11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kesiapan Berwirausaha
2.1.1 Pengertian Kesiapan Berwirausaha
Kesiapan berasal dari kata “siap” yang berarti kecendrungan akan
kemampuan dan kesedian seseorang melakukan sesuatu. Kesiapan (readness)
merupakan segenap sifat atau kekuatan yang membuat seseorang dapat bereaksi
dengan cara tertentu (Sari, 2012: 157). Menurut Slameto, 2003 (dalam Sari, 2012:
157) kesiapan adalah suatu keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap
untuk merespon dengan cara dia sendiri. Kesiapan adalah kemauan, keinginan dan
kemampuan yang di miliki oleh individu untuk berwirausaha dalam hal ini
tergantung pada tingkat kematang, pengalaman, keadaan mental dan emosi
individu atau seseorang (Melyana, Rusdarti, dan Pujiati, 2015: 10). Beberapa
pengertian mengenai kesiapan, dapat dirumuskan bahwa kesiapan merupakan
suatu keadaan yang mendorong seseorang secara keseluruhan untuk melakukan
reaksi (pekerjaan) secara fisik, mental, pengetahuan maupun dengan ketrampilan
(Sari, 2012: 157). Dapat disimpulkan bahwa kesiapan merupakan kemampuan
seseorang untuk bersedia melakukan sesuatu dengan tujuan tertentu.
Kata wirausaha (entreupreneur) berasal dari bahasa Perancis “enteprende
artinya tuundertake (melakukan). Wirausaha adalah orang yang pandai, mampu,
berbakat, tentang memproduksi baik produknya berbentung barang atau berbentuk
jasa (Khairinal, 2019: 1). Dalam pengertian yang sederhana dapat dinyatakan
bahwa wirausaha ialah wujud dari sesuatu, baik berupa barang maupun jasa yang
di ciptakan oleh pengusaha (entrepreneur) melalui proses inovasi dan kreasi.
12
Kesiapan berwirausaha ialah sebelum mahasiswa untuk memutuskan
berwirausaha, selanjutnya mahasiswa berkomitmen dengan keputusan yang di
buat, kesiapan yang telah di buat dapat menjembatani mahasiswa untuk bertindak
(Lupitasari dan Yuli, 2018: 128)
Berwirausaha memerlukan sesuatu pengorbanan, pengorbanan yang di
maksud ialah sumber daya, orang atau manusia, uang, peralatan fisik, informasi
dan tentunya waktu. Menurut Tando (2013: 3) kewirausahaan adalah proses
penciptaan sesuatu yang berbeda nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu
yang di perlukan, terdapat resiko financial, psikologi dan social yang
menyertainya, dan terdapat balas jasa moneter dan kepuasan pribadi. Di dalam
berwirausaha terdapat pelaku usaha yang di sebut dengan wirausahawan, Menurut
Kasmir (2012: 19), wirausahan adalah orang yang berjiwa berani mengambil
resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Dapat disimpulkan
bahwa berwirausaha haruslah memiliki suatu kemampuan untuk membangun
suatu usaha dengan pengorbanan guna mencapai tujuan tertentu.
Profesi wirausaha merupakan bidang dharma kehidupan yang menuntun
ada nya semangat berinovasi, kejujuran, tanggu jawab, dan semangat juang tinggi
untuk memakmurkan kehidupan, yang di dasarkan atas keiklasan. Wirausaha
merupakan suatu jenis profesi yang terbentuk melalui suatu proses seleksi alamiah
yang di dukung oleh lingkungan dan kesempatan berwirausaha (Naswan,
2018:34)
Kesiapan berwirausaha merupakan suatu niatan untuk memasuki dunia
usaha dengan mempersiapkan diri dengan bekal yang di perlukan dalam
menjalankan kegiatan usaha (Nitisusastro, 2012: 81). Kesiapan berwirausaha
13
adalah tujuan yang ingin di capai oleh intensitas pendidikan kewirausahaan (Santi,
2013: 128). Menurut Sari (2012: 157) kesiapan berwirausaha adalah keseluruhan
kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon atau jawaban
dalam kegiatan berwirausaha. Kesiapan berwirausaha merupakan suatu
kemampuan seseorang untuk memberikan respon atau reaksi dalam berwirausaha,
baik dalam menyelesaikan pekerjaan berwirausaha sesuai dengan ketentuan atau
mempraktikan perilaku berwirausaha (Santi, 2013: 128). Menurut Meredith
(Nastiti, 2019: 54) seseorang yang memiliki kesiapan berwirausaha ialah memiliki
keterampilan usaha, jiwa pemimpin, orientasi pada tugas dan hasil, berani
menanggung resiko, orisinil dan berorientasi masa depan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kesiapan
berwirausaha adalah suatu sikap yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha agar
seorang individu terjun nya ke dunia usaha dapat siap mengatasi suatu
permasalahan dan dapat dilihat sebagai tola ukur seseorang mau berwirausaha
atau tidak.
2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Berwirausaha
Pengembangan kemampuan usaha erat kaitanya dengan suatu proses
aplikasi lintas bidang keilmuan yang mempersyaratkan adanya keterampilan
proses berfikir tingkat tinggi di diri seorang wirausaha. Maka dari itu setiap calon
wirausaha perlu mengembangkan kemampuan operasional dan manajerial yang
memadai dan berwawasan lintas bidang (Naswan, 2018: 27).
Menurut Nitisusastro (2012: 83) tiga faktor yang sangat penting untuk di
antisipasi bagi individu atau seseorang untuk memasuki dunia usaha ialah,
kesiapan mental, kesiapan pengetahuan dan kesiapan sumber daya :
14
1. Kesiapan dalam sikap mental
Kesiapan mental adalah kesiapan diri pribadi seseorang yang mempunyai
niat memasuki dunia wirausaha.Seseorang yang tidak siap untuk masuk
kedalam dunia wirausaha aka nada nya perasaan tertekan di dirinya.
Demikian dalam hal nya maka dalam rangka kesiapan berwirausaha,
seseorang sepantas nya menyiapkan diri mereka melalui jalur bakat yang
dimiliki seseorang wirausaha, kesiapan dimaksud ialah :
a. Meningkatkan rasa percaya diri, rasa percaya diri akan meningkatkan
apabila mengetahui dan memahami tentang sesuatu hal yang akan kita
lakukan.
b. Berusaha selalu fokus pada sasaran, dalam kaitanya dalam hal ini,
ketika seseorang baru pertama kali terjun kedunia usaha, maka fokus
sasaran pertama adalah dapat terwujud usaha, Fokus sasaran yang
kedua usaha tersebut mampu menjalankan kegiatanya, Fokus
berikutnya sasaran ketiga usaha dimaksud mampu bertahan hidup dan
fokus sasaran selanjutnya usaha yang telah bertahan hidup ini mampu
berkembang serta memberikan manfaat bagi lingkungan.
c. Mempelajari cara mengenali dan mengatasi risiko
d. Melatih diri untuk bekerja keras
e. Selalu mencoba berinovasi
f. Memahami semua aspek guna meningkatkan rasa tanggung jawab
2. Kesiapan pengetahuan dan keterampilan
Kesiapan pengetahuan dan keterampilan ialah kesiapan yang di miliki
seseorang di dalam dunia usaha maupun di dapatkan di dalam dunia usaha itu
15
sendiri. Kiranya perlu kesiapan akan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang
usaha, yaitu :
a. Pengetahuan kewirausahaan, sebelum memasuki dunia usaha individu
harus membekali diri dengan pengetahuan tentang bidang usaha yang
akan di lakukannya. Contohnya seperti bidang usaha ternak ikan hias,
wirausaha tersebut harus membekali diri dengan pengetahuan yang
berkaitan dengan bidang usaha ikan hias.
b. Kesiapan keterampilan, ialah kemampuan untuk merencanakan,
menjalan kan dan mengendalikan kemampuan yang di miliki seseorang
dalam praktek usaha
3. Kesiapan sumber daya
Sumber daya merupakan modal utama pada setiap kegiatan usaha.Seorang
pakar ilmu ekonomi menyatakan sumber daya produksi meliputi orang (man),
uang (money), barang (material), metoda (methods), dan pasar (market).
Sedangkan para ilmuan lain nya mengatakan bahwa sember daya usaha, meliputi
sumber daya manusia (human resources), sumber daya financial (financial
resources), sumber daya fisik (physical resources), sumber daya informasi
(information resources).
Menurut Anoraga (2011: 39) kiat yang dapat digunakan bagi kesiapan
berwirausaha untuk mendirikan bisnis, yaitu :
1. Batasi pendiri inti untuk dapat menyetujui dan member sumbangan langsung
terhadap apa yang akan di capai oleh perusahan,
2. Tentukan bisnis perusahaan di lihat dari apa yang di minati konsumen,
16
3. Pusatkan sumber daya yang ada untuk menyelesaikan sasaran operasional
yang spesifik dengan jangka waktu yang ditentukan,
4. Bersiaplah dan bekerja lah berdasarkan rencana yang telah di rancang,
5. Jika ingin memiliki karyawan cari lah karyawan sesuai dengan bidang nya,
6. Berikan penghargaan atau apresiasi terhadap kinerja yang baik,
7. Perluaslah secara metodik suatu basis yang mendatangkan keuntungan bagi
usaha anda,
8. Rencanakan, monitor dan jagalah uang tunai serta kemampuan bayar,
9. Berpandangan objektif,
10. Melakukan perubahan secara terus menerus dengan melihat dan memahami
rencana-rencana usaha secara periodik dengan melihat keinginan konsumen
di masa akan dating.
Menurut Hendro (2011: 61) faktor - faktor yang mendukung sesorang menjadi
wirausahawan :
1. Faktor individual,
2. Suasana kerja,
3. Tingkat pendidikan,
4. Personality,
5. Prestasi pendidikan,
6. Dorongan keluarga,
7. Lingkungan dan pergaulan,
8. Ingin lebih dihargai,
9. Keterpaksaan dan keadaan.
17
2.1.3 Faktor-faktor yang akan di alami oleh wirausaha
Menurut Wardati dan Kirwani (2013: 3) yang dapat dialami oleh
wirausahawan, diantaranya;
1. Kepastian pendapatan membuka dan menjalankan usaha tidak menjamin
anda akan memperoleh uang yang cukup untuk hidup,
2. Resiko hilangnya modal/ asset/ investasi anda. Semua hal tentu mengandung
resiko, resiko terbesar yang harus dihadapi seorang wirausahawan adalah
kerugian yang akan menghilangkan investasinya,
3. Kualitas hidup sebelum mapan, wirausahawan harus bekerja 6-12 jam
sehari. Untuk membangun suatu usaha yang besar, tidak cukup hanya modal
yang besar, namun harus diikuti dengan kerja ekstra dan waktu ekstra.
Berdasarkan pendapat di atas wirausaha akan mengalami faktor - faktor
yang akan terjadi, yaitu pendapatan keuntungan belum tentu di pastikan, terdapat
resiko serta wirausaha harus lah bekerja keras guna mencapai kesuksesan yang
ingin di capai.
2.1.4 Indikator kesiapan berwirausaha
Dalam keinginan melakukan usaha tentu nya harus lah mempunyai
kesiapan berwirausaha. Terkait dengan bidang kewirausahaan tentunya sebagai
pelaku usaha juga memiliki berbagai tujuan. Menurut Meredith (Nastiti, 2019: 54)
indikator bagi seseorang untuk kesiapan berwirausaha meliputi:
1. Memiliki keterampilan usaha,
2. Jiwa pemimpin,
3. Orientasi pada tugas dan hasil,
4. Berani menanggung resiko,
5. Orisinil dan berorientasi masa depan,
6. Percaya diri
18
2.2 Pendidikan Kewirausahaan
2.2.1 Pengertian Pendidikan Kewirausahaan
Menurut Purwanto (dalam Sukarjo dan Komarudin, 2010: 7) Pendidikan
berasal dari dua istilah yang dapat di arah kan pada pemahaman hakikat
pendidikan, yakni peadagogie dan peadagogiek. Peadagogie bermakna
pendidikan, sedangkan peadagogiek berarti ilmu pendidikan. Pendidikan
merupakan kumpulan dari semua proses yang memungkinkan seseorang mampu
mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki, sikap-sikap dan bentuk-bentuk
perilaku yang bernilai positif di masyarakat (Sukarjo dan Komarudin, 2010: 7).
Pendidikan merupakan peranan penting dalam pencapai seseorang guna
mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan. Menurut Tando (2013: 28)
Pendidikan merupakan proses sistematis dan berkelanjutan dalam rangka
mengembangkan dan meningkatkan intelektual dan sikap perilaku individu dan
masyarakat sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan. Hisrich, Peters, &
Shepherd, 2010 (Tando, 2013: 28) Pendidikan merupakan tempat yang berperan
penting untuk membantu pelaku wirausaha untuk mempersiapkan diri dalam
mengatasi masalah yang ada dalam menjalankan usaha. Pendidikan ada
pendidikan non formal dan pendidikan in formal, pendidikan non formal
diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang
berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap pendidikan formal dalam
rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan in formal yang
dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri
(Khairinal, 2017: 170).
19
Dapat di simpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu formula yang di
lakukan pemerintah terhadap dunia pengetahuan guna meningkatkan ilmu
pengetahuan terhadap peserta didik atau masyarakat baik di gunakan di dalam
masyarakat atau kehidupan sehari-hari maupun untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
Menurut Gelderen (dalam Budi dan Fensi, 2018: 2) Kewirausahaan adalah
konsep yang memiliki banyak definisi mulai dari definisi yang sempit seperti
memulai bisnis sendiri sampai kepada konsep yang lebih luas yaitu sikap kerja
yang menekankan kepada kepercayaan diri, inisiatif, inovatif, berani mengambil
resiko. Stevenso (Amirullah dan Hardjanto, 2005: 83) mengkonseptualisasikan
kewirausahaan sebagai suatu pendekatan manajemen yang mempunyai keinginan
besar terhadap pengejaran kesempatan dan eksploitasi kesempatan tanpa
mempertimbangkan sumber daya yang sedang dikontrol. Timmons (Amirullah
dan Hardjanto, 2005: 81) kewirausahaan adalah sebagai seseorang yang
melakukan tindakan kreatif yang mebangun niali dari suatu yang tidak nampak
sebelumnya. Kewirausahan merupakan jiwa dari seseorang yang diekspresikan
melalui sikap dan perilak yang kreatif dan inovatif untuk melakukan suatu
kegiatan usaha (Suherman, 2010: 27). Kewirausahaan tersebut dapat diartikan
sebagai proses untuk menciptakan sesuatu yang baru oleh nilai dengan
mengabdikan waktu dan usaha yang diperlukan, adanya asumsi keuangan yang
menyertainya, psikis, risiko sosial, danmendapatkan penghargaan yang dihasilkan
dari kepuasan pribadi (Sari, 2012: 158).
Kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang berbeda nilainya
dengan menggunakan usaha dan waktu yang di perlukan, terdapat resiko financial,
20
psikologi dan sosial yang menyertainya, dan terdapat balas jasa moneter dan
kepuasan pribadi (Tando, 2013: 3). Kewirausahaan juga termasuk ilmu yang
memiliki dan mempelajari tentang nilai, kemamuan, dan perilaku seseorang dalam
menghadai tantangan usaha. Menurut Joseph Schumpeter (Tando, 2013: 3)
mendefinisikan kewirausahaan adalah seseorang inovator yang dapat
mengimplementasikan suatu perubahan di dalam pasar melalui kombinasi-
kombinasi baru. Kombinasi tersebut ialah dalam bentuk :
1. Memperkenalkan produk atau kualitas baru
2. Memperkenalkan metode produksi baru
3. Menjalankan organisasi baru
4. Memperoleh sumber pasokan dari bahan atau komponen baru
5. Membuka pasar baru
Joseph Schumpeter mengkaitkan wirausaha dengan konsep inovasi yang di
terapkan di bidang bisnis dengan mengkaitkan kombinasi sumber daya.
Kemampuan atau kapasitas manajerial berbeda dengan kapasitas kewirausahaan.
Sedangkan menurut Penrose (Tando, 2013: 3) kewirausahaan adalah suatu
kegiatan yang mencakup cara mengidentifikasi suatu peluang di dalam system
ekonomi. Timbulnya suatu pertanyaan mengapa seorang wirausahawan harus
mempunyai pemikiran berbeda dari manusia umumnya. Pendapat Peter Drukcer
di dalam (Tando 2013: 5) kewirausahaan adalah inovasi yang di kembangkan
secara ekonomis. Dapat mengandung makna bahwa kewirausahaan selalu
mengutamakan atau di awali dengan kegiatan inovasi yang di tindak lanjutin dan
di kembangkan. Menurut Anoraga (2011: 40) Kewirausahaan merupakan suatu
profesi yang timbul karena interaksi antara ilmu pengetahuan yang di dapatkan
21
dari pendidikan formal maupun informal dengan seni yang hanya dapat di peroleh
dari suatu rangkaian kerja yang di laksanakan dalam praktik. Dapat disimpulkan
bahwa kewirausahaan merupakan salah satu cara mengatasi atau solusi untuk
permasalahan ekonomi salah satu nya menciptakan peluang usaha agar dapat
mengatasi perekonomian suatu daerah dan mengurangi tingkat pengangguran
salah satunya.
