191
Bab Enam
DAMPAK PEMBINAAN TERHADAP
PERKEMBANGAN INDUSTRI KECIL
PENGOLAHAN
Pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah untuk
pengembangan sektor industri pengolahan baik pemerintah pusat,
Pemerintah Provinsi NTT, Pemerintah Kota Kupang, Pemerintah
Kabupaten Kupang,Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan,
Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Utara terakumulasi dalam data
sekunder pada Tabel 6.1.
Tabel 6.1 Prediksi Jumlah Unit Usaha, Tenaga Kerja
Sektor Industri Provinsi Nusa Tenggara Timur(Tahun 2004 – 2013)
TAHUN T ∑ UNIT USAHA ∑ TENAGA KERJA
2004 1 69.041 107.582
2005 2 69.852 126.452
2006 3 70.203 148.984
2007 4 70.628 165.430
2008 5 81.345 184.796
2009 6 86.925 203.736
2010 7 92.504 222.677
2011 8 98.084 241.617
2012 9 103.663 260.557
2013 10 109.242 279.497
Rata-Rata Kenaikan 5,38% 7,27%
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Prov NTT (Data diolah)
Untuk tahun 2014 jumlah unit usaha industri makro, kecil,
sedang dan besar berjumlah 112.075 unit usaha dengan 209.722 orang
tenaga kerja. Dengan prediksi rata – rata kenaikan 5, 38 % untuk unit
Pengembangan Industri Kecil untuk Pemberdayaan Ekonomi Rakyat
192
usaha dan 7, 27 % untuk tenaga kerja, maka prediksi kontribusi PDRB
Sektor Industri Pengolahan diharapkan melampaui 2% di tahun 2013
seperti pada Tabel 6.2.
Tabel 6.2 Prediksi Pertumbuhan, Kontribusi PDRB, Sektor Industri
Provinsi Nusa Tenggara Timur (Tahun 2003 – 2013)
TAHUN T Pert. Ind Kontr. PDB
2003 1 3,89 1,54
2004 2 4,62 1,65
2005 3 3,09 1,82
2006 4 3,78 1,85
2007 5 3,60 1,90
2008 6 4,21 1,70
2009 7 4,82 1,90
2010 8 5,10 1,95
2011 9 5,37 1,99
2012 10 5,65 2,04
2013 11 5,92 2,08
rata-rata kenaikan 0,27% 0,05%
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Prov NTT (Data di olah)
Pertumbuhan industri di tahun 2014 menunjukkan angka
penurunan yaitu 3,37 dan kembali naik di tahun 2015 sebesar 5,23
walau angka tersebut masih bersifat sementara dan sangat sementara.
Namun ekonomi NTT belum berubah, tetap didominasi oleh sektor
pertanian. Kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB
Provinsi NTT selama 4 tahun yaitu 2007 sebesar 1,70 %, tahun 2008
sebesar 1, 59 % dan tahun 2009 sebesar 1, 55 % dan tahun 2010 sebesar
1, 54 % (BPS NTT, 2010), persentasenya terus menurun di tahun 2011
sebesar 1,26 %, tahun 2012 sebesar1,25%, tahun 2103 sebesar 1,24%,
tahun 2014 sebesar 1,23% dan ditahun 2015 tetap pada angka 1, 23%.
Berdasarkan ulasan tersebut jelas bahwa dalam kurun waktu
2007 – 2010 bahkan sampai dengan tahun 2015 persentasenya hampir
menyentuh angka 1 % saja, sungguh suatu kondisi yang sangat
memprihatinkan sebab belum terjadi pergeseran struktur ekonomi
yang cukup signifikan di NTT. Sektor primer yang dimotori oleh sektor
Dampak Pembinaan terhadap Perkembangan Industri Kecil Pengolahan
193
pertanian masih mendominasi perekonomian NTT. Sektor tersier yang
dimotori oleh sektor jasa-jasa dan sektor perdagangan peranannya
relatif stabil. Sedangkan sektor sekunder dengan motor utama sektor
industri pengolahan relatif belum mampu bergerak untuk
memperbesar peranannya dalam perekonomian NTT.
Kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB NTT
tersebut adalah penegasan terhadap tidak tercapainya prediksi
pemerintah pembina sektor industri yaitu tahun 2007 sebesar 1,90%,
tahun 2008 sebesar 1,70 %, tahun 2009 sebesar 1,90 % dan tahun 2010
sebesar 1,95 % sekaligus bukti kurang berhasilnya program pemerintah
untuk mengembangkan sektor industri pengolahan di provinsi ini. Dari
persentase yang terus menurun, berbanding terbalik dengan program
pembinaan yang semakin besar dan meluas dengan dukungan dana
yang juga sangat besar dari berbagai sumber pendanaan.
Kenyataan bahwa sektor pertanian sebagai sektor primer tetap
menjadi penyelamat ekonomi NTT, walau posisinya semakin melemah
juga membuktikan bahwa banyak program pemberdayaan masyarakat
yang bermuara pada sektor primer yang kurang memberi lonjakan
yang berarti bagi ekonomi daerah.
Penguatan sektor primer atau sektor hulu oleh begitu banyak
program pemerintah hanyalah semu, karena penerima program tidak
mengembangkan penguatan tersebut tetapi habis dikonsumsi.
Di sisi lain sektor tersier tetap memberikan kontribusi penting
dari sektor perdagangan dan jasa, semakin menguatkan kondisi
perdagangan bahan mentah atau bahan baku industri yang
diantarpulaukan keluar dibandingkan dengan antarpulau masuk.
