perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
ANALISIS SEKTOR EKONOMI BASIS KABUPATEN NGAWI TAHUN 2001-2010
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat S-2 Magister Ekonomi Dan Studi Pembangunan
Oleh: TAUFIK ROHMAN
S4210096
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET PROGRAM PASCA SARJANA
MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
“Be the best from the best of you”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
P E R S E M B A H A N
Kupersembahkan karya ini dengan tulus dan penuh rasa syukur kepada :
§ Ayah, Ibu, dan Istriku Serta Anak-Anakku Tercinta yang selalu memberikan
motivasi dan doanya
§ Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi
§ Serta UNS, Almamater yang selalu Aku Banggakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sektor basis dan non basis di
Kabupaten Ngawi, serta penelitian ini juga bertujuan mengetahui komponen pertumbuhan regional (Nij), komponen pertumbuhan proposional (Mij), dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (Cij), serta untuk mengetahui model overlay antara analisis LQ dan Shift Share.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan periode yang dianalisis dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2010. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Ngawi dan Bapedda Kabupaten Ngawi, alat analisis yang digunakan adalah analisis Location Quotient (LQ), analisis shift-share (SS), dan analisis Overlay.
Hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa sektor basis di Kabupaten Ngawi adalah sektor pertanian; sektor konstruksi; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa. Untuk pergeseran provinsi (Nij) Sektor pertanian menjadi sektor dengan pertumbuhan paling cepat dari pada sektor-sektor lainnya, sedangkan sektor paling lambat adalah sektor listrik, gas dan air bersih. Untuk pertumbuhan proporsional (Mij) sektor yang maju di Kabupaten Ngawi adalah sektor pertambangan dan penggalian; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor perdagangan, restoran dan hotel; sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sedangkan sektor-sektor yang belum maju di Kabupaten Ngawi adalah sektor pertanian; sektor industri pengolahan; sektor konstruksi dan sektor jasa-jasa. Untuk pertumbuhan pangsa wilayah (Cij) sektor yang memiliki daya saing di Kabupaten Ngawi adalah sektor pertanian; sektor industri pengolahan; dan sektor konstruksi. Sedangkan berdasatkan analisis overlay Sektor basis yang memiliki Sektor yang tidak maju, memiliki daya saing adalah sektor pertanian dan sektor kontruksi, dan Sektor non basis yang memiliki Sektor yang maju, tidak memiliki daya saing adalah sektor pertambangan, sektor penggalian dan listrik, gas dan air bersih, sektor perdagangan, hotel & restoran, dan sektor pengangkutan dan komunikasi
Kata Kunci : Sektor Basis, Pertumbuhan Ekonomi, Overlay
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the base sector and non-base in the District of Ngawi, and this study also aims to find the component of regional growth (Nij), components of proportional growth (Mij), and component share growth regions (CIJ), as well as to determine the overlay model between LQ and Shift Share analysis.
The data used in this study is secondary data are analyzed with the period from 2001 until 2010. Data obtained from the Central Bureau of Statistics and Bapedda Ngawi Regency Regency Ngawi, an analytical tool used is the analysis of Location Quotient (LQ), shift-share analysis (SS), and overlay analysis
The results of this study illustrates that the sector base Regency Ngawi are agriculture; construction sector; sector finance, leasing and services company and the services sector. To shift the province (Nij) agricultural sector has become the fastest growing sectors than in other sectors, while the slowest sector is the sector of electricity, gas and water supply. For the proportional growth (Mij) advanced sectors Regency Ngawi is mining and quarrying; electricity, gas and water supply; the trade, restaurant and hotel, transport and communications sector and financial sector, leasing and services company. While the sectors that have not advanced Regency Ngawi is the agricultural sector; manufacturing industry; construction sector and services sector. To share growth regions (Cij) sector has competitiveness in Ngawi Regency of is agriculture; manufacturing, and construction sectors. While based on the analysis of sector overlay a base that has not advanced sector, has the competitive edge is the agricultural and construction sectors, and non-base sector who have an advanced sector, not competitive is the sector of mining, quarrying sector and electricity, gas and water supply , trade, hotels & restaurants and transport and communications sector
Keywords: Base Sector, Economic Growth, Overlay
se of this research is to analyze how the growth, the effectiveness, and the elasticity of the mining group C taxes to reveneu of tax income in Ngawi Regency. Beside that, the writer also wants to analyze the form and connection between Gross Regional Domestic Product (GRDP) in construction sector and the mining group C taxes.
The data used in this research is a secunder data with time period from 2001 until 2010. The data obtained from Financial Bureau of Regional Secretariat of Ngawi Regency and the Central Bureau of statistic of Ngawi regency, the analyze’s instrument used are ratio, elasity, and simple corelation model analysis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT
atas segala nikmat-nikmat yang tiada terhitung nilainya serta berkat keridhoanNya
penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tesis ini tepat sesuai jadwal yang telah
ditentukan.
Tesis ini berjudul “ANALISIS SEKTOR EKONOMI BASIS KABUPATEN
NGAWI TAHUN 2001 - 2010”, disusun sebagai salah satu persyaratan mencapai
derajat magister pada Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan di
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dengan segala kekurangan dan kelebihan yang ada
pada tesis ini, ucapan terima kasih Penulis sampaikan atas bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung dalam bentuk moril dan
materiil. Ucapan terima kasih secara khusus Penulis haturkan kepada ayahanda, lelaki
yang mengucurkan keringatnya demi kesuksesanku dan Ibunda tercinta, sumber “mata
air” semangat yang tak pernah kering, yang selalu berdoa dengan tulus ikhlas menempuh
kepayahan sejati demi selesainya perjuangan penulis, Istri tersayang yang kasih
sayangnya menjadi motivator dan kekuatan untuk menjadi lebih baik, anak-anakku
tercinta, Daffa dan Zizi, serta keluarga besarku yang tiada hentinya mendukung dan
berdoa untuk keberhasilan dan kesuksesanku.
Selain itu, dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, Penulis juga
mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
1. Dr. JJ. Sarungu, M.S selaku Ketua Program Studi Magister Ekonomi dan Studi
Pembangunan UNS;
2. Dr. JJ. Sarungu, M.S selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Drs. Mulyanto, ME
selaku Dosen Pembimbing II, atas segala informasi, arahan dan bimbingan dalam
penyusunan Tesis ini;
3. Ir. H. Budi Sulistyono selaku Bupati Ngawi;
4. Bapak Dwi Rianto Jatmiko, SH selaku Ketua DPRD Kabupaten Ngawi;
5. Bapak Budi Purwanto selaku Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Ngawi dan
Semua Bapak – Bapak Anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Ngawi;
6. Drs. Sugeng, Msi selaku Sekretaris DPRD Kabupaten Ngawi dan rakan – rekan
Staf Sekretaris DPRD Kabupaten Ngawi:
7. Bapak-bapak dosen yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada
Penulis selama menuntut ilmu di Universitas Sebelas Maret Surakarta;
8. Teman-teman Angkatan XIV Kelas Ngawi, terima kasih atas dukungan dan
kebersamaan yang tak akan pernah luntur;
9. Rekan-rekan bimbingan, Tante Lina, Mbak Kar, Pak Eko, Tante Eny, Om Romeli,
Tante Ita, Om Yanto, dan Pak Slamet, terima kasih atas kebersamaan dan
kekompakannya selama bimbingan sampai dengan terselesaikannya tesis kita;
10. Semua pihak yang telah membantu penyusunan Laporan akhir ini, yang tidak dapat
Penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang lebih
baik dan pahala yang memberatkan timbangan amal kebaikan di Yaumul Hisab
nanti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih banyak terdapat
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu saran dan kritik sebagai
masukan bagi perbaikan di masa yang akan datang sangat Penulis harapkan. Akhirnya,
Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat. Atas segala kekurangan dalam tesis
ini Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Terima kasih.
Surakarta, 2011
Penulis,
TAUFIK ROHMAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS .................................. iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi
ABSTRAK .................................................................................................. vii
ABSTRACT ................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ............................................................................... ix
DAFTAR ISI .............................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis ..................................................................... 10
1. Ekonomi Regional .............................................................. 10
2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ........................ 11
3. Pengertian Sektor Basis ...................................................... 22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
4. Teori Sektor Basis Ekonomi ............................................... 23
5. Analisis Location Quotient .................................................. 25
6. Analisis Shift Share ............................................................ 26
B. Hasil Penelitian Terkait ........................................................... 27
C. Kerangka Konseptual .............................................................. 32
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................ 34
B. Tipe Penelitian Dan Unit Analisis ........................................... 34
C. Sumber, Jenis Dan Metode Pengumpulan Data ...................... 34
D. Definisi Operasional Variabel ................................................. 35
1. Potensi Ekonomi ................................................................ 35
2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ........................ 35
3. Pertumbuhan Ekonomi ....................................................... 35
4. Sektor – Sektor Ekonomi ................................................... 36
5. Kegiatan Ekonomi ............................................................. 36
E. Teknis Analisis ........................................................................ 37
1. Analisis Location Quotient ................................................. 37
2. Analisis Shift Share ............................................................ 38
3. Analisis Overlay ................................................................ 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ........................................ 42
1. Kondisi Geografis Kabupaten Ngawi ................................ 42
2. Pemerintahan Kabupaten Ngawi ........................................ 44
3. Indikator Kinerja Pembangunan ......................................... 48
a. Kondisi Sosial Kependudukan ....................................... 48
b. Kondisi Perekonomian Daerah ...................................... 53
c. Pendidikan Masyarakat .................................................. 57
d. Kondisi Sarana dan Prasarana ........................................ 59
B. Hasil Dan Pembahasan ............................................................ 61
1. Sektor Basis (LQ) Kabupaten Ngawi ................................. 61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
a. Sektor Pertanian ............................................................. 63
b. Sektor Kontruksi ............................................................ 64
c. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan ....... 64
d. Sektor Jasa-Jasa ............................................................. 65
2. Pergeseran Pertumbuhan Ekonomi (Shift Share) di Kabupaten Ngawi
................................................................................. 65
a. Pengaruh Pertumbuhan Propinsi (Nij) ........................... 65
b. Pertumbuhan Proporsional atau Bauran Industri (Mij) ... 68
c. Pertumbuhan Pangsa Wilayah atau Keunggulan Kompetitif (Cij)
.............. .............................................................................. 70
3. Analisis Overlay Antara LQ Dengan Shift Share ............... 71
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 74
B. Saran ....................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 78
LAMPIRAN ................................................................................................ 80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 PDRB Kabupaten Ngawi Atas Dasar Harga Berlaku 2001 – 2010 (Juta
Rupiah) ............................................................................................ 5
Tabel 1.2 PDRB Kabupaten Ngawi Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Juta
Rupiah) ............................................................................................... 6
Tabel 3.1 Overlay Analisis LQ den Analisi Shift Share) ................................. 41
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Ngawi Menurut Jenis Kelamin Tahun 2006
........................................................................................................... 51
Tabel 4.2 Kesejahteraan Sosial Kabupaten Ngawi ........................................ 52
Tabel 4.3 PDRB Kabupaten Ngawi Atas Dasar Harga Berlaku (Juta Rupiah) 56
Tabel 4.4 PDRB Kabupaten Ngawi Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Juta
Rupiah) ............................................................................................ 57
Tabel 4.5 Sarana Pendidikan dan Jumlah Murid ........................................... 58
Tabel 4.6 Panjang Jalan menurut Jenis, Kondisi dan Kelas Jalan di Kabupaten Ngawi
Tahun 2010 (km) .......................................................................... 59
Tabel 4.7 Nilai LQ Persektor di Kabupaten Ngawi Tahun 2001-2010 ......... 62
Tabel 4.8 Laju Pertumbuhan Propinsi Jawa Timur Tahun 2001 – 2010 (Juta Rupiah)
........................................................................................................... 66
Tabel 4.9 Pengaruh Pertumbuhan Propinsi Terhadap Kabupaten Ngawi Tahun 2001-
2010 (Juta Rupiah) ......................................................................... 67
Tabel 4.10 Pertumbuhan Proporsional di Kabupaten Ngawi Tahun 2001 - 2010 (Juta
Rupiah) ........................................................................................... 68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Tabel 4.11 Pertumbuhan Pangsa Wilayah di Kabupaten Ngawi Tahun 2001 - 2010 (Juta
Rupiah) ............................................................................................. 70
Tabel 4.12 Hasil Analisis Overlay LQ Dengan Shift Share di Kabupaten Ngawi
........................................................................................................... 72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian Analisis Ekonomi .................... 33
Gambar 4.1 Peta Wilayah Kabupaten Ngawi .............................................. 43
Gambar 4.2 Komposisi Penggunaan Lahan (%) ........................................ 44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Pdrb Harga Konstan Kabupaten Ngawi Tahun 2000 – 2010
...................................................................................................... 81
Lampiran 2 Data Pdrb Harga Berlaku Kabupaten Ngawi Tahun 2000 – 2010
...................................................................................................... 82
Lampiran 3 Data Pdrb Harga Konstan Jawa Timur Tahun 2000 – 2010
...................................................................................................... 83
Lampiran 4 Data Pdrb Harga Berlaku Jawa Timur Tahun 2000 – 2010
...................................................................................................... 84
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
ABSTRAK
ANALISIS SEKTOR EKONOMI BASIS KABUPATEN NGAWI TAHUN 2001 - 2010
TAUFIK ROHMAN
S4210096 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sektor basis dan non basis di
Kabupaten Ngawi, serta penelitian ini juga bertujuan mengetahui komponen pertumbuhan regional (Nij), komponen pertumbuhan proposional (Mij), dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (Cij), serta untuk mengetahui model overlay antara analisis LQ dan Shift Share.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan periode yang dianalisis dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2010. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Ngawi dan Bapedda Kabupaten Ngawi, alat analisis yang digunakan adalah analisis Location Quotient (LQ), analisis shift-share (SS), dan analisis Overlay.
Hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa sektor basis di Kabupaten Ngawi adalah sektor pertanian; sektor konstruksi; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa. Untuk pergeseran provinsi (Nij) Sektor pertanian menjadi sektor dengan pertumbuhan paling cepat dari pada sektor-sektor lainnya, sedangkan sektor paling lambat adalah sektor listrik, gas dan air bersih. Untuk pertumbuhan proporsional (Mij) sektor yang maju di Kabupaten Ngawi adalah sektor pertambangan dan penggalian; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor perdagangan, restoran dan hotel; sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sedangkan sektor-sektor yang belum maju di Kabupaten Ngawi adalah sektor pertanian; sektor industri pengolahan; sektor konstruksi dan sektor jasa-jasa. Untuk pertumbuhan pangsa wilayah (Cij) sektor yang memiliki daya saing di Kabupaten Ngawi adalah sektor pertanian; sektor industri pengolahan; dan sektor konstruksi. Sedangkan berdasatkan analisis overlay Sektor basis yang memiliki Sektor yang tidak maju, memiliki daya saing adalah sektor pertanian dan sektor kontruksi, dan Sektor non basis yang memiliki Sektor yang maju, tidak memiliki daya saing adalah sektor pertambangan, sektor penggalian dan listrik, gas dan air bersih, sektor perdagangan, hotel & restoran, dan sektor pengangkutan dan komunikasi
Kata Kunci : Sektor Basis, Pertumbuhan Ekonomi, Overlay
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the base sector and non-base in the District of Ngawi, and this study also aims to find the component of regional growth (Nij), components of proportional growth (Mij), and component share growth regions (CIJ), as well as to determine the overlay model between LQ and Shift Share analysis.
