Download - Asli Alzheimer
ASUHAN KEPERAWATAN ALZHEIMER
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:Kelompok 5:
1) UMI KALSUM
2) AHMAD PRIYANI
3) SITI RAHMAH
4) EDI DARMA PURBA
PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Amerika, sekitar 4 juta orang menderita penyakit ini. Angka prevalansi berhubungan erat dengan usia. Sekitar 10% populasi diatas 65 tahun menderita penyakit ini. Bagi individu berusia diatas 85 tahun, angka ini meningkat sampai 47,2%. Dengan meningkatnya populasi lansia, maka penyakit alzheimer menjadi penyakit yang semakin bertambah banyak. Insiden kasus alzheimer meningkat pesat sehingga menjadi epidemi di Amerika dengan insiden alzheimer sebanyak 187 : 100.000 per tahun dan penderita alzheimer 123 : 100.000 per tahun.
Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi wanita lebih banyak tiga kali dibandingkan laki-laki. Hal ini mungkin refleksi dari usia harapan hidup wanita lebih lama dibandingkan laki-laki.
Penyakit Alzheimer atau demensia senil dari tipe Alzheimer merupakan penyakit kronik, progresif, dan merupakan gangguan degeneratif otak dan diketahui mempengaruhi memori, kognitif dan kemampuan untuk merawat diri. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang paling ditakutkan pada masa modern, karena penyakit ini merupakan bencana besar yang terjadi pada pasien dan keluarganya, dimana pengalaman pasien yang mengalaminya merupakan akhir yang tak ada habisnya sampai kematian tiba.
B.Tujuan a. Tujuan umum
````Memenuhi tugas Student dari dosen pembimbing dan untuk mengetahui secara garis besar gangguan pada sistem Persyarafan dan asuhan keperawatananya
b. Tujuan khusus
1. Meningkatakan pengetahuan dan wawasan mengenai konsep dasar penyakit Alzheimer, yang meliputi Etiologi, Manifestasi klinis, Patofisiologi (Pathway), komplikasi, penatalaksanaan medis dan pemeriksaan dignostiknya.
2. Memberikan gambaran Asuhan keperawatan yang teoritis kepada pasien mengenai penyakit Alzheimer
3. Menambah wawasan perawat, pasien, keluarga pasien dan masyarakat umum mengenai penyakit Alzheimer
D. Sistematika penyusunan
Penyusunan makalah ini terdiri atas empat (IV) bab yang disusun secara sistematis meliputi :
BAB I : Pendahuluan yang terdiri atas latar belakang, tujuan umum, tujuan khusus, sistematika penyusunan dan ruang lingkup penyusunan
BAB II : Pembahasan yang terdiri atas konsep dasar penyakit Alzheimer, meliputi etiologi, manifestasi klinis, pathway, komplikasi, penatalaksanaan medis dan pemeriksaan diagnostik
BAB III : Asuhan Keperawatan yang terdiri atas Pengkajian, Diagnosa, Perencanaan dan Intervensi Keperawatan
BAB IV: Tinjauan kasus
BAB V : Penutup yang terdiri atas kesimpulan dan saran
BAB II
LANDASAN TEORITIS MEDIS
1. Pengertian AlzheimerAlzheimer merupakan penyakit kronik, progresif, dan merupakan gangguan
degeneratif otak dan diketahui mempengaruhi memori, kognitif dan kemampuan untuk merawat diri. ( Suddart, & Brunner, 2002 ).
Alzheimer merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan penurunan daya ingat, intelektual, dan kepribadian. Tidak dapat disembuhkan, pengobatan ditujukan untuk menghentikan progresivitas penyakit dan meningkatkan kemandirian penderita. (Dr. Sofi Kumala Dewi, dkk, 2008 )
Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan, yang terutama menyerang orang berusia 65 tahun keatas (patofiologi : konsep klinis proses- proses penyakit, juga merupakan penyakit dengan gangguan degeneratif yang mengenai sel-sel otak dan menyebabkan gangguan fungsi intelektual, penyakit ini timbul pada pria dan wanita dan menurut dokumen terjadi pada orang tertentu pada usia 40 tahun (Perawatan Medikal Bedah : jilid 1 hal 1003).
Alzheimer merupakan penyakit degenerasi neuron kolinergik yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan, yang terutama menyerang orang berusia 65 tahun ke atas. Penyakit Alzheimer ditandai dengan hilangnya ingatan dan fungsi kognitif secara progresif (Arif Mutaqqin, 2008).
2. Epidemiologi / Insiden kasusDi Amerika, sekitar 4 juta orang menderita penyakit ini. Angka prevalansi berhubungan
erat dengan usia. Sekitar 10% populasi diatas 65 tahun menderita penyakit ini. Bagi individu berusia diatas 85 tahun, angka ini meningkat sampai 47,2%. Dengan meningkatnya populasi
lansia, maka penyakit alzheimer menjadi penyakit yang semakin bertambah banyak. Insiden kasus alzheimer meningkat pesat sehingga menjadi epidemi di Amerika dengan insiden alzheimer sebanyak 187 : 100.000 per tahun dan penderita alzheimer 123 : 100.000 per tahun.
Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi wanita lebih banyak tiga kali dibandingkan laki-laki. Hal ini mungkin refleksi dari usia harapan hidup wanita lebih lama dibandingkan laki-laki.
3. Anatomi Fisiologi
Cara kerja otak:
Otak bekerja sama dengan organ tubuh kita lainnya sehingga tubuh kita bisa bekerja
sesuai perintahnya. Otak dan Sumsum tulang belakang membentuk sistem saraf pusat, kedua
sistem ini bekerja sama untuk mengkoordinasikan seluruh kegiatan tubuh. Saat anda berpikir
keras cerebrum (hemisfer) berfungsi untuk mengingatnya, menganalisa, sehingga muncul
ide-ide kreatif (hemisfer kanan). Untuk logika dan bicara di gunakan hemisfer kiri. Batang
otak berfungsi untuk kebutuhan-kebutuhan dasar dari organ tubuh seperti mengatur denyut
jantung, bernapas, sistem pencernaan, sirkulasi darah dan merasakan kapan kita terbangun
maupun tertidur.
Anatomi otak manusia:
1. Batang otak terletak di bagian bawah otak berfungsi untuk sistem kendali tubuh
seperti bernapas, denyut jantung, tidur dan tekanan darah.
2. Serebelum merupakan bagian kedua terbesar yang berfungsi untuk mengkoordinasi
pergerakan otot dan mengontrol keseimbangan.
3. Serebrum adalah bagian terbesar dari otak yang berfungsi untuk berpikir, berbicara,
mengingat, menerima sensor dan pergerakan. serebrum di bagi atas empat bagian
yang masing-masing mempunyai tugas khusus.
4. Frontal lobe terletak di belakang kepala berfungsi untuk berpikir, belajar, emosi dan
pergerakan.
5. Occipital lobe berfungsi untuk memproses objek atau untuk penglihatan.
6. Pariental lobe terletak di bagian atas otak yang berfungsi untuk merasakan sensai pada
tubuh seperti sentuhan, temperatur dan rasa sakit.
7. Temporal lobe berfungsi untuk memproses suara yang masuk dan juga daya ingat.
8. Left hemisphere (hemisfer kiri) atau lebih di kenal dengan otak kiri berfungsi untuk
berhitung, analisa dan bahasa.
9. Right hemisphere (otak kanan) berfungsi untuk menghayalkan pikiran-pikiran.
4. Penyebab/EtiologiPenyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternative penyebab yang telah
dihipotesa adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi flament, predisposisi heriditer. Dasar kelainan patologi penyakit Alzheimer terdiri dari degenerasi neuronal, kematian daerah spesifik jaringan otak yang mengakibatkan gangguan fungsi kongnitif dengan penurunan daya ingat secara progresif. Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan dalam kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami degenerasi yang diakibatkan oleh adanya peningkatan kalsium intraseluler, kegagalan metabolisme energi, adanya formasi radikal bebas atau terdapat produksi protein abnormal yang non spesifik. Penyakit Alzheimer adalah penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor non-genetika (lingkungan) juga ikut terlibat, dimana faktor lingkungan hanya sebagai pencetus faktor genetika.
Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan dalam kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami degenerasi yang diakibatkan oleh adanya peningkatan calcium intraseluler, kegagalan metabolisme energi, adanya formasi radikal bebas atau terdapatnya produksi protein abnormal yang non spesifik. Penyakit alzheimer adalah penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor non-genetika (lingkungan) juga ikut terlibat, dimana faktor lingkungan hanya sebagai pencetus factor genetika.
5. PatofisiologiTerdapat beberapa perubahan khas biokimia dan neuropatologi yang dijumpai pada
penyakit Alzheimer, antara lain: serabut neuron yang kusut (masa kusut neuron yang tidak
berfungsi) dan plak seni atau neuritis (deposit protein beta-amiloid, bagian dari suatu protein besar, protein prukesor amiloid (APP). Kerusakan neuron tersebut terjadi secara primer pada korteks serebri dan mengakibatkan rusaknya ukuran otak.
