ANALISIS KELAYAKAN USAHA DAN PREFERENSI KONSUMENBERAS ANALOG DI KELURAHAN WAY KANDIS
KECAMATAN TANJUNG SENENG BANDAR LAMPUNG
(Tesis)
Oleh
IKRAR TRIASTUTI
MAGISTER TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIANFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG2017
ANALISIS KELAYAKAN USAHA DAN PREFERENSI KONSUMENBERAS ANALOG DI KELURAHAN WAY KANDIS
KECAMATAN TANJUNG SENENG BANDAR LAMPUNG
Oleh
IKRAR TRIASTUTI
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarMagister Sains
PadaProgram Studi Magister Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
MAGISTER TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIANFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG2017
ABSTRACT
ANALYSIS OF BUSINESS FEASIBILITY AND CONSUMERPRINCIPLES OF ARTIFICIAL IN WAY LANDIS VILLAGE TANJUNG
SENENG DISTRICT BANDAR LAMPUNG
By
Ikrar Triastuti
Artificial rice is a product of non-rice ingredients and has a shape resembling ricein general. The resulting rice is commonly in the form granule, some of wich arewhite and slightly yellowis, and smelled typical of cassava. This product has alow glycemic index so it good consumered for diabetics. Therefore, an artificialcassava based business will be established Way Kandis, Tanjung Seneng District,Bandar Lampung. This studyaims to determine the feasibility of artificial ricebusiness and know the preferences of consumers to artificial rice products madefrom cassava. The result of financial feasibility analysis is declared feasible,proved by the value of NPV (Net Present Value) (525.618.459), IRR (48%), B/Cratio (3.92), and PBP (Pay Back Period) (2,73 years). The result of consumer preferenceattribute analysis which is included in quadrant I is promotion. Quadrant II there are enemattributes of price, benefits, motivation, ease of purchase, composition, and familymembers. Attributes included in quadrant III are bonus, brand, information, place, salesperson, other persob, and friend and no attribute is located in quadrant IV. This showsthat the performance of artificial rice is not excessive and does not need to decreaseattributes.
Keyword : artificial rice, feasibility, consumer preference
ABSTRAK
ANALISIS KELAYAKAN USAHA DAN PREFERENSI KONSUMENBERAS ANALOG DI KELURAHAN WAY KANDIS KECAMATAN
TANJUNG SENENG BANDAR LAMPUNG
Oleh
IkrarTriastuti1524051006
Magister Teknologi Industri Pertanian
Beras analog merupakan produk beras dari bahan non padi dan memiliki bentukmenyerupai beras pada umumnya. Beras analog yang dihasilkan umumnyaberbentuk butiran/granule, ada yang berwarna putih dan agak kekuningan, danberaroma khas singkong. Produk ini memiliki indeks glikemik rendah sehingga baiksekali dikonsumsi bagi penderita diabetes. Oleh karena itu akan didirikan usaha berasanalog berbahan dasar ubikayu di Way Kandis, Kecamatan Tanjung Seneng, BandarLampung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan usaha berasanalog dan mengetahui preferensi konsumen terhadap produk beras analogberbahan ubikayu. Hasil analisis kelayakan financial dinyatakan layak, terbuktidengan nilai NPV (Net Present Value) (Rp269255452.03), IRR (Internal Rate ofReturn) (32%), B/C Ratio (2.49), dan PBP (Payback Periode) (3.62 tahun). Hasilanalisis preferensi konsumen atribut yang termasuk pada kuadran I adalahpromosi. Kuadran II terdapat enam atribut yaitu harga, manfaat, motivasi,kemudahan membeli, komposisi, dan anggota keluarga. Atribut yang termasukpada kuadran III adalah bonus, merk, informasi, tempat, tenaga penjual, oranglain, dan teman dan tidak ada atribut yang terletak pada kuadran IV. Hal inimenunjukkan bahwa kinerja beras analog tidak ada yang berlebihan dan tidakperlu menurunkan atribut.
Kata kunci : beras analog, kelayakan, preferensi konsumen
RIWAYAT HIDUP
Ikrar Triastuti panggilan Tias lahir di Pringsewu pada tanggal 2 Mei 1990 , dari
pasangan Bapak Suladi dan Ibu Sri Sulistyaningsih. Penulis adalah anak ke tiga
dari tiga bersaudara. Peneliti sekarang bertempat tinggal di Jl. Kebasen No. 65 RT
003/001 Pekon Patoman, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Pringsewu, Lampung.
Pendidikan yang telah di tempuh oleh penulis yaitu TK Aisyiyah Bustanul Athfal
Patoman, diselesaikan pada tahun 1996, dilanjutkan di Sekolah Dasar Negeri 1
Patoman, diselesaikan pada tahun 2002, kemudian dilanjutkan ke Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Pagelaran yang diselesaikan pada tahun 2005, dan
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pringsewu yang diselesaikan pada tahun 2008.
Pada tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil
Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN) dan selesai pada tahun 2013.
Penulis pernah bekerja di PT. Garudafood Putra Putri Jaya Lampung pada tahun
2013-2015 sebagai Staff Product Development Officer. Pada Tahun 2015 penulis
terdaftar sebagai Mahasiswa Magister Teknologi Industri Pertanian Universitas
Lampung.
SANWACANA
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan tesis yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Dan Preferensi
Konsumen Beras Analog Di Kelurahan Way Kandis Kecamatan Tanjung
Seneng Bandar Lampung”.
Dengan selesainya tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banua, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Sri Hidayati, S.T.P., M.P., selaku Ketua Program Studi Magister
Teknologi Industri Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas
arahan, bimbingan, dan izin penelitian yang diberikan.
3. Bapak Dr. Ir. Tanto Pratondo Utomo, M.Si., selaku Dosen Pembimbing
Akademik dan Pembimbing Satu tesis yang telah banyak memberikan
pengarahan, saran dan masukan dalam menyelesaikan tesis ini;
4. Bapak Dr. Ir. Subeki, M.Si., M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Dua yang
telah banyak memberikan pengarahan, saran dan masukan dalam
menyelesaikan tesis ini;
5. Bapak Dr. Erdi Suroso, S.T.P., M.T.A., selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan saran-saran guna terselesaikanya tesis ini;
6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen pengajar, staff administrasi, serta seluruh
karyawan di Program Studi Magister Teknologi Industri Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Lampung,
7. Keluarga tercinta (Bapak, Ibu, Mbak, dan Mamas) yang telah memberikan
motivasi, nasehat-nasehat bijaksananya, dan kasih sayang ikhlasnya yang
selalu menyertai penulis dalam do’a,
8. Andi Perdana terimakasih untuk kesabaran, do’a, dan semangatnya,
9. Teman seperjuangan tesis (Rukmini) dan teman-teman angkatan 2015 (Mbak
Fia, Rohmat, Pak Hadi, Fajar, dan Mbak Metri), Kak Bigi, Pak Novi, Okta,
dan Pak Syam terimakasih atas ilmu, kebersamaan dan canda tawanya.
