14
STEI
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Review Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
Hasil analisis Hermuningsih (2014) menyatakan bahwa profitabilitas
berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal, size berpengaruh positif
signifikan terhadap struktur modal, struktur modal berpengaruh positif signifikan
terhadap nilai perusahaan, profitabilitas dan ukuran perusahaan memiliki
pengaruh tidak langsung terhadap nilai perusahaan dengan strukur modal sebagai
variabel Intervening. Hasil analisis Ernawati (2016) menyatakan bahwa
profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan, leverage
berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan, dan ukuran perusahaan
berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.
Hasil analisis Prasetyorini (2013) menyatakan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap nilai perusahaan, Price Earning Ratio (PER) berpengaruh
terhadap nilai perusahaan, profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan,
dan leverage tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Hasil analisis Suksmana (2015) menyatakan bahwa profitabilitas
berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan, struktur modal
berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan, dan ukuran perusahaan
tidak pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Hasil analisis Putri (2016) menyatakan bahwa struktur aktiva berpengaruh
positif signifikan terhadap struktur modal, pertumbuhan penjualan tidak
15
berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal, ukuran perusahaan
berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal, dan profitabilitas
berpengaruh positif terhadap struktur modal.
Hasil analisis Febriyanto (2018) menyatakan bahwa Leverage berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan, pertumbuhan penjualan berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan, dan Likuiditas berpengaruh negatif terhadap nilai
perusahaan.
Hasil analisis Saleh, Zahirdin, et all (2017) menyatakan bahwa investor
institusional dan ukuran perusahaan, serta rasio hutang, penting dalam
menjelaskan kinerja perusahaan, sementara manajerial kepemilikan berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap kinerja perusahaan di Indonesia industri ini.
Hasil analisis Chasanah (2018) menyatakan bahwa profitabilitas
berpengaruh terhadap nilai perusahaan, sedangkan likuiditas, struktur modal, dan
ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Hasil analisis Zuhroh (2019) menyatakan bahwa Profitabilitas berpengaruh
positif signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan likuiditas dan ukuran
perusahaan berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.
Hasil analisis Lubis, dkk (2017) menyatakan bahwa profitabilitas
berpengaruh terhadap nilai perusahaan, sedangkan struktur modal dan likuiditas
tidak berengaruh terhadap nilai perusahaan.
Hasil analisis Mayoriza dan Majidah (2018) menyatakan bahwa struktur
modal tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, profitabilitas berpengaruh
positif signifikan terhadap nilai perusahaan, dan kebijakan deviden berpengaruh
negatif signifikan terhadap nilai perusahaan.
16
Hasil analisis Suryandani (2018) menyatakan bahwa pertumbuhan
perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan, ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan, dan keputusan investasi tidak berpengaruh
terhadap nilai perusahaan.
Hasil analisis Limbong dan Chabachib (2016) menyatakan bahwa
pertumbuhan penjualan berpengaruh positif signifikan, ukuran perusahaan
berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap profitabilitas, profitabilitas dan
struktur modal berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan,
pertumbuhan penjualan dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap nilai perusahaan. Profitabilitas mampu memediasi pengaruh
struktur modaldan pertumbuhan penjualan berdasarkan nilai perusahaan. Tetapi
profitabilitas tidak mampu memediasi pengaruh perusahaan ukuran pada nilai
perusahaan.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pasar Modal
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011:1) menyatakan bahwa pasar
modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang
bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri. Menurut
Martalena dan Malinda (2011:2) menyatakan bahwa pasar modal (capital market)
merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang yang bisa
diperjualbelikan, baik surat hutang (obligasi), ekuiti (saham), reksadana,
instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana
pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan
sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal
17
memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual-beli dan kegiatan terkait
lainnya.
Menurut Widoatmodjo (2012:15) menyatakan bahwa pasar modal dapat
dikatakan pasar abstrak yang diperjualbelikan adalah dana-dana jangka panjang,
yaitu dana yang keterikatannya dalam investasi lebih dari satu tahun. Menurut UU
No.21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan menyatakan bahwa pasar
modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan.
Maka dapat disimpulkan bahwa pasar modal merupakan mekanisme
transaksi jual beli instrument pasar modal jangka panjang antara penjual dan
pembeli baik untuk individu, korporasi mapun pemerintah.Pasar modal memiliki
peran besar bagi perekonomian suatu Negara. Selain sebagai sarana untuk
berinvestasi, pasar modal juga merupakan sumber dana bagi perusahaan.
2.2.1.1. Manfaat Pasar Modal
Menurut Hadi (2013:14) menyatakan bahwa pasar modal banyak
memberikan manfaat antara lain:
1. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan
upaya diversifikasi.
2. Menyediakan indikator utama bagi tren ekonomi negara.
3. Sebagai alokasi sumber dana secara optimal.
4. Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan resiko
yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas dan diversifikasi
investasi.
18
2.2.1.2. Jenis Pasar Modal
Menurut Sunariyah (2011:12) jenis-jenis pasar modal sebagai berikut:
1. Pasar Perdana “Primary Market”
Penawaran saham oleh emiten dilakukan sebelum diperdagangkan di pasar
sekunder.
2. Pasar Sekunder “Secondary Market”
Merupakan perdagangan saham yang telah melewatinya masa penawaran
pada pasar perdana. Saham pada pasar ini telah dijual luas setelah melalui
masa penjualan di pasar perdana.
3. Pasar Ketiga “Third Market”
Merupakan tempat perdagangan saham di luar bursa, bisanya dikoordinir
oleh Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek serta diawasi dan dibina
oleh lembaga keuangan.
4. Pasar Keempat “Fourth Market”
Merupakan bentuk perdagangan efek antara pemegang saham, atau proses
pemindahan sahan antar pemegang saham yang biasanya dalam nominal
besar.
2.2.2. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang
sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi membuat nilai
perusahaan meningkat. Tujuan utama perusahaan menurut theory of the firm
adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (Husnan dan
Pudjiastuti, 2012:132). Pada dasarnya tujuan manajemen keuangan adalah
memaksimumkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan dapat dilihat melalui nilai
19
pasar atau nilai buku perusahaan dari ekuitasnya. Ekuitas menggambarkan total
modal perusahaan dalam neraca keuangan, selain itu nilai pasar dapat menjadi
ukuran nilai perusahaan.
Penilaian nilai perusahaan tidak hanya mengacu pada nilai nominal, kondisi
perusahaan mengalami banyak perubahan setiap waktu secara signifikan. Sebelum
krisis nilai perusahaan dan nominalnya cukup tinggi, tetapi setelah krisis kondisi
perusahaan merosot sementara nilai nominalnya tetap. Menurut Brigham dan
Houston (2012:126) terdapat beberapa pendekatan analisis rasio dalam penilaian
market value, terdiri dari pendekatan price earning ratio (PER), price book value
ratio (PBV), market book ratio (MBR), deviden yield ratio, dan deviden payout
ratio (DPR) dan Tobin’s Q dengan membandingkan rasio pasar saham perusahaan
dengan nilai total aset perusahaan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan Tobin’s Q sebagai proksi nilai
perusahaan, karena Tobin’s Q perusahaan tidak hanya memasukan harga pasar
perusahaan namun memasukan semua unsur hutang dan modal saham perusahaan,
tidak hanya saham biasa saja dan tidak hanya ekuitas saham perusahaan yang
dimasukan namun seluruh aset perusahaan. Dengan memasukan seluruh aset
perusahaan berarti perusahaan tidak hanya terfokus pada satu tipe investor saja
yaitu investor dalam bentuk pemegang saham namun juga untuk kreditur karena
semua sumber pembiayaan operasional perusahaan bukan hanya dari ekuitasnya
tetapi juga dari pinjaman yang diberikan oleh kreditur.
2.2.2.1. Jenis-jenis Nilai Perusahaan
Terdapat lima jenis nilai perusahaan berdasarkan metode perhitungan yang
digunakan, yaitu (Yulius dan Tarigan, 2012:3):
20
1. Nilai nominal adalah nilai yang tercantum secara formal dalam anggaran
dasar perseorangan, disebutkan secara eksplisit dalam neraca perusahaan, dan
juga ditulis secara jelas dalam surat saham kolektif.
2. Nilai pasar sering disebut kurs adalah harga yang terjadi dari proses tawar
menawar di pasar saham. Nilai ini hanya ditentukan jika saham perusahaan
dijual di pasar saham.
3. Nilai intrinsik merupakan konsep yang paling abstrak, karena mengacu
kepada perkiraan nilai riil suatu perusahaan. Nilai perusahaan dalam konsep
nilai intrinsik ini bukan sekedar harga dari sekumpulan aset, melainkan nilai
perusahaan sebagai entitas bisnis yang memiliki kemampuan menghasilkan
keuntungan di kemudian hari.
4. Nilai buku adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konsep
akuntansi. Secara sederhana dihitung dengan membagi selisisih antar total
aset dan total utang dengan jumlah saham yang beredar.
5. Nilai likuidasi adalah nilai jual seluruh aset perusahaan setelah dikurangi
semua kewajiban yang harus dipenuhi. Nilai likuidasi dapat dihitung neraca
performa yang disiapkan ketika suatu perusahaan akan dilikuidasi.
2.2.2.2. Dimensi Perhitungan Nilai Perusahaan
Ningtyas (2014) menjelaskan bahwa nilai perusahaan diindikasikan dengan
menggunakan nilai Tobin’s Q. Semakin tinggi nilai Tobin’s Q, maka akan
berdampak pada semakin baiknya tingkat kepercayaan pasar atas prospek
perusahaan pada masa yang akan datang. Karena apabila nilai perusahaan tinggi
dapat mengindikasikan bahwa tingkat kemakmuran para investornya juga tinggi.
Nilai Tobin’s Q dapat diketahui dengan nilai pasar saham, yaitu jumlah saham
21
biasa yang beredar dikali dengan harga penutupan, dijumlahkan dengan hutang
dan dibagi total aset perusahaan.
.................................... (2.1)
Keterangan:
Q = Nilai Tobin’s Q
TA = Total asset
MVE = Nilai pasar saham (Jumlah saham biasa perusahaan yang beredar dikali
dengan harga penutupan saham)
D = Total hutang (Debt)
Menurut Uniariny (2012) menyatakan bahwa nilai perusahaan dalam
beberapa literatur yang dihitung berdasarkan dengan harga saham disebut dengan
beberapa istilah di antaranya:
1) Price to Book Value (PBV) yaitu perbandingan antara harga saham dengan
nilai buku saham.
2) Enterprise Value (EV) yaitu nilai kapitalisasi market yang dihitung sebagai
nilai kapitalisasi pasar ditambah total kewajiban ditambah minority
interest dan saham preferen dikurangi total kas an ekuivalen kas.
3) Price Earning Ratio (PER) yaitu harga yang brsedia dibayar oleh pembeli
apabila perusahaan itu dijual. PER dapat dirumuskan sebagai PER = Price per
Share / Earning per Share.
4) Tobin’s Q yaitu nilai pasar dari suatu perusahaan dengan membandingkan
nilai pasar suatu perusahaan yang terdaftar dipasar keuangan dengan nilai
penggantian aset (asset replacement value) perusahaan. Tobin’s Q biasanya
digunakan untuk mengukur kinerja pasar.
22
5) Market Value, yaitu nilai perusahaan merupakan nilai pasar atas surat berharga
hutang dan ekuitas perusahaan yang beredar.
2.2.2.3. Metode Perhitungan Nilai Perusahaan
Menurut Ningtyas (2014) menjelaskan bahwa nilai perusahaan
diindikasikan dengan menggunakan nilai Tobin’s Q. Semakin tinggi nilai Tobin’s
Q, maka akan berdampak pada semakin baiknya tingkat kepercayaan pasar atas
prospek perusahaan pada masa yang akan datang. Karena apabila nilai perusahaan
tinggi dapat mengindikasikan bahwa tingkat kemakmuran para investornya juga
tinggi. Nilai Tobin’s Q dapat diketahui dengan nilai pasar saham, yaitu jumlah
saham biasa yang beredar dikali dengan harga penutupan, dijumlahkan dengan
hutang dan dibagi total aset perusahaan.
.................................... (2.1)
Keterangan:
Q = Nilai Tobin’s Q
TA = Total asset
MVE = Nilai pasar saham (Jumlah saham biasa perusahaan yang beredar dikali
dengan harga penutupan saham)
D = Total hutang (Debt)
2.2.3. Struktur Modal
Stuktur modal menurut Riyanto (2010:22) adalah pembelanjaan permanen
yang dicerminkan melalui perimbangan antara modal sendiri dengan hutang
jangka panjang.
23
Struktur modal menurut Fahmi (2011:106) menjelaskan bahwa bentuk
proporsi finansial perusahaan yaitu antara modal yang dimiliki yang bersumber
dari hutang jangka panjang (longterm liabilities) dan ekuitas pemegang saham
(shareholder’s equity) yang menjadi sumber pembiayaan suatu perusahaan. Jadi
struktur modal merupakan gabungan sumber dana perusahaan yang digunakan
sebagai sumber pembiayaan perusahaan.
Struktur modal merupakan kombinasi hutang dan ekuitas dalam struktur
keuangan jangka panjang perusahaan, tidak seperti rasio hutang yang hanya
menggambarkan target komposisi hutang dan ekuitas dalam jangka panjang pada
suatu perusahaan (Nidar, 2016:162). Dari beberapa definisi yang telah
dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa struktur modal merupakan
proporsi keuangan antara hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan
modal sendiri yang digunakan untuk kebutuhan belanja perusahaan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal menurut Sartono
(2012:248), yaitu:
1) Stabilitas Penjualan
Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih amanmemperoleh
lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebihtinggi
dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil.
2) Struktur Aset
Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit cenderung lebih
banyak menggunakan hutang.
24
3) Leverage Operasi
Jika hal-hal lain tetap sama, perusahaan dengan leverage operasi yang lebih kecil
cenderung lebih mampu untuk memperbesar leverage keuangan karena akan
mempunyai resiko bisnis yang lebih kecil.
4) Tingkat Pertumbuhan
Jika hal-hal lain tetap sama, perusahaan yang tumbuh dengan pesat harus lebih
banyak mengandalkan modal eksternal, namun pada saat yang sama perusahaan
yang memiliki pertumbuhan yang pesat sering menghadapi ketidakpastian yang
lebih besar yang cenderung mengurangi keinginannya untuk menggunakan
hutang.
5) Profitabilitas
Seringkali pengamatan menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat
pengembalian yang tinggi atas investasi hanya menggunakan hutang yang relatif
kecil. Pembenaran teoritis mengenai hal ini belum ada, namun penjelasan praktis
atas kenyataan ini adalah bahwa perusahaan yang sangat menguntungkan memang
tidak memerlukan banyak pembiayaan denganhutang. Tingkat pengembalian yang
tinggi memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan
pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal.
6) Pajak
Bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan untuk tujuan perpajakan dan
pengurangan tersebut sangat bernilai bagi perusahaan yang terkena tarif pajak
yang tinggi.
25
7) Pengendalian
Pengaruh hutang melawan saham terhadap posisi pengendalian manajemen dapat
mempengaruhi struktur modal. Apabila manajemen saat ini mempunyai hak suara
untuk mengendalikan perusahaan (mempunyai saham lebih dari 50%) tetapi sama
sekali tidak diperkenankan untuk membeli saham tambahan, mereka mungkin
akan memilih hutang untuk pembiayaan baru. Dilain pihak, manajemen mungkin
memutuskan untuk menggunakan ekuitas jika kondisi keuangan perusahaan
sangat lemah sehingga penggunaan hutang dapat membawa perusahaan pada
risiko kebangkrutan, karena jika perusahaan bangkrut maka para manajer akan
mengambil risiko pengambil alihan. Jadi, pertimbangan pengendalian tidak selalu
menghendaki penggunaan hutang atau ekuitas karena jenis modal yang memberi
perlindungan terbaik bagimanajemen.
8) Sikap Manajemen
Tidak seorang pun dapat membuktikan bahwa struktur modal yang satu akan
membuat harga saham tinggi dari pada struktur modal yang lainnya, manajemen
dapat melakukan pertimbangan sendiri terhadap struktur modal yang tetap.
9) Sikap Pemberi Pinjaman dan Lembaga Penilai Peringkat
Tanpa memperhatikan analisis para manajer atas faktor-faktor penggunaan hutang
yang tepat bagi perusahaan, sikap pemberi pinjaman dan perusahaan penilai
peringkat seringkali mempengaruhi keputusan struktur keuangan. Dalam sebagian
besar kasus, perusahaan membicarakan struktur modalnya dengan memberi
pinjaman dan lembaga penilai peringkat serta sangat memperhatikan masukan
yang diterima.
26
10) Kondisi Pasar
Kondisi di pasar saham dan pasar obligasi mengalami perubahan jangka panjang
dan pendek yang sangat berpengaruh struktur modal perusahaan yang optimal.
11) Kondisi Internal Perusahaan
Kondisi internal perusahaan juga berpengaruh terhadap struktur modal yang
ditargetkan.
2.2.3.1. Teori Struktur Modal
Menurut Harjito dan Martono (2013:169) menyatakan bahwa dalam rangka
mencapai struktur modal yang optimal para ahli merumuskan teori-teori tentang
struktur modal, berikut ini teori struktur rmodal yaitu:
1) Teori Trade-Off
Sejumlah pendapat terdahulu mengarah pada perkembangan yang disebut
dengan teori trade-off dari hutang. Perusahaan menyeimbangkan manfaat dari
pendanaan dan hutang dengan suku bunga dan biaya kebangkrutan yang lebih
tinggi (Brigham dan Houston, 2012:129). Biaya dari hutang dihasilkan dari
peningkatan kemungkinan kebangkrutan yang disebabkan oleh kewajiban hutang
yang tergantung pada tingkat risiko bisnis dan risiko keuangan, biaya agen dan
pengendalian tindakan perusahaan, biaya yang berkaitan dengan manajer yang
mempunyai informasi lebih banyak tentang prospek perusahaan dari pada investor
(Sugiono dan Untung, 2012:285).
2) Teori Pecking Order
Pandangan alternatif mengenai cara manajer mendanai anggaran modal
perusahaannya yang dikenal dalam literatur ekonomi keuangan sebagai Teori
pecking order. Teori pecking order menyatakan bahwa perusahaan lebih memilih
27
membelanjai perusahaan dengan dana internal yaitu yang berasal dari laba ditahan
dan depresiasi aliran kas (Sjahrial, 2014:272).
3) Signalling Theory
Signalling theory mendasarkan pada asumsi bahwa manajer memiliki informasi
yang lebih baik mengenai kesempatan investasi perusahaannya dari pada investor
dan tindakan manajer didasarkan pada kepentingan terbaik untuk para pemegang
saham yang ada. Menurut Nidar (2016:203) menyatakan bahwa sinyal adalah
suatu tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang memberikan
petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek
perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba
menghindari penjualan saham dan mengusahakan modal baru dengan cara-cara
lain seperti dengan menggunakan utang. Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa
manajer dan pemegang saham tidak mempunyai akses informasi perusahaan yang
sama.
2.2.3.2. Dimensi Perhitungan Struktur modal
Menurut Sutrisno (2012:217) menjelaskan bahwa variabel-variabel yang
termasuk ke dalam struktur modal dapat mencerminkan perbandingan antara
hutang, modal sendiri dan aset, yang merupakan komponen-komponen dari
struktur modal yaitu:
a. Debt to equity ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk
menunjukkan seberapa besar perusahaan memakai pendanaan yang diperoleh
melalui hutang jika dibandingkan dengan pendanaan yang diperoleh melalui
modal sendiri. Semakin tinggi rasio DER maka modal sendiri yang digunakan
semakin sedikit dibanding dengan hutangnya.
28
……………………….. (2.2)
Keterangan:
Total Debt (Hutang) = total hutang jangka pendek maupun jangka panjang
Total Equity (Ekuitas) = total modal sendiri
b. Debt to Asset Ratio (DAR) merupakan rasio yang digunakan untuk
menunjukkan seberapa besar perusahaan memakai hutang dalam pembiayaan
jumlah asetnya. Semakin tinggi rasio DAR maka semakin besar jumlah modal
pinjaman yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.
........................................ (2.3)
Keterangan:
Total Debt (Hutang) = total hutang jangka pendek maupun jangka panjang
Total Asset (Aset) = total asset perusahaan
c. Long Term Debt to Equity Ratio (LDER) merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur seberapa besar perbandingan antara hutang jangka panjang
dengan modal sendiri atau seberapa besar hutang jangka panjang dijamin oleh
modal sendiri.
................................... (2.4)
Keterangan:
Total Debt (Hutang) = total hutang jangka panjang
Total Equity (Ekuitas) = total modal sendiri
d. Long Term Debt to Assets Ratio (LDAR) merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur seberapa besar hutang jangka panjang digunakan untuk investasi
29
pada aset. Hal ini menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman jangka panjang
yang diberikan oleh kreditur dengan jumlah aset yang dibiayai dengan hutang
jangka panjang.
................................... (2.5)
Keterangan:
Total Debt (Hutang) = total hutang jangka panjang
Total Assets (Aset) = total asset
2.2.3.3. Metode Perhitungan Struktur modal
Long Term Debt to Equity Ratio (LDER) merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur seberapa besar perbandingan antara hutang jangka panjang
dengan modal sendiri atau seberapa besar hutang jangka panjang dijamin oleh
modal sendiri (Sutrisno, 2012:217):
................................... (2.4)
Keterangan:
Total Debt (Hutang) = total hutang jangka panjang
Total Equity (Ekuitas) = total modal sendiri
2.2.4. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan faktor yang dipertimbangkan dalam menetukan
struktur modal perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan dengan profit tinggi
akan memiliki laba ditahan yang besar pula, sehingga ada kecenderungan
perusahaan akan lebih senang menggunakan modal sendiri dibandingkan
menggunakan hutang sebagai pembiayaan investasinya. Perusahaan yang
mempunyai profit tinggi akan menggunakan hutang dalam jumlah rendah dan
30
sebaliknya jika profit perusahaan rendah maka penggunaan hutang sebagai
pembiayaan akan semakin tinggi dan profitabilitas perusahaan tahun sebelumnya
sebagai dasar penting untuk menentukan struktur modal tahun yang akan datang
(Kamaludin dan Indriani, 2012:326).
Menurut Sartono (2012:122) menjelaskan bahwa profitabilitas adalah
kemampuan perusahaan dengan memperoleh laba dalam hubungannya dengan
penjualan, total aset, maupun modal sendiri. Nidar (2016:162), “Profitabilitiy
ratios, menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba”. Jadi hasil
profitabilitas dapat dijadikan sebagai tolok ukur ataupun gambaran tentang
efektivitas kinerja manajemen ditinjau dari keuntungan yang diperoleh
dibandingkan dengan hasil penjualan dan investasi perusahaan.
Berdasarkan definisi diatas dapat diketahui bahwa profitabilitas merupakan
kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan selama periode tertentu
dengan modal atau aktiva yang dimiliki oleh perusahaan dan dapat digunakan oleh
perusahaan dalam melihat tingkat pengembalian investasi dan penjualan
berdasarkan dari jumlah laba yang diperoleh perusahaan. Fauzi (2015)
menyatakan bahwa tinggi rendahnya laba merupakan faktor penting perusahaan.
Besar kecilnya laba perusahaan dapat diketahui melalui analisa laporan keuangan
perusahaan dengan rasio profitabilitas.
2.2.4.1. Dimensi Perhitungan Profitabilitas
Rasio profitabilitas atau rasio rentabilitas menunjukan keberhasilan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan sebagai berikut:
1. Return On Assets (ROA)
Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2012:75) menjelaskan bahwa ROA
menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh
31
kekayaan yang dimiliki perusahaan. Berdasarkan pendapat para ahli, dapat
disimpulkan ROA merupakan suatu alat ukur untuk mengetahui tingkat
pengembalian investasi dengan membandingkan laba setelah pajak dengan
total aset perusahaan. Rumus Return On Assets (ROA) menurut Sitanggang
(2014:127) sebagai berikut:
........................................ (2.6)
Keterangan:
ROA : Return On Assets
EAT : Laba bersih setelah pajak penghasilan.
Total Aset : Aset lancar ditambah aset tidak lancar.
2. Return on equity (ROE)
Return on equity (ROE) merupakan tingkat pengembalian atas ekuitas pemilik
perusahaan. Ekuitas pemilik adalah jumlah aktiva bersih perusahaan. Return on
equity atau return on net worth mengukur kemampuan perusahaan memperoleh
laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. ROE secara eksplisit
mengukur tingkat penghasilan bersih yang diperoleh oleh pemilik perusahaan
atas modal yang diinvestasikan. Rumus Return On Equity menurut Syamsudin
(2010:74) sebagai berikut :
........................................ (2.7)
Keterangan:
ROE : Return On Equity
EAT : Laba Bersih Setelah Pajak
Total Equity : Jumlah Ekuitas
32
2.2.4.2. Metode Perhitungan Profitabilitas
ROE secara eksplisit mengukur tingkat penghasilan bersih yang diperoleh
oleh pemilik perusahaan atas modal yang diinvestasikan. Rumus Return On
Equity menurut Syamsudin (2010:74) sebagai berikut :
........................................ (2.7)
Keterangan:
ROE : Return On Equity
EAT : Laba Bersih Setelah Pajak
Total Equity : jumlah Ekuitas
2.2.5. Ukuran Perusahaan
Menurut Brigham & Houston (2012:141) menjelaskan bahwa ukuran
perusahaan merupakan ukuran besar kecilnya sebuah perusahaan yang ditunjukan
atau dinilai oleh total asset, total penjualan, jumlah laba, beban pajak dan lain-
lain. Ukuran perusahaan dapat dinilai dari beberapa segi. Besar kecilnya ukuran
perusahaan dapat didasarkan pada total nilai aset, total penjualan, kapitalisasi
pasar, jumlah tenaga kerja dan sebagainya.
Semakin besar nilai item-item tersebut maka semakin besar pula ukuran
perusahaan itu, semakin besar aset maka semakin banyak modal yang ditanam,
semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan semakin
besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula perusahaan itu dokenal
masyarakat.
33
2.2.5.1. Dimensi Ukuran Perusahaan
Menurut Jogiyanto (2010:182) menjelaskan bahwa ukuran aset digunakan
untuk mengukur besarnya perusahaan, ukuran aktiva tersebut diukur sebagai
logaritma dari total aset. Sedangkan definisi yang dijelaskan oleh Prasetyantoko
(2010:56) adalah asset total dapat menggambarkan ukuran perusahaan, semakin
besar aset biasanya perusahaan tersebut makin besar.
Berdasarkan uraian di atas, maka untuk menentukan ukuran perusahaan
digunakan ukuran aset. Ukuran Perusahaan tersebut diukur sebagai logaritma
natural dari total aset. Logaritma natural digunakan untuk memperhalus aset
tersebut yang sangat besar dibanding variabel keuangan lainnya.
Menurut Munawir (2010:30) rumus ukuran perusahaan adalah :
....................... (2.8)
Keterangan:
SIZE : Ln (Logaritma natural)
Total Aset : Aset lancar ditambah aset tidak lancar.
2.2.5.2. Metode Perhitungan Ukuran Perusahaan
Menurut Munawir (2010:30) rumus ukuran perusahaan adalah :
....................... (2.8)
Keterangan:
SIZE : Ln (Logaritma natural)
Total Aset : Aset lancar ditambah aset tidak lancar.
34
2.3. Pengembangan Hipotesis
Menurut Sugiyono (2017:159) hipotesis digunakan untuk mengetahui
kebeneran dari dugaan sementara. Hipotesis pada dasaranya diartikan sebagai
jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Maka hipotesis dari
penelitian adalah sebagai berikut:
2.3.1. Pengaruh Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan
Sejumlah pendapat terdahulu mengarah pada perkembangan yang disebut
dengan Teori trade-off dari hutang. Perusahaan menyeimbangkan manfaat dari
pendanaan dan hutang dengan suku bunga dan biaya kebangkrutan yang lebih
tinggi (Brigham dan Houston, 2012:129). Long Term Debt to Equity Ratio
(LDER) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar
perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri atau seberapa
besar hutang jangka panjang dijamin oleh modal sendiri (Sutrisno, 2012:217).
LDER struktur modal merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
leverage (penggunaan hutang) terhadap total shareholder’s equity yang dimiliki
perusahaan.
Penelitian tentang pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan telah
banyak dilakukan. Penelitian yang telah dilakukan oleh oleh Dewi dan Wirajaya
(2013) menyatakan bahwa struktur modal berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan. Penelitian tersebut tidak konsisten dengan penelitian
yang dilakukan oleh Velnampy dan Niresh (2013) menyatakan bahwa struktur
modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti
perusahaan lebih banyak menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan
35
perusahaan daripada ekuitas sehingga berpengaruh pada menurunnya nilai
perusahaan.
H1 : Struktur Modal tidak berpengaruh negatif terhadap Nilai Perusahaan.
2.3.2. Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan
Sejumlah pendapat terdahulu mengarah pada perkembangan yang disebut
dengan Teori Signalling. Profitabilitas yang diukur dengan return on equity atau
sering disebut return on common equity merupakan rasio yang menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih untuk pengembalian
ekuitas pemegang saham. Investor akan membeli saham karena tertarik dengan
return on equity (ROE) atau bagian dari total profitabilitas ke pemegang saham,
dimana semakin tinggi ROE maka semakin tinggi Tobin’s Q sebagai ukuran dari
nilai perusahaan. Penggunaan ROE sebagai proksi yang mewakilkan profitabilitas
digunakan pada sebagian besar penelitian sebelumnya yang menggunakan
profitabilitas sebagai variabel dalam penelitiannya.
Penelitian tentang profitabilitas telah banyak dilakukan. Penelitian yang
dilakukan oleh Harahap, dkk (2012) membuktikan bahwa profitabilitas
berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian
tersebut tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Widyantari dan
Yadnya (2017) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
laba semakin efisien perputaran aset atau semakin tinggi profit margin yang
diperoleh perusahaan dan berdampak pada peningkatan nilai perusahaan.
H2 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan.
36
2.3.3. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan
Penelitian tentang ukuran perusahaan telah banyak dilakukan. Penelitian
yang dilakukan oleh Ichwan, dkk (2015) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Penelitian
tersebut tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Agustina dan
Khafid (2014) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif
terhadap nilai perusahaan. Hal ini dikarenkan perusahaan besar memerlukan biaya
modal yang lebih banyak dibandingkan perusahaan kecil. Perusahaan yang
berukuran besar mempunyai berbagai kelebihan dibanding perusahaan berukuran
kecil.
Kelebihan tersebut yang pertama adalah ukuran perusahaan dapat
menentukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana dari pasar modal.
Kedua, ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar menawar dalam kontrak
keuangan. Dan ketiga, ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return
membuat perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba
(Analisa dan Sawir,2011).
H3 : Ukuran Perusahaan berpengaruh negatif terhadap Nilai Perusahaan.
37
STEI
2.4. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan sintesis dari tinjauan teori dan tinjauan
penelitian terdahulu.
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Keterangan:
TOBIN’S Q : Nilai Perusahaan
DER : Struktur Modal
ROE : Profitabilitas
SIZE : Ukuran Perusahaan
: Pengaruh Variabel Independen Terhadap Vaiabel
Dependen.
Profitabilitas
(ROE) (X2)
Nilai
Perusahaan
(Tobin’s Q)
(Y)
Ukuran
Perusahaan
(SIZE)
(X3)
Struktur Modal
(DER)
(X1)
H1
H2
H3
37