9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Sistem Informasi
Sistem merupakan kumpulan komponen-komponen yang saling berinteraksi
dan bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan dengan menerima dan memproses
masukan yang menghasilkan keluaran dalam proses transformasi yang terstruktur
(O’Brien, 2013). Sedangkan Sistem informasi merupakan sistem buatan yang pada
umumnya terdiri dari komponen-komponen berbasis komputer yang saling
berhubungan dan komponen manual yang memiliki proses mengumpulkan, mengelola
data, menyimpan, dan menyediakan keluaran berupa informasi kepada pengguna
(Gelinas, Dull, Wheeler, & Hill, 2017). Dari definisi-definisi di atas dapat diartikan
bahwa sistem informasi merupakan suatu sistem terpadu dalam pengelolaan data yang
menggabungkan sumber daya manusia dan teknologi untuk menghasilkan suatu
informasi.
2.2 Pengertian E-Commerce
E-commerce adalah semua pertukaran informasi melalui media elektronik
antara organisasi dan para pemegang kepentingan eksternal. E-commerce harus
dipertimbangkan sebagai seluruh transaksi elektronik yang dimediasi antara organisasi
dan pihak ketiga yang saling berhubungan. Dengan definisi ini, transaksi bukan
finansial seperti permintaan pelanggan untuk informasi lebih lanjut juga akan
dianggap sebagai bagian dari e-commerce (Chaffey, 2011). E-commerce mengacu
pada berbagai perspektif yang berbeda diantaranya seperti:
1) Perspektif komunikasi, e-commerce adalah pengiriman barang, layanan,
informasi, atau pembayaran melalui jaringan komputer atau melalui
peralatan elektronik lainnya.
2) Perspektif proses bisnis, e-commerce adalah aplikasi dari teknologi yang
menuju otomatisasi dari transaksi bisnis dan aliran kerja.
3) Perspektif layanan, e-commerce merupakan suatu alat yang memenuhi
keinginan perusahaan, konsumen, dan manajemen untuk memangkas biaya-
biaya layanan (service cost) ketika harus meningkatkan kualitas barang dan
meningkatkan kecepatan layanan pengiriman.
10
4) Perspektif online, e-commerce menyediakan kemampuan untuk membeli
dan menjual barang ataupun informasi melalui internet dan sarana online
lainnya.
Terdapat beberapa kategori e-commerce yang sudah dikenal secara umum
(Laudon dan Traver, 2011), antara lain:
1) Business-to-Consumer (B2C). Bisnis online yang mencoba untuk
menjangkau konsumen secara pribadi. Contoh: Amazon.com.
2) Business-to-Business (B2B). Bisnis online yang fokus penjualannya
ditujukan kepada perusahaan lain. Contoh: Alibaba.com.
3) Consumer-to-Consumer (C2C). Bisnis yang menyediakan layanan yang
memungkinkan para pelanggan dapat langsung menjual barangnya kepada
pelanggan lainnya. Contoh: Ebay.com, Tokopedia.com.
4) Peer-to-Peer (P2P). Merupakan teknologi yang memungkinkan pengguna
internet untuk berbagi file dalam e-commerce tanpa melalui web server.
5) Mobile Commerce (M-commerce). Merupakan Penggunaan teknologi
perangkat digital secara wireless untuk melakukan transaksi ke website.
Contohnya: Aplikasi belanja di Google Playstore.
2.3 Pengertian E-marketplace
E-marketplace merupakan bagian dari e-commerce. E-marketplace adalah
pasar virtual yang berada di internet yang digunakan oleh perusahaan atau individu
untuk melakukan transaksi ekonomi (Chris Rowley, et. al, 2009). Baik antara
Perusahaan dengan individu (B2C) dan Perusahaan dengan Perusahaan (B2B). Contoh:
eBay.com, Tokopedia.com, Alibaba.com, Bukalapak.com. Cara mengakses platform
e-marketplace dapat melalui website atau aplikasi yang sudah terinstall di perangkat
elektronik pengguna, seperti Laptop, Smartphone, Tablet PC.
2.4 Konsep Strategi
Strategi merupakan rencana yang menjadi alat untuk mencapai tujuan. Konsep
strategi terus berkembang (Rangkuti, 2013). Dalam perkembangannya strategi dapat
dikelompokkan berdasarkan tiga tipe strategi, yaitu:
11
a. Strategi Manajemen
Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh manajemen
dengan orientasi pengembangan strategi secara makro. Misalnya, strategi
pengembangan produk, strategi penerapan harga, strategi akuisisi, strategi
pengembangan pasar, dan sebagainya.
b. Strategi Investasi
Strategi ini merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi. Misalnya,
apakah perusahaan ingin melakukan strategi pertumbuhan yang agresif atau
berusaha untuk mengadakan kegiatan penetrasi pasar, strategi bertahan,
strategi pembangunan kembali suatu divisi baru atau strategi divestasi, dan
sebagainya.
c. Strategi Bisnis
Strategi bisnis ini sering juga disebut strategi bisnis secara fungsional karena
strategi ini berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen, misalnya
pemasaran, teknologi, financial, informasi, legalitas, keamanan, operasional,
dan strategi bisnis lainnya yang disesuaikan dengan struktur organisasi.
