ANALISIS PENDAPATAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT
TERHADAP HUTAN RAKYAT
(Studi Kasus: Hutan Rakyat di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican dan
Desa Bojong Kecamatan Langkaplancar, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat)
LALIS YULIANA SULTIKA
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
ANALISIS PENDAPATAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT
TERHADAP HUTAN RAKYAT
(Studi Kasus: Hutan Rakyat di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican dan
Desa Bojong Kecamatan Langkaplancar, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat)
LALIS YULIANA SULTIKA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DANSUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis
Pendapatan dan Persepsi Masyarakat terhadap Hutan Rakyat (Studi Kasus: Hutan
Rakyat di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican dan Desa Bojong Kecamatan
Langkaplancar, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat)” adalah benar-benar hasil karya
saya sendiri dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah di perguruan tinggi
atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juni 2010
Lalis Yuliana Sultika
NRP E14053037
Judul Skripsi : Analisis Pendapatan dan Persepsi Masyarakatterhadap Hutan Rakyat (Studi Kasus: Hutan Rakyat diDesa Sidamulih Kecamatan Pamarican dan DesaBojong Kecamatan Langkaplancar, KabupatenCiamis, Jawa Barat)
Nama : Lalis Yuliana SultikaNRP : E 14053037
Menyetujui,
Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Dudung Darusman, MANIP. 19500914 197412 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Manajemen Hutan
Dr. Ir. Didik Suharjito, MSNIP. 19630401 199403 1 001
Tanggal Lulus :
SUMMARY
LALIS YULIANA SULTIKA (E14053037). Income Analysis and FarmerPerception on Private Forest (Case Study: Private Forest at SidamulihVillage Pamarican District and Bojong Village Langkaplancar District,Ciamis Regency, West Java). Supervised by Dudung Darusman.
Private forest has many benefits, which are necessary for environment andhuman life so it needs to be looked after its sustainability. Considering privateforest existence needs to be kept, any effort to keep it sustainability shall considersome factors that influence it, such as the human factor.
The purpose of this research are to know forest farmer’s income gainedfrom forest management and from other sources, to know the accomplishment oftotal income farmers based Ciamis’s UMR (2009), Ciamis's poverty line (2007)and Sajogyo (1996), to know the relationship total income and private forestincome and social economic factors and also to know the farmer’s perception andit relation with the social economic factors.
Research was done at Sidamulih Village Pamarican District and BojongVillage Langkaplancar District, Ciamis Regency, West Java. The data was takenfrom the interview to 60 forest farmer respondents, which were 30 respondents ofSidamulih Village and its rest from Bojong Village.
Total income’s farmers of private forest management is Rp475.687.000/year with average of Rp 7.928.117/year/farmer and its relativecontribution is 33,02%. Total income from the other sources Rp 964.953.000/yearand average of also its contribution is Rp 16.082.550/year/farmer and 66,98%.Based on Ciamis’s UMR (2009), the farmers income is 21,67% above UMR.Based on Sajogyo's poverty line (1996), the farmers income is 91,67% aboveSajogyo. Based on Ciamis’s poverty line (2007), about 90% forest farmers areabove of Ciamis’s poverty line. Based on analysis of regression, the total incomehas significan related to education, total family member and the area of privateforest. Meanwhile people forest income has significan related with the area ofprivate forest only. Another social economic factors (age, primary work andgender) are not significan related with income. Farmer perception to private forestbased from Likert’s scale is high which equal to 2,72. Internal factors thatregarded perception is primary work. Meanwhile, external factor is environmentalsocial cultural.
Key word: private forest, income, perception.
RINGKASAN
LALIS YULIANA SULTIKA (E14053037). Analisis Pendapatan danPersepsi Masyarakat terhadap Hutan Rakyat (Studi Kasus: Hutan Rakyat diDesa Sidamulih Kecamatan Pamarican dan Desa Bojong KecamatanLangkaplancar, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat). Dibimbing oleh Prof. Dr.Ir. Dudung Darusman, MA.
Hutan rakyat mempunyai manfaat yang sangat penting bagi lingkungan dankehidupan manusia sehingga perlu dijaga kelestariannya untuk mempertahankanmanfaat ekonomi dan ekologisnya. Mengingat keberadaan hutan rakyat perludipertahankan, maka usaha untuk mempertahankan keberadaan/kelestariannyaperlu memperhatikan faktor-faktor yang berhubungan dengan hutan rakyat,misalnya faktor manusia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pendapatan petani hutanrakyat baik dari kegiatan pengelolaan hutan rakyat maupun dari luar kegiatanpengelolaan hutan rakyat serta kontribusinya terhadap pendapatan total petani,mengetahui pemenuhan pendapatan total petani berdasarkan UMR Ciamis (2009),batas garis kemiskinan Ciamis (2007) dan Sajogyo (1996), mengetahui hubunganpendapatan total dan pendapatan hutan rakyat dengan faktor sosial ekonomi petanidan mengetahui persepsi petani dan hubungannya dengan faktor-faktor sosialekonomi petani.
Penelitian dilakukan di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican dan DesaBojong Kecamatan Langkaplancar, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Pengambilandata dilakukan dengan wawancara terhadap 60 responden petani hutan rakyat,yakni 30 responden dari Desa Sidamulih dan sisanya dari Desa Bojong.
Pendapatan total petani dari kegiatan pengelolaan hutan rakyat adalah Rp475.687.000/tahun dengan rata-rata Rp 7.928.117/tahun/petani dan kontribusinyaadalah 33,02%. Pendapatan total dari luar kegiatan pengelolaan hutan rakyatadalah Rp 964.953.000/tahun dan rata-rata serta kontribusinya adalah Rp16.082.550/tahun/petani dan 66,98%. Berdasarkan UMR Ciamis (2009), maka21,67% petani hutan rakyat berada di atas UMR dan 78,33% petani hutan rakyatberada di bawah UMR. Berdasarkan batas garis kemiskinan Sajogyo (1996), maka91,67% petani hutan rakyat berada di atas garis kemiskinan sedangkan 8,33%petani hutan rakyat berada di bawah garis kemiskinan. Berdasarkan batas gariskemiskinan Ciamis (2007), maka 90% petani hutan rakyat berada di atas gariskemiskinan sedangkan 10% petani hutan rakyat berada di bawah gariskemiskinan. Berdasarkan analisis regresi maka pendapatan total berhubunganpositif dengan pendidikan, jumlah anggota keluarga dan luas hutan rakyat.Sedangkan pendapatan hutan rakyat berhubungan positif dengan luas hutan rakyatsaja. Faktor-faktor sosial ekonomi yang lain (usia, pekerjaan pokok dan jeniskelamin) tidak berhubungan signifikan dengan pendapatan. Persepsi petaniterhadap hutan rakyat berdasarkan Skala Likert adalah tinggi dengan nilai sebesar2,72. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi persepsi adalah pekerjaan pokok,sedangkan faktor eksternal adalah lingkungan sosial budaya.
Kata kunci: hutan rakyat, pendapatan, persepsi.
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap penulis adalah Lalis Yuliana Sultika,
lahir di Banten tanggal 13 Juli 1987 dan sekarang bertempat
tinggal di Desa Sukamulya, Kecamatan Baregbeg, Kabupaten
Ciamis, Jawa Barat. Penulis merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara dari keluarga Bapak H. Uwes Sultoni dan Hj. Titin
Kartini, S.pd. Penulis memasuki dunia pendidikan untuk
pertama kalinya pada tahun 1993 di SDN Cikacang. Selanjutnya, pada tahun 1999
penulis meneruskan pendidikannya ke SLTPN 7 Ciamis Filial Sukamulya dan
selesai pada tahun 2002. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan
ke SMAN 2 Ciamis dan menyelesaikannya pada tahun 2005. Selanjutnya, melalui
jalur USMI (Undangan Seleksi Mahasiswa IPB) penulis melanjutkan
pendidikannya ke IPB yang kemudian berdasarkan pemilihan mayor minor, pada
tahun 2006 penulis masuk ke Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor.
Penulis merupakan anggota FMSC (Forest Management Student Club)
dan pada periode 2006-2007 penulis menjabat sebagai sekretaris Depatemen
Sosial Politik Badan Eksekutif Mahasiswa Fahutan IPB dan pada periode 2006-
2008 penulis bergabung dengan IFSA (International Forest Student Associations)
sebagai Public Relations (PR). Selain itu, penulis mengikuti organisasi mahasiswa
daerah Ciamis (OMDA).
Pada tahun 2007, penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan
(PPEH) di Linggarjati-Indramayu dan tahun 2008 penulis melakukan Praktek
Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW). Pada
tahun 2009, penulis mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang di Perum Perhutani
KPH Ciamis, Unit III Jawa Barat.
KATA PENGANTAR
Segala puji hanyalah milik Allah SWT. Dia-lah yang telah menurunkan
Islam sebagai cahaya kebenaran yang diturunkan kepada Rasulullah SAW untuk
mengeluarkan manusia dari berbagai kegelapan menuju cahaya yang terang
benderang. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
mencurahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Analisis Pendapatan dan Persepsi Masyarakat terhadap
Hutan Rakyat (Studi Kasus : Hutan Rakyat di Desa Sidamulih Kecamatan
Pamarican dan Desa Bojong Kecamatan Langkaplancar, Kabupaten Ciamis, Jawa
Barat)”.
Penelitian ini bertujuan untuk menghitung besarnya pendapatan petani hutan
rakyat baik dari kegiatan pengelolaan hutan rakyat maupun dari luar kegiatan
pengelolaan hutan rakyat serta kontribusinya terhadap pendapatan total petani.
Mengukur pemenuhan pendapatan total petani berdasarkan UMR Ciamis (2009),
batas garis kemiskinan Ciamis (2007) dan Sajogyo (1996). Menguji hubungan
pendapatan total dan pendapatan hutan rakyat dengan faktor sosial ekonomi petani
serta mengetahui persepsi petani dan hubungannya dengan faktor sosial ekonomi
petani.
Penulis sadar bahwa segala kesalahan datangnya dari penulis sendiri sebagai
manusia yang selalu lupa dan segala kebenaran datangnya hanya dari Allah SWT
yang maha benar. Tiada suatu apapun yang dapat penulis sampaikan sebagai
tanda terimakasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dan
memberikan semangat kepada penulis, kecuali hanya doa yang dapat
disampaikan. Semoga Allah SWT membalas amal baik mereka serta senantiasa
melimpahkan rahmat-Nya. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat
berguna dan bermanfaat untuk pembaca pada umumnya dan pada khususnya
untuk penulis.
Bogor, Juni 2010
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak dukungan,
bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Mama dan papa tercinta yang telah memberikan kasih sayang, do’a,
dukungan, perhatian dan materi yang tak terhingga dalam menyelesaikan
skripsi ini serta kakak dan adik tersayang (Budi Sultika dan Dimas
Maulana Sultika).
2. Prof. Dr. Ir. Dudung Darusman, MA selaku pembimbing skripsi yang
selalu sabar dalam memberikan bimbingan kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
3. Ir. Bintang C. H. Simangunsong, MS. PhD, Ir. Jarwadi Budi Hernowo,
MSc, Dr. Ir. Sri Wilarso Budi R., MS selaku dosen penguji ujian
komprehensif penulis.
4. Dr. Ir. Didik Suharjito, MS selaku ketua Departemen Manajemen Hutan.
5. Dr. Ir. Ahmad Budiaman, MSc selaku dosen pemeriksa skripsi penulis.
6. Bapak dan Ibu Dosen Departemen Manajemen Hutan (MNH), Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (KSHE), Silvikultur (SVK) dan Hasil
Hutan (HH) yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
7. Pegawai Dinas Kehutanan Ciamis, Puskesbanglinmas Ciamis, Desa
Sidamulih Kecamatan Pamarican dan Desa Bojong Kecamatan
Langkaplancar serta Perhutani KPH Ciamis. Special thanks for Bapak Ir.
Dicky Rady yang telah membantu penulis baik dari segi materil maupun
moril.
8. Rusan Prahady yang selalu setia menemani penulis dalam suka dan duka
serta selalu sabar menghadapi keluh kesah penulis dan juga keluarganya
(Pak Rum, Ibu Sona, Runi, Agus, Ijap dan Reza) yang telah banyak
menbantu dan mendukung penulis.
9. Keluarga Bapak Ahen dan Bapak Maman yang telah memfasilitasi penulis
selama penelitian.
10. Teman-teman tercinta di Fauziah atas (tante Dewi, Pipit, Selly, ceu Kiki,
Ineu dan Tuti) dan Fauziah bawah (Tuty, Retno dan Amy).
11. Rekan-rekan seperjuangan MNH 42 (Helny, Ani, Doris, Zera, Santi,
Maria, Etha, Wiji, Pipit, Nonoi, Tyas, Gilang, Putri, Fakih, Rivan dan
semuanya yang tidak bisa disebutkan satu persatu), SVK 42 (Asep M. ),
KSH 42 dan THH 42.
12. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu
dan memberikan masukkan terhadap kelancaran pembuatan skripsi ini.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL.......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Tujuan ............................................................................................. 3
1.3 Manfaat ........................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hutan Rakyat .................................................................................. 4
2.2 Pendapatan...................................................................................... 6
2.2 Persepsi ........................................................................................... 7
BAB III BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat.......................................................................... 9
3.2 Sasaran, Alat dan Bahan ................................................................. 9
3.3 Metode Pengambilan Data.............................................................. 9
3.4 Jenis dan Sumber Data.................................................................... 9
3.5 Metode Pengolahan Data................................................................ 11
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah ................................................ 15
4.2 Topografi, Geologi, Tanah dan Iklim............................................. 15
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden Petani Hutan Rakyat............................... 18
5.2 Pengelolaan Hutan Rakyat di Desa Sidamulih dan Desa Bojong... 22
5.2.1 Sistem dan Teknik Silvikultur............................................... 23
5.3 Pendapatan Responden Petani Hutan Rakyat ................................. 28
5.3.1 Sumber-Sumber Pendapatan dan Kontribusinya terhadap
Pendapatan Rumah Tangga ................................................... 28
5.3.2 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Petani...................... 29
5.3.3 Perbandingan Pendapatan Total Petani dengan Pengeluaran
Total Petani ........................................................................... 32
5.3.4 Perbandingan Pendapatan Petani dengan UMR Ciamis
(2009), Batas Garis Kemiskinan Ciamis (2007) dan Batas
Garis Kemiskinan Sajogyo (1996) ........................................ 33
5.4 Persepsi Petani terhadap Hutan Rakyat .......................................... 34
5.4.1 Pengetahuan Petani Terhadap Hutan Rakyat ........................ 34
5.4.2 Harapan Petani terhadap Hutan Rakyat................................. 36
5.4.3 Penilaian Petani terhadap Hutan Rakyat ............................... 37
5.4.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi ........................ 39
5.5 Analisis Regresi Antara Pendapatan Total dan Pendapatan Hutan
Rakyat dengan Faktor Sosial Ekonomi .......................................... 41
5.5.1 Pendapatan Total Petani dengan Faktor Sosial Ekonomi
Petani.................................................................................... 41
5.5.2 Pendapatan Hutan Rakyat Petani dengan Faktor Sosial
Ekonomi Petani .................................................................... 43
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan......................................................................................... 45
6.2 Saran ............................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 47
LAMPIRAN................................................................................................... 49
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Tingkat persepsi berdasarkan Skala Likert ............................................. 12
2. Usia responden petani hutan rakyat ........................................................ 18
3. Pekerjaan pokok responden petani hutan rakyat ..................................... 19
4. Pekerjaan sampingan responden petani hutan rakyat.............................. 19
5. Pendidikan responden petani hutan rakyat.............................................. 20
6. Jumlah anggota keluarga responden petani hutan rakyat........................ 21
7. Luas hutan rakyat responden petani hutan rakyat ................................... 21
8. Sumber-sumber pendapatan dan kontribusinya terhadap pendapatan
total.......................................................................................................... 28
9. Pengeluaran konsumsi rumah tangga petani ........................................... 30
10. Perbandingan pendapatan dengan UMR Ciamis dan Batas Garis
Kemiskinan (Ciamis dan Sajogyo).......................................................... 33
11. Pengetahuan petani mengenai hutan rakyat ............................................ 35
12. Harapan petani terhadap hutan rakyat..................................................... 36
13. Penilaian petani terhadap hutan rakyat .................................................. 37
14. Hasil perhitungan regresi antara persepsi petani dengan faktor sosial
ekonomi petani ........................................................................................ 39
15. Hasil perhitungan regresi antara pendapatan total petani dengan faktor
sosial ekonomi petani.............................................................................. 42
16. Hasil perhitungan regresi antara pendapatan hutan rakyat petani
dengan faktor-faktor sosial ekonomi petani ............................................ 43
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Hutan Rakyat (a) Desa Sidamulih Kec. Pamarican, (b) Desa Bojong
Kec. Langkaplancar................................................................................. 22
2. Kegiatan pengadaan bibit (a) pengadaan bibit oleh penjual bibit (b)
pengadaan bibit oleh petani hutan rakyat (perorangan) .......................... 25
3. Simpanan gabah petani hutan rakyat di rumahnya.................................. 32
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Peta wilayah Kabupaten Ciamis ............................................................. 50
2. Data karakteristik responden petani hutan rakyat ................................... 52
3. Data pendapatan responden petani hutan rakyat..................................... 55
4. Data pengeluaran responden petani hutan rakyat ................................... 58
5. Perbandingan pendapatan/kapita/tahun dengan Batas Garis
Kemiskinan Sajogyo dan Ciamis serta UMR Ciamis ............................. 61
6. Persentase sumber pendapatan responden petani hutan rakyat............... 64
7. Data persepsi responden petani hutan rakyat terhadap hutan rakyat................. 66
8. Penilaian persepsi.............................................................................................. 69
9. Perhitungan regresi antara persepsi petani dengan faktor-faktor sosial
ekonomi............................................................................................................. 70
10. Perhitungan regresi antara pendapatan total petani dengan faktor-
faktor sosial ekonomi petani ................................................................... 71
11. Perhitungan regresi antara pendapatan hutan rakyat dengan faktor-
faktor sosial ekonomi petani ................................................................... 72
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan
merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan yang berisi
sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan.
Berdasarkan statusnya, hutan terdiri dari dua jenis, yaitu hutan negara dan hutan
hak. Hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak milik dan
lazim disebut hutan rakyat. Hutan rakyat adalah hutan yang terletak di luar
kawasan hutan negara atau seringkali disebut hutan milik. Hutan milik merupakan
hutan yang tumbuh di atas lahan yang dibebani hak milik.
Hutan rakyat mempunyai manfaat yang sangat penting bagi lingkungan dan
kehidupan manusia sehingga perlu dijaga kelestariannya untuk mempertahankan
manfaat ekonomi dan ekologisnya. Mengingat keberadaan hutan rakyat perlu
dipertahankan, maka usaha untuk mempertahankan keberadaan/kelestariannya
perlu memperhatikan faktor-faktor yang berhubungan dengan hutan rakyat,
misalnya faktor manusia.
Sebagai mahluk hidup, manusia memiliki kebutuhan hidup yang harus
dipenuhi. Pemenuhan kebutuhan manusia terutama kebutuhan mempertahankan
hidup salah satunya kebutuhan ekonomi. Perkembangan manusia yang sangat
pesat memicu peningkatan permintaan terhadap hutan. Hal ini menimbulkan
perilaku pemanfaatan hutan yang berlebihan. Eksploitasi hutan secara berlebihan
mengakibatkan terjadinya tekanan yang besar terhadap sumberdaya hutan
sehingga akan mengancam kelestarian hutan.
Perilaku manusia terhadap hutan rakyat merupakan cerminan dari persepsi
masyarakat terhadap hutan rakyat tersebut. Persepsi yang benar terhadap suatu
objek sangat diperlukan karena merupakan dasar pembentukan sikap dan perilaku.
Toch dan Mckan (1975) dalam Harihanto (2001) mengatakan tidak ada perilaku
tanpa persepsi, perilaku merupakan hasil dari persepsi. Oleh karena itu, perlu
dibangun persepsi yang benar untuk tindakan yang benar agar terjadi hubungan
yang seimbang antara pemenuhan kebutuhan masyarakat sekitar hutan dengan
kelestarian hutan itu sendiri.
Pourteus (1977) dalam Murniati (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi masyarakat, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
yang mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu umur dan jenis kelamin, latar
belakang, pendidikan, penghasilan dan kemampuan fisik dan intelektual. Faktor
internal biasa dikenal dengan faktor sosial ekonomi. Faktor eksternal merupakan
keadaan lingkungan sosial dan budaya. (Brockman dan Merriem 1973 dalam
Yusri 1999). Faktor-faktor tersebut mempunyai peranan yang sangat penting
dalam membentuk pola persepsi masyarakat terhadap objek yang ada di
sekelilingnya.
Djayahadikusuma (1994) dalam Sumardi (1997) menyebutkan bahwa
persepsi seseorang terhadap hutan mempengaruhi hubungan manusia dengan
hutan, yang dapat dibedakan adalah seseorang menolak lingkungan, bekerjasama
dan mengekploitasi lingkungan. Seseorang menolak lingkungan karena
mempunyai pandangan yang tidak sesuai dengan keadaan yang tidak diinginkan,
sehingga dapat memberikan tindakan terhadap hutan sesuai dengan apa yang
dikehendaki. Sebaliknya bagi petani yang mempunyai sikap menerima
lingkungan, seseorang dapat memanfaatkan hutan dan sekaligus menjaga dan
menyelamatkan hutan dari kerusakan, sehingga hutan dapat memberikan manfaat
yang terus-menerus. Dengan demikian lingkungan hutan yang selalu terjaga
kelestariannya dari kerusakan akan memberikan manfaat kepada masyarakat.
Dalam konteks ini, masyarakat yang dimaksud adalah petani hutan rakyat.
Di Pulau Jawa terutama sebagian besar Kabupaten Ciamis, hutan rakyat
dijadikan sebagai lapangan pekerjaan. Hasil hutan yang beranekaragam mampu
mencukupi kebutuhan hidup masyarakat. Pemenuhan kebutuhan terutama
kebutuhan ekonomi (berkaitan dengan pendapatan) terjadi secara terus-menerus
seiring dengan meningkatnya kebutuhan hidup masyarakat untuk mencapai
kehidupan yang sejahtera. Kesejahteraan hidup masyarakat salah satunya dapat
diukur dengan melakukan perbandingan antara pendapatan dan batas-batas garis
kemiskinan.
1.2 Tujuan
1. Menghitung besarnya pendapatan petani hutan rakyat baik dari kegiatan
pengelolaan hutan rakyat maupun dari luar kegiatan pengelolaan hutan
rakyat serta kontribusinya terhadap pendapatan total petani.
2. Mengukur pemenuhan pendapatan total petani berdasarkan UMR Ciamis
(2009), batas garis kemiskinan Ciamis (2007) dan Sajogyo (1996).
3. Menguji hubungan pendapatan total dan pendapatan hutan rakyat dengan
faktor sosial ekonomi petani.
4. Mengetahui persepsi petani dan hubungannya dengan faktor sosial
ekonomi petani.
1.3 Manfaat
1. Memberikan informasi pada lembaga pemerintahan Kabupaten Ciamis
khususnya Dinas Kehutanan Ciamis mengenai besarnya pendapatan
petani hutan rakyat baik dari kegiatan pengelolaan hutan rakyat maupun
dari luar kegiatan pengelolaan hutan rakyat dan kontribusinya terhadap
pendapatan total petani.
2. Mengetahui pemenuhan pendapatan total dan pendapatan hutan rakyat
berdasarkan UMR Ciamis (2009), batas garis kemiskinan Ciamis (2007)
dan Sajogyo (1996) sehingga dapat diketahui tingkat kesejahteraan petani
di daerah sekitar hutan rakyat tersebut.
3. Mengetahui hubungan pendapatan total dan pendapatan hutan rakyat
dengan faktor sosial ekonomi petani sehingga dapat dijadikan bahan
acuan untuk meningkatkan pendapatan petani.
4. Mengetahui persepsi petani terhadap hutan rakyat dan hubungannya
dengan faktor sosial ekonomi sehingga dapat diketahui faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap persepsi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hutan Rakyat
Lembaga Penelitian IPB (1983) mengemukakan bahwa hutan rakyat
berdasarkan tempatnya terdiri dari dua bentuk, yaitu:
1. Hutan Rakyat Tradisional merupakan cara penanaman hutan pada tanah
milik (lahan kering yang diusahakan oleh masyarakat itu sendiri tanpa
campur tangan pemerintah). Bentuk penanamannya adalah campuran
antara tanaman buah-buahan. Bentuk tersebut lebih dikenal dengan pola
usaha tani lahan kering.
2. Hutan Rakyat Inpres yaitu hutan rakyat yang penanamannya murni
dilakukan di tanah terlantar. Pembangunan hutan rakyat ini diprakarsai
oleh proyek bantuan penghijauan.
Bentuk hutan rakyat berdasarkan pola penanamannya menurut Bunna
(2004) dalam Butar-Butar (2006), yaitu:
1. Hutan rakyat murni adalah areal hutan rakyat yang seluruhnya ditanami
kayu-kayuan.
2. Hutan rakyat campuran adalah areal hutan rakyat yang ditanami kayu-
kayuan yang dicampuri dengan tanaman jenis MPTS (multipurpose tree
species).
3. Hutan rakyat pola kebun (kebun rakyat) adalah hutan rakyat yang
pengaturan jarak tanamnya mengikuti pola kebun (5mx5m) dengan
maksud agar dapat dikerjakan dengan sistem tumpangsari.
Menurut Balai Informasi Pertanian (1982) dalam Pribadi (2001), hutan
rakyat adalah hutan yang dimiliki oleh rakyat baik secara perorangan, kelompok
ataupun suatu badan hukum. Berdasarkan pengertian tersebut, hutan rakyat
memiliki ciri-ciri khas sebagai berikut:
1. Tidak merupakan suatu kawasan yang kompak, tetapi terpencar-pencar
diantara lahan peruntukan lain.
2. Bentuk usahanya tidak selalu murni berupa kayu-kayuan, tetapi bisa
terpadu atau dikombinasikan dengan berbagai tanaman perkebunan,
rumput pakan ternak dan tanaman pangan.
Hutan rakyat merupakan sumber kayu dan hasil lainnya, termasuk fungsinya
sebagai pelindung dari bahaya erosi. Hutan rakyat mempunyai peranan penting
bagi masyarakat, yaitu meningkatkan pendapatan masyarakat, meningkatkan
produksi kayu, menyediakan kayu bangunan maupun bahan baku industri,
menghasilkan buah-buahan, umbi-umbian, bahan obat-obatan dan pakan ternak,
membantu mempercepat usaha rehabilitasi lahan kritis dan membantu penyerapan
air ditempat-tempat recharge area (Lembaga Penelitian IPB 1986).
Sistem hutan rakyat memiliki prinsip-prinsip sebagaimana yang
dikemukakan oleh Wahana Lingkungan Hidup (2004) sebagai berikut :
1. Aktor utama pengelola adalah rakyat/masyarakat lokal/adat.
2. Lembaga pengelola dibentuk, dilaksanakan dan dikontrol secara langsung
oleh rakyat bersangkutan.
3. Memiliki wilayah yang jelas dan memiliki kepastian hukum yang
mendukungnya.
4. Interaksi antara masyarakat dengan lingkungannya bersifat langsung dan
erat.
5. Ekosistem menjadi bagian penting dari sistem kehidupan rakyat setempat.
6. Pengetahuan lokal menempati posisi penting dan melandasi kebijaksanaan
dan sistem pengelolaan hutan, disamping pengetahuan modern untuk
memperkaya.
7. Teknologi yang dipergunakan diutamakan teknologi lokal, merupakan
teknologi yang telah melalui proses adaptasi dan berada dalam batas yang
dikuasai oleh rakyat.
8. Skala produksi tidak dibatasi, kecuali oleh prinsip kelestarian.
9. Sistem ekonomi didasarkan atas kesejahteraan bersama.
10. Keanekaragaman hayati mendasari berbagai bidangnya, dalam jenis dan
genetis, pola budidaya dan pemanfaatan sumberdaya, sistem sosial, sistem
ekonomi dan lain sebagainya.
Ciri khusus pengelolaan hutan rakyat adalah didasarkan pada manajemen
pohon. Manajemen pohon adalah pengelolaan pohon demi pohon dari berbagai
struktur tanaman yang terdapat pada lahan milik, bertujuan untuk kelestarian
income bagi setiap pemiliknya. Dasar pemikiran digunakannya manajemen pohon
dalam pengelolaan hutan rakyat ini timbul karena karakteristiknya yang khusus,
yaitu dengan komponen-komponen seperti struktur tegakan yang beragam, jumlah
pemiliknya banyak, perilaku pemilik yang beragam, luasan pemilikan yang relatif
sempit dan kelestarian pemiliknya per pemilik (Haeruman 1995).
Pola usaha tani hutan rakyat masih dilakukan secara tradisional dan belum
sepenuhnya memperhatikan prinsip-prinsip ekonomi perusahaan yang paling
menguntungkan. Selanjutnya dikemukakan pemilik hutan rakyat umumnya belum
menggantungkan penghidupannya pada hutan-hutan yang dimilikinya, mereka
mengusahakan hutan rakyat tersebut sebagai sambilan. Faktor penyebab hal
tersebut adalah belum adanya persatuan antar pemilik hutan rakyat, sistem
silvikultur belum diterapkan secara sempurna, kurang pengetahuan petani dalam
pemasaran hasil hutan rakyat dan belum adanya lembaga khusus yang menangani
pengusahaan hutan rakyat (Hardjanto 1990).
Menurut Hardjanto (1995), dalam kerangka pembinaan pengusahaan hutan
rakyat perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Bahwa pengusahaan hutan rakyat akan dapat berjalan (bahkan berjalan
dengan sendirinya), jika ada permintaan yang kuat terhadap produk-
produknya.
2. Permasalahan pengusahaan hutan di Jawa berbeda dengan di luar Jawa
sehingga program serta obyek pembinaannya pun berbeda.
3. Pembinaan pengusahaan hutan rakyat hendaknya tidak hanya pada sisi
produksi, tetapi sejak awal telah dikaitkan dengan sisi permintaan dimana
keduanya merupakan satu paket kemasan pembinaan.
2.2 Pendapatan
Dalam pengertian ekonomi, pendapatan berhubungan dengan uang, barang-
barang dan jasa yang diterima atau diperoleh selama periode waktu tertentu,
seperti bulan atau tahun (Olsen dan Kenedy 1978 dalam Attar 1999).
Menurut Worrel (1959) dalam Attar (1999), pendapatan yang diperoleh dari
suatu proses produksi tergantung dari jumlah barang yang dihasilkan tiap jenis
dan kualita serta harga tiap satuan dari masing-masing jenis dan kualita. Besarnya
pendapatan sama dengan jumlah barang yang dihasilkan kali harga tiap satuan.
Pendapatan rumah tangga umumnya tidak berasal dari satu sumber, tetapi
dapat berasal dari dua atau lebih sumber pendapatan. Ragam sumber pendapatan
tersebut diduga dipengaruhi oleh tingkat pendapatan itu sendiri. Tingkat
pendapatan yang rendah mengharuskan anggota rumah tangga untuk
bekerja/berusaha lebih giat untuk memenuhi kebutuhan. Bagi sebagian rumah
tangga, upaya-upaya tersebut tidak hanya menambah curahan jam kerja dari
kegiatan yang ada, tapi juga melakukan kegiatan-kegiatan lain. Hal ini terlihat dari
beberapa hasil penelitian bahwa sebagian besar rumah tangga mempunyai lebih
dari satu sumber pendapatan (Nurmanaf 1988).
2.3 Persepsi
Persepsi merupakan pandangan individu terhadap waktu obyek stimulus.
Akibat adanya stimulus, individu memberikan reaksi (respon) berupa penerimaan
atau penolakan terhadap stimulus tersebut. Persepsi berhubungan dengan
pendapat dan penilaian individu terhadap suatu stimulus yang akan berakibat
terhadap menurunnya kemauan dan perasaan terhadap stimulus tersebut. Stimulus
bisa berupa benda, isyarat, informasi, maupun situasi dan kondisi tertentu.
Persepsi berhubungan dengan pendapat dan penilaian individu terhadap suatu
stimulus yang akan berakibat terhadap motivasi, kemauan dan perasaan terhadap
stimulus tersebut. Dalam konteks persepsi terhadap sumberdaya hutan atau
kondisinya dapat berlaku sebagai stimulus yang dapat menimbulkan persepsi pada
individu yang melihat, mencium atau merasakan (Langevelt 1966 dalam
Harihanto 2001).
Thoha (1988) dalam Harihanto (2001) mendefinisikan persepsi sebagai
proses kognitif yang bisa terjadi pada setiap orang dalam memahami informasi
tentang lingkungan yang dapat diperoleh melalui penglihatan, pendengaran,
penghayatan, perasaan maupun penciuman. Persepsi merupakan penafsiran unik
terhadap suatu situasi, bukan merupakan suatu pencarian yang sebenarnya dari
situasi tersebut. Definisi ini secara implisit menyebutkan bahwa informasi dan
situasi dapat berfungsi sebagai stimulus bagi terbentuknya suatu persepsi,
walaupun informasi tentang lingkungan itu juga bisa berupa situasi tertentu (tidak
harus berupa rangkaian kalimat atau isyarat lain).
Menurut Calhoun dan Acocella (1990), persepsi yang kita kenal memiliki
tiga dimensi yang menandai konsep diri, yaitu pengetahuan (apa yang individu
ketahui tentang sesuatu hal), pengharapan dan penilaian (pengukuran individu
tentang sesuatu hal dengan apa yang menurutnya dapat dan terjadi dalam rangka
memenuhi harapan individu tentang hal tersebut).
Kartono (1987) mendefinisikan persepsi sebagai proses dimana seseorang
menjadi sadar segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera yang dimiliki,
pengetahuan lingkungan yang diperoleh melalui interpretasi data indera. Persepsi
tentang kesejahteraan hidup manusia terbangun melalui pengalaman dan berbagai
macam proses dalam usaha manusia menjalin hubungan dengan lingkungan
mereka. Terbangunnya persepsi tersebut mendorong manusia dalam usaha
mendekati atau mencapai suatu kondisi kehidupan sesuai dengan gambaran hidup
sejahtera yang ada dalam konsepsi manusia (Twikromo 1995).
Persepsi sangat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap lingkungannya.
Seseorang yang mempunyai persepsi yang benar terhadap lingkungannya,
kemungkinan orang tersebut akan berperilaku positif terhadap upaya-upaya
pelestarian lingkungan (Surata 1993 dalam Widawari 1994).
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican dan Desa
Bojong Kecamatan Langkaplancar, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat yang
dilaksanakan pada bulan Juli 2009-September 2009.
3.2 Sasaran, Alat dan Bahan
Sasaran penelitian adalah petani/pemilik hutan rakyat yang melakukan
kegiatan pengelolaan hutan rakyat. Alat dan bahan yang digunakan adalah form
kuisioner, alat tulis, alat hitung, software microsoft office word 2007, microsfot
excel 2007, SPSS 17 dan alat dokumentasi.
3.3 Metode Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan dengan wawancara terhadap 60 responden
petani hutan rakyat, yakni 30 responden dari Desa Sidamulih dan 30 responden
dari Desa Bojong. Pemilihan responden dilakukan secara purposive sampling
(sengaja) dengan pertimbangan sebaran lokasi petani dan ketersediaan alat
transportasi menuju lokasi petani. Selain itu, dilakukan pengumpulan data-data
sekunder yang didapatkan dari kantor desa setempat dan BPS Ciamis.
3.4 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer yang
dikumpulkan adalah:
1. Data karakteristik responden, meliputi:
a. Nama.
b. Usia: dikategorikan ke dalam tiga kategori yaitu <14 tahun, 15-54
tahun dan >55 tahun. Kategori usia <14 tahun dapat dikatakan
kategori anak-anak sehingga pada usia ini kurang produktif apabila
melakukan usaha/kerja. Kategori usia 15-54 tahun merupakan
kelompok usia yang produktif untuk melakukan kerja/usaha,
sedangkan kategori usia >55 tahun merupakan kelompok usia
manula (manusia usia lanjut) sehingga kelompok usia ini tidak
produktif untuk melakukan kerja/usaha (BPS Ciamis dalam Master
Plan 2006).
c. Jenis kelamin: laki-laki dan perempuan.
d. Pendidikan: SD (6 tahun), SLTP (3 tahun), SLTA (3 tahun) dan
sarjana.
e. Pekerjaan: dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu pekerjaan
pokok dan pekerjaan sampingan yang dikategorikan kedalam
bertani pangan/hutan (hutan rakyat dan sawah), buruh, pegawai,
berdagang, beternak, wiraswasta dan lain-lain.
f. Jumlah anggota keluarga (jiwa).
g. Luas hutan rakyat (dalam hektar).
2. Data aspek pendapatan, meliputi:
a. Pendapatan: pendapatan yang berasal dari pekerjaan pokok dan
pekerjaan sampingan (Rp/tahun).
b. Pengeluaran untuk pengelolaan hutan (Rp/tahun): terdiri dari
persiapan lahan (sewa lahan bagi yang tidak mempunyai lahan
sendiri, biaya pupuk untuk pemupukan tanah dan upah tenaga
kerja), penyediaan bibit (harga bibit, biaya transportasi pembelian
bibit dan upah tenaga kerja), penanaman (upah tenaga kerja),
pemeliharaan (upah tenaga kerja), pemanenan (upah tenaga kerja,
sewa alat dan bahan bakar) dan pengangkutan (upah tenaga kerja,
sewa alat angkut dan biaya bahan bakar) serta pengeluaran di luar
kebutuhan hutan yang terdiri dari pangan (beras, lauk-pauk, rokok
dan konsumsi pangan lainnya), dan non pangan (biaya sekolah,
listrik, kesehatan, tabungan, pakaian, hajatan, perumahan,
transportasi dan lain-lain).
3. Data aspek persepsi responden terhadap hutan rakyat, meliputi:
a. Pengetahuan responden tentang hutan rakyat.
b. Harapan responden rehadap hutan rakyat.
c. Penilaian responden terhadap hutan rakyat.
Data sekunder yang dikumpulkan adalah data UMR Ciamis (2009), batas garis
kemiskinan Ciamis (2007) dan monografi (Desa Bojong dan Desa Sidamulih).
3.5 Metode Pengolahan Data
5. Pendapatan Petani
a. Pendapatan dari suatu bidang usaha
P = ∑Pi - ∑Ci
Keterangan :
P = Pendapatan dari suatu bidang usaha (Rp/tahun)Pi = Jumlah penerimaan dari suatu jenis kegiatan ke-i dari suatu bidang
usaha (Rp/tahun)Ci =Jumlah pengeluaran suatu jenis kegiatan ke-i pada suatu bidang
usaha (Rp/tahun)
b. Pendapatan rumah tangga
Prt = Pa + Pb + Pc +…..+ Pn
Keterangan :
Prt = Pendapatan rumah tangga (Rp/tahun)Pa,…,Pn = Pendapatan dari masing-masing bidang usaha (Rp/tahun)
c. Pendapatan per kapita dari suatu rumah tangga
Pk = Prt / Ja
Keterangan :
Pk = Pendapatan per kapita dari suatu rumah tangga (Rp/kapita/tahun)Ja = Jumlah anggota keluarga dalam satu rumah tangga (jiwa)
d. Persentase pendapatan dari suatu bidang usaha terhadap pendapatan
total
Pi % = (Pi / Prt) x 100 %
Keterangan :
Pi % = Persentase pendapatan dari bidang usaha ke-I (%)
Selanjutnya, dilakukan perbandingan antara pendapatan/kapita/tahun rumah
tangga petani dengan UMR Ciamis (2009), batas garis kemiskinan Ciamis (2007)
dan batas garis kemiskinan Sajogyo (1996).
6. Persepsi Petani
Untuk mengetahui tingkat persepsi adalah dengan pemberian nilai (skor)
menggunakan skala Likert. Masing-masing tanggapan ya, sedang dan tidak
dengan interval nilai adalah 3, 2 dan 1. Nilai tanggapan tersebut dijumlahkan dan
dibagi dengan jumlah pernyataan yang tersedia. Sehingga diperoleh nilai yang
menggambarkan tingkat persepsi responden. Interval nilai tanggapan untuk setiap
tingkat persepsi dapat dilihat pada Tabel 1, yaitu:
Tabel 1 Tingkat persepsi berdasarkan Skala Likert
No Interval nilai tanggapan Tingkat persepsi1 2,00 – 3,00 Tinggi2 1,00 -1,99 Sedang3 0 -0,99 Rendah
7. Analisis Regresi Berganda
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari komponen peubah
bebas (x) terhadap peubah tak bebas (y). Peubah bebas (x) adalah faktor sosial
ekonomi dan peubah tak bebas (y) adalah pendapatan total, pendapatan hutan
rakyat dan persepsi responden petani hutan rakyat.
Persamaan yang digunakan antara pendapatan total dan pendapatan hutan
rakyat dengan faktor sosial ekonomi, yaitu:
y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 + b6x6
Keterangan:
y = pendapatan total (Rp/tahun) dan pendapatan hutan rakyat (Rp/tahun)a = intersepx1 = usia (tahun)x2 = pendidikan (tahun)x3 = jumlah anggota keluarga (jiwa)x4 = pekerjaan pokok (0 = bukan petani, 1 = petani)x5 = luas lahan hutan rakyat (ha)x6 = jenis kelamin
Persamaan yang digunakan antara persepsi dengan faktor sosial ekonomi,
yaitu:
y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 + b6x6 + b7x7 + b8x8
Keterangan:
y = persepsia = intersepx1 = usia (tahun)x2 = pendidikan (tahun)x3 = jumlah anggota keluarga (jiwa)x4 = pekerjaan pokok (0 = bukan petani, 1 = petani)x5 = pendapatan hutan rakyat (Rp/tahun)x6 = jenis kelaminx7 = pendapatan total (Rp/tahun)x8 = luas hutan rakyat (ha)
Untuk mengetahui ketepatan suatu model, maka digunakan uji statistik F,
uji statistik t dan menghitung nilai koefisien determinasi (R2) dengan
menggunakan aplikasi Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17.
a. Uji Statistik F
Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah parameter bebas (x1,x2,…,xn)
yang digunakan berpengaruh nyata terhadap parameter tak bebas (y).
Pengujiannya sebagai berikut (Uyanto, 2009):
H0 : b1 = 0; Semua variabel tidak berpengaruh terhadap y
H1 : b1 ≠ 0 atau b2 ≠ 0,…bn ≠ 0; Setidaknya ada satu variabel yang
berpengaruh terhadap y
Hipotesis Kerja:
H0 : Koefisien dugaan peubah (faktor sosial ekonomi) tidak
berpengaruh terhadap pendapatan total, pendapatan hutan
rakyat dan persepsi.
H1 : Koefisien dugaan peubah (faktor sosial ekonomi)
setidaknya ada satu variabel yang berpengaruh terhadap
pendapatan total, pendapatan hutan rakyat dan persepsi.
Kriteria Uji:
i. F hitung > F tabel, maka tolak H0 yang berarti dalam
parameter yang diuji setidaknya ada satu variabel yang
berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas
(pendapatan total, pendapatan hutan rakyat dan persepsi).
ii. F hitung < F tabel, maka terima H0 yang berarti parameter
yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap parameter
tidak bebas (pendapatan total, pendapatan hutan rakyat dan
persepsi).
b. Uji Statistik t
Pengujian dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh masing-masing
variabel bebas berpengaruh terhadap variabel tak bebas. Pengujiannya sebagai
berikut (Uyanto, 2009):
H0 : Koefisien dugaan peubah (faktor sosial ekonomi) secara
parsial tidak berpengaruh terhadap pendapatan total,
pendapatan hutan rakyat dan persepsi.
H1 : Koefisien dugaan peubah (faktor sosial ekonomi) secara
parsial berpengaruh terhadap pendapatan total, pendapatan
hutan rakyat dan persepsi.
Kriteria Uji:
i. t hitung > t tabel, maka tolak H0 yang berarti dalam
parameter yang diuji setidaknya ada satu variabel yang
berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas
(pendapatan total, pendapatan hutan rakyat dan persepsi).
ii. t hitung < t tabel maka terima H0 yang berarti parameter
yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap parameter
tidak bebas (pendapatan total, pendapatan hutan rakyat dan
persepsi).
c. Nilai Koefisien Determinasi (R2)
Hal ini dilakukan untuk melihat sejauh mana keragaman yang dapat
diterangkan oleh parameter bebas (xi) yang terpilih terhadap parameter tidak
bebas (y).
BAB IV
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah
Menurut Master Plan Ciamis tahun 2006, Kabupaten Ciamis terletak pada
koordinat 108020’-108040’ BT dan 7040’20”-7041’20” LS. Letak Kabupaten
Ciamis berada di ujung timur Provinsi Jawa Barat yang jaraknya dari ibu kota
provinsi sekitar 121 km dengan batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah utara : Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan
Sebelah barat : Kabupaten dan Kota Tasikmalaya
Sebelah selatan : Samudera Indonesia
Sebelah timur : Provinsi Jawa Tengah dan Kota Banjar
Luas wilayah Kabupaten Ciamis mencapai 244.479 ha dengan penggunaan
lahan sebagai pekarangan dan bangunan seluas 29.926 ha (12,24%), sawah
sebesar 51.890 ha (21,33%), kolam/empang/tambak/rawa seluas 2.529 ha
(1,05%), tegalan/kebun/ladang/huma penggembalaan padang rumput seluas
78.453 ha (32,08%), hutan dan perkebunan seluas 72.439 ha (29,62%) dan lainnya
seluas 9.202 ha (3,78%).
4.2 Topografi, Geologi, Tanah dan Iklim
Topografi permukaan wilayah Kabupaten Ciamis dibedakan menjadi:
1. Wilayah Ciamis bagian utara yang merupakan dataran tinggi
pegunungan dan berbukit, terutama di wilayah Gunung Sawal
dengan ketinggian antara 600-1000 mdpl dan kemiringan lereng
antara 15-40% dan >40%. Penggunaan lahan dominan di wilayah
ini adalah kebun campuran, perkebunan dan hutan (hutan negara
dan hutan rakyat).
2. Wilayah Ciamis bagian tengah dan selatan, terdiri dari dataran
rendah yang sebagian bergelombang dengan ketinggian antara 25-
500 mdpl dan sebagian kecil dengan kemiringan lereng antara 15-
40% serta wilayah dataran rendah di pesisir pantai yang landai
dengan ketinggian antara 0-25 mdpl dan kemiringan lereng 0-15%.
Dilihat dari struktur geologisnya, tanah di kabupaten ini memiliki batuan
induk yang terdiri atas: Aluvial, Undifferentiated Volcanic Product, Pliocene
Sedimentary facies, Miocene Sedimentary facies dan Miocene Limestone facies.
Jenis tanah umumnya terdiri atas latosol cokelat, latosol cokelat kemerahan,
aluvial kelabu, aluvial kelabu kuning, asosiasi aluvial kelabu tua, glei humus
rendah, grumosol kelabu, andosol cokelat kekuningan, podsolik merah
kekuningan dan litosol serta kompleks merah kekuningan dan regosol.
Menurut Schmidt dan Ferguson, iklim di Kabupaten Ciamis termasuk ke
dalam iklim tipe A, yaitu beriklim tropis dengan curah hujan berkisar antara 2500-
4000 mm/tahun di daerah pegunungan dan 1500-2000 mm/tahun di daerah
dataran rendah dengan kelembaban udara berkisar antara 70-89%. Hampir
sepanjang tahun mengalami hujan, kecuali bulan Juni, Juli dan Agustus yang
relatif jarang.
Lokasi penelitian terletak di Desa Sidamulih (Kecamatan Pamarican) dan
Desa Bojong (Kecamatan Langkaplancar), Kabupaten Ciamis dengan gambaran
kondisi umum masing-masing desa sebagai berikut:
1. Kondisi Umum Desa Sidamulih (Kecamatan Pamarican)
Desa Sidamulih berbatasan dengan Desa Margajaya Kecamatan Pamarican
di sebelah utara, Desa Karangkamiri dan Desa Cimanggu Kecamatan Banjarsari
sebelah selatan, Desa Sukasari di sebelah barat dan Desa Cikupa dan Desa
Karyamukti di sebelah timur. Luas desa ini mencapai 2.562,219 ha. Desa ini
terbagi kedalam empat dusun, yaitu Dusun Legokmenol, Dusun Cigasong, Dusun
Cibayawak dan Dusun Karangcingkrang.
Penggunaan lahan di desa ini terdiri dari tanah darat milik rakyat seluas
1.908,361 ha, tanah sawah milik rakyat seluas 350,66 ha, tanah titisara desa seluas
40,7 ha, tanah kehutanan seluas 15 ha, tanah pemakaman seluas 12,5 ha, tanah
wakaf seluas 2,1 ha, sungai dan irigasi seluas 57,14 ha, tanah jalan seluas 51,76 ha
dan tanah penggembalaan seluas 124 ha.
Jumlah penduduk di desa ini adalah 6.725 orang yang terdiri dari 3.223 laki-
laki dan 3.502 perempuan. Jumlah Rumah Tangga (RT) adalah 2.189 Kepala
Keluarga (KK). Pendidikan penduduk Desa Sidamulih masih rendah, yaitu
sebanyak 5.051 orang telah menempuh pendidikan formal setingkat SD.
Sedangkan sekolah SLTP sebanyak 776 orang, sekolah lanjutan atas sebanyak
338 orang dan perguruan tinggi 27 orang. Mata pencaharian penduduk Desa
Sidamulih sebagian besar bertani (4870 orang), buruh (1706 orang), pedagang (66
orang), pegawai swasta (17 orang), PNS (43 orang), pensiunan (9 orang) dan
sisanya adalah yang belum bekerja/sedang mencari pekerjaan (44 orang).
2. Kondisi Umum Desa Bojong (Kecamatan Langkaplancar)
Desa ini berada pada ketinggian 7700 mdpl dengan suhu udara berkisar
antara 250-300 C dan curah hujan 2555 mm/thn. Bentuk wilayah desa ini terdiri
dari tiga bagian, yaitu datar sampai berombak (15%), berombak sampai berbukit
(20%) dan berbukit sampai bergunung (65%). Desa ini terbagi kedalam enam
dusun, yaitu: Dusun Bojong, Dusun Sukasirna, Dusun Bungur, Dusun Karoya,
Dusun Pasirtenjo dan Dusun Bentar.
Penggunaan lahan terdiri dari tanah sawah seluas 3.101 ha, tanah kering
6.787,69 ha, tanah basah 89 ha, tanah hutan (hutan lindung seluas 1.631,34 ha
dan hutan produksi 244,20 ha), tanah perkebunan negara 1.058,94 ha, fasilitas
umum (lapangan olahraga 15,14 ha dan pemakaman 134,73 ha), fasilitas sosial
(mesjid/musholla/langgar seluas 12 ha, sarana pendidikan 51,44 ha, sarana
kesehatan 0,42 ha dan sarana sosial 0,530 ha).
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden Petani Hutan Rakyat
Karakteristik responden petani hutan rakyat di Desa Sidamulih dan Desa
Bojong diperoleh berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 60
responden petani hutan rakyat. Karakteristik petani hutan rakyat menurut usia
responden disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Usia responden petani hutan rakyat
No Usia (Tahun) N Persentase (%)1 <14 0 0,002 15-54 50 83,333 >55 10 16,67
Total 60 100
Usia responden mempengaruhi curahan tenaga dan kematangan dalam
tindakan. Dilihat dari Tabel 2, kegiatan pengusahaan hutan rakyat paling banyak
dilakukan oleh petani yang berusia produktif, yaitu 15-54 tahun atau sebesar
83,33%. Hal ini menunjukkan bahwa dalam keadaan usia petani yang masih
produktif, maka kemampuan mengelola hutan rakyatpun akan semakin baik
karena curahan tenaganya lebih maksimal dibandingkan dengan kelompok usia
yang lain.
Responden petani hutan rakyat di Desa Sidamulih dan Desa Bojong
sebagian besar tidak hanya mempunyai satu jenis pekerjaan, tetapi mereka
mempunyai beberapa jenis pekerjaan. Pekerjaan tersebut dikelompokkan menjadi
dua jenis, yaitu pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan. Pekerjaan pokok
responden petani hutan rakyat sebagian besar sebagai petani pangan/hutan
(53,33%) atau sebanyak 32 responden, baik sebagai petani sawah maupun petani
hutan rakyat. Sedangkan responden yang paling sedikit adalah sebagai buruh,
yaitu sebanyak satu responden (1,67%). Sementara itu, responden yang lainnya
bekerja sebagai pegawai sebanyak 31,67% atau 19 responden. Pegawai ini
mencakup Pegawai Negeri Sipil (PNS), pegawai honorer maupun pegawai desa
setempat. Pekerjaan yang lainnya adalah berdagang sebanyak lima responden atau
8,33% dan sisanya sebagai wiraswasta yang mencakup pekerjaan sebagai pembuat
mainan, penjahit dan meubeul sebanyak 3 responden atau 5%. Untuk lebih jelas,
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Pekerjaan pokok responden petani hutan rakyat
No Pekerjaan N Persentase (%)1 Bertani pangan/hutan 32 53,332 Pegawai 19 31,673 Berdagang 5 8,334 Wiraswasta 3 5,005 Buruh 1 1,67
Total 60 100
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan, maka responden petani hutan
rakyat melakukan pekerjaan diluar pekerjaan pokok. Jenis pekerjaan sampingan
responden petani hutan rakyat dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Pekerjaan sampingan responden petani hutan rakyat
No Pekerjaan sampingan N Persentase (%)1 Bertani pangan/hutan 17 28,332 Bertani pangan/hutan, wiraswasta 7 11,673 Tidak punya pekerjaan sampingan 7 11,674 Beternak 6 10,005 Buruh 5 8,336 Wiraswasta 4 6,677 Berdagang 3 5,008 Berdagang, beternak 2 3,339 Beternak, buruh 2 3,3310 Bertani pangan/hutan, beternak 2 3,3311 Bertani pangan/hutan, beternak, wiraswasta 2 3,3312 Berdagang, buruh 1 1,6713 Beternak, wiraswasta 1 1,6714 Buruh, berdagang, beternak 1 1,67
Total 60 100
Jenis pekerjaan sampingan responden petani hutan rakyat berbeda-beda, ada
yang hanya satu jenis pekerjaan, kombinasi berbagai jenis pekerjaan bahkan ada
yang tidak mempunyai pekerjaan sampingan. Pekerjaan yang paling banyak
dilakukan adalah bertani pangan/hutan sebesar 28,33% atau 17 responden. Dan
yang terkecil adalah sebesar 1,67% atau hanya satu responden yaitu kombinasi
antara buruh, berdagang dan beternak dan kombinasi antara beternak dan
wiraswasta serta kombinasi antara berdagang dan buruh. Petani hutan rakyat yang
tidak mempunyai pekerjaan sampingan dan hanya bergantung pada pekerjaan
pokok saja adalah sebesar 11,67% atau sebanyak tujuh responden. Dari hasil
wawancara dapat diketahui bahwa hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya faktor usia, pendidikan, modal, kemauan petani untuk mencari dan
melakukan pekerjaan serta terbatasnya lapangan pekerjaan.
Keanekaragaman pekerjaan responden petani hutan rakyat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, salah satunya adalah pengetahuan yang dimilki. Dalam hal ini,
tingkat pengetahuan responden berkaitan erat dengan tingkat pendidikan yang
pernah didapatkan, terutama pendidikan formal. Hal ini mempengaruhi petani
dalam memudahkan penerimaan hal-hal baru dari luar dalam meningkatkan usaha
yang dilakukan. Tingkat pendidikan responden petani hutan rakyat dapat dilihat
pada Tabel 5.
Tabel 5 Pendidikan responden petani hutan rakyat
No Pendidikan N Persentase (%)1 SD 28 46,672 SLTP 16 26,673 SLTA 14 23,334 Perguruan Tinggi 2 3,33
Total 60 100
Dilihat dari Tabel 5, sebagian besar responden hanya menempuh
pendidikan sampai tingkat SD, yaitu sebanyak 46,67% atau 28 responden.
Sedangkan pendidikan Perguruan Tinggi (sarjana dan diploma) hanya 3,33% atau
dua responden. Sementara itu, responden yang menempuh pendidikan sampai
jenjang pendidikan tingkat SLTP sebanyak 26,67% atau 16 responden dan SLTA
sebanyak 23,33% atau 14 responden. Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa semakin
tinggi tingkat pendidikan, maka semakin sedikit jumlah responden yang
menempuh pendidikan tersebut. Perbedaan tingkat pendidikan ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor, diantaranya kurangnya kesadaran responden terhadap
pendidikan, keterbatasan biaya dan jarak sekolah lanjutan terlalu jauh dari daerah
pemukiman responden.
Tabel 6 Jumlah anggota keluarga responden petani hutan rakyat
No Jumlah Anggota Keluarga N Persentase (%)1 1 0 0,002 2 5 8,333 3 9 15,004 4 20 33,335 5 21 35,006 6 5 8,33
Total 60 100
Dilihat dari jumlah anggota keluarga responden pada Tabel 6, maka
responden yang memiliki jumlah anggota keluarga terbanyak adalah lima orang
yang dimiliki oleh 21 responden (35%), kemudian yang memiliki jumlah anggota
keluarga sebanyak empat orang adalah 33,33% atau 20 responden. Dan responden
dengan jumlah anggota keluarga sebanyak enam orang adalah 8,33% atau lima
responden. Sisanya adalah responden yang memiliki jumlah anggota keluarga
sebanyak tiga orang dan dua orang masing-masing adalah 15% dan 8,33%.
Tabel 7 Luas hutan rakyat responden petani hutan rakyat
No Luas Hutan Rakyat (Ha) N Persentase (%)1 <0,5 17 28,332 0,5 - 1,5 31 51,673 1,5 - 2,5 9 15,004 >2,5 3 5,00
Total 60 100
Dilihat dari Tabel 7 mengenai luas hutan rakyat, maka responden yang
memiliki hutan seluas lebih dari 2,5 ha adalah tiga responden atau 5% dan
responden yang memiliki hutan rakyat seluas kurang dari 0,5 ha adalah 17
responden atau 28,33%. Responden yang paling banyak adalah yang memiliki
hutan seluas 0,5 ha-1,5 ha sebanyak 31 responden atau 51,67%. Sisanya adalah
responden yang memiliki hutan seluas 1,5 ha-2,5 ha, yaitu sebanyak 9 responden
atau 15%. Luas kepemilikan lahan hutan rakyat merupakan salah satu simbol
status sosial responden petani. Semakin luas hutan yang dimiliki, maka semakin
tinggi status sosial responden tersebut.
5.2 Pengelolaan Hutan Rakyat di Desa Sidamulih dan Desa Bojong
Keberadaan dan pengelolaan hutan rakyat di Desa Sidamulih dan Desa
Bojong telah ada sejak puluhan tahun yang lalu, sehingga usaha pengelolaan
hutan rakyat merupakan usaha yang turun-temurun. Apabila dilihat dari
bentuknya, hutan rakyat tersebut merupakan hutan rakyat tradisional dimana cara
penanamannya dilakukan pada tanah milik masyarakat dan diusahakan oleh
masyarakat itu sendiri tanpa adanya campur tangan dari pemerintah. Tanaman
pengisi hutan tersebut terdiri dari tanaman kayu-kayuan, tanaman buah-buahan,
tanaman bambu, tanaman perkebunan, tanaman obat dan tanaman palawija.
(a) (b)
Gambar 1 Hutan rakyat (a) Desa Sidamulih Kec. Pamarican, (b) Desa BojongKec. Langkaplancar.
Jenis tanaman kayu-kayuan yang terdapat pada hutan rakyat ini adalah
sengon (Paraserianthes falcataria), jati (Tectona grandis), mahoni (Swietenia
macrophylla), sungkai (Peronema canescens), gmelina (Gmelina arborea), akasia
(Acacia mangium), gaharu (Aquilaria malaccensis), manglid (Manglieta glauca),
tisuk (Hibiscus macrophyllus), caruy, afrika (Maesopsis eminii), ki hiang dan
karet (Hevea brasiliensis). Tanaman kayu-kayuan yang menjadi primadona di
kedua desa ini adalah sengon (Paraserianthes falcataria) dan jati (Tectona
grandis). Hal ini karena kayu-kayu tersebut mudah dipasarkan dan sudah
memiliki pasar, mempunyai nilai jual yang tinggi, cepat menghasilkan dan dapat
dibudidayakan dengan mudah oleh petani hutan rakyat.
Jenis tanaman buah-buahan adalah rambutan (Nephelium lappaceum),
pisang (Musa paradisiaca), mangga (Mangifera foetida), durian (Durio
zibethinus), petai (Parkia speciosa), jengkol (Phitecollobium jiringa), duku
(Lansium domesticum), aren (Arenga pinnata) dan kedondong (Spandias pinnata).
Namun, sebagian besar petani kurang memperhatikan keberadaan dan
pertumbuhan tanaman ini karena mereka lebih memperhatikan tanaman kayu-
kayuan. Hasil tanaman buah-buahan sebagian besar dikonsumsi sendiri oleh
petani. Hal ini karena jumlah tanaman buah-buahan yang terdapat di lahan petani
relatif sedikit. Sebagian besar tanaman buah-buahan tumbuh secara alami dari
biji-biji yang dibawa oleh hewan. Petani lebih senang menjual tanaman buah-
buahan dalam bentuk kayu karena nilai jualnya lebih tinggi dan dapat mengurangi
kerapatan tegakan di lahan hutan rakyat sehingga tanaman kayu-kayuan dapat
tumbuh dengan baik dan mendapatkan ruang tumbuh yang cukup baik.
Tanaman perkebunan adalah kelapa (Cocos nucifera), kopi (Coffea sp),
cengkeh (Eugenia aromatica) dan kakao (Theobroma cacao). Sedangkan tanaman
obat adalah jahe (Zingiber officinale), kunyit, kencur (Kaempferia galanga) dan
kapulaga (Amomum cardamomum). Tanaman perkebunan dan tanaman obat
memberikan pemasukan yang cukup besar terhadap pendapatan petani. Bahkan
salah-satu komoditi terbesar (selaian alba dan jati) di Desa Sidamulih dan Desa
Bojong adalah kakao (Theobroma cacao) dan kapulaga (Amomum cardamomum).
Tanaman ini biasanya sengaja ditanam oleh petani sambil menunggu tanaman
kayu-kayuan siap panen. Selain itu, terdapat juga tanaman bambu dan tanaman
palawija. Tanaman palawija adalah cabai rawit (Capsicum frutescens), singkong
(Manihot utilisima), ubi jalar (Ipomoea batata), mentimun (Cucumis sativus) dan
kacang-kacangan (Vigna sp).
5.2.1 Sistem dan Teknik Silvikultur
Pengelolaan hutan rakyat tidak terlalu menerapkan sistem silvikultur
tertentu. Hal ini tergantung dari kemauan dan kebutuhan petani hutan rakyat
dalam memanen hasil hutan rakyat tersebut. Biasanya petani menjual tanaman
kayu-kayuan dari hutan rakyat apabila membutuhkan biaya atau dana. Selain itu,
penjualan kayu dilakukan apabila tanaman kayu-kayuan tersebut sudah
berdiameter minimal 20-30 cm.
Pengelolaan hutan rakyat dilakukan secara tradisional dengan bekal
pengalaman, pengetahuan dan peralatan seadanya. Pengelolaan dimulai dengan
persiapan lahan, penyediaan/pengadaan bibit, penanaman, pemeliharaan,
pemanenan dan pemasaran.
1. Persiapan lahan
Kegiatan persiapan lahan merupakan langkah awal pengelolaan hutan rakyat
yang dilakukan oleh petani hutan rakyat. Kegiatan ini terdiri dari pengolahan
tanah dan pemupukan sebelum penanaman. Tetapi, kegiatan pemupukan sebelum
penanaman hanya dilakukan untuk tanaman kayu-kayuan. Dari 60 responden
petani hutan rakyat, 59 responden (98,33%) petani hutan rakyat menggunakan
lahan miliknya sendiri, sedangkan satu responden (1,67%) menyewa lahannya
kepada petani lain yang memiliki lahan yang luas dan tidak diolah. Tetapi,
responden tersebut juga sebenarnya mempunyai lahan hutan rakyat, hanya saja
luasannya kecil sehingga tidak memungkinkan untuk menanam beraneka macam
tanaman.
Pengolahan tanah untuk penanaman tanaman kayu-kayuan dimulai dengan
mencangkul tanah (dengan alat cangkul dan garpu) yang akan ditanami dan diberi
pupuk (NPK dan pupuk kandang). Petani lebih sering menggunakan pupuk
kandang daripada NPK karena lebih mudah didapatkan, lebih mudah digunakan
(tidak terlalu harus memperhatikan dosis penggunaannya) dan lebih murah.
Kegiatan-kegiatan ini sebagian besar dilakukan sendiri oleh petani dengan
bantuan anggota keluarga petani tersebut, tetapi ada juga yang menggunakan jasa
buruh. Penggunaan jasa buruh biasanya dilakukan oleh petani yang sibuk dan
bertani bukan pekerjaan pokoknya melainkan hanya merupakan pekerjaan
sampingan.
Pengolahan tanah untuk tanaman palawija dan tanaman obat menggunakan
sabit atau garpu. Hal ini karena lubang tanam yang diperlukan tidak terlalu dalam
dan biasanya dilakukan setelah tanaman kayu-kayuan ditanam dan sudah agak
tinggi agar tanaman kayu-kayuan tidak tertutup oleh tanaman palawija dan obat
karena tanaman obat lebih cepat tumbuh dan berkembang.
2. Penyediaan/pengadaan bibit
Sebagian besar petani melakukan permudaan buatan, tetapi untuk tanaman-
tanaman tertentu (tanaman buah-buahan) terkadang mereka melakukan
permudaan alami. Kegiatan penyediaan bibit dilakukan dengan dua cara, yakni
menyediakan sendiri atau membeli dari penjual bibit. Biasanya selalu ada penjual
bibit yang berkeliling ke desa menggunakan mobil bak. Petani sudah
mempercayai kualitas bibit yang dijual karena penjual tersebut sudah dikenal
petani dan usahanya sudah lama. Apabila menyediakan sendiri, biasanya petani
melakukan seleksi benih (benih berupa biji) terlebih dahulu sebelum ditanam.
Seleksi benih dilakukan dengan cara tradisional diantaranya perendaman biji.
Selain itu, apabila dalam bentuk semai, biasanya petani menyemai benih.
Penyemaian dilakukan di pekarangan atau belakang rumah.
(a) (b)
Gambar 2 Kegiatan pengadaan bibit (a) pengadaan bibit oleh penjual bibit(b) pengadaan bibit oleh petani hutan rakyat (perorangan).
3. Penanaman
Kegiatan penanaman biasanya dilakukan pada saat musim hujan.
Penanaman lahan hutan oleh petani difokuskan pada tanaman kayu-kayuan. Jarak
yang digunakan antar tanaman tersebut biasanya 5x5 m (tetapi, sebagian besar
petani tidak memperhatikan jarak tanam). Selanjutnya, untuk mengisi ruang yang
kosong biasanya petani hutan rakyat menanam tanaman obat, tanaman
perkebunan atau tanaman palawija. Waktu penanaman setiap petani berbeda-beda
tergantung dari luas hutan rakyat dan banyaknya benih yang ditanam.
4. Pemeliharaan
Kegiatan ini sangat penting untuk menjaga kelangsungan hidup tanaman
dan meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman dari mulai masa setelah
penanaman sampai masa panen. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan adalah
penyulaman, pendangiran dan pemupukan. Kegiatan penyulaman dilakukan
minimal enam bulan setelah penanaman. Tetapi, sebagian besar dari responden
petani hutan rakyat melakukannnya setelah satu tahun masa penanaman.
Penyulaman dilakukan jika ditemukan adanya tanaman yang mati, tumbuh tidak
sesuai dengan tanaman yang lain atau terserang hama dan penyakit. Tanaman-
tanaman yang mati diganti dengan tanaman baru dan jenis yang sama.
Kegiatan pendangiran dilakukan setahun dua kali. Kegiatan ini merupakan
kegiatan untuk membersihkan lahan hutan dari tanaman-tanaman pengganggu
seperti semak belukar. Alat yang digunakan adalah golok dan sabit.
Kegiatan pemupukan dilakukan setelah enam bulan dari masa penanaman.
Pemupukan ini menggunakan NPK, kompos dan pupuk kandang. Pemupukan
dilakukan dengan dua cara, yakni ditabur dan disemprot. Kegiatan pemupukan
dengan cara ditabur dilakukan apabila musim penghujan, sedangkan apabila
menjelang musim kemarau maka pemupukan dilakukan dengan cara disemprot.
Kegiatan ini rutin dilaksanakan oleh petani setiap enam bulan sekali.
5. Pemanenan dan Pemasaran
Pemanenan tanaman kayu-kayuan biasanya dilakukan apabila petani
membutuhkan biaya atau dana dan apabila diameter pohon telah mencapai
minimal 20-30 cm. Tetapi, ada juga petani yang membiarkan tanamannya sampai
besar dan sengaja tidak dipanen dengan alasan menjadikan tanaman tersebut
sebagai tabungan masa depan. Dalam pemanenan hasil hutan, biasanya petani
sudah tidak terlibat lagi karena penjualan kayu dilakukan dengan sistem borong
sehingga kegiatan ini dilakukan oleh tengkulak. Petani pemilik hutan tersebut
biasanya hanya membersihkan sisa-sisa kegiatan pemanenan termasuk mengambil
kayu dan daun yang tidak diambil oleh tengkulak yang masih dapat digunakan
sebagai kayu bakar dan pakan ternak.
Sebagian besar petani hutan rakyat menjual hasil hutan kepada para
tengkulak dalam bentuk kayu bulat. Tengkulak mempunyai peranan yang penting
bagi petani karena mereka menguasai informasi pasar. Sistem penjualan ini
merugikan petani. Kerugian pada petani karena pembayaran penjualan kayu
dilakukan sebelum penebangan sehingga dalam proses penetapan harga, para
tengkulak hanya menafsirkan jumlah kayu (tidak melakukan perhitungan secara
menyeluruh terhadap volume kayu). Walaupun merasa dirugikan, petani tidak
bisa membantah harga yang sudah ditetapkan karena terbatasnya informasi dan
pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini menjadi masalah yang turun-temurun bagi
petani hutan rakyat.
Pemanenan tanaman buah-buahan biasanya dilakukan musiman karena
buahnyapun tumbuh secara musiman. Tetapi, ada juga tanaman buah-buahan yang
berbuah sepanjang tahun, misalnya kelapa. Pemanenan kelapa dilakukan setiap
sebulan sekali atau tiga bulan sekali. Penjualan tanaman ini mempunyai cara yang
sama dengan tanaman kayu-kayuan. Bahkan pada penjualan jenis tanaman ini
terdapat beberapa petani yang menjual buah-buahannya ketika buah tersebut
masih berukuran sangat kecil dan masih belum kelihatan berbuah banyak atau
tidak. Penjualan tanaman buah-buahan dilakukan kepada para pengumpul.
Pemanenan tanaman obat (kapulaga) biasanya dilakukan setiap sebulan atau
dua bulan sekali. Pemanenan hanya menggunakan golok, pisau atau sabit. Setelah
itu, dilakukan pengeringan tradisonal dengan cara dijemur. Penjualan lebih sering
dilakukan dalam keadaan kering karena harga jualnya lebih tinggi. Penjualan
tidak langsung dilakukan ketika panen, tetapi ditimbun dahulu sampai harga di
pasaran naik. Penjualan dilakukan langsung kepada pengumpul. Pemanenan
tanaman palawija (cabai rawit (Capsicum frutescens), singkong (Manihot
utilisima), ubi jalar (Ipomoea batata), mentimun (Cucumis sativus) dan kacang-
kacangan (Vigna sp)) dilakukan mingguan atau bulanan dan langsung dijual ke
pedagang di pasar tradisional terdekat.
5.3 Pendapatan Responden Petani Hutan Rakyat
5.3.1 Sumber-Sumber Pendapatan dan Kontribusinya terhadap Pendapatan
Rumah Tangga
Sumber pendapatan petani hutan rakyat di Desa Sidamulih dan Desa Bojong
berasal dari dua sumber, yaitu hutan rakyat dan non hutan rakyat. Pendapatan
hutan rakyat berasal dari penjualan kayu, buah ataupun tanaman obat dan tanaman
palawija. Sedangkan pendapatan non hutan rakyat diperoleh dari hasil bertani di
sawah, pegawai, buruh, beternak, berdagang, wiraswasta dan lain-lain (pemberian
dari kerabat/keluarga).
Berdasarkan Tabel 3 dan Tabel 4 mengenai pekerjaan petani, maka jumlah
pendapatan setiap petanipun berbeda-beda tergantung dari jenis pekerjaan yang
dilakukan oleh petani. Total pendapatan bersih terbesar diperoleh dari hasil
pengelolaan hutan rakyat/bertani hutan rakyat sebesar Rp 475.687.000/tahun
dengan rata-rata Rp 7.928.117/tahun/petani dan kontribusi terhadap pendapatan
total rumah tangga petani sebesar 33,02%. Hal ini karena setiap petani melakukan
usaha hutan rakyat sehingga jumlah pendapatan hutan rakyatpun besar, sedangkan
untuk sumber-sumber pendapatan yang lain tidak semua petani melakukan
pekerjaan tersebut.
Tabel 8 Sumber-sumber pendapatan dan kontribusinya terhadap pendapatan total
No SumberPendapatan
PendapatanTotal
(Rp/Tahun)
Pendapatan Rata-Rata
(Rp/Tahun/Petani)
Kontribusiterhadap
PendapatanTotal (%)
1 Bertani HR 475.687.000 7.928.117 33,022 Pegawai 320.634.000 5.343.900 22,263 Bertani Pangan
sawah230.680.000 3.844.667 16,01
4 Wiraswasta 137.300.000 2.288.333 9,535 Berdagang 88.362.500 1.472.708 6,136 Beternak 81.777.500 1.362.958 5,687 Lainnya 59.818.000 996.967 4,158 Buruh 46.381.000 773.017 3,22
Total 1.440.640.000 24.010.667 100
Total pendapatan bersih terkecil adalah buruh sebesar Rp 46.381.000/tahun
dengan rata-rata Rp 773.017/tahun/petani yang memberikan kontribusi terhadap
pendapatan total sebesar 3,22%. Pekerjaan buruh terdiri dari berbagai jenis,
diantaranya buruh tani, buruh sadap dan buruh proyek (misalnya proyek
pembangunan tower operator). Pekerjaan buruh ada yang bersifat permanen dan
tidak permanen. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya waktu kerja
dan ketersediaan pekerjaan. Buruh tani dan buruh sadap biasanya bersifat
permanen, sedangkan buruh proyek biasanya tidak permanen.
Sumber pendapatan petani yang lain diperoleh dari pegawai dengan total
pendapatan bersih sebesar Rp 320.634.000/tahun dan rata-rata Rp
5.343.900/tahun/petani sehingga memberikan kontribusi sebesar 22,26%. Selain
itu, sumber pendapatan yang lain adalah beternak dan berdagang. Total
pendapatan bersih masing-masing sumber tersebut adalah Rp 81.777.500/tahun
dan Rp 88.362.500/tahun dengan kontribusi terhadap pendapatan total adalah 5,68
% dan 6,13%. Ternak yang dilakukan di kedua desa ini adalah ternak ikan, ayam
(kampung dan broiler), kambing/domba dan sapi. Tetapi, ternak yang paling
banyak dilakukan adalah ternak ayam kampung dan kambing/domba. Hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya jumlah pakan yang tersedia, nilai
jual dan ketersediaan pasar.
Sumber lainnya adalah wiraswasta. Pekerjaan ini terdiri dari budidaya
benih, meubeul, usaha pakaian, pabrik heler/gilingan dan bisnis alat transportasi.
Besarnya kontribusi dari wiraswasta adalah 9,53% dengan total pendapatan bersih
Rp 137.300.000/tahun dan rata-ratanya adalah Rp 2.288.333/tahun/petani.
Pekerjaan ini menghasilkan keuntungan yang tinggi, tetapi untuk melakukan
usaha ini diperlukan modal dan pengetahuan yang tinggi.
Petani tidak hanya mendapatkan penghasilan dari hasil kerjanya sendiri,
tetapi ada beberapa petani yang mendapatkannya dari pemberian
kerabat/keluarganya sehingga apabila dijumlahkan mencapai Rp 59.818.000/tahun
dan rata-ratanya adalah Rp 996.967/tahun/petani. Sumber pendapatan ini
memberikan kontribusi sebesar 4,15%.
5.3.2 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Petani
Total pengeluaran rata-rata terbesar adalah pemenuhan kebutuhan pangan
(beras dan lauk-pauk) sebesar Rp 9.313.583/tahun/petani atau sekitar 64,70%.
Petani yang mempunyai sawah biasanya tidak menjual semua hasil sawahnya,
tetapi mereka menyimpan hasilnya untuk keperluan makan sehari-hari. Sedangkan
pengeluaran rata-rata terkecil adalah kesehatan sebesar Rp 25.833/tahun/petani
atau 0,18% dari total pengeluaran. Hal ini tidak berarti bahwa petani hutan rakyat
tidak memperhatikan kesehatan. Para petani tetap memperhatikan kesehatan,
biasanya petani membeli obat di warung. Selain itu, walaupun berobat ke
puskesmas hanya mengeluarkan biaya antara Rp 15.000-Rp 30.000.
Tabel 9 Pengeluaran konsumsi rumah tangga petani
No Jenis PengeluaranPengeluaran
Total(Rp/Tahun)
PengeluaranRata-Rata
(Rp/tahun/Petani)
Persentase(%)
1 Pangan 558.815.000 9.313.583 64,702 Biaya sekolah 54.735.000 912.250 6,343 Tabungan 53.652.000 894.200 6,214 Transportasi 49.936.250 832.271 5,78
5Pengelolaan hutanrakyat
34.590.000 576.505 4,01
6 Perumahan 28.450.000 474.167 3,297 Pakaian 25.200.000 420.000 2,928 Lain-lain 19.688.000 328.133 2,289 Listrik 18.456.000 307.600 2,1410 Hajatan 14.030.000 233.833 1,6211 Rekreasi 4.600.000 76.667 0,5312 Kesehatan 1.550.000 25.833 0,18
Total 863.702.250 14.395.038 100
Pengeluaran rata-rata petani hutan rakyat untuk pengelolaan lahan hutan
cukup tinggi, yaitu sebesar Rp 576.505/tahun/petani atau 4,01%. Hal ini
menunjukkan bahwa petani cukup memperhatikan hutan rakyat. Pengeluaran ini
terdiri dari biaya pembelian bibit dan benih, pemupukan dan upah buruh
(penanaman, pemupukan dan pemeliharaan). Tetapi, sebagian besar untuk
pembelian bibit dan benih karena kegiatan-kegiatan pengelolaan hutan lainnya
biasanya dilakukan sendiri oleh petani dengan bantuan anggota keluarganya.
Petani hutan rakyat sangat memperhatikan pendidikan anak-anaknya. Hal
ini karena mereka tidak mau kelak anak-anaknya seperti mereka, mereka berharap
anak-anaknya bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Pengeluaran rata-rata
untuk biaya sekolah Rp 912.250/tahun/petani atau 6,34%. Pengeluaran ini terdiri
dari uang buku dan uang jajan. Pengadaan sarana pendidikan di kedua desa ini
sudah cukup baik, hanya saja tidak ada sekolah lanjutan atas sehingga anak-anak
yang melanjutkan sekolah lanjutan atas harus pergi ke kota dan kost (menambah
biaya pengeluaran petani untuk menyekolahkan anaknya).
Pengeluaran berikutnya adalah listrik sebesar Rp 307.600/tahun/petani atau
2,14%. Barang-barang elektronik yang ada di rumah petani biasanya hanya terdiri
dari lampu dan tv atau radio. Selain itu, ada beberapa petani yang tidak memasang
listrik langsung dari gardu listrik, tetapi memasang listrik ke rumah tetangga atau
kerabat/keluarga sehingga pembayaran listrik per bulannya lebih murah.
Petani hutan rakyat biasanya memenuhi kebutuhan sandang/pakaiannya
setahun sekali, yaitu ketika hari raya. Pengeluaran rata-rata untuk kebutuhan ini
sebesar Rp 420.000/tahun/petani atau 2,92%. Dalam hal pakaian, biasanya orang-
orang yang mempunyai pakaian banyak dan sudah tidak dipakai selalu
memberikan pakaian bekasnya ke petani sehingga pakaian-pakaian tersebut bisa
dipakai untuk kegiatan sehari-hari petani.
Pengeluaran lainnya adalah untuk hajatan sebesar Rp 233.833/tahun/petani
atau 1,62%. Hajatan yang sering dilakukan adalah pernikahan dan sunatan.
Pengeluaran untuk hajatan adalah biaya hajatan dan uang atau barang yang
diberikan petani kepada orang yang punya hajat. Sebagian besar petani
menggunakan sistem bayar utang. Jadi, uang atau barang yang diberikan adalah
uang atau barang yang pernah diterima oleh petani tersebut ketika dirinya
melakukan hajatan. Tetapi, apabila petani tersebut belum melakukan hajatan
maka petani tersebut memberi semampunya dan melihat status sosial yang punya
hajatan. Apabila statusnya tinggi, maka uang atau barang yang diberikannya
memiliki harga atau kualitas yang tinggi pula, begitu juga sebaliknya.
Pengeluaran untuk perumahan, rekreasi, tabungan dan transportasi masing-
masing berjumlah Rp 474.167/tahun/petani atau 3,29%, Rp 76.667/tahun/petani
atau 0,52%, Rp 892.200/tahun/petani atau 6,21% dan Rp 832.271/tahun/petani
atau 5,78%. Kegiatan rekreasi kurang mendapatkan perhatian dari petani.
Biasanya kegiatan ini dilakukan oleh petani yang tidak terlalu sibuk dan kegiatan
bertani hanyalah pekerjaan sampingannya saja. Tabungan biasanya dilakukan di
koperasi desa atau bank. Biaya transportasi biasanya dikeluarkan petani untuk
membeli bahan bakar. Alat transportasi yang umum dimiliki petani adalah motor.
Biasanya petani menggunakan motor ke lahan hutannya, karena tidak semua lahan
hutan petani dekat dengan rumahnya, lahan hutan mereka bukan lahan hutan yang
hanya berada dalam satu lokasi, tetapi merupakan lahan yang berpencar-pencar.
Pengeluaran lain-lain petani sebesar Rp 328.133/tahun atau 2,28%. Pengeluaran
ini terdiri dari biaya pembelian gas dan uang jajan anak-anak di luar jam sekolah.
5.3.3 Perbandingan Pendapatan Total Petani dengan Pengeluaran Total
Petani
Total pendapatan semua responden petani hutan rakyat adalah Rp
1.440.640.000/tahun dengan rata-rata sebesar Rp 24.010.667/tahun/petani,
sedangkan total pengeluaran Rp 863.702.250/tahun dengan rata-rata sebesar Rp
14.395.038/tahun/petani. Dilihat dari data tersebut dapat diketahui bahwa secara
keseluruhan petani hutan rakyat dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, karena
pendapatan lebih besar daripada pengeluaran dengan selisih sebesar Rp
576.937.750/tahun dan rata-ratanya adalah Rp 9.615.629/tahun/petani. Sisa uang
tersebut disimpan di koperasi desa, bank atau dalam bentuk emas.
Gambar 3 Simpanan gabah petani hutan rakyat di rumahnya.
Dilihat dari masing-masing pendapatan dan pengeluaran petani, maka
terdapat sepuluh petani hutan rakyat (6%) yang mempunyai nilai pengeluaran
lebih besar daripada pendapatan. Total selisih tersebut adalah Rp.
45.762.550/tahun dengan rata-rata Rp. 762.709/tahun/petani. Untuk menutupi
kebutuhan hidup sehari-hari, biasanya petani menjual hasil bertani pangan/hutan
(padi, cengkeh, kapulaga, kopi, kakao dan lain-lain) yang disimpan di rumahnya,
menjual kayu, mengambil uang tabungan atau menjual emas.
5.3.4 Perbandingan Pendapatan Petani dengan UMR Ciamis (2009), Batas
Garis Kemiskinan Ciamis (2007) dan Batas Garis Kemiskinan Sajogyo
(1996)
Perbandingan pendapatan dilakukan dengan membandingkan
pendapatan/kapita/tahun dengan UMR Ciamis tahun 2009 (Rp
7.634.340/kapita/tahun) untuk mengetahui pendapatan petani hutan rakyat sudah
memenuhi UMR Ciamis atau belum dan layak tidaknya pendapatan petani.
Berdasarkan UMR Ciamis tahun 2009, maka 13 petani hutan rakyat berada di atas
UMR dengan persentase sebesar 21,67%, sedangkan 47 petani hutan rakyat
berada di bawah UMR atau 78,33% dari total responden. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar pendapatan petani hutan rakyat belum memiliki pendapatan
yang layak.
Perbandingan pendapatan per kapita petani hutan rakyat dengan batas garis
kemiskinan Ciamis tahun 2007 (Rp 1.984.944/kapita/tahun), maka 54 petani hutan
rakyat (90%) berada di atas batas garis kemiskinan sedangkan enam petani hutan
rakyat (10%) berada di bawah garis kemiskinan. Untuk lebih jelas dapat dilihat
pada Tabel 10.
Tabel 10 Perbandingan pendapatan dengan UMR Ciamis dan Batas GarisKemiskinan (Ciamis dan Sajogyo)
Kriteria Di atas Di bawah JumlahN % N % N %
UMR Ciamis (2009) 13 21,67 47 78,33 60 100Batas Garis Kemiskinan Ciamis (2007) 54 90,00 6 10,00 60 100Batas Garis Kemiskinan Sajogyo(1996)
55 91,67 5 8,33 60 100
Sajogyo (1996) menyatakan bahwa suatu penduduk di pedesaan dikatakan
berada di atas garis kemiskinan apabila pendapatan/kapita/tahunnya senilai
dengan beras lebih dari 320 kg. Harga beras yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Rp 5.000/kg. Berdasarkan perbandingan pendapatan per kapita petani
hutan rakyat dengan batas garis kemiskinan Sajogyo tahun 1996 (sebesar Rp
1.600.000/kapita/tahun), maka 55 petani hutan rakyat berada di atas garis
kemiskinan sedangkan lima petani hutan rakyat (8,33%) berada di bawah garis
kemiskinan.
5.4 Persepsi Petani terhadap Hutan Rakyat
5.4.1 Pengetahuan Petani terhadap Hutan Rakyat
Keberadaan hutan rakyat di kedua desa ini sudah ada sejak puluhan tahun
yang lalu. Keadaan ini membuat petani terbiasa dengan hutan rakyat sehingga
pengetahuan-pengetahuan tentang hutan rakyatpun sudah tumbuh sejak petani
masih kecil. Semua petani hutan rakyat mengetahui hutan dari mulai fungsinya,
batasan-batasan, kepemilikan bahkan pelakunya. Petani juga telah mengetahui
bagaimana cara menjaga hutan dengan baik dan bagaimana pengaruhnya apabila
hutan tidak dijaga dengan baik. Misalnya saja dari segi kepemilikan, petani
mengetahui bahwa hutan rakyat memiliki status kepemilikan yang jelas. Hal ini
dapat dilihat tidak pernahnya terjadi perebutan lahan atau apapun yang berkaitan
dengan kepemilikan lahan hutan. Batas-batas hutan rakyat di kedua desa ini
sangat jelas, yaitu ditandai dengan patok-patok pembatas.
Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat bahwa 58 petani tidak dapat dipisahkan
dari hutan. Tetapi, dua orang petani dapat dipisahkan dari hutan dengan alasan
bahwa bertani hutan rakyat bukan satu satunya jalan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Sehingga apabila dipisahkan dari hutan rakyat, maka petani tersebut
masih bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dari kegiatan lain. Pernyataan ini
merupakan pernyataan yang mempunyai makna negatif sehingga persepsi petani
yang baik adalah yang menyatakan tidak dapat dipisahkan dari hutan. Apabila
pernyataannya diubah menjadi masyarakat tidak dapat dipisahkan dari hutan,
maka 54 petani menjawab ya, empat petani menjawab sedang dan dua petani
menjawab tidak sehingga nilai skala Likert yang diperoleh adalah 2,87 (tinggi).
Petani sadar walaupun hutan rakyat merupakan hutan milik perorangan,
tetapi pengelolaannya menjadi tanggung jawab bersama bahkan apabila salah satu
diantara petani tidak menjaga dan mengelola hutannya dengan baik, maka hal ini
akan menyebabkan kerusakan pada lahan hutan milik orang lain di dekatnya.
Terdapat tujuh petani yang menyatakan bahwa pengelolaan hutan rakyat bukan
tanggung jawab bersama. Hal ini kembali lagi pada status kepemilikannya,
pengelolaan hutan rakyat hanya menjadi tanggung jawab masing-masing
pemiliknya.
Tabel 11 Pengetahuan petani mengenai hutan rakyat
No PernyataanPenilaian Skala
LikertTingkatPersepsiB S T
1 Meningkatkan pendapatanmasyarakat
60 0 0 3,00 Tinggi
2 Meningkatkan produksi kayu 58 1 1 2,95 Tinggi3 Menyediakan kayu bangunan maupun
bahan baku industri59 0 1 2,97 Tinggi
4 Menghasilkan buah-buahan, umbi-umbian, bahan obat-obatan dan pakanternak
60 0 0 3,00 Tinggi
5 Membantu mempercepat usaharehabilitasi lahan kritis
55 4 1 2,90 Tinggi
6 Membantu penyerapan air di tempat-tempat recharge area
58 2 0 2,97 Tinggi
7 Hutan rakyat penting bagi lingkungan 60 0 0 3,00 Tinggi8 Masyarakat dapat dipisahkan dari
hutan54 4 2 1,13 Sedang
9 Dampak kerusakan hutanmempengaruhi kehidupan masyarakat
58 0 2 2,93 Tinggi
10 Pengelolaan hutan rakyat menjaditanggung jawab semua masyarakat
44 9 7 2,62 Tinggi
Total 2,75 TinggiKeterangan : B = Baik; S = Sedang; T = Tidak
Dilihat dari segi dampak kerusakan hutan, maka 58 petani menyatakan
bahwa kerusakan hutan mempengaruhi kehidupan. Tetapi, dua petani
menyanggah pernyataan tersebut. Hal ini karena petani tersebut tidak sepenuhnya
menggantungkan hidup pada hutan rakyat. Jadi, ketika hutan rakyat mengalami
kerusakan, petani tersebut tidak terpengaruh.
Dilihat dari segi produksinya, sebagian besar petani mengetahui bahwa
hutan rakyat meningkatkan produksi kayu. Tetapi, terdapat seorang petani yang
tidak mengetahuinya karena petani tersebut baru memiliki hutan rakyat sehingga
penjualan kayu yang dilakukannya baru beberapa kali. Selain itu, sebagian besar
petani hutan rakyat mengetahui bahwa hutan rakyat menyediakan kayu bangunan
maupun bahan baku industri.
Sebagian petani sudah mengetahui hutan rakyat, peranannya dan tanggung
jawab pengelolaannnya. Disamping itu, masih ada beberapa petani yang belum
mengetahuinya. Tetapi, dilihat secara keseluruhan penilaian persepsi berdasarkan
pengetahuan petani adalah baik. Berdasarkan skala Likert berada dalam nilai 2,75
yang berarti persepsi petani terhadap hutan rakyat adalah tinggi.
5.4.2 Harapan Petani terhadap Hutan Rakyat
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 60 responden petani hutan rakyat
dapat diketahui bahwa semua petani hutan rakyat berharap bahwa hasil hutan
rakyat mampu meningkatkan pendapatan seperti yang telah petani ketahui
sebelumnya. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Harapan petani terhadap hutan rakyat
No PertanyaanPenilaian Skala
LikertTingkatPersepsiB S T
1 Hutan rakyat dapat meningkatkanpendapatan
60 0 0 3,00 Tinggi
2 Hutan rakyat dapat memenuhi kebutuhanmasyarakat
59 0 1 2,97 Tinggi
3 Pendapatan dari hutan rakyat mampumencukupi kebutuhan hidup masyarakat
58 1 1 2,95 Tinggi
Total 2,97 TinggiKeterangan : B = Baik; S = Sedang; T = Tidak
Dilihat pada Tabel 12, semua petani hutan rakyat berharap bahwa hasil
hutan dapat meningkatkan pendapatan petani. Tetapi, ada seorang petani yang
tidak berharap bahwa hutan rakyat dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Petani
tersebut tidak ingin petani lainnya hanya bergantung hidup pada hutan rakyat.
Pengelolaan hutan rakyat tetap dilakukan dengan baik, tetapi ia berharap bahwa
petani-petani hutan rakyat mampu mencari sumber pendapatan lain yang lebih
besar dan menjanjikan agar kehidupan petani lebih baik. Selain itu, petani tersebut
tidak ingin memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya hanya dari hutan rakyat,
misalnya saja pemenuhan kebutuhan air. Petani tersebut menginginkan adanya
pembangunan-pembangunan yang lebih baik dalam segala bidang yang tidak
hanya mengandalkan hutan rakyat.
Begitu juga halnya dengan pernyataan pendapatan dari hutan rakyat mampu
mencukupi kebutuhan hidup masyarakat. Seorang petani hutan rakyat tidak
berharap demikian, seorang petani hutan rakyat menyatakan biasa saja/sedang dan
58 petani hutan rakyat berharap mampu mencukupi kebutuhan hidup masyarakat.
Alasan petani yang tidak berharap demikian hampir sama dengan alasan
sebelumnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Secara keseluruhan, harapan
petani hutan rakyat sangat tinggi sesuai dengan nilai skala Likert yaitu sebesar
2,97.
5.4.3 Penilaian Petani Terhadap Hutan Rakyat
Dilihat dari segi kesediaan konversi lahan, maka sebanyak 36 petani hutan
rakyat memilih untuk tidak melakukannnya, 14 petani memilih sedang dan 10
petani memilih melakukan konversi. Petani akan mengkonversi atau tidak lahan
hutan rakyatnya tergantung dari tujuan konversi lahan tersebut. Apabila konversi
lahan hutan dapat meningkatkan taraf hidup petani, maka petani tersebut akan
bersedia mengkonversi lahan hutannya. Misalnya konversi lahan hutan rakyat
untuk pembangunan jalan atau sekolah.
Tabel 13 Penilaian petani terhadap hutan rakyat
No PertanyaanPenilaian Skala
LikertTingkatpersepsiB S T
1 Hutan merupakan aset masa depansehingga perlu dijaga
60 0 0 3,00 Tinggi
2 Kesediaan untuk mengkonversilahan hutan
36 14 10 1,57 Sedang
3 Penjualan hasil hutan dalambentuk pohon berdiri
1 0 59 2,97 Tinggi
4 Penjualan hasil hutan dalambentuk log/kayu gergajian
4 9 47 1,28 Sedang
5 Sistem silvikultur secarapermudaan alami
58 0 2 2,93 Tinggi
6 Sistem silvikultur secarapermudaan buatan
59 0 1 2,97 Tinggi
Total 2,45 TinggiKeterangan : B = Baik; S = Sedang; T = Tidak
Dilihat dari segi penjualan hasil hutan yang berkaitan dengan peningkatan
pendapatan, maka 59 petani hutan rakyat melakukan penjualan hasil hutan dalam
bentuk pohon berdiri dan hanya satu responden yang tidak menyetujuinya. Bagi
petani, penjualan kayu dalam bentuk pohon berdiri sangat mudah dan cepat
karena petani tidak pernah terlibat lagi di dalamnya walaupun pendapatan yang
didapatkan lebih sedikit. Tetapi, petani tersebut mengaku tidak mempunyai
pengetahuan yang cukup tinggi untuk melakukan penjualan kayu dalam bentuk
lain selain pohon berdiri. Setelah petani menjual kayu, maka proses berikutnya
dilakukan oleh tengkulak. Sedangkan responden yang tidak menyetujuinya
memiliki alasan yang berhubungan dengan pendapatan yang didapatkan walaupun
dalam proses pemanenannya petani tersebut harus mengeluarkan biaya untuk
upah buruh. Penjualan dalam bentuk pohon berdiri akan mengurangi pendapatan
yang didapatkan oleh petani dibandingkan dalam bentuk kayu log/gergajian.
Berhubungan dengan pernyataan di atas, ketika timbul pernyataan penjualan
hasil kayu dalam bentuk kayu log/gergajian, maka sebanyak 47 petani tidak
menyetujuinya sedangkan empat petani menyetujuinya dan sembilan petani
sedang. Dari kedua pernyataan di atas, terlihat perbedaan pada jumlah petani yang
memilih untuk melakukan penjualan kayu secara log/ gergajian atau kayu berdiri.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya pengetahuan yang baru
(ketika wawancara dilakukan, petani yang tidak menyetujui penjualan dalam
bentuk pohon berdiri berdiskusi dengan petani yang lain sehingga petani yang lain
mengerti dan mengetahui keuntungan penjualan kayu dalam bentuk log/kayu
gergajian).
Dilihat dari segi permudaan tanaman hutan rakyat, maka 58 petani memilih
permudaan alami dan hanya dua petani yang tidak memilihnya. Sedangkan
permudaan buatan lebih banyak dipilih oleh petani hutan rakyat, yaitu sebanyak
59 responden dan hanya satu responden yang tidak memilihnya. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya jumlah benih yang diperlukan,
luasan hutan rakyat yang akan ditanami dan jenis tanaman.
Secara keseluruhan, penilaian petani terhadap hutan rakyat baik, yaitu
berada dalam nilai skala Likert 2,45. Tingkat persepsi petani terhadap hutan
rakyat di Desa Bojong dan Desa Sidamulih termasuk ke dalam tingkat yang tinggi
dengan nilai skala Likert sebesar 2,72 (rata-rata dari pengetahuan, harapan dan
penilaian).
5.4.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Persepsi dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal biasa dikenal dengan faktor sosial ekonomi. Faktor sosial ekonomi
adalah usia, pendidikan, jumlah anggota keluarga, pekerjaan pokok, pekerjaan
sampingan, luas hutan rakyat, jenis kelamin, pendapatan total dan pendapatan
hutan rakyat. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah
lingkungan sosial budaya. Untuk mengetahui faktor sosial ekonomi yang paling
berpengaruh terhadap persepsi adalah dengan perhitungan regresi.
Tabel 14 Hasil perhitungan regresi antara persepsi petani dengan faktor sosialekonomi petani
Variabel Koefisien reg. t Sig.Konstanta 2,794 24,471 0,000
x1 0,001 0,833 0,411x2 -0,008 -1,343 0,189x3 0,016 1,174 0,249x4 -0,123 -4,181 0,000x5 0,000 0,517 0,609x6 -0,000 -0,008 0,994x7 0,000 -2,956 0,006x8 0,031 1,603 0,119
Perhitungan regresi antara persepsi dengan faktor-faktor sosial ekonomi
hanya menggunakan 39 data responden petani hutan rakyat. Sisa data yang tidak
digunakan merupakan data pencilan yang memiliki kriteria-kriteria tertentu,
diantaranya nilai dalam suatu variabel memiliki jarak yang jauh dengan nilai yang
lainnya dan menurunkan nilai R-Square. Berdasarkan uji regresi yang
menghubungkan antara persepsi petani dengan faktor-faktor sosial ekonomi
diperoleh nilai R2 (R-Square) sebesar 48,3% yang berarti bahwa 48,3%
keragaman persepsi petani dapat dijelaskan oleh perubahan dalam variabel usia,
pendidikan, jumlah anggota keluarga, pekerjaan pokok, pekerjaan sampingan,
pendapatan hutan rakyat, luas hutan rakyat, jenis kelamin dan pendapatan total.
Sedangkan 51,7% dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar faktor-faktor sosial
ekonomi petani.
Persamaan regresi yang diperoleh adalah y = 2,794 + 0,001x1 – 0,008x2 +
0,016x3 – 0,123x4 + 0,031x8. Berdasarkan uji F, nilai F hitung adalah 3,617 dan
nilai p-value adalah 0,004, sedangkan nilai F tabel adalah 1,745. Hal ini
menunjukkan bahwa pada selang kepercayaan 95% model tersebut tolak H0 yang
berarti dalam parameter yang diuji setidaknya ada satu variabel yang berpengaruh
nyata terhadap persepsi.
Dilihat dari Tabel 14, maka dapat dilakukan uji-t untuk mengetahui
variabel-variabel yang berpengaruh nyata terhadap persepsi petani hutan rakyat.
a. Variabel pekerjaan pokok (x4): H0 : b4 = 0 terhadap H1 : b4 ≠ 0
Hasil uji-t: t = -4,181 dengan derajat kebebasan n-k-1 = 39-8-1 = 30, dan
P-value = 0,000. Hal ini merupakan bukti kuat penolakan H0 : b4 = 0.
Variabel pekerjaan pokok berpengaruh nyata terhadap persepsi petani.
Setiap peningkatan pekerjaan pokok akan menyebabkan penurunan angka
persepsi sebesar 0,123. Hal ini berkaitan dengan faktor eksternal yang
mempengaruhi persepsi yaitu lingkungan sosial budaya. Peningkatan
pekerjaan pokok berarti perubahan pekerjaan dari bukan petani (0) ke
petani (1). Kehidupan di kedua desa ini masih memandang status sosial
berdasarkan pekerjaan. Jadi, apabila pekerjaan pokok berubah dari bukan
petani ke petani maka akan menurunkan status sosial dan gengsi petani di
hadapan petani yang lain.
5.5 Analisis Regresi Antara Pendapatan Total dan Pendapatan Hutan
Rakyat dengan Faktor Sosial Ekonomi
5.5.1 Pendapatan Total Petani dengan Faktor Sosial Ekonomi Petani
Perhitungan regresi antara pendapatan total petani dengan faktor-faktor
sosial ekonomi hanya menggunakan 50 data responden petani hutan rakyat karena
sisa data tersebut merupakan data pencilan. Berdasarkan uji regresi dapat
diketahui bahwa nilai R2 (R-Square) adalah 53,3%. Hal ini menunjukkan bahwa
53,3% keragaman pendapatan total dapat digambarkan oleh faktor sosial ekonomi
petani (usia, pendidikan, jumlah anggota keluarga, pekerjaan pokok, luas hutan
rakyat dan jenis kelamin) dan sisanya adalah faktor lain diluar faktor sosial
ekonomi.
Tabel 15 Hasil perhitungan regresi antara pendapatan total petani dengan faktorsosial ekonomi petani
Variabel Koefisien Reg. t Sig.Konstanta -11654568,791 -0,815 0,419
x1 43572,668 0,234 0,816x2 2219939,998 3,507 0,001x3 2860218,979 2,071 0,044x4 -4111846,696 -1,331 0,190x5 6776244,095 3,128 0,003x6 -7084621,670 -1,804 0,078
Persamaan regresi ini memiliki nilai F hitung sebesar 8,361 dan p-value =
0,000 lebih kecil dari α = 0,05 (selang kepercayaan 95%) dan nilai F tabel sebesar
1,618 maka hal ini menunjukkan bahwa model tersebut tolak H0 yang berarti
dalam parameter yang diuji setidaknya ada satu variabel yang berpengaruh nyata
terhadap pendapatan total.
Persamaan regresi yang diperoleh adalah y = -11.654.568,791 +
43.572,668x1 + 2.219.939,998x2 + 2.860.218,979x3 – 4.111.846,696x4 +
6.776.244,095x5 – 7.084.621,670x6 . Selanjutnya dilakukan uji-t untuk mengetahui
variabel-variabel yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan total petani hutan
rakyat.
i. Variabel pendidikan (x2): H0 : b2 = 0 terhadap H1 : b2 ≠ 0
Hasil uji-t: t = 3,507 dengan derajat kebebasan n-k-1 = 50-6-1 = 43, dan P-
value = 0,001. Hal ini merupakan bukti kuat penolakan H0 : b2 = 0.
Variabel pendidikan berpengaruh nyata terhadap pendapatan total petani
hutan rakyat yang berarti setiap peningkatan pendidikan akan
menyebabkan pendapatan bertambah sebesar Rp 2.219.939,998/tahun.
Dengan pendidikan yang tinggi, maka kesempatan untuk mencari dan
melakukan pekerjaan lebih banyak. Selain itu, petani mempunyai lebih
banyak pengetahuan untuk melakukan inovasi-inovasi pada usaha yang
telah atau akan dijalankan.
ii. Variabel jumlah anggota keluarga (x3): H0 : b3 = 0 terhadap H1 : b3 ≠ 0
Hasil uji-t: t = 2,071 dengan derajat kebebasan n-k-1 = 50-6-1= 43, dan P-
value = 0,044. Hal ini merupakan bukti kuat penolakan H0 : b3 = 0. Setiap
penambahan satu anggota keluarga akan meningkatkan pendapatan total
rumah tangga sebesar Rp. 2.860.218,979/tahun. Dengan bertambahnya
jumlah anggota keluarga, maka curahan tenaga kerja juga bertambah.
iii. Variabel luas hutan rakyat (x5): H0 : b5 = 0 terhadap H1 : b5 ≠ 0
Hasil uji-t: t = 3,128 dengan derajat kebebasan n-k-1 = 50-6-1 = 43, dan P-
value = 0,003. Hal ini merupakan bukti kuat penolakan H0 : b5 = 0.
Variabel luas hutan rakyat berpengaruh nyata terhadap pendapatan total
hutan rakyat yang berarti setiap penambahan satu hektar hutan rakyat
menyebabkan pertambahan pendapatan total hutan rakyat sebesar Rp
6.776.244,095/tahun. Semakin luas hutan rakyat maka ruang untuk
menanam berbagai jenis tanamanpun akan semakin banyak. Sebagai
contoh, terdapat seorang responden yang menyewa lahan hutan rakyat
untuk menanam tanaman kayu dan tanaman palawija. Hal ini dilakukan
untuk menambah pendapatan petani tersebut.
5.5.2 Pendapatan Hutan Rakyat Petani dengan Faktor Sosial Ekonomi
Petani
Tabel 16 Hasil perhitungan regresi antara pendapatan hutan rakyat petani denganfaktor-faktor sosial ekonomi petani
Variabel Koefisien Reg. t Sig.Konstanta -4091817,859 -0,404 0,688
x1 -11677,433 -0,103 0,919x2 -78606,684 -0,162 0,872x3 1663079,449 1,688 0,099x4 3315685,055 1,458 0,152x5 6368720,549 3,518 0,001x6 -1515287,657 -0,507 0,615
Perhitungan regresi antara pendapatan hutan rakyat petani dengan faktor-
faktor sosial ekonomi hanya menggunakan 49 data responden petani hutan rakyat
karena sisa data tersebut merupakan data pencilan. Dilihat dari Tabel 16 dapat
diketahui bahwa nilai F hitung adalah 3,034 dan p-value = 0,015 (lebih kecil dari
α = 0,05, selang kepercayaan 95%) dan nilai F tabel sebesar 1,629, maka hal ini
menunjukkan bahwa model tersebut tolak H0 yang berarti dalam parameter yang
diuji setidaknya ada satu variabel yang berpengaruh nyata terhadap parameter
tidak bebas (pendapatan hutan rakyat). Nilai R-Square adalah 29,7% yang berarti
bahwa 29,7% keragaman pendapatan hutan rakyat digambarkan oleh faktor-faktor
sosial ekonomi petani dan sisanya digambarkan oleh faktor-faktor lain di luar
faktor-faktor tersebut. Nilai keragaman ini sangat kecil karena faktor-faktor yang
mempengaruhi pendapatan hutan rakyat sangat banyak. Dalam penelitian ini,
hanya meneliti sebagian kecilnya saja. Selain itu, nilai keragaman juga
dipengaruhi oleh jumlah sampel/responden yang diambil.
Persamaan regresi yang diperoleh adalah y = -4.091.817,859 – 11.677,433x1
– 78.606,684x2 + 1.663.079,449x3 + 3.315.685,055x4 + 6.368.720,549x5 –
1.515.287,657x6. Selanjutnya dilakukan uji-t untuk mengetahui variabel-variabel
yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan hutan rakyat petani, yaitu:
i. Variabel luas hutan rakyat (x5): H0 : b5 = 0 terhadap H1 : b5 ≠ 0
Hasil uji-t: t = 3,459 dengan derajat kebebasan n-k-1 = 49-6-1 = 42, dan P-
value = 0,001. Hal ini merupakan bukti kuat penolakan H0 : b5 = 0.
Variabel luas hutan rakyat berpengaruh nyata terhadap pendapatan hutan
rakyat petani yang berarti setiap penambahan satu hektar hutan rakyat
menyebabkan penambahan pendapatan hutan rakyat sebesar Rp
6.368.720,549/tahun. Hal ini sama pengaruhnya dengan luas hutan rakyat
terhadap pendapatan total. Semakin luas hutan rakyat maka ruang untuk
menanam berbagai jenis tanamanpun akan semakin banyak.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
1. Pendapatan total petani dari kegiatan pengelolaan hutan rakyat adalah Rp
475.687.000/tahun dengan rata-rata Rp 7.928.117/tahun/petani dan
kontribusinya adalah 33,02%. Pendapatan total dari luar kegiatan
pengelolaan hutan rakyat adalah Rp 964.953.000/tahun dan rata-rata serta
kontribusinya adalah Rp 16.082.550/tahun/petani dan 66,98%.
2. Berdasarkan UMR Ciamis tahun 2009, maka 21,67% petani hutan rakyat
berada di atas UMR dan 78,33% petani hutan rakyat di bawah UMR.
Berdasarkan batas garis kemiskinan Sajogyo tahun 1996, maka 91,67%
petani hutan rakyat berada di atas garis kemiskinan sedangkan 8,33%
petani hutan rakyat berada di bawah garis kemiskinan. Berdasarkan batas
garis kemiskinan Ciamis tahun 2007, maka 90% petani hutan rakyat
berada di atas garis kemiskinan sedangkan 10% petani hutan rakyat berada
di bawah garis kemiskinan.
3. Berdasarkan analisis regresi berganda, maka pendapatan total
berhubungan positif dengan pendidikan, jumlah anggota keluarga dan luas
hutan rakyat. Sedangkan pendapatan hutan rakyat berhubungan positif
dengan luas hutan rakyat saja. Faktor-faktor sosial ekonomi yang lain
(usia, pekerjaan pokok dan jenis kelamin) tidak berhubungan signifikan
dengan pendapatan.
4. Persepsi petani terhadap hutan rakyat berdasarkan Skala Likert adalah
tinggi dengan nilai sebesar 2,72. Faktor-faktor internal yang
mempengaruhi persepsi adalah pekerjaan pokok. Sedangkan faktor
eksternal adalah lingkungan sosial budaya.
6.2 Saran
1. Sumber penghasilan hutan rakyat mempunyai peranan yang penting bagi
petani. Oleh karena itu, pemerintah Kabupaten Ciamis disarankan
mendukung pembangunan hutan rakyat di Ciamis semaksimal mungkin.
2. Pengetahuan petani mengenai pengelolaan hutan rakyat perlu lebih
ditingkatkan, terutama dalam sistem penjualan kayu. Sistem penjualan
kayu dalam bentuk pohon berdiri disarankan perlu lebih diperhatikan
untung dan ruginya bagi petani. Selain itu, Pengelolaan hutan sebaiknya
dapat diorganisir melalui kelompok tani atau lebih baik lagi dalam bentuk
koperasi.
3. Kesempatan kerja bagi petani disarankan lebih banyak dan lebih luas agar
dapat menopang kebutuhan hidup dan kesejahteraan petani.
DAFTAR PUSTAKA
Attar M. 1999. Kajian Pengelolaan Hutan Rakyat, Kontribusinya terhadapPendapatan Rumah Tangga Petani dan Peranannya dalam PerekonomianDesa. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Butar-Butar U T E. 2006. Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat dan Kontribusinyaterhadap Pendapatan Petani : Kasus Hutan Rakyat di Desa Burno,Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. [Skripsi]. Bogor :Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Calhoun dan Acocella. 1990. Psikologi tentang Penyesuaian dan HubunganKemanusiaan. Ed ke-3. Terjemahan. IKIP Semarang : Semarang Press.
[Dephut] Departemen Kehutanan. 1999. Undang-Undang No. 41 Tahun 1999tentang Kehutanan, tanggal 30 September 1999. Jakarta.
[Dishut] Dinas Kehutanan Kabupaten Ciamis. 2006. Buku Master PlanPembangunan Bidang Kehutanan Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. LaporanAkhir. Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis.
Haeruman H. 1995. Pengelolaan Hutan Rakyat : Aspek Kelembagaan. Makalahpada Seminar Nasional Hutan Rakyat : Menuju Model PemberdayaanMasyarakat dan Pembangunan Berwawasan Lingkungan. Jakarta.
Hardjanto. 1990. Pengembangan Kebijakan Ekonomi dalam Pelestarian Hutan.Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor.
________. 1995. Pembinaan Hutan Rakyat : Pendekatan Program PengusahaanHutan. Makalah pada Seminar Nasional Hutan Rakyat : Menuju ModelPemberdayaan Masyarakat dan Pembangunan Berwawasan Lingkungan.Jakarta.
Harihanto. 2001. Persepsi, Sikap, dan Perilaku Masyarakat terhadap Air Sungai.[Disertasi]. Bogor : Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Kartono K. 1987. Kamus Psikologi. Bandung : Pioner Jaya.Murniarti. 2008. Faktor Sosial Ekonomi yang Berkaitan dengan Pengambilan
Keputusan Rumah Tangga Petani dalam Penerapan Teknik Budidaya MinaPadi di Desa Karang Binangun Kecamatan Madang Suku 1 KabupatenOgan Komering Ulu Timur Provinsi Sumatera Selatan. 2008. Hal. 119-125.Bandar Lampung. 14 (2).
[LP IPB] Lembaga Penelitian IPB. 1983. Studi Kelayakan Usaha Tani HutanRakyat di Propinsi Jawa Barat. LP IPB. Bogor.
____________________. 1986. Penyusunan Sistem Monitoring Hutan Rakyat diJawa Barat. Bogor : Lembaga Penelitian IPB.
Nurmanaf A. 1988. Struktur dan Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Pedesaandi Lampung. Prosiding Petanas : Perkembangan Struktur Produksi,Ketenagakerjaan dan Pendapatan Rumah Tangga Pedesaan. BadanPenelitian dan Pengembangan Pertanian Bogor.
Pribadi S. 2001. Kontribusi Hutan Rakyat dalam Penyediaan Bahan Baku IndustriPengolahan Kayu Rakyat. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan. InstitutPertanian Bogor.
Sajogyo. 1996. Memahami dan Menanggulangi Kemiskinan di Indonesia. Jakarta:Grasindo.
Sumardi. 1997. Peranan Nilai Budaya Daerah dalam Upaya PelestarianLingkungan Hidup di Daerah Istimewa Yogyakarta. Direktorat JendralKebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Yogyakarta.
Twikromo. 1995. Persepsi dan Perilaku Kesejahteraan Hidup Rakyat TimorTimur. Jakarta : PT. Fajar Interpratama.
Uyanto. 2009. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Ed Ke-3. Yogyakarta: GrahaIlmu.
[Walhi] Wahana Lingkungan Hidup. 2004. Sistem Hutan Kerakyatan.http://www.wahanalingkunganhidup.go.id/hal.php?id=30-13 k. Diaksestanggal 3 Januari 2009.
Widawari N. 1994. Persepsi Pelajar SMA di Kotamadya Jogja tentangLingkungan. Yogyakarta Press.
Yusri. 1999. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Petani terhadapKredibilitas Penyuluh Pertanian. [Tesis]. Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Peta wilayah Kabupaten Ciamis
TempatPenelitian
Lampiran 2 Data karakteristik responden petani hutan rakyat
NoNama
RespondenUmur(Thn)
JKPdd
(Thn)Luas HR
(Ha)
Pekerjaan Pokok
Jenis Tumbuhan di HRPokok Sampingan
1 Dudu 29 L 12 1,00 Pegawai Bertani pangan/hutan Sengon, jati, mahoni, rambutan, mangga, durian, duku2 Dedi 43 L 17 1,20 Pegawai Bertani
pangan/hutan,beternak, wiraswasta
Sengon, jati, mahoni, sungkai, gmelina, akasia, caruy, kedondong,gaharu, kelapa
3 Wawan S. 39 L 9 0,70 Bertani pangan/hutan Berdagang Jati, mahoni, manglid, sengon, kelapa, aren4 Dede 52 L 12 0,20 Pegawai Bertani
pangan/hutan,wiraswasta
Jati, sengon, mahoni, cengkeh, petai, manglid
5 Rohim 55 L 6 0,14 Bertani pangan/hutan Buruh, beternak Sengon, mahoni, jati, manglid, petai, cengkeh, kelapa, jengkol,kapulaga, pedes, bambu
6 Supardi 40 L 6 0,42 Bertani pangan/hutan Buruh Mahoni, jati, sengon, kelapa, pisang, manglid, tisuk, petai, jengkol7 Jarsan 52 L 6 2,00 Bertani pangan/hutan Beternak Mahoni, sengon, jati, tisuk, caruy, manglid, afrika, ki hiang, kelapa,
petai, cengkeh, durian, jengkol, aren, bambu, kapulaga8 Rasim 51 L 6 2,50 Bertani pangan/hutan Berdagang Mahoni, jati, sengon, manglid, tisuk, afrika, karet, kelapa, cengkeh,
aren, petai, durian, kapulaga9 Atminah 39 P 6 0,42 Bertani pangan/hutan Wiraswasta Sengon, mahoni, jati, tisuk, manglid, caruy, afrika, petai, kedondong,
durian, kopi, aren10 Sardim 34 L 6 0,17 Bertani pangan/hutan Berdagang Sengon, manglid, mahoni, kelapa, petai11 Tarsija 42 L 6 1,00 Bertani pangan/hutan Buruh Manglid, sengon, mahoni, karet, aren, jati, kelapa, petai, cengkeh,
kapulaga12 Esih 35 P 6 1,00 Bertani pangan/hutan Wiraswasta Kelapa, jati, sengon, mahoni, afrika, pisang, aren, kapulaga, kopi13 Iwa 57 L 6 0,98 Bertani pangan/hutan Beternak Mahoni, sengon, manglid, durian, afrika, caruy, jengkol, petai,
kapulaga, kopi, aren14 Tati 39 P 6 0,20 Berdagang Bertani pangan/hutan Manglid, mahoni, sengon, jati, afrika, kelapa, cengkeh, rambutan,
kapulaga, kopi15 Andi 45 L 6 1,00 Bertani pangan/hutan Jati, mahoni, sengon, manglid, caruy, afrika, petai, aren, kelapa16 Ahen 40 L 12 0,70 Pegawai Bertani pangan/hutan Sengon, mahoni, jati, tisuk, manglid, kapulaga, kopi
Lampiran 2 (Lanjutan)
17 Hadim 50 L 6 0,49 Bertani pangan/hutan Beternak Mahoni, jati, tisuk, manglid, afrika, kelapa, petai, aren18 Idih 41 L 9 0,70 Bertani pangan/hutan Kelapa, kapulaga, mahoni, sengon, jati, aren, durian, kopi, manglid,
caruy, tisuk, bambu19 Supri 47 L 6 0,70 Bertani pangan/hutan Berdagang, buruh Sengon, mahoni, jati, manglid, karet, kelapa, petai20 Sarwono 48 L 9 2,10 Pegawai Bertani pangan/hutan,
wiraswastaSengon, mahoni, manglid, caruy, jengkol, aren
21 Junan 47 L 9 1,00 Bertani pangan/hutan Berdagang, beternak Afrika, sengon, mahoni, manglid, manggis, duku, aren, cengkeh,kapulaga
22 Ili 90 L 6 1,00 Bertani pangan/hutan Sengon, mahoni, jati, tisuk, petai, kapulaga, kopi, kelapa23 Maman S. 60 L 9 2,00 Bertani pangan/hutan Beternak Jati, mahoni, sengon, tisuk, afrika, kelapa, kapulaga, petai24 Kartim 42 L 6 0,56 Wiraswasta Bertani pangan/hutan,
wiraswastaSengon
25 Karma 50 L 6 1,50 Bertani pangan/hutan Jati, mahoni, sengon, tisuk, petai, kelapa, aren26 Daryo 60 L 6 1,50 Bertani pangan/hutan Beternak Sengon, mahoni, manglid, petai, pisang, kelapa, aren27 Kandar 38 L 12 1,50 Bertani pangan/hutan Wiraswasta Sengon, mahoni, petai, kelapa, caruy, cengkeh, kapulaga28 Jaka P. 48 L 12 1,00 Pegawai Bertani pangan/hutan Sengon, mahoni, jati, tisuk, kelapa, kapulaga29 Hermawan 41 L 9 0,56 Bertani pangan/hutan Buruh, beternak Mahoni, Sengon, jati, aren, petai, kopi30 Hendar 44 L 6 0,70 Bertani pangan/hutan Beternak Mahoni, jati, sengon, manglid, caruy, tisuk, afrika, aren, kelapa,
petai, jengkol, pisang, kapulaga, kopi, cengkeh, durian, singkong,kacang tanah, mentimun, cabe rawit, bambu
31 Supardi 48 L 12 2,66 Pegawai Bertani pangan/hutan Sengon, mahoni, manglid, afrika, suren, durian, petai, jengkol,cengkeh, kapulaga, kopi, kakao, pisang, kelapa
32 Rudi K. 31 L 12 0,50 Pegawai Bertani pangan/hutan,beternak, wiraswasta
Sengon, mahoni, jati, manglid, afrika, durian, petai, jengkol,mangga, pisang, kapulaga, cengkeh, kakao, kelapa
33 Icah 46 P 6 0,98 Berdagang Bertani pangan/hutan Sengon, mahoni, caruy, afrika, kelapa, kakao, kapulaga, petai,jengkol, pisang
34 Ade K. 39 L 12 0,70 Buruh Bertani pangan/hutan Sengon, mahoni, manglid, jati, petai, jengkol, kapulaga, kopi,cengkeh, kakao
35 D. Udin 40 L 12 1,12 Wiraswasta Bertani pangan/hutan Sengon, mahoni, jati, manglid, tisuk, afrika, kelapa, kapulaga, kopi,kakao, cengkeh, petai
36 Oom 60 P 6 3,00 Bertani pangan/hutan Sengon, mahoni, manglid, kelapa, petai, jengkol, kapulaga, pisang
Lampiran 2 (Lanjutan)
37 Eroh 49 P 6 0,98 Bertani pangan/hutan Sengon, mahoni, karet, kapulaga, kelapa, pisang38 Maman 49 L 9 0,42 Bertani pangan/hutan Buruh Sengon, mahoni, petai, kopi, kapulaga, caruy, manglid, afrika,
kelapa, kakao39 Solehudin 54 L 6 0,25 Bertani pangan/hutan Beternak, wiraswasta Sengon, mahoni, kelapa, kapulaga, kopi, kakao40 Sujo 46 L 9 0,28 Bertani pangan/hutan Wiraswasta Sengon, mahoni, kelapa, kakao, kapulaga41 Karsudiana 48 L 9 0,49 Pegawai Bertani pangan/hutan Sengon, mahoni, kelapa, kapulaga, kakao, pisang42 Suherli 35 L 12 0,70 Berdagang Bertani pangan/hutan Sengon, mahoni, jati, afrika, durian, petai, jengkol, kopi, kakao43 Iting K. 50 P 6 1,00 Berdagang Bertani pangan/hutan Sengon, mahoni, afrika, manglid, kelapa, kapulaga, kakao, jengkol44 Mulyati 25 P 12 0,56 Bertani pangan/hutan Buruh Sengon, mahoni, petai, jengkol, kelapa, kakao, pisang45 Halim 44 L 9 2,00 Pegawai Bertani pangan/hutan,
wiraswastaSengon, mahoni, jengkol, kelapa, kakao, kapulaga, pisang
46 E. Zainudin 58 L 9 2,00 Pegawai Bertani pangan/hutan Sengon, mahoni, afrika, kelapa, kakao, kapulaga47 Endang 56 L 9 0,14 Pegawai Bertani pangan/hutan Sengon, mahoni, manglid, afrika, kelapa, kopi, kakao, kapulaga,
pisang48 Ewo 50 L 6 0,70 Bertani pangan/hutan Buruh Sengon, mahoni, jengkol, kelapa, kopi49 Apip 27 L 9 1,00 Pegawai Bertani pangan/hutan Sengon, mahoni, jati, kelapa, kapulaga, kopi, durian, petai, jengkol,
pisang, singkong50 Dirno 35 L 6 0,14 Bertani pangan/hutan Buruh, berdagang,
beternakSengon, manglid, afrika, durian, jengkol, kapulaga
51 Iman S. 41 L 9 0,70 Bertani pangan/hutan Sengon, mahoni, manglid, afrika, durian, jengkol, kapulaga, kopi,kakao, pisang, kelapa
52 Kariman 59 L 6 2,00 Pegawai Bertani pangan/hutan Sengon, mahoni, durian, petai, kelapa, kapulaga, kakao, cengkeh,karet
53 Dadan H. 30 L 14 0,07 Pegawai Bertani pangan/hutan Sengon, mahoni, manglid, afrika, petai, jengkol, kelapa, kapulaga,kakao
54 Suhana 39 L 9 0,42 Pegawai Bertani pangan/hutan,wiraswasta
Sengon, mahoni, kelapa, kapulaga, kakao, pisang
55 Maman S. 53 L 12 0,56 Pegawai Bertani pangan/hutan,berdagang
Sengon, mahoni, jati, afrika, kelapa
56 Maman H. 42 L 12 1,19 Wiraswasta Bertani pangan/hutan Sengon, mahoni, jati, kelapa, kakao, manglid, caruy, kapulaga, kopi,cengkeh, petai, karet, duku, pisang, kencur, jahe, kunyit
Lampiran 2 (Lanjutan)
57 Titin 31 P 6 0,07 Bertani pangan/hutan Wiraswasta, beternak Sengon, afrika, petai, kapulaga58 Endang 50 L 12 1,00 Pegawai Bertani pangan/hutan,
beternakSengon, rumput (pakan sapi), kelapa, kapulaga
59 Sukim 55 L 9 0,70 Pegawai Bertani pangan/hutan,beternak
Sengon, mahoni, afrika, kelapa, kapulaga
60 Awang 37 L 6 0,37 Berdagang Bertani pangan/hutan,wiraswasta
Sengon, mahoni, jati, kelapa, kapulaga, kopi, petai, jengkol
Total 2725 511 55,64Rata-Rata 45,42 8,52 0,93
Keterangan : Pdd = PendidikanL = Laki-lakiP = PerempuanPNS = Pegawai Negeri Sipil
Lampiran 3 Data pendapatan responden petani hutan rakyat
NoResponden
Pendapatan (Rp/Tahun)
PegawaiBertani Pangan/Hutan
Beternak Berdagang Buruh Wiraswasta Lain-LainHR Non HR
1 18.000.000 1.000.0002 29.724.000 3.940.000 13.500.000 12.000.0003 8.960.000 3.290.000 27.000.0004 36.000.000 5.150.000 3.400.0005 9.075.000 3.592.500 6.776.0006 24.805.250 2.400.000 4.125.0007 9.315.000 4.200.000 500.000 100.0008 11.555.000 3.000.000 5.475.0009 5.007.500 3.960.000 5.400.000
10 1.460.000 5.047.50011 4.114.000 3.960.000 450.00012 17.735.000 2.700.000 900.00013 17.837.500 40.000 2.000.00014 3.865.000 7.300.00015 19.846.000 7.500.00016 12.000.000 2.050.000 9.600.00017 860.500 3.000.000 1.590.00018 4.082.500 1.050.00019 7.500.000 3.650.000 1.350.00020 18.960.000 5.500.000 9.000.00021 10.520.000 250.000 3.650.00022 5.780.000 4.800.000 250.00023 11.357.500 15.000.000 1.400.00024 4.500.000 3.920.000 18.000.00025 19.950.000 3.320.000
Lampiran 3 (Lanjutan)
26 7.930.000 3.600.000 17.400.00027 7.860.000 24.000.000 4.200.00028 30.000.000 15.380.000 6.000.00029 12.261.250 6.000.000 875.000 1.680.00030 20.285.000 4.800.000 150.00031 30.000.000 10.115.000 12.250.00032 6.000.000 7.860.000 4.900.000 360.000 12.000.00033 4.088.000 4.800.00034 2.202.000 3.600.00035 2.944.500 4.200.000 7.600.00036 2.600.000 10.500.00037 14.000.000 4.900.00038 4.340.000 6.000.00039 1.434.000 1.620.000 3.000.00040 2.736.000 1.200.000 11.400.000 480.00041 4.200.000 4.329.000 5.600.00042 3.169.000 12.500.00043 2.370.000 10.500.000 7.300.00044 380.000 2.450.000 6.000.00045 5.400.000 19.680.000 15.400.000 2.400.00046 6.000.000 28.575.000 10.500.00047 6.400.000 3.616.000 2.100.00048 9.800.000 3.500.000 10.400.00049 18.750.000 6.270.000 3.500.000 13.800.00050 1.000.000 2.100.000 2.000.000 8.640.000 6.000.00051 23.705.000 2.100.00052 6.400.000 4.562.000 1.680.00053 2.400.000 2.195.000 600.000 9.000.000
Lampiran 3 (Lanjutan)
54 6.400.000 5.912.000 2.100.000 13.000.00055 24.000.000 1.000.000 1.800.00056 17.437.500 7.000.000 18.000.00057 3.765.000 18.000.000 4.188.00058 36.000.000 6.995.000 20.000.000 30.000.00059 24.000.000 5.210.000 500.00060 1.415.000 1.200.000 17.000.000
Total 320.634.000 475.687.000 230.680.000 81.777.500 88.362.500 46.381.000 137.300.000 59.818.000Rata-Rata 5.343.900 7.928.117 3.844.667 1.362.958 1.472.708 773.017 2.288.333 996.967
Keterangan : PNS = Pegawai Negeri SipilHR = Hutan Rakyat
Lampiran 4 Data pengeluaran responden petani hutan rakyat
NoResponden
Pangan(Rp/Thn)
Non Pangan (Rp/Thn)BS L K P H Pr R T Tr LL HR
1 10.950.000 240.000 100.000 500.000 200.000 300.000 1.870.0002 10.950.000 950.000 288.000 150.000 600.000 300.000 500.000 41.007.000 1.585.000 2.855.0003 8.395.000 634.000 180.000 50.000 500.000 100.000 200.000 100.000 600.000 912.500 594.0004 7.300.000 180.000 300.000 200.000 500.000 1.345.000 138.0005 5.475.000 120.000 250.000 50.000 896.7506 7.300.000 180.000 200.000 100.000 67.0007 9.125.000 20.000 150.000 1.825.000 1.062.5008 5.475.000 120.000 50.000 100.000 50.000 30.0009 7.300.000 367.000 204.000 300.000 100.000 500.000 88.000
10 3.650.000 1.343.000 180.000 25.000 300.000 50.000 324.00011 3.650.000 240.000 10.000 400.000 30.000 960.000 110.00012 10.950.000 3.160.000 240.000 50.000 400.000 100.000 3.650.000 189.00013 9.125.000 84.000 10.000 100.000 30.000 1.825.000 562.50014 5.475.000 1.580.000 120.000 200.000 50.000 155.00015 12.775.000 3.160.000 300.000 750.000 100.000 608.000 430.00016 7.300.000 2.212.000 360.000 400.000 200.000 730.000 912.500 490.00017 5.475.000 120.000 1.825.000 346.50018 7.300.000 300.000 300.000 132.50019 9.125.000 1.580.000 276.000 200.000 50.000 1.825.000 562.00020 10.585.000 408.000 800.000 5.000.000 4.015.000 2.464.75021 5.475.000 240.000 365.000 730.000 730.000 120.00022 1.825.000 50.000 50.000 30.00023 12.775.000 1.585.000 360.000 500.000 240.000 2.229.50024 12.775.000 1.585.000 324.000 700.000 712.00025 9.125.000 360.000 30.000 100.000 697.50026 8.030.000 360.000 10.000 912.000 970.000
Lampiran 4 (Lanjutan)
27 16.425.000 300.000 100.000 100.000 7.000.000 100.000 2.400.000 40.00028 10.950.000 2.202.000 420.000 200.000 500.000 100.000 100.000 1.825.000 33.00029 5.475.000 60.000 200.000 50.000 39.50030 9.125.000 664.000 120.000 50.000 500.000 100.000 293.75031 10.950.000 4.121.000 360.000 50.000 1.000.000 200.000 200.000 456.250 1.392.50032 14.600.000 360.000 500.000 100.000 500.000 1.825.000 1.825.000 300.50033 10.950.000 3.170.000 240.000 20.000 300.000 50.000 3.650.000 480.000 885.00034 12.775.000 1.825.000 240.000 70.000 150.000 204.00035 14.600.000 634.000 300.000 500.000 404.50036 10.950.000 420.000 300.000 200.000 1.330.00037 5.475.000 634.000 300.000 20.000 300.000 96.000 225.00038 7.300.000 971.000 420.000 500.000 144.000 138.00039 10.950.000 1.585.000 408.000 600.000 912.500 240.000 147.55040 14.600.000 1.685.000 324.000 500.000 50.000 240.000 251.00041 9.125.000 634.000 360.000 500.000 50.000 1.825.000 96.000 42.50042 12.775.000 1.268.000 420.000 700.000 4.000.000 2.555.000 192.000 430.50043 10.950.000 634.000 300.000 50.000 1.000.000 200.000 912.500 186.000 390.00044 5.475.000 360.000 300.000 50.000 500.000 1.825.000 75.00045 10.950.000 480.000 500.000 50.000 1.825.000 1.243.00046 13.505.000 600.000 50.000 1.000.000 500.000 20.000.000 3.650.000 1.095.000 180.000 1.715.00047 5.475.000 634.000 300.000 500.000 50.000 1.095.000 96.000 130.00048 10.950.000 240.000 500.000 1.825.000 127.50049 10.950.000 540.000 20.000 500.000 100.000 1.825.000 120.000 142.50050 10.950.000 360.000 100.000 1.000.000 200.000 117.00051 7.300.000 951.000 480.000 750.000 300.000 144.000 211.00052 5.475.000 50.000 100.000 100.000 1.825.000 1.825.000 244.50053 7.300.000 360.000 20.000 500.000 50.000 1.825.000 90.000 52.50054 7.300.000 480.000 500.000 1.095.000 730.000 189.000
Lampiran 4 (Lanjutan)
55 10.950.000 720.000 500.000 200.000 1.000.000 2.690.000 180.000 1.500.00056 7.300.000 951.000 240.000 15.000 400.000 1.345.000 144.000 2.019.00057 9.125.000 951.000 420.000 500.000 50.000 118.50058 21.900.000 11.480.000 840.000 1.000.000 300.000 1.000.000 1.825.000 350.000 1.295.00059 10.950.000 600.000 500.000 100.000 400.000 1.345.000 2.705.000 270.00060 7.300.000 1.585.000 300.000 50.000 300.000 50.000 2.555.000 2.605.000 467.000
Total 558.815.000 54.735.000 18.456.000 1.550.000 25.200.000 14.030.000 28.450.000 4.600.000 53.652.000 49.936.250 19.688.000 34.590.000Rata-Rata 9.313.583 912.250 307.600 25.833 420.000 233.833 474.167 76.667 894.200 832.271 328.133 576.505
Keterangan: BS = Biaya SekolahL = ListrikK = KesehatanP = PakaianH = HajatanPr = PerumahanR = RekreasiT = TabunganTr = TransportasiL = Lain-LainHR = Hutan rakyat
Lampiran 5 Perbandingan pendapatan/kapita/tahun dengan Batas Garis Kemiskinan Sajogyo dan Ciamis serta UMR Ciamis
NoResponden PRT JK Pk
Sajogyo(Rp 1.600.000/kapita/tahun)
Ciamis(Rp 1.984.944/kapita/tahun)
UMR(Rp 7.634.340/kapita/tahun)
1 19.000.000 4 4.750.000 Tidak Miskin Tidak Miskin Dibawah UMR2 59.164.000 4 14.791.000 Tidak Miskin Tidak Miskin Diatas UMR3 39.250.000 4 9.812.500 Tidak Miskin Tidak Miskin Diatas UMR4 44.550.000 3 14.850.000 Tidak Miskin Tidak Miskin Diatas UMR5 19.443.500 3 6.481.167 Tidak Miskin Tidak Miskin Dibawah UMR6 31.330.250 5 6.266.050 Tidak Miskin Tidak Miskin Dibawah UMR7 14.115.000 3 4.705.000 Tidak Miskin Tidak Miskin Dibawah UMR8 20.030.000 3 6.676.667 Tidak Miskin Tidak Miskin Dibawah UMR9 14.367.500 4 3.591.875 Tidak Miskin Tidak Miskin Dibawah UMR
10 6.507.500 5 1.301.500 Miskin Miskin Dibawah UMR11 8.524.000 6 1.420.667 Miskin Miskin Dibawah UMR12 21.335.000 5 4.267.000 Tidak Miskin Tidak Miskin Dibawah UMR13 19.877.500 4 4.969.375 Tidak Miskin Tidak Miskin Dibawah UMR14 11.165.000 4 2.791.250 Tidak Miskin Tidak Miskin Dibawah UMR15 27.346.000 6 4.557.667 Tidak Miskin Tidak Miskin Dibawah UMR16 23.650.000 4 5.912.500 Tidak Miskin Tidak Miskin Dibawah UMR17 5.450.500 2 2.725.250 Tidak Miskin Tidak Miskin Dibawah UMR18 5.132.500 4 1.283.125 Miskin Miskin Dibawah UMR19 12.500.000 3 4.166.667 Tidak Miskin Tidak Miskin Dibawah UMR20 33.460.000 2 16.730.000 Tidak Miskin Tidak Miskin Diatas UMR21 14.420.000 4 3.605.000 Tidak Miskin Tidak Miskin Dibawah UMR22 10.830.000 2 5.415.000 Tidak Miskin Tidak Miskin Dibawah UMR23 27.757.500 5 5.551.500 Tidak Miskin Tidak Miskin Dibawah UMR24 26.420.000 5 5.284.000 Tidak Miskin Tidak Miskin Dibawah UMR25 23.270.000 3 7.756.667 Tidak Miskin Tidak Miskin Dibawah UMR26 28.930.000 3 9.643.333 Tidak Miskin Tidak Miskin Diatas UMR
Lampiran 5 (Lanjutan)
27 36.060.000 6 6.010.000 Tidak Miskin Tidak Miskin Dibawah UMR28 51.380.000 5 10.276.000 Tidak Miskin Tidak Miskin Diatas UMR29 20.816.250 4 5.204.063 Tidak Miskin Tidak Miskin Dibawah UMR30 25.235.000 4 6.308.750 Tidak Miskin Tidak Miskin Dibawah UMR31 52.365.000 5 10.473.000 Tidak Miskin Tidak Miskin Diatas UMR32 31.120.000 4 7.780.000 Tidak Miskin Tidak Miskin Diatas UMR33 8.888.000 5 1.777.600 Tidak Miskin Miskin Dibawah UMR34 5.802.000 5 1.160.400 Miskin Miskin Dibawah UMR35 14.744.500 6 2.457.417 Tidak Miskin Tidak Miskin Dibawah UMR36 13.100.000 2 6.550.000 Tidak Miskin Tidak Miskin Dibawah UMR37 18.900.000 5 3.780.000 Tidak Miskin Tidak Miskin Dibawah UMR38 10.340.000 4 2.585.000 Tidak Miskin Tidak Miskin Dibawah UMR39 6.054.000 5 1.210.800 Miskin Miskin Dibawah UMR40 15.816.000 5 3.163.200 Tidak Miskin Tidak Miskin Dibawah UMR41 14.129.000 5 2.825.800 Tidak Miskin Tidak Miskin Dibawah UMR42 15.669.000 4 3.917.250 Tidak Miskin Tidak Miskin Dibawah UMR43 20.170.000 6 3.361.667 Tidak Miskin Tidak Miskin Dibawah UMR44 8.830.000 3 2.943.333 Tidak Miskin Tidak Miskin Dibawah UMR45 42.880.000 4 10.720.000 Tidak Miskin Tidak Miskin Diatas UMR46 45.075.000 4 11.268.750 Tidak Miskin Tidak Miskin Diatas UMR47 12.116.000 4 3.029.000 Tidak Miskin Tidak Miskin Dibawah UMR48 23.700.000 5 4.740.000 Tidak Miskin Tidak Miskin Dibawah UMR49 42.320.000 4 10.580.000 Tidak Miskin Tidak Miskin Diatas UMR50 19.740.000 5 3.948.000 Tidak Miskin Tidak Miskin Dibawah UMR51 25.805.000 5 5.161.000 Tidak Miskin Tidak Miskin Dibawah UMR52 12.642.000 2 6.321.000 Tidak Miskin Tidak Miskin Dibawah UMR53 14.195.000 3 4.731.667 Tidak Miskin Tidak Miskin Dibawah UMR54 27.412.000 4 6.853.000 Tidak Miskin Tidak Miskin Dibawah UMR
Lampiran 5 (Lanjutan)
55 26.800.000 4 6.700.000 Tidak Miskin Tidak Miskin Dibawah UMR56 42.437.500 5 8.487.500 Tidak Miskin Tidak Miskin Diatas UMR57 25.953.000 5 5.190.600 Tidak Miskin Tidak Miskin Dibawah UMR58 92.995.000 5 18.599.000 Tidak Miskin Tidak Miskin Diatas UMR59 29.710.000 5 5.942.000 Tidak Miskin Tidak Miskin Dibawah UMR60 19.615.000 5 3.923.000 Tidak Miskin Tidak Miskin Dibawah UMR
Total 1.440.640.000 252 357.283.554Tidak Miskin Tidak Miskin Dibawah UMR
Rata-Rata 24.010.667 4 5.954.726
Keterangan: PRT = Pendapatan rumah tangga total/tahunJK = Jumlah anggota keluargaPk = Pendapatan/kapita/tahun
Lampiran 6 Persentase sumber pendapatan responden petani hutan rakyat
NoResponden
BertaniPangan/Hutan Pgw. Btn. Bdg. Brh. Wst. LainnyaHR Non HR
1 5,26 94,742 6,66 50,24 22,82 20,283 22,83 8,38 68,794 11,56 80,81 7,635 46,67 18,48 34,856 79,17 7,66 13,177 65,99 29,76 3,54 0,718 57,69 14,98 27,339 34,85 27,56 37,58
10 22,44 77,5611 48,26 46,46 5,2812 83,13 12,66 4,2213 89,74 0,20 10,0614 34,62 65,3815 72,57 27,4316 8,67 40,59 50,7417 15,79 55,04 29,1718 79,54 20,4619 0,00 60,00 29,20 10,8020 16,44 56,66 26,9021 72,95 1,73 25,3122 53,37 44,32 2,3123 40,92 54,04 5,0424 17,03 14,84 68,1325 85,73 14,2726 27,41 12,44 60,1527 21,80 66,56 11,6528 29,93 11,68 58,3929 58,90 28,82 4,20 8,0730 80,38 19,02 0,5931 19,32 23,39 57,2932 25,26 15,75 19,28 1,16 38,5633 45,99 54,0134 37,95 62,0535 19,97 28,49 51,5436 19,85 80,1537 74,07 25,9338 41,97 58,0339 23,69 26,76 49,5540 17,30 7,59 72,08 3,0341 30,64 39,63 29,7342 20,22 79,7843 11,75 52,06 36,1944 4,30 27,75 67,9545 45,90 35,91 12,59 5,6046 63,39 23,29 13,3147 29,84 17,33 52,8248 41,35 14,77 43,8849 14,82 8,27 44,31 32,6150 5,07 10,64 10,13 43,77 30,4051 91,86 8,14
Lampiran 6 (Lanjutan)
52 36,09 13,29 50,6253 15,46 4,23 16,91 63,4054 21,57 7,66 23,35 47,4255 3,73 89,55 6,7256 41,09 16,49 42,4257 14,51 69,36 16,1458 7,52 38,71 21,51 32,2659 17,54 80,78 1,6860 7,21 6,12 86,67
Rata-Rata 33,02 16,01 22,26 5,68 6,13 3,22 9,53 4,15
Keterangan: Pgw = PegawaiBtn = BeternakBdg = BerdagangBrh = BuruhWst = Wiraswasta
Lampiran 7 Data persepsi responden petani hutan rakyat terhadap hutan rakyat
NoIndikator Persepsi
Rata-Rata
Ket.Pengetahuan ∑ Harapan ∑ Evaluasi ∑
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 191 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 2,80 3 1 3 2,33 3 3 3 3 3 3 3,00 2,71 Tinggi2 3 1 1 3 3 3 3 3 1 3 2,40 3 3 3 3,00 3 1 3 1 3 3 2,33 2,58 Tinggi3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 2 2,70 3 3 3 3,00 3 1 1 3 1 1 1,67 2,46 Tinggi4 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2,80 3 3 3 3,00 3 1 3 1 3 3 2,33 2,71 Tinggi5 3 3 3 3 2 3 3 1 3 1 2,50 3 3 3 3,00 3 1 3 1 3 3 2,33 2,61 Tinggi6 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2,80 3 3 3 3,00 3 1 3 1 1 3 2,00 2,60 Tinggi7 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2,80 3 3 3 3,00 3 1 3 1 3 3 2,33 2,71 Tinggi8 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2,80 3 3 3 3,00 3 1 3 1 3 3 2,33 2,71 Tinggi9 3 3 3 3 1 3 3 1 3 3 2,60 3 3 3 3,00 3 1 3 1 3 3 2,33 2,64 Tinggi10 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2,80 3 3 3 3,00 3 2 3 1 3 3 2,50 2,77 Tinggi11 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2,80 3 3 3 3,00 3 1 3 2 3 3 2,50 2,77 Tinggi12 3 3 3 3 3 2 3 1 3 3 2,70 3 3 3 3,00 3 3 3 1 3 3 2,67 2,79 Tinggi13 3 3 3 3 3 2 3 1 3 3 2,70 3 3 3 3,00 3 1 3 1 3 3 2,33 2,68 Tinggi14 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2,80 3 3 2 2,67 3 1 3 1 3 3 2,33 2,60 Tinggi15 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2,80 3 3 3 3,00 3 1 3 1 3 3 2,33 2,71 Tinggi16 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2,80 3 3 3 3,00 3 1 3 3 3 3 2,67 2,82 Tinggi17 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2,80 3 3 3 3,00 3 1 3 2 3 3 2,50 2,77 Tinggi18 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2,80 3 3 3 3,00 3 1 3 1 3 3 2,33 2,71 Tinggi19 3 3 3 3 3 3 3 1 3 1 2,60 3 3 3 3,00 3 1 3 1 3 3 2,33 2,64 Tinggi20 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2,80 3 3 3 3,00 3 1 3 1 3 3 2,33 2,71 Tinggi21 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2,80 3 3 3 3,00 3 1 3 2 3 3 2,50 2,77 Tinggi22 3 3 3 3 2 3 3 1 3 1 2,50 3 3 3 3,00 3 3 3 2 3 3 2,83 2,78 Tinggi23 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2,80 3 3 3 3,00 3 1 3 1 3 3 2,33 2,71 Tinggi24 3 3 3 3 3 3 3 1 3 1 2,60 3 3 3 3,00 3 3 3 3 3 3 3,00 2,87 Tinggi25 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2,80 3 3 3 3,00 3 3 3 1 3 3 2,67 2,82 Tinggi26 3 3 3 3 3 3 3 1 3 2 2,70 3 3 3 3,00 3 3 3 2 3 3 2,83 2,84 Tinggi27 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2,80 3 3 3 3,00 3 3 3 1 3 3 2,67 2,82 Tinggi
Lampiran 7 (Lanjutan)
28 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2,80 3 3 1 2,33 3 3 3 1 3 3 2,67 2,60 Tinggi29 3 3 3 3 3 3 3 1 3 1 2,60 3 3 3 3,00 3 1 3 1 3 3 2,33 2,64 Tinggi30 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2,80 3 3 3 3,00 3 1 3 1 3 3 2,33 2,71 Tinggi31 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2,80 3 3 3 3,00 3 3 3 1 3 3 2,67 2,82 Tinggi32 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2,80 3 3 3 3,00 3 2 3 1 3 3 2,50 2,77 Tinggi33 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2,90 3 3 3 3,00 3 2 3 2 3 3 2,67 2,86 Tinggi34 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2,80 3 3 3 3,00 3 1 3 1 3 3 2,33 2,71 Tinggi35 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2,80 3 3 3 3,00 3 2 3 1 3 3 2,50 2,77 Tinggi36 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2,80 3 3 3 3,00 3 1 3 1 3 3 2,33 2,71 Tinggi37 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2,80 3 3 3 3,00 3 1 3 1 3 3 2,33 2,71 Tinggi38 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2,80 3 3 3 3,00 3 1 3 1 3 3 2,33 2,71 Tinggi39 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2,80 3 3 3 3,00 3 3 3 1 3 3 2,67 2,82 Tinggi40 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2,90 3 3 3 3,00 3 2 3 1 3 3 2,50 2,80 Tinggi41 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2,80 3 3 3 3,00 3 2 3 2 3 3 2,67 2,82 Tinggi42 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2,80 3 3 3 3,00 3 1 3 1 3 3 2,33 2,71 Tinggi43 3 3 3 3 3 3 3 1 3 1 2,60 3 3 3 3,00 3 1 3 1 3 3 2,33 2,64 Tinggi44 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2,80 3 3 3 3,00 3 1 3 1 3 3 2,33 2,71 Tinggi45 3 3 3 3 3 3 3 1 3 2 2,70 3 3 3 3,00 3 2 3 1 3 3 2,50 2,73 Tinggi46 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2,80 3 3 3 3,00 3 1 3 2 3 3 2,50 2,77 Tinggi47 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2,80 3 3 3 3,00 3 2 3 1 3 3 2,50 2,77 Tinggi48 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2,80 3 3 3 3,00 3 1 3 1 3 3 2,33 2,71 Tinggi49 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2,80 3 3 3 3,00 3 2 3 1 3 3 2,50 2,77 Tinggi50 3 3 3 3 2 3 3 1 3 2 2,60 3 3 3 3,00 3 1 3 1 3 3 2,33 2,64 Tinggi51 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2,80 3 3 3 3,00 3 1 3 2 3 3 2,50 2,77 Tinggi52 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2,80 3 3 3 3,00 3 1 3 1 3 3 2,33 2,71 Tinggi53 3 3 3 3 3 3 3 1 3 2 2,70 3 3 3 3,00 3 2 3 1 3 3 2,50 2,73 Tinggi54 3 3 3 3 3 3 3 1 3 2 2,70 3 3 3 3,00 3 2 3 1 3 3 2,50 2,73 Tinggi55 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2,80 3 3 3 3,00 3 2 3 1 3 3 2,50 2,77 Tinggi56 3 3 3 3 3 3 3 1 3 1 2,60 3 3 3 3,00 3 1 3 1 3 3 2,33 2,64 Tinggi57 3 3 3 3 3 3 3 1 3 2 2,70 3 3 3 3,00 3 1 3 1 3 3 2,33 2,68 Tinggi
Lampiran 7 (Lanjutan)
58 3 3 3 3 3 3 3 1 3 2 2,70 3 3 3 3,00 3 2 3 1 3 3 2,50 2,73 Tinggi59 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2,90 3 3 3 3,00 3 1 3 1 3 3 2,33 2,74 Tinggi
60 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2,60 3 3 3 3,00 3 2 3 1 3 3 2,50 2,70 TinggiTot. 3,00 2,95 2,97 3,00 2,90 2,97 3,00 1,13 2,93 2,62 2,75 3,00 2,97 2,95 2,97 3,00 1,57 2,97 1,28 2,93 2,97 2,45 2,72 Tinggi
Keterangan:1. Meningkatkan pendapatan masyarakat2. Meningkatkan produksi kayu3. Menyediakan kayu bangunan maupun bahan baku industri4. Menghasilkan buah-buahan, umbi-umbian, bahan obat-obatan dan pakan ternak5. Membantu mempercepat usaha rehabilitasi lahan kritis6. Membantu penyerapan air di tempat-tempat recharge area7. Hutan rakyat penting bagi lingkungan8. Masyarakat dapat dipisahkan dari hutan9. Dampak kerusakan hutan memepengaruhi kehidupan masyarakat10. Pengelolaan hutan rakyat menjadi tanggung jawab semua masyarakat11. Hutan rakyat dapat meningkatkan pendapat12. Hutan rakyat dapat memenuhi kebutuhan masyarakat13. Pendapatan dari hutan rakyat mampu mencukupi kebutuhan hidup masyarakat14. Hutan merupakan aset masa depan sehingga perlu dijaga15. Kesediaan untuk mengkonversi lahan hutan16. Penjualan hasil hutan dalam bentuk pohon berdiri17. Penjualan hasil hutan dalam bentuk log/kayu gergajian18. Sistem silvikultur secara permudaan alami19. Sistem silvikultur secara permudaan buatan
Lampiran 8 Penilaian persepsi
No Indikator PersepsiPenilaian
B (%) ∑ Orang S (%) ∑ Orang T (%) ∑ Orang1. Meningkatkan pendapatan masyarakat 100,00 60 0,00 0 0,00 02. Meningkatkan produksi kayu 96,67 58 1,67 1 1,67 13. Menyediakan kayu bangunan maupun bahan baku industri 98,33 59 0,00 0 1,67 1
4. Menghasilkan buah-buahan, umbi-umbian, bahan obat-obatan dan pakan ternak 100,00 60 0,00 0 0,00 0
5 Membantu mempercepat usaha rehabilitasi lahan kritis 91,67 55 6,67 4 1,67 16. Membantu penyerapan air di tempat-tempat recharge area 96,67 58 3,33 2 0,00 07. Hutan rakyat penting bagi lingkungan 100,00 60 0,00 0 0,00 08. Masyarakat dapat dipisahkan dari hutan 90,00 54 6,67 4 3,33 29. Dampak kerusakan hutan memepengaruhi kehidupan masyarakat 96,67 58 0,00 0 3,33 2
10. Pengelolaan hutan rakyat menjadi tanggung jawab semua masyarakat 73,33 44 15,00 9 11,67 711. Hutan rakyat dapat meningkatkan pendapatan 100,00 60 0,00 0 0,00 012. Hutan rakyat dapat memenuhi kebutuhan masyarakat 98,33 59 0,00 0 1,67 113. Pendapatan dari hutan rakyat mampu mencukupi kebutuhan hidup masyarakat 96,67 58 1,67 1 1,67 114. Hutan merupakan aset masa depan sehingga perlu dijaga 100,00 60 0,00 0 0,00 015. Kesediaan untuk mengkonversi lahan hutan 60,00 36 23,33 14 16,67 1016. Penjualan hasil hutan dalam bentuk pohon berdiri 98,33 59 0,00 0 1,67 117. Penjualan hasil hutan dalam bentuk log/kayu gergajian 78,33 47 15,00 9 6,67 418. Sistem silvikultur secara permudaan alami 96,67 58 0,00 0 3,33 219. Sistem silvikultur secara permudaan buatan 98,33 59 0,00 0 1,67 1
Total 1770 1062 73 44 57 34Rata-Rata 93,16 3,84 3,00
Keterangan: B = BaikS = SedangT = Tidak
Lampiran 9 Perhitungan regresi antara persepsi petani dengan faktor-faktor sosial
ekonomi petani
Variables Entered/Removed
Variables Entered/Removed
Model Variables Entered Variables Removed Method
1 x8, x2, x3, x6, x5, x1, x7, x4 . Enter
a All requested variables entered.b Dependent Variable: y
Model Summary
Model RR
SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the
EstimateDurbin-Watson
1 ,695 0,483 0,349 0,06679 1,972a Predictors: (Constant), x8, x2, x3, x6, x5, x1, x7, x4b Dependent Variable: y
ANOVA
ModelSum ofSquares
df Mean Square F Sig.
1 Reg. 0,129 8 0,016 3,617 0,004
Res. 0,138 31 0,004
Total 0,267 39a Predictors: (Constant), x8, x2, x3, x6, x5, x1, x7, x4b Dependent Variable: y
Coefficients
ModelUnstandardized
CoefficientsStandardizedCoefficients
t Sig.
BStd.
ErrorBeta
1 (Constant) 2,7939 0,1142 24,4706 0,0000x1 0,0009 0,0011 0,1273 0,8332 0,4111x2 -0,0078 0,0058 -0,2618 -1,3433 0,1889x3 0,0155 0,0132 0,1701 1,1741 0,2493x4 -0,1234 0,0295 -0,7461 -4,1809 0,0002x5 0,0000 0,0000 0,0943 0,5167 0,6091x6 -0,0003 0,0375 -0,0011 -0,0078 0,9938x7 0,0000 0,0000 -0,5933 -2,9561 0,0059x8 0,0311 0,0194 0,2506 1,6028 0,1191
a Dependent Variable: y
Lampiran 10 Perhitungan regresi antara pendapatan total petani dengan faktor-
faktor sosial ekonomi petani
Variables Entered/Removed
Model Variables Entered Variables Removed Method
1 x6, x3, x4, x1, x5, x2 . Enter
a All requested variables entered.b Dependent Variable: y
Model Summary
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the
EstimateDurbin-Watson
1 0,729 0,533 0,469 9551339,160 1,383a Predictors: (Constant), x6, x3, x4, x1, x5, x2b Dependent Variable: y
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Reg. 4576519790857680,000 6 762753298476280,000 8,361 0,000
Res. 4014035509193790,000 44 91228079754404,400
Total 8590555300051470,000 50a Predictors: (Constant), x6, x3, x4, x1, x5, x2b Dependent Variable: y
Coefficients
Model Unstandardized CoefficientsStandardizedCoefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -11654568,791 14299049,534 -0,815 0,419x1 43572,668 185901,887 0,029 0,234 0,816x2 2219939,998 632970,058 0,458 3,507 0,001x3 2860218,979 1381396,751 0,230 2,071 0,044x4 -4111846,696 3088468,012 -0,158 -1,331 0,190x5 6776244,095 2166010,528 0,359 3,128 0,003x6 -7084621,670 3927241,664 -0,199 -1,804 0,078
a Dependent Variable: y
Lampiran 11 Perhitungan regresi antara pendapatan hutan rakyat dengan faktor-
faktor sosial ekonomi petani
Variables Entered/Removed
Variables Entered/Removed
Model Variables Entered Variables Removed Method
1 x6, x3, x4, x5, x1, x2 . Entera All requested variables entered.b Dependent Variable: y
Model Summary
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the
EstimateDurbin-Watson
1 0,545 0,297 0,199 6548527,318 1,974a Predictors: (Constant), x6, x3, x4, x5, x1, x2b Dependent Variable: y
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Reg. 780730000000000,000 6 130122000000000,000 3,034 0,015
Res. 1843980000000000,000 43 42883200000000,000
Total 2624710000000000,000 49a Predictors: (Constant), x6, x3, x4, x5, x1, x2b Dependent Variable: y
Coefficients
Model Unstandardized CoefficientsStandardizedCoefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -4091817,859 10116272,820 -0,404 0,688x1 -11677,433 113778,384 -0,017 -0,103 0,919x2 -78606,684 484353,330 -0,027 -0,162 0,872x3 1663079,449 985375,526 0,234 1,688 0,099x4 3315685,055 2274167,422 0,227 1,458 0,152x5 6368720,549 1810476,764 0,496 3,518 0,001x6 -1515287,657 2986999,643 -0,073 -0,507 0,615
a Dependent Variable: y