Download - Bab i Asi (Repaired)
-
7/31/2019 Bab i Asi (Repaired)
1/28
1
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI
PERILAKU IBU MENYUSUI DALAM MEMBERIKAN ASI
EKSKLUSIFDI RT 02 KAMPUNG JATI DESA CIKEMBULAN,
KECAMATAN KADUNGORA KABUPATEN GARUT
PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Riset Keperawatan
Disusun oleh:
Nita kardilah
05200ID09142/3D
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GARUT
AKADEMI KEPERAWATAN
2011
-
7/31/2019 Bab i Asi (Repaired)
2/28
2
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT
karena atas berkat, rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan
PROPOSAL PENELITIAN. Proposal penilitian ini ditujukan untuk memenuhi
salah satu tugas Riset Keperawatan.
Dalam penyusunan proposal penelitian ini, penulis banyak mendapat
bimbingan, bantuan saran, nasihat, petunjuk dan dorongan semangat secara
langsung maupun tidak langsung. Baik secara materi maupun materil. Oleh karena
itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Bapak
Ibu Dosen yang telah membimbing penulis dalam penyusunan proposal penelitian
ini.
Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih jauh dari
sempurna,hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan, serta pengalaman yang
dimiliki oleh penulis. Namun berkat bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak,
akhirnya proposal penelitian ini dapat diselesaikan.
Penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat
membuat proposal penelitian yang lebih baik dari sebelumnya, mudah-mudahan
proposal penelirian ini bermanfaat khususnya bagi penulis, umumnya bagi
pembaca
Akhirnya, hanya kepada ALLAH SWT kita berserah diri dan memohon
pertolongan. Semoga semua ini merupakan amal ibadah sebagai wujud
penyerahan diri kepada-Nya, Amin.
Garut, Januari 2012
Penulis,
-
7/31/2019 Bab i Asi (Repaired)
3/28
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) dimulai sejak masa
hamil, bayi, anak sekolah, dewasa, sampai usia lanjut atau yang dikenal dengan
pendekatan siklus kehidupan. Setiap tahap dari siklus tersebut, manusia
menghadapi masalah gizi yang berbeda yang harus diatasi dengan cepat dan tepat
waktu. Salah satu upaya untuk memperoleh tumbuh kembang yang baik adalah
dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif sampai bayi berusia
6bulan, selanjutnya pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berumur 24 bulan.
Oleh karena itu, menyiapkan dan mengajarkan ibu agar dapat
memberikan ASI dengan benar merupakan bagian dari upaya peningkatan SDM.
Karena bayi dan anak lebih sehat sehingga akan menurunkan angka kesakitan dan
kematian bayi, sekaligus meningkatkan kualitas SDM yang bersangkutan (Depkes
RI, 2005).
Salah satu pengalaman yang berharga yang dialami ibu dan bayi
adalah menyusui ASI secara eksklusif. Sayangnya tidak semua ibu menyadari
akan pentingnya pemberian ASI eksklusif tersebut. ASI mengandung semua
nutrisi penting yang diperlukan bayi untuk tumbuh kembangnya, disamping itu
juga mengandung antibodi yang akan membantu bayi membangun sistem
kekebalantubuh dalam masa pertumbuhannya. Pemberian ASI eksklusif juga
1
-
7/31/2019 Bab i Asi (Repaired)
4/28
4
dapat menciptakan ikatan psikologis dan kasih sayang yang kuat antara ibu dan
bayi.
Dalam era globalisasi banyak ibu yang bekerja, keadaan ini sering
menjadi kendala bagi ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya
sehingga pemberian ASI Eksklusif mungkin tidak tercapai (Mardiati, 2008). Hak
bayi mendapat ASI diartikan mendapat ASI sesuai dengan resolusi World Health
Assembly (WHA) tahun 2001, yaitu bayi mendapat ASI eksklusif sejak lahir
sampai usia 6 bulan, selanjutnya diberikan MP-ASI dan pemberian ASI
diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih (IDAI Cab. DKI Jakarta, 2008). Praktek
pemberian ASI di Negara berkembang telah berhasil menyelamatkan sekitar 1,5
juta bayi per tahun dari kematian dan kesakitan. Atas dasar tersebut World Health
Organization ( WHO ) merekomendasikan untuk hanya memberikan ASI sampai
bayi 6 bulan. Setiap tahunnya lebih dari 25.000 bayi di Indonesia dan 1,3 juta bayi
di seluruh dunia dapat diselamatkan dari kematian dengan pemberian ASI
eksklusif (Depkes RI, 2005).
