BAB II
KAJIAN TEORETIS
2.1 Hakikat Remaja masjid
Remaja masjid adalah nama sebuah organisasi remaja, khususnya remaja
yang beragama Islam yang ada di lingkungan mesjid yang sadar akan dirinya
untuk membangun desa. Organisasi ini tumbuh dan berkembang atas inisiatif dari
para remaja di lingkungan mesjid yang ada pada setiap desa maupun kelurahan
untuk menyalurkan aspirasi para remaja dalam kegiatan pembangunan khususnya
pembangunan desa. Dalam Instruksi Dirjen Bimas Islam No. D/INT/188/78
tentang pembentukan remaja mesjid membangun desa bagian I, dikemukakan
pengertian Remaja masjid adalah “perkumpulan remaja Islam yang cinta mesjid
dan sadar akan dirinya untuk ikut serta membangun desa dalam arti kata yang
seluas-luasnya.
Secara organisatoris Remaja masjid adalah seksi remaja dalam struktur
kepengurusan mesjid setempat yang bersifat otonom. Karena itu organisasi
Remaja masjid bersifat lokal pada masing-masing mesjid di desa, tidak
mempunyai jaringan secara vertikal ke atas maupun ke bawah.
Gafur (2007 ;46-47) mendefinisikan bahwa: “Remaja masjid adalah
golongan manusia berusia muda sebagai pengganti remaja masjid terdahulu,
dalam hal ini golongan yang berusia 18 tahun sampai 30 tahun dan kadang-
kadang sampai umur 40 tahun.
Remaja masjid adalah komunitas masyarakat muda yang dekat dengan
nilai religius. Sebagai kelompok masyarakat remaja maka kelompok ini sering 8
disebut sebagai kelompok masyarakat labil namun enerjik dan penuh potensi.
Sebagai komunitas masyarakat dalam status remaja masjid, remaja memiliki
kekhasan atau ciri khusus. Menurut Hurlock (dalam Mukhtar dan Samasta,
2003:9) bahwa istilah remaja (adolescence) mengandung pengertian tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa. Dengan demikian kelompok ini pada dasarnya dalam
proses pencarian jati diri untuk menjadi dewasa.
Secara psikologis, masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi
dengan masyarakat dewasa. Mereka tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-
orang yang lebih tua, tetapi cenderung merasa berada dalam tingkatan yang sama,
setidaknya dalam masalah hak. Sementara itu secara intelektual, remaja memiliki
perubahan yang mencolok, yaitu terjadinya transfortasi intelektual yang khas dari
cara berfikir remaja, dan ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam
hubungan sosial dengan orang dewasa.
Hurlock (dalam Anoraga dan Sayuti; 2005:9) bahwa masa remaja
memiliki karakteristik tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan
sesudahnya. Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut: 1) masa yang penting;
walau semua periode dalam rentang penting, namun kadar kepentingannya
berbeda-beda. Ada beberapa periode yang lebih penting daripada lainnya, yaitu
periode yang dilihat dari akibat langsung terhadap sikap dan perilaku serta akibat-
akibat jangka panjang lainnya. Periode yang penting lainnya adalah akibat fisik
dan akibat psikologis. Pada remaja kedua periode ini dianggap sama pentingnya,
2) masa peralihan pada masa remaja yang sedang berlangsung masa peralihan,
tidak berarti terputusnya hubungan dengan perubahan yang telah terjadi
sebelumnya, melainkan lebih baik sebagai sebuah peralihan dari satu tahap
perkembangan ke tahap berikutnya. Artinya, apa yang telah tercapai sebelumnya
akan meninggalkan bekas pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang.
Bila anak-anak beralih dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, dia harus
meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan, sering dengan itu
dia juga harus mempelajari pola perilaku dan sikap yang sudah di tinggalkan.
Patut di sadari, bahwa apa yang telah terjadi akan meniggalkan bekasnya dan
akan mempengaruhi pola perilaku dan sikap yang baru. Seperti di jelaskan oleh
Osterrieth dalam Hurlock, ”struktur psikis anak remaja sebagai ciri khas masa
remaja sudah ada pada akhir masa kanak-kanak”. Perubahan fisik yang terjadi
selama tahun awal masa remaja mempengaruhi tingkat perilaku individu dan
mengakibatkan diadakannya penilaian kembali penyesuaian terhadap nilai-nilai
yang berlaku. 3) masa perubahan setiap tahap perubahan sikap dan perilaku
selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa
remaja apabila perubahan fisik menurun, maka perubahan sikap dan perilaku.
