52
ANALISIS KECEPATAN AKSES 4G
LONG TERM EVOLUTION (LTE) AREA
MAKASSAR Muh. Zainal Altim1, Muhammad Radhin Mukhtar, Faisal
1Staf Pengajar, Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muslim Indonesia, Jln. Urip Sumoharjo 90231 INDONESIA
(telp: 0411-443685; fax: 0411-443685) ; e-mail: [email protected]
ABSTRACT
The needs of the Indonesian people for information and communication continue to grow rapidly as is the need for fast
data packet communication. The development of communication technology has entered the 4G LTE era. Some of the
advantages carried by 4G technology with LTE networks, one of which is download access speeds of up to 100 Mbps. This
research explains the differences in the uplink / downlink speed of the two 4G LTE provider operators in the Makassar city
area and conducts signal testing at four sites that have been covered by the 4G LTE network in the Makassar city area by
using the "Open Signal" and "G-Net Track Lite" applications ".
Keyword : 4G LTE, download, upload, SNR
ABSTRAK
Kebutuhan masyarakat Indonesia akan informasi dan komunikasi terus berkembang pesat seperti kebutuhan komunikasi
paket data yang cepat. Perkembangan teknologi komunikasi telah memasuki era 4G LTE. Beberapa kelebihan diusung oleh
teknologi 4G dengan jaringan LTE, salah satunya adalah kecepatan akses download hingga 100 Mbps.
Penelitiaan ini memaparkan perbedaan kecepatan uplink / downlink dua operator penyedia 4G LTE di wilayah kota
Makassar dan melakukan pengujian sinyal di empat site yang sudah ter-cover jaringan 4G LTE di wilayah kota Makassar
dengan menggunakan aplikasi “Open Signal” dan “G-Net Track Lite”.
Kata Kunci : 4G LTE, download, upload, SNR,
I. PENDAHULUAN
Kebutuhan akan komunikasi paket data sangat
meningkat. Dimulai sejak generasi kedua, di era
GPRS, konsumen mulai diperkenakan dengan
komunikasi paket data. Kemudian, 3GPP Long Term
Evolution (LTE) adalah nama yang diberikan utuk
standar teknologi komunikasi yang di kembangkan
3GPP untuk mengatasi peningkatan permintaan
kebutuhan layanan telekomunikasi. LTE merupakan
lanjutan evolusi 2G dan 3G sistem, serta untuk
menyediakan layanan dengan kualitas yang sama
dengan wired.
Jaringan 4G (4G network) adalah jaringan
nirkabel untuk komunikasi mobile. Jaringan ini
dimaksudkan sebagai solusi jaringan komunikasi yang
komprehensif dan aman dengan kecepatan data yang
jauh lebih cepat dari generasi sebelumnya.
Beberapa kelebihan diusung oleh teknologi 4G
dengan jaringan LTE. Dibandingkan dengan teknologi
3G yang hanya memiliki kecepatan akses data 7.2
Mbps. 4G dapat memiliki kecepatan akses hingga 10
kalinya. Secara teori teknologi ini dapat menghasilkan
kecepatan download hingga 100 Mbps. Kelebihan lain
yang dimiliki oleh teknologi 4G yang menggunakan
jaringan LTE adalah dapat menghemat biaya
pengeluaran bagi operator yang sudah memiliki
jaringan 3G dan HSDPA, memiliki jaringan yang
cukup luas dan layanan data broadband dalam skala
besar.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Teknologi Generasi 4G Long Term Evolution
(LTE)
4G merupakan pengembangan dari teknologi 3G.
Nama resmi dari teknologi 4G ini menurut IEEE
(Institute of Electrical and Electronics Engineers)
adalah ’3G and beyond’. Sistem 4G menyediakan
solusi IP yang komprehensif dimana suara, data, dan
arus multimedia dapat sampai kepada pengguna kapan
saja dan dimana saja, pada rata-rata data lebih tinggi
dari generasi sebelumnya. (Fadli, 2012)
LTE merupakan suatu teknologi seluler dari 3G ke
4G. Standar basis LTE dikembangkan oleh 3rd
Generation Partnership Project (3GPP). Seiring dengan
perkembangan telekomunikasi standar 3GPP
mengeluarkan berbagai spesifikasi hingga muncul
teknologi LTE pada akhir tahun 2008, di beberapa
daerah LTE telah beroperasi pada frekuensi 700 MHz,
1800 MHz, dan 2100 MHz. (Achmad Reza Irianto,
2014).
LTE dibangun untuk peningkatan efisiensi,
penigkatan layanan, pemanfaatan spectrum lain dan
integrasi yang lebih baik. Hasil LTE ini adalah berupa
evolusi release 8 dari UMTS standard termasuk
53
modifikasi dari sistem UMTS. LTE ini menjadi
evolusi lanjutan dari 3G yang mampu melakukan
upload dan download dari telelpon selular dengan
kecepatan ratusan Mbps.
a) Orthogonal Frequency Division Multiple Access
(OFDMA)
Teknologi LTE Menggunakan OFDM-based pada
suatu air interface yang sepenuhnya baru, dan
merupakan suatu langkah yang radikal dari 3GPP.
Teknologi OFDM-based dapat mencapai data rates
yang tinggi dengan implementasi yang lebih
sederhana menyertakan biaya relatif lebih rendah
dan efisiensi konsumsi energi pada perangkat
kerasnya. LTE menerobos batasan lebar saluran
dengan mengembangkan bandwidth yang
mencapai 20 MHz. Sedangkan nilai capaian antena
pada bandwidth di bawah 10 MHz, HSPA+ dan
LTE memiliki performa yang sama. LTE
mengembangkan teknologi OFDM yang memisah
kanal 20 MHz ke dalam beberapa narrow sub
kanal. Masing-Masing narrow sub kanal dapat
mencapai kemampuan maksimumnya dan sesudah
itu sub kanal mengkombinasikan untuk
menghasilkan total data keluarannya. OFDMA
dapat dilihat pada gambar 1. dibawah ini :
Gbr 1 Orthogonal Frequency Division Multiple Access
b) Single Carrier Frequency Division Multiple Access
(SCFDMA)
Single Carrier Frequency Division Multiple Access
(SCFDMA) merupakan modifikasi dari OFDMA
yang digunakan pada teknologi LTE pada sisi
uplink. Pada sisi transmitter data yang berupa
simbol dibuat dari domain waktu ke domain
frekuensi menggunanakan Discrete Fourier
Transform (DFT). Setelah dilakukan pemetaaan
dari resources didalam frekuensi domain data
diubah kembali kedalam domain waktu dengan
menggunakan IFFT. Kemudian data ditransmisikan
dengan ortoghonal subcarrier seperti pada
OFDMA hanya saja yang membedakan disini
adalah SCFDMA subcarrier ditransmisikan secara
berurutan (sequential) tidak paralel seperti pada
OFDMA. Dapat dilihat pada gambar 2. dibawah ini
:
Gbr 2 Transmitter dan Receiver SCFDMA
c) Multiple Input Multiple Output (MIMO)
Sistem antena MIMO merupakan metode pada
suatu layanan broadband sistem wireless memiliki
kapasitas lebih tinggi serta memiliki performa dan
keandalan yang lebih baik. MIMO adalah salah
satu contoh teknologi dengan kualitas yang baik
dari LTE pada kecenderungan teknologi yang
berkembang saat ini. Saat ini fokus adalah untuk
menciptakan frekuensi yang dapat lebih efisien.
Teknologi seperti MIMO dapat menghasilkan
frekuensi yang efisien yaitu dengan mengirimkan
informasi yang sama dari dua atau lebih pemancar
terpisah kepada sejumlah penerima, sehingga
mengurangi informasi yang hilang dibanding bila
menggunakan sistem transmisi tunggal.
Pendekatan lain yang akan dicapai pada sistem
MIMO adalah teknologi beam forming yaitu
mengurangi gangguan interferensi dengan cara
mengarahkan radio links pada penggunaan secara
spesifik. Fleksibilitas di dalam penggunaan
spektrum adalah suatu corak utama pada teknologi
LTE, tidak hanya bersifat tahan terhadap
interferensi antar sel tetapi juga penyebaran
transmisi yang efisien pada spektrum yang tersedia.