The data used in this study is secondary data are analyzed with the period from 2001 until 2010. Data obtained from the Central Bureau of Statistics and Bapedda Ngawi Regency Regency Ngawi, an analytical tool used is the analysis of Location Quotient (LQ), shift-share analysis (SS), and overlay analysis
The results of this study illustrates that the sector base Regency Ngawi are agriculture; construction sector; sector finance, leasing and services company and the services sector. To shift the province (Nij) agricultural sector has become the fastest growing sectors than in other sectors, while the slowest sector is the sector of electricity, gas and water supply. For the proportional growth (Mij) advanced sectors Regency Ngawi is mining and quarrying; electricity, gas and water supply; the trade, restaurant and hotel, transport and communications sector and financial sector, leasing and services company. While the sectors that have not advanced Regency Ngawi is the agricultural sector; manufacturing industry; construction sector and services sector. To share growth regions (Cij) sector has competitiveness in Ngawi Regency of is agriculture; manufacturing, and construction sectors. While based on the analysis of sector overlay a base that has not advanced sector, has the competitive edge is the agricultural and construction sectors, and non-base sector who have an advanced sector, not competitive is the sector of mining, quarrying sector and electricity, gas and water supply , trade, hotels & restaurants and transport and communications sector
Keywords: Base Sector, Economic Growth, Overlay
se of this research is to analyze how the growth, the effectiveness, and the elasticity of the mining group C taxes to reveneu of tax income in Ngawi Regency. Beside that, the writer also wants to analyze the form and connection between Gross Regional Domestic Product (GRDP) in construction sector and the mining group C taxes.
The data used in this research is a secunder data with time period from 2001 until 2010. The data obtained from Financial Bureau of Regional Secretariat of Ngawi Regency and the Central Bureau of statistic of Ngawi regency, the analyze’s instrument used are ratio, elasity, and simple corelation
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional
dilaksanakan berdasarkan prinsip tercapainya daya guna dan hasil guna serta
pemanfaatan data dan informasi untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi
antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan serta
evaluasi. Secara umum, pembangunan ekonomi daerah diartikan sebagai suatu
proses dimana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat
mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola
kemitraan untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru dan merangsang
perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut (Kuncoro, 2001: 110).
Tujuan utama pembangunan ekonomi ini, selain untuk menciptakan
pertumbuhan yang setinggi-tingginya, harus pula menghapus atau mengurangi
kemiskinan, ketimpangan pendapatan, dan tingkat pengangguran.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
menyatakan bahwa otonomi daerah merupakan penyerahan kewenangan dari
Pusat kepada Daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.
Penyelenggaraan otonomi daerah menekankan pada prinsip-prinsip demokrasi,
peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi
daerah. Seharusnya dengan adanya otonomi daerah pelaksanaan pembangunan
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
di daerah harus lebih sesuai dengan aspirasi masyarakatnya dan mampu
membawa manfaat kesejahteraan masyarakat.
Otonomi daerah mengharuskan setiap daerah untuk menggali segenap
potensinya di dalam upaya meningkatkan pembangunan di daerahnya dalam
rangka peningkatan kesejahteraan masyarakatnya. Prioritas pembangunan
seringkali menjadi salah satu permasalahan bagi pemerintah daerah dalam
merencanakan pembangunannya. Misalnya, apakah memprioritaskan wilayah
pengembangan atau memprioritaskan sektoral sebagai prioritas utama
pembangunan.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan tujuan dari sebagian besar
pemerintah di daerah. Namun, seringkali penggalian potensi dalam rangka
pertumbuhan ekonomi menimbulkan masalah baru, yaitu kurang
terperhatikannya masalah sosial (pendidikan dan kesehatan) serta masalah
lingkungan. Dalam mencapai pembangunan ekonomi wilayah yang baik,
diperlukan sumber daya manusia yang handal dan sehat. Selain itu, diperlukan
ketersediaan sumber daya alam yang berkelanjutan guna memenuhi segala
kebutuhan manusia yang tidak terbatas. Eksploitasi sumber daya alam yang
tidak terkontrol dapat merusak tatanan sumber daya sebagai penyedia barang
yang diperlukan oleh manusia. Bila hal tersebut terus dilakukan oleh suatu
daerah tanpa memperhatikan lingkungan, maka akibat yang ditimbulkan adalah
kerusakan lingkungan dan semakin langkanya sumber daya. Oleh karena itu,
pembangunan sumber daya manusia dan kelestarian lingkungan merupakan
konsep dari pembangunan yang berwawasan lingkungan yang berkelanjutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Pembangunan ekonomi daerah merupakan salah satu bagian penting dari
pembangunan nasional dengan tujuan akhir untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Tolak ukur keberhasilan pembangunan ekonomi daerah dapat
dilihat dari pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi dan semakin kecilnya
ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar daerah dan antar sektor.
Kondisi ini, menghadapkan kepada pemerintah daerah untuk lebih bijak dalam
menerapkan kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada
kekhasan daerah yang bersangkutan, dengan menggunakan potensi sumberdaya
manusia, kelembagaan, dan sumberdaya fisik lokal (daerah) secara tepat.
Perbedaan kondisi daerah akan membawa implikasi terhadap corak
pembangunan yang akan diterapkan berbeda pula. Peniruan mentah-mentah
pola kebijakan yang pernah diterapkan dan berhasil pada suatu daerah, belum
tentu memberikan manfaat yang sama bagi daerah lainnya. Begitu pula dengan
Pemerintah Kabupaten Ngawi dalam melaksanakan amanah pembangunan
yang berdasarkan kesejahteraan masyarakat.
Pemerintah Kabupaten Ngawi harus fokus dalam melaksanakan
kebijakan pembangunan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.
Langkah-langkah yang arif dalam melaksakan kebijakan adalah dengan
pengalokasian anggaran secara efektif. Salah satu indikator yang digunakan
dalam komposisi ekonomi Kabupaten Ngawi adalah dengan melihat data
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pada tahun 2001 sampai dengan
tahun 2010 di Kabupaten Ngawi, produk yang mendominasi PDRB kabupaten
adalah sektor pertanian, karena pada sektor ini lebih dari 30% dari total PDRB.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Hal ini relevan dengan visi Kabupaten Ngawi yang menjadikan pertanian
menjadi sektor unggulan kabupaten. Sektor pertambangan dan penggalian
menjadi sektor yang memberikan sumbangan PDRB paling kecil dengan nilai
kurang 0,58% dari total PDRB. Sektor ini tidak menjadi sektor unggulan
karena di wilayah Kabupaten Ngawi hanya memiliki pertambangan mineral
dan penggalian golongan C. Untuk lebih jelas berikut Tabel 1.1 tentang PDRB
Kabupaten Ngawi pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Tabel 1.1 PDRB Kabupaten Ngawi Atas Dasar Harga Berlaku 2001 - 2010 (Juta Rupiah)
No Lapangan Usaha (Sektor) 2001 2001 2007 2010
Nilai % Nilai % Nilai % Nilai % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (11)
1. Pertanian 943.901,33 40,85 1.241.272,14 38,02 1.843.370,50 36,64 2.654.359,37 36,63 2. Pertambangan dan Penggalian 13.438,73 0,58 18.070,32 0,55 27.821,13 0,55 36.518,40 0,50 3. Industri Pengolahan 145.763,59 6,31 206.840,03 6,33 306.568,98 6,09 455.258,87 6,28 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 12.682,15 0,55 21.476,84 0,66 36.199,99 0,72 60.369,81 0,83 5. Konstruksi 99.146,81 4,29 141.810,82 4,34 243.130,70 4,83 360.181,25 4,97 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 586.906,13 25,40 880.924,38 26,98 1.412.591,98 28,08 2.076.707,35 28,66 7. Pengangkutan dan Komunikasi 52.283,76 2,26 114.710,78 3,51 205.072,67 4,08 207.931,40 2,87 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan
128.031,58
5,54 161.943,61
4,96 243.939,08 4,85 399.964,91 5,52 9. Jasa - Jasa 328.612,08 14,22 478.073,09 14,64 712.733,97 14,17 994.551,07 13,73 Total 2.310.766,16 100,00 3.265.122,01 100,00 5.031.428,99 100,00 7.245.842,43 100,00
Keteterangan : % =Kontribusi/Share Sumber : BPS Kabupaten Ngawi (data diolah)
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Tabel 1.2 PDRB Kabupaten Ngawi Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Juta Rupiah)
No Lapangan Usaha (Sektor) 2001 2001 2007 2010
Nilai % Nilai % Nilai % Nilai % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (11)
1. Pertanian 845.144,68 1,35 879.270,85 4,24 985.007,46 4,67 1.145.589,73 4,87 2. Pertambangan dan Penggalian 12.219,15 4,23 13.412,05 -0,24 15.442,31 7,21 17.526,39 3,19 3. Industri Pengolahan 130.381,76 2,06 145.094,37 4,10 162.859,61 4,80 196.280,68 6,22 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 10.625,41 6,26 12.333,54 1,55 14.673,00 6,87 19.108,85 7,24 5. Konstruksi 87.494,56 2,27 98.453,62 3,76 116.758,32 5,74 135.663,44 6,77 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 526.930,55 1,87 614.343,99 5,25 745.925,20 6,95 923.010,01 8,82 7. Pengangkutan dan Komunikasi 47.654,15 6,52 79.274,28 51,65 92.497,17 5,82 81.775,64 8,09 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan
118.946,72
4,21 122.853,39 -7,87 142.016,95
3,51
190.048,43
5,28 9. Jasa - Jasa 296.662,59 1,70 317.355,84 0,88 364.537,86 3,25 412.818,32 3,40 Total 2.076.059,57 1,93 2.282.391,93 4,35 2.639.717,89 5,16 3.121.821,49 6,09
Keterangan : % = Daya Tumbuh Sumber : BPS Kabupaten Ngawi (data diolah)
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Berkaitan dengan peningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah, peran
pemerintah daerah sangat diperlukan yaitu dalam membuat strategi dan
perencanaan pembangunan daerah, dengan memperhatikan pergeseran sektor
ekonomi yang terjadi dari tahun ke tahun. Pemerintah daerah harus mengetahui
bagaimana pengaruh terjadinya perubahan struktur ekonomi pada pertumbuhan
ekonomi daerah. Untuk mengetahuinya, pemerintah harus melakukan analisis
terhadap perubahan struktur ekonomi yang terjadi di daerah dengan
membandingkannya dengan daerah yang lebih besar. Analisis ini digunakan
untuk menentukan kinerja atau produktivitas perekonomian daerah, karena
dalam analisis ini ada tiga bidang yang saling berhubungan satu dengan yang
lainnya yaitu pertumbuhan ekonomi, pergeseran proporsional, dan pergeseran
diferensial (Arsyad,1999:139).
Guna mendukung analisis tersebut diperlukan penggolongan setiap
kegiatan (industri) yang ada, apakah itu industri basis atau non basis, yaitu
usaha mengukur konsentrasi dari suatu kegiatan (industri) dalam suatu daerah,
dengan cara membandingkan peranannya dalam perekonomian daerah
Kabupaten, dengan peranan kegiatan (industri) sejenis dalam perekonomian
daerah propinsi. Dengan demikian sektor unggulan daerah dapat diketahui,
sehingga apabila pemerintah daerah fokus dan bersungguh-sungguh maka
kemajuan daerah tersebut dapat terwujud.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
B. Rumusan Masalah
Berkaitan dengan uraian di atas, maka permasalahan yang dibahas dalam
menganalisis komposisi ekonomi Kabupaten Ngawi adalah :
1. Sektor-sektor apa yang menjadi sektor basis dan sektor non basis
dianalisis dengan Location Quotient di Kabupaten Ngawi?
2. Sektor-sektor apa yang berkembang jika dianalisis dengan Shif Share,
komponen pertumbuhan regional (Nij), komponen pertumbuhan
proposional (Mij), dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (Cij)?
3. Bagaimana hasil kesimpulan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Ngawi jika dianalisis dengan metode Overlay antara analisis LQ dan Shift
Share?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitiannya adalah :
1. Untuk mengetahui sektor basis dan sektor non basis dianalisis dengan
Location Quotient di Kabupaten Ngawi.
2. Untuk mengetahui Sektor-sektor apa yang berkembang jika dianalisis
dengan Shif Share, komponen pertumbuhan regional (Nij), komponen
pertumbuhan proposional (Mij), dan komponen pertumbuhan pangsa
wilayah (Cij).
3. Untuk mengetahui hasil kesimpulan terhadap pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Ngawi jika dianalisis dengan metode Overlay antara analisis
LQ dan Shift Share.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Manfaat Teoristis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu
pengetahuan, khususnya pengetahuan di bidang pemerintahan dalam hal
keuangan daerah. Selain itu diharapkan penelitian ini juga bermanfaat
untuk memecahkan masalah dalam pembangunan daerah.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis atau terapan penelitian ini diharapkan memiliki
manfaat sebagai berikut :
a. Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran yang diharapkan
bermanfaat bagi Pemerintah Kabupaten Ngawi.
b. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritik
Pendekatan masalah dilakukan berdasarkan teori dan konsep dari para
ahli. Analisis teori dan konsep ini perlu dilakukan untuk mendapatkan
pengertian dan pemahaman yang ilmiah mengenai teori yang telah peneliti
kelompokkan berdasarkan permasalahan yang ditemukan.
1. Ekonomi Regional
Analisis komposisi ekonomi wilayah merupakan bagian dari ilmu
ekonomi regional. Ilmu ekonomi regional adalah ilmu ekonomi wilayah,
menitik beratkan pada bahasan dimensi tata ruang/space/spatial.
Mempelajari ilmu ini bertujuan untuk menentukan wilayah-wilayah yang
sebaiknya dipilih untuk kegiatan ekonomi dan wilayah-wilayah yang tidak
dipilih untuk kegiatan ekonomi. Peran ilmu ekonomi regional sangat
penting untuk wilayah, karena dengan hasil analisis ilmu ini pemerintah
dapat menetukan kebijakan awal perekonomian. Dengan demikian sektor
yang dianggap strategis dan berdaya hasil yang besar dapat diperhatikan,
serta dapat menyarankan kegiatan/komoditi yang perlu dijadikan unggulan
dan di sub wilayah mana komoditi tersebut dapat dikembangkan.
Ekonomi regional atau ekonomi wilayah memiliki empat alat analisis
untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu wilayah. Empat alat analisis
tersebut adalah :
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
a. Ketimpangan wilayah
b. Analisis komposisi
c. Analisis keterkaitan ekonomi
d. Analisis ketenagakerjaan.
Berdasarkan empat alat analisis ekonomi wilayah tersebut, dititik
beratkan pada analisis komposisi ekonomi. Alasan memilih analisis
komposisi adalah untuk mengetahui produk unggulan wilayah serta
pertumbuhan ekonominya. Pendekatan yang dilakukan penulis dalam
analisis komposisi ekonomi adalah pada pendekatan nilai tambah atau
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan data statistik
yang merangkum perolehan nilai tambah dari seluruh kegiatan ekonomi di
suatu wilayah pada satu periode tertentu. PDRB dihitung dalam dua cara,
yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. Dalam
menghitung PDRB atas dasar harga berlaku menggunakan harga barang dan
jasa tahun berjalan, sedangkan pada PDRB atas dasar harga konstan
menggunakan harga pada suatu tahun tertentu (tahun dasar). Penghitungan
PDRB saat ini menggunakan tahun 2000 sebagai tahun dasar. Penggunaan
tahun dasar ini ditetapkan secara nasional.
Data pendapatan regional adalah salah satu indikator makro yang
dapat menunjukkan kondisi perekonomian regional setiap tahun. Manfaat
yang didapat atau diperoleh adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
a. PDRB harga berlaku/nominal
1) Menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan
oleh suatu wilayah/propinsi. Nilai PDRB yang besar menunjukkan
kemampuan sumber daya ekonomi yang besar pula.
2) Menunjukkan pendapatan yang memungkinkan dapat dinikmati oleh
penduduk suatu wilayah/propinsi.
b. PDRB harga konstan
1) Menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan/setiap
sektor ekonomi dari tahun ke tahun.
2) Mengukur laju pertumbuhan konsumsi, investasi dan perdagangan
luar negeri, perdagangan antara pulau/antar propinsi.
Produk Domestik Regional Bruto dapat dihitung menggunakan tiga
pendekatan (BPS, 2008:3-4), yaitu :
a. Pendekatan produksi (production approach)
Menurut pendekatan ini, PDRB dihitung berdasarkan akumulasi nilai
barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi yang
berada di suatu wilayah dalam waktu tertentu (biasanya dalam satu
tahun). Unit produksi tersebut dikelompokkan dalam 9 lapangan usaha
(sektor) yaitu :
1) Pertanian
2) Pertambangan dan Penggalian
3) Industri Pengolahan
4) Listrik, Gas dan Air Minum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
5) Konstruksi
6) Perdagangan, Hotel dan Restoran
7) Angkutan dan Komunikasi
8) Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
9) Jasa jasa.
b. Pendekatan pendapatan (income approach)
PDRB menurut pendekatan ini, merupakan jumlah balas jasa yang
diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses
produksi di suatu wilayah dalam waktu tertentu.
c. Pendekatan pengeluaran (expenditure approach).
PDRB adalah semua komponen pengeluaran aktif seperti pengeluaran
konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, konsumsi
pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok, dan ekspor
neto dalam jangka waktu tertentu.
Berdasarkan pendekatan produksi (production approach), Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Pusat Statistik Kabupaten
Ngawi tahun 2010 menguraikan sektor-sektor PDRB berikut ini :
a. Sektor Pertanian
Sektor pertanian mencakup segala usaha yang diperoleh dari alam dan
merupakan barang biologis atau hidup, serta hasilnya akan dimanfaatkan
untuk kebutuhan sendiri atau dijual kepada pihak lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
b. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Kegiatan pertambangan dan penggalian mencakup penggalian,
pengeboran, penyaringan dan pengambilan segala macam barang
tambang, mineral dan barang galian yang tersedia di alam. Di kabupaten
Ngawi belum ada kegiatan subsektor pertambangan, sehingga pada
sektor ini hanya disumbang oleh subsektor penggalian.
c. Sektor Industri Pengolahan
Kegiatan industri adalah kegiatan untuk mengubah bentuk baik secara
mekanis maupun kimiawi dari bahan organik atau anorganik menjadi
produk baru yang lebih tinggi mutunya. Pengelompokan berdasarkan
jumlah tenaga kerja, sektor ini dibagi menjadi 2 susektor yaitu susktor
industri besar/sedang dengan jumlah tenaga kerja 20 arang atau lebih dan
subsektor industri kecil/rumah tangga dengan jumlah tenaga kerja kurang
dari 20 orang.
d. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
1. Listrik
Subsektor ini mencakup semua kegiatan kelistrikan, baik yang
diusahakan oleh PLN maupun yang bukan dari PLN dan PLN
pembangkit wilayah jawa timur.
2. Gas
Komoditi yang dicakup dalam subsektor ini adalah gas produksi
Perusahaan Negara Gas. Data produksi, harga dan biaya-biaya yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
digunakan diperoleh dari perusahaan tersebut. Kabupaten Ngawi
karena belum ada perusahaan gas maka subsektor ini belum dihitung.
3. Air Bersih
Subsektor ini mencakup air minum yang diusahakan oleh Perusahaan
Air Minum. Data produksi, harga dan biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk menghasilkan air minum diperoleh dari laporan Perusahaan Air
Minum Kabupaten Ngawi yang dikumpulkan oleh BPS Kabupaten
Ngawi.
e. Sektor Konstruksi
Sektor kostruksi mencakup semua kegiatan pembangunan fisik
konstruksi, baik berupa gedung, jalan, jembatan, terminal, pelabuhan,
dam, irigasi, eksplorasi minyak bumi maupun jaringan listrik, gas, air
minum, telepon dan sebagainya.
f. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
1) Perdagangan
Subsektor perdagangan mencakup kegiatan membeli dan menjual
barang, baik baru maupun bekas, untuk penyaluran/pendistribusian
tanpa mengubah bentuk barang tersebut. Subsektor perdagangan
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu perdagangan besar dan
perdagangan eceran. Perdagangan besar mencakup kegiatan
pembelian dan penjualan kembali barang baru atau bekas oleh
pedagang dari produsen atau importir ke pedagang besar lainnya,
pedagang eceran, perusahaan dan lembaga yang tidak mencari untung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Perdagangan eceran mencakup kegiatan pedagang yang umumnya
melayani konsumen perorangan atau rumah tangga.
2) Hotel
Subsektor hotel mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang
menggunakan sebagaian atau seluruh bangunan sebagai tempat
penginapan. Yang dimaksud akomodasi adalah hotel berbintang
maupun tidak berbintang, serta tempat tinggal lainnya yang digunakan
untuk menginap seperti losmen, motel dan penginapan. Termasuk
kegiatan penyediaan makanan dan minuman serta penyediaan fasilitas
lainnya bagi para tamu yang menginap.
3) Restoran
Kegiatan subsektor restoran mencakup usaha kegiatan penyediaan
makanan dan minuman jadi yang pada umumnya dikonsumsi di
tempat penjualan baik tempat tetap maupun tempat tidak tetap.
Kegiatan subsektor ini antara lain rumah makan, warung nasi, warung
kopi, kantin, tukang bakso, tukang es, penyediaan makanan dan
minuman jadi serta usaha katering, pelayanan restoran kereta api dan
kantin yang merupakan usaha sampingan.
g. Sektor Angkutan dan Komunikasi
1) Angkutan Kerata Api
Kegiatan ini meliputi pengangkutan barang dan penumpang dengan
menggunakan kereta api melalui jalan lintas khusus kereta api (rel).
Kegiatan pengangkutan kereta api sepenuhnya dikelola oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Perusahaan Umum Kerata Api secara monopoli. Pengangkutan barang
menggunakan kereta oleh perusahaan seperti pengangkutan tebu
dengan lori di pabrik gula tidak termasuk dalam kegiatan ini.
2) Angkutan Jalan Raya
Subsektor ini meliputi pengangkutan barang dan penumpang dengan
menggunakan kendaraan umum angkutan jalan raya baik bermotor
maupun tidak bermotor, meliputi bus, truk, taksi, mikrolet, becak,
dokar dan sebagainya. Kendaraan tersebut dapat merupakan
kendaraan wajib uji baik memakai plat nomor kuning (umum)
maupun plat nomor hitam (pribadi) yang bertujuan untuk usaha
komersial.
3) Jasa Penunjang Angkutan
Jasa penunjang angkutan meliputi kegiatan pemberian jasa dan
penyediaan fasilitas yang sifatnya menunjang dan berkaitan dengan
kegiatan pengangkutan, seperti terminal dan parkir, keagenan barang
dan penumpang, ekspedisi, penyimpanan dan pergudangan serta jasa
penunjang angkutan lainnya. Kegiatan terminal dan parkir mencakup
kegiatan pemberian pelayanan dan pengaturan lalu lintas
kendaraan/armada yang membongkar atau mengisi muatan, baik
barang maupun penumpang. Kegiatan keagenan mencakup pelayanan
keagenan barang dan penumpang yang diberikan kepada usaha
angkutan, baik angkutan darat, udara, sungai maupun laut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
h. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
1) Bank
Kegiatan yang mencakup dalam subsektor bank adalah kegiatan yang
memberikan jasa keuangan pada pihak lain seperti menerima
simpanan terutama dalam bentuk giro dan deposito, memberikan
kredit, pengiriman (transfer), rekening koran, jual/beli surat berharga,
jaminan bank dan tempat penyimpanan barang-barang berharga.
2) Lembaga Keuangan Bukan Bank
a) Asuransi
Asuransi adalah salah satu jenis lembaga keuangan bukan bank
yang usaha pokoknya menanggung resiko atas terjadinya kerugian
finansial terhadap sesuatu barang atau jiwa manusia yang
disebabkan oleh terjadinya musibah atau kecelakaan atas barang
atau orang tersebut hingga mengakibatkan kematian.
b) Pegadaian
Kegiatan pegadaian mencakup usaha lembaga perkreditan
pemerintah yang bersifat monopoli dan dibentuk berdasarkan
ketentuan undang-undang. Tugas pegadaian meliputi membina
perekonomian rakyat kecil dengan menyalurkan kredit atas dasar
hukum gadai dengan cara mudah, cepat, aman dan hemat. Kegiatan
utamanya adalah memberikan pinjaman uang kepada segolongan
masyarakat dengan menerima jaminan barang bergerak. Besar
pinjaman sesuai dengan nilai taksiran barang yang dijaminkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
c) Koperasi
Koperasi adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial,
beranggotakan orang-orang atau badan hukum. Kegiatan yang
dicakup dalam subsektor ini meliputi koperasi simpan pinjam baik
yang berada di KUD maupun yang tidak di KUD.
3) Jasa Penunjang Keuangan
Kegiatan jasa penunjang keuangan meliputi kegiatan berbagai
kegiatan ekonomi antara lain perdagangan valuta asing, bursa efek dan
perusahaan anjak piutang dan modal ventura.
4) Sewa Bangunan
a) Sewa Bangunan Bukan Tempat Tinggal
Kegiatan subsektor ini mencakup kegiatan persewaan jual beli
barang-barang tidak bergerak (bangunan dan tanah), termasuk agen
real estate, broker, makelar yang mengurus persewaan, pembelian,
penjualan dan penaksiran nilai tanah/bangunan atas balas jasa atau
kontrak.
b) Sewa Bangunan Tempat Tinggal
Subsektor ini mencakup semua kegiatan jasa atas penggunaan
rumah/bangunan sebagai tempat tinggal oleg rumah tangga tanpa
memperhatikan status kepemilikan rumah tersebut.
5) Jasa Perusahaan
Subsektor ini meliputi kegiatan pemberian jasa yang pada umumnya
melayani perusahaan seperti jasa hukum dan notaris, jasa akuntan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
pembukuan, jasa pengolahan dan penyajian data, jasa teknik dan
arsitektur, jasa periklanan, jasa riset, jasa persewaan alat-alat dan jasa
perusahaan lainnya.
i. Sektor Jasa-Jasa
1) Jasa Pemerintahan Umum
Subsektor pemerintahan mencakup semua departemen dan bukan
departemen, bdan tinggi negara, kantor-kantor dan badan-badan yang
berhubungan dengan adminstrasi pemerintahan dan pertanahan.
Termasuk juga kegiatan yang meliputi sekolah pemerintah, universitas
pemerintah, rumah sakit pemerintah dan perpustakaan.
2) Jasa Swasta
3) Jasa Sosial dan Kemasyarakatan
Jasa sosial kemasyarakatan mencakup kegiatan jasa pendidikan, jasa
kesehatan dan jasa sosial kemasyarakatan lainnya seperti panti asuhan
dan panti wreda yang dikelola oleh swasta. Jasa pendidikan mencakup
segala macam lembaga pendidikan swasta seperti play group sampai
dengan perguruan tinggi. Termasuk kursus menjahit, menari, montir
dan mengemudi. Jasa kesehatan mencakup lembaga kesehatan swasta
seperti rumah sakit, rumah bersalin, poliklinik dan sejenisnya.
Termasuk juga pelayanan kesehatan atas usaha sendiri seperti dokter
umum, dokter gigi, dokter spesialis, dokter hewan, psikiater, bidan
tukang gigi dan dukun bayi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
4) Jasa Hiburan dan Kebudayaan
Kegiatan yang mencakup dalam subsektor jasa hiburan dan
kebudayaan adalah seluruh kegiatan perusahaan/lembaga swasta yang
bergerak dalam jasa hiburan, rekreasi dan kebudayaan. Termasuk juga
pembuatan dan distribusi film, usaha pemutaran film, peyiaran radio
dan televisi, produksi dan pertunjukan sandiwara, tari, museum serta
jasa rekreasi lainnya seperti taman hiburan, objek wisata dan
gelanggang olah raga.
5) Jasa Perorangan dan Rumah Tangga
Subsektor ini meliputi kegiatan yang pada umumnya melayani
perorangan dan rumah tangga.
PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto (NTB) yang tercipta sebagai
hasil proses produksi barang dan jasa yang dilakukan oleh berbagai unit
produksi dalam suatu wilayah/region pada suatu jangka waktu tertentu,
biasanya setahun. Rumus menghitung PDRB adalah sebagai berikut (BPS,
2008:8) :
PDRB = NTB sektor 1 + …..........… + NTB Sektor 9 ....... (2.1)
Dari sisi pendekatan produksi (production approach), angka PDRB
diperoleh dari hasil penghitungan total Nilai Produksi (kumulatif) seluruh
sektor lapangan usaha perekonomian setelah dikurangi dengan Biaya Antara
(biaya yang habis dalam proses produksi) yang disebut dengan Nilai
Tambah Bruto (NTB). NTB dirumuskan sebagai berikut (BPS, 2008:9) :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
NTBi = Nilai Produksi (Output)i – Biaya Antara ................. (2.2)
Sehingga dapat dirumuskan bahwa :
PDRB = NTBi, ...................................................................... (2.3)
Dimana i adalah sembilan sektor dalam PDRB, yaitu:
a. Pertanian
b. Pertambangan dan Penggalian
c. Industri Pengolahan
d. Listrik, Gas dan Air Minum
e. Konstruksi
f. Perdagangan, Hotel dan Restoran
g. Angkutan dan Komunikasi
h. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
i. Jasa jasa.
3. Pengertian Sektor Basis
Pengertian sektor basis (sektor unggulan) pada dasarnya harus dikaitkan
dengan suatu bentuk perbandingan, baik itu perbandingan berskala
internasional, regional maupun nasional. Dalam kaitannya dengan lingkup
internasional, suatu sektor dikatakan unggul jika sektor tersebut mampu
bersaing dengan sektor yang sama dengan negara lain. Sedangkan dengan
lingkup nasional, suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan
apabila sektor di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama
yang dihasilkan oleh wilayah lain di pasar nasional atau domestik (Wijaya,
1996). Apabila sektor tersebut menjadi sektor basis (unggulan) sektor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
tersebut harus mengekspor produknya ke daerah lain, sebaliknya apabila
sektor tersebut menjadi sektor non basis (bukan unggulan) sektor tersebut
harus mengimpor produk sektor tersebut ke daerah lain.
North dalam Arsyad (1999) menyatakan bahwa sektor ekspor
berperan penting dalam pembangunan daerah, karena sektor tersebut
dapat memberikan konstribusi penting kepada perekonomian daerah, yaitu:
a. Ekspor akan secara langsung meningkatkan pendapatan faktor-faktor
produksi dan pendapatan daerah,
b. Perkembangan ekspor akan menciptakan permintaan terhadap produksi
industri lokal yaitu industri yang produknya dipakai untuk melayani
pasar di daerah.
Pertumbuhan suatu daerah ditentukan oleh eksploitasi kemanfaatan
alamiah dan pertumbuhan basis ekspor daerah yang bersangkutan. Teori
basis ekonomi menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan
ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan tingkat
permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan
industriindustri yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga
kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah
dan penciptaan peluang kerja.
4. Teori Sektor Basis Ekonomi
Dalam teori basis ekonomi (economic base) mengemukakan bahwa
sebuah wilayah merupakan sebuah sistem sosio-ekonomi yang terpadu.
Teori inilah yang mendasari pemikiran teknik Location Quotient, yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
teknik yang membantu dalam menentukan kapasitas ekspor perekonomian
daerah dan derajat keswasembadaan (Self-sufficiency) suatu sektor. Ada dua
kerangka konseptual pembangunan daerah yang dipergunakan secara luas,
(Azis,1994:96), yaitu :
a. Pertama adalah konsep basis ekonomi, teori basis ekonomi beranggapan
bahwa permintaan terhadap input hanya akan meningkat melalui
perluasan permintaan terhadap output yang diproduksi oleh sektor basis
(ekspor) dan sektor non basis (lokal).
b. Konsep kedua beranggapan bahwa perbedaan tingkat imbalan (rate of
return) diakibatkan oleh perbedaan dalam lingkungan atau prasarana,
dari pada diakibatkan adanya ketidakseimbangan rasio modal-tenaga.
Dalam konsep ini, daerah terbelakang bukan karena tidak beruntung atau
kegagalan pasar, tetapi karena produktivitasnya rendah. Namun tak
banyak studi empirik yang mempergunakan konsep kedua ini,
disebabkan kelangkaan data. Data yang lazim dipergunakan dalam studi
empirik adalah metode location quotient.
Teori basis ekonomi digunakan sebagai dasar pemikiran teknik
location quotient pada intinya adalah industri basis menghasilkan barang
dan jasa baik untuk pasar di daerah maupun untuk pasar di luar daerah yang
bersangkutan, maka penjualan hasil ke luar daerah itu mendatangkan arus
pendapatan ke dalam daerah tersebut. Arus pendapatan menyebabkan baik
kenaikan konsumsi maupun kenaikan investasi, dan pada akhirnya akan
meningkatkan pendapatan dan kesempatan kerja. Kenaikan pendapatan di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
daerah tidak hanya menaikkan permintaan terhadap hasil industri basis
melainkan juga akan meningkatkan permintaan terhadap hasil industri lokal
non basic, sehingga pada akhirnya akan menaikkan investasi di daerah
tersebut. Oleh karena itu menurut teori basis ekonomi, ekspor daerah
merupakan faktor penting dalam pembangunan daerah, (Azis, 1994:96).
Berdasarkan gagasan ini maka orang berpendapat bahwa industri-industri
basislah yang patut dikembangkan di daerah.
Ada beberapa metode yang dipergunakan untuk membagi daerah ke
dalam kegiatan basis dan bukan basis (Azis, 1994:105) :
a. Metode langsung
Metode ini mengukur basis dengan menggunakan survei standar dan
kuesioner. Cara ini dapat menghindarkan digunakannya kesempatan
kerja sebagai indikator. Tetapi metode ini memerlukan waktu yang lama
dan biaya yang besar.
b. Metode tidak langsung
Metode ini adalah metode location quotient dan cara pendekatan asumsi
adhoc. Metode LQ juga digunakan dalam studi-studi basis empirik.
5. Analisis Location Quotient
Analisis Location Quotient (LQ) diterapkan pada masing-masing
industri individual di daerah yang bersangkutan (dan bangsa sebagai
keseluruhan sebagai norma referensi), dan konsumen yang lebih dari satu
dipergunakan sebagai petunjuk adanya kegiatan ekspor (Tarigan, 2009:30).
Asumsinya adalah bahwa, jika suatu daerah lebih berspesifik daripada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
bangsa yang bersangkutan dalam produksi suatu barang tertentu, maka
daerah tersebut mengekspor barang sesuai dengan tingkat spesifikasinya
dalam memproduksi barang tersebut. Jadi diasumsikan bahwa spesialisasi
lokal dalam memproduksi mempunyai makna ekspor lokal dari produksi
surplus.
6. Analisis Shift Share
Analisis Shift Share (SS) digunakan untuk menunjukkan sektor-sektor
yang berkembang di suatu wilayah dibandingkan dengan perkembangan
ekonomi nasional. Teknik ini menggambarkan performance kinerja sektor-
sektor di suatu wilayah dibandingkan dengan kinerja perekonomian
nasional. Dengan demikian, dapat ditunjukkan adanya shift (pergeseran)
hasil pembangunan perekonomian daerah bila daerah itu memperoleh
kemajuan sesuai dengan kedudukannya dalam perekonomian (Soepomo
,1993 : 42). Teknik ini membandingkan laju pertumbuhan sektor-sektor di
suatu wilayah dengan laju pertumbuhan perekonomian nasional serta sektor-
sektor, dan mengamati penyimpangan-penyimpangan dari perbandingan-
perbandingan itu. Bila penyimpangan itu positif, hal itu disebut keunggulan
kompetitif dari suatu sektor dalam wilayah tersebut. Teknik yang mengkaji
hubungan antara struktur ekonomi dan pertumbuhan wilayah pertama kali
dikembangkan oleh Creanur (1943) dan dipakai sebagai suatu alat analisis
pada permulaan tahun 1960-an oleh Ashby (1964) sampai sekarang. Teknik
analisis shift share ini membagi pertumbuhan sebagai perubahan (D) suatu
variabel wilayah, seperti kesempatan kerja, nilai tambah, pendapatan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
output, selama kurun waktu tertentu menjadi pengaruh-pengaruh :
pertumbuhan nasional (N), industri mix (bauran industri) (M), dan
keunggulan kompetitif ( C ).
B. Hasil Penelitian Terkait
Penelitian yang relevan atau penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti
terdahulu yang memiliki kemiripan sehingga memungkinkan dapat dijadikan
acuan dalam penelitian berikutnya. Berikut ini adalah penelitian-penelitian
yang relevan terhadap tesis Analisis Komposisi Ekonomi Kabupaten Ngawi
sebagai berikut :
1. Siswanto, Saparuddin dan Eka Purwanda (2003) dalam Jurnal “Analisis
Komposisi Ekonomi Jawa Barat”, menganalisis komposisi ekonomi
Provinsi Jawa Barat dengan membandingkan dengan provinsi-provinsi lain
di Indonesia (Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan
DKI Jakarta). Data yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah Produk
Domestik Bruto (PDB) nasional dan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Jawa Barat dan empat provinsi lain yang dibandingkan pada tahun
1998 dan 1999. Hasil analisis yang diperoleh pada Analisis Komposisi
Ekonomi Jawa Barat pada tahun 1998-1999 adalah sebagai berikut :
a. Secara nasional ada 5 sektor yang mengalami presentase kenaikan yaitu
sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air
bersih, sektor perdagangan, restoran dan hotel dan sektor jasa-jasa lain.
Sektor listrik, gas dan air bersih merupakan sektor yang mengalami
kenaikan presentase paling tinggi. Sedang kempat sektor lainnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
mengalami penurunan dengan sektor keungan, persewaan bangunan dan
jasa perusahaan mengalami penurunan paling besar.
b. Provinsi Jawa Barat mempunyai 7 sektor yang mengalami presentase
peningkatan dengan presentase peningkatan terbesar pada sektor listrik,
gas dan air bersih dengan kata lain sama dengan dialami PDB nasional.
Sedangkan sektor yang penurunan terbesar adalah sektor pertambangan
dan penggalian kemudian diikuti sektor bangunan.
c. Tahun 1998 Provinsi Jawa Timur dan Provinsi DKI Jakarta memiliki
jumlah sektor basis yang lebih banyak dibandingkan Provinsi Jawa Barat,
provinsi yang lainnya meiliki jumlah sektor basis yang sama dengan
Provinsi Jawa Barat. Kenyataan ini menunjukkan walaupun Provinsi
Jawa Barat memiliki nilai PDRB terbesar, akan tetapi pertumbuhan dan
kemandiriannya di bawah Provinsi Jawa Timur dan Provinsi DKI
Jakarta.
d. Tahun 1999 jumlah sektor basis di Provinsi Jawa Barat berada di bawah
provinsi lainnya. Kenyataan ini mengindikasikan bahwa Provinsi Jawa
Barat mengalami proses pemulihan dari krisis ekonomi yang relatif lebih
lambat dibandingkan provinsi-provinsi lainnya.
2. Dewi (2006) dalam Skripsi “Analisis Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten
Semarang Tahun 1996-2003”, menganalisis pertumbuhan ekonomi sebelum
dan sesudah krisis ekonomi pada tahun 1997-1998. Penelitian ini adalah
penelitian deskriptif kasustik dengan kasus di Kabupaten Semarang.
Variabel dalam penelitian ini yaitu Produk Domestik Regional Bruto dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
indikator Sektor pertanian, pertambangan, industri, listrik, bangunan,
perdagangan, pengangkutan, keuangan dan jasa-jasa. Metode pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Data
yang dikumpulkan dianalisis dengan analisis Location Quotient (LQ)dan
analisis Shift Share.
Berdasarkan hasil analisis LQ diketahui nilai LQ pada tahun 1996 –
2003 untuk sektor pertanian terjadi penurunan dari 0,91% turun menjadi
0,83%, sektor pertambangan turun dari 0,21% menjadi 0,11%, sektor
industri meningkat dari 1,34% menjadi 1,37%, sektor listrik,gas dan air
turun dari 1,44% menjadi 1,33%, sektor bangunan turun dari 1,25% menjadi
0,43%, sektor perdagangan turun dari 0,80% menjadi 0,73%, sektor
pengangkutan meningkat dari 0,51% menjadi 0,58%, sektor keuangan naik
dari 0,73% menjadi 1,01% dan sektor jasa-jasa meningkat dari 0,92%
menjadi 1,42%. Hasil dari analisis Shift Share menunjukkan bahwa sektor-
sektor yang memiliki kontribusi negatif adalah sektor pertanian, bangunan
dan keuangna sedangkan yang memiliki kontribusi positif adalah sektor
pertambangan, industri, listrik, gas dan air, perdagangan, pengangkutan dan
jasa-jasa.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa sektor
yang diandalkan dan dapat dikembangkan berdasarkan analisis LQ adalah
sektor industri, sektor listrik,gas dan air, sektor bangunan, sektor keuangan
dan sektor jasa-jasa. Dari hasil penelitian ini maka dapat disarankan kepada
pemerintah daerah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Kabupaten
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Semarang kebijakan yang akan diambil harus diarahkan untuk lebih
terkonsentrasi pada sektor-sektor basis dan sektor ekonomi yang secara
propinsi tumbuh lebih cepat. Dari hasil analisis, pembangunan ekonomi
Kabupaten Semarang perhatiannya harus lebih banyak ditujukan pada sektor
pertanian.
3. Mangun (2007) dalam Tesis “Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten dan
Kota di Propinsi Sulawesi Tengah”, tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan menganalisis sektor-sektor basis/unggulan, yang
mempunyai daya saing kompetitif dan spesialisasi di masing-masing
Kabupaten/Kota, menentukan tipologi daerah dan prioritas sektor basis guna
pengembangan pembangunan Kabupaten/Kota.
Data yang terpakai dalam penelitian ini adalah data sekunder kurun
waktu tahun 2000-2005 bersumber dari BPS Propinsi, BPS
Kabupaten/Kota, serta Bapeda Prop. Sulawesi Tengah. Model analisis yang
digunakan yakni Analisis LQ, Shift-Share, Tipologi Klassen serta Model
Rasio Pertumbuhan (MRP).
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Kabupaten/Kota
mempunyai potensi masing-masing sesuai dengan kondisinya namun sektor
Pertanian masih merupakan sektor basis yang dominan di Propinsi Sulawesi
Tengah karena 9 Kabupatennya mempunyai basis/unggulan di sektor ini;
sedangkan sektor lainnya bervariasi khusus sektor Pertambangan dan
industri Pengolahan hanya dimiliki Kota Palu sekaligus sebagai kota yang
paling banyak memiliki sektor basis (8 Sektor basis). Tidak satupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Kabupaten/Kota yang masuk kriteria pertama yakni notasi overlay ketiga
komponen bertanda positif (+), sebaliknya terdapat 4 Kabupaten yang
memiliki sektor ekonomi yang bernotasi negatif untuk ketiga komponen (-)
dengan sektor yang sama. Demikian pula hasil analisis shift-share
menunjukkan bahwa tidak terdapat sektor yang mempunyai keunggulan
kompetitif di semua kabupaten/kota di Propinsi Sulawesi Tengah, tetapi
memiliki spesialisasi. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih; sektor
Perdagangan, Hotel, Restoran dan sektor jasa-jasa mempunyai spesialisasi
di 6 Kabupaten/Kota; Sektor Industri Pengolahan; Pengangkutan
Komunikasi dan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 5
Kabupaten/Kota ; Sektor Pertanian; sektor Pertambangan Penggalian 4
Kabupaten/Kota.
Pada Propinsi Sulawesi Tengah tidak ada Kabupaten/Kota masuk
Tipologi daerah cepat maju dan cepat tumbuh dan Tipologi daerah
berkembang cepat. Tiga kabupaten/kota masuk Tipologi daerah maju tapi
tertekan dan 7 kabupaten masuk Tipologi daerah tertinggal. Dari hasil
analisis LQ, shift-share, Tipologi daerah dan pertumbuhan sektoral, dapat
ditentukan kabupaten/kota yang menjadi prioritas pengembangan sektor-
sektor unggulan yang dimiliki. Kabupaten Tojo Una-Una mempunyai
prioritas pertama untuk pengembangan wilayah semua sektor basis yang
dimilikinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
C. Kerangka Konseptual
Produk Domestik Regional Bruto adalah faktor lain dari pertumbuhan
ekonomi suatu daerah, tetapi yang paling penting karena untuk mengetahui
kondisi ekonomi suatu wilayah ditunjukkan oleh data Produk Domestik
Regional Bruto. Produk Domestik Regional Bruto terdiri atas dasar berlaku
yang digunakan untuk mengetahui pergeseran dan struktur ekonomi dan atas
dasar harga konstan yang digunakan untuk mengetahui pertambahan ekonomi
dari tahun ke tahun.
Menurut Azis (1994:68) pembangunan daerah harus diperlakukan
sebagai masalah nasional bukan sebagai masalah daerah, karena melepaskan
tiap daerah dalam kesulitan masing-masing mencerminkan kesalahan fatal,
mengingat pertumbuhan ekonomi secara nasional merupakan penjumlahan
pertumbuhan ekonomi daerah. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi suatu
daerah sangat ditentukan dari kondisi pembangunannya itu sendiri.
Mengkaji dari permasalahan yang akan diteliti maka dari data PDRB
Kabupaten Ngawi dianalisis dengan menggunakan analisis LQ untuk
mengetahui sektor basis dan sektor non basis, kemudian dianalisis juga
menggunakan analisis Shift Share untuk mengetahui komponen pertumbuhan
regional (Nij), komponen pertumbuhan proposional (Mij), dan komponen
pertumbuhan pangsa wilayah (Cij), selanjutnya kedua analisis tersebut di
analisis menggunakan Overlay Berikut ini kerangka berfikir dalam
menganalisis komposisi ekonomi Kabupaten Ngawi yang tersaji dalam gambar
dibawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Analisis Komposisi Ekonomi
PDRB Kabupaten Ngawi
Analisis Shift Share (ASS)
Analisis Location Quotient (LQ)
- Sektor Basis
- Sektor Non Basis
- Komponen pertumbuhan
regional (Nij)
- Komponen pertumbuhan
proposional (Mij)
- Komponen pertumbuhan
pangsa wilayah (Cij)
overlay antara analisis LQ dan Shift Share
(1) (2)
(3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam menganalisis komposisi ekonomi Kabupaten
Ngawi adalah penelitian diskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Sedangkan
pendekatan kuantitatif menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran
variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur
statistik.
B. Tipe Penelitian dan Unit Analisis
Unit analisis merupakan satu faktor yang dipertimbangkan oleh peneliti
dalam menentukan besarnya sampel disamping pendekatan, unit analisis pada
penelitian ini adalah Kabupaten Ngawi.
C. Sumber, Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam menganalisis komposisi ekonomi di
Kabupaten Ngawi adalah data PDRB jenis data sekunder yang dikumpulkan
dari sumber-sumber:
1. Badan Pusat Statistik Kabupaten Ngawi.
a. PDRB Kabupaten Ngawi dan Provinsi Jawa Timur harga berlaku.
b. PDRB Kabupaten Ngawi dan Provinsi Jawa Timur harga konstan.
2. Bapedda Kabupaten Ngawi.
a. Kondisi geografis Kabupaten Ngawi.
b. Kondisi sosial kependudukan Kabupaten Ngawi.
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
c. Kondisi perekonomian Kabupaten Ngawi.
d. Pendidikan masyarakat Kabupaten Ngawi.
D. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel penelitian ini adalah :
1. Potensi Ekonomi
Merupakan kemampuan ekonomi yang dimiliki daerah yang mungkin atau layak dikembangkan sehingga akan terus berkembang menjadi sumber penghidupan rakyat setempat bahkan dapat menolong perekonomian daerah secara keseluruhan untuk berkembang dengan sendirinya dan berkesinambungan (Soeparmoko, 2002)
2. Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB )
Merupakan indikator untuk mengetahui kondisi perekonomian suatu wilayah, yang dapat dilihat berdasarkan harga berlaku atau atas dasar harga konstan. PDRB dimaksudkan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha yang ada dalam suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu biasanya satu tahun. PDRB yang terpakai dalam penelitian ini adalah PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000.
3. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan yang dimaksudkan adalah pertumbuhan PDRB rata-rata sejak tahun 2001-2010 yang dihitung dengan menggunakan rumus: a. Untuk pertumbuhan menurut lapangan usaha digunakan
∆E = ( E*ij - Eij ) / Eij. ............................................... (3.1)
b. Untuk pertumbuhan PDRB digunakan
∆E = ( E*j - Ej ) / Ej. .............................................. (3.2)
Dimana :
E = Output
i = Lapangan usaha ( sektor )
j = Kabupaten / Kota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
* adalah tahun terakhir
4. Sektor - Sektor Ekonomi
Terdapat sembilan sektor ekonomi di masing-masing Kabupaten/Kota. Adapun sektor - sektor perekonomian dimaksud yakni: a. Pertanian
b. Penggalian
c. Industri Pengolahan
d. Listrik dan Air Minum
e. Bangunan
f. Perdagangan, Hotel dan Restoran
g. Angkutan dan Komunikasi
h. Keuangan Perusahaan dan Jasa Perusahaan
i. Jasa – jasa
5. Kegiatan Ekonomi
Dalam perekonomian regional terdapat kegiatan-kegiatan ekonomi yang digolongkan kedalam 2 bagian yakni : Kegiatan basis /unggulan dan kegiatan Non basis.
E. Teknik Analisis
Data yang diperoleh akan digunakan untuk menganalisis perubahan yang
terjadi pada sembilan sektor ekonomi di Kabupaten Ngawi, dengan metode
analisis LQ dan Shift Share. Metode tersebut akan membandingkan sektor-
sektor ekonomi daerah Kabupaten Ngawi. Pada analisis Shift-Share data yang
digunakan atau data yang dianalisis adalah PDRB Kabupaten Ngawi menurut
harga konstan (2000) periode tahun 2005 sampai dengan tahun 2009.
1. Analisis Location Quotient (LQ)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Tidak semua sektor dalam perekonomian memiliki kemampuan
tumbuh yang sama, oleh karena itu perencanaan pembangunan wilayah
memanfaatkan sektor-sektor basis yang dianggap dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi. Salah satu indikator yang mampu menggambarkan
keberadaan sektor basis adalah melalui indeks LQ (location quotient). LQ
adalah indikator sederhana yang menunjukkan kekuatan atau besar kecilnya
peranan suatu sektor dalam suatu daerah dibandingkan dengan daerah
diatasnya. Ada dua cara untuk mengukur LQ, yaitu melalui pendekatan nilai
tambah atau PDRB dan pendekatan tenaga kerja. Berkaitan dengan tujuan
penelitian, dalam mengukur LQ menggunakan pendekatan nilai tambah atau
PDRB adalah sebagai berikut :
Menurut Tarigan (2009:35), Secara umum location quotient dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Jika :
vi : Pendapatan dari industri/sektor i di suatu daerah (kabupaten) vt : pendapatan total di daerah tersebut (kabupaten) Vi : Pendapatan dari industri/sektor i di daerah yang lebih luas (provinsi) Vt : Pendapatan total di seluruh daerah yang lebih luas (provinsi) Industri/sektor i di daerah itu mempunyai location quotient sebesar:
…..………………….............. (3.3)
Kriteria yang digunakan adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
a. LQ > 1 menunjukkan bahwa sektor tersebut basis, artinya sektor
tersebut memiliki prospek yang menguntungkan untuk dikembangkan,
karena mampu mengalokasikan ke daerah lain.
b. LQ < 1 menunjukkan bahwa sektor tersebut non basis dan kurang
menguntungkan untuk dikembangkan serta belum mampu memenuhi
semua permintaan dari dalam daerah sehingga harus didatangkan dari
daerah lain.
2. Analisis Shift Share
Analisis ini mengasumsikan bahwa perubahan pendapatan, produksi
atau tenaga kerja suatu wilayah dapat dibagi dalam tiga komponen
pertumbuhan, yaitu komponen pertumbuhan regional (regional growth
component), komponen pertumbuhan proporsional (proportional or industri
mix growth component) dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah
(regional share growth component).
Pengaruh pertumbuhan nasional disebut pengaruh pangsa (share),
pengaruh bauran industri disebut proportional shift atau bauran komposisi,
dan akhirnya pengaruh keunggulan kompetitif dinamakan pula differential
shift atau regional share. Itulah sebabnya disebut teknik shift-share.
Menurut Soepomo (1993 : 44-45) analisis shift-share dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Dij = Nij + Mij + Cij ………………………….. (3.4) Bila analisis itu diterapkan pada pendapatan, yang dinotasikan dengan y,
maka :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Nij = Yij . rn …………………………………. (3.5) Mij = Yij (rin - rn) ………………………………… (3.6) Cij = Yij (rij - rin) ………………………………… (3.7)
rij, rin dan rn mewakili laju pertumbuhan wilayah dan laju pertumbuhan
nasional yang masing-masing didefinisikan sebagai:
rij = (Y*ij - Yij) / Yij ………………………………….. (3.8) Keterangan Dij : pergeseran (selisih) pendapatan pada sektor i di wilayah j
Nij : komponen pertumbuhan regional pada sektor i di wilayah j
Mij : komponen pertumbuhan proporsional pada sektor i di wilayah j
Cij : komponen pertumbuhan pangsa wilayah pada sektor i di wilayah j
Yij : pendapatan pada sektor i di wilayah j
rij : laju pertumbuhan sektor i pada wilayah j
Superscript* menunjukkan pendapatan pada tahun akhir analisis. Menurut Daryanto (2010 : 26) komponen-komponen pada analisis
shift share dapat diasumsikan sebagai berikut :
a. Komponen pertumbuhan regional (regional growth component), Nij,
apabila bernilai positif memiliki makna bahwa sektor pada wilayah
tersebut tumbuh lebih cepat dari pada pertumbuhan sektor di wilayah
atasnya. Apabila bernilai negatif berarti pertumbuhan sektor di wilayah
tersebut lebih lambat dari sektor di wilayah atasnya.
b. Komponen pertumbuhan proporsional (proportional or industri mix
growth component), Mij, bernilai positif mengindikasikan bahwa sektor
di wilayah tersebut merupakan sektor yang maju dari pada sektor di
wilayah atasnya.
c. Komponen pertumbuhan pangsa wilayah (regional share growth
component), Cij, menunjukkan daya saing yang dimiliki suatu sektor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
pada wilayah tertentu dibandingkan dengan sektor yang sama pada
wilayah di atasnya.
3. Analisis Overlay
Menurut Yusuf dalam Lilis Siti Badriah (2003: 149) mengatakan
bahwa model analisis Overlay ini digunakan untuk melihat deskripsi
kegiatan ekonomi berdasarkan kriteria pertumbuhan dan kriteria kontribusi
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Tabel 3.1. Tabel Overlay Analisis LQ den Analisi Shift Share
No LQ Shift Share
Kesimpulan Mij Cij
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Basis (LQ>1)
+ + Sektor unggulan, Sektor yang maju ,Memiliki daya saing
+ - Sektor unggulan, Sektor yang maju , Tidak memiliki daya saing
- + Sektor unggulan, Sektor yang tidak maju, Memiliki daya saing
- - Sektor unggulan, Sektor yang tidak maju, Tidak memiliki daya saing
2 Non Basis (LQ<1)
+ + Sektor Tidak unggulan, Sektor yang maju ,Memiliki daya saing
+ - Sektor Tidak unggulan, Sektor yang maju , Tidak memiliki daya saing
- + Sektor Tidak unggulan, Sektor yang tidak maju, Memiliki daya saing
- - Sektor Tidak unggulan, Sektor yang tidak maju, Tidak memiliki daya saing
Keterangan : Mij (+) Sektor yang maju Mij (-) Sektor yang tidak maju Cij (+) Memiliki daya saing Cij (-) Tidak memiliki daya saing Sumber : disarikan dari analisis data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
1. Kondisi Geografis Kabupaten Ngawi
Kabupaten Ngawi secara geografis berada di provinsi Jawa Timur
bagian Barat, merupakan daerah penghubung Provinsi Jawa Timur dengan
Jawa Tengah. Luas wilayah Kabupaten Ngawi adalah 1.295,9851 km2 atau
129.598,51 Ha. Secara administratif pemerintahan terbagi kedalam : 19
kecamatan, 4 kelurahan, dan 213 desa. Secara astronomis Kabupaten Ngawi
terletak pada posisi 7021’ – 7031’ Lintang Selatan dan 111007’ – 111040’
Bujur Timur dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah utara : Kabupaten Blora, Kabupaten Grobogan (Provinsi
Jawa Tengah) dan Kabupaten Bojonegoro
(Provinsi Jawa Timur),
b. Sebelah barat : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sragen
(Provinsi Jawa Tengah),
c. Sebelah selatan : Kabupaten Magetan dan Kabupaten Madiun
(Provinsi Jawa timur),
d. Sebelah timur : Kabupaten Madiun (Provinsi Jawa Timur).
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Gambar 4.1 Peta Wilayah Kabupaten Ngawi Sumber : BPS, 2010, Kabupaten Ngawi dalam angka 2010
Kondisi topografi wilayah cukup bervariasi, yaitu topografi datar,
bergelombang, berbukit dan bahkan pegunungan tinggi, dengan ketinggian
40 meter hingga 3.031 meter di atas permukaan air laut. Tercatat 4
kecamatan terletak di dataran tinggi yaitu Kecamatan Sine, Kecamatan
Ngrambe, Kecamatan Jogorogo dan Kecamatan Kendal. Komposisi
penggunaan lahan untuk persawahan 57.911,19 Ha, perkebunan 1.551,04
Ha, tegalan 8.165,81 Ha, perkarangan 13.486,55 Ha, hutan Negara
45.428,60 Ha, waduk bendungan dan lain-lain 3.054,32 Ha. Komposisi
penggunaan lahan di Kabupaten Ngawi dapat dilihat pada gambar berikut
ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Gambar 4.2 Komposisi Penggunaan Lahan (%) Sumber : BPS, 2010, Kabupaten Ngawi dalam angka 2010
Luas lahan pertanian mencapai 72 % dari luas wikayah Kabupaten
Ngawi. Hal ini menggambarkan sektor pertanian merupakan sektor andalan
bagi penduduk Ngawi. Dari 5 subsektor pertanian (tanaman pangan,
perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan), subsektor tanaman
pangan khususnya komoditi padi penyumbang terbesar terhadap total nilai
produksi pertanian.
2. Pemerintahanan Kabupaten Ngawi
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, dokumen perencanaan pembangunan daerah yang
harus disusun oleh Pemerintah Kabupaten adalah :
Sawah44,69%
Perkebunan1,20%Tegalan
6,30%Pekarangan
10,41%
Hutan Ngr35,05%
Waduk dll2,36%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), yang memiliki
jangka waktu perencanaan 20 tahun,
b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), yang
memiliki jangka waktu perencanaan 5 tahun,
c. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah atau Rencana Kerja Perangkat
Daerah (RKPD), yang memiliki jangka waktu perencanaan 1 tahun.
Berdasarkan dokumen perencanaan pembangunan daerah tersebut,
masing-masing satuan kerja perangkat daerah harus menyusun dokumen
perencanaan pembangunan :
a. Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD),
memiliki jangka waktu perencanaan 5 tahun sebagai penjabaran dari
RPJMD,
b. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD), memiliki
jangka waktu perencanaan 1 tahun sebagai penjabaran dari Renstra
SKPD dan RKPD.
Kabupaten Ngawi diarahkan menjadi Kabupaten yang unggul di
bidang agraris yang dalam melaksanakan kegiatan pembangunannya agar
lebih terarah, efektif dan efisien, semua kegiatan pembangunan harus
mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Tahun 2006 – 2010 yang didalamnya memuat Visi dan Misi Kabupaten
Ngawi yang secara substansial memuat kebijakan, sasaran dan program lima
tahunan di daerah. Dalam rangka mencapai visi dan misi tersebut, prioritas
pembangunan diarahkan pada pengentasan kemiskinan dan kesenjangan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
pembangunan pertanian, kehutanan, sosial ekonomi, pendidikan, kesehatan,
prasarana dan sarana wilayah, penyelenggaraan pemerintahan dan
kehidupan beragama.
Visi Kabupaten Ngawi adalah "Terwujudnya Kabupaten Ngawi yang
unggul di bidang agraris untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dalam suasana agamis". Visi tersebut ditetapkan dalam Peraturan Daerah
Nomor 2 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) Kabupaten Ngawi Tahun 2006-2010. Untuk mewujudkan visi
pembangunan daerah tersebut, maka ditetapkan misi yang merupakan
pernyataan penetapan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai oleh
Pemerintah Kabupaten Ngawi. Misi tersebut merupakan penjabaran dari visi
pembangunan daerah yang dilaksanakan secara sungguh-sungguh, yaitu:
a. Mewujudkan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang lebih
transparan, partisipatif dan akuntabel demi terjamin dan tegaknya
supremasi hukum dan hak azasi rakyat.
b. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dengan
memberikan pelayanan sesuai standar pelayanan minimal untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat.
c. Memberdayakan dan memanfaatkan ketersediaan sumber daya alam dan
manusia yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
d. Meningkatkan hubungan antar warga masyarakat yang harmonis untuk
mendukung pelaksanaan pembangunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Penyusunan rencana pembangunan tahunan (RKPD) Kabupaten
Ngawi Tahun 2010, diawali dengan Musrenbang dari tingkat Desa /
Kelurahan, tingkat Kecamatan dan Kabupaten dengan melibatkan
perwakilan masyarakat dan representasi stakeholders ( Perguruan Tinggi,
LSM, Dunia Usaha, Kalangan Profesi, Organisasi Masa dan DPRD).
Proses perencanaan dilakukan melalui pendekatan participatory,
comprehensiveness, dan proses bottom up dan top down. Proses top down
planing merupakan langkah-langkah penyampaian batasan umum oleh
Pemerintah Kabupaten Ngawi yang diambil dari substansi dokumen RPJM
mengenai prioritas-prioritas pembangunan di Kabupaten Ngawi Tahun
2010. Sedangkan proses bottom up planning berarti SKPD (Satuan Kerja
Perangkat Daerah) diberi keleluasaan untuk merancang kegiatan-kegiatan
pembangunan dengan pendekatan politik, pendekatan politik merupakan
rencana strategi dalam pemilihan elemen bahwa masyarakat dapat
menentukan pilihan. Beberapa pendekatan yang dilakukan dijelaskan
sebagai berikut :
a. Pendekatan teknokratik
Penyusunan dengan pendekatan teknokratik yaitu metode dengan
menggunakan kerangka berpikir ilmiah untuk mencapai suatu hasil yang
dapat diterima para pihak terkait.
b. Pendekatan partisipatif
Penyusunan dengan pendekatan partisipatif yaitu dengan melibatkan
semua pihak pelaku pembangunan (stakeholders) untuk mendapatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
aspirasi dan menciptakan rasa memiliki sehingga dapat dinikmati oleh
semua lapisan masyarakat dan berkesinambungan.
c. Pendekatan atas-bawah (top-down)
Pendekatan atas-bawah (top-down) dalam perencanaan dilaksanakan
melalui mekanisme birokrasi pemerintahan.
d. Pendekatan bawah - atas (bottom-up)
Pendekatan bawah-atas (bottom-up) dilakukan melalui musyawarah baik
tingkat Desa/Kelurahan, tingkat Kecamatan, dan tingkat Kabupaten.
e. Prioritas dan Sinergisitas
Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah,
terdistribusikan dengan mempertimbangkan prioritas dan menciptakan
sinergisitas antara pemerintah dan masyarakat melalui forum
Musrenbang - SKPD (Musyawarah Perencanaan Pembangunan - Satuan
Kerja Perangkat Daerah) di Kabupaten Ngawi.
f. Mempertimbangkan Kemampuan Fiskal Daerah
Proses penyusunan rencana tahunan di Kabupaten Ngawi merupakan
proses penyatuan persepsi di antara SKPD mengenai prioritas
pembangunan daerah di Kabupaten Ngawi Tahun 2008 dengan
mempertimbangan kemampuan keuangan daerah.
3. Indikator Kinerja Pembangunan
a. Kondisi Sosial Kependudukan
Masyarakat merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kegiatan-kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
kemasyarakatan. Bidang sosial merupakan bidang yang terkait langsung
dengan masyarakat sebagai pelaku dan penikmat pembangunan.
Komposisi dan tingkat kesejahteraan masyarakat yang bervariasi
merupakan pencermatan secara khusus dalam pelaksanaan pembangunan.