Pendidikan kewirausahaan adalah pendidikan sistem nilai berjiwa,
Pendidikan kewirausahaan juga memberikan pengalaman dan pemahaman belajar
untuk mengenali adanya tiga macam bahan baku berupa prinsip, aturan dan tata
nilai dasar budaya wirausaha (Naswan, 2018: 2). Menurut Tung (Jannah, Umi dan
Mardiyah, 2018: 498) pendidikan kewirausahaan adalah proses transmisi
pengetahuan dan keterampilan kewirausahaan terhadap mahasiswa untuk
membantu mereka dalam memanfaatkan peluang. Pendidikan kewirausahaan
sangat di perlukan dan penting, agar seseorang atau masyarakat dapat mengerti
bagaimana berwirausaha serta memanfaatkan secara optimal kemampuan dirinya,
guna menangkap peluang-peluang bisnis yang mucnul setiap saat. Melalui
pendidikan kewirausahaan masyarakat akan dapat memiliki pengetahuan berusaha
atau berbisnis secara mandiri, dan dapat memanfaatkan situasi yang terjadi di
sekitar lingkungan atau pemanfaatan peluagn usaha (Amirullah dan Hardjanto,
2005: 78). Pendidikan kewirausahaan merupakan pendidikan seumur hidup yang
berlangsung untuk dimana saja dan kapan saja, pendidikan kewirausahan juga
dapat menjadi agen perubahan social (Sulistyowati, Utomo dan Sugeng, 2016:
227). Menurut Tando (2013: 28) pendidikan kewirausahaan sangat erat dengan
kesiapan wirausaha, Pendidikan Kewirausahaan adalah proses secara sistematis
22
dan berkelanjutan baik formal ataun informal dalam rangka membentuk manusia
wirausaha. Pendidikan kewirausahaan adalah suatu kegiatan bagi mereka yang
ingin menjadi wirausaha dan kegiatan meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan tentang kewirausahaan (Budi dan Fensi, 2018: 2). Pendidikan
kewirausahaan merupakan suatu pendidikan yang mengajarkan seseorang agar
mampu mencipta kan kegiatan sendiri (Suherman, 2010: 22). Pendidikan
kewirausahaan adalah suatu hal yang dibutuhkan bagi anak dan masyarakat.
Karena hal itu sesuatu yang bermanfaat bagi usaha operasional program
pembangunan nasional, maka sebagai prioritasnya perlu dimasukkan ke dalam
muatan kurikulum sekolah. Bagi lembaga pendidikan, pembelajaran
kewirausahaan bukancuma menumbuhkan semangat, melainkan membangun
konsep berfikir dan mendorong secara praktis kemampuan kewirausahaan pada
lulusannya. Menurut Asti (Suherman, 2010: 22) pendidikan kewirausahaan
merupakan semacam pendidikan yang mengajarkan agar seseorang mampu
menciptakan usaha sendiri. Diharapkan adanya pembelajaran kewirausahaan
mampu meningkatkan softskill peserta didik dan menghasilkan lulusan-lulusan
yang mampu menciptakan lapangan kerja (job creator) bukan hanya sebagai
pencari pekerjaan (Wardati dan Kirwani, 2013: 2). Menurut Wardati dan Kirwani
(2013: 2) Esensinya pendidikan kewirausahaan tidak cukup berhenti pada
pemberian mata kuliah kewirausahaan secara teoritis sajatetapi yang harus dikaji
lebih jauh adalah pelaksanaan atau implementasi pendidikan kewirausahaan
sebagai usaha mencapai tujuan, visi, dan misi yang telah ditargetkan sebelumnya.
Berdasakan pendapat para ahli mengenai pendidikan kewirausahaan dapat
disimpulkan pendidikan kewirausahaan sesuai dengan Undang-Undang No.2
23
tahun 1989 pasal 1 yang berisi yaitu dimana dari semua satuan dan semua
kegiatan pendidikan saling keterkaitan guna untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional. Hal ini tentu nya tidak luput dari pengawasan pendidikan yang di mana
pendidikan memerhatikan hal tersebut sehingga muncul pendidikan
kewirausahaan salah satu nya. Pendidikan kewirausahaan merupakan salah satu
cara pemerintah agar peserta didik atau masyarakat agar dapat mengetahui dan
melaksanakan wirausaha dengan baik dan agar membuat peserta didik atau
masyarakat untuk membuka peluang usaha dan kesiapan berwirausaha guna
mengatasi permasalahan ekonomi di suatu daerah
2.2.2 Jenis pendidikan kewirausahaan
Menurut Tando (2013: 29) Jenis pendidikan sangat beraneka ragam jika
dilihat dari berbagai sudut pandang seperti :
1. Berdasarkan legalitasnya, jenis pendidikan dapat dikelompokan, yaitu
pendidikan formal yaitu jenis pendidikan yang lembaga nya memiliki status
yang ada izin dari lembega pemerintah yang berwenang dan pendidikan
informal yaitu jenis pendidikan yang dilaksanakan secara tidak formal bila di
pandang dari proses pendiri lembaganya.
2. Berdasarkan sasarannya, merupakan pengelompokan jenis pendidikan sesuai
sasaran yang di harapkan. Jenis pendidikan yang dimaksud ialah sebagai
berikut :
1. Pendidikan umum,
2. Pendidikan kejuruan,
3. Pendidikan agama,
4. Pendidikan jasmani,
24
5. Pendidikan rohani,
6. Pendidikan budi pekerti,
7. Pendidikan olah raga,
8. Pendidikan kebangsaan,
9. Pendidikan kewirausahaan,
10. Dan lain-lain.
Beraneka ragam jenis pendidikan yang ada masing-masing saling
melengkapi dan mempengaruhi tetapi fokus yang dijadikan sasaranya ada
perbedaan di antaranya.
Jenis-jenis wirausaha menurut Anoraga (2011: 35) :
1. Wirausaha andal
Ciri dan kemampuan wirausaha andal ialah:
a. Memiliki rasa percaya diri dan sikap mandiri yang tinggi dalam usaha
untuk mendapat pengahsilan dan keuntungan melalui pengembangan
usaha
b. Mampu mencari peluang usaha yang menguntungkan serta mencari apa
saja yang perlu di manfaatkan
c. Mampu bekerja keras dan tekun
d. Menangani usahanya secara terencana, jujur, benar dan disiplin
e. Mampu meningkatkan kapasitas diri dan kapasitas perusahaan
2. Wirausaha tangguh
Ciri dan kemampuan wirausaha tangguh ialah :
a. Mampu berfikir dan bertindak strategi, adaptif terhadap perubahan dalam
berusaha mencari solusi untuk mengatasi masalah
25
b. Selalu berupaya untuk memperoleh keuntungan dengan cara memuaskan
pelanggan
c. Berupaya mengenali dan mengendalikan kekuatan serta kelemahan
perusahaan, dengan meningkatkan kemampuan siste pengendalian internal
d. Selalu berusaha meningkatkan kemampuan perusahaan melalui motivasi
dan semangat kerja serta pemupukan modal
3. Wirausaha unggul
Ciri dan kemampuan wirausaha unggul :
a. Berani mengambil resiko serta mampu memperhitungkan dalam
pengelolan usaha
b. Berupaya untuk selalu mencapai dan menghasilkan karya untuk pelanggan
melalui kreatifitas dan inovasi
c. Selalu antisipasi terhadap perubahan dan akomodatif terhadap lingkungan
d. Selalu berfikir dan bertindak kreatif
Pendidikan kewirausahaan menunjukan bahwa kewirausahaan mampu di
pelajari dan di praktikan tanpa wirausaha tersebut mempunyai garis tangan
keturunan wirausaha, munculnya beberapa institusi pendidikan yang berfokus
pada ilmu kewiraushaan merupakan bukti minat seseorang atau masyarakat
terhadap kewirausahaan. Pendidikan kewirausahaan suatu proses pembelajaran
formal atau informal secara terus menerus dalam rangka mengubah pola pikir,
sikap dan keterampilan individu atau masyarakat agar dapat menjadi wirausaha
yang dapat di andal kan. Adapun Menurut Tando (2013: 30) jenis-jenis
pendidikan kewirausahaan dapat di peroleh atau berasal dari berbagai bentuk :
26
1. Pendidikan keluarga
Pendidikan yang berasal dari anggota keluarga berupa pendidikan dari anak
di dalam kandungan sampai dewasa, hubungan nya dengan pendidikan
kewirausahaan apabila terjadi pemberian kasih sayang orang tua kepada anak
berlebihan maka dapat mengurangi intensitas pendidikan kewirausahaan oleh
keluarga.
2. Pendidikan sekolah
Pendidikan di sekolah baik sekolah dasar, sekolah menengah pertama,
sekolah menengah atas, dan perguruan tinggi. Di perolah pendidikan
kewirausahaan contohnya pemahaman dalam menganalisis lingkungan, proses
pengambilan suatu keputusan, keterampilan dan mempunyai jiwa semangat
berwirausaha.Dalam pendidikan sekolah ini tentu nya di dukung oleh
kurikulum, tenaga pengajar, prasarana dan sarana, metode pembelajaran,
laboratorium dan kondisi lingkungan yang mendukung terciptanya jiwa
wirausaha di dalam diri setiap individu maupun masyarakat.
3. Pendidikan luar sekolah
Pendidikan luar sekolah berupa kursus-kursus yang lebih berorientasi untuk
meningkatkan keterampilan seperti kursus bahasa inggris atau bahasa lainya,
kursus komputer, montir dan kursus-kursun untuk mengembangkan dan
meningkatkan keterampilan lain.
27
4. Pendidikan masyarakat
Pendidikan kewirausahaan yang di kaitkan dengan masyarakat berupa
dukungan baik formal atau informal untuk menciptakan iklim yang konduif
terhadap tumbuh dan berkembangnya kewirausahaan di masyarakat.
5. Pendidikan oleh pemerintah
Pemerintah pendukung dari berkembang dan meningkatnya kewirausahaan
dalam bentuk bantuan atau pembinaan.
6. Pendidikan melalui magang
Pendidikan kewirausahaan melalui magang pada perusahaan lain atau lembaga
selama beberapa waktu. Di dalam magang akan memperoleh pengetahuan,
pengalaman, keterampilan dan sikap pergaulan di tempat magang dan lain-
lain.
7. Pendidikan melalui studi komparatif
Berupa pendidikan melalui observasi, wawancara, dokumentasi di suatu
tempat yang di dalam kewirausahaan di anggap lebih berhasil atau
menguntungkan.
8. Pendidikan otodidak
Berupa pendidikan yang berasal dari pengalaman individu yang bersangkutan
dan di kembangkan oleh yang bersangkutan secara mandiri. Hal ini
merupakan pengembangan dari jiwa inovasi, kreativitas yang selanjutnya di
implementasikan dan di kembangkan.
Berdasarkan pendapat para ahli mengenai jenis pendidikan
kewirausahaan dapat diperoleh dari berbagai bentuk dengan memiliki tujuan
dan cara tersendiri untuk terikat dengan pendidikan kewirausahaan.
28
2.2.3 Tujuan Pendidikan Kewirausahaan
Tujuan dari pendidikan kewirausahaan adalah menghasilkan produk karya
cipta yang inovatif melalui proses berfikir kreatif dan bertindak ekonomis dengan
memanfaatkan peluang, sumber daya, strategi, kiat dan tantangan dari lingkungan
guna karya tersebut dapat bermanfaat bagi diri nya dan orang lain (Naswan, 2018:
16). Pendidikan kewirausahaan menghasilkan atau mendatangkan kebaikan
kepada setiap orang, kebaikan tersebut salah satu nya adalah memberikan
kesempatan kepada setiap orang untuk bekerja dan berpartisipasi dalam kegiatan
kewirausahaan di setiap tempat dan waktu (Naswan 2018: 64). Kuratko (dalam
Budi dan Fensi, 2016: 4) Pendidikan kewirausahaan dengan berbagai konteks
pendidikan di maksud untuk mengembangakan budaya kewirausahaan,
menambah wirausaha baru, dan mendorong pola pikir wirausaha melalui
pendidikan dan pembelajaran. Heinonen dan Poikkijoki (dalam Budi dan Fensi,
2016: 5) Tujuan pendidikan kewirausahaan adalah agar mahasiswa atau peserta
didik belajar memahami kewirausahaan yang baik, belajar memiliki jiwa
kewirausahaan, dan belajar menjadi wirausaha, Ketiga hal tersebut biasanya saling
over lap, namun memiliki konsekuensi pendekatan pengajaran yang berbeda.
Menurut Suherman, (2010: 22) Tujuan dari pembelajaran kewirausahaan
diantaranya harus memuat hal - hal yang berhubungan dengan :
1. Pemahaman terhadap konsep kewirausahaan,
2. Pembentukan jiwa wirausaha,
3. Pengembangan diri,
4. Teknik-teknik wirausaha,
5. Aspek manajemen bisnis,
29
6. Pemasaran, penjualan, dan tekni komunikasi,
7. Langkah-langkah memasuki dunia usaha,
8. Kreatifitas, inovasi, kepemimpinan, dan komunikasi,
9. Dasar-dasar ilmu ekonomi,
10. Pengembangan usaha,
11. Studi kelayakan, dan
12. Etika bisnis.
Dari tujuan pendidikan kewirausahaan yang diatas, dapat lah diketahui
bahwa tujuan tersebut pada dasarnya mengarah pada kewirausahaan dilihat dari
bisnis atau usaha dalam arti yang sempit, yaitu membuat, memasarkan atau
menjual produk guna mendapatkan keuntungan financial.
Berdasarkan pernyataan para ahli terkait tujuan pendidikan kewirausahaan
dapat disimpulkan, yaitu bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang
kewirausahaan, membentuk dan menanamkan jiwa wirausaha, memberi
pengetahuan terkait aspek-aspek bisnis serta teknik-teknik berwirausaha, dan
tentunya mengajarkan etika berwirausaha yang benar.
2.2.4 Nilai – Nilai Pokok Dalam Pendidikan Kewirausahaan
Berdasarkan konsep dan ciri-ciri wirausaha, ada banyak nilai-nilai yang di
kembangkan dalam pendidikan kewirausahaan yang mestinya di miliki oleh
mahasiswa, sehinnga peneliti mengambil alat pengukur pendidikan kewirausahaan
dari nilai akhir mata kuliah pendidikan kewirausahaan mahasiswa pendidikan
ekonomi angkatan 2017.
30
2.3 Kepercayaan Diri (Self Confidence)
2.3.1 Pengertian Kepercayaan Diri atau Self confidence
Menurut Lauster (Hidayat dan Bashori, 2016: 47) Kepercayaan diri (self
confidence) sangat lah penting bagi keberhasilan hidup seseorang di karenakan
perasaan ini merupakan keyakinan pada kemampuan dan penilaian diri sendiri
dalam melakukan suatu tugas dan memilih pendekatan yang efektif, termasuk juga
kepercayaan atas kemampuan mengahadapi lingkungan yang semakin menantang
dan kepercayaan atas keputusan atau pendapat nya, Kepercayaan diri juga
diperoleh dari pengalaman hidup seseorang. Hakim (dalam Hidayat dan Bashori
2016: 47) kepercayaan diri adalah suatu keyakinan seseorang terhadap segala
aspek kelebihan yang dimiliki dan keyakinan tersebut membuatnya merasa akan
mampu mencapai tujuan tertentu dalam hidupnya. Kepercayaan diri adalah
keyakinan seseorang yang mampu berperilaku sesuai dengan yang di harapkan
dan diingin kan (Hidayat dan Bashori, 2016: 47). Menurut Davies (dalam Hidayat
dan Bashori 2016: 47) Percaya diri juga adalah keyakinan akan kemampuan diri
sendiri, keyakinan adanya suatu maksud di dalam kehidupan, dan harapan dengan
berfikir.
Kepercayaan diri di awali oleh gambaran mengenai diri sendiri. Terdapat
dua macam gambaran mengenai diri sendiri yaitu, gambaran diri positif dan
gambaran diri yang negative. Kepercayaan diri berkaitan dengan sikap atau
keyakinan seseorang akan kemampuan dirinya sehingga dalam melakukan
tindakan-tindakan seseorang tidak cemas.
Kepercayaan diri merupakan engsel pintu gerbang prestasi, ketika
kepercayaan diri seseorang tak terbatas, maka seseorang akan mampu
31
mewujudkan lebih banyak potensi ketimbang dalam kondisi berbeda (Tracy,
2012: 20). Menurut Willis (dalam Gufron dan Risnawati, 2017: 34) kepercayaan
diri adalah suatu keyakinan bahwa seseorang mampu menyelesaikan suatu
masalah dengan situasi terbaik dan dapat memberikan sesuatu yang
menyenangkan bagi orang sekitar. Sedangkan menurut Lauster, 1992 (dalam
Gufron dan Risnawati, 2017: 34) mendefinisikan bahwa kepercayaan diri di
peroleh dari pengalaman hidup dan menambahkan bahwa kepercayaan diri
berhubungan dengan kemampuan melakukan sesuatu yang baik. Anthony (dalam
Gufron dan Risnawati, 2017:34) berpendapat bahwa kepercayaan diri merupakan
sikap seseorang yang dapat menerima kenyataan, dapat mengembangkan
kesadaran diri, berpikir positif, memiliki kemandirian, dan mempunyai
kemampuan untuk memiliki serta mencapai segala sesuatu yang diinginkan.
Menurut Kumara (dalam Gufron dan Risnawati, 2017: 34) menyatakan bahwa
kepercayaan diri merupakan suatu ciri dari kepribadian yang mengandung arti
keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri. Kepercayaan diri merupakan sikap
mental seseorang dalam menilai diri maupun suatu objek di sekitarnya sehingga
seseorang tersebut mempunyai keyakinan akan kemampuan dirinya untuk dapat
melakukan sesuatu sesuai kemampuan yang dimiliki (Gufron dan Risnawati,
2017: 35). Kepercayaan diri dapat langsung datang ketika berperilaku dengan
penuh rasa percaya diri, tetapi terkadang lebih sering datang secara tidak
langsung, seperti saat seseorang melakukan, mengucapkan, serta menerapkan
sikap yang mengarah pada kepercayaan diri (Tracy, 2012: 16).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri
(self confidence) adalah keyakinan untuk melakukan sesuatu pada diri subjek
32
sebagai suatu karateristik pribadi yang di dalam nya terdapat keyakinan akan
kemampuan diri, optimis, objektif, bertanggung jawab, rasioanal, dan realistis.
2.3.2 Aspek-aspek Kepercayaan Diri
Rasa percaya diri akan meningkat apabila kita mengetahui dan memahami
tentang suatu hal yang akan kita lakukan dan kita jalankan (Nitisusastro, 2012:
82). Menurut Rini (dalam Gufron dan Risnawati, 2017: 35) seseorang yang
memiliki kepercayaan diri tinggi akan mampu bergaul secara fleksibel,
mempunyai toleransi, bersikap positif, dan tidak terpengaruh oleh orang sekitar
serta mampu menentukan langkah-langkah pasti di dalam kehidupannya.
Menurut Kumara, 1998 (dalam Hidayat dan Bashori, 2016:48), terdapat
aspek-aspek kepercayaan diri (self confidence), yaitu:
1. Kemampuan mengahadapi suatu masalah, suatu aktivitas intelektual untuk
mencari penyelesaian dari suatu permasalahan yang di hadapi dengan
menggunakan pengetahuan yang dimiliki
2. Bertanggung jawab, bertanggung jawab terhadap suatu keputusan dan
perbuatanya, menerima keputusan dan melaksanakan tindakan yang telah
menjadi keputusan dengan diringin ada nya tanggung jawab
3. Kemampuan dalam bergaul, suatu proses kemampuan dalam suatu interaksi
sosisal terjadi antara individu satu dengan individu lainnya
4. Kemampuan menerima kritik, kemampuan seseorang dalam menerima,
mengelolah, dan menyikapi kritikan pihak lain dengan iklas
Menurut Lautser (dalam Hidayat dan Bashori, 2016: 48), berpendapat
bahwa aspek-aspek yang berhubungan dengan kepercayaan diri ialah :
33
1. Keyakinan pada kemampuan diri sendiri
Ialah sikap positif seseorang terhadap dirinya, seseorang yang memiliki sikap
seperti ini akan merasa mampu melakukan tugas yang dipilihnya, serta berani
menyampaikan gagasan atau ide nya
2. Sikap optimis
Selalu berfikir akan kemampuan diri yang ia miliki untuk mencapai sautu
tujuan tertentu
3. Cara pandang objektif
Seseorang yang memiliki cara pandang objektif sulit akan terpengaruh oleh
opini atau kebenaran nya belum pasti yang di terima dari orang lain
4. Bertanggung jawab
Selalu bertanggung jawab atas keputusan, perbuatan, dan resiko yang akan
terjadi
5. Rasioanal, serta Realistis
Rasional dan realistis seseorang tersebut akanmenganalisis suatu masalah
tersebut dengan menggunakan pemikiran yang dapat diterima dan dapat di
buktikan kebenaranya.
Dari pendapat Angelis (dalam Hidayat dan Bashori, 2016: 48), seseorang
yang percaya diri memiliki ciri, sebagai berikut :
1. Yakin atas kemampuan diri sendiri dalam melakukan sesuatu,
2. Yakin atas kemampuanya untuk menindak lanjutin segala prakara secara
konsekuen,
3. Yakin atas kemampuanya dalam menanggulangi permasalahan,
4. Yakin atas kemampuan individu untuk memperoleh bantuan.
34
Sependapat dengan Angelis menurut Lie (dalam Hidayat dan Bashori,
2016: 48) juga menyatakan bahwa ciri pribadi yang percaya diri, ialah :
1. Yakin terhadap diri sendiri,
2. Tidak bergantung pada orang lain,
3. Tidak ragu-ragu,
4. Merasa dirinya berharga,
5. Tidak menyombongkan diri,
6. Dan memiliki keberanian untuk bertindak.
Berdasarkan pendapat para ahli mengenai aspek-aspek kepercayaan diri
dapat dinyatakan, bahwa kepercayaan diri tersebut ialah tumbuh dengan yakin
dengan kemampuan kita tanpa ragu dan berani mengambil sebuah resiko demi
mancapai suatu tujuan.
2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri (self confidence)
Dalam mengembangkan kualitas kepercayaan diri terdapat suatu prinsip
yang mempercepat pengembangan diri seseorang, setiap seseorang mengerahkan
penguasaan diri dan mendisplin diri untuk untuk melakukan atau mengucapkan
sesuatu dengan benar, terutama saat di bawah tekanan. Setiap kali seseorang
melawan rasa takut dengan rasa percaya diri, dengan tingkat kepercayaan diri
maka hal tersebut dapat membantu seseorang untuk lebih percaya akan
kemampuan diri sendiri (Tracy, 2012: 17). Menurut Tracy, 2012 (dalam Tracy,
2012 :28), berpendapat bahwa kepercayaan diri seseorang dengan
mengembangkan kejelasan, keyakinan, komitmen dan konsisten terhadap dirinya.
Menurut Ghufron dan dan Risnawati (dalam Hidayat dan Bashori, 2016:
49), memperhatikan beberapa faktor yang terbagi menjadi dua, yaitu :
35
1. Faktor internal dalam bentuk pola pikir dan harga individu. Setiap seseorang
pasti mengalami berbagai masalah di dalam kehidupannya. Reaksi seseorang
terhadap sebuah peristiwa sangat di pengaruhi oleh cara berpikir. Seseorang
yang memiliki rasa percaya diri tidak memandang segala sesuatu ke arah
negative, tetapi seseorang selalu di bekali pemikiran yang positif, baik
terhadap diri sendiri maupun orang lain, sehingga mempunyai harga diri dan
kepercayaan diri tinggi.
2. Faktor eksternal dalam pola asuh dan interaksi. Pola asuh dan interaksi
merupakan faktor yang mendasar bagi pembentukan rasa percaya diri. Di
karenakan pola asuh yang di lakukan oleh orang tua menunjukan perhatian,
cinta dan kasih sayang. Sehingga di lihat dari itu bahwa seseorang tersebut
akan merasa di hargai dan dikasihi dan seseorang tersebut akan tumbuh
menjadi seseorang yang mampu menilai dirinya positif serta memilik harapan
yang realitas terhadap dirinya.
Sedangkan menurut Ancok dan Suroso (dalam Hidayat dan Bashori, 2016:
49) menyatakan terdapat faktor - faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
pembentukan kepercayaan diri seseorang :
1. Faktor internal adalah :
a. Terbentuknya kepercayaan diri seseorang di dasari dengan perkembangan
konsep diri yang diawali dari pergaulannya di dalam masyarakat.
b. Harga diri adalah penilaian yang di lakukan seseorang terhadap diri nya.
c. Kondisi fisik, perubahan kondisi fisik juga berpengaruh pada kepercayaan diri
seseorang. Penampilan fisik meruapakan hal utama di dalam harga diri dan
kepercayaan diri seseorang.
36
d. Pengalaman hidup, pengalaman hidup juga meruapakan faktor internal dari
pengalaman hidup seseorang akan belajar menata hidup kedepan nya lebih
baik di sertai sikap percaya diri.
2. Faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan kepercayaan diri
seseorang, yaitu :
a. Pendidikan, tingkat dan jenis pendidikan akan mempengaruhi kepercayaan diri
seseorang. Contoh semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan
memiliki rasa percaya diri yang tinggi pula
b. Pekerjaan, bekerja sangat penting bagi seseorang dikarenakan dapat
mengembangkan kreatifitas, kemandirian dan kepercayaan diri
c. Lingkungan dan pengalaman hidup, lingkungan disini di maksud kan
lingkungan keluarga ataupun masyarakat sekitar.
Menurut Anthony (dalam Hidayat dan Bashori, 2016: 49) faktor
mempengaruhi kepercayaan diri, sebagai berikut:
1. Konsep diri
Konsep diri mendukung terbentuknya rasa percaya diri pada seseorang di
awali dengan perkembangan konsep diri yang di peroleh dari lingkungan
pergaulan seseorang sehingga hasil interaksi tersebut akan menghasilkan
konsep diri.
2. Harga diri
Harga diri adalah penilaian yang di lakukan seseorang kepada diri nya sendiri,
serta tingkat harga diri seseorang akan mempengaruhi kepercayaan diri
seseorang.
37
Menurut Gufron dan Risnawati (2017: 37), kepercayaan diri di
pengaruhi oleh beberapa factor, yaitu :
1. Konsep diri
Menurut Anthony (1992), terbentuknya kepercayaan diri seseorang di awali
dengan perkembangan konsep diri
2. Harga diri
Bila konsep diri yang positif maka akan mempengaruhi harga diri yang positif
juga. Harga diri ialah penilaian yang di lakukan oleh diri sendiri terhadap
dirinya
3. Pengalaman
Dapat menjadi salah satu faktor munculnya rasa percaya diri. Sebaliknya,
pengalaman juga dapat menjadi factor menurunnya rasa percaya diri seseorang
4. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan sangat berpengaruh terhadap kepercayaan
diri seseorang. Jika tingkat pendidikan rendah akan menjadikan seseorang
tersebut menurun rasa percaya dirinya.
Berdasarkan pernyataan para ahli diatas dapat di katakana bahwa faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri seseorang ada dua faktor yaitu
faktor internal ialah faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri seseorang dari
dalam diri dan faktor eksternal merupakan kepercayaan diri yang timbul di karena
ada dorongan dari luar diri seseorang.
38
2.3.4 Faktor Penyebab Orang Tidak Percaya Diri
Menurut Mildawani (2014:41) penyebab orang tidak percaya diri, yaitu :
1. Cara mendidik yang salah, mendasarkan didikan pada ancaman, kekerasan,
dan pemukulan setiap kali ada perbuatan yang salah,
2. Seseorang selalu disalahkan, dipukul, diancam di cela dan direndahkan,
3. Orang tua terlalu membatasi setiap perilaku invidu dan cara berfikir,
4. Meremehkan kemampuan dan harga diri seseorang serta melehmakan niatnya,
5. Bentuk badan yang tidak diinginkan,
6. IQ rendah dan lambat dalam belajar,
7. Di bebani pekerjaan yang diluar kemampuanya dan bakatnya sehingga
seseorang tidak mampu dan gagal.
Sifat tidak percaya diri membawa dampak negative terhadap pertumbuhan
jiwa seseorang seperti yang di jelaskan diatas, bahwa sifat tidak percaya diri
mengakibatkan orang lekas tersinggung. Karena itu ia akan menjauhi pergaulan
dengan orang banyak, menyendiri, tidak berani mengungkapkan pendapat, tidak
berani bertindak sehingga akan terjadi seseorang yang pesimis.
2.3.5 Cara Meningkatkan Kepercayaan Diri (Self Confidence)
Langkah paling awal untuk meningkatkan rasa percaya diri yang perlu
ialah pahami diri pribadi kita. Kepribadian adalah kualitas yang memungkinkan
seseorang untuk dikenali sebagai individu yang berbeda dengan individu lainya.
Adapun langkah-langkah meningkatkan kepercayaan diri, yaitu (Mildawani, 2014:
26) :
1. Langkah pertama : lakukan sesuatu, untuk meningkatkan kepercayaan diri
belajarlah untuk melakukan sesuatu yang berguna untuk diri sendiri,
39
2. Langkah kedua : Belajar mengambil keputusan. Mengambil sebuah keputusan
dalam hidup memerlukan sebuah kepercayaan diri,
3. Langkah ketiga : Nikmati apa yang ingin di kerjakan. Menikmati apa yang kita
lakukan adalah sebuah indikasi bahwa kita telah melakukan sesuatu yang baik
dan benar,
4. Langkah keempat : Kenali dirimu untuk memahami kemampuan kita,
5. Langkah kelima : Fokus utama pada kelebihan. Kelebihan yang dimiliki
merupakan cara meningkatkan rasa percaya diri,
6. Langkah keenam : Membenai kekurangan. Setelah mengenali kelebihan yang
dimiliki selanjutnya menganalisis kekurangan yang dimiliki dan mencari cara
mengatasi hal tersebut,
7. Langkah ketuju : Berani mencoba. Jangan takut untuk mencoba segala sesuatu
yang mungkin di yakini akan dapat mengahasilkan sesuatu yang ingin di
capai, dan berani coba merupakan dasar meningkatkan rasa percaya diri,
8. Langka kedelapan : Bersikap tenang dan wajar,
9. Langkah kesembilan : Buat daftar kesuksesan, buatlah daftar apa yang telah
berhasil dan di capai diri sendiri dengan kemampuan yang di miliki,
10. Langkah kesepuluh : belajar dan menambah wawasan. Kepercayaan diri akan
timbul dengan sendirinya ketika seseorang memiliki ilmu dan wawasan.
Santrock, 2015 (dalam Hidayat dan Bashori, 2016: 50) menyatakan ada 4
cara untuk meningkatkan kepercayaan diri, yaitu :
1. Mengidentifikasi penyebab kurangnya percaya diri dan domain-domain
kompetensi diri seseorang. Remaja memiliki tingkat kepercayaan diri yang
tinggi ketika mencapai keberhasilan di dalam domain-domain kompetensi
40
yang penting. Oleh sebab itu, remaja harus mendapatkan suatu dukungan
untuk mengidentifikasi dan mengahargai kompetensi yang dimiliki.
2. Memberikan dukungan emosional dan penerimaan social terhadap individu.
Dukungan tersebut dapat mempengaruhi rasa percaya diri individu. Dukungan
tersebut dapat di berikan orang tua, guru, dan teman sebaya.
3. Prestasi yang diraih oleh individu yang diraih secara terus menerus akan
membuat rasa kepercayaan diri individu meningkat.
4. Mengatasi masalah, mengahadapi masalah adalah hal yang biasa, namun yang
lebih penting ialah cara mengatasinya. Perilaku ini menghasilkan suatu
evaluasi diri yang dapat mendorong terjadinya penerimaan terhadap diri
sendiri, penerimaan terhadap diri sendiri akan dapat meningkatkan
kepercayaan diri seseorang.
Berdasarkan pendapat para ahli mengenai cara untuk meningkatkan rasa
percaya diri, yaitu memahami apa yang membuat diri kita tidak percaya diri,
memberi dukungan atau motivasi dari dalam diri untuk yakin akan mampu
mengatasi masalah dengan kemampuan sendiri, serta meningkatkan suatu prestasi
yang di harapkan mampu membuat rasa percaya diri seseorang meningkat.
2.3.6 Indikator Kepercayaan Diri (Self Confidence)
Seseorang dapat mengembangkan kepercayaan diri (self confidence)
dengan mengembangkan kejelasan, keyakinan, komitmen dan konsistensi
terhadap diri nya (Tracy, 2012: 28), dengan ini peneliti menjadikan teori tersebut
menjadi indikator dari kepercayaan diri (self confidence), yaitu :
1. Kejelasan : putuskan dengan tepat apa yang ingin di capai serta tentukan
dengan jelas kepribadian apa yang seseorang miliki,
41
2. Keyakinan : memiliki keyakinan yang kuat bahwa diri ini memutuskan untuk
melakukan sesuatu dan berani mencurahkan segenap upaya untuk
menyelesaikannya,
3. Komitmen : putuskan untuk melakukan suatu hal yang diperlukan dan
bersedialah menerima resiko guna mencapai suatu keberhasilan yang di
inginkan,
4. Konsistensi : putuskan untuk mengerjakan sasaran setiap hari sampai sasaran
tersebut tercapai.
2.4 Hubungan Antara Variabel
1. Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan terhadap Kesiapan
Berwirausaha
Pendidikan merupakan upaya manusia untuk meningkatkan
pengetahuan seseorang guna mencapai suatu tujuan tertentu. Pendidikan
merupakan kumpulan dari semua proses yang memungkinkan seseorang
mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki, sikap-sikap dan
bentuk-bentuk perilaku yang bernilai positif di masyarakat (Sukarjo dan
Komarudin, 2010:7).
Sedangkan Menurut Tando (2013:28) pendidikan merupakan proses
sistematis dan berkelanjutan dalam rangka mengembangkan dan
meningkatkan intelektual dan sikap perilaku individu dan masyarakat
sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan. Seseorang yang memahami
pendidikan kewirausahaan maka akan dapat meberikan kesiapan
berwirausaha. Menurut Tando (2013:28) keterkaitan pendidikan
kewirausahaan sangat erat dengan kesiapan wirausaha, di karenakan
42
pendidikan kewirausahaan adalah proses secara sistematis dan berkelanjutan
baik formal ataun informal dalam rangka membentuk manusia wirausaha atau
kesiapan berwirausaha. Sehingga dengan adanya pendidikan kewirausahaan
akan menjadikan seseorang siap untuk berwirausaha.
Dalam menjalankan suatu usaha tentunya memiliki rencana dan tujuan
yang akan di capai. Terkait dengan bidang kewirausahaan tentunya sebagai
pelaku usaha harus lah memiliki rencana dan tujuan. Kesiapan berwirausaha
ialah suatu kemampuan, keinginan dan kemauan untuk berwirausaha dalam
hal ini dapat dilihat dari kematangan, tingkah laku dan pendidikan
kewirausahaan.
1. Pengaruh self confidence terhadap kesiapan berwirausaha
Self confidence (Kepercayaan diri) merupakan hal penting bagi
keberhasilan seseorang di karenakan perasaan ini merupakan keyakinan pada
kemampuan dan penilaian diri sendiri dalam melakukan suatu tugas dan
memilih pendekatan yang efektif, termasuk juga kepercayaan atas kemampuan
mengahadapi lingkungan yang semakin menantang dan kepercayaan atas
keputusan atau pendapat nya. Hakim (dalam Hidayat dan Bashori, 2016:7)
kepercayaan diri adalah suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek
kelebihan yang dimiliki dan keyakinan tersebut membuatnya merasa akan
mampu mencapai tujuan tertentu dalam hidupnya.
Sedangakan menurut Gufron dan Risnawati (2017:35) Kepercayaan
diri merupakan sikap mental seseorang dalam menilai diri maupun suatu objek
di sekitarnya sehingga seseorang tersebut mempunyai keyakinan akan
kemampuan dirinya untuk dapat melakukan sesuatu sesuai kemampuan yang
43
dimiliki. Kepercayaan diri juga dapat berkaitan atau berpengaruh dengan
kesiapan berwirausaha, sesuai dengan teori. Seseorang dapat mengembangkan
kepercayaan diri (self confidence) dengan mengembangkan kejelasan,
keyakinan, komitmen dan konsistensi terhadap diri nya (Tracy, 2012: 28):
Dapat dinyatakan dari pendapat diatas bahwa untuk kesiapan
berwirausaha adanya rasa kepercayaan diri tentu nya hal ini membuat adanya
pengaruh kepercayaan diri terhadap kesiapan berwirausaha.
2. Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan dan Kepercayaan Diri (Self
Confidence) terhadap Kesiapan Berwirausaha
Untuk menjadi seseorang wirausaha dapat melalui sesuatu proses
yaitu dapat di mulai dari, pola pikir cara melakukan dan mengerjakan
sesuatu. Proses untuk menjadi seorang wirausaha beraneka ragam, misal
nya terjadi terbentuk lewat proses pendidikan formal atau informal, seperti
workshop, pelatihan, pelatihan khusuh, pendidikan bidang khusus seperti
manajemen, akuntansi, kewirausahaan dan lain-lain. Seseorang yang
memiliki kesiapan berwirausaha pasti nya dapat di tentukan dapat di
pengaruhi oleh pendidikan kewirausahaan dengan kepercayaan diri (self
confidence) untuk berwirausaha. Pendidikan kewirausahaan adalah proses
secara sistematis dan berkelanjutan baik formal ataun informal dalam
rangka membentuk manusia wirausaha (Tando, 2013: 28). Pendidikan
kewirausahaan adalah suatu kegiatan bagi mereka yang ingin menjadi
wirausaha dan kegiatan meningkatkan pemahaman dan pengetahuan
tentang kewirausahaan.
44
Menurut Meredith (dalam Nastiti, 2019: 54) dalam rangka
kesiapan berwirausaha yang harus diperhatikan bagi seseorang untuk
memasuki dunia usaha meliputi: memiliki keterampilan usaha, jiwa
pemimpin, orientasi pada tugas hasil, berani menaggung resiko, orisinil
dan beriorientasi masa depan, dan percaya diri. Dapat dinyatakan dalam
menuju kesiapan berwirausaha yang baik, salah satu nya harus memiliki
rasa percaya diri atau kepercayaan diri (self confidence) untuk siap
berwirausaha.
Dalam menghadapi kehidupan di zaman sekarang, perlu lah
sumber daya manusia yang memiliki suatu pemikiran kreatif dan
pengetahuan luas sehingga tidak tergantung pada orang lain dan tentu nya
akan dapat menciptakan nilai tambah dan keunggulan sendiri bahkan dapat
memberi konstribusi pada orang lain. Karena itu banyak wirausaha yang
berhasil dan memperoleh banyak peluang di karenakan mempelajari
kewirausahaan melalui pendidikan kewirausahaan dan memiliki tingkat
kepercayaan diri tinggi. Seseorang yang memiliki suatu pengetahuan
kewirausahaan di karenakan ada nya suatu pendidikan kewirausahaan
dengan di sertai oleh tingkat kepercayaan diri yang tinggi dalam
berwirausaha maka akan dapat mempengaruhi kesiapan berwirausaha
(Tando, 2013: 28).
Berdasarkan uraian diatas, tinggi dan rendahnya kesiapan
berwirausaha dapat di pengaruhi oleh pendidikan kewirausahaan dan
kepercayaan diri seseorang.
45
2.5 Kerangka Berfikir
Kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang berbeda nilainya
dengan menggunakan usaha dan waktu yang di perlukan, terdapat resiko financial,
psikologi dan social yang menyertainya, dan terdapat balas jasa moneter dan
kepuasan pribadi. Kewirausahaan juga merupakan salah satu usaha kreatif dan
inovatif untuk menciptakan peluang dan di manfaatkan dengan baik sehingga
akan memperoleh suatu keuntungan. Menurut Penrose (Tando, 2013: 3)
kewirausahaan adalah suatu kegiatan yang mencakup cara mengidentifikasi suatu
peluang di dalam system ekonomi. Timbulnya suatu pertanyaan mengapa seorang
wirausahawan harus mempunyai pemikiran berbeda dari manusia umumnya.
Terdapat banyak wirausaha yang berhasil dalam menjalankan usaha yang
dimilikinya. Namun keberhasilan tersebut bukan diraih dengan mudah untuk
dicapai. Banyak kendala, permasalahan, persaingan dan resiko lainya yang akan di
hadapi oleh wirausaha. Dalam menghadapi sumua itu, ada yang bias bertahan
bahkan ada juga yang tidak bertahan di bidang usaha tersebut. Salah satu
penyebab utama yang menjadikan seseorang mampu untuk bertahan dalam
menjalankan usaha milikinya bukan karna hanya modal saja, melainkan tingkat
kepercayaan diri dengan di dampingin oleh pendidikan kewirausahaan maka
seseorang akan siap untuk terjun di dalam dunia usaha.
Kepercayaan Diri (Self confidence) merupakan suatu keyakinan seseorang
yang mampu berperilaku sesuai dengan yang di harapkan dan diingin kan
(Hidayat dan Bashori, 2016:47) dan Hakim (dalam Hidayat dan Bashori, 2016:
47) kepercayaan diri adalah suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek
kelebihan yang dimiliki dan keyakinan tersebut membuatnya merasa akan mampu
46
mencapai tujuan tertentu dalam hidupnya. Kepercayaan diri yaitu percaya pada
kemampuan diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang ingin seseorang capai. Jika
mahasiswa mempunyai tingkat kepercayaan tinggi untuk menjadi seorang
wirausaha maka mahasiswa tersebut dapat di katakana siap untuk berwirausaha,
karena dengan memiliki rasa percaya diri seseorang akan mampu mengatasi suatu
permasalahan dan mampu mencapai tujuan nya. Seperti Menurut Meredith (dalam
Nastiti, 2019: 54) dalam rangka kesiapan berwirausaha yang harus diperhatikan
bagi seseorang untuk memasuki dunia usaha meliputi:
1. Memiliki keterampilan usaha,
2. Jiwa pemimpin,
3. Orientasi pada tugas dan hasil,
4. Berani menanggung resiko
5. Orisinil dan berorientasi masa depan.
6. Percaya diri
Dari uraian diatas mengenai definisi kewirausahaan dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa kewirausahaan adalah salah satu usaha kreatif yang di dasarin
pemikiran yang inovatif untuk menciptakan peluang dan dapat dimanfaatkan
dengan baik agar dapat memperoleh keuntungan dan suatu pencapaian tertentu.
Berdasarkan atas definisi Pendidikan kewirausaha sangat begitu erat
dengan kesiapan berwirausaha, Pendidikan kewirausahaan merupakan proses
secara sistematis dan berkelanjutan baik secara formal maupun informal dalam
membentuk jiwa wirausaha.
Pendidikan kewirausahaan kini juga ada di Perguruan Tinggi atau
Universitas untuk mahasiswa membekali diri dengan ilmu untuk menciptakan
47
lapangan pekerjaan, ilmu yang di maksud adalah ilmu kewirausahaa.
Kewirausahaan bukan lah ilmu yang mendatangkan hasil dalam waktu sekejap,
melainkan sebuah ilmu, seni dan keterampilan untuk mengelola semua
keterbatasan sumber daya, informasi dan modal yang ada. Kewirausahaan bisa di
terapkan di semua bidang pekerjaan maupun kehidupan, dengan demikian
kewirausahaan sangat penting sebagai bekal untuk mahasiswa. Kewirausahaan
merupakan suatu profesi yang muncul karena interaksi antara ilmu pengetahuan
yang di peroleh pendidikan formal dari seni yang hanya dapat diperoleh dari suatu
rangkaian kerja dalam praktik (Anoraga, 2011:27). Mata kuliah kewirausahaan
termasuk salah satu ciri muatan yang dipelajari di kurikulum yang ada di
universitas saat ini, dengan adanya mata kulah kewirausahaan diharapkan mampu
menambah pengetahuan kewirausahaan terhadap mahasiswa pendidikan ekonomi
mengenai dunia wirausaha.
Kepercayaan diri (self confidence) merupakan suatu sikap percaya
terhadap kemampuan diri sendiri, seseorang harus memiliki agar dapat mencapai
suatu tujuan tertentu dengan keyakinan diri. Kepercayaan diri (self confidence)
merupakan hal penting bagi keberhasilan seseorang di karenakan perasaan ini
merupakan keyakinan pada kemampuan dan penilaian diri sendiri dalam
melakukan suatu tugas dan memilih pendekatan yang efektif, termasuk juga
kepercayaan atas kemampuan mengahadapi lingkungan yang semakin menantang
dan kepercayaan atas keputusan atau pendapat nya. Hakim (dalam Hidayat dan
Bashori, 2016: 47) kepercayaan diri adalah suatu keyakinan seseorang terhadap
segala aspek kelebihan yang dimiliki dan keyakinan tersebut membuatnya merasa
akan mampu mencapai tujuan tertentu dalam hidupnya.
48
Dapat dinyatakan bahwa tingkat rasa percaya diri merupakan salah satu
hal yang harus diperhatikan oleh seorang wirausahan atau calon wirausahaan agar
siap terjun kedalam dunia wirausaha. Tingkat kepercayaan diri seseorang akan
mampu mempengaruhi suatu keberhasilan seseorang baik di bidang usaha mapun
bidang lain nya.
Pendidikan kewirausahaan, kepercayaan diri dan kesiapan berwirausaha
sangat lah dibutuhkan oleh seorang mahasiswa.Agar mahasiswa mampu
mengidentifikasi peluang usaha, kemudian mendayagunakan peluang usaha untuk
menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Pendidikan
kewirausahaan dan kepercayan diri (self confidence) terkait dengan
kewirausahaan di harapkan mampu membentuk suatu kecenderungan mahasiwa
untuk membuka suatu usaha baru yang di masa akan dating.
Selain pendidikan kewirausahaan, seseorang mahasiswa yang memiliki
tingkat kepercayaan diri dalam berwirausaha harus di dukung dengan ada nya
kesiapan terhadap berwirausaha. Hal ini di karenakan jika seorang tidak
mempunyai kesiapan berwirausaha maka seseorang berwirausaha di yakinin tidak
bias bertahan lama di dunia usaha. Mencari lapangan pekerjaan dan bekerja pada
instansi dan menerima gaji sangat menjadi tujuan bagi masyarakat pada
umumnya, namun kenyataan nya lapangan pekerjaan dan pekerjaan tersebut
belum memadai untuk masyarakat. Berbeda dengan seseorang yang memiliki
kepercayaan diri tinggi untuk berwirausaha maka ia akan membuat sebuah
peluang usaha dan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Dengan
percaya diri maka seseorang juga akan mampu menerima resiko dan mengatasi
nya serta dapat menciptakan usaha yang berkelanjutan.
49
Menurut kamus besar bahasa indonesia, seorang wirausaha adalah orang
yang pandai mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun
operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkan produk baru, dan mengatur
permodalan baru. Menurut Kasmir (2012: 30), wirausahan adalah orang yang
berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai
kesempatan.
Pendidikan kewirausahaan yang telah di pelajari mahasiswa diharapkan
agar mahasiswa mampu untuk ikut serta atau pun terjun langsung ke dalam
masyarakat dan juga mampu memiliki andil di masyarakat terkait kewirausahaan.
Sedangkan tingkat kepercayaan diri seseorang untuk terjun kedunia usaha di
harapkan mampu menerima resiko dan mengatasi atau pun melewati rintangan
serta mampu menjadi wirausaha yang dapat mencapai kesuksesan. Dalam dunia
berwirausaha yang tentu nya saat ini mengalami perkembangan sesuai teknologi
dan pasar, tentu nya di perlukan mahasiswa yang mempunyai pendidikan
kewirausahaan dan tingkat kepercayaan diri berwirausaha agar dapat bersaing.
Jika seseorang memilih berwirausaha namun tidak mengetahui tentang
kewirausahaan dan tidak memiliki rasa percaya diri untuk berwirausaha maka
tidak akan berani untuk terjun kedunia usaha dan jika masuk dalam dunia usaha
lambat laun akan terfirus oleh persaingan yang semakin ketat di dalam dunia
usaha atau bisnis.
Berdasarkan uraian di atas ada kaitan antara pendidikan kewirausahaan
dan kepercayaan diri terhadap kesiapan berwirausaha. Adapun keterkaitan
tersebut dapat di tampilkan gambar paradigma penelitian sebagai berikut :
50
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
Keterangan:
Pendidikan kewirausahaan (X1) mempengaruhi kesiapan berwirausaha (Y)
Self Confidence (X2) mempengaruhi kesiapan berwirausaha (Y)
Pendidikan kewirausahaan (X1) dan Self Confidence (X2) bersama-sama
mempengaruhi kesiapan berwirausaha (Y)
2.6 Penelitian Relevan
1. Penelitian yang di lakukan oleh Aisyiyah Fathul Jannah, Siti Umi
Khayatun Mardiyah tahun 2018 yang berjudul pengaruh Pendidikan
Kewirausahaan Dan Lingkungan Keluarga Terhadap Kesiapan
Berwirausaha kelas XI Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran
SMK Negeri 1 Yogyakarta. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan
bahwa : pendidikan kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kesiapan berwirausaha siswa XI Kompetensi Keahlian
Administrasi Perkantoran SMK Negeri 1 Yogyakarta di lihat dari
koefisienr2x1y= 0,294 dengan nilai thitung>ttabel (3,651>2,037),
lingkungan keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesiapan
berwirausaha berwirausaha siswa XI Kompetensi Keahlian Administrasi
Kesiapan
berwirausaha
Pendidikan
Kewirausahaan
Self Confidence
51
Perkantoran SMK Negeri 1 Yogyakarta dilihat dari koefisien r2x2y= 0,305
dengan nilai thitung>ttabel (3,748>2,037), serta pendidikan kewirausahaan
dan lingkungan keluarga secara bersama-sama berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kesiapan berwirausaha berwirausaha siswa XI
Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Negeri 1
Yogyakartadengan R2y (1,2)= 0,390 dan nilai Fhitung>Ftabel
(9,904>3,290). Sumbangan efektif pendidikan kewirausahaan sebesar
17,03% dan lingkungan keluarga sebesar 21,97%. Dalam penelitain saya
yang membedakan dengan penelitain sebeleumnya yang menggunakan
pendidikan kewirausahaan dan lingkungan keluarga disini peneliti
menggunakan pendidikan kewirausahaan dan kepercayaan diri (self
confidence).
2. Penelitian yang di lakukan oleh Ermawati, Joko Widodo tahun 2015 yang
berjudul Pengaruh Pengetahuan Dan Kepercayaan Diri Terhadap Minat
Berwirausaha siswa kelas XI jurusan pemasaran SMK Negeri 2 Semarang
Tahun Ajaran 2014/2015. Di dalam penelitian tersebut menyatakan bahwa
memiliki niat berwirausaha yang tinggi dapat dilihat dari berbagai aspek
kepribadian seperti watak, sikap dan perilaku seseorang. Dikarenakan
penelitian tersebut menggunakan penelitian populasi sehingga populasi di
jadikan sampel. Berdasarkan analisis regresi linier di peroleh persamaan
regresi Y = 0,156 + 0,252X1 + 0,443X2 Hasil uji hipotesis diperoleh
hasil secara parsial pengetahuan wirausaha berpengaruh positif
terhadap minat berwirausaha sebesar 21,16% dan kepercayaan diri
berpengaruh positif terhadap minat berwirausaha sebesar 13,24%,
52
sedangkan secara simultan pengetahuanwirausaha dan kepercayaan diri
secara bersama-sama mempengaruhi niat berwirausaha sebesar 47,2%
selebihnya 52,8% di pengaruhi faktor lain. Dalam penelitian saya melihat
bahwa penelitian-penelitian kewirausahaan melakukan modifikasi
terhadap model-model yang sudah ada dengan menambah faktor baru,
salah satu faktor tambahan yang di gunakan dalam penelitian
kewirausahaan adalah factor karakteristik psikologi, faktor psikologi
merupakan predictor yang lumayan baik atas sikap berwirausaha (Ferreira
et al. 2012) dan tentunya memiliki pengaruh yang penting dalam
pengambilan keputusan untuk membangun suatu usaha dan berhasil dalam
berwirausaha. Dalam penelitian saya menggunakan penelitian pengaruh
pendidikan kewirausahaan dan kepercayaan diri (self confidence) terhadap
kesiapan berwirausaha.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Lupitasari, Eka Yuli tahun 2018 yang
berjudul tentang Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan Dan Efikasi Diri
Terhadap Kesiapan Berwirausaha Mahasiswa Prodi Pendidikan Ekonomi
Semester VI STKIP PGRI Tulungagung Tahun Akademik
2017/2018.signifikan 0,000 ˂ 0,05. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha
diterima. Sehingga dapatdinyatakan bahwa ada pengaruh positif dan
signifikan pendidikan kewirausahaan (X1) danefikasi diri (X2) terhadap
kesiapan berwirausaha (Y) mahasiswa prodi pendidikan ekonomisemester
VI STKIP PGRI Tulungagung tahun akademik 2017/2018. Dalam
penelitian saya yang membedakan penelitian sebelumnya yaitu
menggunakan efikasi diri sedangkan saya menggunakan kepercayaan diri
53
yang sama-sama menggunakan pengaruh pendidikan kewirausahan
terhadap kesiapan berwirausaha.
2.7 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan sebuah jawaban sementara dari rumusan masalah
yang telah di buat, dimana rumusan masalah yang telah di buat menggunakan
kalimat pernyataan, di katakan jawaban sementara karena jawaban yang di
berikan hanya berdasarkan teori yang relevan. Sugiyono, (2017: 99).
Dari uraian di atas maka hipotesis dari penelitian ini adalah :
Ha1 : Terdapat Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan terhadap Kesiapan
berwirausaha pada mahasiswa program studi pendidikan ekonomi 2017
Universitas Jambi
Ho1 : Tidak Terdapat Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan terhadap Kesiapan
berwirausaha pada mahasiswaprogram studi pendidikan ekonomi 2017
Universitas Jambi
Ha2 : Terdapat Pengaruh Self Confidence terhadap Kesiapan berwirausaha pada
mahasiswa program studi pendidikan ekonomi 2017 Universitas Jambi
Ho2 : Tidak Terdapat Pengaruh Self Confidence terhadap Kesiapan berwirausaha
pada mahasiswa program studi pendidikan ekonomi 2017 Universitas Jambi
Ha3 : Terdapat Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan dan Self Confidence
terhadap Kesiapan berwirausaha pada mahasiswa program studi pendidikan
ekonomi 2017 Universitas Jambi
Ho3 : Tidak Terdapat Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan dan Self Confidence
terhadap Kesiapan berwirausaha pada mahasiswa program studi pendidikan
ekonomi 2017 Universitas Jambi