Secara maskroskopik, perubahan otak pada Alzheimer melibatkan kerusakan berat neuron korteks dan hippocampus, serta penimbunan amiloid dalam pembuluh darah intracranial. Secara mikroskopik, terdapat perubahan morfologik (structural) dan biokimia pada neuron – neuron. Perubahan morfologis terdiri dari 2 ciri khas lesi yang pada akhirnya berkembang menjadi degenarasi soma dan atau akson dan atau dendrit. Satu tanda lesi pada AD adalah kekusutan neurofibrilaris yaitu struktur intraselular yang berisi serat kusut dan sebagian besar terdiri dari protein “tau”.
Dalam SSP, protein tau sebagian besar sebagai penghambat pembentuk structural yang terikat dan menstabilkan mikrotubulus dan merupakan komponen penting dari sitokleton sel neuron. Pada neuron AD terjadi fosforilasi abnormal dari protein tau, secara kimia menyebabkan perubahan pada tau sehingga tidak dapat terikat pada mikrotubulus secara bersama – sama. Tau yang abnormal terpuntir masuk ke filament heliks ganda yang sekelilingnya masing – masing terluka. Dengan kolapsnya system transport internal, hubungan interseluler adalah yang pertama kali tidak berfungsi dan akhirnya diikuti kematian sel. Pembentukan neuron yang kusut dan berkembangnya neuron yang rusak menyebabkan Alzheimer.
Lesi khas lain adalah plak senilis, terutama terdiri dari beta amiloid (A-beta) yang terbentuk dalam cairan jaringan di sekeliling neuron bukan dalam sel neuronal. A-beta adalah fragmen protein prekusor amiloid (APP) yang pada keadaan normal melekat pada membrane neuronal yang berperan dalam pertumbuhan dan pertahanan neuron. APP terbagi menjadi fragmen – fragmen oleh protease, salah satunya A-beta, fragmen lengket yang berkembang menjadi gumpalan yang bisa larut. Gumpalan tersebut akhirnya bercampur dengan sel – sel glia yang akhirnya membentuk fibril – fibril plak yang membeku, padat, matang, tidak dapat larut, dan diyakini beracun bagi neuron yang utuh. Kemungkinan lain adalah A-beta menghasilkan radikal bebas sehingga mengganggu hubungan intraseluler dan menurunkan respon pembuluh darah sehingga mengakibatkan makin rentannya neuron terhadap stressor. Selain karena lesi, perubahan biokimia dalam SSP juga berpengaruh pada AD. Secara neurokimia kelainan pada otak
PATHWAY
6. Gejala KlinisBerlangsung lama dan bertahap, sehingga pasien dan keluarga tidak menyadari secara
pasti kapan timbulnya penyakit.erjadi pada usia 40-90 tahun.a. Tidak ada kelainana sistemik atau penyakit otak lainnya.b. Tidak ada gangguan kesadaran.c. Perburukan progresif fungsi bahasa, keterampilan motorik dan persepsi.d. Riwayat keluarga Alzheimer, parkinson, diabetes melitus, hipertensi dan kelenjar tiroid.
(Dr. Sofi Kumala Dewi, dkk, 2008 )Gejala klinis dapat terlihat sebagai berikut :
a. Kehilangan daya ingat/memori, terutama memori jangka pendek.Pada orang tua normal, dia tidak ingat nama tetangganya, tetapi dia tahu orang itu adalah tetangganya. Pada penderita Alzheimer, dia bukan saja lupa nama tetangganya tetapi juga lupa bahwa orang itu adalah tetangganya.
b. Kesulitan melakukan aktivitas rutin yang biasa.Seperti tidak tahu bagaimana cara membuka baju atau tidak tahu urutan-urutan menyiapkan makanan.
c. Kesulitan berbahasa.Umumnya pada usia lanjut didapat kesulitan untuk menemukan kata yang tepat, tetapi penderita Alzheimer lupa akan kata-kata yang sederhana atau menggantikan suatu kata dengan kata yang tidak biasa.
d. Disorientasi waktu dan tempatKita terkadang lupa kemana kita akan pergi atau hari apa saat ini, tetapi penderita Alzheimer dapat tersesat pada tempat yang sudah familiar untuknya, lupa di mana dia saat ini, tidak tahu bagaimana cara dia sampai di tempat ini, termasuk juga apakah saat ini malam atau siang.
e. Penurunan dalam memutuskan sesuatu atau fungsi eksekutifMisalnya tidak dapat memutuskan menggunakan baju hangat untuk cuaca dingin atau sebaliknya
f. Salah menempatkan barangSeseorang secara temporer dapat salah menempatkan dompet atau kunci. Penderita Alzheimer dapat meletakkan sesuatu pada tempat yang tidak biasa, misal jam tangan pada kotak gula.
g. Perubahan tingkah laku.Seseorang dapat menjadi sedih atau senang dari waktu ke waktu. Penderita Alzheimer dapat berubah mood atau emosi secara tidak biasa tanpa alasan yang dapat diterima.
h. Perubahan perilakuPenderita Alzheimer akan terlihat berbeda dari biasanya, ia akan menjadi mudah curiga, mudah tersinggung, depresi, apatis atau mudah mengamuk, terutama saat problem memori menyebabkan dia kesulitan melakukan sesuatu.
i. Kehilangan inisiatifDuduk di depan TV berjam-jam, tidur lebih lama dari biasanya atau tidak menunjukan minat pada hobi yang selama ini ditekuninya (Yulfran, 2009).
7. Pemeriksaan DiagnostikUntuk kepastian diagnosisnya, maka diperlukan tes diagnostik sebagai berikut:
a. NeuropatologiDiagnosa definitif tidak dapat ditegakkan tanpa adanya konfirmasi neuropatologi. Secara umum didapatkan :
1) atropi yang bilateral, simetris lebih menonjol pada lobus temporoparietal, anterior frontal, sedangkan korteks oksipital, korteks motorik primer, sistem somatosensorik tetap utuh
2) berat otaknya berkisar 1000 gr (850-1250gr).Kelainan-kelainan neuropatologi pada penyakit alzheimer terdiri dari :
1) Neurofibrillary tangles (NFT): Merupakan sitoplasma neuronal yang terbuat dari filamen-filamen abnormal yang berisi protein neurofilamen, ubiquine, epitoque. Densitas NFT berkolerasi dengan beratnya demensia.
2) Senile plaque (SP): Merupakan struktur kompleks yang terjadi akibat degenerasi nerve ending yang berisi filamen-filamen abnormal, serat amiloid ektraseluler, astrosit, mikroglia. Amiloid prekusor protein yang terdapat pada SP sangat berhubungan dengan kromosom 21. Senile plaque ini terutama terdapat pada neokorteks, amygdala, hipokampus, korteks piriformis, dan sedikit didapatkan pada korteks motorik primer, korteks somatosensorik, korteks visual, dan auditorik. Senile plaque ini juga terdapat pada jaringan perifer. densitas Senile plaque berhubungan dengan penurunan kolinergik. Kedua gambaran histopatologi (NFT dan senile plaque) merupakan gambaran karakteristik untuk penderita penyakit alzheimer.
3) Degenerasi neuron: Pada pemeriksaan mikroskopik perubahan dan kematian neuron pada penyakit alzheimer sangat selektif. Kematian neuron pada neokorteks terutama didapatkan pada neuron piramidal lobus temporal dan frontalis. Juga ditemukan pada hipokampus, amigdala, nukleus batang otak termasuk lokus serulues, raphe nukleus dan substanasia nigra. Kematian sel neuron kolinergik terutama pada nukleus basalis dari meynert, dan sel noradrenergik terutama pada lokus seruleus serta sel serotogenik pada nukleus raphe dorsalis, nukleus tegmentum dorsalis. Telah ditemukan faktor pertumbuhan saraf pada neuron kolinergik yang berdegenerasi pada lesi merupakan harapan dalam pengobatan penyakit alzheimer.
4) Perubahan vakuoler: Merupakan suatu neuronal sitoplasma yang berbentuk oval dan dapat menggeser nukleus. Jumlah vakuoler ini berhubungan secara bermakna dengan jumlah NFT dan SP , perubahan ini sering didapatkan pada korteks temporomedial, amygdala dan insula. Tidak pernah ditemukan pada korteks frontalis, parietal, oksipital, hipokampus, serebelum dan batang otak
5) Lewy body: Merupakan bagian sitoplasma intraneuronal yang banyak terdapat pada enterhinal, gyrus cingulate, korteks insula, dan amygdala. Sejumlah kecil pada korteks frontalis, temporal, parietalis, oksipital. Lewy body kortikal ini sama dengan immunoreaktivitas yang terjadi pada lewy body batang otak pada gambaran histopatologi penyakit parkinson. Hansen et al menyatakan lewy body merupakan variant dari penyakit alzheimer.
b. Pemeriksaan NeuropsikologikFungsi pemeriksaan neuropsikologik ini untuk menentukan ada atau tidak adanya
gangguan fungsi kognitif umum dan mengetahui secara rinci pola defisit yang terjadi.