Berdasarkan penelitian WHO (2000) di enam negara berkembang,
risiko kematian bayi antara usia 9 12 bulan meningkat 40% jika bayi tersebut
tidak disusui, untuk bayi berusia di bawah dua bulan, angka kematian ini
meningkat menjadi 48% (Roesli, 2008). Pemberian ASI secara eksklusif dapat
mencegah kematian balita sebanyak 13%. Pemberian makanan pendamping ASI
pada saat 6 bulan dan jumlah yang tepat dapat mencegah kematian balita
sebanyak 6% sehingga pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dilanjutkan
-
7/31/2019 Bab i Asi (Repaired)
5/28
5
dengan pemberian ASI sampai lebih 2 tahun bersama makanan pendamping ASI
yang tepat dapat mencegah kematian balita sebanyak 19% (Suradi, 2008).
Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
1994 dan 1997 dilaporkan bahwa ibu - ibu yang memberikan ASI eksklusif
kepada bayinya dibawah 4 bulan baru mencapai 47% dan 52%. Angka ini jauh
dari target yang harus dicapai dalam Repelita VI yaitu sebesar 80%. Untuk
mencapai target ini perlu usaha yang keras melalui penyuluhan kepada
masyarakat luas (Purnamawati, 2003).
Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat tahun 2007 di
Jawa Barat Angka Kematian bayi akibat tidak mendapatkan ASI ekslusif
mencapai 321 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan catatan kematian Bayi di
kabupaten Garut tahun 2007 mencapai 55 kasus akibat kekurangan ataupun tidak
mendapatkan ASI ekslusif (Profil Din Kes Garut, 2007:13)
Begitupun di wilayah Desa Cikembulan Tepatnya Di Kampung Jati Rt
02, Sebagian Besar Ibu Menyusui cenderung tidak memberikan ASI eksklusif
kepada bayinya, baik dari ekonomi rendah sampai pada ekonomi tinggi, mereka
cenderung memberikan Susu formula dibandingkan ASI eksklusif. Sekitar 90%
ibu menyusui dari jumlah ibu menyusui yang berada di RT 02 Kampung jati dri
seluruh jumlah ibu menyusui sekitar 20 0rang tidak memberikan ASI esklusif. Hal
ini memberikan adanya hubungan antara pemberian ASI dengan sosial ekonomi
ibu dimana ibu mempunyai sosial ekonomi rendah mempunyai peluang 4,6 kali
untuk memberikan ASI dibanding ibu dengan social ekonomi tinggi.
-
7/31/2019 Bab i Asi (Repaired)
6/28
6
Bertambahnya pendapatan keluarga atau status sosial yang tinggi serta lapangan
pekerjaan bagi perempuan berhubungan dengan pemberian susu botol. Artinya
mengurangi kemungkinan untuk menyusui bayi dalam waktu yang lama
(Purnamawati, 2003).
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu
tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan
dan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor
yang saling berinteraksi. Seiring dengan tidak disadari bahwa interaksi itu sangat
kompleks sehingga kadang-kadang kita tidak sempat memikirkan penyebab
seseorang menerapkan perilaku tertentu. Karena itu amat penting untuk dapat
menelaah alasan dibalik perilaku individu, selama ia mampu mengubah perilaku
tersebut.
Dilihat dari Segi Biologis Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas
organisme ( makhluk hidup ) yang bersangkutan. Dari sudut pandang biologis,
semua makhluk hidup mulai dari tumbuhan, hewan, dan manusia berperilaku,
karena mempunyai aktivitas masing masing. Perilaku manusia adalah semua
tindakan atau aktivitas manusia, baik yang diamati lansung maupun yang tidak
dapat diamati pihak luar.
Dilihat dari Segi Psikologis Menurut Skiner (1938 ), perilaku adalah suatu
respon atau reaksi seseorang te rhadap stimulus ( rangsangan dari luar . pengertian
itu dikenal dengan teori S-O-R (stimulus-organisme-respons).skiner membedakan
-
7/31/2019 Bab i Asi (Repaired)
7/28
7
respons tersebut menjadi 2 jenis, yaitu respondent response (reflexive) dan
operant response (instrumental response).
Sedangkan perilaku ibu menyusui didaerah kabupaten garut, khususnya di
kampong jati RT 02 kabupaten garut masih acuh terhadap pentingnya
memberikan ASI ekslusif. Padahal sekitar 75% masyarakat Kampung jati telah
berpendidikan tinggi, dan berpenghasilan diatas Rp. 500.000,- per bulan. Itulah
Yang Menjadi Permasalahan Di RT 02 Kampung Jati Desa Cikembulan
Kabupaten Garut
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan masih rendahnya tingkat
pemberian ASI eksklusif oleh ibu pada bayinya dan masih rendahnya kesadaran
masyarakat khususnya kesadaran ibu menyusui untuk membekan ASI ekslusif
kepada bayinya. Hal ini disebabkan oleh banyaknya faktor-faktor yang
mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI eksklusif.
Oleh karena itu, sebagai upaya untuk lebih mengetahui dan memahami
bagaimana tingkat pemberian ASI eksklusif yang diberikan oleh ibu pada bayinya
khususnya di wilayah Kecamatan Kadungora Desa Cikembulan Tepatnya di
Kampung Jati RT 02 , maka peneliti mencoba membahasnya dalam bentuk
proposal penelitian dengan judulGambaran Faktor-Faktor Yang Dapat
Mempengaruhi Perilaku Ibu Menyusui terhadap pemberian Asi Eksklusif Di Rt
02 Kampung Jati Desa Cikembulan, Kabupaten Garut
-
7/31/2019 Bab i Asi (Repaired)
8/28
8
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat
dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah gambaran
factor-faktor yang mempengaruhi perilaku ibu menyusui terhadap pemberian asi
eksklusif Di RT 02 Kampung Jati Desa Cikembulan, Kabupaten Garut?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran factor-faktor yang mempengaruhi ibu
menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengaruh faktor umur ibu terhadap pemberian ASIeksklusif.
2. Untuk mengetahui pengaruh faktor pendidikan ibu terhadap pemberianASI eksklusif.
3. Untuk mengetahui pengaruh faktor pekerjaan ibu terhadap pemberian ASIeksklusif.
4. Untuk mengetahui pengaruh faktor pendapatan ibu terhadap pemberianASI eksklusif
-
7/31/2019 Bab i Asi (Repaired)
9/28
9
1.4. Manfaat Penelitian
1. Untuk institusi keperawatan:Agar lebih pro aktif dalam melakukan penelitian ataupun penanganan yang
berhubungan dengan masalah pemberian ASI ekslusif bagi ibu menyusui
kepada bayinya.
2. Untuk masyarakat:agar lebih memahami betapa pentingnya ASI ekslusif bagi bayi, sehingga
masyarakat tidak lagi menggunakan susu botol bagi bayi yang berusia 0-12
bulan. Sehingga bias meningkatkan derajat kesehatan bayi dan mengurangi
resiko kekurangan gizi pada bayi.
3. Untuk petugas kesehatan dan penyedian layanan kesehatan:tentang pelaksanaan pemberian ASI eksklusif Dapat melakukan berbagai
penyuluhan-penyuluhan mengenai pemberian ASI eksklusif di wilayah
kerjanya agar ibu-ibu menyusui mengerti manfaat pemberian ASI
eksklusif sehingga dapat meningkatkan jumlah pemberian ASI eksklusif
dari ibu menyusui kepada bayinya
1.5 Ruang Lingkup dan keterbatasanDalam penulisan proposal penelitian ini, penulis hanya membatasi ruang
lingkup penulisan tentang Gambaran Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi
Perilaku Ibu Menyusui terhadap pemberian Asi Eksklusif Di Rt 02 Kampung Jati
Desa Cikembulan, Kabupaten Garut
-
7/31/2019 Bab i Asi (Repaired)
10/28
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. ASI
ASI adalah emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam-garam
organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu yang berguna
sebagai makanan yang utama bagi bayi (Roesli, 2000).
ASI mengandung nutrisi, hormon,unsur kekebalan faktor pertumbuhan,
antialergi, serta anti infalamasi. Sehingga ASI merupakan makanan yang
mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial, maupun
spiritual (Purwanti, 2004).
2.2. Stadium ASI (Purwanti, 2004)
2.2.1. ASI Stadium I
ASI stadium I adalah kolostrum. Kolostrum merupakan cairan yang
pertama disekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke-1 sampai hari ke-4. Setelah
persalinan komposisi kolostrum ASI mengalami perubahan. Kolostrum berwarna
kuning keemasan disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup.
Kolostrum merupakan pencahar yang membersihkan mekonium sehingga mukosa
usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI. Hal ini
meneyebabkan bayi yang mendapat ASI pada minggu ke-1 sering defekasi dan
feses berwarna hitam.
8
-
7/31/2019 Bab i Asi (Repaired)
11/28
11
Kandungan tertinggi dalam kolostrum adalah antibodi yang siap
melindungi bayi saat kondisinya masih lemah. Kandungan protein dalam
kolostrum lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan protein dalam susu matur.
Jenis protein globulin membuat konsistensi kolostrum menjadi pekat ataupun
padat sehingga bayi lebih lama merasa kenyang meskipun hanya mendapat sedikit
kolostrum.
Lemak kolostrum lebih banyak mengandung kolesterol dan lisotin
sehingga bayi sejak dini sudah terlatih mengolah kolesterol. Kandungan hidrat
arang kolostrum lebih rendah dinbandingkan susu matur akibat dari aktivitas bayi
pada 3 hari pertama masih sedikit dan tidak memerlukan banyak kalori. Total
kalori kolostrum hanya 58 kal/100 ml kolostrum.
2.2.2. ASI Stadium II
ASI stadium II adalah ASI peralihan. ASI ini diproduksi pada hari ke-4
sampai hari ke-10. Komposisi protein makin rendah, sedangkan lemak dan hidrat
arang makin tinggi, dan jumlah volume ASI semakin meningkat. Hal ini
merupakan pemenuhan terhadap aktivitas bayi yang mulai aktif karena bayi sudah
beradaptasi terhadap lingkungan. Pada masa ini, pengeluaran ASI mulai stabil
begitu juga kondisi fisik ibu. Keluhan nyeri pada payudara sudah berkurang. Oleh
karena itu, yang perlu ditingkatkan adalah kandungan protein dan kalsium dalam
makanan ibu.
2.2.3. ASI Stadium III
ASI stadium III adalah ASI matur. ASI yang disekresi dari hari ke-10
sampai seterusnya. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah
-
7/31/2019 Bab i Asi (Repaired)
12/28
12
disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan,
bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain selain ASI.
2.3. Zat Gizi ASI
2.3.1. Karbohidrat
Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah
satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir 2
kali lipat dibandingkan laktosa yang ditemukan pada susu sapi. Namun demikian
angka kejadian diare yang disebabkan karena tidak dapat mencerna laktosa
(intoleransi laktosa) jarang ditemukan pada bayi yang mendapat ASI. Hal ini
disebabkan karena penyerapan laktosa ASI lebih baik dibandingkan laktosa susu
sapi. Kadar karbohidrat dalam kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi jumlahnya
meningkat terutama laktosa pada ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan).
Sesudah melewati masa ini maka kadar kabohidrat ASI relatif stabil (IDAI
Cab.DKI Jakarta, 2008).
2.3.2. Protein
Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan
protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI dan susu sapi terdiri
dari protein whey dan casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein
whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak
mengandung protein Casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi. Jumlah
protein casein yang terdapat dalam ASI hanya 30% dibanding susu sapi yang
mengandung jumlah ini lebih tinggi (80%). Disamping itu, beta laktoglobulin
yaitu fraksi dari protein whey yang banyak terdapat pada susu sapi tidak terdapat
-
7/31/2019 Bab i Asi (Repaired)
13/28
13
dalam ASI. Beta laktoglobulin ini merupakan jenis protein yang potensial
menyebabkan alergi.
ASI juga kaya akan nukleotida (kelompok berbagai jenis senyawa organic
yang tersusun dari 3 jenis yaitu basa nitrogen, karbohidrat, dan fosfat) disbanding
dengan susu sapi yang mempunyai zat gizi ini dalam jumlah sedikit. Disamping
itu kualitas nukleotida ASI juga lebih baik disbanding susu sapi. Nukleotida inin
mempunyai peran dalam meningkatkan pertumbuhan dan kematangan usus,
merangsang pertumbuhan bakteri baik yang di dalam usus, dan meningkatkan
penyerapan besi dan daya tahan tubuh (IDAI Cab.DKI Jakarta, 2008).
2.3.3. Lemak
Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibanding dengan susu sapi. Kadar
lemak yang tinggi ini dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan otak yang cepat
selama masa bayi. Terdapat beberapa perbedaan antara profil lemak yang
ditemukan dalam ASI dan susu sapi. Lemak omega 3 dan omega 6 yang berperan
pada perkembangan otak bayi banyak ditemukan dalam ASI. Disamping itu ASI
banyak mengandung banyak asam lemak rantai panjang diantaranya asam
dokosaheksonik (DHA) dan asam arakidonat (ARA) yang berperan terhadap
perkembangan jaringan saraf dan retina mata.
ASI mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh yang seimbang
dibanding susu sapi yang lebih banyak mengandung asam lemak jenuh. Seperti
yang kita ketahui konsumsi asam lemak jenuh dalam jumlah banyak dan lama.
tidak baik untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah (IDAI Cab.DKI Jakarta,
2008).
-
7/31/2019 Bab i Asi (Repaired)
14/28
14
2.3.4. Karnitin
Karnitin ini mempunyai peran membantu proses pembentukan energi yang
diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh. ASI mengandung kadar
karnitin yang tinggi terutama pada 3 minggu pertama menyusui, bahkan di dalam
kolostrum kadar karnitin lebih tinggi lagi. Konsentrasi karnitin bayi yang
mendapat ASI lebih tinggi dibanding dengan bayi yang mendapat susu formula
(IDAI Cab,DKI Jakarta, 2008).
2.3.5. Vitamin
Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai
faktor pembekuan. Vitamin D untuk mencegah bayi menderita penyakit tulang.
Vitamin A berfungsi untuk kesehatan mata dan juga untuk mendukung
pembelahan sel, kekebalan tubuh dan pertumbuhan (IDAI Cab.DKI Jakarta,2008).
2.3.6. Mineral
Mineral utama yang terdapat di dalam ASI adalah kalsium yang
mempunyai fungsi untuk pertumbuhan jaringan otot dan rangka, transmisi
jaringan saraf dan pembekuan darah. Kandungan zat besi di dalam ASI lebih
mudah siserap yaitu 20-50% dibandingkan hanya 4-7% pada susu formula.
Sehingga bayi yang mendapat ASI mempunyai risiko lebih kecil untuk
mengalami kekurangan zat besi dibanding dengan bayi yang mendapat susu
formula. Mineral zink dibutuhkan oleh tubuh karena merupakan mineral yang
banyak membantu berbagai proses metabolisme di dalam tubuh (IDAI Cab.DKI
Jakarta, 2008).
-
7/31/2019 Bab i Asi (Repaired)
15/28
15
2.4. ASI Eksklusif
Yang dimaksud dengan ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI
secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain
seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan
padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim.
Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu
setidaknya selama 4 bulan tetapi bila memungkinkan sampai 6 bulan. Setelah bayi
berumur 6 bulan, ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan
ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau lebih dari 2 tahun. Para ahli
menemukan bahwa manfaat ASI akan sangat meningkat bila bayi hanya diberi
ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. Peningkatan inisesuai dengan
lamanya pemberian ASI eksklusif serta lamanya pemberian ASI bersama-sama
dengan makanan padat setelah bayi berumur 6 bulan.
Berdasarkan hal-hal di atas, WHO/UNICEF membuat deklarasi yang
dikenal dengan Deklarasi Innocenti. Deklarasi yang dilahirkan di Innocenti, Italia
tahun 1990 ini bertujuan untuk melindungi, mempromosikan, dan member
dukungan pada pemberian ASI. Deklarasi yang juga ditandatangani Indonesia ini
memuat hal-hal berikut.
Sebagai tujuan global untuk meningkatkan kesehatan dan mutu makanan
bayi secara optimal maka semua ibu dapat memberikan ASI eksklusif dan semua
bayi diberi ASI eksklusif sejak lahir sampai berusia 4-6 bulan. Setelah berumur 4-
6 bulan, bayi diberi makanan pendamping yang benar dan tepat, sedangkan ASI
tetap diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih. Pemberian makanan untuk bayi
-
7/31/2019 Bab i Asi (Repaired)
16/28
16
yang ideal seperti ini dapat dicapai dengan cara menciptakan pengertian serta
dukungan dari lingkungan sehingga ibu-ibu dapat menyusui secara eksklusif.
Pada tahun 1999, setelah pengalaman selama 9 tahun, UNICEF
memberikan klarifikasi tentang rekomendasi jangka waktu pemberian ASI
eksklusif. Rekomendasi terbaru UNICEF bersama WHA dan banyak negara
lainnya adalah menetapkan jangka waktu pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan
(Roesli,2005).
2.5. Manfaat ASI Eksklusif
2.5.1. Manfaat bagi Bayi
Adapun manfaat ASI eksklusif bagi bayi (Roesli, 2005), yaitu :
a. ASI sebagai nutrisi dimana ASI sebagai makanan tunggal untukmemenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia 6
bulan.
b. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi karena mengandungberbagai zat anti kekebalan sehingga akan lebih jarang sakit. ASI
juga mengurangi terjadinya mencret, sakit telinga dan infeksi
saluran pernafasan serta terjadinya serangan alergi.
c.
ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan karena mengandung asam
lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak sehingga bayi ASI
eksklusif potensial lebih pandai.
d. ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang sehingga dapatmenunjang perkembangan kepribadian, kecerdasan, emosional,
kematangan spiritual dan hubungan sosial yang baik.
-
7/31/2019 Bab i Asi (Repaired)
17/28
17
2.5.2. Manfaat bagi Ibu
Adapun manfaat ASI eksklusif bagi ibu bila memberikan ASI eksklusif
(Roesli, 2005), yaitu :
a. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan karena pada ibu menyusuiterjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna juga untuk
konstriksi/penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih
cepat berhenti.
b. Mengurangi terjadinya anemia akibat kekurangan zat besi karenamenyusui mengurangi perdarahan.
c. Menjarangkan kehamilan karena menyusui merupakan cara kontrasepsiyang aman, murah dan cukup berhasil.
d. Mengecilkan rahim karena kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkatmembantu rahim ke ukuran sebelum hamil.
e. Lebih cepat langsing kembali karena menyusui membutuhkan energi makatubuh akan mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama hamil.
f. Mengurangi kemungkinan menderita kanker.g. Lebih ekonomis dan murah karena dapat menghemat pengeluaran untuk
susu formula, perlengkapan menyusui dan persiapan pembuatan susu
formula.
h. Tidak merepotkan dan hemat waktu karena ASI dapat diberikan segeratanpa harus menyiapkan atau memasak air.
i. Portabel dan praktis karena mudah dibawa kemana-mana sehingga saatbepergian tidak perlu membawa berbagai alat untuk menyusui.
-
7/31/2019 Bab i Asi (Repaired)
18/28
18
j. Memberi ibu kepuasan, kebanggaan dan kebahagiaan yang mendalamkarena telah berhasil memberikan ASI eksklusif.
2.5.3. Manfaat bagi Negara
Pemberian ASI eksklusif akan menghemat pengeluaran Negara karena hal-
hal berikut ini (Roesli, 2005):
a. Penghematan devisa untuk pembelian susu formula, perlengkapanmenyusui, serta biaya menyiapkan susu.
b. Penghematan biaya rumah sakit terutama sakit muntah-mencret danpenyakit saluran pernafasan.
c. Penghematan obat-obatan, tenaga dan sarana kesehatan.d. Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas
untuk membangun Negara.
e. Langkah awal untuk mengurangi bahkan menghindari kemungkinanterjadinya genereasi yang hilang khususnya bagi Indonesia.
2.6 Sepuluh Langkah Keberhasilan Menyusui
Langkah-langkah yang terpenting dalam persiapan keberhasilan menyusui
secara eksklusif menurut Departemen Keseharan RI (2005) adalah sebagai
berikut:
1. Mempunyai kebijakan tertulis tentang menyusui.2. Melatih semua staf pelayanan kesehatan dengan ketrampilan3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan
penatalaksanaannya,melalui unit rawat jalan kebidanan dengan
memberikan penyuluhan: manfaat ibu hamil, KB, senam hamil dan senam
-
7/31/2019 Bab i Asi (Repaired)
19/28
19
payudara.
4. Membantu ibu-ibu mulai menyusui bayinya dalam waktu 30 menit setelahmelahirkan, yang dilakukan di ruang bersalin. Apabila ibu mendapat
narkose umum, bayi disusui setelah ibu sadar.
5. Memperlihatkan kepada ibu-ibu bagaimana cara menyusui dan caramempertahankannya, melalui penyuluhan yang dilakukan di ruang
perawatan.
6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayibaru lahir.
7. Melaksanakan rawat gabung yang merupakan tanggung jawab bersamaantara dokter, bidan, perawat, dan ibu.
8. Memberikan ASI kepada bayi tanpa jadwal.9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi.10.Membentuk dan membantu pengembangan kelompok pendukung ibu
menyusui, seperti adanya Pojok Laktasi yang memantau kesehatan ibu
nifas dan bayi, payudara,dll.
2.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif
Menyusui merupakan suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak
berhasil menyusui atau menghentikan menyusui lebih dini. Berbagai alasan dan
kendala ibu untuk tidak menyusui terutama secara eksklusif, yaitu:
1. Produksi ASI yang kurang.2. Ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar.3. Bayi terlanjur mendapatkan prelakteal feeding (pemberian makanan selain
-
7/31/2019 Bab i Asi (Repaired)
20/28
20
ASI pada hari-hari pertama kelahiran).
4. Kelainan ibu, seperti puting ibu lecet, puting ibu terbenam, payudarabengkak, mastitis, abses.
5. Kelainan bayi, seperti bayi sakit, abnormalitas bayi.6. Ibu hamil lagi padahal masih menyusui7. Ibu yang bekerja.8. Adanya anggapan bahwa susu formula lebih praktis.9. Banyaknya iklan-iklan yang menyesatkan dari berbagai produk susu
formula ataupun makanan bayi.(IDAI Cab. DKI Jakarta, 2008; Roesli,
2005)
-
7/31/2019 Bab i Asi (Repaired)
21/28
21
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1.Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam
penelitian ini diambil dari teori menurut (Notoatmojo 2003;121) yang
menerangkan bahwa factor yang mempengaruhi perilaku ibu menyusui yaitu
factor umur ibu menyusui, factor pendidikan ibu menyusui, factor pekerjaan ibu
menyusui dan factor pendapatan ibu menyusui. Sehingga apabila di gambarkan
menjadisebagai berikut:
Gambar 1.
