1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Secara umum video memanipulasi gambar dengan konsep yang matang
sebelum pembuatannya. Kita dapat mengambil gambar dengan cara merekam
atau dengan memotret sebuah kejadian. Hasil-hasil tadi dapat dimasukan
menjadi sebuah file kemudian kita dapat merangkainya menjadi alur cerita
seperti yang telah di konsepkan. Konsep tadi dapat kita matangkan kedalam
editing yang canggih dengan membuang adegan yang tidak perlu,
menyambung adegan yang berbeda, dan memberi efek-efek tertentu yang
menjelaskan setiap maksud dari konsep yang telah dibuat. Sehingga saat ini,
salah satu media massa yang populer dikalangan konsumen media adalah
video klip.
Video klip dikenal dengan sebuah tayangan audio dan visual yang
durasinya berkisar antara 1-5 menit yang memvisualisasikan lirik dan musik
dari musisi. Dalam penelitian ini, yang akan dijadikan obyek penelitian adalah
video klip musik.
Video klip bagi seorang musisi merupakan alat yang dapat membantu
mereka dalam menyampaikan pesan musik yang mereka inginkan. Dengan
kata lain, video klip mampu menunjukkan atau mengkomunikasikan
keinginan musisi kepada audiensnya. Video klip juga sebagai tempat menjual
nama artis dari segi akting dan kedalaman cerita yang di dalam video klip itu
2
sendiri sehingga dapat menghipnotis penggemar mereka untuk lebih
menghayati isi pesan dalam lagu mereka.
Selain sebagai media komunikasi isi pesan dalam lagu, video klip juga
digunakan sebagai media pemasaran yang menjual dan memperkenalkan nama
dan siapa artis yang menyanyikan lagu yang sedang dipopulerkan tersebut.
Sebagai penyanyi solo, band, penyanyi group, dan lain - lain
Lain halnya bagi seorang sutradara, fungsi atau manfaat sebuah karya
video klip bagi sutradara tidak hanya untuk mengkomunikasikan pesan
tertentu melalui perpaduan audio dan visual, akan tetapi bagi sutradara, sebuah
karya video merupakan ajang untuk menunjukkan bakat mereka dalam
mengarahkan sebuah narasi, sebuah visualisasi dan juga menunjukkan style
mereka dalam membuat suatu karya video.
Bagi seorang sutradara, pencapaian tertinggi adalah ketika dia memiliki
ciri khas tersendiri dalam mengarahkan cerita di dalam film, video,
dokumenter dan lain sebagainya. Ketika orang atau penonton dapat
membedakan antara karyanya dengan karya orang lain, maka ini merupakan
suatu keberhasilan dari sutradara dalam mengarahkan dan menghasilkan
produk karya audio visual.
Tingkat keberhasilan dan detail detail di dalam video mulai dari konsep,
editing dan lain sebagai nya di lihat dari budget. Pada dasarnya membuat
sebuah karya video dengan budget yang besar akan mempermudah sutradara
dalam mengembangkan sebuah konsep. Mulai dari membuat set, artis, make
up, kebutuhan artis figuran, dan kebutuhan editing yang tidak murah membuat
3
sutradara juga membutuhkan dana, yaitu menepatkan sponsorship di dalam
nya.
Saat ini indsutri musik di dunia berkembang sangat pesat. Perkembangan
ini pula yang menjadikan musisi berlomba-lomba untuk membuat video klip
yang fenomenal dan diingat oleh masyarakat universal. Salah satu video klip
yang menjadi pembicaraan di kalangan masyarakat penikmat dan bukan
penikmat musik adalah “Party Rock Anthem” milik LMFAO, musisi yang
berasal dari Amerika. Selain itu yang saat ini masih menjadi pembicaraan dan
mewabah di seluruh dunia adalah video klip yang berasal dari PSY, Musisi
Korea dengan lagu dan tariannya yang sangat fenomenal “Oppa Gangnam
Style”. Hal ini membuktikan bahwa keberadaan video klip bisa mengangkat
nama seorang musisi dan membuatnya dikenal secara internasional seperti
yang terjadi pada PSY dan videonya. Ini juga yang menjadikan video klip
sebagai media yang cukup strategis untuk mempromosikan produknya.
Bila jaman dahulu video klip hanya digunakan untuk menyampaikan pesan
musik atau alat dalam menunjukkan karakter musik dari musisi, saat ini fungsi
video klip bisa lebih dari itu. Salah satunya adalah sebagai product placement.
Atau dalam kata lain, sebagai tempat untuk sebuah produk “beriklan.”
Iklan merupakan salah satu sarana yang berperan sangat penting dalam
mempromosikan produk. Bagi produsen, iklan merupakan alat bantu yang
sangat berpengaruh dalam mencari konsumen untuk menggunakan dan bahkan
hanya sekedar untuk memberi tahu eksistensi produk mereka di dalam pasar.
Bagi sebuah negara yang menganut sistem ekonomi komersil, yakni orientasi
4
pada pasar, maka iklan menjadi hal yang sangat penting dan inilah yang
menyebabkan iklan menjadi berkembang di kalangan pengiklan dan juga
produsen produk.
Bila kita melihat pasar di Indonesia, maka kita berbicara mengenai
perbedaan suku, agama, budaya, adat istiadat dan perbedaan gaya hidup.
Keberagaman yang ada di Indonesia juga menjadi suatu pengaruh yang sangat
krusial bagi audiens dalam menentukan selera mereka terutama soal tampilan
audio dan visual.
Latar belakang di atas, juga merupakan salah satu penunjang kenapa
sutradara harus memiliki ciri khas tersendiri dalam menghasilkan suatu produk
karya audio visual. Ini menjadi sebuah tantangan bagi sutradara terutama bila
dikaitkan dengan product placement.
Tidak hanya di Indonesia, konsumsi media massa di seluruh dunia,
terutama di Asia juga terus meningkat seiring perkembangan jaman. Hal ini
bisa dilihat dari meningkatnya jumlah produk audio visual yang dihasilkan oleh
negara-negara di Asia. Peningkatan ini juga bisa dilihat dari jumlah video klip.
Korea , Thailand, Cina dan Jepang merupakan beberapa Negara yang cukup
produktif dalam menghasilkan video klip.
Product placement merupakan alternatif bagi produsen untuk
mempromosikan produknya kepada khalayak. Hal ini dilakukan karena saat ini,
iklan sudah menjadi suatu hal yang terlalu umum sehingga terkadang
konsumen yang pintar sulit dipersuasi oleh iklan. Ditambah lagi iklan
kebanyakan mempromosikan produk secara terang-terangan dan terkadang
5
terlalu hiperbola atau berlebihan dalam menyebutkan kelebihan dari sebuah
produk. Inilah juga yang menyebabkan konsumen tidak terlalu percaya lagi
dengan iklan. Dan kelemahan iklan berdurasi 20 hingga 30 detik mampu di
kalah kan oleh remote televisi yang dengan mudahnya mengganti channel.
Berbeda dengan product placement ia telah menjadi trend yang digemari
produsen karena sifatnya yang lebih soft selling dalam mempromosikan
produk. Di dalam product placement, konsumen atau penonton tidak secara
langsung disuruh membeli sebuah produk karena keunggulannya. Akan tetapi
product placement jauh lebih menekankan pada artis atau orang yang
menggunakan produk tersebut di dalam video. Ini yang kemudian menjadi
sebuah komunikasi persuasi yang bisa lebih mudah membujuk khalayak.
Masyarakat hanya menjadi lebih loyal, karena meniru artis yang di gemarinya.
