8
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal
Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB II
KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA DAN PROGRAM BIMBINGAN
KONSELING PRIBADI-SOSIAL
A. Komunikasi Interpersonal
1. Definisi Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam Bahasa Inggris communication berasal dari
Bahasa Latin “communication”, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama
atau sama makna (Effendy, 1985: 9). Menurut Sugiyo (2005: 1), komunikasi
merupakan kegiatan manusia menjalin hubungan satu sama lain yang demikian
otomatis keadaannya, sehingga sering tidak disadari keterampilan berkomunikasi
merupakan hasil belajar.
Definisi komunikasi secara umum adalah suatu proses pembentukkan,
penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang
dan atau di antara dua atau lebih dengan tujuan tertentu. Dengan demikian Setiap
pelaku komunikasi akan melakukan empat tindakan. Membentuk pesan artinya
menciptakan sesuatu ide atau gagasan. Ini terjadi dalam benak kepala seseorang
melalui proses kerja sistem syaraf. Pesan yang telah terbentuk ini kemudian
disampaikan kepada orang lain baik secara langsung ataupun tidak langsung. Bentuk
dan mengirim pesan, seseorang akan menerima pesan yang disampaikan oleh orang
lain. Pesan yang diterimanya ini kemudian akan diolah melalui sistem syaraf dan
diinterpretasikan. Setelah diinterpretasikan, pesan tersebut dapat menimbulkan
tanggapan atau reaksi dari orang tersebut. Apabila ini terjadi, maka penerima pesan
tersebut akan membentuk dan menyampaikan pesan baru.
Komunikasi merupakan bidang yang luas terbagi dalam 7 bentuk (Devito
2011: 8) yaitu : (a) Komunikasi Intrapersonal, (b) Komunikasi Interpersonal, (c)
Komunikasi Kelompok Kecil, (d) Komuniaksi Publik, (e) Komunikasi Organisasi, (f)
Komunikkasi Antar Budaya, dan (g) Komunikasi Massa. Komunikasi interpersonal
merupakan salah satu bentuk dari komunikasi, komunikasi interpersonal merupakan
9
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal
Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
komunikasi yang dilakukan secara langsung antara seseorang dengan orang lainnya.
Untuk berkomunikasi dengan individu lain, banyak ragam komunikasi yang dapat
digunakan. Salah satunya dan yang dianggap paling efektif ialah dengan
menggunakan komunikasi interpersonal, karena dengan komunikasi interpersonal
akan meningkatkan kedekatan dan intensitas interaksi antara individu yang satu
dengan yang lain dalam masyarakat.
2. Definisi Komunikasi Interpersonal
Menurut Armi Muhammad (Budiamin, 2011:2) komunikasi interpersonal
didefinisikan sebagai proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling
kurang seorang lainnya atau biasanya diantara dua orang yang dapat langsung
diketahui feedback. Komunikasi interpersonal merupakan format komunikasi yang
paling sering dilakukan oleh semua orang dalam hidupnya.
Mulyana (Andreas,2009:1) mengemukakan komunikasi interpersonal sebagai
komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap
pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal atau
nonverbal. Devito (2011: 252) mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai
komunikasi yang berlangsung diantara dua orang atau lebih yang mempunyai
hubungan yang mantap dan jelas.
Definisi-definisi tersebut memiliki kesamaan persepsi bahwa komunikasi
antarpribadi (interpersonal communication) yaitu kegiatan komunikasi yang
dilakukan seseorang dengan orang lain dengan corak komunikasinya lebih bersifat
pribadi dan sampai pada tataran prediksi hasil komunikasinya pada tingkatan
psikologis yang mengkomunikasikan pribadi sebagai unik.
Komunikasi interpersonal dikaitkan dengan pertukaran pesan atau informasi
yang bermakna di antara komunikator dan komunikan. Pada komunikasi interpersonal
pesan yang diterima dapat dipahami oleh kedua belah pihak. Pengiriman informasi
atau pesan merupakan unsur yang paling penting dalam komunikasi interpersonal,
karena dapat memberikan umpan balik kepada pengirim informasi atau pesan. Umpan
10
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal
Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
balik sangat penting, karena keefektifan komunikasi interpersonal sangat tergantung
pada umpan balik yang terjadi.
3. Proses Terjadinya Komunikasi Interpersonal
Rakhmat (2011:48) menjelaskan mengenai proses orang menerima informasi,
mengolah, menyimpan, dan menghasilkan kembali. Proses pengolahan informasi
dikemukakan sebagai berikut:
a. Sensasi
Sensasi merupakan tahap paling awal dalam penerimaan informasi. Sensasi
merupakan proses menangkap stimulus (pesan/informasi verbal maupun non verbal)
oleh alat indera.
Dalam psikologi, disebutkan ada sembilan alat indera yang dapat
dikelompokkan ke dalam tiga macam indera sesuai dengan sumber informasi. Yaitu
sumber informasi yang berasal dari luar yang diinderai oleh eksteroseptor (misalnya
telinga atau mata), berasal dari dalam yang diinderai oleh interseptor (misalnya
peredaran darah), dan yang ketiga adalah gerakan tubuh dari diri sendiri yang
diinderai oleh proprioseptor (misalnya organ vestibular). Apa saja yang menyentuh
alat indera baik dari dalam maupun luar diri disebut stimulus.
b. Persepsi
Yang kedua adalah persepsi. Persepsi adalah pengalaman tentang objek,
peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi
dan menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna pada stimulus inderawi. Faktor-
faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang antara lain:
1) Perhatian
Keneth E. Andersen (Rakhmat, 2011:51) mendefinisikan perhatian adalah
proses mental ketika stimulus atau rangkaian stimulus menjadi menonjol dalam
kesadaran pada saat stimulus lainnya melemah.
11
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal
Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2) Faktor-faktor fungsional yang menentukan persepsi
Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal-
hal lain yang termasuk apa yang disebut sebagai faktor-faktor personal. Dari hal
tersebut, Krech dan Critchfield merumuskan empat dalil. Dalil pertama ditarik
berdasakan faktor fungsional yang menyatakan bahwa persepsi bersifat selektif
secara fungsional. Dalil ini berarti bahwa objek-objek yang mendapat tekanan
dalam persepsi bahwa objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan
pesepsi.
3) Faktor-faktor struktural yang menentukan persepsi
Faktor-faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimulus fisik dan
efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Dari prinsip ini,
lahirlah dalil yang kedua yaitu medan perseptual dan kognitif selalu
diorganisasikan dan diberi arti.
Dalil persepsi yang ketiga menyatakan sifat-sifat perseptual dan kognitif
dari substruktur ditentukan pada umumnya oleh sifat-sifat struktural secara
keseluruhan. Jika individu dianggap sebagai anggota kelompok, semua sifat
individu yang berkaitan dnegan sifat kelompok akan dipengaruhi oleh keanggotaan
kelompoknya dengan efek yang berupa asimilasi atau kontras.
Dalil persepsi yang keempat muncul dari prinsip bahwa manusia selalu
mengkomunikasikan stimulus dalam konteksnya. Dalam strukturnya individu akan
mencoba mencari struktur pada rangkaian stimuli. Struktur ini diperoleh dengan
jalan mengelompokkan berdasarkan kedekatan atau persamaan. Prinsip kedekatan
menyatakan bahwa stimulus yang berdekatan satu sama lain akan dianggap satu
kelompok.
c. Memori
Memori akan menyimpan dan memanggil kembali informasi yang telah
diterima untuk diproses selanjutnya dalam tahap berfikir. Secara singkat, menurut
Mussen dan Rosenzweig ( Rakhmat, 2011:62) memori melewati tiga proses yaitu:
12
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal
Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1) Perekaman (Encoding).
2) Penyimpanan (Storage).
3) Pemanggilan (Retrieval).
Individu tidak menyadari proses berlangsungnya pekerjaan memori pada
dua tahap yang pertama. Individu hanya akan mengetahui memori pada tahap ketiga
yaitu pemanggilan kembali. Proses pemanggilan kembali ini diketahui dengan empat
cara, yaitu: (1) Pengingatan (Recall), (2) Pengenalan (Recognition), (3) Belajar Lagi
(Relearning), dan (4) Redintegrasi (Redintegration.)
d. Berfikir
Proses mengolah dan memanipulasi informasi untuk memenuhi kebutuhan
atau menyelesaikan masalah disebut sebagai berfikir. Proses ini meliputi pengambilan
keputusan, pemecahan masalah dan berfikir kreatif. Berfikir merupakan manipulasi
lingkungan dengan menggunakan lambang-lambang sehingga tidak perlu langsung
melakukan kegiatan yang tampak.berfikir. Berfikir dilakukan individu untuk
memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan, memecahkan masalah, dan
menghasilkan yang baru.
Proses terjadinya komunikasi interpersonal dapat digambarkan seperti
bagan 2.1 dibawah ini:
Bagan 2.1
Proses Terjadinya Komunikasi Interpersonal
13
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal
Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4. Tujuan Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal mempunyai beberapa tujuan. DeVito (2011:30)
mengungkapkan beberapa tujuan komunikasi interpersonal, yaitu :
a. Menemukan Diri Sendiri
Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada individu untuk
berbicara tentang hobi atau mengenai diri individu. Hanya komunikasi interpersonal
menjadikan individu dapat memahami lebih banyak tentang diri individu dan orang
lain yang berkomunikasi dengan individu. Banyak informasi yang individu ketahui
datang dari komunikasi interpersonal.
b. Untuk Berhubungan
Individu menghabiskan banyak waktu untuk melakukan persuasi
antarpribadi, baik sebagai sumber maupun sebagai penerima. Dalam pertemuan
antarpribadi sehari-hari indrividu berusaha mengubah sikap dan prilaku orang lain.
c. Untuk Meyakinkan
Banyak waktu yang individu pergunakan untuk mengubah sikap dan
tingkah laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Individu banyak
menggunakan waktu waktu terlibat dalam posisi interpersonal.
d. Untuk Bermain
Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah
mencari kesenangan. Dengan melakukan komunikasi interpersonal semacam itu dapat
memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks dari
semua waktu keseriusan di lingkungan individu.
5. Fungsi Komunikasi Interpersonal
Liliweri (1994:27) mengemukakan komunikasi interpersonal (komunikasi
antar pribadi) memiliki beberapa fungsi, yaitu:
a. Fungsi sosial, yaitu sebagai pemenuhan kebutuhan biologis dan psikologis,
memenuhi kewajiban sosial, mengembangkan hubungan timbal balik,
meningkatkan dan mempertahankan mutu diri sendiri, dan menangani konflik.
14
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal
Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
b. Fungsi pengambilan keputusan, individu berkomunikasi untuk membagi
informasi selain itu individu juga berkomunikasi untuk mempengaruhi orang
lain.
c. Untuk mendapatkan respon/umpan balik. Hal ini sebagai salah satu efektivitas
proses komunikasi.
d. Untuk melakukan antisipasi setelah mengevaluasi respon/ umpan balik.
e. Untuk melakukan kontrol terhadap lingkungan sosial, yaitu individu dapat
melakukan modifikasi perilaku orang lain dengan cara persuasi.
6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal
Banyak hal yang dapat mempengaruhi komunikasi individu baik faktor
internal, ekstrenal maupun faktor-faktor penghambat (Lusa, 2009:1-2), diantaranya :
a. Latar belakang budaya. Interpretasi suatu pesan akan terbentuk dari pola pikir
seseorang melalui kebiasaannya, sehingga semakin sama latar belakang budaya
antara komunikator dengan komunikan maka komunikasi semakin efektif.
b. Ikatan kelompok atau group. Nilai-nilai yang dianut oleh suatu kelompok
sangat mempengaruhi cara mengamati pesan.
c. Harapan. Harapan mempengaruhi penerimaan pesan sehingga dapat menerima
pesan sesuai dengan yang diharapkan.
d. Pendidikan. Semakin tinggi pendidikan akan semakin kompleks sudut pandang
dalam menyikapi isi pesan yang disampaikan.
e. Situasi. Perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan/situasi. Faktor situasi
ini adalah: (1) Faktor ekologis (iklim atau kondisi alam), (2) Faktor rancangan
dan arsitektural (penaataan ruang), (3) Faktor temporal, misal keadaan emosi,
(4) Suasana perilaku, misal cara berpakaian dan cara berbicara, (5) Teknologi,
(6) Faktor sosial, mencakup sistem peran, struktur sosial dan karakteristik
sosial individu, (7) Lingkungan psikososial yaitu persepsi seseorang terhadap
lingkungannya, dan (8) Stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku.
15
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal
Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Faktor penghambat komunikasi interpersonal antara lain:
a. Komunikator, hambatan yang terjadi antara lain hambatan biologis, misalnya
komunikator gagap, hambatan psikologis, atau hambatan gender.
b. Media, hambatan melalui media yang terjadi antara lain hambatan teknis,
misalnya masalah pada teknologi komunikasi, hambatan geografis, hambatan
simbol/ perbedaan bahasa.
c. Komunikate. Hambatan tersebut antara lain berupa hambatan biologis,
misalnya komunikate yang tuli, hambatan psikologis, misalnya komunikate
yang tidak berkonsentrasi dengan pembicaraan, dan hambatan gender.
7. Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Efektivitas Komunikasi Interpersonal menurut DeVito (2011,285-291) yaitu:
a. Keterbukaan (Openness)
Aspek keterbukaan ialah kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur
terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap
pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan.
Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran
yang komunikator lontarkan adalah memang milik komunikator dan komunikator
bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini
adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya (kata ganti orang pertama
tunggal). Individu memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara
spontan terhadap orang.
b. Empati (Empathy)
Berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya.
Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain,
perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa
mendatang. Individu dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal
maupun non verbal.
16
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal
Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
c. Sikap mendukung (Supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap
mendukung (supportiveness). Individu memperlihatkan sikap mendukung dengan
bersikap (1) deskriptif bukan evaluatif, (2) spontan bukan strategi, (3) provisional
bukan sangat yakin.
d. Sikap positif (Positiveness)
Individu mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal
dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif
mendorong orang yang menjadi teman individu berinteraksi. Sikap positif
mengacu dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi
interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka
sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat
penting untuk interaksi yang efektif.
e. Kesetaraan (Equality)
Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal.
Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila
suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua
pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak
mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.
B. Karakteristik Perkembangan Remaja Awal
1. Definisi Fase Remaja Awal
Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting,
yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu
bereproduksi (Yusuf,2007:184). Fase remaja merupakan segmen perkembangan
individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik
(seksual) sehingga mampu bereproduksi. Menurut Konopka (Yusuf, 2007: 10) masa
remaja meliputi:
17
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal
Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
a. Remaja awal : 12-15 tahun
b. Remaja madya : 15-18 tahun, dan
c. Remaja akhir : 19-22 tahun.
Siswa sekolah menengah pertama dilihat dari rentang usia pada umumnya
berada antara usia 12-15 tahun tahun. Siswa SMP berada pada tahap remaja awal,
karena siswa sekolah menengah pertama memiliki sebagian karakteristik remaja awal
dan sebagian karakteristik masa kanak-kanak akhir. Siswa menengah pertama adalah
remaja yang memiliki karakteristik yang mulai berbeda dengan karakteristik pada
saat anak-anak. Masa awal remaja (12-15 tahun), tema awal masa remaja adalah
perubahan. Pada masa ini anak mulai berubah-ubah, terpusat pada diri sendiri, seks
dan tubuhnya.Ia terus berminat pada tugas penguasaan yang sudah dimulai pada akhir
masa kanak-kanak, sekaligus mulai membuang jauh-jauh kegiatan masa kanak-
kanaknya. Tanggapan orang tua yang paling bijaksana pada tahap ini adalah
mendukung, ini bukan saatnya menunjukkan kesalahan dalam pemikiran, sikap dan
pakaian mereka. Pada akhirnya sikap berubah-ubah dan keterpusatan pada diri sendiri
akan hilang dengan sendirinya.
Pada remaja awal juga terjadi fase penting dalam diri remaja yaitu fase
pubertas ini berkisar dari usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 16 tahun dan setiap
individu memiliki variasi tersendiri. Masa pubertas sendiri berada tumpang tindih
antara masa anak dan masa remaja, sehingga kesulitan pada masa tersebut dapat
menyebabkan remaja mengalami kesulitan menghadapi fase-fase perkembangan
selanjutnya. Pada fase itu remaja mengalami perubahan dalam sistem kerja hormon
dalam tubuhnya dan hal ini memberi dampak baik pada bentuk fisik (terutama organ-
organ seksual) dan psikis terutama emosi. Remaja awal merupakan awal dalam
pelaksanaan tugas-tugas perkembangan masa remaja secara keseluruhan. Jika fase
remaja awal ini dapat dilewati dengan baik maka akan berpengaruh positif pada
pemenuhan tugas-tugas perkembangan berikutnya. Baik pada fase remaja tengah dan
akhir maupun fase-fase berikutnya.
18
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal
Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya bahwa komunikasi ialah
proses penyampaian pesan dari satu individu kepada individu lain yang. Keefektifan
komunikasi akan tercapai apabila masing-masing individu memiliki kemampuan
komunikasi yang baik. Kemampuan yang baik tentu saja didapat tidak dalam seketika
tetapi melalui proses belajar. Remaja sebagai individu yang terus menerus belajar
tentu saja memiliki tugas untuk mampu meningkatkan dan mengembangkan
kemampuannya dalam berkomunikasi dengan lingkungannya.
2. Tugas-tugas Perkembangan Remaja
Havighurst (Yusuf, 2007:65) mengartikan tugas-tugas perkembangan sebagai:
A developmental task is a task which arises at or about a certain period
in the life of the individual, successful achievement of which leads to his
happiness and to success with later task, while failure leads to unhappiness
in the individual, disapproval by society, and difficulty with later task.
Maksudnya, bahwa tugas perkembangan merupakan suatu tugas yang muncul
pada tiap fase atau periode tertentu dalam rentang kehidupan individu. Apabila tugas
perkembangan tersebut tercapai atau berhasil dituntaskan akan membawa
kebahagiaan dan kesuksesan dalam mencapai dan menyelesaikan tugas
perkembangan berikutnya. Namun apabila gagal, maka akan menyebabkan
ketidakbahagiaan pada diri individu tersebut, menimbulkan penolakan dari
masyarakat, dan kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas pada fase atau periode
perkembangan berikutnya.
Salah satu periode dalam rentang kehidupan individu ialah masa remaja. Masa
remaja sering diidentikkan dengan masa mencari identitas (identity). William Kay
( Yusuf, 2007 :72) mengemukakan tugas-tugas perkembangan yang harus dicapai
remaja, salah satu dari tugas perkembangan yang dikemukakan oleh William ialah
mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan
teman sebaya atau orang lain baik secara individual maupun berkelompok. Remaja
19
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal
Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dituntut untuk mampu memiliki keterampilan komunikasi interpersonal yang baik
sebagai salah satu penunjang penemuan jati diri remaja.
3. Perkembangan Komunikasi Merupakan Salah Satu Aspek Perkembangan
Remaja Awal
Menurut Yusuf (2007:118) bahasa merupakan kemampuan untuk
berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa merupakan faktor hakiki yang
membedakan manusia dengan hewan. Bahasa sangat erat kaitannya dengan
perkembangan berfikir individu. Perkembangan individu tampak dalam
perkembangan bahasanya yaitu kemampuan membentuk pengertian, menyusun
pendapat, dan menarik kesimpulan.
Bahasa merupakan jembatan untuk meningkatkan kemampuan intelektual,
serta kematangan emosional dan sosial. Penggunaan aspek kebahasaan dalam proses
pembelajaran sering berhubungan satu sama lainnya. Menyimak dan membaca erat
hubungan dalam hal bahwa keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi.
Pengaruh pergaulan dalam masyarakat (teman sebaya) terkadang cukup menonjol,
sehingga bahasa anak (remaja) menjadi lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang
berkembang di dalam kelompok sebaya. Dari kelompok itu berkembang bahasa
sandi, bahasa kelompok tertentu yang bentuknya amat khusus (bahasa prokem).