Kondisi ini mengurangi daya dukung daerah dalam mengupayakan
pengembangan sektor industri pengolahan di daerah ini yang dapat
memberi nilai tambah bagi kesejahteraan masyarakat.
Provinsi NTT saat ini sedang berjalan ke arah kebangkrutan
ekonomi yang parah, sektor primer sebagai sumber bahan baku dan
bahan mentah salah sasaran pembinaan, sektor sekunder salah program
dan sasaran pembinaan, sektor tersier dikuatkan untuk meloloskan
Pengembangan Industri Kecil untuk Pemberdayaan Ekonomi Rakyat
194
sektor primer. Daerah ini menjadi daerah konsumen bukan produsen
yang harus mengkonsumsi barang dan jasa dengan harga tinggi, namun
masyarakatnya memiliki daya beli yang rendah hanya tergantung pada
belanja pemerintah. Kemiskinan menanti di depan mata, menguatkan
posisi provinsi ini paling rendah pada semua aspek dibandingkan
provinsi lain di Indonesia bahkan dari provinsi yang menjadi daerah
otonom baru.
Pengembangan Industri Kecil Pengolahan di Kawasan Timor Barat
Provinsi NTT belum lepas dari berbagai kondisi yang
menampilkan ketertinggalan dalam banyak aspek, terutama pada
kawasan Timor Barat yaitu Kota Kupang, Kabupaten Kupang,
Kabupaten Timor Tengah Selatan, Kabupaten Timor Tengah Utara.
Kemiskinan masih ada di provinsi ini,yang terlihat dari
pendapatan per kapita NTT hanya seperlima dari pendapatan per
kapita nasional, sehingga rata-rata pendapatan masyarakat NTT masih
di bawah garis normal pendapatan nasional. Pemerintah NTT dan
pemerintah kabupaten/kota di kawasan Timor Barat memandang serius
kondisi ini dan melakukan berbagai program pembangunan,terutama
pembangunan ekonomi untuk menyelesaikan persoalan ini melalui
kegiatan-kegiatan yang bertujuan memberdayakan ekonomi
masyarakat.
Kegiatan pemberdayaan yang dilaksanakan pemerintah
provinsi maupun kabupaten/kota belum memberikan dampak yang
signifikan terhadap meningkatnya kondisi ekonomi masyarakat. Hal
tersebut nampak dari profil Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
NTT yang menegaskan kontribusi sektor sekunder yang sangat rendah,
dan tidak mencapai target sebesar 2% bahkan semakin menurun
menjadi 1,23 % di mana rata-rata kontribusi pada PDRB provinsi
dalam 12 tahun terakhir ini hanya 1,49% saja. Sementara sektor
primer yang sangat besar yaitu 78,5 %, serta sektor tersier antara 18 s/d
20 %.
Posisi kontribusi PDRB Provinsi NTT sesuai data BPS tahun
2010 pada PDRB Nasional bersama provinsi lainnya di kawasan timur
Dampak Pembinaan terhadap Perkembangan Industri Kecil Pengolahan
195
Indonesia, seperti Kalimantan, Sulawesi, Papua, Maluku, Nusa
Tenggara Barat, tidak mencapai 20%, dibandingkan provinsi lainnya di
kawasan Indonesia Bagian Barat yang berada di Pulau Jawa, Bali,
Sumatera, yang menyumbang di atas 82,43 % pada PDRB Nasional,
seperti nampak pada Gambar 6.1.
Gambar 6.1 Kontribusi PDRB NTT pada PDRB Nasional Tahun 2010
Rendahnya keberhasilan penyerapan program pembinaan
melalui kegiatan pemberdayaan ekonomi rakyat oleh industri kecil
Wilayah Jawa dan Bali 59,27%
Wilayah Sumatra 23,16%
Wilayah Kalimantan 9,8%
Wilayah Sulawesi 4,53%
Wilayah Papua, Maluku, NTB, dan NTT 3,85%
Pengembangan Industri Kecil untuk Pemberdayaan Ekonomi Rakyat
196
pengolahan menjadi salah satu sebab yang berlanjut pada kurang
berkembangnya industri kecil pengolahan di kawasan Timor Barat
untuk mendukung peningkatan kondisi ekonomi masyarakat.
Alur pikirnya sebagai berikut: masyarakat terbentuk atas
sekumpulan individu, untuk memberdayakan ekonomi masyarakat
dimulai dari ekonomi individu, oleh karena itu apa yang dibuat oleh
individu untuk meningkatkan kemandirian ekonominya menjadi inti
dari pemberdayaan ekonomi masyarakat yang bermuara pada ekonomi
daerah.
Upaya peningkatan ekonomi individu melalui usaha ekonomi
produktif yang sudah dilakukan perlu dikaji apakah sesuai dengan teori
pengembangan usaha atau belum, dan faktor-faktor apa sajakah yang
menyebabkan keberhasilan maupun kegagalan.
Kota Kupang
Dampak Pengembangan Industri Kecil Pengolahan di Kota Kupang
Kota Kupang sebagai Ibu Kota Provinsi NTT menampilkan
profil sebagai pusat perdagangan dan jasa, dengan multi etnis yang
melahirkan multi potensi, dengan dukungan sarana yang lengkap,
seperti jalan, pelabuhan laut, untuk kegiatan perdagangan antarpulau
dan ekspor/impor, bandara udara yang menghubungkan berbagai
bandara di kabupaten/kota se-NTT. Suatu hal yang menarik bahwa
industri kecil di daerah ini juga berkembang di atas kabupaten lainnya.
Sesuai objek penelitian yaitu pada industri kecil pengolahan,
maka lokasi penelitian yang diambil adalah pada Kecamatan Oebobo
dan Kecamatan Alak, industri sektor pengolahan dominan di daerah ini
salah satunya adalah Sentra Tenun Ikat “ Ina Ndao” .
Di Kecamatan Oebobo dan Alak terdapat perusahaan/usaha
kecil pengolahan yang menghasilkan jenis komoditi dari industri
pengolahan pangan, tekstil, kerajinan dan kimia bahan bangunan serta
logam dan elektronik.
Dampak Pembinaan terhadap Perkembangan Industri Kecil Pengolahan
197
Data dari Badan Pusat Statistik Kota Kupang memberikan
gambaran capaian hasil sektor ini yang masih relatif rendah yaitu
tahun 2007 sebesar 3,38 %, tahun 2008 sebesar 3,27 %, tahun 2009
sebesar 3,18 %, tahun 2010 sebesar 3,08 % dan terus menurun sampai
2,67 % di tahun 2013 walau masih di atas rata – rata kontribusi sektor
ini terhadap PDRB NTT yang hanya 1, 54 % .
Kontribusi PDRB Kota Kupang terhadap PDRB Provinsi NTT
berada pada urutan pertama terbesar, kedua oleh Kabupaten Kupang,
ketiga oleh Kabupaten Timor Tengah Selatan dan keduabelas oleh
Kabupaten Timor Tengah Utara.
Dampak pembinaan terhadap pengembangan industri kecil
pengolahan pada Kecamatan Oebobo terbagi dalam 2 bagian yatu:
1. Hasil pelatihan kewirausahaan kepada masyarakat yang belum
melakukan usaha, maksimal 20% dari peserta pelatihan
melakukan kegiatan usaha sesuai minat dan kemampuan masing-
masing. Hasil industri sektor pengolahan terutama pangan dijual
pada toko-toko, minimarket, supermarket, hyperstore,
hypermarket dan toko khusus yang menjual aneka produk
olahan pangan khas Provinsi NTT yaitu; toko “Sudi Mampir”
2. Kepada mereka yang sudah melakukan kegiatan usaha diadakan
perbaikan sesuai materi pelatihan antara lain: (2.1)Perbaikan
proses produksi untuk menghasilkan diversifikasi produk
sehingga memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen; (2.2)
Peningkatan kapasitas produksi ; (2.3) Peningkatan mutu produk
secara keseluruhan; (2,4) Peningkatan mutu kemasan/packaging
produk sesuai standar kemasan yang baik dan benar; (2,5)
Perluasan wilayah pemasaran karena mendapat mitra kerja yang
mampu mengembangkan dan meningkatkan hasil penjualan
produk; (2,6) Peningkatan pendapatan dan persentase
keuntungan; (2,7) Perluasan usaha ekonomi produktif, dengan
membuka cabang usaha di berbagai tempat; (2,8) Membuka
usaha baru namun masih memiliki keterkaitan dengan usaha
lama. Salah satu contoh, ada industri pengolahan pangan yang
Pengembangan Industri Kecil untuk Pemberdayaan Ekonomi Rakyat
198
memproduksi abon dan olahan daging sapi juga membuka
tempat penjualan di depan tempat produksi sekaligus
memamerkan contoh produk bagi konsumen atau siapa saja yang
ingin bermitra seperti tampak dalam Gambar 6.2 pimpinan
usaha, Ibu Tamelab dengan aneka produk daging olahannya.
Gambar 6.2 IKP Pangan Tambers dan Aneka Produknya (2013)
Secara keseluruhan pembinaan terhadap industri kecil
pengolahan di Kota Kupang berdampak terhadap pengembangan
industri kecil pengolahan seperti tersebut di Tabel 6.3.
Tabel 6.3. Dampak Pembinaan Terhadap Indusri Kecil Pengolahan di Kota
Kupang Tahun 2005 – 2014
NO ASPEK PENGEMBANGAN
USAHA
IKP PANGAN
IKP SAN
DANG
IKP KERA JINAN
IKP KIMIA & BB
IKP LOGAM & ELT RNK
1. Pemasaran V V V - -
2. Produksi V V - - -
3. Organisasi & Managemen
- V - - -
4. Keuangan V V - - - Sumber : Hasil Penelitian diolah
Data tersebut di atas menampilkan fokus pembinaan
pemerintah Kota Kupang pada industri kecil pengolahan pangan dan
industri kecil pengolahan sandang yaitu tenun ikat yang mendapat
paket lengkap, sementara industri kecil pengolahan kerajinan tidak
Dampak Pembinaan terhadap Perkembangan Industri Kecil Pengolahan
199
lengkap, dan industri kecil pengolahan kimia dan bahan bangunan
serta logam dan elektronik berkembang tanpa sentuhan pembinaan
pemerintah.
Dibandingkan dengan kebutuhan pengembangan industri
kecil pengolahan di Kota Kupang yang membutuhkan dukungan
kemasan/packaging yang baik untuk hasil produksi mereka, belum
tersentuh oleh Pemerintah Kota Kupang.
Dampak Kebijakan Pemerintah di Kota Kupang
Dampak pada kebijakan pengembangan industri pengolahan
yang dilaksanakan di Kota Kupang sebagaimana pada Tabel 6.4.
Tabel 6.4 Kebijakan Pengembangan IK Pengolahan di Kota Kupang
Tahun 2005 - 2014
NO
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN IK PENGOLAHAN
NIHIL TER-BATAS
ADA KET
1. Perda IKP/Regulasi Lainnya
V
2. Perizinan V Badan Perizinan Satu Atap Kota Kupang
3. Unit Pelaksana Teknis/UPT
V
4. Sumber Daya Manusia Aparat Pembina IKP
V Penyuluh Industri ditempatkan di Kelurahan Bukan Pada Disperindag Kota
5. Kondisi Geografis, Topografis Wilayah
V
6. Sumber Daya Alam V
7. Komoditi Unggulan Daerah
V
8. Sarana Pendukung (Jalan Raya, Jembatan, Pelabuhan Laut Pelabuhan Udara )
V Lengkap
9. Sarana Mobilitas (Transportasi Darat, Laut, Udara)
V Lengkap
10 Sarana V Lengkap
Pengembangan Industri Kecil untuk Pemberdayaan Ekonomi Rakyat
200
Perdagangan (Pasar Tradisional, Pasar Modern)
11. Sarana Pendukung Keuangan (Perbankan, Lembaga Keuangan Lainnya)
V Lengkap
12. Kerjasama Antar Wilayah
V Dengan Pemkot Surabaya Pemprov Jawa Timur Dan Pemda Kab Prov NTT Lainnya.
13. Promosi Potensi Daerah (Pameran, Pasar Lelang)
V Lengkap, Tingkat Kota, Provinsi Dan Pusat
14. Faktor Lainnya (Koordinasi Antara Stake Holder Pembina Pengembangan IKP
V Tidak Semua SKPD Berkoordinasi Dalam Pengembangan IK Pengolahan
Sumber : Hasil Penelitian (diolah)
Kota Kupang sebagai daerah pemberi kontribusi terbesar dari
sektor industri pengolahan terhadap PDRB NTT dibandingkan daerah
lainnya, masih belum menyiapkan payung hukum pengembangan
industri kecil pengolahan yang mampu mendorong lebih cepat
pengembangan industri kecil pengolahan karena telah memiliki
sebagian besar faktor pendukung percepatan pengembangan industri
kecil pengolahan, dengan menyiapkan payung hukum dalam bentuk
Perda pengembangan industri, mendirikan Unit Pelaksana Teknis
(UPT) industri untuk pembinaan aspek manajemen usaha dan proses
produksi juga kemasan dan labeling, serta menempatkan aparatur
pembina yang tepat, meningkatkan koordinasi antara pelaku pembina
pengembangan industri di Kota Kupang.
Kabupaten Kupang
Dampak Pengembangan Industri Kecil Pengolahan di Kabupaten
Kupang
Kabupaten Kupang sebagai kabupaten yang dekat dengan Ibu
Kota Provinsi NTT dan memiliki luasan wilayah yang besar dan
Dampak Pembinaan terhadap Perkembangan Industri Kecil Pengolahan
201
memiliki potensi untuk dimekarkan dengan 24 kecamatan
menampilkan profil sebagai pusat suplai bahan baku industri dan
potensi ternak serta hasil perikanan dan kelautan, namun industri kecil
umumnya kurang berkembang dibandingkan dengan kabupaten
lainnya di NTT. Sesuai objek penelitian yaitu pada industri kecil
pengolahan, maka lokasi penelitian yang diambil adalah pada
Kecamatan Kupang Timur dan Kupang Tengah.
Di Kecamatan Kupang Timur dan Kupang Tengah terdapat
perusahaan/usaha kecil pengolahan yang menghasilkan jenis komoditi
dari industri pengolahan pangan, tekstil, kerajinan dan kimia bahan
bangunan serta logam dan elektronik.
Data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Kupang,
memberikan gambaran data capaian hasil sektor ini yang masih relatif
rendah yaitu berkisar antara 1 % s/d hampir 2 % terhadap PDRB
Kabupaten Kupang, kondisi yang sama dialami pemerintah provinsi.
Pembinaan terhadap industri kecil pengolahan di Kabupaten
Kupang berdampak terhadap pengembangan industri kecil pengolahan
seperti pada Tabel 6.5.
Tabel 6.5. Dampak Pembinaan Terhadap Indusri Kecil Pengolahan di
Kabupaten Kupang Tahun 2005 – 2014
NO ASPEK PENGEMBANG
AN USAHA
IKP PANG
AN
IKP SAN
DANG
IKP KERA JINAN
IKP KIMIA & BB
IKP LOGAM & ELTRNK
1. Pemasaran - V V - -
2. Produksi - V - - V
3. Organisasi & Managemen
- V - - -
4. Keuangan - V V - - Sumber : Hasil Penelitian diolah
Data tersebut di atas menampilkan fokus pembinaan pemerintah Kota
Kupang pada industri kecil pengolahan sandang yaitu tenun ikat yang
mendapat paket lengkap pembinaan dan industri kecil pengolahan
kerajinan yaitu alat musik tradisional Sasando yang mendapat sebagian
paket, sementara industri kecil logam dan elektronik hanya mendapat
satu paket yaitu bantuan mesin peralatan untuk peningkatan kegiatan
Pengembangan Industri Kecil untuk Pemberdayaan Ekonomi Rakyat
202
produksi. Dampak bantuan mesin peralatan terhadap industri kecil
pengolahan logam adalah tersedianya aneka barang dari logam sebagai
peralatan rumah tangga seperti pada Gambar 6.3.
Gambar 6.3 Aneka Peralatan Rumah Tangga Produksi IK Logam di Kabupaten
Kupang.
Untuk industri kecil pengolahan kimia dan bahan bangunan
serta pangan berkembang tanpa sentuhan pembinaan pemerintah.
Dibandingkan dengan kebutuhan pengembangan industri kecil
pengolahan di Kabupaten Kupang yang membutuhkan dukungan
pemerintah untuk mengolah sumber daya alam yaitu daerah pantai
yang berpotensi untuk pembangunan industri garam dan
pengembangan dari garam rakyat ke garam beryodium serta potensi
ternak terutama sapi dengan membangun pabrik pengolahan daging,
sudah dirintis oleh Pemerintah Provinsi NTT, dengan lokasi di Sulamu
dan Oebelo serta Noelbaki namun belum secara baik ditindaklanjuti
oleh Pemerintah Kabupaten Kupang.
Dampak Kebijakan Pengembangan Industri Kecil di Kabupaten
Kupang
Dampak pada kebijakan pengembangan industri pengolahan
yang dilaksanakan di Kabupaten Kupang sebagaimana pada Tabel 6.6.
Dampak Pembinaan terhadap Perkembangan Industri Kecil Pengolahan
203
Tabel 6.6 Kebijakan Pengembangan IK Pengolahan di Kabupaten Kupang
Tahun 2005 - 2014
NO
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN IK PENGOLAHAN
NIHIL TER BA
TAS
ADA KET
1. Perda IKP/Regulasi Lainnya
V
2. Perizinan V Dilakukan oleh Masing- Masing SKPD Pembina
3. Unit Pelaksana Teknis/UPT
V
4. Sumber Daya Manusia Aparat Pembina IKP
V Penyuluh Industri Ditempatkan di SKPD Lain Bukan pada Disperindag Kab Kupang
5. Kondisi Geografis, Topografis Wilayah
V Sangat Mendukung
6. Sumber Daya Alam V Melimpah
7. Komoditi Unggulan Daerah
V Namun Berbeda dalam Fokus Pembinaan oleh SKPD Terkait
8. Sarana Pendukung (Jalan Raya, Jembatan, Pelabuhan Laut Pelabuhan Udara )
V Jalan Raya Beragam Kondisi, Jembatan Menghubungi Daerah Produksi Tidak Lengkap, (Banyak Sungai Tidak Memiliki Jembatan)Pelabuhan Melalui Wilayah Kota Kupang
9. Sarana Mobilitas (Transportasi Darat, Laut, Udara)
V Trayek Transportasi Darat Terbatas.
10 Sarana Perdagangan (Pasar Tradisional, Pasar Modern)
V Belum Ada Pasar Modern
11. Sarana Pendukung Keuangan (Perbankan, Lembaga Keuangan Lainnya)
V Belum Semua Bank Ada Pada Wilayah Ini
12. Kerjasama Antar Wilayah
V Dengan Pemerintah Daerah Dlm Prov Ntt
13. Promosi Potensi Daerah (Pameran, Pasar Lelang)
V Lengkap, Tingkat Kota, Provinsi dan Pusat
Pengembangan Industri Kecil untuk Pemberdayaan Ekonomi Rakyat
204
14. Faktor Lainnya (Koordinasi Antara Stake Holder Pembina Pengembangan Ikp
V - Hanya Ada dalam Rapat yang di Pimpin Kepala Daerah, Aplikasinya Setiap Skpd Berjalan Sendiri dalam Pelaksanaan Programnya.
Sumber : Hasil Penelitian (di olah)
Kabupaten Kupang sebagai daerah pemberi kontribusi
terbesar kedua dari sektor industri pengolahan terhadap PDRB NTT
dibandingkan daerah lainnya, masih belum menyiapkan payung
hukum pengembangan industri kecil, pemerintah sebaiknya
menyiapkan payung hukum dalam bentuk Perda pengembangan
industri, mendirikan Unit Pelaksana Teknis (UPT) industri untuk
pembinaan aspek manajemen usaha dan proses produksi, juga kemasan
dan labeling, serta menempatkan aparatur pembina yang tepat.
Sarana prasana merupakan hal penting yang mendukung
percepatan upaya pengembangan industri kecil pengolahan yaitu, jalan
yang baik dengan jembatan yang menghubungi daerah produksi,
pelabuhan laut bisa dibangun di daerah Sulamu untuk memudahkan
akses pengiriman komoditi industri ke luar daerah, dan sarana
perbankan, sarana perdagangan serta yang penting juga adalah
meningkatkan koordinasi antara pelaku pembina pengembangan
industri di Kabupaten Kupang.
Kabupaten Timor Tengah Selatan
Dampak Pengembangan Industri Kecil Pengolahan
Kabupaten Timor Tengah Selatan sebagai kabupaten yang
memiliki posisi di tengah Pulau Timor memiliki jumlah kecamatan
yang terbesar dari kabupaten obyek penelitian lain yaitu 32
kecamatan. Untuk masa yang akan datang dapat dipertimbangkan
untuk dimekarkan dalam beberapa kabupaten untuk pendekatan
pelayanan di Provinsi NTT menampilkan profil sebagai pusat suplai
bahan baku hasil kehutanan dan hasil peternakan, namun industri
Dampak Pembinaan terhadap Perkembangan Industri Kecil Pengolahan
205
kecil sangat kurang berkembang dibandingkan kabupaten lainnya di
daerah ini.
Sesuai objek penelitian yaitu pada industri kecil pengolahan,
maka lokasi penelitian yang diambil adalah pada Kecamatan Kota Soe.
Di Kecamatan Kota Soe terdapat perusahaan/usaha kecil pengolahan
yang menghasilkan jenis komoditi dari industri pengolahan pangan,
tekstil, kerajinan dan kimia bahan bangunan serta logam dan
elektronik. Salah satunya Eddy Puay Tantry yang menghasilkan aneka
kerajinan patung dari kayu yang bermotif khas Timor yang menarik
minat para kolektor mancanegara (sesuai wawancara penulis dengan
Ibu Tantry).
