BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Manusia sepanjang rentang kehidupannya adalah individu yang kompleks
dengan dinamika yang tidak terpisahkan antara interaksi fisik, psikis dan
lingkungan. Manusia selama hidupnya secara psikologis memiliki berbagai
permasalahan yang menuntut penyelesaian agar tidak menjadi beban pada diri
individu.
Manusia dalam kehidupan memiliki beragam masalah, Seperti dikutip dari
Roherni yang mengatakan bahwa kata “masalah” mengacu pada ketidakpastian
atau kesulitan (rintangan) yang ditemui ketika menuju situasi yang lebih disukai
Berbagai masalah yang sering dihadapi mahasiswa antara lain: masalah
keuangan, masalah kuliah, masalah organisasi, masalah kesehatan, masalah
komunikasi, masalah keluarga dan masalah pertemanan. Permasalahan yang
kompleks menuntut mahasiswa di asrama untuk cermat dan terampil dalam
menyelesaikannya, tetapi tidak sedikit mahasiswa yang mempunyai kemampuan
pemecahan masalah yang rendah sehingga tidak mampu beradaptasi dan
berinteraksi dengan orang lain (Roheani, 2010: 1)
Masalah yang dihadapi oleh mahasiswa seringkali dirasakan sulit untuk
diatasi dengan baik. Semakin banyak mahasiswa yang mengalami masalah dan
tidak dapat memecahkan atau menyelesaikannya maka akan sulit bagi mahasiswa
1
2
untuk memenuhi tugas-tugas perkembangan untuk menghadapi masa dewasa yang
baik. Selain itu akan sulit pula bagi mahasiswa menjadi sumber daya manusia
yang potensial. Gordon dan kawan-kawan menyatakan bahwa dalam mengatasi
masalah yang begitu kompleks, ada individu yang dapat mengatasi masalahnya
dengan baik namun tidak jarang ada sebagian individu yang kesulitan dalam
melewati dan mengatasi berbagai permasalahan. Individu yang gagal mengatasi
masalah seringkali menjadi tidak percaya diri, prestasi akademik menurun,
hubungan dengan teman menjadi kurang harmonis serta berbagai masalah dan
konflik yang terjadi. Permasalahan tersebut menuntut suatu pemecahan agar tidak
mengganggu perkembangan selanjutnya. Chauhan menyatakan bahwa masalah
dapat timbul saat muncul hambatan dalam usaha untuk mencapai suatu tujuan.
Hambatan tersebut dapat berupa masalah-masalah yang berhubungan dengan
fisik, ekonomi,sosial maupun psikologis (Roheani, 2010: 2).
Coleman& Hammen (Pratono,2010:4) mengungkapkan faktor-faktor personal
remaja yang mempengaruhi penyelesaian masalah adalah sikap terbuka terhadap
permasalahan yang dihadapi, kemandirian, dan kepercayaan diri. adanya
kemandirian dan kepercayaan diri menjadikan remaja tidak tergantung pada
oranglain dan yang terpenting ia percaya pada kemampuan dirinya. Lugo dan
Hershey menambahkan bahwa untuk mengatasi permasalahan diperlukan adanya
kepercayaan diri. Kepercayaan diri ini meliputi sikap yakin akan kemampuan,
rasa aman dan tahu apa yang dibutuhkan, optimis, rancana masa depan,
bertanggung jawab dan mandiri.
3
Rakhmat (2001) menyatakan bahwa di dalam kemampuan menyelesaikan
masalah terdapat beberapa aspek, yaitu : (a) Motivasi yang tinggi. (b) kepercayaan
diri dan sikap yang tepat (c) Fleksibilitas (d) Kestabilan.
Belajar di negara asing berarti sama saja kita belajar untuk beradaptasi
dengan budaya dan bahasa yang baru, disinilah kesulitan bagi para mahasiswa
yang merantau dari negara yang bahasa nasionalnya berbeda jauh. Terkait dari
permasalahan tersebut adalah timbulnya rasa inferiority jika sedang berada dalam
kelompok interaksi berbahasa Indonesia khususnya di lingkungan sosial tempat
tinggal (komplek).
Keberadaan mahasiswa Patani yang menuntut ilmu di Bandung juga
mencerminkan adanya suatu keinginan di kalangan mahasiswa Patani untuk
meningkatkan kualitas pendidikan mereka, berdasarkan pendataan dari pengurus
organisasi mahasiswa Patani dari tahun 2004 sampai dengan sekarang,
mempunyai jumlah mahasiswa 235 orang. Sekarang mengalami penurunan,
disamping telah banyak para mahasiswa Patani yang selesai dalam studinya dan
kemudian pulang ke daerah masing-masing, juga dikarenakan faktor intervensi
dari pemerintah Thailand yang beranggapan bahwa mahasiswa Patani yang
melakukan studi ke Indonesia dianggap sebagai embrio awal teroris yang kerap
melancarkan serangan teror ke negara tersebut. (Hasil Wawancara Dengan Sarhan
Cheleh Ketua PMIPTI, Tanggal 10 november 2016)
PMIPTI (Persatuan Mahasiswa Islam Patani (Selatan Thailand) Di
Indonesia), merupakan wujud solidaritas mahasiswa Patani yang sedang menuntut
4
ilmu di Indonesia. Organisasi PMIPTI ini sangat besar manfaatnya, selain
berperan sebagai wadah pemersatu seluruh mahasiswa Patani yang berasal dari
suku bangsa yang berbeda-beda. Organisasi PMIPTI ini juga berperan penting
dalam memberikan informasi ke daerah Patani khususnya, mengenai kota
Bandung dan perguruan tinggi kota ini, baik negeri maupun swasta.
Mahasiswa Patani di Bandung yang berinteraksi dengan masyarakat setempat
tersebut menemukan situasi yang berbeda dengan kehidupan di tempat asalnya.
Dalam situasi baru yang berbeda mereka perlu menyesuaikan diri untuk
mengurangi gesekan nilai dan kebiasaan yang berlaku pada masyarakat yang telah
lama tinggal di daerah itu, yaitu dengan cara memahami dan menghargai nilai dan
kebiasaan yang dianut masyarakat setempat. Hal ini dimaksud agar tidak terjadi
kesalah pahaman dalam pergaulan diantara mereka. Apa yang dianggap baik
belum tentu dapat diterima dan dianggap baik dan sopan oleh masyarakat
setempat. Misalnya dalam hal berbicara atau berperilaku. Pada dasarnya mereka
masing-masing memiliki pandangan yang berbeda terhadap nilai-nilai budaya
yang dianggap baik atau sopan. Perbedaan ini berpengaruh pula terhadap sikap,
kebiasaan, tingkah laku, dan cara interaksi masing-masing individu dalam
kehidupan sehari-hari. Hubungan ini banyak ditentukan oleh lingkungan sosial di
mana mereka berada.
Keberadaan mahasiswa Patani sebagai pendatang di tengah-tengah kehidupan
masyarakat desa sudah tentu akan membangun sebuah proses sosial. Bentuk
umum proses sosial adalah interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-
hubungan sosial yang dinamis dan menyangkut hubungan antara orang dengan
5
orang, antara kelompok dengan kelompok maupun antara orang dengan kelompok
manusia. Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial akan dimulai pada saat itu.
Walaupun orang-orang yang bertemu tersebut tidak saling menukar tanda-tanda,
interaksi sosial telah terjadi.
Bandung telah mendapat sebutan sebagai “kota pelajar”. Kota ini tidak lepas
dari masalah yang berkaitan dengan pelajar dan mahasiswa. Sebagai kota yang
memiliki banyak perguruan tinggi, maka Bandung harus menyediakan juga
tempat tinggal bagi mahasiswa, terutama bagi yang berasal dari luar Bandung.
Kebutuhan tempat tinggal seperti kos dan asrama menjadi kebutuhan utama
bagi pendatang. Keterbatasan secara pribadi, misalnya kendaraan dan keterbatasan
sarana transportasi, membuat mahasiswa Patani maupun mahasiswa yang lainnya
sangat memerlukan tempat kos atau asrama yang dianggap mampu memberikan
akses yang paling memuaskan, baik transportasi ke kampus maupun ke tempat
publik lainnya.
Selanjutnya manusia dalam kehidupan memiliki beragam masalah, Stevent
(2002) mengemukakan bahwa kata “masalah” mengacu pada ketidakpastian atau
kesulitan (rintangan) yang ditemui ketika menuju situasi yang lebih disukai
berbagai masalah yang sering dihadapi mahasiswa antara lain: masalah keuangan,
masalah kuliah, masalah organisasi, masalah kesehatan, masalah komunikasi,
masalah keluarga dan masalah pertemanan. Permasalahan yang kompleks
menuntut mahasiswa di asrama untuk cermat dan terampil dalam
menyelesaikannya, tetapi tidak sedikit mahasiswa yang mempunyai kemampuan
6
pemecahan masalah yang rendah sehingga tidak mampu beradaptasi dan
berinteraksi dengan orang lain (Roheani, 2010: 1).
Seperti hal nya mahasiswa Patani dengan lingkungan setempat tidak selalu
dapat berjalan dengan baik. Dalam proses pembaurannya kadangkala terjadi
ketegangan-ketegangan. Misalnya adanya suatu upaya penonjolan etnis masing-
masing. Dalam sebuah kelompok etnis terdapat sebuah konsep yang jelas tentang
siapa ”kita” dan “mereka” yang membedakan dan memberikan petunjuk tentang
siapa anggota-anggota kelompok dan siapa orang-orang di luar kelompok. Yang
jelas adalah adanya perasaan-perasaan dan sifat etnosentrik, yaitu sikap
menganggap bahwa budaya dari kelompoknya sendiri, sebagai yang terbaik
sedangkan budaya dari kelompok lainnya merupakan yang buruk serta pinggiran.
Ada kalanya mahasiswa Patani yang bertempat tinggal di Komplek Permai
yang berinteraksi kurang baik dengan masyarakat sekitar. Terdapat beberapa
kejadian seperti ketegangan keduanya yang mengakibatkan konflik. Akan tetapi,
tidak semua interaksi berujung pada konflik, melainkan adanya hubungan
kekekerabatan yang baik antar keduanya. Dalam kasus ini penulis mengangkat
penilitian skripsi yang berjudul: INTERAKSI SOSIAL MAHASISWA ASING
DALAM LINGKUNGAN MASYARAKAT (Penelitian Pada Mahasiswa Patani
dalam Berinteraksi dengan Warga Sekitarnya di Cipadung Permai Kota Bandung).
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, dapat ditemukan identifikasi
masalah, yaitu sebagai berikut:
7
1. Kurangnya sosialisasi tentang keberadaan Mahasiswa Islam Patani di
Komplek Permai Desa Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung
2. Kurangnya interaksi sosial antara anggota Persatuan Mahasiswa Islam
Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung
3. Adanya faktor-faktor yang menghambat terjadinya interaksi social Pada
Mahasiswa Patani di Komplek Permai Desa Cipadung Kecamatan Cibiru
Kota Bandung
1.3. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana proses interaksi sosial berlangsung antara mahasiswa Patani
dengan masyarakat Komplek Permai Desa Cipadung Kecamatan Cibiru
Kota Bandung?
2. Bagaimana pola interaksi sosial mahasiswa Patani dengan masyarakat
Komplek Permai Desa Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung?
1.4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui proses interaksi sosial mahasiswa Patani dengan
masyarakat setempat di Komplek Permai Desa Cipadung Kecamatan
Cibiru Kota Bandung
8
2. Untuk mengetahui pola interaksi sosial yang dilakukan oleh mahasiswa
Patani dengan masyarakat setempat di Komplek Permai Desa Cipadung
Kecamatan Cibiru Kota Bandung.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaa Teoritis
Memperkaya Khasanah ilmu sosial lainnya dan menjadi referensi untuk
penelitian bidang yang sama.
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Bagi mahasiswa Patani
Penelitian ini dapat memberi gambaran bagaimana sesungguhnya interaksi
sosial yang terjadi antara mahasiswa patani dengan masyarakat jalan permai desa
cipadung kecamatan cibiru kota bandung tersebut, dan juga sebagai acuan untuk
mempererat tali persaudaraan yang sudah terjalin sebelumnya.
2. Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman sebagai bekal untuk terjun
ke dalam lingkungan masyarakat serta penelitian ini merupakan salah satu syarat
dalam rangka menyelesaikan studi di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung
Djati Bandung
1.6. Kerangka Pemikiran
Menurut Blumer istilah interaksionisme simbolik merujuk kepada sifat
khas dari interaksi antara manusia. Kekhasannya adalah bahwa manusia saling
menerjemahkan dan saling mendefinisikan tindakan dan bukan hanya sekedar
reaksi belaka dari tindaan orang lain. Tanggapan seseorang tidak dibuat secara
9
langsung terhadap tindakan orang lain tetapi didasarkan atas 'makna' yang
dioberikan terhadap tindakan orang lain itu. Interaksi antar individu ditandai
dengan penggunaan symbol-simbol, interpretasi atau dengan saling memahami
maksud dari tindakan masing-masing. Proses interpretasi di atas menjadi
penengah antar stimulus dan respon yang menempati posisi kunci dalam teori
interakisonisme simbolik(George Ritzer,2007:61).
Dalam pandangan interakisonisme simbolik ini, proses kehidupan
masyarakat secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut: individu atau
unit-unit tindakan yang terdiri atas sekumpulan orang-orang tertentu, saling
menyesuaikan atau saling mencocokkan tindakan satu sama lain melalui proses
interpretasi. Sedangkan apabila aktor tindakan di atas merupakan tindakan
kolektif dari individu yang bergabung ke dalam kelompok itu.
Makna-makna tersebut berasal dari cara-cara orang lain bertindak
terhadapnya dalam kaitanya dengan 'sesuatu'. Tindakan-tindakan yang mereka
lakukan akan melahirkan batasan bagi orang lain, namun dalam perkembangannya
Blumer mengemukakan bahwa actor memilih, memeriksa, berpikir,
mengelompokkan dan mengkonformir makna dalam hubungannya dengan situasi,
di mana dia ditempatkan dan diarahkan tindaknnya seperti yang dikatakan Blumer
bahwa sebenarnya interpretasi seharusnya tidak dianggap sebagai proses
pembentukan di mana makna yang dipakai dan disempurnakan sebagai instrumens
bagi pengarahan dan pembentuk tindakan (Margaret Poloma, 1994:216).
Tindakan manusia adalah tindakan interpretasi yang dibuat oleh manusia
sendiri yang terdiri dari pertimbangan atas berbagai hal yang diketahuinya dan
10
melahirkan serangkaian kelakuan atas dasar bagaimana mereka menfasirkan hal
tersebut. Hal-hal yang dipertimbangkan itu mencakup berbagai masalah seperti
keinginan dan kemauan, tujuan, sarana yang tersedia untuk mencapainya, serta
tindakan yang diharapkan dari orag lain, gambaran tentang direi sendiri dan
mungkin hasil dari cara bertindak tertentu (Margaret Poloma,1994:268).