Penulis berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka, dan penulis
berharap tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, 2017
Penulis
Ikrar Triastuti
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR TABEL ............................................................................…. iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ vii
I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang dan Masalah ................................................... 1
1.2. Tujuan Penelitian ..................................................................... 5
1.3. Kerangka Pemikiran ................................................................ 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 8
2.1. Studi Kelayakan ..................................................................... 8
2.1.1. Pengertian Studi Kelayakan ............................................ 8
2.1.2. Aspek Teknis................................................................... 10
2.1.3. Aspek Finansial ............................................................... 12
2.1.4. Aspek Pasar dan Pemasaran............................................ 13
2.1.5. Analisis Sensitivitas ........................................................ 14
2.2. Perilaku Konsumen .................................................................. 15
2.3. Preferensi Konsumen ............................................................... 16
2.4. Beras Analog ............................................................................ 19
2.4.1. Proses Pembuatan Beras Analog .................................... 21
ii
III. BAHAN DAN METODE .............................................................. 32
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 32
3.2. Bahan Penelitian dan Pengumpulan Data .............................. 32
3.3. Metode Analisis Data ............................................................. 33
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 34
4.1. Analisis Kelayakan ................................................................... 34
4.1.1. Aspek Teknis................................................................... 34
4.1.2. Aspek Manajemen........................................................... 40
4.1.3. Aspek Pasar dan Pemasaran...................................... …. 40
4.1.4. Aspek Lingkungan ………......................................... 42
4.1.5. Aspek Finansial ............................................................... . 42
a. Biaya Investasi……....................................…………... 43
b. Biaya Susut Mesin …........................................…. ….. 44
c. Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi.................. 48
d. Analisis Penentuan Harga Jual Beras Analog.............. 49
e. Kritria Kelayakan Investasi……………...................... 50
4.1.6. Analisis Sensitivitas ........................................................ 53
4.2. Preferensi Konsumen ................................................................ 55
4.2.1. Karakteristik Responden ................................................. 55
a. Jenis Kelamin Responden......................................…. 55
b. Jenis Pekerjaan ………..........................................…. 56
c. Pengeluaran Tiap Bulan …......................................... 57
4.3. Proses Pengembalian Keputusan Pembelian Beras Analog...... 59
4.3.1. Pengenalan Kebutuhan.................................................... 59
iii
4.3.2. Pencarian Informasi ........................................................ 61
4.3.3. Evaluasi Alternatif .......................................................... 63
4.3.4. Keputusan Pembelian...................................................... 65
4.3.5. Evaluasi Pasca Pembelian ............................................... 70
4.4. Importance Performance Analysis (IPA).................................. 73
4.4.1. Kuadran I (Prioritas Pertama) ......................................... 75
4.4.2. Kuadran II (Prioritas Prestasi)........................................ 75
4.4.3. Kuadran III (Prioritas Rendah) ...................................... 76
4.4.4. Kuadran IV (Berlebihan)................................................ 77
V. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 78
5.1. Kesimpulan ............................................................................ 78
5.2. Saran ....................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 80
LAMPIRAN .......................................................................................... 82
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Daftar peralatan operasional beras analog .................................................. 35
2. Biaya investasi industri beras analog .......................................................... 43
3. Perhitungan harga pokok produksi beras analog......................................... 49
4. Nilai NPV pada industri kecil beras analog ................................................ 50
5. Net B/C Ratio pada industri kecil beras analog .......................................... 51
6. Nilai IRR pada industri kecil beras analog.................................................. 52
7. Nilai Pay Back Periode pada industri kecil beras analog .......................... 52
8. Hasil analisis sensitivitas harga bahan bakar naik 10% dengan hargajual tetap ...................................................................................................... 53
9. Hasil analisis sensitivitas harga bahan baku naik 10% dengan hargajual tetap ...................................................................................................... 54
10. Hasil analisis sensitivitas harga bahan baku naik 30% dengan hargajual tetap ...................................................................................................... 54
11. Hasil analisis sensitivitas harga bahan pembantu naik 30% dengan hargajual tetap ...................................................................................................... 55
12. Karakteristik responden beras analog menurut jenis kelamin.................... 56
13. Karakteristik responden menurut jenis pekerjaan ....................................... 57
14. Karakteristik responden terhadap tingkat pengeluaran tiap bulan. ............. 57
15. Atribut pertanyaan berdasarkan tahap pengenalan kebutuhan.................... 60
16. Atribut pertanyaan berdasarkan tahap pencarian informasi ........................ 62
v
17. Atribut pertanyaan berdasarkan tahap evaluasi alternatif ........................... 64
18. Atribut pertanyaan tahap keputusan pembelian .......................................... 67
19. Atribut pertanyaan berdasarkan tahap evaluasi pasca pembelian ............... 71
20. Tabel Perhitungan IPA................................................................................ 73
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Proses pengupasan ubi kayu (a) dan pencucian ubi kayu (b) ..................... 22
2. Proses pemarutan ubi kayu ......................................................................... 22
3. Proses pemerasan ubi kayu ......................................................................... 23
4. Proses pengendapan pati ubi kayu .............................................................. 23
5. Proses pengeringan ampas ubi kayu dan tepung tapioka ............................ 24
6. Tepung ubi kayu.......................................................................................... 25
7. Penimbangan pung ubi kayu ....................................................................... 25
8. Penimbangan tepung ubi kayu (a) dan pengadukan adonan (b)................. 25
9. Proses pengukusan adonan.......................................................................... 26
10. Proses pencetakan butiran beras analog (a) dan mesin ekstruder (b).......... 26
11. Proses pengeringan...................................................................................... 27
12. Hasil pengemasan beras siger ..................................................................... 28
13. Diagram alir pembuatan tepung tapioka dan tepung ubi kayu.................... 37
14. Pembuatan beras analog .............................................................................. 39
15. Biaya penyusutan mesin ektruder .............................................................. 44
16. Biaya penyusutan mixer ............................................................................. 45
17. Biaya penyusutan mesin penggiling........................................................... 46
18. Biaya penyusutan mesin penepung ............................................................ 47
vii
19. Biaya penyusutan mesin pengepress .......................................................... 48
20. Matriks Importance Performance Analysisi (IPA) untuk atribut-atribut yangmempengaruhi pembelian beras siger ......................................................... 74
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang dan Masalah
Pola konsumsi masyarakat saat ini masih belum sesuai dengan yang diharapkan.
Menurut Badan Pusat Statistik (2007), pola konsumsi penduduk suatu negara dapat
dijadikan cerminan kondisi sosial ekonomi negara tersebut. Data pola konsumsi dapat
dijadikan acuan dalam memprediksi indikator-indikator kesejahteraan penduduk seperti
status kesehatan penduduk, status gizi dan status kemiskinan penduduk. Pemilihan jenis
pangan dan pola konsumsi yang kurang baik dapat menyebabkan berbagai macam
penyakit degeneratif seperti diabetes. Penyakit ini terjadi akibat kemunduran
fungsi organ tubuh yang bersifat kronis dan tidak menular. Indonesia merupakan
negara yang berada di urutan ke 4 dengan prevalensi diabetes tertinggi di dunia
setelah India, China, dan Amerika Serikat (Sam, 2007). Berdasarkan data dari
Depkes yang berasal dari Depkes Care (2004), pada tahun 2030 diperkirakan akan
ada sekitar 21,3 juta pasien dibetes mellitus di Indonesia. Oleh karena untuk
menekan penderita diabetes maka perlu dilakukan pencegahan penyakit tesebut
dengan mengkontrol pola makan dan pemilihan jenis pangan yang rendah gula
dan berserat tinggi. Salah satu jenis pangan yang berkadar gula rendah dan
berserat tinggi adalah beras analog.
2
Beras analog merupakan salah satu pangan fungsional , yang memberikan efek
kesehatan apabila dikonsumsi karena pada beras analog mengandung serat
pangan. Menurut Hidayat (2016), beras analog mengandung serat pangan sebesar
14,95%. Kandungan serat pangan beras analog yang tinggi merupakan sumbangan
dari tingginya kandungan serat pangan tepung singkong utamanya terkait dengan
kandungan pati resistennya yang terbentuk selama proses pengolahan. Menurut
Wang et al., (2012), pati resisten memiliki manfaat dalam menurunkan kolesterol
dan indeks glikemik, serta memiliki efek positif bagi kesehatan usus besar. Bahan
pangan dengan kandungan serat pangan yang tinggi dapat digunakan sebagai
pangan fungsional untuk menurunkan kadar kolestrol darah.
Beras analog merupakan produk beras dari bahan non padi dan memiliki bentuk
menyerupai beras pada umumnya. Menurut Budijanto (2012), beras analog
merupakan tiruan dari beras yang terbuat bahan-bahan seperti umbi-umbian dan
serealia yang bentuk maupun komposisi gizinya mirip seperti beras. Khusus untuk
komposisi gizinya, beras analog bahkan dapat melebihi apa yang terkandung pada
beras. Beras analog dikonsumsi layaknya makan nasi dari beras padi dan dapat
dirancang sehingga memiliki kandungan gizi yang hampir sama dengan beras
padi.
Saat ini ada beberapa industri rumah tangga yang memproduksi beras analog
berbahan dasar singkong di Lampung. Beras analog yang dihasilkan umumnya
berbentuk butiran/granule, ada yang berwarna putih dan agak kekuningan, dan
beraroma khas singkong. Salah satu industri yang memproduksi beras analog
adalah yang berlokasi di Way Kandis Bandar Lampung. Beras analog yang
3
dihasilkan berbentuk bulir yang menyerupai beras padi dan berwarna putih. Beras
analog memiliki tekstur kepulenan yang hampir menyerupai nasi, bahkan lebih
kenyal dari nasi. Rasanya tidak jauh berbeda dengan nasi namun karena dibuat
dari singkong maka beras analog ada rasa khas singkong. Ukuran butiran beras
analog dibuat menyerupai ukuran beras pada umumnya. Hal ini dimaksudkan agar
psikologi masyarakat saat mengkonsumsi beras analog sama dengan saat
mengkonsumsi nasi (Halim, 2012). Untuk dapat menghasilkan beras analog,
dibutuhkan investasi dan biaya produksi yang tidak sedikit sehingga perlu
dihitung dan diketahui tingkat kelayakan agroindustri beras analog apakah dalam
jangka panjang masih menguntungkan atau tidak. Menurut Budijanto (2012),
beras analog memiliki prospek yang baik sebagai produk substansi beras
konvensional yang mendukung program diversifikasi pangan. Agroindustri beras
analog memberikan keuntungan bagi pemilik agroindustri beras analog, agar
produksi beras analog ini dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan maka
perlu dilakukan analisis kelayakan usaha beras analog.
Pengetahuan masyarakat akan produk beras analog masih minim, padahal untuk
mengembangkan perusahaan, produsen perlu pengetahuan yang baik pada apa
yang dikehendaki oleh masyarakat yang pada akhirnya menjadi sasaran untuk
menjadi konsumen beras analog. Mempelajari apa yang dibutuhkan dan
diinginkan konsumen akan menuntun pada kebijakan pemasaran yang tepat dan
efisien. Saat ini banyak pilihan produk beras analog baik berupa jenis beras,
kemasan, harga, rasa, dan hal lainnya serta perbedaan dan pengaruh lingkungan
budaya, kelas sosial, daya beli, motivasi, dan gaya hidup membentuk perilaku
konsumen yang berbeda-beda. Hal ini menuntut para produsen untuk
4
menyediakan produk beras analog yang sesuai dengan keinginan konsumen,
khususnya segmen pasar yang dituju. Studi konsumen memberikan petuntuk
untuk memperbaiki dan memperkenalkan produk, menetapkan harga, perencanaan
saluran, menyususn pesan, dan mengembangkan kegiatan pemasaran lain. Dalam
model perilaku konsumen, proses dimulai dari stimuli marketing dan stimuli
lainnya dari luar seperti ekonomi, teknologi, budaya, dan politik. Serangkaian
stimuli tersebut dipengaruhi dan mempengaruhi psikologi dan karakteristik
konsumen, yang selanjutnya berlanjut pada proses keputusan pembelian (Kotler,
2012). Perilaku konsumen dalam membeli dan menggunakan suatu produk dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut Setiadi (2003) yaitu faktor budaya,
faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologis. Perilaku konsumen sangat
menentukan dalam proses pengambilan keputusan membeli untuk memenuhi dan
memuaskan kebutuhan (Rahman, 2001).
Preferensi dan kepuasan yang terus berkembang menuntut adanya peningkatan
pada kualitas beras yang selama ini dikonsumsi. Untuk menghasilkan beras yang
sesuai dengan harapan konsumen, langkah awal yang harus diperhatikan produsen
adalah pengetahuan mengenai perilaku konsumen. Pengetahuan mengenai
preferensi perlu dilakukan agar setiap keputusan yang diambil tidak bertentangan
dengan harapan konsumen, mengingat semua keputusan konsumsi ada ditangan
konsumen. Preferensi konsumen dapar berarti kesukaan, pilihan atau suatu hal
yang lebih disukai konsumen. Preferensi terbentuk dari persepsi konsumen
terhadap produk. Preferensi konsumen terhadap suatu barang dapat diketahui
dengan menentukan atribut-atribut atau faktor-faktor yang melekat pada produk.
Atribut-atribut tersebut yang dapat mempengaruhi seseorang sebagai
5
pertimbangan untuk memilih suatu barang. Konsumen memegang kendali dan
pemasar dikatakan berhasil bila produk atau jasanya dipandang menawarkan
manfaat yang riil. Preferensi konsumen dapat berarti kesukaan, pilihan atau
sesuatu hal yang lebih disukai konsumen. Preferensi ini terbentuk dari persepsi
konsumen terhadap produk. Untuk mengetahui preferensi konsumen terhadap
beras analog maka perlu dilakukan preferensi konsumen terhadap produk beras
analog ini.
1.2. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis kelayakan usaha beras analog dari aspek teknis dan teknologis,
aspek manajemen, aspek finansial, aspek pasar dan pemasaran dan aspek
sensitivitas terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada manfaat dan
biaya..
2. Mengetahui preferensi konsumen terhadap produk beras analog berbahan
singkong.
1.3. Kerangka Pemikiran
Pola konsumsi masyarakat saat ini belum sesuai yang diharapkan. Masih banyak
masyarakat yang mengkonsumsi makanan beresiko seperti makanan tinggi lemak,
gula, dan garam. Kecederungan masyarakat yang dewasa ini menyukai makanan
beresiko dapat berkorelasi dengan penyakit-penyakit degeneratif seperti diabetes
melitus, darah tinggi, dan penyakit jantung. Hal ini perlu diimbangi dengan
konsumsi pangan rendah gula dan bisa dikonsumsi setiap hari yang memiliki sifat
6
fungsional bagi tubuh. Salah satu pangan fungsional yang dapat dikonsumsi
sehari-hari adalah beras analog. Agroindustri beras analog merupakan salah satu
bentuk agroindutri yang memiliki peranan dalam menggerakkan potensi sumber
daya hasil pertanian yaitu melalui diversifikasi produk dengan memanfaatkan
komoditas singkong menjadi makanan pokok pengganti beras yang memiliki sifat
fungsional.
Salah satu pelaku usaha yang bergerak di bidang pengolahan beras analog
berbahan dasar singkong berlokasi di Way Kandis. Bermula dari ketersediaan
bahan baku yang melimpah di Lampung, perusahaan ini menciptakan produk
olahan singkong yang berkualitas dengan basis hasil pertanian Lampung yaitu
singkong. Oleh sebab itu maka perlu ditingkatkan pemanfaatan dari singkong,
salah satunya dengan mengolahnya menjadi sumber makanan pokok yang
memiliki komposisi gizi yang menyerupai beras.
Usaha pembuatan beras analog yang dijalankan diharapkan dapat memberi
keuntungan sesuai dengan target yang diharapkan. Oleh karena itu agar tujuan
perusahaan tercapai makan terlebih dahulu dilakukan studi kelayakan untuk
menilai investasi yang akan ditanamkan di perusahaan tersebut layak atau tidak
untuk dijalankan. Dalam mengembangkan usaha beras analog pada perusahaan ini
maka perlu mengidentifikasi karakteristik usaha tersebut dengan melihat berbagai
aspek. Aspek yang perlu dikaji antara lain aspek teknis dan teknologis, aspek
finansial, aspek pasar dan pemasaran serta analisis sensitivitas. Aspek teknis dan
teknologis akan ditentukan kapasitas produksi, jenis teknologi yang paling tepat
untuk digunkan dan penggunaan peralatan dan mesin serta tata letak pabrik. Pada
7
aspek finansial dilakukan analisis Cash flow sebagai landasan untuk melakukan
pengukuran dengan beberapa kriteria kelayakan investasi, yang meliputi NPV,
IRR, dan B/C Ratio. Untuk mengetahui waktu pengembalian investasi dianalisis
dengan Payback Period, kemudian untuk mengetahui dimana keadaan perusahaan
tidak mendapatkan keuntungan dan juga mengalami kerugian dianalisis dengan
BEP. Aspek pasar digunakan untuk meneliti seberapa besar pasar yang akan
dimasuki, seberapa besar kemampuan perusahaan untuk menguasai pasar dan
bagaimana strategi yang akan dijalankan. Analisis sensitivitas dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana pengaruh yang terjadi atas perubahan-perubahan pada
manfaat dan biaya terhadap kelayakan usaha tersebut.
Setelah mendapatkan hasil tentang studi kelayakan pada perusahaan beras analog
tersebut, maka dapat dismpulkan apakah usaha tersebut layak atau tidak. Apabila
usaha dikatakan layak maka usaha dapat terus dilaksanakan dan dilnjutkan
sedangkan apabila usaha tersebut tidak layak maka perusahaan harus mengadakan
perbaikan manajemen dalam perusahaan dan efisiensi terhadap biaya yang
dikeluarkan. Ketidakstabilan permintaan beras analog juga terkait dengan
kepuasan yang dirasakan konsumen terhadap atribut-atribut yang melekat pada
beras analog yaitu diantaranya atribut harga, rasa, tekstur, aroma, warna, desain
kemasan, ukuran kemasan, ketersediaan, kebersihan dan masa simpan. Kepuasan
konsumen adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau
hasil yang dia rasakan terhadap produk/jasa dibandingkan dengan harapannya
(Kotler dkk, 2000). Untuk mengukur tingkat kepuasan rumah tangga terhadap beras
analog, dalam penelitian ini dikaji preferensi konsumen terhadap beras analog.
1
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Studi Kelayakan
2.1.1.Pengertian Studi Kelayakan
Studi kelayakan merupakansebagai suatu kegiatan yang mempelajari secara
mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka
menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankanmerupakan. Studi
kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan,
apakah menerima atau menolak suatu gagasan usaha atau proyek yang
direncanakan. Gumawan (2013), menyatakan bahwa studi kelayakan merupakan
penelitian terhadap rencana usaha yang menganalisa layak atau tidak layak usaha
dibangun, tetapi juga saat dioperasikan secara rutin dalam rangka pencapaian
keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan. Pengertian layak
dalam penilaian tersebut adalah kemungkinana gagasan usaha atau proyek yang
akan dilaksanakantersebut memberi manfaat, baik dalam arti manfaat finansial
maupun dalam arti soaial. Kajian kelayakan usaha penting karena setiap kegiatan
usaha tidak selalu berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Kemungkinan
ketidakberhasilan suatu usaha terjadi karena melibatkan banyak faktor yang
mempengaruhi keberhasilan usaha tersebut. Oleh karena itu, kajian secara
2
sistemastis terhadap semua faktor sebelum melakukan suatu kegiatan (usaha)
penting dilakukan.
Menurut Kusnadi (1998) dalam Muhadi (2013), tahapan studi kelayakan usaha
meliputi:
1. Tahap identifikasi
Tahap ini diawali dengan penentuan ide yang didasarkan pada pemikiran yang
masuk akal tentang adanya peluang usaha.
2. Tahap seleksi pendahuluan
Tahap identifikasi akan menghasilkan sejumlah alternatif usaha. Dari sejumlah
alternatif usaha yang ada selanjutnya akan dilakukan penilaian penahuluan untuk
menentukan usaha-usaha mana yang paling mengkin menjadi penghambat dan
pendukung dipilihnya suatu usaha. Hal-hal yang menjadi pertimbangan adalah
jumlah modal dan sumbernya, ketersediaan bahan baku, ketersediaan tenaga ahli,
dan prospek pemasaran.
3. Tahap pengkajian
Tahap ini merupakan penilaian secara lebih mendalam terhadap beberapa aspek
suatu usaha yanag berhasil terpilih pada seleksi pendahuluan.Aspek kajian
meliputi aspek pasar, aspek teknis dan teknologis, ekonomi dan finansial serta
aspek menejerial dan yuridis. Dari hasil analisis akan diperoleh petunjuk apakah
rencana usaha dapat dilanjutkan dengan tahap pelaksanaan selanjutnya atau tidak.
3
4. Tahap penilaian
Tahap ini merupakan tahap akhir dalam penyusunan atau rencana usaha yaitu
mengimplementasikan segala sesuatu yang telah dirumuskan dalam rencana
usaha.
5. Tahap evaluasi
Tahap evaluasi dilakukan melalui penilaian terhadap keberhasilan atau kegagalan
usaha yang sedang atau sudah dilakukan. Hasil evaluasi akan menjadi masukan
berharga bagi para pengusaha, pemilik modal, pemerintah di dalam memilih usaha
yang sejenis di masa yang akan datang. Kajian terhadap keadaan dan prospek
suatu industri dilakukan atas aspek-aspek tertentu, seperti aspek produksi, aspek
teknis, aspek menejerial dan administratif, aspek organisasi, aspek pemasaran,
aspek finansial dan aspek ekonomi.Aspek-aspek tersebut dianalisis dengan teknik-
teknik tertentu dengan memperimbangkan manfaat bagi industri tersebut.
2.1.2.Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkaitan dengan prosedur
pembangunan proyek secara teknis pengoprasiannya serta menghasilkan informasi
berupa spesifikasi teknis, lokasi proyek, kapasitas produksi, layout tempat usaha
dan pemilihan jenis teknologi dan equipment (Lutfi dkk, 2015).
1. Lokasi Proyek
Variabel yang mempengaruhi pemilihan bisnis terdiri atas variabel utama dan
variabel bukan utama yang dimungkinkan untuk berubah.
4
2. Kapasitas Produksi
Beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan kapasitas produksi yaitu batasan
permintaan, tersedianya kapasitas mensin, jumlah dan kemampuan tenaga kerja
pengelolaan proses produksi, kemampuan finansial dan manejemen perusahaan,
dan kemungkinanan adanya perubahan teknologi produksi dimasa yang akan
datang. Pada produk baru, kapasitas produksi biasanya masih belum optimal,
namun sebaiknya kapasitas produksi ini masih berada pada titik impas.
3. Proses Produksi
Proses produksi terdiri atas tiga jenis yaitu proses produksi yang terputus-putus,
proses produksi yang berkelanjutan, dan proses produksi kombinasi.
4. Pemilihan Jenis Teknologi dan Equipment
Pada dasarnya pemilihan teknologi ini berpatokan pada seberapa jauh derajat
mekanisasi yang didinginkan dan manfaat ekonomi yang diharapkan. Pemilihan
mesin dan peralatan serta jenis teknologi mempunyai hubungan yang erat sekali
karena pemilihan mesin wajib mengikuti ketentuan jenis teknologi yang telah
ditetapkan walaupun juga mempertimbangkan faktor non teknologi lainnya seperti
keadaan infrastruktur dan fasilitas pengangkutan mesin, keadaan fasilitas
pemeliharaan dan perbaikan mesin dan peralatan yang ada disekitar lokasi bisnis,
kemungkianan memperoleh tenaga ahli yang akan mengelola mesin dan peralatan
tersebut.
5
2.1.3. Aspek Finansial
Aspek fianansial digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
memperoleh pendapatan serta besarnya biaya yang dikeluarkan.Analisis finansial
dilakukan untuk mengetahui seberapa besar manfaat yang diperoleh, biaya yang
dikeluarkan, berapa keuntungannya, kapan pengembalian investasi terjadi dan
tingkat suku bunga berapa invetasi memberikan manfaat (Suharjito dkk., 2008).
Menurut Lutfi (2015), tujuan menganalisis aspek finansial dari studi kelayakan
proyek bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan
biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran
dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek
untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan
menilai apakah proyek dapat berkembang terus atau tidak. Beberapa indikator
kelayakan usaha atau investasi antara lain adalah Net Present Value (NPV),
Interval Rate of Return (IRR), danPayback Periode (PP).
1. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) merupakan ukuran yang digunakan untuk mendapatkan
hasil neto (net benefit) secara maksimal yang dapat dicapai dengan investasi
model atau pengorbanan sumber-sumber lain. Analisis ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh selama umur ekonomi proyek.
Proyek dikatakan layak dilaksanakan apabila nilai NPV yang diperoleh lebih
besar atau sma dengan nol, dan tidak layak atau ditolak jika nilai NPV kurang dari
nol atau negative (Lutfi, 2015).
6
2. Interval Rate of Return (IRR)
Interval Rate of Return (IRR) merupakan alat untuk mencari tingkat bunga yang
menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan dimasa yang akan
datang atau penerimaan kas dengan mengeluarkan unvestasi awal. Kriteria
penilaian pada metode Interval Rate of Return (IRR) ini adalah jika Interval Rate
of Return (IRR) lebih kecil dari bunga pinjaman maka investasi ditolak, dan jika
IRR lebih dari suku bunga pinjaman maka investasi diterima (Lutfi, 2015).
3. Net Benefit Cost Ratio
Net B/C Ratio menunjukkan kemampuan usaha menghasilkan laba per satuan
milai investasi. Menurut Sanusi (2000), Net B/C Ratio adalah perbandingan
antara manfaat (B) dengan biaya (C) yang telah didiskonto.
4. Payback Periode (PP)
Payback Periode (PP) merupakan suatu periode yang diperlukan untuk menutup
kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas (Lutfi, 2015).
2.1.4.Aspek Pasar dan Pemasaran
Aspek pasar pada dasarnya merupakan inti dari penyusunan studi kelayakan
bisnis.Aspek pasar merupakan analisis untuk meneliti seberapa besar pasar yang
akan dimasuki, seberapa besar kemapuan perusahaan untuk menguasai pasar dan
bagaimana strategi yang akan dijalankan (Sulistyo,2015). Ada 3 aspek pasar,
yaitu:
7
1. Pasar Potensial
Pasar potensial adalah sekumpulan konsumen yang memiliki tingkat keinginan
tertentu terhadap penawaran pasar tertentu.
2. Pasar Tersedia
Pasar tersedia adalah sekumpulan konsumen yang memiliki keinginan,
penghasilan, dan akses penawaran pasar tertentu. Dalam pasar yang tersedia,
konsumen juga memiliki kemampuan daya beli suatu barang atau produk.
3. Pasar Sasaran
Pasar sasaran adalah kelompok sepsifik dari pelanggan potensial yang dijadikan
sasaran dalam rencana pemasaran suatu perusahaan.
2.1.5. Analisis Sensitivitas
Analisa sensitivitas merupakan analisa yang dilakukan untuk melihat sensitivitas
proyek yang hendak dilakukan terhadap perubahan-perubahan yang mungkin
terjadi selama berjalannya waktu investasi. Analisa sensitivitas dilakukan dengan
cara mengubah variabel yang dapat mempengaruhi usaha dengan demikian dapat
dilihat sejauh mana proyek yang akan dijalankan tersebut dapat bertahan
(Kusuma, 2014). Batasan nilai-nilai perubahan/fluktuasi tersebut yang akan
mampu mengubah kembali keputusan sebelumnya disebut dengan tingkat
sensitivitas dari suatu parameter yang di uji. Parameter-parameter investasi yang
memerlukan analisis sensitivitas antara lain investasi, benefit/pendapatan,
biaya/pengeluaran, dan suku bunga. Analisis sensitivitas umumnya mengandung
asumsi bahwa hanya satu parameter saja yang berubah (variabel), sedangkan
8
parameter yang lainnya diasumsikan relatif tetap dalam satu persamaan analisis.
Untuk mengetahui sensitivitas parameter lainnya, maka diperlukan persamaan
kedua, ketiga, dan seterusnya.
2.2. Perilaku Konsumen
Konsumen adalah orang yang melakukan tindakan menghabiskan nilaibarang dan
jasa setelah mengeluarkan sejumlah biaya.Tujuan utama darimengkonsumsi
barang dan jasa adalah untuk memenuhi kebutuhan dan diukursebagai kepuasan
yang diperoleh.Besarnya kepuasan konsumen diukur darisejumlah nilai yang
diperoleh dari mengkonsumsi suatu barang dan jasa terhadapbiaya yang
dikeluarkan (Kotler, 2000).
Menurut Engel et al.,(1994) perilaku konsumen adalah tindakan yanglangsung
terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produkdan jasa,
termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.Definisi
lain dari perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan
yangmensyaratkan aktivitas individu yang mengevaluasi, memperoleh,
menggunakan,atau mengatur barang dan jasa (Simamora, 2004), sedangkan
menurut Sumarwan (2004) perilaku konsumen adalah semua kegiatan tindakan
serta proses psikologisyang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum
membeli, ketika membeli,menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah
melakukan hal-hal di atasatau kegiatan mengevaluasi.Perilaku konsumen
merupakan hal penting yang harus diperhatikan olehprodusen dengan tujuan
memberikan kepuasan kepada konsumen.Mempelajariperilaku konsumen berarti
9
mempelajari bagaimana konsumen membuat keputusandengan menggunakan
sumberdaya yang dimiliki (waktu, uang, dan usaha) untukmemperoleh produk dan
jasa yang mereka inginkan.Dimana didalamnyamenyangkut pembahasan tentang
jenis alasan, waktu, tempat, dan frekuensipemakaian suatu produk barang dan
jasa. Perilaku konsumen mencerminkantanggapan mereka terhadap berbagai
rangsangan dari produk dan dari merekasendiri yang berupa pengaruh lingkungan,
perbedaan individu, dan prosespsikologis.
2.2. Preferensi Konsumen
Preferensi konsumen didefinisikan sebagai pilihan suka atau tidak sukaoleh
seseorang terhadap suatu produk barang atau jasa yang dikonsumsi.
MenurutKotler (2000), preferensi konsumen menunjukkan kesukaan konsumen
dariberbagai pilihan produk yang ada. Teori preferensi digunakan untuk
menganalisistingkat kepuasan bagi konsumen, misalnya bila seseorang konsumen
inginmengkonsumsi produk dengan sumberdaya terbatas maka ia harus
memilihalternatif sehingga nilai guna atau utilitas yang diperoleh mencapai
optimal.Preferensi konsumen dapat diketahui dengan mengukur tingkat kegunaan
dan nilai relatif penting setiap atribut yang terdapat pada suatu produk.Atribut
fisik yang ditampilkan pada suatu produk dapat menimbulkan daya tarik pertama
yang dapat mempengaruhi konsumen.
Preferensi konsumen dapat diketahui dengan mengukur tingkat kegunaandan nilai
relatif penting setiap atribut yang terdapat pada suatu produk.Atributfisik yang
ditampilkan pada suatu produk dapat menimbulkan daya tarik pertama yang dapat
10
mempengaruhi konsumen.Penilaian terhadap produk menggambarkansikap
konsumen terhadap produk tersebut dan sekaligus dapat mencerminkanperilaku
konsumen dalam membelanjakan dan mengkonsumsi suatu produk.Konsumen
memiliki sikap berbeda-beda dalam menimbang atribut yangdianggap penting.
Mereka akan memberikan perhatian terbesar pada atribut yangmemberikan
manfaat-manfaat yang dicarinya. Pasar sebuah produk seringdisegmentasikan
berdasarkan atribut yang menonjol dalam kelompok konsumenyang berbeda
(Kotler, 2000).
Menurut Supranto (2001), metode Importance and Performance Analysis IPA
digunakan untuk menentukan preferensi konsumen mengenai atribut mutu beras.
Metode Importance and Performance Analysis (IPA) atau Analisis Tingkat
Kepentingan dan Kinerja menggambarkan kinerja sebuah merek dibandingkan
dengan harapan dan tingkat kepentingan yang didepresiasikan dalam matrik
IPA.Tingkatkepentingan yang dimaksud adalah seberapa penting suatu atribut
bagi pelanggan.Sedangkan tingkat kinerja adalah kinerja aktual dari atribut yang
dirasakan olehkonsumen.Tingkat kinerja ini erat kaitannya dengan penilaian
konsumen. Apabila skor tingkat kinerja sesungguhnya lebih atau sama dengan
harapan atau tingkat kepentingan maka responden dikategorikan puas sedangkan
bila tingkat pelaksanaan sesungguhnya kurang dari harapan atau tingkat
kepentingan responden dikategorikan tidak puas (Rangkuti, 2006).
Menurut Rangkuti (2006), matriks IPA diperlukan untuk penjabaran tingkat
kinerja dan kepuasan konsumen. Kuadran I merupakan daerah prioritas utama,
kuadran II merupakan daerah yang harus dipertahankan, kuadran III merupakan
11
daerah prioritas rendah, dan kuadran IV merupakan daerah berlebihan.Bentuk
matriks IPA disajikan pada diagram berikut.
Menurut Rangkuti (2006), bentuk matriks Importance Performance Analysis
(IPA) terbagi atas empat kuadran, yaitu :
1. Prioritas Utama
Atribut yang berada pada kuadran ini memiliki tingkat kepentingan yang cukup
tinggi, namun memiliki kinerja di bawah rata-rata atau dinilai konsumen kurang
memuaskan. Dengan demikian, kinerja atribut-atribut yang berada pada kuadran
ini harus ditingkatkan agar dapat memuaskan konsumen.
2. Pertahankan Prestasi
Atribut pada kuadran II menjadi kekuatan produk karena memiliki tingkat
kepentingan dan kinerja yang tinggi.Semua atribut harus tetap dipertahankan
karena atribut-atribut ini merupakan keunggulan dari produk tersebut.Kuadran ini
menjelaskan wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap penting oleh
konsumen dan faktor-faktor dinggap oleh konsumen sudah sesuai dengan yang
Kuadran I(Prioritas Utama)
Kuadran II(Prioritas Prestasi)
Kuadran III(Prioritas Rendah)
Kuadran IV(Berlebihan)
Penting
TidakPenting
KEPENTINGAN
Tidak Baik BaikKINERJA
12
dirasakannya sehingga tingkat kepuasannya relative tinggi.Kinerja suatu variabel
dan diharapkan konsumen berada pada tingkat tinggi sehingga perusahaan cukup
mempertahankan kinerjanya.
3. Prioritas Rendah
Kuadran III adalah wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap kurang
penting oleh pelanggan dan pada kenyataannya kinerjanya tidak terlalu
istimewa.Kinerja suatu variabel dan harapan konsumen berada pada tingkat
rendah sehingga perusahaan belum perlu melakukan perbaikan.Atribut pada
kuadran III memiliki tingkat kepentingan dan kinerja yang relatif
rendah.Peningkatan kinerja atribut-atribut yang termasuk pada kuadran ini
sebaiknya dilakukan setelah kinerja atribut-atribut pada kuadran I telah
ditingkatkan sehingga sesuai dengan harapan konsumen karena peningkatan
kinerja atribut-atribut pada kuadran III dianggap tidak penting oleh konsumen.
4. Berlebihan
Atribut yang berada pada kuadran ini adalah atribut yang memiliki kinerja relatif
baik namun tingkat kepentingannya rendah.Kinerja atribut-atribut pada kuadran
ini dianggap berlebihan oleh konsumen sehingga investasi pada atribut-atribut
pada kuadran ini sebaiknya dialihkan pada peningkatan kinerja atribut-atribut
pada Kuadran I.
2.4. Beras Analog
Beras analog adalah produk olahan yang dapat dibuat dari sebagian atau
seluruhnya bahan non-beras (Mishra et al. 2012 dalam Budijanto dkk. 2015),
13
sedangkan Budijanto dan Yuliyanti (2012) menyatakan beras analog yang
berbentuk seperti butiran beras dapat dibuat dari seluruhnya tepung non-beras.
Beras analog merupakan tiruan dari beras yang terbuat bahan-bahan seperti umbi-
umbian dan serealia yang bentuk maupun komposisi gizinya mirip seperti beras.
Khusus untuk komposisi gizinya, beras analog bahkan dapat melebihi apa yang
terkandung pada beras (Budijanto, 2012). Beras analog merupakan produk kering
dengan usia simpan yang cukup lama (hingga satu tahun). Cara penyajian beras
analogsama seperti nasi hanya perlu dikukus selama 15-20 menit. Beras analog
dikonsumsi sebagai makanan pokok pendamping beras serta digunakan sebagai
makanan cadangan oleh sebagian masyarakat.
Pada pembuatan beras analog menggunakan teknologi ekstrusi, yaitu suatu proses
yang melibatkan pencampuran bahan dibawah pengaruh kondisi operasi pen-
campuran dan pemanasan dengan suhu tinggi (Mishra et al. 2012; Budijanto &
Yulianti 2012). Pada tahap ekstrusi adonan akan mengalami proses pemanasan
lagi pada suhu yang sedikit lebih tinggi dibanding proses sebelumnya. Pembuatan
beras analog dengan proses ekstrusi bisa dilakukan dengan ekstruder ulir tunggal
maupun ulir ganda. Namun ekstruder ulir ganda lebih banyak digunakan karena
mempunyai kemampuan dan fleksibilitas yang lebih besar untuk mengendalikan
parameter proses dan produk. Desain yang fleksibel memungkinkan perawatan
screwdan barrellebih cepat dan mudah (Budijanto et al. 2013).
Untuk menghasilkan beras analog yang memiliki sifat-sifat kimia fisika,
penanakan dan tekstur yang mirip dengan beras perlu memperhatikan beberapa
variabel dan parameter yang terlibat dalam proses ekstrusi. Variabel-variabel
14
tersebut meliputi variabel input yang terdiri dari komposisi bahan (pati, protein,
serat, lemak), kadar air, ukuran partikel dan aditif dan variabel proses yang
berkaitan dengan kondisi operasional proses seperti suhu, kecepatan screw,laju
alir umpan dan kecepatan pisau potong. Sedangkan parameter sistem ekstrusi
mencakup specific mechanical energy(SME), energi thermal,waktu tinggal,
viskositas lelehan, suhu dan tekanan produk, luas bukaan diedan juga hambatan
aliran. Parameter output proses ekstrusi lainnya adalah gelatinisasi adonan di
dalam barrelekstruder, kadar air dan suhu produk (Budijanto et al. 2013). Namun
semua karakterisitk produk tersebut hanya dipengaruhi secara langsung oleh
empat parameter pengolahan kritis yaitu: kadar air adonan di dalam proses
ekstrusi, energi mekanik masuk, energi panas masuk dan waktu tinggal bahan di
dalam barrel ekstruder (Budijanto et al. 2013).
2.4.1. Proses Pembuatan Beras Analog
Beras analog merupakan beras yang berbahan bakusingkong. Beras analog
berbentuk butiran seperti beras pada umumnya, yang diharapkan dapat menjadi
alternatif pengganti beras. Proses pembuatan beras analog menurut Saptomi
(2017)adalah sebagai berikut:
A. Pembuatan Tepung Tapioka dan Tepung Ubi Kayu
Tepung bikayu ditentukan oleh kadar air, kotoran, derajat putih, dan kekentalan.
Ubi kayu muda menghasilkan tepung dengan kekentalan rendah.Umur ubi kayu
yang baik untuk pembuatan tepung ubi kayu adalah minimal 8 bulan. Tahapan
pembuatan tepung tapioka dan tepung ubi kayu adalah:
15
a. Pengupasan dan pencucian ubi kayu
Ubi kayu dikupas dengan manual menggunakan pisau dengan cara menyayat kulit
ubi kayu untuk membuang kulitnya, ubi kayu selanjutnya dicuci hingga bersih
dengan air mengalir untuk membuang sisa kulit dan kotoran tanah. Pengupasan
ubi kayuyang masih segar relative lebih mudah.Proses pengupasan dan pencucian
ubi kayu disajikan pada Gambar 1.
(a) (b)Gambar 1. Proses pengupasan ubi kayu (a) dan pencucian ubi kayu
2. Pemarutan
Ubi kayu setelah dicuci bersih selanjutnya diparut dengan menggunakan alat
pemarut.Pemarutan ini dimaksudkan agar permukaan menjadi luas dan
mempermudah dalam ekstraksi pati. Proses pemarutan ubi kayu disajikan pada
Gambar 2.
Gambar 2. Proses pemarutan ubi kayu
16
3. Pemerasan
Ubi kayu yang sudah diparut kemudian di peras untuk memisahkan antara serat
kasar dan pati ubi kayu.Pemerasan selanjutnya dilakukan dengan pengepresan
menggunakan alat pengepes hal ini dilakukan agar terekstrak sempurna. Proses
pemerasan ubi kayu disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3. Proses pemerasan ubi kayu
4. Pengendapan
Pati ubi kayu hasil pemerasan dan pengepresan selanjutnya direndam untuk
memisahkan air dan pati yang selanjutnya pati akan dikeringkan dan digunakan
untuk bahan pencampur pembuatan beras analog. Proses pengendapan pati ubi
kayu disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4. Proses pengendapan pati ubi kayu
17
5. Pengeringan
Ampas hasil pemerasan selanjutnya dikeringkan, pengeringan ini masih
menggunakan pengering matahari yang tergantung pada cuaca.Penjemuran
dilakukan 3-4 hari dengan kondisi panas yang stabil, jika panas tidak stabil dapat
memakan waktu lebih lama lagi.Proses pengeringan bertujuan untuk mengurangi
kandungan air pada ampas ubi kayu. Kadar air yang aman dari serangan jamur
atau cendawan yaitu sekitar 13-14%. Proses pengeringan ampas ubi kayu dan
tepung tapioca disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5. Proses pengeringan ampas ubi kayu dan tepung tapioka
6. Penggilingan/Penepungan
Ampas ubi kayu dan tapioka yang telah kering kemudian di giling dengan
menggunakan mesin penggiling, hal ini dilakukan agar berbentuk tepung.Setelah
di giling selanjutnya di ayak agar menghasikan tepung ubi kayu dan tepung ubi
kayu yang halus.Gambar tepung ubi kayu dan tepung tapioka disajikan pada
Gambar 6.
18
Gambar 6.Tepung ubi kayu
B. Proses Pembuatan Beras Analog “Beras Siger Unila”
1. Pembuatan Adonan
Tepung ampas ubi kayu selanjutnya di buat adonan dengan menambahkan tepung
tapioka, air dan emulsifier kemudian dihomogenkan dengan tangan.Pengadukan
dilakukan terus hingga diperoleh adonan yan kalis dan homogen.Penambahan air
dilakukan secara tepat agar air tidak terlalu banyak dan terlalu sedikit.Jika iar
kebanyakan maka menghasilkan adonan yang lembek dan lengket dalam
pencetakan butiran dan jika terlalu sedikit maka hasil cetakan menjadi mudah
patah. Proses pembuatan adonan beras analogdisajikan pada Gambar 7
(a) (b)Gambar 8.Penimbangan tepung ubi kayu (a) danpengadukan adonan (b)
8. Pengukusan
Adonan bahan selanjutnya dikukus dalam panci. Pengukusan tersebut bertujuan
agar terjadi proses gelatinisasi pati sehingga bahan dapat menyatu menjadi butiran
19
beras. Pengukusan yang singkat menyebabkan pati belum tergelatinisasi sempurna
sehingga butiran menjadi hancur saat dimasak. Proses pengukusan disajikan pada
Gambar 9.
Gambar 9. Proses pengukusan adonan
9. Pencetakan butiran beras
Pencetakan butiran beras siger dari adonan yang sudah homogen dengan
menggunakan alat ekstruder, adonan dimasukkan ke alat kemudian keluar
melewati lubang ukuran 2x6 mm , kemudian dipotong dengan pisau berputar.
Proses pencetakan butiran disajikan pada Gambar 10.
(a) (b)
Gambar 10. Proses pencetakan butiran beras analog (a) dan mesin ekstruder (b)
20
10. Pengeringan
Butiran beras siger yang keluar dari alat pengukus kemudian dikeringkan dengan
memanfaatkan sinar matahari.Pengeringan beras siger dimaksudkan untuk
memperpanjang daya simpan produk. Proses pengeringan disajikan pada Gambar
11.
Gambar 11. Proses pengeringan
11. Pengemasan
Pengemsan merupakan aspek yang sangat penting pada pembuatan bers siger.
Dengan mengemas produk akan memberikan kemudahan bagi konsumen dalam
menikmati produk dan memberikan ketahanan terhadap kerusakan selama
distribusi maupun penyimpanan produk. Kemasan yang digunakan untuk
mengemas produk beras siger adalah plastik transparan. Kemasan ini dapat
mencegah masuknya udara luar ke dalam kemasan.Beras analog yang telah
dikemas disajikan pada Gambar 12.
21
Gambar 12.Hasil pengemasan beras siger
Pembuatan beras analog menurut Novia (2012) adalah sebagai berikut :
a. Pengupasan dan pencucian
Pengupasan singkong dilakukan secara manual menggunakan pisau dengan cara
menyayat kulit singkong secara membujur sepanjang umbi. Setelah disayat,
bagian kulit singkong dikelupas dari bagian utama umbi.
b. Pengirisan dalam bentuk chips
Pengirisan dalam bentuk chips dilakukan agar dalam proses pengeringan singkong
tersebut dapat lebih cepat kering. Pengirisan dilakukan dengan cara memotong
atau mencacah singkong menjadi ukuran yang lebih kecil. Pemotongan atau
pencacahan dilakukan dengan menggunakan golok ataupun mesin pemotong.
Proses ini akan menghasilkan gaplek chips yang berdiameter kurang dari 1 cm
dengan ukuran panjang kurang dari 5 cm.
c. Pengeringan
Setelah singkong benar-benar bersih dari kulitnya, dijemur dengan terik matahari
atau mesin pengering.Penjemuran dilakukan 3-4 hari dengan kondisi panas yang
22
stabil, jika kondisi panas tidak stabil dapat memakan waktu lebih lama lagi. Pada
tahap pengeringan ini agar tetap menjaga warna singkong tetap putih bersih
selama proses pengeringan singkong disirami air sedikit demi sedikit agar tidak
tumbuh jamur pada daging singkong.
d. Perendaman
Perendaman adalah proses selanjutnya setelah singkong menjadi kering.
Perendaman ini dilakukan menggunakan garam agar zat asam yang terkandung di
dalam singkong dapat dipecahkan. Proses perendaman dilakukan selama kurang
lebih 2 hari.
e. Pengeringan
Pengeringan dilakukan kembali dengan tujuan untuk mengeringkan singkong
yang telah direndam, proses pengeringan pada tahap ini umumnya hanya sebentar
yaitu selama satu hari.
f. Penggilingan
Singkong yang telah kering selanjutnya digiling dengan mesin penggiling hingga
halus sehingga menghasilkan tepung singkong.
g.Pembentukan butiran
Tepung singkong tersebut selanjutnya akan dibuat butiran, pembuatan ini dapat
menggunakan alat tradisional berupa tampah dan alat modern menggunakan
mesin granul. Dalam pembentukan butiran, dapat ditambahkan tepung jika hasil
gilingan dianggap terlalu lembek.
23
h. Pengeringan lanjutan
Setelah berupa butiran seperti beras, maka dilakukan pengeringan kembali untuk
mengurangi kadar air yang masih terkandung. Pengeringan yang ke dua ini tidak
memakan waktu yang lama hanya sekitar 2-3 jam.
i. Pengukusan dan pendinginan
Butiran yang telah setengah kering lalu ditempatkan di kukusan untuk kemudian
dikukus hingga matang.Kematangan butiran ditandai dengan perubahan warna
yang sebelumnya berwarna putih menjadi kuningkecoklatan. Setelah dikukus,
butiran-butiran akan mengalami penggumpalan sehingga perlu di dinginkan
terlebih dahulu agar kemudian dapat dibentuk menjadi butiran-butiran kembali.
j. Pengeringan setelah pengukusan
Pengeringan kali ini dimaksudkan untuk mengeringkan butiran agar nantinya
beras analog mempunyai daya simpan yang lama yaitu berkisar 2 sampai 4 tahun
masa penyimpanan.
k. Pengemasan
Setelah menjadi beras analog, beras analog dapat dimasukkan ke dalam kemasan
untuk dijual kepada masyarakat.Pengemasan haruslah rapi agar para konsumen
tertarik untuk membeli
32
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di industri kecil beras analog Way Kandis dan Universitas
Lampung. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive).
Waktu yang digunakan dalam penelitian adalah April-Juli 2017.