Badan Pusat Statistik Kabupaten Timor Tengah Selatan
memberikan data–data capaian hasil sektor ini yang masih relatif
sangat rendah yaitu sebesar 0,63% s/d 0, 65%, dan tetap statis pada
posisi tersebut terhadap PDRB daerah.
Salah satu industri pengolahan logam dan elektronik bengkel
di Kota Soe adalah milik Bapak Yerry Yapi yang penulis wawancarai
untuk mengetahui usahanya. Umumnya pembinaan terhadap industri
kecil pengolahan di Kabupaten Timor Tengah Selatan berdampak
terhadap pengembangan industri kecil pengolahan seperti tersebut
pada Tabel 6.7.
Tabel 6.7. Dampak Pembinaan Terhadap Indusri Kecil Pengolahan di
Kabupaten Timor Tengah Selatan Tahun 2005-2014
NO ASPEK PENGEMBANGAN
USAHA
IKP PANGAN
IKP SANDANG
IKP KERA JINAN
IKP KIMIA & BB
IKP LOGAM
& ELTRNK
1. PEMASARAN V V V - -
2. PRODUKSI V V - - -
3. ORGANISASI & MANAGEMEN
V V - - -
4. KEUANGAN V V - - -
Sumber : Hasil Penelitian diolah
Pengembangan Industri Kecil untuk Pemberdayaan Ekonomi Rakyat
206
Data tersebut di atas menampilkan fokus pembinaan
pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan pada industri kecil
pengolahan pangan dan industri kecil pengolahan pangan dan industri
kecil sandang yaitu tenun ikat yang mendapat paket lengkap
sementara industri kecil pengolahan kerajinan tidak lengkap, dan
industri kecil pengolahan kimia dan bahan bangunan serta logam dan
elektronik berkembang tanpa sentuhan pembinaan pemerintah.
Dibandingkan dengan kebutuhan pengembangan industri
kecil pengolahan di Kabupaten Timor Tengah Selatan yang
membutuhkan dukungan penuh untuk pengembangan industri pangan
didukung sumber daya alam dan komoditi unggulan daerah seperti
jeruk keprok soe dan apel soe yang menjadi icon Provinsi NTT pada
tingkat nasional belum diperhatikan secara optimal. Komoditi hasil
kehutanan yang memiliki kualitas unggulan yaitu biji asam jawa yang
dapat diolah sebagai tepung biji asam jawa dan sudah tersedia sarana
pengolahan dalam bentuk pabrik mini namun belum dioptimalkan
bahkan sudah tidak berfungsi, tepung biji asam jawa penting sebagai
bahan penolong dalam industri benang yang berfungsi sebagai
pengikat warna pada benang, dan selama ini pabrik benang
mengimpornya dari luar negeri. Pemerintah Kabupaten Timor Tengah
Selatan dapat meningkatkan sektor industri pengolahan antara lain
dengan komoditi tersebut.
Dampak Kebijakan Pengembangan Industri Kecil di Kababupaten
Timor Tengah Selatan
Dampak pada kebijakan pengembangan industri pengolahan
yang dilaksanakan di Kabupaten Timor Tengah Selatan sebagaimana
pada Tabel 6.8.
Dampak Pembinaan terhadap Perkembangan Industri Kecil Pengolahan
207
Tabel 6.8 Kebijakan Pengembangan IK Pengolahan di Kabupaten Timor
Tengah Selatan Tahun 2005-2014
NO KEBIJAKAN PENGEMBANGAN IK
PENGOLAHAN
NIHIL TERBATAS
ADA KET
1. Perda IKP/Regulasi Lainnya
V
2. Perizinan V Dilakukan Oleh Masing-Masing SKPD Pembina
3. Unit Pelaksana Teknis/UPT
V Upt Marmer Namun Tidak Berfungsi Lagi
4. Sumber Daya Manusia Aparat Pembina IKP
V Penyuluh Industri Di Tempatkan Di Skpd Lain Bukan Pd Disperindag Kab Timor Tengah Selatan
5. Kondisi Geografis, Topografis Wilayah
V Sangat Mendukung
6. Sumber Daya Alam V Melimpah
7. Komoditi Unggulan Daerah
V Namun Berbeda Dalam Fokus Pembinaan Oleh Skpd Terkait
8. Sarana Pendukung (Jalan Raya, Jembatan, Pelabuhan Laut Pelabuhan Udara)
V Jalan Raya Beragam Kondisi, Jembatan Menghubungi Daerah Produksi Tidak Lengkap, Pelabuhan Melalui Wilayah Kota Kupang Atau Kab.Ttu Dan Kab Belu
9. Sarana Mobilitas (Transportasi Darat, Laut, Udara)
V Trayek Transportasi Darat Terbatas.
10 Sarana Perdagangan (Pasar Tradisional, Pasar Modern)
V Belum Ada Pasar Modern
11. Sarana Pendukung Keuangan(Perbankan, Lembaga Keuangan Lainnya)
V Belum Semua Bank Ada Pada Wilayah Ini
12. Kerjasama Antar V Dengan
Pengembangan Industri Kecil untuk Pemberdayaan Ekonomi Rakyat
208
Wilayah Pemerintah Daerah Dlm Prov Ntt
13. Promosi Potensi Daerah (Pameran, Pasar Lelang)
V Lengkap, Tingkat Kota, Provinsi Dan Pusat
14. Faktor Lainnya (Koordinasi Antara Stake Holder Pembina Pengembangan Ikp
V Hanya Ada Dalam Rapat Yang Di Pimpin Kepala Daerah, Aplikasinya Setiap Skpd Melakukan Kegiatannya Sendiri.