Pemakaian pandangan Weber dengan didukung oleh teori interaksionisme
simbolik pada penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam melihat
interaksi antara mahasiswa Patani dan pemuda asli menghasilkan asimilasi.
Beranjak dari teori ini, maka tindakan mahasiswa Patani dan pemuda asli
merupakan suatu proses interaksi yang di dalamnya tercakup simbol-simbol yang
masing-masing pihak saling menginterpretasikan makna yang ditangkapnya.
Artinya tindakan mereka merupakan hasil pemaknaan masing-masing terhadap
realitas sosial.Dengan demikian, proses interaksi antara keduannya merupakan
proses yang saling menstimulus, merespon tindakan dan hubungan serta sebagai
hasil proses interpretasi yang dalam hal ini membawa pada perubahan sosial yang
merupakan hasil asimilasi.
11
DIAGRAM 1.1
SKEMA KERANGKA PEMIKIRAN
Interaksi sosial
Bentuk
Masyarakat
Lokal
(Masysrakat Komplek Permai
Cibiru)
Asing
(Mahasiswa Patani)
Interaksi Sosial Mahasiswa Asing dalam lingkungan Sosial
(Penelitian pada Mahasiswa Petani dalam Berinteraksi dengan
warga sekitarnya di Cipadung Permai Kota Bandung)
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Interaksi Sosial
Pada hakikatnya manusia tidak hanya sebagai makhluk inidividu tetapi juga
sebagai makhluk sosial. Untuk menjalani kehidupannya manusia pasti
membutuhkan bantuan dari manusia lainnya, oleh karena itu manusia melakukan
interaksi sosial. Interaksi sosial adalah kunci dari kehidupan sosial, karena tanpa
adanya interaksi maka tak akan mungkin ada kehidupan bersama.
Dalam kehidupan bersama, antar individu satu dengan individu lainnya
terjadi hubungan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Melalui hubungan
itu individu ingin menyampaikan maksud, tujuan, dan keinginannya masing-
masing. Untuk mencapai keinginan tersebut biasanya diwujudkan dengan
tindakan melalui hubungan timbal balik, hubungan inilah yang disebut dengan
interaksi. Menurut Gillin & Gillin (Sosiologi Suatu Pengantar 1954:489) interaksi
sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara
individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok.
Interaksi terjadi apabila seorang individu melakukantindakan, sehingga
menimbulkan reaksi dari individu-individu yang lain,karena itu interaksi terjadi
dalam suatu kehidupan sosial. Interaksi pada dasarnya merupakan siklus
perkembangan dari struktur sosial yang merupakanaspek dinamis dalam
kehidupan sosial. Perkembangan inilah yang merupakandinamika yang tumbuh
dari pola-pola perilaku individu yang berbeda menurut situasi dan kepentingannya
12
13
masing-masing, yang diwujudkannya dalam proses hubungan sosial. Hubungan-
hubungan sosial itu pada awalnya merupakan proses penyesuaian nilai-nilai sosial
dalam kehidupan sosial. Kemudian meningkatmenjadi semacam pergaulan yang
tidak hanya sekedar pertemuan secara fisik,melainkan merupakan pergaulan yang
ditandai adanya saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing pihak
yang terjadi dalam hubungan sosial tersebut. Sudah menjadi hukum alam dalam
kehidupan individu Kebutuhan dasar individu untuk melangsungkan
kehidupannya membutuhkan makanan, minuman untuk menjaga kesetabilan suhu
tubuhnya dan keseimbangan organ tubuh yang lain, (kebutuhan biologi), individu
membutuhkan juga perasaan tenang dari ketakutan, keterpencilan, kegelisahan,
dan berbagai kebutuhan kejiwaan lainnya. Kebutuhan individu yang mendasar
juga di perlukan ialah kebutuhan untuk berhubungan dengan individu lain,
kebutuhan untuk melanjutkan keturunan, kebutuhan untuk membuat pertahanan
diri agar terhindar dari musuh, kebutuhan untuk belajar kebudayaan dari
lingkungan agar dapat diterima atau diakui eksistensinya oleh warga masyarakat
setempat. Di dalam kehidupan bermasyarakat, setiap individu terikat dalam
struktur-struktur sosial yang ada dalam masyarakatnya. Masing-masing struktur
sosial mengatur kedudukan masing-masing individu dalam kaitannya dengan
kedudukan-kedudukan dari individu yang lain yang secara keseluruhannya
memperhatikan corak corak tertentu yang berada dari struktur sosial yang lain.
Adanya kedudukan-kedudukan yang diatur oleh struktur sosial tersebut menuntut
dan menghasilkan adanya peranan-peranan yang sesuai dengan kedudukan-
kedudukan yang dimiliki masing-masing individu.
14
Kebutuhan individu akan individu lain mendorong dirinya untuk belajar pola-
pola, rencana-rencana, dan strategi untuk bergaul dengan individu yang lain.
Individu pun mulai belajar memainkan peranan sesuai dengan status yang diakui
oleh lingkungan sosialnya. Status dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu
status yang dipero leh dengan sendirinya (ascribed status) dan status yang
diperoleh dengan kerja keras atau diusahakan (achieved status). Ascribed status
atau status otomatis adalah status yang diterima individu secara otomatis sejak
individu itu dilahirkan, hal ini biasanya terjadi karena kedudukan orang tuanya
sebagai orang yang terpandang atau bangsawan. Achieved status atau status
disengaja merupakan status yang dicapai individu melalui usaha-usaha yang
disengaja, hal ini tampak dalam usaha pencapaian cita-cita atau profesi sebagai
guru, dokter dan banyak lainnya (Sunarto.2000:146).
Interaksi sosial mempunyai korelasi atau hubungan dengan status yaitu bahwa
status memberi bentuk atau pola interaksi. Status dikonsepsikan sebagai posisi
individu atau kelompok individu sehubungan dengan kelompok atau individu
lainnya, status merekomendasikan perbedaan martabat, yang merupakan
pengakuan interpersonal yang selalu meliputi paling sedikit satu individu, yaitu
siapa yang menuntut dan individu lainnya yaitu siapa yang menghormati tuntutan
itu. Gejala ini terlihat misalnya pada hubungan antara atasan dengan bawahannya
atau pada hubungan antara orang tua dengan anak-anak atau yang lebih muda,
antara tuan tanah dengan penggarap, antara orang kaya dengan orang miskin.
Dalam hal ini status memberi bentuk atau pola tertentu dalam interksi sosial.
15
Sebagai mahluk individu manusia dilahirkan sendiri dan memiliki ciri-ciri yang
berbeda antara yang satu dengan yang lain.
Perbedaan ini merupakan keunikan dari manusia tersebut. Sebagai mahluk
sosial manusia membutuhkan individu lain untuk memenuhi segala kebutuhannya,
dari sinilah terbentuk kelompok-kelompok yaitu suatu kehidupan bersama
individu dalam suatu ikatan, di mana dalam suatu ikatan tersebut terdapat
interaksi sosial dan ikatan organisasi antar masing-masing anggotanya (Soekanto,
2001:128). Dalam proses sosial, interaksi sosial merupakan sarana dalam
melakukan hubungan dengan lingkungan sekitarnya.
2.2 Pengertian Interaksi Sosial
Istilah sosial bisa disebut juga dengan istilah hidup bermasyarakat yang
mempunyai tujuan, aturan atau norma untuk menjalankan hidupnya, untuk
membuat aturan tersebut dilakukan dengan cara bermusyawarah atau saling
berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya sehinngga
mempunyai tujuan hidup bersama. Interaksi merupakan faktor terpenting dalam
kehidupan bermasyarakat.
Gillin dan Gillin (dalam Philipus dan Nurul Aini, 2004:22) menyatakan
bahwa interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok
manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.
Menurut Homans (Ali, 2004:87) mengatakan bahwa interaksi sebagai suatu
kejadianketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu
16
lain diberi ganjaran atau hukuman dengan mengunakan suatu tindakan oleh
individu lain yang menjadi pasangannya. Peter M. Blau (Taufik Rahman,
2011:95) juga menyatakan bahwa Interaksi sosial adalah sesuatu yang
menguntungkan pihak yang terlibat, walaupun keuntungan itu tidak semestinya
sama rata bagi semua.
Pengertian interaksi sosial menurut beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan
bahwa, interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara individu dengan
individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok yang saling
mempengaruhi antara satu dengan yang lain. Dan masing-masing orang yang
terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif.
Apabila seorang individu dengan individu lainnya bertemu dan terjadi suatu
kontak sosial antara individu tersebut seperti, bertegur sapa, berjabatangan, saling
berbicara dan berkelahi sekalipun. Maka proses interaksi tersebut dimulai pada
saat itu. Aktivitas semacam itu merupakan bentuk pola interaksi sosial. Sedangkan
interaksi yang bernilai positif atau yang disebut dengan interaksi edukatif, sebagai
contoh dari pola interaksi adalah dalam hal seorang kepada desa bermusyawarah
di kantor desa dengan masyarakatnya yang merupakan suatu kelompok manusia
di dalam ruangan tersebut. Di dalam interaksi tersebut pada tarap pertama akan
tampak bahwa kepada desa mencoba untuk menguasai ruangannya supaya proses
interaksi beriangsung dengan seimbang. Dengan adanya interaksi pola pikir, pola
sikap dan pola tingkah laku, secara mutlak yang mau benar dan mau menang
sendiri tidak akan muncul dan berkembang bahkan tidak akan berlangsung untuk
berkomunikasi seterusnya. Sebaliknya akan adanya toleran, saling menghargai,
17
saling menghormati, mempunyai rasa kebersamaan, maka akan berlangsung
proses interaksi tersebut sehingga menghasilkan komunikasi yang baik dan tujuan
yang diharapkan dengan bersifat positif. Sebagaimana Menurut Blau, interaksi
yang terjadi antara individu atau kelompok yang pada kehidupan manusia didasari
oleh adanya harapan reaksi balasan dari pihak lain. Interaksi itu akan berhenti jika
reaksi yang diharapkan tidak kunjung datang (Wahyu, 2007:39).
Manusia merupakan makhluk sosial, dimana manusia bergantung dan
membutuhkan individu atau makhluk lainya. dalam kehidupan di Cipadung
dituntut untuk berinteraksi dengan sesama secara baik dan benar agar terciptanya
hubungan yang baik, tentram dan damai. Secara etimologis, interaksi terdiri dari
dua kata, yakni action (aksi) dan inter (antara). Jadi, interaksi adalah tindakan
yang dilakukan diantara dua atau lebih orang, atau tindakan yang saling memiliki
timbal balik Kata interaksi secara umum dapat diartikan saling berhubungan atau
saling bereaksi dan terjadi pada dua orang induvidu atau lebih. Sedangkan sosial
adalah berkenaan dengan. Oleh karena itu secara umum interaksi sosial dapat
diartika sebagai hubungan yang terjadi dalam sekelompok induvidu yang saling
berhubungan baik dalam berkomunikasi maupun melakukan tindakan sosial.
Interaksi sosial merupakan pula salah satu prinsip integritas kurikulum
pembelajaranyang meliputi keterampilan berkomunikasi, yang bekerja sama yang
dapat untukmenumbuhkan komunikasi yang harmonis antara individu dengan
lingkungannya(Hernawan,2010:314).
18
Berdasarkan pendapat tersebut dapatdipahami bahwa interkasi sosial sangat
penting diberikan sebagai pengetahuan kepada mahasiswa, karena berkenaan
dengan keterampilan berkomunikasi dan kerja sama yang dapat menumbuhkan
sikap mahasiswa setelah terjun kemasyarakat.
Kimball Young dan Raymond, W. Mack (2005:60) juga mengatakan bahwa
interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial. Oleh karena bahwa
interaksi sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Dengan kata lain
bahwa interaksi sosial merupakan intisari kehidupan sosial. Artinya, kehidupan
sosial dapat terwujud dalam berbagai bentuk pergaulan seseorang dengan orang
lain.
Bertemunya individu dengan individu lainya secara badaniah belaka atau
tidak melakukan suatu kontak sosial secara aktif, itu tidak akan menghasilkan
pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup semacam itu baru
akan terjadi apabila individu atau kelompok manusia berkerjasama, saling
berbicara, dan seterusnya untuk mencapai suatu tujuan bersama.
Max Weber Menjelaskan bahwa tindakan interaksi sosial adalah tindakan
seorang individuyang dapat mempengaruhi individu-individu lainnya dalam
lingkungan sosial.Dalam bertindak atau berperilaku sosial,seorang individu
hendaknya memperhitungkan keberadaan individu lain yang ada dalam
lingkungannya. Hal tersebut penting diperhatikan karena tindakan interaksi sosial
merupakan perwujudan dari hubungan atau interaksi sosial (Hernawan,2010:14).
19
Bentuk interaksi sosial yang terjadi antara dua orang atau lebih yang akan
berdampak pada sifat seorang individu yang dapat mempengaruhi sebuah
perubahan yang terjadi dalam diri seseorang. Artinya dalam interaksi sosial
terdapat hubungan yang dilakukan oleh manusia baik secara individu maupun
kelompok, yang merupakan hubungan yang dilakukan oleh manusia untuk
bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dimiliki oleh manusia. Dengan
demikian makna interaksi,kemudian makna yang dimiliki oleh manusia itu berasal
dari interaksi antara seseorang dengan sesamanya.
Interaksi sosial secara konkret,meupakan interaksi sosial yang dapat dipahami
oleh semua manusia sejak lahir,karena pada dasarnya kehidupan manusia tidak
terlepasdari lingkungan dimana dia berada. Di lingkungan tersebut manusia saling
berkomunikasi dan berinterakasi, sehingga secara tidak sadar manusia telah
melakukan interaksi sosial. Interaksi sosial tersebut kemudian menjadi ciri khas
sikap dan perilaku manusia dalam lingkungan.
Interaksi sosial dapat dilihat pada kehidupan sehari-hari termasuk kita sendiri,
yang kita ketahui, bukan saja dipengaruhi oleh kemampuan dalam intelektual
individu. Karena manusia itu sendiri senantiasa melakukan hubungan yang dapat
mempengaruhi hubungan timbal balik antara manusia yang satu dengan yang lain,
dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam mempertahankan kehidupannya.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa interaksi
sosial merupakan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh siswa dalam melakukan
hubungan baik antara rekan-rekannya,antara mahasiswa dan dosen maupun
20
mahasiswa dengan orang tuanya, baik dalam menerima, maupun menolak dan
menilai komunikasi yang diperoleh dalam bentuk proses interaksi. Interaksi sosial
seseorang sesuai dengantingkat keberhasilan dalam menjalin sebuah hubungan
yang dinyatakan dalam bentuk prialaku sosial yang baik,yang dapat diketahui
setelah diadakan evaluasi.