Berdasarkan konteks sosial kemasyarakatan, secara kuantitatif
penduduk Kabupaten Ngawi mayoritas adalah pemeluk agama Islam
(lebih dari 95%). Secara umum pemeluk Islam tersebut mayoritas
memiliki kedekatan hubungan kultural dengan organisasi masyarakat
(ormas) Nahdhatul Ulama. Hal tersebut dalam kenyataan sehari-hari
cukup memberi pengaruh bagi interaksi antar penduduk dan antar
kelompok masyarakat.
Secara umum, interaksi antar warga masyarakat sehari-hari relatif
aman dan damai, jika terdapat benturan-benturan kecil antar warga
masyarakat dapat diselesaikan secara musyawarah tanpa memperkeruh
suasana. Kiranya hanya pada saat tumbangnya Orde Baru (tahun 1998-
1999), sebagaimana kondisi berbagai wilayah Indonesia lainnya, terjadi
gesekan antar kelompok yang cukup berarti dalam kehidupan sehari-hari,
namun kini hal tersebut telah berlalu. Bahkan hikmah dari gesekan
tersebut adalah terdapatnya warisan positif berupa tumbuh-kembangnya
berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau sejenisnya yang
cukup memberi warna baru dalam dinamika kehidupan sosial di
Kabupaten Ngawi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Jumlah pendudukan penduduk Kabupaten Ngawi akhir tahun 2006
adalah 879.193 jiwa, terdiri dari 429.921 jiwa penduduk laki-laki dan
449.272 jiwa penduduk perempuan, dengan rasio jenis kelamin/sex ratio
sebesar 96. artinya bahwa setiap 100 penduduk wanita terdapat sekitar 96
penduduk laki-laki. Akan tetapi, bila dibandingkan dengan tahun 2005
jumlah penduduk kabupaten Ngawi bertambah sebesara 3.039 jiwa atau
meningkat 0,35 persen selama setahun. Kecamatan dengan jumlah
penduduk terbesar adalah Kecamatan Paron yaitu 90.516 jiwa, sedangkan
kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil adalah Kecamatan
Kasreman yaitu 23.964 jiwa. Jumlah penduduk Kabupaten Ngawi pada
tahun 2006 menurut jenis kelamin pada tiap-tiap kecamatan dapat dilihat
pada tabel 4.1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Ngawi Menurut Jenis Kelamin Tahun 2006
NO Nama Kecamatan
Penduduk Pria % Wanita % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Sine 22.605 5,3 23.673 5,3 46.278 5,3 2 Ngrambe 21.914 5,1 23.255 5,2 45.169 5,1 3 Jogorogo 20.146 4,7 21.167 4,7 41.313 4,7 4 Kendal 23.821 5,5 25.525 5,7 49.346 5,6 5 Geneng 27.555 6,4 27.959 6,2 55.514 6,3 6 Gerih 18.278 4,3 18.604 4,1 36.882 4,2 7 Kwadungan 14.188 3,3 14.484 3,2 28.672 3,3 8 Pangkur 13.687 3,2 14.496 3,2 28.183 3,2 9 Karangjati 23.550 5,5 24.721 5,5 48.271 5,5 10 Bringin 15.029 3,5 15.626 3,5 30.655 3,5 11 Padas 16.576 3,9 16.908 3,8 33.484 3,8 12 Kasreman 11.674 2,7 12.290 2,7 23.964 2,7 13 Ngawi 37.791 8,8 40.790 9,1 78.581 8,9 14 Paron 44.475 10,3 46.041 10,2 90.516 10,3 15 Kedunggalar 34.136 7,9 35.655 7,9 69.791 7,9 16 Pitu 14.023 3,3 14.143 3,1 28.166 3,2 17 Widodaren 35.307 8,2 36.864 8,2 72.171 8,2 18 Mantingan 19.730 4,6 21.844 4,9 41.574 4,7 19 Karanganyar 15.436 3,6 15.277 3,4 30.665 3,5
Jumlah 429.921 100 449.272 100 879.193 100 Sumber : Kabupaten Ngawi dalam angka tahun 2010 (diolah)
Kepadatan penduduk menunjukkan rasio antara jumlah penduduk
dengan luas wilayah. Tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Ngawi
tahun 2006 adalah 678 jiwa/Km2 , naik sekitar 2 jiwa untuk setiap
kilometer persegi dari tahun sebelumnya. Tingkat kepadatan per
kecamatan tertinggi di Kecamatan Ngawi (1.114 jiwa/Km2) dan tingkat
kepadatan terendah adalah Kecamatan Karanganyar (208 jiwa/Km2).
Dilain pihak, menurut laporan Dinas Transmigrasi, Sosial dan
Tenaga Kerja pada tahun 2008 terdapat 27.740 penduduk Kabupaten
Ngawi tercatat sebagai pencari kerja (pengangguran terbuka). Sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
lowongan kerja yang tersedia sebanyak 2.683 orang dan jumlah
penempatan kerja hanya untuk 1.892 orang. Berikut ini Tabel 4.2 untuk
mengetahui tingkat kesejahteraan sosial di Kabupaten Ngawi pada tahun
2009 :
Tabel 4.2 Kesejahteraan Sosial Kabupaten Ngawi
No. Jenis Data Satuan Tahun
2008 % 2009 % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Penduduk Rawan Sosial dan Sarana
74.813 100 55.542 100
a. Keluarga fakir miskin Jiwa 54.341 72,6 35.267 63,5 b.Balita terlantar Jiwa 66 0,1 66 0,1 c. Anak terlantar Jiwa 10.957 14,6 10.958 19,7 d. Lanjut usia terlantar Jiwa 6.051 8,1 6.051 10,9 e. Gelandangan Jiwa 17 0,02 17 0,03 f. Penyandang cacat Jiwa 2.884 3,9 2.110 3,8 g.Korban bencana alam
& korban lainnya Jiwa 452 0,6 1028 1,9
h. Pengemis Jiwa 45 0,1 45 0,1 2. Panti Asuhan 8 100 8 100 a. Panti sosial asuhan
yatim piatu Buah 7 87,5 7 87,5
b.Panti sosial tresna werda
Buah 1 12,5 1 12,5
3. Potensi Kesejahteraan Sosial
1395 100 1395 100
a. Karang taruna Buah 217 15,6 217 15,6 b. Tenaga kessos
masyarakat Orang 1.168 83,7 1.168 83,7
c. Organisasi sosial Buah 10 0,7 10 0,7 4. Pendduduk Miskin
Jumlah rumah tangga miskin
KK 82.572 100 82.572 100
Sumber : Kabupaten Ngawi dalam angka tahun 2010 (diolah)
Sejalan dengan hal tersebut, Indikator keberhasilan pembangunan
adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Dengan tolok ukur tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
dapat ditetapkan strategi pembangunan tahun 2008 dan mensinergikan
seluruh program pembangunan agar tepat sasaran dan memiliki keluaran
berfokus kesejahteraan masyarakat. IPM Kabupaten Ngawi mengalami
fluktuasi. Pada tahun 1996 IPM Ngawi sebesar 65,00, kemudian
menurun sebesar 2,60 % menjadi 58,84 pada tahun 1999, dan pada tahun
2002 kembali naik menjadi 61,42, sedangkan pada tahun 2004 meningkat
lagi menjadi 63,99. Mendasar data BPS Provinsi Jawa Timur pada tahun
2006, Angka Harapan Hidup 72,58; rata-rata lama sekolah adalah 6,30;
Angka melek huruf 0 dan Paritas daya beli 54,50; dengan keseluruhan
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Ngawi sebesar 63,59.
b. Kondisi Perekonomian Daerah
Seiring dengan kemajuan-kemajuan ekonomi di tingkat nasional,
perekonomian regional Jawa Timur juga menunjukkan stabilitas yang
semakin mantap dan perkembangan yang semakin meningkat secara
signifikan. Secara umum kinerja perekonomian Jawa Timur yang sampai
dengan tahun 2004 cukup kondusif, hal ini direpresentasikan oleh
indikator agregat pertumbuhan ekonomi yang sejak krisis tahun 1998
mengalami kontraksi hingga minus 16,12% terus mengalami percepatan
sebesar 4,11% pada tahun 2003 dan pada tahun 2004 meningkat menjadi
5,43%. Pertumbuhan pada 2004 ini melebihi target pertumbuhan diakhir
tahun 2004 yaitu sebesar 4,8%. Pertumbuhan tahun 2004 didorong oleh
seluruh sektor yang semuanya mengalami pertumbuhan, terutama sektor
industri yang sudah tumbuh sebesar 4,14%, sektor perdagangan, hotel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
dan restoran sebesar 8,48%, dan sektor listrik, gas dan air bersih sebesar
13,15%, sedangkan sektor konstruksi juga sudah mulai tumbuh sebesar
1,63%.
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi di tingkat provinsi pula,
perekonomian di Kabupaten Ngawi menunjukkan stabilitas yang
signifikan. Indikator perekonomian daerah Kabupaten Ngawi dapat
dilihat dari kontribusi masing-masimg sektor perekonomian, yang
meliputi 9 (sembilan) sektor/lapangan usaha, dengan komposisi
pertumbuhan yang dituangkan dalam nominal dari tahun ke tahun.
Indikator dari sektor pertanian dalam jumlah satuan rupiah merupakan
sektor yang paling dominan serta mengalami peningkatan, akan tetapi
apabila dikaji terhadap harga berlaku dan harga konstan sektor ini
mengalami stagnasi, hal ini perlu disikapi dengan mengupayakan
peningkatan pada sektor-sektor dominan.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu
indikator untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang kegiatan
ekonomi dalam suatu wilayah. Sampai dengan tahun 2010 perekonomian
Kabupaten Ngawi masih didominasi sektor pertanian. Sumbangan sektor
ini terhadap total PDRB sampai dengan tahun 2010 sekitar 36,63 %.
Tidaklah aneh apabila sektor ini menjadi sektor unggulan bagi Kabupaten
Ngawi, menurut data Survei Sosial Ekonomi Nasional (sesenas) 2004
sektor ini menyerap 64 % dari total jumlah penduduk yang bekerja.
Namun demikian sumbangan sektor ini dari tahun ketahun mengalami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
penurunan walaupun sebenarnya secara produksi mengalami
pertumbuhan. Sektor lainnya yang memberikan sumbangan cukup besar
terhadap perekonomian di Kabupaten Ngawi adalah sektor perdagangan.
Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir menyumbangkan lebih dari 36 %
dari total PDRB.
Tingkat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan yang dihitung
dari PDRB merupakan rata-rata tertimbang dari tingkat pertumbuhan
sektoralnya. Angka pertumbuhan menunjukan kenaikan pertumbuhan
barang/jasa terhadap tahun sebelumnya, dengan tidak dipengaruhi
variabel harga. Apabila sebuah sektor mempunyai kontribusi besar dan
pertumbuhannya lambat, maka hal ini akan menghambat tingkat
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Sebaliknya apabila sebuah
sektor mempunyai kontribusi yang besar terhadap totalitas
perekonomian, maka apabila sektor tersebut mempunyai pertumbuhan
yang tinggi secara langsung akan menjadi lokomotif pertumbuhan
ekonomi secara total.
PDRB menurut lapangan usaha berdasar harga berlaku tahun 2001-
2010 menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun, dimana
tahun 2001 nilai PDRB itu sebesar Rp. 2.310.766,16 juta, meningkat
menjadi sebesar Rp. 3.265.122,01 juta pada tahun 2004, meningkat lagi
menjadi sebesar Rp. 5.031.428,99 juta pada tahun 2007 dan meningkat
lagi menjadi sebesar Rp. 7.245.842,43 juta pada tahun 2010. Secara rinci
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
PDRB menurut lapangan usaha berdasarkan harga berlaku pada tahun
2001 sampai dengan tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 PDRB Kabupaten Ngawi Atas Dasar Harga Berlaku (Juta Rupiah)
No 2001 2004 2007 2010
Nilai % Nilai % Nilai % Nilai %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1. 943.901,33 40,85 1.241.272,14 38,02 1.843.370,50 36,64 2.654.359,37 36,63
2. 13.438,73 0,58 18.070,32 0,55 27.821,13 0,55 36.518,40 0,50
3. 145.763,59 6,31 206.840,03 6,33 306.568,98 6,09 455.258,87 6,28
4. 12.682,15 0,55 21.476,84 0,66 36.199,99 0,72 60.369,81 0,83
5. 99.146,81 4,29 141.810,82 4,34 243.130,70 4,83 360.181,25 4,97
6. 586.906,13 25,40 880.924,38 26,98 1.412.591,98 8,08 2.076.707,35 28,66
7. 52.283,76 2,26 114.710,78 3,51 205.072,67 4,08 207.931,40 2,87
8. 128.031,58 5,54 161.943,61 4,96 243.939,08 4,85 399.964,91 5,52
9. 328.612,08 14,22 478.073,09 14,64 712.733,97 4,17 994.551,07 13,73
2.310.766,16 100 3.265.122,01 100 5.031.428,99 100 7.245.842,43 100
Keterangan : Sektor 1. Pertanian; 2. Pertambangan dan Penggalian; 3. Industri Pengolahan; 4. Listrik, Gas dan Air Bersih; 5. Konstruksi; 6. Perdagangan, Restoran dan Hotel; 7. Pengangkutan dan Komunikasi; 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; dan 9. Jasa-Jasa.
Sumber : BPS Kabupaten Ngawi 2010 (diolah)
PDRB menurut lapangan usaha berdasarkan harga konstan tahun
2000 selama tahun 2001-2010 juga menunjukkan mengalami
perkembangan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2001 nilai PDRB menurut
harga konstan tahun 2000 adalah sebesar Rp. 2.076.059,57 juta,
meningkat menjadi sebesar Rp. 2.282.932,45 juta pada tahun 2004,
meningkat menjadi sebesar Rp. 2.639.717,88 juta pada tahun 2007 dan
meningkat menjadi sebesar Rp. 3.121.821,49 juta pada tahun 2010. Pada
tahun 2001 sampai dengan tahun 2010 laju pertumbuhan PDRB menurut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
harga konstan tahun 2000 adalah 6.09. Nilai PDRB Kabupaten Ngawi
menurut harga konstan dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 PDRB Kabupaten Ngawi Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Juta Rupiah)
No 2001 2004 2007 2010
Nilai % Nilai % Nilai % Nilai %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1. 845.144,68 1,35 879.270,85 4,24 985.007,46 4,67 1.145.589,73 4,87
2. 12.219,15 4,23 13.412,05 (0,24) 15.442,31 7,21 17.526,39 3,19
3. 130.381,76 2,06 145.094,37 4,10 162.859,61 4,80 196.280,68 6,22
4. 10.625,41 6,26 12.333,54 1,55 14.673,00 6,87 19.108,85 7,24
5. 87.494,56 2,27 98.453,62 3,76 116.758,32 5,74 135.663,44 6,77
6. 526.930,55 1,87 614.343,99 5,25 745.925,20 6,95 923.010,01 8,82
7. 47.654,15 6,52 55.667,82 6,49 66.037,18 7,31 81.775,64 8,09
8. 118.946,72 4,21 142.853,39 7,12 165.732,93 3,62 190.048,43 5,28
9. 296.662,59 1,70 321.502,82 2,20 367.281,87 3,11 412.818,32 3,40
2.076.059,57 1,93 2.282.932,45 4,37 2.639.717,88 5,16 3.121.821,49 6,09
Keterangan : Sektor 1. Pertanian; 2. Pertambangan dan Penggalian; 3. Industri Pengolahan; 4. Listrik, Gas dan Air Bersih; 5. Konstruksi; 6. Perdagangan, Restoran dan Hotel; 7. Pengangkutan dan Komunikasi; 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; dan 9. Jasa-Jasa.
Sumber : BPS Kabupaten Ngawi 2010 (diolah)
c. Pendidikan Masyarakat
Salah satu faktor yang menentukan suksesnya penyelenggaraan
pemerintahan adalah tingkat pendidikan masyarakatnya, yang akan
berdampak pada cara berpikir, bertindak dan bersikap. Hal tersebut akan
mempengaruhi tingkat pemahaman masyarakat pada bentuk-bentuk dan
program-program yang akan dilaksanakan pemerintah, sehingga
menjadikan mereka terpacu untuk mendukung kegiatan pemerintah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Kualitas sumberdaya manusia Kabupaten Ngawi secara kasar dapat
dilihat pada tingkat pendidikan penduduknya. Berdasarkan hasil Survei
Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2001 jumlah penduduk Kabupaten
Ngawi usia 10 (sepuluh) tahun ke atas yang hanya tamat SD = 346.536
jiwa (62%), hanya tamat SLTP = 113.839 jiwa (20%), hanya tamat
SLTA = 84.498 jiwa (15%) dan tamat akademi/perguruan tinggi= 17.969
jiwa (3%). Jika pendidikan dasar yang dicanangkan pemerintah
mencakup tingkat pendidikan SD sederajat dan SMP sederajat maka
terdapat sekitar 82% yang berkualifikasi pendidikan dasar. Hal tersebut
.menunjukkan bahwa berdasarkan tingkat pendidikannya, kualitas
sumberdaya manusia Kabupaten Ngawi masih kurang memadai. Sarana
pendidikan dan jumlah murid serta lembaga sekolah di Kabupaten Ngawi
dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Sarana Pendidikan dan Jumlah Murid No. Indikator SD / MI SMP / MTs SMA/MAN/SMK
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Jumlah Murid 86.082 36.647 21.988
2. Jumlah Lembaga 703 101 54
3. Jumlah Guru 4.367 / 679 1.934 / 630 561 / 208 / 696
4. Jumlah Gedung 715 100 49
- Kondisi Rusak (RK) 2.122 / 263 116 / 76 33 / 10 / 26
- Kondisi Baik (RK) 1.290 / 289 673 / 141 144 / 53 / 178
5. Tingkat Kelulusan (%)
96,55 97,61 96,88
Sumber : BPS, 2010, Kabupaten Ngawi dalam angka 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
d. Kondisi Sarana dan Prasarana
1) Prasarana Jalan
Panjang jalan kabupaten sampai dengan akhir tahun 2005
mencapai 597,96 Km kesemuanya masuk kategori kelas III C.
Kondisi jalan dan kelas jalan secara rinci dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.6 Panjang Jalan menurut Jenis, Kondisi dan Kelas Jalan di Kabupaten Ngawi Tahun 2010 (km)
No Keadaan Jalan Negara
Jalan Provinsi
Jalan Kabupaten
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Jenis Permukaan a. Di Aspal b. Kerikil c. Tanah d. Tidak dirinci
79,56
- - -
- - - -
493,96 97,52 6,48
- Jumlah 79,56 - 597,96
2. Kondisi Jalan a. Baik b. Sedang c. Rusak d. Rusak Berat
18,44 59,12 2,00
-
- - - -
126,63 132,31 233,31 105,11
Jumlah 79,56 - 597,96 3. Kelas Jalan
a. Kelas I b. Kelas II c. Kelas III d. Kelas III A e. Kelas III B f. Kelas IIIC g. Tidak dirinci
-
79,56 - - - - -
- - - - - - -
- - - - -
597,96 -
Jumlah 79,56 - 597,96 Sumber : BPS, 2010, Kabupaten Ngawi dalam angka 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
2) Prasarana Jembatan
Panjang jembatan sampai dengan tahun 2005 mencapai
1.006,850 m (189 jembatan), dengan kondisi sebagai berikut : yang
kondisi baik sepanjang 573,905 m (108 jembatan), yang kondisi
sedang mencapai 251,713 m (20 jembatan) dan yang kondisinya rusak
berat mencapai 70,479 m (13 jembatan).
3) Sarana Irigasi
Secara fungsional jaringan irigasi meliputi 4 ( empat)
komponen, yaitu : bendungan, saluran pembawa, saluran pembuang
dan petak sawah. Pengembangan sistem irigasi primer dan skunder
menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah Pusat, Pemerintah
Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Sedangkan pengembangan
sistem irigasi tersier menjadi wewenang dan tanggung jawab
Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA). Kondisi jaringan irigasi
dapat dilihat secara terperinci sebagai berikut :
a) Saluran primer (induk) ;panjang 21.400 Km, kerusakan 30 %
b) Saluran skunder ;panjang 322.145 Km, kerusakan 25 %
c) Saluran utama ; jumlah 412 buah, kerusakan 31,67 %
d) Bangunan pendukung ; jumlah 1.001 buah, kerusakan 27,5 %.
Dua buah sungai besar yaitu Bengawan Solo dan Sungai
Madiun merupakan pendukung sistem pengairan yang cukup besar,
disamping sejumlah anak-anak sungai yang menginduk pada dua
sungai besar tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
B. Hasil Dan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah tujuan penelitian ini untuk mengetahui
sektor basis dan non basis di Kabupaten Ngawi, serta untuk mengetahui
komponen pertumbuhan regional (Nij), komponen pertumbuhan
proposional (Mij), dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (Cij), serta
untuk mengetahui model Overlay antara analisis LQ dan Shift Share. Secara
rinci diurai di bawah ini:
1. Sektor Basis (LQ) Kabupaten Ngawi
Sektor ekonomi basis atau dapat disebut dengan sektor unggulan
daerah merupakan sektor-sektor ekonomi yang mampu mendorong
pertumbuhan ekonomi. Selain itu, sektor ekonomi basis juga dapat
mengekspor atau memasarkan barang dan jasa keluar batas perekonomian
masyarakatnya atau kepada orang yang datang dari luar perbatasan
perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan sektor ekonomi
bukan basis adalah sektor ekonomi menyediakan barang yang dibutuhkan
oleh orang yang bertempat tinggal didalam batas perekonomian masyarakat
yang bersangkutan.
Asumsi yang mendasari analisis location quotient adalah penduduk di
setiap daerah (kabupaten) mempunyai pola permintaan yang sama dengan
pola permintaan pada daerah Provinsi, tingkat konsumsi akan suatu jenis
barang rata-rata sama antar daerah, produktivitas dan keperluan produksi
sama antar daerah, serta negara menggunakan sistem perekonomian
tertutup. LQ > 1 menunjukkan bahwa sektor tersebut basis, artinya sektor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
tersebut memiliki prospek yang menguntungkan untuk dikembangkan,
karena mampu dialokasikan ke daerah lain. LQ < 1 menunjukkan bahwa
sektor tersebut non basis dan kurang menguntungkan untuk dikembangkan
serta belum mampu memenuhi semua permintaan dari dalam daerah
sehingga harus didatangkan dari daerah lain. Hasil analisis LQ pada
Kabupaten Ngawi tahun 2001 sampai dengan tahun 2010 disajikan pada
Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Nilai LQ Persektor di Kabupaten Ngawi Tahun 2001-2010
Sektor 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 01-10
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1. 2,17 2,13 2,08 2,11 2,10 2,10 2,14 2,19 2,21 2,27 2,15 2. 0,29 0,28 0,30 0,29 0,28 0,27 0,26 0,25 0,24 0,23 0,27 3. 0,21 0,22 0,22 0,21 0,21 0,21 0,21 0,22 0,23 0,23 0,22 4. 0,52 0,47 0,43 0,38 0,38 0,38 0,36 0,38 0,41 0,42 0,41 5. 1,03 1,04 1,08 1,10 1,14 1,18 1,23 1,24 1,25 1,25 1,15 6. 1,05 1,02 1,00 0,96 0,93 0,91 0,90 0,89 0,90 0,88 0,95 7. 0,41 0,37 0,37 0,37 0,37 0,36 0,36 0,35 0,34 0,33 0,36 8. 1,10 1,12 1,17 1,18 1,17 1,15 1,10 1,07 1,05 1,03 1,11 9. 1,51 1,48 1,48 1,45 1,47 1,46 1,43 1,39 1,38 1,37 1,44
Keterangan : Sektor 1. Pertanian; 2. Pertambangan dan Penggalian; 3. Industri Pengolahan; 4. Listrik, Gas dan Air Bersih; 5. Konstruksi; 6. Perdagangan, Restoran dan Hotel; 7. Pengangkutan dan Komunikasi; 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; dan 9. Jasa-Jasa.
Sumber : BPS Kabupaten Ngawi (diolah)
Berdasarkan hasil analisis LQ pada tahun 2001 sampai tahun 2010
terdapat 4 sektor yang memiliki nilai lebih dari 1 (LQ > 1), sektor-sektor
tersebut adalah sektor pertanian, sektor konstruksi, sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa. Berarti keempat sektor
tersebut adalah sektor-sektor basis di Kabupaten Ngawi, sektor-sektor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan serta mampu dialokasikan
ke daerah lain. Selain 4 sektor tersebut kesemuanya memiliki nilai kurang
dari 1 (LQ < 1) atau sektor non basis. Sektor non basis kurang potensial
untuk dikembangkan serta sektor non basis juga belum mampu memenuhi
kebutuhan dalam daerah. Untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran pada
tahun 2001 sampai tahun 2003 memiliki nilai lebih besar 1 karena hasil
proses produksi barang dan jasa di Kabupaten Ngawi lebih besar dari hasil
proses produksi barang dan jasa di Jawa Timur, selanjutnya mulai tahun
2004 sampai tahun 2010 memiliki nilai kurang dari 1 karena hasil proses
produksi barang dan jasa di Jawa Timur lebih besar dari hasil proses
produksi barang dan jasa di Kabupaten Ngawi, setelah dirata – rata mulai
tahun 2001 sampai tahun 2010 memiliki nilai kurang dari 1 atau sektor non
basis. Berdasarkan analisis LQ di atas sektor-sektor basis di Kabupaten
Ngawi adalah sebagai berikut :
a. Sektor Pertanian
Sektor pertanian merupakan sektor yang menyumbangkan lapangan
usaha terbesar di Kabupaten Ngawi, terbukti 35% lebih dari total PDRB
dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2010 adalah sektor pertanian.
Berdasarkan analisis LQ dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2010
menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor basis di
Kabupaten Ngawi, bahkan dari dalam kurun sepuluh tahun tersebut
sektor pertanian secara kontinyu mengalami peningkatan nilai LQ (Tabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
4.7). Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Ngawi mampu untuk
dialokasikan ke kabupaten lain.
b. Sektor Konstruksi
Sektor konstruksi merupakan sektor basis di Kabupaten Ngawi,
karena sektor ini memiliki nilai LQ lebih besar dari satu (Tabel 4.7).
Pada periode analisis nilai LQ sektor konstruksi secara konsisten
mengalami peningkatan. Indikasinya adalah terjadi peningkatan
pembangunan fisik di Kabupaten Ngawi. Letak Kabupaten Ngawi
merupakan wilayah paling barat dari Provinsi Jawa Timur, Kabupaten
Ngawi memiliki peran sangat penting sebagai pintu gerbang keluar
masuknya komoditas-komoditas unggulan dari berbagai daerah.
Berkaitan dengan hal tersebut sektor konstruksi dapat menjadi sektor
unggulan daerah serta mampu dialokasikan ke daerah selain Kabupaten
Ngawi.
c. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Berdasarkan hasil analisis LQ pada periode tahun 2001 sampai
dengan tahun 2010, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
merupakan sektor basis di Kabupaten Ngawi. Walaupun dari setiap tahun
mengalami naik turun, akan tetapi sektor ini berpotensi untuk lebih
ditingkatkan. Selain sebagai sektor penunjang sektor primer dan sektor
sekunder, sektor ini di era otonomi daerah berperan dalam mendorong
tumbuhnya perekonomian kabupaten, dengan anggapan sektor primer
dan sektor sekunder juga berkembang. Contohnya jika sektor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
perdagangan tumbuh maka sektor ini akan ikut tumbuh, dengan
anggapan dalam perdagangan peran lembaga keuangan memegang
peranan yang penting, sehingga sektor ini dapat menjadi sektor andalan
dalam perekonomian Kabupaten Ngawi.
d. Sektor Jasa-Jasa
Sektor jasa di Kabupaten Ngawi dalam tahun analisis tercatat
menyumbangkan rata-rata 14 % dari total PDRB Kabupaten, hal tersebut
lebih besar dari sektor jasa yang ada di tingkat Provinsi yang hanya
menyumbangkan rata-rata 8% dari total PDRB. Berdasarkan analisis LQ
sektor jasa memiliki nilai LQ>1, sehingga sektor jasa di Kabupaten
Ngawi merupakan sektor basis. Untuk informasi lebih terperinci dapat
dilihat pada Tabel 4.7.
2. Pergeseran Pertumbuhan Ekonomi (Shift Share) di Kabupaten Ngawi
Analisis shift Share mengasumsikan bahwa perubahan pendapatan
(PDRB) suatu wilayah dapat dibagi dalam tiga yaitu komponen pengaruh
pertumbuhan Provinsi (Nij), komponen pertumbuhan proporsional atau
bauran industri (Mij) dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah atau
keunggulan kompetitif (Cij).
a. Pengaruh Pertumbuhan Provinsi (Nij)
Nilai Nij positif memiliki makna bahwa sektor di wilayah
(kabupaten) tersebut tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan
pertumbuhan wilayah di atasnya (provinsi), sedangkan yang benilai
negatif mengindikasikan bahwa pertumbuhan regional suatu wilayah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
lebih lambat dibandingkan pertumbuhan wilayah di atasnya (provinsi).
Sebelum menganalisis pengaruh pertumbuhan Provinsi Jawa Timur
terhadap Kabupaten Ngawi, perlu ditentukan terlebih dahulu laju
pertumbuhan Provinsi Jawa Timur pada tahun analisis. Berikut ini Tabel
4.8 laju pertumbuhan Provinsi Jawa Timur tahun 2001 sampai dengan
tahun 2010 :
Tabel 4.8 Laju Pertumbuhan Provinsi Jawa Timur Tahun 2001 – 2010 (Juta Rupiah)
Sektor Yij Y*ij Yin Y*in rn (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 845.144,68 1.145.589,73 39.478.201,44 51.329.548,83 0,62 2 12.219,15 17.526,39 4.332.178,34 7.757.319,82 0,62 3 130.381,76 196.280,68 62.769.317,29 86.900.779,13 0,62 4 10.625,41 19.108,85 2.089.072,18 4.642.081,81 0,62 5 87.494,56 135.663,44 8.642.951,05 10.992.599,76 0,62 6 526.930,55 923.010,01 50.761.249,89 106.229.112,97 0,62 7 47.654,15 81.775,64 11.875.968,03 25.076.425,54 0,62 8 118.946,72 190.048,43 10.944.742,89 18.659.490,17 0,62 9 296.662,59 412.818,32 19.974.516,06 30.693.407,48 0,62
Total 2.076.059,57 3.121.821,49 210.868.197,17 342.280.765,51 0,62
Keterangan: Sektor 1. Pertanian; 2. Pertambangan dan Penggalian; 3. Industri Pengolahan; 4. Listrik, Gas dan Air Bersih; 5. Konstruksi; 6. Perdagangan, Restoran dan Hotel; 7. Pengangkutan dan Komunikasi; 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; dan 9. Jasa-Jasa.
Yij : PDRB Kabupaten Ngawi awal tahun analisis (2001) dalam juta Rupiah
Y*ij : PDRB Kabupaten Ngawi akhir tahun analisis (2010) dalam juta Rupiah
Yin : PDRB Provinsi Jatim awal tahun analisis (2001) dalam juta Rupiah
Y*in : PDRB Provinsi Jatim akhir tahun analisis (2010) dalam juta Rupiah
rn : laju pertumbuhan Provinsi Jatim {(Y*n-Yn)/Yn} Sumber : BPS Kabupaten Ngawi (diolah)
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan
Provinsi Jawa Timur pada tahun analisis adalah 0,62. Nilai tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
diperoleh dari selisih total PDRB Provinsi Jawa Timur (Yn) dibagi
dengan total PDRB Provinsi Jawa Timur pada awal tahun analisis (Yn).
Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan Provinsi Jawa Timur terhadap
Kabupaten Ngawi dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Pengaruh Pertumbuhan Provinsi Terhadap Kabupaten Ngawi Tahun 2001 – 2010 (Juta Rupiah)
No Lapangan Usaha (Sektor) Yij rn Nij (1) (2) (3) (4) (5 = 3 x 4)
1. Pertanian 845.144,68 0,62 526.692,19
2. Pertambangan dan Penggalian 12.219,15 0,62 7.614,95
3. Industri Pengolahan 130.381,76 0,62 81.253,61
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 10.625,41 0,62 6.621,73
5. Konstruksi 87.494,56 0,62 54.526,41
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 526.930,55 0,62 328.381,89
7. Pengangkutan dan Komunikasi 47.654,15 0,62 29.697,96 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan 118.946,72 0,62 74.127,32
9. Jasa – Jasa 296.662,59 0,62 184.879,43
Total 2.076.059,57 0,62 1.293.795,48
Nij : Pengaruh Pertumbuhan Provinsi (Yij . rn) Yij : PDRB Kabupaten Ngawi awal tahun analisis (2001)
dalam juta Rupiah rn : laju pertumbuhan Provinsi Jatim {(Y*n-Yn)/Yn} Sumber : BPS Kabupaten Ngawi (diolah)
Berdasarkan Tabel 4.9 di atas, semua sektor di Kabupaten Ngawi
bernilai positif, artinya sektor-sektor di Kabupaten Ngawi tumbuh lebih
cepat dari pada pertumbuhan Provinsi Jawa Timur. Dari kesembilan
sektor, sektor pertanian menjadi sektor yang lebih cepat pertumbuhannya
dibandingkan dengan pertumbuhan Provinsi karena memiliki nilai Nij
terbesar 526.692,19 diikuti oleh sektor perdagangan, restoran dan hotel
dengan nilai 328.381,89. Sementara sektor yang pertumbuhan regional
paling lambat namun masih lebih cepat dibandingkan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
pertumbuhan rata-rata Provinsi adalah sektor listrik, gas dan air bersih
yang hanya memiliki nilai Nij sebesar 6.621,73 kemudian diikuti oleh
sektor pertambangan dan penggalian dengan nilai Nij sebesar 7.614,95.
Berdasarkan hasil analisis ini maka dapat dikatakan bahwa untuk
memacu pertumbuhan ekonomi regional di Kabupaten Ngawi yang lebih
tinggi lagi, strategi yang paling tepat adalah dengan mendorong sektor
pertanian, karena sektor pertanian merupakan sektor basis di Kabupaten
Ngawi yang berpotensi menjadi produk unggulan daerah.
b. Pertumbuhan Proporsional atau Bauran Industri (Mij)
Nilai Mij positif bermakna bahwa sektor di wilayah (Kabupaten)
tersebut merupakan sektor yang maju, sebaliknya apabila bernilai negatif
berarti sektor tersebut belum maju. Berikut komponen pertumbuhan
proporsional disajikan dalam Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Pertumbuhan Proporsional di Kabupaten Ngawi Tahun 2001 - 2010 (Juta Rupiah)
No Lapangan Usaha (Sektor) Yij rin rn Mij (1) (2) (3) (4) (5) (5 = 3 x ( 4 - 5 ))
1. Pertanian 845.144,68 0,30 0,62 -272.979,95
2. Pertambangan dan Penggalian 12.219,15 0,79 0,62 2.045,86
3. Industri Pengolahan 130.381,76 0,38 0,62 -31.128,76
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 10.625,41 1,22 0,62 6.363,35
5. Konstruksi 87.494,56 0,27 0,62 -30.740,38
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 526.930,55 1,09 0,62 247.405,97
7. Pengangkutan dan Komunikasi 47.654,15 1,11 0,62 23.270,91 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan 118.946,72 0,70 0,62 9.716,03
9. Jasa – Jasa 296.662,59 0,54 0,62 -25.681,88
Total 2.076.059,57 -71.728,84
rin : Laju pertumbuhan sektor i Prop. Jatim {(Y*in-Yin)/Yin} Mij : Pertumbuhan Proporsional {Yij.(rin-rn)} Sumber : BPS Kabupaten Ngawi (diolah)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4.10 di atas, meskipun ada
kesan sementara sektor pertanian merupakan sektor yang tumbuh dengan
cepat namun mengindikasikan bahwa sektor tersebut di Kabupaten
Ngawi selama tahun analisis bukan merupakan sektor yang tidak maju.
Hal tersebut dapat dilihat pada nilai komponen Mij bertanda (-) negatif
terbesar yaitu -272.979,95. Secara konseptual komponen pertumbuhan
proporsional timbul karena adanya perbedaan subsektor dalam
permintaan produk akhir, ketersediaan bahan mentah dan kebijakan
industri (misalnya kebijakan pemasaran, kelembagaan, subsidi dan lain-
lain). Oleh karena itu, untuk memajukan sektor pertanian, pemerintah
Kabupaten Ngawi perlu memperkuat sistem agribisnis yang sedang
berjalan. Sektor yang belum maju di Kabupaten Ngawi selaian sektor
pertanian adalah sektor industri pengolahan, sektor konstruksi dan sektor
jasa-jasa.
Berdasarkan hasil analisis komponen pertumbuhan proporsional,
sektor perdagangan, restoran dan hotel merupakan sektor paling maju di
Kabupaten Ngawi. Hal tersebut dapat dilihat pada nilai Mij bertanda (+)
positif terbesar yaitu 247.405,97. Kemudian diikuti sektor pengangkutan
dan komunikasi sebesar 23.270,91 sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan sebesar 9.716,03 sektor listrik gas dan air bersih sebesar
6.363,35 dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 2.045,86
(Tabel 4.10).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
c. Pertumbuhan Pangsa Wilayah atau Keunggulan Kompetitif (Cij)
Nilai Cij positif menunjukkan bahwa sektor di wilayah (kabupaten)
memiliki daya saing dibandingkan dengan sektor di wilayah di atasnya
(Provinsi), sebaliknya apabila bernilai negatif (-) berarti sektor tersebut
tidak memiliki daya saing. Berikut ini Tabel 4.11 merupakan komponen
pertumbuhan pangsa wilayah di Kabupaten Ngawi berdasarkan tahun
analisis :
Tabel 4.11 Pertumbuhan Pangsa Wilayah di Kabupaten Ngawi Tahun 2001 - 2010 (Juta Rupiah)
No Lapangan Usaha (Sektor) Yij rij rin Cij
(1) (2) (3) (4) (5) (6 = 3 x ( 4 - 5 ))
1. Pertanian 845.144,68 0,36 0,30 46.732,80
2. Pertambangan dan Penggalian 12.219,15 0,43 0,79 -4.353,56
3. Industri Pengolahan 130.381,76 0,51 0,38 15.774,07
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 10.625,41 0,80 1,22 -4.501,64
5. Konstruksi 87.494,56 0,55 0,27 24.382,85
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 526.930,55 0,75 1,09 -179.708,40
7. Pengangkutan dan Komunikasi 47.654,15 0,72 1,11 -18.847,38
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 118.946,72 0,60 0,70 -12.741,64
9. Jasa - Jasa 296.662,59 0,39 0,54 -43.041,82
Total 2.076.059,57 -176.304,72
Yij : PDRB Kabupaten Ngawi awal tahun analisis (2001) dalam juta Rupiah
rin : laju pertumbuhan Kabupaten Ngawi {(Y*in-Yin)/Yin} rij : Laju pertumbuhan sektor i di Kab. Ngawi {(Y*ij-Yij)/Yij} Cij : pertumbuhan pangsa wilayah {Yij.(rij-rin)} Sumber : BPS Kabupaten Ngawi (diolah)
Berdasarkan Tabel 4.11 di atas, separuh lebih dari sektor-sektor
usaha di Kabupaten Ngawi tidak memiliki daya saing. Hal tersebut dapat
dilihat pada Cij yang bernilai (-) negatif. Sektor-sektor tersebut adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
sektor pertambangan dan penggalian, listrik, gas dan air bersih, sektor
perdagangan, restoran dan hotel, sektor pengangkutan dan komunikasi,
sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa.
Sektor-sektor tersebut dianggap kalah bersaing dengan produk-produk
yang dihasilkan dari luar daerah Kabupaten Ngawi. Tidak sepenuhnya
pangsa pasar wilayah dapat dikuasai oleh keenam sektor domestik
tersebut. Dari keenam sektor tersebut sektor perdagangan, restoran dan
hotel menjadi sektor yang tidak memiliki daya saing terbesar karena
memiliki nilai Cij sebesar -179.708,40 (Tabel 4.11)
Sedangkan untuk sektor yang memiliki daya saing, sektor pertanian
menjadi sektor yang memiliki daya saing tertinggi hal tersebut dapat
dilihat pada tabel di atas nilai Cij bertanda (+) positif sebesar 46.732,80.
Walaupun secara proporsional sektor pertanian adalah sektor yang
kurang maju akan tetapi produk dari sektor ini memiliki daya saing yang
tinggi sehingga sektor pertanian sangat potensial untuk terus
dikembangkan di Kabupaten Ngawi. Sektor-sektor lain yang memiliki
daya saing di Kabupaten Ngawi adalah sektor industri pengolahan, dan
sektor konstruksi.
3. Analisis Overlay Antara LQ Dengan Shift Share
Analisis ini digunakan untuk menentukan sektor-sektor ekonomi
unggulan maupun potensial berdasarkan kriteria kontribusi (LQ) dan Shift
Share. Dengan mempertimbangkan kedua kriteria tersebut, penentuan
kegiatan ekonomi yang unggul dan memiliki daya saing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Tabel 4.12 Hasil Analisis Overlay LQ Dengan Shift Share di Kabupaten Ngawi
No Lapangan
Usaha (Sektor) LQ
Shift Share Kesimpulan
Mij Cij (1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Pertanian Basis
- + Sektor unggulan, Sektor yang tidak maju, Memiliki daya saing
2. Pertambangan dan Penggalian
Non Basis
+ - Sektor Tidak unggulan, Sektor yang maju , Tidak memiliki daya saing
3. Industri Pengolahan
Non Basis - +
Sektor Tidak unggulan, Sektor yang tidak maju, Memiliki daya saing
4. Listrik, Gas dan Air Bersih
Non Basis
+ - Sektor Tidak unggulan, Sektor yang maju , Tidak memiliki daya saing
5. Konstruksi Basis - +
Sektor unggulan, Sektor yang tidak maju, Memiliki daya saing
6. Perdagangan, Hotel & Restoran
Non Basis
+ - Sektor Tidak unggulan, Sektor yang maju , Tidak memiliki daya saing
7. Pengangkutan dan Komunikasi
Non Basis
+ - Sektor Tidak unggulan, Sektor yang maju , Tidak memiliki daya saing
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Basis + -
Sektor unggulan, Sektor yang maju , Tidak memiliki daya saing
9. Jasa - Jasa Basis
- - Sektor unggulan, Sektor yang tidak maju, Tidak memiliki daya saing
Sumber: disarikan dari analisis data
Berdasarkan hasil perhitungan analisis Overlay pada Tabel 4.12,
maka dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Sektor unggulan, Sektor yang tidak maju, Memiliki daya saing terdapat pada
sektor pertanian dan sektor kontruksi.
b. Sektor unggulan, Sektor yang maju , Tidak memiliki daya saing terdapat pada
sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
c. Sektor unggulan, Sektor yang tidak maju, Tidak memiliki daya saing terdapat
pada sektor jasa-jasa.
d. Sektor Tidak unggulan, Sektor yang maju , Tidak memiliki daya saing terdapat
pada sektor Pertambangan dan Penggalian, sektor Listrik, Gas dan Air Bersih,
sektor Pengangkutan dan Komunikasi, dan sektor Perdagangan, Hotel &
Restoran
e. Sektor Tidak unggulan, Sektor yang tidak maju, Memiliki daya saing terdapat
pada sektor Industri Pengolahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan komposisi ekonomi di Kabupaten Ngawi
pada tahun analisis 2001 sampai dengan 2010, dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Sektor basis di Kabupaten Ngawi adalah sektor pertanian; sektor konstruksi;
sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa.
2. Berdasarkan pergeseran di Kabupaten Ngawi dapat dibagi dalam tiga
komponen sebagai berikut :
a. Komponen pengaruh pertumbuhan provinsi (Nij), semua sektor di
Kabupaten Ngawi tumbuh lebih cepat dari pada pertumbuhan Provinsi
Jawa Timur. Sektor pertanian menjadi sektor dengan pertumbuhan paling
cepat dari pada sektor-sektor lainnya, sedangkan sektor paling lambat
adalah sektor listrik, gas dan air bersih.
b. Komponen pertumbuhan proporsional (Mij), sektor-sektor yang maju di
Kabupaten Ngawi adalah sektor pertambangan dan penggalian; sektor
listrik, gas dan air bersih; sektor perdagangan, restoran dan hotel; sektor
pengangkutan dan komunikasi serta sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan. Sedangkan sektor-sektor yang belum maju di Kabupaten
Ngawi adalah sektor pertanian; sektor industri pengolahan; sektor
konstruksi dan sektor jasa-jasa.
74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
c. Komponen pertumbuhan pangsa wilayah (Cij), sektor-sektor yang
memiliki daya saing di Kabupaten Ngawi adalah sektor pertanian; sektor
industri pengolahan; dan sektor konstruksi. Untuk sektor-sektor yang
tidak memiliki daya saing adalah sektor pertambangan dan penggalian;
sektor listrik, gas dan air bersih; sektor perdagangan, restoran dan hotel;
sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan dan
jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa.
3. Berdasarkan analisis Overlay antara Location Quotient (LQ) dengan Mij
dan Cij di Kabupaten Ngawi sebagai berikut:
a. Sektor basis yang memiliki Sektor yang tidak maju, memiliki daya saing
adalah sektor pertanian dan sektor kontruksi.
b. Sektor basis yang memiliki Sektor yang maju, tidak memiliki daya saing
adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.
c. Sektor basis yang memiliki Sektor yang tidak maju, tidak memiliki daya
saing adalah sektor jasa – jasa.
d. Sektor non basis yang memiliki Sektor yang maju, tidak memiliki daya
saing adalah sektor pertambangan, sektor penggalian dan listrik, gas dan
air bersih, sektor perdagangan, hotel & restoran, dan sektor
pengangkutan dan komunikasi.
e. Sektor non basis yang memiliki Sektor yang tidak maju, memiliki daya
saing adalah sektor industri pengolahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka implikasi kebijakan yang
dapat diajukan dari penelitian ini adalah :
1. Pemerintah daerah Kabupaten Ngawi diharapkan dapat mempertahankan dan
mengembangkan komoditi yang menjadi unggulan untuk peningkatan
pendapatan daerah, ekspor komoditas unggulan pertanian dan diharapkan
juga dapat merangsang komoditi lain yang kurang untuk dapat
memberikan kontribusinya terhadap pembangunan daerah Kabupaten
Ngawi.
2. Untuk mewujudkan visi Kabupaten Ngawi yaitu "Terwujudnya Kabupaten
Ngawi yang unggul di bidang agraris untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dalam suasana agamis", Pemerintah Kabupaten Ngawi
diharapkan meningkatkan sektor pertanian menjadi sektor yang maju.
Dalam peningkatan kualitas dan kuantitas produksi dapat dilakukan dengan
memperkuat kelembagaan kelompok tani untuk menerapkan saptasaha tani
atau SRI (System Rice Intensification). Selain itu, pemerintah dapat
memperkuat agribisnis yang sedang berjalan agar meningkat nilai jual
produk unggulan pertanian serta dapat diimpor ke luar Kabupaten Ngawi
sehingga efeknya meningkatkan kesejahteraan petani di Kabupaten Ngawi
itu sendiri.
3. Pemerintah daerah Kabupaten Ngawi diharapkan dapat mengembangkan
sarana dan prasarana untuk pengembangan usaha pertanian yaitu dengan
cara pengembangan teknologi, membangun sarana irigasi, ketersediaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
lahan, penyediaan modal bagi pelaku produsen, dan sarana pendukung
seperti transportasi dan komunikasi.
4. Pemerintah daerah sebaiknya membuatkan sebuah buku pedoman untuk
para investor yang nantinya dapat memberikan masukan sebagai data
acuan untuk berbisnis di bidang pertanian khususnya di Kabupaten
Ngawi.
5. Pemerintah daerah hendaknya perlu melakukan pengembangkan penelitian
untuk mencari komoditi unggulan di luar sektor pertanian.