2.5 Strategi Pemasaran
Dalam pemasaran terdapat strategi pemasaran yang disebut bauran pemasaran
(Marketing mix) yang memiliki peranan penting dalam mempengaruhi konsumen agar
dapat membeli suatu produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Metode ini
digunakan untuk membuat keputusan penting untuk mendapatkan respon pasar yang
diinginkan. Rumusan marketing mix yang pertama kali dikenal dan banyak digunakan
adalah rumusan marketing mix 4P. Rumusan tersebut berisikan empat elemen
pemasaran yakni product, price, promotion, dan place (MacCarthy, 1960). Marketing
mix sering digunakan oleh para akademisi, praktisi, maupun pelajar pada umumnya
untuk memahami elemen-elemen pemasaran pada suatu produk. Marketing mix
sebagai campuran rangkaian elemen pemasaran yang dapat dikendalikan untuk
memproduksi respon target pasar yang diinginkan perusahaan. Pengertian 4P menurut
Amstrong dan Kotler (Kotler & Armstrong, 2010), yaitu:
1. Product (Produk).
Definisi produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar
untuk memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan konsumen. Produk
12
dapat berupa sub kategori yang menjelaskan dua jenis seperti barang dan
jasa yang ditujukan kepada target pasar.
2. Price (Harga).
Definisi harga adalah sejumlah uang yang mempunyai nilai tukar untuk
memperoleh keuntungan dari memiliki atau menggunakan suatu produk
atau jasa. Harga merupakan bauran pemasaran yang bersifat fleksibel di
mana suatu harga akan stabil dalam jangka waktu tertentu tetapi dalam
seketika harga dapat meningkat atau menurun yang terdapat pada
pendapatan dari hasil penjualan.
3. Place (Tempat atau distribusi).
Definisi tempat atau distribusi merupakan berbagai kegiatan yang
dilakukan oleh perusahaan untuk membuat produknya mudah diperoleh
dan tersedia pada konsumen sasaran. Distribusi memiliki peranan yang
sangat penting dalam membantu perusahaan guna memastikan produknya.
Hal ini dikarenakan tujuan dari distribusi adalah menyediakan barang dan
jasa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen pada waktu dan
tempat yang tepat.
4. Promotion (Promosi).
Definisi promosi adalah semua kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk
mengkomunikasikan dan mempromosikan produknya kepada pasar
sasaran.
Sedangkan pemasaran jasa memiliki beberapa alat pemasaran tambahan seperti
people (orang), physical evidence (fasilitas fisik), dan process (proses), sehingga
dikenal dengan istilah 7P, maka dapat disimpulkan bauran pemasaran jasa meliputi
product, price, place, promotion, people, physical environment/evidence, process
(Lovelock & Wirtz, n.d.,2011). Pengertian 3Ps tambahan dalam usaha jasa, yaitu:
5. People. Orang yaitu proses seleksi, pelatihan, dan pemotivasian karyawan
yang nantinya dapat digunakan sebagai pembedaan perusahaan dalam
memenuhi kepuasan pelanggan.
6. Physical environment/evidence. Lingkungan bisnis atau bukti fisik yang
dimiliki oleh penyedia jasa yang ditujukan kepada konsumen sebagai
usulan nilai tambah konsumen. Bukti fisik merupakan wujud nyata yang
ditawarkan kepada pelanggan ataupun calon pelanggan.
13
7. Process. Proses yaitu semua prosedur aktual, mekanisme dan aliran atau
tahapan aktivitas dengan bagaimana jasa disampaikan kepada konsumen
yang merupakan sistem penyajian atas operasi jasa.
Gambar 2.1 7Ps Marketing Mix
(Kotler & Armstrong, 2010; Lovelock & Wirtz, 2011)
2.6 Porter’s Five Forces Model
Porter’s five forces model adalah salah satu metode yang digunakan untuk
membangun sebuah strategi dalam dunia bisnis serta digunakan pula untuk
menganalisis lingkungan eksternal dan keunggulan kompetitif sebuah industri. Metode
ini dipublikasikan oleh Michael E. Porter yang merupakan seorang profesor dari
Harvard Business School. Analisis ini akan melihat sejauh mana pengaruh persaingan
di antara para kompetitor yang ada, pendatang baru, produk atau jasa pengganti, daya
tawar supplier, serta daya tawar pelanggan terhadap keberlangsungan bisnis
perusahaan. Dalam konteks strategi kompetisi, terdapat tujuan dalam merumuskan
strategi yaitu menghubungkan perusahaan dengan lingkungannya, dalam konteks ini
adalah dilakukan analisis pada lingkungan persaingan bisnis perusahaan tersebut.
Sebuah industri dapat dikatakan “tidak menarik” apabila terdapat kombinasi dari
metode tersebut dapat menurunkan profitabilitas secara keseluruhan (Porter, 1991).
Oleh karena itu dikembangkan suatu analisis oleh Porter dengan menggabungkan lima
unsur yaitu:
Product
Price
Place
Promotion
People
Process
Physical Evidence
14
1. Threat of new entrans
Ancaman pendatang baru terjadi ketika suatu industri mudah dimasukan
pedatang baru. Ancaman pendatang baru berdampak pada keseimbangan
antara permintaan dan penawaran. Apabila jumlah penawaran lebih besar
dari jumlah permintaan maka intensitas persaingan semakin tinggi.
Intensitas persaingan yang tinggi mengakibatkan perusahaan kesulitan
dalam mendapatkan keuntungan. Berikut ini ada beberapa faktor hambatan
yang ada pada ancaman pendatang baru, skala ekonomi, diferensiasi produk,
biaya peralihan, kebutuhan modal, kebijakan pemerintah.
2. Bargaining power of supplier
Posisi tawar pemasok mempengaruhi harga, kualitas dan kuantitas
pembelian bahan baku. Posisi tawar pemasok berhubungan dengan
keseimbangan antara penawaran pemasok dengan permintaan perusahaan.