Sumber : Hasil Penelitian (di olah)
Kabupaten Timor Tengah Selatan sebagai daerah pemberi
kontribusi terbesar ketiga dari sektor industri pengolahan terhadap
PDRB NTT dibandingkan daerah lainnya, masih belum menyiapkan
payung hukum pengembangan industri kecil, pemerintah sebaiknya
menyiapkan payung hukum dalam bentuk Perda pengembangan
industri, mendirikan Unit Pelaksana Teknis (UPT) industri yang tepat
sesuai kondisi daerah dan UPT yang bersifat umum untuk pembinaan
aspek manajemen usaha dan proses produksi juga kemasan dan
labeling, serta menempatkan aparatur pembina yang tepat. Salah satu
hasil pembinaan IK Pangan seperti nampak pada Gambar 6.4.
Gambar 6.4 Keripik Pisang Produksi IK Pangan Kabupaten TTS
Dampak Pembinaan terhadap Perkembangan Industri Kecil Pengolahan
209
Sarana prasana merupakan hal penting yang mendukung
percepatan upaya pengembangan industri kecil pengolahan yaitu, jalan
yang baik dengan jembatan yang menghubungkan daerah produksi,
pelabuhan laut saat ini sedang dibangun di daerah Kolbano untuk
memudahkan akses pengiriman komoditi industri ke luar daerah, dan
sarana perbankan, sarana perdagangan serta yang penting juga adalah
meningkatkan koordinasi antara pelaku pembina pengembangan
industri di Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Kestabilan kondisi ini mendukung berkembangnya upaya-
upaya melakukan pembinaan untuk pengembangan industri
pengolahan. Salah satunya Pemerintah Kabupaten Timor Tengah
Selatan melalui Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda TTS)
yang diketuai oleh Ibu Bupati melakukan terobosan yaitu bekerja sama
dengan pihak perguruan tinggi untuk menghasilkan berbagai produk
olahan pangan yang didukung bahan baku asli daerah tersebut seperti
pisang, ubi, kelapa, susu sapi, dan kacang tanah, seperti yang dijelaskan
oleh Ibu Ir. Rambu Atanau Mella di tempat promosi aneka produk
industri pengolahan pangan di Soe.
Kabupaten Timor Tengah Utara
Dampak Pengembangan Industri Kecil Pengolahan
Kabupaten Timor Tengah Utara sebagai salah satu kabupaten di
Provinsi NTT menampilkan profil sebagai pusat suplai bahan baku
industri hasil hutan dan pertambangan untuk industri kecil juga
kurang berkembang seperti kabupaten lainnya di daerah ini. Hal ini
ditegaskan dengan posisi keduabelas daerah yang memberi kontribusi
pada PDRB Provinsi NTT, jauh di bawah Kota Kupang, Kabupaten
Kupang, Kabupaten TTS. Sesuai objek penelitian yaitu pada industri
kecil pengolahan, maka lokasi penelitian yang diambil adalah pada
Kecamatan Kota Kefamenanu.
Di Kecamatan Kota Kefemenanu terdapat perusahaan/usaha
kecil yang menghasilkan berbagai jenis komoditi dari industri
Pengembangan Industri Kecil untuk Pemberdayaan Ekonomi Rakyat
210
pengolahan pangan, tekstil, kerajinan dan kimia bahan bangunan serta
logam dan elektronik.
Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Timor Tengah Utara
menunjukan capaian hasil sektor ini masih relatif rendah yaitu antara
1% s/d 1,5 %, masih jauh berada di bawah kontribusi pada level
provinsi.
Salah satu industri pengolahan yang maju dan sudah
melakukan pemasaran ke luar negeri adalah industri kerajinan sandang
tenun ikat “Biboki” di bawah naungan Yayasan”Tafean Pah” yang
dipimpin oleh Ibu Maria Yovita Meta Bastian,seperti nampak pada
Gambar 6.5 di bawah ini:
Gambar 6.5 “ Biboki “ Art Shop di Kabupaten TTU
Dari pengamatan awal di 4 kabupaten/kota, data jumlah unit
usaha baik pada tingkat provinsi maupun kabupaten/kota berbeda jauh
dengan kondisi real di lapangan, keberadaan unit usaha yang aktif
hanya maksimal 20 % s/d 30 % dari data yang ada.
Data sekunder menyebutkan tidak ada skala industri kecil di
Kabupaten TTU, yang ada hanya industri kecil skala mikro atau rumah
tangga, seperti prediksi penulis dari awal bahwa kurang lebih 95% unit
usaha formal yang terdata ternyata masih masuk dalam klasifikasi
industri nonformal (industri rumah tangga) dan banyak industri
nonformal yang belum terdata tetapi tetap aktif memproduksi dan
Dampak Pembinaan terhadap Perkembangan Industri Kecil Pengolahan
211
memasarkannya. Salah satu industri yang terdata adalah industri
pengolahan kerajinan batu akik dari Desa Nian, milik Bapak Agustinus
Lake.
Secara umum pembinaan terhadap industri kecil pengolahan di
Kabupaten Timor Tengah Utara berdampak terhadap pengembangan
industri kecil pengolahan seperti pada Tabel 6.9.
Tabel 6.9 Dampak Pembinaan Terhadap Indusri Kecil Pengolahan di
Kabupaten Timor Tengah Utara Tahun 2005 – 2014
NO
ASPEK PENGEMBANGAN
USAHA
IKP PANG
AN
IKP SAN DANG
IKP KERA JINAN
IKP KIMIA & BB
IKP LOGAM
& ELTRNK
1. Pemasaran V V V - -
2. Produksi - V V - -
3. Organisasi & Managemen
- V - - -
4. Keuangan - V V - - Sumber : Hasil Penelitian diolah
Data tersebut di atas menampilkan fokus pembinaan
pemerintah Kabupaten Timor Tengah Utara berada pada industri kecil
pengolahan sandang yaitu tenun ikat yang mendapat paket lengkap
dan industri kecil pengolahan kerajinan yaitu batu akik kecuali
pembinaan tentang organisasi dan manajemen, sementara industri kecil
pengolahan pangan tidak lengkap, dan industri kecil pengolahan kimia
dan bahan bangunan serta logam dan elektronik berkembang tanpa
sentuhan pembinaan pemerintah.
Kebutuhan pengembangan industri kecil pengolahan
kerajinan yaitu batu akik dan batu hias di Kabupaten Timor Tengah
Utara dan industri pengolahan hasil ternak yang menjadi potensi
daerah belum ditangani secara baik, terlihat dari bantuan mesin
produksi yang terbengkalai dan pengiriman ternak hidup yang
diantarpulaukan keluar dalam jumlah yang besar. Pemerintah
Kabupaten Timor Tengah Utara sebaiknya melihat komoditi yang nilai
tambahnya tinggi untuk kesejahteraan masyarakatnya.
Pengembangan Industri Kecil untuk Pemberdayaan Ekonomi Rakyat
212
Dampak Kebijakan Pengembangan (Industri Kecil) di Kabupaten
Timor Tengah Utara
Dampak pada kebijakan pengembangan industri pengolahan
yang dilaksanakan di Kabupaten Timor Tengah Utara sebagaimana
nampak pada Tabel 6.10 di bawah ini:
Tabel 6.10 Kebijakan Pengembangan IK Pengolahan di Kabupaten
Timor Tengah Utara Tahun 2005 - 2014
NO KEBIJAKAN PENGEMBANGAN IK PENGOLAHAN
NIHIL TER BA TAS
ADA KET
1. Perda IKP/Regulasi Lainnya
V
2. Perizinan V Dilakukan Oleh Masing-Masing SKPD Pembina
3. Unit Pelaksana Teknis/UPT
-
4. Sumber Daya Manusia Aparat Pembina IKP
V Penyuluh Industri Di Tempatkan di SKPD Lain Bukan pada Disperindag Kab Timor Tengah Utara
5. Kondisi Geografis, Topografis Wilayah
V Sangat Mendukung
6. Sumber Daya Alam V Melimpah
7. Komoditi Unggulan Daerah
V Namun Berbeda Dalam Fokus Pembinaan Oleh Skpd Terkait
8. Sarana Pendukung (Jalan Raya, Jembatan, Pelabuhan Laut Pelabuhan Udara)
V Jalan Raya Beragam Kondisi, Jembatan Menghubungi Daerah Produksi Tidak Lengkap, Pelabuhan Selain Wini Di Kab Ttu Jg Melalui Wilayah Kota Kupang, Kab Belu Terutama Pelabuhan Udara
9. Sarana Mobilitas (Transportasi Darat, Laut, Udara
V Trayek Transportasi Darat Terbatas.
10 Sarana Perdagangan V Belum Ada Pasar
Dampak Pembinaan terhadap Perkembangan Industri Kecil Pengolahan
213
(Pasar Tradisional, Pasar Modern)
Modern
11. Sarana Pendukung Keuangan (Perbankan, Lembaga Keuangan Lainnya)
V Belum Semua Bank Ada Pada Wilayah Ini
12. Kerjasama Antar Wilayah V Dengan Pemerintah Daerah Dlm Prov Ntt
13. Promosi Potensi Daerah (Pameran, Pasar Lelang)
V Lengkap, Tingkat Kota, Provinsi Dan Pusat
14. Faktor Lainnya (Koordinasi Antara Stake Holder Pembina Pengembangan Ikp
V Hanya Ada Dalam Rapat Yang Di Pimpin Kepala Daerah, Aplikasinya Nihil
Sumber : Hasil Penelitian (di olah)
Kabupaten Timor Tengah Utara sebagai daerah pemberi
kontribusi urutan keduabelas dari sektor industri pengolahan terhadap
PDRB NTT dibandingkan daerah lainnya, masih belum menyiapkan
payung hukum pengembangan industri kecil, oleh karena itu
pemerintah sebaiknya menyiapkan payung hukum dalam bentuk Perda
pengembangan industri, mendirikan Unit Pelaksana Teknis (UPT)
industri yang tepat sesuai kondisi daerah dan UPT yang bersifat umum
untuk pembinaan aspek manajemen usaha dan proses produksi, juga
kemasan dan labeling, serta menempatkan aparatur pembina yang
tepat.
Sarana prasana merupakan hal penting dalam mendukung
percepatan upaya pengembangan industri kecil pengolahan yaitu jalan
yang baik dengan jembatan yang menghubungi daerah produksi,
pelabuhan laut saat ini yaitu Wini agar ditingkatkan kapasitasnya
untuk memudahkan akses pengiriman komoditi industri ke luar
daerah, sekaligus mengurangi biaya tinggi dalam proses pengiriman.
Begitu juga sarana perbankan, sarana perdagangan serta yang penting
juga adalah meningkatkan koordinasi antara pelaku pembina
pengembangan industri di Kabupaten Timor Tengah Utara.