Awalnya, kata prokem merupakan bahasa pergaulan dari preman. Bahasa
ini awalnya digunakan oleh kalangan preman untuk berkomunikasi satu sama lain
secara rahasia. Agar kalimat mereka tidak diketahui oleh banyak orang, mereka
merancang kata-kata baru dengan cara antara lain mengganti kata ke lawan kata,
mencari kata sepadan, menentukan angka-angka, penggantian fonem, distribusi
fonem, penambahan awalan, sisipan, atau akhiran. Masing-masing komunitas
(daerah) memiliki rumusan sendiri-sendiri. Pada dasarnya bahasa ini untuk
memberkan kode kepada lawan bicara (kalangan militer dan kepolisian juga
menggunakan). Seiring berjalannya waktu, terjadi asimilasi dari bahasa pokem
sehingga kini bahasa pokem menjadi bagian tak terlepaskan dari perkembangan
20
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal
Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
bahasa remaja. Bahasa prokem ini digunakan sebagai sarana komunikasi diantara
remaja selama kurun tertentu. Sarana komunikasi ini diperlukan oleh kalangan remaja
untuk menyampaikan informasi yang tidak boleh diketahui oleh kelompok usia lain
terutama oleh kalangan orang tua. Ragam ini mereka gunakan agar orang dari
kelompok lain tidak mengetahui tentang apa yang sedang dibicarakanya. Bahasa
prokem ini timbul dan berkembang sesuai dengan latar belakang sosial budaya
pemakainya, hal ini merupakan perilaku kebahasaan yang bersifat universal.
Perkembangan bahasa anak dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan
masyarakat dimana mereka tinggal. Hal ini berarti bahwa proses pembentukkan
kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan dengan masyarakat akan memberi ciri
khusus dalam perilaku berbahasa. Bersamaan dengan kehidupannya dalam
masyarakat luas, anak (remaja) mengikuti proses belajar di sekolah.
Masa remaja, terutama remaja awal merupakan masa terbaik untuk
mengenal dan mendalami bahasa asing. Namun dikarenakan keterbatasan kesempatan
dan sarana dan pra sarana, menyebabkan remaja kesulitan untuk menguasai bahasa
asing. Tidak bisa dipungkiri, dalam era globalisasi sekarang ini, penguasaan bahasa
asing merupakan hal yang penting untuk menunjang kesuksesan hidup dan karier
seseorang. Namun dengan adanya hambatan dalam pengembangan ketidakmampuan
berbahasa asing tentunya akan sedikit-banyak berpengaruh terhadap kesuksesan
hidup dan kariernya. Terhambatnya perkembangan kognitif dan bahasa dapat
berakibat pula pada aspek emosional, sosial, dan aspek-aspek perilaku dan
kepribadian lainnya.
Selain aspek bahasa, aspek-aspek lainnya juga yaitu aspek fisik,
intelegensi, emosi, sosial, kepribadian, moral, dan kesadaran beragama juga memliki
peran yang penting dalam proses perkembangan remaja, karena dalam perkembangan
remaja semua aspek akan saling berkaitan satu dengan yang lain dan jika semua
berkembang dengan baik maka tugas perkembangan pada masa remaja dapat
diselesaikan secara optimal oleh remaja.
21
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal
Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
C. Program Bimbingan dan Konseling Pribadi-Sosial
1. Konsep Dasar Bimbingan Pribadi-Sosial
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu upaya proaktif dan sistematik
yang dilakukan di lingkungan sekolah yang terintegrasi dalam memfasilitasi individu
mencapai tingkat perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku yang efektif,
pengembangan lingkungan, dan peningkatan fungsi atau manfaat individu dalam
lingkungannya. Perubahan perilaku tersebut merupakan proses perkembangan
individu, yaitu proses interaksi antara individu dengan lingkungan melalui interaksi
yang sehat dan produktif. Bimbingan dan konseling memegang tugas dan tanggung
jawab yang penting untuk mengembangkan lingkungan, membangun interaksi
dinamis antara individu dengan lingkungan, membelajarkan individu untuk
mengembangkan, merubah dan memperbaiki perilaku baik di lingkungan sekolah
maupun lingkungan secara luas individu. Bimbingan dan konseling adalah pelayanan
bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri
dan bisa berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar
maupun karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan
norma-norma yang berlaku (SK Mendikbud No. 025/D/1995).
Bimbingan merupakan upaya untuk membantu individu berkembang sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya secara bertahap dalam proses yang matang.
Bimbingan pribadi merupakan upaya untuk membantu individu dalam menemukan
dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, mantap dam mandiri serta sehat jasmani dan rohani. Sementara bimbingan sosial
merupakan upaya untuk membantu individu dalam mengenal dan berhubungan
dengan lingkungan sosial yang dilandasi budi pekerti luhur dan tanggung jawab.
Bimbingan pribadi-sosial berarti upaya untuk membantu individu dalam menghadapi
keadaan batinnya sendiri dan mengatasi konflik-konflik dalam diri dalam upaya
mengatur dirinya sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu
luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya, serta upaya membantu individu
dalam membina hubungan sosial di berbagai lingkungan (pergaulan sosial) (Yusuf,
22
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal
Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2007). Bimbingan tidak hanya berfungsi untuk mengatasi permasalahan yang
dihadapi individu (kuratif), melainkan memiliki fungsi lain yaitu sebagai upaya
pencegahan (preventif) dan pengembangan (developmental).