Strategi Product Placement mampu menciptakan trend di kalangan fans
atau penggemar musisi-musisi tertentu. Seperti trend jam Swatch yang ada di
kalangan penggemar musisis Korea, Shinee. Selain itu banyak pula musisi yang
mempopulerkan beberapa brand baju seperti musisi lokal Indonesia yang
mempopulerkan Badger dan La Coste. Ini merupakan salah satu fenomena
menarik dari keunggulan produk placement melalui video klip.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa setiap sutradara memiliki gaya
tersendiri dalam membuat atau mengarahkan sebuah produk audio visual.
Begitu pula dalam melakukan product placement di dalam video klip. Setiap
sutradara sudah pasti memiliki cara atau gaya dalam menempatkan suatu
produk di dalam scene yang ada pada video klip.
6
Oleh karena itu, peneliti melalui penelitian ini ingin mengetahui bagaimana
perbedaan product placement yang terdapat pada masing-masing video klip
yang diambil sebagai obyek penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan 2 video klip yang berasal dari video klip Korea dan Thailand.
Alasan peneliti mengambil product placement dalam video klip Korea
adalah dikarenakan saat ini, Korea merupakan kiblat musik di Indonesia yang
sangat produktif dalam menghasilkan video klip. Setiap bulannya Korea selalu
menampilkan video klip terbaru dari musisi-musisi ternama mereka seperti
Super Junior, Shinee, Sistar9, 2 PM, dan musisi lainnya. Sedangkan Thailand
menjadi obyek penelitian dikarenakan, Thailand juga merupakan produsen
yang aktif dalam industri kreatif advertising dalam hal ini termasuk product
placement.
Pemilihan kedua video klip yang dijadikan obyek penelitian adalah
dikarenakan keduanya memiliki persamaan. Yakni sama-sama merupakan
video klip dari grup musik, yang satu boyband dari Korea Selatan dan yang
satu lagi girlband dari Thailand. Kedua video klip ini juga memiliki produk
sama yakni product placement handphone. Akan tetapi masing-masing video
memiliki perbedaan dalam penempatan produk atau product placement.
Dengan perbedaan budaya, gaya hidup dan perbedaan karakter dari masing-
masing sutradara yang mengarahkan di dalam tiap video klip, maka nantinya
akan ada perbedaan pula dalam product placement yang ada di dalam video-
video tersebut. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian dengan
7
tema “ Product Placement di dalam Video Klip” (Analisis pada Video Klip
B1A4dan Video Klip Blueberry R Siam).
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari latar belakang yang telah peneliti uraikan di
atas adalah, “Bagaimana perbandingan gaya product placement di dalam
Analisis sinematik pada Video Klip B1A4 dan Video Klip Blueberry R Siam?”
3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui perbandingan penggunaan
atau peletakan product placement di dalam Analisis pada Video Klip B1A4 dan
Video Klip Blueberry R Siam.
4. Manfaat Penelitian
4.1 Manfaat Akademis
Adapun manfaat penelitian ini bagi ilmu komunikasi adalah sebagai
wacana tambahan mengenai produk audio visual, yakni product placement
di dalam video klip. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi
mahasiswa ilmu komunikasi, khususnya konsentrasi audio visual dalam
melakukan studi iklan dan product placement.
4.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk referensi bagi praktisi
di bidang audio visual terutama sutradara dalam menentukan peletakan
8
product placement di dalam video yang dibuatnya agar pesan produk bisa
disampaikan melalui tampilan audio visual yang sesuai.
9
TINJAUAN PUSTAKA
1 Product Placement
Penempatan produk atau dikenal istilah product placement merujuk
kepada masukan bermerek atau brand pada media apapun, baik surat kabar,
film, maupun media informasi dan hiburan lainnya. (Shrum, 2010 : 8).
Biasanya penempatan produk ditentukan oleh kebutuhan dari produk itu
sendiri dan penempatannya tergantung pada bagaimana produk disisipkan
brand untuk upaya pengenalan produk secara langsung atau tidak disadari
oleh konsumen.
Menurut (McCarthy, 1994: 54) di dalam buku psikologi media
entertainment, harga penempatan ini bisa bervariasi tergantung pada hakikat
penempatan pada film. Dalam hal ini, bergantung pada penempatan produk
dalam video klip. Ditambahkan oleh Fourner dan Dolan bahwa harga dari
product placement dapat merentang mulai dari garis hingga beberapa juta
dolar. Menurut McCarthy, harga dari product placement adalah fungsi dari
tipe produk yang disajikan; beberapa kategori produk lebih mudah
dimasukkan di dalam film daripada produk lainnya. Hal ini juga terjadi pada
video klip. Tidak semua jenis produk bisa ditempatkan atau dimasukkan ke
dalam video klip. Dalam product placement, harga akan semakin mahal ketika
logo dari merek atau brand ditempatkan dengan jelas di dalam video klip
10
tersebut dan audiens bisa melihatnya dengan jelas pula sehingga sadar akan
kehadiran produk di dalam video klip.
Jadi, bisa dikatakan bahwa product placement adalah sebuah model
komunikasi di mana nama produk, kemasan, tanda, logo, souvenir sebutan
yang dilisankan dan ciri lain dari brand tertentu atau sebuah iklan produk yang
menjadi komposisi sebuah video klip, film, acara televisi, video game dan
segala jenis media lainnya dengan biaya yang sesuai ketentuan atau syarat dari
media tersebut.
1.1 Ciri Product Placement
(Russel, 1998: 62) mencirikan product placement sebagai kerangka
kerja tiga dimensi : Dimensi pertama adalah berapa banyak kadar
visualisasi dari produk tersebut. Sebuah penempatan bisa jadi murni
bersifat visual, seperti produk yang diletakkan pada latar belakang suatu
adegan di dalam video klip. Tingkat visual juga memiliki keragaman
sesuai dengan berapa kali produk terlihat atau sama sekali tidak terlihat di
dalam video klip musik. Dimensi kedua yang Russel katakan adalah
hakikat auditory atau verbal. Merek atau brand mungkin sama sekali tidak
disebutkan dalam dialog cerita yang ada di dalam video klip, mungkin
disebutkan beberapa kali,mungkin diungkapkan dengan tekanan, dan
sebagainya. Dimensi Russel yang ketiga adalah kadar keterkaitan antara
penempatan dengan plot atau alur cerita di dalam video klip. Pada satu
tingkat, merek bisa berupa merek yang terlihat pada suatu adegan di dalam
11
video klip dan tidak terkait dengan bagian utama cerita pada video klip
tersebut.
1.2 Product Placement dan Video Klip
Fenomena yang ada tentang peletakan produk atau product
placement adalah bagaimana produk terlihat lebih menarik daripada
ditampilkan di iklan. Permasalahan yang ada ketika masyarakat saat ini
menonton iklan adalah di mana mereka melihat iklan melebih-lebihkan
keunggulan dari produk tersebut. Sementara apabila produk diletakkan di
dalam sebuah video klip, hal ini tidak begitu jelas terlihat. Yang terjadi
adalah produk itu akan menjadi semakin digemari karena biasanya di
dalam video klip sebuah produk digunakan oleh artis atau public figure
yang menjadi bintang di dalam video klip tersebut.
Di dalam penelitian ini nantinya juga akan berbicara bagaimana
product placement tersebut diletakkan dan apa yang menjadi pertimbangan
peletakkan produk di dalam scene tertentu berdasarkan analisis sinematik
yang melihat unsur-unsur sinematografi di dalam video klip.
Produk sangat di butuhkan, di lihat dari kekuatan nama brand
sehingga penempatan produk melibatkan pengaturan didalamnya. Video
klip yang mecakup pengiklanan dan promosi gabungan, mengiklankan
artis dan produk yang terselip. Menunjukkan kelas dan standarisasi dari
produk tersebut, dapat di lihat di pakai oleh artis siapa produk itu di pakai,
bagai mana teknik pengambilan gambarnya, dan seberapa berkesan produk
itu nanti nya di mata penonton
12
1.3 Innovative media sebagai alternatif Product Placement
Yang dimaksud dari innovative media adalah media baru bagi
pengiklan untuk menempatkan produk yang dipromosikan. Media ini
merupakan alternatif bagi pengiklan yang tidak ingin menggunakan media
konvensional sebagai satu-satunya media promosi. Menurut Moriarty
dalam Creative Advertising Theory and Practice, (Moriarty, 1991 : 349),
Video merupakan salah satu dari media yang inovatif atau media alternatif
bagi penempatan produk. Hal ini dikarenakan video telah mengalami
banyak perubahan dan berevolusi menjadi media yang jauh lebih efektif
dalam melakukan pendekatan kepada konsumen. Pendekatan yang
dimaksud adalah untuk mendapatkan kepercayaan dan terutama perhatian
dari konsumen terhadap produk yang ditawarkan.
2 Iklan
“And advertisement is a conversation with a consumer that gets attention,
provides information, makes a point, and encourages someone to buy, try or
do something.” (Moriarty,1991 :3)
Dari pengertian di atas mengenai iklan dikatakan bahwa periklanan adalah
sebuah percakapan dengan konsumen untuk mendapatkan perhatian,
memberikan informasi, menyampaikan suatu poin atau hal, dan mendorong
seseorang untuk membeli, mencoba atau melakukan suatu hal. Dalam hal ini,
iklan sama dengan komunikasi, bedanya adalah komunikasi di dalam iklan
merupakan suatu upaya dalam mempersuasi dan mempengaruhi audiens atau
komunikan untuk melakukan hal yang diinginkan pengiklan (komunikator).
13
Sementara itu, menurut Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI)
iklan adalah segala bentuk pesan tentang suatu produk disampakan melalui
suatu media, dibiayai oleh pemrakarsa yang terkenal, serta ditujukan kepada
sebagian atau seluruh masyarakat sesuai dengan produk yang disampaikan.
Sedangkan menurut Kotler, Advertising adalah segala bentuk penyajian non
personal, dan promosi, ide, barang atau jasa oleh suatu sponsor tertentu yang
memerlukan pembayaran.
Di dalam periklanan yang terdapat dalam buku Moriarty (1991: 39), ada
beberapa langkah dalam mengeksekusi sebuah iklan, hal tersebut adalah
sebagai berikut:
1.Tugas dari klien. Biasanya klien di dalam periklanan adalah produsen jasa
atau produk. Dalam hal ini, periklanan dimulai dari keinginan produsen
untuk membuat iklan mempromosikan produk mereka.
2.Backround Research. Background research atau penelitian latar belakang
merupakan langkah yang dilakukan untuk mengetahui bagaimana
kondisi pasar mengenai produk tersebut, bagaimana produk tersebut
berjalan atau sejarah produk di pasar, dan hal-hal lain yang digunakan
untuk mencari tahu kekuatan dan kelemahan produk.
3.Strategy development. Iklan adalah seperti yang telah dijelaskan di atas,
merupakan suatu komunikasi persuasi. Tujuannya adalah mempengeruhi
orang atau audiens untuk membeli, mencoba atau melakukan suatu hal
yang diinginkan pengiklan.strategy development atau pengembangan
strategi adalah langkah yang digunakan untuk menentukan fokus. Baik
14
dalam hal target audience, media yang digunakan dan bagaimana
beriklan atau bagaimana model iklan yang akan digunakan.
4.The Creative Concept. Adalah sebuah proses dalam periklanan yang mana
pengiklan memformulasikan ide yang didaptakan dari pengembangan
strategi. Setelah mendapatkan fokus pasar, target dan media, maka
langkah selanjutnya adalah menentukan bagaimana cara yang efektif dan
kreatif berbeda dari iklan-iklan yang sebelumnya yang dapat
mengkomunikasikan produk kepada konsumen.
5. Doing the ad. Melakukan atau mengeksekusi iklan. Langkah ini adalah
langkah terakhir berupa pembuatan iklan yang sebelumnya telah
dirancang dan diformulasikan dengan ide kreatif.
2.1 Teori Periklanan
Di dalam buku Magdalena Admajasari, disebutkan ada beberapa
teori periklanan. di mana teori periklanan ini dijadikan dasar pijakan
melihat konsep-konsep iklan. Penelitian ini menggunakan salah satu dari
teori periklanan yang ada. Yang mana teori yang digunakan berhubungan
dengan strategi dari product placement itu sendiri. (Admajasari, 1997 : 45)
2.1.1 Teori Cutting Edge dan Perilaku Audience
Industri periklanan sejak awal diduga telah menumbuhkan perilaku
konsumtif berlebihan terhadap suatu produk tertentu sampai pada
penyimpangan perilaku yang kurang sesuai (berbeda sama sekali)
dengan perilaku budaya umum masyarakat di sekitarnya. Iklan juga
15
memiliki pengaruh terhadap sikap hidup manusia (audience) yang
melihatnya.
Teori ini mengajarkan bahwa iklan secara tidak langsung dapat
mengubah bentuk perilaku yang menyimpang dari suatu budaya umum
dan membentuk sub budaya kelompok tertentu. Sisi atau dalam bahasa
teoritik disebut Efek Samping. Hal ini karena efek yang semula
direncanakan untuk khalayak sasaran tertentu tidak tercapai, malah
mencapai pada khalayak yang tidak direncanakan.
Kaitan teori ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah di
mana sebuah produk yang diletakkan di dalam video klip, menjadi
media bagi produsen untuk mempengaruhi audience. Seperti
contohnya, ketika di dalam suatu video klip Justin Bieber menggunakan
Monster Beat Headset milik produser musik hip hop ternama di
Amerika bernama Dr. Dre, maka para fansnya yang disebut Belieber
ikut menggunakan produk itu. Di Indonesia pun kita bisa melihat
produk ini mulai menjamur di pasaran. Ini merupakan salah satu “efek
samping” dari adanya product placement di dalam video klip yang
dilakukan oleh Dr. Dre.
Teori ini menjelaskan bahwa perilaku konsumen dalam
mengkonsumsi suatu produk bisa dipengaruhi oleh iklan yang dia lihat.
Dalam product placement, perilaku itu dilakukan dalam bentuk product
endorsement.
16
Di dalam buku Leo Bogart (Bogart,1986:82), ia menjelaskan
bahwa beberapa riset mengenai periklanan menerangkan bahwa
komunikasi yang efektif antara pengiklan dan audience adalah
komunikasi yang melibatkan psikologis penonton dan membawa
mereka masuk ke dalam iklan tersebut.
2.2 Media Buying di dalam Iklan
Di dalam periklanan, terdapat istilah media buying. Ialah suatu
rencana media yang merekomendasikan media tertentu untuk
mempromosikan produk. (Watono, 2011 : 20)
Perencanaan merupakan langkah utama dalam periklanan. Media
buying merupakan salah satu cara bagi produsen untuk mengetahui efektif
tidaknya sebuah media untuk dijadikan sarana berkomunikasi atau
“bercakap” dengan komsumen mereka.
Dalam media buying, hal yang dilakukan adalah mencari tahu
bagaimana kondisi pasar dan bagaimana konsumsi media pada calon
konsumen dari sebuah produk. Kemudian pembeli media akan
memberikan rekomendasi pada produsen tentang media mana yang tepat
untuk mempromosikan produknya.
2.3 Formula AIDA
Mungkin bagi sebagian orang terutama yang dekat dengan
lingkungan periklanan, formula ini merupakan formula yang paling dasar
17
digunakan sebagai landasan strategi periklanan. Dalam buku Copywriting
fo the Electronic Media yang ditulis oleh (Milan D. Meeske, 2003 : )
, Formula ini digunakan untuk menentukan bagaimana pesan
disampakan kepada audience sehingga mereka mengerti pesan yang
disampaikan oleh produsen.
Adapun formula ini di dalam buku yang ditulis Magdalena,
merupakan gabungan Attention, Interest, Desire dan Action (Meeske, 2003
: 90)
2.3.1 Attention
Suatu iklan hanya memiliki satu kesempatan dalam menarik
perhatian orang melihatnya. Selain itu, dalam setiap satu iklan sebuah
produk hanya memiliki waktu sebanyak 4-5 detik untuk menaklukkan
dan membuat penonton ingat persis bagaimana produk tersebut.
(Meeske, 2003 : 90)
Kesan pertama dari sebuah iklan merupakan pintu gerbang bagi
produsen untuk menarik perhatian dari audience bahkan sampai
memperoleh kepercayaan dari mereka untuk menggunakan produk
tersebut. Attention atau perhatian dari penonton merupakan jalan utama
untuk masuk ke dalam pikiran konsumen dan menanamkan persepsi
mengenai produk. Pada tahap ini, stimulus awal yang diberikan oleh
suatu iklan merupakan penentu bagi tahap selanjutnya dalam proses
AIDA.
18
2.3.2 Interest
Menurut Meeske, peralihan dari perhatian (Attention) menuju ke
ketertarikan (Interest) adalah suatu hal yang penting dan tidak selalu
berjalan mulus dan bahkan bisa saja tidak sampai ke peralihan
ketertarikan. (Messke, 2003 : 90)
Tidak semua iklan bisa membuat orang tertarik. Bahkan
fenomena yang ada, apabila iklan itu tidak menarik, orang cenderung
merubah dari satu stasiun TV yang satu ke stasiun TV lainnya apabila
iklan tersebut sedang ditampilkan. Contohnya saja, seorang remaja
jarang sekali tertarik dengan iklan-iklan asuransi jiwa, Bank, dan
produk lain yang tidak dekat dengan kehidupan sehari-harinya.
2.3.3 Desire
Masih menurut Meeske, hal ketiga dalam tahapan formula AIDA
adalah Desire atau Keinginan (hasrat). Dalam tahapan ini, konsumen
memasuki tahap pelibatan emosional oleh produk yang dilihat. Yakni
di mana ketika konsumen teralihkan perhatiannya oleh produk,
kemudian konsumen merasa tertarik pada produk tersebut sehingga
kemudian timbullah keinginan atau hasrat konsumen terhadap produk
itu. Pada tahapan ini menurut Meeske, konsumen telah memiliki rasa
membutuhkan dan menginginkan produk yang dia lihat. Ini
merupakan tahap keberhasilan produk dalam mempengaruhi sisi
psikologis konsumen. Oleh karena itu, pesan yang disampaikan dari
iklan yang dilihat konsumen nantinya harus bisa menyentuh sisi
19
psikologis konsumen dan membuat mereka merasa ketika mereka
melihat produk itu mereka membutuhkan dan menginginkan untuk
memiliki produk tersebut.
2.3.4 Action
Meeske mengatakan dalam bukunya, tahap ini merupakan
keseluruhan dari tahap formula AIDA. Di mana pada tahap ini
merupakan keputusan yang diambil oleh konsumen sebagai respon
nyata terhadap iklan atau video yang dilihatnya. Dalam tahapan ini
action atau aksi merupakan hal yang dilakukan oleh konsumen
apakah akan percaya, membeli dan menggunakan produk tersebut,
atau tidak percaya dan tidak membeli produk itu apalagi
menggunakannya. (Meeske,2003:91)
Pesan yang ada di dalam iklan yang dilihat oleh konsumen,
harus bisa mempersuasi atau mempengaruhi konsumen secara
langsung untuk melakukan tindakan yakni khususnya menggunakan
sebuah produk atau merubah perilaku mereka sesuai dengan yang
diinginkan oleh pembuat iklan.
Formula AIDA merupakan sebuah formula yang bisa dijadikan
pedoman atau landasan bagi pengiklan untuk membuat iklan yang
efektif dan efisien. Dalam artian, ketika membuat iklan maka pesan
yang diinginkan oleh produsen bisa mengena kepada konsumen
20
sehingga konsumen melakukan perubahan perilaku sesuai yang
diinginkan pengiklan. Dalam hal ini, formula AIDA juga bisa
digunakan ke dalam product placement di dalam video klip. Karena
tidak hanya dari segi penyampian pesan saja konsumen bisa tertarik
kepada suatu hal, akan tetapi juga bagaimana kita menyampaikan
pesan tersebut dan hal menarik apa yang mendukung dan
menonjolkan produk sehingga konsumen atau audience memiliki
keinginan dan ketertarkan pada produk itu. Di dalam video klip,
formula AIDA ini bisa dikonversi ke dalam bentuk sinematografi
video klip. Yakni bagaimana sebuah tampilan sinematografi bisa
menarik Attention, Interest, Desire dan kemudian menghasilkan
Action dari konsumen.
2.4 Strategi Iklan
Strategi dalam beriklan ada dua hal yaitu secara soft sell dan hard sell. Soft
selling sendiri di dalam iklan, soft selling adalah iklan atau kampanye yang
menggunakan cara halus, kasual, atau ramah pada pesan penjualan.
Menurut(Kasilo 2008; 27) Pendekatan ini bertentangan dengan hard selling.
paham soft sell berasumsi bahwa keputusan pembelian konsumen dilakukan
berdasarkan perasaan (hati). Berhubung konsumen punya perasaan, iklan harus
dikemas dengan halus. Juga untuk menekankan manfaat rasional suatu produk,
iklan lebih diarahkan untuk menyentuh emosi konsumen. Iklan pun dibuat
lebih humanis, misalnya dengan memberikan nuansa humor, jenaka,
kehangatan, keramahan, atau kasih sayang. Dalam periklanan, hard selling
adalah iklan atau kampanye yang menggunakan lebih langsung, kuat, dan
terbuka pesan penjualan. Pendekatan ini bekerja bertentangan dengan Soft
selling. Penganut hard sell beralasan keputusan pembelian dari konsumen
diambil berdasarkan pertimbangan rasional (otak), sehingga pesan komunikasi
harus langsung diarahkan pada manfaat atau keuntungan menggunakan produk
tersebut. Sehingga menimbulkan keputusan membeli di benak konsumen.
21
2.5 Iklan dan Komunikasi Pemasaran
Di dalam bukunya, Magdalena Asmajasari mengatakan bahwa
Komunikasi Pemasaran, merupakan pertukarang informasi dua arah antara
pihak atau lembaga yang terlibat dalam pemasaran. Pertukaran dua arah
tersebut ini kadang-kadang disebut sebagai dialog pemasaran. Selain itu,
menurut Magdalena, Komunikasi pemasaran adalah komunikasi yang
dilakukan oleh pembeli dan penjual dan merupakan kegiatan yang
membantu dalam pengambilan keputusan. (Armajasari, 1197 :1)
Sementara itu, dari pengertian di atas sekali lagi iklan adalah
percakapan dengan konsumen untuk menarik perhatiannya. Bisa dikatakan
iklan memiliki hubungan dua arah pula dengan konsumen dan bisa jadi
lebih personal. Dari situ dapat kita lihat bahwa iklan merupakan bagian
dari komunikasi pemasaran. Secara general atau umum, komunikasi
pemasaran merupakan sebuah sistem strategi yang kemudian dieksekusi
melalui iklan.
Perbedaan antara keduanya walaupun keduanya saling terintegrasi
adalah, sistem pemasaran tidak selalu memperhatikan kebutuhan personal
dari konsumennya. Akan tetapi dari pengertian iklan di atas, bisa kita lihat
bahwa iklan lebih bisa memperhatikan bagaimana berkomunikasi kepada
konsumennya secara lebih personal sehingga pesan yang tersampaikan
tidak hanya soal transaksi tapi juga menyentuh konsumennya secara
pribadi.