2.3 Pola Interaksi Sosial
Didalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari terdapat tiga pola interaksi
sosial. Pola-pola interaksi sosial itu adalah interaksi antarindividu, interaksi antara
individu dan kelompok, serta interkasi antara kelompok dengan kelompok
(antarkelompok)
1. Interaksi antara individu
Interaksi itu terjadi apabila individu memberi pengaruh, rangsangan dan
stimulus. Sementara itu individu yang terkena pengaruh akan memberikan reaksi,
tanggapan ataupun sebuah respons. Jadi, walupun kedua individu yang bertemu
itu tidak saling melakukan kegiatan, interaksi sosial di antara mereka tetap terjadi
karena masing-masing pihak menyadari kehadiran pihak lain.
2. Interaksi antara individu dan kelompok.
Pada interaksi ini seorang individu dapat berperan sebagi inspirator dan
motivator. Di sini seorang individu akan dihadapkan pada sekelompok orang
dalam berbagai macam situasi, kondisi dan kepentingan. Contohnya, seorang
pembicara dan peserta dalam sebuah seminar. Pembicara mengharapkan
21
pembicaraannya akan menarik dan peserta akan menyimak pembicaraan yang
disampaikan pembicara.
3. Interaksi antara kelompok dan kelompok (antarkelompok)
Contohnya, seperti OSIS SMK N 4 Bandar Lampung yang melakukan studi
banding ke OSIS SMA N 48 Jakarta. Kedua kelompok itu akan bertemu dan
bertatap muka. Kegiatan tersebut dapat dijadikan contoh interaksi antara
kelompok dengan kelompok.
Ada selain karena faktor kebutuhan yang timbul dari dalam dirinya yang
tercakup dalam kebutuhan mendasar, kebutuhan sosial dan kebutuhan integratif,
mnusia juga mempunyai naluri untuk selalu hidup berkelompok atau bersama
dengan orang lain. Hal ini disebut dengan naluri gregariousness. Dengan
demikian, faktor-faktor yang mendorong manusia untuk hidup bersama dengan
orang lain adalah sebagai berikut:
a. Dorongan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
b. Dorongan untuk mempertahankan diri
c. Dorongan untuk meneruskan generasi atau turunan
d. Dorongan untuk hidup bersama yang di wujudkan dalam bentuk hasrat untuk
menjadi satu dengan manusia sekelilingnya, dan hasrat untuk menjaadi satu
dengan suasana alam sekitarnya (Narwoko, 2007:62).
22
Upaya manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan mendasar, sosial dan
integratif dilakukan melalui suatu proses yang disebut dengan interaksi sosial.
Menurut Kinball Young dan Raymond W. Mack, interaksi sosial adalah kunci
dari semua kehidupan sosial, oleh karena itu, tanpa interaksi sosial tidak akan
mungkin ada kehidupan bersama.
Menurut Gillin, interaksi sosial adalah suatu hubungan sosial yang dinamis
antara perorangan, antara individu, dan antar kelompok manusia. Dari
pengertian tersebut, kita dapat membedakan pola-pola interaksi sosial dalam
kehidupan sehari-hari, yaitu dalam wujud sebagai berikut:
Interaksi Sosial Antar Individu
Apabila dua individu bertemu, proses interaksipun dimulai pada saat mereka
saling menegur, berjabat tangan, dan berkomunikasi. Walaupun dua individu
yang bertatap muka itu tidak saling mengadakan aktivitas, sebenarnya interaksi
telah terjadi karena masing-masing pihak sadar akan adanya pihak lain-lain
yang menyebabkan perubahan perasaan dan syaraf orang-orang yang
bersangkutan.
Interaksi Sosial Antar Individu dan kelompok Ditunjukkan dalam contoh
seorang guru yang sedang mengadakan kegiatan belajar mengajar di kelas.
Pada tahap awal, guru mencoba menguasai kelasnya sehingga proses interaksi
sosial akan berlangsung dan berjalan seimbang antara guru dan kelompok-
kelompok siswa ( Paul Johnson, 1982:32).
23
Sedangkan dipandang dari segi psikologi melihat bahwa ada
bermacam-macam pendapat yang dikemukakan oleh ahli-ahli psikologitentang
pengertia sikap, dunia psikologi akan sedikit mengulas tentang apa sih
yang dinamakan sikap,Seperti yang dikatakan oleh ahli psikologi W.J Thomas
yang memberikan batasan sikap sebagai tingkatan kecenderungan yang bersifat
positif maupun negatif, yang berhubungan dengan obyek psikologi. Obyek
psikologi disini meliputi: simbol, kata-kata, slogan, lembaga, ide dan
sebagainya.
Menurut Sarnoff mengidentifikasikan sikap sebagai kesediaan untuk
bereaksi secara positif atau secara negatif terhadap obyek-obyek tertentu. D.
Krech dan R.S Crutchfield berpendapat bahwa sikap sebagai organisasi yang
bersifat menetap dari proses motivasional, emosional, perseptual, dan kognitif
mengenai aspek dunia individu.
Sedangkan La Pierre memberikan sebagai suatu pola perilaku, tendensi
atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi
sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimulus sosial yang
telah terkondisikan. Lebih lanjut soetarno memberikan definisi sikap
merupakan pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk
bertindak terhadap obyek tertentu. Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu
artinya tidak ada sikap tanpa obyek. Sikap diarahkan kepada benda-benda,
orang, peristiwa, pandangan, lembaga, norma dan lain-lain (H. Ahmadi
dkk,2005:155).
24
Meskipun ada beberapa perbedaan pengertian sikap, tetapi berdasarkan
pendapat-pendapat tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa sikap adalah
keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat
dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek
situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya.Selain itu sikap juga memberikan
kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau
situsi. Proses belajar sosial terbentuk dari interaksi sosial. Dalam interaksi
sosial, individu membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai obyek
psikologis yang dihadapinya (Turner dan West, 2008:17).
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang menyangkut
hubungan antar individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan
kelompok. Tanpa adanya interaksi sosial maka tidak akan mungkin ada
kehidupan bersama. Proses sosial adalah suatu interaksi atau hubungan timbal
balik atau saling mempengaruhi antar manusia yang berlangsung sepanjang
hidupnya di dalam masyarakat (Soerjono Soekanto,2012:55).
teoritis, sekurang kurangnya ada dua syarat bagi terjadinya suatu interaksi
social, yaitu terjadinya kontak social dan komunikasi (J. dwiNarwoko&Bagong
Suyanto,2007:10).
Pandanganlain tentang interaksi sosial dikemukakan juga oleh Astrid S.
Susanto yang mengatakan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan antar
manusia yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya
memungkinkan pembentukan struktur sosial. Hasil interaksi sangat
25
ditentukan oleh nilai dan arti serta interpretasi yang diberikan oleh pihak-
pihak yang terlibat dalam interaksi ini. Sama halnya dengan pendapat bonner,
interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih yang
saling mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang
lain atau sebaliknya.
Menurut Soerjono Soekanto interaksi sosial merupakan dasar proses
sosial yang terjadi karena adanya hubungan-hubungan sosial yang dinamis
mencakup hubungan antar individu, antar kelompok atau antara individu dan
kelompok. Interaksi sosial merupakan suatu hubungan sosial yang dinamis
antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok
dengan kelompok.
2.4 Proses interaksi sosial
Proses sosial merupakan cara-cara berhubungan yang dapat dilihat
apabila para individu dan kelompok saling bertemu dan menentukan system
serta bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada
perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada.
Atau dengan perkataan lain, proses social diartikan sebagai pengaruh
timbalbalik antara berbagai segi kehidupan bersama (Soerjono
Soekanto,2012:54).
Proses interaksi sosial menurut Herbert Blumer adalah pada saat manusia
bertindak terkadap sesuatu atas dasar makna yang dimiliki tersebut bagi
manusia. Kemudian makna yang dimiliki sesuatu itu berasal dari interaksi
26
antara seseorang dengan sesamanya. Dan terakhir adalah makna tidak bersifat
tetap namun dapat dirubah, perubahan terhadap makna dapat terjadi malaui
proses penafsiran yang dilakukan orang ketika menjumpai sesuatu.
Proses tersebut disebut juga dengan interpretatif proses interaksi sosial
dapat terja dibila antara dua individu atau kelompok terdapat kontak sosial dan
komunikasi. Kontak sosial merupakan tahap pertama dari terjadinya hubungan
sosial, komunikasi merupakan penyampaian suatu informasi yang
disampaikan. (karp dan yoels) menunjukkan beberapa hal yang dapat menjadi
sumber informasi bagi dimulainya komunikasi atau interaksi sosial
(Lipwijayanto,2005:109).
2.5 Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam Interaksi Sosial
Dalam interaksi sosial terdapat faktok-faktor yang mempengaruhi
interaksi tersebut, yaitu faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya
interaksi tersebut (Santoso, 2004:12). Faktor-faktor yang mempengaruhi
interaksi sosial sebagai berikut:
a. Situasi sosial
b. Kekuasaan norma kelompok
c. Tujuan pribadi masing-masing individu
d. Interaksi sesuai dengan kedudukan dan kondisi setiap individu
e. Penafsiran situasi
Dari faktor-faktor di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
27
a. Situasi sosial, memberi bentuk tingkah laku terhadap individu yang
berada dalam situasi tersebut. Misalnya, apabila berinteraksi dengan
individu lainnya yang sedang dalam keadaan berduka, pola interaksi
yang dilakukan apabila dalam keadaan yang riang atau gembira, dalam
hal ini tampak pada tingkah laku individu yang harus dapat
menyesuaikan diri terhadap situasi yang dihadapi.
b. Kekuasaan norma-norma kelompok, sangat berpengaruh terhadap
terjadinya interaksi sosial antar individu. Misalnya, individu yang
menaati norma-norma yang ada dalam setiap berinteraksi individu
tersebut tak akan pernah berbuat suatu kekacauan, berbeda dengan
individu yang tidak menaati norma-norma yang berlaku, individu itu
pasti akan menimbulkan kekacauan dalam kehidupan sosialnya, dan
kekuasaan norma itu berlaku untuk semua individu dalam kehidupan
sosialnya.
c. Ada tujuan kepribadian yang dimiliki masing-masing individu sehingga
berpengaruh terhadap pelakunya. Misalnya, dalam setiap interaksi
individu pasti memiliki tujuan. Hal ini dapat dilihat ketika seorang
warga komplek perumahan Bukit Johor Mas berinteraksi dengan
seorang pedagang, ia memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.
d. Setiap individu berinteraksi sesuai dengan kedudukan dan kondisinya
yang bersifat sementara. Pada dasarnya status atau kedudukan yang
dimiliki oleh setiap individu adalah bersifat sementara, misalnya
28
seorang warga yang biasa berinteraksi dengan ketua RT, maka dalam
hubungan itu terlihat adanya jarak antara seorang yang tidak memiliki
kedudukan yang menghormati orang yang memiliki kedudukan dalam
kelompok sosialnya.
e. Ada penafsiran situasi, dimana setiap situasi mengandung arti bagi
setiap individu sehingga mempengaruhi individu untuk melihat dan
menafsirkan situasi tersebut. Misalnya, apabila ada teman yang terlihat
murung atau suntuk, individu lain harus bisa membaca situasi yang
sedang dihadapainya, dan tidak seharusnya individu lain tersebut
terlihat bahagia dan cerita dihadapannya. Bagaimanapun individu harus
bisa menyesuaikan diri dengan keadaan dengan keadaan yang sedang
dihadapi dan berusaha untuk membantu menfsirkan situasi yang tak
diharapkan menjadi situasi yang diharapkan.
2.6 Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
Interaksi sosial adalah bentuk utama dari proses sosial, yaitu pengaruh
timbal-balik antara berbagai bidang kehidupan bersama. Menurut Soekanto
(2001:76-107) interaksi sosial merupakan bentuk yang tampak apabila
orang saling mengadakan hubungan, baik secara individu maupun secara
kelompok. Adapun bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama
(cooperation), persaingan (competition), pertentangan atau pertikaian
(conflict) dan juga akomodasi (accomodation). Adapun lebih jelasnya
masing-masing hal tersebut dapat diterangkan sebagai berikut:
29
Kerja sama (cooperation), kerjasama dimaksudkan sebagai suatu
usaha bersama antara individu atau kelompok untuk mencapai tujuan
tertentu secara bersama-sama.
Kerja sama timbul karena adanya orientasi para individu terhadap
kelompoknya (yaitu in-group-nya) dan kelompok lainnya (yang merupakan
outgroup- nya). Persaingan (competition), adalah suatu perjuangan dari
pihak-pihak tertentu untuk mencapai suatu tujuan dengan cara
menyingkirkan pihak lawan secara damai atau tanpa mempergunakan
ancaman atau kekerasan.
Pertentangan (conflict), merupakan salah satu bentuk dari interaksi
dimana penafsiran makna perilaku tidak sesuai dengan maksud pihak
pertama (yang melakukan aksi), sehingga menimbulkan ketidakserasian
diantara kepentingan kepentingan orang lain karena tidak terjadi keserasian
ini, maka untuk dapat mencapai tujuan yang dikehendaki dilakukan dengan
cara mengenyahkan atau menyingkirkan pihak lain yang menjadi
penghalang (Soekanto, 2001:76-107).
Akomodasi (accomodation), istilah akomodasi dipergunakan dalam
dua arti yaitu untuk menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada
suatu proses (Young dan Raymond, 1959:146). Akomodasi yang menunjuk
pada suatu keadaan, berarti adanya suatu keseimbangan (equilibrium) dalam
interaksi antara orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam
kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku
dalam masyarakat. Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-
30
usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk
mencapai kesetabilan. Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk
menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga
lawan tidak kehilangankepribadiannya (Soemardjan, 2002:75-76). Pelbagai
macam bentuk interaksi ini sering terjadi dalam lingku ngan masyarakat,
sehingga di dalam berinteraksi terdapat kerjasama, persaingan ataupun
pertikaian. Dengan demikian aktivitas sosial itu terjadi karena adanya
aktivitas dari individu dalam hubungannya dengan individu yang lain.
2.7 Perilaku dan Adaptasi Sosial
Indonesia adalah sebuah masyarakat majemuk yang terdiri atas
beraneka ragam masyarakat dan kebudayaan, yang secara keseluruhan
mempunyai suatu kebudayaan nasional yaitu kebudayaan Indonesia.
Kebudayaan dapat didefinisikan sebagai suatu keseluruhan pengetahuan
manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami dan
menginterprestasikan lingkungan dan pengalamannya, serta menjadi
pedoman bertingkah lakunya. Setiap kebudayaan terdiri atas unsur-unsur
yang universal yaitu: sosial, sistem politik, sistemekonomi dan teknologi,
agama dan komunikasi. Suatu kebudayaan merupakan milik bersama
anggota-anggota masyarakat yang penyebarannya kepadaanggota-anggota
masyarakat yang bersangkutan dan pewarisnya kepada generasi berikutnya,
dilakukan dengan melalui suatu proses belajar dan dengan mengutamakan
simbol-simbol yang terwujud dalam bentuk yang terucapakan maupun tidak.
(Parsudi Suparlan, 1984:114)
31
Bahwa kemajemukan Indonesia khususnya, dapat dilihat antara lain,
dari segi etnis maupun sosiologis. Dari segi etnis, masyarakat indonesia
terdiri dari berbagai macam suku, adat-istiadat, bahasa, ras, agama dan
penganut aliran kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Secara
sosiologis, masyarakat Indonesia juga bisa dibeda-bedakan kedalam lapisan-
lapisan secara bertingkat ( hierarkis). Bentuk konkrit lapisan masyarakat
indonesia ini dapat dikelompokan bedasarkan pada tiga hal yaitu: ekonomi,
politik dan kebudayaan tertentu dalam masyarakat, dimana ketiganya saling
kait-mengkait.
Bahwa kemajemukan Indonesia khususnya, dapat dilihat antara lain,
dari segi etnis maupun sosiologis. Dari segi etnis, masyarakat indonesia
terdiri dari berbagai macam suku, adat-istiadat, bahasa, ras, agama dan
penganut aliran kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Secara
sosiologis, masyarakat Indonesia juga bisa dibeda-bedakan kedalam lapisan-
lapisan secara bertingkat (hierarkis). Bentuk konkrit lapisan masyarakat
indonesia ini dapat dikelompokan bedasarkan pada tiga hal yaitu: ekonomi,
politik dan kebudayaan tertentu dalam masyarakat, dimana ketiganya saling
kait-mengkait.
Proses penggabungan golongan dalam masyarakat atau dapat disebut
asimilasidalam kenyataan sosiologis merupakan salah satu faktor dari pola-
pola antar hubungan kelompok-kelompok masyarakat. Hal ini berkaitan
dengan multi etnik yang ada dalam masyarakat Indonesia termasuk dengan
keberadaan Warga Negara Asing yang memerlukan pembauran sebelum
32
mereka berusaha mencapai tujuannya. Proses sosial pembauran dengan
warga Negara Indonesia sebagaimana menjadi pokok penelitian ini, dalam
interaksi sosial memerlukan konsep yang diwujudkan dalam tindakan yaitu
asimilasi kebudayaan/perilaku (akulturasi), dalam pengertian lain adalah,
proses pertemuan unsur-unsur dari pelbagai kebudayaan yang berbeda,
kebudayaan Thailand dan kebudayaan Jawa secara temurun, yang diikuti
dengan percampuran unsur-unsur tersebut. Perbedaan anatar unsur-unsur
asing dengan yang asli masih tampak-dalam arti proses adalah, hasil
pertemuan kebudayaan atau bahasa diantara anggota-anggota dua
masyarakat bahasa, ditandai oleh peminjaman atau (bilingualisme) yaitu
yang bertalian dengan perubahan dalam pola-pola kebudayaan guna
menyesuaikan diri dengan kelompok mayoritas.
Tentang pembauran, W.J.S Poerwadarmita di dalam kamus umum
Bahasa Indonesia (1996) membedakan tiga macam pembauran:
1. Pembauran sebagai suatu percampuran dimana unsur-unsur yang asli
melebur dan kehilangan identitasnya, misalnya: “Sesendok teh gula
dibaurkan dengan air putih satu gelas”.
2. Pembauran dimana unsur-unsurnya nyaris kehilangan identitasnya tetapi
masih mempunyai kaitannya secara samar-samar, misalnya, “ Kebudayaan
Thailand dan kebudayaan Jawa yang telah berbaur”.
3. Pembauran dimana unsur-unsurnya tidak kehilangan identitasnya,
melainkan mengalami suatu penggabungan yang erat, misalnya: “ Dalam
perayaan yang demikian, biarlah mahsiswa Patani dan masyarakat
33
setempat diperbaurkan supaya dapat saling kenal-mengenal.” (Gema Duta
Wacana, 1985:4).
Kebudayaan memang suatu hal yang menarik untuk dikaji. Oleh
karena itu banyak orang yang berkonsentrasi penuh untuk belajar tentang
kebudayaan Indonesia khususnya, termasuk mahasiswa Patani . budaya-
budaya yang berbeda memiliki sistem-sistem nilai yang berbeda dan
karenanya ikut menentukan tujuan hidup yang berbeda.
Bidang pendidikan tentang kebudayaan yang berkaitan dengan aspek
sosiologis, diantaranya bisa terjadi dari berinteraksinya dua kelompok
masyarakat atau lebih. Dengan latar belakang sosial budaya yang berbeda,
antara lain bisa terdapat: konflik, integrasi sosial, budaya maupun adaptasi
perilaku. Cara kita berinteraksi dan komunikasi sangat bergantung pada
budaya kita yaitu bahasa, aturandan norma kita masing-masing.
Adaptasi perilaku sendiri merupakan penyesuaian diri terhadap
lingkungan, pekerjaan atau pelajaran, yang ditunjukan untuk memuaskan
motif tertentu dimana perilaku sendiri mengalami serangkaian kegiatan
aktifitas-aktifitas yang mengarah ketujuan. Pada dasarnya merupakan perilaku
yang termotivasi yang mengarah pada pencapaian tujuan. Sebaliknya, aktivitas
tujuan merupakan keterlibatan dalam tujuan itu sendiri.
Ketika kita berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang-orang lain,
kita dihadapkan dengan bahasa-bahasa, aturan-aturan, dan nilai-nilai yang
berbeda. Adanya interaksi sosial yang semakin intensif antar mahasiswa
patani dengan masyarakat setempat sebagai akibat adanya tujuan kepentingan
34
yang sama yaitu kegiatan masyarakat di dalam dinamika kehidupan
masyarakat, akan mempertemukan individu-individu yang tadinya hanya
berdiam diri, akan bergaul dengan individu lain dalam kerjasama untuk
mencapai tujuannya. Pertemuan , merupakan interaksi sosial yang wajar yang
akhirnya akan melahirkan sesuatu yang baru, tetapi tidak luput dari hambatan-
hambatan yang ada dalam proses interaksi tersebut.
Hambatan-hambatan atau masalah-masalah dalam rangka proses
interaksi sosial antar Culture antara lain meliputi: etnosentrisme, stereotipe,
prasangka dan diskriminasi. Sulit bagi kita untuk memahami komunikasi
mereka bial kita sangat etnosentrik.
Etnosentrisme yaitu suatu kecenderungan individu yang melihat nilai
dan norma kebudayaannya sendiri sebagai sesuatu untuk yang mutlak serta
mengutamakannya sebagai tolak ukuruntuk menilai dan memahami
kebudayaan-kebudayaan lain. (Gema Duta Wacana, 1985:13).
Dalam fenomena kehidupan sosial antar pergaulan, etnosentrisme
merupakan penghambat dalam komunikasi dan bisa menjadi penyebab utama
kesalahpahaman.
Dalam kehidupan sehari-hari, senantiasa ada interaksi sosial antar
individu, antar kelompok, antar bangsa. Hubungan ini merupakan suatu
dinamika tersendiri dan diwarnai oleh bermacam-macam sikap, pandangan
maupun tingkah laku. Adapun materi dalam interaksi ini tergantung kepada
motivasi dan tujuan interaksi sosial tersebut.sebelum mengalami interaksi,
35
maka individu yang memasuki arena sosial yang baru memerlukan adaptasi
dan kontaks lingkungan.
Adaptasi perilaku mahasiswa Patani, merupakan aktivitas yang
mengarah pada tujuan, yaitu proses sosialisasi untuk menuju terciptanya
harmoni kelompok, sedangkan aktivitas-aktivitas untuk adaptasi merupakan
aktivitas tujuanya. Selain interaksi sosial, ada hubungan timbal balik dimana
terlihat bentuk-bentuk dari komunikasi antar kedua obyek yang terjadi dengan
sendirinya. Bentuk komunikasi ini dapat bersifat penuh dengan kehangatan,
kebencian, agresifitas yang semuanya ini merupakan dimensi dari interaksi
sosial dan komunikasi sosial. Komunikasi ( communication) berasal dari
perkataan latin communis yang berarti saling (common). Jika kita melakukan
komunikasi, kita sedang berusaha mengadakan kesamaan ( communnes)
dengan orang lain. Ini berarti kita sedang berusaha memberikan informasi,
gagasan atau sikap. (Uchjana Effendi, 1986:28).
Tanpa komunikasi, masyarakat manusiatidak akan berjalan.
Komunikasi selalu merupakan rantai penghubung antara pribadi-pribadi dalam
kelompok yang biasa kita sebut sebagai “ masyarakat” organisasi sosial atau
jaringan hubungan antar manusia yang kompleks atau rumit dihubungkan oleh
jembatan bersama-sama dengan komunikasi. Dengan mengetahui prinsip-
prinsip komunikasi, khususnya yang menyangkut antar budaya dan kemudian
mempraktekannya dengan baik, maka diharapkan kesalahpahaman-
keslahpahaman tentang persepsi perbedaan antar budaya dapat dikurangi
36
dengan memahami juga sedikitnya mengetahui, bahasa (yang merupakan salah
satu cara berekspresi) dari perilaku budaya orang lain.
Interaksi antar dua kelompok individu dengan kebudayaan berbeda,
memerlukan strategi komunikasi yang efektif. Hubungan antara budaya dan
komunikasi penting dipahami untuk memahami komunikasi antar budaya,
oleh karena melalui pengaruh budayalah orang-orang belajar berkomunikasi.
Seorang Korea, seorang Mesir atau seorang Amerika belajar berkomunkasi
seperti orang-orang korea, orang-orang Mesir, orang-orang Amerika, atau
orang-orang Thailand lainnya. Perilaku mereka dapat mengandung makna,
sebab perilaku tersebut dipelajari dan diketahui, dan perilaku itu terikat oleh
budaya. Orang-orang memandang dunia mereka melalui kategori-kategori,
konsep-konsep, dan label-label yang dihasilkan budaya mereka. (Deddy
Mulyana,1990:26).
Dalam pergaulan sosial terutamalintas budaya, kadang-kadang nilai
yang dianggap positif dalam suatu budaya dipandang negatif atau netral dalam
budaya lain. Untuk itu diperlukan suatu pendekatan personal dalam
berhubungan dan berinteraksi antar individu sehingga paling tidak bisa
menepis perbedaan nilai-nilai (yang berhubungan dengan pandangan) tersebut
untuk dapat berkomunikasi sejajar. Jadi komunikasi benar-benar merupakan
jalur utama masyarakat manusia.
37
2.8 Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat di mana warganya memiliki latar belakang
pendidikan yang cukup, terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan sumber-
sumber belajar di dalamnya akan memberikan pengaruh positif terhadap
semangat dan perkembangan belajar siswa. (Nana Syaodih Sukmadinata,
2004: 162-130).
Pendapat Sertain yang dikutip oleh Suryadi (2002:131-133)
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan “masyarakat (environment) ialah
meliputi semua kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara
tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau
life processes kita kecuali gen-gen dan bahkan gen-gen dapat pula
dipandang sebagai menyiapkan masyarakat (to provide environment) bagi
gen yang lain. Masyarakat yang aktual (yang sebenarnya) hanyalah faktor-
faktor dalam dunia sekeliling kita yang benar-benat mempengaruhi kita”.
Dalam kutipan yang sama, Sertain juga membagi masyarakat menjadi
dua bagian, yaitu sebagai berikut:
a. Masyarakat lingkungan alam, adalah segala sesuatu yang ada dalam
dunia ini yang bukan manusia, seperti rumah, tumbuh-tumbuhan,
hewan dan sebagainya.
b. Lingkungan masyarakat, adalah semua orang atau manusia yang
mempengaruhi kita. (Suryadi, 2002:133)
38
Salah satu teori belajar Kurt Lewin memandang masing-masing
individu berada dalam suatu medan kekuatan yang bersifat psikologis yang
mencakup masyarakat, misalnya orang-orang yang dijumpai, objek material
yang dihadapi, serta fungsi jiwa yang ia miliki (Sunarto dan Hartono,
2002:122).
Menurut Woodworth yang dikutip oleh Suryadi (2002), cara-cara
individu berhubungan dengan masyarakatnya dapat dibedakan menjadi
empat macam, yaitu: individu bertentangan dengan masyarakatnya,
individu menggunakan masyarakatnya, individu berpartisipasi dengan
masyarakatnya, dan individu menyesuaikan diri dengan masyarakatnya.
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi.
Menurut Hadari Nawawi (2003:63-64) dan Moh. Nazir (1988:68) ciri metode
deskriptif adalah seperti memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang
ada pada saat penelitian di lakukan atau masalah yang bersifat aktual, serta di
iringi dengan interpretasi rasional yang tepat. Caranya dengan
mengumpulkan, dan menganalisa data-data yang ada kaitannya dengan obyek
kajian.
Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan deskripsi mengenai
persoalan yang sedang berlangsung. Secara bahasa bahwa penelitian
deskriptif adalah penelitian yang di maksudkan untuk membuat deskripsi
(penggambaran) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian yang tengah
berlangsung. Sumadi Suryabrata (1998:18-19), menjelaskan bahwa penelitian
deskriptif adalah akumulasi data dasar dalam cara penggambaran semata-
mata, tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan, menguji
hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna dan implikasi,
walaupun penelitian yang bertujuan untuk menemukan hal-hal tersebut dapat
mencakup juga metode-metode deskriptif.
Begitupun dalam penelitian ini, akan menggambarkan dan menjelaskan
Interaksi Sosial Mahasiswa Asing dalam Lingkungan Masyarakat,Pendekatan
39
40
yang dilakukan adalah pendekatan kualitatif. Maksudnya adalah data yang
terkumpulkan bersifat kualitatif, yaitu berupa kata,kalimat, dan gambar,
sehingga pendekatan ini bukan kuantitatif yang menggunakan alat-alat
pengukur data statistik. Maksud penelitatif menurut Meleong yaitu:
“penelitian adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah
dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.(Lexy J.Moleong , 1989
; 6)
Adapun teknik penelitian yang di gunakan adalah teknik kualitatif.
Teknik ini seringkali di anggap sebagai paradigma alamiah (Moleong,
1996:16). Menurut Kirk dan Miller sebagaimana di kutip oleh Lexy
J.Moleong (1996:3), di jelaskan bahwa penlitian kualitatif adalah tradisi
tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung
pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan
dengan orang-orang tersebut dalam bahasa peristilahannya. Di perkuat oleh
S.Nasution (1992:5), menjelaskan bahwa pada hakikatnya pendekatan
kualitatif adalah mengamati orang dalam hidupnya, berinteraksi dengan me
reka dunia sekitarnya.
Memilih metode Kualitatif dalam penelitian ini pertama masalah dalam
penelitian belum jelas atau belum ada data tentang masalah yang akan diteliti.
41
Oleh karena itu peneliti akan terjun langsung ke lapangan untuk melakukan
eksplorasi objek penelitian.kedua untuk memahami makna fenomena. Metode
kualitatif melakukan pengamatan mendalam terhadap sebuah fenomena
sehingga hal benar secara kualitatif akan dilakukan pengamatan untuk
mengetahui kebenarannya.Keiga memahami interaksi sosial. Interaksi sosial
terkait dengan pola hubungan dalam lingkup sosial, sehingga untuk
mengetahui pola yang ada maka peneliti harus terjun langsung ke dalam
lingkup sosial yang akan telitinya.Keempat memahami perasaan seseorang.
Melalui wawacara secara mendalam dan observasi serta turut merasakan apa
yang dirasakan oleh objek maka peneliti dapat mengambil sebuah kesimpulan
tentang perasaan yang dialami oleh seseorang.kelima mengembangkan teori.
Metode kualitatif sangat cocok digunakan untuk mengembangkan sebuah teori
yang telah ditemukan sebelumnya.Keenanm memastikan kebenaran data.
Metode kualitatif yang menggunakan teknik pengumpulan data triangulasi
atau gabungan dengan pengujian data sampai data itu jenuh maka akan lebih
memberikan kepastian terhadap kredibilitas datanya.Ketujuh meneliti sejarah
perkembangan. Metode kualitatif sangat cocok digunakan untuk meneliti
sejarah perkembangan dengan menggunakan pengumpulan data dokumentasi
dan wawancara secara mendalam terhadap tokoh yang diangap tahu tentang
kondisi perkembangan objek yang akan diteliti.
42
3.2 Sumber Data
Sumber data adalah subyek dari mana data dapat di peroleh (Arikunto,
2002:129). Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari dua sumber yaitu,
sumber data primer dan sumber data sekunder. Data primer adalah data yang
di peroleh langsung dari sumbernya, di amati dan di catat untuk pertama
kalinya. Data tersebut menjadi data sekunder kalau di pergunakan orang yang
tidak berhubungan langsung dengan penelitian yang bersangkutan. Data
sekunder adalah data yang bukan di usahakan sendiri pengumpulannya oleh
peneliti misalnya dari Biro Statistik, majalah, keterangan-keterangan atau
publikasi lainnya (Marzuki, 1986:56-57).
Data penelitian kualitatif ini penulis mengklasifikasikan dan
berdasarkan sumbernya ke dalam dua bagian, yaitu:
1. Sumber data primer adalah sumber pokok dan utama atau tangan
pertama. Sumber primer penelitian ini di ambil dari wawancara dengan
pihak-pihak yang terkait di antaranya Masyarakat Cipadung dan
Mahasiswa Patani.
2. Sumber data sekunder adalah sumber tambahan atau suplemen atau juga
tangan kedua. Data pelengkap yang sumbernya dari buku-buku, majalah,
informasi dasar organisasi dan sumber-sumber lainnya yang relevan
dengan permasalahan yang akan di teliti.
43
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang bersifat data primer seperti mahasiswa
Patani di masyarakat Komplek Permai, aparatur kecamatan empat provensi di
Cipadung Permai, adalah melalui observasi dan wawancara mendalam
(Sugiyono,2009: 239).
Sedangkan untuk data yang bersifat data sekunder seperti teori,
pandangan-pandangan, hasil penelitian, buku dan arsip lainnya di gunakan
studi dokumentasi dan kepustakaan.
1. Observasi
Observasi atau disebut juga pengamatan secara luas artiannya adalah
kegiatan untuk melakukan pengukuran terhadap lapangan penelitian, tetapi
observasi atau pengamatan disini diartikan dengan artian lebih sempit, yaitu
pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan sehingga pengamatan ini
tidak perlu mengajukan pertanyaan-pertanyaan (Soehartono, 2008:69).
Berdasarkan keterlibatan pengamat terhadap kegiatan kegiatan orang
yang diamati, observasi dapat dibedakan menajdi dua bagian yaitu: (1)
Participant Observation: dalam observasi partisipan, pengamat ikut serta
dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subjek yang diteliti atau yang
diamati. (2) Nonparticipant Obsevation: dalam observasi takpartisipan,
pengamat berada diluar subjek yang diamati dan tidak ikut serta didalam
kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan (Soehartono, 2008:69-70).
44
Adapaun dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan
obsevasi terlibat (participant Obsevation), artinya peneliti juga ikut menjadi
bagian dari objek yang diteliti dan terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh subjek penelitian. Sehingga data yang diperoleh adalah
data yang masih aktual, dalam artian data yang dikumpulkan dan diperoleh dari
subjek pada saat terjadinya tingkah laku, dan keabsahan alat ukur dapat
diketahui secara langsung, karena peneliti terlibat langsung kedalam kegiatan-
kegiatan yang lakukan oleh subjek penelitian, sehingga peneliti seolah-olah
merupakan bagian dari mereka.
2. Wawancara mendalam (depth interview)
Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian kualitatif dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka
antara si penanyadengan responden dengan menggunakan alat yang di
namakan interview guide (Moh. Nazir.1988:212).Wawancara secara mendalam
(depth interview) untuk mengetahui Interaksi Sosial Mahasiswa Asing
Lingkungan dalam Masyarakat.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara secara langsung
dengan menyiapkan beberapa pertanyaan sebelumnya.Wawancara di lakukan
untuk mengetahui keterangan, informasi, pandangan, pendapat dan kenyataan-
kenyataan yang di lihat dan di ketahui oleh responden dan informan.
Wawancara di tujukan kepada warga masyarakat di Patani. Wawancara juga di
lakukan di sela-sela pengamatan terlibat.
45
Dalam hal ini peneliti terjun secara langsung dengan subjek penelitian.
Peneliti mewawancarai secara langsung tentang masalah penelitian, sehingga
peneliti mendapatkan data yang menguatkan saat mengadakan pengamatan
terlibat. Selain itu wawancara juga di tujukan pada informan pendukung
lainnya yaitu, di Masyarakat Cipadung Permai.
Penulis memilih informan tersebut karena informan sangat mengetahui
tentang permasalahan terkait dengan upacara adat perkawinan dalam
masyarakat Cipadung Permai. Sehingga dapat memberikan informasi dengan
benar dan data yang valid karena sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan
yang bertujuan untuk menambah dan menguatkan data yang di peroleh penulis
melalui wawancara secara terbuka dan mendalam untuk memperoleh data yang
valid dalam penelitian.
3.4 Analisis Data
Setelah data terkumpul, tahapan berikutnya adalah menganalisis data.
Analisis data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data ke dalam
pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat di temukan tema dan
dapat di rumuskan hipotesis kerja seperti yang di sarankan oleh Lexy
J.Moleong (1996:103). Pendapat yang lengkap sebagaimana di jelaskan oleh
Sugiyono (2009:244) mengatakan:
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang di peroleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
46
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola,
memilih mana yang penting dan yang akan di pelajari dan membuat
kesimpulan sehingga mudah di pahami oleh diri sendiri dan orang lain.
Sedangkan tujuan penelitian dalam analisis adalah menyempitkan dan
membatasi penemuan-penemuan hingga menjadi satu data yang teratur serta
tersusun dan lebih berarti (Marzuki, 1986: 87).Teknik yang di gunakan adalah
analisis data kualitatif dari Milcs dan Hubermen, dalam Sugiyono (2009;246)
yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu,
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan kepada hal yang penting, di cari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang telah di reduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya dan mencarinya apabila di perlukan. Setelah data di reduksi,
selanjutnya adalah penyajian data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data
bisa di lakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan hubungan antar kategori,
flowchart, dan sejenisnya.Dan yang paling sering di gunakan untuk penyajian
data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif
(Sugiyono, 2009: 249).
Langkah terakhir adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Penarikan simpulan adalah peninjauan ulang pada catatan di lapangan atau
kesimpulan dapat di tinjau sebagai makna yang muncul dari data yang harus
47
di uji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya yaitu merupakan
validitasnya. Kesimpulan dalam penelitian ini merupakan peninjauan ulang
dari catatan yang di peroleh peneliti di lapangan untuk di tarik suatu
kesimpulan untuk selanjutnya di laporan penelitiannya.
3.5 Tempat Penelitian dan Jadwal
Penelitian ini di lakukan di masyrakat di Masyarkat Cipadung Permai.
Penentuan Lokasi ini di pilih di karenakan beberapa alasan : Pertama, adanya
masalah yang layak untuk di teliti; kedua, tempat tinggal peneliti sehingga
informasi mudah di jangkau dan tidak memerlukan waktu yang lama; ketiga,
adat perkawinan dalam masyrakat di Patani Thailand Selatan menjadi tempat
yang strategis untuk di jadikan sebagai lokasi penelitian dalam kegiatan
pembuatan proposal ini sebagaimana dalam tabel 3.1
48
3.6 JADWAL PENELITIAN
Keterangan
Bulan
Ok
t
No
v
Ja
n
Me
i
Ju
N
Jul
i
Agu
s
Se
p
Ok
t
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan
Judul
Pembuatan
Proposal
Penelitian
Bimbingan
Proposal
Penelitian
Seminar
Proposal
Penelitian
Pengumpulan
dan
Pengolahan
Data
Bimbingan
dan
penyusuaian
skripsi
Penyelesaian
Skripsi
Sidang
Skripsi
Sumber: Diolah oleh peneliti tahun 2016-2017
49
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Penelitian
4.1.1 Kondisi Objektif Mahasiswa Patani yang berada di Komplek Permai
Latar belakang berdirinya Organisasi PMIPTI tidak lepas dari eksodus atau
berpindahnya remaja-remaja dari wilayah Patani Thailand Selatan untuk menuntut
ilmu khususnya Perguruan Tinggi di Indonesia. Kondisi ini tidak lepas dari adanya
kondiri politis yang terjadi pada masyarakat Islam Malayu yang hidup di Wilayah
Patani Thailand dimana notabene pemerintahan Thailand mayolitas dikuasai oleh
pemeluk agama Budha.
Rasa kedaerahan yang juga dilatarbelakangi oleh perbedaan keyakinan
menyebabkan motivasi mahasiswa yang tergabung dalam organisasi PMIPTI pada
umumnya berusha untuk menampilkan ciri yang berbeda dengan masyarakat
Thailand pada umumnya. Dalam usaha dalam menampilkan ciri-ciri yang berbeda
dengan masyarakat Thailand oleh mahasiswa Patani, namun mereka juga selalu ada
interaksi dengan masyarakat di lingkungan mereka tinggal.
Proses interaksi sosial antar mahasiswa Patani dan masyarakat komplek itu
sudah terjalin dari tahun 1972 sejak berawal nya berdirinya organisasi mahasiswa
Pelajar dari Selatan Thailand atau sering disebut PMIPTI( Persatuan Mahasiswa
Islam Patani Selatan Thialand di Indonesia . Mahasiswa patani sangat mudah
menyesuaikan diri dengan masyarakat komplek karena tidak jauh berbedanya
budaya dan agama.
49
50
Mahasiswa patani sangat erat berdampingan dengan masyarakat komplek
karena mahasiswa patani selalu berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan di
masyarakat komplek seperti kerja bakti, memperingati HUT RI, halal bihalal Idul
Fitri, dan Hari Raya idul adha. Dengan berinteraksinya mahasiswa patani dan
masyarakat komplek mahasiswa patani pun lambat laut bisa mengikuti budaya
sekitar komplek dan mengerti bahasa Indonesia yang sering digunakan orang
komplek dalam berdialog. Adapun jumlah mahasiswa Patani yang tinggal di
komplek permai sebagai berikut:
Tabel : Jumlah anggota PMIPTI Bandung tahun 2010-1017
Mahsiswa patani sangat dikenal baik oleh masyarakat komplek karena sering
berpartisipasinya mahasiswa Patani di sekitaran komplek, mahasiswa patani tidak
menutup diri terhadap lingkungan sekitar komplek maka dari itu memudahkan
terjalinya hubungan sosial antara masyarakat komplek dan mahasiswa
patani.mahasiswa patani bilamana membuat acara merekapun selalu undang
tokoh yang ada di komplek dan juga mengirim makanan kepada tetangga
0
10
20
30
40
50
60
70
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Jumlah Semua Laki-laki Perampuan
51
komplek,inilah yang membuat mudah mahasiswa patani mudah dikenal oleh
masyarakat komplek.
Mahasiswa patani sangat senang tinggal di indonesia khsusnya di wilaah
komplek di Bandung itu dikarenakan orang bandung sangat baik daan terbuka
terhadap warga pendatang baru, dan cepatnya beradaptasi mahasiswa patani
terhadap lingkungan komplek ini membuat betah mahasiswa patani tinggal di
lingkunagan komplek.
4.2 Proses Interaksi Sosial dengan Masyarakat Komplek Permai
4.2.1 Proses Komunikasi Masyarakat dengan Mahasiswa di Desa Cipadung
a. Penggunaan bahasa Melayu Patani dalam kegiatan sehari-hari dan kegiatan
resmi internal organisasi PMIPTI.
Sebagaimana pada penggunaan Bahasa Melayu Patani dalam keseharian
mahasiswa Patani, Latar belakang kesamaan daerah asal juga menimbulkan
adanya kesamaan cara berpakaian yang sama pada mahasiswa Melayu Patani.
Penggunaan pakaian Melayu Patani dalam kegiatan sehari-hari anggota PMIPTI
sebagai mana dikemukakan oleh Miss Khusaimah seorang pengurus PMIPTI
sebagai berikut:
“ Selain itu kebiasaan-kebiasaan Melayu Patani yang dapat dilakukan di
Indonesia, misalnya cara perpakaian atau masakan Melayu Patani diusahakan
untuk dilakukan oleh mahasiswa anggota PMIPTI” ( Wawancara Miss
Khusaimah (Usia 23) pada tanggal 16 Fabuari 2017)
Pendapat serupa dikemukan oleh Miss Suhainee sebagai berikut:
52
“Ciri khas PMIPTI adalah pergaulan dan adat istiadat dalam kehidupan dan
juga karekter pakaian”( Wawancara Miss Suhainee (Usia 21) pada tanggal
16Fabuari 2017)
Sedangkan pendapat anggita PMIPTI tentang penggunaan pakaian
Melayu Patani dalam keseharian serta kehidupan organisasi PMIPTI
sebagaimana dikemukakan oleh Miss Hasanah sebagai berikut:
“ciri khas saya terhadap PMIPTI adalah penggunaan bahasa ,cara
berbeda antara berpakaian, masakan dan kebiasaan-kebiasaan dari kampong asal
kami, sehingga MIPTI dianggap rumah bagi mahasiswa dari Patani yang
memiliki peraturan dan kegiatan, sedangkan anggota sebagai saudara”(
Wawancara Miss Hasanah (Usia 22) pada tanggal 16 Fabuari 2017)
Pendapat senada dikemukakan oleh Miss Marina sebagai berikut:
“Pergaulan di PMIPTI yang menggunakan budaya kelslaman, serta
pelaksanaan budaya Pantani dalam PMIPTI seperti berpakaian dan berbahasa
sesame anggota PMIPTI”( Wawancara Missarina (Usia 24) pada tanggal 21
Fabuari 2017)
b. Penggunaan Pakaian Melayu Patani dalam kegiatan sehari-hari dan kegiatan
resmi internal organisasi PMIPTI.
Latar belakangg kesamaan daerah asal yang memiliki kesamaan yaitu
Bahasa Melayu Pattani. Penggunaan Bahasa Melayu Patani dalam kegiatan
sehari-hari anggota PMIPTI sebagai mana dikemukakan oleh Muhammad
seorang pengurus PMIPTI sebagai berikut:
53
“kebiasaan-kebiasaan yang ada di PMIPTI dan berbeda dengan organisasi
lain, PMIPTI mengajak atau membiasakan anggotanya untuk aktif
menggunakan Bahasa Melayu Patani dalam pergaulan sesama anggota ketika
berada dalam organisasi PMIPTI. (Wawancara Mr. Muhammad (Usia 22) pada
tanggal 5 Fabuari 2017)
Pendapat lain dikemukakan oleh Mr. Halim sebagai berikut:
“Penggunaan Bahasa Melayu dalam kegiatan di organisasi, serta diskusi
khusus tentang berita-berita yang diperoleh dari wilayah Patani.( Wawancara
Mr. Halim (Usia 22) pada tanggal 5 Fabuari 2017)
Sedangkan pendapat anggota PMIPTI tentang penggunaan Berbahasa
Melayu Patani dalam keseharian serta kehidupan organisasi PMIPTI
sebagaimana dikemukakan oleh Mr. Anas sebagai berikut;
“Pergaulan di PMIPTI yang menggunakan budaya keislaman, serta
pelaksanaan budaya Patani dalam PMIPTI seperti berpakaian dan berbasa
sesame anggota PMIPTI (Wawancara Mr. Anas (Usia 21) pada tanggal 11
Fabuari 2017)
Penggunaan Bahasa Melayu Patani dalam kegiatan keseharian ditepatkan
oleh PMIPTI sebagai usaha untuk mempertahankan semangat mahasiswa
tentang kampung asal mereka. Latar belakang kondisi Patani di Thailand
Selatan yang diliputi oleh keadaan yang belum bebas dalam menjalankan
agama islam dengan sepenuhnya yaitu masih banyaknya intervensi pemerintah
Thailand dalam pelaksanaan keagamaan, pendidikan dan hampir semua unsur
54
kehidupan masyarakat Islam di Patani menyebabkan banyak remaja-remaja
Patani harus hijrah ke Negara-negara tetangga yang memiliki mayoritas
penduduk Islam seperti Malaysia dan Indonesia.
Penggunaan Bahasa Melayu Patani dalam kehidupan sehari-hari dalam
organisasi PMIPTI oleh mahasiswa Patani menyebabkan memori dan semangat
mahasiswa PMIPTI tentang kampong asal tetap terjaga, sehingga semangat dan
motivasinya dalam belajar terjaga. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan
oleh Miss Suhainee salah seorang anggota PMIPTI menggungkapkan latar
belakang penggunaan Bahasa Melayu Patani dalam kehidupan keseharian
dalam organisasi PMIPTI sebagi berikut:
“Berbasa dalam berpakaian budaya Melayu Patani dalam kehidupan
mahasiswa dan PMIPTI, tujuannya adalah agar mahasiswa selalu mengingat
kampong halamannya dan ingat bahwa mereka disini bukan untuk bersenang-
senang tetapi berjuang untuk menjadi orang yang pandai dan nanti dapat
membantu masyarakat Melayu Patani yaitu untuk meningkatkan tingkat
kehidupan masyarakat Melayu Patani di Thailand Selatan.( Wawancara Miss
Suhainee (Usia 22) pada tanggal 12 Fabuari 2017)
c. Makanan Khas Melayu Patani
Makanan khas Melayu Patani merupakan sajian makanan yang dijaga
oleh anggota PMIPTI dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang bertujuan
meletarikan dan memperkenalkan masakan khas Patani kepada anggota
55
PMIPTI. Kebiasaan-kebiasaan tersebut terungkap sebagaimana jawaban Miss
Khusaimah sebagai pengurus PMIPTI yang mengungkapkan sebagai berikut:
“Simbol karakter pakaian yang menjadi symbol yang bisa dilihat beda
dengan organisasi lainnya. Selain itu kebiasaan di PMIPTI adalah berusaha
menjaga masakan Patani pada mahasiswa Patani di Indonesia khususnya
PMIPTI dan kadang-kadang kami mengundang rekan-rekan dari Indonesia
untuk mengikuti jamuan makan dan memperkenalkan masakan khas dari
kampong asal kamu yaitu Patani”( Wawancara Miss Khusaimah (Usia 23)
pada tanggal 20 Fabuari 2017)
d. Kesenian dan perayaan hari-hari besar Islam
Patani merupakan salah satu wilayah di Negara Thailand yang mayolitas
penduduknya beragama islam. Keberadaan Islam pada masyarakat Patani
berdampak pada timbulnya budaya-budaya atau kesenian yang bernafaskan
Islam. Salah satu kesenian yang ini masih dilestarikan dan dilaksanakan di
PMIPTI adalah kesenian Bardike Barat, yaitu kesenian berdhike yang diiringi
oleh rebena dan juga adanya tarian-tarian dalam kesenian tersebut.
Keberadaan kesenian Badhike Barat dalam organisasi PMIPTI sebagaimana
dikemukakan oleh Mr. Muhammad sebagai berikut:
56
“ Ada satu ciri khas yang dilahirkan oleh organisasi PMIPTI yang menjadi
popular di global sekarang adalah Badhike Barat budaya Melayu Patani yaitu
kesenian berdizir dengan menggunakan lantunan lagu dan rebana, saat ini
Bardhike Barat cukup dikenal, sehingga banyak organisasi-organisasi di
Indonesia mengudang untuk tampilan di dalam acara organisasi mereka.(
Wawancara Mr. Muhammad (Usia 24) pada tanggal 25 Fabuari 2017)
Dan organisasi PMIPTI juga senantiasa melakukan kegiatan-kegiatan
keislaman yang umumnya dilakukan dapa masyarakat Patani salah satu hari
besar yang dirayakan adalah hari Assyura yaitu tanggal 10 Muharram.
Peringatan hari Asyura juga dilaksanakan oleh anggota PMIPTI sebagaimana
dijelaskan oleh Mr. Imron sebagai berikut:
“ PMIPTI juga melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan yang biasa
dilakukan di Patani misalnya perayaan hari Asyura setiap tanggal 10
Muharrom.( Wawancara Mr. Imron (Usia 23) pada tanggal 26 Fabuari 2017)
4.2.2 Proses Interaksi Sosial Mahasiswa Patani dengan Masyarakat Komplek
Permai
Mahasiswa Patani yang tergabung dalam Program Pengabdian Masyarakat
Berbasis Riset melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat di Cipadung
57
Permai. Kegiatan ini merupakan program kerja gabungan dari mahasiswa
(PMIPTI)yang meliputi dalam Masyarakat Permai dan Pertanian, Peternakan,
Geografi, dan Teknologi Pertanian. Program pengabdian masyarakat dilakukan
berbasis multidisipliner untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Mahasiswa Patani yang dilaksanakan di Cipadung Permai ini merupakan
program tahun awal setelah sukses melakukan pengabdian selama Kuliah disini.
program yang dibawa adalah sosialisasi penjajakan masyarakat dan peningkatan
motivasi belajar mahasiswa.
Beberapa program kerja yang dilakukan selama kegiatan antara lain
berupa sosialisasi dan pertemuan dengan masyarakat Cipadung. Sosialisasi lebih
intensif dilakukan dengan mengunjungi kediaman warga satu persatu untuk lebih
dekat mengetahui permasalahan yang ada di masyarakat Cipadung.
4.3 Pola Interaksi Sosial Mahasiswa Patani dengan Masyarakat Komplek
4.4.1 Mahasiswa Patani dan Kegiatan Sosial di Tempat Tinggalnya
Persatuan Mahasiswa Islam Patani Selatan Thailand yang kemudian
dikenal dengan sebutan PMIPTI adalah sebuah perkumpulan atau himpunan
pelajar dan mahasiswa patani yang sedang menuntut ilmu di Bandung.
Himpunan ini berdiri sejak tahun 1972. Pada awalnya himpunan ini hanya
bermaksud untuk menghimpun pelajar dan mahasiswa dari Patani Selatan
Thailand yang ada di Bandung. PMIPTI mengadakan musyawarah anggota,
58
dimana dalam musyawarah tersebut dibahas mengenai AD/ART yang
menjadi acuan dan landasan organisasi PMIPTI.
Di Kota Bandung Mengadakan mesyawarah antara wakil-wakil dari
Jakarta,dan Yogyakarta sekaligus selaku tuan rumah. Hasil dari
musyawarah tersebut berkonsensus/sepakat membentuk organisasi baru
sebagai wadah tunggal bagi Mahasiswa Islam Patani yang berada di
Republik Indonesia yaitu:
“Persatuan Mahasiswa Islam Selatan Thailand di Indonesia”
(PMIPTI) yang terdiri dari tiga cabang yakni; cabang Bandung, Jakarta, dan
Yogyakarta. Tetapi kegiatannya masih di laksanakan masing-masing.
Sejak saat itu hingga kini PMIPTI berdiri dan sampai saat ini masih
aktif serta dengan kegiatan-kegiatan yang semakin bervariatif. Hal tersebut
di ungkapkan oleh Saudara Muslim sebagai berikut:
“Kalau mulai berdirinya itu tahun 1972, tapi waktu itu belum ada
kegiatan seperti sekarang ini. Mulai aktif ada banyak kegiatan itu pada
waktu tahun 2010 sampai sekarang ini.”
Persatuan Mahasiswa Islam Patani Selatan Thailang (PMIPTI)
Bandung merupakan suatu organisasi yang bersifat sosial dan kekeluargaan.
Persatuan ini pun memiliki visi misi yang telah diatur dalam AD/ART. Visi
dari PMIPTI yakni Mewujudkan cita-cita dalam Menjalinkan Persatuan dan
Kesatuan. sedangkan misinya yakni Membina dan mempersiapkan
Mahasiswa Islam Patani sehingga mampu mengembang dirinya agar dapat
59
membangun masyarakat Patani dan masyarakat umumnya. Wawancara Mr.
Muslim (Usia 24) pada tanggal 11 Fabuari 2017)
Bila dilihat dari beberapa bentuk kelompok sosial, PMIPTI dapat di
kategorikan dalam beberapa bentuk kelompok sosial tersebut. Antara lain,
kelompok primer yakni kelompok-kelompok yang ditandai ciri-ciri kenal-
mengenal antara anggotanya serta kerjasama erat yang bersifat pribadi, dan
bersifat langgeng, ciri-ciri ini nampak pada PMIPTI, dimana antar
anggotanya memiliki ikatan emosional sehingga menimbulkan ikatan yang
erat diantara mereka. Bentuk kelompok lainnya yang adalah paguyuban,
paguyuban merupakan persatuan atau perkumpulan yang didalamnya
terdapat kebersamaan beraneka ragam individu atau kelompok. Paguyuban
dalam konteks sosial merupakan sebuah komunitas yang berisi individu
untuk membentuk eksistensi dalam kehidupan sosial.
Organisasi tidak mungkin dibentuk bila tidak memiliki suatu tujuan
tertentu, begitu juga dengan PMIPTI ini. PMIPTI memiliki beberapa tujuan
yang telah diatur dalam Anggaran Dasar, antara lain:
1. PMIPTI adalah organisasi kemahasiswaan dan kemasyarakatan
yang merupakan wadah peningkatan pembinaan sosial,
kemasyarakatan yang berjuang atas dasar kegiatan kemahasiswaan.
2. PMIPTI bersifat indenpendent.
60
3. PMIPTI mempersatukan pikirn dan tindakan pada mahasiswa yang
berorientasi pada kegiatan kemahasiswaan dalam rangka
mempersiapkan kader-kader generasi penerus.
4. PMIPTI sebagai suatu wadah pengkaderan mahasiswa Islam Patani
di Indonesia yang berorientasi pada kegiatan kemahasiswaan dan
karya kekayaan.
PMIPTI pun memiliki tempat untuk menjalankan berbagai kegiatan
ataupun tempat untuk berkumpul. Tempat yang menjadi pusat kegiatan dari
PMIPTI yang terletak di Jalan Permai II Cipadung Permai Cibiru Bandung.
Di sinilah mereka biasanya berkumpul sekedar untuk berbincang ataupun
untuk merancang suatu kegiatan ataupun sebagai tempat pelaksanaan suatu
kegiatan.
a. Struktur Organisasi Persatuan Mahasiswa Islam Patani Selatan Thailand di
Bandung
Struktur perangkat organisasi PMIPTI Bandung terdiri dari:
1). Struktur Organisasi PMIPTI Bandung.
a. Penasehat Umum
b. Staf Pengurus PMIPTI (SPP)
1). Ketua Umum
2). Sekretaris Umum
3). Wakil Sekretaris Umum
4). Bendara Umum
5). Wakil Bendara Umum
61
c. Masa pekenalan Keanggota Baru (MAPERABA)
d. Depertemen Kemahasiswaan (DEPKEM)
e. Depertemen Pendidikan dan Pengkaderan (DEPPEN)
f. Depertemen Sosial dan Budaya (SOSBUD)
g. Depertemen Perhubungan (DEPHUB)
h. Depertemen Ekonomi (DEPEKO)
i. Depertemen Olahraga dan Periwisata(DEPORPA)
2. Uraian Tugas Masing-Masing Pengurus
a. Penasehat Umum
b. Ketua Umum dam Wakil Ketua Umum
1) Ketua umum adalah pemengang kekuasaan dalam
kepengurusan organisasi dan bertanggungjawab terhadap
Majelis Pemusyawaratan Anggota (MPA).
2) Ketua umum memegang amanat kongres serta bertanggung
jawab atas keputusan kongres.
3) Ketua umum menetapkan peraturan-peraturan pengurus dan
mengambil kebijakan organisasi PMIPTI selama tidak
bertentangan dengan AD/ ART dan keputusan kongres
62
4) Ketua umum harus menjaga persatuan, kesatuan, dan
keutuhan organisasi PMIPTI serta mengotrol setiap
kegiatan organisasi PMIPTI.
5) Ketua umum meratifikasikan surat-surat, draf, laporan-
laporan dan dokumen-dokumen penting lainnya.
6) Ketua umum menerima dan membacakan ikrar bagi calon
yang dilengkapi syarat-syarat sebagai anggota baru
PMIPTI.
7) Ketua umum harus mengumumkan atau memberitahukan
secara lisan maupun tulisan tentang kekayaan PMIPTI,
nama-nama pengurus dan mensosialisasikan program
operasional kepada anggota dalam tempo 30 hari setelah
dilantik sebagai ketua umum.
a. Wakil Ketua Umum I
1). Memperluas jaringan hubungan kerja sama dengan tokoh
tokoh masyarikat, organisasi masyarakat, organisasi politik,
lembaga-lembaga pendidikan dan instansi pemerintahan yang
berkepentingan melalui kunjungan silaturahmi dan kartu
ucapan tahniah maupun kartu lembaran.
2). Membantu ketua umum I mewakili ketua umum apabila
diperlukan dan mengambil alih tugas-tugasnya apabila
berhalangan atau tidak ada di tempat.
63
b. Wakil ketua umum II
1). Pengerak/metorik dan bertanggung jawab terhadap
stabilitas adminitrasi organisasi PMIPTI.
2). Mengatur dan mengawasi kegiatan-kegiatan orgasisai
PMIPTI.
3). Mendampingi ketua dalam rapat.
4) Wakil ketua umum II mewakili ketua umum dan wakil
ketua umum I apabila diperlukan dan mengambil alih
tugas-tugasnya apabila keduanya berhalangan atau tidak
ada di tempat.
c. Sekretaris Umum
1). Membuat dan megedar surat undangan rapat sebelum acara
dilaksanakan 15(Lima Belas) hari, kecuali dalam keadaan
darutat.
2). Membuat dan menjawab surat-surat penting yang berkaitan
dengan organisasi PMIPTI.
3). Membuat laporan tentang kegiatan-kegiatan pengurus dan
program operasional baik telah dilaksanakan maupun yang
belum dilaksanakan serta alasannya dalam pertanggung
jawaban.
64
f. Wakil Sekretariat Umum
1).Menyalin dan menyimpan keputusan rapat, buka
pendaftaran anggota dan dokumen-dokumen organisasi
PEMIPTI.
2).Membuat buku pedoman dan mencatat sejarah
perkembangan PMIPTI dari masa ke masa.
3).Wakil sekretaris mewakili sekretaris umum apabila
diperlukan dan di ambil alih tugas-tugas apabila
berhalangan atau tidak ada di tempat.
g. Bendahara Umum
1). Mencatat pemasukan dan penguluaran keuangan dalam
buku administrasi organisasi PMIPTI.
2). Menyimpan semua bon yang ada setiap pengeluaran
uangkas organisasi PMIPTI.
3). Membuat laporan keuangan dan asset PMIPTI dalam
pertanggungjawaban.
4). Meratifikasi draf pemasukan dan pengeluaran uang kas
organisasi PMIPTI.
5).Mengumumkan/ memberitahu pemasukan dan
pengeluaran keuangan PMIPTI kepada anggota PMIPTI
setiap 3(tiga) bulan.
65
6). Pengeluaran Persatuan :
(a). keperluan di tanggung oleh Persatuan.
(b). Untuk keperluan objek atau kegiatan khusus di
biayai bersama oleh Persatuan dan anggota.
(c). Anggaran masuk dan pengeluaran harus
seimbang dan tidak melebihi 70% dari jumlah
masuk dari periode yang bersangkutan.
(d). Pengeluaran uang persatuan untuk biaya satu
proyek/ kegiatan atau keperluan yang melebihi Rp.
1.000.000 harus dengan pesetujuan Staf Pengurus
PMIPTI (SPP) dan Penasehat.
h. Wakil Bendahara Umum
1). Wakil Bendahara umum memungut iuran, piutang,
persen beasiswa dari anggota PMIPTI dan menerima
sumbangan lainnya yang tidak terikat.
2). Wakil bendara mewakili bendahara umum apabila
diperlukan dan mengambil alih tugas-tugas apabila
berhalangan atau tidak ada di tempat.
i. Bidang-Bidang Khusus
1). Maperaba
66
(a). Ketua Maperaba bertanggungjawab kepada ketua
umum PMIPTI.
(b). Program Maperaba hendak dilaksanakan oleh
kongres PMIPTI dan dilaksanakan oleh panitia
Maperaba.
(c). Program Maperaba hendak dilaksanakan dengan
melibatkan seluruh aspirasi dan potensi anggota PMIPTI,
serta mewujudkan strategi dan cita-cita PMIPTI dengan
menjujung tinggi nilai-nilai keislaman dan AD/ART
PMIPTI.
(d). Pelaksanaan program Maperaba minimal 3 hari,
kecuali keadaan tidak memungkinkan.
(e). Lokasi harus menyesuaikan dengan kegiatan.
(f). Semua biaya operasional dalam kegiatan Maperaba
ditanggung oleh peserta Maperaba.
(g). Jika ada musibah terhadap peserta Maperaba akan di
timbangkan oleh Staf Pengurus PMIPTI (SPP)
(h). Semua program-progrem Maperaba sudah di
jelaskan dalam (Komisi Maperaba).
2). Kemasiswaan dan Keanggotaan
67
(a). Mencari informasi pendaftaran setiap kampus bagi
mahasiswa baru untuk menjadi pilihan.
(b). sesuai dengan bakat minat mahasiswa.
(c). Membantu dalam mengurus pendaftaran mahasiswa
baru.
(d). Usaha mencari sponser mahasiswa baru yang tidak
terikat.
j. Departemen-Departemen
1). Departemen Pendidikan dan Pengkaderan
(a). Mengadakan ceramah umum dan diskusi secara
terprogram.
(b). Mengadakan khusus bahasa.
(c). Membimbing anggota.
(d). Mengadakan latihan fisik dan mental dan
mental melalui masa latihan Kader Kepemimpinan
(LK).
(e). Usaha mencari informasi pameran buku dan seminar
terbuka.
(f). Mengadakan seminar minimal satu kali dalam satu
68
2). Departemen Sosial dan Budaya
(a). Mengadakan perayaan dan peringatan hari kebesaran
Islam dan hari bersejarah.
(b). Mengadakan bakti sosial.
(c). Mengadakan Latihan dan petunjukan seni budaya
Melayu Patani.
3). Departemen Perhubungan
(a). Mengurus, membibing dalam proses imigrasi kepada
anggota baru dalam tempo mendapat kitas.
(b). Mengadakan kursus bari anggota tentang
keimigrasian.
4). Departemen Ekonomi
(a). Mengada usaha-usaha perekonomian yang
hasilnya tidak terikat.
(b). Menjaga kestabilan dan melancarkan system
ekonomi PMIPTI.
5). Departemen Olahraga dan Periwisata
(a.) Mengadakan latihan dan pertandingan olah raga.
(b). Mengdakan alat-alat olah raga serta merawat.
69
(c). Mengadakan sukan kelompok.
(d). Mengadakan Studi tour.
6). Departemen Penerangan dan Perpustakaan
(a). Mengadakan Penataran kesekretariatan yang lebih
berfungsi dan representasi.
(b). Penataan Perpustakaan, memperbanyak buku-
buku dan bahan-bahan ilmiah lainnya dari berbagai
sumber.
(c). menyediakan kursus-kursus keterampilan dan
keahlian.
(d). Mencari informasi tentang forum ilmiah
terbuka.(Buku Panduan Anggota.Persatuan
Mahasiswa Islam Patani (selatan Thai) di
Indonesia,15 Januari 1987)
b. Profile Inproma
Subjek dari penelitian ini adalah seluruh anggota PMIPTI yang ada di
Bandung. Selain itu juga subjek penelitian ini adalah anggota dari PMIPTI
Bandung. Dalam penelitian untuk mendapatkan data-data dan informasi,
peneliti melakukan wawancara dengan informan atau responden yang sengaja
dipilih oleh peniliti untuk menjadi sampel yang bisa mewakili populasi yang
70
ada. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 5 orang terdiri dari 2 orang
pengurus PMIPTI dan 3 orang anggota PMIPTI. Data responden tersebut
antara lain:
a. Saudara Muslim Sa-ud
Saudara Muslim yang berusia 26 tahun merupakan salah satu
anggota PMIPTI. Saudara Muslim merupakan mahasiswa dari jurusan
Sejarah Peradaban Islam suatu Universitas Islam Negeri Sunan Gunung
Djati Bandung, beliau berasal dari Provinsi Narathiwat . Saudara Muslim
Memiliki kepribadian yang supel sehingga mudah akrab dengan orang
yang baru dikenal. Dia juga memiliki sifat terpuji yang bias dicontoh
anggota yang lebih muda darinya.
b. Saudara Hafis Mamah
Saudara Hafis merupakan seorang laki-laki dari Jurusan
Ademinitrasi Negara yang cukup beriwabawa dan bertanggung jawab.
Tidak salah bila ia terpilih sebagai ketua PMIPTI. Saat ini ia mengemban
tanggung jawab menjadi ketua PMIPTI untuk periode 20017-2018.
Namun dibalik itu semua ia pun memiliki sifat yang humoris.
c. Saudara Sarhan Cheleh
Saudara Sarhan Cheleh adalah mantan ketua PMIPTI untuk
periode 2016-2017. Ia merupakan salah satu mahasiswa dari Jurusan
Pendidikan Agama Islam Di Universitas Unisba salah satu perguruan
tinggi yang cukup terkenal di Bandung Ia berasal dari kabupaten Yala.
71
Selama menjadi ketua PMIPTI, dia telah mengemban dan menjalankan
tugasnya dengan baik sampai akhir kepegurusan.
d. Saudara Ansosi Salaeman
Saudara Ansori seorang laki-laki yang berusia 24 tahun dari
Jurusan Perkembangan Masyarakat Islam Ia berasal dari Provinsi Pattani.
merupakansalah satu mahasiswa dari sebuah perguruan tinggi di Bandung.
Ia sangat pandai dalam bermain seni tradisional patani yaitu badikir. Tidak
salah kalau PMIPTI sering manggunakan keahliannya ini untuk ikut dalam
mengenalkan budaya Patani khususnya pada badikir khas melayu.
4.4.2 Mahasiswa Patani dan Perannya dalam Kalangan Masyarakat
Setempat
Definisi Peran
Peran merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status).
Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, maka hal ini berarti ia menjalankan suatu peranan.
Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan dan saling bertentangan satu sama
lain. Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari
pola-pola pergaulan hidupnya. Hal tersebut sekaligus berarti bahwa peranan
menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat kepadanya. Peranan
lebih banyak menekankan pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu
proses (Soerjono Soekanto, 2002 : 286-269)
72
Menurut Kozier Barbar, peran adalah seperangkat tingkah laku yang
diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang demi kedudukannya dalam
suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun
dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk perilaku yang diharapkan
dari seseorang pada situasi sosial tertentu (Rusmawati :2013).
Menurut Horton dan Hunt (1993 : 129-130), peran (role) adalah
perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki suatu status.
Berbagai peran yang tergabung dan terkait pada suatu status ini oleh Merton
(1968) dinamakan perangkat peran (role set). Menurut Soerjono Soekanto
(2002 : 441), unsur-unsur peranan atau role adalah:
a. Aspek dinamis dari kedudukan.
b. Perangkat hak-hak dan kewajiban.
c. Perilaku sosial dari pemegang kedudukan.
d. Bagian dari aktivitas yang dimainkan seseorang.
Hubungan-hubungan sosial yang ada dalam masyarakat, merupakan
hubungan antara peranan-peranan individu dalam masyarakat. Sementara
peranan itu diatur oleh norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Jadi
seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan
suatu peranan. Peranan mencakup tiga hal, yaitu:
a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi
atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini
73
merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing
seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
1. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
2. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting
bagi struktur sosial masyarakat (Soerjono Soekanto, 2002 : 246).
Soekanto menjelaskan bahwa tidak semua himpunan manusia dapat
disebut sebagai kelompok sosial atau komunitas, melainkan diperlukan
beberapa syarat untuk dapat disebut sebagai kelompok sosial. Syarat
tersebut adalah:
a. Adanya kesadaran dari anggota kelompok sebagai bagian dari
kelompok tersebut.
b. Adanya hubungan timbal balik antara satu anggota dengan
anggota lainnya.
c. Adanya faktor yang dimiliki bersama, yang menyebabkan
hubungan di antara mereka semakin erat.
Faktor tersebut dapat berupa kepentingan yang sama, tujuan yang
sama, nasib yang sama, ideologi politik, dan sebagainya. Adapun status dan
peranan dari komunitas itu sendiri adalah untuk membentuk suatu kelompok
yang sama-sama mempunyai tujuan atau kesamaan dalam bidang tertentu
untuk mencapai tujuan itu bersama- sama (Soerjono Soekanto, 1975 : 94-
95).
74
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Soekanto mengenai
adanya faktor yang dimiliki bersama, dalam hal ini berupa kepentingan
bersama yaitu pelestarian budaya angklung maka dapat dipastikan bahwa
keberadaan mahasiswa patani ini secara langsung maupun tidak langsung
akan mempengaruhi setiap perilaku anggotanya dalam arti setiap interaksi
sosial yang terjadi dipengaruhi oleh norma-norma yang berjalan di
organisasi tersebut.
Dalam kehidupan manusia baik dalam suatu masyarakat ataupun
kelompok sosial pasti tidak terlepas dari interaksi sosial. Interaksi social
merupakan kunci dari sebuah kehidupan yang sengaja dibentuk guna untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia itu sendiri. Adapun syarat terjadinya
interaksi sosial yakni adanya kontak social dan juga komunikasi antar
individu, baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan berbagai faktor, antara
lain imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati. Faktor-faktor tersebut dapat
kita lihat dalam interaksi yang terjadi dalam PMIPTI, misalkan dalam faktor
sugesti, disini sugesti merupakan faktor yang brlangsung apabila seseorang
member suatu pandangan atau sesuatu sikap yang erasal dari dirinya yang
kemudian diterim oleh pihak lainnya. Hal ini dapat kita lihat pada PMIPTI,
dimana seseorang member pandangan atu mempengaruhi pada individu
lainnya untuk bergabung dengan PMIPTI atau bahkan dalam hal-hal di luar
kepentingan PMIPTI, misalkan dalam hal-hal kehidupan sehari-hari.
Sedangkan ciri dari interaksi sosial menurut Charles P. Loomis, antara lain:
75
1. Jumlah pelaku lebih dari seorang, bisa dua atau lebih.
2. Adanya komunikasi antara para pelaku dengan menggunakan
simbol-simbol.
3. Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lampau, kinidan
akan datang, yang menentukan sifat dan aksi yang
sedangberlangsung.
4. Adanya tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidak
sama dengan yang diperkirakan oleh para pengama
Menurut teori interaksionisme simbolik yang dikemukakan oleh
George Simmel menyatakan bahwa terbentuknya masyarakat (kelompok
atau asosiasi) adalah akibat adanya interaksi timbal balik, melalui proses
sosiasi (proses dimana masyarakat itu terjadi) inilah individu saling
berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Sehingga tanpa
adanya anggotaanggotanya atau individu itu sendiri masyarakat tidak akan
pernah terbentuk Berdasarkan teori tersebut bahwa suatu masyarakat akan
terbentuk bila adanya individu saling berhubungan dan saling
mempengaruhi satu sama lain. PMIPTI pun terbentuk adanya interaksi
antar individu sehingga membuat individu lain tertarik dan ikut melakukan
pekerjaan tersebut dan terbentuklah kelompok tersebut.
Inti dari teori interaksionisme simbolik adalah suatu aktivitas yang
merupakan ciri khas manusia, yaitu komunikasi atau pertukaran simbol
yang diberi makna. Hal ini bisa kita lihat pada interaksi sosial Mahasiswa
Patani yang berinteraksi antar anggotanya satu sama lain dan mereka
76
memiliki simbol-simbol tersendiri dalam berkomunikasi. Atau bahkan
mereka menggunakan bahasa atau simbol-simbol baru yang mereka
peroleh dari lingkungan barunya.
Interaksi sosial memiliki beberapa bentuk, yakni berupa kerjasama,
persaingan atau bahkan berupa pertentangan atau pertikaian. Gillin dan
Gillin mengidentifikasikan interaksi social itu dalam dua bentuk, yakni:
proses yang asosiatif dan disosiatif
Bentuk interaksi sosial asosiatif ini terdiri dari kerjasama, akomodasi
dan juga asimilasi. Bentuk interaksi sosial disosiatif terdiri dari persaingan
kontravensi dan juga pertikaian. Kedua bentuk tersebut mewarnai interaksi
sosial dalam kehidupan manusia. Setiap dalam interaksi sosial pasti terdapat
kedua bentuk tersebut, karena dalam masyarakat ataupun kelompok itu
terdiri dari individu-individu yang memiliki kepribadian dan watak yang
berbeda-beda.
Di dalam Persatua Mahasiswa Patanu di Bandung pun dapat kita
lihat kedua bentuk interaksi tersebut. Bentuk interaksi sosial assosiatif dapat
kita lihat dalam hal kerjasama antar anggotaPMIPTI dan juga akomodasi.
Kerjasama itu tampak pada saat mereka menjalankan programprogram kerja
yang telah mereka rancang. Hal ini seperti yang disebutkan oleh saudara
Ismael Usia 25 pada tanggal 5 Fabuari 2017
77
2. Bentuk-Bentuk Organisasi
Menurut pola hubungan kerja, serta lalu tindas wewenan dan
tanggung jawab, maka bentuk-bentuk organisasi itu dapat dibedakan sebagai
berikut.
a. Bentuk Organisasi
Organisasi Garis adalah bentuk organisasi yang tertua dan paling
sederhana. Penciptanya dalah Henry Fayol dari Prancis. Sering juga di
sebut bentuk organisasi militer karena digunakan pada zaman dahulu
di kalangan militer.
Ciri-ciri bentuk organisasi garis adalah organisasi masih kecil,
jumlah karyawan sedikit dan saling kenal, serta spesialisasi kerja
belum begitu tinggi.
b. Bentuk Organisasi Fungsional
Organisasi fungsional diciptaksn oleh F.W. Taylor, di mana
segelintir pimpinan tidak mempunyai bawahan yang jelas sebaab
setiap atasan berwenang memberi komando kepada setiap bawahan,
sepanjang ada hubungan dengan fungsi atasan tersebut.
c. Organisasi Garis dan Staf
Bentuk organisasi ini pada umumnya dianut oleh organisasi besar,
daerah kerjanya luas dan mempunyai bidang-bidamg tugas yang
beraneka ragam serta rumit, serta jumlah karyawannya banyak.
Penciptanya Harrington Emerson. Pada bentuk organisasi garis dan
78
staf., terdapat satu atau lebih tenaga staf, Staf, yaitu orang yang ahli
dalam bidang tertentu yang tugasnya memberi nasihat dan saran
dalam bidangnya kepada pejabat pemimpin di dalam organisasi
tersebut.
d. Bentuk organisasi Fungsional dan Staf.
Bentuk organisasi Fungsional dan Staf merupa kombinasi dari
bentuk organisasi fungsional dan bentuk organisasi garis dan staf.
Kebaikan dan keburukan dari bentuk organisasi ini adalah kebaikan
dan keburukan dari bentuk organisasi yang di komdinasikan.
3. Stuktur Organisasi
Suatu struktur organisasi menetapkan cara tugas pekerjaan dibagi,
dikelompokan, dan dikoordinasi secara formal. Menurut Robbis ada enam
unsur dalam merancang struktur organisasi, yaitu:
a. Spesialisasi kerja, yaitu suatu tingkat dimana tugas dalam organisasi
dibagi-bagi menjadi pekerjaan-pekerjaan yang terpisah.
b. Depertemen, yaitu dasar yang dipakai untuk mengelompokkan
bersama, sejumlah pekerjaan.
c. Rantai komando, yaitu garis tidak putus dari wawenang yang
terantang dari puncuk organisasi ke eselon terbawah dan memperjelas
siapa melapor kepada siapa.
d. Rantai kendali, yaitu jumlah dibawah yang dapat diarahkan secara
efisien dan efektif oleh seseorang manejer.
e. Sentralisasi dan Desentralisasi, Sentralisasi yaitu sampai tingkat mana
pengambilan keputusan dipusatkan pada suatu titik tinggal dalam
79
organisasi. Desentralisasi yaitu keleluasaan keputusan dialih kebawah
ke karyawan tingkat lebih rendah.
f. Formalisasi, yaitu suatu tingkat yan terhadapnya pekerjaan-pekerjaan
dalam organisasiitu dilakukan.
“Kami dalam kepengurusan pun berkerjasama untuk menjalankan
program kerja kam dengan warga setempat contohnya ketika menggadakan
acra di lingkunga warga setempat kami meminta izin kepada ketua rt
setempat.”
Kerjasama yang terjalin antara anggota PMIPTI juga dapat kita lihat
saat kinerja kepanitiaan dalam suatu kegiatan. Kepanitiaan ini dibentuk
ketika akan melakukan suatu kegiatan. Biasanya kepanitiaan ini diambil di
luar pengurus PMIPTI. Dalam panitia itu mereka sebaik mungkin
bekerjasama demi suksesnya suatu kegiatan. Disini mereka pun bekerjasama
memepertahankan kelestarian kebudayaan serta mengenalkan atau
mensosialisasikan kebudayaan Patani dengan berbagai cara, salah satunya
adalah mengikuti festival-festival kesenian dan kebudayaan yang di undang
oleh organisasi mahasiswa lainya yang ada di Bandung. Hal ini seperti yang
disebutkan oleh Saudara Ismael :
“Selain itu seperti yang sudah saya katakana tadi kami disini bukan
haya seorang pelajar tapi memperkenalkan budaya badikir yang hampir
punah Karena didaerah kami serba terbatas untuk melakukanya, jadi
80
kamipun bekerjasama untuk mengenalkan budaya patani pada lingkungan
sekitar.
Kerjasama ini bisa terjalin karena diantara anggota PMIPTI telah
memiliki ikatan emosional yang terjalin Karena intensitas pertemuan dan
juga karena mereka memiliki perasaan senasib. Rasa senasib itu adalah jauh
dari orang tua dan sanak saudara serta senasib dalam hal sama-sama sedang
menuntut ilmu di Bandung.
Bentuk interaksi sosial asosiatif juga nampak dalam bentuk
akomodasi. Akomodasi merupakan sebuah bentuk usaha untuk mengurangi
pertentangan antara orang perorangan atau antar kelompok-kelompok di
dalam masyarakat akibat perbedaan paham atau pandangan. Akomodasi ini
dapat terlihat ketika terjadi konflik antar anggota PMIPTI, maka akan
diadakan akomodasi guna meredakan konflik antar anggota.
Bentuk interaksi sosial yang juga terdapat dalam PMIPTI adalah
bentuk interaksi sosial disosiatif. Hal ini tampak dalam unsur persaingan
dan juga konflik antar anggota. Ada beberapa bidang yang bisa menjadi
tempat sebuahpersaingan, yakni bidang ekonomi, kebudayaan, kedudukan,
dan juga kesukuan/ras. Persaingan yang terjadi diantara anggota PMIPTI
adalah persaingan dalam bidang kedudukan, biasanya terjadi ketika
pergantian kepengurusan. Beberapa anggota bersaing untuk mendapat
kedudukan sebagai ketua PMIPTI Bentuk persaingan ini bisa disebut
dengan persaingan kedudukan dan peranan. Kita sadar bahwa disetiap
81
dalam diri individu ataupun suatu kelompok pasti memiliki rasa keinginan
untuk diakui olah banyak orang sebagai orang ataupun kelompok yang
memiliki kedudukan serta peranan yang penting dan terpandang. Hal ini
seperti yang disebutkan oleh Saudara Ismael :
“Kalau antar individu ada juga dalam mencapai sesutau hal,
misalkan dalam mendapat kan kedudukan baik itu sebagai ketua PMIPTI,
sekjen dll. Ya karena kami memiliki acuan kalau kami menjadi ketua bisa
dikewnal oleh semua anggota dan bias lebih kenal dengan organisasi
organisasi mahsiswa lainya”
Setiap individiu atau kelompok pasti memiliki perbedaan baik berupa
bentuk fisik, kebudayaan, pola pikir dan sebagainya. Perbedaan-perbedaan
tersebut yang sering memicu terjadinya sebuah pertentangan atau konflik
antar individu ataupun kelompok. Ada beberapa penyebab terjadinya suatu
konflik, antara lain
a. Perbedaan antar individu, perbedaan pendirian dan perasaan dapat juga
menimbulkan konflik atau pertentangan.
b. Perbedaan kebudayaan, perbedaan kepribadian juga tergantung pada
pola kebudayaan yang melatar belakangi pembentukan serta
perkembangan kepribadian itu sendiri. Sedikit banyaknya indivdiu akan
terpengaruh oleh pola pikir dan pendirian dari kelompok dimana dia
berada. Hal ini pun dapat menyebabkan konflik antar kelompok.
82
c. Perbedaan kepentingan, wujud kepentingan dapat berbagai macam.
Kepentingan ini dapat berupa kepentingan ekonomi, politik, dan lain
sebagainya
d. Perubahan sosial. Perubahan sosial yang cepat untuk sementara waktu
akan mengubah nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Perubahan ini
pun dapat menimbulkan konflik bagi mereka yang berbeda pendirian.
Banyaknya perbedaan diantara anggota suatu kelompok itulah
menyebabakan timbulkan sebuah konflik. konflik yang terjadi dalam
sebuah kelompok dapat berupa konflik ringan ataupun konflik yang
berskala berat. Konflik yang terjadi pada PMIPTI pun tidak hanya terjadi
diantara anggota, terjadi dikarenakan beberapa hal, antara lain perbedaan
pendapat etika musyawarah, sifat egoisme yang dimiliki masing-masing
anggota, dan juga dikarenakan komunikasi yang kurang baik.
Penyelesaian konflik yang sering dilakukan adalah musyawarah
bersama bila konflik tersebut masih bias dimusyawarahkan. Apabila
konflik yang terjadi telah memperburuk keadaan dan hubungan antar
anggota, maka penyelesaian yang ditempuh adalah melibatkan para senior
atau sesepuh dari PMIPTI guna mendamaikan individu yang berkonflik,.
83
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis diatas, Sejauh ini perbedaan identitas agama
belum menjadi persoalan yang dapat menghambat proses pembauran
antara mahasiswa Patani dengan masyarakat setempat. Pengaruh yang
positif yang dapat diambil dari pergaulan dengan masyarakat setempat.
Pengaruh yang positif yang dapat diambil dari pergaulan dengan
masyarakat yang berbeda agama yaitu dapat memperkaya pengetahuan
akan ajaran agama-agama pada hakikatnya sama yaitu menuju pada
kebaikan umatnya. Dengan demikian kita tidak lagi mendengar berbagai
bentuk konflik horizontal yang mengatasnamakan agama.
Bahasa adalah media yang sangat penting dalam kehidupan
manusia sebagai makhluk sosial. Bagi mahasiswa Patani yang merasa
perbedaan bahasa tidak berpengaruh terhadap pola relasi yang dibangun
maka mereka tidak akan merasa terganggu atau tersinggung jika ada teman
atau warga yang berkomunikasi dengan menggunakan bahasa daerah
mereka. Namun bagi yang menganggap bahwa perbedaan bahasa
berpengaruh terhadap pola relasi sosial hal ini disebabkan oleh rasa
etnosentrisme yang cukup tinggi. Kecenderungan untuk mempertahankan
keseimbangan hubungan ditujukan dengan tidak berfikir negatif jika ada
teman atau warga yang berkomunikasi dengan bahasa daerahnya sendiri.
83
84
Sebagaimana pluralitas keagamaan dan bahasa untuk pluralitas sosial
budaya pada hakikatnya merupakan kodrat hidup manusia sendiri yang
tidak mungkin dihindari oleh siapapun.
Dari uraian yang telah dipaparkan diatas terlihat bahwa Interaksi
yang dimiliki mahasiswa patani di Cipadung cukup tinggi walaupun
bercorak majemuk. Ini menunjukan bahwa ada peluang terjadinya
pembauran sosial antara mahasiswa Patani dengan masyarakat setempat.
Pergaulan dan wawasan yang luas mampu menciptakan bentuk pergaulan
yang seimbang antara mahasiswa Patani dengan masyarakat setempat.
Disamping itu mereka akan menumbuhkan sikap menerima segala
kelebihan dan kekurangan orang lain serta membuka diri menerima segala
ide dari orang lain adalah faktor terpenting bagi terwujudnya interaksi
sosial mereka.
Mahasiswa Patani dengan budaya tersendiri dan sebagai kelompok
minoritas harus melakukan penyesuaian sebelum melakukan interaksi
sosial. Penyesuaian ini dapat dilakukan melalui komunikasi atau berbicara
dengan baik. Terutama menggunakan bahasa Indonesia, karena hampir
semua mahasiswa Patani belum paham betul dan belum bisa berbicara
bahasa jawa, oleh karena itu mereka berkomunikasi dengan masyarakat
setempat menggunakan bahasa Indonesia, sehingga bisa mengekspresikan
apa yang dirasa dan dipikirkan dengan sesungguhnya.
Kegiatan masyarakat yang ada dilingkungan tempat tinggal
mereka, telah memungkinkan mahasiswa Patani yang berbeda culture
85
tersebut untuk bekerjasama. Kegiatan dan aktivitas yang diikuti mahasiswa
Patani di lingkungan masyarakat ternyata juga membawa peranan bagi
kehidupan mereka dengan bertambahnya nilai-nilai yang harus di ikuti.
Pengetahuan yang diperoleh melalui sosialisasi dan dari lingkungan sosial
dimana mereka berada, membuat mereka mampu untuk menyesuaikan diri
dengan kelompok lain.
5.2 Saran-saran
Tidak ada bangsa di dunia yang bercorak monokultural,
monoreligion, danmonoetnik. Semua bangsa termasuk Indonesia dibangun
atas dasar multikultural berdasarkan konsepsi bahwa manusia tidak ada
yang sama karena setiap manusia mempunyai identitas, baik yang
berkaitan dengan budaya, suku, agama, golongan ras, maupun status
sosial.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap para
mahasiswa Patani di Cipadung dalam menganalisa, pola interaksi sosial
yang dijalankan oleh para mahasiswa Patani, maka penulis memberikan
saran sebagai berikut.
1. Hendaklah para mahasiswa Patani yang sedang melakukan studi di
Bandung untuk terus menjaga kerukunan antar masyarakat di tempat
tinggalnya dengan selalu berkomunikasi dengan baik dan selalu
menghargai budaya orang lain.
86
2. Bagi peneliti yang tertarik pada obyek kajian ini, diharapkan
memfokuskan penelitian ini tidak hanya pada tingkat Cipadung
melainkan pada tingkat yang lebih luas lagi agar mendapatkan hasil
yang lebih baik. Terakhir, penulis panjatkan puji dan syukur ke hadirat
Allah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi ini
bermanfaat.