Pemasok melakukan forward integration untuk meningkatkan posisi
tawarnya. Berikut adalah beberapa faktor yang ada pada kekuatan pemasok,
dominasi produk, produk pemasok, integrasi maju, pasar pemasok.
3. Bargaining power of buyers
Posisi tawar konsumen mempengaruhi harga, kualitas dan kuantitas
penjualan produk. Posisi tawar konsumen berhubungan dengan
keseimbangan antara penawaran perusahaan dengan permintaan konsumen.
Konsumen melakukan backward integration untuk meningkatkan posisi
tawarnya. Berikut adalah beberapa faktor yang harus dipenuhi oleh pembeli
yang memiliki kekuatan tawar menawar yang kuat, pangsa pasar pembeli,
informasi produk, biaya beralih ke produk lain, laba pembeli.
4. Threat of substitute product or services
Ancaman produk dan jasa substitusi terjadi ketika fungsi produk perusahaan
dapat digantikan dengan produk lain. Diferensiasi produk dengan
meningkatkan kualitas dan perbandingan harga dapat meminimalkan
dampak ancaman produk dan jasa substitusi. Berikut adalah faktor yang
membuat ancaman suatu produk atau jasa pengganti, produk lebih variatif,
harga, pangsa pasar.
15
5. Rivalry among existing firm
Persaingan dalam industri yang sama dipengaruhi oleh jumlah, keberanian
dan ukuran perusahaan yang berusaha dalam industri, serta persaingan
dalam industri dipengaruhi oleh pertumbuhan industri, sehingga kondisi
pasar menjadi kelebihan penawaran dibandingkan permintaan. Berikut
adalah beberapa faktor yang dijadikan acuan terhadap persaingan yang ada
dalam industri yang sama, jumlah pesaing, diferesiasi produk atau jasa,
tingkat pertumbuhan industri, biaya tetap hambatan keluar.
Gambar 2.2 Porter’s Five Forces (Porter, 2007)
2.7 Pengertian Manajemen Strategik
Manajemen Strategik adalah sekumpulan keputusan manajerial dan aksi
pengambilan keputusan jangka panjang didalam perusahaan. Hal ini termasuk analisis
lingkungan (lingkungan eksternal dan internal), formulasi strategi, implementasi
strategi, dan evaluasi dan kontrol (Wheelen & Hunger, 2012).
Environment
Strategy
Strategy
Evaluation
and
Analysis
Formulation Implementation Control
Gambar 2.3 Tahapan Manajemen Strategik (Wheelen & Hunger, 2012)
Dari Gambar 2.3, dapat dilihat bahwa dalam tahapan manajemen strategik
saling memiliki interaksi dan timbal balik dari ta hap pertama hingga akhir. Analisis
Potential Entrans
Threat of New Entrans
Bargaining
Power
Supplier
Rivalry Among of Buyer
Buyer
Existing Firms
Bargaining
Power
of Supplier
Threat of Substitute
Products or Services
Subtitutes
16
lingkungan diatas meliputi dari kegiatan memonitor, evaluasi, dan mengumpulkan
informasi dari lingkungan eksternal dan internal perusahaan. Tujuannya yaitu untuk
mengidentifikasi faktor strategis, elemen eksternal dan internal akan memutuskan
strategi dimasa yang akan datang bagi perusahaan. Untuk melakukan analisis
lingkungan ini memerlukan suatu alat analisis yang dinamakan analisis SWOT.
2.8 Pengertian Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah sebuah analisis yang dicetuskan oleh Albert Humphrey
pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Stanford Research Institute pada tahun
1960-1970. Analisis ini merupakan sebuah akronim dari huruf awalnya yaitu Strengths
(kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (kesempatan) dan Threats
(Ancaman). Metode analisis SWOT bisa dianggap sebagai metode analisis yang paling
dasar, yang berguna utk melihat suatu topik atau permasalahan dari empat sisi yang
berbeda. Hasil analisis biasanya adalah arahan atau rekomendasi untuk
mempertahankan kekuatan dan menambah keuntungan dari peluang yang ada, sambil
mengurangi kekurangan dan menghindari ancaman. Jika digunakan dengan benar,
analisis SWOT akan membantu penggunanya untuk melihat sisi-sisi yang terlupakan
atau tidak terlihat selama ini. Analisis ini bersifat deskriptif dan terkadang akan sangat
subjektif, karena bisa jadi dua orang yang menganalisis sebuah organisasi akan
memandang berbeda ke empat bagian tersebut. Hal ini diwajarkan, karena analisis
SWOT adalah sebuah analisis yang akan memberikan output berupa arahan dan tidak
memberikan solusi instan dalam sebuah permasalahan. Analisis SWOT hanya
menggambarkan situasi yang terjadi bukan sebagai pemecah masalah.
Gambar 2.4 SWOT Matrix (David, 2016)
17
Menurut Fred R. David, analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor
secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis SWOT sebagai alat
formulasi strategi didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan
(strengths) dan peluang (opportunities), akan tetapi secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Proses pengambilan
keputusan strategi selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan
kebijakan perusahaan (David, 2016).
Sedangkan matriks kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang
(opportunities), ancaman (threats) adalah sebuah alat penyesuaian yang penting yang
membantu para manajer mengembangkan empat jenis strategi: Strategi SO (kekuatan-
peluang), Strategi WO (kelemahan peluang), Strategi ST (kekuatan-ancaman), Strategi
WT (kelemahan-ancaman).
a. Strategi SO (Strengths-Opportunities), Strategi ini menggunakan kekuatan internal
perusahaan untuk mendapatkan keunggulan dari peluang diluar perusahaan.
b. Strategi WO (Weaknesses-Opportunities), Strategi ini bertujuan untuk
memperbaiki kelemahan internal perusahaan dengan memanfaatkan keunggulan
dari peluang diluar perusahaan.
c. Strategi ST (Strengths-Threats), Strategi ini bertujuan untuk menggunakan
kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman
dari luar perusahaan.
d. Strategi WT (Weaknesses-Threats), Strategi ini merupakan taktik bertahan yang
ditujukan untuk memperkecil kelemahan internal dan menghindari ancaman dari
luar perusahaan.