22
3 Video Klip dan Industri Musik
3.1 Industri Musik, Video Klip dan Perkembangannya
Pada tahun 1888 penemuan Gramaphone menjadi sejarah
munculnya musik pertama kali. Pada saat itu, plat hitam besar yang
diputar di gramophone menjadi primadona bagi pecinta musik.
Akan tetapi pada tahun 1930, perkembangan musik mengalami
kemunduran akibat tidak sehatnya persaingan produsen musik yang
menganut sistem monopoli pasar. Hal ini kemudian juga berdampak bagi
mundurnya produksi musik di tahun tersebut.
“Tape recording cartridges are developed in 1930, but tapes
remain largely behind the scenes during the Depression and into the
1950s. The presence of free radio broadcast during the Depression leads
to a decline in record sales.”
Sementara itu, seiring dengan perkembangan jaman, media
pemutar musik atau promosi musik ikut berkembang pula. Pada tahun
1980an, para produser musik tidak lagi menggunakan kaset vynil sebagai
media mereka dalam melakukan promosi musik. Akan tetapi produser
lebih memilih untuk menggunakan Digital Audio Tape.
Saat ini, industri musik tidak lagi melulu mengenai musisi dan
potensinya belaka. Akan tetapi perpaduan antara musik dan visualisasinya
menjadi sangat penting. Hal ini pula yang memunculkan teknologi seperti
23
VCD (Video Compact Disc) yang menggeser kedudukan keping CD
(Compact Disc).
Selain itu, perkembangan peningkatan produksi video klip juga
dipicu oleh program MTV yang menampilkan video klip musik sepanjang
24 jam setiap harinya. Dari situlah kebutuhan akan produksi video klip
menjadi sangat penting.
Pada akhirnya video klip mulai memegang peranan penting dalam
karir artis ataupun musisi. Bahkan penyanyi internasional sekelas
Madonna, sukses menyebarkan influence musiknya melalui video klip
musik yang dia tampilkan. Dengan tampilan Madonna di dalam video klip
dan kesuksesannya dalam memerankan beberapa adegan di dalam video
klipnya, karir Madonna pun jadi lebih baik dari sebelumnya.
Saat ini, video klip memegang peranan penting dibandingkan
musik itu sendiri. Terkadang bahkan kesuksesan atau kepopuleran dari
sebuah lagu atau artis tergantung pada video klip yang ditampilkan. Di
Indonesia contohnya, industri musik menjadi semakin berwarna dengan
masuknya video klip-video klip dari Negara Asia, Eropa dan Amerika.
Kepopuleran musik Korea, saat ini sedang berada di puncak
industri musik dunia. Bila dulu grup musik internasional dipegang oleh
Amerika seperti Backstreet Boys, maka sekarang grup musik Korea lebih
memegang kendali akan industri musik di Asia. Hal ini juga ikut
mempengaruhi arah industri musik di Indonesia yang mana saat in mulai
memandang ke Korea, tidak lagi Negara Barat.
24
Hal ini pula yang menjadikan Korea sebagai salah satu produsen
video klip yang paling digemari oleh masyarakat. Banyak remaja dan juga
mahasiswa yang menikmati video klip Korea karena kualitas
sinematografi video klip Korea tidak kalah bagus dengan video klip buatan
Amerika. Sementara itu Video klip Thailand mungkin tidak sepopuler
video klip Korea. Akan tetapi, Thailand merupakan salah satu Negara di
Asia yang kreatifitasnya cukup dipandang menyangkut advertising atau
periklanan. Ini juga merupakan salah satu daya tarik dari video klip
Thailand, yakni bagaimana peletakkan sebuah produk dikemas dalam
bentuk video klip.
3.2 Pengertian Video Klip
Video klip adalah sarana bagi para produser untuk memasarkan
produknya lewat medium televisi.
(Effendy,2002 :14)
Video klip pertama kali dipopulerkan oleh saluran televisi yang
menayangkan suguhan musik, MTV yang merupakan singkatan dari Music
Television lahir tanggal 1 Agustus 1981. MTV di lahirkan untuk
menayangkan video clip, dimana acara MTV di bawakan oleh Video
Jockey (VJ) .
MTV memberi dampak paling besar ke industri musik dan kultur
pop. MTV menjadi pusat informasi fans. Melalui MTV proses timbal balik
antara artis dan pusat informasi fans pun berlangsung. Lahir pula bentuk
25
apresiasinya, MTV membuat award yaitu MTV movie award dan MTV
music award.
Video klip berasal dari dua kata, yaitu video yang berarti suatu
perangkat yang berfungsi sebagai penerima gambar (image) dan suara
(voice) serta klip yang berarti klip, guntingan atau centelan.
Video klip adalah kumpulan potongan-potongan visual yang
dirangkai dengan atau tanpa efek-efek tertentu dan disesuaikan
berdasarkan ketukan-ketukan pada irama lagu, nada, lirik, instrumennya
dan penampilan band, kelompok musik untuk mengenalkan dan
memasarkan produk (lagu) agar masyarakat dapat mengenal yang
selanjutnya membeli kaset, CD, dan DVD.
Video klip mengandung kekuatan citra yang dapat memberi sensasi
tontonan yang memiliki kekuatan sentuhan pribadi (personal touch) dan
ingatan (memorable). Pada pencitraan ini seseorang dapat dibuat seperti
mengalami sendiri apa yang dilihat, dengan mengingat-ingat kejadian yang
sedang berlangsung.
3.3 Fungsi Video Clip
Menurut Denny Sakrie video klip berfungsi
1. Fungsi utama, sebagai media promosi agar masyarakat mengetahui
karya yang di buat oleh musisi yang bersangkutan. Meskipun tidak ada
parameter yang membuktikan bahwa dengan adanya video klip
26
mempengaruhi penjualan sebuah album, tapi video klip berpengaruh
pada musisi terkait.
2. Fungsi kedua secara artistic yang berkaitan dengan eksplorasi sebuah
lagu. Video klip dapat bekaitan atau bahkan tidak sama seklai berkaitan
dengan video clipnya. Tergantung bagaimana mengeksplorasi lagu
dalam video nya dan juga video clip terbagi atas dua macam, yaitu
musik sebagai media hiburan dan ada yang menempatkan sebagai
musik sebagai media apresiasi.
3.4 Unsur Pendukung Video Klip
Pengertian video klip lebih mengarah pada bidang musik atau lagu.
Unsur-unsur yang mendukung video klip antara lain sebagai berikut:
a. Bahasa Ritme (irama)
Video klip memiliki birama, apakah slow beat, fast beat,
middle beat yang dapat dirasakan dengan ketukan-ketukan kaki
untuk memperoleh tempo yang pas.
b. Bahasa Musikalisasi (instrumen musik)
Pembuat video klip atau biasa disebut video clipper haruslah
mempunyai sebuah wawasan tentang segala sesuatu yang
berkaitan dengan musik baik itu jenis musik, alat musik,
bahkan juga profil band.
c. Bahasa Nada
Aransemen nada dalam video klip perlu didiskusikan dengan
penata musiknya selanjutnya nada-nada dirasakan dengan hati.
27
d. Bahasa Lirik
Seorang video clipper dituntut mempunyai sebuah imajinasi
visual terhadap lirik dan lagu walaupun tidaklah harus secara
verbal. Tidak semua lirik menggunakan kata-kata lugas, tetapi
dapat pula ditunjukkan dengan simbol-simbol tertentu untuk
mengungkapkan makna.
e. Bahasa Performance (penampilan)
Unsur ini memuat karakter pemusik, penyanyi, pemain band
baik dari latar belakang bermusiknya, hingga ke profil fisiknya
(hidung, mata, style, fashion dan gerak tubuh).
Dengan melihat unsur-unsur video klip di atas, sebuah lirik lagu
mengalami proses transformasi ke dalam bentuk gambar hidup yang dapat
membahasakan makna lirik lewat lagu yang dinyanyikan. Unsur-unsur
tersebut saling mendukung proses produksi video klip. Berdasarkan unsur-
unsur video klip, sebuah lirik lagu berpotensi untuk dijadikan video klip
sebagai salah satu bentuk visualisasi isi sekaligus penggambaran latar
untuk membantu mempermudah imajinasi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa media video klip adalah
potongan gambar dan suara yang digabung ke dalam sebuah sajian, dalam
hal ini berupa musik atau tembang untuk menyalurkan pesan yang dapat
merangsang pikiran, membangkitkan semangat, perhatian, dan kemauan
siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri
siswa.
28
3.5 Karakteristik Video Klip
Video klip termaksud Audio-visual komunikasi video musik di
mana makna diciptakan dari sebuah kolaborasi antara pembawa informasi
dalam 1) music, 2) lyrics, 3) gambar bergerak.
Dalam pembuatan karya visual dan audio dalam video klip memiliki gaya
visual, terbagi atas 3:
1. Musik - gambar Music Video ini menempatkan musik
Musik menyatukan video dalam waktu sekitar tiga menit lagu
berlangsung. Sebuah video musik yang tidak memiliki narasi yang
koheren secara visual dan tekstual memanfaatkan sepenuhnya
kemampuan musik untuk mengikat gambar satu sama lain. Elemen
musik mengontrol bagaimana desain gambar ikut bergerak. Klip akan
mengikuti ketukan, kemudian suara disinkronkan sehingga seirama
dengan ketukan musik. Angka melodi dapat diikuti oleh visual yang
sesuai. Hal ini terjadi misalnya saat kamera mengikuti gerakan melodi
meningkat atau pada proses editing.
2. Lirik - Lirik dan citra bekerja sama untuk menciptakan makna.
Dalam video dapat menambahkan gambar makna teks sederhana baru
melalui mendongeng foto. Seringkali, penambahan gambar tersebut ke
teks-teks yang di inginkan. Setelah selesai gambar akan menciptakan
dimensi pengalaman yang paling menyerupai puisi. Isi semakin besar
perbedaan antara teks dan gambar dalam "metafora teks gambar" kerja
29
mental yang lebih besar dibutuhkan untuk menciptakan konteks dan
mudah di mengerti.
3. Gambar - Rock Video visual yang berupa musik.
Kebalikan dari metafora teks gambar adalah teks bergantung
diilustrasikan dengan motif bergambar sepenuhnya mengikuti teks.
Dinyanyikan bahwa jika anjing ditunjukkan anjing, itu dinyanyikan
tentang anak-anak yang ditunjukkan anak dll Gambar-gambar
ditampilkan sebagai salad gambar tanpa konteks cerita visual.
(Konteks ini dibuat ketika musik dan lirik dan tidak melalui cerita
foto)
3.6 Video Klip Korea dan Video Klip Thailand
Apabila kita lihat dari trend yang berkembang di masyarakat,
kemungkinan video klip Korea lebih populer daripada video klip Thailand.
Seperti yang sudah dijelaskan pada beberapa sub bab di atas, kepopuleran
musik dan artis Korea menjadikan video klip mereka menjadi salah satu
top download di internet dan membuat Negara ini semakin terkenal
khususnya di Asia. Selain itu, dari segi skenario yang ada dan
sinematografi milik video klip Korea juga lebih menarik. Hal ini bisa
dilihat dari penggunaan warna pada tiap-tiap video klip Korea. Biasanya
video klip Korea jauh lebih kontras dan berani dalam bermain warna.
Selain itu teknik sinematografinya juga berbeda dengan video klip
Thailand.
30
Jika kita berbicara tentang video klip Thailand, mungkin saja tidak
terlalu berwarna dan kontras seperti video klip Korea. Karena pada
umumnya video klip Thailand lebih mengutamakan unsur cerita dan juga
lirik dari lagu di dalam video itu. Akan tetapi hal yang menarik adalah
bagaimana dari keseriusan visualisasi video klip Thailand, mereka masih
bisa menempatkan sebuah produk dan membuat produk itu di remind atau
diingat oleh orang yang menontonnya.
4 Sinematik
Sinematik merupakan suatus unsur gaya dalam mengemas pola dalam
pembuatan film atau produk audio visual. Artinya, unsur sinematik di dalam
produk audio visual merupakan aspek teknis dari video atau produk audio
visual.
Dalam sebuah produksi film ketika seluruh aspek mise-en-scene telah
terpenuhi dan sebuah adegan telah siap untuk diambil gambarnya, pada tahap
inilah unsur sinematografi mulai berperan. Sinematografi mencakup
perlakukan sineas terhadap kamera serta stok filmnya. Seorang sineas tidak
hanya sekedar merekam sebuah adegan semata namun juga harus mengontrol
dan mengatur bagaimana adegan tersebut diambil, seperti jarak, ketinggian,
sudut, lama pengambilan dan sebagainya. Setelah selesai, hasil rekam gambar
tersebut juga belum sempurna tanpa proses akhir pada stok filmnya. Sineas
juga sering menggunakan efek visual yang membutuhkan perlakuan khusus
terhadap filmnya yang dilakukan pada sinematografi.
31
4.1 Mise- en- scene
Mise-en-scene di dalam buku Himawan Pratista, adalah staging in
action atau putting in the scene yang secara umum berarti segala hal yang
terletak di depan kamera yang akan diambil gambarnya dalam sebuah
produksi film atau audio visual. (Pratista, 2008 :2)
4.2 Sinematografi
4.2.1 Jenis kamera dan film
Kamera yang di gunakan dalam produksi film secara umum
dapat di kelomopokkan menjadi dua jenis yakni kamera film dan
kamera di gital. Tiap film memiliki kebutuhan, biasanya film bioskop
memakai kamera film karena stok film ukurannya 35 mm. Produksi
film dengan format video harus melalui beberapa proses, hasil
rekaman gambar kamera digital di transfer ke pita seluloid melalui
proses yang dinamakan kine transfer.
4.2.2 Tonalitas
Kita memiliki kepuasan sendiri jika melihat sebuah layar
televisi atau monitor komputer dengan ukuran tonalitas gambar
(kualitas gambar dan warna) melalui pengaturan kontras, brightness,
color, dan lainnya sehingga gambar bisa di atur lebih gelap atau dapat
dilakukan sineas dalam filmnya. Setiap pembuat film mampu
mengontrol kualitas visual ini dengan memanipulasi stok filmnya,
pengaturan diagfarma, serta bermacam prosedur lainnya.
32
1. Kontras dan brightness
Kualitas kontras dapat dikontrol melalui penggunaan stok
filmnya, tata cahaya, serta prosedur kimiawi. Penggunaan stok film
cepat (asa tinggi) sangat sensitive terhadap cahaya akan
memproduksi gambar yang kontras (terang). Sementara stok film
lambat (asa rendah) akan menghasilkan gambit yang lebh gelap.
Semetara kualitas brightness dapat dikontrol melalui
pengaturan exposure pada diagfarma kamera. Exposure adalah
besar intensitas cahaya yang masuk ke dalam kamera.
2. Warna
Di era film bisu sebelum teknologi warna muncul, warna dapat
ditambahkan dengan menggunakan proses tinting, toning, atau
hand controlled. Setelah muncul nya perkembangan setiap jaman
pada teknologi membuat pewarnaan semakin lebih baik. Sekalipun
di era modern masih bisa tetep bisa menggunakan tone pewarnaan
hitam putih hanya dengan teknik yang sudah mulai mudah.
4.2.2 Kecepatan gambar
Anda pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah slow-motion serta
fast-motion, yaitu kecepatan gerak yang lebih lambat atau lebih cepat dari
kecepatan gerak normal. Kecepatan gerak sebuah shot dapat dikontrol
melalui pengaturan kecepatan pada kamera film ketika shoot tersebut
diambil. Kameran dan proyektor film memiliki kecepatan normal 24 frame
per detik (fps). Jika sebuah adegan diambil dengan kecepatan kamera 24
33
fps maka hasilnya akan memiliki kecepatan normal. Masing-masing teknik
slow-motion dan fast-motion memiliki kegunaan masing-masing di dalam
sebuah film.
1. Slow-motion teknik ini dalam film memiliki fungsi beragam
namun umumnya digunakan untuk memberi efek dramatik
pada sebuah momen peristiwa. Dalam adegan tembak-
menembak di dalam The Matrix, dibuat adegan seolah-olah
berjalan lambat untuk mempelihatkan secara jelas peluru yang
terlontar dari senjata. Hal ini sineas gunakan untuk menambah
kesan dramatis pada perkelahian tersebut seolah-olah peluru
yang digunakan nyata sehingga penonton dibuat untuk percaya
dengan keaslian peluru itu.
2. Fast-motion teknik ini memiliki fungsi serta motif yang
beragam. Teknis ini biasanya digunakan untuk menunjukkan
aktifitas rutin pada sebuah ruang publik, seperti suasana jalan
raya yang ramai,para pejalan kaki, stasiun dan sebagainya.
Teknik ini juga sering digunakan untuk menggambarkan
perubahan yang cepat dari siang ke malam atau sebaliknya.
3. Reverse Motion teknik reverse motion sangat jarang kita
temukan dalam sebuah film. Teknik ini membalikkan kembali
sebuah shot (berjalan mundur) dengan menggunakan kecepatan
normal, lebih cepat, atau lebih lambat. Teknik ini biasanya kita
34
temui dalam jenis film komedi yang digunakan untuk membuat
efek komikal, mimpi atau fantasi.
4.3 Penggunaan Lensa
4.3.1 Short Focal Length atau Wide Angel
Lensa jenis ini akan membuat obyek terlihat lebih jauh dari
jarak sebenarya. Ruang yang sempit akan terlihat lebih luas dari
ukuran sebenarnya. Sementara sebuah obyek akan tampak lebih tinggi
dari sebenarnya.
4.3.2 Normal Focal Length
Tidak seperti dua jenis lainnya, lensa ini menghilangkan efek
distorsi perspektif atau dengan kata lain memberikan pandangan
seperti layaknya mata manusia tanpa menggunakan lensa. Efek yang
dihasilkan natural. Ukuran, jarak, dan bentuk sebuah obyek akan sama
persis dengn ukuran, jarak dan bentuk aslinya. Wajah manusia akan
tampak sama persis, normal, seperti mata kita melihatnya. Lensa
normal juga tidak memberikan efek kedalaman gambar yang ekstrem
antara latr depan, tengah dan latar belakang.
4.3.3 Long Focal Length atau Telephoto
Lensa ini memiliki efek kebalikan dari lensa short focal length.
Lensa ini mampu mendekatkan jarak sehingga obyek pada latar depan
dan obyek pada latar belakang tampak berdekatan. Lensa ini mampu
memberikan efek “dekat tapi jauh” di mana efeknya mirip seperti kita
melihat obyek pada sebuah teropong atau teleskop. Efek kedalaman
35
gambar sangat minimal sehingga obyek yang mendekat seolah
bergerak lebih lambat ke arah kamera.
4.3.4 Zoom
Lensa zoom adalah jenis lensa yang memungkinkan untuk
mengubah focal length sehingga mampu menghasilkan efek perspektif
yang berbeda hanya dalam sebua shot. Teknik ini sering digunakan
untuk menggantikan pergerakan kamera maju atau mundur. Kamera
tetap pada posisinya namun lensa mampu memperbesar atau
memperkecil sebuah obyek. zoom-in digunakan untuk memperbesar
atau mendekati obyek sementara zoom-out untuk memperkecil atau
menjauhi obyek.
4.3.5 Deep Focus dan Rack Focus
Teknik deep focus mulai populer sejak periode tahun 1940-an.
Dengan ditemukannya stok film yang semakin sensitif cahaya, lensa
focal length yang semakin pendek, serta teknologi lampu berintensitas
semakin tinggi, membuat para sineas semakin intensif bereksperimen
dengan efek kedalaman gambar melalui teknik yang dinamakan deep
focus. Teknik ini mampu menampilkan gambar yang ketajamannya
sama dari latar depan hingga latar belakang.
Teknik rack focus adalah kebalikan dari teknik deep focus. Rack
focus hanya menampilkan latar depan atau latar belakang saja yang
fokus. Jika latar depan tampak tajam (infocus) maka latar belakang
36
tampak kabur (outfocus) demikian pula sebaliknya. Sementara racking
focus adalah teknik memindah focus dalam sebuah shot antara latar
depan dan latar belakang. Umumnya teknik ini digunakan untuk
mengubah penekanan aksi dalam sebuah shot dalam sebuah adegan.
4.4 Framing
Menurut Pratista dalam bukunya Framing merupakan istilah yang
mencakup tuntutan naratif serta estetika atau keindahan yang membuat
sineas membatasi mise-en-scene sesuai dengan kebutuhannya dengan
kamera. Framing dibagi menjadi empat unsur, yaitu : dimensi frame,
ruang offscreen, dan onscreen, jarak, sudut, kemiringan, serta ketinggian
kamera terhadap obyek, dan pergerakan frame. (Pratista, 2008 : 121)
Framing diatur untuk menciptakan sebuah komposisi di mana
komposisi tersebut mempunyai motif-motif tertentu. Secara umum
komposisi shot dengan posisi obyek dalam frame dapat dikelompokkan
menjadi dua jenis :
1) Komposisi Simetrik.
Komposisi simetrik bersifat statis. Obyek terletak persis ditengah-
tengah frame. Komposisi simetrik dapat digunakan dalam berbagai macam
motif dan simbol seperti, efek tertutup, terperangkap atau keterasingan.
2) Komposisi Dinamik.
Komposisi dinamik bersifat dinamis, atau lawan dari komposisi
simetrik yang statis. Frame memberikan ruang gerak untuk berinteraksi
37
dengan lingkungan karakter. Komposisi ini umumnya menggunakan rule of
third sebagai pedoman di mana obyek utama diletakkan pada titik yang
ditentukan yang diyakini memiliki posisi terpenting dan paling menonjol
dibandingkan posisi lain.
4.5 Editing
Menurut Pratista, Editing adalah proses pemilihan serta
penyambungan gambar-gambar yang telah diambil. Sementara editing
pasca (setelah) produksi adalah teknik yang digunakan untuk
menghubungkan setiap gambar. (Pratista, 2008 :123)
4.6 Suara
Di dalam sinematografi, unsur atau elemen yang terakhir adalah
suara.
Suara di dalam sebuah film atau video dapat kita pahami sebagai seluruh
suara yang keluar dari gambar, yakni dialog, musik dan efek suara.
(Pratista, 2008 : 149)
Suara merupakan salah satu unsur yang paling penting di dalam
sebuah video. Hal ini karena video merupakan perpaduan antara audio
(suara) dan visual (gambar). Di mana unsur suara di dalam video ini dapat
menjadi penunjang bagus atau tidaknya sebuah hasil karya audio visual.
Selain itu, unsur audio di dalam video merupakan unsur yang bisa
38
menambah efek emosional kepada audiens dan mendukung scene atau
emosi tertentu yang ada di dalam video.
Suara di dalam video terbagi menjadi tiga jenis, dialog, musik dan
efek suara. Dialog adalah bahasa komunikasi verbal yang digunakan
semua karakter di dalam maupun di luar cerita dari video klip tersebut.
Musik adalah seluruh iringan musik serta lagu. Sementara efek suara
adalah semua suara yang dihasilkan oleh semua obyek yang ada di dalam
maupun di luar cerita dalam video klip.
