Download - BAB 2 Lansia Konsep
TINJAUAN TEORI
1. Konsep Teori Lansia
A. Batasan Lansia
Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
1) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
2) Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun
B. Proses Menua
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua
(Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis.
Memasuki masa tua berarti mengalami kemuduran secara fisik maupun psikis.
Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih,
penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai
fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah.
Meskpun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi tidak
harus menimbulkan penyakit oleh karenanya usia lanjut harus sehat. Sehat dalam hal
ini diartikan:
1) Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial,
2) Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari,
3) Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat (Rahardjo,
1996)
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan – perubahan
yangmenuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus – menerus. Apabila
proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah
berbagai masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip oleh MunandarAshar Sunyoto
(1994) menyebutkan masalah – masalah yang menyertai lansia yaitu:
1) Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain,
2) Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola
hidupnya,
3) Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal
atau pindah,
4) Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah
banyak dan
5) Belajar memperlakukan anak – anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan
dengan perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang
mendasar adalah perubahan gerak.
Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap diri
makin bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin berkurang. Ketiga
minat terhadap uang semakin meningkat, terakhir minta terhadap kegiatan – kegiatan
rekreasi tak berubah hanya cenderung menyempit. Untuk itu diperlukan motivasi
yang tinggi pada diri usia lanjut untuk selalu menjaga kebugaran fisiknya agar tetap
sehat secara fisik. Motivasi tersebut diperlukan untuk melakukan latihan fisik secara
benar dan teratur untuk meningkatkan kebugaran fisiknya.
Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa
perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap
perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap
yang ditunjukkan apakah memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari
pengaruh perubahan terhadap peran dan pengalaman pribadinya. Perubahan ynag
diminati oleh para lanjut usia adalah perubahan yang berkaitan dengan masalah
peningkatan kesehatan, ekonomi/pendapatan dan peran sosial (Goldstein, 1992)
Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri – ciri
penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994) adalah:
1) Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya.
2) Penarikan diri ke dalam dunia fantasi
3) Selalu mengingat kembali masa lalu
4) Selalu khawatir karena pengangguran,
5) Kurang ada motivasi,
6) Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan
7) Tempat tinggal yang tidak diinginkan.
Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah: minat
yang kuat, Ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas, menikmati kerja
dan hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilkukan saat ini dan memiliki
kekhawatiran minimla trehadap diri dan orang lain.
C. Teori Proses Menua
1) Teori – teori biologi
a) Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk
spesies – spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan
biokimia yang diprogram oleh molekul – molekul / DNA dan setiap
sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas
adalah mutasi dari sel – sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan
fungsional sel)
b) Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah
(rusak)
c) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi
suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidaktahan terhadap
zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
d) Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)
Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan
masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkab kerusakan organ
tubuh.
e) Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan
tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel
tubuh lelah terpakai.
f) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya
radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen
bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini
dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
g) Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan
ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan
kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
h) Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang
membelah setelah sel-sel tersebut mati.
2) Teori kejiwaan sosial
a) Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
- Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan
secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut yang
sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan
sosial.
- Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut
usia.
- Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar
tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia
b) Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut
usia. Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini
menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut
usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.
c) Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,
seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial
lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga
sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni :
1. kehilangan peran
2. hambatan kontak sosial
3. berkurangnya kontak komitmen
D. Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia
Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut
usia, antara lain: (Setiabudhi, T. 1999 : 40-42)
1) Permasalahan umum
a) Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.
b) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang
berusia lanjut kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati.
c) Lahirnya kelompok masyarakat industri.
d) Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional pelayanan
lanjut usia.
e) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan
kesejahteraan lansia.
2) Permasalahan khusus :
a) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik
fisik, mental maupun sosial.
b) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.
c) Rendahnya produktifitas kerja lansia.
d) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.
e) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan
masyarakat individualistik.
f) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat
mengganggu kesehatan fisik lansia
E.Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan
1) Hereditas atau ketuaan genetik
2) Nutrisi atau makanan
3) Status kesehatan
4) Pengalaman hidup
5) Lingkungan
6) Stres
F. Perubahan – perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
1) Perubahan fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistim organ
tubuh, diantaranya sistim pernafasan, pendengaran, penglihatan,
kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastro
intestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen.
2) Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
a) Pertama-tama perubahan fisik, khsusnya organ perasa.
b) Kesehatan umum
c) Tingkat pendidikan
d) Keturunan (hereditas)
e) Lingkungan
f) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
g) Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
h) Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan
teman dan famili.
i) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan konsep dir.
3) Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya
(Maslow, 1970)
Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya , hal ini
terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan
Zentner, 1970)
G. Penyakit Yang Sering Dijumpai Pada Lansia
Menurut the National Old People’s Welfare Council , dikemukakan 12
macam penyakit lansia, yaitu :
1) Depresi mental
2) Gangguan pendengaran
3) Bronkhitis kronis
4) Gangguan pada tungkai/sikap berjalan.
5) Gangguan pada koksa / sendi pangul
6) Anemia
7) Demensia
2. Konsep Dasar Lansia Dengan Hipertensi
A. Pengertian Hipertensi
Definisi atau pengertian hipertensi banyak dikemukakan oleh para ahli. WHO
mengemukakan bahwa hipertensi terjadi bila tekanan darah diatas 160/95 mmhg,
sementara itu Smelttzer & Bare (2002:896) mengemukakan bahwa hipertensi
merupakan tekanan darah persisten atau terus menerus sehingga melebihi batas
normal dimana tekanan sistolik diatas 140 mmhg dan tekanan diastole diatas 90
mmhg. Pendapat yang sama juga diutarakan oleh doenges (2000:42). Pendapat
senada juga disampaikan oleh TIM POKJA RS Harapan Kita, Jakarta (1993:199) dan
Prof. Dr. dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007), yang menyatakan bahwa hipertensi
adalah kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 150 mmHg dan tekanan diastolik
lebih dari 90 mmHg.
Berdasarkan pengertian – pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
hipertensi merupakan kenaikan tekanan darah dimana tekanan sistolik lebih dari 140
mmhg dan atau diastolik lebih dari 90 mmhg.
B. Klasifikasi hipertensi
Klasifikasi hipertensi juga banyak diungkapkan oleh para ahli, diantaranya
WHO menetapkan klasifikasi hipertensi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat I tekanan
darah meningkat tanpa gejala-gejala dari gangguan atau kerusakan sistem
kardiovaskuler. Tingkat II tekanan darah dengan gejala hipertrofi kardiovaskuler,
tetapi tanpa adanya gejala-gejala kerusakan atau gangguan dari alat atau organ lain.
Tingkat III tekanan darah meningkat dengan gejala – gejala yang jelas dari kerusakan
dan gangguan faal dari target organ. Sedangkan JVC VII, Klasifikasi hipertensi
adalah :
Kategori Tekanan sistolik
(mmHg)
Tekanan Diastolik (mmHg)
Normal < 130 <85
Normal Tinggi 130-139 85-89
Hipertensi:
Stage I (ringan)
Stage II (sedang)
Stage III (berat)
140-159
160-179
180-209
90-99
100-109
110-120
Klasifikasi lain diutarakan oleh Prof. Dr. dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007),
mengklasifikasikan tekanan darah tinggi menjadi 4 tingkatan yaitu normal (SBP =
Sistole Blood Pressure < 120 mm Hg dan Distole Blood Pressure = DBP < 80 mm
Hg), pra hipertensi (SBP 120-139 mm Hg dan DBP 80-89 mm Hg), hipertensi tahap 1
(SBP 140-159 mm Hg dan DBP 90-99 mm Hg) dan hipertensi tahap 2 (SBP >= 160
dan DBP >= 100. mm Hg.)
C. Tanda Dan Gejala
Biasanya tanpa gejala atau tanda tanda peringatan untuk hipertensi dan sering
disebut “silent killer”. Pada kasus hipertensi, gejala yang dialami klien antara lain
(Jaime L & Liz Schaeffer, 2007 : 209) :
a. Tidak ada tanda atau gejala sampai penyakit ditemukan selama evaluasi
masalah yang lainnya.
b. Terbangun dengan sakit kepala pada bagian oksipital, yang berkurang secara
spontan setelah beberapa jam gejala biasanya terkait dengan hipertensi berat.
c. sakit kepala (rasa berat di tengkuk leher)
d. Pusing
e. Kehilangan ingatan
f. Palpitasi
g. Keletihan
h. Impotensi
i. Perdarah hidung
j. Kelemahan
k. Penglihatan kabur
l. Nyeri dada dan dispnea, yang dapat menandakan keterlibatan jantung
m. Tremor lambat
n. Mual
o. Muntah
Peningkatan tekanan darah diastolik ketika orang tersebut mengubah posisi dari
duduk menjadi berdiri (yang menandakan hipertensi essensial).
D. Etiologi
Penyebab terjadinya hipertensi adalah terdiri dari berbagai faktor, diantaranya
Reeves& lockhart(2001:114) mengemukakan bahwa Faktor-faktor resiko yang dapat
menyebabkan hipertensi adalah stress, kegemukan, merokok, hipernatriumia). Sedang
Long (1995:660), TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:63) dan Yayasan jantung
Indonesia (2007) menambahkan bahwa Penyebab hipertensi dapat dibedakan menurut
jenis hipertensi yaitu hipertensi primer (essensial) merupakan tekenan darah tinggi
yang disebabkan karena retensi air dan garam yang tidak normal, sensitifitas terhadap
angiotensin, obesitas, hiperkolesteroemia, emosi yang tergannggu /stress dan
merokok. Sedangkan hipertensi sekunder merupakan tekanan darah tinggi yang
disebabkan karena penyakit kelenjar adrenal, penyakit ginjal, toxemia gravidarum,
peningkatan tekanan intra cranial, yang disebabkan tumor otak, dan pengaruh obat
tertentu missal obat kontrasepsi.
Dari uraian pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa penyebab hipertensi
beragam diantaranya adalah: stress, kegemukan, merokok, hipernatriumia, retensi air
dan garam yang tidak normal, sensitifitas terhadap angiotensin, obesitas,
hiperkolesteroemia, penyakit kelenjar adrenal, penyakit ginjal, toxemia gravidarum,
peningkatan tekanan intra cranial, yang disebabkan tumor otak, pengaruh obat
tertentu missal obat kontrasepsi, asupan garam yang tinggi, kurang olah raga, genetik,
Obesitas, Aterosklerosis, kelainan ginjal, tetapi sebagian besar tidak diketahui
penyebabnya.
E. Manifestasi Klinik
Menurut TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:64) mengemukakan bahwa
manifestasi klinik yang sering tidak tampak. Pada beberapa pasien mengeluh sakit
kepala, pusing, lemas, sesak nafas, kelelahan, kesadaran menurun, mual, gelisah,
muntah, kelemahan otot,epitaksis bahkan ada yang mengalami perubahan mental.
Sedangkan menurut FKUI (1990:210) dan Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007)
hipertensi esensial kadang tampa gejala dan baru timbul gejala setelah terjadi
komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung. Namun
terdapat pasien yang mengalami gejala dengan sakit kepala, epitaksis.
F. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan bagi klien hipertensi adalah mencegah terjadinya
morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan
darah di bawah 140/90 mmHg. Efektivitas setiap program ditentukan oleh derajat
hipertensi, komplikasi, biaya perawatan, dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi
( Arif Muttaqin, 2009 ; 266 ).
Secara umum untuk penanganan hipertensi essensial pada lansia masih dengan
obat obatan dan modifikasi diet serta gaya hidup yang dapat mengontrol hipertensi.
Umumnya, terapi non-obat, dicoba terlebih dahulu, khusunya pada kasus dini dan
ringan. Jika terapi ini tidak efektif, penanganan dilanjutkan ke tahap untuk
memasukkan berbagai tipe antihipertensi. Banyak lansia yang menderita hipertensi
dapat diobati dengan diuretik saja. Untuk terapi hipertensi sekunder mencakup
mengkoreksi penyebab yang mendasari dan mengontrol efek efek hipertensi (Jaime L
& Liz Schaeffer, 2007 : 211).
1. Terapi Nonfarmakologis
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekatan nonfarmakologis,
meliputi hal – hal di bawah ini.
a. Teknik teknik mengurangi stress
b. Penurunan berat badan
c. Pembatasan alcohol, natrium, dan tembakau.
d. Olahraga/latihan
e. Relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi
antihipertensi ( Arif Muttaqin, 2009 ; 266 ).