Test psikologis ini juga bertujuan untuk menilai fungsi yang ditampilkan oleh beberapa bagian otak yang berbeda-beda seperti gangguan memori, kehilangan ekspresi, kalkulasi, perhatian dan pengertian berbahasa.Evaluasi neuropsikologis yang sistematik mempunyai fungsi diagnostik yang penting karena :
1) Adanya defisit kognisi: berhubungan dgn demensia awal yang dapat diketahui bila terjadi perubahan ringan yang terjadi akibat penuaan yang normal.
2) Pemeriksaan neuropsikologik secara komprehensif : untuk membedakan kelainan kognitif pada global demensia dengan deficit selektif yang diakibatkan oleh disfungsi fokal, faktor metabolik, dan gangguan psikiatri
3) Mengidentifikasi gambaran kelainan neuropsikologik yang diakibatkan oleh demensia karena berbagai penyebab.
c. CT Scan dan MRIMerupakan metode non invasif yang beresolusi tinggi untuk melihat kwantifikasi perubahan volume jaringan otak pada penderita Alzheimer antemortem, berfungsi untuk:
1) Menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab demensia lainnya selain alzheimer seperti multiinfark dan tumor serebri. Atropi kortikal menyeluruh dan pembesaran ventrikel keduanya merupakan gambaran marker dominan yang sangat spesifik pada penyakit ini
2) Penipisan substansia alba serebri dan pembesaran ventrikel berkorelasi dengan beratnya gejala klinik dan hasil pemeriksaan status mini mental
d. MRIPeningkatan intensitas pada daerah kortikal dan periventrikuler (Capping anterior horn pada ventrikel lateral). Capping ini merupakan predileksi untuk demensia awal. Selain didapatkan kelainan di kortikal, gambaran atropi juga terlihat pada daerah subkortikal seperti adanya atropi hipokampus, amigdala, serta pembesaran sisterna basalis dan fissura sylvii.MRI lebih sensitif untuk membedakan demensia dari penyakit alzheimer dengan penyebab lain, dengan memperhatikan ukuran (atropi) dari hipokampus.
e. EEGBerguna untuk mengidentifikasi aktifitas bangkitan yang suklinis. Sedang pada penyakit alzheimer didapatka perubahan gelombang lambat pada lobus frontalis yang non spesifik
f. PET (Positron Emission Tomography) dan SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography)
Pada penderita alzheimer, hasil PET ditemukan :1) penurunan aliran darah2) metabolisme O23) glukosa didaerah serebral
Kelainan ini berkolerasi dengan tingkat kerusakan fungsional dan defisit kogitif. Kedua pemeriksaan ini (SPECT dan PET) tidak digunakan secara rutin.
g. Laboratorium darahTidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik pada penderita alzheimer. Pemeriksaan laboratorium ini hanya untuk menyingkirkan penyebab penyakit demensia lainnya seperti
pemeriksaan darah rutin, B12, Calsium, Posfor, fungsi renal dan hepar, tiroid, asam folat, serologi sifilis, skrining antibody yang dilakukan secara selektif. (Yulfran, 2009)
8. Tindakan Penanganan/PenatalaksanaanPengobatan penyakit Alzheimer masih sangat terbatas oleh karena penyebab dan patofisiologis masih belum jelas. Pengobatan simptomatik dan suportif seakan hanya memberikan rasa puas pada penderita dan keluarga.
a. Pengobatan simptomatik:1) Inhibitor kolinesterase
Tujuan: Untuk mencegah penurunan kadar asetilkolin dapat digunakan anti kolinesterase yang bekerja secara sentralContoh: fisostigmin, THA (tetrahydroaminoacridine), donepezil (Aricept), galantamin (Razadyne), & rivastigminPemberian obat ini dikatakan dapat memperbaiki memori dan apraksia selama pemberian berlangsungESO: memperburuk penampilan intelektual pada orang normal dan penderita Alzheimer, mual & muntah, bradikardi, ↑ HCl, dan ↓ nafsu makan.
2) ThiaminPada penderita alzheimer didapatkan penurunan thiamin pyrophosphatase dependent enzym yaitu 2 ketoglutarate (75%) dan transketolase (45%), hal ini disebabkan kerusakan neuronal pada nukleus basalis.Contoh: thiamin hydrochlorideDosis 3 gr/hari selama 3 bulan peroralTujuan: perbaikan bermakna terhadap fungsi kognisi dibandingkan placebo selama periode yang sama.
3) NootropikNootropik merupakan obat psikotropik.Tujuan: memperbaiki fungsi kognisi dan proses belajar. Tetapi pemberian 4000 mg pada penderita alzheimer tidak menunjukkan perbaikan klinis yang bermakna.
4) Klonidin: Gangguan fungsi intelektual pada penderita alzheimer dapat disebabkan kerusakan noradrenergik kortikal.Contoh: klonidin (catapres) yang merupakan noradrenergik alfa 2 reseptor agonisDosis : maksimal 1,2 mg peroral selama 4 mingguTujuan: kurang memuaskan untuk memperbaiki fungsi kognitif
5) HaloperiodolPada penderita alzheimer, sering kali terjadi :Gangguan psikosis (delusi, halusinasi) dan tingkah laku: Pemberian oral Haloperiodol 1-5 mg/hari selama 4 minggu akan memperbaiki gejala tersebut.Bila penderita Alzheimer menderita depresi berikan tricyclic anti depresant (amitryptiline 25-100 mg/hari)
6) Acetyl L-Carnitine (ALC)Merupakan suatu substrat endogen yang disintesa didalam mitokondria dengan bantuan enzym ALC transferase.Tujuan : meningkatkan aktivitas asetil kolinesterase, kolin asetiltransferase.Dosis:1-2 gr/hari/peroral selama 1 tahun dalam pengobatan
Efek: memperbaiki atau menghambat progresifitas kerusakan fungsi kognitif (Yulfran, 2009)
9. PencegahanPara ilmuwan berhasil mendeteksi beberapa faktor resiko penyebab Alzheimer, yaitu: usia lebih dari 65 tahun, faktor keturunan, lingkungan yang terkontaminasi dengan logam berat, rokok, pestisida, gelombang elektromagnetic, riwayat trauma kepala yang berat dan penggunaan terapi sulih hormon pada wanita. Dengan mengetahui faktor resiko di atas dan hasil penelitian yang lain, dianjurkan beberapa cara untuk mencegah penyakit Alzheimer, di antaranya yaitu :
a. Bergaya hidup sehat, misalnya dengan rutin berolahraga, tidak merokok maupun mengkonsumsi alkohol.
b. Mengkonsumsi sayur dan buah segar. Hal ini penting karena sayur dan buah segar mengandung antioksidan yang berfungsi untuk mengikat radikal bebas. Radikal bebas ini yang merusak sel-sel tubuh.
c. Menjaga kebugaran mental (mental fitness). Istilah ini mungkin masih jarang terdengar. Cara menjaga kebugaran mental adalah dengan tetap aktif membaca dan memperkaya diri dengan berbagai pengetahuan.
10. Prognosis
Dari pemeriksaan klinis 42 penderita Alzheimer menunjukkan bahwa nilai prognostik tergantung pada 3 faktor yaitu :
a. Derajat beratnya penyakit
b. Variabilitas gambaran klinis
c. Perbedaan individual seperti usia, keluarga demensia dan jenis kelamin
Ketiga faktor ini diuji secara statistik, ternyata faktor pertama yang paling mempengaruhi prognostik penderita alzheimer.
Pasien dengan penyakit Alzheimer mempunyai angka harapan hidup rata-rata 4-10 tahun sesudah diagnosis. Biasanya meninggal dunia akibat infeksi sekunder.
11. Komplikasi
a. Infeksi
b. Malnutrisi
c. Kematian
BAB IIILANDASAN TEORITIS KEPERAWATAN
1. Pengkajian Adapun pengkajian yang dilakukan pada penyakit Alzheimer
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku bangsa, status perkawinan,
golongan darah, dan hubungan pasien dengan penanggung jawab.
b. Riwayat kesehatan
Riwayat penyakit dahulu yaitu penyakit apa saja yang pernah diderita pasien, baik penyakit
yang dapat menjadi faktor pendukung terjadinya penyakit Alzheimer, maupun yang tidak.
Riwayat penyakit sekarang yaitu penyakit yang diderita pasien saat ini, dalam kasus ini
penyakit Alzheimer.Riwayat penyakit keluarga yaitu penyakit yang pernah diderita anggota
keluarga yang lain, baik yang dapat menjadi faktor pendukung terjadinya penyakit Alzheimer
maupun yang tidak.
c. Aktifitas istirahatGejala: Merasa lelahTanda: Siang/malam gelisah, tidak berdaya, gangguan pola tidurLetargi: penurunan minat atau perhatian pada aktivitas yang biasa, hobi, ketidakmampuan untuk menyebutkan kembali apa yang dibaca/ mengikuti acara program televisi.Gangguan keterampilan motorik, ketidakmampuan untuk melakukan hal yang telah biasa yang dilakukannya, gerakan yang sangat bermanfaat.
d. SirkulasiGejala: Riwayat penyakit vaskuler serebral/sistemik. hipertensi, episode emboli (merupakan factor predisposisi).
e. Pengkajian psikososial1) Sosialisasi lansia pada saat sekarang.
Pada umumnya lansia dengan alzheimer memiliki sosialisasi yang menurun dikarenakan fungsi kognitif yang melemah dan memunculkan prilaku, tanda-tanda tidak menyenangkan dalam sosialisasi.
2) Sikap pada orang lainSikap lansia dengan alzheimer biasanya berubah menjadi buruk, gangguan kognitif, binggung serta mengingat menyebabkan sikap curiga, bermusuhan dan prilaku tidak tepat yang lebih sering.
3) Harapan dalam melakukan sosialisasi
f. Masalah emosional/ Integritas ego dengan Deppresion ScaleGejala : Curiga atau takut terhadap situasi/orang khayalan, kesalahan persepsi terhadap lingkungan, kesalahan identifikasi terhadap objek dan orang, penimbunan objek : meyakini
bahwa objek yang salah penempatannya telah dicuri. kehilangan multiple, perubahan citra tubuh dan harga diri yang dirasakan.Tanda : Menyembunyikan ketidakmampuan ( banyak alasan tidak mampu untuk melakukan kewajiban, mungkin juga tangan membuka buku namun tanpa membacanya) , sering khawatir, menunjukakan kegelisahan, kecendrungan mengurung diri, menyatakan banyak pikiran atau ada masalah keluarga.
g. Pengkajian spiritual1) Kegiatan keagamaan, mungkin akan terlihat berubah pada lansia. Lansia akan cenderung
mendalami spiritual keagamaannya, namun terkadang berlebihan karena terjadinya disorientasi waktu.
2) Konsep/keyakinan klien tentang kematiann.Lansia umumnya cenderung pasrah dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan tentang kematiannya.
3) Harapan klien
h. Pengkajian Fungsional lansia dengan Indeks Katz atau Modifikasi Dari Barthel Indeks.penhgkajian uini berfungsi menilai kemampuan lansia dalam melakukan ADL
1) EliminasiGejala: Dorongan berkemihTanda: Inkontinensia urine/feaces, cenderung konstipasi/ imfaksi dengan diare.
2) Makanan/cairanGejala: Riwayat episode hipoglikemia (merupakan factor predisposisi) perubahan dalam pengecapan, nafsu makan, kehilangan berat badan, mengingkari terhadap rasa lapar/ kebutuhan untuk makan.Tanda: Kehilangan kemampuan untuk mengunyah, menghindari/menolak makan (mungkin mencoba untuk menyembunyikan keterampilan). dan tampak semakin kurus (tahap lanjut).
3) HiygeneGejala : Perlu bantuan /tergantung orang lainTanda : tidak mampu mempertahankan penampilan, kebiasaan personal yang kurang, kebiasaan pembersihan buruk, lupa untuk pergi kekamar mandi, lupa langkah-langkah untuk buang air, tidak dapat menemukan kamar mandi dan kurang berminat pada atau lupa pada waktu makan: tergantung pada orang lain untuk memasak makanan dan menyiapkannya dimeja, makan, menggunakan alat makan.
i. Status mental dengan SPSMQ dan MMSESPSMQ
No Pertanyaan Benar Salah1 Tanggal berapa sekarang?2 Hari apa sekarang ?3 Apa nama tempat ini?4 Alamat anda5 Berapa umur anda6 Kapan anda lahir (minimal tahun)
7 Siapa nama presiden sekarang8 Siapa nama presiden sebelumnya9 Siapa nama ibu anda10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari
setiap angka baru, semua secara menurunKesimpulan :
Salah 0-3 : fungsi intelektual utuhSalah 4-5 : kerusakan intelektual ringanSalah 6-8 : kerusakan intelektual sedangSalah 9-10 : kerusakan intelektual berat
Pada klien dengan Alzheimer biasanya memiliki hasil SPSMQ dari kerusakan intelektual ringan hingga kerusakan intelektual berat, tergantung keparahan kerusakan otak.
No Aspek kognitif klien
Nilai maksimal
Nilai klien
Kriteria
1 Orientasi 5 Menyebutkan dengan benar: tahun/musim/tanggal/hari/bulan
2 Orientasi 5 Dimana anda sekarang?Negara Indo/provinsi/kota/panti werda/wisma
3 Registrasi 3 Sebutkan 3 objek (oleh pemeriksa) 1detik utk mengatakan masing2 objek, kemudian tanyakan kepada klien ketiga objek tadi (utk disebutkan)
4 Perhatian dan kalkulasi
5 Minta klien utk memulai dari angka 100 kemudian dikurangi 7 sampai 5 kali (93, 86,79,72,65)
5 Mengingat 3 Minta klien utk mengulangi ketiga objek pada no 2 (registrasi) tadi, bila benar 1 point utk masing2 objek
6 Bahasa 9 Tunjukkan pada klien suatu benda dan tanyakan namanya pada klien (misal jam tangan atau pensil)Minta kepada klien utk mengulang kata berikut “tdk ada, jika, dan, atau,tetapi” bila benar nilai 2 point. Bila pertanyaan benar 2-3 buah, misal : tidak ada, tetapi maka nilai 1 point.Minta klien utk mengikuti perintah berikut yg tdd 3 langkah: “ambil kertas di tangan anda, lipat dua dan taruh di lantai”
Ambil kertas Lipat dua
Taruh di lantaiPerintahkan pada klien utk hal berikut (bila aktivitas sesuai perintah nilai 1 point).
Tutup mata andaPerintahkan pada klien utk menulis satu kalimat dan menyalin gambar.
Tulis satu kalimant Menyalin gambar
Total nilai
Kesimpulan MMSE:> 23 : aspek koqnitif dari fungsi mental baik18-22 : kerusakan aspek fungsi mental ringan≤ 17 : terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat
Gejala : Pengingkayan terhadap gejala yang ada terutama perubahan kognitif,dan atau gambaran yang kabur, keluhan hipokondria tentang kelelahan, pusing atau kadang-kadang sakit kepala. adanya keluhan dalam kemampuan kognitif, mengambil keputusan, mengingat yang berlalu, penurunan tingkah laku (diobservasi oleh orang terdekat). Kehilangan sensasi propriosepsi ( posisi tubuh atau bagian tubuh dalam ruang tertentu ). dan adanya riwayat penyakit serebral vaskuler/sistemik, emboli atau hipoksia yang berlangsung secara periodic ( sebagai factor predisposisi ) serta aktifitas kejang ( merupakan akibat sekunder pada kerusakan otak ).Tanda : Kerusakan komunikasi : afasia dan disfasia; kesulitan dalam menemukan kata- kata yang benar ( terutama kata benda ); bertanya berulang-ulang atau percakapan dengan substansi kata yang tidak memiliki arti; terpenggal-penggal, atau bicaranya tidak terdengar. Kehilangan kemampuan untuk membaca dan menulis bertahap ( kehilangan keterampilan motorik halus).
j. KenyamananGejala : Adanya riwayat trauma kepala yang serius ( mungkin menjadi factor predisposisi atau factor akselerasinya), trauma kecelakaan ( jatuh, luka bakar dan sebagainya).Tanda : Ekimosis, laserasi dan rasa bermusuhan/menyerang orang lain
k. Interaksi socialGejala : Merasa kehilangan kekuatan. factor psikososial sebelumnya; pengaruh personal dan individu yang muncul mengubah pola tingkah laku yang muncul.Tanda : Kehilangan control social,perilaku tidak tepat.
2. Pemeriksaan FisikKeadaan umum:
Klien dengan penyakit Alzheimer umumnya mengalami penurunan kesadaran sesuai dengan degenerasi neuron kolinergik dan proses senilisme. Adanya perubahan pada tanda-tanda vital, meliputi bradikardi, hipotensi, dan penurunan frekuensi pernafasan
a. B1 (Breathing)Gangguan fungsi pernafasan :Berkaitan dengan hipoventilasi inaktifitas, aspirasi makanan atau saliva dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran nafas.
1) Inspeksi: di dapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan untuk batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak nafas, dan penggunaan otot Bantu nafas.
2) Palpasi : Traktil premitus seimbang kanan dan kiri3) Perkusi : adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru4) Auskultasi : bunyi nafas tambahan seperti nafas berbunyi, stridor, ronkhi, pada klien dengan
peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan pada klien dengan inaktivitas.
b. B2 (Blood)Hipotensi postural : berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh sistem persarafan otonom.
c. B3 (Brain)Pengkajian B3 merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan dengan pengkajian pada sistem lainnya.
1) Inspeksi umum, didapatkan berbagai manifestasi akibat perubahan tingkah laku.2) Pengkajian Tingkat Kesadaran:Tingkat kesadaran klien biasanya apatis dan juga bergantung
pada perubahan status kognitif klien.
3) Pengkajian fungsi serebrala) Status mental : biasanya status mental klien mengalami perubahan yang berhubungan
dengan penurunan status kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan memori, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
b) Pengkajian Saraf kranial. Pengkajian saraf ini meliputi pengkajian saraf kranial I-XII :· Saraf I. Biasanya pada klien penyakit alzherimer tidak ada kelaianan fungsi penciuman· Saraf II. Tes ketajaman penglihatan mengalami perubahan, yaitu sesuai dengan keadaan
usia lanjut biasanya klien dengan alzheimer mengalami keturunan ketajaman penglihatan· Saraf III, IV dan VI. Biasanya tidak ditemukan adanya kelainan pada saraf ini· Saraf V. Wajah simetris dan tidak ada kelainan pada saraf ini.· Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal· Saraf VIII. Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi berhubungan proses senilis serta
penurunan aliran darah regional· Saraf IX dan X. Kesulitan dalam menelan makanan yang berhubungan dengan perubahan
status kognitif· Saraf XI. Tidak atrofi otot strenokleidomastoideus dan trapezius.· Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada vasikulasi dan
indera pengecapan normalc) Pengkajian sistem Motorik
Inspeksi umum pada tahap lanjut klien akan mengalami perubahan dan penurunan pada fungsi motorik secara umum.
Tonus Otot. Didapatkan meningkat. Keseimbangan dan Koordinasi. Didapatkan mengalami gangguan karena adanya perubahan status kognitif dan ketidakkooperatifan klien dengan metode pemeriksaan.
d) Pengkajian RefleksPada tahap lanjut penyakit alzheimer sering mengalami kehilangan refleks postural, apabila klien mencoba untuk berdiri dengan kepala cenderung ke depan dan berjalan dengan gaya berjalan seperti didorong. Kesulitan dalam berputar dan hilangnya keseimbangan (salah satunya ke depan atau ke belakang) dapat menyebabkan klien sering jatuh.
e) Pengkajian Sistem sensorikSesuai barlanjutnya usia, klien dengan penyakit alzheimer mengalami penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif. Penurunan sensori yang ada merupakan hasil dari neuropati perifer yang dihubungkan dengan disfungsi kognitif dan persepsi klien secara umum.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Perubahan proses pikir berhubungan dengan degeneration neuron iriversibelb. Risiko cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi memori.c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan deficit kognitif.d. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan iskemia lobus temporal atau frontal
sekunder akibat penyakit Alzheimer.e. Kerusakan interaksi social berhubungan dengan hambatan komunikasi sekunder akibat
penyakit mental kronis.f. Perubahan pola tidur berhubungan dengan Perubahan lingkungan, tekanan psikologis,
kerusakan neurologis, perubahan aktivitasg. Inkontinensia berhubungan dengan kehilangan fungsi neurologis / tonus otot.h. Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
kemampuan ADL, faktor psikologis.i. Kurang pengetahuan klien dan keluarga berhubungan dengan keterbatasan kognitif, daya
ingat.
3 Rencana Keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
1 Perubahan proses pikir berhubungan dengan degeneration neuron iriversibel.
Setelah diberikan askep selama …x24 jam diharapkan gangguan proses pikir tidak bertambah buruk, dengan out come :· Klien mampu
menginterpretasikan stimulus sedikit demi sedikit
· Klien mampu mengakomodasikan sedikit demi sedikit suatu ide/perintah
· Klien mampu mengenali orang-orang terdekatnya, seperti nama keluarganya.
· Klien mampu mengenali tempat-tempat disekitarnya, seperti alamat rumah.
· Klien mampu mengenali
Mandirii. Kaji derajat gangguan
kognitif, seperti perubahan orientasi terhadap orang, tempat waktu, rentang perhatian dan kemampuan berpikir
ii. Pertahankan lingkungan yang menyenangkan dan tenang.
iii. Lakukan pendekatan dengan cara perlahan dan tenang.
iv. Tatap wajah ketika bercakap-cakap dengan pasien
v. Ajarkan klien dalam mengingat tempat, dan bendan. Gunakan kata-kata yang pendek dan kalimat yang sederhana dan berikan instruksi sederhana. Ulangi instruksi tersebut sesuai dengan kebutuhan.
vi. Ajarkan dan libatkan keluarga dalam
Mandiri1. Memberikan dasar untuk evaluasi/perbandingan yang akan datang dan mempengaruhi pilihan terhadap intervensi.
2. Keramaian biasanya merupakan sensori yang berlebihan yang meningkatkan gangguan neuron
3. Pendekatan yang terburu-buru dapat mengancam pasien bingung yang mengalami kesalahan persepsi.
4. Menimbulkan perhatian, terutama pada orang-orang dengan gangguan perceptual
5. Sesuai dengan berkembangnya penyakit, pusat komunikasi dalam otak mungkin saja terganggu.
6. Keluarga memiliki pera penting komunikasi serta pemulihan klien.
Kolaborasi i. Dapat digunakan untuk
waktu seperti pagi, siang, dan malam.
perawatan klien
Kolaborasi1. Antisiklotik, seperti halopiridol (Haldol) ; tioridazin (Mallril)2. Vasodilator, seperti siklandelat (Cyclospasmol)
3. Agen ansiolitik, seperti diazepam, lorazepam, oksazepam
mengontrol agitasi, halusinasi.
ii. Dapat meningkatkan kesadaran mental tetapi memerlukan penelitian lebih lanjut.
3. Lebih bermanfaat pada fase awal dan/atau fase sedang untuk menghilangkan kecemasan
2 Risiko cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi memori.
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ....x 24 jam, diharapkan klien tidak mengalami cedera dengan kriteria hasil:· Klien dapat meningkatkan tingkat aktivitas· Klien dapat beradaptasi dengan lingkungan
Mandiri1. Awasi klien secara ketat
selama beberapa malam pertama.
2. Anjurkan individu untuk meminta bantuan selama malam hari.
3. Singkirkan benda-benda berbahaya dari klien.
4. Pasang pegangan tangan di kamar mandi.
5. Pertimbangkan penggunaan sistem alarm.
Mandiri1. Untuk mengkaji keamanan klien.
2. Untuk menghindarkan risiko cedera akbat suasana gelap.
3. Untuk menghindari risiko cedera/terpapar benda-benda berbahaya.
4. Untuk menghindari terpleset di kamar mandi.
5. Untuk memudahkan klien menginstruksikan keadaan bahaya pada dirinya.
3 Defisit perawatan diri berhubungan dengan deficit kognitif.
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x 24 jam, diharapkan terdapat perilaku peningkatan dalam pemenuhan perawatan diri dengan kriteria hasil :· klien tampak
bersih dan segar
Mandiri1. Identifikasi kesulitan
berpakaian/perawatan diri, seperti keterbatasan fisik; apatis/depresi atau temperatur ruangan.
2. Identifikasi kebutuhan akan kebersihan diri dan berikan bantuan sesuai kebutuhan dengan perawatan rambut/kuku/kulit, bersihkan kacamata dan gosok gigi.
3. Gabungkan kegiatan sehari-hari kedalam jadwal aktivitas jika mungkin.
4. Kaji kemampuan dan tingkat itaspenurunan kemampuan ADL dalam skala 0 – 4.
5. Rencanakan tindakan untuk defisit motorik seperti tempatkan makanan dan peralatan di dekat klien agar mampu sendiri mengambilnya.
Mandiri1. Memahami penyebab yang mempengaruhi pilihan intervensi/ strategi
2. Sesuai dengan perkembangan penyakit, kebutuhan akan kebersihan dasar mungkin dilupakan.
3. Mempertahankan kebutuhan rutin dapat mencegah kebingungan yang semakin memburuk dan meningkatkan partisipasi pasien.
4. Membantu dalam mengantisipasi dan merencanakan pertemuan kebutuhan individual.
5. Klien akan mampu melakukan aktivitas sendiri untuk memenuhi perawatan dirinya.
6. Ketidakmampuanberkomunikasi dengan perawat dapat menimbulkan
6. Kaji kemampuan komnikasi untuk BAK. Kemampuan menggunakan urinal pispot. Antarkan ke kamar mandi bila kondisi memungkinkan .
7. Identifikasi kebiasaan BAB . anjurkan minum dan meningkatkan aktivitas.
8. Berikan informasi kepada klien dan keluarga mengenai pentingnya kebutuhan akan kebersihan diri
Kolaborasi :1. Pemberian suppositoria
dan pelumas faeces / pencahar.
2. Konsul ke dokter terapi okupasi.
masalah pengososngan kandung kemih oleh karena masalah neurogenik.
7. Meningkatkan latihan dan mencegah terjadinya konstipasi
8. Pengetahuan untuk meminimalkan risiko infeksi.
6. Meningkatkanlatihan dan menolong mencegah konstip
Kolaborasi :1. Pertolongan utama terhadap fungsi bowell atau BAB
2. Untuk mengembangkan terapi dan melengkapi kebutuhan khusus.
4 Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan iskemia lobus temporal atau frontal sekunder akibat penyakit Alzheimer.
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan klien tidak mengalami hambatan komunikasi verbal dengan kriteria hasil :· Membuat
teknik/metode
Mandiri1. Kaji kemampuan klien
untuk berkomunikasi.
2. Menentukan cara-cara berkomunikasi seperti mempertahankan kontak mata, pertanyaan dengan
Mandiri1. Untuk menentukan tingkat kemampuan klien dalam berkomunikasi.
2. Untuk membantu proses berkomunikasi dengan klien, dan agar tidak terjadi miskomunikasi.
komunikasi yang dapat dimengerti sesuai kebutuhan dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi
jawaban ya atau tidak, menggunakan kertas dan pensil/bolpoint, gambar, atau papan tulis; bahasa isyarat, penjelas arti dari komunikasi yang disampaikan.
3. Letakkan bel/lampu panggilan di tempat mudah dijangkau dan berikan penjelasan cara menggunakannya. Jawab panggilan tersebut dengan segera. Penuhi kebutuhan klien. Katakan kepada klien bahwa perawat siap membantu jika dibutuhkan.
4. Kolaborasi dengan ahli wicara bahasa.
3. Untuk memudahkan klien dalam memanggil perawat saat membutuhkan bantuan.
4. Memberikan terapi bicara pada klien.
5 Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan hambatan komunikasi sekunder akibat penyakit mental kronis.
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan selama ….x24 jam, diharapkan kliem mampu melakukan interaksi social, dengan criteria hasil :· klien mampu
berinteraksi dengan orang disekitarnya dengan baik.
· klien tidak memiliki rasa bermusuhan/menyerang orang.
Mandiri1. Beri individu hubungan
suportif.2. Bantu mengidentifikasi
alternative tindakan.3. Bantu menganalisis
pendekatan yang berfungsi paling baik.
4. Gunakan pertanyaan dan observasi untuk mendorong individu dengan keterbatasan keterampilan interaksi
5. Bantu anggota keluarga dalam memahami dan memberi dukungan.
Mandiri1. Agar individu terstimulasi untuk melakukan interaksi social.
2. Agar klien mampu mengidentifikasi tindakan yang baik.
3. Agar klien mampu melakukan interaksi dengan orang lain dengan baik.
4. Untuk merangsang klien untuk menjawab pertanyaan perawat secara tidak langsung menstimulasi klien untuk berinteraksi.
5. Dukungan keluarga sangat membantu dalam melakukan interaksi social.
6 Perubahan pola tidur b.d perubahan lingkungan, tekanan psikologis,kerusakan neurologis, perubahan pola aktivitas
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan perubahan pola tidur klien dapat teratasi dengan kriteria hasil :
- Tidak terjadi perubahan tingkah laku dan penampilan (gelisah)
- Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat dengan penurunan terhadap pikiran yang melayang-layang (melamun)
- Mampu menentukan penyebab tidur inadekuat
Mandiri :1. Berikan lingkungan yang
nyaman untuk meningkatkan tidur (mematikan lampu, ventilasi ruang adekuat, suhu yang sesuai. Menghindari kebisingan)
2.2. Anjurkan latihan saat
siang hari dan turunkan aktivitas mental/fisik pada sore hari
3. Berikan makanan kecil sore hari, susu hangat, mandi, dan masase punggung
4. Turunkan jumlah minuman sore hari. Lakukan berkemih sebelum tidur
5. Anjurkan klien untuk mendengarkan musik yang lembut
Rasional :1. Hambatan kortikal pada
informasi reticular akan berkurang selama tidur, meningkatkan respons otomatik, karenanya respons kardiovaskular terhadap suara meningkat selama tidur
2. Aktivitas fisik dan mental yang lama mengakibatkan kelelahan yang dapat meningkatkan kebingungan , aktivitas yang terprogram tanpa stimulasi berlebihan meningkatkan waktu tidur.
3. Meningkatkan relaksasi dengan perasaan mengantuk
4. Menurunkan kebutuhan akan bangun untuk berkemih selama malam hari
5. Menurunkan stimulasi sensori dengan menghambat suara lain dari lingkungan sekitar yang akan menghambat tidur.
1. Efektif menangani pseudodemensia atau depresi,
Kolaborasi :1. Berikan obat sesuai
indikasi :- Antidepresi,
seperti ;amitriptilin (elavil), doksepin (senequan), trasolon (desyrel)
- Oksazepam (serax), triazolam (halcion)
2. Hindari penggunaan difenhidramin (benadryl)
meningkatkan kemampuan untuk tidur, tetapi antikolinergik dapat mencetuskan bingung, memperburuk kognitif dan efek samping hipotensi ortostatikGunakan dengan hemat, hipnotik dosis rendah efektif mengatasi insomnia
2. Kontraindikasi karena mempengaruhi produksi assetilkolin yang sudah dihambat dalam otak.
7 Inkontinensia b.d kehilangan fungsi neurologis/ tonus otot
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan inkontinensia dapat teratasi dengan kriteria hasil :
- Mampu menciptakan pola eliminasi yang adekuat/ sesuai
Mandiri :1. Letakkan tempat tidur
dekat dengan kamar mandi jika memungkinkan, buatkan tanda/pintu khusus. Berikan cahaya yang cukup
2. Buat program latihan kandung kemih, tingkatkan partisipasi klien sesuai tingkat kemampuannya
3. Anjurkan minum adekuat selama siang hari (minimal 2 liter sesuai toleransi), batasi minum saat menjelang malam dan waktu tidur
4. Pantau warna urine, konsistensi
5. Ajarkan dan dukung klien melakukan senam otot system urinari secara berkala
Rasional :1. Meningkatkan
orientasi/penemuan kamar mandi dan mencegah cedera
2. Menstimulasi kesadaran klien, meningkatkan pengaturan fungsi tubuh dan membantu menghindari kecelakaan
3. Menurunkan risiko dehidrasi. Pembatasan minum pada sore menjelang malam hari menurunkan seringnya berkemih/inkontinensia selama malam hari
4. Pendeteksian suatu perubahan memberikan kesempatan untuk mengubah intervensi, mencegah komplikasi/ penanganan sesuai dengan kebutuhan
5. Meminimalkan inkontinensia.
8 Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d perubahan diet/ pemasukan makanan menurun
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan dengan kriteria hasil :
- Klien mendapat diet nutrisi yang seimbang
- Mempertahankan/ mendapat kembali BB yang sesuai
- Klien dapat mengubah pola asupan yang benar
Mandiri :1. Kaji pengetahuan
klien/keluarga mengenai kebutuhan makan
2. Usahakan/ berikan bantuan dalam memilih menu
3. Berikan makanan kecil setiap jam sesuai kebutuhan
4. Hindari makanan yang terlalu panas
Kolaborasi :1. Rujuk atau konsultasikan
dengan ahli gizi
Rasional :1. Identifikasi kebutuhan untuk
membantu perencanaan pendidikan
2. Klien tidak mampu menentukan pilihan kebutuhan nutrisi
3. Makan makanan kecil meningkatkan masukan yang sesuai
4. Makan panas mengakibatkan mulut terbakar atau menolak untuk makan
Rasional :1. Bantuan diperlukan untuk
mengembangkan keseimbangan diet dan menemukan kebutuhan / makan yang disukai
BAB IV
TINJAUAN KASUS
Ny D, 75 tahun dirawat di RS Sari mutiara dengan keluhan utama sendi-sendi tangan dan jari terasa linu-
linu, demikian juga panggul, pinggang dan kaki terasa sakit dan terasa tidak kuat untuk berdiri lama dan
bekerja seperti mencuci baju/peralatan makan dan menyapu terasa mudah lelah. Kondisi klien selama
dirawat adalah juga klien sudah kehilangan daya ingat (pikun), perhatian menurun, perilaku sosial yang
menyerupai anak-anak, gelisah dan mood klien yang cepat berubah dari sedih menjadi gembira.
TD : 180/90 mmHg
HR : 75x/menit
RR : 20x/menit
T : 36 T c
4.1 PENGKAJIAN
Biodata
Tgl. Pengkajian : 1 September 2014
Nama : Ny. D
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia :75 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SMA
Keluhan Utama
Keluhan utama kesulitan melakukan aktivitas rutin yang biasa. Kondisi klien selama dirawat adalah juga
klien sudah kehilangan daya ingat (pikun), perhatian menurun, perilaku sosial yang menyerupai anak-
anak, gelisah dan mood klien yang cepat berubah dari sedih menjadi gembira.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan kesulitan melakukan aktivitas rutin yang biasa.kondisi klien selama dirawat sudah
kehilangan daya ingat (pikun),perhatian menurun,perilaku sosial yang menyerupai anak-anak,gelisah dan
mood klien yang cepat berubah dari sedih menjadi gembira.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien mengatakan adanya penyakit hipertensi.
Riwayat /Keadaan Psikososial
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia dan bahasa Jawa
Persepsi klien tentang penyakitnya : Klien mengatakan kesulitan dalam melakukan
aktivitas dan kooperatif.
Keadaan emosi : Keadaan emosi klien dalam keadaan labil.
Daya adaptasi : Klien mengalami penurunan kongnitif/memori.
Mekanisme Pertahanan diri : Klien memiliki pertahanan diri yang tidak efektif.
Aktifitas istirahat
Merasa lelah
Siang/malam: gelisah, tidak berdaya
Sirkulasi
Klien memiliki riwayat penyakit vaskuler serebral/sistemik, hipertensi
Eliminasi:
Pada BAK : > 3x sehari
Pada BAB : 1x sehari
Inkontenensia urin/feses
Hiygene
Ny. D terlihat tidak rapi dan pembersihan buruk, rambut kurang bersih dan sudah berwarna putih/uban,
kuku tangan kotor tapi dipotong pendek, pakaian dan tempat tidur tampak bersih. Kebiasaan mandi 1 kali
sehari karena lupa untuk ke kamar mandi. Kebiasaan mencuci rambut sekali seminggu dengan
menggunakan shampoo terkadang saja bila ada, dan lebih sering sabun mandi dipakai untuk mencuci
rambut sekaligus.
Interaksi sosial :
Perilaku sosial menyerupai anak-anak
Pemeriksaan Fisik
Kepala : rambut putih, tipis, dan mudah rontok. Pada kulit kepala tidak terdapat lesi/benjolan.
Tidak tampak oedema pada palpebrae. Sclera tampak putih kekuningan (agak keruh), conjunctiva
merah muda, pupil isokor dan ada refleks terhadap cahaya. Mata sebelah kanan visusnya 6/300
yaitu hanya bisa melihat gerak jari-jari dari jarak 6 meter. Rongga hidung tidak ada polip/benda
asing, tidak ada peradangan mukosa hidung, letak septum dibagian tengah. Daun telinga tampak
bersih, sedang pendengaran kurang. Mengenai gigi, hanya tertinggal 3 buah (1 di bawah, 1 di
atas), lidah tampak bersih,dan tidak ada pembesaran tonsil
Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening ataupun kelenjar tyroid. Kaku kuduk
tidak ada.
Dada dan Punggung : dada/punggung tampak berbentuk kiposis (bungkuk), tapi tidak ada
dyspnea, getaran dinding dada sama saat palpasi, perkusi terdengar sonor, dan auskultasi
terdengar vesikuler pada lapang paru, terdapat suara ronchi nada rendah. Inspeksi pada dinding
dada terlihat ictus cordis pada ICS 5, perkusi jantung terdengar pekak, sedangkan auskultasi
jantung terdengar S1 S2 tunggal, tidak ada suara tambahan
Abdomen dan Pinggang : Inspeksi abdomen tampak datar, tidak tampak adanya benjolan/masa.
Auskultasi bising usus positif, peristaltik 4 kali/menit. Pada palpasi tidak ada keluhan nyeri pada
region abdomen, khususnya titik MC Burney, dan tidak teraba pembesaran hepar. Perkusi
abdomen terdengar tympani, tidak ada ascites, dan tidak mengeluh nyeri pada costo-vertebral saat
diperkusi tersebut.
Ekstremitas Atas dan Bawah : Tidak ditemukan kelumpuhan ekstremitas, patah tulang tidak ada,
kulit keriput, tidak ada pembengkakan/edema. Ny. D berjalan tampak sempoyongan dengan
menggunakan tongkat.
Sistem Immune : Tidak dapat terkaji secara jelas karena butuh pemeriksaan khusus tapi menurut
Ny. D kalau dirinya mudah tertular batuk-pilek bila musimnya.
Genetalia/ sistem reproduksi : Ny. D mengaku sudah tidak haid lagi sejak berumur 50 tahunan,
dan tidak ada keluhan selama ini.
Sistem Persyarafan : Refleks fisiologik (ketukan tendon) pada biceps, triceps, lutut, dan achiles
dalam keadaan normal (kontraksi otot biasa). Refleks Babinski negatif. Pemeriksaan Nervus
abduscens; Ny.D masih mampu menggerakkan bola mata kanan-kiri, dan atas-bawah. nervus
fascialis ; ny. D masih mampu tersenyum.
Sistem Pengecapan : Ny. D masih bisa merasakan asin, manis, pahit dengan mata tertutup dan
mampu menyebutkan jenis makanan yang dirasakannya saat penkajian dilakukan.
Sistem Penciuman : Ny. D masih mampu menyebutkan bau.
Pengkajian Tingkat Kesadaran:
Tingkat kesadaran Ny D apatis dan bergantung pada perubahan status kognitif Ny D.
Pengkajian fungsi serebral:
a. Saraf I. Ny D masih mampu menyebutkan bau
b. Saraf II. Mata sebelah kanan visusnya 6/300 yaitu hanya bisa melihat gerak jari-jari dari jarak 6 meter.
c. Saraf III, IV dan VI. tidak ditemukan adanya kelainan pada Ny D.
d. Saraf V. Wajah simetris dan tidak ada kelainan
e. Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal
f. Saraf VIII. Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi berhubungan proses senilis serta penurunan aliran
darah regional
g. Saraf IX dan X. Ny D kesulitan dalam menelan makanan
h. Saraf XI. Tidak atrofi otot strenokleidomastoideus dan trapezius.
i. Saraf XII. Lidah tampak bersih
Pengkajian sistem Motorik
Inspeksi : klien mengalami perubahan dan penurunan pada fungsi motorik secara umum.
Pengkajian Refleks
Klien mencoba untuk berdiri dengan kepala cenderung ke depan dan berjalan dengan gaya berjalan
seperti didorong.
Pengkajian Sistem sensorik
Sesuai barlanjutnya usia, Ny D mengalami penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif.
ANALISA DATA
No
.
Symptom Etiologi Problem
1. DS :
Os tidak kuat untuk
berdiri lama dan
bekerja seperti mencuci
baju/peralatan makan
dan menyapu terasa
mudah lelah.
DO :
Os tampak lelah dan
lemah
Vital sign TD 180/90,
HR 75x/menit, RR
20x/menit, T 38,5oC.
Perubahan dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari
Sindrom stress relokasi
2. DS :
Os tidak kuat untuk
berdiri lama dan
bekerja seperti mencuci
baju/peralatan makan
Kelemahan,otot-otot yang tidak
terkoordinasi
Trauma,risiko terhadap
dan menyapu terasa
mudah lelah.
Os mengatakan sendi-
sendi tangan dan jari
terasa linu
DO :
sendi-sendi tangan dan
jari kaku.
Os kelihatan binggung
3. DS :
Os mengatakan kurang
mengigat lagi pada
masa lalu nya
Os mengatakan lupa
jika meletakkan benda
DO :
Os kelihatan
kebingugan
Perubahan fisiologis (degenerasi
neuron ireversibel) ditandai
dengan hilang ingatan atau
memori
Proses pikir,perubahan
4. DS :
Os mengatakan tidak
bisa tidur dan tidak
menentukan
kebutuhan/waktu tidur
DO :
Os kelihatan gelisah
Perubahan pola aktivitas Perubahan pola tidur
5. DS :
Os mengatakan
kebiasaan mandi 1x
kali dalam sehari
Menurunnya daya tahan dan
kekuatan
Kurang perawatan diri
Os mengatakan
mencuci rambut hanya
1x kali dalam
seminggu
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO
.
Dx.Keperawatan KH INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTAS
I
EVALUASI
1. Sindrom stress
relokasi
berhubungan
dengan
perubahan dalam
aktivitas
kehidupan sehari-
hari ditandai
dengan
kebingungan,
keprihatinan,
gelisah, tampak
cemas, mudah
tersinggung,
mampu
beradaptasi
pada
perubahan
lingkungan
dan
aktivitas
kehidupan
sehari-hari
mampu
menunjukk
an rentang
perasaan
yang sesuai
dan rasa
takut yang
berkurang
tidak
menyimpan
Tempatkan
pada ruangan
pribadi jika
mungkin dan
bergabung
dengan orang
terdekat dalam
aktivitas
perawatan
waktu makan,
seterusnya.
Tentukan
jadwal aktivitas
klien dan
masukkan
dalam kegiatan
rutin
Berikan
penjelasan,infor
Perawatan
dirumah sakit
mengubah
aktivitas rutin
pasien dan
dapat
menimbulkan
peningkatan
masalah tingkah
laku
Konsistensi
memberikan
jaminan dan
mungkin
mengurangi
kebingungan
dan
meningkatkan
rasa
JAM 08.00 WIB
Mengatur jadwal
aktivitas klien
secara rutin
JAM 08.10 WIB
Menjelaskan
aktivitas klien
JAM 09.00 WIB
Mencatat tingkah
laku klien
JAM 09.20 WIB
Memulai
melakukan
aktivitas secara
bertahap
S:
klien
mengatakan
cukup
membaik
dan cukup
mampu
dalam
melakukan
aktivitas
sehari-hari
O:
Berkurangny
a
kebingungan
,dan gelisah
A :
Tujuan
teratasi
pengalama
n yang
menggunca
ngkan
masi yang
menyenangkan
mengenai
kegiatan
Catat tingkah
laku,munculnya
perasaan
curiga,mudah
tersingung.
Pertahankan
dalam keadaan
tenang.
Beri dorongan
kebersamaan
Menurunkan
rasa terkejut.
Stress
meningkat,rasa
tidak
nyaman/nyeri
fisik kelelahan
mencetuskan
penurunan
tingkah laku
Menenangkan
situasi
Memberikan
keyakinan
sebagian
P :
Pertahankan
kondisi klien
dan
lanjutkan
intervensi
2. Trauma resiko
terhadap cedera
berhubungan
dengan kesulitan
keseimbangan,
kelemahan, otot
tidak
Tidak
mengalami
trauma
Keluarga
mengenali
resiko
potensial di
Kaji derajat
gangguan
kemampuan
Hilangkan/
minimalkan
sumber bahaya
dalam
Mengidentifika
si risiko
pontensial di
lingkungan
Seseorang
dengan
gangguan
JAM 10.00 WIB
Memanta
u risiko
potensial
di
lingkunga
S:
klien
mengatakan
cukup
membaik
dan cukup
kuat dalam
terkoordinasi. lingkungan
dan
mengidenti
fikasi tahap
untuk
memperbai
kinya
lingkungan
Alihkan
perhatian pasien
ketika perilaku
berbahaya
Berikan tanda
untuk
mengidentifikas
i klien
kongnitif dan
gangguan
persepsi
Mempertahanka
n keamanan
Memfasilitasi
keamanan
untuk kembali
jika hilang.
n
JAM 10.10 WIB
Memberit
ahu
kegiatan
yang
mampu
untuk
dilakukan
melakukan
aktivitas
sehari-hari
O:
Otot-otot
terkoordinasi
A :
Tujuan
teratasi
P :
Pertahankan
kondisi klien
dan
lanjutkan
intervensi
3. Perubahan proses
pikir
berhubungan
dengan
perubahan
Mampu
mengenali
perubahan
dalam
berpikir/tin
Kaji derajat
gangguan
kongnitif,seperti
perubahan
orientasi
Mengurangi
kecemasan dan
emosional
Kebisingan
merupakan
JAM 11.00 WIB
Menyakin
kan dan
memberi
S:
klien
mengatakan
cukup
membaik
fisiologis
(degenerasi
neuron
ireversibel)
ditandai dengan
hilang ingatan
atau memori,
hilang konsentrsi,
tidak mampu
menginterpretasi
kan stimulasi dan
menilai realitas
dengan akurat.
gkah laku
dan faktor-
faktor
penyebab
jika
memungkin
kan
Mampu
memperliha
tkan
penurunan
tingkah
laku yang
tidak
diinginkan.
terhadap
orang,tempat,w
aktu,kemampua
n berpikir.
Pertahankan
lingkungan
yang
menyenangkan
dan tenang.
Tatap wajah
ketika berbicara
dengan klien.
Panggil klien
dengan
namanya.
Gunakan suara
yang agak
rendah dan
berbicara
dengan perlahan
pada klien.
sensori
berlebihan yang
meningkatkan
gangguan
neuron.
Menimbulkan
perhatian,
terutama pada
klien dengan
gangguan
perceptual.
Nama adalah
bentuk identitas
diri dan
menimbulkan
pengenalan
terhadap realita
dan klien.
Meningkatkan
pemahaman.
Ucapan tinggi
dan keras
sentuhan
Mengkaji
tingkah
laku dan
daya
ingatan
atau
memori
JAM 11.30 WIB
Memanta
u
lingkunga
n
dan cukup
kuat dalam
melakukan
aktivitas
sehari-hari
O:
Otot-otot
terkoordinasi
A :
Tujuan
teratasi
P :
Pertahankan
kondisi klien
dan
lanjutkan
intervensi
menimbulkan
stress yg
mencetuskan
konfrontasi dan
respon marah.
4. Perubahan pola
tidur
berhubungan
dengan
perubahan
lingkungan
ditandai dengan
keluhan verbal
tentang kesulitan
tidur, terus-
menerus terjaga,
tidak mampu
menentukan
kebutuhan/ waktu
tidur.
Mampu
menciptaka
n pola tidur
yang
adekuat
dengan
penurunan
terhadap
pikiran
yang
melayang-
layang
Tampak
atau
melaporkan
dapat
beristirahat
Beri
kesempatan
untuk
beristirahat/tidu
r
sejenak,anjurka
n latihan saat
siang,turunkan
aktivitas mental
pada sore hari
Evaluasi tingkat
stres
Lengkapi
jadwal tidur dan
ritual secara
teratur
Aktivitas fisik
dan mental
yang lama
mengakibatkan
kelelahan yang
dapat
meningkatkan
kebingungan,
Peningkatan
kebingungan,di
sorientasi dan
tingkah laku
yang tidak
kooperatif
Penguatan
bahwa saatnya
JAM 15.00 WIB
Mengatur
jadwal
tidur dan
ritual
Mengkaji
pola tidur
JAM 16.00 WIB
Mengeval
uasi
tingkat
stress
Kolaborasi :
berikan obat
Antidepresi
sesuai indikasi
S:
klien
mengatakan
cukup bisa
tidur
walaupun
pikiran
melayang-
layang
O:
Perubahan
tingkah laku
yg baik
A :
Tujuan
teratasi
yang
cukup.
tidur.
P :
Pertahankan
kondisi klien
dan
lanjutkan
intervensi
5. Kurang
perawatan diri
berhubungan
dengan
intoleransi
aktivitas,
menurunnya daya
tahan dan
kekuatan ditandai
dengan
penurunan
kemampuan
melakukan
aktivitas sehari-
Mampu
melakukan
aktivitas
perawatan
diri sesuai
dengan
tingakat
kemampua
n diri
sendiri.
Identifikasi
kesulitan dalam
berpakaian/pera
watan diri
Identifikasi
kebutuhan akan
kebersihan diri
Gabungkan
kegiatan sehari-
hari ke dalam
jadwal aktivitas.
Lakukan
pengawasan
namun berikan
Memahami
penyebab yang
mempengaruhi
pilihan strategi
Sesuai dengan
perkembangan
penyakit,kebutu
han akan
kebersihan
dasar mungkin
dilupakan.
Mempertahanka
n kebutuhan
rutin dapat
S:
klien
mengatakan
mampu
melakukan
perawatan
diri
O:
Perubahan
ketrampilan
motorik dan
perubahan
kongnitif dan
hari. kesempatan
untuk
melakukan
sendiri
Beri banyak
waktu untuk
melakukan
tugas
mencegah
kebingungan
yang semakin
memburuk dan
meningkatkan
partisipasi
pasien
Mudah sekali
terjadi frustasi
jika kehilangan
kemandirian.
Pekerjaan yang
tadinya mudah
sekarang
menjadi
terhambat
karena adanya
penurunan
keterampilan
motorik dan
perubahan
kongnitif dan
perubahan
fifik
A :
Tujuan
teratasi
P :
Pertahankan
kondisi klien
perubahan fisik
BAB V
PENUTUP
5.1 KesimpulanAlzheimer adalah jenis kepikunan yang dapat melumpuhkan pikiran dan kecerdasan seseorang. Keadaan ini ditunjukkan dengan kemunduran fungsi intelektual dan emosional secara progresif dan perlahan sehingga mengganggu kegiatan sosial sehari-hari. Menurut dr. Samino, SpS (K), Ketua Umum Asosiasi Alzheimer Indonesia (AAzI), alzheimer timbul akibat terjadinya proses degenerasi sel-sel neuron otak di area temporo-parietal dan frontalis. Demensia Alzheimer juga merupakan penyakit pembunuh otak karena mematikan fungsi sel-sel otak. Penyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternatif penyebab yang telah dihipotesa adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi virus, polusi udara/industri, trauma, neurotransmiter, defisit formasi sel-sel filament, presdiposisi heriditer. Dasar kelainan patologi penyakit alzheimer terdiri dari degenerasi neuronal, kematian daerah spesifik jaringan otak yang mengakibatkan gangguan fungsi kognitif dengan penurunan daya ingat secara progresif. Kejanggalan awal biasanya dirasakan oleh penderita sendiri, mereka sulit mengingat nama atau lupa meletakkan suatu barang. Cara pencegahan penyakit alzheimer yaitu dengan tetap menerapkan gaya hidup sehat misalnya berolahraga rutin, tidak merokok dan tidak mengonsumsi alkohol, mengonsumsi sayur dan buah segar karena ini mengandung antioksidan yang berfungsi mengikat radikal bebas yang akan mampu merusak sel-sel tubuh. Menjaga kebugaran mental dengan tetap aktif membaca dan memperkaya diri dengan berbagai pengetahuan juga merupakan salah satu bentuk pencegahan penyakit alzheimer.
5.2 SaranDiharapkan kepada mahasiswa, khususnya mahasiswa keperawatan agar dapat mengerti, memahami dan dapat menjelaskan tentang penyakit alzheimer yang pada akhirnya mampu melakukan segala bentuk pencegahan demi menekan angka insidensi penyakit alzheimer ini. Selain itu, mahasiswa juga diharapkan lebih banyak menggali kembali informasi tentang hal yang terkait dengan itu untuk mengetahui dan memperoleh informasi yang lebih dalam lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Corwin, J. Elisabet. 2004. Patofisiologi untuk Perawat. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Harsono, 1996, Buku Ajar Neurologi klinis 2nded., Gajah Mada University Press, YogyakartaMuttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Salemba Medika: JakartaNanda Internasional. 2012. Diagnosa Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGCSuddart, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Suzanne C.Smeltzer & Brenda G.Bare. 2001. KMB vol 3. Hal.2194 BAB 60 UNIT 15. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC