ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN LESSON STUDY
DALAM PEMBELAJARAN FIQIH
DI MA SHOLAHUDDIN WONOSALAM, DEMAK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Tugas dan Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam
Ilmu Pendidikan Islam
Oleh :
MUHAMMAD FAHRUDIN
NIM: 063111113
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Muhammad Fahrudin
NIM : 063111113
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya
saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 10 Juni 2011
Saya yang menyatakan,
Muhammad Fahrudin
NIM: 063111113
Muhammad Fahrudin
NOTA PEMBIMBING Semarang, Mei 2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu’alaikum wr. wb
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN LESSON STUDY
DALAM PEMBELAJARAN FIQIH DI MA
SHOLAHUDDIN WONOSALAM, DEMAK Nama : Muhammad Fahrudin
NIM : 063111113
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasah.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
NOTA PEMBIMBING Semarang, Mei 2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu’alaikum wr. wb
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN LESSON STUDY
DALAM PEMBELAJARAN FIQIH DI MA
SHOLAHUDDIN WONOSALAM, DEMAK Nama : Muhammad Fahrudin
NIM : 063111113
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasah.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
ABSTRAK
Judul : Analisis Pelaksanaan Lesson Study Dalam Pembelajaran
Fiqih di MA Sholahuddin Wonosalam, Demak
Penulis : Muhammad Fahrudin
NIM : 063111113
Salah satu faktor yang dapat menentukan mutu pendidikan adalah
profesionalisme guru. Skripsi ini adalah hasil dari penelitian kualitatif. Skripsi ini
bertujuan untuk Menganalisis pelaksanaan lesson study dalam pembelajaran fiqih
di MA Sholahuddin Wonosalam, Demak. Penelitian ini menggunakan pendekatan
deskriptif - kualitatif dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Subyek penelitian adalah guru pelajaran fiqih MA Sholahuddin
Wonoslam, Demak dan kelompok kerja Lesson Study yang terdiri 6 (guru)
observer dan pengawas. Peneliti terlibat langsung dengan aktivitas orang-orang
yang diamati dalam pelaksanaan plan, do dan see. Sedangkan untuk melakukan
observasi terhadap pelaksanaan lesson study dalam pembelajaran fiqih, peneliti
dibantu oleh seorang guru yang telah mendapat persetujuan dari Kepala
Madrasah. Peneliti dan guru tersebut melakukan observasi dan penilaian terhadap
pelaksanaan lesson study dalam pembelajaran fiqih selama dan setelah
pelaksanaan kegiatan lesson study. Observasi dilakukan untuk mengamati
pelaksanaan kegiatan lesson study yang terdiri dari tiga tahap yaitu plan, do dan
see oleh kelompok kerja dan guru fiqih.
Penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Pelaksanaan kegiatan Lesson Study
dalam pembelajaran fiqih di MA Sholahudidin Wonosalam, Demak, dilaksanakan
dengan baik dan sesuai dengan langkah-langkah Lesson Study, yaitu meliputi
kegiatan perencanaan (plan), dimana guru fiqih dan kelompok kerja lesson study
dapat menyusun RPP sesuai dengan tujuan dan standar kompetensi pembelajaran
fiqih. Tahap Pelaksanaan (Do), guru fiqih melaksanakan pembelajarannya sesuai
dengan RPP yang disusun bersama dengan kelompok kerja. Dan tahap refleksi
(see), guru fiqih mampu merubah diri dalam mengajar berdasarkan masukan dari
guru sejawat yang menjadi observer dalam pembelajaran.
TRANSLITERASI ARAB LATIN
Penulisan transliterasi huruf-huruf Arab Latin dalam skripsi ini berpedoman pada
SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I Nomor:
158/1987 dan Nomor: 0543b/Untuk1987. Penyimpangan penulisan kata sandang
(al-) disengaja secara konsisten agar sesuai teks Arabnya.
{t ط a ا
{z ظ b ب
‘ ع t ت
gh غ |s ث
f ف j ج
q ق {h ح
k ك kh خ
l ل d د
m م |z ذ
n ن r ر
w و z ز
h ه s س
’ ء sy ش
y ي {s ص
{d ض
Bacaan madd: Bacaan diftong:
a> = a panjang اَو = au
i> = I panjang اَي = a u> = u panjang
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahirabbil aalamin.
Puji serta syukur bagi Allah swt. Tuhan semesta alam, yang telah
memberikan rahmat, taufiq, dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Hanya kepada-Nya kami memohom pertolongan dan kemudahan
dalam segala urusan. Allahumma salli ala Muhammad, shalawat serta salam
semoga tetap dicurahkan kepada junjungan dan suri tauladan kita nabi
Muhammad saw. yang telah membimbing kita pada jalan yang diridhai Allah swt.
Selama penyusunan skripsi dan belajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), penulis banyak mendapatkan
dukungan baik moral maupun material dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis ingin menyampaikan penghargaan dan mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bpk. Dr. Suja’i, M.Ag, Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang.
2. Drs. Abdul Wahid, M.Ag, dosem pembimbing I dan Drs. Karnadi Hasan,
M.Pd, dosen pembimbing II yang telah berkenan memberikan bimbingan
dan pengarahan dalam penulisan skripsi.
3. Bapak dan ibu dosen serta segenap civitas akadik Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang.
4. Bapak M. Ali Akhmadi, SE, selaku Kepala Madrasah Aliyah Sholahuddin
Wonosalam, Demak, yang telah memberikan ijin untuk meneliti dan selalu
memberikan pengarahan selama proses penelitian.
5. Bapak M. Faizun, Spd.I, selaku guru fiqih di MA Sholahuddin
Wonosalam, Demak, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
memberikan informasi selama penelitian berlangsung.
6. Semua dewan guru dan siswa/siswi MA Sholahuddin Wonosalam, Demak,
yang telah membantu penulis dalam proses pembuatan skripsi.
7. Kedua orang tua saya (Bpk. Ky. Ahmad Junaidi dan Ibu Nuriyah)
8. Adikku tersayang, Nurul Qori’ah dan A. Rizal Ilham Ma’arif, yang selalu
memberikan semangat untuk terus berjuang mencapai cita-cita.
9. Dinda tercinta, Riris Ismiyati, A.Md, Keb., yang selalu memberikan
dorongan dan motivasi dalam hidupku.
10. Teman-teman kuliah di IAIN Walisongo Semarang jurusan PAI yang
menjadi partner selama proses perkuliahan.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, setiap saran dan kritik konstruktif selalu disambut
dengan tangan terbuka. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat.
Wassalaamu.alaikum Wr.Wb.
Semarang, 30 Mei 2011
Muhammad Fahrudin
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................ ii
PENGESAHAN ................................................................................................. iii
NOTA PEMBIMBING ..................................................................................... iv
ABSTRAK ........................................................................................................ v
TRANSLITERASI ............................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... x
BAB I ..... : PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Penegasan Istilah ...................................................................... 9
C. Alasan Memilih Judul .............................................................. 11
D. Rumusn Masalah ...................................................................... 11
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 11
F. Metode Penelitian .................................................................... 12
BAB II .... : KAJIAN TEORI ............................................................................ 18
A. Kajian Penelitian Yang Relevan ............................................. 18
B. Lesson Study ............................................................................ 21
1. Pengertian Lesson Study ..................................................... 21
2. Sejarah Lesson Study .......................................................... 24
3. Tujuan Lesson Study ........................................................... 25
4. Manfaat Lesson Study ......................................................... 27
5. Tipe Lesson Study ............................................................... 29
6. Syarat Pelaksanaan Lesson Study ....................................... 31
7. Langkah-langkah Pelaksanaan Lesson Study ..................... 32
B. Pembelajaran Fiqih ................................................................... 35
1. Pengertian Pembelajaran Fiqih ........................................... 35
2. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Fiqih............................... 37
3. Ruang Lingkup Pembelajaran Fiqih.................................... 38
4. Standar Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Fiqih ............... 38
D. Lesson Study Dalam Pembelajaran Fiqih ................................ 42
BAB III .. : IMPLEMENTASI LESSON STUDY DALAM PEMBELAJARAN
................. FIQIH DI MA SHOLAHUDDIN WONOSALAM, DEMAK ...... 47
A. Gambaran Umum MA Sholahuddin Wonosalam, Demak ....... 47
1. Sejarah Singkat Berdirinya MA Sholahuddin
Wonosalam, Demak ............................................................. 47
2. Struktur Organisasi ............................................................... 47
3. Keadaan Guru dan Siswa ...................................................... 49
4. Sarana dan Prasarana ............................................................ 52
B. Implementasi Lesson Study Dalam Pembelajaran Fiqih
di MA Sholahuddin Wonosalam, Demak ................................. 53
BAB IV : ANALISI PELAKSANAAN LESSON STUDY
DALAM PEMBELAJARAN FIQIH DI MA SHOLAHUDDIN
WONOSALAM, DEMAK ............................................................ 61
1. Tahap Perencanaan (Plan) ........................................................ 61
2. Tahap Pelaksanaan (Do)………………………. ...................... 65
3. Tahap Refleksi (See)…………………………………. ............ 68
BAB V : PENUTUP ...................................................................................... 70
A. Kesimpulan ............................................................................... 70
B. Saran-saran………………………………………………… ... 70
C. Penutup…………………………………………………….. ... 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIOGRAFI PENULIS
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Siklus Pengkajian Pembelajaran dalam lesson study di Indonesia. ........ 33
Gambar 2 Denah tempat duduk siswa dalam pembelajaran fiqih di MA
Sholahuddin
Wonosalam, Demak. ............................................................................... 67
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar Judul Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Waisongo Semarang
2011.
Lampiran 2 : Panduan Wawancara Kepala Madrasah Aliyah Sholahuddin
Wonosalam, Demak.
Lampiran 3 : Panduan Waancara Guru Rekan Sejawat.
Lampiran 4 : Lembar Observasi Kegiatan Pembelajran Menggunakan
Lesson Study.
Lampiran 5 : Lembar Observasi Untuk Pengembangan Kompetensi
Pedagogic Guru Fiqih MA Sholahuddin Wonosalam, Demak.
Lampiran 6 : Angket Untuk Guru Terhadap Kegiatan Pembelajaran Lesson
Study.
Lampiran 7 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa.
Lampiran 8 : Angket Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Lesson
Study.
Lampiran 9 : Angket Untuk Siswa Terhadap Kegiatan Pembelajaran
Menggunakan Lesson Study.
Lampiran 10 : Panduan Wawancara Untuk Guru Model Lesson Study.
Lampiran 11 : RPP pembelajaran fiqih.
Lampiran 12 : Struktur Organisasi Madrasah Aliyah Sholahuddin
Wonosalam, Demak, tahun pelajaran 2010/2011.
Lampiran 13 : Daftar Guru Madrasah Aliyah Sholahuddin Wonosalam,
Demak, tahun pelajaran 2010/2011.
Lampiran 14 : Daftar Siswa Madrasah Aliyah Sholahuddin Wonosalam,
Demak, tahun pelajaran 2010/2011.
Lampiran 15 : Daftar Sarana Prasarana Madrasah Aliyah Sholahuddin
Wonosalam, Demak, tahun pelajaran 2010/2011.
Lampiran 16 : Surat Ijin Riset.
Lampiran 17 : Surat Keterangan Riset.
Lampiran 18 : Piagam KKN.
Lampiran 19 : Piagam Paska.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Membicarakan pendidikan pada umumnya dan pendidikan Islam pada
khususnya, tidak bias dilepaskan dari pembicaraan sumber daya manusia. Hal
ini terjadi karena pendidikan sebagai proses untuk mengangkat harkat dan
martabat manusia mampu menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas tinggi.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi diri siswa untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.1
Pendidikan agama yang dilaksanakan di sekolah berperan membentuk
manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Menghayati dan mengamalkan agamanya dalam kehidupan sehari-hari, baik
dalam kehidupan pribadi maupun bermasyarakat.
Menurut Marimba dalam bukunya yang berjudul Pengantar Filsafat
Pendidikan Islam telah menyebutkan bahwa “Pendidikan Agama Islam adalah
bimbingan jasmani rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju
kepada terbentuknya kepribadian menurut ukuran-ukuran Agama Islam”.2
Bahwa maksud dari pengertian pendidikan agama Islam menurut Marimba itu
merupakan suatu bimbingan jasmani dan rohani kepada semua orang tanpa
mengenal adanya faktor usia dan status sosial.
Proses Belajar-Mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu
kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat
mempengaruhi para peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang
1 Undang-undang RI Nomor. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, 2004,
hlm. 7.
2 Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1987), hlm. 23.
2
telah ditetapkan. Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah mengantarkan para
peserta didik untuk menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku, baik
intelektual, moral maupun sosial agar dapat hidup mandiri sebagai individu
dan makhluk sosial. Dalam mencapai tujuan tersebut peserta didik berinteraksi
dalam lingkungan belajar yang diatur pendidikan melalui proses pengajaran.
Keberhasilan proses belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya adalah: guru, metode, media, kurikulum dan lain
sebagainya. Namun faktor guru dalam hal ini mempunyai peran yang sangat
besar dalam mencapai keberhasilan pembelajaran.
UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan PP Nomor
19/2005 telah merumuskan parameter bagaimana seorang guru bisa
dikategorikan sebagai pendidik yang profesional. Merujuk pada UU dan PP di
tersebut, seorang pendidik dikatakan memiliki keprofesionalan jika mereka
setidaknya memiliki 4 kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial. Namun demikian
untuk menjadi pendidik profesional diperlukan usaha-usaha yang sistemik dan
konsisten serta berkesinambungan dari pendidik itu sendiri dan pihak
pengambil kebijakan.3
Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa Guru mempunyai
tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam sistem
pendidikan, Guru PAI memiliki landasan yang teramat kuat akan keharuan
kepemilikan profesional karena Islam adalah agama yang mementingkan
keprofesionalan. Dalam Islam setiap pekerjaan harus dilakukan secara
profesional dalam arti harus dengan benar dan benar itu hanya mungkin
dilakukan oleh orang ahli.
Sebagaimana Rasulullah saw bersabda:
3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 pasal 10 ayat 1, Tentang
Guru dan Dosen, (Jakarta: Media Pustaka Mandiri, 2005), hlm. 6.
3
(البخارى رواه) .واالساعة فانتظروا اهله غري إىل األمر وسد اذاArtinya: “Bila suatu urusan dikerjakan oleh orang yang tidak ahli,
maka tunggulah kehancuran”. (HR. Bukhari).4
Selain aspek profesionalitas guru, hal penting lainnya yang harus
dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan adalah pembaruan
dalam efektivitas metode pembelajaran5. Pembaruan efektivitas metode
pembelajaran dimaksudkan bahwa harus ada upaya terobosan untuk mencari
strategi dan metode pembelajaran yang efektif oleh guru di dalam kelas.
Pada saat ini kita masih sering melihat model pembelajaran
konvensional yang berlangsung di berbagai lembaga pendidikan. Sebuah
sistem dimana guru selalu ditempatkan sebagai pihak ”serba bisa” yang
berkuasa sepenuhnya untuk mentransfer berbagai ilmu pengetahuan dan
memberikan doktrin-doktrin. Sementara itu, siswa sebagai obyek penerima
ilmu pengetahuan harus melaksanakan segala doktrin yang disampaikan oleh
guru tanpa boleh membantah. Ketika mengajar di kelas, sang guru seolah-olah
mempunyai hak penuh untuk berbicara, sementara siswa harus diam
mendengarkan dengan baik tanpa diberi kesempatan untuk mengembangkan
kemampuan kritisnya.
Fenomena guru diatas, tidak bisa dipungkiri terjadi juga pada guru-
guru PAI (Pendidikan Agama Islam) yang mengajar di sekolah umum (non
agama) maupun yang berbasis agama. Melihat kenyataan ini, perlu kiranya
kita mencari solusi pemecahan yang tepat untuk mengatasi permasalahan
tersebut.
Sebagaimana kita ketahui, bahwa pendidikan formal di Indonesia
digolongkan menjadi dua, yaitu pendidikan formal yang berbasis agama dan
non agama. Akan tetapi, pendidikan nasional seperti yang diamanatkan GBHN
dari waktu ke waktu pada dasarnya adalah pendidikan yang diarahkan untuk
4 Ahmad Tafsir., Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2004, hlm. 113.
5 Nurhadi, et.al., Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. (Malang.
UM Press, 2004), hlm. 1.
4
membentuk watak, karakter dan kepribadian bangsa yang berlandaskan pada
ajaran moral, disamping sudah barang tentu untuk memberikan bekal
pengetahuan, keterampilan dan penguasaan teknologi pada anak didik.6 Untuk
itulah dalam hal ini, perhatian terhadap pendidikan agama sebagai media
pembentukan kepribadian, watak, dan karakter bangsa pada semua jenjang
pendidikan, menjadi sesuatu yang sangat penting.
Bertolak dari pemikiran di atas, Pusat Kurikulum (Puskur)
DEPDIKNAS telah merancang kurikulum pendidikan agama untuk SD
sampai SMU sedemikian rupa sehingga bisa menjadi dasar pembentukan
karakter bangsa. Pengertian Pendidikan Agama Islam sebagaimana
dirumuskan oleh Puskur adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan
peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani,
bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari
sumber utamanya kitab suci Al Quran dan Hadits, melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. Dibarengi
tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubunganya dengan
kerukunan antar ummat beragama dalam masyarakat hingga terwujud
kesatuan dan persatuan bangsa.7
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam secara keseluruhan terbagi
dalam empat cakupan: Al Quran dan Hadits, Keimanan, Akhlak, dan
Fiqih/Ibadah. Empat cakupan tersebut setidaknya menggambarkan bahwa
ruang lingkup Pendidikan Agama Islam diharapkan dapat mewujudkan
keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah
SWT, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya
(Hablun min Allah wa Hablun minan al-Nas).
Selain itu, Pendidikan Agama Islam menurut Puskur berfungsi untuk:
(1) Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan
6 GBHN 1999-2004, dalam http://www.dephut.go.id/INFORMASI/UNDANG2
/tapmpr/gbhn_99-04.htm, diunduh pada tanggal 25 Agustus 2010.
7 A. Qodri A. Azizy, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Agama Islam Sekolah Dasar
dan Madrasah Ibtidaiyah, (Jakarta: Depag, 2004), hlm. 7.
5
hidup di dunia dan akhirat; (2) Pengembangan keimanan dan ketakwaan
kepada Allah SWT serta akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang
telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga; (3) Penyesuaian
mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui pendidikan
agama Islam; (4) Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan
peserta didik dalam keyakinan, pengamalan ajaran agama Islam dalam
kehidupan sehari-hari; (5) Pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif
budaya asing yang akan dihadapinya sehari-hari; (6) Pengajaran tentang ilmu
pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan non nyata), sistem dan
fungsionalnya; (7) Penyaluran siswa untuk mendalami pendidikan agama ke
lembaga pendidikan yang lebih tinggi.
Lebih lanjut dalam Pusat Kurikulum (Puskur) dijelaskan bahwa tujuan
pendidikan Agama Islam adalah bertujuan untuk menumbuhkan dan
meningkatkan keimanan, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan,
penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama
Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal
keimanan, ketaqwaannya kepada Allah SWT. serta berakhlak mulia dalam
kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat
melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 8
Rendahnya mutu pendidikan Indonesia, merupakan tanggung jawab
kita bersama, tidak hanya merupakan tanggung jawab guru sebagai pendidik.
Pemerintah juga memiliki andil yang besar dalam usaha peningkatan mutu
pendidikan. Salah satu upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia
untuk melakukan perbaikan adalah melakukan perubahan atau revisi
kurikulum secara berkesinambungan, program Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP), Penataran Kerja Guru (PKG), Sertifikasi Guru, program
kemitraan antara sekolah dengan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan,
proyek peningkatan kualifikasi guru dan dosen, dan masih banyak program
lain dilakukan untuk perbaikan hasil-hasil pendidikan tersebut.
8 A. Qodri A. Azizy, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Agama Islam Sekolah Dasar
dan Madrasah Ibtidaiyah, hlm. 6.
6
Upaya-upaya tersebut telah dilakukan secara intensif, tetapi
pengemasan pendidikan sering tidak sejalan dengan hakikat belajar dan
pembelajaran. Dengan kata lain, reformasi pendidikan yang dilakukan di
Indonesia masih belum seutuhnya memperhatikan konsepsi belajar dan
pembelajaran. Reformasi pendidikan seyogyanya dimulai dari bagaimana
siswa dan guru belajar dan bagaimana guru mengajar, bukan semata-mata
pada hasil belajar. Podhorsky & Moore (2006) dalam bukunya I Wayan
Santyasa, menyatakan, bahwa reformasi pendidikan hendaknya dimaknai
sebagai upaya penciptaan program-program yang berfokus pada perbaikan
praktik mengajar dan belajar, bukan semata-mata berfokus pada perancangan
kelas dengan teacher proof curriculum. Dengan demikian, praktikpraktik
pembelajaran benar-benar ditujukan untuk mengatasi kegagalan siswa
belajar.9
Praktik-praktik pembelajaran hanya dapat diubah melalui pengujian
terhadap cara-cara guru belajar dan mengajar serta menganalisis dampaknya
terhadap perolehan belajar siswa. Agar hal ini terjadi, sekolah perlu
menciptakan suatu proses yang mampu memfasilitasi para guru untuk
melakukan kajian terhadap materi pembelajaran dan strategi-strategi mengajar
secara sistematis, sehingga dapat memfasilitasi siswa untuk meningkatkan
perolehan belajar. Guru seyogyanya mulai meninggalkan cara-cara rutinitas
dalam pembelajaran, tetapi lebih menciptakan program-program
pengembangan yang profesional. Upaya tersebut merupakan implikasi dari
reformasi pendidikan dengan tujuan agar mampu mencapai peningkatan
perolehan belajar siswa secara memadai.
Program-program pengembangan profesi guru tersebut membutuhkan
fasilitas yang dapat memberi peluang kepada mereka learning how to learn
dan to learn about teaching. Fasilitas yang dimaksud, misalnya lesson study.
9 I Wayan Santyasa, “Implementasi Lesson Study Dalam Pembelajaran”, Disajikan dalam
”Seminar Implementasi Lesson Study dalam Pembelajaran bagi Guru-Guru TK, Sekolah Dasar,
dan Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Nusa Penida, Tanggal 24 Januari 2009, di Nusa
Penida, dalam http://www.freewebs.com/santyasa/pdf2/IMPLEMENTASI_LESSON_STUDY.pdf,
diunduh tanggal 26 Agustus 2010.
7
Di Indonesia sendiri, lesson study berkembang melalui proyek IMSTEP
(Indonesia Mathematics and Science Teacher Education Project), yiatu
sebuah proyek kerjasama antara tiga perguruan tinggi di Indonesia dengan
JICA (Japan International Corporation Agency) untuk meningkatkan mutu
pendidikan matematika dan IPA di Indonesia. Proyek ini telah diterapkan
sejak tahun 1998.10 Lesson Study adalah suatu pendekatan peningkatan
pembelajaran yang awal mulanya berasal dari Jepang. Disamping sebagai
pendekatan peningkatan pembelajaran, lesson study juga merupakan salah satu
cara untuk meningkatkan mutu atau profesionalisme guru dalam mengajar.
Lesson Study yang muncul sebagai salah satu alternatif guna mengatasi
masalah praktik pembelajaran yang selama ini dipandang kurang efektif.
Seperti dimaklumi, bahwa sudah sejak lama praktik pembelajaran di Indonesia
pada umumnya cenderung dilakukan secara konvensional yaitu melalui teknik
komunikasi oral. Praktik pembelajaran konvensional semacam ini lebih
cenderung menekankan pada bagaimana guru mengajar (teacher-centered)
dari pada bagaimana siswa belajar (student-centered), dan secara keseluruhan
hasilnya dapat kita maklumi yang ternyata tidak banyak memberikan
kontribusi bagi peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran siswa. Untuk
merubah kebiasaan praktik pembelajaran dari pembelajaran konvensional ke
pembelajaran yang berpusat kepada siswa memang tidak mudah. Dalam hal
ini, Lesson Study tampaknya dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif guna
mendorong terjadinya perubahan dalam praktik pembelajaran di Indonesia
menuju ke arah yang jauh lebih efektif.
Ada beberapa kelebihan penggunaan lesson study, sebagaimana yang
dijelaskan oleh Cerbin dan Cobb dalam bukunya Putu Ashintya Widhiartha,
2003, antara lain:
1. Agar memahami lebih baik bagaimana peserta didik memahami apa yang
diajarkan.
10 Putu Ashintya Widhiartha, et.al., Lesson Study, Sebuah Upaya Peningkatan Mutu
Pendidik Pendidikan Nonformal, (Surabaya: Prima Printing, 2008), hlm. 7.
8
2. Untuk menciptakan produk yang bias digunakan oleh pendidik lain di
kelompok.
3. Untuk memperbaiki cara mengajar termasuk sistematika, penemuan secara
kolaborasi.
4. Untuk membentuk pengetahuan pedagogik yang berdasar pada manfaat
apa yang dapat guru terima sebagai pengetahuan lain dalam mengajar.11
Madrasah Aliyah Sholahuddin Wonosalam, Demak, merupakan salah
satu sekolah di Jawa Tengah khususnya yang sudah menerapkan model lesson
study sejak pertengahan tahun 2009. Penerapan metode pembelajaran lesson
study tidak hanya diterapkan dalam mata pelajaran umum saja, akan tetapi
juga diterapkan dalam pembelajaran agama Islam, khususnya pelajaran Fiqih.
Sebelum adanya model pembelajaran dengan menggunakan lesson
study, pembelajaran fiqih di MA Sholahudin Wonosalam, Demak masih
menggunakan metode pembelajaran konvensional, dimana posisi guru sebagai
pengajar sangat dominan, dalam setiap pembelajarannya pun hanya
menggunakan metode ceramah, dan diskusi. Siswa tidak dilibatkan secara
aktif dalam setiap pembelajaran, Dari sekian tahun penerapan metode
konvensional yang berjalan, tujuan pembelajaran fiqih khususnya tidak
mengalami kemajuan, hasil belajar siswa juga tidak menunjukkan perubahan
signifikan, baik di ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Disamping itu juga, selama menggunakan metode pembelajaran
konvensional, guru tidak mengalami perkembangan dalam pengembangan
kompetensi yang harus dimiliki, guru selalu terpaku dalam aturan kurikulum
yang baku, sehingga mengalami stagnasi.
Setelah guru-guru sering mengikuti seminar dan pelatihan tentang
lesson study, mulailah guru mempunyai inisiatif untuk menerapkan model
lesson study dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, yang mencakup
pelajaran al-qur’an dan hadist, akhlak, dan pelajaran fiqih itu sendiri.
11 Putu Ashintya Widhiartha, et.al., Lesson Study, Sebuah Upaya Peningkatan Mutu
Pendidik Pendidikan Nonformal, hlm. 36-37.
9
Setelah pembelajaran fiqih menggunakan lesson study, pembelajaran
fiqih mengalami kemajuan, siswa mulai dilibatkan secara aktif setiap
pembelajaran, guru semakin kreatif dan inovatif dalam pembelajaran, metode
pembelajaran semakin bervariatif, tidak hanya ceramah dan diskusi saja,
kemudian hasil belajar siswa juga semakin meningkat, tujuan pembelajaran
fiqih dapat tercapai dengan baik sesuai dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar pembelajaran fiqih, guru selalu memanfaatkan teknologi dan
media pembelajaran, sehingga pembelajaran fiqih semakin aktif, kreatif dan
menyenangkan bagi siswa. Inilah yang kemudian penulis merasa terpanggil
untuk mengadakan penelitian dan mengkaji secara konseptual tentang
pelaksanaan lesson study dalam pembelajaran fiqih di MA Sholahuddin
Wonosalam, Demak.
B. PENEGASAN ISTILAH
Untuk memudahkan pemahaman dan menjaga agar tidak terjadi
kesalahpahaman tentang judul penelitian, maka perlu adanya penegasan istilah
yang berkaitan dengan judul penelitian ini, yaitu:
1. Analisis
Analisis diartikan sebagai “penyelidikan terhadap suatu peristiwa
(karangan, perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang
sebenarnya (sebab musabab, duduk perkara)”.12
Analisis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah analisis
pelaksanaan lesson study dalam pembelajaran fiqih di MA Sholahuddin
Wonosalam, Demak, mulai dari tahap perencanaan (plan), pelaksanaan
(do), dan refleksi (see).
2. Lesson Study
Lesson Study adalah suatu model pembinaan profesi pendidik melalui
pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan
berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk
membangun learning community. Lesson study merupakan suatu
kegiatan pembelajaran dari sejumlah guru dan pakar pembelajaran
12 Anton, M. Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. 3, (Jakarta: Balai Pustaka,
2003), hlm. 43.
10
(do) dan observasi serta refleksi (see) terhadap perencanaan dan
implementasi pembelajaran, dalam rangka meningkatkan kualitas
pembelajaran.13
3. Pembelajaran Fiqih
Pembelajaran adalah “serangkaian kegiatan jiwa raga untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman
individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut
kognitif, afektif, dan psikomotor”.14
Pengertian Fiqih sebagai kurikulum merupakan salah satu materi
pelajaran dalam pendidikan agama Islam yang membahas tentang hukum-
hukum Islam yang bersifat amali. Materi ini diberikan dengan tujuan
untuk memberikan pemahaman dan pengalaman pada siswa dalam
menyelesaikan permasalahan yang muncul di sekitarnya yang bersifat
amaliyah berdasarkan hukum-hukum Islam.15
Dalam penelitian ini, pembelajaran Fiqih yang dimaksud adalah
pembelajaran Fiqih di Madrasah Aliyah, yang merupakan peningkatan dari
pelajaran fiqih yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah
Tsanawiyah/SMP, dengan cara mempelajari, memperdalam, serta
memperkaya kajian fiqih baik yang menyangkut aspek ibadah maupun
muamalah, yang dilandasi oleh prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah usul
fiqih serta menggali tujuan dan hikmahnya, sebagai persiapan untuk
melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi dan untuk hidup
bermasyarakat. Tujuan pembelajaran ini adalah untuk mengetahui dan
memahami prinsip-prinsip, kaidah-kaidah dan tatacara pelaksanaan hukum
Islam baik yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah sera
melaksanakan dan mengamalkan dengan baik dan benar baik dalam
13 Sumar Hendayana, et.al., Lesson Study, Suatu Strategi Meningkatkan Keprofesionalan
Pendidik (Pengalaman IMSTEP-JICA), (Bandung: FPMIPA UPI dan JICA, 2007), hlm. 10.
14 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, edisi 2, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya,
2008), hlm. 13.
15Ahmad Munjib, “Pengertian Fiqih”, dalam http://id.shvoong.com/social-sciences/
education/2137383-pengertian-mata-pelajaran-fiqih/#ixzz1MF5T6pyg, diunduh tanggal 26
Agustus 2010.
11
hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri,
sesama manusia, dan makhluk lainnya maupun hubungan dengan
lingkungannya.16
C. ALASAN MEMILIH JUDUL
Adapun yang menjadi alasan dan motivasi yang mendasari penulis
tertarik memilih judul tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mengingat bahwa lesson study adalah model pembelajaran yang sedang
dikembangkan dalam meningkatkan mutu pendidikan Nasional Indonesia
umumnya dan pendidikan Jawa Tengah khususnya.
2. Mengingat adanya kontribusi lesson study dalam Pendidikan Agama
Islam, khususnya pelajaran fiqih dan meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Mengingat bahwasanya di MA Sholahudin Wonosalam, Demak sudah
diterapkannya lesson study dalam pembelajaran Fiqih.
D. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah
pelaksanaan lesson study dalam pembelajaran fiqih di MA Sholahuddin
Wonosalam Demak?
E. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pelaksanaan lesson
study dalam pembelajaran fiqih di MA Sholahuddin Wonosalam Demak.
Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat
menambah wawasan khususnya bagi penulis dan tenaga pendidik pada
umumnya baik teoritis maupun praktis.
16 Muhammad M. Basyuni, Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 2008, tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan
Bahasa Arab di Madrasah, (Jakarta: Depag RI, 2008), hlm. 84.
12
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan akan berguna bagi perkembangan ilmu
pendidikan umumnya dan ilmu pendidikan Agama Islam khususnya.
b. Hasil penelitian ini diharapkan akan berguna sebagai data untuk
kegiatan penelitian berikutnya.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan akan berguna bagi :
a. Guru, sebagai bahan informasi dan bahan masukan dalam
mengembangkan kompetensi guru dan model pembelajaran.
b. Stakeholder yang terlibat dalam upaya pengembangan lembaga
pendidikan Islam
F. METODE PENELITIAN
Untuk memperoleh data-data yang sesuai dengan masalah yang
diteliti, perlu digunakan suatu metode penelitian yang sesuai dengan ruang
lingkup permasalahan dari penelitian.
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk penelitian lapangan (Field Research)
dengan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang melibatkan kerja di
lapangan. Peneliti secara fisik berhubungan dengan orang, latar belakang,
lokasi atau institusi untuk mengamati atau mencatat perilaku dalam latar
alamiahnya.17
2. Waktu dan Lokasi Penelitian
a. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 1 – 26 Februari
2011 dengan melibatkan semua guru yang tergabung dalam kelompok
kerja yang terdiri dari 6 guru dan kepala Madrasah sebagai
17 Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, edisi IV, (Jogjakarta, Penerbit Rake
Sarasin, 2000), hlm. 66.
13
pembimbing serta guru yang membantu peneliti dalam mengumpulkan
data penelitian.
b. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah
Sholahudin Wonosalam, Demak, dengan alamat Jl. Demug-Trengguli
KM 1 Kerangkulon, Wonosalam, Demak, untuk mengetahui
pelaksanaan lesson study dalam pembelajaran fiqih.
3. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif, yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan secara
sistematis mengenai fakta-fakta yang ditemukan di lapangan, bersifat
verbal, kalimat-kalimat, fenomena-fenomena, dan tidak berupa angka.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang mengedepankan
pengungkapan apa-apa yang dieksplorasikan atau diungkapkan oleh para
responden dan data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan
bukan angka-angka. Dengan kata lain, metode kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang dan pelaku yang diamati.18
4. Fokus Penelitian
Penelitian ini berfokus pada penelitian tentang analisis pelaksanaan
kegiatan lesson study dalam pembelajaran fiqih di MA Solahudin
Wonosalam, Demak, yang meliputi kegiatan perencanaan (plan),
pelaksanaan (do), dan refleksi (see).
5. Sumber Data
Menurut Moleong, bahwa dalam penelitian kualitatif, sumber data
utama adalah kata-kata dan tindakan. Adapun selebihnya, seperti dokumen
18 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remadja
Rosdakarya, 2009), hlm. 130.
14
dan lain-lain adalah tambahan.19 Sedangkan menurut M. Basrowi, sumber
data yang dapat dipakai ada dua, yaitu sumber data primer dan sekunder.
Sumber data primer adalah guru, kepala sekolah dan siswa. Sumber data
sekunder adalah sumber data yang berasal dari pihak yang masih ada
kaitannya dengan sumber primer.20Dari keterangan di atas, dapat dipahami
bahwa sumber data dalam penelitian ini terdiri dari:
1) Kepala Sekolah dan Guru
Sumber data yang diperoleh dari kepala sekolah/guru adalah
melalui wawancara. Adapun sebagai sumber informasi dalam
penelitian ini antara lain: kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru
bidang studi, dan guru rekan/ sejawat.
Sumber data tindakan yaitu sumber data yang diperoleh melalui
pengamatan, baik dengan berperan serta maupun sekedar mengamati.
Dalam hal ini, dilakukan pengamatan terhadap pelaksanaan kegiatan
lesson study yang terdiri dari tiga tahap yaitu plan, do dan see. Dan
pengamatan langsung terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan
oleh guru Fiqih di MA Sholahudin Wonosalam, Demak.
2) Sumber Data Tertulis
Sumber data tertulis yaitu sumber data selain kata-kata dan
tindakan yang merupakan sumber data ketiga. Walaupun demikian
sumber data tertulis tidak bisa diabaikan. Dilihat dari segi sumber data,
bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas
sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi,
dan dokumen resmi.21
19 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 157.
20 M. Basrowi dan Suwandi, Prosedur Penelitian Tindakan Kelas, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2008), hlm. 125.
21 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 159.
15
6. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini adalah:
a. Observasi
Observasi diartikan “sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian”.22
Observasi dalam penelitian ini dilakukan dua kali, observasi
yang pertama dilakukan untuk mengamati pelaksanaan kegiatan lesson
study yang terdiri dari tiga tahap yaitu plan, do dan see oleh kelompok
guru yang ikut dalam pelaksanaan lesson study pembelajaran Fiqih.
Observasi yang kedua dilakukan untuk mengamati kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh Guru Fiqih.
b. Angket
Angket atau yang disebut juga dengan kuesioner adalah
“kumpulan pertanyaan yang berhubungan erat dengan masalah
penelitian yang hendak dipecahkan, disusun dan disebarkan ke
responden untuk memperoleh informasi di lapangan”.23
Angket dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
respon guru dan siswa terhadap pelaksanaan lesson study dalam
pembelajaran Fiqih di MA Sholahuddin, Wonosalam, Demak.
c. Interview/Wawancara
Wawancara yaitu alat pengumpulan informasi dengan cara
mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara
lisan pula. Ciri utamanya adalah adanya kontak langsung dengan tatap
muka antara pencari informasi (interviewer) dan sumber informasi
(interviewee).24
22 S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), hlm. 158.
23 Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2002), hlm. 76.
24 Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2006), hlm. 179.
16
Bentuk wawancara ada tiga yaitu wawancara terstruktur,
wawancara setengah struktur, dan wawancara tidak terstruktur.25
Metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara terstruktur (structured interview), yaitu semua pertanyaan
dirumuskan dengan cermat dan disiapkan secara tertulis (interview
guide). Peneliti menggunakan daftar pertanyaan tersebut untuk
melakukan wawancara agar percakapan dapat terfokus. Wawancara
dilakukan kepada pihak kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru
bidang studi, dan guru yang melaksanakan lesson study. Wawancara
digunakan untuk memperoleh data tentang gambaran umum sekolah,
tentang perencanaan dan pelaksanaan lesson study.
d. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau
variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya.26 Jadi, seorang peneliti
harus meminta sumber ini kepada pihak yang ingin diteliti.
Metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai
gambaran umum MA Sholahudin Wonosalam, Demak, bentuk
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, bentuk penilaian, dan dokumen
lain yang menunjang dalam pembelajaran.
7. Metode Analisis Data
Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, maka langkah selanjutnya
adalah menganalisis data. Yang dimaksud analisis data adalah proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-
25 Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006), hlm. 118.
26 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, edisi revisi VI,
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 231.
17
unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga
mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Sedangkan analisis
kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data
yang diperoleh selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis.27
Dalam penelitian ini peneliti memberikan gambaran secara
menyeluruh tentang implementasi lesson study dalam pembelajaran Fiqih
dan menganalisis kompetensi pedagogik guru Fiqih melalui lesson study.
Gambaran hasil penelitian tersebut kemudian ditelaah, dikaji dan
disimpulkan sesuai dengan tujuan dan kegunaan penelitian.
Data-data yang peneliti dapatkan, akan dianalisa dengan
menggunakan metode deskriptif kualitatif yang terdiri dari tiga kegiatan,
yaitu :
a. Pengumpulan data sekaligus reduksi data. Setelah pengumpulan data
selesai, lalu dilakukan reduksi data, yaitu menggolongkan,
mengarahkan, dan membuang data yang tidak perlu.
b. Penyajian data. Data yang direduksi disajikan dalam bentuk narasi.
c. Penarikan kesimpulan/verifikasi. Penarikan kesimpulan dari data yang
telah disajikan pada tahap kedua.28
Jadi, dalam menganalisis data, peneliti akan menyusun data yang
diperoleh seperti hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil pemotretan,
analisis dokumen, catatan lapangan, dalam bentuk narasi dan bukan angka-
angka dan hasil analisis data berupa pemaparan mengenai situasi yang
diteliti.
27 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: CV.
Alfabeta, 2009), hlm. 244-245.
28 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 288.
18
BAB II
KAJIAN TEORI
A. KAJIAN PENELITIAN YANG RELEVAN
Kajian penelitian merupakan uraian singkat tentang hasil-hasil
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tentang masalah yang sejenis,
sehingga diketahui secara jelas posisi dan kontribusi peneliti, ada selain itu
juga berupa buku yang telah diterbitkan. Kajian penelitian ini berfungsi
sebagai dasar autentik tentang orisinalitas atau keaslian penelitian.
Sebelum penelitian ini dilakukan memang sudah ada penelitian-
penelitian sejenis, akan tetapi dalam hal tertentu penelitian ini menunjukkan
adanya perbedaan. Berikut ini beberapa penelitian-penelitian sebelumnya
yang dapat penulis dokumentasikan sebagai kajian pustaka:
1. Fitri Yuliastuti, mahasiswa Jurusan Sejarah, Program Studi Pendidikan
Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang, dalam penelitian
skripsinya yang berjudul “Pelaksanaan Lesson Study Pada Pembelajaran
IPS di SMP 1 Banguntapan”, tahun 2008. Penelitian ini bertujuan untuk
(1) Mengetahui pelaksanaan lesson study secara detail di SMP 1
Banguntapan (2) Mengetahui manfaat dari pelaksanaan lesson study di
SMP 1 Banguntapan. (3) Mengetahui kendala dari pelaksanaan lesson
study di SMP 1 Banguntapan. (4) Mengetahui solusi yang dilakukan untuk
mengatasi kendala yang dihadapi di SMP 1 Banguntapan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: (1) Pelaksanaan lesson study di sekolah ini
dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu: plan (perencanaan), do (pelaksanaan)
dan see (refleksi). Dalam kegiatan plan dilakukan kegiatan mereview
silabus dan menyusun RPP. Dalam kegiatan do, ada tiga kegiatan
penting,yaitu: kegiatan guru, observer dan siswa. Dalam kegiatan see
dilakukan refleksi dari pembelajaran yang telah dilakukan, baik oleh guru
maupun observer. Sebelum pelaksanaan tahapan tersebut dilakukan,
terlebih dahulu dilakukan pembentukan tim. Semua kegiatan tersebut
19
dilakukan secara kolaborasi antara guru dan observer. Lesson study
dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. (2)
Pelaksanaan lesson study memberikan manfaat bagi guru, siswa dan
sekolah. Salah satu manfaat yang dirasakan oleh guru adalah dengan
adanya lesson study akan meningkatkan profesionalisme dalam mengajar.
Manfaat yang dirasakan siswa adalah siswa lebih antusias saat belajar di
dalam kelas. Manfaat bagi sekolah adalah lesson study yang dilaksanakan
akan membantu program sekolah dalam meningkatkan kualitas proses dan
hasil belajar. (3) Kendala yang dihadapi adalah dalam hal biaya, budaya,
waktu dan kurikulum. (4) Solusi untuk mengatasi kendala tersebut adalah
dengan tetap melaksanakan lesson study secara terus-menerus, selain itu
diperlukan pengaturan jadwal yang lebih baik dan untuk mengatasi
masalah biaya solusi yang dilakukan adalah dengan musyawarah kepada
wali murid terkait dengan masalah biaya yang dihadapi. Selain itu, pihak
sekolah sedang mencari solusi alternatif yang lain untuk mengatasi
berbagai kendala yang mereka hadapi.1
2. “Penerapan Lesson Study Dalam Proses Pembelajaran IPS (Sejarah)
Kelas VII di MTs Surya Buana Malang,” Skripsi yang ditulis oleh Ika
Rudyharti, tahun 2009, Jurusan Sejarah, Program Studi Pendidikan
Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang. Tujuan dari
penelitian ini adalh untuk mengetahui penerapan kegiatan lesson study
dalam pembelajaran IPS (Sejarah) di MTs Surya Buana Malang. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa (1) tahap lesson study (plan, do, dan see)
dilaksanakan dengan baik bersama pihak guru dan observer lainnya serta
dapat digunakan untuk perbaikan pada kegiatan lesson study selanjutnya,
(2) nilai rata-rata siswa kelas VII A mengalami peningkatan sekitar 13 %.2
1 Fitri Yuliastuti, “Pelaksanaan Lesson Study Pada Pembelajaran IPS di SMP 1
Banguntapan”, dalam http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/sejarah/article/view/4623 2 Ika Rudyharti, “Penerapan Lesson Study Dalam Proses Pembelajaran IPS (Sejarah) Kelas
VII di MTs Surya Buana Malang,” dalam http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/
sejarah/article/view/4623
20
3. Skripsi berjudul “Lesson Study dan Implementasinya dalam Peningkatan
Kompetensi Guru Bahasa Arab: Studi Kasus di MGMP (Musyawarah
Guru Mata Pelajaran) An Nur Malang”. Yang ditulis oleh Khoirul Adib,
mahasiswa Program Pasca Sarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak sistemik implementasi
model lesson study dalam peningkatan kompetensi guru Bahasa Aarab.
Hasil penelitian ini adalah: 1) pelaksanaan lesson study di MGMP An Nur
diawali dari workshop lesson study di UM. Secara konseptual, sebagian
besar guru di lingkup MGMP An Nur cukup memahami dengan baik
lesson study sebab mereka cukup intens dalam mengikuti workshop dan
simulasi lesson study yang diadakan sebelumnya. Secara praksis,
implementasi lesson study di MGMP An Nur telah dilaksanakan sesuai
dengan kerangka kerja lesson study yaitu planning (perencanaan), doing
(implementasi), dan seeing (refleksi). Meskipun pada putaran-putaran awal
implementasi lesson study sangat "teks book" sehingga pelaksanaannya
terkesan rigid dan kurang lancar, akibatnya, atmosfir pembelajaran
menjadi terasa kaku dan tidak alamiah, namun seiring pembiasaan yang
terus-menerus dilakukan hal tersebut bisa dieliminir. Dari implementasi
lesson study ini juga dihasilkan; Pertama, para guru senior lebih
antisipatif, sedangkan guru yunior lebih improvisasi. Kedua, para guru
yunior lebih responsif-adaptif terhadap perubahan pembelajaran,
sedangkan guru senior cenderung pasif-reaktif terhadap atmosfir
pembelajaran 'baru'. Ketiga, dalam hal observasi, pengamatan guru yunior
relatif berorientasi pada fakta luar dan satu dimensi, sedangkan guru senior
tampak lebih mendalam (tentang "apa" di balik fakta). 2). Secara empiris,
LS di MGMP An Nur Malang telah berdampak sistemik positif pada:
peningkatan kompetensi pedagogis guru, peningkatan kompetensi
kepribadian guru, peningkatan kompetensi sosial guru, dan sekaligus
peningkatan kompetensi profesional guru. Dari hasil analisis, dampak
sistemik yang dominan adalah dalam peningkatan kompetensi sosial dan
kompetensi pedagogis. Dari paparan di atas maka fenomena baru
21
pembelajaran yang dijumpai dalam penelitian ini, selanjutnya dianggap
sebagai temuan empiris yang berimplikasi bagi munculnya paradigma baru
pembelajaran, idealnya meliputi (melewati) tiga prinsip pembelajaran yang
khas yakni, prinsip kolaborasi (al-Mabda’ al-Ta'awuny - dalam istilah
Jawa disebut Gumbul), prinsip refleksi (al-Mabda’ al-Ta'ammuly - dalam
istilah Jawa disebut Wadul), dan prinsip habituasi (al-Mabda’ al-
Ta'awwudy/al-Tatawwury) dalam istilah Jawa disebut Cukul). 3
Adapun perbedaan penelitian yang akan dilakukan ini dengan
penelitian sebelumnya adalah penulis hanya akan meneliti secara
komprehensif tentang analisis pelaksanaan kegiatan lesson study dalam
pembelajaran fiqih di MA Sholahuddin Wonosalam, Demak, yang meliputi
kegiatan perencanaan (palan), pelaksanaan (do) dan refleksi (see).
B. LESSON STUDY
1. Pengertian Lesson Study
Lesson Study merupakan suatu pendekatan peningkatan kualitas
pembelajaran yang awal mulanya berasal dari Jepang. Di negara tersebut,
kata atau istilah lesson study lebih populer dengan sebutan
“Jugyoukenkyuu”.4 Jugyou (instruction = pengajaran, atau Lesson =
pembelajaran) dan kenkyuu (research = penelitian atau study = kajian).5
Lesson Study, yang dalam bahasa Jepangnya jugyou kenkyuu,
adalah sebuah pendekatan untuk melakukan perbaikan-perbaikan
pembelajaran di Jepang. Perbaikan-perbaikan pembelajaran tersebut
dilakukan melalui proses-proses kolaborasi antar para guru untuk
3 Khoirul Adib, “Lesson Study dan Implementasinya dalam Peningkatan Kompetensi Guru
Bahasa Arab: Studi Kasus di MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) An Nur Malang”, dalam http://pasca.sunan-ampel.ac.id/wp-content/uploads/2011/03/Ringkasan-Disertasi_adib.pdf
4 Herawati Susilo, et.al., Lesson Study Berbasis Sekolah” Guru Konservatif Menuju Guru
Inovatif”, (Malang: Bayumedia Publishing, 2009), hlm. 2. 5 I Wayan Santyasa, Implementasi Lesson Study Dalam Pembelajaran, (Makalah Disajikan
dalam ”Seminar Implementasi Lesson Study dalam Pembelajaran bagi Guru-Guru TK, Sekolah Dasar, dan Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Nusa Penida, Tanggal 24 Januari 2009, di Nusa Penida), hlm. 4, dalam http://www.freewebs.com/santyasa/pdf2/IMPLEMENTASI
LESSON_STUDY.pdf, diunduh tanggal 26 Agustus 2010.
22
merencanakan (plan), mengamati (observe), dan melakukan refleksi
(reflect) terhadap pembelajaran (Lesson s).6
Menurut Catherine Lewis, Lesson Study yaitu suatu model (pola)
pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian (studi) pembelajaran
secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip
kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar.7
Sedangkan menurut Styler dan Hiebert dalam bukunya Herawati
Susilo, dkk., mengatakan bahwa lesson study adalah suatu proses
kolaboratif pada sekelompok guru ketika mengidentifikasi masalah
pembelajaran, merancang suatu skenario pembelajaran (yang meliputi
kegiatan mencari buku dan artikel mengenai topik yang akan
dibelajarkan); membelajarkan peserta didik sesuai skenario (salah seorang
guru melaksanakan pembelajaran sementara yang lain mengamati),
mengevaluasi dan merevisi skenario pembelajaran, membelajarkan lagi
skenario pembelajaran yang telah direvisi, mengevaluasi lagi pembelajaran
dan membagikan hasilnya dengan guru-guru lain.8
Slamet Mulyana (2007) dalam makalahnya Ahmad Sudrajat
memberikan rumusan tentang Lesson Study sebagai salah satu model
pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara
kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan pada prinsip-prinsip
kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar.9
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa Lesson Study bukan
sebuah metode atau strategi pembelajaran tetapi serangkaian kegiatan
pembelajaran yang dapat diterapkan di dalamnya berbagai metode atau
strategi pembelajaran yang dianggap efektif dan sesuai dengan situasi,
kondisi, dan permasalahan faktual yang dihadapi guru di dalam kelas, dan
6 I Wayan Santyasa, Ibid., hlm. 4. 7 Catherine Lewis. Does Lesson Study Have a Future in the United States?. Dalam
http://www.sowi-online.de/journal/2004-1/lesson_lewis.htm, diunduh 12 Februari 2010. 8 Herawati Susilo, et.al., Lesson Study Berbasis Sekolah” Guru Konservatif Menuju Guru
Inovatif., hlm. 3. 9 Sumar Hendayana, et.al., Lesson Study, Suatu Strategi Untuk Meningkatkan
Keprofesionalan Pendidik (Pengalaman IMSTEP-JICA), (Bandung: UPI Press, 2007), hlm. 10.
23
Lesson Study merupakan suatu cara peningkatan mutu pendidikan yang
tak pernah berakhir (continuous improvement), alias inovasi yang tiada
henti.
Lesson Study bukanlah suatu strategi atau metode dalam
pembelajaran, tetapi merupakan salah satu upaya pembinaan untuk
meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru
secara kolaboratif dan berkesinambungan, dalam merencanakan,
melaksanakan, mengobservasi dan melaporkan hasil pembelajaran. Lesson
Study bukan sebuah proyek sesaat, tetapi merupakan kegiatan terus
menerus yang tiada henti dan merupakan sebuah upaya untuk
mengaplikasikan prinsip-prinsip dalam Total Quality Management, yakni
memperbaiki proses dan hasil pembelajaran siswa secara terus-menerus,
berdasarkan data. Lesson Study merupakan kegiatan yang dapat
mendorong terbentuknya sebuah komunitas belajar (learning society) yang
secara konsisten dan sistematis melakukan perbaikan diri, baik pada
tataran individual maupun manajerial.10
Lesson Study pada dasarnya adalah salah satu bentuk kegiatan
pengembangan profesional guru secara kolaboratif, yang bercirikan guru
membuka pelajaran yang dikelolanya, untuk guru sejawat lainnya sebagai
observer, sehingga memungkinkan guru-guru dapat membagi pengalaman
pembelajaran dengan sejawatnya. Lesson study merupakan proses
pelatihan guru yang bersiklus, diawali dengan seorang guru: 1)
merencanakan pelajaran melalui eksplorasi akademik terhadap materi ajar
dan alat-alat pelajaran; 2) melakukan pembelajaran berdasarkan rencana
dan alat-alat pelajaran yang dibuat, mengundang sejawat untuk
mengobservasi; 3) melakukan refleksi terhadap pelajaran melalui tukar
pandangan, ulasan, dan diskusi dengan para observer, sehingga akan
tercapai pembelajaran yang efektif, inovatif dan menyenangkan.
10 Akhmad Sudrajat, “Lesson Study Untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Pembelajaran”,
hlm. 2, dalam http://ideguru.wordpress.com/2010/04/09/lesson-study-untuk-meningkatkan-proses-
dan-hasil-pembelajaran/, diunduh tanggal 12 Februari 2010.
24
Lesson study juga sebagai salah satu program kegiatan untuk
meningkatkan kompetensi guru dan kualitas pembelajaran dapat
dikembangkan di sekolah sebagai studi untuk analisis atas suatu praktik
pembelajaran yang dilaksanakan dalam bentuk pembelajaran berbasis riset
untuk menemukan inovasi pembelajaran tertentu.
2. Sejarah Lesson Study
Sejarah lesson study tidak terlepas dari Kounaikenshu di Jepang, yaitu
sebuah CPD (Continuing Professional Development) atau dengan kata lain
bentuk pengembangan profesional berkelanjutan. Kounaikenshu yang
mulai berkembang pada sekitar tahun 1960-an pada dasarnya adalah
bentuk pelatihan berkelanjutan berbasis sekolah (school-based in service
training), di mana setiap guru secara terus menerus melakukan workshop
bersama rekan-rekannya untuk meningkatkan kualitas profesional mereka.
Kounaikenshu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu diskusi sebelum
proses belajar mengajar, proses belajar mengajar, dan diskusi setelah
proses belajar mengajar. Seluruh proses tersebut bertujuan meningkatkan
kompetensi guru dan melahirkan pengetahuan-pengetahuan baru di dalam
proses belajar mengajar.11
Setelah banyak memperoleh keberhasilan dan melalui berbagai
evolusi Kounaikenshu pada tahun 90-an berkembang menjadi Jugyou
Kenkyuu. Salah satu pakar yang mempopulerkan istilah jugyou kenkyuu
sendiri adalah merupakan salah satu tokoh reformasi pendidikan Jepang
yaitu Prof. Manabu Sato yang merupakan dosen di Universitas Tokyo.
Beliau mengemukakan perlunya perubahan dalam pola pembelajaran yang
tertutup, perubahan itu adalah penciptaan masyarakat belajar di sekolah
dan membuka seluas-luasnya proses pembelajaran di kelas untuk diamati
oleh siapa saja, teknik pembelajaran yang terbuka akan menerima masukan
dari siapa saja yang melihatnya, sehingga proses pembelajaran dapat
dikembangkan.
11 Putu Ashintiya Widhiartha, et.al., Lesson Study, Sebuah Upaya Peningkatan Mutu
Pendidik, Pendidikan Non Formal, (Surabaya: Prima Printing, 2008), hlm. 1.
25
Istilah Lesson Study sendiri dimunculkan pertama kali oleh Makoto
Yoshida, seorang pakar pendidikan Jepang pada disertasi doktornya di
Universitas of Chicago, yang kemudian dianggap sebagai salah satu pionir
yang merintis penerapan Lesson Study di Amerika bersama dengan
Catherine Lewis seorang profesor pendidikan dari Mills College Oakland.
Lesson Study semakin berkembang di Amerika sejak adanya even The
Third International Mathematics and Science Study (TIMSS) yang
merupakan studi untuk membandingkan pencapaian hasil belajar
Matematika dan IPA kelas 8 pada tahun 1995.
Di Indonesia sendiri Lesson Study berkembang melalui proyek
IMSTEP (Indonesian Mathematics and Science Teacher Education
Project), yaitu sebuah proyek kerjasama antara tiga perguruan tinggi di
Indonesia dengan JICA (Japan International Corporation Agency) untuk
meningkatkan mutu pendidikan matematika dan IPA di Indonesia. Proyek
yang dimulai pada tahun 1998 ini melibatkan IKIP Bandung, IKIP
Yogyakarta dan IKIP Malang.12 Lesson Study di Indonesia saat ini mulai
gencar disosialisasikan untuk dijadikan sebagai sebuah model dalam
rangka meningkatkan proses pembelajaran siswa, bahkan pada beberapa
sekolah sudah mulai dipraktikkan. Meski pada awalnya, Lesson Study
dikembangkan pada pendidikan dasar, namun saat ini ada kecenderungan
untuk diterapkan pula pada pendidikan menengah dan bahkan pendidikan
tinggi.
3. Tujuan Lesson Study
Bill Cerbin & Bryan Kopp dalam artikel Akhmad Sudrajat,
mengemukakan bahwa Lesson Study memiliki 4 (empat) tujuan utama,
yaitu untuk:
a. Memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa
belajar dan guru mengajar;
12 Putu Ashintiya Widhiartha, et.al., Lesson Study, Sebuah Upaya Peningkatan Mutu
Pendidik, Pendidikan Non Formal, hlm. 2-7.
26
b. Memperoleh hasil-hasil tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh para
guru lainnya, di luar peserta Lesson Study;
c. Meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri
kolaboratif;
d. Membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru
dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya.13
Adapun ciri-ciri esensial dari Lesson Study, antara lain:
a. Tujuan bersama untuk jangka panjang. Lesson Study didahului
adanya kesepakatan dari para guru tentang tujuan bersama yang ingin
ditingkatkan dalam kurun waktu jangka panjang dengan cakupan
tujuan yang lebih luas, misalnya tentang: pengembangan kemampuan
akademik siswa, pengembangan kemampuan individual siswa,
pemenuhan kebutuhan belajar siswa, pengembangan pembelajaran
yang menyenangkan, mengembangkan kerajinan siswa dalam belajar,
dan sebagainya.
b. Materi pelajaran yang penting. Lesson Study memfokuskan pada
materi atau bahan pelajaran yang dianggap penting dan menjadi titik
lemah dalam pembelajaran siswa serta sangat sulit untuk dipelajari
siswa.
c. Studi tentang siswa secara cermat. Fokus yang paling utama dari
Lesson Study adalah pengembangan dan pembelajaran yang dilakukan
siswa, misalnya, apakah siswa menunjukkan minat dan motivasinya
dalam belajar, bagaimana siswa bekerja dalam kelompok kecil,
bagaimana siswa melakukan tugas-tugas yang diberikan guru, serta
hal-hal lainnya yang berkaitan dengan aktivitas, partisipasi, serta
kondisi dari setiap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
Dengan demikian, pusat perhatian tidak lagi hanya tertuju pada
bagaimana cara guru dalam mengajar sebagaimana lazimnya dalam
13 Akhmad Sudrajat, “Lesson Study Untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Pembelajaran
hlm. 8.
27
sebuah supervisi kelas yang dilaksanakan oleh kepala sekolah atau
pengawas sekolah.
d. Observasi pembelajaran secara langsung. Observasi langsung boleh
dikatakan merupakan jantungnya Lesson Study. Untuk menilai
kegiatan pengembangan dan pembelajaran yang dilaksanakan siswa
tidak cukup dilakukan hanya dengan cara melihat dari Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (Lesson Plan) atau hanya melihat dari
tayangan video, namun juga harus mengamati proses pembelajaran
secara langsung. Dengan melakukan pengamatan langsung, data yang
diperoleh tentang proses pembelajaran akan jauh lebih akurat dan utuh,
bahkan sampai hal-hal yang detail sekali pun dapat digali. Penggunaan
videotape atau rekaman bisa saja digunakan hanya sebatas pelengkap,
dan bukan sebagai pengganti.14
Dari penjelasan di atas dapat penulis simpulkan bahwa tujuan dari
Lesson Study pada dasarnya adalah untuk memperbaiki kualitas
pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan aktivitas belajar siswa agar
tujuan pembelajaran tercapai sesuai dengan yang diharapkan, dan apabila
kegiatan ini dilakukan dengan baik, maka akan menjadikan guru semakin
profesional dan inovatif.
4. Manfaat Lesson Study
Menurut Mohamed Naim Daipi, manfaat Lesson Study antara lain:
a. Guru dapat mendokumentasikan kemajuan kerjanya,
b. Guru dapat memperoleh pandangan dan kritikan membina daripada
anggota lainnya, dan
c. Guru dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil akhir
Lesson Study.15
14 Meini Sondag, “Lesson Study Untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Pembelajaran”,
dalam unipajbr.files.wordpress.com/2011/02/100630-meini-lesson-study.doc, diunduh tanggal 26 Agustus 2010.
15 Mohamed Naim Daipi, “Kajian Pengajaran, Lesson Study”, dalam http://www.slideshare.net/mohamednaim/lesson-study-kajian-pengajaran, diunduh tanggal 20 Mei 2011.
28
Sedangkan Putu Ashintya Widhiartha, mengemukakan manfaat lesson
study, antara lain:
1) Lesson Study Memicu Munculnya Motivasi untuk Mengembangkan
Diri.
2) Lesson study Melatih Pendidik ‘Melihat’ Peserta Didik.
3) Lesson Study Menjadikan Penelitian sebagai Bagian Integral
Pendidikan.
4) Lesson Study Membantu Penyebaran inovasi dan Pendekatan Baru.
5) Lesson Study Menempatkan Para pendidik pada Posisi Terhormat.16
Sementara Sumar Hendayana berpendapat bahwa manfaat Lesson
Study antara lain:
a) Meningkatnya pengetahuan guru tentang materi ajar dan
pembelajarannya;
b) Meningkatnya pengetahuan guru tentang cara mengobservasi aktivitas
belajar siswa;
c) Menguatnya hubungan kolegalitas baik antara guru maupun dengan
observer selain guru;
d) Menguatnya hubungan antara pelaksana pembelajaran sehari-hari
dengan tujuan pembelajaran jangka panjang;
e) Meningkatnya motivasi guru untuk senantiasa berkembang;
f) Meningkatnya kualitas rencana pembelajaran (termasuk komponen-
komponennya seperti bahan ajar, teaching material (hands on), dan
strategi pembelajaran.17
Menurut Tim Lesson Study, dalam bukunya Herawati Susilo,
menunjukkan bahwa lesson study memberikan manfaat bagi guru sebagai
berikut:
- Mengurangi ketergantungan guru (dari komunitasnya) dalam
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dan perbaikannya.
16 Putu Ashintiya Widhiartha, et.al., Lesson Study, Sebuah Upaya Peningkatan Mutu
Pendidik, Pendidikan Non Formal., hlm. 17-24. 17 Sumar Hendayana, et.al., Lesson Study, Suatu Strategi Untuk Meningkatkan
Keprofesionalan Pendidik (Pengalaman IMSTEP-JICA)., hlm. 39.
29
- Membantu guru untuk mengobservasi dan mengkritisi
pembelajarannya.
- Memperdalam pemahaman guru tentang materi pelajaran, cakupan dan
urutan kurikulum.
- Membantu guru memfokuskan bantuannya pada seluruh aktivitas
belajar peserta didik.
- Meningkatkan kolaborasi antar sesama guru dalam pembelajaran.
- Meningkatkan mutu guru dan mutu pembelajaran yang pada gilirannya
berakibat pada peningkatan mutu lulusan (peserta didik).
- Memungkinkan guru memiliki banyak kesempatan untuk membuat
bermakna ide-ide pendidikan dalam praktik pembalajarannya sehingga
dapat mengubah perspektif tentang pembelajaran, dan belajar praktik
pembelajaran dari perspektif peserta didik.
- Mempermudah guru berkonsultasi kepada pakar dalam hal
pembelajaran atau kesulitan materi pelajaran.
- Memperbaiki praktik pembelajaran di kelas.
- Meningkatkan ketrampilan menulis karya tulis ilmiah atau buku ajar.18
Dari beberapa pendapat di atas, penulis dapat simpulkan bahwa
manfaat Lesson Study antara lain: mengurangi keterasingan dalam
perencanaan pembelajarannya; membantu dengan mengobservasi
pembelajarannya; memperdalam pemahaman tentang materi pelajaran;
membantu supaya lebih fokus pada aktivitas belajar siswa; meningkatkan
kolaborasi antar sesama guru; meningkatkan mutu guru dan mutu
pembelajaran; memberi kesempatan pada guru untuk memberi makna ide-
ide pendidikan dalam praktek pembelajarannya; mempermudah dalam
berkonsultasi dengan pakar dalam hal pembelajaran atau kesulitan materi
pelajaran; dan memperbaiki praktek pembelajaran di kelas.
18 Herawati Susilo, et.al., Lesson Study Berbasis Sekolah” Guru Konservatif Menuju Guru
Inovatif., hlm. 17.
30
5. Tipe Lesson Study
Lesson study adalah suatu kegiatan kolaboratif yang berkelanjutan
dari sejumlah guru dan pakar pendidikan dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran di sekolah. Pada praktiknya, ada 3 jenis lesson study yang
biasa dilaksanakan: (1) Lesson Study Berbasis Kelompok Sekolah; (2)
Lesson Study Berbasis Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP); dan
(3) Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS).19
Lesson Study Berbasis Sekolah dilaksanakan dengan tujuan utama
untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa menyangkut
semua bidang studi yang diajarkan. Karena kegiatan Lesson Study
meliputi perencanaan, pelaksanaan dan refleksi, maka setiap guru terlibat
secara aktif dalam ketiga kegiatan tersebut. Dalam setiap langkah dari
kegiatan Lesson Study tersebut, guru memperoleh kesempatan untuk
melakukan identifikasi masalah pembelajaran, mengkaji pengalaman
pembelajaran yang biasa dilakukan, memilih alternatif model
pembelajaran yang akan digunakan, merancang rencana pembelajaran,
mengkaji kelebihan dan kekurangan alternatif model pembelajaran yang
dipilih, melaksanakan pembelajaran, mengobservasi proses pembelajaran,
mengidentifikasi hal-hal penting yang terjadi dalam aktivitas belajar siswa
di kelas, melakukan refleksi secara bersama-sama atas hasil observasi
kelas, serta mengambil pelajaran berharga dari setiap proses yang
dilakukan untuk kepentingan peningkatan kualitas proses dan hasil
pembelajaran lainnya.20
Walaupun lesson study model/tipe ini secara umum hanya melibatkan
warga sekolah yang bersangkutan, dalam pelaksanaannya dimungkinkan
untuk melibatkan fihak luar, misalnya para ahli dari universitas atau
undangan yang diperlukan karena kedudukannya.21
19 Syuhadi, “Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS)”, dalam
http://id.wordpress.com/tag/lesson-study-berbasis-sekolah/, diunduh tanggal 26 Agustus 2010. 20 Sumar Hendayana, et.al., Lesson Study, Suatu Strategi Untuk Meningkatkan
Keprofesionalan Pendidik (Pengalaman IMSTEP-JICA)., hlm. 47. 21 Harun Imansyah, “Konsep dan Prinsip-prinsip Lesson Study”. Dalam
http://file.upi.edu/ai.php?dir=Direktori/DFPMIPA/JUR.PEN.FISIKA/1959101301986011-
31
Dalam hal keanggotaan kelompok, Lesson Study Reseach Group dari
Columbia University menyarankan cukup 3-6 orang saja, yang terdiri
unsur guru dan kepala sekolah, dan pihak lain yang berkepentingan.
Kepala sekolah perlu dilibatkan terutama karena perannya sebagai decision
maker di sekolah. Dengan keterlibatannya dalam Lesson Study,
diharapkan kepala sekolah dapat mengambil keputusan yang penting dan
tepat bagi peningkatan mutu pembelajaran di sekolahnya, khususnya pada
mata pelajaran yang dikaji melalui Lesson Study. Selain itu, dapat pula
mengundang pihak lain yang dianggap kompeten dan memiliki kepedulian
terhadap pembelajaran siswa, seperti pengawas sekolah atau ahli dari
perguruan tinggi.
6. Syarat Pelaksanaan Lesson Study
Lesson Study akan mudah dilaksanakan bila memenuhi persyaratan
kurikulum dan persyaratan sikap guru sebagai berikut:
a. Persyaratan Kurikulum
Lesson Study lebih mungkin dilaksanakan di negara yang
kurikulumnya sederhana dan luwes. Dengan karakteristik kurikulum
seperti itu, guru dapat memusatkan perhatian dalam mencari cara
membelajarkan peserta didik yang terbaik sehingga menarik minat
mereka dan berdampak hasil belajar yang mendalam dan tidak mudah
melupakan isi pembelajaran karena cukup waktu.22 Pemerintah
melalui Permen no. 22 tahun 2006 memberikan kebebasan kepada
guru dan satuan pendidikan atau sekolah untuk menetapkan sendiri
kurikulum yang dianggap paling cocok dengan kondisi sekolah.
b. Persyaratan Sikap Guru
Lesson study akan mudah dilaksanakan bila guru memiliki lima
sikap sebagai berikut.
HARUN IMANSYAH/Sampel_training_workshop/&file:prinsip_LS.pdf, diunduh pada tanggal 26 Agustus 2010.
22 Herawati Susilo, et.al., Lesson Study Berbasis Sekolah” Guru Konservatif Menuju Guru
Inovatif, hlm. 18.
32
1) Semangat “mengkritik diri sendiri” merupakan salah satu nilai
yang dikembangkan dalam lesson study (bahasa Jepangnya
hansei), yaitu melakukan refleksi secara jujur untuk memperbaiki
kekurangan diri sendiri.
2) Keterbukaan terhadap masukan yang diberikan oleh orang lain.
Berbagai pengalaman melalui lesson study merupakan suatu hal
yang perlu dipelajari karena biasanya guru merasa malu bila
proses pembelajaran dilihat orang lain.
3) Guru pelaksana lesson study mengedepankan sikap mau
mengakui kesalahan. Perubahan akan terjadi bila orang mau
menyediakan waktu dan upaya untuk melakukan perubahan
karena mungkin di dalamnya ada kesalahan-kesalahan.
4) Bersikap terbuka terhadap ide orang lain, tidak berusaha mencari
hasil pemikiran sendiri yang “asli” atau “murni” yang terpenting
adalah hasil pemikiran itu dapat menggalakkan peserta didik
untuk belajar.
5) Guru mau memberi masukan secara jujur dan penuh respek. Sikap
ini perlu dikembangkan oleh guru yang terlibat dalam lesson
study.23
Karena dalam penelitian ini yang dikaji adalah Lesson Study berbasis
sekolah, maka pada dasarnya pelaksanaan kegiatan Lesson Study sangat
mudah, asalkan guru mata pelajaran (dalam hal ini guru model)
mempunyai guru sejawat yang mau diajak dan bekerja sama untuk
melaksanakannya, karena kegiatan Lesson Study memerlukan rekan guru
yang lain untuk menjadi observer.
7. Langkah-langkah Pelaksanaan Lesson Study
Pelaksanaan Lesson Study sebagaimana yang telah dikembangkan
oleh tim JICA (Japan International Corporation Agency) IMSTEP
23 Herawati Susilo, et.al., Lesson Study Berbasis Sekolah” Guru Konservatif Menuju Guru
Inovatif., hlm. 19-20.
33
(Indonesian Mathematics and Science Teacher Education Project), yaitu
sebuah proyek kerjasama antara tiga perguruan tinggi di Indonesia dengan
JICA, merumuskan langkah-langkah lesson study dalam tiga langkah,
yang terdiri dari: plan (merencanakan atau merancang), do
(melaksanakan), see (mengamati dan sesudah itu merefleksi hasil
pengamatan). Ketiga kegiatan tersebut diistilahkan sebagai siklus
pengkajian pembelajaran. Kegiatan-kegiatan tersebut dilukiskan seperti
pada Gambar 1.
Siklus Pengkajian Pembelajaran
Gambar 1. Siklus Pengkajian Pembelajaran dalam lesson study di Indonesia.24
24 Herawati Susilo, et.al., Lesson Study Berbasis Sekolah” Guru Konservatif Menuju Guru
Inovatif., hlm. 34.
P L A N
Secara kolaboratif guru merencanakan pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik berbasis permasalahan di kelas
D O
Seorang guru melaksanakan pembelajaran yang berpusat peserta
didik. Sementara itu, guru lain mengobservasi kegiatan belajar
peserta didik
S E E
Secara kolaboratif guru merefleksikan keefektifan
pembelajaran dan saling belajar dengan prinsip kolegialitas
34
Peningkatan mutu pendidikan melalui Lesson Study dimulai dari
tahap perencanaan (Plan) bertujuan untuk merancang pembelajaran yang
dapat membelajarkan siswa dan berpusat pada siswa, bagaimana supaya
siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.25 Perencanaan
dilakukan secara kolaboratif oleh beberapa orang guru yang termasuk
dalam suatu kelompok lesson study (jumlah bervariasi 6-10 orang).
Perencanaan diawali dari analisis permasalahan yang dihadapi dalam
pembelajaran. Permasalahan dapat berupa materi bidang studi, bagaimana
menjelaskan suatu konsep. Permasalahan dapat juga berupa pedagogi
tentang metode pembelajaran yang tepat agar pembelajaran lebih efektif
dan efisien atau permasalahan fasilitas. Selanjutnya guru secara bersama-
sama mencari solusi terhadap permasalahan yang dihadapi yang
dituangkan dalam rencana pembelajaran (RPP) atau Lesson plan.
Langkah kedua dalam Lesson Study adalah pelaksanaan (Do)
pembelajaran, dimaksudkan untuk menerapkan rancangan pembelajaran
yang telah direncanakan. Salah satu anggota kelompok berperan sebagai
guru model, sedangkan anggota kelompok lainnya mengamati (observer).
Fokus pengamatan diarahkan pada kegiatan belajar peserta didik dengan
berpedoman pada prosedur dan instrumen yang telah disepakati pada tahap
perencanaan, bukan pada penampilan guru yang sedang bertugas
mengajar. Selama pembelajaran berlangsung, para pengamat tidak
diperkenankan mengganggu proses pembelajaran walaupun mereka boleh
merekam dengan kamera video atau kamera digital. Tujuan utama
kehadiran pengamat yakni belajar dari pembelajaran yang sedang
berlangsung.26
Langkah ketiga dalam kegiatan Lesson Study adalah refleksi (See).
Setelah selesai pembelajaran langsung dilakukan diskusi antara guru dan
pengamat yang dipandu oleh kepala sekolah atau personel yang ditunjuk
25 Sumar Hendayana, et.al., Lesson Study, Suatu Strategi Untuk Meningkatkan
Keprofesionalan Pendidik (Pengalaman IMSTEP-JICA)., hlm. 11. 26 Herawati Susilo, et.al., Lesson Study Berbasis Sekolah” Guru Konservatif Menuju Guru
Inovatif., hlm. 35.
35
untuk membahas pembelajaran. Guru mengawali diskusi dengan
menyampaikan kesan-kesan dalam melaksanakan pembelajaran.
Selanjutnya pengamat diminta menyampaikan komentar dari pembelajaran
terutama berkenaan dengan aktivitas siswa, kritik dan saran hendaknya
disampaikan secara bijak demi perbaikan pembelajaran. Sebaliknya, guru
model harus dapat menerima masukan dari pengamat untuk perbaikan
pembelajaran berikutnya.27
Pada dasarnya pelaksanaan Lesson Study pada tahap perencanaan
(plan) sama dengan persiapan guru yang akan mengajar, dimana pada
tahap ini guru menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari:
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa
(LKS), Media dan Alat Peraga, Instrumen penilaian proses dan hasil
pembelajaran dan Lembar Observasi Pembelajaran. Pada tahap
pelaksanaan (do), tugas guru mata pelajaran (model) mengajar sesuai
dengan rencana pembelajaran yang sudah disusun bersama-sama dengan
rekan sejawatnya, kemudian guru yang lain mengobservsi kegiatan
pembelajaran, baik guru maupun aktivitas belajar siswa, namun yang
dititik beratkan adalah observasi terhadap aktivitas belajar siswanya.
Sedangkan pada tahap refleksi diadakan diskusi antara guru yang mengajar
dan guru yang melakukan observasi, kegiatan diskusi ini bertujuan untuk
membahas kekurangan dalam pembelajaran, sehingga diharapkan
pembelajaran berikutnya akan lebih baik.
C. PEMBELAJARAN FIQIH
1. Pengertian Pembelajaran Fiqih
Belajar adalah usaha untuk dapat mengerti dunia. Untuk melakukan
ini, kita menggunakan semua alat mental kita. Caranya adalah, kita
berpikir tentang situasi, sama baiknya kita berpikir tentang kepercayaan,
harapan, dan perasaan kita yang akan mempengaruhi bagaimana dan apa
27 Sumar Hendayana, et.al., Lesson Study, Suatu Strategi Untuk Meningkatkan
Keprofesionalan Pendidik (Pengalaman IMSTEP-JICA)., hlm. 18.
36
yang kita pelajari. Definisi belajar bergantung pada teori belajar yang
dianut oleh seseorang.28 Untuk menentukan definisi tentang belajar dapat
dilakukan pendekatan dari berbagai segi. Belajar itu sendiri sesungguhnya
masalah yang dihadapi sepanjang sejarah umat manusia, dialami setiap
orang. Hampir semua kecakapan, keterampilan, pengetahuan, kebiasaan,
kegemaran dan sikap, terbentuk, dimodifikasi dan berkembang karena
belajar.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “Pembelajaran adalah, proses,
cara, perbuatan, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar”.29
Menurut Dr. Oemar Hamalik Pembelajaran adalah suatu kombinasi
yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, fasilitas, perlengkapan dan
prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajara.
Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru dan
tenaga lainnya. Material meliputi buku-buku, papan tulis, dan kapur.
Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruang kelas, perlengkapan audio
visual, komputer. Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian
informasi, praktek, belajar ujian dan sebagainya.30
Istilah Fiqih berasal dari bahasa arab “NَPِQَ - NُPَTْUَ - VXًPْQِ” yang berarti
paham, sedang menurut syara’ berarti mengetahui hukum-hukum syar’i
yang berhubungan dengan amal perbuatan orang mukallaf, baik amal
perbuatan anggota maupun batin, seperti mengetahui hukum wajib, haram,
mubah, sah atau tidaknya sesuatu perbuatan itu.31
Sedangkan menurut istilah fiqih adalah Pengetahuan tentang hukum-
hukum syari’at mengenai amal perbuatan, hukum-hukum yang mana
diperoleh dari dalil-dalil yang terperinci bagi hukum-hukum tersebut.32
28 S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 34. 29 W.J.S. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : PN Balai
Pustaka,1984), hlm.17 30 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) hlm.57 31 Moh. Riva’i, Ushul Fiqih untuk PGA 6 Tahun., Mu’allimin, Madrasah Menengah Atas,
Persiapan IAIN dan Madrasah-Madrasah yang Sederajat., (Bandung: Alma’arif, 1990), Cet. ke -5, hlm. 9
32 Musthafa Ahmad Az-Zarqa’, Al Madkhal Al Fiqhi Al ‘Am, (Damaskus : Al Adib, 1967-1968), I, hlm. 42
37
Mata pelajaran Fiqih sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan
kepada peserta didik demi mendukung kemampuan seseorang dalam hal
hukum islam. Fiqih berfungsi sebagai landasan seorang muslim apabila
akan melakukan praktek ibadah. Oleh karena itulah mata pelajaran Fiqih
penting mendapat perhatian yang besar bagi seoarang anak di usia dini,
agar kedepannya dia akan terbiasa menjalankan kehidupan sesuai dengan
hukum islam yang ada.
Mata pelajaran Fiqih di Madrasah Aliyah adalah salah satu mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan dari fiqih yang telah
dipelajari oleh peserta didik di Madrasah Tsanawiyah/SMP. Peningkatan
tersebut dilakukan dengan cara mempelajari, memperdalam serta
memperkaya kajian fiqih baik yang menyangkut aspek ibadah maupun
muamalah, yang dilandasi oleh prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah ushul
fiqih serta menggali tujuan dan hikmahnya, sebagai persiapan untuk
melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi dan untuk hidup
bermasyarakat. Secara substansial, mata pelajaran fiqih memiliki
kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk
mempraktikkan dan menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sehari-
hari sebagai perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan
hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri,
sesama manusia, makhluk lainnya ataupun lingkungannya.33
2. Tujuan Pembelajaran Fiqih
Mata pelajaran fiqih di Madrasah Aliyah bertujuan untuk:
a. Mengetahui dan memahami prinsip-prinsip, kaidah-kaidah dan tatacara
pelaksanaan hukum Islam baik yang menyangkut aspek ibadah
maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan
pribadi dan sosial.
33 Muhammad M. Basyuni, Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
2008, tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa
Arab di Madrasah, (Jakarta: Depag RI, 2008), hlm. 84.
38
b. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar
dan baik sebagai perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan ajaran
agama Islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah SWT,
dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, dan makhluk lainnya
maupun hubungan dengan lingkungannya.34
3. Ruang Lingkup Pembelajaran Fiqih
Ruang lingkup pembelajaran Fiqih di Madrasah Aliyah meliputi:
kajian tentang prinsip-prinsip ibadah dan syari’at dalam Islam; hukum
Islam dan perundang-undangan tentang zakat dan haji, hikmah dan cara
pengelolaannya; hikmah kurban dan akikah; ketentuan hukum Islam
tentang pengurusan jenazah; hukum Islam tentang kepemilikan; konsep
perekonomian dalam Islam dan hikmahnya; hukum Islam tentang
pelepasan dan perubahan harta beserta hikmahnya; hukum Islam tentang
wakaalah dan sulhu beserta hikmahnya; hukum Islam tentang daman dan
kafaalah beserta hikmahnya; riba, bank dan asuransi; ketentuan Islam
tentang jinaayah, Huduud dan hikmahnya; ketentuan Islam tentang
peradilan dan hikmahnya; hukum Islam tentang keluarga, waris; ketentuan
Islam tentang siyaasah syar’iyah; sumber hukum Islam dan hukum taklif;
dasar-dasar istinbaath dalam fiqih Islam; kaidah-kaidah usul fiqih dan
penerapannya.35
4. Standar Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Fiqih
Standar kompetensi mata pelajaran Fiqih berisi sekumpulan
kemampuan minimal yang harus dikuasai peserta didik selama menempuh
pelajaran Fiqih di MA. Dalam skripsi ini, penulis akan menjabarkan
standar kompetensi dan kompetensi dasar pelajaran fiqih di Madrasah
34 Muhammad M. Basyuni, Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
2008, tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa
Arab di Madrasah, hlm. 84. 35 Muhammad M. Basyuni, Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
2008, tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa
Arab di Madrasah, hlm. 88-89.
39
Aliyah untuk kelas X, adapun secara rinci dapat kita lihat sebagai
berikut:36
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
1. Memahami prinsip-prinsip
dan syari’at dalam Islam
� Mengidentifikasi prinsip-prinsip
ibadah dalam Islam
� Menjelaskan tujuan (muqashid)
syari’at Islam
� Menunjukkan perilaku orang
yang berpegang pada prinsip-
prinsip dan tujuan ibadah dan
syariah
� Menerapkan cara berpegang pada
prinsip-prinsip dan tujuan ibadah
dan syariah.
2. Memahami hukum Islam
tentang zakat dan hikmahnya
� Menjelaskan ketentuan Islam
tentang zakat dan hikmahnya
� Menjelaskan ketentuan
perundang-undangan tentang
zakat
� Menunjukkan contoh penerapan
ketentuan zakat
� Menerapkan cara pelaksanaan
zakat sesuai ketentuan
perundang-undangan.
3. Memahami hukum Islam
tentang haji dan hikmahnya
� Menjelaskan ketentuan Islam
tentang haji dan hikmahnya
� Menjelaskan ketentuan
perundang-undnagan tentang haji
36 Muhammad M. Basyuni, Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
2008, tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa
Arab di Madrasah, hlm. 104-107.
40
� Menunjukkan contoh penerapan
ketentuan haji
� Mempraktikkan pelaksanaan haji
sesuai ketentuan perundang-
undangan tentang haji.
4. Memahami hikmah kurban
dan akikah
� Menjelaskan tata cara
pelaksanaan kurban dan
hikmahnya
� Menerapkan cara pelaksanaan
kurban
� Menjelaskan ketentuan akikah
dan hikmahnya
� Menerapkan cara pelaksanaan
akikah.
5. Memahami ketentuan hukum
Islam tentang pengurusan
jenazah
� Menjelaskan tata cara
pengurusan jenazah
� Memperagakan tatacara
pengurusan jenazah.
6. Memahami hukum Islam
tentang kepemilikan
� Mengidentifikasi aturan Islam
tentang kepemilikan
� Menjelaskan ketentuan tentang
akad
� Memperagakan aturan Islam
tentang kepemilikan dan akad
7. Memahami konsep
perekonomian dalam Islam
dan hikmahnya
� Menjelaskan aturan Islam tentang
jual beli dan hikmahnya
� Menjelaskan aturan Islam tentang
khiyaar
� Menjelaskan aturan Islam tentang
41
musaaqah, muzaara’ah dan
mukhaabarah serta hikmahnya
� Menjelaskan aturan Islam tentang
syirkah dan hikmahnya
� Menjelaskan aturan Islam tentang
muraabahah, mudhaarabah, dan
salam
� Menerapkan cara jual beli,
khiyaar, musaaqah, muzaara’ah,
mukhaabarah, syirkah,
muraabahah, mudhaarabah, dan
salam.
8. Memahami hukum Islam
tentang pelepasan dan
perubahan harta beserta
hikmahnya
� Menjelaskan ketentuan Islam
tentang wakaf beserta hikmah
pelaksanaannya
� Menjelaskan ketentuan Islam
tentang hibah dan hikmah
pelaksanaannya
� Menjelaskan ketentuan Islam
tentang sadakah beserta hikmah
pelaksanaannya
� Menjelaskan ketentuan Islam
tentang hadiah beserta hikmah
pelaksanaannya
� Menerapkan cara pelaksanaan
wajaf, hibah, sedekah, dan
hadiah.
9. Memahami hukum Islam
tentang wakalah dan sulhu
beserta hikmahnya
� Menjelaskan ketentuan Islam
tentang wakalah beserta
hikmahnya
42
� Menjelaskan ketentuan Islam
tentang sulhu beserta hikmahnya
� Menerapkan cara wakalah dan
sulhu.
10. Memahami hukum Islam
tentang daman dan kafalah
beserta hikmahnya
� Menjelaskan ketentuan Islam
tentang daman beserta
hikmahnya
� Menjelaskan ketentuan Islam
tentang kafalah beserta
hikmahnya
� Menerapkan cara daman dan
kafalah.
11. Memahami riba, bank dan
asuransi
� Menjelaskan hukum riba, bank,
dan asuransi
� Menerapkan ketentuan Islam
tentang riba, bank, dan asuransi.
D. LESSON STUDY DALAM PEMBELAJARAN FIQIH
Selama pendidikan masih ada, maka selama itu pula masalah-masalah
tentang pendidikan akan selalu muncul dan orang pun tak akan henti-hentinya
untuk terus membicarakan dan memperdebatkan tentang keberadaannya,
mulai dari hal-hal yang bersifat fundamental-filosofis sampai dengan hal-hal
yang sifatnya teknis-operasional. Sebagian besar pembicaraan tentang
pendidikan terutama tertuju pada bagaimana upaya untuk menemukan cara
yang terbaik guna mencapai pendidikan yang bermutu dalam rangka
menciptakan sumber daya manusia yang handal, baik dalam bidang akademis,
sosio-personal, maupun mental-spiritual.
Seperti dimaklumi, bahwa sudah sejak lama praktik pembelajaran di
Indonesia termasuk pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada
umumnya dan pembelajaran fiqih pada khususnya cenderung dilakukan secara
43
konvensional yaitu melalui teknik komunikasi oral dengan didominasi metode
ceramah.
Dalam kasus pembelajaran fiqih misalnya, praktik pembelajaran
konvensional semacam ini lebih cenderung menekankan pada bagaimana guru
mengajar (teacher-centered) dari pada bagaimana siswa belajar (student-
centered), dan secara keseluruhan hasilnya dapat kita maklumi yang ternyata
tidak banyak memberikan kontribusi signifikan bagi peningkatan mutu proses
dan hasil pembelajaran siswa. Untuk merubah kebiasaan praktik pembelajaran
dari pembelajaran konvensional ke pembelajaran yang berpusat kepada siswa
memang tidak mudah, terutama di kalangan guru yang tergolong pada
kelompok laggard (penolak perubahan/inovasi).
Dalam kondisi seperti ini, Lesson Study tampaknya dapat dijadikan
sebagai salah satu alternatif guna mendorong terjadinya perubahan dalam
praktik pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada umumnya dan
pembelajaran fiqih pada khususnya menuju ke arah yang jauh lebih efektif.
Untuk dapat memulai kegiatan Lesson Study dalam pembelajaran
fiqih maka diperlukan perubahan dari dalam diri guru fiqih itu sendiri
sehingga - paling tidak - memiliki sikap sebagai berikut:
1. Semangat introspeksi terhadap apa yang sudah dilakukan selama ini
terhadap proses pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan
mengajukan pertanyaan terhadap diri sendiri dengan pertanyaan seperti:
a. Apakah saya sudah melakukan tugas sebagai guru fiqih dengan baik?
b. Apakah pembelajaran fiqih yang saya lakukan telah sesuai dengan
kompetensi yang diharapkan akan dicapai siswa?
c. Apakah saya telah membuat siswa merasa jenuh dengan pembelajaran
fiqih saya?
d. Adakah strategi-strategi lain yang lebih baik yang bisa digunakan
untuk melaksanakan pembelajaran fiqih ini selain strategi yang biasa
saya gunakan?
e. Apakah ada alternatif kegiatan belajar lain yang juga cocok untuk
pembelajaran fiqih ini?
44
f. Adakah media pembelajaran yang lebih baik yang dapat dipakai untuk
pembelajaran fiqih ini selain media pembelajaran yang biasa saya
gunakan?
g. Mengapa siswa saya tidak termotivasi untuk mengikuti pembelajaran
fiqih dari saya?
h. Apakah selama ini saya telah menggunakan instrumen evaluasi fiqih
yang tepat?, dan lain-lain.37
2. Serangkaian pertanyaan tersebut harus dijawab dengan jujur oleh setiap
guru fiqih yang ingin terlibat/dilibatkan dalam kegiatan Lesson Study.
Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas tentu akan
mendorong guru fiqih pada proses pencarian cara untuk menyempurnakan
kekurangan-kekurangan PBM-nya selama ini.
3. Keberanian membuka diri untuk dapat menerima saran dari orang
lain untuk peningkatan kualitas diri.
4. Keberanian untuk mengakui kesalahan diri sendiri.
5. Keberanian untuk mau mengakui dan memakai ide orang lain yang
baik.
6. Keberanian memberikan masukan yang jujur dan penuh penghormatan.38
Tahap pelaksanaan Lesson Study dalam pembelajaran fiqih pada
dasarnya sama dengan tahap pelaksanaan Lesson Study pada umumnya.
Yang perlu diperhatikan adalah memilih topik pelajaran yang akan diajarkan
terlebih dulu sebelum melaksanakan lesson study.
Dalam penetapan topik pelajaran (unit lesson), aspek-aspek yang perlu
dipertimbangkan antara lain: a) topik-topik yang esensial dan strategis, b)
topik yang sulit bagi siswa, c) topik yang sulit diajarkan guru, d) topik yang
37 Ahmad Munjin Nasih dan Khoirul Adib, Artikel “Lesson Study Dalam Pembelajaran
Pendidikan Islam (PAI) Di Sekolah Umum”, hlm.8, dalam http://anmad-munjin-nasih/lesson-
study-dalam-pembelajaran-pendidikan-islam-di-sekolah-umum/html, diunduh pada tanggal 12 Desember 2010.
38 Ahmad Munjin Nasih dan Khoirul Adib, Artikel “Lesson Study Dalam Pembelajaran Pendidikan Islam (PAI) Di Sekolah Umum”, hlm. 8.
45
tidak disukai siswa, e) topik-topik yang siswanya banyak mengalami
ketidakpahaman.
Setelah memilih topik pelajaran yang akan diajarkan, maka tahap
selanjutnya adalah melaksanakan tahapan-tahapan Lesson Study mulai dari
perencanaan (plan), pelaksanaan (do) pembelajaran dan refleksi (see).
1. Tahap Perencanaan (plan)
Dalam tahapan perencanaan, para guru yang tergabung dalam
lesson study berkolaborasi untuk menyusun RPP yang mencerminkan
pembelajaran fiqih yang berpusat pada siswa. Perencanaan diawali dengan
kegiatan menganalisis kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi dalam
pembelajaran, seperti: kompetemsi dasar, cara membelajarkan siswa,
karakteristik siswa dan mensiasti kekurangan fasilitas dan sarana belajar.
Berikut adalah petangkat pembelajaran yang disusun dalam tahap
perencenaan suatu kegiatan lesson study antara lain adalah:
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, atau yang kita sebut dengan RPP.
Adapun komponen RPP meliputi :
- Standar kompetensi dan kompetensi dasar.
- Pokok bahasan.
- Indikator.
- Model pembelajaran.
- Langkah-langkah pembelajaran.
- Urutan metode pembelajaran.
- Media pembelajarn.
- Instrumen evaluasi meliputi kognitif, afektif, dan psikomotorik.
b. Lembar kerja siswa
c. Teaching guide (panduan guru)
d. Media pembelajaran.
Penyusunan lembar observasi untuk mengumpulkan data Proses
Belajar Mengajar (PBM) merupakan suatu elemen penting lesson study
yang didasarkan pada rencana pembelajaran yang disusun. Lembar
46
obsevasi ini akan memandu pengamat untuk memperhatikan aspek-aspek
khusus yang menjadi fokus kegiatan lesson study.
2. Tahap Pelaksanaan (do)
Pada tahapan yang pelaksanaan, setidaknya terdapat dua kegiatan
utama yaitu:
a. Kegiatan pelaksanaan pembelajaran fiqih yang dilakukan oleh guru
fiqih sesuai dengan RPP pembelajaram fiqih yang telah disusun
bersama pada tahap perencanaan.
b. Kegiatan pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh anggota atau
kelompok kerja lesson study yang lainnya.
3. Tahap Refleksi (see)
Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi yang diikutu
seluruh peserta/kelompok kerja lesson study yang dipandu oleh kepala
sekolah atau peserta lainnya yang ditunjuk. Diskusi dimulai dari
penyanpaian kesan-kesan guru yang telah mempraktikan pembelajaran,
dengan menyampaikan komentar atau kesan umum maupun kesan khusus
atas proses pembelajaran fiqih yang dilakukan. Setelah kegiatan refleksi
selesai, kemudian melakukan kegiatan tindak lanjut (act), Dari hasil
refleksi dapat diperoleh sejumlah pengetahuan baru, rekomendasi maupun
keputusan-keputusan penting guna perbaikan dan peningkatan proses
pembelajaran fiqih, baik pada tataran individual maupun manajerial.39
Dengan diadakannya kegiatan tindak lanjut diharapkan kegiatan
lesson study selanjutnya akan berjalan dengan lebih baik dan sempurna
sehingga pembelajaran fiqih dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
39 Ika Fatikh, “Pentingnya Lesson Study Bagi Pembelajaran PAI”, dalam
http://ikafatikhjatibarang.blogspot.com/2011/04/lesson-study.html
47
BAB III
IMPLEMENTASI LESSON STUDY DALAM PEMBELAJARAN FIQIH
DI MADRASAH ALIYAH SHOLAHUDDIN WONOSALAM, DEMAK
A. Gambaran Umum Madrasah Aliyah Sholahuddin Wonosalam, Demak
1. Sejarah Berdirinya Madrasah Aliyah Sholahuddin
Madrasah Aliyah Sholahuddin merupakan salah satu madrasah
dibawah yayasan Islam Sholahuddin, yang didirikan pada tanggal 10
Nopember 2000 M./ 13 sya’ban 1421 H, oleh Bapak H. Zainal Arifin dan
Ibu Hj. Kamnah. Dalam kurun waktu sembilan bulan setelah berdirinya
Yayasan Islam Sholahuddin, akhirnya berdirilah Madrasah Aliyah
Sholahuddin yaitu suatu lembaga pendidikan setingkat dengan
SMU/SMK, dan satu-satunya lembaga sosial pendidikan yang pertama
kali dimiliki oleh yayasan Islam Sholahuddin.1
Adapun pendiri MA Sholahuddin itu sendiri adalah Bapak M. Ali
Akhmadi SE, M.Baedhowi, S.Ag. dan Abdul Wahid MHS. Madrasah
Aliyah Sholahuddin yang bernaung dibawah panji Yayasan Islam
Sholahuddin resmi didirikan tanggal 29 Juli 2001 M. yang bertepatan
dengan 18 Robi’ust Tsani 1422 H, dan berkedudukan di Jl. Demung-
Trengguli Km. 01, Desa Kerangkulon Kecamatan Wonosalam Kabupaten
Demak.2
2. Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan gambaran skematik tentang
hubungan-hubungan, kerjasama diantara orang-orang yang terdapat di
dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan tertentu. Struktur organisasi
adalah unsur terpenting di dalam suatu organisasi atau sekolahan, dengan
struktur organisasi yang jelas setiap guru yang terdapat di MA
1 Wawancara dengan Bpk. M. Ali Akhmadi, Kepala Sekolah MA Sholahuddin
Wonosalam, Demak, tanggal 7 Februari 2011. 2 Data dokumentasi MA Sholahuddin Wonosalam, Demak, tanggal 7 Februari 2011.
48
Sholahuddin Wonosalam, Demak, dapat mengetahui wewenang, tugas dan
tanggung jawab yang harus dilakukannya.
Di samping itu, untuk mencapai tujuan pendidikan harus melalui
suatu organisasi, organisasilah yang merencanakan dan menentukannya.
Oleh sebab itu organisasi mempunyai tugas-tugas dan bagian-bagian.
Dengan adanya pembagian tugas, maka bagian-bagian akan bertanggung
jawab atas wewenang yang diberikan kepada bagian masing-masing.
Pengorganisasian memungkinkan suatu lembaga pendidikan
beroperasi secara efektif. Hal tersebut merupakan dasar mempersatukan
usaha-usaha pendidikan dalam mencapai tujuan. Dapat dikatakan bahwa
susksesnya dalam bidang lembaga pendidikan membutuhkan lembaga
pendidikan yang efektif.
Dari bentuk struktur organisasi yang ada di MA Sholahuddin
Wonosalam, Demak, dapat diketahui bahwa Madrasah Aiyah Sholahuddin
dibawah naungan yayasan Islam Sholahuddin. Adapun yang menjadi
kepala MA Sholahuddin Wonosalam, Demak pada tahun pelajaran
2010/2011 adalah Bpk. M. Ali Akhmadi, SE. Dalam melaksanakan
koordinasi kepengurusan madrasah dan mengambil kebijakan, kepala
madrasah dibantu oleh komite madrasah.
Dalam kepengurusan madrasah tidak terdapat wakil kepala
madrasah, namun terdapat wakil kepala urusan dan kepala TU. Wakil
kepala urusan terdiri dari kepala urusan kurikulum, kesiswaan, sarana
prasarana, dan humasy (hubungan masyarakat), sedangkan bagian kepala
tata usaha (TU) terdiri dari bendahara TU, staf TU, dan tukang kebun.
Kemudian dibawah wakil kepala urusan terdapat kepala bagian,
yang terdiri dari kepala bagian BP/BK, laboratorium, prpustakaan,
pramuka, sosial agama, dan seni olahraga. Kemudian struktur di bawahnya
adalah dewan guru, dewan guru adalah semua guru yang mengajar mata
pelajaran yang ada di MA Sholahuddin Wonosalam, Demak, termasuk
49
yang menjabat kepengurusan di atas, kecuali karyawan yang menjabat
sebagai tukang kebun dan penjaga perpustakaan.3
Dari semua kepengurusan yang ada, masing-masing mempunyai
tugas dan tanggungjawab yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil
wawancara dengan kepala madrasah, dapat diperoleh keterangan bahwa
pengurus yayasan dan pengurus madrasah selalu berkoordinasi setiap
semester sekali dalam rangka mengevaluasi dan mendiskusikan
perkembangan madrasah. Kemudian ditingkat madrasah, koordinasi antar
pengurus juga selalu dilaksanakan setiap bula, hal ini bertujuan untuk
mengevaluasi kegiatan belajar mengajar dan untuk mendiskusikan
permasalahn-permasalah yang ada dalam sekolah maupun dalam
pembelajaran.4
Dari data yang penulis peroleh, dapat diketahui bahwa,
keorganisasian di MA Sholahuddin Wonosalam, Demak, dapat dikatakan
berjalan dengan baik, karena masing-masing guru atau pengurusan
menjalankan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang mereka miliki.
Disamping itu, kepala madrasah juga selalu menjalankan roda
kepemimpinannya sesuai dengan tugasnya sebagai seorang manager dalam
madrasah.
3. Keadaan Guru dan Siswa
a. Keadaan Guru
Berdasarkan dokumentasi hasil wawancara dengan kepala MA
Sholahuddin Wonosalam, Demak, yang menerangkan, bahwa tenaga
guru yang ada sekarang berjumlah 24 orang tenaga pengajar termasuk
di dalamnya Kepala Madrasah. Mayoritas guru berpendidikan minimal
sarjana (S.1 dan S.2),5 dengan kata lain dapat dikatakan bahwa guru
3 Dokumentasi MA Sholahuddin Wonosalam, Demak, tahun pelajaran 2010/2011,
tanggal 7 Februari 2011. 4 Wawancara dengan Bpk. M. Ali Akhmadi, kepala MA Sholahuddin Wonosalam,
Demak, tanggal 7 Februari 2011. 5 Wancara dengan Bpk. M. Ali Akhmadi, kepala MA Sholahuddin Wonosalam, Demak,
tanggal 7 Februari 2011.
50
atau tenaga pendidiknya benar-benar memiliki dedikasi dan
profesionalitas yang tinggi serta kemampuannya teruji.
Berdasarkan hasil data yang diperoleh ada empat tahapan
seleksi yang harus dilalui oleh setiap calon guru yang akan mengajar di
MA Sholahuddin Wonosalam, Demak, yakni : seleksi administrasi dan
kompetensi (minimal S1 dan menguasai bahasa Inggris aktif), seleksi
aqidah dan ke-Islam-an, psikotes serta mikro teaching (simulasi di
depan para guru). Tidak hanya sampai di sini, bagi calon guru yang
dianggap telah memenuhi syarat dan mampu melewati tahapan seleksi
tersebut, akan diberi kesempatan untuk magang selama tiga bulan.
Dari pengalaman magang inilah akan diketahui sejauh mana layak dan
tidaknya calon guru tersebut untuk mengajar di MA Sholahuddin
Wonosalam, Demak.6
Setiap guru yang ada, mengampu satu mata pelajaran, walupun
ada guru yang mengampu dua mata pelajaran. Berdasarkan data yang
penulis peroleh menunjukkan bahwa setiap mata pelajaran diampu
oleh guru yang berlatar belakang pendidikan sesui dengan mata
pelajaran yang diampunya. Jadi mata pelajaran ekonomi misalnya
diampu oleh guru yang latar belakang pendidikannya dari jurusan
ekonomi, mata pelajaran bahasa inggris, juga diampu oleh guru yang
pendidikannya dari bahasa inggris, mata pelajaran matematika, juga
diampu oleh guru yang pendidikannya dari jurusan matematika, begitu
juga dengan mata pelajaran fiqih, diampu oleh guru yang
pendidikannya dari pendidikan agama, dan lain sebagainya.7
Walaupun ada sebagian mata pelajaran yang diampu oleh guru dengan
latar belakang pendidikan yang tidak sesuai, namun guru yang
mengampunya dapat dikatakan biasa dan menguasai mata pelajaran
yang diajarkannya, karena guru yang mengajar di MA Sholahuddin
6 Wawancara dengan Bpk. M. Ali Akhmadi, kepala MA Sholahuddin Wonosalam,
Demak, tanggal 7 Februari 2011. 7 Data dokumentasi MA Sholahuddin Wonosalam, Demak, tanggal 7 Februari 2011.
51
Wonosalam, Demak semuanya adalah lulusan perguruan tinggi dengan
kualifikasi akademiknya S.1 dan S.2.
b. Keadaan Siswa
Belajar merupakan proses untuk mengetahui sesuatu yang
belum kita ketahui, yang dilakukan oleh seseorang/peserta didik. Yang
menjadi sasarans adalah siswa, tanpa siswa proses pembelajaran tidak
berjalan dengan baik. Oleh karena itu, siswa merupakan faktor yang
harus ada dalam proses pendidikan dan pembelajaran.
Madrasah Aliyah Sholahuddin Wonosalam, Demak pada tahun
pelajaran 2010/2011 mempunyai siswa sebanyak 334 anak, dengan
perincian kelas X-1 berjumlah 39 anak, kelas X-2 berjumlah 39 anak,
kelas X-3 berjumlah 39 anak, kelas X-4 berjumlah 40 anak, kelas XI-1
berjumlah 41 anak, kelas XI-2 berjumlah 40 anak, kelas XII-1
berjumlah 32 anak, kelas XII-2 berjumlah 32 anak, dan kelas XII-3
berjumlah 32 anak. Dari keseluruhan siswa tang ada, siswa perempuan
berjumlah 168 dan siswa laki-laki berjumlah 166.8
Dilihat dari latar belakang pendidikan siswa, kebanyakan siswa
yang belajar di MA Sholahuddin Wonosalam, Demak, berasal dari
MTs Swasta dan SMP, siswa yang memiliki latar belakang
pendidikkan agama lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang
berlatar belakang pendidikan umum.
Dari data statistik kelulusan siswa per tahunnya, siswa yang
belajar di MA Sholahuddin Wonosalam, Demak, prosentasenya
terbilang berhasil dan lulus semuanya, hal ini tentunya dipengaruhi
oleh keberhasilan proses belajar mengajar yang diterapkan di
madrasah.
4. Sarana dan Prasarana
Dengan mempergunakan sarana atau alat bantu yang sesuai dengan
sifat dan tujuan dapat mewujudkan tujuan pendidikan yang lebih baik.
8 Data dokumentas MA Sholahuddin Wonosalam, Demak, tanggal 7 Februari 2011.
52
Penciptaan alat bantu baik secara khusus untuk tujuan belajar dapat
diciptakan bersama dengan makin majunya ilmu pengetahuan dan
teknologi yang canggih. Untuk itu perlu juga didukung dengan adanya
kesadaran dari pihak guru akan kepentingan dan kedudukan alat-alat
pelajaran/pengajar.
Tidak semua metode dalam setiap situasi pembelajaran
memerlukan penggunaan sarana dan prasarana atau alat bantu berupa
benda konkrit, akan tetapi banyak pula kegiatan pembelajaran sekarang
yang memerlukan kreativitas guru dalam menggunakan alat-alat yang
cukup rumit misalnya Televisi, computer maupun internet.
Penggunaan sarana dan prasarana dalam proses pembelajaran
bertujuan mempertinggi prestasi belajar umumnya. Dengan demikian
teranglah bahwa guru harus mempunyai pengertian akan fungsi dan
kedudukan sarana dan prasarana belajar dalam kreativitas mengajar.
Setiap lembaga pendidikan tentunya harus dilengkapi dengan
sarana dan prasarana yang memadai. Karena keberadaannya sangat
penting dalam menunjang dan mendukung kemajuan dan keberhasilan
pendidikan. Semakin lengkap dan baik sarana dan prasarana yang
dimilikinya akan semakin baik dalam proses pendidikannya, baik kualitas
maupun kuantitasnya.
Kepala MA Sholahuddin Wonosalam, Demak, menjelaskan bahwa:
“Sarana pembelajaran pendidikan di MA Sholahuddin Wonosalam,
Demak, saat ini terbilang cukup lengkap, diantaranya papan tulis,
alat laboratorium, komputer, LCD, tape recorder, ruang komputer,
Al-Qur’an dan buku pelajaran agama utamanya buku pelajaran
Fiqih dapat mencukupi kebutuhan siswa”.9
Kemampuan seorang guru untuk produktif, menetapkan dan
mempergunakan alat-alat bantu mengajar yang sesuai dapat mempertinggi
efesinsi pada metode mengajar yang digunakan itu, yang pada gilirannya,
mampu mendukung keberhasilan kegiatan pembelajaran yang khususnya
9 Wawancara dengan Bpk. M. Ali Akhmadi, kepala MA Sholahuddin Wonosalam,
Demak, tanggal 7 Februari 2011.
53
dalam mata pelajaran fiqih dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan
yang diharapkan secara optimal.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bpk. Ahmad Rowi, selaku
guru wakil kepala bidang kurikulum, menjelaskan bahwa media dan
sarana prasarana yang ada di MA Sholahuddin Wonosalam, Demak,
secara optimal digunakan dan dimanfaatkan oleh guru dalam
pembelajaran, termasuk guru fiqih yang selalu menggunakan LCD dalam
proses belajar mengajar.10
B. Implementasi Lesson Study Dalam Pembelajaran Fiqih di MA
Sholahuddin Wonosalam, Demak.
Kegiatan Lesson Study di MA Sholahuddin Wonosalam, Demak
adalah Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS), yang penerapannya baru
dilaksanakan pada pertengahan tahun 2009. Adapun pelajaran yang
menggunakan Lesson Study adalah pelajaran matematika, IPA dan
Pendidikan Agama Islam, khususnya pelajaran fiqih.
Kegiatan Lesson Study dalam pembelajaran fiqih merupakan inisiatif
guru mata pelajaran fiqih itu sendiri, yang kemudian mendapat dukungan dari
pihak sekolah untuk dikembangkan dan diterapkan dalam pembelajaran fiqih.
Ide untuk melaksanakan Lesson Study dalam pembelajaran fiqih dilakukan
oleh Bpk. M. Faizun, S.Pd.I Alh dan Drs.KH.Ahmad Rowi,MH, mereka
adalah guru mata pelajaran fiqih di MA Sholahuddin Wonosalam, Demak.11
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang penulis lakukan,
dapat penulis deskripsikan implementasi atau penerapan kegiatan Lesson
Study dalam pembelajaran fiqih di MA Sholahuddin Wonosalam, Demak
adalah sebagai berikut:
10
Wawancara dengan Bpk. Ahmad Rowi, wakil kepala bidang kurikulum MA
Sholahuddin Wonosalam, Demak, tanggal 8 Februari 2011. 11
Wawancara dengan Bpk. M. Ali Akhmadi, Kepala Sekolah MA Sholahuddin
Wonosalam, Demak, tanggal 9 Februari 2011.
54
1. Tahap Perencanaan (Plan)
Sebagaimana telah di jelaskan dalam bab sebelumnya, bahwa tahap
pertama pelaksanaan lesson study adalah merancang pembelajaran.
Kegiatan merancang pembelajaran itu sendiri sebaiknya dilakukan secara
kolaboratif dalam kelompok kerja. Hal ini penting agar masing-masing
guru, khususnya yang merasa kurang mampu, dapat saling belajar dengan
yang lain. Ini adalah bagian dari esensi dari lesson study, yakni kolaboratif
dan kolegialitas.
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan guru
pelajaran fiqih, prinsip atau kegiatan merancang pembelajaran secara
kolaboratif dan kolegalitas, dilakukan sebelum melaksanakan kegiatan
lesson study dengan guru sejawat atau guru yang lainnya. Kegiatan ini
melibatkan guru sejawat 6 orang dan kepala sekolah.12
Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan, diperoleh data
bahwa kegiatan untuk merencanakan pembelajaran ini dilakukan oleh para
guru di sekolah dan dilaksanakan setelah jam pelajaran sekolah habis. Jadi,
sehari sebelum guru mata pelajaran fiqih melaksanakan open class
(pembelajaran yang diobservasi) sudah dilakukan perencanaan
pembelajaran oleh kelompok kerja Lesson Study.
Dalam pelaksanaannya, guru model (dalam hal ini guru pelajaran
fiqih), memaparkan secara terbuka situasi dan kondisi siswanya dan
fasilitas-fasilitas pendukung kegiatan belajar. Setelah itu, guru yang
tergabung dalam kelompok kerja bersama-sama mendiskusikan dan
menyusun rencana pembelajaran yang akan diterapkan dan dilaksanakan
oleh guru mata pelajaran fiqih pada keesokan harinya. Kegiatan ini
dipandu oleh kepala sekolah langsung.13
Dalam menyusun rencana pembelajaran, guru-guru juga
mendiskusikan masalah materi atau topik pelajaran yang akan diajarkan,
12
Wawancara dengan Bpk. M. Faizun guru pelajaran fiqih MA Sholahuddin Wonosalam,
Demak, tanggal 19 Februari 2011. 13
Observasi dan pengamatan dengan Bpk. M. Faizun selaku Guru pelajaran fiqih, tanggal
21 Februari 2011.
55
pemilihan metode dan media yang sesuai dengan karakteristik siswa serta
jenis evaluasi yang akan digunakan.
Adapun langkah-langkah dalam menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), dapat penulis deskripsikan sebagai berikut:
a. Pemilihan materi atau topik pembelajaran
Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh, menunjukkan
bahwa dalam pemilihan materi/topik pembelajaran fiqih, guru-guru
mendasarkan atas pertimbangan tingkat kesulitan materi ajar atau
kesulitan untuk mengajarkannya (membelajarkan). Pada saat itu,
pemilihan materi fiqih dipilih materi/topic pembelajaran tentang
“Memahami ketentuan hukum Islam tentang pengurusan jenazah”.14
b. Menganalisis isi kurikulum atau silabus.
Dalam menyusun RPP, guru-guru juga mengkaji standar
kompetensi, kompetensi dasar mata pelajaran fiqih. Kegiatan ini
dilakukan bertujuan agar guru-guru memahami dan mengerti isi
kurikulum atau silabus yang telah disusun oleh sekolah atau guru, agar
tujuan pembelajaran fiqih tercapai dengan baik dan maksimal.
c. Penetapan indikator dan tujuan pembelajaran untuk topik yang dipilih.
Setelah guru menganalisi isi kurikulum atau silabus pelajaran
fiqih, guru menentukan indikator dan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai.
d. Penetapan pendekatan/motode dan startegi pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan, diperoleh
data bahwa pemilihan metode dan strategi pembelajaran didasarkan
pada karakteristik materi ajar, tingkat kemampuan berpikir siswa
(karakteristik siswa yang akan diajar), ketersediaan sarana dan
prasarana pendukung dan media, serta masalah-masalah pembelajaran
14
Observasi dan pengamatan dengan Bpk. Faizun selaku Guru pelajaran fiqih, tanggal 21
Februari 2011.
56
yang sering dihadapi oleh guru pada pembelajaran topik tersebut
berdasarkan pengalaman sebelumnya.15
e. Penyusunan skenario pembelajaran.
Setelah ditetapkan metode dan strategi pembelajaran,
selanjutnya para guru menyusun langkah-langkah pembelajaran, mulai
dari tahap awal (pre-tes, apersepsi, motivasi), langkah-langkah
kegiatan inti, dan penutup (pemantapan, aplikasi, post-tes).
f. Penulisan RPP sesuai format yang tetapkan atau disepakati.
Pada tahap akhir dalam menyusu RPP, guru-guru menulis dan
menyusun RPP sesuai format yang ditetapkan atau disepakati.
Pada tahap perencanaan (Plan), guru-guru tidak hanya
mendiskusikan dan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
saja, namun juga mendiskusikan dan menyusun lembar observasi yang
akan digunakan dalam tahap pelaksanaan kegiatan belajar mengajar fiqih.
Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis peroleh, dalam
mendiskusikan lembar observasi, guru-guru menentukan indikator-
indikator selama proses pembelajaran berlangsung, baik indikator yang
dilihat dari guru maupun siswanya.16
2. Tahap Pelaksanaan (Do) Pembelajaran
Bagian yang sangat penting dari kegiatan Lesson Study adalah tahap
pelaksanaan pembelajaran dan observasi pembelajaran atau biasa disebut
open class atau open lesson. Karena sesungguhnya, tahap pelaksanaan
pembelajaran merupakan tahap untuk membuktikan, apakah rencana
pembelajaran yang telah disusun dengan cermat dan mempertimbangkan
berbagai aspek pembelajaran dapat menghasilkan proses pembelajaran
yang efektif dengan hasil belajar siswa yang maksimal.
15
Observasi dan pengamatan dengan Bpk. Faizun selaku Guru pelajaran fiqih, tanggal 21
Februari 2011. 16
Observasi dan pengamatan dengan Bpk. Faizun selaku Guru pelajaran fiqih, tanggal 21
Februari 2011.
57
Pada tahap pelaksanaan pembelajaran, guru mata pelajaran fiqih
mengaplikasikan atau melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP
yang telah disusun dengan guru yang lain, pelaksanaan pembelajaran fiqih
dilakukan pada hari senin, tanggal 21 Februari 2011 di kelas X-1, pukul
12.30 – 02.00 WIB.
Adapun guru yang menjadi model dalam pembelajaran fiqih adalah
Bpk. M. Faizun, topik atau materi pelajaran yang diajarkan dalam
pembelajaran pada waktu itu adalah tentang “Memahami ketentuan hukum
Islam tentang pengurusan jenazah”.
Sedangkan guru yang menjadi observer antara lain adalah Bpk. M.
Ali Ahmadi, Bpk. H. Ahmad Rowi, Bpk. Suyitno, Bpk. Nur Wahab, Ibu.
Yulia Rohmatin, Ibu. Endang Arum dan Ibu. Nur Hidayati.
Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan, dapat diperoleh
data bahwa dalam melaksanakan pembelajaran, guru mata pelajaran fiqih
melaksanakan proses belajar mengajar sesuai dengan skenario
pembelajaran yang tertuang dalam RPP yang telah disusun bersama oleh
para guru atau kelompok kerja. Hal ini dapat dilihat dengan beberapa
indikator sebagai berikut:
a. Dalam tahap awal proses belajar mengajar sebelum pelajaran dimulai,
guru memberikan apresiasi, motivasi dan pre-tes kepada siswanya,
b. Pada tahap inti, guru membagi peserta didiknya menjadi kelompok-
kelompok, guru merancang denah tempat duduk peserta didik,
menggunakan metode dan media pembelajaran yang sudah ditentukan
dalam RPP, dan membimbing siswanya yang kesulitan dalam belajar.
c. Pada tahap penutup, guru memberikan penekanan dan pemantapan
materi yang telah dibahas, guru memberikan post-tes kepada
siswanya.17
17
Observasi dan pengamatan dengan Bpk. Faizun selaku Guru pelajaran fiqih, tanggal 21
Februari 2011.
58
Sementara para observer/pengamat dalam pelaksanaan
pembelajaran terdiri dari 6 guru dan kepala sekolah. Berdasarkan hasil
observasi dan pengamatan yang penulis lakukan, para observer datang
lebih awal sebelum proses belajar mengajar dimulai. Setelah proses belajar
dimulai, dapat dikatakan bahwa dalam menjalankan observasi, para
observer melakukannya dengan cermat terhadap setiap langkah aktivitas
guru dan belajar siswa. Sebagai contoh, ketika ada siswa yang diam saja,
melamun, tidak memperhatikan penjelasan guru, bermain sendiri ketika
teman-teman kelompoknya sedang belajar, dan lain sebagainya. Para
observer hanya menggunakan lembar observasi/buku catatan saja,
sementara dokumentasi/foto dan video sebagai perekam aktivitas belajar
belum ada, hal ini dikarenakan belum tersedianya fasilitas video, posisi
mereka berdiri di belakang siswa yang sedang belajar.
3. Tahap Refleksi (See)
Kegiatan refleksi merupakan bagian yang sangat penting dari lesson
study. Bahkan dapat dikatakan keberhasilan sebuah kegiatan lesson study
dapat dilihat dari kegiatan refleksinya. Sebuah pembelajaran yang sudah
disusun skenarionya, dapat berhasil dilaksanakan di kelas atau sebaliknya
tidak sepenuhnya berhasil. Perlu disadari, bahwa tidak ada pembelajaran
yang sempurna. Kekurangan yang terjadi di sana sini atau tidak sesuai
dengan skenario merupakan hal yang harus disadari. Karena sesungguhnya
kelas (pembelajaran) merupakan sesuatu yang dinamis. Oleh karena itu
tentu banyak hal menarik dalam kegiatan belajar yang dapat ditemukan
dan dicatat oleh pengamat. Temuan-temuan tersebut akan menjadi bahan
diskusi refleksi.
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan, diperoleh hasil
bahwa kegiatan refleksi dilakukan setelah jam pelajaran sekolah selesai,
jadi tidak langsung setelah kegiatan proses belajar mengajar selesai pada
59
waktu itu, hal ini dikarenakan guru sejawat yang lainnya, terkadang harus
mengajar mata pelajaran yang diampunya.18
Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi, diskusi dipimpin
oleh moderator dan harus dilakukan secara interaktif. Berdasarkan hasil
observasi yang penulis lakukan, diperoleh data bahwa yang menjadi
moderator dalam diskusi refleksi adalah kepala sekolah langsung, dan
diskusi berjalan secara interaktif, semua guru yang menjadi observer
dalam pembelajaran fiqih, melaporkan temuan-temuannya pada waktu
proses belajar mengajar berlangsung dan saling memberikan alternatif
solusi permasalahannya dan menyusun kegiatan tindak lanjut untuk
kegiatan Lesson Study yang akan datang.
Adapun hasil dari diskusi yang dilakukan oleh guru fiqih dan
observer dapat disimpulkan sebagai berikut:
Pertama-tama guru fiqih memberikan ulasan mengenai pelaksanaan
Lesson Studi itu sendiri. Dalam penyampaiannya, guru fiqih menjelaskan
mulai dari penyampaian materi, yang dirasa sudah tepat dan efektif,
kemudian dalam menggunakan metode dan media pembelajaran juga tepat
dan efektif, guru fiqih merasa sudah menerapkan pembelajaran sesuai
dengan rencana pembelajaran yang disusun pada waktu persiapan.
Selanjutnya observer mengemukakan saran atau pertanyaan seputar
interaksi yang terjadi selama pembelajaran berlangsung dan guru fiqih
menanggapinya.19
Sementara guru observer menyampaian penemuan yang terjadi
selama proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan data hasil observasi
yang dilakukan observer secara garis besar dapat dilihat sebagai berikut:20
a. Dalam memberikan motivasi kepada siswa, guru fiqih masih kurang,
karena pemberian motivasi masih umum, yang diharapkan adalah
pemberian motivasi secara individu dan kelompok.
18
Wawancara dengan Bpk. Ali Akhmadi, Kepala Sekolah MA Sholahuddin Wonosalam,
Demak, tanggal 21 Februari 2011. 19
Observasi refleksi lesson study, tanggal 21 Februari 2011 20
Data observasi observer pembelajaran fiqih, tanggal 21 Februari 2011.
60
b. Apersepsi yang digunakan tepat.
c. Guru menguasai materi dengan baik.
d. Guru fiqih komunikatif.
e. Metode dan media menarik dan tepat.
f. Menguasai kelas secara optimal.
g. Pembelajaran menjadi aktif, dialogis, kreatif dan menyenangkan.
h. Guru fiqih melakukan pengelompokkan siswa sehingga semua siswa
aktif dalam pembelajaran.
i. Penilaian mencakup tiga ranah (afektif, kognitif dan psikomotor)
j. Penilaian dilakukan sepanjang proses belajar, baik dengan lisan
maupun observasi terhadap aktifitas siswa.
k. Siswa belajar dengan penuh semangat, antusias dan enjoy.
l. Terjadi interaksi antar semua siswa.
m. Kerjasama antar siswa meningkat dan mereka sangat akrab dengan
guru fiqih.
n. Tujuan pembelajaran dapat tercapai.
o. Pembelajaran selesai tepat waktu.
Adapun saran, pendapat, harapan, komentar dan tindak lanjut yang
disepakati antara lain adalah:
1) Ada peningkatan profesionalisme guru fiqih.
2) Diharapkan guru fiqih dalam memberikan motivasi kepada siswa lebih
ditingkatkan dan lebih spesifik baik secara kelompok maupun
individu.
3) Lebih memperhatikan kemampuan tiap siswa.
4) Pembelajaran menjadi semakin aktif, dialogis, kreatif dan
menyenangkan.
5) Reward atau apresiasi lebih di perbanyak.21
21
Observasi langsung kegiatan refleksi, tanggal 21 Februari 2011.
61
BAB IV
ANALISIS PELAKSANAAN LESSON STUDY
DALAM PEMBELAJARAN FIQIH
DI MA SHOLAHUDDIN WONOSALAM DEMAK
Berdasarkan penelitian yang penulis laksanakan, diperoleh beberapa data
yang berkaitan dengan peningkatan kompetensi pedagogik guru melalui kegiatan
Lesson Study dalam pembelajaran fiqih di MA Sholahuddin Wonosalam, Demak.
Data tersebut merupakan hasil catatan penelitian yang diperoleh melalui
wawancara, observasi dan dokumentasi.
Pelaksanaan penelitian ini berlangsung di Madrasah Aliyah Sholahuddin
Wonosalam, Demak, dengan cara melakukan wawancara langsung dan
observasi/pengamatan tentang kegiatan Lesson Study dalam pembelajaran fiqih
sebagai upaya peningkatan kompetensi pedagogik guru fiqih itu sendiri, serta
didukung dengan dokumen-dokumen penting yang dibuat dalam pengajaran dan
juga melakukan pengamatan secara langsung disaat guru melaksanakan Lesson
Study dalam proses belajar mengajar.
Dari data yang sudah terkumpul, maka langkah selanjutnya memasuki
tahap analisa data sebagai mana yang dijelaskan pada bab pendahuluan bahwa
tehnik analisa data yang dipakai yakni menggunakan analisis deskriptif kualitatif.
Dimana analisis ini dilakukan pada taraf deskriptif artinya menganalisis dan
menyajikan fakta secara sistematis sehingga lebih mudah untuk dipahami dan
disimpulkan.
Untuk mempermudah analisisnya maka penulis melaporkan hasil
penelitian yang ada kedalam tahap pelaksanaan lesson study dalam pembelajaran
fiqih di MA Sholahuddin Wonosalam, Demak, yaitu:
1. Tahap Perencanaan (Plan)
Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan menunjukkan bahwa
dalam kegiatan perencanaan, guru fiqih terlebih dulu membentuk kelompok
kerja untuk melakukan kegiatan lesson study, adapun guru yang tergolong ke
dalam kelompok kerja lesson study pembelajaran fiqih antara lain adalah:
62
a. Bpk. Ali Akmadi, Kepala Madrasah MA Sholahuddin Wonosalam,
Demak. Dalam kegiatan lesson study, beliau sebagai pembimbing dan
moderator dalam kegiatan perencanaan dan refleksi.
b. Bpk. Suyitno, (guru koordinator keagamaan), sebagai observer I dalam
kegiatan lesson study pembelajaran fiqih.
c. IbuYulia Rohmatin, (guru Bahasa Inggris), sebagai observer II dalam
kegiatan lesson study pembelajaran fiqih.
d. Bpk. Drs. Ahmad Rowi, (guru fiqih dan Qur’an Hadits), sebagai observer
III dalam kegiatan lesson study pembelajaran fiqih.
e. Bpk. Suyitno, (guru Aqidah Akhlak), sebagai observer VI dalam kegiatan
lesson study pembelajaran fiqih.
f. Ibu Nur Hidayati, (guru Kimia), sebagai observer V dalam kegiatan lesson
study pembelajaran fiqih, dan
g. Ibu Layinatul Asifah, (guru Bahasa Indonesia), sebagai observer VI dalam
kegiatan lesson study pembelajaran fiqih.1
Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa kelompok kerja lesson study
dalam pembelajaran fiqih di MA Sholahuddin Wonosalam, Demak, terdiri
dari 8 orang, dengan perincian (1 guru mata pelajaran fiqih sebagai guru
modelnya, Kepala Madrasah sebagai pembimbing dan moderator dan 6 guru
sebagai observer). Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa kegiatan lesson
study dalam pembelajaran fiqih di MA Sholahuddin Wonosalam, Demak,
sudah sesuai dengan ketentuan yang sekurang-kurangnya kegiatan lesson
study harus diikuti minimal 6 orang observer.
Langkah selanjutnya, kelompok kerja yang sudah dibentuk kemudian
memfokuskan kegiatan lesson study dengan cara menyepakati tema
permasalahan dan pembelajaran yang akan diangkat dalam kegiatan
pembelajaran fiqih. Berdasarkan data hasil observasi yang penulis lakukan,
dapat diperoleh hasil bahwa tema pembelajaran fiqih yang akan diajarkan
1 Hasil Observasi kegiatan perencanaan dalam kegiatan lesson study, tanggal 21 Februari
2011.
63
adalah tentang “Memahami Ketentuan Hukum Islam Tentang Pengurusan
Jenazah”.2
Setelah menentukan tema pembelajaran yang akan diajarkan, kemudian
kelompok kerja lesson study membuat perencanaan pembelajaran fiqih yang
akan dilakukan. Perencanaan pembelajaran ini dituangkan dalam bentuk
perangkat pembelajaran dan lembar instrumen observasi pengumpulan data
Proses Belajar Mengajar.
Adapun perangkat pembelajaran yang dibahas dalam kegiatan
perencanaan antara lain:
a. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan, diperoleh hasil
bahwa dalam menyusun RPP, guru fiqih terlebih dulu mempresentasikan
RPP yang sudah dibuat terlebih dulu, kemudian ditanggapi oleh guru yang
lain. Adapun hasil penyusunan RPP adalah sebagai berikut:
Dalam menyusun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar,
kelompok kerja memilih dari kurikulum yang sudah ada. Pokok bahasan
juga dipilih dari kurikulum fiqih yang sudah ada. Adapun penyusunan
indikator disusun bersama-sama oleh kelompok kerja. Dalam menyusun
skenario pembelajaran, para guru lebih memfokuskan pada pembelajaran
yang berpusat pada siswa. Dalam pemilihan metode dan media, guru fiqih
dan guru yang lain memanfaatkan media yang ada di sekolah dan
membuat media sendiri. Penyusunan instrument evaluasi meliputi ranah
kognitif, afektif dan psikomotor.
Hasil pengamatan yang penulis lakukan terhadap hasil diskusi
penyusunan RPP, dapat diperoleh data bahwa: rancangan kegiatan belajar
sudah sesuai dengan indikator dan bahan pembelajaran, serta bervariasi.
Aktivitas siswa dirancang antara lain menerima informasi, melihat
demonstrasi guru, belajar kelompok, dan melakukan percobaan. Upaya
guru dalam memberikan motivasi kepada siswa dirancang melalui
demonstrasi pada kegiatan pendahuluan dengan menggunakan media yang
2 Hasil Observasi, tanggal 21 Februari 2011.
64
nampaknya cukup menarik, sehingga diharapkan mampu melibatkan siswa
dalam kegiatan pembelajaran.
b. Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran
fiqih adalah menggunakan perangkat lunak dan keras. Perangkat lunak
yang digunakan adalah: CD yang berisi film tentang pengurusan jenazah
(mulai dari memandikan, mengkafani, mensholati dan memakamkan).
Adapun perangkat kerasnya adalah LCD, kain kafan dan boneka sebagai
simbol jenazah untuk praktek demonstrasi para siswa.3
c. Menyusun Instrument Evaluasi
Instrument evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran fiqih
adalah :
- Lembar pertanyaan untuk evaluasi ranah kognitif,
- Lembar pengamatan untuk evaluasi ranah afektif, dan
- Lembar unjuk kerja untuk evaluasi ranah psikomotor.
Pada akhir kegiatan perencanaan (plan), guru fiqih dan guru yang
tergabung dalam kelompok kerja melakukan uji waktu dengan simulasi
pembelajaran fiqih di dalam kelas mulai dari tahap awal sampai tahap
demonstrasi siswa dalam mengurus jenazah. Adapun simulasi demonstrasi
yang dilakukan guru adalah cara memandikan dan mengkafani jenazah.4
Dari data di atas, dapat dikatakan bahwa kegiatan perencanaan (plan)
yang dilakukan guru fiqih dan guru yang lain sudah sesuai dengan tahap
perencanaan dalam kegiatan lesson study dan dapat dikatakan baik.
3 Hasil Observasi, tanggal 21 Februari 2011
4 Hasil Observasi, tanggal 21 Februari 2011
65
2. Tahap Pelaksanaan (Do)
Pada tahap pelaksanaan (do), terdapat dua kegiatan utama, yaitu:
a. Kegiatan Pelaksanaan Pembelajaran Fiqih.
Pelaksanaan pembelajaran fiqih dilakukan oleh Bpk. M. Faizun,
beliau adalah guru fiqih kelas X.
Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan, dapat diperoleh
data bahwa dalam melaksanakan pembelajaran, guru mata pelajaran fiqih
melaksanakan proses belajar mengajar sesuai dengan skenario
pembelajaran yang tertuang dalam RPP yang telah disusun bersama oleh
para guru atau kelompok kerja. Hal ini dapat dilihat dengan beberapa
indikator sebagai berikut:
1) Dalam tahap awal proses belajar mengajar sebelum pelajaran dimulai,
guru memberikan apresiasi, motivasi dan pre-tes kepada siswanya,
2) Pada tahap inti, guru membagi peserta didiknya menjadi kelompok-
kelompok, guru merancang denah tempat duduk peserta didik,
menggunakan metode dan media pembelajaran yang sudah ditentukan
dalam RPP, dan membimbing siswanya yang kesulitan dalam belajar.
� Dalam mengelompokkan peserta didik, terlebih dulu guru fiqih
merubah denah tempat duduk siswa, menjadi seperti pada gambar
di bawah ini:5
5 Observasi di kelas X-1, tanggal 21 Februari 2011.
66
Gambar I
Denah tempat duduk siswa
Dalam pembelajaran fiqih di MA Sholahuddin Wonosalam, Demak
Keterangan:
= Siswa Putra
= Siswa Putri
= Observer
� Penggunaan metode dan media pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan, diperoleh hasil
bahwa metode yang digunakan guru fiqih adalah menggunakan
metode diskusi, Tanya jawab, pemberian tugas dan
demonstrasi/praktek langsung. Adapun media pembelajaran yang
digunakan guru fiqih antara lain papan tulis dan LCD sebagai
media penyampaian materi, kemudian dalam prakteknya, guru
fiqih menyediakan media berupa kain kafan sebanyak yang
dibutuhkan, mejan sebagai tempat peletakan jenazahnya, kapas,
minyak wangi, boneka sebagai media jenazahnya.6
6 Observasi di kelas X-1, tanggal 21 Februari 2011.
67
3) Pada tahap penutup, guru memberikan penekanan dan pemantapan
materi yang telah dibahas, guru memberikan post-tes kepada
siswanya.7
b. Kegiatan Observasi oleh Observer
Berdassrkan hasil observasi yang penulis lakukan, menunjukkan
bahwa observer dalam kegiatan pembelajaran fiqih menggunakan lesson
study di MA Sholahuddin Wonosalam Demak, terdiri dari 6 guru observer.
Para observer datang lebih awal sekitar 5-10 menit sebelum pembelajaran
dilaksanakan. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, observer tidak
mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran dan mengganggu konsentrasi
guru maupun siswa. Para observer/pengamat juga melakukan pengamatan
secara teliti terhadap interaksi siswa-siswa, siswa-bahan ajar, siswa-guru,
siswa-lingkungan lainnya, dengan menggunakan instrumen pengamatan
yang telah disiapkan sebelumnya dan disusun bersama-sama.
Sebagian adari observer juga melakukan perekaman melalui photo
digital untuk keperluan dokumentasi dan bahan analisis lebih lanjut dan
kegiatan perekaman ini sama sekali tidak mengganggu jalannya proses
pembelajaran. Observer melakukan pencatatan tentang perilaku belajar
siswa selama pembelajaran fiqih berlangsung, diantaranya adalah tentang
komentar atau diskusi siswa, terjadinya proses konstruksi pemahaman
siswa melalui aktivitas belajar siswa.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pelaksanaan
pembelajaran fiqih melalui lesson study berjalan dengan baik dan berjalan
sesuai dengan rencana yang disusun dalam tahap perencanaan.
7 Observasi dan pengamatan dengan Bpk. Faizun selaku Guru pelajaran fiqih, tanggal 21
Februari 2011.
68
3. Tahap Refleksi (See)
Tahapan refleksi merupakan tahapan yang sangat penting karena upaya
perbaikan proses pembelajaran fiqih selanjutnya akan bergantung dari
ketajaman analisis para peserta berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan
pembelajaran fiqih yang telah dilaksanakan.
Berdasarkan observasi yang penulis lakukan, diperoleh hasil bahwa
kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi yang diikuti seluruh peserta
atau kelompok kerja lesson study yang dipandu oleh Kepala Madrasah (Bpk.
M. Ali AKhmadi). Diskusi dimulai dari penyampaian kesan-kesan guru yang
telah mempraktikkan pembelajaran, dengan menyampaikan komentar atau
kesan umum maupun kesan khusus atas proses pembelajaran fiqih yang
dilakukannya, yaitu mengenai kesulitan dan permasalahan yang dirasakan
dalam menjalankan RPP fiqih yang telah disusun.8
Selanjutnya, semua pengamat menyampaikan tanggapan atau saran
secara bijak terhadap proses pembelajaran fiqih yang telah dilaksanakan
(bukan terhadap guru yang bersangkutan). Dalam menyampaikan saran-
sarannya, pengamat juga didukung oleh bukti-bukti yang diperoleh dari hasil
pengamatan, dan tidak berdasarkan opininya. Berbagai pembicaraan yang
berkembang dalam diskusi dapat dijadikan umpan balik bagi seluruh peserta
untuk kepentingan perbaikan atau peningkatan proses pembelajaran fiqih.
Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan diperoleh hasil bahwa
seluruh peserta observer memiliki catatan-catatan pembicaraan yang
berlangsung dalam diskusi.
Adapun penemuan yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung,
berdasarkan data hasil observasi yang dilakukan observer secara garis besar
dapat dilihat sebagai berikut:9
a. Dalam memberikan motivasi kepada siswa, guru fiqih masih kurang,
karena pemberian motivasi masih umum, yang diharapkan adalah
pemberian motivasi secara individu dan kelompok.
8 Observasi, tanggal 22 Februari 2011
9 Data observasi observer pembelajaran fiqih, tanggal 21 Februari 2011.
69
b. Apersepsi yang digunakan tepat.
c. Guru menguasai materi dengan baik.
d. Guru fiqih komunikatif.
e. Metode dan media menarik dan tepat.
f. Menguasai kelas secara optimal.
g. Pembelajaran menjadi aktif, dialogis, kreatif dan menyenangkan.
h. Guru fiqih melakukan pengelompokan siswa sehingga semua siswa aktif
dalam pembelajaran.
i. Penilaian mencakup tiga ranah (afektif, kognitif dan psikomotor)
j. Penilaian dilakukan sepanjang proses belajar, baik dengan lisan maupun
observasi terhadap aktifitas siswa.
k. Siswa belajar dengan penuh semangat, antusias dan enjoy.
l. Terjadi interaksi antar semua siswa.
m. Kerjasama antar siswa meningkat dan mereka sangat akrab dengan guru
fiqih.
n. Tujuan pembelajaran dapat tercapai.
o. Pembelajaran selesai tepat waktu.
Adapun saran, pendapat, harapan, komentar dan tindak lanjut yang
disepakati antara lain adalah:
1) Ada peningkatan profesionalisme guru fiqih.
2) Diharapkan guru fiqih dalam memberikan motivasi kepada siswa lebih
ditingkatkan dan lebih spesifik baik secara kelompok maupun individu.
3) Lebih memperhatikan kemampuan tiap siswa.
4) Pembelajaran menjadi semakin aktif, dialogis, kreatif dan menyenangkan.
5) Reward atau apresiasi lebih di perbanyak.10
10
Observasi langsung kegiatan refleksi, tanggal 21 Februari 2011.
70
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan terhadap pelaksanaan
lesson study dalam pembelajaran fiqih di MA Sholahuddin Wonosalam,
Demak, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: Pelaksanaan lesson study
dalam pembelajaran fiqih di MA Sholahuddin Wonosalam Demak, dilakukan
dalam tiga tahapan, yaitu: perencanaan (plan), pelaksanaan (do) dan refleksi
(see). Dalam kegiatan plan dilakukan kegiatan mereview silabus dan
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dalam kegiatan do,
ada tiga kegiatan penting, yaitu: kegiatan guru, observer dan siswa. Dalam
kegiatan see dilakukan refleksi dari pembelajaran yang telah dilakukan, baik
oleh guru maupun observer. Sebelum pelaksanaan tahapan tersebut, guru
fiqih melakukan pembentukan kelompok kerja lesson study. Semua kegiatan
tersebut dilakukan secara kolaborasi antara guru dan observer. Lesson study
dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran fiqih di MA
Sholahuddin Wonosalam Demak.
B. SARAN
Berdasarkan penelitian dan kesimpulan yang telah peneliti lakukan, maka
hal-hal yang dapat disarankan adalah sebagai berikut:
1. Kepala madrasah dan guru fiqih khususnya dan guru lain pada umumnya
harus selalu adanya keinginan yang kuat untuk selalu meningkatkan
kualitas pembelajarannya.
Kepala madrasah sebagai penanggung jawab semua kegiatan yang
ada di madrasah terlebih dulu harus memiliki komitmen yang kuat untuk
selalu membina guru-guru agar dapat selalu mengembangkan
kompetensinya agar kualitas pembelajaran terus meningkat. Begitu juga
setiap guru harus memiliki motivasi yang kuat untuk selalu berubah ke
71
arah yang lebih baik. Keinginan yang kuat untuk selalu berubah
merupakan modal yang sangat besar.
2. Memasukkan kegiatan Lesson Study sebagai program sekolah dalam
peningkatan kompetensi guru.
3. Menyusun kepanitiaan atau kerja kelompok Lesson Study dalam setiap
pembelajaran. Kepanitiaan sangat dibutuhkan untuk melaksanakan Lesson
Study berbasis sekolah (LSBS), untuk mengatur jadwal kegiatan open
lesson. Kepanitiaan juga menunjukkan keseriusan madrasah untuk
melaksanakan LSBS.
4. Melaksanakan evaluasi kegiatan Lesson Study secara berkala.
C. PENUTUP
Dengan terselesaikannya skripsi ini, penulis panjatkan puji dan syukur
kehadirat Allah SWT, yang telah berkenan memberikan taufiq dan hidayah-
Nya.
Penulisan skripsi ini tentu banyak kekurangan, jauh dari sempurna karena
keterbatasan kemampuan penulis, oleh karena itu saran dan perbaikan
diharapkan. Dan penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat, terutama
bagi pengembangan keprofesionalan dan kompetensi guru serta rekonstruksi
Pendidikan Islam agar menjadi berkualitas.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Adib, Khoirul, “Lesson Study dan Implementasinya dalam Peningkatan Kompetensi
Guru Bahasa Arab: Studi Kasus di MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran)
An Nur Malang”, dalam http://pasca.sunan-ampel.ac.id/wp-
content/uploads/2011/03/Ringkasan-Disertasi_adib.pdf
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, edisi revisi VI,
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006)
Azizy, A. Qodri A., Standar Kompentensi Mata Pelajaran Agama Islam Sekolah Dasar
dan Madrasah Ibtidaiyyah, (Jakarta: Depag, 2004)
Az-Zarqa’, Musthafa Ahmad, Al Madkhal Al Fiqhi Al ‘Am, (Damaskus : Al Adib, 1967-
1968)
Basrowi, M., dan Suwandi, Prosedur Penelitian Tindakan Kelas, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2008)
Basyuni, Muhammad M., Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
2008, tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama
Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, (Jakarta: Depag RI, 2008)
Daipi, Mohamed Naim, “Kajian Pengajaran, Lesson Study”, dalam
http://www.slideshare.net/mohamednaim/lesson-study-kajian-pengajaran,
diunduh tanggal 20 Mei 2011.
Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, edisi 2, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2008)
Fatikh, Ika, “Pentingnya Lesson Study Bagi Pembelajaran PAI”, dalam
http://ikafatikhjatibarang.blogspot.com/2011/04/lesson-study.html
GBHN 1999-2004, dalam http://www.dephut.go.id/INFORMASI/UNDANG2
/tapmpr/gbhn_99-04.htm, diunduh pada tanggal 25 Agustus 2010.
Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008)
Hendayana, Sumar, et.al., Lesson Study, Suatu Strategi Meningkatkan Keprofesionalan
Pendidik (Pengalaman IMSTEP-JICA), (Bandung: FPMIPA UPI dan JICA, 2007)
Imansyah, Harun, “Konsep dan Prinsip-prinsip Lesson Study”. Dalam
http://file.upi.edu/ai.php?dir=Direktori/DFPMIPA/JUR.PEN.FISIKA/195910130
1986011-HARUN IMANSYAH/Sampel_training_workshop/&file:prinsip_LS.pdf,
diunduh pada tanggal 26 Agustus 2010.
Lewis, Catherine., Does Lesson Study Have a Future in the United States?. Dalam
http://www.sowi-online.de/journal/2004-1/lesson_lewis.htm, diunduh 12 Februari
2010.
Margono, S., Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005)
Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1987)
Moeliono, Anton, M., Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. 3, (Jakarta: Balai Pustaka,
2003)
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remadja Rosdakarya,
2009)
Muhajir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, edisi IV, (Jogjakarta, Penerbit Rake
Sarasin, 2000)
Munjib, Ahmad, “Pengertian Fiqih”, dalam http://id.shvoong.com/social-
sciences/education/2137383-pengertian-mata-pelajaran-fiqih/#ixzz1MF5T6pyg,
diunduh tanggal 26 Agustus 2010.
Nasih, Ahmad Munjin dan Khoirul Adib, Artikel “Lesson Study Dalam Pembelajaran
Pendidikan Islam (PAI) Di Sekolah Umum”, hlm.8, dalam http://anmad-munjin-
nasih/lesson-study-dalam-pembelajaran-pendidikan-islam-di-sekolah-umum/html,
diunduh pada tanggal 12 Desember 2010.
Nasution, S., Didaktik Asas-asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995)
Nurhadi, et.al., Pembelajaran Konstektual dan Penerapannya dalam KBK. (Malang. UM
Press, 2004)
Poerwadarminto, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : PN Balai
Pustaka,1984)
Riva’I, Moh., Ushul Fiqih untuk PGA 6 Tahun., Mu’allimin, Madrasah Menengah Atas,
Persiapan IAIN dan Madrasah-Madrasah yang Sederajat., (Bandung: Alma’arif,
1990)
Rudyharti, Ika, “Penerapan Lesson Study Dalam Proses Pembelajaran IPS (Sejarah)
Kelas VII di MTs Surya Buana Malang,” dalam http://karya-
ilmiah.um.ac.id/index.php/sejarah/article/view/4623
Santyasa, I Wayan, “Implementasi Lesson Study Dalam Pembelajaran”, Disajikan dalam
”Seminar Implementasi Lesson Study dalam Pembelajaran bagi Guru-Guru TK,
Sekolah Dasar, dan Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Nusa Penida,
Tanggal 24 Januari 2009, di Nusa Penida, dalam
http://www.freewebs.com/santyasa/pdf2/IMPLEMENTASI_LESSON_STUDY.pdf,
diunduh tanggal 26 Agustus 2010.
Sondag, Meini, “Lesson Study Untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Pembelajaran”,
dalam unipajbr.files.wordpress.com/2011/02/100630-meini-lesson-study.doc,
diunduh tanggal 26 Agustus 2010.
Sudrajat, Akhmad, “Lesson Study Untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Pembelajaran”,
hlm. 2, dalam http://ideguru.wordpress.com/2010/04/09/lesson-study-untuk-
meningkatkan-proses-dan-hasil-pembelajaran/, diunduh tanggal 12 Februari 2010.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: CV. Alfabeta,
2009)
Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2002)
Susilo, Herawati, et.al., Lesson Study Berbasis Sekolah” Guru Konservatif Menuju Guru
Inovatif”, (Malang: Bayumedia Publishing, 2009)
Syuhadi, “Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS)”, dalam
http://id.wordpress.com/tag/lesson-study-berbasis-sekolah/, diunduh tanggal 26
Agustus 2010.
Tafsir, Ahmad., Ilmu Pendidikan dalan Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2004)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 pasal 10 ayat 1, Tentang
Guru dan Dosen, (Jakarta: Media Pustaka Mandiri, 2005)
Undang-undang RI Nomor. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, 2004
Widhiartha, Putu Ashintiya, et.al., Lesson Study, Sebuah Upaya Peningkatan Mutu
Pendidik, Pendidikan Non Formal, (Surabaya: Prima Printing, 2008)
Wiriaatmadja, Rochiati, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006)
Yuliastuti, Fitri, “Pelaksanaan Lesson Study Pada Pembelajaran IPS di SMP 1
Banguntapan”, dalam http://karya-
ilmiah.um.ac.id/index.php/sejarah/article/view/4623
Zuriah, Nurul, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2006)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : Muhammad Fahrudin
Nomor Induk Mahasiswa : 063111113
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Tempat, Tanggal Lahir : Demak, 12 Juli 1987
Alamat Asal : Desa Getas RT 06 RW II Kec. Wonosalam
Kabupaten Demak
Pendidikan Formal :
1. SDN Getas 02 tahun 1994-2000
2. MTs Nurul Huda Dempet tahun 2000-2003
3. MAN Demak tahun 2003-2006
4. IAIN Walisongo Semarang Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama
Islam lulus 2011
Yang menyatakan,
Muhammad Fahrudin