Yusuf dan Juntika Nurihsan (2005 : 11) mengemukakan:
Bimbingan pribadi-sosial sebagai suatu upaya membantu individu dalam
memecahkan masalah yang berhubungan dengan keadaan psikologis dan
sosial klien, sehingga individu memantapkan kepribadian dan
mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah
dirinnya.
Pengertian yang dikemukakan oleh beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa
bimbingan pribadi-sosial yang baik diberikan dengan cara menciptakan lingkungan
yang kondusif, interaksi pendidikan yang akrab, mengembangkan sistem pemahaman
diri, dan sikap-sikap yang positif, serta keterampilan-keterampilan pribadi sosial yang
tepat dengan tujuan agar siswa mampu mengatasi permasalahan-permasalahan yang
dialaminya dalam tugas perkembangan baik itu masalah pribadi maupun sosialnya
sehingga siswa mampu beradaptasi dan berbaur dengan lingkungannya.
2. Program Bimbingan dan Konseling Pribadi-Sosial
Proses penyusunan program kerja yang dilakukan akan sangat menentukan
pada keberhasilan suatu program. Dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan
konseling, perencanaan dan perancangan program kegiatan bimbingan dan konseling
memberi pengaruh yang cukup signifikan terhadap keberhasilan pelaksanaan sebuah
rangkaian kegiatan bimbingan dan konseling. Program bimbingan dan konseling yang
efektif dan efisien adalah program bimbingan dan konseling yang terencana secara
kontinu dan sesuai dengan tujuan serta visi dan misi bimbingan dan konseling
sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan mutu dari layanan bimbingan
dan konseling (Suherman, 2007:45).
Layanan bimbingan sebagai suatu bagian yang integral dalam keseluruhan
proses pendidikan di sekolah, tidak mungkin dapat mencapai sasarannya apabila tidak
23
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal
Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
adanya suatu program yang baik, program yang baik yaitu program tersusun secara
jelas, sistematis dan terarah. Tanpa adanya suatu program yang baik, maka kegiatan
yang dilakukan tidak akan mengalami keberhasilan.
Dalam pembuatan program yang baik, harus tercantum faktor-faktor dan
aspek yang menggambarkan bagaimana kondisi dan gambaran layanan yang akan
diberikan. Faktor-faktor dan aspek yang tercangkup dalam program bukan semata-
mata hasil mengarang, melainkan hasil dari need assessment yang dilakukan sebelum
membuat program. Dengan melakukan need assessment, program yang dibuat
merupakan jabaran layanan yang akan diberikan kepada siswa sesuai dengan
kebutuhan dan tingkat urgensi dari pemberian layanan tersebut.
3. Komponen Program
Yang termasuk ke dalam komponen program (Depdiknas, 2008 : 224)
dipaparkan sebagai berikut:
a. Layanan dasar, layanan ini memiliki tujuan untuk membantu seluruh siswa
tanpa terkecuali. Yang termasuk dalam layanan dasar adalah:
1) Bimbingan Klasikal
2) Pelayanan Orientasi
3) Pelayanan Informasi
4) Bimbingan Kelompok
5) Pelayanan Pengumpulan Data
b. Layanan responsif, diasumsikan untuk membantu siswa yang memiliki
kebutuhan atau masalah yang memerlukan bantuan dengan segera. Layanan
responsif dapat membantu siswa dalam memenuhi kebutuhannya. Yang
termasuk dalam layanan responsif adalah :
1) Konseling individual dan kelompok
2) Referal (rujukan atau alih tangan)
3) Kolaborasi dengan guru mata pelajaran dan wali kelas
4) Kolaborasi dengan orang tua
5) Kolaborasi dengan pihak-pihak terkait di luar sekolah
24
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal
Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
6) Konferensi kasus
7) Kunjungan rumah
c. Perencanaan Individual dilakukan untuk membantu siswa menganalisis
kekuatan dan kelemahan dirinya berdasarkan data atau informasi yang
diperoleh.
d. Dukungan Sistem adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan
memantapkan, memelihara, dan meningkatkan program layanan melalui
pengembangan sumber daya dengan penyediaan lingkungan dan
memperlancar proses layanan bimbingan dan konseling yang akan
dilaksanakan.
4. Evaluasi
Evaluasi kegiatan bimbingan di sekolah adalah segala upaya untuk
menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan
program yang mengacu pada criteria atau patokan tertentu.
5. Langkah-langkah Penyusunan Program
Penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah (Depdiknas, 2008 :
220) dipaparkan sebagai berikut:
a. Kegiatan Assesment yang meliputi assesmen lingkungan dan assesmen
kebutuhan.
b. Pengembangan program yang meliputi rasional, visi dan misi, deskripsi
kebutuhan, tujuan, komponen program, rencana operasional, pengembangan
tema/topik, pengembangan satuan layanan, evaluasi, dan anggaran.
25
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal
Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
D. Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa
Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh konselor untuk membantu
meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa adalah dengan
mengembangkan program bimbingan pribadi sosial yang sesuai dengan kebutuhan
siswa. Program dirancang untuk memfasilitasi siswa dalam membentuk dan
mengembangkan kemampuannya dalam komunikasi interpersonal sesuai dengan
karakteristik yang diharapkan dalam tugas perkembangan.