Namun, Apabila tekanan darah diastoliknya di atas 85 atau 95 mmHg serta
tekanan sistoliknya di atas 130 sampai 139 mmHg, maka perlu dimulai terapi obat
obatan.
2. Terapi Farmakologis
Obat obat antihipertensi dapat digunakan sebagai obat tunggal atau dicampur
dengan obat lain. Klasifikasi obat antihipertensi di bagi menjadi lima kategori berikut
ini.
a. Diuretic
b. Menekan simpatetik ( simpatolik)
c. Vasodilator arteriol langsung
d. Antagonis angiotensin
e. Penghambat saluran kalsium
G. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi menurut TIM
POKJA RS Harapan Kita (2003:64) dan Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007) adalah
diantaranya : penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, transient
ischemic attack (TIA). Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark
miocard acut (IMA). Penyakit ginjal seperti gagal ginjal. Penyakit mata seperti
perdarahan retina, penebalan retina, oedema pupil.
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut FKUI (2003:64) dan Dosen Fakultas
kedokteran USU, Abdul Madjid (2004), meliputi pemeriksaan laboratorium rutin
yang dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan
organ dan factor resiko lain atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa
urin analisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula
darah puasa, kolesterol total, HDL, LDL dan pemeriksaan EKG. sebagai tambahan
dapat dilakukan pemerisaan lain, seperti klirens kreatinin, protein, asam urat, TSH
dan ekordiografi.
Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal), glucose (DM)
kalium serum (meningkat menunjukkan aldosteron yang meningkat), kalsium serum
(peningkatan dapat menyebabkan hipertensi: kolesterol dan tri gliserit (indikasi
pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid (menyebabkan vasokonstrisi), urinanalisa
protein, gula (menunjukkan disfungsi ginjal), asam urat (factor penyebab hipertensi)
EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi), IVP (dapat mengidentifikasi
hipertensi.
3. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Lansia dengan Hipertensi
A. Pengkajian Keperawatan (Dongoes,2004)
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan,
verifikasi, dan komunikasi data tentang klien (Bandman, 1995).
1. Biodata
a. Nama pasien
b. Usia
c. Pendidikan dan Pekerjaan
d. Jenis Kelamin
e. Suku/Bangsa
2. Keluhan Kesehatan
a. Keluhan utama
Fatigue, lemah, dan sulit bernafas.Temuan fisik meliputi peningkatan
frekuensi denyut jantung, disritmia, dan takipnea.Riwayat hipertensi,
aterosklerosis, penyakit katup jantung, penyakit jantung koroner atau
stroke, episode palpitasi, serta berkeringat banyak (Wajan, 2010)
b. Riwayat penyakit keluarga hipertensi, diabetes mellitus, dislipidemia,
penyakit jantung koroner, stroke atau penyakit ginjal.\
c. Riwayat pola hidup
d. Riwayat mengkonsumsi makanan tinggi lemak atau kolesterol, tinggi garam,
dan tinggi kalori. Selain itu, juga melaporkan mual, muntah, perubahan berat
badan, riwayat pemakaian diuretic, dan riwayat perokok
e. Riwayat atau gejala sekarang penyakit jantung koroner dan gagal jantung,
penyakit serebrovaskuler, penyakit vaskuler perifer, diabetes mellitus, pirai,
dislipidemia, asma bronkhiale, disfungsi seksual, penyakit ginjal, penyakit
nyata yang lain dan informasi obat yang diminum.
f. Penilaian faktor risiko termasuk diet lemak, natrium, dan alcohol, jumlah
rokok, tingkat aktifitas fisik, dan peningkatan berat badan sejak awal dewasa.
g. Riwayat obat-obatan atau bahan lain yang dapat meningkatkan tekanan darah
termasuk kontrasepsi oral, obat anti keradangan nonsteroid, liquorice, kokain
dan amfetamin. Perhatian juga untuk pemakaian eritropoetin, siklosporin atau
steroid untuk penyakit yang bersamaan.
h. Faktor pribadi, psikososial, dan lingkungan yang dapat mempengaruhi hasil
pengobatan antihipertensi termasuk situasi keluarga, lingkungan kerja, dan
latar belakang pendidikan.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas/ Istirahat
1) Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
2) Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
b. Sirkulasi
1) Gejala :Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi.