Faktor-faktor SWOT didapatkan melalui wawancara, survey, observasi atau
pengumpulan data kualitatif lainnya. Namun, faktor-faktor SWOT tersebut perlu
diidentifikasi besaran dampaknya terhadap tujuan perusahaan, yakni strategi
pemasaran. Suatu metode yang dapat menerjemahkan karakter kualitatif variabel
SWOT menjadi karakter kuantitatif yang lebih akurat adalah metode Analytic
Hierarchy Process (AHP) yang merupakan salah satu alat bagi para pengambil
keputusan dan para peneliti, dan salah satu metode yang paling banyak digunakan
dalam pengambilan keputusan multi kriteria/MCDM (Multiple Criteria Decision-
Making). Dalam pengambilan keputusan multi kriteria (MCDM), masalah yang telah
ditentukan dipengaruhi oleh beberapa faktor alternatif yang saling bertentangan dalam
melakukan penyeleksian kriteria, dimana para pengambil keputusan harus
18
menganalisis di antara beberapa kriteria. Teknik MCDM mendukung pembuat
keputusan dalam mengevaluasi satu set alternative (Chang & Huang, 2006).
2.9 Pengertian Metode Analytic Hierarchy Process (AHP)
Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan metode analisis yang
dikembangkan oleh Thomas L. Saaty untuk memecahkan masalah yang komplek,
dimana kriteria dan alternatif yang diambil cukup banyak. Kompleksitas ini
disebabkan oleh struktur masalah yang belum jelas. Metode AHP adalah suatu teknik
pengambilan keputusan yang memasukkan kriteria ganda baik yang bersifat nyata
maupun tidak nyata, kuantitatif maupun kualitatif yang memperhitungkan juga adanya
konflik ataupun perbedaan-perbedaan pendapat. Aplikasi AHP telah meluas dan tidak
saja digunakan dalam bidang teknik, manajemen, dan bisnis. AHP juga mulai dikenal
oleh para analis yang umumnya memberikan support bagi pemerintah dalam
penentuan kebijakannya.
Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan teori umum mengenai
pengukuran. Empat macam skala pengukuran yang biasanya digunakan secara
berurutan adalah skala nominal, ordinal, interval dan rasio. Skala yang lebih tinggi
dapat dikategorikan menjadi skala yang lebih rendah, namun tidak sebaliknya.
Pendapatan perbulan yang berskala rasio dapat dikategorikan menjadi tingkat
pendapatan yang berskala ordinal atau kategori (tinggi, menengah, rendah) yang
berskala nominal. Sebaliknya jika pada saat dilakukan pengukuran data yang diperoleh
adalah kategori atau ordinal, data yang berskala lebih tinggi tidak dapat diperoleh.
AHP mengatasi sebagian permasalahan itu. AHP digunakan untuk menurunkan skala
rasio dari beberapa perbandingan berpasangan yang bersifat diskrit maupun
berkelanjutan. Perbandingan berpasangan tersebut dapat diperoleh melalui
pengukuran aktual maupun pengukuran relatif dari derajat kesukaan, atau kepentingan
atau perasaan. Dengan demikian metode ini sangat berguna untuk membantu
mendapatkan skala rasio dari hal-hal yang semula sulit diukur seperti pendapat,
perasaan, prilaku dan kepercayaan (T. L. Saaty, 1990). Kelebihan metode Analytical
Hierarchy Process dibandingkan metode lainnya adalah:
1. Dapat menentukan prioritas kebijakan tidak hanya dengan penilaian
kuantitatif, tetapi juga dengan penilaian kualitatif
2. Mengurangi ambiguitas tujuan dan mengurangi potensi konflik antara tujuan,
spesifikasi, dan target
19
3. Dapat mengidentifikasi tujuan tersembunyi yang mungkin bertentangan satu
sama lain dengan menampilkan bobot dari masing-masing kriteria
4. Dapat mengidentifikasi kriteria yang digunakan dalam beberapa tingkat
5. Mempunyai tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap penilaian kriteria
6. Mempunyai analisa konsistensi sehingga penilaian yang tidak konsisten dapat
dieliminasi hingga sampai rasio yang ditoleransi (10 %).
7. Repetition of process, dengan AHP pengambil keputusan mampu membuat
menyaring definisi dari suatu permasalahan dan mengembangkan penilaian
serta pengertian mereka melalui proses pengulangan.
2.10 Pengertian SWOT-AHP Analysis
Penelitian mengenai SWOT-AHP sendiri telah dilakukan oleh beberapa
penelitian sebelumnya. Peneliti-peneliti tersebut menganalisis hubungan antara SWOT
dengan AHP dalam berbagai objek pengamatan, seperti perencanaan strategis untuk
pemilihan strategi pemasaran, logistik, industry dan petanian (Görener, Toker, &
Uluçay, 2012; Jiang et al., 2012; Kyriaki, 2015; Mehmood, Hassannezhad, & Abbas,
2014a; Şeker & Özgürler, 2012; Taufiqu Rochman, Gumbira-Sa’id, Daryanto, &
Nuryartono, 2011; Zhang, Ma, Yang, Fu, & Liu, 2014). Penelitian yang menggunakan
metode SWOT-AHP, harus terlebih dahulu menentukan goal apa yang harus dicapai.
Persaingan sektor industri yang begitu ketat, menuntut perusahaan harus harus
menerapkan strategi pemasaran yang tepat untuk dapat meningkatkan penjualan
produk. oleh karena itu, goal yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi
pemasaran. untuk mencapai goal tersebut, alternatif-alternatif strategi diuji untuk
menemukan faktor SWOT apa yang tepat digunakan. Secara spesifik, Analytical
Hierarchy Process (AHP) sesuai digunakan untuk permasalahaan pemilihan kandidat
ataupun pengurutan prioritas yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1. Melibatkan kriteria-kriteria kualitatif yang sulit dikuantitatifkan secara
akurat.
2. Masing-masing kriteria dapat memiliki sub-sub kriteria yang dapat dibentuk
seperti hirarki.
Pada saat ini, rencana perusahaan adalah ingin mengoptimalkan performa
penjualan dari produk percetakan dengan mengupayakan pengembangan strategi
pemasaran. Berdasarkan hal-hal tersebut, penulis melihat potensi jumlah penduduk
dan perusahaan di Indonesia khususnya di pulau Jawa merupakan peluang pasar yang
20
besar untuk semua bisnis pada industri usaha kecil dan menengah maupun jenis
industri lainnya. Oleh karena itu, penulis tertarik dalam melakukan penelitian untuk
memberikan usulan dalam perancanaan strategi pemasaran yang baru menggunakan
metode SWOT dan AHP.
Gambar 2.5 Hirarki SWOT-AHP (Zhang et al., 2014)
Menurut penelitian-penelitian sebelumnya kita dapat melakukan analisis AHP dengan
menggunakan bantuan perangkat lunak untuk meningkatkan keakuratan dan
mempermudah proses perhitungan ratio pembobotan (Erdogan, Šaparauskas, &
Turskis, 2017; R. W. Saaty, 1987; Yunus, Samadi, Yusop, & Omar, 2013).
2.11 Pengertian Matriks Strategi Besar (Grand Strategy Matrix)
Matriks Strategi Besar telah menjadi salah satu alat analisis yang populer untuk
merumuskan strategi alternative yang data varibelnya berasal dari Matriks EFE dan
IFE. Semua perusahaan dapat diposisikan di salah satu dari empat kuadran strategi
alternatif pada Matriks Strategi Besar, begitu juga dapat digunakan untuk unit-unit
bisnis di dalamnya dapat dilakukan hal yang serupa. Informasi yang digunakan dalam
mencari titik koordinat X axis dan Y axis dari suatu perusahaan apakah berada di
kuadran I, II, III atau IV adalah dengan cara total strengths dikurangi total weaknesses
(X= S-W) pada Matriks IFE dan sumbu Y dapat ditemukan dengan cara total
opportunities dikurangi total threats (Y= O-T) pada tabel Matriks EFE.
21
Gambar 2.6 Grand Strategy Matrix (David, 2016).
2.12 Pengertian Matriks IE (Internal Eksternal Matrix)
Matriks IE membagi divisi organisasi ke dalam 9 sel. Matriks IE ini
didasarkan pada 2 dimensi, yaitu: dimensi jumlah nilai pada Matriks IFE yang diberi
bobot pada sumbu X dan dimensi jumlah nilai EFE yang diberi bobot pada sumbu Y.
Pada sumbu X, jumlah nilai IFE tertimbang antara 1.0-1.99 dianggap rendah, jumlah
nilai IFE tertimbang antara 2.0-2.99 dianggap menengah, sedangkan jumlah nilai
tertimbang antara 3.0-4.0 dianggap tinggi. Demikian juga pada sumbu Y yang
didasarkan pada total nilai tertimbang dari Matriks EFE (David et al.,2016).
The IFE Total Weighted Score
Strong Average Weak
3.0 to 4.0 2.0 to 2.99 1.0 to 1.99
High I II III
3.0 to
3.99
Medium IV V VI The EFE Total Weighted Score
2.0 to
2.99
Low VII VIII IX
1.0 to
1.99
Gambar 2.7 Internal External Matrix (David, 2016).
22
Untuk memperoleh penjelasan secara lebih detail mengenai kesembilan
strategi yang terdapat pada sembilan sel matrik IE, maka dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Strategi pertumbuhan (Growth strategy)
Strategi ini didesain untuk mencapai pertumbuhan, baik dalam penjualan,
aset atau profit, atau kombinasi dari ketiganya. Hal ini dapat dicapai dengan
cara menurunkan harga, mengembangkan produk baru, menambah kualitas
produk atau jasa, atau meningkatkan akses ke pasar yang lebih luas. Usaha
yang dapat dilakukan adalah dengan cara meminimalkan biaya dapat
meningkatkan profit. Cara ini merupakan strategi terpenting apabila
kondisi perusahaan tersebut dalam pertumbuhan yang cepat dan terdapat
kecenderungan pesaing untuk melakukan perang harga dalam usaha untuk
meningkatkan pangsa pasar.
2. Strategi pertumbuhan melalui konsentrasi dan diversifikasi
Jika perusahaan memilih strategi konsentrasi, perusahaan dapat tumbuh
melalui integrasi horizontal maupun vertikal, baik secara internal melalui
sumber daya sendiri atau secara eksternal dengan menggunakan sumber
daya dari luar. Jika perusahaan memilih strategi diversifikasi, perusahaan
dapat tumbuh melalui konsentrasi atau diversifikasi konglomerat baik
secara internal melalui pengembangan produk baru, maupun eksternal
melalui akuisisi.
3. Konsentrasi melalui integrasi vertikal
Pertumbuhan melalui konsentrasi dapat dicapai melalui integrasi vertikal
dengan cara integrasi kebelakang (mengambil alih fungsi supplier) atau
dengan cara integrasi kedepan (mengambil alih fungsi distributor). Hal ini
merupakan strategi utama untuk perusahaan yang memiliki posisi
kompetitif pasar yang kuat dalam industri yang berdaya tarik tinggi.
4. Konsentrasi melalui integrasi horizontal
Strategi pertumbuhan melalui strategi horizontal adalah suatu kegiatan
untuk memperluas perusahaan dengan cara membangun di lokasi yang lain,
dan meningkatkan jenis produk serta jasa.
23
5. Diversifikasi konsentrik
Strategi pertumbuhan melalui diversifikasi konsentrik umumnya
dilaksanakan oleh perusahaan yang memiliki kondisi persaingan sangat
kuat tetapi nilai daya tarik industrinya sangat rendah. Perusahaan berusaha
memanfaatkan kekuatannya untuk membuat produk baru secara efisien
karena perusahaan ini sudah memiliki kemampuan manufaktur dan
pemasaran yang baik. Strategi diversifikasi konsentris akan berhasil bila:
a. Menaikkan penjualan produk yang sudah ada dengan memproduksi
produk baru yang berkaitan dengan produk yang sudah ada
b. Menawarkan harga produk baru yang kompetitif
c. Daur hidup produk saat ini yang mengalami penurunan memiliki team
manajemen yang kuat
6. Diversifikasi horizontal
Merupakan strategi pengadaan produk baru yang tidak berkaitan dengan
produk awal dan pelanggan yang ada saat ini yang didasarkan pada tingkat
loyalitas pelanggan terhadap merk atau brand perusahaan. Strategi
diversifikasi horizontal akan berhasil jika:
a. Adanya pengingkatan revenue yang signifikan dengan penambahan
produk baru
b. Tingkat kompetisi yang tinggi dalam industri yang tidak tumbuh
c. Terdapat saluran distribusi yang dapat dimanfaatkan
7. Diversifikasi konglomerat
Merupakan strategi pertumbuhan melalui kegiatan bisnis yang tidak saling
berhubungan dapat dilakukan jika perusahaan menghadapi posisi
kompetisi yang tidak begitu kuat dan nilai daya tarik industrinya sangat
rendah. Kedua faktor tersebut memaksa perusahaan itu melakukan akusisi
usahanya ke dalam perusahaan lain.
8. Usaha Patungan (Joint Venture)
Untuk memperluas bisnisnya, dua atau lebih perusahaan independen
biasanya menyetor modal bersama untuk menciptakan peluang baru. Joint
venture adalah kerja sama beberapa pihak untuk menyelenggarakan usaha
bersama dalam jangka waktu tertentu. Anggota joint venture disebut venture
atau sekutu.
24
9. Strategi Intensif (Intensive Stategy)
Strategi intensif dilakukan dengan mengerahkan berbagai usaha yang
intensif dengan syarat perusahaan dapat memperbaiki posisi kompetitif nya
dengan produk yang ada saat ini. Strategi intensif dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Strategi Penetrasi Pasar (Market Penetration Strategy)
Strategi ini dijalankan untuk meningkatkan market share dari produk
yang ada saat ini pada pasar yang ada saat ini melalui usaha-usaha
pemasaran yang lebih gencar. Strategi penetrasi pasar paling sering
digunakan dan dikombinasikan dengan strategi lain.
Beberapa cara dalam melaksanakan strategi penetrasi pasar dengan
menggencarkan bauran pemasaran promosi dan harga, yaitu dengan
cara antara lain: menaikkan jumlah tenaga penjualan, meningkatkan
anggaran iklan, menawarkan secara gencar berbagai produk untuk
promosi penjualan, atau bahkan meningkatkan aktivitas publisitas di
berbagai media.
b. Strategi Pengembangan Pasar (Market Development Strategy)
Memperkenalkan produk yang ada saat ini pada pasar baru, dijalankan
dengan memperluas area geografi baru, menambah segmen baru,
mengubah dari bukan pemakai menjadi pemakai. Beberapa pedoman
yang akan membuat strategi pengembangan pasar efektif adalah saluran
distribusi baru lebih handal, murah, berkualitas bagus, pasar belum
jenuh, ada kelebihan kapasitas produksi.
c. Strategi Pengembangan Produk (Product Development Strategy)
Merupakan strategi yang dijalankan untuk menaikkan penjualan
dengan memperbaiki atau memodifikasi produk yang ada saat ini.
Menjalankan strategi ini dapat melibatkan pengeluaran dana untuk
penelitian dan pengembangan yang besar. Contohnya, perusahaan
mengembangkan beberapa varian baru yang belum dimiliki oleh para
pesaingannya tetapi sebagian besar bahan dasar produk baru tersebut
tetap berasal dari bahan baku utama yang sama.
25
2.13 Pengertian QSPM Matrix
Matriks QSPM adalah tahap akhir dari analisis SWOT yang digunakan untuk
menentukan keputusan dari alternatif strategi yang paling sesuai untuk
diimplementasikan oleh perusahaan. Untuk membuat Matriks QSPM maka akan
digunakan tahap masukan dari Matriks EFE dan IFE, serta tahap penyesuaian dari
Matrik strategi besar dan Matriks IE. Kemudian hasil penilaian daya tarik seluruh
faktor-faktor pada Matriks QSPM tersebut digunakan untuk menilai dan
memprioritaskan secara objektif strategi alternatif yang dapat diterapkan, berdasarkan
hasil evaluasi yang telah dikenali pada tahap analisis Matriks SWOT (David, 2016).
Quantitative Strategic Planning
Matrix Strategy Alternatives
Critical Success Factors Weight Strategy 1 Strategy 2
Opportunities AS TAS AS TAS
Threats
Strengths
Weaknesses
SUBTOTAL
Tabel 2.1 QSPM Matrix (David et al., 2016).
2.14 Hasil Penelitian Sebelumnya (State of The Art)
Penyusunan Skripsi ini menggunakan beberapa referensi dari beberapa
penelitian sebelumnya, termasuk jurnal-jurnal yang berhubungan dengan penelitian
ini.
Tabel 2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya
Judul Penulis Metode Pembahasan
1.
Analyzing The
Effectiveness of
Public
EMarketplaces
for Selling
Apparel
Products in
Indonesia
(Nisafani,
Wibisono, &
Tegar
Revaldo,
2017)
Kuantitatif:
ANOVA
Penelitian tersebut
menunjukkan bahwa
Tokopedia
mendapatkan rating
pengunjung dan
tingkat penjualan
tertinggi melebihi dua
e-marketplace publik
lainnya yang ada di
Indonesia.
26
Judul Penulis Metode Pembahasan
2.
Building
Effective
Online
Marketplaces
with
Institution-
Based Trust
(Pavlou &
Gefen, 2004)
Kualitatif:
kuosioner
online.
Kuantitatif:
standard
deviation,
mean,
Cronbach’s,
LISREL
statistics.
Faktor kepercayaan
institusi dapat
menjadi sarana utama
untuk membangun
bisnis e-marketplace
yang efektif, terutama
dengan tidak adanya
keakraban, kesamaan,
dan sumber hukum
yang mapan.
3.
Creating
Business Value
Through
E-marketplace
Trading
(Susan
Standing,
2013)
Kualitatif:
Kajian pustaka.
Pada Penelitian ini
peneliti melakukan
analisis mengenai
peranan dan dampak
dari penggunaan e-
marketplace dalam
proses bisnis
perusahaan dengan
para mitranya.
4.
Chinese
Ecommerce
Model using
ALIBABA
as a Case Study
(Pang, 2015)
Instructor:
Janne
Peltoniemi
Kualitatif:
PEST
framework,
Porter’s five
forces model.
Pada jurnal ini penulis
menyarankan
manajemen
perusahaan harus
lebih fokus dalam
mengoptimalkan
keamanan internet.
5.
A Review of
Research on
E-marketplaces
1997-2008
(Susan
Standing,
Standing, &
Love, 2010)
Kualitatif:
Kajian Pustaka.
Pada penelitian ini,
para peneliti
menganalisis dan
mengevaluasi hasil
dari penelitian mereka
yang bertopik e-
marketplace, mulai
dari awal
pembentukan e-
marketplace hingga
implikasinya terhadap
27
Judul Penulis Metode Pembahasan
ilmu sistem informasi
selama dua belas
tahun.
6.
Electronic
Marketplaces
and Their
Evolving
Benefits Over
Time
(Chris
Rowley, et. al,
2009)
Kualitatif:
Market Review.
Para peneliti
menganalisis
hubungan antara
fasilitas yang
disediakan oleh
provider e-
marketplace terhadap
peningkatan efisiensi
dan keuntungan
lainnya dalam
kegiatan perdagangan
secara online dari para
perusahaan pengguna
platform e-
marketplace (user).
7.
How to make a
decision: The
analytic
hierarchy
process
(T. L. Saaty,
1990)
Kuantitatif:
Analytic
Hierarchy
Process (AHP)
Analytic Hierarchy
Process (AHP)
sebagai metode
pengukuran dengan
skala rasio dengan
beberapa contoh.
8.
Application of a
quantification
SWOT
analytical
method
(Chang &
Huang, 2006)
Kualitatif:
SWOT
Kuantitatif:
AHP.
Metode analisis
SWOT-AHP untuk
menyederhanakan
masalah rumit, dan
dengan demikian
mampu melakukan
analisis pada beberapa
perusahaan di China
secara bersamaan.
9.
Application of
Combined
SWOT and
AHP: A Case
Study for a
Manufacturing
Firm
(Görener et
al., 2012)
Kualitatif:
SWOT
Kuantitatif:
AHP.
Penelitian ini untuk
meningkatkan analisis
SWOT dengan
Analytic Hierarchy
Process (AHP), untuk
memprioritaskan
kriteria menggunakan
28
Judul Penulis Metode Pembahasan
perhitungan nilai
eigen.
10.
Analysis of the
Turkish
Consumer
Electronics
Firm using
SWOT-AHP
Method
(Şeker &
Özgürler,
2012)
Kualitatif:
SWOT
Kuantitatif:
AHP.
Dalam penelitian ini,
pendekatan SWOT-
AHP digunakan
sebagai metode untuk
menganalisis
perusahaan elektronik
konsumen di Turki.
11.
Analytical
Investigation of
Mobile NFC
Adaption with
SWOT-AHP
Approach: A
Case of Italian
Telecom
(Mehmood,
Hassannezhad,
& Abbas,
2014)
Kualitatif:
SWOT
Kuantitatif:
AHP.
Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk
menilai faktor-faktor
penting dalam proses
adopsi near field
communication
(NFC) di Italia,
dengan pendekatan
SWOT dan AHP.
12.
Analysis of the
e-Government
stage model
evaluation
using SWOT-
AHP method
(Shareef &
Shareef, 2011)
Kualitatif:
SWOT
Kuantitatif:
AHP.
Metode Analytic
Hierarchy Process
(AHP) akan
digabungkan dengan
metode analisis
SWOT untuk
mengidentifikasi
kemungkinan elemen
dari model yang
diusulkan untuk
implementasi e-
government.
13.
Analysis of
Indonesian
Agroindustry
Competitiveness
in
Nanotechnology
Development
Perspective
Using SWOT-
AHP Method
(Taufiqu
Rochman et
al., 2011)
Kualitatif:
SWOT
Kuantitatif:
AHP.
Faktor SWOT-AHP
dapat digunakan
untuk pengambilan
keputusan strategis
dengan meningkatkan
daya saing
agroindustri di
Indonesia.
29
Judul Penulis Metode Pembahasan
14.
SWOT-AHP
hybrid model
for vehicle
lubricants from
CNPCLC,
China
(Jiang et al.,
2012)
Kualitatif:
SWOT
Kuantitatif:
AHP.
Model SWOT-AHP
untuk pelumas
kendaraan
dikembangkan,
menyajikan alat yang
baik untuk
mempelajari faktor
kompetitif domestik
china dan luar negeri
untuk pelumas
kendaraan.
15.
Hybrid SWOT
Approach for
Strategic
Planning and
Formulation in
China
Worldwide
Express Mail
Service
(Wang,
Zhang, &
Yang, 2014)
Kualitatif:
SWOT
Kuantitatif:
AHP.
Express mail service
di china harus fokus
pada integrasi sumber
daya logistik dengan
kebijakan nasional,
dan pengembangan
produk baru dengan
memanfaatkan
ledakan ecommerce.
16.
Towards a
dynamic theory
of strategy
(M. E. Porter,
1991)
Kualitatif:
Porter’s Five
Forces.
Analisis empiris dari
teori rantai nilai
Porter dan lima
kekuatan Porter.
17.
Application of
AHP method in
external
strategic
analysis of the
selected
organization
(Bartusková &
Kresta, 2015)
Kualitatif:
SWOT, Porter’s
Five Forces,
PESTLE.
Kuantitatif:
AHP.
Analisis SWOT dan
AHP dirancang dan
diterapkan pada data
konkret perusahaan
terpilih.
18.
Strategic
Analysis of the
Greek Postal
Market: A Case
Study for
Hellenic Post
(Kyriaki,
2015)
Kualitatif:
SWOT, Porter’s
Five Forces.
Peralihan konsumen
ke e-commerce adalah
peluang untuk
menciptakan nilai
oleh pasar parsel yang
terus berkembang di
Yunani.
30
Judul Penulis Metode Pembahasan
19.
A new
marketing mix
model to rescue
the hospitality
industry:
Evidence from
Egypt after the
Arab Spring
(Salman,
Tawfik, Samy,
& Artal-Tur,
2017)
Kualitatif:
SWOT,
Marketing mix
7Ps.
Model marketing mix
7Ps dapat membantu
dalam menyediakan
kerangka kerja bagi
industri perhotelan di
Mesir untuk
mempertahankan
posisi kompetitif
mereka selama masa
krisis.
20.
Marketing
Strategy Based
on Marketing
Mix Influence
on Purchasing
Decisions of
Malang Apples
Consumers at
Giant Olympic
Garden Mall
(MOG),
Malang City,
East Java
Province,
Indonesia
(Astuti,
Silalahi, &
Wijaya, 2015)
Kualitatif:
Marketing mix
7Ps.
Kuantitatif:
AHP, multiple
linear
regression.
Tujuan penelitian ini
adalah untuk
mengetahui pengaruh
faktor bauran
pemasaran 7Ps, yang
terdiri dari produk,
harga, promosi,
tempat, orang, bukti
fisik pada proses
keputusan pembelian
konsumen dalam
menentukan strategi
pemasaran yang tepat
untuk apel di kota
Malang, Indonesia.
21.
Prioritizing of
marketing mix
elements effects
on patients’
tendency to the
hospital using
analytic
hierarchy
process
(Abedi &
Abedini,
2017)
Kualitatif:
Marketing mix
7Ps.
Kuantitatif:
AHP.
Penelitian ini
bertujuan untuk
memprioritaskan 7
elemen bauran
pemasaran yang
efektif pada
kecenderungan pasien
ke rumah sakit
menggunakan analytic
hierarchy process
(AHP).
31
Judul Penulis Metode Pembahasan
22.
Criteria
Weighting and
4P's Planning
in Marketing
Using a Fuzzy
Metric
Distance and
AHP Hybrid
Method
(Gürbüz, T.,
Albayrak, Y.
E., &
Alaybeyoğlu,
E., 2014)
Kualitatif:
Marketing mix
4Ps.
Kuantitatif:
AHP.
Saat membuat strategi
pemasaran,
perusahaan harus
mempertimbangkan
banyak faktor dengan
metode pengambilan
keputusan multi-
kriteria (MCDM).
23.
The
quantitative
strategic
planning
matrix: a new
marketing tool
(David et al.,
2016)
Kualitatif:
SWOT, QSPM.
Tujuan utama dari
makalah ini adalah
untuk
mengungkapkan
bagaimana dan
mengapa QSPM dapat
berguna, baik secara
teoritis maupun
praktis, dalam
merancang strategi
pemasaran yang
efektif.
24.
The analytic
hierarchy
process: what it
is and how it is
used
(R. W. Saaty,
1987)
Kuantitatif:
AHP.
Melakukan analisis
AHP menggunakan
perangkat lunak
Expert Choice.
(Kajian Pustaka, 2018)