BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 GITAR DAN HARDCASE
2.1.1 Sejarah Gitar
Diketahui bahwa instrument musik gitar berawal sebelum tahun 1650. Disebut yang
diketahui karena banyak evolusi tentang instrument ini tidak diketahui tetapi hanya
diambil dari gambar-gambar, pahatan-pahatan dan lain-lainnya.
Gb. Patung sedang memainkan Tanbur
Alat musik Lute dari Eropa akan menjadi awalnya. Alat musik ini dikembangkan dari alat
musik Arab yang bernama Oud dan memiliki antara 12 sampai 24 senar dimana alat
musik ini dimainkan dengan memetik sepasang senar untuk 1 nada (seperti memainkan
gitar 12 senar). Sebenarnya dibuat dari Catgut (sheep intestine) dan fretnya dibuat dari
catgut yang diikat di seputar fingerboard/neck dengan beberapa fret dari kayu atau
gading yang dilekatkan pada ujung atas soundboardnya. Fret dan soundboard memiliki
6
ketinggian yang sama, berbeda dengan fret gitar jaman modern yang pada umumnya
lebih tinggi dari soundboardnya dan banyak inlaynya yang merupakan ornament-
ornamen. Bentuk instrument ini menyerupai buah pir dan dibulatkan belakangnya seperti
setengah bentuk buah melon. Bridge nya tidak memiliki sadlle dan tuning head nya mirip
biola.
Gb. Gitar Tanbur
Theorbo merupakan variasi dari lute dengan beberapa extra senar. Perbedaannya dengan
lute adalah bahwa Theorbo memiliki senar ekstra seperti tersebut diatas dan tuning head
sejajar dengan necknya, dimana tuning head untuk lute mirip dengan biola. Nada-
nadanya mencakup nada bass-bariton.
Arch lute merupakan instrument yang mirip dengan lute tetapi arch lute lebih condong
kearah melodi daripada lute.
7
Lute biasa distem dengan nada-nada tinggi. Jika gitar jaman sekarang distem di E, lute
distem di A ynag merupakan dua setengah nada lebih tinggi daripada E.
Lute bisa distem dan dimainkan sama gitar (finger picking atau pick). Ini dinamakan new
tuning. Bisa juga pasangan senar yang ketiga dari lute distem turun setengah nada dari
new tuning. Steman untuk lute juga tidak distandardisasi sebelum pertengahan tahun
1700-an. Para pemain bisa menyetemnya sesuai dengan kemauan mereka. Jadi tidak
harus distem di A.
Lute sendiri bukan merupakan nenek moyang langsung dari gitar,tetapi merupakan satu
dari pendahulunya. Yang penting disini ialah bahwa lute memberikan kontribusi besar
kepada perkembangan gitar sampai kepada bentuknya yang sekarang ini. Dan di Spanyol,
dimana gitar benar-benar dikembangkan, lute sering disamakan dengan moor yang
menyebabkan lute tidak begitu popular.
Instrumen lain yang tidak kalah kontribusinya dalam perkembangan gitar ialah
instrument Cittern. Instrumen ini juga berbentuk menyerupai buah pir dengan bagian
belakang yang rata, dengan empat atau lima pasang senar dari kawat dan dengan fretting
yang permanent apakah itu diatonic seperti Appalachian Dulcimer ataupun chromatic
seperti gitar modern. Tuning head sudah dipasang mirip seperti pada gitar atau mandolin.
Stemannya sama dengan mandolin (in fifths) dengan fingering dan chord yang sama dan
dimainkan dengan plectrum atau pick.
8
Guitarra Moresca merupakan instrument dangan 4 pasang senar dengan bentuk oval
menyerupai telur dan fretboardnya dilapisi dengan kulit seperti banjo. Popularitas
instrument ini adalah pada abad ke-13.
Guitarra Latina jaga merupakan instrument dengan 3 atanu 4 pasang senar dengan bentu
body yang kecil menyerupai ukulele baritone dan gitar parlor. Instrumen ini cukup
popular pada abad ke-13. Fretboardnya dibuat dari kayu tetapi sisanya menyerupai
Guitarra Moresca.
Guittern merupakan instrument dengan 5 pasang senar dan diamainkan dengan
fingerpicking atau pick. Bentuknya bervariasi tetapi yang paling umum adalah seperti
bentu biola dan mempunyai bridge dan tailpiece yang bisa mengencangkan senar,
walaupun kadangkala senar dikencangkan di bridge tanpa saddle. Setiap pasang senar
distem menurut unison tapi kadang-kadang distem secara oktaf.
Chittarra Battente adalah instrument yang menggunakan senar kawat dan mempunyai
soundboard yang sudutnya dibuat ke belakang body. Populer di tahun 1500an dan
menggunakan fret permanent dari besi.
Bandora merupakan variasi dari cittern dengan bagian body belakang yang rata dan
berbentuk mirip denagn A-Style mandolin.
9
Gb. Gitar Vihuela
Vihuela De Mano berasal dari Spanyol dan merupakan instrument denagn enam pasang
senar. Bodynya cukup besar seperti gitar klasik jaman sekarang dan mempunyai beberapa
lubang suara di atasnya. Instrumen ini menggunakan fixed bridge dan kemungkinan
merupakan nenek moyang langsung dari gitar 12 senar USA yang masuk ke Amerika
Utara melalui Mexico, Texas dan Louisiana.
Four Course Guitar memiliki 4 pasang senar, body berbentuk gitar dan soundboard yang
rata, bridge dari lute dan bagian belakang daibuat setengah melengkung tetapi tidak
terlalu membentuk bulatan. Instrumen ini berukuran seperti gitar anak-anak.
Five Course Guitar muncul sekitar tahun 1490 dan mirip dengan four course guitar
dengan tambahan satu pasang senar bass. Instrumen ini dinamakan juga English Guitar.
Baroque Guitar muncul pada awal abad ke-17. Gitar ini menggunakan senar nilon,
mempunyai body yang panjang dan slim dengan bagian atas dan bawah yang sama
10
besarnya. Tuning headnya dibuat dari kayu dan dipasang seperti pada gitar klasik.
Fretnya apakah terbuat dari kayu, metal ataupun gading adalah permanent.
Semua Instrumen yang diatas kebanyakan mempunyai fingerboard yang sama tingginya
dengan soundboardnya. Fingerboardnya yang dinaikkan seperti sekarang ini belum ada
sampai dengan Parlor Guitars.
Six String Guitar gitar yang sebenarnya, belum berkembang sampai dengan tahun 1750.
Parlor Guitars sangat mirip dengan Baroque Guitar dengan perkecualian bahwa tuning
untuk Parlor Guitars biasanya lebih mekanikal. Kira-kira setelah 1820, bagian bawah
body dibuat lebih besar dari bagian atasnya. Gitar ini mirip dengan Washburn tahun
1887.
Gitar klasik modern yang kita lihat sekarang ini belum berkembang sampai tahun 1840 di
Spanyol.
2.1.2 Hardcase Gitar
2.1.2.1 Sejarah
Awal mulanya hardcase ini memang sulit sekali mencari literaturnya, tetapi pada jaman
ditemukannya alat musik gitar mungkin diyakini hardcase mulai dibuat. Awalnya gitar
dibuat tanpa adanya pembungkus untuk menyimpannya. Tetapi ketika gitar mulai
berkembang maka kebutuhan akan suatu alat/aksesoris untuk menyimpannya ini timbul.
11
Selain untuk menyimpan alat ini awalnya digunakan guna untuk menghindari dari
pencuri, selain itu juga dengan dibuatnya casing gitar tersebut untuk menambah
kepraktisan dalam membawa gitar.
Gb. Hardcase gitar
Ada dua macam casing gitar yaitu softcase gitar dan hardcase gitar, perbedaan kedua
pembungkus ini terletak pada bahan yang dipakai, apabila softcase gitar terbuat dari
bahan kain yang tahan air, dan ringan untuk dijinjing. Untuk hardcase berbahan kayu
yang mana dijadikan kerangkanya yang kemudian dilapisi kain. Hardcase ini lebih berat
dibandingkan softcase juga keamanannya lebih terjamin, maksudnya benturan terhadap
gitar dapat dihindari.
Hardcase gitar digunakan untuk menyimpan dan melindungi gitar dari goncangan yang
dapat mengakibatkan rusaknya gitar tersebut. Dengan memiliki bentuk yang kokoh
sehingga dapat melindungi gitar, dan juga praktis dapat dijinjing dengan menggunakan
tangan. Terdapat banyak sekali model hardcase, itu tergantung pada ukuran dan bentuk
dari gitar yang dimiliki, apakah gitar akustik atau gitar elektrik maupun gitar semi akustik
12
yang memiliki ketebalan yang berbeda. Namun selain itu juga, hardcase gitar memiliki
peranan yang penting selain melindungi gitar juga praktis dalam penggunannya.
2.1.3 Macam Bentuk dan Warna
Untuk Bentuk casing gitar ini disesuaikan dengan bentuk gitar yang ada, apakah
bentuknya kotak, persegi panjang, tebal atau tipis, ada juga yang menyesuaikan dengan
bentuk benda lainnya, sehingga kini lebih variatif. Tetapi awalnya bentuk casing ini
berbentuk sederhana dan bahannya pun masih terbuat dari bahan kain yang tebal. Tetapi
seiring dengan perubahan waktu, bahan dan bentuknya pun menjadi lebih variatif.
2.2 Batik
Batik Kata Batik berasal dari bahasa jawa"amba" yang berarti menulis dan "titik". Kata
batik merujuk pada kain dengan corak yang dihasilkan oleh bahan "malam" (wax) yang
diaplikasikan ke atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna (dye), atau dalam
Bahasa Inggrisnya "wax-resist dyeing".
Batik : Ialah proses pembuatan gambar pada kain dengan mempergunakan alat yang
bernama canting dengan bahan malam, yang selanjutnya dilakukan proses pewarnaan
dengan proses pencelupan.
13
2.3 Sejarah Batik
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari
budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa
lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian,
sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai
ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini.
Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis
maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak "Mega Mendung", dimana di beberapa
daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.
Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik
memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai
oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti
para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti
merah dipopulerkan oleh orang Tionghoa, yang juga mempopulerkan corak phoenix.
Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak
bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda
yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna
kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya,
dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak
memiliki perlambangan masing-masing.
Teknik membatik telah dikenal sejak ribuan tahun yang silam. Tidak ada keterangan
sejarah yang cukup jelas tentang asal usul batik. Ada yang menduga teknik ini berasal
14
dari bangsa Sumeria, kemudian dikembangkan di Jawa setelah dibawa oleh para
pedagang India. Saat ini batik bisa ditemukan di banyak negara seperti Indonesia,
Malaysia, Thailand, India, Sri Lanka, dan Iran. Selain di Asia, batik juga sangat populer
di beberapa negara di benua Afrika. Walaupun demikian, batik yang sangat terkenal di
dunia adalah batik yang berasal dari Indonesia, terutama dari Jawa.
Indonesia adalah negara kepulauan yang paling luas di seluruh dunia. Terletak di Asia
Tenggara dan terdiri atas bermacam-macam pulau, serta jumlahnya lebih dari dua ratus
ribu. Luas tanahnya kira-kira lima kali ganda daripada Jepang dan penduduknya lebih
dari dua ratus juta orang.
Mengenai teknik celup dan tenun tradisional, kata orang tekniknya juga mencapai
sebanyak jumlah pulau atau suku. Motifnya atau warnanya berbeda berdasarkan masing-
masing desa. Oleh karena itu, Indonesia adalah negara terkemuka dalam bidang celup dan
tenun tradisional.
Selain batik yang sangat disenangi oleh orang Jepang dengan namanya“Jawa
Sarasa” , di Indonesia ada teknik celup dan tenun seperti ikat, simbut, tritik, pelangi,
pentol, dan lain-lain. Diantaranya, batik, ikat, pelangi, dan tritik (semua itu memang
bahasa Indonesia) sudah menjadi kata-kata internasional. Latar belakang yang
penginternasionalan kata-kata bahasa Indonesia tersebut berdasarkan hasil usaha peneliti
ilmu Antropologi orang Belanda seperti Rouffaer, Jasper, dan sebagainya. Sejak akhir
abad ke-19 sampai permulaan abad ke-20, hal itu mulai diperkenalkan oleh Rouffer di
Eropa.
Daerah penghasil batik adalah sekitar Sumatera selatan (Palembang dan Jambi),
15
Pulau Jawa, Pulau Madura, dan sebagian Pulau Bali. Di dalam Pulau Jawa, daerah
pedalaman (terletak Yogyakarta dan Surakarta), dan daerah pesisir yang diwakili
Pekalongan dan Cirebon merupakan dua daerah penghasil batik terbesar.
Tentang sejarah batik, asal usulnya belum terang karena tidak ada data, literatur,
dan benda nyata kain-kain. Semua itu sudah menjadi busuk sebab iklim Indonesia adalah
iklim tropis yang suhu tinggi dan kelembaban udara tinggi.
Kemudian, pembatik terpilih kerajinan tangan yang halus bagi wanita dan
perempuan keluarga raja dan bangsawan kraton. Pembatik makin lama makin menjalar di
dalam kraton. Akan tetapi, orang awam tidak dapat membatik karena bahan bakunya
jarang ada dan terlalu mahal. Pada akhir abad ke-16 di daerah pesisir, perdagangannya
mendapat kemajuan pesat sekali, sebab itu usaha dagang daerah itu berkembang.
Sehingga sejemlah besar bahan baku batik (kain putih dan lilin) diimpor dari India, Timor
atau Sumatera, harganya turun secara besar-basaran. Jadi, orang awam juga bisa
membuat batik yang lambang penguasa para raja dan bangsawan. Kemudian, pada
permulaan abad ke-17, bahan celup bernama“soga” ditemukan, dan pada akhir abad ke-
17, mulai membatik dengan maksud untuk penjualan dan keuntungan. Setelah itu, di
bawah kekuasaan Belanda dimajukan pembuatannya.
Di dalam situasi itu, raja dan sultan Yogyakarta dan Surakarta menetapkan motif
khusus untuk raja, keluarga raja, dan bangsawan, yaitu motif larangan. Mereka memakai
batik bermotif larangan dan membedakan batik orang awam. Waktu tentara Jepang
mengadakan pemerintahan militer, kraton itu menghadapi kesukaran dana secara
abnormal, akibatnya terpaksa melepaskan dan menjual batik corak larangan dan batik
berharga. Akhirnya batik larangan dihapuskan dan orang awam boleh memakainya.
16
Sekitar pertengahan abad ke-19, setelah“canting cap” (biasanya disebut hanya“cap”
saja) direkacipta, jumlah produksinya bertambah. Sebagai akibat mulai diproduksi batik
di pabrik, jumlah pabrik dan bengkel batik bertambah, sekaligus industri batik lahir.
Setelah Perang Dunia, industri batik mundur karena kurang bahan bakunya, tetapi
membangun kembali di bawah orde Sukarno yang melontarkan kebijaksanaan“Sandang
Pangan Rakyat” yang memandang batik sebagai pakaian umum. Pada tahun 1955, GKBI
(Gabungan Koperasi Batik Indonesia) yang dibentuk pada tahun 1948 di Yogyakarta
mendapat perlindungan seperti tunjangan harga kain putih dan hak peredaran monopoli.
Pemerintah menargetkan menyuplai batik cap yang murah kepada orang awam. Para
pembatik di berbagai daerah menghasilkan banyak keuntungan di bawah
kebijaksanaannya. Akan tetapi, dari tahun 1956 sampai tahun 1957 bermacam-macam
pakaian yang harganya murah mulai diimpor seiring dengan pengenduran pembatasan
impor, jadi zaman keemasan pengusaha batik sudah selesai. Kemudian, kesadaran rakyat
terhadap pakaian menujukan perubahan yang pesat di kalangan penduduk kota, anak-
anak, dan pria. Oleh karena itu, orang yang mengenakan pakaian Barat bertambah lebih
lanjut.
Di bawah orde Soeharto, kebijaksanaan kemajuan ekonomis dijalankan maka
kebijaksanaan perlindungan pengusaha batik dihapuskan. Ironisnya target kebijaksanaan
Soekarno itu, direalisasikan oleh perusahaan pakaian dan tekstil yang berkembang di
lingkungan ekonomi baru. Kemudian, sebagian besar pengusaha batik yang menjadi biasa
pembuatan batik cap murah terdesak oleh perusahaan tersebut di atas, terpaksa beralih ke
usaha yang lain atau menutup usaha.
Pada awal tahun 1970-an, teknologi print batik muncul. Oleh sebab itu, batik tulis
17
dan batik cap semakin tergeser oleh print batik. Tanpa perlu dikatakan, pasaran batik tulis
dan batik cap kalah bersaing dengan print batik yang dapat diproduksi massa. Di dalam
keadaan itu, khawatir akan masa depan pembatik dan tradisi batik. Kalau berhadap-
hadapan kain-kain dijual dengan posisi konsumen, apa bedaannya antara print batik dan
batik yang dibuat secara teknik tradisional? Dasarnya print batik tidak dibuat sebagai
barang yang bermutu tinggi, tetapi dibuat barang yang bermutu rendah.
Sebaliknya, Iwan Tirta, Josephine Komara, dan sebagainya membuat“batik generasi
baru” yang mempunyai kemewahan dan rasa kelas tinggi yang misalnya dipakai benang
emas dan perak serta digunakan sutera bukan katun. Batik yang mereka menjadi populer
di kalangan wanita kota-kota Indonesia dan luar negeri. Pengusaha batik generasi baru
biasanya dinamakan“pencipta tekstil” atau“kreator tekstil”.
Makin lama makin terang pada awal tahun 1990-an, secara garis besar permintaan
batik terbagi tiga pasaran, yaitu kelas tinggi, kelas menengah, dan kelas rendah. Di dalam
pasaran tersebut, segi kwantitas pasaran kelas rendah menduduki perbandingan secara
mutlak karena sebagian besar penduduknya tinggal di desa-desa, kemudian ada banyak
wanita yang riwayat pendidikan dan pendapatan rendah. Oleh karena itu, pasaran batik
kelas rendah menjadi terbasar. Permintaan batik kelas tinggi masih kukuh sebab ada adat
yang memakai batik tulis bermotif dan berwarna tradisional waktu berdandan di Jawa.
Hal tersebut di atas terjadi dengan lumrah di dalam ekonomi modern yang modal
raksasa dan teknologi mesin mendesak industri tradisional kecil-kecilan yang bergantung
pekerjaan tangan.
Batik yang menarik dunia ini tidak hanya batik generasi baru, batik tulis, dan batik
cap saja. Selain itu, jangan melupakan pakaian, barang kelongtong, dan produksi interior
18
yang mencetak motif batik seperti bunga, garuda,parang, dan lain-lain. Barang-barang
tersebut sudah menjadi populer di kalangan baik orang Indonesia maupun orang asing
karena dapat menegaskan kembali identitasnya bagi orang Indonesia. Untuk orang asing
seperti turis, barang-barang tersebut di atas menjadi kenang-kenangan perjalanannya.
Akhirnya, daya tarik batik bukan tiga pasaran dan barang-barang bermotif batik
berpencar-pencar, melainkan saling merangsang, meningkatkan nilai keadaannya, dan
memainkan harmoni, yaitu hidup berdampingan dan makmur bersama.
2.3.1 Batik Cirebon
Dalam catatan sejarah, ragam hias batik Cirebon tidak terlepas dari sejarah pembauran
kepercayaan, seni dan budaya yang dibawa etnis dan bangsa pada masa lampau.
Sebelumabad ke-20, Cirebon yang memiliki pelabuhan laut menjadi sebuah kota
perdagangan hasil bumi antar pulau yang ramai dikunjungi pedagang dari berbagai etnis,
serta saudagar asal Cina maupun Timur Tengah.
Pertemuan antar etnis dan budaya melalui jalur perdagangan ini, telah memberi akses
pengaruh terhadap corak seni budaya daerah Cirebon. Pengaruh budaya itu bisa terlihat di
antaranya pada kereta kebesaran dua keraton yang ada di Cirebon. Masing-masing singa
barong dan peksi naga liman di Keraton Kanoman.Bentuk binatang khayal berupa singa
barong dan peksi naga liman merupakan wujud perpaduan budaya Cina, Arab dan Hindu
terlukis pula pada ragam hias batik Trusmi.
Di Cirebon terdapat dua macam ragam hias batik, yakni pesisiran dan keraton. Batik
pesisir, motifnya banyak ditandai dengan gambar flora dan fauna, seperti binatang laut
dan darat, ikan, pepohonan, dedaunan. Sedang batik keraton motifnya cenderung berupa
19
ornamen berupa batu-batuan (wadas), kereta singa barong, naga seba, taman arum, dan
ayam alas.
Ragam hias batik keraton terbagi dalam dua jenis, pertama yang biasa dipergunakan para
pungguwa atau abdi dalem. Batik untuk punggawa ragam hiasnya kuat dan besar. Kedua,
yang biasa dipergunakan para ningrat ragam hiasnya halus dan kecil. Warna-warna batik
asli Cirebon , umumnya berwarna sogan, hitam, biru tua dan kuning.
Pengaruh budaya dan kepercayaan pada corak dan motif batik Cirebon, diantaranya
disimbolkan pada batik piring dan piring selampad. Ragam hias batik tersebut diilhami
oleh susunan piring porselen Cina yang dipakai hiasan dinding Astana Gunung Jati dan
keraton. Ragam hias bergaya Cina ini merupakan pengaruh akumulasi selera juragan-
juragan batik keturunan Cina waktu itu.
Batik keluaran juragan Cina ini pada umunya berwarna merah, biru, hijau dan putih. Itu
menjadi warna khas batik pesisir.
Ragam hias juga diadopsi dari simbol-simbol yang berkaitan dengan mitos sejarah,
seperti pada ragam hias pusar bumi, yang menggambarkan sebuah lubang di puncak
Gunung Jati tempat pemuka agama Islam bermusyawarah, atau batik ayam alas gunung
yang menjadi perlambang penyiaran dan penyebaran agama Islam dari Bukit Gunung
Jati. Kemudian Batik taman arum sunyaragi yang melambangkan sebuah taman yang
harum tempat para raja bersemedi untuk mendekatkan diri pada Yang Maha Pencipta.
Besarnya pengaruh budaya dan kepercayaan pada ragam hias batik, diantaranya ada yang
terasa begitu kental dengan kepercayaan berbau “mistik”. Sebut saja misalnya nama batik
kapal keruk, menurut kepercayaan sangat baik dipakai mereka yang ingin menambah dan
menggali ilmu. Lain halnya dengan batik kapal kandas, batik ini konon sebaiknya dipakai
20
oleh orang yang sudah matang dan dewasa dalam segalanya, tangguh menghadapi liku-
liku kehidupan dalam menggapai maksud tujuan.
2.2.1.1 Mega Mendung
Batik Cirebon memiliki macam ragam hias/motif, salah stunya ialah Mega Mendung.
Motif ini merupakan ciri khas dari batik Cirebon, karena motifnya beda dari pada yang
lainnya yaitu menggambarkan gumpalan awan besar di langit. Namun bentuknya tidak
spesifik, motif ini mengalami berbagai perubahan bentuk sampai bentuknya memiliki ciri
khas. Awalnya batik ini dipengaruhi oleh berbagai negara, dan berbagai macam agama
dan aliran. Terutama agama Islam sangat mempengaruhi motif ini karena dalam ajaran
Islam melarang untuk membuat sesuatu yang bernyawa. Warna pada motif ini terdapat
gradasi warna yang menjadikan motif ini cukup unik. Sehingga warna yang mendominasi
pada motif ini dijadikan judul pada suatu karya saya.
Gb. Mega Mendung
21
2.3 Bordir
Bordir atau sulam berasal dari kata embroidery dalam bahasa Inggris dan dalam bahasa
Belanda dikenal dengan nama borduursel yang kemudian dikenal oleh masyarakat
Indonesia menjadi kata border.
Menurut kamus Purwadarmita, sulaman berarti bordir suji, atau tekat
Menurut New International Dictionary bordir ialah :
The art of working raised and ornamental design in threads in threads of silk, cotton,
gold, silver, or other material upon a woven ground, usually a fabric; also, any design
produced or executed according to this art in all case, by the use of needle.
Bordir telah menghiasi kain selama berabad-abad. Itu bermula ketika manusia gua
menjahit kulit menjadi satu menggunakan jarum besar dan selanjutnya berkembang
menjadi cara dekorasi mereka. Bordir, seni mendesain bentuk dekorasi dengan tangan
atau mesin jahit, telah ada lamanya hampir sama dengan pakaian itu sendiri. Fakta
menunjukan bahwa leluhur Mesir, Babilonia, dan Yahudi menggunakan bordir untuk
menghiasi jubah mereka. Para pendeta pun menghiasi pakaian mereka dengan bordir.
Mereka memiliki gayanya tersendiri yang menyebar ke Negara lain seperti Spanyol.
Bordiran pendeta mempengaruhi banyak Negara Eropa.
Karya bordiran tertua masih ada tecatat pada abad pertengahan ketika bordir jarang
digunakan di jubah kegerejaan seperti halnya pakaian. Itu mewakili tanda kekayaan, dan
22
pedagang kaya dan saudagar yang bersedia membayar sejumlah uang untuk pakaian
bordiran mewah. Contoh yang hebat dari periode ini adalah Tapestry Bayeux, yang dibuat
tahun 1080 dimana panjangnya 231 kaki dan menceritakan perang Hastings tahun 1066.
Salah satu contoh awal dari bordir adalah sarung pelana kuda yang ditemukan di St.
Petersburg. Tertanggal abad ke-4 SM dan itu dihiasi dengan motif raja, koki, pertarungan
hewan, dan monster mistis.
Berbagai macam gaya dan pemakaian dari bordir digunakan di berbagai Negara dan
budaya. Dari abad ke-16 di Inggris, membordir digunakan untuk jubah anggota kerajaan,
penutup dinding, bantal, dan karpet. Pakaian berpola daun Baroque yang dramatis.
Sementara di Turki, emas dan warna sutra digunakan untuk menghasilkan gaya desain
“buah Delima”. Di Persia pola geometris menjadi trend di abad ke-16 Jacob Schiess
memulai pendirian pabrik bordir komersial pertama yang tahun 1848 di N.Y. Ia datang
dari Swiss dan dengan setahun telah memiliki pabrik bordir. Semua jahitan dikerjakan
dengan tangan oleh 15 wanita, dengan desain jahitan tangan yang indah.
Perkembangan mesin bordir tidak terjadi hingga tahun 1800. Joshua Heilmann dari
Mulhouse, bekerja di desain mesin tangan bordiran. Melaluinya tidak menjual banyak,
tapi merevolusionerkan industri bordir. Penemuan Heilmann dengan cepat diikuti dengan
metode bordir pintal dan bordir tusuk rantai.
Awal dari bordir pintal pada tahun 1860 ketika Sir Issac Groebli, dari St. Gallen, Swiss,
terinspirasi dari karya yang dihasilkan oleh mesin jahit. Sekitar tahun 1870 disana
23
terdapat 14 pabrik perusahaan mesin bordir di Swiss menghasilkan mesin bordir-tenun
tangan. Sekarang ini terdapat 4 perusahaan mesin bordir “schiflli”. Di tahun 1873,
Alphonse Kursheedt mengimpor 12 bordir tenun tangan baru dari St. Gallen,
membuatnya menjadi orang Amerika pertama yang memekanisasikan proses bordir.
Pintalan menggunakan berbagai jarum dan improvisasi mengagumkan melebihi proses
tua dari jahitan tangan. Mereka bagaimanapun digerakan manual.
Dengan segera setelahnya, Isaac Groebli dari Swiss menciptakan mesin bordir “schiffli”
praktis pertama. Mesin ini berdasarkan pokok-pokok yang dikenal sebagai penemuan
awal mesin jahit. Mesin Groebli memanfaatkan kombinasi terus-menerus dari jarum
berbenag dan pintalan berisi gulungan benang. Pintalan itu sendiri menyerupai lambung
kapal. “Schiffli” artinya kapal kecil dalam dialek Swiss dalam bahasa Jerman, jadi
mesinnya dikenal sebagai mesin “schiffli”.
Tahun 1876, Kursheedt memulai ekspor sejumlah mesin”Schiffli” ke Amerika, dengan
cara demikian membuatnya pendiri asli industri bordir schiffli di Amerika Serikat. Dr.
Robert Reiner, pendiri Robert Reine, Inc., Weehawken, dating ke Amerika Serika tahun
1903 di awal umur 30an. Menyadari potensi dari industri bordir. Ia mengajak perusahaan
mesinVoglandishe, bekerja untuk Plauen-Germany, untuk menunjukannya sebagai agen
Amerika. Ini awal impor mesin bordir masal ke Hudson, utara New Jersey. Bank
menetapkan kredit jangka panjang untuk pembeli. Dr. Reiner membuat hal itu
memungkinkan untuk ratusan imigran Austria, Jerman, dan Swiss di New Jersey untuk
menjadi pengusaha pabrik bordir.
24
Hiasan bordir berwarna mulai ramai pada pertengahan abad ke-20. Di Yordania, Turki
dan Bokhara terdapat hiasan bordir pada sutera yang mengikuti motif bunga-bunga yang
marak warnanya. Turki sendiri telah menciptakan hiasan bordir yang memadukan emas
dengan sutera berwarna tepatnya dimulai pada sekitar abad ke-16. Sampai hiasan bunga
Tulip khas negeri Belanda pun tidak terlewatkan dari desai bangsa Turki.
Hiasan ini pun berkembang pesat di benua Amerika. Ada dekorasi bordir yang
dipengaruhi oleh budaya suku Indian. Misalnya ada tambahan bulu-bulu pada bordirnya.
Lalu, di daratan Amerika Selatan, tentunya hiasan bordir dipengaruhi oleh nuansa-nuansa
berbau Spanyol. Sampai akhirnya, hiasan bordir tersebut ikut meramaikan padang rumput
di bagian Afrika Barat dan Zaire sebagai hiasan yang sedap dipandang oleh mata.
Terbukti, masing-masing daerah, bahkan negara memiliki sejarah dan perkembangan
unik mengenai dunia hiasan bordir. Patut kita berterima kasih kepada budaya zaman
dahulu kala yang memulai hiasan bordir ini, sebab dengan adanya benang dan jarum yang
berhasil dipadukan dengan bahan kain, lapangan pekerjaan dan roda pergerakan ekonomi
berhasil terbantu. Hal ini setidaknya berlaku di Indonesia, kala krisis ekonomi
menghimpit bangsa ini.
Industri berkembang hingga 1938, ketika tiba-tiba 2 sumber untuk mesin manufaktur di
Plauen, Germany, Arbon, dan Swiss berhenti beroperasi karena PD2. Tanpa mesin
tambahan masih memproduksi hingga 1953, ketika Robert Reiner Inc. memperkenalkan
25
mesin Schiffli buatan Amerika pertama. Berangsur-angsur, improvisasi dibuat pada
mesin buatan Amerika sebaik Swiss dan Jerman. Sekarang ini computer memainkan
peranan penting dalam proses bordir.
2.4 Visual Warna
Pada masa sekarang orang memilih warna tidak hanya sekedar mengikuti selera
pribadi berdasarkan perasaannya saja, tetapi telah memilihnya dengan penuh kesadaran
akan kegunaannya. Pada abad ke-15, lama sebelum para ilmuan memperkenalkan warna,
Leonardo da Vinci menemukan warna utama yang fundamental, yang kadang-kadang
disebut warna utama psikologis, yaitu merah, kuning, hijau, biru, hitam dan putih. Kini
para ilmuawan memperkenalkan keterlibatan warna terhadap cara otak menerima serta
menginterpretasikan warna. Kemudian perkembangan bidang psikologi juga membawa
warna menjadi objek perhatian bagi para ahli psikologi.
Para ilmuan yakin bahwa persepsi visual terutama bergantung kepada interpretasi otak
terhadap suatu rangsangan yang diterima oleh mata. Warna menyebabkan otak bekerja
sama dengan mata dalam membatasi dunia eksternal. Menurut penelitian, manusia
mempunyai rasa yang lebih baik dalam visi dan lebih kuat dalam persepsi terhadap warna
dibandingkan dengan bintang.
Konflik antara warna dan bentuk terhadap persepsi manusia telah dipelajari oleh ahli-ahli
psikologi. Pengenalan bentuk merupakan proses intuisi. Eksperimen menunjukan bahwa
26
anak-anak bila disuruh memilih objek yang sama antara warna dan bentuk, hampir selalu
memilih objek yang berwarna.
Marian L. David dalam bukunya Visual Design in Dress (1987:199), menggolongkan
warna menjadi dua, yaitu warna eksternal dan internal. Warna eksternal adalah warna
yang bersifat fisika dan faali, sedangkan warna internal adalah warna sebagai persepsi
manusia, cara manusia melihat warna kemudian mengolahnya di otak dangan cara
mengekspresikannya.
Sudah umum dikenalkan bahwa warna dapat mempengaruhi jiwa manusia dengan kuat
atau dapat mempengaruhi emosi manusia. Warna dapat pula menggambarkan suasana
hati seseorang. Pada seni sastra baik sastra lama maupun sastra modern, puisi maupun
prosa, sering terungkap perihal warna baik sabagai kiasan atau sebagai perumpamaan.
Telah banyak dibuktikan melalui percobaan-percobaan bahwa warna mempengaruhi
kegiatan fisik dan mental. Warnapun telah dipergunakan untuk alat penyembuhan
penyakit mental.
Pada agama atau kepercayaan-kepercyaan hal tersebut sering diceritakan. Warna
bangunan dengan interiornya dari zaman Byzantine, Majapahit, Mataram, zaman Louis
XIV ataupun masa kini tentu memiliki perbedaan warna, sebagai hasil ungkapan
zamannya masing-masing. Hal tersebut bukan terjadi secara kebetulan, sebab sejak
rumah atau istana merupakan ungkapan kehidupan suasana jiwa penghuniannya,
pemilihan warna merupakan faktor ekspresi yang penting.
27
Telah dibuktikan pula bahwa kebanyakan orang mempunyai reaksi yang hampir sama
terhadap warna. Dalam kasus-kasus perorangan reaksi ini kadang-kadang berbeda, karena
perbedaan kondisi asosiasi sebelumnya yang terlupakan atau tertunda sehingga
mencurigakan. Sensitivitas perorangan terhadap warna juga berbeda-beda, mulai dari
yang supersensitif sampai kepada yang buta warna total, yang mempergunakan indera
lainnya seperti ciuman, rabaan dan rasa (lidah) dalam merasakan warna.
2.4.1 Pengaruh Warna terhadap Emosi
Bila kita perhatikan selera orang terhadap warna itu berbeda-beda, hal tersebut
menunjukan bahwa warna berpengaharuh terhadap emosi setiap orang. Apabila seseorang
tidak menyukai warna tertentu mungkin ada sebabnya. Demikian juga respon kita
terhadap warna tertentu, karena warna tersebut pernah dipakai oleh orang tertentu yang
pernah dipakai oleh orang tertentu yang pernah disenanginya. Atau ia tidak menyukai
warna tertentu karena ia pernah mengalami peristiwa pahit dengan warna tersebut,
misalnya ia tidak menyukai warna kuning karena ia pernah dihukum di kamar yang
dindingnya berwarna kuning.
Suatu hasil penelitian yang cukup dari A Study in Color Preferences of School Children
oleh F.S. Breed dan S.E. Katz memberikan gambaran sebagai berikut :
Sejumlah warna diberikan kepada 2.000 orang siswa yang telah melewati masa remaja.
M J K H B U
Praremaja Laki-laki 149 83 92 133 462 79
28
Perempuan 120 79 116 122 439 151
Pascaremaja Laki-laki 156 38 27 166 501 113
Perempuan 134 41 72 248 394 123
Peneliti percobaan tersebut menggambarakan bahwa hasil percobaan secara kasar telah
menunjukan bahwa warna yang disukai oleh kebanyakan siswa, baik yang praremaja
maupun yang pascaremaja adalah warna biru (B). Warna tersebut disukai oleh lebih dari
sepertiga jumlah sampel dan mendekati setengahnya dari tiap-tiap kelompok. Merah (M)
adalah warna kedua mereka sukai dan yang ketiga adalah warna hijau (H), variasi dalam
menyukai kedua warna terakhir lebih besar dari pada untuk warna biru, warna ungu (U)
menduduki posisi pertengahan. Warna jingga dan warna kuning menduduki posisi
terakhir dan jingga rupanya warna yang kurang disukai. Kedua warna terakhir rupanya
lebih disukai oleh anak pascaremaja dibandingkan dengan anak remaja. Warna merah
lebih disukai oleh siswa pascaremaja.
Pentingnya percobaan ini terbatas, karena perubahan intensitas warna tidak ada,
bagaimana latar belakang warna dan dari mana sudut melihatnya. Apabila kriteria jelas
mungkin skala penilaian juga akan berubah. Mungkin saja suatu warna yang diletakan
pada latar belakang putih tampaknya kurang disukai, tetapi menjadi disukai bila diletakan
pada latar belakang hitam atau abu-abu.
Table di atas menunjukkan bahwa warna merah bukan warna kesukaan, tetapi warna
merah, memiliki efek emosional yang tajam dibandingkan dengan warna lainnya. Warna
merah menyala sering diibaratkan bunyi terompet yang melengking pada instrumen
29
musik. Havelock Ellis pada artikelnya Psyhology of Red dalam ‘Popular Science’
mengatakan bahwa walaupun pada spektrum warna merah itu timbul paling bawah, tetapi
munculnya pada mata kita adalah paling cepat dan kuat. Pada suku Negro New Gunea,
warna yang diakui oleh suku mereka hanya ada tiga yaitu warna merah, hitam dan putih.
Segala warna lain selain warna putih dan hitam disebutnya warna merah. Hal ini sekedar
penggambaran bahwa warna merah lebih merangsang emosi manusia dibandingkan
dengan warna-warna yang lainnya.
Kualitas warna secara primitif ini sangat menarik perhatian para peneliti. Maria Rickers
Ovasiankina menuliskan hubungannya dengan metode Rorschach tentang kedalaman
kepribadian seseorang, bahwa pengalaman tentang warna lebih cepat dan langsung dari
pada pengalaman tentang bentuk.
Dalam menginterpretasikan hasil ekspresi seni anak-anak dari umur 3 sampai 5 tahun,
para ahli menyimpulkan bahwa warna-warna cerah menunjukan tendensi emosional yang
tinggi. Penggunaan warna biru dan hitam yang berulang-ulang mengindikasikan kontrol
pribadi dan penahan emosi. Ada kemungkinan bahwa warna memiliki nilai efektif
tertinggi dan memperhatikan ungkapan yang tidak tertahankan.
Respon manusia terhadap warna merupakan asosiasi yang bersifat naluriah sebagaimana
kita mengasosiasikan musik, apakah menyedihkan atau menggembirakan. Warna dapat
mempengaruhi mata sekuat atau sesensitif bunyi mempengaruhi telinga. Mungkin alas an
30
ini tidak benar, karena warna hanya diterima oleh sebagian sistem mata sedangkan bunyi
diterima oleh seluruh telinga. Hal ini mungkin masih perlu dibuktikan lagi kebenarannya.
Berikut ini adalah hasil percobaan para ahli ilmu jiwa serta peneliti-peneliti yang
dikenakan kepada manusia. Sifat warna digolongkan menjadi dua golongan ekstrem yaitu
warna panas dan warna dingin. Yang termasuk golongan warna panas adalah keluarga
merah atau jingga yang memiliki sifat dan pengaruh hangat, segar, menyenangkan,
merangsang dan bergairah. Yang termasuk golongan warna dingin adalah kelompok biru
atau hijau yang memiliki sifat dan pengaruh sunyi, tenang, makin tua dan makin gelap
serta arahnya makin menambah ilusi jarak, akan terasa tenggelam atau mundur.
Sebaliknya warna hangat terutama keluarga merah akan terasa seolah-olah maju ke dekat
mata, memberikan kesan jarak yang lebih pendek.
Beberapa hasil penelitian menurut Maitland Graves dari bukunya yang berjudul The Art
of Color and Desing.
1. Warna panas atau hangat adalah : keluarga kuning, jingga, merah
Sifatnya: positif, agresif, aktif, merangsang.
Warna dingin / sejuk: keluarga hijau, biru, ungu.
Sifatnya: negatif, mundur, tenang, tersisih, aman.
2. Warna yang disukai mempunyai urutan seperti berikut :
a. merah
b. biru
c. ungu
31
d. hijau
e. jingga
f. kuning
Hasil penelitian yang dikenakan kepada anak praremaja dan pascaremaja oleh F.S.
Breeds dan SE, Katz.
1. Warna merah lebih popular untuk wanita dan warna biru lebih popular untuk pria.
2. Sebagian peneliti berkesimpula bahwa wanita lebih sensitive terhadap warna dari
pada pria. Hal tersebut kemungkinan karena lebih banyak pria yang buta warna
dibandingkan dengan wanita.
3. Warna murni dan hangat disukai untuk ruangan sempit sementara warna gelap
dan warna pastel untuk ruangan luas.
4. Kombinasi warna yang disukai adalah :
a. Warna-warna kontras atau komplemen.
b. Warna-warna analog atau nada.
c. Warna monokromatik.
Observasi tentang pembagian spektrum menjadi warna-warna panas dan dingin sangat
sederhana, jelas dan mudah dimengerti, bertalian dengan kepribadian seseorang. Menurut
penelitian secara umum, warna panas merangsang anak – anak, orang primitif, sederhana
dan bersifat ekstrover. Warna dingin bersifat tenang, introver, dewasa, matang.
32
2.4.2 Warna dan kepribadian seseorang
Kesukaan seseorang terhadap warna menurut penelitian ilmu jiwa bias
diasosiasikan dengan sifat pembawaan orangnya. Sebagai contoh seseorang menyukai
warna merah akan menunjukan bahwa orang tersebut bersifat ekstrover, pribadi yang
integrative dengan dunia luar, mudah menyesuaikan diri dengan dunia, orang yang penuh
vitalitas, lebih dikuasai oleh dorongan hatinya.
Menurut Faber Birren bahwa, warna biru kehijauan, orang yang menyukai warna
biru keunguan biasanya bersifat pemilih, sensitive dan diskriminatif.
Warna biru diasosiasikan dengan schizophrenia (sejenis penyakit jiwa). Orang yang
menyukai warna biru mempunyai kepribadian integritas kedalam. Warna biru akan
menuju kepada pelarian tragis dari lingkaran.
Rupanya seluruh warna spektruk telah disiapkan untuk suatu rangsangan sifat dan emosi
manusia. Berikut ini adalah warna-warna yang mempunyai asosiasi dengan pribadi
seseorang diambil dari buku Design in Dress oleh Maria L. David (1987:135), sebagai
berikut :
Merah : cinta, nafsu, kekuatan, berani, primitif, menarik, bahaya, dosa,
pengorbanan, vitalitas.
Merah Jingga : semangat, tenaga, kekuatan, pesat, hebat, gairah.
Jingga : hangat, semangat muda, ekstrimis, menarik.
Kuning Jingga : kebahagiaan, penghormatan, kegembiraan, optimisme, terbuak.
Kuning : cerah, bijaksana, terang, bahagia, hangat, pengecut, pengkhianatan.
33
Kuning Hijau : persahabatan, muda, kehangatan, baru, gelisah, berseri.
Hijau Muda : kurang berpengalaman, tumbuh, cemburu, iri hati, kaya, segar,
istirahat, tenang.
Hijau Biru : tenang, santai, diam, lembut, setia, kepercayaan.
Biru : damai, setia, konservatif, pasif terhormat, depresi, lembut, menahan
diri, ikhlas.
Biru Ungu : spiritual, kelelahan, hebat, kesuraman, kematangan, sederhana, rendah
hati, keterasingan, tersisih, tenang, sentosa.
Ungu : misteri, kuat, supermasi, formal, melankolis, pendiam, agung(mulia).
Merah Ungu : tekanan, intrik, drama, terpencil, penggerak, teka-teki.
Coklat : hangat, tenang, alami, bersahabat, kebersamaan, sentosa, rendah hati.
Hitam : kuat, duka cita, resmi, kematian, keahlian, tidak menentu.
Abu-abu : tenang.
Putih : senang, harapan, murni, lugu, bersih, spiritual, pemaaf, cinta, terang.
Dalam aktivitas manusia, warna membangkitkan kekuatan perasaan untuk bangkit atau
pasif, baik dalam penggunaan untuk interior maupun untuk berpakaian, mulai dari
kegairahan sampai kepada yang santai. Berrin melaporkan hasil penelitiannya bahwa
warna mempengaruhi detak jantung, aktivitas otak, pernafasan dan tekanan darah. Sifat
kewanitaan maupun sifat kejantanan seseorang juga dapat diungkapkan melalui warna.
Wanita lebih menyukai warna hangat, warna pastel dan warna lembut. Pria lebih
menyukai warna-warna yang tegas, tua, sejuk dengan intensitas yang kuat. Kebudayaan
34
Barat menyatakan warna merah muda sebagai lambang wanita dan warma biru sebagai
lambang pria, tetapi konotasi ini dapat berbeda pada kebudayaan lainnya.
35