B. Kelebihan Teknologi 4G LTE
Ada beberapa kelebihan teknologi LTE 4G yang
sangat berbeda dengan teknologi sebelumnya, antara
lain:
a. Tingkat download sampai dengan 299.6 Mbis/s
dan tingkat upload hingga 75.5 Mbps/s tergantung
pada katergori perangkat yang digunakan.
b. Peningkatan dukungan untuk mobilitas, sebagai
contoh dukungan untuk terminal bergerak hingga
350km/jam atau 500 km/jam tergantung pita
frekuensi.
c. Dukungan untuk semua gelombang frekuensi yang
saat ini digunakan oleh sistem IMT dan ITU-R
d. Di daerah kota dan perkotaan, frekuensi band yang
lebih tinggi (seperti 2.6 GHz di Uni Eropa)
digunakan untuk mendukung kecepatan tinggi
mobile broadband.
e. Dukungan untuk MBSFN (Multicast Broadcast
Single Frequency Network). Fitur ini dapat
memberikan layanan seperti Mobile TV
menggunakan infrastruktur LTE, dan merupakan
pesaing untuk layanan DVB-H berbasis siaran TV.
(Saidah, 2012)
C. Arsitektur LTE
Arsitektur LTE dikenal dengan suatu istilah SAE
(System Architecture Evolution) yang menggambarkan
suatu evolusi arsitektur dibandingkan dengan
54
teknologi sebelumnya. Secara keseluruhan LTE
mengadopsi teknologi EPS (Evolved Packet System).
Didalamnya terdapat tiga komponen penting yaitu :
1) User Equipment (UE) adalah perangkat dalam LTE
yang terletak paling ujung dan berdekatan dengan
user. Peruntukan UE pada LTE tidak berbeda
dengan UE pada UMTS atau teknologi
sebelumnya.
2) Evolved UMTS terresterial radio access network
atau E-UTRAN adalah sistem arsitektur LTE yang
memiliki fungsi menangani sisi radio akses dari
UE ke jaringan core. Berbeda dari teknologi
sebelumnya yang memisahkan node B dan RNC
menjadi elemen tersendiri, pada sistem LTE E-
UTRAN hanya terdapat satu komponen yakni
evolved node B (eNode B) yang telah
emnggabungkan fungsi keduanya. eNode B secara
fisik adalah suatu base station yang terletak
dipermukaan bumi (BTS Greenfield) atau
ditempatkan diatas gedung-gedung (BTS roof top).
3) Evolved Packet Core (EPC) adalah sebuah system
yang baru dalam evolusi arsitektur komunikasi
seluler, sebuah system dimana pada bagian core
network menggunakan all-IP. EPC menyediakan
fungsionalitas core mobile yang pada generasi
sebelumnya (2G, 3G) memliki dua bagian yang
terpisah yaitu circuit switch (CS) untuk voice dan
packet switch (PS) untuk data. EPC sangat penting
untuk layanan pengiriman IP secara end to
end pada LTE. Selain itu, berperan dalam
memungkinkan pengenalan model bisnis baru,
seperti konten dan penyedia aplikasi. EPC terdiri
dari MME (Mobility Management Entity), SGW
(Serving Gateway), HSS (Home Subscription
Service), PCRF (Policy and Charging Rules
Function), dan PDN-GW (Packet Data Network
Gateway).
D. Model Propagasi
Kondisi wilayah yang dilalui perambatan
gelombang juga sering diklasifikasikan menjadi
beberapa jenis, antara lain:
1. Daerah Urban, dengan ciri-ciri jumlah bangunan
banyak, rapat, dan tinggi. Terdapat juga pepohonan
yang besar serta merupakan pusat bisnis, di mana
banyak terjadi mobilitas. Terbagi atas Metropolitan
(kota besar), kota sedang, dan kota kecil.
2. Daerah Sub-Urban, dengan ciri-ciri jumlah
bangunan yang banyak namun tidak terlalu tinggi.
Contoh : Perumahan dan pinggiran kota.
3. Rural, dengan ciri-ciri jumlah bangunan sedikit dan
jaraknya saling berjauhan. Contoh: Pedesaan.
E. Model Okumura
Penentuan karakteristik radiowave propagation
didasarkan pada perhitungan redaman propagasi
sebagai fungsi jarak antara pemancar dan penerima.
Namun karena sinyal yang sampai di penerima telah
mengalami berbagai pantulan dan difraksi secara acak,
maka redaman propagasi sebagai fungsi jarak tak bisa
diprediksi. Oleh karena itu, penentuan karakteristik
radiowave propagation ditempuh dengan pengukuran
di beberapa lokasi yang dianggap mewakili seluruh
daerah pelayanan. Model Okumura merupakan salah
satu model yang terkenal dan paling banyak digunakan
untuk melakukan prediksi sinyal di daerah Urban.
Model ini cocok untuk range frekuensi antara 150-
1920 MHz dan pada jarak antara 1-100 km dengan
ketinggian antena BS berkisar 30 sampai 1000 m. (
Salaluddin, 2014 )
Okumura membuat kurva-kurva redaman rata-rata
relatif terhadap redaman ruang bebas pada daerah
Urban melalui daerah quasi-smooth terrain
dengan tinggi efektif antena BS 200 m dan tinggi
antena MS 3 m. Kurva-kurva ini dibentuk dari
pengukuran pada daerah yang luas dengan
menggunakan antena omnidirectional baik pada Base
Station (BS) maupun Mobile Station (MS), dan
digambarkan sebagai fungsi frekuensi (range 100-1920
MHz) dan fungsi jarak dari BS (range 1-100 km).
Karena itu model ini sangat cocok diterapkan pada
daerah Urban dan SubUrban, tetapi kurang bagus jika
untuk daerah rural (pedesaan). Secara umum standar
deviasi hasil prediksi model ini dibanding dengan nilai
hasil pengukuran adalah sekitar 10 dB sampai 14 dB.
F. Model propagasi Walfisch-Ikegami
Model propagasi merupakan suatu cara yang
digunakan untuk memprediksi kekuatan sinyal yang
diterima ketika pemancar dan penerima memiliki
halangan pada jalur line-of-sight antara pemancar
dengan penerima. (Achmad, 2014 )
Model Walfisch-Ikegami merupakan model yang
paling umum digunakan pada daerah urban. Model
propagasi ini dapat digunakan pada frekuensi antara
800-2000 MHz, untuk tinggi antena transmitter hingga
50 meter dan untuk jarak mencapai 5 km.
1. Level Daya Terima
Level Daya Terima Level daya terima adalah
besarnya daya yang diterima atau dipancarkan oleh
transmitter atau receiver. Level daya terima
merupakan batas daya minimum dari sebuah
pemancar yang masih dapat diterima baik oleh
user. Secara matematis level daya terima
ditentukan berdasarkan grafik level daya terima
(Pr), dengan persamaan :
Pr = Pt + Gt - Gr – PL – Gkt – Gk…………… (2.1)
Keterangan:
Pr = Level daya terima (dBm)
Pt = Level Daya pancar (dBm)
Gt = Gain antenna BS (dBi)
Gr = Gain antenna UE (dBi)
PL = Pathloss (dB)
Gkt = Redaman kabel sisi BS (dB)
Gkr = Redaman kabel sisi UE (dB)
2. Signal to Noise Ratio (SNR)
SNR adalah perbandingan antara sinyal yang
dikirim terhadap noise. SNR dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan :
SNR = Pr - N.....................................................(2.2)
55
Keterangan :
SNR = signal to noise ratio (dB)
Pr = daya yang diterima oleh receiver (dBm)
No = daya noise saluran transmisi (dBm)
Sedangkan untuk nilai daya noise (N0), dihitung
dengan menggunakan persamaan :
No = 10. Log10 (k.T. B) + NF …. ……………(2.3)
Keterangan :
No = daya noise saluran transmisi (J Hz atau
watt)
k = konstanta Boltzman (1,38 x 10-23 J/K)
T = temperatur operasi sistem (K)
B = bandwidth sistem (Hz)
NF = Noise figure (Db)
Bandwidth merupakan lebar cakupan frekuensi
yang digunakan oleh sinyal OFDMA dalam media
transmisi. Untuk menghitung nilai bandwidth
sistem dari sejumlah subbcarrier dapat digunakan
Persamaan :
Bsitem ..................(2.4)
Keterangan :
Bsistem = bandwidth sistem (Hz)
R = laju data total (bps)
M = jumlah kemungkinan sinyal
N = jumlah subcarrier
αcp = faktor cyclic prefi
Besarnya nilai SNR sistem yang menggunakan
penambahan cyclic prefix diperoleh dari
Persamaan :
SNRsitem = (1- ) SNR............................. (2.5)
Dengan :
SNRsistem = signal to noise ratio sistem (dB)
SNR = signal to noise ratio (dB)
αcp = faktor cyclic prefix
G. Teorema Shannon-Hartley
Dalam teori informasi, teorema Shannon-Hartley
menyatakan tingkat maksimum atau kondisi optimal
suatu informasi dapat ditransmisikan melalui saluran
komunikasi dengan bandwidth yang ditentukan dan
dengan adanya noise. Noise merupakan penggangu
dalam proses komunikasi. Noise ini dapat
mengakibatkan pesan yang sampai tujuan tidak sama
dengan pesan yang dikirim.
Shannon dan Hartley merumuskan teori kaitannya
antara Kapasitas kanal dengan band terbatas dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
C = B.2log (1+SNR) ......................................... (2.6)
Dimana :
C = Kapasitas Kanal (bps)
B = Bandwidth/Lebar Kanal (Hz)
SNR = Signal to Noise Ratio
Salah satu pengukuran noise yang paling berguna
adalah SNR. SNR adalah perbandingan Daya Signal
(Signal Power) dengan Daya Noise (Noise Power).
SNR dapat digunakan untuk mengevaluasi dan
mengantisipasi effect berlebih dari noise. Makin besar
nilai SNR, makin tinggi kualitas jalur tersebut.
Nilai SNR suatu jalur dapat dikatakan pada umumnya
tetap, berapapun kecepatan data yang melalui jalur
tersebut. Berikut adalah klasifikasi nilai SNR yang
dapat dilihat pada tabel 2.1 Berikut:
TABEL1 Klasifikasi Nilai SNR.
No Standar Nilai
SNR
Klasifikasi Keterangan
1. 29,0 dB – ke
atas
Bagus Sekali Koneksi sangat baik
2. 20,0 dB – 28,9 dB
Bagus Koneksi Stabil
3. 11,0 dB –
19,9 dB
Baik Adanya sinkronisasi
sinyal ADSL
berlangsung lancar
4. 7,0 dB –
10,9 dB
Cukup Baik Rentan terhadap variasi
perubahan kondisi pada
Jaringan
5. 0,0 dB – 6,9 dB
Buruk Sinkronisasi sinyal tidak lancar
Sumber : (I.G.A. Sutresna Mudri,2015)
Satuan SNR adalah dB (Decibel). Dapat dituliskan
pada persamaan yang dapat dihitumg dengan
persamaan berikut :
SNRdB = 10 log (SNR) = 20log ..........................
(2.7)
Dimana : Vs dan Vn adalah Signal Voltage
dan Noise Voltage.
H. Parameter – parameter kualitas jaringan
Kualitas jaringan adalah kemampuan suatu
jaringan untuk menyediakan layanan yang baik dengan
menyediakan bandwith, mengatasi jitter dan delay.
Parameter kualitas jaringan adalah latency, jitter,
packet loss, throughput, MOS, echo cancellation dan
PDD. Terdapat beberapa factor yang dapat
menurunkan nilai QoS, seperti : Redaman, Distorsi,
dan Noise.
Performansi mengacu ke tingkat kecepatan dan
keandalan penyampaian berbagai jenis beban data di
dalam suatu komunikasi. Performansi merupakan
kumpulan dari beberapa parameter besaran teknis,
yaitu :
1. Throughput Yaitu kecepatan (rate) transfer data
efektif, yang diukur dalam bps. Troughput
merupakan jumlah total kedatangan paket yang
sukses yang diamati pada destination selama
interval waktu tertentu dibagi oleh durasi interval
waktu tersebut.
2. Packet Loss, merupakan parameter yang
menggambarkan kondisi jumlah total paket yang
hilang, dapat terjadi karena collision dan
congestion pada jaringan dan hal ini berpengaruh
pada semua aplikasi karena retransmisi akan
mengurangi efisiensi jaringan secara keseluruhan
meskipun jumlah bandwidth cukup tersedia untuk
aplikasi-aplikasi tersebut.
3. Delay (latency) Adalah waktu yang dibutuhkan
data untuk menempuh jarak dari asal ke tujuan.
56
Delay dapat dipengaruhi oleh jarak, media fisik,
kongesti atau juga waktu proses yang lama.
4. Jitter atau variasi kedatangan paket. Hal ini
diakibatkan oleh variasi-variasi dalam panjang
antrian, dalam waktu pengolahan data, dan juga
dalam waktu penghimpunan ulang paket-paket di
akhir perjalanan jitter.
5. Out-of-orderdelivery. Ketika sebuah koleksi paket-
paket terkait disalurkan melalui jaringan, paket
yang berbeda dapat mengambil rute yang berbeda,
masing-masing menghasilkan penundaan yang
berbeda. Hasilnya adalah bahwa paket tiba dalam
urutan yang berbeda dari mereka dikirim.
6. Errors. Kadang-kadang paket yang rusak karena
kesalahan sedikit disebabkan oleh kebisingan dan
interferensi, terutama dalam komunikasi nirkabel
dan kabel tembaga panjang. Receiver harus
mendeteksi ini dan, sama seperti jika paket
dijatuhkan, dapat meminta informasi ini akan
dipancarkan kembali.
7. MOS (Mean Opinion Score). Kualitas sinyal yang
diterima biasanya diukur secara subjektif dan
objektif. Metoda pengukuran subyektif yang umum
dipergunakan dalam pengukuran kualitas speech
coder adalah (Absolute Category Rating (ACR)
yang akan menghasilkan nilai MOS.
8. Echo Cancelation. Untuk menjamin kualitas
layanan voice over packet terutama disebabkan
oleh echo karena delay yang terjadi pada jaringan
paket maka perangkat harus menggunakan teknik
echo cancelation. Persyaratan performansi yang
diperlukan untuk echo canceller harus mengacu
standar internasional ITU G.165 atau G.168.
9. Post Dial Delay (PDD) yang diijinkan kurang dari
10 detik dari saat digit terakhir yang dimasukkan
sampai mendapatkan ringing back.
Terdapat beberapa faktor pengganggu dalam
jaringan yang menyebabkan turunya nilai kualitas
jaringan, yaitu : (1) Redaman, (2) Distorsi, (3) Noise
yang ada dalam jaringan Thermal noise,
Intermodulation noise, dan Impulse noise.
I. Near Far Effect
Near-far effect adalah saat daya dari transmitter
yang terdekat mengganggu kerja dari receiver ketika
menerima sinyal dari transmitter yang jauh. Untuk
kontrol daya yang tidak sempurna, masalah yang
timbul adalah near-far effect, yaitu dimana setiap
pelanggan menggunakan daya pancar yang sama,
maka pelanggan yang terdekat akan mengakibatkan
interferensi yang sangat besar terhadap pelanggan
yang berada jauh, bahkan sering mengakibatkan
tertutupnya sinyal dari pelanggan yang lebih jauh.
Untuk itu diperlukan suatu mekanisme yang dapat
mengatur daya pancar dari setiap MS sehingga daya
tersebut dapat diterima oleh BTS dengan besar daya
yang sama. Pengontrolan daya selalu dilakukan oleh
BTS dengan mengirim daya sinyal secara kontinyu.
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tinjauan Umum 4G LTE di Makassar
Layanan 4G Long Term Evolution (LTE) kota
Makassar masuk dan diresmikan awal juni 2015 oleh
PT. Telkom (Telkomsel). Yang kedua yaitu PT.
Smartfren Telecom (Smartfren) pada Agustus 2015.
Kemudian yang ketiga PT. Indosat Ooredoo (Indosat)
pada November pada tahun 2015. Yang keempat yaitu
PT. Hutchison Tri Indonesia (Tri) pada Maret 2016.
Dan yang terakhir yaitu PT. XL Axiata (XL) pada
November 2016.
Layanan 4G LTE merupakan salah satu upaya
untuk meningkatkan kualitas layanan kepada
masyarakat yang membutuhkan kecepatan akses,
terutama pengguna data, yang beberapa tahun terakhir
pertumbuhannya cukup pesat. Layanan ini
menawarkan theoretical download speed berkecepatan
75 sampai 100 Mbps sehingga mampu mengirimkan
data dengan kecepatan hingga lima kali lipat dari yang
dimiliki jaringan 3G. Secara kualitas.
Makassar merupakan kota ke-enam yang
disambangi oleh jaringan 4G LTE. Akan tetapi di kota
Makassar menjadi yang pertama menyelenggarakan
4G LTE di frekuensi 1.800 MHz. Sementara di kota
lain, yang menyelaggarakan 4G LTE namun di
frekuensi 900 MHz yaitu di kota Jakarta,
Denpasar, Surabaya, Bandung, dan Medan.
B. Map lokasi pengujian aplikasi
Pada daerah Makassar, pengambilan data yang
meliputi daerah urban dan sub-urban. Pengambilan
data kecepatan akses jaringan 4G LTE yaitu site
Pettarani, site Ratulangi, site Unhas, serta site Sudiang.
Site Pettarani dan site Ratulangi Merupakan daerah
Urban yaitu daerah dengan bangunan banyak, rapat,
dan tinggi. Terdapat juga pepohonan yang besar serta
merupakan pusat bisnis, di mana banyak terjadi
mobilitas.
Site Unhas dan site Sudiang adalah Daerah Sub-
Urban, dengan ciri-ciri jumlah bangunan yang banyak
namun tidak terlalu tinggi.
Berikut ini adalah gambar 3.2 map lokasi
pengujian aplikasi
Gbr 3 Map Lokasi pengujian aplikasi
C. Diagram alir penggunaan aplikasi
Pada gambar 3.3 adalah diagram alir pengujian
menggunakan aplikasi :
57
Ggr 4 Diagram Alir Pengujian menggunakan aplikasi
Diagram Alir pengujian kecepatan akses
menggunakan aplikasi, dilakukan dengan :
a. memulai membuka aplikasi.
b. Setelah aplikasi terbuka, maka akan muncul
tampilan display, kemudian tekan test untuk
memulai pengujian kecepatan akses jaringan 4G
LTE.
c. Selanjutnya hasil keceptan yang sudah tampil di
screenshot untuk kemudian dianalisa.
D. Prosedur Pengambilan Data dengan Aplikasi
1. Pengambilan data mengunnakan aplikasi Open
signal
a. Langkah pertama yaitu dengan membuka
aplikasi open signal seperti pada tampilan
display terlihat pada gambar 3.4
Gbr 5. Aplikasi Open Signal
b. Setelah aplikasi terbuka, maka akan muncul
tampilan display seperti pada gambar 3.5.
Tekan “test” agar proses pengambilan data
berjalan.
Gbr 6. Tampilan aplikasi Open Signal
c. Setelah proses pengambilan data selesai,
screenshot hasil pengambilan data seperti pada
gambar 3.6.
Gbr 7 Tampilan hasil pengambilan data menggunakan aplikasi Open
Signal
2. Pengambilan data menggunakan aplikasi G-Net
Track Lite
3.
a. Langkah pertama yaitu dengan membuka
aplikasi G-Net Track Lite seperti terlihat pada
gambar 3.7.
Gbr 8 Aplikasi G-Net Track Lite
b. Maka akan muncul tampilan display seperti
pada gambar 3.8 yang menampilkan hasil
pengujian.
Gbr 9. Tampilan hasil pengujian menggunakan aplikasi G-Net Track
Lite
c. Tahapan selanjutnya adalah melakukan
screenshot untuk pengambilan data SNR
berdasarkan implementasi aplikasi G-Net
Track.
Membuka aplikasi
Tekan test
Mulai
Selesai
Menampilkan hasil test
Screenshot hasil pengujian
58
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasiln analisa dari hasil pengujian data
menggunakan aplikasi Speed Test & 3G 4G WiFi
Maps dan G-Net Track Lite. Data yang diuji berupa
kecepatan akses antara dua operator penyedia layanan
LTE di Makassar. Pengujian dilakukan di empat Site
yang mencakup Site Indoor dan Site Outdoor pada jam
tertentu.
A. Hasil Pengujian dengan Aplikasi pada Site
Pettarani Operator A
Untuk pengujian kecepatan akses jaringan 4G
LTE di gunakan aplikasi “Open Signal” untuk
kecepatan upload dan download, serta untuk nilai SNR
menggunakan “G-Net Track Lite”.
Pengujian pada posisi Indoor dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
TABEL 2 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack
Lite”
Grafik hasil pengujian dapat dilihat pada Gambar
grafik di bawah ini :
Gbr 10 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack Lite”
Pengujian pada posisi Outdoor dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
TABEL 3 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack
Lite”
Waktu
Pengujian
Hasil Tes Upload Hasil Tes
Download
Hasil Tes
SNR
06 : 00 20,27 Mbps 55,11 Mbps 18.0 dB
10 : 00 20,26 Mbps 29,00 Mbps 11.0 dB
14 : 00 18,39 Mbps 18,46 Mbps 11.0 dB
18 : 00 20,02 Mbps 31,27 Mbps 13.0 dB
21 : 00 20,35 Mbps 37,21 Mbps 17.0 dB
Grafik hasil pengujian dapat dilihat pada gambar di
bawah ini :
Gbr 11 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack Lite”
B. Pengujian pada Site Unhas Operator A
Pada posisi Indoor menujukkan hasil pengujian
sebagai berikut :
TABEL 4 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan
“G-NetTrack Lite” Waktu
Pengujian
Hasil Tes
Upload
Hasil Tes
Download
Hasil Tes
SNR
06 : 00 20,61 Mbps 42,26 Mbps 24.0 dB
10 : 00 22,37 Mbps 40,45 Mbps 18.0 dB
14 : 00 17,49 Mbps 14,98 Mbps 14,0 dB
18 : 00 21,72 Mbps 24,53 Mbps 10,0 dB
21 : 00 19,43 Mbps 20,77 Mbps 23,0 dB
Sedangkan untuk grafiknyadapat dilihat pada
gambar di bawah ini :
Gbr 12 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack Lite”
Untuk Pengujian pada posisi Outdoor menujukkan
hasil :
TABEL 5 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack
Lite”
Waktu
Pengujian
Hasil Tes
Upload
Hasil Tes
Download
Hasil Tes
SNR
06 : 00 21,78 Mbps 55,02 Mbps 17,0 dB
10 : 00 21,58 Mbps 42,53 Mbps 17,0 dB
14 : 00 12,79 Mbps 17,87 Mbps 13,0 dB
18 : 00 22,14 Mbps 30,38Mbps 11,0 dB
21 : 00 21,14 Mbps 23,76 Mbps 23,0 dB
Waktu
Pengujian
Hasil pengujian
Tes Upload
Hasil
pengujian Tes Download
SNR
Hasil Tes
06 : 00 30,48 Mbps 20,76 Mbps 16,0 dB
10 : 00 20,94 Mbps 20,26 Mbps 13,0 dB
14 : 00 18,21 Mbps 11,59 Mbps 9,0 dB
18 : 00 18,86 Mbps 12,69 Mbps 11,0 dB
21 : 00 25,88 Mbps 19,82 Mbps 17,0 dB
0
10
20
30
40
0 6 0 0 1 0 0 0 1 4 0 0 1 8 0 0 2 1 0 0
G R A F IK P E NGUJIAN S IT E
P E T TARAN I OP E R ATOR A T E S T
IN D OOR
Upload Download SNR
0
20
40
60
0 6 0 0 1 0 0 0 1 4 0 0 1 8 0 0 2 1 0 0
G R A F IK P E NGUJIAN S IT E
P E T TARAN I OP E R ATOR A T E S T
OU T D OOR
Upload Download SNR
0
10
20
30
40
50
0 6 0 0 1 0 0 0 1 4 0 0 1 8 0 0 2 1 0 0
G R A F IK P E NGUJIAN S IT E
U N HA S OP E RATOR A T E S T IN D OOR
Upload Download SNR
59
Grafik hasil pengujian dapat dilihat pada gambar
berikut ini :
Gbr 13 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack Lite”
C. Pengujian pada Site Sudiang Operator A
Pengujian pada posisi Indoor menujukkan hasil
pengujian :
TABEL 6 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-
NetTrack Lite”
Waktu Pengujian
Hasil Tes Upload
Hasil Tes Download
Hasil Tes SNR
06 : 00 15,25 Mbps 28,29 Mbps 15,0 dB
10 : 00 19,54 Mbps 21,13 Mbps 14,0 dB
14 : 00 15,73 Mbps 12,68 Mbps 14,0 dB
18 : 00 17,44 Mbps 8,97 Mbps 10,0 dB
21 : 00 22,47 Mbps 22,00 Mbps 14,0 dB
Sedangkan untuk grafik hasil pengujian dapat
dilihat pada gambar grafik di bawah ini :
Gbr 14 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack Lite”
Pengujian pada posisi Outdoor menujukkan hasil
pengujian seperti tabel berikut :
TABEL 7 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack
Lite”
Sedangkan untuk grafik hasil pengujian dapat
dilihat pada gambar grafik di bawah ini :
Gbr 15 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack Lite”
D. Pengujian pada Site Ratulangi Operator A
Pengujian pada posisi Indoor menujukkan hasil
pengujian sebagai berikut :
TABEL 8 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack
Lite”
Waktu Pengujian
Hasil Tes Upload
Hasil Tes Download
Hasil Tes SNR
06 : 00 20,92 Mbps 15,81 Mbps 11,4 dB
10 : 00 16,02 Mbps 7,86 Mbps 11,6 dB
14 : 00 6,62 Mbps 6,98 Mbps 8,8 dB
18 : 00 15,45 Mbps 10,57 Mbps 11 dB
21 : 00 17,90 Mbps 15,46 Mbps 10 dB
Sedangkan untuk grafik hasil pengujian dapat dilihat
pada gambar grafik di bawah ini :
Gbr 16 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack Lite”
Pengujian pada posisi Outdoor menujukkan hasil :
TABEL 9 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack
Lite”
Waktu
Pengujian
Hasil Tes
Upload
Hasil Tes
Download
Hasil Tes SNR
06 : 00 21,01 Mbps 23,71 Mbps 15,6 dB
10 : 00 18,94 Mbps 11,76 Mbps 14,6 dB
14 : 00 12,68 Mbps 11,12 Mbps 12,6 dB
18 : 00 20,92 Mbps 15,81 Mbps 11,8 dB
21 : 00 21,69 Mbps 21,53 Mbps 15,2 dB
Sedangkan untuk grafik hasil pengujiannya dapat
dilihat pada gambar grafik di bawah ini :
Waktu Pengujian
Hasil Tes Upload
Hasil Tes Download
Hasil Tes SNR
06 : 00 18,51 Mbps 36,35 Mbps 17,0 dB
10 : 00 18,32 Mbps 23,68 Mbps 15,0 dB
14 : 00 20,92 Mbps 15,81 Mbps 15,0 dB
18 : 00 16,12 Mbps 10,66 Mbps 11,0 dB
21 : 00 21,22 Mbps 27,04 Mbps 18,0 dB
0
10
20
30
0 6 0 0 1 0 0 0 1 4 0 0 1 8 0 0 2 1 0 0
G R A F IK P E NGUJIAN S IT E
S U D IA NG OP E RATOR A T E S T
IN D OOR
Upload Download SNR
0
10
20
30
40
0 6 0 0 1 0 0 0 1 4 0 0 1 8 0 0 2 1 0 0
G R A F IK P E NGUJIAN S IT E
S U D IA NG OP E RATOR A T E S T
OU T D OOR
Upload Download SNR
0
5
10
15
20
25
0 6 0 0 1 0 0 0 1 4 0 0 1 8 0 0 2 1 0 0
G R A F IK P E NGUJIAN S IT E
R AT U LANGI OP E RATOR A T E S T
IN D OOR
Upload Download SNR
0
20
40
60
0 6 0 0 1 0 0 0 1 4 0 0 1 8 0 0 2 1 0 0
G R A F IK P E NGUJIAN S IT E
U N HA S OP E RATOR A T E S T
OU T D OOR
Upload Download SNR
60
Gbr 17 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack Lite”
E. Pengujian pada Site Sudiang Operator B
Pengujian pada posisi Indoor menujukkan hasil
seperti yang ditunjukkan tabel berikut :
TABEL 10 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack Lite”
Waktu
Pengujian
Hasil Tes
Upload
Hasil Tes
Download
Hasil Tes
SNR
06 : 00 10,62 Mbps 23,27 Mbps 15 dB
10 : 00 8,23 Mbps 13,61 Mbps 14 dB
14 : 00 11,10 Mbps 12,36 Mbps 10 dB
18 : 00 10,07 Mbps 9,64 Mbps 9 dB
21 : 00 20,68 Mbps 9,09 Mbps 14 dB
Sedangkan untuk grafiknyadapat dilihat pada
gambar grafik di bawah :
Gbr 18 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack Lite”
Pengujian pada posisi Outdoor menujukkan hasil
sebagai berikut :
TABEL 11 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack
Lite”
Waktu Pengujian
Hasil Tes Upload
Hasil Tes Download
Hasil Tes SNR
06 : 00 26,83 Mbps 25,59 Mbps 17 dB
10 : 00 2,88 Mbps 15,46 Mbps 15 dB
14 : 00 18,97 Mbps 14,18 Mbps 13 dB
18 : 00 3,80 Mbps 16,68 Mbps 12 dB
21 : 00 13,75 Mbps 14,32 Mbps 16 dB
Sedangkan untuk grafiknya dapat dilihat pada
gambar grafik di bawah ini :
Gbr 19 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrackLite”
F. Pengujian pada Site Ratulangi Operator B
Pengujian pada posisi Indoor menujukkan hasil
seperti pada tabel berikut :
TABEL 12 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-
NetTrack Lite”
Waktu Pengujian
Hasil Tes Upload
Hasil Tes Download
Hasil Tes SNR
06 : 00 12,59 Mbps 11,41 Mbps 14 dB
10 : 00 11,61 Mbps 10,03 Mbps 10 dB
14 : 00 10,22 Mbps 8,94 Mbps 6 dB
18 : 00 21,96 Mbps 11,42 Mbps 10 dB
21 : 00 10,43 Mbps 12,52 Mbps 12 dB
Sedangkan untuk grafiknya dapat ditunjukkan pada
gambar grafik berikut :
Gbr 20 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack Lite”
Pengujian pada posisi Outdoor menujukkan hasil
pengujian seperti pada tabel :
TABEL 13 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-
NetTrack Lite”
Sedangkan untuk grafiknya dapat dilihat pada
gambar grafik di bawah ini :
Waktu
Pengujian
Hasil Tes
Upload
Hasil Tes
Download
Hasil Tes
SNR
06 : 00 17,51 Mbps 17,89 Mbps 15 dB
10 : 00 18,54 Mbps 11,26 Mbps 11 dB
14 : 00 15,48 Mbps 12,98 Mbps 7 dB
18 : 00 9,78 Mbps 13,63 Mbps 12 dB
21 : 00 9,54 Mbps 12,92 Mbps 13 dB
0
5
10
15
20
25
0 6 0 0 1 0 0 0 1 4 0 0 1 8 0 0 2 1 0 0
G R A F IK P E NGUJIAN S IT E
R AT U LANGI OP E RATOR A T E S T
OU T D OOR
Upload Download SNR
0
5
10
15
20
25
0 6 0 0 1 0 0 0 1 4 0 0 1 8 0 0 2 1 0 0
G R A F IK P E NGUJIAN S IT E
S U D IA NG OP E RATOR B T E S T
IN D OOR
Upload Download SNR
0
10
20
30
0 6 0 0 1 0 0 0 1 4 0 0 1 8 0 0 2 1 0 0
G R A F IK P E NGUJIAN S IT E
S U D IA NG OP E RATOR B T E S T
OU T D OOR
Upload Download SNR
0
10
20
30
0 6 0 0 1 0 0 0 1 4 0 0 1 8 0 0 2 1 0 0
G R A F IK P E NGUJIAN S IT E
R AT U LANGI OP E RATOR B T E S T
IN D OOR
Upload Download SNR
61
Gbr 21 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack Lite”
G. Pengujian pada Site Pettarani Operator B
Pengujian pada posisi Indoor menujukkan hasil
pengujian sebagaimana ditunjukkan tabel berikut :
TABEL 14 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-
NetTrack Lite”
Waktu
Pengujian
Hasil Tes
Upload
Hasil Tes
Download
Hasil Tes
SNR
06 : 00 25,45 Mbps 46,08 Mbps 25,2 dB
10 : 00 17,39 Mbps 38,92 Mbps 24,0 dB
14 : 00 25,18 Mbps 29,61 Mbps 21,4 dB
18 : 00 25,26 Mbps 25,75 Mbps 23,0 dB
21 : 00 14,01 Mbps 37,20 Mbps 24,0 dB
Sedangkan untuk grafik hasil pengujian dapat
dilihat pada gambar grafik di bawah ini :
Gbr 22 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack Lite”
Pengujian pada posisi Outdoor menujukkan hasil
pengujian seperti pada tabel di bawah :
TABEL 15 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack
Lite”
Waktu Pengujian
Hasil Tes Upload
Hasil Tes Download
Hasil Tes SNR
06 : 00 28,08 Mbps 57,00 Mbps 30,0 dB
10 : 00 21,64 Mbps 43,76 Mbps 27,0 dB
14 : 00 29,15 Mbps 34,95 Mbps 22,4 dB
18 : 00 21,08 Mbps 33,90 Mbps 24,2 dB
21 : 00 19,18 Mbps 39,07 Mbps 26,6 dB
Sedangkan grafiknya dapat dilihat pada gambar
grafik di bawah ini :
Gbr 23 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack Lite”
H. Pengujian pada Site Unhas Operator B
Pengujian pada posisi Indoornya menujukkan hasil
pengujian seperti terlihat di tabel berikut :
TABEL 16 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-
NetTrack Lite”
Waktu
Pengujian
Hasil Tes
Upload
Hasil Tes
Download
Hasil Tes
SNR
06 : 00 7,82 Mbps 11,66 Mbps 7,4 dB
10 : 00 12,14 Mbps 8,91 Mbps 4,8 dB
14 : 00 15,66 Mbps 5,87 Mbps 3,8 dB
18 : 00 15,49 Mbps 10,62 Mbps 6,8 dB
21 : 00 6,95 Mbps 15,26 Mbps 5,2 dB
Sedangkan untuk grafik hasil pengujian dapat
dilihat pada gambar grafik di bawah ini :
Gbr 24 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack Lite”
Pengujian pada posisi Outdoor menujukkan hasil
pengujian :
TABEL 17 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan
“G-NetTrack Lite” Waktu
Pengujian
Hasil Tes
Upload
Hasil Tes
Download
Hasil Tes
SNR
06 : 00 2,81 Mbps 15,81 Mbps 12,8 dB
10 : 00 11,52 Mbps 12,66 Mbps 7,2 dB
14 : 00 2,64 Mbps 8,69 Mbps 8,4 dB
18 : 00 8,55 Mbps 11,95 Mbps 9,2 dB
21 : 00 12,84 Mbps 19,37 Mbps 13,6 dB
0
5
10
15
20
0 6 0 0 1 0 0 0 1 4 0 0 1 8 0 0 2 1 0 0
G R A F IK P E NGUJIAN S IT E
R AT U LANGI OP E RATOR B T E S T
OU T D OOR
Upload Download SNR
0
20
40
60
0 6 0 0 1 0 0 0 1 4 0 0 1 8 0 0 2 1 0 0
G R A F IK P E NGUJIAN S IT E
P E T TARAN I OP E R ATOR B T E S T
OU T D OOR
Upload Download SNR
0
10
20
30
40
50
0 6 0 0 1 0 0 0 1 4 0 0 1 8 0 0 2 1 0 0
G R A F IK P E NGUJIAN S IT E
P E T TARAN I OP E R ATOR B T E S T
IN D OOR
Upload Download SNR
0
5
10
15
20
0 6 0 0 1 0 0 0 1 4 0 0 1 8 0 0 2 1 0 0
G R A F IK P E NGUJIAN S IT E
U N HA S OP E RATOR B T E S T
IN D OOR
Upload Download SNR
62
Sedangkan grafik hasil pengujian dapat dilihat
pada gambar grafik di bawah ini :
Gambar 4.16 Hasil tes menggunakan “Speed Test” dan “G-NetTrack
Lite”
I. Pembahasan hasil pengujian data kecepatan
akses jaringan 4G
1. Site Pettarani Operator A
Berdasarkan hasil penelitian seperti yang tercantum
pada tabel 4.1 dan 4.2 dimana menunjukkan
kecepatan upload pada saat melakukan test indoor
tercepat terjadi pada jam 06:00 yaitu 20,76 Mbps
dan untuk yang paling rendah terjadi pada jam
14:00 yaitu 11,59 Mbps. Sedangkan pada saat
melakukan test outdoor untuk upload kecepatan
tercepat pada jam 06:00 yaitu 20,27 Mbps dan
untuk yang paling rendah terjadi pada jam 14:00
yaitu 18,39 Mbps. Hasil kecepatan download pada
saat melakukan test indoor tercepat terjadi pada
jam 06:00 yaitu 30,48 Mbps sedangkan paling
rendah jam 14:00 yaitu 18,21 Mbps. Sedangkan
pada saat melakukan test outdoor untuk download
kecepatan tercepat pada jam 06:00 yaitu 55,11
Mbps dan untuk yang paling rendah terjadi pada
jam 14:00 yaitu 18,46 Mbps.
Jika dibandingkan dengan kecepatan upload dan
download pada saat melakukan test indoor dan test
outdoor, maka kecepatan test indoor lebih rendah.
Hal ini dikarenakan adanya beberapa faktor yang
mempengaruhi kecepatan sinyal di dalam ruangan
seperti adanya obstacle dan dinding yang
menyebabkan sinyal mengalami pelemahan,
berbeda dengan test outdoor yang lebih cepat
karena tidak adanya obstacle. Sementara untuk
kecepatan akses upload dan download tertinggi
terjadi pada jam 06:00 pagi hingga jam 10 pagi,
sedangkan jam 14:00 hingga 18:00 kecepatan akses
lebih lambat. Penyebab tingginya kecepatan akses
internet pada jam 06:00 dikarenakan adalah nilai
SNR lebih tinggi pada jam tersebut daripada jam-
jam lainnya sedangkan jam 14:00 hingga 18:00
kecepatan akses lebih lambat, hal ini dikarenakan
adalah banyaknya user yang mengakses pada
waktu yang bersamaan, maka kecepatan akses akan
dibagi rata kepada semua user, sehingga semakin
banyak user mengakses internet maka
kecepatannya semakin rendah.
Sementara nilai SNR saat melakukan test indoor
tertinggi pada jam 21:00 yaitu 17 dB dan yang
paling rendah pada jam 14:00 yaitu 9.0 dB.
Sedangkan pada saat melakukan test outdoor untuk
SNR tertinggi pada jam 06:00 yaitu 18 dB dan
yang paling rendah pada jam 14:00 yaitu 11 dB.
2. Site Unhas Operator A
Berdasarkan hasil penelitian seperti yang tercantum
pada tabel 4.3 dan 4.4 dimana menunjukkan
kecepatan upload pada saat melakukan test indoor
tercepat terjadi pada jam 10:00 yaitu 22,37 Mbps
dan untuk yang paling rendah terjadi pada jam
14:00 yaitu 17,49 Mbps. Sedangkan pada saat
melakukan test outdoor untuk upload kecepatan
tercepat pada jam 06:00 yaitu 21,78 Mbps dan
untuk yang paling rendah terjadi pada jam 14:00
yaitu 12,79 Mbps. Hasil kecepatan download pada
saat melakukan test indoor tercepat terjadi pada
jam 06:00 yaitu 42,26 Mbps sedangkan paling
rendah jam 14:00 yaitu 14,98 Mbps. Sedangkan
pada saat melakukan test outdoor untuk download
kecepatan tercepat pada jam 06:00 yaitu 55,02
Mbps dan untuk yang paling rendah terjadi pada
jam 14:00 yaitu 17,87 Mbps.
Jika dibandingkan dengan kecepatan upload dan
download pada saat melakukan test indoor dan test
outdoor, maka kecepatan test indoor lebih rendah.
Hal ini dikarenakan adanya beberapa faktor yang
mempengaruhi kecepatan sinyal di dalam ruangan
seperti adanya obstacle dan dinding yang
menyebabkan sinyal mengalami pelemahan,
berbeda dengan test outdoor yang lebih cepat
karena tidak adanya obstacle. Sementara untuk
kecepatan akses upload dan download tertinggi
terjadi pada jam 06:00 dikarenakan adalah nilai
SNR lebih tinggi pada jam tersebut daripada jam-
jam lainnya, sedangkan jam 14:00 hingga 18:00
kecepatan akses lebih lambat, hal ini dikarenakan
adalah banyaknya user yang mengakses pada
waktu yang bersamaan, maka kecepatan akses akan
dibagi rata kepada semua user, sehingga semakin
banyak user mengakses internet maka
kecepatannya semakin rendah.
Sementara nilai SNR saat melakukan test indoor
tertinggi pada jam 21:00 yaitu 23 dB dan yang
paling rendah pada jam 06:00 yaitu 10 dB.
Sedangkan pada saat melakukan test outdoor untuk
SNR tertinggi pada jam 21:00 yaitu 23 dB dan
yang paling rendah pada jam 18:00 yaitu 11 dB.
3. Site Sudiang Operator A
Berdasarkan hasil penelitian seperti yang tercantum
pada tabel 4.5 dan 4.6 dimana menunjukkan
kecepatan upload pada saat melakukan test indoor
tercepat terjadi pada jam 21:00 yaitu 22,47 Mbps
dan untuk yang paling rendah terjadi pada jam
14:00 yaitu 15,44 Mbps. Sedangkan pada saat
melakukan test outdoor untuk upload kecepatan
tercepat pada jam 21:00 yaitu 21,22 Mbps dan
untuk yang paling rendah terjadi pada jam 18:00
yaitu 16,12 Mbps. Hasil kecepatan download pada
saat melakukan test indoor tercepat terjadi pada
jam 06:00 yaitu 36,35 Mbps sedangkan paling
0
10
20
30
0 6 0 0 1 0 0 0 1 4 0 0 1 8 0 0 2 1 0 0
G R A F IK P E NGUJIAN S IT E
U N HA S OP E RATOR B T E S T
OU T D OOR
Upload Download SNR
63
rendah jam 18:00 yaitu 8,97 Mbps. Sedangkan
pada saat melakukan test outdoor untuk download
kecepatan tercepat pada jam 06:00 yaitu 36,35
Mbps dan untuk yang paling rendah terjadi pada
jam 18:00 yaitu 10,66 Mbps.
Jika dibandingkan dengan kecepatan upload dan
download pada saat melakukan test indoor dan test
outdoor, maka kecepatan test indoor lebih rendah.
Hal ini dikarenakan adanya beberapa faktor yang
mempengaruhi kecepatan sinyal di dalam ruangan
seperti adanya obstacle dan dinding yang
menyebabkan sinyal mengalami pelemahan,
berbeda dengan test outdoor yang lebih cepat
karena tidak adanya obstacle. Sementara untuk
kecepatan akses upload dan download tertinggi
terjadi pada jam 06:00 dikarenakan nilai SNR lebih
tinggi pada jam tersebut daripada jam-jam lainnya,
sedangkan jam 18:00 kecepatan akses lebih lambat,
hal ini dikarenakan adalah banyaknya user yang
mengakses pada waktu yang bersamaan, maka
kecepatan akses akan dibagi rata kepada semua
user, sehingga semakin banyak user mengakses
internet maka kecepatannya semakin rendah.
Sementara nilai SNR saat melakukan test indoor
tertinggi pada jam 06:00 yaitu 15 dB dan yang
paling rendah pada jam 18:00 yaitu 10 dB.
Sedangkan pada saat melakukan test outdoor untuk
SNR tertinggi pada jam 21:00 yaitu 18 dB dan
yang paling rendah pada jam 18:00 yaitu 11 dB.
4. Site Ratulangi Operator A
Berdasarkan hasil penelitian seperti yang tercantum
pada tabel 4.7 dan 4.8 dimana menunjukkan
kecepatan upload pada saat melakukan test indoor
tercepat terjadi pada jam 06:00 yaitu 20,92 Mbps
dan untuk yang paling rendah terjadi pada jam
14:00 yaitu 2,62 Mbps. Sedangkan pada saat
melakukan test outdoor untuk upload kecepatan
tercepat pada jam 21:00 yaitu 21,69 Mbps dan
untuk yang paling rendah terjadi pada jam 14:00
yaitu 12,68 Mbps. Hasil kecepatan download pada
saat melakukan test indoor tercepat terjadi pada
jam 06:00 yaitu 15,81 Mbps sedangkan paling
rendah jam 14:00 yaitu 6,98 Mbps. Sedangkan
pada saat melakukan test outdoor untuk download
kecepatan tercepat pada jam 06:00 yaitu 23,71
Mbps dan untuk yang paling rendah terjadi pada
jam 14:00 yaitu 11,12 Mbps.
Jika dibandingkan dengan kecepatan upload dan
download pada saat melakukan test indoor dan test
outdoor, maka kecepatan test indoor lebih rendah.
Hal ini dikarenakan adanya beberapa faktor yang
mempengaruhi kecepatan sinyal di dalam ruangan
seperti adanya obstacle dan dinding yang
menyebabkan sinyal mengalami pelemahan,
berbeda dengan test outdoor yang lebih cepat
karena tidak adanya obstacle. Sementara untuk
kecepatan akses upload dan download tertinggi
terjadi pada jam 06:00 dikarenakan adalah nilai
SNR lebih tinggi pada jam tersebut daripada jam-
jam lainnya, sedangkan jam 14:00 hingga 18:00
kecepatan akses lebih lambat, hal ini dikarenakan
adalah banyaknya user yang mengakses pada
waktu yang bersamaan, maka kecepatan akses akan
dibagi rata kepada semua user, sehingga semakin
banyak user mengakses internet maka
kecepatannya semakin rendah.
Sementara nilai SNR saat melakukan test indoor
tertinggi pada jam 10:00 yaitu 10,6 dB dan yang
paling rendah pada jam 14:00 yaitu 8,8 dB.
Sedangkan pada saat melakukan test outdoor untuk
SNR tertinggi pada jam 06:00 yaitu 15,6 dB dan
yang paling rendah pada jam 18:00 yaitu 11,8 dB.
5. Site Ratulangi Operator B
Berdasarkan hasil penelitian seperti yang tercantum
pada tabel 4.9 dan 4.10 dimana menunjukkan
kecepatan upload pada saat melakukan test indoor
tercepat terjadi pada jam 18:00 yaitu 21,46 Mbps
dan untuk yang paling rendah terjadi pada jam
14:00 yaitu 10,22 Mbps. Sedangkan pada saat
melakukan test outdoor untuk upload kecepatan
tercepat pada jam 06:00 yaitu 17,51 Mbps dan
untuk yang paling rendah terjadi pada jam 21:00
yaitu 9,54 Mbps. Hasil kecepatan download pada
saat melakukan test indoor tercepat terjadi pada
jam 21:00 yaitu 12,52 Mbps. sedangkan paling
rendah jam 14:00 yaitu 6,98 Mbps. Sedangkan
pada saat melakukan test outdoor untuk download
kecepatan tercepat pada jam 06:00 yaitu 17,89
Mbps dan untuk yang paling rendah terjadi pada
jam 10:00 yaitu 11,26 Mbps.
Jika dibandingkan dengan kecepatan upload dan
download pada saat melakukan test indoor dan test
outdoor, maka kecepatan test indoor lebih rendah.
Hal ini dikarenakan adanya beberapa faktor yang
mempengaruhi kecepatan sinyal di dalam ruangan
seperti adanya obstacle dan dinding yang
menyebabkan sinyal mengalami pelemahan,
berbeda dengan test outdoor yang lebih cepat
karena tidak adanya obstacle. Sementara untuk
kecepatan akses upload dan download tertinggi
terjadi pada jam 06:00 dikarenakan nilai SNR lebih
tinggi pada jam tersebut daripada jam-jam lainnya,
sedangkan jam 14:00 hingga 18:00 kecepatan akses
lebih lambat, hal ini dikarenakan adalah banyaknya
user yang mengakses pada waktu yang bersamaan,
maka kecepatan akses akan dibagi rata kepada
semua user, sehingga semakin banyak user
mengakses internet maka kecepatannya semakin
rendah.
Sementara nilai SNR saat melakukan test indoor
tertinggi pada jam 06:00 yaitu 14 dB dan yang
paling rendah pada jam 14:00 yaitu 6 dB.
Sedangkan pada saat melakukan test outdoor untuk
SNR tertinggi pada jam 06:00 yaitu 15 dB dan
yang paling rendah pada jam 14:00 yaitu 7 dB.
6. Site Sudiang Operator B
Berdasarkan hasil penelitian seperti yang tercantum
pada tabel 4.11 dan 4.12 dimana menunjukkan
kecepatan upload pada saat melakukan test indoor
tercepat terjadi pada jam 21:00 yaitu 20,68 Mbps
64
dan untuk yang paling rendah terjadi pada jam
10:00 yaitu 8,23 Mbps. Sedangkan pada saat
melakukan test outdoor untuk upload kecepatan
tercepat pada jam 06:00 yaitu 26,83 Mbps dan
untuk yang paling rendah terjadi pada jam 10:00
yaitu 2,88 Mbps. Hasil kecepatan download pada
saat melakukan test indoor tercepat terjadi pada
jam 06:00 yaitu 23,27 Mbps. sedangkan paling
rendah jam 21:00 yaitu 9,09 Mbps. Sedangkan
pada saat melakukan test outdoor untuk download
kecepatan tercepat pada jam 06:00 yaitu 25,59
Mbps dan untuk yang paling rendah terjadi pada
jam 14:00 yaitu 14,18 Mbps.
Jika dibandingkan dengan kecepatan upload dan
download pada saat melakukan test indoor dan test
outdoor, maka kecepatan test indoor lebih rendah.
Hal ini dikarenakan adanya beberapa faktor yang
mempengaruhi kecepatan sinyal di dalam ruangan
seperti adanya obstacle dan dinding yang
menyebabkan sinyal mengalami pelemahan,
berbeda dengan test outdoor yang lebih cepat
karena tidak adanya obstacle. Sementara untuk
kecepatan akses upload dan download tertinggi
terjadi pada jam 06:00 dikarenakan adalah nilai
SNR lebih tinggi pada jam tersebut daripada jam-
jam lainnya, sedangkan jam 14:00 hingga 18:00
kecepatan akses lebih lambat, hal ini dikarenakan
adalah banyaknya user yang mengakses pada
waktu yang bersamaan, maka kecepatan akses akan
dibagi rata kepada semua user, sehingga semakin
banyak user mengakses internet maka
kecepatannya semakin rendah.
Sementara nilai SNR saat melakukan test indoor
tertinggi pada jam 06:00 yaitu 15 dB dan yang
paling rendah pada jam 14:00 yaitu 9 dB.
Sedangkan pada saat melakukan test outdoor untuk
SNR tertinggi pada jam 06:00 yaitu 17 dB dan
yang paling rendah pada jam 18:00 yaitu 12 dB.
7. Site Pettarani Operator B
Berdasarkan hasil penelitian seperti yang tercantum
pada tabel 4.13 dan 4.14 dimana menunjukkan
kecepatan upload pada saat melakukan test indoor
tercepat terjadi pada jam 06:00 yaitu 25,45 Mbps
dan untuk yang paling rendah terjadi pada jam
10:00 yaitu 17,39 Mbps. Sedangkan pada saat
melakukan test outdoor untuk upload kecepatan
tercepat pada jam 14:00 yaitu 29,15 Mbps dan
untuk yang paling rendah terjadi pada jam 21:00
yaitu 19,18 Mbps. Hasil kecepatan download pada
saat melakukan test indoor tercepat terjadi pada
jam 06:00 yaitu 46,08 Mbps, sedangkan paling
rendah jam 18:00 yaitu 25,75 Mbps. Sedangkan
pada saat melakukan test outdoor untuk download
kecepatan tercepat pada jam 06:00 yaitu 57,00
Mbps dan untuk yang paling rendah terjadi pada
jam 14:00 yaitu 33,90 Mbps.
Jika dibandingkan dengan kecepatan upload dan
download pada saat melakukan test indoor dan test
outdoor, maka kecepatan test indoor lebih rendah.
Hal ini dikarenakan adanya beberapa faktor yang
mempengaruhi kecepatan sinyal di dalam ruangan
seperti adanya obstacle dan dinding yang
menyebabkan sinyal mengalami pelemahan,
berbeda dengan test outdoor yang lebih cepat
karena tidak adanya obstacle. Sementara untuk
kecepatan akses upload dan download tertinggi
terjadi pada jam 06:00 dikarenakan adalah nilai
SNR lebih tinggi pada jam tersebut daripada jam-
jam lainnya, sedangkan jam 14:00 hingga 18:00
kecepatan akses lebih lambat, hal ini dikarenakan
adalah banyaknya user yang mengakses pada
waktu yang bersamaan, maka kecepatan akses akan
dibagi rata kepada semua user, sehingga semakin
banyak user mengakses internet maka
kecepatannya semakin rendah.
Sementara nilai SNR saat melakukan test indoor
tertinggi pada jam 06:00 yaitu 25 dB dan yang
paling rendah pada jam 14:00 yaitu 21,4 dB.
Sedangkan pada saat melakukan test outdoor untuk
SNR tertinggi pada jam 06:00 yaitu 30 dB dan
yang paling rendah pada jam 14:00 yaitu 22,4 dB.
8. Site Unhas Operator B
Berdasarkan hasil penelitian seperti yang tercantum
pada tabel 4.15 dan 4.16 dimana menunjukkan
kecepatan upload pada saat melakukan test indoor
tercepat terjadi pada jam 14:00 yaitu 15,66 Mbps
dan untuk yang paling rendah terjadi pada jam
21:00 yaitu 6,95 Mbps. Sedangkan pada saat
melakukan test outdoor untuk upload kecepatan
tercepat pada jam 21:00 yaitu 12,84 Mbps dan
untuk yang paling rendah terjadi pada jam 06:00
yaitu 2,81 Mbps. Hasil kecepatan download pada
saat melakukan test indoor tercepat terjadi pada
jam 21:00 yaitu 15,26 Mbps. sedangkan paling
rendah jam 14:00 yaitu 5,87 Mbps. Sedangkan
pada saat melakukan test outdoor untuk download
kecepatan tercepat pada jam 21:00 yaitu 19,37
Mbps dan untuk yang paling rendah terjadi pada
jam 14:00 yaitu 8,69 Mbps.
Jika dibandingkan dengan kecepatan upload dan
download pada saat melakukan test indoor dan test
outdoor, maka kecepatan test indoor lebih rendah.
Hal ini dikarenakan adanya beberapa faktor yang
mempengaruhi kecepatan sinyal di dalam ruangan
seperti adanya obstacle dan dinding yang
menyebabkan sinyal mengalami pelemahan,
berbeda dengan test outdoor yang lebih cepat
karena tidak adanya obstacle. Sementara untuk
kecepatan akses upload dan download tertinggi
terjadi pada jam 21:00, sedangkan jam 14:00
hingga 18:00 kecepatan akses lebih lambat, hal ini
dikarenakan adalah banyaknya user yang
mengakses pada waktu yang bersamaan, maka
kecepatan akses akan dibagi rata kepada semua
user, sehingga semakin banyak user mengakses
internet maka kecepatannya semakin rendah.
Sementara nilai SNR saat melakukan test indoor
tertinggi pada jam 21:00 yaitu 7,4 dB dan yang
paling rendah pada jam 14:00 yaitu 3,8 dB.
Sedangkan pada saat melakukan test outdoor untuk
65
SNR tertinggi pada jam 21:00 yaitu 13,6 dB dan
yang paling rendah pada jam 10:00 yaitu 7,2 dB.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian menggunakan aplikasi
“Open Signal” dan “G-Net Track Lite” dapat
disimpulkan :
1. Hasil pengujian operator A untuk daerah urban,
kecepatan upload dan download tertinggi di site
Pettarani lebih cepat di banding site ratulangi yaitu
20,27 Mbps dan 55,11 Mbps, Untuk daerah sub-
urban, kecepatan upload dan download di site
Unhas lebih cepat di banding site Sudiang yaitu
21,78 Mbps dan 55,02 Mbps. Sedangkan untuk
operator B untuk daerah urban, kecepatan upload
dan download di site Pettarani lebih cepat
dibanding site Ratulangi yaitu 28,08 Mbps dan
57,00 Mbps. Sementara untuk daerah sub-urban,
kecepatan upload dan download di site Sudiang
lebih cepat dibanding site Unhas yaitu 26,83 Mbps
dan 25,59 Mbps,
2. Dari hasil analisa, hal yang menyebabkan
kecepatan akses melambat ialah kekuatan sinyal
dari provider, adanya obstacle atau dinding yang
menyebabkan sinyal mengalami pelemahan, di
pengaruhi oleh banyaknya user menggunakan
akses internet pada saat yang bersamaan terutama
pada saat jam-jam trafik padat, dan faktor cuaca.
3. SNR hasil pengujian untuk operator A nilai
tertinggi yaitu 18,0 dB untuk daerah urban site
Pettarini lebih tinggi dibanding site Ratulangi,
untuk daerah sub-urban site Unhas lebih tinggi site
Sudiang dengan nilai SNR Tertinggi yaitu 24,0 dB.
Sementara untuk operator B nilai SNR untuk
daerah urban tertinggi yaitu 30,0 dB site Pettarani
lebih unggul dibanding site Ratulangi dan untuk
daerah sub-urban SNR tertinggi yaitu 17,0 dB site
Sudiang lebih unggul dibanding site Unhas.
4. SNR merupakan perbandingan antara level
kekuatan sinyal dan level kekuatan noise. Semakin
besar nilai SNR maka kapasitas sinyal semakin
baik, dikarenakan nilai sinyal lebih besar dari nilai
noise. Jika diasumsikan lebar bandwidth tetap,
maka nilai SNR dapat menunjukkan besarnya
kapasitas kanal yang tersedia dan tingginya
kecepatan transfer data. Olehnya itu, dapat
dikatakan bahwa SNR berbanding lurus dengan
kualitas sinyal, kapasitas kanal, dan kecepatan
transfer data.
REFERENSI
1. Achmad Reza Irianto, M. Fauzan Edy Purnomo,
Endah Budi Purnomowati. Analisis Nilai Level
Daya Terima Menggunakan Model Walfisch-
Ikegami Pada Teknologi Long Term Evolution
(LTE) Frekuensi 1800 Mhz. Malang : Universitas
Brawijaya
2. Fauzi Fadhli, Harly Gevin Sepria, HS Hanrais.
2012. Analisis Penerapan Teknologi Jaringan LTE
4G di Indonesia. Bandung : Institut Management
Telkom.
3. Jusak. 2013. Teknologi komunikasi data modern.
Yogyakarta :Penerbit Andi
4. Salaluddin Muis. 2014. Perencanaan dan
Optimalisasi Teknologi HSDPA dan LTE dalam
Sistem Komunikasi Wireless 4G. Yogyakarta :
Graha ilmu
5. Salaluddin Muis. 2014. Perancanaan Sistem
OFDM .Yogyakarta : Graha ilmu
6. Saidah Sayuti. Rusli. Syarif Syafruddin. 2011.
Studi perkembangan Teknologi 4G LTE dan
WIMAX di Indonesia : Jurnal Ilmiah