ANALISIS POTENSI EKOWISATA BIRDWATCHINGDI PUSAT LATIHAN GAJAH TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS
(Skripsi)
Oleh
AKHMAD KAMALUDDIN
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
Akhmad Kamaluddin
ABSTRAK
ANALISIS POTENSI EKOWISATA BIRDWATCHING DI PUSATLATIHAN GAJAH TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS
Oleh
AKHMAD KAMALUDDIN
Burung merupakan salah satu satwa liar yang memiliki keunikan dan nilai yang
tinggi baik secara ekologi, ilmu pengetahuan, wisata dan budaya. Ekowisata
pengamatan burung (birdwatching) adalah kegiatan wisata di alam dengan burung
sebagai objek utamanya baik melihat keindahan secara morfologi, suara, dan
tingkah laku di habitat aslinya. Pusat Latihan Gajah (PLG) Taman Nasional Way
Kambas merupakan habitat satwa liar, salah satunya adalah burung. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis burung, kekayaan jenis
burung, kemerataan jenis burung dalam mendukung kegiatan ekowisata
birdwatching, mengetahui pengaruh tipe vegetasi terhadap keberadaan burung dan
mengetahui persepsi masyarakat dalam pemanfaatan burung untuk kegiatan
birdwatching. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari – Februari 2018 di
Pusat Latihan Gajah (PLG) Taman Nasional Way Kambas menggunakan metode
Akhmad Kamaluddinkombinasi, yaitu metode point count dan line transect. Metode untuk mengetahui
tipe penyusun vegetasi menggunakan rapid assesment dan untuk mengetahui
persepsi masyarakat menggunakan kuesioner one score one indicator. Analisis
data menggunakan analisis indeks Shannon-wiener, Margalef, Evennes dan
analisis persepsi dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan nilai
keanekaragaman jenis burung (H’) sebesar 2,408 yang berarti sedang, kekayaan
jenis (R) sebesar 4,702 yang berarti tinggi, dan kemerataan jenis (J) sebesar 0,688
yang berarti komunitas labil. Persepsi masyarakat mengenai burung dalam
pemanfaatan untuk mendukung kegiatan ekowisata birdwatching cenderung
positif.
Kata kunci : Birdwatching, burung, keanekaragaman, persepsi
Akhmad Kamaluddin
ABSTRACT
BIRDWATCHING ECOTOURISM POTENTIAL ANALYSIS AT THEELEPHANT TRAINING CENTER WAY KAMBAS NATIONAL PARK
By
AKHMAD KAMALUDDIN
The bird is one of a kind of wildlife species that has high value and uniqueness,
such as ecological values, science, tourism and culture. Ecotourism of
birdwatching is a tourist activity in nature with birds as the main object of both
see the beauty in morphology, voice, and behavior in its natural habitat. The
Elephant Training Center (PLG) Way Kambas National Park is a wildlife habitat,
one was a bird. This research intends to determine diversity of bird species,
richness of bird species,equity of bird species in order to support the birdwatching
ecotourism activities, knowing the effect of vegetation type on the presence of
birds and to determine the society perception in utilizing the bird for birdwatching
ecotourism activities. The research was conducted at the Elephant Training
Center Way Kambas National Park during January to February 2018 was using
combination method of point count method and line transect method. The method
to know of structure of vegetation type was using rapid assesment and the method
Akhmad Kamaluddinto know of society perception was using questionnare one score one indicator.
Data analyzing was used a Shannon-Wiener, Margalef, and Evenes index. The
society perception was analyzed descriptively and showed in a chart. The result
showed that the bird diversity (H’) was 2,408 which meant medium, the bird
richness (R) was 4,702 which meant high, and the bird equity (J) was 0,688 which
meant labile community. The society perception against the bird to support the
birdwatching ecotourism activities mostly positve.
Keywords : Birdwatching, birds, diversity, perception
ANALISIS POTENSI EKOWISATA BIRDWATCHING
DI PUSAT LATIHAN GAJAH TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS
Oleh
AKHMAD KAMALUDDIN
Skripsi
sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA KEHUTANAN
Pada
Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalirejo, pada tanggal 2 Desember
1994, sebagai anak pertama dari dua bersaudara, dari
Bapak Mukadi Ida Setiawan dan Ibu Naimah. Pada
tahun 2007 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah
Dasar di SD Negeri 2 Labuhan Ratu, Sekolah
Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Bandar Lampung
pada tahun 2010, dan Sekolah Menengah Atas di SMA
Muhammadiyah 2 Bandar Lampung pada tahun 2013.
Tahun 2013, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SBMPTN). Selama menjadi mahasiswa di Universitas Lampung,
pernah menjadi asisten dosen Kuliah Lapangan Kehutanan, Klimatologi
Pertanian, Perilaku Satwa Liar, Manajemen Kehidupan Liar, dan Wisata Hutan
Berkelanjutan serta aktif di organisasi menjadi Anggota Bidang Penelitian dan
Pengembangan Organisasi Himasylva periode 2014/2015, menjadi Sekretaris
Bidang Pengkaderan dan Penguatan Organisasi Himasylva periode 2015/2016,
menjadi Koordinator Regional II Sylva Indonesia periode 2014/2016.
Pada tahun 2016, penulis melakukan kegiatan Praktik Umum (PU) di RPH
Singomerto BKPH Banjarnegara KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Divisi
Regional Jawa Tengah dan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Labuhan
Permai Kecamatan Way Serdang, Kabupaten Mesuji, Lampung.
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dan shalawat serta salam
disampaikan kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW, atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Analisis Potensi
Ekowisata Birdwatching Di Pusat Latihan Gajah Taman Nasional Way Kambas”
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kehutanan pada Jurusan
Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam menyusun penulisan skripsi. Ucapan terima
kasih penulis sampaikan kepada beberapa pihak sebagai berikut :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si. selaku Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
3. Bapak Dr. Ir. Gunardi Djoko Winarno, M.Si. sebagai dosen pembimbing
pertama atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, kritik, dan saran
dalam proses penyelesaian skripsi ini.
iii
4. Ibu Dr. Hj. Bainah Sari Dewi, S.Hut., M.P. sebagai dosen pembimbing kedua
atas kesediaannya memberikan bimbingan, kritik, dan saran dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S. sebagai dosen penguji atas
arahan, saran dan kritik yang telah diberikan sampai selesainya penulisan
skripsi ini.
6. Bapak Duryat, S.Hut., M.P. selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan arahan selama penulis menuntut ilmu di Universitas Lampung.
7. Segenap Dosen Jurusan Kehutanan yang telah memberikan ilmu
pengetahuan bidang kehutanan dan menempa diri bagi penulis selama
menuntut ilmu di Universitas Lampung.
8. Ibu Elisabeth Devi Krismurniati, S.Si., ME. selaku kordinator Pusat
Latihan Gajah Taman Nasional Way Kambas yang telah memberikan izin
dan arahan selama penulis melakukan penelitian di Pusat Latihan Gajah.
9. Bapak Subakir, SH., MH. selaku Kepala Balai Taman Nasional Way
Kambas yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian di Pusat Latihan Gajah Taman Nasional Way Kambas.
10. Bapak Ibu penulis yaitu Bapak Mukadi Ida Setiawan dan Ibu Na’imah
yang selalu memberikan doa, semangat, kasih sayang serta dukungan
moril maupun materil hingga penulis dapat meniti langkah sejauh ini.
11. Saudara penulis yaitu Sandri, Yoshua, Putut, Ikhsan, Rasyid, Ferdi, dan
Dina yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.
iv
12. Sahabat serta saudara-saudara seperjuangan angkatan 2013 (FOCUS), serta
seluruh keluarga besar Himasylva dan Jurusan Kehutanan semoga
kekeluargaan dan tali silaturahmi dapat tetap terjalin dengan baik.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian penelitian dan penyusunan skripsi.
Bandar Lampung, Februari 2019
Akhmad Kamaluddin
v
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR TABEL .................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ viii
I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1A. Latar Belakang .............................................................................. 1B. Rumusan Masalah ......................................................................... 3C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 3D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 4E. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 7A. Keanekaragaman Jenis Burung ................................................... 7B. Burung ...................................................................... .................... 8C. Habitat Burung ......................................................................... .... 9D. Konservasi Burung ........................................................................ 10E. Ekowisata ...................................................................................... 11F. Wisata Pengamatan Burung (Birdwatching) ............................... . 11G. Taman Nasional ............................................................................ 13H. Pusat Latihan Gajah Taman Nasional Way Kambas .................... 14
1. Sejarah ............................................................ ......................... 142. Pengorganisasian ..................................................................... 15
III. METODE PENELITIAN.................................................................. 17A. Waktu dan Lokasi Penelitian ........................................................ 17B. Alat dan Bahan ............................................................................. 18C. Batasan Penelitian ......................................................................... 18D. Jenis Data ...................................................................................... 19
1. Data Primer ............................................................................. 192. Data Sekunder ......................................................................... 19
E. Metode Pengambilan Data ..................................................................... 201. Inventarisasi Keanekaragaman Jenis Burung yang Potensial
Dijadikan Objek Wisata Birdwatching ................................... 202. Persepsi Masyarakat dan Pengunjung Pusat Latihan Gajah
Taman Nasional Way Kambas Mengenai Keberadaan Burung
Halaman
vi
dan Wisata Pengamatan Burung (Birdwatching) .................... 22F. Analisis Data .......................................................................................... 25
1. Inventarisasi Keanekaragaman Jenis Burung yang PotensialDijadikan Objek Wisata Birdwatching ................................... 25a. Indeks Keanekaragaman Jenis ............................................ 25b. Indeks Kekayaan Jenis ....................................................... 26c. Indeks Kemerataan ............................................................. 26d. Analisis Deskriptif .............................................................. 27
2. Persepsi Masyarakat dan Pengunjung Pusat Latihan GajahTaman Nasional Way Kambas Mengenai Keberadaan Burungdan Wisata Pengamatan Burung (Birdwatching) .................... 27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 28A. Kekayaan Spesies Burung dan Kelimpahannya .......................... 28B. Tingkat Keanekaragaman Jenis Burung ...................................... 32C. Tingkat Kemerataan Jenis Burung ............................................... 34D. Kondisi Habitat ............................................................................ 35
1. Vegetasi ................................................................................... 352. Air ............................................................................................ 373. Variasi Pakan ........................................................................... 38
E. Persepsi Masyarakat Mengenai Konservasi Sumber Daya AlamHayati dan Ekosistemnya Terhadap Birdwatching ...................... 39
F. Persepsi Masyarakat Mengenai Burung ....................................... 411. Positif ...................................................................................... 412. Negatif ..................................................................................... 433. Kesenjangan Persepsi Masyarakat Mengenai Burung ............ 45
G. Persepsi Masyarakat Mengenai Ekowisata .................................. 461. Positif ...................................................................................... 462. Negatif ..................................................................................... 483. Kesenjangan Persepsi Masyarakat Mengenai Dampak
Ekowisata ................................................................................ 50H. Persepsi Masyarakat Mengenai Burung dalam Kegiatan
Ekowisata Birdwatching .............................................................. 51I. Pengembangan Potensi Ekowisata Birdwatching ......................... 53
V. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 60A. Simpulan ...................................................................................... 60B. Saran ............................................................................................ 61
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 62
LAMPIRAN .............................................................................................. 67Gambar 15−19 ............................................................................................ 68
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman1. Tally sheet pengamatan burung dengan menggunakan metode point
count .................................................................................................... 21
2. Tally sheet pengamatan burung dengan menggunakan metode linetransect ................................................................................................ 21
3. Tally sheet bagaimana pendapat anda terhadap konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya (KSDAHE) ................................ 22
4. Tally sheet bagaimana pandangan positif anda terhadap burung ........ 23
5. Tally sheet bagaimana pandangan negatif anda terhadap burung ....... 23
6. Tally sheet bagaimana persepsi anda terhadap burung dalam kegiatanekowisata birdwatching ...................................................................... 23
7. Tally sheet bagaimana pendapat anda mengenai dampak positifekowisata ............................................................................................. 24
8. Tally sheet bagaimana pendapat anda mengenai dampak negatifekowisata ............................................................................................. 24
9. Spesies burung yang ditemukan di Pusat Latihan Gajah TamanNasional Way Kambas ........................................................................ 28
10. Jenis vegetasi yang ditemukan di Pusat Latihan Gajah TamanNasional Way Kambas ........................................................................ 35
11. Daftar jenis burung yang potensial dijadikan objek daya tarik wisatabirdwatching di Pusat Latihan Gajah Taman Nasional Way Kambas. 54
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman1. Diagram alir kerangka pemikiran penelitian analisis ekowisata
birdwatching di Pusat Latihan Gajah Taman Nasional Way Kambas. 6
2. Struktur organisasi di Pusat Latihan Gajah Taman Nasional WayKambas ................................................................................................ 16
3. Peta lokasi penelitian dengan skala 1:397.000 .................................... 17
4. Peta lokasi titik pengamatan dengan skala 1:5.000.............................. 18
5. Lima jenis burung dengan kelimpahan tertinggi yang ditemukan diPusat Latihan Gajah Taman Nasional Way Kambas .......................... 31
6. Nilai keanekaragaman jenis burung pada berbagai jenis tipe ekosistemdi Pusat Latihan Gajah Taman Nasional Way Kambas ...................... 33
7. Persepsi masyarakat mengenai konservasi sumber daya alam hayatidan ekosistemnya di Pusat Latihan Gajah Taman Nasional WayKambas ............................................................................................... 39
8. Persepsi positif masyarakat terhadap burung di Pusat Latihan GajahTaman Nasional Way Kambas ............................................................ 42
9. Persepsi negatif masyarakat terhadap burung di Pusat Latihan GajahTaman Nasional Way Kambas ............................................................ 43
10. Grafik perbedaan (gab) persepsi positif dan negatif terhadap burungdi Pusat Latihan Gajah Taman Nasional Way Kambas ...................... 45
11. Persepsi masyarakat terhadap dampak positif ekowisata di PusatLatihan Gajah Taman Nasional Way Kambas .................................... 46
12. Persepsi masyarakat terhadap dampak negatif ekowisata di PusatLatihan Gajah Taman Nasional Way Kambas .................................... 48
13. Grafik perbedaan nilai (gab) positif negatif dampak ekowisata diPusat Latihan Gajah Taman Nasional Way Kambas .......................... 50
Halaman
ix
14. Persepsi masyarakat terhadap burung dalam kegiatan ekowisatabirdwatching di Pusat Latihan Gajah Taman Nasional Way Kambas 51
15. Wawancara dengan masyarakat di Pusat Latihan Gajah TamanNasional Way Kambas ........................................................................ 68
16. Lokasi pengamatan di area taman Pusat Latihan Gajah TamanNasional Way Kambas ........................................................................ 68
17. Burung kuntul kerbau (Bubulcus ibis) di area rawa Pusat LatihanGajah Taman Nasional Way ............................................................... 69
18. Pengamatan burung di area padang savana Pusat Latihan GajahTaman Nasional Way Kambas ............................................................ 69
19. Peta sebaran burung pada penelitian analisis potensi ekowisatabirdwatching di Pusat Latihan Gajah Taman Nasional Way Kambas 70
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan wisata pengamatan burung (birdwatching) sebagai salah satu kegiatan
wisata adalah perjalanan ke alam bebas dengan penekanan pada apresiasi manusia
pada keindahan burung yang hidup bebas di habitatnya, baik akan kemerduan
suara, keindahan bentuk dan warna tubuh, maupun keunikan tingkah lakunya
(Rusmendro, 2009). Birdwatching merupakan salah satu kegiatan wisata alam
yang dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar karena
banyaknya wisatawan yang akan melakukan kunjungan ke daerah tersebut, di sisi
lain juga bisa memberikan manfaat konservasi bagi jenis-jenis burung yang ada di
suatu kawasan (Widyasari dkk., 2013).
Sukmantoro dkk. (2007) menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara
terkaya nomor empat di dunia akan jumlah spesies burungnya setelah Columbia,
Peru, dan Brazil. Berdasarkan jumlah tersebut, 372 (23,28%) spesies diantaranya
adalah kategori spesies burung endemik dan 149 (9,32%) spesies adalah kategori
burung migran. Sesuai dengan data tersebut tercatat 118 (7,38%) spesies burung
yang dikatagorikan sebagai spesies yang terancam punah dalam IUCN Red List.
Burung merupakan plasma nutfah yang memiliki nilai dan keunikan yang tinggi,
baik nilai ekologi, ilmu pengetahuan, wisata dan budaya. Burung juga merupakan
2salah satu penghuni ruang yang cukup baik, dilihat dari keberadaan dan
penyebarannya secara horizontal dapat diamati melalui tipe habitat yang dihuni
oleh burung. Menurut Aris dan Aunorohim (2013) burung merupakan salah satu
komponen ekosistem yang menjadi sumber inspirasi dan dapat memberikan
kesenangan kepada masyarakat Indonesia karena keindahan suara dan bulunya,
burung juga merupakan indikator yang sangat baik untuk kesehatan lingkungan
dan nilai keanekaragaman hayati lainnya. Upaya menjaga kelestarian burung
serta meningkatkan kesadaran tentang konservasi burung di alam sebagai salah
satu bentuk upaya konservasi burung, yaitu dengan kegiatan wisata birdwatching
(Sukara dkk., 2014).
Taman Nasional merupakan salah satu kawasan konservasi yang memiliki
keanekaragaman hayati yang dapat dijadikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan
(Suriani dan Razak, 2011). Taman Nasional Way Kambas ( TNWK ) merupakan
salah satu perwakilan kawasan yang memiliki ekosistem hutan dataran rendah
yang memiliki luas 125.621,3 ha. Pihak pengelola TNWK telah membangun
Pusat Latihan Gajah (PLG) dengan luas ± 400 ha dalam upaya meningkatkan
konservasi satwa liar yang berada di dalam TNWK terutama satwa gajah
sumatera. PLG mulai dioperasikan sejak tanggal 27 Agustus 1985 (Mukhtar,
2004). Taman Nasional mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi
yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi alam, khususnya ekowisata di Pusat
Latihan Gajah (PLG) (Dephut, 1990; Subangkit dkk., 2014).
3Kegiatan ekowisata di PLG juga merupakan pemanfaatan jasa lingkungan dari
objek taman nasional, selain itu pemanfaatannya juga dapat melindungi maupun
melestarikan flora dan fauna, maka dilakukan upaya pelestarian berupa semi in-
situ (pada habitat asli tetapi masih ada campur tangan manusia). Salah satunya
adalah upaya pelestarian burung dengan wisata alam birdwatching. Wisata
birdwatching diharapkan dapat menambah pengetahuan para pengunjung tentang
arti pentingnya PLG, tidak saja sebagai pusat konservasi gajah sumatera tetapi
juga sebagai habitat yang mendukung konservasi berbagai jenis burung.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimanakah keanekaragaman jenis burung yang potensial untuk dijadikan
objek wisata birdwatching di Pusat Latihan Gajah Taman Nasional Way
Kambas.
2. Bagaimanakah pengaruh tipe vegetasi dan kondisi habitat di lokasi penelitian
terhadap keberadaan dan aktivitas burung.
3. Bagaimanakah persepsi masyarakat dan pengunjung Pusat Latihan Gajah
Taman Nasional Way Kambas mengenai wisata birdwatching.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi keanekaragaman jenis, kekayaan jenis, dan kemerataan jenis
burung yang potensial dijadikan objek wisata birdwatching di Pusat Latihan
4Gajah Taman Taman Nasional Way Kambas.
2. Mengetahui pengaruh tipe vegetasi dan kondisi habitat di lokasi penelitian
terhadap keberadaan dan aktivitas burung.
3. Mengetahui persepsi masyarakat dan pengunjung Pusat Latihan Gajah Taman
Nasional Way Kambas mengenai wisata birdwatching.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai sumber informasi tentang keanekaragaman jenis burung yang terdapat
di Pusat Latihan Gajah Taman Nasional Way Kambas.
2. Sebagai dasar pengembangan wisata birdwatching dalam upaya konservasi
burung di Pusat Latihan Gajah Taman Nasional Way Kambas.
3. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar penelitian selanjutnya.
E. Kerangka Pemikiran
Pusat Latihan Gajah Taman Nasional Way Kambas merupakan salah satu tempat
konservasi satwa liar in-situ gajah sumatera yang ramai dikunjungi wisatawan.
Selain sebagai pusat konservasi gajah sumatera, PLG menjadi salah satu tempat
habitat satwa liar. Salah satu satwa liar yang dominan terlihat adalah burung.
Wilayah PLG yang memiliki beberapa macam tipe habitat vegetasi dan tutupan
lahan yang berbeda yaitu vegetasi hutan alam, vegetasi padang savana, vegetasi
rawa, jalan utama, taman, dan area kandang gajah sangat cocok menjadi area
singgah dan tempat tinggal satwa, salah satunya adalah burung. Keberadaan
5berbagai jenis burung di tiap-tiap vegetasi berbeda memiliki potensi untuk
dikembangkan ekowisata birdwatching di wilayah PLG. Penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan metode point count dan metode line transect. Pengamatan
menggunakan enam titik hitung (point count) di lokasi pengamatan dengan
rentang waktu pada pagi hari pukul 06.00 WIB–09.00 WIB dan pada sore hari
pukul 15.00 WIB−18.00 WIB, dilakukan selama ± 180 menit. Metode ini
digunakan untuk mengetahui jumlah serta mengidentifikasi jenis burung yang
dijumpai pada setiap titik pengamatan, yang berpotensi untuk dijadikan objek
wisata birdwatching. Komposisi penyusun vegetasi pada lokasi pengamatan
dapat diketahui dengan menggunakan metode rapid assesment. Rapid assesment
merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui tipe vegetasi, dan kondisi
habitat ditemukannya burung dengan menghitung cepat di lokasi penelitian yang
kemudian dianalisis secara deskriptif. Selanjutnya dilakukan penyebaran
kuesioner kepada masyarakat dan pengunjung yang berada di lokasi penelitian
untuk memperoleh informasi tentang keberadaan jenis burung, pendapat tentang
keberadaan wisata pengamatan burung (birdwatching) yang akan dianalisis secara
deskriptif. Diagram alir kerangka pemikiran disajikan pada Gambar 1.
6
Pusat Latihan Gajah
Habitat Satwa Liar
Gambar 1. Diagram alir kerangka pemikiran penelitian analisis ekowisatabirdwatching di Pusat Latihan Gajah Taman Nasional Way Kambas.
Keberadaan Burung
Analisis Ekowisata Birdwatching
Point Count danLine Transect
Rapid Assesment Kuesioner
Jumlah, Jenis, Aktivitas,dan Waktu Perjumpaan
Burung
KomposisiPenyusun Vegetasi
Persepsi Masyarakat danPengunjung MengenaiWisata Birdwatching
Keanekaragaman JenisShannon-Wienner (H'), IndeksKekayaan Jenis Margalef (R),dan Indeks Kesamarataan (J)
Analisis Deskriptif
Wisata Birdwatching
Tutupan Lahan
Sistem InformasiGeografis (SIG)
Analisis TutupanLahan (hutanalam, taman,jalan, semakbelukar, rawa
dan areakandang)
Enam tipe jenishabitat berbeda
- Dampak positif dannegatif burung
- Dampak positif dannegatif ekowisata
- Dampak positif dannegatif ekowisatabirdwatching
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Keanekaragaman Jenis Burung
Keanekaragaman jenis burung didefinisikan sebagai jumlah total jenis burung
beserta kelimpahannya masing-masing yang terdapat pada suatu area. Menurut
Sukmantoro dkk. (2007) mencatat sebanyak 1.598 jenis burung untuk wilayah
Indonesia. Berdasarkan jumlah tersebut, diketahui 372 jenis (23,28 %)
diantaranya adalah jenis burung yang tergolong endemik dan 149 jenis (9,32 %)
adalah jenis burung migran. Keanekaragaman jenis burung dapat digambarkan
sebagai kekayaan atau jumlah jenis burung yang ditemukan pada suatu kawasan,
dimana secara morfologi dan biologi berbeda antara jenis yang satu dengan jenis
yang lain. Dalam ekologi umumnya keanekaragaman hayati mengarah pada
komposisi dari suatu profil habitat yang mendukung derajat kelimpahan satwa liar
dengan tipe habitatnya.
Keanekaragaman jenis burung mengandung beragam manfaat dan memerankan
berbagai fungsi, sehingga pelestariannya menjadi sangat penting baik ditinjau dari
sudut ekonomi, sosial maupun budaya. Suatu areal tersebut memiliki kelimpahan
burung yang tinggi, maka bisa menjadi salah satu indikator bahwa kondisi
lingkungan baik. Hal ini dikarenakan burung sebagai satwa liar yang mampu
8menyebarkan biji, membantu penyerbukan, dan menjadi predator alami satwa lain
(Saefullah dkk., 2015). Nugroho (2016) menyatakan bahwa manfaat burung
secara tidak langsung adalah bisa digunakan sebagai bioindikator lingkungan.
B. Burung
Burung merupakan komponen ekosistem yang menjadi sumber inspirasi dan
memberikan kesenangan kepada masyarakat Indonesia karena keindahan suara
dan bulunya. Burung juga merupakan indikator yang sangat baik untuk kesehatan
lingkungan dan nilai keanekaragaman hayati lainnya (Aris dan Aunorohim, 2013).
Burung memiliki nilai dan keunikan yang tinggi, diantaranya nilai ekologi, ilmu
pengetahuan, wisata dan budaya. Burung merupakan salah satu penghuni ruang
yang cukup baik, dilihat dari keberadaan dan penyebarannya secara horizontal
dapat diamati melalui tipe habitat yang dihuni oleh burung. Selain itu, keberadaan
dan penyebaran burung juga dapat dilihat secara vertikal dari stratifikasi profil
hutan yang dimanfaatkan. Keberadaan jenis burung dapat dibedakan berdasarkan
strata penyusun tajuk, yaitu semak, strata antara semak, pohon dan strata tajuk.
Setiap jenis strata memiliki kemampuan untuk mendukung kehidupan jenis-jenis
burung. Penyebaran vertikal burung terbagi dalam kelompok burung pemakan
buah dan kelompok burung penghuni atas tajuk.
Menurut Ardley (1979) ciri-ciri karakteristik dari burung antara lain.
1. Suhu tubuhnya tetap (homoithermis), karena burung memiliki pusat pengatur
suhu tubuh.
2. Alat-alat penglihatan, pendengaran, dan alat suaranya berkembang dengan
9baik.
3. Mempunyai kemampuan melindungi dan memelihara anak-anaknya hingga
siap melakukan aktivitas sendiri.
4. Pada bagian ekornya terdapat bulu-bulu ekor dan kelenjar uropigial yang
berfungsi untuk meminyaki bulu-bulunya agar tetap licin sehingga baik untuk
terbang dan terlindungi dari kerusakan bulu akibat basah oleh air.
5. Rahang bermodifikasi menjadi paruh yang bentuknya bervariasi
menunjukkan adanya kemampuan adaptasi morfologis dari burung untuk
mendapatkan makanannya.
6. Pembuahannya terjadi secara internal.
Burung bersifat dinamis dan mampu menjadi indikator perubahan lingkungan
yang terjadi pada tempat burung tersebut berada. Hal ini dikarenakan burung
merupakan vertebrata yang mudah terlihat secara umum, mudah diidentifikasi,
persebaran yang luas, namun dalam pengelolaan dan konservasi cenderung tidak
banyak dilakukan di wilayah yang kelimpahan burungnya tinggi termasuk
Indonesia.
C. Habitat Burung
Habitat merupakan keadaan suatu lingkungan dengan kondisi tertentu dimana
suatu spesies atau komunitas dapat melangsungkan hidupnya. Suatu habitat
dikatakan baik apabila perkembangbiakan suatu organisme yang hidup di
dalamnya berlangsung secara normal. Habitat memiliki kapasitas tertentu untuk
10memenuhi dan mendukung pertumbuhan populasi suatu organisme. Kapasitas
untuk mendukung organisme disebut daya dukung habitat (Irwanto, 2006).
Kondisi habitat meliputi kuantitas dan kualitas yang menentukan distribusi dan
populasi margasatwa sehingga perhatian yang seksama dari pihak pengelola harus
dilakukan secara bijaksana. Kualitas habitat yang baik akan mendukung
kehidupan jenis-jenis burung endemik dan sebaran terbatas. Masing-masing tipe
habitat mempunyai keistimewaan tersendiri dengan fungsinya sebagai tempat
mencari pakan, beristirahat maupun aman untuk berkembang biak (Widodo,
2016). Tipe habitat yang berbeda menghasilkan keanekaragaman burung dan
jumlah spesies burung yang berbeda (Mulyani dkk., 2013). Menurut Howes dkk.
(2003) kehadiran suatu jenis burung tertentu, pada umumnya disesuaikan dengan
kesukaannya terhadap habitat tertentu. Secara umum, habitat burung dapat
dibedakan atas habitat di darat, air tawar dan laut, serta dapat dibagi lagi menurut
tanamannya seperti hutan lebat, semak maupun rerumputan (Rusmendro, 2009).
D. Konservasi Burung
Konservasi sumber daya alam hayati menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1990 adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya
dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya
dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan
nilainya (Departemen Kehutanan, 1990; Kementerian Kehutanan, 2012).
Menurut Irwanto (2006) populasi satwa liar di alam dapat naik turun, atau stabil.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah kelahiran (natalitas),
11kematian (mortalitas), imigrasi dan emigrasi. Selain itu dipengaruhi juga oleh
faktor-faktor ekologis habitatnya, yaitu: ketersediaan pakan, air, tempat
berlindung, perubahan vegetasi, iklim, pemangsaan, penyakit, bencana alam, dan
aktivitas manusia (vandalisme).
E. Ekowisata
Ekowisata merupakan suatu pemanfaatan ekosistem hutan secara lestari melalui
kegiatan wisata yang bertanggung jawab terhadap lingkungan. Kegiatan
ekowisata pada dasarnya diselenggarakan dengan kesederhanaan, memelihara
keaslian alam dan lingkungan, menciptakan ketenangan, memelihara flora dan
fauna, serta terpeliharanya lingkungan hidup, sehingga tercipta keseimbangan
antara kehidupan manusia dengan alam sekitarnya (Nugraha dkk., 2015).
Salah satu prinsip pengembangan ekowisata adalah dapat memenuhi aspek dan
nilai-nilai pendidikan, yaitu kegiatan pariwisata yang dilakukan dapat
memberikan unsur pendidikan kepada wisatawan. Kegiatan ini dapat dilakukan
dengan beberapa cara antara lain dengan memberikan informasi yang menarik
seperti nama dan manfaat satwa yang ada di sekitar daerah wisata, manfaat
ekologi, ekonomi, maupun manfaat secara sosial budaya (Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata, 2002).
F. Wisata Pengamatan Burung (Birdwatching)
Menurut Lakiu dkk. (2016) kegiatan pengamatan burung (birdwatching) di alam
terbuka merupakan salah satu bentuk kegiatan ekowisata. Burung dapat dijadikan
12sebagai bahan penelitian, pendidikan lingkungan dan objek wisata. Pada
ekowisata pengamatan burung pengunjung dapat mempelajari bentuk-bentuk
morfologi burung dan fungsi ekologis dari burung dalam hal penyebaran benih
dan sebagai penyerbuk alami bagi tumbuhan dan tanaman.
Birdwatching merupakan salah satu kegiatan pengamatan burung di alam.
Kegiatan wisata alam birdwatching, di satu sisi bisa memberikan manfaat
ekonomi bagi masyarakat sekitar karena banyaknya wisatawan yang akan
melakukan kunjungan ke daerah tersebut, di sisi lain juga bisa memberikan
manfaat konservasi bagi jenis-jenis burung yang ada di suatu kawasan (Widyasari
dkk., 2013). Kehadiran jenis-jenis burung di suatu area, memberikan pesona
tersendiri, seperti menikmati keindahan warna, keunikan tingkah laku burung,
keunikan bentuk dan kekhasan suaranya.
Kegiatan birdwatching di dunia terus berkembang dan sekarang telah menjadi
bisnis multi-juta dolar di Amerika Serikat dan sudah sejak lama tujuan wisata
tersebut mengarah ke negara-negara tropis (Welford dan Barilla, 2013).
Sedangkan di Australia menurut Jones dan Buckley (2001) sama seperti di banyak
negara lainnya bahwa jumlah kegiatan bisnis pengembangan wisata birdwatching
mengalami peningkatan yang sangat signifikan di beberapa dekade ini. Menurut
Widodo (2016) satwa burung sebagai salah satu obyek wisata di Taman Nasional
yang dapat di jual kepada para wisatawan karena beberapa faktor
keistimewaannya, seperti kelangkaannya, bersifat endemik, dan kekhasan-
kekhasan lainnya.
13Menurut MacKinnon dkk. (2010) menjelaskan bahwa salah satu alasan yang
mendukung suatu kawasan menarik untuk dikunjungi yaitu jika kawasan tersebut
memiliki atraksi yang dapat diunggulkan, misalnya satwa liar yang menarik atau
khas untuk tempat tertentu. Oleh karena itu, burung yang dapat dipilih sebagai
objek wisata birdwatching didasarkan pada ketertarikan pengunjung terhadap
jenis burung, status konservasi, dan endemisitas.
G. Taman Nasional
Kawasan taman nasional di Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang
dapat dijadikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Menurut Suriani dan Razak
(2011) taman nasional sebagai kawasan konservasi, merupakan ekosistem yang
paling produktif, dengan tanpa membutuhkan investasi, kawasan ini terus
menerus menghasilkan sesuatu yang dibutuhkan manusia dan berfungsi sebagai
penyangga, seperti oksigen, plasma nutfah, fungsi barier abrasi pulau, menyimpan
dan mendistribusikan air tanah, memberikan nuansa keindahan, dan sebagainya.
Sesuai dengan batasan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 bahwa taman
nasional dikelola dengan sistem zonasi, maka pemanfaatan potensi sumberdaya
alam hayati dan ekosistemnya di taman nasional dilakukan berdasarkan penataan
zonasi (Departemen Kehutanan, 1990). Taman nasional merupakan salah satu
kawasan konservasi yang mengandung aspek pelestarian dan aspek pemanfaatan
sehingga kawasan ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan ekowisata dan
minat khusus. Kedua bentuk pariwisata tersebut yaitu ekowisata dan minat
14khusus, sangat prospektif dalam penyelamatan ekosistem hutan. Pengembangan
kawasan yang demikian ini yang menguntungkan bagi kelestarian hutan.
H. Pusat Latihan Gajah Taman Nasional Way Kambas
1. Sejarah
Taman Nasional Way Kambas ( TNWK ) merupakan salah satu perwakilan
kawasan yang memiliki ekosistem hutan daratan rendah yang memiliki luas
125.621,3 ha. Pihak pengelola TNWK telah membangun Pusat Latihan Gajah
(PLG) dengan luas ± 400 ha dalam upaya meningkatkan konservasi satwa liar
yang berada di dalam TNWK terutama satwa gajah sumatera. PLG mulai
dioperasikan sejak tanggal 27 Agustus 1985 (Mukhtar, 2004). Pendirian PLG
Way Kambas ditujukan untuk mengurangi konflik antara gajah dengan manusia.
PLG dengan gajah-gajah yang terlatih, terdiri dari gajah tangkap, latih, atraksi,
kerja dan kebutuhan lainnya. Pemanfaatan gajah antara lain untuk membantu
penanganan konflik manusia dan satwa, penyelamatan satwa, patroli pengamanan
dan alat transportasi dalam rangka mendukung pengendalian kebakaran hutan
(BTNWK, 2017).
Salah satu cara pengelolaan yang dilakukan oleh PLG menurut Riba’i dkk. (2013)
yaitu menggembalakan gajah di tiga habitat berbeda yakni padang rumput, rawa
dan hutan sekunder. Lokasi tersebut berpotensi sebagai tempat tinggal berbagai
jenis burung sesuai dengan karakteristik habitatnya dan mampu menunjang
kegiatan ekowisata birdwatching. Berdasarkan Riba’i dkk. (2013) maka
ditentukan tiga habitat tersebut sebagai dasar penentuan lokasi point count.
15Daerah rawa, padang rumput, kandang gajah, jalan utama (beraspal), hutan
sekunder dan area taman menjadi tempat titik pengamatan (point count) dengan
pertimbangan lokasi tersebut dijadikan tempat mencari makan, area singgah, dan
tempat bermain oleh burung.
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan suatu proses penyusunan struktur organisasi, sumber
daya yang dimilikinya dan lingkungan yang melengkapinya dalam
mengelompokkan orang, penetapan tugas, fungsi, wewenang dan tanggung jawab
untuk tercapainya tujuan (Afandi, 2004). Pusat Latihan Gajah dipimpin oleh
seorang koordinator yang langsung berkoordinasi dengan kepala balai. Adapun
susunan mengenai struktur organisasi di PLG (Afandi, 2004) disajikan pada
Gambar 2.
16
Gambar 2. Struktur organisasi di Pusat Latihan Gajah Taman Nasional WayKambas (Sumber: Affandi, 2004).
Kepala Balai TNWK
Kordinator PLG
Wakil
Kepala Unit Tata Usahaa
Kepala Unit DiklatKepala UnitKesehatan
Kepala UnitPelayanan
Kepala UnitPengamanan
Sub UnitPengamanan
Sarpras
Sub UnitPelayanan
Pengunjung
Sub UnitObat &
Perawatan
Sub UnitDiklat Personil
Sub UnitPengamanan
Gajah danPenanggulanganGangguan Gajah
Sub UnitPengamananPengunjung
Sub UnitPelayanan
Promosi danInformasi
Sub UnitPelayanan
Atraksi
Sub UnitMakanan
Sub UnitDiklat Gajah
Sub UnitPengembangan
Diklat
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Januari–Februari 2018 berlokasikan di
Pusat Latihan Gajah Taman Nasional Way Kambas dengan peta lokasi penelitian
dideskripsikan pada Gambar 3 dan Gambar 4.
Gambar 3. Peta lokasi penelitian dengan skala 1:397.000.
18
Gambar 4. Peta lokasi titik pengamatan dengan skala 1:5.000.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan meliputi: alat tulis, kertas kerja (tally sheet), kuesioner,
binokuler, jam tangan digital, aplikasi pemetaan, kalkulator, Global Position
System (GPS), komputer, camera digital, dan buku identifikasi spesies burung
“Seri Buku Panduan Lapangan Burung-Burung di Sumatera, Jawa, Bali, dan
Kalimantan” (MacKinnon dkk., 2010). Objek yang digunakan dalam penelitian
ini adalah spesies burung yang terdapat di lokasi penelitian.
C. Batasan Penelitian
Batasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pengamatan dilakukan pada 6 point count selama 6 hari, pengulangan
sebanyak 3 kali (3 hari) dan pengamatan line transect di 6 titik point count
19selama 1 hari dengan pengulangan sebanyak 3 kali (3 hari).
2. Penelitian dilakukan selama 21 hari waktu efektif (7 hari dengan 3 kali
pengulangan di setiap titik).
3. Penelitian dilakukan di enam lokasi berbeda, yaitu hutan alam, rawa, padang
savana, area taman, jalan utama (beraspal), dan kandang gajah.
4. Penelitian hanya dilakukan pada burung jenis diurnal.
5. Penelitian dilakukan sesuai dengan kondisi cuaca yaitu cuaca cerah dan
mendung. Apabila hujan maka penelitian tidak dilakukan, tetapi diganti dihari
lain pada jam yang sama.
D. Jenis Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang berasal dari sumber asli atau pertama, tidak
dalam bentuk file melainkan melalui narasumber yang dijadikan sebagai sarana
mendapatkan informasi atau data atau melalui pengukuran langsung
dilapangan. Data primer yang diambil meliputi: jenis burung, jumlah spesies,
waktu perjumpaan, vegetasi, dan persepsi masyarakat.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data (Sarwono, 2006). Data sekunder dalam penelitian ini
meliputi: profil keadaan umum lokasi penelitian, buku, jurnal, serta
pendukung lainnya.
20E. Metode Pengambilan Data
1. Inventarisasi keanekaragaman jenis burung yang potensial dijadikan objek
wisata birdwatching.
Melakukan inventarisasi keberadaan jenis burung yang potensial dijadikan
objek wisata birdwatching dilakukan dengan menggunakan metode observasi
langsung yaitu menggunakan metode point count dan metode line transect
(Bibby dkk., 2000). Pengamatan menggunakan enam titik hitung (point count)
atau stasiun pengamatan. Seluruh stasiun pengamatan dibagi berdasarkan
enam tipe tutupan lahannya yaitu pada hutan alam, padang savana, rawa, area
taman, jalan utama, dan kandang gajah. Pelaksanaan pengamatan dilakukan
dengan diam pada titik tertentu untuk metode point count dan pengamatan
dilakukan dengan berjalan antar titik pengamatan untuk metode line transect,
kemudian mencatat perjumpaan terhadap burung dan mencatat titik lokasi
perjumpaan terhadap burung dengan menggunakan Global Position System
(GPS).
Pengamatan menggunakan enam titik hitung (point count) di lokasi
pengamatan dengan rentang waktu pada pagi hari pukul 06.00 WIB−09.00WIB
dan pada sore hari pukul 15.00 WIB−18.00 WIB, dilakukan selama ± 180
menit dengan total jam pengamatan adalah 126 jam. Setiap jenis burung yang
dijumpai pada setiap titik pengamatan dicatat keberadaan, waktu dan
jumlahnya. Pengamatan dilakukan secara berulang sebanyak 3 kali
pengulangan untuk setiap lokasi pengamatan. Komposisi penyusun vegetasi
menggunakan metode rapid assesment. Rapid assesment merupakan metode
21yang digunakan untuk mengetahui tipe vegetasi, dan kondisi habitat
ditemukannya burung dengan menghitung cepat di lokasi penelitian yang
kemudian dianalisis secara deskriptif. Inventarisasi keberadaan jenis burung
dicatat pada tally sheet seperti pada Tabel 1 untuk metode point count dan pada
Tabel 2 untuk metode line transect.
Tabel 1. Tally sheet pengamatan burung dengan menggunakan metode pointcount
Hari ke (waktu) :Hari/tanggal :
NoWaktu(WIB)
Jenisburung Titik PengamatanJumlah
IndividuKeterangan
Cuaca
Tabel 2. Tally sheet pengamatan burung dengan menggunakan metode linetransect
Hari ke (waktu) :Hari/tanggal :Cuaca :
WaktuTitik
PengamatanNomorTitik
Jarak dari nol (m)mata pengamatmelihat burung
Jenisburung
Jumlah
Jarak daripengamat dangaris transek
(m)
222. Persepsi masyarakat dan pengunjung Pusat Latihan Gajah Taman Nasional
Way Kambas mengenai keberadaan burung dan wisata pengamatan burung
(birdwatching).
Persepsi masyarakat dan pengunjung mengenai potensi wisata pengamatan
burung diperoleh melalui kuesioner dan wawancara. Tujuannya untuk
menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang
diwawancarai diminta untuk memberi pendapat atau ide-idenya. Wawancara
dilakukan terhadap masyarakat dan pengunjung yang berada di lokasi Pusat
Latihan Gajah (PLG) mengenai potensi wisata pengamatan burung
(birdwatching) di PLG. Pertanyaan-pertanyaan mengenai Analisis Potensi
Ekowisata Birdwatching di Pusat Latihan Gajah Taman Nasional Way Kambas
disajikan pada Tabel 3 sampai Tabel 8.
Tabel 3. Tally sheet bagaimana pendapat anda terhadap konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya (KSDAHE)
No. Pernyataan 1 2 3 4 5 6 71 Kegiatan mengenai KSDAHE sangat
diperlukan.2 KSDAHE dilakukan melalui kegiatan
perlindungan, pengawetan, danpemanfaatan secara lestari.
3 Kawasan PLG merupakan salah satukawasan yang perlu di konservasi.
4 Melindungi satwa liar dari perburuan liar.5 Pengawetan keanekaragaman jenis
tumbuhan dan satwa besertaekosistemnya.
6 Pemanfaatan secara lestari sumber dayaalam hayati dan ekosistemnya.
7 Birdwatching merupakan salah satubentuk kegiatan konservasi terhadapburung dan ekosistemnya.
Keterangan = 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Agak tidak setuju4. Biasa saja 5. Agak setuju 6. Setuju 7. Sangat setuju
23Tabel 4. Tally sheet bagaimana pandangan positif anda terhadap burung
No. Pernyataan 1 2 3 4 5 6 71 Burung sebagai indikator rusak atau tidak
rusak nya suatu lingkungan.2 Burung sebagai sarana edukasi.3 Burung memberikan manfaat bagi
kehidupan masyarakat.4 Burung merupakan satwa yang harus
dilestarikan.5 Burung sebagai petunjuk perubahan iklim
mikro.6 Burung sebagai penyebar biji.7 Burung memiliki karakteristik unik dan
menarik.
Keterangan = 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Agak tidak setuju4. Biasa saja 5. Agak setuju 6. Setuju 7. Sangat setuju
Tabel 5. Tally sheet bagaimana pandangan negatif anda terhadap burung
No. Pernyataan 1 2 3 4 5 6 71 Burung satwa menggangu.2 Burung menjadi hama tanaman.3 Suara Burung mengganggu ketenangan
masyarakat dan pengunjung.4 Burung membawa penyakit bagi manusia.5 Burung membawa penyakit bagi satwa
sekitar.6 Burung mengundang predator.7 Burung sebagai tanda datangnya bencana
Keterangan = 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Agak tidak setuju4. Biasa saja 5. Agak setuju 6. Setuju 7. Sangat setuju
Tabel 6. Tally sheet bagaimana persepsi anda terhadap burung dalam kegiatanekowisata birdwatching
No. Pernyataan 1 2 3 4 5 6 71 Bentuk dan warna burung sebagai daya
tarik wisata birdwatching.2 Burung sebagai objek wisata.3 Informasi Burung sangat menarik untuk
wisatawan yang berkunjung.4 Status konservasi burung merupakan nilai
tambah untuk daya tarik wisata.5 Suara Burung merupakan suara yang
menarik.
24Tabel 6. (Lanjutan)
No. Pernyataan 1 2 3 4 5 6 76 Keragaman jenis burung dapat dijadikan
sarana edukasi.7 Mudahnya perjumpaan dengan burung di
lokasi PLG.
Keterangan = 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Agak tidak setuju4. Biasa saja 5. Agak setuju 6. Setuju 7. Sangat setuju
Tabel 7. Tally sheet bagaimana pendapat anda mengenai dampak positifekowisata
No. Pernyataan 1 2 3 4 5 6 71 Ekowisata merupakan transfer
pengetahuan tentang warisan budaya danalam kepada pengunjung.
2 Ekowisata sebagai sektor yang dapatmembantu pembangunan daerah.
3 Ekowisata dapat meningkatkanketerampilan masyarakat.
4 Ekowisata dapat merubah pola pikirmasyarakat.
5 Ekowisata dapat mengurangi angkapengangguran.
6 Ekowisata dapat menjadi sarana promosidaerah.
7 Ekowisata dapat menambah penghasilanmasyarakat.
Keterangan = 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Agak tidak setuju4. Biasa saja 5. Agak setuju 6. Setuju 7. Sangat setuju
Tabel 8. Tally sheet bagaimana pendapat anda mengenai dampak negatifekowisata
No. Pernyataan 1 2 3 4 5 6 71 Ekowisata merusak lingkungan.2 Ekowisata mengganggu satwa liar3 Ekowisata mencemari lingkungan.4 Ekowisata sedikit melibatkan masyarakat
lokal.5 Ekowisata merusak habitat satwa.6 Ekowisata merubah gaya hidup
masyarakat.7 Ekowisata menimbulkan persaingan
ekonomi (antara masyarakat lokal & luar)
25Keterangan = 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Agak tidak setuju
4. Biasa saja 5. Agak setuju 6. Setuju 7. Sangat setuju
F. Analisis Data
1. Inventarisasi keanekaragaman jenis burung yang potensial dijadikan objek
wisata birdwatching.
Hasil inventarisasi mengenai perjumpaan jumlah dan jenis burung
ditabulasikan dalam bentuk tabel, kemudian identifikasi jenis burung endemik
menurut MacKinnon dkk. (2010) dan jenis burung yang dilindungi menurut
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor 92 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Jenis Tumbuhan dan
Satwa Yang Dilindungi (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
2018) sebagai jenis burung yang potensial untuk dijadikan objek wisata
birdwatching.
a. Indeks Keanekaragaman Jenis
Keanekaragaman jenis dapat diketahui dengan Indeks Keanekaragaman
Jenis Shannon-Wienner yaitu dengan rumus (Shannon, 1948; Southwood
dan Henderson, 2000; Magurran dan Mc Gill, 2010; Karim dkk., 2016;
Ahmad, 2017).
H' = -Ʃ pi ln pi
Keterangan :H' = Indeks keanekaragaman jenispi = Jumlah proporsi kelimpahan satwa spesies i (ni/N)ln = Logaritma natural
26ni = Jumlah individu per spesies pada titik pengamatanN = Jumlah total individu pada titik pengamatan
Kriteria nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wienner, apabila:
H' ≤ 1 = Keanekaragaman rendah1 < H' < 3 = Keanekaragaman sedangH' ≥ 3 = Keanekaragaman tinggi
b. Indeks Kekayaan Jenis
Kekayaan jenis dapat diketahui dengan Indeks Kekayaan Jenis Margalef
dengan rumus sebagai berikut (Margalef, 1958; Setiawan, 2006).
R =
Keterangan :R = Indeks kekayaan jenisS = Jumlah jenis yang teramati dalam suatu habitatN = Jumlah individu (seluruh jenis) yang teramati dalam suatu habitatln = Logaritma natural
Kriteria nilai indeks kekayaan jenis apabila :
R ≤ 2,5 = Kekayaan jenis rendah2,5 < R < 4 = Kekayaan jenis sedangR ≥ 4 = Kekayaan jenis tinggi
c. Indeks Kemerataan
Indeks kemerataan (Index of Evennes) digunakan untuk mengetahui
kemerataan setiap spesies dalam setiap komunitas yang dijumpai, dengan
menggunakan rumus (Solahudin, 2003; Adelina dkk., 2016).
J = H'/H max atau J = - Ʃ pi ln (pi)/ln(S)
Keterangan :J = Indeks kemerataanS = Jumlah spesies
27Rumus digunakan karena nilai H' sudah diperoleh sebelumnya sehingga
lebih mudah dalam perhitungannya. Kriteria indeks kemerataan adalah
sebagai berikut:
0 < J ≤ 0,5 = Komunitas tertekan0,5 < J ≤ 0,75 = Komunitas labil0,75 < J ≤ 1 = Komunitas stabil
d. Analisis Deskriptif
Analisis yang digunakan dengan cara menguraikan hasil penelitian yang
diperoleh secara kritis sesuai dengan teori dengan melakukan identifikasi
jenis burung dan vegetasi yang ditemukan dan dalam bentuk tabel.
2. Persepsi masyarakat dan pengunjung Pusat Latihan Gajah Taman Nasional
Way Kambas mengenai keberadaan burung dan wisata pengamatan burung
(birdwatching).
Persepsi masyarakat dan pengunjung mengenai keberadaan jenis burung dan
ekowisata birdwatching yang diperoleh dari hasil wawancara kemudian
diuraikan secara deskriptif. Hasil jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang
sudah diberikan oleh masyarakat dan pengunjung kemudian dianalisis untuk
dapat melihat hasilnya dan dirubah ke dalam bentuk grafik lalu diurakan secara
deskriptif. Analisis ini dilakukan untuk menjelaskan keberadaan jenis burung
yang diketahui masyarakat, dan dukungan masyarakat terhadap ekowisata
pengamatan burung (birdwatching).
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh simpulan sebagai
berikut :
1. Nilai indeks keanekaragaman (Biodiversity Index) Shannon-Wienner (H’)
sebesar 2,408 yang berarti nilai keanekaragamannnya sedang. Indeks
kekayaan (Richness Index) Margalef (R) sebesar 4,702 yang berarti
kekayaannya tinggi. Indeks kemerataan (Evennes Index) (J) sebesar 0,688
yang menandakan bahwa komunitas labil.
2. Kondisi habitat dan vegetasi di Pusat Latihan Gajah Taman Nasional Way
Kambas sangat berpengaruh terhadap keberadaan dan karakteristik burung.
Keberadaan burung pada habitat yang berbeda menghasilkan keunikan dan
kekhasan yang berbeda-beda.
3. Masyarakat mendukung adanya pengembangan ekowisata birdwatching di
Pusat Latihan Gajah Taman Nasional Way Kambas guna menambah keunikan
daya tarik wisata selain wisata gajah dan dapat menambah nilai ekonomi serta
nilai edukasi bagi masyarakat di Pusat Latihan Gajah Taman Nasional Way
Kambas.
61B. Saran
Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah keberadaan burung
pada lokasi penelitian yang melimpah harus dilestarikan dan tetap dijaga dengan
memberikan edukasi terhadap para pengunjung dan masyarakat, serta tidak
melakukan perburuan liar terhadap satwa liar. Fasilitas-fasilitas umum di Pusat
Latihan Gajah perlu di kontrol dan dirawat demi menambah kenyamanan
wisatawan saat berkunjung.
DAFTAR PUSTAKA
Adelina, M., Harianto, S. P. dan Nurcahyani, N. 2016. Keanekaragaman jenisburung di hutan rakyat pekon kelungu kecamatan kota agung kabupatentanggamus. Jurnal Sylva Lestari. 4(2): 51−60.
Afandi, T. 2004. Kajian Konservasi Gajah Sumatera (Elephas maximussumatranus) Dalam Manajemen Pusat Latihan Gajah Taman Nasional WayKambas. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 81 hlm.
Ahmad, Z., Sinyo, Y., Ahmad, H., Tamalene, M. N., Papuangan, N. danAdbullah, A. 2017. Keanekaragaman jenis burung di beberapa objekwisata kota ternate: upaya mengetahui dan konservasi habitat burungendemik. Jurnal Saintifik@ MIPA. 1(1): 26–31.
Ardley, N. 1979. Burung, Pustaka Pengetahuan Modern. Buku. PT DainipponGitakarya Printing. Jakarta. 48 hlm.
Aris, S. dan Aunurohim. 2013. Studi keanekaragaman avifauna sebagai saranaedukasi ekowisata birdwatching di kawasan wisata kondang merak,malang. Jurnal Sains dan Seni Pomits. 2(1): 2337−3520.
Aryanto, A. S., Setiawan, A. dan Master, J. 2016. Keberadaan burung rangkong(bucerotidae) di gunung betung taman hutan raya wan abdul rachman. JurnalSylva Lestari. 4(1): 125−132.
Asrianny, Saputra, H., dan Achmad, A. 2018. Identifikasi keanekaragaman dansebaran jenis burung untuk pengembangan ekowisata birdwatching di tamannasional bantimurung bulusaraung. Jurnal Perennial. 14(1): 17−23.
[BTNWK] Balai Taman Nasional Way Kambas. 2017. Pusat Latihan Gajah.http://waykambas.org/pusat-latihan-gajah-plg/. Diakses pada tanggal 16November 2017.
Bibby, C., Jones, M. dan Marsden, S. 2000. Teknik-teknik Ekspedisi LapanganSurvey Burung. Buku. SMKG Mandiri Yuana. Bogor. 179 hlm.
Desmawati, I. 2010. Studi Distribusi Jenis-Jenis Burung Dilindungi Perundang-Undangan Indonesia di Kawasan Wonorejo, Surabaya. Skripsi. InstitutTeknologi Sepuluh November. Surabaya. 68 hlm.
63Departemen Kehutanan, 1990. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang,
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. 31 hlm.
Elfidasari, D. 2006. Lokasi makan tiga jenis kuntul casmerodius albus,egretta garzetta, dan bubulcus ibis di sekitar cagar alam pulau dua serang,propinsi banten. Jurnal Biodiversitas. 7(2): 187–190.
Hasibuan, R. S., Nitibaskara, T. U. dan Mahardika, R. 2018. Jalur interpretasibirdwatching di kebun raya bogor. Jurnal media konservasi. 23(1) : 28–36.
Howes, J., Bakewell, D. dan Noor, Y.R. 2003. Panduan Studi Burung Pantai.Buku. Wetlands International - Indonesia Programme. Bogor. 327 hlm.
Iriyono, S., Sirodjan, R. M., Yulalita, V., Mildranaja, E., Surantiwi, N. danHayunieta. 2017. Habitat Satwa Dilindungi, Kuntul Kerbau (Bubulcus ibis)yang Semakin Terdesak Pembangunan di Kota Bandung. Buku. Balai BesarKonservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat Direktorat Jenderal KonservasiSumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup danKehutanan. Bandung. 21 hlm.
Irwanto. 2006. Perencanaan Perbaikan Satwa Liar Pasca Bencana Alam GunungMeletus. http:/www.saveforest.webs.com/habitat_burung.pdf. Diaksestanggal 28 September 2017.
Jones, D. N. dan Buckley, R. 2001. Birdwatching Tourism in Australia. Buku.Gold Coast, Griffith University. Australia. 39 hlm.
Karim, H. A., Nirsyawita. dan Hamzah, A. S. 2016. Keanekaragaman dan statuskonservasi spesies avifauna pada suaka margasatwa mampie, kabupatenpolewali mandar, sulawesi barat. Jurnal Bioscientiae. 13(1): 1–10.
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. UNESCO. 2002. Panduan DasarPelaksanaan Ekowisata. Buku. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Nias.29 hlm.
Kementerian Kehutanan. 2012. Kumpulan Peraturan Perundang-Undangandi Bidang Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Alam Hayati danEkosistemnya. Buku. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan danKonservasi Alam Balai Konservasi Sumer Daya Alam Lampung. BandarLampung. 591 hlm.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2018. Peraturan MenteriLingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.92/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2018 Tentang, Perubahan Atas Peraturan MenteriLingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 Tentang Jenis Tumbuhan Dan Satwa Yang Dilindungi. 29 hlm.
64Kuswanda, W. 2010. Pengaruh komposisi tumbuhan terhadap populasi burung di
taman nasional batang gadis, sumatera utara. Jurnal Penelitian Hutan danKonservasi Alam. 7(2): 193−213.
Lakiu, M. D., Langi, M. A. dan Pollo, H. N. 2016. Potensi avifauna untukpengembangan ekowisata birdwacthing di desa ekowisata bahoi. JurnalUnsrat. 7(2): 1−12.
MacKinnon, J., Philipps, K. dan Balen, B. V. 2010. Seri Panduan LapanganBurung-Burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Buku. BurungIndonesia. Bogor. 509 hlm.
Magurran, A. dan Mc Gill, B. J. 2010. Biological Diversity: Frontiers inMeasurement and Assessment. Buku. Oxford University Press. Oxford,United Kingdom. 368 hlm.
Mangangantung, B., Katili, D. Y., Saroyo. dan Maabuat, P. V. 2015. Densitasdan jenis pakan burung rangkong (rhyticeros cassidix) di cagar alamtangkoko batuangus. Jurnal Mipa Unsrat Online. 4(1): 88─92.
Margalef, R. 1958. Temporal Succession And Spatial Heterogeneity InPhytoplankton In A. A. Buzzati-Traverso(Ed), Perspective In MarineBiology. Buku. Univ. California Press. California. 349 hlm.
Mukhtar. 2004. Taman Nasional Way Kambas Merupakan Daya TarikKepariwisataan Lampung. http://library.usu.ac.id/download/fs/pariwisata-muchtar.pdf. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2017.
Mulyani, Y. A., Ulfah, M. dan Sutopo. 2013. Bird use of several habitat typesin an academic campus of institut pertanian bogor in darmaga, bogor,west java. Jurnal Media Konservasi. 18(1) : 18–27.
Nugraha, B., Banuwa, I. S. dan Widagdo, S. 2015. Perencanaan lanskapekowisata hutan mangrove di pantai sari ringgung desa sidodadikecamatan padang cermin kabupaten pesawaran. Jurnal Sylva Lestari. 3(2): 53−66.
Nugroho, J. 2016. Struktur komunitas burung di taman situlembang, tamansuropati, dan taman menteng, jakarta pusat. Jurnal BIOMA. 12(1) : 32–39.
Putri, I. 2015. Pengaruh kekayaan jenis tumbuhan sumber pakan terhadapkeanekaragaman burung herbivora di taman nasional bantimurungbulusaraung, sulawesi selatan. Prosiding Seminar Nasional MasyarakatBiodiversitas Indonesia. 21 Maret 2015. Yogyakarta. 1(3): 607−614.
Riba’i, Setiawan, A. dan Darmawan, A. 2013. Perilaku makan gajah sumatera(elephas maximus sumatranus) di pusat konservasi gajah taman nasionalway kambas. Jurnal Media Konservasi. 18(2): 89−95.
65Rusmendro, H. 2009. Perbandingan keanekaragaman burung pada pagi dan sore
hari di empat tipe habitat di wilayah pangandaran, jawa barat. Jurnal VisVitalis. 2(1): 8−16.
Saefullah, A., Mustari, A. H., dan Mardiastuti, A. 2015. Keanekaragaman jenisburung pada berbagai tipe habitat beserta gangguannya di hutan penelitiandramaga, bogor, jawa barat. Jurnal Media Konservasi. 20(2): 117−124.
Safanah, N. G., Nugraha, C. S., Partasasmita, R. dan Husodo, T. 2017.Keanekaragaman jenis burung di taman wisata alam dan cagar alampananjung pangandaran, jawa barat. Prosiding Seminar NasionalMasyarakat Biodiversitas Indonesia. 28 Januari 2017. Depok. 3(2):266−272.
Santosa, A., Sakti, D. K., Hardiyanto, G., Berliani, H. dan Suwito. 2015.Mendorong Pemanfaatan Air dan Energi Air yang Lebih Baik. Buku.Kemitraan Partnership. Jakarta. 27 hlm.
Sarwono, J. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Buku. GrahaIlmu. Yogyakarta. 286 hlm.
Setiawan, A., Alikodra, H. S., Gunawan, A. dan Darnaedi, D. 2006.Keanekaragaman jenis pohon dan burung di beberapa areal hutan kotabandar lampung. Jurnal Manajemen Hutan Tropika. 12(1) : 1−13.
Shannon, C.E. 1948. A mathematical theory of communication. Journal TheBell System Technical. (27) : 379-423.
Simanjutak, E, J., Nurdjali, B. dan Siahaan, S. 2013. Keanekaragaman jenisburung diurnal di perkebunan kelapa sawit ptpn xiii desa amboyo intikecamatan ngabeng kabupaten landak. Jurnal Hutan Lestari. 1(13):317−326.
Solahudin, A. M. 2003. Keanekaragaman Jenis Burung Air di LebakPampangan Kecamatan Pampangan Kabupaten Ogan Komering Ilir SumatraSelatan. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 63 hlm.
Southwood, T. R. E. dan Henderson, P. A. 2000. Ecological Methods, 3rdEdition. Buku. Blackwell Science Ltd. USA. 575 hlm.
Subangkit, L., Bakri, S. dan Herwanti, S. 2014. Faktor-faktor kepuasanpengunjung di pusat konservasi gajah taman nasional way kambas lampung.Jurnal Sylva Lestari. 2(3): 101−110.
Sukara, G. N., Mulyani, Y. A. dan Muntasib, E. K. S. H. 2014. Potensi untukpengembangan wisata birdwatching di pusat konservasi tumbuhan kebunraya bogor. Buletin Kebun Raya. 17(1): 44−56.
66Sukmantoro, W., Irham, M., Novarino, W., Hasudungan, F., Kemp, N. dan
Muchtar, M. 2007. Daftar Burung Indonesia No. 2. Buku. IndonesianOrnithologists’Union. Bogor. 157 hlm.
Suriani, N. E. dan Razak, M. N. 2011. Pemetaan potensi ekowisata di tamannasional baluran. Jurnal Masyarakat, Kebudayaan dan Politik. 24(3):251−260.
Suyono., Harahap, R. H. dan Aththorick, T. A. 2017. Persepsi masyarakat desalae hole ii dalam pengelolaan taman wisata alam (twa) sicike-cike. JurnalJeumpa. 4(1): 67−79.
Welford, M. dan Barilla, A. 2013. Is neotropical conservation sold-short:diminishing returns for birding suggest ecolodges could encourage longerstays. Journal For Nature Conservation. 21: 401−405.
Widodo, W. 2009. Komparasi keragaman jenis burung-burung di taman nasionalbaluran dan alas purwo pada beberapa tipe habitat. Jurnal BerkalaPenelitian Hayati. 14(1): 113−124.
Widodo, W. 2016. Distribusi dan keragaman spesies burung sebaran terbatasdi taman nasional alas purwo, jawa timur. Jurnal Biologi, Sains,Lingkungan dan Pembelajarannya. 13(1): 690–700.
Widyasari, K., Hakim, L. dan Yanuwiadi, B. 2013. Kajian jenis-jenis burung didesa ngadas sebagai dasar perencanaan jalur pengamatan burung(birdwatching). Journal Indonesian Tourism and Development Studies.1(3): 108−114.