Kerangka Konsep Penelitian factor yg mempengaruhi perilaku ibu menyusui
Keterangan gambar:
: Variabel yang diteliti
Variabel bebas ( Independen ) dalam penelitian ini adalah umur, pendidikan,
pekerjaan dan pendapatan. Variabel terikat ( Dependen ) dalam penelitian ini
adalah perilaku ibu terhadap pemberian ASI ekslusif.
pendidikan
Pekerjaan
Pendapatan
Perilaku ibu terhadap
Pemberian ASI esklusif
Umur
19
-
7/31/2019 Bab i Asi (Repaired)
22/28
22
Tabel 3.1. Definisi Operasional
N
o.
Variabel Definisi
operasional
Cara ukur Alat
ukurHasil ukur Skala
ukur
1. Perilaku
pemberian
ASI eklusif
Tindakan yang
dilakukan ibu
menyusui apakah
memberikan ASI
atau tidak secara
ekslusif tanpa ada
cairan atau
makanan lain
selain ASI sampaiusia 6 bulan
Didapat
dengan cara
memberikan
5 pertanyaan
dengan
alternative
jawaban:
YA atau
TIDAK
Koe
Si-
oner
Data dikategori-
kan kedalam:
-Baik
mean (90%)
-kurang
mean (90%)
Nom
inal
2 Umur Lama waktu
perjalanan hidup
Ibu menyusui
dimulai dari sejak
dilahirkan sampai
sekarang, yang
dinyatakan dalam
satuan tahun
Didapat
dengan cara
memberikan
selembaran
pertanyaan,
dan
jawabanya
dilingkari
menurut usia
respondenmasing-
masing
Koe
si-
oner
Data dikategori-
kan kedalam :
- Usia muda:
20 tahun
- Usia dewasa:
2035 tahun
-UsiaDewasaTua:
35 tahun
Ordi
nal
3 Pendidikan pendidikanformal yang pernah
diikuti oleh ibu
menyusui yang
terdiri daritingkat
SD, SMP, SMA,
D3 dan S1
Didapat
dengan cara
memberikan
selembaran
pertanyaan,
dan
jawabanya
dilingkari
berdasarkanpendidikan
responden
masing-
masing
Koe
Sio-
ner
Data dikategori-
kan kedalam:
-Pendidikanrendah:
Tidak bersekolah&
SD
-Pendidikan
sedang:
SMP & SMA-Pendidikan tinggi:
Diploma & sarjana
Ordi
nal
4 Pekerjaan Kegiatan yang ibu
menyusui lakukan
yang dapat
menghasilkan
pendapatan untuk
memenuhi
Didapat
dengan cara
memberikan
selembaran
pertanyaan,
dan
Koe
Si-
oner
Data dikategori-
kan kedalam:
-tidak bekerja:
Ibu rumah tangga
-bekerja:
Pegawai negri,
Nom
inal
-
7/31/2019 Bab i Asi (Repaired)
23/28
23
kebutuhan hidup jawabanya
dilingkari
berdasarkanpekerjaan
responden
masing-
masing
wiraswasta,
pedagang,dll
5 Pendapatan Keuangan keluargayang dihasilkan
anggota keluarga
untuk memenuhi
kebutuhan sehari-
hari
Didapat
dengan cara
memberikan
pertanyaan,
dan
jawabanya
dilingkarisesuai
pendapatan
responden
masing-
masing
Koe
Si-
oner
Data dikategori-
kan kedalam:-pendapatan
rendah:
500.000 dan500.000x
1.000.000-pendapatan
sedang:
1.000.000x2.500.000
-pendapatan tinggi:
2.500.000x5.000.000
ordi
nal
-
7/31/2019 Bab i Asi (Repaired)
24/28
24
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif, penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang
dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang
suatu keadaan secara objektif. Metode penelitian deskriptif digunakan untuk
memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi
sekarang. (Notoatmojo,2005).
Pada penelitian ini peneliti ingin meneliti tentang Gambaran Factor-
Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI
Eksklusif Di Rt 02 Kampung Jati Desa Cikembulan, Kabupaten Garutdengan
jenis penelitian cross sectional yaitu mengukur keadaan responden sesaat pada
satu waktu dalam waktu yang bersamaan disebut juga penelitian transversal.
(Notoatmojo, 2005)
4.2. Populasi dan Sampel Penelitian
4.2.1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah seluruh objek atau subjek dengan karakteristik
tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2003). Dalam penelitian ini jumlah populasi
yang diambil adalah ibu menyusui yang mempunyai bayi berusia 012 bulan di 1
Rt yaitu salah satunya Rt 02 Kampung Jati Desa Cikembulan Kabupaten Garut
sebanyak 20 0rang, jadi total populasi pada penelitian ini berjumlah 20 orang.
22
-
7/31/2019 Bab i Asi (Repaired)
25/28
25
4.2.2. Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan jenis total sampling, yaitu
menggunakan keseluruhan responden atau keseluruhan populasi sebagai sampel,
sehingga jumlah sampel yang diteliti adalah 20 orang yakni ibu menyusui yang
memiliki bayi 0-12 bulan di RT 02 Kampung Jati, Desa Cikembulan, Kecamatan
Kadungora, Kabupaten Garut
4.3. Metode Pengumpulan Data
a. Variable perilaku pemberian ASI eklusif didapat dengan cara memberikankoesioner dengan 5 pertanyaan Dengan alternative jawaban YA atau TIDAK,
yang berisikan:
1. Apakah ibu memberikan ASI ekslusif kepada bayi ibu?2. Apakah ibu mengetahui cara memberikan ASI ekslusif yang benar
kepada bayi ibu?
3. Apakah ibu tahu manfaat ASI ekslusif bagi bayi ibu?4. Apakah ibu pernah memberikan makanan atau minuman selain ASI
ekslusif kepada bayi ibu seperi susu botol atu yang lainnya?
5. Apakah ibu tahu akibatnya kepada bayi ibu jika ASI ekslusif digantidengan makanan atau minuman lain?
b. Variabel umur Didapat dengan cara memberikan selembaran pertanyaankoesioner, dengan melingkari jawabanya berdasarkan umur responden masing-
masing:Data dikategorikan kedalam :
-
7/31/2019 Bab i Asi (Repaired)
26/28
26
Usia muda: 20 tahun Usia dewasa: 2035 tahun UsiaDewasaTua: 35 tahun
c. Variable pendidikan Didapat dengan cara memberikan selembaranpertanyaan koesioner, dengan melingkari jawabanya berdasarkan jenis
pendidikan responden masing-masing:Data dikategorikan kedalam:
Pendidikan rendah: Tidak bersekolah& SD Pendidikan sedang: SMP & SMA Pendidikan tinggi:Diploma & sarjana
d. Variable pekerjaan Didapat dengan cara memberikan selembaranpertanyaan koesioner, dengan melingkari jawabanya berdasarkan jenis pekerjaan
responden masing-masing:Data dikategorikan kedalam:
Tidak Bekerja:Ibu Rumah Tangga Bekerja:Pegawai Negri, Wiraswasta, Pedagang,Dll
e. Variable pendapatan Didapat dengan cara memberikan selembaranpertanyaan koesioner, dengan melingkari jawabanya berdasarkan jumlah
pendapatan responden masing-masing:Data dikategorikan kedalam:
Pendapatan Rendah: 500.000 Dan 500.000X 1.000.000 Pendapatan Sedang: 1.000.000X2.500.000 Pendapatan Tinggi: 2.500.000x5.000.000
-
7/31/2019 Bab i Asi (Repaired)
27/28
27
4.4 Cara Pengolahan Data
Tahap pertama editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas
maupun data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai
petunjuk.
Tahap kedua coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada
kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisis.
Tahap ketiga tabulating yaitu memasukan data-data kedalam tabel-tabel
sederhana.
4.5 Analisa dataTeknik analisa data yang di gunakan adalah Univariat. Dengan
menjelaskan table tunggal sesuai dengan variable yang ada pada kerangka
konsep., yaitu sebagai berikut:
a. Untuk variabel perilaku pemberian ASI eksklusifPerilaku frekuensi
Baik 14
Kurang 16
jumlah 20
b. Untuk variabel umur ibu menyusuiUmur frekuensi
Muda 9
Dewasa 8
Dewasa tua 3
jumlah 20
-
7/31/2019 Bab i Asi (Repaired)
28/28
28
c. Untuk variabel pendidikanPendidikan Frekwensi
Rendah 2
Sedang 8
Tinggi 10
jumlah 20
d. Untuk variabel pekerjaanPekerjaan Frekwensi
Bekerja 14
Tidak bekerja 6
jumlah 20
e. Untuk variabel pendapatanPendapatan Frekwensi
Rendah 5
Sedang 9
Tinggi 6
jumlah 20
4.6 Lokasi Dan Waktu Penelitian4.6.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah RT 02 Kampung Jati Desa
Cikembulan Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut
4.6.2 Waktu PenelitianPenelitian ini dilaksanakan selama I minggu yaitu mulai dari tanggal 14
November 2011 s/d 21 November 2011