Hurlock (dalam Mubyanto. Mangatas. 2008:12-13) mengemukakan bahwa
ada lima perubahan yang sama dan hampir bersifat universal, pada masa remaja
yaitu pertama, meningginya emosi. Intensitasnya tergantung pada tingkat
perubahan fisik dan psikologis yang terjadi, karena perubahan emosi biasanya
terjadi lebih cepat selama masa awal periode akhir masa remaja. Kedua,
perubahan tubuh, minat dan peran yang di harapkan oleh kelompok sosial untuk
dipesankan, menimbulkan masalah baru. Bagi remajamuda, masalah baru yang
timbul tampaknya lebih banyak dan lebih sulit di selesaikan di bandingkan
masalah yang di hadapi sebelumnya, Remaja akan tetap merasa dibebani masalah,
sampai ia sendiri menyelesaikannya menurut kepuasannya. Ketiga, perubahan
dalam bentuk fisik dan minat serta aturan-aturan kelompok sosial di mana mereka
telah mampu menciptakan masalah-masalah baru. Keempat, dengan berubahnya
minat pola perilaku, maka nilai-nilai juga beruba. Apa yang terjadi pada masa
kanak-kanak dianggap penting, sekarang telah hampir dewasa tidak penting lagi.
Misalnya, sebagian besar remaja tidak lagi menganggap bahwa banyaknya teman
merupakan petunjuk popularitas yang lebih penting daripada sifat-sifat yang
dikagumi dan dihargai oleh teman-teman sebayanya. Sekarang mereka mengerti
bahwa kualitas lebih penting daripada kualitas. Dan Kelima, sebagian besar
remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Mereka menginginkan dan
menuntut kebebasan, tetapi mereka sering takut bertanggung jawab akan
akibatnya dan meragukan kemampuan mereka untuk dapat mengatasi tanggung
jawab tersebut.
Beragam ciri khas yang menjadi karakteristik remaja dalam
perkembangannya tersebut diharapkan tidak menjadi penghambat yang berarti
dalam mengaktualisasikan tugas dan perannya sebagai generasi harapan bangsa.
Oleh karenanya remaja masjid diharapkan menjadi pelopor utama dalam
pembangunan di desa.
Koentjaraningrat (2000:151) mengemukakan bahwa dalam masyarakat
Indonesia misalnya ada konsep golongan remaja masjid . Golongan sosial ini
terdiri dari manusia yang oleh pihak luar disatukan berdasarkan atas satu ciri,
yaitu “sifat muda. “Namun, kecuali ciri obyektif tersebut, golongan sosial ini
digambarkan oleh umum sebagai suatu golongan manusia yang penuh idealisme,
yang belum terikat oleh kewajiban-kewajiban hidup yang membebankan, dan
yang karena itu masih sanggup mengabdi dan berkorban kepada masyarakat, yang
masih penuh semangat dan vitalitas, yang mempunyai daya memperbarui serta
kreatifitas yang besar dan sebagainya.
Dari uraian di atas, remaja masjid pada hakikatnya dilambangkan
sekelompok orang dalam masyarakat yang masih berada pada periode usia muda
yang masih banyak mengalami perkembangan dalam masa hidupnya. Dengan
demikian remaja masjid yang menjadi sasaran penelitian ini dibatasi pada mereka
yang berumur 15-30 tahun yang diyakini pemikiran jernih dalam mewujudkan
kemampuan demi kelangsungan pembangunan bangsa
Dari pengertian Remaja masjid yang dikemukakan di atas, nampak bahwa
remaja yang tergabung dalam organisasi Remaja masjid adalah remaja Islam yang
cinta mesjid. Cinta mesjid disini mengandung makna selalu memakmurkan mesjid
atau selalu menghidupkan mesjid pada setiap suatu shalat. Di samping itu para
remaja yang tergabung dalam organisasi Remaja masjid menyadari tentang
kewajiban sebagai warga negara khususnya warga desa untuk ikut serta
membangun desa dalam arti luas, yakni menyangkut berbagai aspek kehidupan
masyarakat.karena itu dalam menunjang kegiatan pembangunan desa Remaja
masjid mempunyai tujuh kegiatan yang dikenal dengan “Sapta Bangun”. Jadi pada
pokoknya Remaja masjid berfungsi sebagai wadah remaja Islam taat terhadap
agamanya dan memiliki kesadaran untuk membangun lingkungannya. Dalam
melaksanakan kegiatannya organisasi ini harus bekerja sama dengan pengurus
Takmirul Mesjid dan pembinaan agama (P2A) setempat agar kegiatannya
terintegrasi dan dapat mencapai sasaran yang tepat.
Adapun yang menjadi tujuan dibentuknya Remaja masjid sesuai Instruksi
Direktorat Jenderal Dinas Islam dan Urusan Haji No. D/INT/188/78 bagian III
adalah: 1) tempat latihan remaja mempersiapkan diri sebagai seorang muslim
warga negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila dalam rangka menyongsong
masa depan mengisi kemerdekaan Indonesia dengan berbagai kemampuan dan
keterampilan, 2) tempat mengabdikan diri untuk ikut serta secara aktif dalam
kegiatan pembangunan desa, sesuai dengan sasaran pembangunan Indonesia
secara keseluruhan dan dalam arti kata yang seluas-luasnya. (Dirjen Dinas Islam
dan Urusan Haji, 2008:1)
Sesuai dengan tujuan Remaja masjid seperti yang dikemukakan di atas,
jelas bahwa Remaja masjid adalah merupakan wadah pembinaan dan
pengembangan generasi muda Islam, sekaligus sebagai wadah peran mereka
dalam pembangunan desa adalah sangat tepat sebab untuk menggerakkan para
remaja untuk ikut serta aktif dalam pembangunan adalah lebih efektif bila
digerakkan melalui suatu wadah. Lagi pula rasa kebersamaan dan kegotong-
royongan dalam suatu organisasi akan lebih merangsang para remaja untuk ikut
serta aktif dalam berbagai kegiatan yang menunjang program-program
pembangunan.
Remaja masjid sebagai remaja masjid dalam merumuskan sasaran yang
hendak dicapai harus sejalan dengan sasaran pembinaan dan pengembangan
generasi muda pada umumnya. Dalam buku Dasar-Dasar Pembinaan dan
Pengembangan Generasi Muda yang dihimpun oleh Drs. Fien Soebroto (2003:99)
dirumuskan sasaran pembinaan dan pengembangan generasi muda yang pokok-
pokoknya sebagai berikut: 1) Sasaran pembinaan kerohanian, kepribaian dan
kebudayaan, 2) Sasaran pembinaan jasmaniah, 3) Sasaran pembinaan dan
pengembangan intelek, 4) Sasaran pembinaan dan pengembangan kerja dan
profesi, 5) Sasaran pembinaan ideology, 6) Sasaran pembinaan dan
pengembangan patriotisme, 7) Sasaran pembinaan dan pengembangan
Kepemimpinan, 8) Ketujuh sasaran pembinaan dan pengembangan tersebut, tidak
mutlak menjadi sasaran yang hendak dicapai oleh setiap remaja masjid Dalam hal
ini remaja masjid dapat menjabarkan sasaran yang hendak dicapai dengan
menekankan pada aspek-aspek tertentu.
Adapun sasaran Remaja masjid sebagaimana dirumuskan pada bagian IV
Instruksi Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji adalah sebagai berikut: 1)
Tercapainya kondisi sikap mental, pengetahuan dan keterampilan, sikap sebagai
warga negara yang sadar dan bertanggung jawaban terhadap nusa dan bangsa,k 2)
Terwujudnya keterampilan individu remaja dalam bidang olahraga, kesehatan
jasmani, ketaatan beribadah kepada Allah SWT dan memasyarakatkan nilai-nilai
ajaran Agama Islam dalam kehidupan sehari-hari yang bercirikan kasih sayang,
suka menolong yang lemah, menghindari kerusakan dan kemiskinan dan lain-
lainnya, 3) Membiasakan kehidupan berpancasila, seperti sikap mental dan prilaku
demokratis, berkeadilan sosial dan berorientasi pada masa depan yang lebih baik
dan 4) Membudayakan nilai-nilai keTuhananYang Maha Esa dimasyarakat,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan indonesia, kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalma permusyawaratan perwakilan dan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Berdasarkan uraian tersebut jelas bahwa eksistensi remaja masjid pada
dasarnya merupakan perkumpulan pemuda masjid yang melakukan aktivitas
sosial dan ibadah di lingkungan suatu masjid. Dalam melakukan aktivitasnya pada
remaja masjid ini bertujuan untuk ibadah dan membantu mengoptimalkan
pencapaian kemaslahatan ummat.
2.2 Pengertian Peran
“Peran adalah istilah dalam ilmu manajemen. Meskipun demikian saat ini
istilah peran tidak lagi menjadi monopoli ilmu manajemen,a artinya istilah itu
menjadi milik umum dalam arti yang luas. Istilah peran sering kita jumpai dalam
surat kabar, majalah, pidato para pemimpin, bahkan dalam percakapan sehari-hari.
Syah, Muhibbin (2005:1) mengemukakan bahwa istilah peran diambil
dalam bahasa asing yang artinya mengikutsertakan pihak lain. Seorang pemimpin
akan lebih berhasil dalam melaksanakan tugas-tugasnya bila mampu
meningkatkan peran bawahannya. Oleh karena itu, setiap pemimpin dalam bidang
apapun, mulai dari tingkat paling atas sampai tingkat yang paling bawah, harus
mampu meningkatkan peran bawahannya.
Secara harfiah, peran berarti "turut ikutserta dalam suatu kegiatan”,
“keikutsertaan atau peran serta dalam suatu kegiatan”, “peran serta aktif atau
proaktif dalam suatu kegiatan”. Peran dapat didefinisikan secara luas sebagai
"bentuk keterlibatan dan keikutsertaan masyarakat secara aktif dan sukarela, baik
karena alasan-alasan dari dalam dirinya (intrinsik) maupun dari luar dirinya
(ekstrinsik) dalam keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan"
2.3 Hakikat Keutamaan Membaca Al-Quran
Keutamaan Al-Qur‟an yang terbesar adalah Al Quran merupakan kalam
Allah SWT. Al-Qur‟an adalah kitab yang diturunkan dengan penuh berkah. Al-
Qur‟an memberikan petunjuk manusia kepada jalan yang lurus. Tidak ada
keburukan di dalamnya, oleh karena itu sebaik-baik manusia adalah mereka yang
mempelajari Al-Qur‟an dan mengajarkannya. Rasulullah SAW bersabda, ”Sebaik-
baik orang diantara kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur‟an dan
mengajarkannya.” (HR. Bukhori).
Al-Qur‟an diturunkan untuk dibaca oleh setiap orang muslim, direnungkan dan
dipahami makna, perintah dan larangannya, kemudian diamalkan. Sehingga ia
akan menjadi hujjah baginya di hadapan Tuhannya dan pemberi syafa‟at baginya
pada hari Kiamat. Allah telah menjamin bagi siapa yang membaca Al-Qur‟an dan
mengamalkan isi kandungannya tidak akan tersesat di dunia dan tidak celaka di
akhirat, dengan firmanNya: “…. Barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak
akan sesat dan tidak akan celaka.” (Thaha:123)
Rasulullah Saw bersabda, “Sebaik-baik kamu adalah orang yg
mempelajari Al-Qur‟an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari) Rasulullah
Saw selalu membaca Al-Qur‟an. Beliau juga suka mendengarkan bacaan dari
sahabatnya, khususnya sahabat Ibnu Mas‟ud. Beliau berlinang air matanya bila
membaca dan mendengarkan bacaan Al-Qur‟an, seperti yang dikisahkan dalam
sebuah hadist dari Ibnu Mas‟ud: Suatu ketika Rasulullah Saw meminta Ibnu
Mas‟ud untuk membacakan Al-Qur‟an. Ibnu Mas‟ud berkata: “Ya Rasulullah,
bagaimanakah saya membacakan untukmu, padahalAl-Qur‟an diturunkan
kepadamu?”. Dijawab Nabi SAW: “Saya ingin mendengar dari orang lain”. Ibnu
Mas‟ud berkata, ”Maka saya bacakan surat An Nisa hingga sampai pada ayat“Fa
kaifa idzaa ji‟na min kulli ummatin bisyahidin waji‟na bika ‟ala ha‟ula‟i
syahiida” (Bagaimanakah jika Kami telah mendatangkan untuk setiap ummat
saksinya dan Kami jadikan engkau sebagai saksi atas semua ummat itu). Nabi
bersabda, “Cukuplah sampai di sini”. Saya menoleh melihat nabi SAW sedang
bercucuran air mata.“ {HR. Bukhari dan Muslim}.
Sahabat Rasulullah Saw juga selalu membaca Al-Qur‟an. Ketika mereka
menemukan ayat yang berkaitan dengan azab Allah, mereka membacanya
berulang-ulang hingga berlinang air mata. Abu Bakar ra, jika beliau menjadi
imam ketika sholat, maka akan terdengar isakan tangis beliau. Suatu ketika
seorang sahabat ingin ke pasar mendapati Asma binti Abu Bakar membaca salah
satu ayat diulang-ulang sambil menangis. Ketika sahabat tersebut kembali dari
pasar, ia masih membaca ayat yang sama sambil menangis. Itulah sikap
Rasulullah Saw dan para sahabatnya ketika membaca Al-Qur‟an. Kita sebagai
ummat dan sebagai generasi penerusnya berusaha untuk bersikap seperti yang
telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw dan para sahabatnya ketika membaca Al-
Qur‟an.
Menurut Al-Hikmah (2011:2-3) mengutamakan beberapa
Keutamaan membaca Al Quran Menurut Beberapa Ayat Suci Sl Quran dan
Hadits Shahih :
1. Firman Allah Swt: “Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur‟an)
untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar
gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (An-Nahl: 89)
2. Firman Allah Swt: “Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah,
dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-
orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab
itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya
yang terang benderang dengan seizin-Nya dan menunjuki mereka ke jalan
yang lurus.” (Al-Ma‟idah: 15-16).
3. Firman Allah Swt: “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu
pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada)
dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi ouang-orang yang beriman. ”
(Yunus: 57).
4. Sabda Rasulullah Saw: “Bacalah Al-Qur‟an, karena ia akan datang pada hari
Kiamat sebagai pemberi syafa „at bagi pembacanya.” (HR. Muslim dari Abu
Umamah).
5. Dari An-Nawwas bin Sam‟an ra. katanya: Aku mendengar Rasulullah Saw
bersabda: “Didatangkan pada hari Kiamat Al-Qur‟an dan para pembacanya
yang mereka itu dahulu mengamalkannya di dunia, dengan didahului oleh
surat Al Baqarah dan Ali Imran yang membela pembaca kedua surat ini.” (HR,
Muslim).
6. Dari Utsman bin Affan ra, katanya: Rasulullah Saw bersabda: “Sebaik-baik
kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur‟an dan mengajarkannya.” (HR.
Al-Bukhari)
7. Dari Ibnu Mas‟ud ra, katanya: Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa
membaca satu huruf dari kitab Allah maka baginya satu kebaikan, dan satu
kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif lam mim
itu satu huruf; tetapi alif satu huruf; lam satu huruf dan mim satu huruf.” (HR.
At-Tirmidzi, katanya: hadits hasan shahih).
8. Dari Abdullah bin Amr bin Al „Ash ra, bahwa Nabi Saw bersabda: “Dikatakan
kepada pembaca Al-Qur‟an: “Bacalah, naiklah dan bacalah dengan pelan
sebagaimana yang telah kamu lakukan di dunia, karena kedudukanmu adalah
pada akhir ayat yang kamu baca.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi dengan
mengatakan: hadits hasan shahih).
9. Dari Aisyah ra, katanya: Nabi Saw bersabda: “Orang yang membaca Al-
Qur‟an dengan mahir adalah bersama para malaikat yang mulia lagi taat,
sedangkan orang yang membaca Al-Quran dengan tergagap dan susah
membacanya baginya dua pahala.” (Hadits Muttafaq „Alaih). Dua pahala,
yakni pahala membaca dan pahala susah payahnya.
10. 10. Dari Ibnu Umar ra, Nabi Saw bersabda: “Tidak boleh hasad (iri) kecuali
dalam dua perkara, yaitu: orang yang dikaruniai Allah Al-Qur‟an lalu
diamalkannya pada waktu malam dan siang, dan orang yang dikaruniai Allah
harta lalu diinfakkannya pada waktu malam dan siang”. (Hadits Muttafaq
„Alaih). Yang dimaksud hasad di sini yaitu mengharapkan seperti apa yang
dimiliki orang lain. (Lihat kitab Riyadhus Shaalihiin, hlm. 467-469).
11. 11. Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah mempunyai 2 ahli
diantara manusia”. Sahabat bertanya, ”Siapakah mereka itu wahai
Rasulullah?”. Beliau menjawab, “Ahli Al-Qur‟an adalah ahli Allah, dan
orang-Nya khusus.” (HR Ahmad dan Ibnu Majah).
12. Dalam hadist yang lain, Rasulullah SAW bersabda: Dikatakan kepada orang
yang berteman dengan Al-Qur‟an, “Bacalah dan bacalah sekali lagi serta
bacalah dengan tartil, seperti yang dilakukan di dunia, karena manzilah-mu
terletak di akhir ayat yang engkau baca. “ (HR Tirmidzi)
13. Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya Al-Qur‟an bertemu pembacanya
pada hari kiamat saat kuburannya dikuak, dalam rupa seorang laki-laki yang
pucat. Dia (Al-Qur‟a) bertanya, “apakah engkau mengenalku? Dia
menjawab, “aku tidak mengenalmu!”. Al-Qur‟an berkata, “Aku adalah
temanmu, Al-Qur‟an, yang membuatmu kehausan pada siang hari yang panas
dan membuatmu terjaga pada malam hari. Sesungguhnya pedagang itu
mengharapkan hasil dagangannya, dan sesungguh+nya pada hari ini aku
adalah milikmu dari hasil seluruh perdaganganmu, lalu dia memberikan hak
milik orang itu Al-Qur‟an dengan tangan kanan dan memberikan keabadian
dengan tangan kirinya, lalu di atas kepalanya disematkan mahkota yang
berwibawa, sedangkan Al-Qur‟an mengenakan 2 pakaian yang tidak kuat
disangga oleh dunia. Kedua pakaian ini bertanya, “Karena apa kami engkau
kenakan?”. Ada yang menjawab: “Karena peranan Al-Qur‟an. Kemudian
dikatakan kepada orang itu,”Bacalah sambil naik ketingkatan-tingkatan
syurga dan biliknya, maka dia naik sesuai dengan apa yang dibacanya, baik
baca dengan cepat, maupun dengan tartil.” (HR Ahmad).
14. Dari Abu Umamah ra, Rasulullah Saw bersabda, “Bacalah Al-Qur‟an, karena
ia akan datang pada hari kiamat, sebagai pembela pada orang yang
mempelajari dan mentaatinya.” (HR Muslim).
15. Dari An Nawas bin Sam‟an, Rasulullah Saw bersabda, ”Pada hari kiamat
akan didatangkan Al-Qur‟an dan orang-orang yang mempraktekan di dunia,
didahului oleh surah Al Baqarah dan Ali Imran yang akan membela dan
mempertahankan orang-orang yang mentaatinya.” (HR. Muslim).
16. Dari Ibnu Mas‟ud ra, Rasulullah Saw bersabda, ” Barang siapa
yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka akan mendapat hasanat dan
tiap hasanat mempunyai pahala berlipat 10 kali. Saya tidak berkata Alif Lam
Mim itu satu huruf, tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf, dn Mim satu huruf.”
(HR Tirmidzi)
17. Dari Aisyah ra, Raslullah Saw bersabda, ”Orang yang mahir dalam
membaca Al-Qur‟an akan berkumpul para malaikat yang mulia-mulia lagi
taat. Sedang siapa orang yang megap-megap dan berat jika membaca Al-
Qur‟an, mendapat pahala 2 kali lipat.” (HR Bukhari, Muslim)
18. Dari Al Barra bin Azib ra, “ Ada seorang membaca surat Al Kahfi sedang
tidak jauh dari tempatnya, ada kuda yang terikat dengan tali kanan kiri, tiba-
tiba orang itu diliputi oleh cahaya yang selalu mendekat kepadanya, sedang
kuda itu lari ketakutan. Dan pada pagi hari ia datang memberi tahu kejadian
itu kepada Nabi Saw, maka bersabda nabi Saw, ”Itulah ketenangan (rahmat)
yang telah turun untuk bacaan Al-Qur‟an itu.” (HR Bukhori dan Muslim).
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa keutamaan membaca Al
Quran. Terkait dengan hal ini maka diperlukan upaya untuk meningkatkan
penguasaan dalam membaca Al-Quran sehingga keutamaan dalam membaca Al-
Quran dapat diraih oleh setiap muslim
2.4 Peran Remaja masjid dalam membudayakan penguasaan Membaca
Al- Quran
Remaja masjid merupakan generasi harapan bangsa yang diharapkan
mampu menjadi pelopor dalam kegiatan pembangunan terutama menanggulangi
masalah kenakalan remaja. Kepoloporan remaja masjid dalam peningkatan
penguasaan membaca Al- Quran termanifestasi dalam bentuk peran yang
ditunjukkan dalam berbagai aktivitas kegiatan yang ditekuni oleh remaja masjid
Dalam konteks ini kepekaan semua komponen bangsa dalam hubungan
dengan pembinaan dan pengembangan remaja merupakan hal yang sangat penting
untuk kelangsungan kehidupan bangsa, karena disadari tanpa keikutsertaan remaja
mustahil keberhasilan pembangunan akan tercapai. Potensi remaja sebagai
sumberdaya manusia merupakan modal dasar pembangunan yang perlu
dipersiapkan agar mereka benar-benar menjadi generasi yang berkualitas,
berwawasan luas, kreatif, mandiri, sehingga mampu berpartisipasi nyata
melakukan perubahan-perubahan yang menjurus ke arah akselarasi pembangunan.
Dengan potensi yang dimilikinya remaja diharapkan akan mampu membantu
dalam pelaksanaan pembangunan nasional.
Membaca Al-Qur‟an merupakan ibadah yang paling utama dan dicintai
Allah. Dalam hal ini para ulama sepakat, bahwa hukum membaca Al-Qur‟an
adalah wajib „ain. Maknanya, setiap individu yang mengaku dirinya muslim harus
mampu baca Al-Qur‟an dengan baik dan benar. Kalau tidak, maka ia berdosa.
Karena bagaimana mungkin kita mengamalkan al-Qur‟an tanpa mau membaca
dan memahaminya. Beriman terhadap Al-Qur‟an bukan sekedar percaya saja,
namun mesti dibuktikan dengan implementasi yang nyata sebagai tuntutan dari
iman tersebut yaitu membaca, memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Al-Qur‟an merupakan pedoman, konsep, dan aturan hidup manusia. Dalam
konteks hablum minallah, Al-Qur‟an mengatur relasi hamba dengan khaliqnya.