2) Tanda :Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,radialis,
tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis,kulit pucat,
sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisiankapiler mungkin
lambat/ bertunda, bunyi jantung : s2 mengeras, s3 (tanda CHF dini),
mur-mur, gallop.
c. Integritas Ego
1) Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress
multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
2) Tanda :Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue
perhatian,tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela,
peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
1) Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau
riwayatpenyakit ginjal pada masa yang lalu).
e. Makanan/cairan
1) Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam,
lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir
ini(meningkat/turun) Riowayat penggunaan diuretic
2) Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edemaa, glikosuria.
f. Neurosensori
1) Genjala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit
kepala,subojksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara
spontansetelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia,
penglihatan kabur,epistakis).
2) Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi
bicara,efek, proses piker, penurunan keuatan genggaman tangan.
g. Nyeri/ ketidaknyaman
1) Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan
jantung),sakitkepala.
h. Pernafasan
1) Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja
takipnea,ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum,
riwayat merokok.
2) Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan
bunyinafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.
i. Keamanan
1) Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
B. Diagnosa keperawatan (Keperawatan Kardiovaskular, 2010)
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload/
vasokonstriksi/ iskemi miokard/ hipertrophi ventrikel
2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral
3. Deficit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit dan perawatan diri
C. Intervensi Keperawatan
1. Dx 1: Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload/
vasokonstriksi/ iskemi miokard/ hipertrophi ventrikel
Tujuan : mempertahankan tekanan darah dalam rentang individual yang
dapat diterima, irama jantung, dan denyut jantung dalam batas normal
Intervensi :
a. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan
tehnik yang tepat
b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas
d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian
kapiler
e. Catat edema umum
f. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
g. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt
tidur/kursi
h. Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
i. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
j. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi
2. DX 2 : Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral
Tujuan : Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat
Intervensi :
a. Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang sedikit penerangan
b. Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan
c. Batasi aktivitas yang merangsang aktifitas simpatis
d. Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres
es, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari
konstipasi
e. Kolaborasi pemberian obat
3. DX 3: Deficit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit dan perawatan diri
Tujuan : klien memahami proses penyakit dan penatalaksanaan, mampu
mengidentifikasai efek samping obat, komplikasi, serta mampu
mempertahankan tekanan darah dalam rentang normal
Intervensi :
a. Kaji kesiapan klien dan keluarga untuk belajar
b. Diskusikan definisi batasan tekanan darah normal. Jelaskan
tentang hipertensi
c. Hindari mengatakan tekanan darah “normal” tetapi gunakan
“terkontrol” saat menggambarkan tekanan darah klien dalam
rentang normal
d. Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor resiko kardivaskular
yang dapat diubah
e. Pecahkan masalah bersama klien untuk mengidentifikasi
perubahan gaya hidup tepat yang dapat menurunkan faktor- faktor
tersebut
f. Berikan penguatan tentang pentingnya menaati pengobatan secara
teratur
g. Bantu merumuskan jadwal pengobatan atau follow up
h. Jelaskan alasan, dosis, efek samping dan pentingnya mengikuti
aturan terapi seperti berikut :
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes. M. E, Et. All. Nursing Care Plans Guidelines for Planning and Documenting
Patient Care, Edisi 3. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Et. All. 2000. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne, and Bare. (2001), Buku Saku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi
8. Jakarta: EGC
Carpenito, L. J. Handbook of Nursing Diagnosis. Edisi 8, Alih Bahasa Monica Ester.
(2001). Jakarta: EGC
Carpenito, L. J. (1999) Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 7, Alih Bahasa Monica
Ester. Jakarta: EGC
Effendy. N (1998). Dasar- dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi 2. Jakarta;
EGC
Long. Barbara. C. Essential of Medical Surgical Nursing, Penerjemah. Karnaen R, Et. All,
Edisi ke 3. 1996. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
Padjajaran.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Mengenal Hipertensi, (Online), (http://
depkes.co.id/stroke.html)
Tim POKJA RS Jantung Harapan Kita. (2003). Standar Asuhan Keperawatan
Kardiovaskuler. Direktorat Medik dan Pelayanan RS Jantung dan pembuluh darah
Harapan kita. Jakarta
FKUI. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta