang untuk mewadahiseluruh kegiatan kendaraan denganstandar tipe dan menambah beberaparuang sesuai kebutuhan
4. Desain tata ruang menggunakan polacampuran
1. Mengatur ulangsirkulasi penumpangdan bus
2. Mengatur ulang desaintata ruang untukterminal
3. Menambah RTH
1. Menggunakan konsepGreen Architecture
2. Tidak menghitung estimasiparkir pada terminal
3. Penelitian dilakukan padaTerminal Tipe B
2. Redesign Of Kalol BusTerminal
Deep D Shukla, Krupa RDave, dan J.D Raol
( 2017 )
1. Redesain terminal bus kalol akanmeningkat bila menggunakanteknologi terbaru
2. Dengan melakukan redesain padaterminal bus kalol, terminal tidakhanya dapat digunakan sebagaitransportasi akan tetapi untukkomersial juga
1. Mengatur fasilitastempat duduk untukruang tunggu
2. Mengatur ruang makan /toko penjual makanandi terminal
3. Mengatur peneranganpada terminal
1. Terlalu berfokus padateknologi terbaru danfasilitas komersial.
2. Tidak menghitung estimasiparkir pada terminal
3. Penelitian dilakukan padaTerminal bus
3. Penataan TerminalAngkutan Darat Towo’eTahuna di KabupatenKepulauann Sangihe
Vivi Arianty Tawaris,L.I.R Lefrandt, dan J.ATimboeleng
( 2013 )
1. Daya tampung termina setelah ditelitimenjadi 76 kendaraan dari 46kendaraan
2. Tingkat kedatangan sebesar 42kend/jam dengan rata- rata pelayananefektif 60 kendaraan /jam
3. Luas area terminal yang dibutuhkansampai tahun rencana 2022 dihitungdengan cara forecasting dengan luas20.616,05m2
1. Menghitung volumekendaraan yang masuk
2. Menghitung akumulasiparkir
3. Menghitung lama waktuparkir
4. Menghitung indexparkir
1. Tidak melakukanpenambahan fasilitas padaTerminal
2. Penelitian dilakukan padaTerminal Tipe A
( Sumber : Peneliti,2017 )