Hubungan vertikal ini dalam bahasa syariat disebut ibadah seperti shalat, puasa,
zakat dan haji. Sedangkan dalam konteks hablum minan naas, Al-Qur‟an
menjelaskan tata cara pergaulan dan hubungan manusia dengan dirinya, manusia
lain dan makhluk Allah lainnya. Hubungan horizontal ini dikenal dengan sebutan
muamalah. Konkritnya, Al-Qur‟an memberi petunjuk bagaimana mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Mengamalkan al-Qur‟an merupakan kewajiban bagi setiap muslim,
bahkan menjadi syarat utama menjadi seorang yang beriman. Allah swt dan
Rasul-Nya saw telah memerintahkan kita untuk mengamalkan ajaran Al-Qur‟an
dan as-Sunnah, agar kita selamat dunia dan akhirat. Bahkan Rasulullah saw
mengingatkan kita akan penting pengamalan terhadap Al-Qur‟an dan sunnah
Rasul saw dengan sabdanya, “Aku tinggalkan kepada kamu sekalian dua hal, jika
kamu berpegang teguh kepada keduanya niscaya kamu tidak akan sesat selama-
lamanya, yaitu al-Qur‟an dan Sunnah Rasul saw.” (H.R. At-Tirmizi) Hadits ini
menunjukkan bahwa orang yang sesat itu orang meninggalkan ajaran al-Qur‟an
dan As-Sunnah.
Namun selama ini kebanyakan umat Islam telah meninggalkan al-Qur‟an.
Al-Qur‟an tidak mendapat perhatian dan tidak dibaca untuk diamalkan
sebagaimana mereka sibuk membaca bacaan lain selainnya. Selama ini kita
mampu membaca surat kabar, majalah dan buku setiap hari, namun kita tidak
mampu membaca Al-Qur‟an.
Membaca dan mengkhatamkan surat kabar yang jumlah kata atau hurufnya
hampir sama dengan 1 juz Al-Qur‟an dalam waktu belasan menit, namun kita
tidak mampu membaca beberapa halaman dari Al-Qur‟an. Begitu pula kita
mampu membaca majalah yang tebalnya seperempat atau sepertiga Al-Qur‟an
dalam waktu beberapa jam, namun giliranya membaca Al-Qur‟an kita tidak
mampu membaca beberapa juz dalam waktu yang sama. Bahkan kita mampu
membaca dan mengkhatamkan buku novel, komik dan roman yang tebalnya sama
dengan al-Qur‟an dalam waktu seminggu, namun kita tidak mampu
mengkhatamkan al-Qur‟an dalam waktu yang sama, bahkan sebulan sekalipun.
Inilah kondisi iman kita saat ini yang sangat lemah dan kritis.
Sejatinya kita bercermin kepada kehidupan orang-orang yang shalih.
Mereka menjadikan al-Qur‟an sebagai buku bacaan hariannya. Mereka tidak
pernah bosan dan kenyang dengan al-Qur‟an, sebagaimana diungkapkan oleh
Utsman bin Affan radhiyallahu „anhu, “Kalau hati kita bersih, maka kita tidak
pernah kenyang dengan al-Qur‟an.” Karena dengan senantiasa membaca al-
Qur‟an, kita akan mendapatkan banyak kebaikan.
Asy syahid Sayyid Quthub mengatakan dalam muqaddimah tafsirnya,
“Hidup dalam naungan al-Qur‟an adalah nikmat. Nikmat yang hanya diketahui
oleh siapa yang telah merasakannya. Nikmat yang akan menambah usia,
memberkahi dan menyucikannya.”
Sungguh banyak keutamaan dan keuntungan yang diperoleh bagi orang
yang membaca al-Qur‟an. Keuntungan tersebut tidak dimiliki oleh bacaan lainnya
seperti surat kabar, majalah dan buku. Diantara keutamaan dan keuntungan orang
yang membaca al-Qur‟an yaitu;
Pertama: orang yang membaca Al-Qur‟an akan mendapatkan syafaat
(pertolongan) pada hari Kiamat nantinya berdasarkan sabda Rasulullah saw
bersabda:”Bacalah al-Qur‟an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat
nanti memberi syafaat bagi orang yang membacanya.”(H. R. Muslim). Tentunya
tidak hanya sekedar membaca, juga mengamalkannya. Namun demikian, tanpa
membaca al-Qur‟an maka tidak mungkin kita mengamalkannya. Selain Rasulllah
saw, tidak seorangpun yang mampu memberikan pertolongan kepada seseorang
pada hari hisab, kecuali al-Qur‟an yang dibaca selama ia hidup di dunia.
Kedua, Rasulullah saw menegaskan bahwa orang yang terbaik di antara
manusia adalah orang yang mau mempelajari dan mengajarkan Al-Qur‟an, sesuai
dengan sabdanya, ”Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Qur‟an dan
yang mengajarkannya” (H.R. Bukhari). Oleh karena itu, orang yang terbaik di
dunia ini bukanlah orang yang punya memiliki harta yang melimpah, jabatan
maupun pangkat yang tinggi. Namun, disisi Allah Swt orang terbaik itu adalah
orang yang mau belajar al-Qur‟an dan mengajarkan kepada orang lain.
Ketiga, orang yang pandai membaca Al-Qur‟an akan disediakan tempat
yang paling istimewa di surga bersama para malaikat yang suci. Sedangkan orang
yang membaca terbata-bata (belum pandai), maka ia akan diberi dua pahala yaitu
pahala mau belajar dan kesungguhan membaca, sesuai dengan sabda Rasulullah
saw, ”Orang yang pandai membaca Al-Qur‟an akan ditempatkan bersama
kelompok para Malaikat yang mulia dan terpuji. Adapun orang yang terbata-bata
dan sulit membacanya akan mendapat dua pahala.” (H.R Bukhari & Muslim).
Keempat, kejayaan suatu umat Islam itu dengan membaca al-Qur‟an dan
mengamalkannya. Namun sebaliknya, musibah yang menimpa umat ini
disebabkan karena sikap acuh tak acuh kepada al-Qur‟an dan meninggalkannya.
Rasulullah saw bersabda: ”Sesungguhnya Allah Swt meninggikan (derajat) ummat
manusia ini dengan Al-Qur‟an dan membinasakannya pula dengan Al-Qur‟an”
(H.R Muslim). Inilah rahasia mengapa generasi awal umat Islam (generasi
sahabat, tabi‟in dan tabi‟itabi‟in) menjadi generasi terbaik umat ini sebagaimana
dinyatakan oleh Rasul saw.
Kelima, orang yang membaca dan mendengar Al-Qur‟an akan
mendapatkan sakinah, rahmah, doa malaikat dan pujian dari Allah. Nabi saw
bersabda: ”Tidaklah suatu kaum berkumpul dalam salah satu rumah Allah
(masjid) untuk membaca Kitabullah (al-Qur‟an) dan mempelajarinya, melainkan
ketenangan jiwa bagi mereka, mereka diliputi oleh rahmat, dikelilingi oleh para
malaikat, dan Allah menyebut nama-nama mereka di hadapan para Malaikat
yang ada di sisi-Nya.” (H.R Muslim).
Memang, membaca dan mendengarkan ayat-ayat al-Qur‟an menentramkan
hati kita sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah Swt, ““...Ingatlah, hanya
dengan zikir (mengingat) Allah hati menjadi tenang”. (Q.S Ar-Ra‟d: 28). Al-
Qur‟an merupakan zikir yang paling afdhal (utama). Oleh karena itu, ketenangan
tidaklah diperoleh dengan harta yang banyak, pangkat dan jabatan, namun
diperoleh dengan sejauh mana interaksi kita dengan al-Qur‟an.
Keenam, mendapat pahala yang berlipat ganda. Rasulullah Saw
bersabda: ”Barangsiapa yang membaca satu huruf Kitabullah maka ia mendapat
satu kebaikan, dan satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. Aku
tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf, tapi alif itu satu huruf (H.R at-
Tirmizi) Membaca “alif lam mim” saja kita mendapatkan pahala sebanyak 30
kebaikan, maka bagaimana dengan membaca sejumah ayat-ayat yang dalam satu
halaman al-Qur‟an.
Hadiyat (2011:3) mengemukakan bahwa terdapat beberapa peran yang
dapat dilakukan remaja masjid dalam usaha untuk meningkatkan penguasaan
membaca Al-Quran sebagai berikut:
1) Mengadakan pembinaan secara berkelanjutan melalui Taman Pengajian Al-
Quran yang dipelopori oleh tokoh agama dan tokoh masyarakat, untuk
menjelaskan mudharat dari konsumsi minuman keras.
2) Membudayakan kegiatan keremajaan di desa dengan menggalang potensi
yang dimiliki oleh seluruh remaja untuk menggiatkan Taman Pengajian Al-
Quran
3) Menggiatkan aktivitas membaca Al-Quran dikalangan remaja sehingga
menjadi contoh positif untuk diikuti.
Melalui peran yang dikemukakan di atas diharapkan remaja akan memiliki
kontribusi yang positif dalam meningkatkan penguasaan membaca Al-Quran bagi
para jamaah masjid di desanya.
2.5 Kajian Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang peran remaja masjid telah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya diantaranya:
1. Jafar Mohamad. 2010, dalam penelitiannya yang berjudul Peran Remaja
masjid Dalam Pemberdayaan Pemuda Melalui Kegiatan Kuliah Ba‟da Subuh
di Desa Limehe Timur Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo,
menyimpulkan bahwa Peran remaja masjid dalam pemberdayaan pemuda
melalui kegiatan kuliah ba‟da subuh di Desa Limehe Timur Kecamatan
Tabongo Kabupaten Gorontalo secara umum berada pada kategori cukup baik
dengan persentase 68.87%
2. Hadijah Rahmola, tahun 2009, dalam penelitiannya yang berjudul “Peran
Remaja masjid peningkatan motivasi warga untuk beribadah di Desa
Dulamoyo Kecamatan Telaga Biru, menyimpulkan bahwa secara umum
remaja masjid menunjukkan perannya yang optimal dalam mendukung
membudayakan motivasi warga untuk beribadah di Desa Dulamoyo
Kecamatan Telaga Biru