3.2. Metode Penelitian dan Pengumpulan Data
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dan wawancara. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan metode penelitian deskriptif yang dilakukan
secara survei. Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif,
dengan data primer berupa hasil wawancara dan data skunder dari literatur.
Metode analisis data yang digunakan untuk analisis kelayakan finansial adalah
kriteria investasi (Net B/C, NPV, IRR, PBP), selain itu dilakukan analisis dari
aspek teknis, teknologi, manajemen, pasar dan pemasaran, aspek lingkungan, dan
analisis sensitivitas.
Metode yang digunakan untuk mengkaji preferensi konsumen adalah dengan
metode survey preferensi konsumen terhadap produk beras siger. Survey
preferensi konsumen dilakukan secara sengaja. Instrumen utama yang digunakan
33
dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner, yang disusun untuk
mengidentifikasi dan menganalisis preferensi konsumen beras siger di Lampung.
Jenis kuesioner tersebut adalah pertanyaan terstruktur dan pertanyaan tidak
terstruktur. Pertanyaan terstruktur adalah pertanyaan yang jawabannya telah
ditentukan sebelumnya, sehingga responden cukup memilih jawaban yang telah
disediakan pada pertanyaan tersebut. Sedangkan pertanyaan tidak terstruktur
adalah daftar pertanyaan yang memberi kebebasan kepada responden untuk
menjawab pertanyaan itu dengan cara yang bebas, menurut pengertiannya sendiri,
menurut logikanya sendiri, dengan memakai istilah dan gaya bahasanya sendiri.
Data yang diperoleh ditabulasikan, disajikan dalam bentuk table dan dianalisis
dengan menggunakan importance performance analysis (IPA) dan analisis
deskriptif.
3.3 Metode Analisis Data
Metode analisis data dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif
digunakan untuk mengetahui aspek kelayakan usaha seperti teknis dan teknologi,
aspek manajemen, aspek lingkungan, aspek pasar dan pemasaran tersebut. Metode
kuantitatif dilakukan dengan perhitungan data yang diperoleh kemudian diolah
dengan menggunakan angka kuantitatif. Penggunaan angka kuantitatif pada
analisis kelayakan ini untuk mengetahui kelayakan finansial usaha beras analog.
Sedangkan untuk mengkaji preferensi konsumen menggunakan analisis deskriptif
dan Importance Performance Analysis (IPA).
78
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan penelitian ini adalah :
1. Hasil analisis kelayakan finansial dinyatakan layak, terbukti dengan nilai NPV
yang positif pada diskon faktor 0,9%, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga
yang berlaku, dan nilai Net B/C Ratio lebih besar dari satu. Payback Period
menunjukkan bahwa usaha ini akan mengembalikan investasi dalam waktu
2,73 tahun. Hasil analisis kelayakan teknis lokasi pendirian pabrik akan
didirikan di Kelurahan Way Kandis, Jl. Tirtaria Kelurahan Way Kandis Bandar
Lampung dan teknologi proses pengolahan tergolong sederhana semi modern.
2. Hasil analisis preferensi konsumen atribut yang termasuk pada kuadran I
adalah promosi. Kuadran II terdapat enam atribut yaitu harga, manfaat,
motivasi, kemudahan membeli, komposisi, dan anggota keluarga. Atribut yang
termasuk pada kuadran III adalah bonus, merk, informasi, tempat, tenaga
penjual, orang lain, dan teman. Tidak ada atribut yang terletak pada kuadran
IV. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja beras analog tidak ada yang berlebihan
dan tidak perlu menurunkan atribut.
79
5.2. Saran
Berdasarkan hasil yang telah disimpulkan di atas, penulis memberikan saran
apabila industry ini akan dijalankan maka perlu dibuat standar parameter proses
pengolahan beras siger dan dilakukan uji umur simpan beras analog tersebut.
80
DAFTAR PUSTAKA
Atmaja, A., A. F. Sunartono, dan Mustapit. 2012. Analisis Perilaku KonsumenProduk Beras Cerdas CV. An-Nahlah di KabupatenJember. Berkala IlmiahPertanian: Vol x: No x
Astuti, E.P. 2008. Analisis Preferensi dan Kepuasan Konsumen Terhadap BerasDi Kecamatan Mulyorejo Surabaya Jawa Timur.Fakultas Pertanian. IstitutPertanian Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2007. Indikator Kesejahteraan Rakyat Indonesia.Jakarta :BPS.
Budijanto, S. 2012. Beras dari Tepung Nonpadi. Jurnal Balai Besar Penelitian danPengembangan Pasca Panen. Bogor.
Budijanto, S. F.S. Budi., P. Hariyadi., D. Syah.2013.Teknologi Proses Ekstrusiuntuk Membuat Beras Analog. Majalah Pangan. 22(3): 263-274.
Budijanto, S., S. Noviasari., F. Kusnandar., A. Setiyono. 2015. Beras AnalogSebagai Pangan Fungsional dengan Indeks Glikemik Rendah. Jurnal GiziPangan. 10(3) : 225-232.
Engel, J, F., dan D. Roger.1995.Perilaku konsumen edisi keenam Jilid 1. BinarupaAksara.
Halim. 2012. Beras Siger, Nasiatau Singkong?. http://www.polinela.ac.id/.Diakses 14 Desember 2016.
Hidayat, B. 2016. Prospek Pengembangan dan Teknologi Pengolahan Beras Siger.Pidato Ilmiah. UP Politeknik Negri Lampung. Bandar Lampung
Kotler, P. 2002. Marketing Management, Millenium Edition. Nort WesternUniversity. New Jersey, Prentice Hall inc.
Kotler, P. K. danL. Kevin.2012.Marketing and Management. USA: PT. PearsonEdition. Kotler, Philip & Keller, L. Kevin.(2009). ManajemenPemasaran.Ed isi 13, Jilid 1. Jakarta: Pearson Education,Inc
81
Kusuma, P. dan N. K. I. Mayasti. 2014. Analisa Kelayakan FinansialPengembangan Usaha Produksi Komoditas Lokal: Mie Berbasis Jagung.Jurnal AGRITECH. Vol. 34( 2): 194-202.
Maulidah, S., dan F. Kusumawardani. 2011. NilaiTambah Agroindustri BelimbingManis (Averrhoacarambolal.) dan Optimalisasi Output sebagai UpayaPeningkatan Pendapatan.Jurnal AGRISE. 10 (1).
Mukti, N. 2017.Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Beras Siger.Skripsi.Fakultas Pertanian.Universitas Lampung.
Novia,W., W. A. Zakariadan D. A. H. Lestari. 2013.Analisis Nilai TambahdanKelayakan Pengembangan Agroindustri Beras Siger.Jurnal Ilmu-IlmuAgribisnis. 1 (3): 210-217.
Rahman, A. 2001.Preferensi Konsumen terhadap Produk Kripik Talas(ColoscasiaEsculenta) yang Berbentuk Chips. Skripsi Fakultas TeknologiPertanian. IPB. Bogor.
Rangkuti. 2006. The Power of Brands. Teknik Mengelola Brand Equity danStrategi Pengembangan Merek. Gramedia. Jakarta.
Sanusi, B. 2000. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penerbit FakultasEkonomi. Universitas Indonesia. Jakarta.
Saptomi, A. 2017. Kajian Penggunaan Asam Askorbat dan Lama Pengukusanterhadap Kualitas Beras Siger dari Ubi Kayu. (Skipsi). Fakultas Pertanian.Universitas Lampung.
Simamora. B. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta : PT.GramediaPustakaUtama.
Soetanto, 2001.PengolahanSingkong. Jakarta :BalaiPustakadan Media Wiyata.
Suharjito, Sundawati, danUtami. 2008. Aspek Sosial Ekonomi dan BudayaAgroforestri. ICRAF. Southeast Asia. Bogor.
Sulistyo, T A., E. Chumaidiyah, dan A. Pamoso. 2015. Analisis Kelayakan UsahaPengembangan Budidaya Ikan Lele Lele unutuk Perusahaan X diKabupaten Bandung. Universitas Telkom.
Sumarwan. U. 2004. PerilakuKonsumen :TeoridanPenerapannyadalamPemasaran.Bogor. Ghalia. Indonesia.