Pengembangan program bimbingan pribadi sosial dalam mengembangkan
kemampuan komunikasi interpersonal siswa di sekolah merujuk pada yang
diungkapkan oleh DeVito (2011, 285-291) yaitu (1) keterbukaan (Openness) ialah
kesediaan individu untuk bereaksi dengan orang lain dan mau menerima masukan-
masukan dari orang lain, (2) empati (Empathy) adalah merasakan sesuatu seperti
orang yang mengalaminya tanpa harus terlibat secara nyata di dalamnya, (3) sikap
mendukung (Supportiveness) ialah kemampuan individu untuk tidak bersikap
defensifi dalam suatu masalah. Sikap mendukung ini dapat ditunjukkan baik secara
verbal maupun non verbal, (4) sikap positif (Positiveness) dicermikan melalui sikap
individu dalam menghargai perasaan dan pendapat orang lain, (5) Kesetaraan
(Equality) ialah menghargai ide, gagasan, maupun pendapat orang lain dan tidak
selalu menganggap dirinya yang paling benar atau berhak atas sebuah pendapat.
Pengumpulan data melalui need assessment (analisis kebutuhan), perumusan
tujuan, pengembangan komponen kerja, rencana kerja, pelaksanaan dan evaluasi dari
kinerja konselor beserta dukungan sistem lainnya dalam rangka mengembangkan
kemampuan komunikasi interpersonal siswa di sekolah merupakan langkah
penyusunan program untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal
untuk siswa. Program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kemampuan
komunikasi interpersonal siswa mengacu kepada struktur pengembangan program
berbasis tugas perkembangan. Isi ruang lingkup program hipotetik bimbingan pribadi
sosial untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa merujuk
26
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal
Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pada Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur
Pendidikan (Depdiknas, 2008: 220 ) secara lengkap dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Rasional
Rumusan dasar pemikiran tentang urgensi bimbingan pribadi sosial untuk
mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa dalam keseluruhan
program sekolah.
2. Visi dan Misi
Secara mendasar visi dan misi bimbingan dan konseling perlu dirumuskan
ulang ke dalam fokus isi :
Visi : Visi bimbingan dan konseling dirumuskan dengan tujuan lebih kepada
membangun iklim sekolah bagi kesuksesan siswa.
Misi : Bimbingan dan konseling memfasilitasi siswa memperoleh dan
menguasai kompetensi di bidang pribadi sosial.
3. Deskripsi Kebutuhan berdasarkan hasil need asessment
Rumusan berdasarkan hasil need asessment (penilaian kebutuhan) siswa
untuk mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal ke dalam rumusan
perilaku-perilaku yang diharapkan dikuasai oleh siswa.
4. Tujuan program
Rumusan tujuan yang akan dicapai dalam bentuk perilaku yang harus
dikuasai siswa setelah memperoleh layanan bimbingan pribadi sosial. Tujuan
dirumuskan ke dalam tataran tujuan;
a) Penyadaran,
b) Akomodasi, dan
c) Tindakan.
5. Komponen program
Komponen program (Depdiknas, 2008 : 224) dipaparkan sebagai berikut:
27
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal
Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
a. Layanan dasar
1) Bimbingan Klasikal. Program yang dirancang menuntut konselor untuk
melakukan kontak langsung dengan siswa di kelas. Secara terjadwal,
konselor memberikan pelayanan bimbingan kepada siswa.
2) Pelayanan Orientasi. Pelayanan orientasi merupakan kegiatan yang
memungkinkan siswa dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan baru,terutama dengan lingkungan sekolah. Pelayanan orientasi
di sekolah biasanya dilaksanakan pada awal program pelajaran baru. Materi
pelayanan orientasi di sekolah biasanya mencakup organisasi sekolah, staf
dan guru-guru, kurikulum, program bimbingan dan konseling, program
ekstrakurikuler, fasilitas atau sarana dan prasarana, dan tata tertib sekolah.
3) Pelayanan Informasi. Layanan pemberian informasi tentang berbagai hal
yang bermanfaat bagi siswa melalui komunikasi langsung maupun
komunikasi tidak langsung.
4) Bimbingan Kelompok. Bimbingan kelompok ditujukan untuk merespon
kebutuhan dan minat siswa. Topik yang didiskusikan dalam bimbingan
kelompok adalah masalah-masalah yang bersifat umum (common
problem) dan tidak rahasia.
5) Pelayanan Pengumpulan Data. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan
berbagai instrumen, baik tes maupun non-tes untuk mengumpulkan data
siswa.
b. Layanan responsif
1) Konseling individual dan kelompok. Pemberian layanan konseling
ditujukan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan, mengalami
hambatan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Melalui
konseling, siswa (konseli) dibantu untuk mengidentifikasi masalah,
penyebab masalah, penemuan alternatif pemecahan masalah, dan
pengambilan keputusan secara lebih tepat. Konseling dapat dilakukan
secara individual maupun kelompok.
28
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal
Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2) Referal (rujukan atau alih tangan). Konselor yang kurang memiliki
kemampuan untuk menangani masalah konseli, maka sebaiknya mereferal
atau mengalihtangankan konseli kepada pihak yang lebih berwenang,
seperti psikolog, psikiater, dokter, kepolisian dan banyak lainnya.
3) Kolaborasi dengan guru mata pelajaran dan wali kelas. Konselor
berkolaborasi dengan guru mata pelajaran dan wali kelas dalam rangka
memperoleh informasi tentang peserta didik, memecahkan masalah
peserta didik, dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang perlu
dilakukan.
4) Kolaborasi dengan orang tua. Melalui kerjasama dengan orang tua
memungkinkan terjadinya saling memberikan informasi, pengertian, dan
tukar pikiran antara konselor dengan orang tua siswa dalam upaya
mengembangkan potensi siswa atau memecahkan masalah yang mungkin
dihadapi siswa.
5) Kolaborasi dengan pihak-pihak terkait di luar sekolah. Konselor perlu
menjalin kerjasama dengan unsur-unsur masyarakat yang
dipkomunikatorng relevan dengan mutu pelayanan bimbingan.
6) Konferensi kasus. Konfrensi kasus merupakan kegiatan untuk membahas
permasalahan peserta didik dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh
pihak-pihak yang dapat memberikan kemudahan dalam memecahkan
masalah peserta didik.
7) Kunjungan rumah. Kegiatan untuk memperoleh data atau keterangan
tentang peserta didik tertentu yang sedang ditangani, dalam upaya
mengentaskan masalahnya.
c. Perencanaan Individual
Melalui perencanaan individual, siswa memiliki pemahaman, penerimaan,
dan pengarahan dirinya secara positif dan konstruktif. Fungsi konselor dalam
perencanaan individual meliputi pemberian pertimbangan, penempatan dan penilaian
individual. Konselor membantu siswa menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya.
29
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal
Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
d. Dukungan Sistem
Dukungan sistem kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan
memantapkan, memelihara, dan meningkatkan program bimbingan secara
menyeluruh melalui pengembangan profesional (hubungan masyarakat dan staf,
konsultasi dengan guru, staf ahli/penasehat), manajemen program, penelitian dan
pengembangan.
6. Rencana operasional
Rencana kegiatan (Action Plan) diperlukan untuk menjamin peluncuran
program bimbingan pribadi sosial dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Rencana kegiatan adalah uraian detail dari program yang menggambarkan struktur isi
program, baik kegiatan di sekolah maupun luar sekolah, untuk memfasilitasi siswa
dalam mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonalnya.
7. Pengembangan Tema/topik
Pengembangan tema merupakan rincian lanjut dari kegiatan yang sudah
diidentifikasi terkait dengan kemampuan komunikasi interpersonal siswa. Tema
secara spesifik dirumuskan dalam bentuk materi untuk setiap komponen program.
8. Pengembangan Satuan Layanan
Dikembangkan secara bertahap sesuai dengan tema/topik.
9. Evaluasi program
Evaluasi program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan
kemampuan komunikasi interpersonal siswa dirumuskan atas dasar tujuan yang ingin
dicapai/indikator keberhasilan. Evaluasi juga berfokus kepada keterlaksanaan
program, sebagai bentuk akuntabilitas pelayanan bimbingan pribadi sosial untuk
mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa.
E. Penelitian Terdahulu
Aelani (2011) : Kemampuan komunikasi interpersonal siswa kelas X SMA
Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 berada pada kategori sedang. Pada
pencapaian aspek kemampuan komunikasi interpersonal siswa, hasil penelitian
30
Ingrit Nanisrinuria,2013
Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal
Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
menunjukkan sebagian besar siswa memiliki kemampuan dalam pengungkapan reaksi
atau tanggapan terhadap situasi yang sedang dihadapi, mampu untuk menempatkan
diri pada posisi atau peranan orang lain, mampu memberikan dorongan atau
pengobaran semangat kepada orang lain, dan siswa memiliki perasaan sama dengan
perasaan orang lain. Sebagian besar siswa belum memiliki sikap positif terhadap
dirinya sendiri maupun terhadap orang lain. Secara keseluruhan setiap aspek dan
indikator komunikasi interpersonal siswa dijadikan landasan pengembangan program
yang diberikan melalui layanan dasar bimbingan, layanan responsif, layanan
perencanaan individual dan dukungan sistem, dengan materi relevan yang telah
disesuaikan dengan hasil analisis kebutuhan siswa kelas X SMA Negeri 15 Bandung
tahun ajaran 2011/2012.
Nuramalia (2007) : Komunikasi antar pribadi dalam proses konseling yang
dilakukan oleh konselor sekolah bahwa hasil penelitian menunjukkan konselor di
SMAN 1 Tarogong Kidul Garut memiliki pemahaman yang memadai terhadap
konsep-konsep komunikasi antar pribadi. Secara umum penerapan komunikasi antar
pribadi oleh konselor menunjukkan hasil penerapan pada kategori tingkat tinggi yang
ditunjukkan sebanyak 73,3% konseli merasakan penerapan komunikasi antar pribadi
dalam kategori sedang dan tidak terdapat konseli yang masuk dalam kategori rendah.
Noviyanti (2010) : Program Bimbingan dan Konseling Pribadi-Sosial
menitikberatkan pada penjelasan dan pengembangan tentang bagaimana komunikasi
interpersonal yang seharusnya dimiliki siswa agar mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang baru dan berdampak positif bagi diri siswa sendiri dan orang lain.