5. Fokus Penelitian
Hal yang menjadi fokus utama di dalam penelitian ini adalah
menjelaskan bagaimana penggunaan atau peletakkan product placement di
dalam Video Klip B1A4 dan Video Klip Blueberry R Siams. Sehingga
nantinya penelitian ini akan memberikan perbandingan penggunaan atau
peletakkan product placement pada video klip yang dijadikan objek
sehingga penelitian ini bisa memberitahu perbedaan peletakkan product
placement dalam masing-masing video klip.
39
METODE PENELITIAN
1. Pendekatan Penelitian
Pendeketan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif analitik. Data yang
diperoleh seperti hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil pemotretan,
analisis dokumen, catatan lapangan, disusun peneliti di lokasi penelitian,
tidak dituangkan dalam bentuk dan angka-angka. Peneliti segera
melakukan analisis data dengan memperkaya informasi, mencari
hubungan, membandingkan, menemukan pola atas dasar data aslinya
(tidak ditransformasi dalam bentuk angka).
2. Tipe dan Dasar Penelitian
Tipe atau jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif
komparatif. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan product
placement yang terdapat pada Video Klip B1A4dan Video Klip Blueberry
R Siams. Di mana penelitian ini nantinya akan mengolah data secara
sistematis melalui analisis sinematik, selain itu juga secara faktual dan
akurat mengenai kedua obyek penelitian.
Penelitian deskriptif komparatif adalah penelitian yang dilakukan
untuk menganalisis data dengan menggambarkan dan melakukan
perbandingan data yang telah dikumpulkan satu sama lainnya. (Sugiyono,
2008 : 209).
40
Sedangkan untuk menganalisis penempatan produk dari masing-
masing video, peneliti menggunakan analisis sinematik sebagai alat
analisis. Sinematik merupakan suatus unsur gaya dalam mengemas pola
dalam pembuatan film atau produk audio visual. Artinya, unsur sinematik
di dalam produk audio visual merupakan aspek teknis dari video atau
produk audio visual (Pratista, 2008 :2).
3. Objek Penelitian
Objek Penelitian ini berdasarkan rumusan masalah yang di
kemukakan adalah video klip B1A4 dan video klip Blueberry R. Siam.
Kedua video ini akan dilihat perbandingan gaya product placement di
dalam Analisis sinematik pada Video Klip
4. Teknik Pengumpulan Data
4.1Dokumentasi
Dokumentasi di sini berfungsi untuk melihat secara
langsung bagaimana letak produk yang terdapat di dalam video
yang dijadikan obyek penelitian. Dalam teknik dokumentasi,
fungsinya adalah untuk mendapatkan data utama atau data primer
untuk dianalisis.
Peneliti akan menonton langsung kedua video klip yang
menjadi objek penelitian. Beberapa scene nantinya akan di copy
dan kemudian dijadikan data berbentuk Jpeg dan dijadikan
potongan-potongan gambar yang kemudian dianalisis kembali ke
dalam tabel perbandingan.
41
Sementara itu, selain melalui dokumentasi atau pengamatan
langsung, data lain diperoleh peneliti dari kepustakaan seperti
buku-buku mengenai sinematografi, product placement, jurnal dan
artikel yang dapat menunjang kelengkapan data penelitian ini.
5 Analisis Data
Analisis data merupakan sejumlah aktivitas yang dilakukan oleh peneliti
ketika proses pengumpulan data atau informasi berlangsung sampai kepada
penarikan kesimpulan berupa konsep atau hubungan antarkonsep. (Hamidi,
2008 : 97)
1) Menonton dan mengamati keseluruhan Video Klip B1A4dan Blueberry R
Siams
2) Memilah scene atau adegan dengan pencatatan cerita pada kedua vidio klip.
Scene di jabarkan dengan membagi sebuah adegan yang terbatas melalui
satu tempat dan waktu. Kemudian di masukan kedalam table.
3) Memilih adegan di dalam video klip yang terdapat product placement dan
kemudian dianalisis. Scene yang dipilih di lihat dari Russel mencirikan
product placement sebagai kerangka kerja tiga dimensi : Dimensi pertama
adalah berapa banyak kadar visualisasi dari produk tersebut. Dimensi kedua
yang Russel katakan adalah hakikat auditory atau verbalDimensi Russel
yang ketiga adalah kadar keterkaitan antara penempatan dengan plot atau
alur cerita di dalam video klip.
4) Menganalisa adegan yang terdapat product placement dengan analisis
sinematik dan memasukkan hasil analisa tersebut ke dalam tabel.
42
5) Mengkomparasikan unsur sinematik kemunculan produk placement
berdasarkan tabel yang telah di buat.
6) Setelah mendapatkan perbandingan, maka tahap selanjutnya adalah
menganalisis kembali data yang terangkum dalam tiap adegan di mana
kaitannya dalam mengemas product placement.
7) Melakukan kesimpulan komparasi data.
Penelitian sinematik tersebut dapat dilihat dari adegan tabel kerja analisis
sinematik desain dalam tabel bertikut (1.1)
43
6 Table kerja analisis
Table 1.1
Keterangan:
1 = Mise-en-scene
1a = Setting
1b = Kostum
1c = Pencahayaan
1d = Pergerakan tokoh
2 = Sinematografi
2.1 = Frame
2.2 = Durasi (detik)
2.1a = Jarak
2.1b = Sudut
2.1c = Pergerakan kamera
2.1d = Kom-posisi
2.2a = Total Visual
Ba
bak
Sce
-ne
Shot Product
placement
1 2 3
1a
1b
1c
1d
2.1 2.2 3.1
2.1a 2.1b 2.1c 2.1d 2.2a 2.2b 3.1a 3.2b 3.3c 3.4d
44
2.2b = Total Shot
3 = Editing
3.1 = Bentuk editing
3.1a = Kontinuitas Grafik
3.2b = Aspek Ritmik
3.3c = Aspek Spesial
3.4d = Aspek Temporal
Tabel tersebut dibuat berdasar penelitian sebelumnya kemudian
diolah kembali oleh peneliti untuk penelitian sinematik (Gardilla: 2013)
Setiap shot peletakan produk placement dipilih dan dipisahkan dalam tiap
babak. Kemudian di masukkan pada tabel pencatatan adegan untuk
mendeskripsikan yan terjadi dalam satu scene tau satu shot. Setelah setiap
gambar diketahui tiap adegannya, kemudian di pisahkan di tabel Mise-en-
scene, untuk mengetahui bagaimana unsur, setting yang digunakan pada
tiap gambar, kostum para talent, bagaimana teknik pencahayaan yang di
butuhkan untuk video tersebut, dan pergerakan apa saja yang ada didalam
frame untuk mengetahui unsur Mise-en-scene mampu mendukung naratif
dan membangun suasana dan mood sebuah film. Setelah mendeskripsikan
unsur Mise-en-scene dalam video tersebut maka unsur sinematografi akan
lebih mudah mendiskripkan mengapa memakai sudut kamera, pergerakan
dan maksud dari komposisi dalam video tersebut.
Kamera dan film (video) mencakup teknik-teknik yang dapat
dilakukan melalui kamera dan stok filmnya, seperti warna, penggunaan
45
lensa, kecepatan gambar, dan sebagainya. Pada tahap editing proses
pemilihan dan penyambungan gambar-gambar yang telah di ambil.
Berdasarkan aspek temporal, editing menjadi dua jenis, yakni editing
kontiniu dan editing diskontiniu. Yang kemudian juga dideskripsikan
kedalam table. Sehingga dapat ditemukan hasil dari penelitian bagaimana
unsur dalam aspek sinematik dapat mempengaruhi unsur naratif secara
keseluruhan dan juga mengetahui jika setiap unsur sinematik saling
bersinergi dengan unsur-unsur sinematik lainnya untuk membentuk aspek
sinematik secara total.