ANALISIS KEBIJAKAN STRUKTUR MODAL;
PENGUJIAN PECKING ORDER THEORY DAN TRADE OFF THEORY
(Studi Pada Perusabaau Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Iudonesia)
Oleh:
TIAR Al?RIANI
(104081002595)
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H / 2009 M
ANALISIS KEBIJAKAN STRUKTUR MODAL;pENGU.JIAN PECKING ORDER THEORY DAN TRADE OFF THEORY
(Studi Pada Perusahaau Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)
SkripsiDiajukan kepada Fakultas Ekonomi dan IImu Sosial
Untuk lVIemenuhi Syarat-syarat untuk IVleraih Gelar Sar,jana Elwnomi
Oleh:Tiar Apriani
NIM: 104081002595
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pemhimbing II
Tili Dewi Warninda, SE, MSiNIP. 150368746
.JlJlUISAN MANA./EMENFAKIJLTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATlJLLAHJAKARTA
1430 H / 2009 M
ANALISIS KEBI.JAKAN STRUKTUR MODAL;PENGUJIAN PECKING ORDER THEORY DAN TRADE OFF THEORY
(Shali Pada PenIsahaan Mannfaktm' Yang Terdaftal' £Ii Bursa Efek Indonesia)
SkripsiDiajukan kepada Fakultas Ekonomi dan lImu Sosial
Untuk Memennhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:Tiar ApI'iani
NIM: 104081002595
Oi Bawah Bimbillgan
Pembimbillg I
Prof.Dr-Ahmad RO(~MNIP. 150317955
...'"
Pembimbillg II
Tili Dewi .Wamilldll.SE, MSiNilI'. 150368746
Pellgllji Ahli
Prof. Dr. Abdull!amid, MSNIP. 131 474891
./URUSAN MANA.JElVIENFAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYAIUF HIDAYATULLAH.JAKARTA
1430 H 12009 M
Hari ini Jumat Tanggal 30 Bulan September tahun Dua Ribu Delapan telah
dilakukan ujian Komprehensif atas nama Tiar Apriani NIM: 104081002595 dengan
judul Skripsi "ANALISIS KEBIJAKAN STRUKTUR MODAL; PENGUJIAN
PECKING ORDER THEORY DAN TRADE OFF THEORY (Studi Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Memperhatikan
penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah
c1apat c1iterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan llmu Sosial Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 30 September 2008
Tim Pcnguji U.iian Komprchcnsif
Prof. 01'. Ahmad Rodoni, MMKctua
Hemi Ali. ]HT, SE, MNSckrctaris
Prof. 01'. Abdul Hamid, MSPcnguji Ahli
CURRICULUM VITAE
.:. DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Tiar Apriani
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 16 April 1986
Alamat : JI. Mekar bam IV No. 54 Rt. 006106
Kel. Cirendeu Kec. Ciputat TimUl'
Tangerang-Banten 15419
Jenis Kelamin
Agama
No. Telepon
.:. PENDIDIKAN
1. Tahun 1992-1998
2. Tahun 1998-2001
3. Tahun 2001-2004
4. Tahun 2004-2009
: Perempuan
: Islam
: 085693371472
: SD.N. Legoso
: SMP.N.2 Ciputat
: SMU.Muhammadyah 25 Pamulang
: Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta
.:. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota UKM Bahasa
3. Anggota UKM Koperasi Mahasiswa
ABSTRACT
Capital structure is the sum of company's permanent capital which comefrom long term debt and own capital. In order to achieve the company's optimwncapital structure to maximize company's value so the company has to defray and runthe company well.
This company use manufacturing enterprise which listed in Indonesian stockexchange period of time 2005-2007. the aim of this research is to clarify whether thepolicy of the companies capital structure that listed in Indonesian stock exchangefollow the pecking order theory or target adjustment trade off theory. Beside that theaim of this research also to find out whether the size of the company influence itscapital structure.
The research methodology that used is statistic method with double regressionanalysis. Sampling method that used is getting secondary da.ta that is taken li'omcenter of Indonesian capital market reference with 31 company's sample year 20052007.
From this research we can make a conclusion, the first one is, both of thosetheory could explain capital structure policy, although the target adjustment trade offis better. Secondly, when size of the company is getting into second model ofregression analysis (target adjustment trade off theory) the result shown morepowerful influence in capital structure policy than first model. Then this research isrecommended to reapplied the model that has been adopted for a long period of timeand also to add more variable in case to take care its consistency.
Key word: Capital structure, pecking order tbeory, target adjustment trade offtbeory
ii
ABSTRAK
Struktur modal adalah jumlah modal permanent perusahaan yang bersumberdari utang jangka panjang dan modal sendiri. Agar suatu pelUsahaan dapat mencapaistruktur modal yang optimal guna memaksimalkan nilai perusahaan maIm perusahaanharus dapat membiayai dan menjalankan kegiatan pemsahaan dengan bailc
Perusahaan ini menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BursaEfek Indonesia (BEl) pada periode tahun 2005-2007. dimana tujuan dari penelitianini adalah untuk mengklarifikasi apakah kebijakan pada struktur modal perusallaanperusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEl) mengikuti teori peckingorder atau teori target adjustment trade off. Selain itu penehtian ini juga ditujukanuntuk mencari tau apakh ukuran besar kecilnya perusahaan (size) mempengaruhistmktur modal tersebut.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode statisticdengan menggunakan anal isis regresi berganda. Teknik pengumpulan data yangdilakukan adalah memperoleh data-data sekunder yang diambil di Pusat ReferensiPasa!' Modal Indonesia dengan sample 31 perusahaan dari tahun 2005-2007.
Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disirnpulkan bahwa yangpertama, kedua teori tersebut dapat menjelaskan kebijakan stmktur modal, meskipunteori target adjustment trade off itu lebih bailc Kedua, ketika ukuran perusahaan(size) dimasukkan pada analisis regresi model kedua (teori target adjustment tradeoft) menunjukkan pengaruh yang lebih kuat pada kebijakan stmktur modal dari padamodel yang peltama. Penelitian ini kemudian direkomendasikan untuk menerapkankembali model yang telah diadopsi pada peiode waktu yang lebih lama dan jugauntuk menambahkan variabel yang lebih banyak dalarn rangka rnenjagakonsistensinya.
Kata Kunci : Stmktur Modal, Teori Pecking Order, Teori Target Adjustment TradeOff
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Wr.Wb
Segala puji dan syukur penyuslln panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
rahmat dan karunia-Nya penyusun akhirnya dapat menyelesaikan skripsi dengan
judlll "Analisis Kebijakan Struktur Modal: Penglljian Pecking Order Theory dan
Trade Off Theory".
Shalawat serta salam semoga salalu tercurah kepada talliadan terbaik
Rasulullah Muhammad Saw, Keluarga, sahabat serta para pengikutnya khllsusnya
para pejuang ilmu yang mengamalkan ilmunya dengan penllh keikhlasan.
Pada kesempatan ini saya sebagai penyusun ingin mengucapkan terima kaih
yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT dan orang-orang yang telah membantu
penyuslln dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak
langsllng "Semoga Allah SWT memberikan balasan yang Jebih baik" terutama
kepada:
1. Kedlla orang tua tercinta yang selalu setia memberikan do'a, bantuan dan
semangat yang besar baik berupa moril mallpun materil kepada penulis.
2. Kalcak dan Adik penyusun, Desi dan Aji yang telah mendukung selama
pendidikan daD penlliisan skripsi ini hingga selesai.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial (FEIS) UIN Jakarta dan selaku Pengllji Ahli yang membllat FEIS
menjadi berkembang hingga saat ini.
4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku PUDEK dan Dosen pembimbing I
dan Ibu Titi Dewi Warninda,.SE, MSi selaku pembimbing 2 yang telah
meluangkan waktu dan memberikan ilmunya kepada penulis hingga dapat
menyelaesaikan skrisi ini.
iv
5. Seluruh dosen FEIS yang telah memberikan pengetahuan yang luas kepada
penyusun selama masa perkuliahan.
6. Tim CTLD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Bpk Tanel1ji, Mba Desi, dan Mas
Iwan) yang telah memberikan dukungan serta motivasi kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Selamat Anugrah yang selalu sabaI' menemani, menyayangi, serta tak henti
hentinya memberikan do'a, elukungan elan semangatnya buat penyusun sehingga
elapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik
8. Teman kecilku Yunifa yang telah memberikan bantuan dan dukungannya
kepada penulis sehingga skripsi dapat selesai elengan baik.
9. Teman-temanku kelas Manajemen E (Angkatan 2004), Novi (makasih banyak
atas bantuannya), Neit, Lia, Reni, Nanin, Titi, Santi, Nyar, Vanely, Om Doelo,
elan teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah
memberikan kenangan terbaik selama masa kuliah hingga saat ini.
Semoga atas segala bantuan serta bueli baik yang penulis terima selama
menjalani pendidikan menelapalkan rielho elari Allah SWT
Akhir kata, semoga skripsi ini elapat memberikan sumbangan pikiran elan
saran untllk perkembangan dalam penelidikan.
Wassalamu'alaikllm WLWb.
Jakarta,
Maret 2009 M
v
DAFTAR lSI
Daftar Riwayat Hidup j
Abstract. ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar lsi vi
Daftar Tabel viii
Daftar Gambar. x
Daftar Lampiran xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitiall 1
B. Perumusan Masalah 8
C. Tujuan dan Mallfaat Penelitian 9
1. Tujuan Penelitian 9
2. Manfaat Penelitian 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Struktur Modal. 11
1. Teori Strllktur Modal Tidak Relevan 17
2. Teori Strllktur Modal Relevan 18
B. Model Pecking order Theory 19
C. Model Trade OlfTheory .24
D. Ukllran Perusahaan (Size) 27
E. Pellelitian Terdahulll 30
F. Kerangka Pemikirall .34
G. Perumllsan Hipotesis .37
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkllp Penelitian .39
B. Metode Penentllan Sampel .40
C. Metode Pengllmplilan Data .40
D. Metode Analisis Data .41
I. Uji Dasar ASlimsi Klasik.. 41
2. Analisis Regresi Berganda 46
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umllm Objek Penelitian 54
B. Deskripsi Statistik 59
C. Analisis Hasil dan Pembahasan 66
D. Analisis Regresi Linear Berganda 83
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLlKASI
A. Kesimpulan 95
B. Implikasi 96
C. Keterbatasan Penelitian dan Aries 97
DAFTAR PUSTAKA 98
LAMPIRAN 100
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Hal
4.1 Hasil Perhitungan Debt Issue Tahun 2005-2007 60
4.2 Hasil Perhitungan Defisit Alinm Kas (DEFit) Tahun 2005-2007 61
4.3 Hasil Perhitungan target adjustment trade off model (target 63tingkat hutang)
4.4 Hasil Perhitungan Ukuran Perusahaan (Size) 65
4.5 Hasil Uji Normalitas Pecking Order Theory 67
4.6 Hasil Uji Normalitas Trade OffTheory 67
--4.7 Hasil Uji Normalitas Pecking Order TheOlY dan Trade OjfTheory 68
4.8 Hasil Uji Normalitas Pecking Order TheOly dan Size perusahaan 69
4.9 Hasil Uji Normalitas Trade OjlTheory dan Size perusahaan 70
C------- -4.10 Hasil Uji Autokorelasi Pecking Order Theory 71
4.11 Hasil Uji Autokorelasi Ji'ade OffTheory 72
4.12 Hasil Uji Autokorelasi Pecking Order Theory dan Trade Off 73Theory
4.13 Hasil Uji Autokorelasi Pecking Order Theory dan Size 73Perusahaan
4.14 Hasil Uji Autokore1asi Trade OffTheOlY dan Size Perusahaan 74
4.15 Hasil Uji Multikolinieritas Pecking Order Theory 75
4.16 Hasil Uji Multikolinieritas Trade OffTheory 76
4.17 Hasil Uji Multikolinieritas Pecking Order Theory clan Tl-ade Off 77Theory
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Hal.
4.1 Hasil Uji Heterokedastisitas Pecking Order Theory 79
4.2 Hasil Uji Heterokedastisitas Trade OjJTheory 80
4.3 Hasil Uji Heterokedastisitas Pecking Order Theory dan Trade 81OffTheory
4.4 Hasil Uji Heterokedastisitas Pecking Order TheOlY dan Size 82Perusahaan
4.5 Hasil Uji Heterokedastisitas Trade OffTheOiT dan Size 83Perusahaan
DAFTAR LAMPIRAN-
No. Keterangan Hal
I Data Debt Issue periode Desember 2005-2007 101
2 Data Defisit AIiran Kas (DEF) periode Desember 2005-2007 102
3 Data Target Adjustment Trade Off Theory periode Desember 1032005-2007
4 Data Ukuran Perusahaan (Size) periode Desember 2005-2007 104
- -5 Hasil Output SPSS model Pecking Order Theory lOS
6 Hasil Output SPSS model Trade OffTheory 106
7 Hasil Output SPSS model Pecking Order TheOlY dan Trade Off 107Theory
8 Hasil Output SPSS model Pecking Order Theory dan Size 109pemsahaan
9 Hasil Output SPSS model Trade OllTheOlY dan Size perusahaan III
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pada zaman saat ini perkembangan ekonomi sangatlah maju, dimana
persaingan antar perusahaan-perusahaan semakin ketat baik itu dari penjualan,
produksi maupun promosi dalam mendapatkan pasar konsumen. Keberhasilan
perusahaan dapat berjalan dengan baik apabila dad manajemen perusal1aan yaitu
struktur dan organisasi serta dari keuangan perusahaan tersebut dapat saling
mendukung dan mempunyai kelja sanm yang baik antara satu dengm1lainnya.
Selain mendapatka11 laba dad tahun ke tahun, tujUa11 lain Ya11g cukup
penting adalal1 menjaga kela11gs1mgan hidup perusahaan terutama dalam
menghadapi berbagai persaingan dari perusahaan sejems yang tidak mungkin
dihindari, maim dibutuhka11 modal di dalam memaksimalka11 nilai perusahaan,
baik itu di dalam meningkatka11 penjuala11, produksi, maupun promosi perusahaa11
tersebut. Oleh karena itu suatu perusahaa11 membutuhka11 ba11tua11 modal dalam
membiayai proses kinerja dari perusahammnya tersebut. Modal tersebut dapat
diperoleh dan huta11g da11 menjual saham perusahaan ke investor.
Penggunaan huta11g untuk membiayai kegiata11 perusahaa11 memerluka11
pertimba11ga11 risiko agar dapat mencapai struktur modal (perba11dingan a11tara
hutang denga11 ekuitas) yang optimal guna memaksimalkm1 Ililai perusahaan. Jika
perusal1am1 mempunyai huta11g Ya11g terlalu besar niIainya, maka dapat
meningkatkan risiko kebangkmtan karena perusahaan harus membayar dana cash
flow yang cukup besar untuk membayar cicilan hutang beserta bunganya. Hutang
juga menyebabkan pemsahaan rentan terhadap fluktuasi perubahan tingkat suku
bunga dan gejolak perubahan nilai mata uang.
Penelitian mengenai strulctur modal pemsahaan telah dilakukan sejak
puluhan tahun yang lalu, yang dimulai oleh Modigliani dan Miller (1958).
Selanjutnya berkembang berbagai teori dan perdebatan mengenai struktur modal
dalarn pemsahaan, yang disebut capital structure puzzle (Myers, 1984; Barclay &
Smith, 2001 da1arn Dini Kusumawati, 2004). Barclay dan Smith (2001, 197)
dalam Dini Kusumawati (2004) menyatakan bahwa yang menjadikan struktur
modal suatu perdebatan adalah berbagai teori yang berbeda menghasilkan
rekomendasi yang berbeda bahkan berlawanan dalanl proses pengarnbilan
keputusan. Sebagai contoh, sebagian orang menganut pandangan Modigliani dan
Miller yang menganggap struktur modal tidak berhubungan dengan nilai
perusahaan (Teori struktur modal tidak relevan). Sementara sebagian orang yang
lain menganut pandangan bahwa struktur modal berhubungan dengan nilai
perusahaan (teori stmktur modal relevan).
Pada teori stmktur modal relevan, ada dua teori dasar yaitu: Teori Trade
off(Farna dan Miller, 1972; Jensen dan Meckling, 1976; Myers, 1977; DeAngelo
dan Masulis, 1980; Jensen, 1986) dan Teori Pecking Order (Myers, 1984) dalarn
Dini Kusumawati (2004) yang memiliki pandangan yang berbeda mengenai
keberadaan struktur modal yang optimal/target leverage. Menurut Teori Trade off,
pilihan sumber dana perusahaan merefleksikan usaha manajer perusahaan untuk
menyeimbangkan tax shield dari hutang yang lebih besar dengan meningkatnya
kemungkinan dan biaya financial distress, termasuk yang meningkat akibat tidak
melakukan investasi pada proyek yang menguntungkan. Sebab, jika terlalu
banyak atau terlalu sedikit hutang dalam suatu perusahaan akan dapat
menurunkan nilai pemsahaan. Dengan kata lain, ada struktur modal yang optimal.
Pemsahaan memiliki target leverage dan bergerak ke arah target leverage
tersebut.
Menurut Lasher (2003, 421) dalam Dini Kuswnawati (2004), dengan
restrukturisasi modal, dalam hal ini merubah leverage (komposisi hutang dan
ekuitas), malm harga saham akan naik, sebab struktur modal yang optimal akan
dapat memaksimwnkan harga sallam. Pada saat leverage rendah, peningkatan
sedikit leverage akan memiliki efek positif bagi investor. Namun pada saat
leverage tinggi maka akan mengandung risiko tinggi sehingga penambahan
sedikit leverage efeknya almn menjadi negatif bagi investor. Stl'uktur modal
optimal yang alcan menghasilkan harga saham maksimum dicapai pada saat
terjadinya pembahan efek dari positif dan negatif. Pada posisi struktur modal
optimal, apabila dilakukan penambahan leverage malm harga saham justru akan
turun (tidak lagi pada posisi maksimum).
Hal'tono (2003) juga menyatakan hal yang sama bahwa Teori struktur
modal sampai saat ini masih menjadi bahan perdebatan diantara para ahli
keuangan. Ada dua pandangan yang terus diperdebatkan ol"h allli-ahli keuangan
tersebut. Pandangan pertama dikenal dengan pandangan u'adisional, yang
menyatakan babwa struktur modal mempengaruhi nilai perusabaan. Pandangan
tradisional ini diwakili oleh dua teod yaitu Trade off TheOlY dan Pecking Order
Theory. Pandangan kedua dikemukakan oleh Modigliani dan Miller yang
menyatakan babwa struktur modal tidak mempengaruhi nilai perusabaan.
Berbagai faktor seperti adanya corporate tax, biaya kebangkmtan, dan
personal tax, telab dipeliimbangkan untuk menjelaskan mengapa suatu
pemsabaan akhirnya memilih struktur modal tertentu. Penjelasan tersebut
termasuk lingkup trade off theory (Brealy, R and Myers, S 1991 dalam HaIiono,
2003). Esensi trade offtheory adalab menyeil11baIlgkan l11anfaat dan pengorbanan
yang timbul sebagai akibat penggunaaIl hutang. Sejauh l11aIlfaat masih lebih
besar, hutang alean ditambah. Tetapi apabila pengorbanan karena penggunaan
hutaIlg sudall1ebih besar, maka hutaIlg tidalc boleh ditambab lagi.
Dalanl bebaI'apa penelitian empiris ditel11ukan bahwa static trade off
model kurang mampu l11enjelaskan dalaIll menentukan struktur modal optimal.
Dalam kenyataannya pemSahaaIl dihadapkan pada kondisi YaIlg selalu berubab
dan keterbatasan baik dalam kesempatan investasi, internal cash flow yang ada,
daIl dividen yang harus dibayaI" Kondisi ini akan memunculkaIl adaIlya a target
adjustment model berdasarkan trade off theory (Shyam-Surlder aIld Myers 1999
dalam HaIiono 2003).
Konsep pecking order theory dikemukakan oleh Mye:rs dan Majluf (1984)
dan Myers (1984) dalam Hartono (2003), yang mecoba menjelaskan keputusan
pendanaan yang diambil oleh perusahaan berbeda dengan pemikiran teori struktur
modal sebelumnya. Myers (1984) dalam Hartono (2003)m,enemukan bukti
empiris adanya penilaian negatif dari pemegang saham atau pengurangan
leverage - pecking order theory juga l11erupakan satu il11plikasi dari analisis
Myers - Majluf (1984), yang l11engungkapkan bagail11ana asil11etri l11emiliki efek
terhadap investasi dan pembelanjaan perusahaan.
Pecking order Hypothesis (Myers 1984; Myers &. Majluf 1984 dalam
Hartono (2003) menyatakan bahwa manajer akan mel11ilih tingkat pembelanjaan
modal yang l11emaksimalkan kemakmuran pel11egang saham saat ini, tanpa
l11emperhatikan kepemilikan manajer tersebut atas saham perusahaan. Manajer
cenderung untuk membuat keputusan pembelanjaan modal atas dasar aliran kas
internal (intemal cash flow), dengan alasan adanya information asymetrics antara
manajer tersebut dengan calon pemegang saham potensial (Myers &. Majluf 1984)
dalam Hartono (2003). Alasan lain adalah adanya equity agency coriflic antara
manajemen dengan pemegang saham, terutama jika perusallaan memiliki exess
cash flows (Jensen, 1986 dalam Hartono, 2003). Exess cash flows tersebut
cenderung akan digunakan oleh manajernen untuk meningkatkan kekuasaannya
melalui investasi yang berlebihan dan pengeluaran yang tidak berkaitan dengan
kegiatan utama perusahaan.
Beberapa penelitian mengenai struktur modal yang dilakukan di Indonesia
diperoleh hasil temuan yang beragam. Penelitian model Gringer dan Gordon yang
dilakukan Sartono (2001) dalam Hartono (2003) menyimpulkan tidak
diperolehnya petunjuk secara tegas adanya pecking order thealy. Penelitian lain
yang dilakukan Sartono (2001) dengan model Kamath (1997) dengan model
kuesioner menyimpulkan bahwa manajer di Indonesia memilki kecenderungan
memilih pembelanjaan secara hirarki atau pecking order theory dari pada target
struktur modal atau trade offtheory (Hartono, 2003). Pemsahaan yang mengikuti
filosofi pecking order theory untuk 1l1emperoleh dana bam memandang rasio
hutang berhubungan dengan profitabilitas dan pertu1l1buhan di masa lalu.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Hamidi (200 I) dalam Hartono (2003)
memperoleh hasil yang memberikan penegasan pada pecking order theory yaitu
bahwa internal cash flow mempakan suatu faktor yang berpengamh terhadap
tingkat capital expediture perusahaan, akan tetapi internal cash flow ini belum
bisa secara langsung mem1l1jukkan terjadinya hipotesis pecking order. Wijaya
(2001) dalam penelitiannya yang menghubungkan antara profitabilitas dan
kesempatan investasi dengan leverage memberikan hasil yang mendukung
hipotesis pecking order, walaupun tidak konsisten Selan13. 3 tahun. Sedangkan
pengujian trade off theory dengan menghublmgkan antara free cash flow dan
folatilitas dengan leverage tidak diperoleh hasil yang mendukung hipotesis
tersebut.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Wibowo dan Erkaningrmn
(200 I) dalam Hartono (2003) yang 1l1enyi1l1pulkan bahwa untuk pemsahaan
manufaktur di Indonesia cendemng tidak mengikuti pecking order theory, karena
hasil yang diperoleh menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan dividend
payout ratio terhadap investasi dan sebaliknya.
Studi lain mengungkapkan banyak fakta bahwa perusahaan melakukan
penyesuaian secara gradual terhadap target rasio hutang. Titman (1994), Shyam
Slmdar and Myers (1999) dalanl Hartono (2003) mempergunalcan probabilitas
penambahan hutang maupun modal sendiri dengan mempergunalcan deviasi
current debt ratio dari target, dimana target dengan rata-rata sampel selama
periode pengamatan dengan metode rata-rata bergerak. Shyam-Sundar and Myers
(1999) dalam Hartono (2003) menginterpretasikan significant adjustment
coefficients sebagai pendukung perilaku a target adjustment tradeoff theory
mampu menjelaskan perubahan rasio hutang, tetapi pecking order theory lebih
mampu menjelaskan sumber perubahan hutang tersebut. Jika dilakukan pengujian
secara sendiri a target adjustment trade offtheory nampak memiliki kemampuan
yang baik dalam menjelaskall kebijakan struktur modal. Apabila diuji bersamaan
atau digabungkan dengan model pecking order theory, maka model pecking order
theory lebih mampu menjelaskan perilalcu pembelalljaan perusahaan.
Beberapa penelitian terdalmlu menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti
dalam menyusun hipotesis, memilih variabel-variabel dan metode penelitian yang
digunakall untuk melleliti lebilt lanjut mengenai pellgujian pecking order theory
dan trade off theOlY. Terdapat bebrapa perbedaan pada penelitian ini jika
dibandingkan dengan beberapa penelitian sebelumnya. Berdasarkan evaluasi
tersebut, perbedaan dari penelitian terdahulu adalah bahwa pada penelitian ini
lebih difokuskan pada dua teori yaitu pecking order theory dan trade off theory,
karena teori tersebut menunjukkan bahwa stmktur modal sebagai wujud dari
kebijakan pendanaan memiliki implikasi penting terhadap nilai pemsahaan serta
masih jarang yang meneliti kedua teori tersebut secara bersamaan. Objek yang
akan diteliti adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEl) pada tahun 2005-2007. Alasan pemilihan objek karena peneliti ingin
melakukan penelitian dalam kurun waktu yang terbaru, serta peneliti menganggap
dalam tahun tersebut berkaitan dengan jumlall dan relevansi penelitian. Hal ini
mengacu pada tujuan untuk memaksimalkan kemakmuran pemegang saham.
Yang menjadi batasan dalam penelitian ini adalah: (i) apakah kebijakan stmktur
modal perusahaan manufalctur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEl)
mengikuti pecking order theory atau trade off theory, dan (ii) apakah kebijalcan
struktur modal perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEl) dipengaruhi oleh ukuran pemsahaan (size). Dengan demikian, maka penulis
memutuskan memilih skripsi dengan judul "Analisis Kebijakan Struktur Modal:
Pengujian Pecking Order Theory dan Trade Off Theory (Studi pada pemsahaan
manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia)".
B. Perumusan Masalah
1. Apalcah kebijakan struktur modal pemsallaan manufaktur yang terdaftar di
BEl mengikuti pecking order theory atau trade offtheOlY ?
2. Apakah kebijakan struktur modal perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEl dipengarubi oleh ukuran perusallaan (size) ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
I. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan malm tujuan
penelitian ini adalah:
a. Menganalisis kebijakan struktur modal perusahaan manufaktur yang
tercatat di BEl lebih mengikuti tradeofftheory atau pecking order theOly.
b. Menganalisis kebijakan struktur modal perusahaan manufalctur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEl) dipengaruhi oleh ukuran
perusahaan (size) atau tidak.
2. Manfaat Penelitian
Apabila tujuan penelitian ini terpenuhi maka manfaat penelitian yang
diharapkan adalall sebagai berikut:
a. Bagi Perusahaan
I. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan masukan yang
sekiranya dapat berguna bagi suatu perusahaan dalam mengambil
keputusan dan sebagai salah 8atu referen8i dalam mengembangkan
usaha.
2. Perusahaan akan mendapatkan aualisa laporan keuangan yang dijadikan
sebagai masukan (input) untuk memaksimalkan nilai perusahaan
melalui stmktur modal yang optimal. Analisa ini juga alean menjadi
bahan pertimbangan bagi perusaahaan untuk mengambil langkah
selanjutnya karena perusahaan telah mengetahui dengan jelas tingkat
leverage yang harus digwlakan agar nilai perusahaan maksimaI.
3. Sebagai bahan pertimbangan bagi para manajer keuangan perusahaan
dalam pengambilan keputusan pendanaan (financing decision).
4. Perusahaan akan mendapatkan keputusan yang pasti tentang kebijakan
struktur modal yang optimal dengan menggooakan pecking order
theory dan trade offtheOly.
b. Bagi Akademis
I. Dapat menggambarkan pola hubungan antara nilai leverage ratio suatu
pemsallaan pada teori struktur modal berdasarkan pecking order
theory dan trade offtheory.
2. Dapat mengkritisi keabsahan atau memastikan keabsahan teori tentang
adanya struktur modal yang optimal.
c. Bagi Penulis
I. Dapat menerapkan ilmu ekonomi khususnya penulis diharapkan dapat
mengetahui perilaku pendanaan yang dilakukan oleh pemsahaan.
2. Dapat mengetahui teori tentang kebijakan stmk..tur modal berdasarkan
pecking order theory dan trade offtheory.
d. Bagi Investor
Penelitian dapat menjadi informasi tentang strnktur modal perusahaan
sehingga dapat membantu investor dalam membuat kebijakan investasinya.
BABn
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teor! Struldur Modal
Salah satu fungsi pembelanjaan selain yang menyangkut keputusan
mengenai investasi dan dividen adalah keplltllsan pembelanjaan. Dalam
keputusan pembelanjaan, perusahaan (khusllsnya manajer pembelanjaan) dapat
membelanjai investasinya dengan hutang jangka panjang (debt), dengan modal
sendiri (equity), atau dengan kombinasi antara kedllanya. Keputllsan yang
bagaimana pun akan diambil oleh perusahaan ini merupakan cermin dari
kebijaksanaan pemsahaan tersebut dalanl menentllkan jenis dana atau sumber
pembiayaan mana yang akan diambilnya, yang akan membentuk struktur modal
dari perusahaan.
Para manajer kellangan perlu mempeliimbangkan manfaat dan biaya dari
sllmber dana yang dipilih dalam melakllkan pengambilan keputusan pendanaan.
Hal ini disebabkan karena masing-masing sumber dana tersebllt mempunyai
konsekllensi dan karakteristik finansial yang berbeda. SlImber dana yang berasal
dari dalam perusahaan dapat diperoleh dari retained earning dan depresiasi. Dana
yang diperoleh dari sllmber dana eksternal dapat dibedakan dalam dua kategori,
yaitu pembelanjaan dengan hutang (debt financing) dan pembelanjaan sendiri.
Pembelanjaan dengan hutang merupakan pemenllhan kebutuhan dana dalam
bentuk hutang yang berasal dari kreditor. Sedangkan pembelanjaan sendiri,
sumber dana berasal dari pemilik atau peselta yang ikut mengambil bagian dalam
perusahaan.
Berbicara mengenai struktur modal ini, pertama-tarna akan dikemukakan
pengertian dari stnlktur modal itu sendiri. Menurut Hampton (1989) yang dikutip
oleh Rustam Efendi dalam Dwi Hastiningsih (2005) "Capital structure is the
composition of debt and equities that comprise a firm's financing of its asset".
Pengertian yang sama juga dikemukalcan oleh Van Horne (1989) daJam Dwi
Hastiningsih (2005) "Capital structure in term of the proportion of debt to
equity". Demikian juga Shin dan Siegel (1987) dalanl Dwi Hastiningsih (2005)
mengatakan "Capital structure is the mix oflong-term source offunds used by the
firm", dan pengertian yang sama lailmya adalall dikemukakan Napa 1. Awat dan
Mulyadi Ps (1989) dalam Dwi Hastiningsih (2005) "Stntktur modal mempakan
perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri (sallam)".
Pengertian mengenai struktur modal yang dikemukalcan tersebut adalah
lebih sempit yang mengatakan, ballwa struktur modal adalah perimbangan antara
hutang jangka panjang (debt) dengan modal sendiri (equity)" Sedangkan pendapat
lailmya yang lebih luas mengatakan bahwa struktur modal bukan hanya
mempalcan perimbangan atau perbandingan antal"a hutang jangka panjang dengan
modal sendiri saja, melainkan termasuk juga semua hutang temtama yang bersifat
permanen.
Pengertian tersebut seperti dikemukakan Maness (1988) yang dikutip oleh
Rustam Efendi dalam Dwi Hastiningsih (2005) "Capital structure refers to the
permanent long-term financing of cOlporation represented by long-term debt,
preferred stock, paid in surplus, and retained earning". Weston and Copeland
(1986) dalam Dwi Hastiningsih (2005) mengatakan '·Capital structure or
capitalization of the firm is the permanent financing reprecented by long-term
debt, preferred stock and shareholder's equity". Lebih je1as diartikan oleh
Weston dan Brigham (1990) dalam Dwi Hastiningsih (2005) yang mengatakan
"Struktur modal adalah pembiayaan permanen perusahaan yang temtama berupa
hutang jangka panjang, saham preferen atau prioritas, dan saham biasa, tetapi
tidak tennasuk semua kredit yang pendek". Demikian pula yang dikemukakan
Sartono, R. Agus (1990) dalam Dwi Hastiningsih (2005) "Struktur modal adalah
rasio jumlah hutang jangka pendek yang bersifat permanen, hutang jangka
panjang, saham preferen, dan saham biasa yang dipergunalcan oleh perusahaan.
Wijaya (2001) dalam Yuniningsih (2002) juga menjelaskan bahwa
manajer hams mempertimbanglcan manfaat dan biaya dari sumber dana yang
dipi1ih dalam melakukan pengambilan keputnS<ll1 pend<lnaan. Masing-masing
sumber dana mempunyai konsekuensi dan karakteristik finansial yang berbeda.
Sumber dana yang berasal dari dalam perusahaan didapat dari retained earning
dan depresiasi. Sumber dana ekstemal dibedakan menjadi dua kategori, yaitu
pembelanjaan dengan hutallg (debt financing) dan pembe1anjaan sendiri (external
equity). Bauran penggunaan modal sendiri (baik berupa saham biasa maupun
saham preferen) dan hutang untuk memenuhi kebutuhan dana perusahan disebut
stmktur modal perusahaan. Menentukan kebijakan struktur modal hams
melibatkan antara risiko dan tingkat pengembalian karena dengan penambahan
hutang akan memperbesar risiko pemsahaan dan sekaligus memperbesar tingkat
pengembalian yang diharapkan. Risiko yang makin tinggi akibat dari besarnya
hutang cendemng mellUmnkan harga saham. Hal tersebut diperlukan suatu
struktur modal yang optimal dengan mengoptimalkan keseimbangan antara risiko
dan tingkat pengembalian yang dapat memalcsimumkan harga saham.
Menurut Roma Uli (2002) dalam Edi Wijaya (2001) teori stmktur modal
mer,jelaskan apakah ada pengaruh pemballan struktur modal terhadap nilai
pemsahaan, kalau keputusan investasi da.n kebijakan dividen dipegang konstan.
Seandainya suatu perusahaan mengganti sebagian modal sendiri dengan hutang
atau sebaliknya apakah harga sallarn akan merubah dengan mengasumsikan
perusahaan tidak mengubah keputusan-keputusan keuangan laimlya. Struktur
modal yang dapat memalcsimalkan nilai perusahaan atau harga salJam adalah
struktur modal terbaik.
Suatu investasi baru akan memerlukan modal. Sumber pendilllaan
perusahaan pada dasarnya terdiri atas hutang dilll modal sendiri. Modal yang
dipergunalcan pemsahaan selalu mempunyai biaya (cost ofcapital). Biaya modal
bisa bersifat eksplisit, artinya narnpak dan dibayar oleh pemsahaan, tetapi bisa
juga implisit yaitu tidak narnpak bersifat opportunistic atau diisyaratkan oleh
investor.
Sumber pendanaan hutang memberikan beberapa manfaat. Peliama, biaya
bunga berakibat pengurangan pembayaran pajak terhadap laba operasi
perusahaan. Kedua, return yang diberikan kepada debitur bersifat tetap sehingga
pemegang saham tidak hams membagi keuntungan jika perusahaan sukses.
Terakhir debitur tidak memiliki hak voting sehingga pemegang saham dapat
mengontrol bisnis perusahaan (Wijaya, 2001)
Namun pemakaian sumber dana dari hutang juga berisiko. Pertama,
semakin tinggi rasio hutang perusahaan maim semakin tinggi risiko perusahaan
sehingga mengakibatkan semakin tinggi tingkat bunga yang harus dibayarkan.
Pembayaran tingkat bunga yang tinggi akan menghilangkan fungsi pengurangan
beban pajak terhadap hutang. Kedua, jika perusahaan pada kondisi keuangan sulit
sehingga tidak mampu untuk membayar b1l11ga maka para pemegang sahanl hams
membuat pengurangan pengeluaran jika tidak berhasil maka pemsahaan terancam
bangkrut.
Sumber pendanaan dari ekuitas bukan berarti biayanya lebih murah dari
pada biaya mempergunakan hutang. Biaya pemakaian ekuitas merupakan tingkat
keuntungan yang diisyaratkan oleh para investor sebelum para investor
menyerahkan dana tersebut kepada perusahaan. Tingkat keuntungan yang
diisyaratlcan ini belum tentu lebih kecil apabila dibandingkan dengan bunga
pinjaman.
Perusahaan dapat mempergunakan hutang dan ekuitas 1l11tuk membiayai
aset perusahaarmya. Perusahaan akal1 mendanai investasinya dengan
mempergunakan seluruh modal sendiri atau hutang atau membagi proposi hutang
dan modal selldiri dellgan tujuall mellingkatkal1 nilai perusahaan del1gall memberi
penanlbahan kesejal1teraan bagi pemegang sal1am.
Struktur modal dapat dilihat dari neraca perusal1aan. Nilai perusallaan
merupakan penjumlal1an nilai pasar hutang dan nilai pasar modal sendiri.
Asset-in-place and growth oppurtunities Debt (D)Equity (E)Firm value (V)
Sumber: Roma Uli (2002) dalanl Wijaya (2001)
Menurut Dini Kusumawati (2004) pada dasarnya ada dua teori yang
bertentangan mengenai ada tidaknya hubungan antara struktur modal dan nilai
perusallaan, yaitu teori struktur modal tidak reIevan dan teori struktur modal
relevan.
1. Tcori Struktur Modal Tidak Rclevall
Menurut Modigliani dan Miller (1958) dalam Ross, Westerfield, dan
Jaffe (2002, 406) yang dikutip oleh Dini Kusumawati (2004), keputusan
investasi fisik perusahaan tidak tergantung pada struktur modalnya. Hal ini di
bawall asumsi ketiadaal1 pajalc, biaya transaksi, dan biaya kebangkrutall.
Dengan kata lain, nilai suatu perusahaan tidak berhubungan del1gan struktur
modalnya, sehillgga dapat dikatalcal1 tidak ada struktur modal yang optimal.
Nilai perusahaan semata-mata ditentukan oleh keputusan investasi.
Keuntungan tingkat biaya yang lebih rendah dari hutang terhapus oleh tingkat
pengembalian yang lebih tinggi dari ekuitas yang diingil1kan pemegang saham
kar'ena lebih tingginya risiko keuarlgan yarlg disebabkall oleh pellggunaan
hutang yang lebih besar. Modigliarli dan Miller dalam Dini Kusumawati
(2004) juga menunjukkan bahwa efek tindakan yang dilakukan oleh
perusahaan akan dapat ditiru bahkan dihilangkan oleh investor dengan cara
meminjarn dari rekening pribadi lilltuk membeli saham pada perusahaan tanpa
leverage (homemade leverage), selarna individu dapat meminjam (dan
memberi pinjarnan) dengan syarat yang sarna seperti perusahaan.
2. Teori Struktur Modal Relevan
Pada suatu kasus khusus, dengall asumsi ketiadaan keuntungan pajak,
risiko kegagalarl, atau agency problems, keputusan mengenai sumber dana
dikatakan tidak reievan, karena hutang tidak menimbulkan kerugian atau pun
keuntungan (teori struktur modal tidak relevan). Narnun dalam kebanyakan
kasus, trade off antara keuntungan dan kerugian dari penggunaan hutang
dalanl keputusan mengenai sumber dana akan menghasilkan struktur modal
yang optimal, yaitu pada saat dicapainya nilai perusahaan yang maksimum
(Dini Kusumawati, 2004).
Dalarn dunia dengan adanya pajak perusahaan, Modigliani-Miller
(1963) dalarn Ross, Westerfield, dan Jaffe (2002, 416) yang dikutip oleh Dini
Kusumawati (2004) mengemukakan bahwa nilai perusahaan merupakan
fungsi yang meningkat dari leverage. Hal ini disebabkan oleh adanya
perlindungan pajak atas penggunaan sumber dana melalui hutang sehingga
perusahaan dapat memaksimumkan nilai perusahaannya dengan pemanfaatan
sumber dana melalui hutang.
Damodaran (2001, 566) yang dikutip oleh Dini Kusumawati (2004)
juga menyatakan bahwa wa1au suatu perusahaan tidak seCal'a eksp1isit
membuat trade off ini, namun secara imp1isit mereka melakukannya bahkan
ketika mereka menentukan leverage yang berdasarkan sik1us hidup
perusahaan, atau perbandingan dengan perusahaall lain di bisnis yang sarna,
atau berdasarkan hirarki sumber dana. Dalam hal ini, perusahaan dapat
memilih dari sekian banyak altematif struktur modal, baik yang bertumpu
pada sumber dana yang berasal dari da1am perusahaan, hutang, atau pun
ekuitas. lnilah yallg selanjutnya disebut dengan teod struktur modal re1evan.
Sehubungan dengan teori struktur modal re1evan, maIm ada dua
kerangka berpikir yang berbeda yaitu pecking order theory dan trade off
theory. Seperti yang telah dikatakan diatas, kedua kerangka pemikiran inilah
yang akan dijadikan sebagai 1andasan teori dalam penelitian ini.
B. Model Pecking Order Theory
Pemililian pendanaan berdasarkan risiko mempakan konsep pecking order
theory yang diperkena1kan oleh Myers (1984) dan Myers dan Majluf (1984)
dalaln Edi Wijaya (2001). Donaldson (1961) yallg diacu oleh Myers (1984) dalam
'Edi Wijaya (2001) menemukan bahwa terdapat kecenderungan perusahaan untuk
menentukan pemilihan sumber pendanaan. Perllaku manajemen yang tidak
mengikuti urutan pendanaan menurut pecking order theory merupakan suatu
sinyal yang bumk mengenai prospek perusahaan dimasa yang akan datang.
Pecking order theory mengacu pada teori pemsahaan yang bertujuan
memaksimumkan kemakmuran pemilik pemsahaan.
Myers (1984) juga berpendapat bahwa terdapat tidak kekonsistenan antara
trade off theory dan pecking order theory yang dikemukakan oleh Donaldson
(1961; pada Myers, 1984 dalam Edi Wijaya 2001). Pecking order theory
membedakan ekuitas yang dipero1eh dari laba ditahan dan penerbitan saham baru
karena prioritas sumber pendanaan menempatkan posisi yang paling atas
sedangkan penerbitan saham bam pada posisi yang paling bawah. Trade off
theory tidak membedakan umtan pemilihan sumber pendanaan oleh karena itu
ekuitas tidal( dibedakan apakall diperoleh dari laba ditahan atau dari penerbitan
sallanl bam melain1can mempakan kombinasi dari keduanya.
Dimisalkan terdapat tiga sumber pendanaan pemsahaan, yaitu retained
earning, hutang, dan ekuitas. Retained earning tidak mempunyai permasalahan
atau risiko sama seka1i. Ekuitas memplUlyai tingkat risiko yang sangat besar,
sedangkan hutang mempunyai risiko yang relatif kecil. Keduanya mempunyai
risiko, tetapi dari sudut pandang investor, ekuitas mempunyai risiko yang lebih
besar dari hutang. Hal ini mengakibatkall investor akan rnengharapkan tingkat
pengembalian yang 1ebih tinggi dari penggmlaan ekuitas dibandingkan dengan
penggunaan hutang. Dari sudut pandang perusahaan, retained earning merupakan
sumber pendanaan yang lebih baik diballdingkan hutang, dan hutang merupakan
sumber pelldanaan yang lebih baik dibandingkan ekuitas. Sejalan dengan hal
tersebut, perusahaan akan membiayai semua kegiatan investasinya dengan
menggunakan retained earning. Jika jumlah retained eaJ:nillg tidak mencukupi
maka pelldaJlaan dengan hutang atau ekuitas yaJlg akan digunakan.
Myers (1984) dalaJll Edi Wijaya (2001) berpendapat bahwa keputusall
pendanaan berdasaJ'kan pecking order theory akan mengikuti urntan pendanaan
sebagai berikut:
a. Perusahaan akan lebih menyukai penclanaan dari sumber internal (pendanaan
dari hasil operasi perusahaan).
b. Perusahaan menyesuaikaJl target pembayaran dividen terhadap peluang
investasi.
c. Kebijakan dividen bersifat sticky, fiuktuasi profitabilitas clan peluang
investasi berdaJllpak pada aliran kas internal bisa lebih besar atau lebih kecil
dari pellgeluaran investasi.
d. Bila dana eksternal dibutuhkan, penmahaan akan bernsaha memilih sumber
dana dari hutang karena clipandang lebih aJllan dan pellerbitaJl eknitas barn
sebagai pilihan terakhir nntuk memenuhi kebutuhan sumber dana.
DalaJll Dini Kusumawati (2004), pecking order theory memandang
perusahaan lebih menyukai sumber dana intemal clibandingkan clengaJl sumber
dana eksternal, dan lebih menyukai hutang dibandingkan ekuitas. Menurut Myers,
dalam membuat keputusan mengenai sumber dana, manajer perusahaan tidaic
benar-benar berpikir mengenai struktur modal yang optimal, namtm pemilihan
tersebut berdasarkan sumber dana yang termudah dan tennurah, dengan sedikit
pemikiran mengenai konsekuensi di masa depan terhadap pilihan tersebut.
Menumt Adler Haymans Manmung (2004), Pecking order theory
diperkenalkan oleh Gordon Donaldson (196 I) ballwa perusahaan mempunyai
urutan dalam melalcukan pembiayaan yang dimulai dengan urutan laba ditahan,
hutang kepada pihalc ketiga baik dengan loan atau menjllal obligasi dan teralchir
dengan megeluarkan saham baru. Urutan pembiayaan tersebut merupalcan wutan
berdasarkan biaya yang hams dikeluarkan perusahaan dan biaya ekuitas
merupakan biaya tertinggi.
Selanjutnya, Baskin (1989) dalam Adler Haymans Manurung (2004), juga
berpendapat bahwa perusahaan yang membayar dividen tinggi pada masa laiu
mempwlYai kecenderungan untuk meminjam lebih banyak, sehingga perusahaan
lebih cenderung menggunalcan dana dari dalam perusahaan dan pinjaman serta
kemudian mengeluarkan sahan1.
Sesuai dengan teod ini, dalan1 Suad Husnan (2000: 325) tidak ada suatu
target debt to equity ratio, karena ada dua jenis modal sendiri, yaitu internal dan
eksternal. Modal sendiri yang berasal dari dalam perusahaan lebih disukai dari
pada modal sendiri yang berasal dari luar perusahaan.
Pecking Order Theory menjelaskanmengapa perusahaan-perusahaan yang
profitable mnumnya meminjam dalam jumlah yang sedikit. Hal tersebut bukan
disebabkan karena mereka mempunyai target debt ratio yang rendall, tetapi
karena mereka memerlukan external financing yang sedikit. Perusallaan yang
kurang profitable akan cenderung mempunyai hutang yang lebih besar karena dua
alasan, yaitu (a) dana internal tidak cukup, dan (b) hutang merupakan sumber
eksternal yang lebih disukai.
Dana internal lebih disukai dari pada dana eksternal karena dana internal
memungkinkan perusahaan untuk tidal, perlu "membuka diri lagi" dari sorotan
pemodal luar. Kalau bisa memperoleh sumber dana yang diperlukan tanpa
memperoleh "sorotan dan publisitas publik" sebagai akibat penerbitan saham
barn.
Ada dua alasan dana eksternallebih disukai dalam bentuk hutang daripada
modal sendiri karena (a) pertimbangan biaya emisi. Biaya emisi obligasi akan
lebih murall dari biaya emisi sal1am barn. Hal ini disebabkan karena penerbitan
sallam barn akan menurunkan harga sal1all1 lama, (b) ll1anajer khawatir kalau
penerbitan sal1am baru almn ditafsirkan sebagai kabar jelek oleh para pemodal,
dan membuat harga sal1all1 akan turun. Hal ini disebabkan antara lain oleh
kemungkinan adanya asimetri informasi ~mtara pihak manajemen (pihak dalam)
dengan pihak pemodal (pihak luar).
Asimetri informasi ini terjadi karena pihak manajemen mempunym
infonnasi yang lebih banyak dari pada para pemodal. Dengan demikian, pihak
mmlajemen mungkin berpikir bal1wa harga sal1am saat ini sedang overvalue
(terlalu mal1al). Kalau hal ini yang diperkirakan terjadi, rnaka manajemen tentu
akan berpikir untuk lebih baik menawarkan saham bam (sehingga dapat dijual
dengan harga yang lebih mahal dari yang seharusnya).
C. Model Trade Off TheOlY
Esensi trade off theory dalam struktur modal adalah menyeimbangkan
manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh
manfaat lebih besar, tanlbahan hutang masih diperkenankan. Apabila
pengorbanan karena penggtmaan hutang sudah lebih besar, malm tarnbahan
hutang sudah tidak diperbolehkml. Trade off theOlY telah mempeliimbmlgkan
berbagai falctor seperti corporate tax, biaya kebanglautan, dan personal tax, dalam
menjelaskan mengapa suatu perusahaan memilih struktur modal telientu. Husnan,
(2000) dalarn Hmiono (2003).
Menurut Myers (1984, 574) dalam Dini Kuslilllawati (2004), trade off
theory ya11g mema11dang pemsahaan menetapkan tm'get struktur modal dml secara
gradual bergerak ke arah tersebut. Dengml kata lain, stmktur modal optimal dapat
ditentukan. Dua teori yang tennasuk adalah Teod Tax Shelter-Bankruptcy Cost
dan Teori Agency. Adanya keuntungan pengembalian pqjalc dm1 penggunaan
hutang dibandingkml denga11 ekspektasi biaya kebangkmtlm alcibat penggunaan
hutang mempalca11 dasm' pemikiran Teori Tax Shelter-Bankruptcy Cost.
Sedangka11 Teori Biaya Agency berpa11dmlgan bahwa stmktur modal optimal
ditentuka11 oleh biaya ymlg muncul dari konflik yang teljadi a11tm'a principal dan
agen. Konflik peliarna adalah antara manajer dalarn pemsahaan dan pemegang
saham yaitu persoalan fi'ee cash flow pada saat ekuitas berlebihan (Jensen &
Meckling, 1976; Jensen, 1986 dalarn Dini Kusumawati, 2004) yang menimbulkan
biaya agency ekuitas. Konflik kedua adalah antara pemegang saham dan pemberi
hutang yaitu persoalan substitusi aset dan underinvestment (Fama dan Miller,
1972; Jensen dan Meckling, 1976; Myers, 1977 dalam Dini Kusumawati, 2004)
yang menimbu1kan biaya agency hutang.
Model trade off theory mengasmnsikal1 bahwa struktur modal perusahaan
merupakan hasi1 trade off dari keuntungan pajak dengan menggunakan hutang
dengan biaya agensi yang akan terjadi dengan penggunaan hutang tersebut
(Megginson, 1997 da1arn Edi Wijaya, 2001). Model ini merupakan
pengembangan dari teori Modigliani Miller mengenai irrelevance capital
structure hypothesis. MM berpendapat bahwa dalarn keadaan pasar sempurna
mal(a nilai pemsahaan dengan menggunakan hutang akan sarna dengan
perusahaan yang tidak mengglmakan hutang (Modig1iani dan Miller, 1958 dalam
Edi Wijaya, 2001). Tetapi mereka merevisi kembali hasil temuan mereka
(Modigliani dan Miller, 1960 dalal11 Edi Wijaya, 2001) dengan l11engatal(an
bahwa adanya pajak maka hutang akan l11enjadi relevan. Hal ini disebabkan
bunga hutang yang dibayarkan akan mengurangi tingkat penghasilan yang terkena
pajak, sehingga perusahaan akal1 mampu meningkatkan nilainya dengan
menggunakan hutang.
Suatu fakta yang berlawal1an dengan temuan tersebut, dalarn
kenyatamillya tidak ada satu perusahaan pnn ymlg akan l11enggunakml dana yang
selmuhnya berasal dari hutang ataupun clalam jumlah yang relatif besar. Model
tersebut mengabaikan faktor biaya kebangkrutan clan biaya !ceagenan yang timbul.
Sehingga suatu struktur modal yang optimal akan dapat ditemukan dengan
menyeimbangkan antara keuntungan dari penggunaan hutang dan biaya
kebangkrutan dan biaya keagenan. Hal ini disebut trade offtheory (Myers, 1984;
Jensen dan Meckling, 1976 dalam Edi Wijaya, 2001).
Penggunaan hutang yang berbeban bunga memiliki keuntungan dan
kelemahan bagi perusahaan (Brighanl et al.,1999 dalam Edi Wijaya, 2001).
Keuntungan penggunaan hutang adalah biaya bunga mengmangi penghasilan
kena pajak sehingga biaya utang efe!ctif menjadi lebih rendah; kreditor hanya
mendapat biaya bunga yang relatif bersifat tetap, sehingga kelebihan keuntungan
merupakan lelaim bagi pemilik perusal1aan; bondholder tidak memilki suara
sehingga pemilik bisa mengendalilean perusahaan dengan dana kecil.
Kelemal1an penggunaan hutang adalah !carena semakin tinggi penggunaan
hutang akan meningkatlean technical insolvency (Gittman, 1994 dalam Edi
Wijaya, 2001), sehingga bila bisnis perusallaan tidak dalam keadaan yang baile,
pendapatan operasi menjadi rendal1 dan tidal( cukup untuk menutup biaya bunga
sehingga keleayaan pemilik ber!curang. Pada suatu kondisi yang sangat ekstrim,
perusal1aan akan terancam !cebangkrutal1. Kesimpularmya penggunaan hutang
akan meningkat!can nilai perusahaan tetapi hanya sampai pada titik terteutu.
Implikasi trade off theory menmut Bril1gham et aI, (1999) dalam Edi
Wijaya (2001) adalall perusal1aan dengan risiko bisnis til1ggi lebih baik
menggunakan hutang yang sedikit dan pelUsahaan yang terkena tingkat pajak
tinggi memperoleh penghematan pajak yang lebih tinggi bila menggunakan
hutang.
Walaupun model trade off theOl:V tidak dapat menentukan secara tepat
struktur modal yang optimal, namun model tersebut memberikan kontribusi
penting: (a) perusahaan yang memiliki aldiva yang tinggi variabilitas keuntungan
akan memiliki probabilitas financial distress yang besar, dan seyogyanya
pelUsahaan menggunakan sedikit hutang, dan (b) pelUsahaan yang membayar
pajak tinggi sebaiknya lebih banyak mengglmakan hutang dibandingkan
perusahaan yang membayar p'!iak rendah.
Meskipun kedua pendekatan teori struktur modal ini yakni pecking order
theory dan trade off theOlY, bersifat saling melengkapi dalam berbagai kasus,
namun hasil penelitian empiris membuktikan bahwa walau jenis variabel yang
digunakan sama, namun ada perbedaan dalam prediksi kedua pendekatan ini.
D. Ulmran Perusahaan (Size)
Vmiabel kontTOI yang digunakan dalanl penelitian ini adalah nkuran
perusahaan (size). Semaldn besar ukuran suatu pelUsahaan maIm akses pelUsahaan
tersebut ke pasar modal relatif mudah. Sehingga bisa dikatakan bahwa pelUsahaml
yang besm' mempunyai fleksibilitas dan kemampuan memperoleh dana dari yang
lebih besar dibandingkan pelUsahaml yang lebih kecil. Hubungan antm'a ukuran
perusahaan dan leverage masih melUpakan sesuatau yang dipelianyakan. Ben-Zion
dan Shalit (1975) yang diacu oleh Chang dan Rhee (1990) dalam Edi Wijaya (2001)
telah menemukan bahwa ukuran perusahaan merupakan penentu yang penting
terhadap risiko perusahaan. Titman dan Wessel (1998) dalam Edi Wijaya (2001)
menemukan bahwa ada hubungan positif antara ukuran perusahaan dan nilai buku
hutang tetapi menemukan bukti hubungru1 yang tidalc signifikan ru1tru'a ukuran
perusahaan dan nilai pasar hutang.
E. Beberapa Catatan Tentang Kebijakan Struktur Modal
Ada beberapa catatan tentang kebijakan struktur modal (Lukas, 2002:
274,275), antara lain:
a. Pada pertemuan tahunan Financial Management Association (FMA) pada
tahun 1989, disimpu1kru1 beberapa hal mengenai stmktur pemsahaan.
• Dalam praktik sangat sulit menenlukru1 titik struktur modal yang optimal.
Bahkan untuk membuat suatu range untuk struktur modal yang optimal
pun sangat sulit. Oleh kru'ena itu, kebanyakan pemsahaan hanya
memperhatikan apakah perusahaan terlalu banyak menggunakan hutang
atau tidak.
• Ada kenyataan bahwa walaupun struktur modal pemsahaan dianggap jauh
dari optimal, tapi dampaknya pada nilai pemsahaan tidak terlalu besar. lni
dapat diartikan bahwa keputusan tentang struktur modal tidaklah
sepenting keputusan investasi, yang memiliki dampak yang lebih besar
terhadap nilai perusahaan.
b. Berdasarkan hal-hal diatas, sebaiknya pemsahaan lebih memfokuskan diri
pada suatu tingkat hutang yang hati-hati (prudent) dad pada bemsaha mencari
tingkat hutang optimal. Tingkat hutang yang "prudent" hams dapat
memanfaatkan keuntungan dari penggunaan hutang dan tetap menuju:
.. Mempertahankan risiko financial pada tingkat yang masih terkendali.
.. Menjarnin fleksibilitas pembelanjaan perusahaan.
.. Mempertahankan "credit rating" dari perusahaan.
c. Keputusan tentang struktur modal melibatkan analisis "trade-off" antara
risiko dan keuntungan. Penggunaan hutang meningkatkan risiko perusahaan,
tapi juga meningkatkan keuntungan perusahaan. Oleh karena itu, struktur
modal yang optimal akan menyeimbangkan risiko dan keuntungan
perusahaan.
d. Metoda lain yang tidak jarang digunakan dalam menentukan stmktur modal
perusahaan adalah analisis perbandingan rasio struktur modal. Manajemen
membandingkan struktur modal pemsahaan mereka dengan stmktur modal
perusahaan pada industri yang sarna. Suatu pilihan terhadap stmktur modal
yang menyimpang dari struktur modal industri hams memiliki alasan yang
lmat.
e. Suatu riset terhadap 170 manajer keuangan senior di Amerika Serikat
menunjuldcan bahwa sekitar 60% percaya bahwa ada suatu struktur modal
yang optimal bagi perusahaan. Riset ini juga menunjukkan bahwa (a) manajer
keuangan menetapkan suatu target rasio hutang bagi perusahaannya, dan (2)
nilai rasio hutang ini dipergunakan oleh suatu evaluasi terhadap risiko bisnis
yang dihadapi perusahaan.
E. Penelitian Terdahulu
Literatur empiris dan teoritikal mengenai stmk:tm modal perusahaan
terlalu besar dan banyak untuk dapat dijelaskan satu persatu dalam tulisan ini.
Haris dan Raviv (1991) dalan1 Edi Wijaya (2003) telah memberikan banyak
ulasan mengenai pene1itian mengenai ini.
Konsep pecking order the01Y dikemukakan oleh Myers dan Majluf (1984)
dan Myers (1984) dalam Hartono (2003), yang mecoba menjelaskan keputusan
pendanaan yang diambil oleh perusahaan berbeda dengan pemikiran teori struktUT
modal sebelumnya. Myers (1984) dalam Hartono (2003)menemukan bukti
empiris adanya penilaian negatif dari pemegang saham atau pengmangan
leverage - pecking order theory juga merupakan satu implikasi dari analisis
Myers - Majluf (1984), yang mengungkapkan bagaimana asimetri memiliki efek
terhadap investasi dan pembelanjaan perusahaan.
Studi empiris Homaifar et. ai, (1994) dalan1 Hartono (2003) menemukan
bnkti beberapa faktor penentu struktm modal perusahaan. Faktor-faktor tersebut
adalah rasio hutang, rasIO pajak pelUsahaan, ukuran pelUsahaan, kesempatan
peliumbuhan, kondisi pasar modal dan profitabilitas memi/iki pengamh terhadap
struktur modal. Hal tersebut mengindikasikan berlakunya pecking order theory.
Jika dilihat hubungan rasio pajak pemsahaan dengan stmktur modal dapat
diindikasikan pula berlakunya trade off theory. Hal yang sama juga ditemukan
oleh Theis and Klock (1992) dalarn Hartono (2003) dimana adanya penghematan
pajak mendorong pelUsahaan untuk menggunakan hutang, sedangkan biaya
keagenan dan kebangkrutan membatasi pemsahaan menggunakan hutang.
Studi lain mengungkapkan banyak fakta bahwa perusahaan melakukan
penyesuaian secara gradual terhadap target rasio hutang. Titman (1994), Shyarn
Sundar and Myers (1999) dalarn Hartono (2003) mempergunakan probabilitas
penambahan hutang maupnn modal sendiri dengan mempergunakan deviasi
cmrent debt ratio dari target, dimana target dengan rata-rata sarnpel selanla
periode pengarnatan dengan metode rata-rata bergerak. Shyam-Sundar and Myers
(1999) dalarn Hartono (2003) menginterpretasikan significant adjustment
coefficients sebagai pendukung peri/aku a target adjustment trade off theOlY
mampu menjelaskan perubahan rasio hutang, tetapi pecking order theory lebih
marnpu menjelaskan sumber perubahan hutang tersebut. Jika dilakukan pengujian
secara sendiri a target adjustment trade offtheory narnpak memiHki kemarnpuan
yang baik dalarn menjelaskan kebijakan struktur modal. Apabi/a diuji bersarnaan
atau digabungkan dengan model pecking order theory, maka model pecking order
theOlY lebih marnpu menjelaskan peri/aku pembelanjaan pelUsahaan.
Penelitian di Indonesia dengan sampel perusaha(ill yang listing di Bursa
Efek Jakarta mengenai struktur modal juga terdapat inkonsistensi hasil temuan.
Penelitian model Griner and Gordon (1995) yang dilakukan Sartono (200 I) dalam
Hartono (2003) menyimpulkan tidak dip(;rolehnya petunjuk secara tegas adanya
pecking order theory. Tetapi juga diperoleh inclikasi berlakunya penggunaan
sumber pendanaan berdasarkan tingkat resiko, dimana hal tersebut juga
mengindikasikan berlakunya pecking order theory.
Riset lain yang dilakukan Sartono (2001) mempergunakan model Kamath
(1997) dalam Hartono (2003) dengan questionnaires model menyimpulkan bahwa
mana]er di Indonesia memilki kecenderungan memilih pembelanjaan secara
hierarki atau pecking order theory clari pada target struktur modal dalam
keputusan pembelanjaan. Manajer lebih suka menggunakan sumber pembelanjaan
yang penting untuk investasi barn adalah dengan retained earning atau laba
ditahan.
Hasil temuan tersebut menginclikasikan berlakunya pecking order theory.
Kelemahan yang cliungkap dari studi empiris tersebut adalah hasil tersebut belwn
mampu menwljukkan validitas temuan karena sedikitnya responden atau 16,0%
daTi 232 perusahaan dan tidak dijelaskmillya diversitas struktur industri.
Diversitas industri atau perusahaan dalam industri yang berbeda memiliki
kecenderungan berbeda dalam keputl.1san struktur modal, seperti diungkapkan
Megginson (1997), Megginson et al (2000) yang dikutip oleh Hartono (2003).
Adedeji (1998) dalam Yuningsih (2002) menguji prediksi hipotesis
pecking order dimana terdapat hubungan negatif antara long tellli value of
dividend payout ratio dan investasi. Disanlping menguji bahwa terdapat hubnngan
positif antara financial leverage dan investasi. Uji ini bersifht komprehensif yaitu
uji yang mencakup interaksi antara dividend payout ratio, financial leverage dan
investasi satu sama lain dengan mengambil sampel sebanyak 224 perusahaan di
Inggris dari tahun 1993 - 1996. HasH yang diperoleh menunjukkan bahwa
dividend payout ratio memiliki interaksi negatif dengan investasi dan interaksi
yang diharapkan berhubungan positif dengan financial leverage. Disanlping itu,
hasil dari peneliti ini juga menunjukkan bahwa tidak ada interaksi signifikan
antara financial leverage dengan investasi. Meskipun investasi punya pengaruh
positif terhadap financial leverage, financial leverage tidak punya pengaruh yang
signifikan terhadap investasi.
Fama dan French (2000) dalam Hmiono (2003) mengujiprediksi trade off
dan pecking order theory tentang dividend dml hutang. Perusahaan yang
profitable dan perusahaan yang mempunyai keperluan investasi lebih sedikit akan
memilki dividend payout yang lebih tinggi. Sebaliknya mereka juga menyatakan
bahwa dengan memilki mm-ket leverage yang lebih sedikit dengan long term
dividend payout yang lebih rendah, meskipun dividend tidak bervariasi untuk
mengakomodasikan variasi investasi jangka pendek. Variasi investasi dan earning
jangka pendek sebagian besm- diserap oleh hutang. Hal ini konsisten dengan
prediksi pecking order theory.
Penelitian ini memperoleh bukti empiris bahwa model prediksi a target
adjustment trade off theory maupun pecking order theory memiliki kemampuan
dalam menjelaskan perubahan struktur modal yang diproksi dari perubahan
hutang jangka panjang. Hanya saja model target adjustment trade offtheory lebih
mampu menjelaskan kebijakan struktur modal dibandingkan dengan model
pecking order theory. Hal tersebut mengindikasikan bahwa perubahan struktur
modal dapat dijelaskan oleh kedua model tersebut. Artinya bahwa pihak
perusahaan, walaupun mengikuti pola trade off theory, namWl juga
mempeliimbangkan penyesuaiall hutang ataupun keseimbangan hutang
dibandingkan tahlUl sebelunmya.
F. Kerangka Pemildran
Penelitian ini dimaksudkan unnuc melihat apakah kebijalcan struktur
modal perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI mengikuti pecking order
theory atau trade off theory dan apakall kebijakfUl struktur modal perusallaan
manufaktur yang terdaftar di BEl dipengmuhi oleh ukuran perusahaan (size). Data
yang digunakan untlUe menganalisis berupa laporal1 keuallgan tahunan (laporan
rugi laba, neraca, laporan perubahan ekuitas, dan laporan mus kas) pada
perusahaan manufaktur ymlg tercatat di BEl selama 3 tahun yaitu tahun 2005
sanlpai dengan tahun 2007.
Untuk melihat perbandingan yang signifikan antara pecking order
theory dengan trade off theory, maka dalam penelitian ini digunakml analisis
bivariat (bivariate analysis) dengan Uji sendiri (Uji T) yang digunakan untuk
pengujianpecking order model dan pengujian a target adjustment trade ojJmodel
serta Uji bersamaan (Uji F) yang digunalcan untuk melihat kemampuan variabel
prediksi baik pecking order model maupun a target adjustment trade ojJ model
dalam menjelaskan perubahan hutang jangka panjang.
Kebijakan struktur modal perusahaan manufalctur yang terdaftar di BEl
dipengaruhi oleh ukuran perusahaan (size), digunakan sebagai variabel kontrol
dengan menggunakan analisis multivariat (multivariate analysis) dengan Uji
Regresi Berganda. Metode ini dilakukan untuk mengetahui apakall dengan
analisis tersebut alcan didapat hasil yang signifikan antara variabel independen
dengan variabel kontrol. Kriteria yang paling penting untuk melihat kekuatan
prediksinya adalah mana nilai yang paling signifikan apabila dilihat secara
statistik dengan tingkat signifikan sebesar 5%.
Untuk mempermudah dalam melakukan penelitian, berikut ini adalah
gambaran permasalahan pada penelitian skripsi ini:
Bursa Efek Indonesia(BEn
ILaporan Keuangan
2005-2007
IPerubahan hutangjangka
panjang
I
Independent: Independent:• Pecking Order II Pecking Order
Model Model
• Trade Off Model II Trade off ModelII Ukuran
Perusahaan(size)
Analisis Bivariat [ Analisis Multivariat
Interpr~_.
F. Perumusan Hipotesis
Hipotesis altematif penelitian yang diajukan untuk membandingkan
Pecking Order Theory dengan Trade Off TheOlY didalam. menjelaskan kebijakan
strukur modal, dinyatakan sebagai berikut:
Untuk menguji apalcah terdapat perbedaan yang signifikan antara Pecking
Order Theory dan Trade OffTheory, dirumuskan sebagai berikut:
Hla : Pecking Order Theory berpengamh seCill'a signifikan terhadap kebijakan
struktur modal
HI b Trade off Theory berpengillllh secara signifikan terhadap kebijakan
stmktur modal
Untuk menguji apakall terdapat perbedaan yang signifikan antill'a Pecking
Order TheOlY dan Trade Off Theory secara bersama-silll1a, dimmuskan sebagai
berikut:
Hla : Pecking Order TheOlY berpengaruh secara signifi.kan terhadap kebijakan
stmktur modal
HI b Trade Off TheOlY berpengaruh seCill'a signifikan terhadap kebijakan
struktur modal
Hipotesis yang diajukilll uutuk mengetalmi pengaruh ukuran perusal1aan
(size) terhadap kebijalcan struktur modal, dinyatakan sebagai betikut:
Untuk menguji apakal1 terdapat pengaruh yang signifikilll antill'a Pecking
Order Theory dan ukuran perusahaan (size), dirumuskan sebagai berikut:
Hid: Pecking Order Theory berpengaruh seeara signifikan terhadap kebijakan
struktur modal
H2b : Size berpengaruh seem"a signifikml terhadap kebijakan Stluktm modal
Untuk menguji apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara Trade Off
Theory dan ukman perusahaan (size), dirumuskan sebagai berikut:
Hie : Trade Off Theory berpengaruh seeara signifikml terhadap kebijakan
struktur modal
H2e : Size berpengaIUh seeara signifikan terhadap kebijakan struktur modal
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup PCllclitiall
Ruang lingkup penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEl) yang melakukan kebijakan struktur
modal pada tahun 2005-2007. Data yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder yang berasal dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM)
Bursa Efek Indonesia (BEl).
Penelitian ini akan dirancang sebagai suatu penelitian yang empiris.
Untuk membuktikan hipotesis yang telah disusun, akan diteliti variabel
variabel dalam penelitian ini. Yariabel tersebut terdiri dari variabel dependen
(Y), variabel independen (X), dan variabel kontroI.
Dalam pecking order theOly, variabel independennya adalah Defisit
Aliran Kas (DEFit) yang terdiri dari pembayaran dividen pada tahun t (DIYt),
pengeluaran modal (Xt), kenaikan bersih modal kerja (L\Wt), clan arus kas
operasi (et). Dalam trade off theOly, variabel independennya aclalah target
tingkat hutang untllk perusahaan i pada tahlln t dengan 3 tahun rata-rata
bergerak (D* it) clan tingkat hutang perusahaan i pada periode t-I (Dit.I). Serta
untuk mengetahui apakah kebijakan struktur modal perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEl dipengaruhi oleh ukuran perusahaan (size) sebagai
variabel kontrol.
B. Metode Penentuan sampel
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
metode purposive sampling dengan tipe judgement sampling, yaitu pemilihan
anggota sampel yang memenuhi beberapa kriteria (Cooper dan Emory, 1995).
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
I. Sampel pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang telah
listing pada Bursa Efek Indonesia yang melaporkan laporan keuangan
secaI'a lengkap. Perusahaan manufaktur dipilih karena berkaitan dengan
jumlah dan relevansi penelitian. Dengan demikian diharapkan adaIlya
konsistensi hasil penelitiaIl untuk generalisasi.
2. Perusahaan yang secaI'a kontinyu mengeluarkan laporan keuangan untuk
periode 31 Desember 2005 sampai dengan 31 Desember 2007 di Pusat
Referensi Pasar Modal (PRPM) Bursa Efek Indonesia (BEl)
3. Perusahaan yang dijadikan sampel pada penelitian ini memiliki
kelengkapan data laporan keuangan yang berkaitan dengan pengukuran
variabel yang digunakan dalam penelitian ini dan telah di Audit
sebelumnya oleh Auditor independen..
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini jenis data yang diperlukan dan dikumpulkan
berupa laporan keuangan per 31 Desember khususnya dari perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEl) pada tahun 2005
sampai dengan tahun 2007. Karena pellelitian ini menyangkut perusahaall
manufaktur maka data sekunder berupa laporan keuangan tahunan (laporan
laba rugi, neraca, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas) yang
dipublikasikan merupakan salah satu sumber. Data tersebut diperoleh dari
Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) Bursa Efek Indonesia (BEl). Selain itu,
pengumpulan data ini dilengkapi pula dengan membaca, mempelajari dan
menganalisis literatur yang bersumber dari buku, jurnal, laparan penelitian dan
tesis yang berkaitan dengan laporan ini.
D. Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
tahap-tahap sebagai berikut:
1. Uji Dasar Asumsi K1asik
Asumsi dasar klasik adalah bahwa hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen bersifat linear serta tidak terjadi
autokorelasi, heteroskedastisitas, dan multikolinieritas diantara variabel
indpenden dalam regresi tersebut. Oleh karena itu, diperlukan pengujian dan
pembersihan terhadap pelanggaran asumsi dasar jika memang teljadi.
Pengujian-pengujian asumsi dasar klasik regresi terdiri dari:
a. Uji Nonnalitas Data
Menurut Ghozali (2005; 74), uji normalitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi variabel dependen dan variabel
independen keduanya memiliki kontribusi nonnal ataukah tidak.
Model regresi yang baik adalah yang memiliki clistribllsi data normal
atau mendekati normal.
Peneliti yang menggllnakan metode yang lebih handal untuk
mengllji apakah distribusi data normal atau tidak, yaitu dengan melihat
normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari
distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurns
diagonal. Jika distribusi data adalah normal, maim garis yang
menggambarkan data sesllngguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.
Menurut Ghozali (2005:76) pada dasarnya normalitas dapat dideteksi
dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan
keputusannya adalah :
I) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogramnya menllnjukkan pola
distribllsi normal, maka model regresi tersebllt memenuhi asumsi
normalitas.
2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak
mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak
menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak
memenuhi asumsi nortnalitas.
b. Uji MlIltikolinearitas
Uji MlIltikolinearitas diperlllkan lIntuk mengetahui ada
tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan
variabel independen lain dalam satu model. Kemiripan antar variabel
independen dalam suatu model akan menyebabkan terjadinya korelasi
yang sangat kuat antara suatu variabel independen dengan variabel
independen yang lain.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam
model regresi adalah sebagai berikut:
1). Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris
sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen
banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.
2). Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika
antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi
(umumnya diatas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya
multikolonieritas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel
independen tidak bermti bebas dari multikolonieritas.
Multikolonieritas dapat disebabkan karena ad:l11ya efek kombinasi
dua atau lebih variabel independen.
3). Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan
nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1, maka model dapat dikatakan
terbebas dari multikolineritas VIF = IITolerance, jika VIF = 10
maIm Tolerance = 1110 = 0,1. Semakin tinggi VIP maka semakin
rendah Tolerance.
c. Uji Autokorelasi
Menguji autokorelasi dalam suatu model bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu (e,) pada
periode tertentu dengan variabel pengganggu periocle sebelumnya (e,.
I)' Autokorelasi sering terjadi pada sampel dengan data time series
dengan n-sampel adalah periode waktu. Sedangkan untuk sampel data
cross section dengan n-sampel item seperli perusahaan, orang,
wilayah, dan lain sebagainya jarang terjadi, karena variabel
pengganggu item sampel yang satu berbeda dengan yang lain.
Cara mudah mendeteksi aUlokorelasi c1apat dilakukan dengan
U]i Durbin Watson. Model regresi linear berganda terbebas dari
autokorelasi jika nilai Durbin Watson hitung terletak di daerah No
Autocorrelation. Penentuan lelak tersebut c1ibantu c1engan tabel dl dan
du, c1ibantu c1engan nilai k Gumlah variabel independent).
Untuk mempercepat proses ada tidaknya autokorelasi dalam
suatu model dapat digunakan patokan nilai Durbin Watson hitung
menclekati angka 2. Jika nilai Durbin Watson hitung menclekati alau
disekitar angka 2 maka moclel tersebut terbebas dari asumsi klasik
autokorelasi, karena angka 2 pacla U]i Durbin Watson terlelak c1i
c1aerah No Autocorrelation
Tabel3.1Peraturan Durbin Watson d test
Hipotesis Nol Keputusan Jika niIai Durbin Watson
Tidak ada autokorelasi (+) Tolak 0< d <dl
Tidak ada autokorelasi (+) Ragu-ragu dl ::0 d :s du
Tidak ada autokorelasi (-) Tolak 4-dl::od::o4
Tidak ada autokorelasi (-) Ragu-ragu 4-du d::04-dl
Tidak ada autokorelasi (+ or -) Terima du ::0 d ::0 4 - du
Sumber: GhozaliKeterangml:
d = Durbin Watson d statistic
dl = Durbin Watson Lower
du = Durbin Watson Upper
d. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas menguji terjaclinya perbedaan variance
residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain,
atau gambaran hubungan antara nilai yang diprediksi dengan
Studentized Delete Residual nilai tersebut. Model regresi yang baik
adalah model regresi yang memiliki persamaan variance residual suatu
periode pengamatan dengan periode pengamatan yang lain, atau
adanya hubungan antara nilai yang diprediksi dengan Studentized
Delete Residual nilai tersebut sehingga dapat dikatakan model tersebut
homokedastisitas.
tlDit = a + Ppo DEFit + eit
DEFit = DrVt+ X, + tlW, - C,
Sumber: Hartono (2003)
Dimana:
tlDit = Pembahan hutangjangka panjang
Ppo = Koefisien pecking order theory
DEFi, = Defisit arus kas pemsahaan I pada tahun t
DrV, = Pembayaran dividen
Xt = Pengeluaran modal
tlW, = Kenaikan bersih dalam modal kerja
C, = Arus kas operasi/operating profit
C = Konstanta
2). Hasil penelitian mengenai struktur modal dengan menggunakan
pendekatan trade off Model ditemukan terdapat pengaruh yang
tidak signifikan antara perubahan hutang jangka panjang/debt issue
dengan target adjustment trade off theory (DDit). Hal ini sesuai
teori menurut Hartono (2003). Model untuk menguji trade off
model adalah:
tlDi' = a + Pc, (O*it:'" Di,-l) + ei'
Sumber: Hartono (2003)
Dimana:
tlDi' = Perubahan hutang jangka panjang
D*it = Target tingkat hutang untuk perusahaan pada tahun t
dengan 3 tahun rata-rata bergerak
Dit-l = Tingkat hutang untuk perusahaan i pada tahun t-l
a = Konstanta
~ta = Koefisien a target acfjustment trade offmodel
b. Uji F (Uji secara simultan)
Pengujian hip6tesis secara simultan menggunakan uji statistik F
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1). Hasil penelitian mengenai stndetur modal dengan menggunakan
pendekatan pecking order model maupun trade off model secm'a
bersamaan ditemukan terdapat pengaruh yang signifikan antara
pembahan hutang jangka panjang/debt issue dengml defisit aliran
kas (DEFit) dengan target adjustment trade off theory (DDit). Akan
tetapi, defisit aliran kas (DEFit) lebih lmat pengaruhnya dari pada
target adjustment trade off theory (DDit) bila dihitung secara
sendiri. Hal ini sesuai teorl menurut Hartono (2003). Model untuk
menguji pecking order model maupun trade off model secara
bersamaan adalah:
.6.Dit = a + ~po DEFit + ~ta (D*it- Dit-1) -1::JSumber: Hartono (2003)
Dimana:
.6.Dit = Perubahan hutang jangka panjang
a = Konstanta
Pta = Koefisien a target acijustment trade offmodel
DEFi' = Defisit arus kas pemsahaan I pada tahun t
P'a = Koefisien a target acijustment trade offmodel
D* i,=Target tingkat hutang untuk perusahaan i pada tahun t dengan
3 tahun rata-rata bergerak
Dit-l = Tingkat hutang untuk perusahaan i pada tuhun t-I
2). HasH penelitian mengenai struktur modal c1engan menggunakan
penclekatan pecking order model dengan dimasukkannya variabel
size sebagai variabel kontrol secara bersamaan ditemukan terdapat
pengaruh yang signifikan antara pembahan hutang jangka
panjang/debt issue dengan c1efisit aliran kas (DEFit) dengan ukuran
perusahaan (size). Hal ini sesuai tear! menumt Hartono (2003).
Model untuk menguji pecking order model dan size secara
bersamaan adalah:
lIDi' = a+ Plpo DEFi, + pz SIZE + ei'
Sumber: Hartono (2003)
Dimana:
lIDi' = Perubahan hutang jangka panjang
a = Konstanta
Ppo = Koefisien pecking order theory
DEFi,= Defisit arus kas perusahaan I pada tahun t
pz = Koefisien ukuran perusahaan (size)
SIZE = Ukuran perusahaan (size)
3). Hasil penelitian mengenai struktur modal dengan menggunakan
pendekatan trade off model dengan dimasukkannya variabel size
sebagai variabel kontrol secara bersamaan ditemukan terdapat
pengaruh yang tidak signifikan antara peruloahan hutang jangka
panjang/debt issue dengan target adjustment trade off theory
(DDit) dengan ukuran perusahaan (size). Hal ini sesuai teori
menurut Hationo (2003). Model untuk menguji pecking order
model dan size secara bersamaan adalah:
It.Dit = a + Pita (D*it- Dit-I ) + P2 SIZE + eit
Sumber: Hartono (2003)
Dimana:
t.Dit = Perubahan hutang jangka panjang
a = Konstanta
Pita = Koefisien a target acijustment trade offmodel
D*it =Target tingkat hutang untulc perusahaan i pada tahun t dengan
3 tahun rata-rata bergerak
Dit-I = Tingkat hutang untuk perusahaan i pada tahun t-l
P2 = Koefisien ukuran perusahaan (size)
SIZE = Ukuratl perusahaan (size)
c. Uji lcoefisien determinasi (Acijusted R Square)
Uji koefisien determinasi dilalcukan untuk melihat seberapa besar
lcemampuan variabel independen menjelaslcan variabel dependen yang
dilihat melalui acijusted R Square karena variabel dependennya lebih
dari dua.
E. Operasional Variabel Penelitian
Kebijakan struktur modal dalam penelitian ini diproksi dari perubahan
hutang jangka panjang yang apabila nilai perubahan positif (naik) diartikan
sebagai penerbitan, sedangkan apabila nilai perubahan negatif (menurun)
diartikan adanya pengurangan atau pelunasan hutang jangka panjang. Untuk
melakukan penguj ian hipotesis maka variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
l. Variabel Dependen
Sebagai variabel dependen adalah pembahan hutang jangka panjang
(~Dit) yang diperoleh dari selisih hutang jangka panjang tahun t dengan
hutang jangka panjang t-I atau (D, - D'_I)'
.6.Dit = Hutang jangka panjang periode, - Hutang jangka panjang periode '-1
Sumber: Hartono (2003)
2. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini dibagi atas dua kelompok,
yaitu variabel pecking order model dan variabel tradeoffmodel.
a. Variabel pecking order model, adalah defisit alir:m kas (DEF;,), yang
terdiri dari:
1). DIVt (pembayaran dividen pada tahun t), :vaitu divident payout
ratio dikalikan dengan laba, setelah pajak selama periode
pengamatan.
DIYt = deviden payout ratio x profit after tax
Sumber: Haltono (2003)
2). Xt (pengeluaran modal), diproksikan dengan selisih antara aktiva
tetap pada periode t dengan aktiva tetap pada periode t-t.
Xt = aktiva tetap periode t - aktiva tetap periode t-!
Sumbel': Hartono (2003)
3). L1Wt (kenaikan bersih modal kerja), diperoleh dari selisih aktiva
Iancar di atas hutang Iancar pada periode t dengan periode to!'
L1Wt = aktiva lancar periode t - hutang lancar periode t-I
Sumbel': Hartono (2003)
4). Ct (arus kas operasi/operating cash flow yang diproksikan dari Iaba
sebelum bunga dan pajak pacla periode t),
Ct = arus kas operasi
Sumber: Hmtono (2003)
b. Variabel target acijustment trade offmodel
Variabel independen dalam trade offtheory adalah:
1) dengml menggunakan 3 tahun rata-rata bergerak (three years
moving average), dan
2) Dit-! (tingkat hutang perusahaan i pada periode t-I)
c. Variabel Kontrol
Variabel kontrol disini adalah ukuran perusahaan (size) yang dapat
dilihat dari total aktiva perusahaan masing-masing perusahaan
tersebut.
BABIV
PENEMUAN DAN ][>EMBAHASAN
A. Sekilas Garnbaran Urnurn Objek Penelitian
1. Sejm'ah singkat Bursa Efek Indonesia
Pada abad ke- I9 dalam upaya meningkatkan perekonomian Indonesia,
pemerintah Hindia Belanda membangoo perkebunan secara besar-besaran di
Indonesia. Pengembangan perkebwl.an dan perdagangan pada wnumnya
memerlukan pembiayaan yang cukup besar. Salah satu sumber pendanaan
diperoleh dari para penabung yang sebagian besar adalah orang-orang
Belanda dan orang Eropa lainnya. Untuk menghimpun dana tersebllt,
pengusaha-pengusaha Hindia Belanda mendirikan Vereniging Voor de
EjJecten di Batavia dan sekaligus memulai perdagangan Efek pada tanggal 14
Desember 1912.
Efek yang diperdagangkan pada masa itu adalah sahan1/obligasi
perusahaan perkebooan Hindia Belanda yang beroperasi di Indonesia. Dengan
semakin berkembangnya pasar modal Batavia tersebut, kemudian Bursa Efek
dibuka juga di Surabaya pada tanggal I I januari 1925 dan di Semarang pada
tanggal I Agustus 1925.
Pada tanggal I3 Juli 1992 Bursa Efek Jakarta diswastakan kemudian
pada tahoo 1995 Bursa Efek Jakmia meluncmkan sistem perdagangan yang
disebut JATS (Jakmia Automated Trading System). Sistem ini memberikan
fasilitas pada perdagangan saham secm'a fair dan transparan sehingga
informasi dapat diserap oleh investor dengan cepat, dan pada tahun 2002
Bursa Efek Jakarta juga mulai menerapkan sistem perdagangan jarak jauh
yang disebut (remote trading system), sebagai upaya meningkatkan alcses
pasar, kecepatan, dan frekuensi perdagangan.
Dalam Rapat Umum Pemegm1g Saham Lum' Biasa (RUPSLB) yang
dilaksanakm1 pada tanggal 30 Oktober 2007, para pemegmlg saham kedua
bursa efek telal1 menyetujui rancangan penggabungan Bursa Efek Surabaya
kedalam Bursa Efek Jakarta yang kemudian menjadi Bursa Efek Indonesia
(BEl). Terhitung mulai tanggal 1 Desember 2007 secara resmi Bursa Efek
Indonesia telah efektif. Bursa Efek ini akan memfasilitasi perdagmlgan saham
(equity), surat utang (fixed income) maupun perdagangan derivative
(derivative instruments). Hadirnya bursa efek tunggal ini dihm'apkan alcan
meningkatkan efisiensi industri pasm' modal di Indonesia dan menambah daya
tm-ik untuk berinvestasi.
2. Lembaga-lembaga Penulljang Pasar Modal
Bursa Efek Indonesia melibatkan banyak lembaga, masing-masing pihak
mempunyai peranan dan fimgsi yang berbeda-beda dan saling menunjmlg
kepentingan pihak lain.
Pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan Bursa Efek Indonesia adalah :
a. PenJsaham1 yang Go Public (Emiten)
Adalah pemsahaan yang melakukan emisi atau yang telah melakukan
penawaran dalam surat berharga. Pihak ini membutuhkan dana guna
membelanjai operasi rencana investasi.
b. Pemsahaan Efek
Adalah pemsahaan yang telah memperoleh izin usaha untnk beberapa
kegiatan seperti penjamin emisi efek, perantara perdagangan efek, manajer
investasi, atau penasehat investasi.
c. Lembaga Kliring
Adalah suatu lembaga yang menyelengarakan kliring dan penyelesaian
transaksi yang terjadi di Bursa Efek, penyimpanan efek serta penitipan
harta untuk pihak lain.
d. Pemsahaan Reksa Dana
Adalah pihak yang kegiatan utamanya melakukan investasi, investasi
kembali (reinvestasi).
e. Pemodal
Adalah pihak perorangan maupun lembaga yang menanamkan modalnya
dalam efek-efek yang diperdagangkan.
f. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)
Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) merupakan lembaga
pemerintah yang mempunyai tugas sebagai berikut :
I) Memonitor dan mengatur sarat pasar dimana sekuritas-sekuritas dapat
diterbitkan dan diperdagangkan secara teratur, wajar, dan efisien
dengan maksud untuk melindungi kepentingan para pemodal dan
masyarakat
2) Mengawasi dan memonitor pertnkaran sekuritas, kliring, dan lembaga
lembaga penyimpanan reksadana, perusahaan sekuritas dan para
pialang, berbagai lembaga penduknng pasar modal dan para
professional.
3) Untuk memberikan rekomendasi tentang pasar modal kepada menteri
keuangan .
Dengan fungsi tersebut diharapkan Badan F'ellgawas Pasar Modal
(BAPEPAM) lebih bisa melaksanakan fungsi pengawasan karena kegiatan
pendanaan efek dan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan yang
diselenggarakan oleh bursa efek
3. Industri Manufaktur
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan-perusahaan manufal(tur yang
laporan keuangmmya dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEl). Laporan
keuangml yang dignnakan sebagai objek penelitiml berasal dari neraca,
laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas. Industri
manufaktur terdiri dari tiga bagian yaitu, industri kimia dasar, aneka industri
dan industri barang dml konsumsi dan masing-masing memiliki sub bagian
sebagai berikut :
a. Industri Kimia Dasar :
1) Semen
2) Keramik, porselen dau kaca
3) Metal dau sejenisnya
4) Kimia
5) Plastik dan kemasan
6) Pakau temak
7) Kayu
8) Kertas dau alat tulis
b. Aneka Industri :
1) Otomotif dau komponennya
2) Garment dau tekstile
3) Alas kaki
4) Kabel
5) Elektronik dau lain-lain
c. Industri Barang dau Konsumsi :
I) Makanan dau minumau
2) Pabrik rokok
3) Farmasi
4) Kosmetik dau baraug keperluarl rumab tangga
5) Peralatau rumab taugga
B. DESKRIPSI STATlSTlK
Penelitian dalam skripsi ini adalah 31 perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEl), dengan kata lain ke-31 perusahaan yang menjadi objek
penelitian dalam skripsi ini adalah perusahaan manufaktuf. Perusahaan
perusahaan tersebut menyediakan data seGm'a kontinyu sesuai dengan kebutuhan
analisis selama periode penelitian yaitu tahun 2005-2007. Deskripsi statistik
dalam pene1itian ini meliputi perubahan hutang jangka panjang/debt issue (L1Dit),
defisit aliran kas (DEFit), target adjustment trade off theory (DDit), dan ukuran
perusahaan (size) yang dilakukan dengan pengujian seGara sendiri maupun
pengujian seGara bersamaan.
Basil dari statistik deskriptif dalam peneJitian 1l1! c1apat diJihat sebagai
berikut:
I. Perhitungan Perubahan Hutangjangka Panjang/debt issue (L1Dit).
Untuk menghitung perubahan hutang jangka panjang/debt issue (I\Dit)
adalah dilakukan perhitungan dengan cara total hutang jangka panjang tahun
berjalan dikurangi dengan total hutangjangka panjang tahun sebelumnya.
Berclasarkan hasil perhitungan debt issue (L1Din pada tabel 4.1 dapat
diketahui bahwa kebijakan struktur modal dalam penelitian ini diproksi dari
perubahan hutang jangka panjang yang apabila nilai p,:rubahan positif (naik)
diartikan sebagai penerbitan, sedangkan apabila nilai perubahan negatif
(menurun) diartikan adanya pengurangan atau pelunasan hutang jangka
panjang.
Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan debt issue tahun 2005-2007
dari 31 perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian:
Tabel4.1Basil Perhitungan Debt Issue Tahun 2005-2007
(dalam miliaran rupiah)
No Kode Perusahaan 2005 2006 2007
1 Astra Otoparts Tbk 0.256594000 (0.380930000) 0.1539000002 Sepatu Bata Tbk 0.099096500 (0.152976200) 10280929300\3 Colorpak Indonesia Tbk 0 0.035209800 0.0104156904 Citra Tubindo Tbk 0.114656496 0.456151910 0.1167020455 Delta Diakarta Tbk 0.319931000 0.455298000 0.1370440006 Goodyear Indonesia Tbk (0.140201600) (0.136807470\ 0.7326839007 H.M.Sampoerna Tbk 10.654683000\ (0.735683000) 0.1412810008 KaqeolqarJayaTbk 0.411116435 (0263179983) 0.3109170809 Sumi Indo Kabel Tbk 0222188200 o10'7199300 0.135749200
10 Indorama Svntetics Tbk 0.49911 '7936 (0.288934923) 026714700711 Lion Metal Works Tbk 0.193589008 0.28:5910440 0.835:58503012 Lionmesh Prima Tbk 10.311822444) (0.676691904) 0.31140591313 Merck Tbk 0.251032300 0.135216300 0.14349810014 Multi Bintanq Indonesia Tbk 0.242600000 0.294900000 0.12380000015 Mustika Ratu Tbk 10.258691153) (0.899620454) 0.15053783016 Mavora Indah Tbk 0.845010315 0.21'14'11435 0.70138928917 Pan Brothers Tex Tbk 0.093203577 0.022224828 0.06708978718 Bentoellnternasionallnv.Tbk 10.073609425) (0.066236371 ) 0.03714447219 Semen Gresik (Persero) Tbk 10.583582079\ 10.144613000) (0.105394185)20 Selamat Sempurna Tbk 0.016226459 0.018312121 0.06725483621 Sorini Aqro Asia Coroorindo Tbk 0.018490760 0.029539853 0.01287156922 Bristol-Myers Squibb Indonesia (0.023121690) 0.02C1864610 (0.049365020)23 Surva Toto Indonesia Tbk 0.023261794 (0.054385167) 0.05813425824 Trias Sentosa Tbk 0.045396334 (0.091435761 ) 10.119852284)25 Astra Internasional 0.170463600 0.327637800 (0.125937400)26 Gudanq Garam 0125859000 0.190276000 0.16344300027 Tempo Sean Pasifie 0.084249228 0.015594888 0.01498182328 Indofood Sukses Makmur 10.760038449) (0.138274905) 0.16522560029 Kalbe Farma 10.221291229) 10.496657092) 10.054851880\30 Kimia Farma (0.062326653) 0.052920497 0.07257772031 Unilever Indonesia 0.184060000 0.350240000 0.192290000
Sumber: Data DlOlah
2. Perhitungan Defisit Aliran Kas (DEFit)
Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan defisit aliran kas (DEFit)
tahun 2005-2007 dari 31 perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian:
Tabel4.2Hasil Perhitungan Defisit Aliran Kas (DEFit) Tahun 2005-2007
(dalam miliaran rupiah)
No Kode Perusahaan 2005 2006 2007
1 Astra Otoparts Tbk 0.557922671 0.219078738 0.6047332032 Sepatu Bata Tbk 0.102681845 0.078830318 0.1799163593 Colorpak Indonesia Tbk 0.065341986 0.059664467 0.0903171854 Citra Tubindo Tbl< 0.593015624 0.703039048 0.4745243635 Delta Diakarta Tbk 0.274811530 0.300370316 0.2683018566 Goodyear Indonesia Tbk 0.139856129 0.121497722 0.2353993077 H.M.Sampoerna Tbk 0.425358120 0.210230348 0.5425823378 Kaoeo loar Java Tbk 0.072231464 0.119754577 0.1733262149 Surni Indo Kabel Tbk 0.216129522 0.152722960 0.33532491910 Indorama Svntetics Tbk 0.160320100 0.108014823 0.48390659911 Lion Metal Works Tbk 0.103336023 0.112362935 0.15057860712 Lionmesh Prima Tbk 0.010872385 0.014530839 0.03287788413 Merck Tbk 0.023724824 0.125936191 0.19941936214 Multi Bintanq Indonesia Tbk 0.074235873 0.179640251 0.34586330315 Mustika Ratu Tbk 0.157595275 0.181771608 0.19837420316 Mayora Indah Tbk 0.469451416 0.606940021 0.72547442817 Pan Brothers Tex Tbl< 0.304840015 0.141093777 0.34318952818 Bentoellnternasionallnv.Tbl< 0.511423902 0.119093439 0.16350088519 Semen Gresik (Persero) Tbk 0.652.373888 0.279136496 0.82228545720 Selamat Semourna Tbk 0.057597446 0.178345961 0.24469064521 Sorini Agro Asia Corporindo Tbk 0.140670094 0.155157869 0.36705501322 Bristol-Myers Squibb Indonesia 0.060522669 0.059903801 0.05115944623 Surva Toto Indonesia Tbk 0.018563440 0.042778279 0.04211685124 Trias Sentosa Tbl< 0.345187254 0.108629583 0.07248927225 Astra Internasional 0.492552882 0.20591'1846 0.30790023026 Gudanq Garam 0.646921029 0.491150754 0.80106580027 Temoo Scan Pasific 0.289655837 0.2361350470 0.13344745828 Indofood Sukses Makmur 0.163827359 0.201560521 0.15272744629 Kalbe Farma 0.217780768 0.194240649 0.30340756230 Kimia Farma 0.552066487 0.315232592 0.48957086331 Unilever Indonesia 0.110466116 0.071088487 0.183298346
Sumber: Data DlOlah
Untuk menghitung defisit ali ran kas (DEFit) dilakukan perhitungan
dengan cara menjumlahkan Deviden Payment (pembayaran deviden),
Investment (perolehan aktiva tetap), dan The Change in Net Working Capital
(kenaikan bersih dari modal kerja), kemudian dikurangi Operating Cash Flow
(arus kas operasi).
Berdasarkan hasil perhitungan defisit aliran kas (DEF) pada tabel 4.2
dapat diketahui bahwa perusahaan yang mengalami defisit aliran kas (DEFit)
tertinggi dimiliki oleh PI. Semen Gresik (Persero) Tbk (GRESIK) sebesar
Rp.822.285.457.000 pada tahun 2007 dan terendah dimiliki oleh PT.
Lionmesh Prima Tbk (LMSH) sebesar Rp.10.872.385.000 pada tahun 2005.
3. Perhitungan a target adjustment trade of/model
Untuk menghitung a target acijustment trade of! model, data yang
dipergunakan adalah dengan menggunakan 3 tahun rata-rata bergerak/three
years moving average (D*it) dikurangi dengan tingkat hutang perusahaan i
pada periode !-) (Dit-I).
Berdasarkan hasil perhitungan a target acijustment trade of! model
pada tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dalam 3 tahun berjalan, perusahaan telah
melakukan pelunasan hutang untuk hutang jangka panjang selama 3 tahun
rata-rata beljalan.
Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan. a target adjustment trade off
model tahun 2005-2007 dari 31 pemsahaan yang rnenjadi sampel dalam
penelitian:
Tabel4.3Hasil Perhitungan a target adjustment trade off model Tahun 2005-2007
(dalam miliaran rupiah)
No Kode Perusahaan 2005 2006 2007
1 Astra Otoparts Tbk 0.261441333 (0.398702667) 0.1782766672 Sepatu Bata Tbk 0.126654549 (0286725985) 10.042651033)3 Colorpak Indonesia Tbk 0.000000000 0011736600 (0.008264703)4 Citra Tubindo Tbk 0.063736766 0.023818443 10.113149955)5 Delta Diakarta Tbk 0.156357023 10.103844137) (0.106084667)6 Goodyear Indonesia Tbk (0.004910123) I (0.033341783) 0.2898304577 H.M.Sampoerna Tbk (0271283333) I (0.692368333) 0.2923213338 Kaoeo loar Java Tbk 0.126361095 10.432537231 ) 0.1913656889 Sumi Indo Kabel Tbk 0.108717526 (0146815507) 0.00951663310 Indorama Svntetics Tbk 0.141040395 (0.831630993) 0.18536064311 Lion Metal Works Tbk 0.050210487 (0.066223406) 0.18322486312 Lionmesh Prima Tbk (0.227910562) (0.422823867) 0.32936593913 Merck Tbk 0.214837275 10.223231925) 0.00276060014 Multi Bintano Indonesia Tbk 0.038453667 10.173633000) (0.057033333)15 Mustika RaW Tbk 1.059318236 (0.5820'14611 ) 0.35005276116 Mavora Indah Tbk 0.190570293 (0.716922095) 0.16332595117 Pan Brothers Tex Tbk 0.021986077 (0.07:3523727) 10.029672754)18 Bentoellnternasionallnv.Tbk 10.020378481) 10.034236590) 0.03446028119 Semen Gresik (Persero) Tbk (0.148929516) (0.05:3601408) 0.01307293820 Selamat Sempurna Tbk 0.036945675 10.013907352) 0.01631423821 Sarini Aoro Asia Coroorindo Tbk 0.025217040 (0.007345720) 10.005556095)22 Bristol-Mvers S~uibb Indonesia (0.028698158) 0.004045069 (0.026076543)23 Surva Toto Indonesia Tbk (0.031588364) (0.132769096) 0.03750647524 Trias Sentosa Tbk 10.094518651) (0237986044) (0.009472174)25 Astra Internasional (0.036997467) (2.15;1407467) (0.151191733L26 Gudano Garam 0.016298667 (O.14~)576667) (0.008944333)27 Tempo Scan Pasific 0.012914641 10.070858319) 10.000204355)28 Indofood Sukses Makmur (0.087325116) (1.66~)424170) 0.10116683529 Kalbe Farma (0.365692011 ) 10.39i'811285) 0.14726840430 Kimia Farma (0.038718264) 0.027549814 0.00655240831 Unilever Indonesia 0.284066667 (0.052126667) 10.052650000)
Sumber: Data DlOlah.
4. Perhitungan Ukuran Perusahaan (size)
Untuk mengetahui apakah kebijakan struktur modal perusahaan
manufaktur dipengaruhi oleh ukuran perusahaan (size), maIm data yang
dipergunakan adalah dilihat dari total aktiva.
Berdasarkan hasil perhitungan size pada tabel 4.2 dapat diketahui
bahwa perusahaan yang mempunyaai total aktiva tertinggi dimiliki oleh PT.
Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) sebesar Rp.42.145.203.874 pada tahun
2005 dan terendah dimiliki oleh PT. Astra Internasional Tbk (ASTRA)
sebesar Rp.63.519.598.000.000 pada tahun 2007.
Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan debt issue tahun 2005-2007
dari 31 perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian:
Tabel4.4Hasil Perhitungan Ukuran Perusahaan (Size)
(dalam miliaran rupiah)
No Kode Perusahaan 2005 2006 2007
1 Astra Otoparts Tbk 3.028465000 3.028160000 3.4542540002 Sepatu Bata Tbk 0.305778892 0.271460708 0.3320802323 Colorpak Indonesia Tbk 0.107667986 0.133360401 0.1675826134 Citra Tubindo Tbk 1.062927042 1.606014240 1.5638385955 Delta Diakarta Tbk 0.537784507 0.577411403 0.5923592266 Goodvear Indonesia Tbk 0.458736896 0.454850967 0.5796613397 H.M.Sampoerna Tbk 11.934600000 12.659804000 15.6805420008 Kaqeo Iqar Java Tbk 0.274803668 0.290144669 0.3297968799 Sumi Indo Kabel Tbk 0.548244927 0.590295976 0.58932219610 Indorama Svntetlcs Tbk 5.497885185 5.441250676 5.87470212011 Lion Metal Works Tbk 0.165030141 0.187689454 0.21612950912 Lionmesh Prima Tbk 0.042145204 0.043587839 0.06281239913 Merck Tbk 0.218034134 0.282698909 0.33106222514 Multi Bintana Indonesia Tbk 0.575385000 0.610437000 0.62183500015 Mustika Ratu Tbk 0.290646486 0.291768932 0.31599772316 Mavora Indah Tbk 1.459968923 1.5533"16827 1.89317502017 Pan Brothers Tex Tbk 0390215827 0.553846048 0.83309297418 Bentoellnternasionallnv.Tbk 1.842317143 2.347941632 3.85916032719 Semen Gresik (Persero) Tbk 7.297859559 7.4964'19127 8.51522743120 Selamat Sempurna Tbk 0.663138308 0.7113685941 0.83004953921 Sorini Aqro Asia Corporindo Tbk 0.596641916 0.6423'14663 0.84250468922 Bristol-Mvers Sauibb Indonesia 0.165022097 0.207135527 0.22742192423 Surva Toto Indonesia Tbk 0.847605367 0.908168166 091399536824 Trias Sentasa Tbk 2.104464207 2.020478164 2.13899066525 Astra Internasional 61.166666000 57.929290000 63.51959800026 Gudana Garam 22.128851000 21.73:30:i4000 23.92896800027 Tempo Scan Pasific 2.345759618 2.479250656 2.77313486728 Indofood Sukses Makmur 14.859203000 16.26'7483000 29.52746600029 Kalbe Farma 4.633398659 4.624619204 5.13821250730 Kimia Farma 1.177602832 1.26'1583768 1.38673915031 Unilever Indonesia 3.842351000 4.62(3000000 5.333406000
Sumber: Data DlOlah
C. Analisis Hasil dan Pembahasan
a. Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik bertujuan untuk mendapatkan model penelitian
yang valid dan dapat digunakan untuk melakukan estimasi. Untuk pengujian
terhadap penyimpangan asumsi klasik dalam penelitian ini penulis
menggunakan uji normalitas, uji autokorelasi, uji ml.lltikolinearitas, cIan uji
heteroskedastisitas.
I). Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2005: II 0) uji coba norrnalitas beliujuan untuk
menguji apakah cIalam model regresi variabel dependen dan variabel
independen keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model
regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data n0n11al atau
mendekati normal.
a). Model Pengujian Hipotesis I
Hipotesis pertan1a yang menyatakan : Pecking Order Theory
mampu menjelaskan kebijakan struktur modal.
Tabel4.5Basil Uji Normalitas Pecking Order Them)!
TSI K Ia Sne- amp e o mogorov~ mirnov est
Unstandardized Residual
N 93Mean .0000020
Normal Parameters(a,b) Std. Deviation 305:519455281,94280000
Most Extreme Absolute .132Differences Positive .088
Negative -.132Kolmogorov-Smirnov Z 1.268Asymp. Sig. (2-tailed) .080
a Test distribution IS Normal.b Calculated from data.Sumber: Data Diolah
Besarnya nilai kolmogorov-Smirnov adalah 1268 dengan signifikan
pada 0,080 lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti data residual
terdistribusi normal.
Bipotesis kedua yang menyatakan : Trade Off Theory mampu
menjelaskan kebijakan strnktur modal.
Tabel4.6Basil Uji Normalitas Trade OJ/Theory
One-Sample KolmogoroY-SmirnoY Test
N
Mean
Normal Parameters(a,b) Std. Deviation
Most Extreme AbsoluteDifferences Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized Residl",la::.I_-l
93
-.00000462949!)0201259,63520000.120
.108
-.120
1.155
.139
Sumber: Data Diolah
Besarnya nilai kolmogorov-Smirnov adalah 1,155 dengan signifikan
pada 0,139 lebih besar dari 0,05. Hal ini berat1i data residual
terdistribusi normal.
Hipotesis ketiga yang menyatakan : Pecking Order Theory dan
Trade OffTheory mampu menjelaskan kebijakan struktur modal.
Tabel4.7Hasil Uji Normalitas Pecking Order Theory dan Trade OffTheory
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Ne9ative
Kolmogorov-8mirnov Z
Asymp. 8ig. (2-tailed)
Normal Parameters(a,b)
Most ExtremeDifferences
Unstandardize/-:-: .-!--'d::..Residual
N 93
.0000072
291B32396533,1B500000
.128
.099
-.128
1.230
.097
Sumber: Data Diolah
Besarnya nilai kolmogorov-Smirnov adalah 1,230 clengan signitlkan
pacla 0,097 lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti data residual
terdistribusi normal.
b). Model Pengujian Hipotesis 2
Hipotesis pertama yang menyatakan: Kebijakan struktur modal
perusahaan dengan Pecking Order TheOlY dipengaruhi oleh ukuran
perusahaan (size)
Tabel4.8Hasil Uji Normalitas Pecking Order Theory dan Size perusahaan
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 93Mean .0000026
Normal Parameters(a,b) Std. Deviation 3047'29777085,32680000
Most Extreme Absoiute.132Differences
Positive.082
Negative -.132Kolmogorov-Smirnov Z
1.277
Asymp. Si9. (2-tailed).077
Sumber: Data DlOlah
Besarnya nilai kolmogorov-Smimov adalah 1,277 dengan signifikan
pada 0,077 lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti data residual
terdistribusi normal.
Hipotesis kedua yang menyatakan: Kebijakan struktur modal
perusahaan dengan Trade Off TheOlY yang dipengaruhi oleh ukuran
perusahaan (size).
Tabel4.9Hasil Uji Normalitas Trade OffTheory dan Size perusahaan
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Asymp. Sig. (2-tailed)
Kolmogorov-Smirnov Z
MeanNormal Parameters(a,b) Std. Deviation
Most Extreme AbsoluteDifferences Positive
Negative
Unstandardize
1-7:-----------------I---o:-dResidualN 93
0000046293'151831388,
21000000.123
.112
-.123
1.187
119
Sumber: Data Diolah
Besarnya nilai koll11ogorov-Sl11irnov adalah 1,187 dengan signifikan
pada 0,119 lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti data residual
terdistribusi normal.
2). Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2005:95) UJI autokorelasi digunakan untuk
l11enguji apakah model regresl linier ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. MOclel
regresi yang baik aclalah yang bebas clari autokorelasi. Pencleteksian
terhaclap penyimpangan asumsi klasik untuk autokorelasi clapat clilihat
pacla besarnya nilai Durbin-Watson,
a). Model Pengujian Bipotesis I
Bipotesis pertama yang menyatakan: Pecking Order TheOlJI
mampu menjeJaskan kebijakan struktur modal.
Tabel4.IOBasil Uji Autokorelasi Pecking Order Theory
Adjusted R Std. Error ofModel R R Square Square the Estimate Durbin-Watson1 .159(a) .025 .015 30719354702
1.8940,626
a Predictors: (Constant), DEFb Dependent Variable: DitSumber: data Diolah
Nilai Durbin Watson pada hasil SPSS pada penelitian ini
sebesar 1,894 dengan klasifikasi nilai Durbin Watson +2 terdapat
autokorelasi negatif. Maka model regresi yang disajikan dalam
penelitian ini terbebas dari autukorelasi.
Oleh karena nilai DW 1,8941ebih besar dari batas atas (du) 1,751 dan
kurang dari 4-1,751 (2,249), maka dapat disimpulkan tidak ada
autokorelasi positif atau negatif atau dapat disimpulkan tidak terdapat
autokorelasi.
Hipotesis kedua yang menyatakan : Trade Off Theory mampll
menjelaskan kebijakan struktur modal.
Tabel 4.1 IHasil Uji Autokorelasi Trade 0ffTheOf:Y
,---,----,------,-----,----_.-;-------,Adjusted R Std. Error of I
rM:;.:O::;d::;:e:.:;1+_..;R-'-_+-,R=S.:J;Qlu::;:a:.:;re"-t_S:::;3Q:J.:lu:.:::ao.;re:.-+-;t::::h::::-e~E",st:;,im:::a,:,;te::::.tDurbin.watson1 302( ) 1 091 081 29660659802 I' 2 069
. a i' . 3,846 1 .
a Predictors: (Constant), DDltb Dependent Variable: DitSumber: Data Diolah
Nilai Durbin Watson pada hasil SPSS pada peneJitian ini
sebesar 2,069 dengan klasifikasi nilai Durbin Watson +2 terdapat
autokorelasi negatif. Maka model regresi yang disajikan dalam
penelitian ini terbebas dari autukorelasi.
Oleh karena nilai DW 2,069 lebih besar dari batas atas (du) 1,703 dan
kurang dari 4- I ,703 (2,297), maka dapat disimpulkan tidak ada
autokorelasi positif atau negatif atau dapat disimpulkan tidak terdapat
alltokorelasi.
Hipotesis ketiga yang menyatakan : Pecking Order Theory dan
Trade OffTheory mampu menjelaskan kebijakan struktur modal
Tabel4.l2Hasil Uji Autokorelasi Pecking Order Theory dan Trade O[rTheory
Adjusted R Std. Error of T'Model R R Square Square the Estimate+Durbin-Watson1
.333(a) .111 .091 2950571617S1 i 20963,360 .
a PredIctors: (Constant), DEF, DDItb Dependent Variable: DitSumber: Data Diolah
Nilai Durbin Watson pada hasil SPSS pada penelitian ini
sebesar 2,096 dengan klasifikasi nilai Durbin Watson +2 terdapat
autokorelasi negatif. Maka model regresi yang disajikan dalam
penelitian ini terbebas dari autukorelasi.
b). Model Pengujian Hipotesis 2
Hipotesis pertama yang menyatakan: Kebijakan struktur modal
perusahaan dengan Pecking Order Theory dipengaruhi oleh ukuran
perusahaan (size).
Tabel4.l3Hasil Uji Autokorelasi Pecking Order TheOlY dan Size Perusahaan
I Adjusted Std. EITor of IModel R R Square R Square the Estimate Durbin-Watson1 .I 74(a) .030 .009 308097059164,217 1.902
a PredIctors: (Constant), SIze, DEFb Dependent Variable: DitSumber: Data Diolah
Nilai Durbin Watson pada hasil SPSS pada penelitian ini
sebesar 1,902 dengan klasifikasi nilai Durbin Watson +2 terdapat
autokorelasi negatif. Maka model regresi yang disajikan dalam
penelitian ini terbebas dari autukorelasi.
Oleh karena nilai DW 1,9021ebih besar dari batas atas (du) 1,776 dan
kurang dari 4-1,776 (2,224), maim dapat disimpulkan tidak ada
autokorelasi posistif atau negatif atau dapat disimpulkan tidak terdapat
autokorelasi.
Hipotesis kedua yang menyatakan: Kebijakan struktur modal
perusahaal1 dengan Trade Off Theory yang dipengaruhi oleh ukuran
perusahaan (size).
Tabe14.14Hasil Uji Autokorelasi Trade OffTheOlY dan Size Perusahaan
Adjusted Std. Error of Durbin-Model R R Square R Square the Estimate WatsonI I
.0991 079 . 29699780651 I.315(a) I . I 7,177 L 2.094I
a PredIctors: (Constant), SIZC, DDItb Dependent Variable: DitSumber: Data Diolah
Nilai Durbin Watson pada hasil SPSS pada penelitian ini
sebesar 2,094 dengan klasifikasi nilai Durbin Watson +2 terdapat
autokorelasi negatif. Maka model regresi yang disaj ikan dalam
penelitian ini terbebas dari autukorelasi.
Oleh karena nilai DW 2,0941ebih besar dari batas atas (du) 1,726 dan
kurang dari 4-1,726 (2,274), maka dapat disimpulkan tidak ada
autokorelasi positif atau negatif atau dapat dislmpulkan tidak terdapat
autokorelasi.
3). Uji Multikolinieritas
Menurut Ghozali (2005 :91) uji multikolinieritas bertujuan untuk
menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel bebas. Diagnosis untnk mengetahui adanya
multikolinieritas adalah menentukan nilai Variance Inflaction Factor (VIF)
dan Tolerance. Batas tolerance value adalah > 0.10 dan VIF < 10. hasil
perhitungan nilai tolerance dan VIF dapat dilihat pada tabel berikut.
a). Model Pengujian Hipotesis I
Hipotesis pertama yang menyatakan : Pecking Order TheOlY
mampu menjelaskan kebijakan struktur modal.
Tabel4.15Hasil Uji Multikolinieritas Pecking Order Theory
Model Collinearity Statistics
Tolerance I VIF ---
I DEF 1.000 ! 1.000a Dependent Vanable: DItSumber: data Diolah
Dari tabel 4.16 dapat diketahui bahwa nilai tolerance diatas
0,10 dan VIF dibawah 10, sehingga dapat dikatakan tidak terjadi
multikolinearitas. Dengan demikian model regresi ini layak dipakai
dalam penguj ian.
Hipotesis kedua yang menyatakan : Trade OffTheory mampu
menjelaskan kebijakan struktur modal.
Tabe14.16Hasil Uji Multikolinieritas Trade OffTheory
Model COlline<l!.~f:;tati~tic
Tolerance I VIFI DDit 1.000 I 1.00a Dependent Vanable: DltSumber: data Diolah
Dari tabel 4.17 dapat diketahui bahwa. nilai tolerance diatas
0,10 dan VIF dibawah 10, sehingga dapat dikatakan tidak terjadi
multikolinearitas. Dengan demikian model regresi ini layak dipakai
dallUn pengujian.
Hipotesis ketiga yang menyatakan : Pecking Order Theory dan
Trade OfJTheOlY mampu menjelaskan kebijakan struktur modal.
Tabe14.17Hasil Uji Multikolinieritas Pecking Order TheOlY dan Trade OfJTheory
Coefficients
Model Collinearity Statistics,
Tolerance IVII~05-I DDit .9951
2 DEF .9951 1.00~_
a Dependent Vanable: DJtSumber: data Diolah
Dari tabel 4.17 dapat diketahui bahwa nilai tolerance diatas
0,10 dan VIF dibawah 10, sehingga dapat dikatakan tidak teljadi
multikolinearitas. Dengan demikian model regresi ini layak dipakai
dalam pengujian.
b). Model Pengujian Hipotesis 2
Hipotesis pertama yang menyatakan: Kebijakan struktur modal
perusahaan dengan Pecking Order Theory dipengaruhi oleh ukuran
perusahaan (size).
Tabe14.18Hasil Uji Muitikolinieritas Pecking Order Theory dan Size Perusahaan
Model Collinearity §tatistic~_
Tolerance r VIFDEF
..-1 .942 i 1.0622 sIze .942 1.062
a Dependent Vanable: DitSumber: data Diolah
Dari tabel 4.19 dapat diketahui bahwa nilai tolerance diatas
0,10 dan VIF dibawah 10, sehingga dapat dikatakan tidak teljadi
multikolinearitas. Dengan demikian model regresi ini layak dipakai
dalam pengujian.
Hipotesis kedua yang menyatakan: Kebijakan struktur modal
perusahaan dengan Trade Ojf Theory yang dipengaruhi oleh llkllran
perusahaan (size).
Tabe14.19Hasil Uji Multikolinieritas Trade OffTheory dan Size Perusahaan
Model Collinearit, Statistics
Tolerance VIFI DDit 864 1.1582 SIze .864 1.158
a Dependent Vanable: DitSumber: data Diolah
Dari tabel 4.19 dapat diketahui bahwa nilai tolerance diatas 0,10
dan VIF dibawah 10, sehingga dapat dikatakan tidak teljadi
multikolinearitas. Dengan demikian model regresl 1m layak dipakai
dalam pengujian.
4). Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2005: 105) uji heteroskedastisitas bertujuan
menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance
dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi
yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas. Berikut adalah gambar output SPSS untuk uji
heteroskedastisitas.
a). Model Pengujian Hipotesis I
Hipotesis pertama yang menyatakan : Pecking Order Theory
mampu menjelaskan kebijakan struktur modal.
GambaI' 4. IHasil Uji Heterokedastisitas Pecking Order Theory
Scatterplot
Dependent Variable: Oit
o
o
o
oo
o
o
oo
o
o6°:00°
00 00 .0
o o
o
.,'-,-------,-------,---_.
. , 0
Rogrossion Studontizod Residual
Dari tampilan output SPSS grafik scatterplot terlihat bahwa
titik-titik menyebar secm'a acak serta tersebar. baik di atas maupun
c1i bawah angka 0 (nol) pacla sumbu Y. Hal ini c1apat c1isimpulkan
bahwa ticlak teljacli heteroskeclastisitas pacla model regresi
sehingga moclel regresi layak c1ipakai.
Hipotesis keclua yang menyatakan : Trade 0iT Theory
mampu menjelaskan kebijakan struktur modal.
Gambar4.2Hasil Uji Heterokeclastisitas Trade ()[{Theory
Scatterplot
Dependent Variable: Dit
o
oo "
oo
o
o
-6 -4 -2 0 2
Regression Standardized Predicted Value
Dad tampilan output SPSS grafik scatterplot terlihat bahwa titik-
titilc menyebar secara acak selia tersebar, baik di atas maupun c1i
bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y. Hal ini c1apa! disimpulkml
bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi
sehingga model regresi layak dipakai.
Hipotesis ketiga yang menyatakan : Pecking Order Theory
dan Trade ()ff Theory mampu menjelaskan kebijakan struktur
modal.
Gambar4.3Hasil Uji Heterokedastisitas Pecking Order Theory dan Trade OffTheory
Scattorplot
Dopondont Variable: Oit
o
a
o
o
@
o 0
o 0 0
00° 0
Oc€k;i~O~o o~ 09 %000.00 . :·0·0
o 0 0
~ ~ 0 2
Regression Standardi;;:ed Predioted Valu,~
Dari tampilan output SPSS grafik scatterplot terlihat bahwa titik-
titile menyebar seeara aeak serta tersebar, baik di atas maupun di
bawah angka 0 (noI) pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi
sehingga model regresi layak dipakai.
b). Model Pengujian Hipotesis 2
Hipotesis pertama yang menyatakan: Kebijakan struktur
modal perusahaan Pecking Order Theory dipengaruhi oleh ukuran
perusahaan (size).
Gambar 4.4Hasil Uji Heterokedastisitas Pecking Order Theory dan Size Perusahaan
Scatterplot
Dependent Variable: Dit
o
o
oo
o
oo
°06°° 0o b80 .0
0\9 § 0
o 0 offoo 00 0
o 0 ct:,0 cPto 0 Goo ,&co 0° Q·oo 0 0~ °0 cp '0 000
oo
o
o
o
o
o
i I4 0
Rogresslon Studontizod Rosidual
,.<
.,L-,-----,-----r------~-----'
Dari tampilan output SPSS grafik scatterplot terlihat bahwa titik-
titik menyebar secara acak serta tersebar, baik di atas maupun di
bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi
sehingga model regresi layak dipakai.
Hipotesis kedua yang menyatakan: Kebijakan struktur modal
perusahaan Trade OffTheOlY dipengaruhi oleh ukuran perusahaan
(size).
Gambar4.5I-Iasil Uji Heterokedastisitas Trade OtfTheory dan Size Perusahaan
Scattarplot
Dopendant Variablo: Oit
a
oa
$
a a
o 0.0o>b O
o~~c;~oo66°0 .~1fl, 0
6 '0 6 0a
o 0 00
o 0
a
·4 -2 0
Regression Standardlz:ed Predicted Value
Dari tampilan output SPSS grafik scatlerplol terlihat bahwa litik-litik
menyebar secara acak serta tersebar, baik di alas maupun di bawah
angka 0 (nol) pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidal<
teljadi heteroskedastisitas pada model regresi sehingga model regresi
layak dipakai.
D. Analisis Regresi Linear Berganda
I. Hasil Model Pengujian Hipotesis I
Hipotesis pertama yang menyatakan Pecking Order TheOlY mampu
menjelaskan kebijakan stlUktur modal.
Tabe14.20Hasil Coeficient Detenninasi R-Square Pecking Order Theory
M I ISo( e ummarv
I Adjusted 1Std. Error of theModel R R Square R Square EstimateI .159(a) .025 .015
307193547020,626
a Predictors: (Constant), DEFb Dependent Variable: DitSumber: data Diolah
Pada tabel summary nilai koefisien R Square yang didapat sebesar
0,025. Hal ini berarti 2,5% variable debt issue dapat dijelaskan oleh Defisit
Aliran Kas, dan sebesar 97,5% dijelaskan oleh faktor lain.
Tabe14.21Hasil t hitung Pecking Order TheOlY
CoefficientsUnstandardized StandardizeciT I I
Model Coefficients Coefficients-t._._t____+_ Sig. __ ~I
_.
Std.,, i ! i I
B Error I Beta i iI (Constant) - 5274937 [ t I I
I i2159691449 3825,26 -.409 1 .683
1I4,955 6
.159[DEF .251 .163 1.538 .1281
a Dependent Vanable: DltSumber: data Diolah
Berdasarkan table tersebut dapat disimpulkan, nilai t hitung sebesar 1,538
dengan tingkat signifikansi sebesar 0.128. Karena tingkat signifikansi lebih
besar dari 0,05. Hal ini menunjulckan berarti variable DEF tidak berpengaruh
terhadap debt issue.
Hipotesis kedua yang menyatakan Trade Off TheOly mampu
menjelaskan kebijakan struktur modal.
Tabel4.22Basil Coeficient Determinasi R-Square Trade O/TTheofY
~ITor of thestimate
606598023,846
M Sodel umman'
I Adjusted R i Std. IModel R IR Square Square EI .302(a) I .091 .081 296
a PredICtors: (Constant), DOltb Dependent Variable: DitSumber: Data Diolah
Pada table summary nilai koefisien R Square yang didapat sebesar
0.091.Hal ini berarti 9,1% variable debt issue dapat dijelaskan oleh target
adjustment trade oIl' dan sebesar 90,9% dijelaskan oleh faktor lain.
Tabel4.3Hasil Uji t hitung Trade OITTheory
CoefficientsUnstandardized i Standardized i + I
Model CoefficientsStd.
~ Coefficients I-__t §iH:__1
B Error Beta I1 (Constant) 61116886
313311
436,03104853,6 1.951 .054
77DDit .255 .084 .302 3.025 .0031
a Dependent Vanable: DitSumber: Data Diolah
Uji t pada tabel diatas didapat t hitung sebesar 3,025 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0.003. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05.
Hal ini menunjukkan berarti variable target adjustment trade off berpengaruh
terhadap debt issue.
I-lipotesis ketiga yang menyatakan : Pecking Order TheOlY dan Trude
OjJTheOlY mampu menjelaskan kebijakan struktur modal
Table 4.24Hasi! Coeficient Determinasi R-Square Pecking Order Theory dan Trade OjJTheory
Model Summary
Std. Error of IModel R R Square Adjusted R Square the Estimate II .333(a) .111 .091 295057161793,360 I
a PredICtors: (Constant), DEF, DDltb Dependent Variable: DitSumber: data Diolah
Pada table summary nilai koefisien adjusted R Square yang didapat
sebesar 0.1 I 1. Hal ini berarti I I, I% variable debt issue dapat dijeJaskan oJeh
defisit aliran kas (DEF) dan target adjustment trade ojJ dan sebesar 88,9%
dijeJaskan oJeh faktor Jain.
Tabe14.25Basil Uji F Pecking Order Theory dan Trade QfjTheory
ANOVA
Sum of I IModel Sauares df Mean Square ~ F Siq.1 Regression 975311602\
487655801161323649000 I 2 18240000000 5.601 .005(a)000000,00
0 00,000 I
Residual 783528558 I
529979000 87058728725 i0000000,0 90 55320000000
00 0,000
Total 881059718 i762344000
92i
0000000,0 -l00
a Predictors: (Constant), DEF, DDltb Dependent Variable: DitSumber: data Diolah
Berdasarkan Uji F didapat F hitung sebesar 5,60 J dengan tingkat
signifikansi sebesar 0.005. Karena tingkat signifikansi lebih keciJ dari 0,05,
Hal ini berarti variable defisit aliran kas (DEF) dan target adjustment trade off
secara bersama-sama berpengaruh terhadap debt issue.
Tabel4.26Hasil Uji t Pecking Order Theory dan Trade OJ/Theory
CoefficientsUnstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sia.
B Std. Error Beta1 (Constant) 39151107 51403430
.076 .93977,608 647,743
DDit .247 .084 .293 2.939 .004DEF .220 .157 .139 1.399 .165
a Dependent Vanable: DlSumber: Data Diolah
Uji t pada tabel diatas didapat t hitung target adjustment trade off(DDit)
sebesar 2,939 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.004 Karena tingkat
signifikansi lebih kecil dari 0,05 berarti variable DDit secara individu
berpengaruh terhadap debt issue. Uji t pada tabel diatas didapat t hitung deficit
aliran kas (DEF) sebesar 1,399 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.165.
Karena tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 berarti variable DEF secara
individu tidak berpengaruh terhadap debt issue.
Berdasarkan hasil regresi linear berganda dari model pecking order
theory dan trade off theory baik yang diuji sendiri ataupun bersama-sama
dapat disimpulkan bahwa model trade of! theory. lebih mampu menjelaskan
kebijakan struktur modal dibandingkan model pecking order theory. kIodel
pecking order theory menghasilkan nilai R square 2,5% lebih kecil
dibandingkantrade ojftheOlY yang sebesar 9, I%. Model pecking order theory
menghasilkan nilai t hitung yang tidak signifikan sedangkan model trade of!
theory mempunyai nilai t hitung yang signifikan. Namun nilai f hitung dari
kedua model tersebut menunjuklcan hasil yang signifikan.
2. Basil Model Pengujian Bipotesis 2
Bipotesis pertama yang menyatakan: Kebijakan struktur modal
perusahaan pecking order theOlY dipengaruhi oleh ukuran perusahaan (size).
Table 4.27Hasil Coeficient Determinasi R-Square Pecking Order Theory dan Size
Model Summal)'Adjusted Std. Error of Durbin-
Model R R Square R Square the Estimate Watson1 .174(a) .030 .009 30809705916
1.9024,217
a Predictors: (Constant), size, DEFb Dependent Variable: DitSumber: Data Diolah
Pada table summary nilai koefisien adjustead R Square yang didapat
sebesar 0.009, hal ini berarti 0.9% variable debt issue dapat dijelaskan
oleh defisit aliran kas (DEF) dan size dan sebesar 99, I% dijelaskan oleh
faktor lain.
Tabe14.28Hasil Uji F Pecking Order Theory dan Size
ANOVA
Sum of IModel Souares df Mean Sauare F I SiQ.1 Regression 267455379
13372768985715924200
2 79621000000 1.409 .250(a)000000,00 i 00,000Oi
Residual I854314180
94923797865790751000
90 639000000000000000,0
0,00000
Total 881059718
I762344000
920000000,0 I
I00
a Predictors: (Constant), size, DEFb Dependent Variable: DitSumber: Data Diolah
I-Iasil penguJwn bersama menunjuldcan nilai f hitung sebesar 1,409
dengan signifikansi 0,250. Karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Hal
ini menunjukkan bahwa variabel defisit aliran kas (DEF) dan size seCal'a
bersama-sama tidak berpengaruh terhadap debt issue.
Table 4.29Hasil Uji t Pecking Order Theory dan Size
CoefficientsUnstandardized I Standardized
Model Coefficients -1-- Coefficie!J)-,,---
B Std. Error Beta
1 (Constant) - 5307783318667917 529,708
683,731DEF .279 .169 .177size -.002 .003\ -.073
a Predictors: (Constant), size, DEFb Dependent Variable: DitSumber: Data Diolah
-.352
1.653
:.6831
.726
.102 I
.4961
Uji t pada table diatas menunjukkan variable deficit aliran kas (DEF)
mempunyai nilai t hitung sebesar 1,653 dengan tingkat signifikansi sebesar
0,102. Karena tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti
variable DEF secara individu tidak berpengaruh terhadap debt issue. Variabel
size mempunyai nilai t hitung sebesar -0,683 deng,l11 tingkat signifikansi
sebesar 0,496. Karena tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 berarti
variabel size secara individu tidak berpengaruh terhadap debt issue.
Hipotesis kedua yang menyatakan: Kebijakan struktur modal perusahaan
trade ol! theOlY dipengaruhi oleh ukuran perusahaan (size).
Table 4JOBasil Coeficient Determinasi R-Square Trade Off TheOlY dan Size
d SMo el ummarv
1 IAdjustedStd. Error
Mode of theI R IR Square I R Square EstimateI
JI5(a) .099 .079 296997806517,177
a Predictors: (Constant), size, DDitb Dependent Variable: DitSUl11ber: Data Diolah
Pada table summary nilai koefisien adjustead R Square yang didapat sebesar
0.079 hal ini berarti 7,9% variabel debt issue dapat dijelaskan oleh a target
adjustment trade off (Ddit) dan size dan sebesar 92, I% dijelaskan oleh faktor
lain.
Table 4.31Basil Uji F Trade Off dan Size
ANOVA
Sum ofModel Snuares df Mean Souare F Sia.1 Regression 871904450 . 43595222539782121000 2 10607000000 4.942 .009(a)000000,00 00.0000
Residual 793869273 88207697076684131000 90 014600000000000000.000 I 0.000 I
Total 881059718 I I,762344000 920000000,0
L...-.-. 00
a Predictors: (Constant), size, DDitb Dependent Variable: DitSumber: Data Diolah
I-Iasil pengujian besama menunjukkan nilai f hitung sebesar 4,942
dengan signifikansi 0,009. Karena nilai signifikansi lebih keeil dari 0,05 hal
ini menunjukkan bahwa variabel a target adjustment trade off(DDit) dan size
seeara bersama-sama berpengaruh terhadap debt issue.
Table 4.32Hasil Uji t Trade Off dan Size
Coefficient
Unstandardized StandardizedModel Coefficients Coefficients t Sio.
B Std. Error Beta1 (Constant) 50233319 33763885 1,488 .140996,968
1
617,430DOlt .284 .091 .337 3.129 .002size .002 i .003 .094 .872 .386
a Dependent Variable: Dit
Uji t pada tabel diatas menunjukkan variabel a larget adjustment trade
off theOly (DDit) mempunyai nilai t hitung sebesar 3,129 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0.002. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05
berarti variabel a target adjustment trade off theory (DDit) seeara inclividu
berpengaruh terhadap debt issue. Variabel size mempunyai nilai t hitung
sebesar 0,872 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,386. Karena tingkat
signifikansi lebih besar dari 0,05 berard variabel size seeara individu tidak
berpengaruh terhadap debt issue.
Berdasarkan hasil regresi linear berganda clari model pecking order
theory dan trade offtheory dengan memasukkan variabel size sebagai variabel
kontrol baik yang diuji sencliri ataupun bersama-sanla dapat disimpulkan
bahwa model trade off theory lebih mampu menjelaskan kebijakan struktur
modal dibandingkan model pecking order theory. Model pecking order theoly
menghasilkan nilai adjusted R square2,5% lebih kecil dibandingkan model
trade off yang sebesar 9,1 %. Pada pengujian secara individu baik model
pecking order theory maupun trade off theory keduanya menghasilkan nilai
signifikansi lebih besar dari 0,05. Namun demikian, pada pengujian secara
bersama-sama keduanya menghasilkan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.
hal itu berarti baik model pecking order theory maupun trade off mampu
menjelaskan kebijakan struktur modal dengan size sebagai variable kontroI.
Berdasarkan hasil perhitungan dari masing-masing variabel maka dapat
disimpulkan bahwa hasil penelitian berbeda dengan hasil peneJltian
sebelumnya. Basil penelitian ini menyatakan bahwa model trade oif theory
lebih mampu menjelaskan kebijakan struktur modal dibandingkan model
pecking order theory. Basil temuan ini berbeda dengan hasil penelitian
Bartono, dimana model pecking order theory lebih mampu menjelaskan
kebijakan struktur modal dibandingkan model trade off theory. Namun
demikian hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Wibowo dan
Ekaningrum (2001) dalam Bartono (2003) yang menyimpulkan bahwa
perusahaan manufaktur di Indonesia cenderung tidak mengikuti pecking order
theOly karena hasil yang diperoleh menunjukkan tidak ada pengaruh yang
signifikan antara dividend payout ratio terhadap inve8tasi dan sebaliknya.
Esensi trade off theory adalah menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan
yang timblll sebagai akibat penggunaan hutang. Sejallh manfaat masih lebih
besar, hutang akan ditambah.
Setelah memasukkan variabel size diperoleh hasil bahwa model trade off
theory lebih mampu menjelaskan kebijakan struktur modal dibandingkan
model pecking order theOly. Hal ini dibllktikan dengan nilai t lIntuk model
trade off theory secara statistik clikup signifikan sedangkan nilai t untllk
model pecking order theOly tidak signifikan. Disamping itu nilai R2 pada
model trade off theory lebih besar. Namlln demikian variabel size secara
individu tidak berpegaruh terhadap debt issue.
BABV
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian pada bab sebelumnya, maka dapat diperoleh hasil
kesimpulan sebagai berikut:
I. Dengan melakukan pengujian Secm'a sendiri-sendin maka model pecking
order theory maupun a target adjustment trade off theOly sanm-sama
memiliki kemampuan dalam menjelaskan perubahan struktur modal. Hal ini
bermti menghasilkan variabel defisit aliran kas (DEF) tidak berpengaruh
terhadap variabel debt issues, dan variabel a target adjustment trade off theory
(DDit) berpengaruh terhadap variabel debt issues,
2. Model a target adjustment trade off theory lebih mampu menjelaskan
perubahan struktur modal dibandingkan dengan model pecking order theory,
baik pengujian dilakukan secara sendiri-sendiri maupun secara bersamaan.
Hal ini berarti menghasilkan variabel defisit aliran kas (DEF) dan variabe1 a
target adjustment trade off theOly (DDit) secara bersama-sama berpengaruh
terhadap variabel debt issues. Namun, secara inclividu hanya variable
adjustment trade off theory (DDit) yang memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap variabel debt issues.
3. Setelah memasukkan variabel size (total aktiva) terlihat bahwa perubahan
struktur modal lebih mampu dijelaskan oleh model a target adjustment trade
of[theory dari pada model pecking order theory. Hal ini berarti menghasilkan
variable a target adjustment trade off theory dan size secara bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel debt issues. Namun, secara individu hanya
variabel a target adjustment trade off theory (DDit) yang memiliki pengamh
yang signifikan terhadap variabel debt issues.
B. Implikasi
Model a target adjustment trade off theory berpengaruh signifikan terhadap
variabel clependennya yaitu debt issue, sehingga Model a target adjustment trade of[
theOlY yang saya bahas dalam skripsi ini releavan untuk digllnakan dalam penglljian
struktur modal. Aliinya pihak perusahaan clapat mengikuti pola a target adjustment
trade off theol)) dalam menjelaskan perubahan struktur modal perusahaan walaupun
demikian pihal( perusahaan juga harus mempertimbangkan penyesuaian hut,mg atau
keseimbangan hutang dibanclingkan tal1Un sebelumnya.
C. Keterbatasan Penelitian dan Saran
I. Periode dalam penelitian ini hanya tiga tahun sehingga sampel yang
digunakan hanya terbatas pada 31 perusahaan dan untuk hasil penelitian yang
lebih baik maIm peneliti selanjutnya dapat memperpanjang periode penelitian.
2. Sampel yang cligunakan clalam penelitian ini adalal1 perusahaan yang
melakukan sturktur modal dengan menggunakan variabel pada pecking order
theory dan trade off theory serta variabel size sebagai variabel kontrol. Agar
hasil penelitian mendapatkan hasil yang lebih baik lagi maka disarankan
untuk peneliti menambah llnsur prediksi dari variabel defisit arus kas atau
clengan menggunakan proksi yang lain dalam penggunaan model pecking
order theory.
DAFTARPUSTAKA
Atmaja, Lukas Setia. "Manajemen Keuangan", Edisi Revisi, Andi Yogyakarta, 2002.
Dajan , Anto. "Pengantar Metode Statistik", Jilid II. Jakmia .' LP3ES, 1986.
Dermawan, Sjahrial. "Manajemen Keuangan ". Edisi 2, Mitra Wacana Media, 2008.
Edi Wijaya, !vluhammad. "Pengujian Empiris Pecking Order Theory dan Tradeo./!TheOlY Mengenai Leverage ", Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas GajahMada, 2001.
Ghozali, Imam. "Analisis Multivariate Dengan Program S1'SS", Edisi 3, ProgramDoktor Ilmu Ekonomi Universitas Diponegoro.
Hartono. "Kebijakan Struktur Modal: Pengujian Trade off TheOlY dan PeckingOrder Theory", vol.VIII, Universitas Sebelas Maret Sllrakarta, 2003.
Hastiningsih, Dwi. "Analisis Leverage Ratio, Harga Saham, Pertumbuhan Penjualan,Price Book Value, dan Earning Per Share Terhadap StlUktur Modal". Skripsi SIFE UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2005.
Husnan, Suad. "Manajemen Keuangan, Teori dan Terapan (Keputusan jangkaPanjang) ". Edisi 4, Universitas Gajah Mada Yogyakarta, :WOO.
Juliana. "Analisis Hubungan Struktur Modal Berdasarkan Static Trade off Theorydan Pecking Order TheOlY pada Perusahaan Public di BEJ". Slaipsi SI FEUniversitas Binus. 2007.
Kusumawati, Dini, "Pengaruh Karakteristik Perusahaan TerhadapStruktur ModalPada Perusahaan Publik Yang Tercatat di BEJ", Jurnal Ekonomi STIE,No.4/Th.XIII/27/0ktober-Desember,2004.
Manurung, Adler Haymans. "Teori Struktur Modal: Sebuah Survei",
No.4.ThXXXIII/April,2004.
Muda, Iskandar. "Relevansi Teori Pecking Order Dalam Pengujian StrukturModal",Skripsi Sf FEUIN Jakarta, 2007.
Sartono, Agus. "Manajemen Keuangan; Teori dan aplikasi" Edisi 4, UniversitasGajah Mada, Yogyakm1a, Maret 2001.
Sartono A. "Pengaruh Aliran Kas Internal dan Kepemilikan Manager dalamPerusahaan Terhadap Pembelanjaan Modal, Manajerial Hipothesis atau PeckingOrder Hipothesis". Bunga Rampai Kajian Keuangan BPFE: 39-59. 2001.
Wibowo, A Jadmiko, F Indri Erkaningrum. "Studi Keterkaitan antara DividendPayout Ratio, Financial Leverage dan Investasi Dalaln Pengujian HipothesisPecking Order". Proceeding: 57-72. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UGM. 2001.
Yuningsih. "Interdependensi Antara Kebijakan Divident Payout Ratio, FinancialLeverage, dan Investasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Listed Di Bursa EfekJakarta ", Jurnal Bisnis dan Ekonomi, September, 2002.
L' AiM.. /p'" I' N·~····,··!'.J // \\1\\/, I ) i i\............
Lampian 1
DATA DEBT ISSUE PERIODE DESEMBER 2005-2007
Total Hutang Jangka Panjang tahun •dikurang tahun '-1No. Nama Perusahaan 2005 2006 2007
1 Astra Otoparts Tbk Rp 256,594,000,000 Rp (38,093,000,000) Rp 15,390,000,0002 Sepatu Bata Tbk Rp 990,965,000 Rp (1,529,762,000) Rp (2,809,293,000)3 Colorpak Indonesia Tbk Rp - Rp 3,520,980,000 Rp 1,041,569,0004 Citra Tubindo Tbk Rp 11,465,649,610 Rp 45,615,190,980 Rp 11,670,204,5105 Delta Diakarta Tbk Rp 319,931,000 Rp 455,298,000 Rp 137,044,0006 Goodyear Indonesia Tbk Rp (1,402,016,000) Rp (13,680,747,000) Rp 7,326,839,0007 H.M.Sampoema Tbk Rp (654,683,000,000) Rp (735,683,000,000) Rp 141,281,000,0008 Kaoeo loar Jaya Tbk Rp 4,111,164,346 Rp (2,631,799,834) Rp 3,109,170,7959 Sumi Indo Kabel Tbk Rp 2,221,882,000 Rp 1,071,993,000 Rp 1,357,492,000
10 Indorama Syntetics Tbk Rp 499,117,935,910 Rp (288,934,922,630) Rp 267,147,007,49211 Lion Metal Works Tbk Rp 1,935,890,084 Rp 2,859,104,396 Rp 83,558,50312 Lionmesh Prima Tbk Rp (3,118,224,439) Rp (676,691,904) Ro 3,114,059,12513 MerckTbk Rp 2,510,323,000 Rp 1,352,163,000 Rp 1,434,981,00014 Multi Bintang Indonesia Tbk Rp 2,426,000,000 Rp 2,949,000,000 Rp 1,238,000,00015 Mustika Ratu Tbk Rp (258,691,153) Rp (899,620,454) Rp 1,505,378,30016 Mavora Indah Tbk Rp 84,501,031,470 Rp 2,114,114,354 Rp 70,138,928,88917 Pan Brothers Tex Tbk Rp 9,320,357,740 Rp 22,224,828,410 Rp 67,089,786,84818 Bentoellntemasionallnv.Tbk Rp (73,609,425,353) Rp (6,623,637,065) Rp 1,371,444,718,57319 Semen Gresik (Persero) Tbk Rp (583,582,079,000) Rp (144,613,000,000) Rp (105,394,185,000)20 Selamat Sempuma Tbk Rp 1,622,645,874 Rp 1,831,212,133 Rp 6,725,483,64221 SoriniAgro P..sia Corooilndo Tbk Rp 1,849,076,000 Rp 29,539,853,000 Rp 12,871,569,00022 Bristol-Mvers Squibb Indonesia Rp (2,312,169,000) Rp 2,886,461,000 Rp (4,936,502,000)23 Surya Toto Indonesia Tbk Rp 23,261,793,842 Rp (54,385,167,223) Rp 158,134,258,01824 Trias Sentosa Tbk Rp 45,396,333,855 Rp (91,435,761,350) Rp (1,198,522,839)25 Astra Intemasional Rp 1,704,636,000,000 Rp 3,276,378,000,000 Rp (1,259,374,000,000)26 Gudang Garam Rp 125,859,000,000 Rp 190,276,000,000 Rp 163,443,000,00027 Tempo Scan Pasific Rp 8,424,922,814 Rp 15,594,887,541 Rp 14,981,822,57628 Indofood Sukses Makmur Rp (760,038,448,557) Rp (1,382,749,052,399) Rp 1,652,256,000,00029 Kalbe Farma Rp (221,291,229,271 ) Rp (496,657,091,956) Rp (54,851,879,535)30 Kimia Farma Rp (623,266,531 ) Rp 5,292,049,663 Rp 7,257,772,01531 Unilever Indonesia Rp 18,406,000,000 Rp 35,024,000,000 Rp 19,229,000,000
DATA DEFISIT ALiRAN KAs (DEF) PERIODE DESEMBER 2005-2007
Total DIVt + Xt + lIWt - CtNo. Nama Perusahaan 2005 2006 2007
1 Astra Otooarts Tbk Rp 557,922,671,373 Rp 219,078,737,705 Rp 604,733,203,3902 Seoatu Bata Tbk Rp 102,681,845,180 Rp 78,830,317,866 Rp 179,916,359,2743 Coloroak Indonesia Tbk Rp 65,341,986,212 Rp 59,664,466,615 Rp 90,317,184,8044 Citra Tubindo Tbk Rp 593,015,623,659 Rp 703,039,048,403 Rp 474,524,363,2225 Delta Djakarta Tbk Rp 274,811,529,871 Rp 300,370,316,363 Rp 268,301,856,3926 Goodyear Indone8ia Tbk Rp 139,856,128,939 Rp 121,497,721,554 Rp 235,399,307,311
I 7 H.M.Sampoerna Tbk Rp 425,358,119,669 Rp 210,230,347,826 Rp 542,582,336,8818 KaQeo IQar Jaya Tbk Rp 72,231,463,6n Rp 119,754,5n.070 Rp 173,326,213,926
9 Sumi Indo Kabel Tbk Rp 216,129,521,663 Rp 152,722,959,924 Rp 335,324,918,551
10 Indorama Syntetics Tbk Rp 160,320,100,040 Rp 108,014,822,543 Rp 483,906,599,041
11 lion Metal Works Tbk Rp 103,336,022,857 Rp 112,362,935,350 Rp 150,578,607,244
12 lionmesh Prima Tbk Rp 10,872,385,054 Rp 14,530,839,235 Rp 32,8n,883,985
13 Merck Tbk Rp 23,724,823,522 Rp 125,936,190,704 Rp 199,419,361,76214 Multi Bintang Indonesia Tbk Rp 74,235,873,123 Rp 179,640,250,859 Rp 345,863,303,37115 Mustika Ratu Tbk Rp 157,595,274,707 Rp 181.n1,608,048 Rp 198,374,202,96216 Mayora Indah Tbk Rp 489,451,416,241 Rp 606,940,021,127 Rp 725.474,428,29417 Pan Brothers Tex Tbk Rp 304,840,014,760 Rp 141,093,n6,n8 Rp 343,189,527,64118 Bentoel Internasional Inv.Tbk Rp 511,423,901,707 Rp 119,093,439,295 Rp 163,500,885,25819 Semen Gresik (Persero) Tbk Rp 652,373,888,335 Rp 279,136,495,764 Rp 822,285,457,12420 Selamat Sempurna Tbk Rp 57,597,445,609 Rp 178,345,960,688 Rp 244,690,645,43921 Sorini Aqro Asia Corporindo Tbk Rp 140,670,094,000 Rp 155,157,868,844 Rp 367,055,012,80522 Bristol-Myers Squibb Indonesia Rp 160,522,668,765 Rp 159,903,801,400 Rp 151,159,446,325
23 Surva Toto Indonesia Tbk Rp 18,563,440,100 Rp 42,n8,278,717 Rp 42,116.851,'102
24 Trias Ssntosa Tbk Rp 345,187,253,571 I Rp 108,629,583,205 Rp 72.489,271,935
25 Astra Internasional Rp 492,552,882,048 Rp 205,911,846,238 Rp 307,900,229,81426 Gudana Garam Rp 646,921,029,327 Rp 491,150,754,199 Rp 801,065,800,000
27 Tempo Scan Pasific Rp 289,655,837,190 Rp 236,650,469,713 Rp 133,447,458,32228 Indofood Sukses Makmur Rp 163,827,358,834 Rp 201,560,520,512 Rp 152,727,446,08729 Kalbe Farma Rp 217,780,767,812 Rp 194,240,649,030 Rp 303,407,561,82030 Kimia Farma Rp 552,066,486,973 Rp 315,232,592,390 Rp 489,570,862,50331 Unil ever Indonesia Rp 110,466,116,402 Rp 71,088,486,726 Rp 183,298,346,304
Lampian 3
DATA TARGET ADJUSMENT TRADE OFF THEORY PERIODE DESEMBER 2005-2007
Total Target tingkat hutang tahun ,- tingkat hutang tahun ,.,No. Nama Perusahaan 2005 2006 2007
1 Astra Otoparts Tbk Rp 261,441,333,333 Rp (398,702,666,667) Rp 178,276,666,6672 Sepatu Bata Tbk Ro 126,654,548,833 Rp 1286,725,984,500) Rp (42,651,033,333)3 Colorpak Indonesia Tbk Rp - Rp 11,736,600,000 Rp (8,264,703,333)4 Citra Tubindo Tbk Rp 63,736,765,967 Ro 23,818,442,633 Rp (113,149,954,900)5 Delta Diakarta Tbk Ro 156,357,023,333 Rp (103,844,136,667) Ro 1106,084,666,667)6 Goodyear Indonesia Tbk Rp (4,910,123,000) Rp (33,341,783,000) Rp 289,830,456,6677 H.M.Sampoerna Tbk Rp (271,283,333,333) Rp (692,368,333,333) Ro 292,321,333,3338 Kaoeo loar Java Tbk Rp 126,361,094,791 Rp (432,537,231,216) Rp 191,365,687,6339 Sumi Indo Kabel Tbk Rp 108,717,526,333 Rp (146,815,507,000) Rp 9,516,633,333
10 Indorama Svntetics Tbk Rp 141,040,394,603 Ro (831,630,992,990) Rp 185,360,643,37411 Lion Metal Works Tbk Rp 50,210,486,697 Rp (66,223,405,985) Ro 183,224,863,46712 Lionmesh Prima Tbk Rp (227,910,562,481 Rp (422,823,867,248) Ro 329,365,938,83313 MerckTbk Ro 214,837,274,667 Rp (223,231,925,333) Ro 2,760,600,00014 Multi Bintang Indonesia Tbk Rp 38,453,666,667 Ro 1173,633,000,000) Ro 157,033,333,333)15 Mustika Ratu Tbk Rp 1,059,318,236,000 Rp (582,014,610,826 Ro 350,052,761,33316 Mayora Indah Tbk Rp 190,570,292,807 Rp (716,922,094,845) Rp 163,325,951,16317 Pan Brothers Tex Tbk Rp 21,986,076,648 Rp (73,523,726,945) Ro (29,672,753,741)18 Bentoellnternasionallnv.Tbk Rp (20,378,480,713) Rp (34,236,590,125 Rp 34,460,280,83619 Semen Gresik (Persero) Tbk Rp (148,929,516,333) Rp 153,601,408,000) Rp 13,072,938,33320 Selamat Semourna Tbk Ro 36,945,674,719 Rp 113,907,352,245) Rp 16,314,238,36321 Sorini Anro As!aCorporindo Tbk Rp 25,2"i7,039,667 Rp (7,345,719,667) Rp 15,556,094,667)22 Bristol-Mvers Squibb Indonesia Rp (28,698,157,667) Rp 4,045,069,000 Ro (26,076,543,333)23 Surya Toto Indonesia Tbk Rp (31,588,364,389) Rp (132,769,095,811) Rp 37,506,475,08024 Trias Sentosa Tbk Rp (94,518,651,440) Rp (237,986,044,482) Ro 19,472,174,183)25 Astra Intemasional Rp (36,997,466,667) Rp (2,153,407,466,667) Rp (151,191,733,333)26 Gudano Garam Rp 16,298,666,667 Rp 1149,576,666,667) Ro (8,944,333,333)27 Tempo Scan Pasific Rp 12,914,640,840 Rp (70,858,319,231) Rp (204,354,988)28 Indofood Sukses Makmur Rp (87,325,116,178) Rp (1,669,424,169,694) Rp 101,166,835,08029 Kalbe Farma Rp 1365,692,011,421) Rp (397,811,284,625) Rp 147,268,404,14030 Kimia Farma Rp (38,718,264,490) Rp 27,549,814,403 Rp 6,552,407,84031 Unilever Indonesia Rp 284,066,666,667 Rp (52,126,666,667) Rp (52,650,000,000)
Lamplan 4
DATA SIZE PERIODE DESEMBER 2005-2007
Total Aktiva tahun tNo. Nama Perusahaan 2005 2006 2007
1 Astra Otoparts Tbk Rp 3,028,465,000,000 Rp 3,028,160,000,000 Rp 3,454,254,000,0002 Sepatu Bata Tbk Rp 305,778,892,000 Rp 271,460,708,000 Rp 332,080,232,0003 Colorpak Indonesia Tbk Rp 107,667,985,852 Rp 133,360,400,532 Rp 167,582,612,6274 Citra Tubindo Tbk Rp 1,062,927,041,900 Rp 1,606,014,240,390 Rp 1,563,838,595,2005 Delta Djakarta Tbk Rp 537,784,507,000 Rp 577,411,403,000 Rp 592,359,226,0006 Goodvear Indonesia Tbk Rp 458,736,896,000 Rp 454,850,967,000 Rp 579,661,339,0007 H.M.Sampoema Tbk Rp 11,934,600,000,000 Rp 12,659,804,000,000 Rp 15,680,542,000,0008 Kageo Igar Jaya Tbk Rp 274,803,668,480 Rp 290,144,668,879 Rp 329,796,879,1679 Sumi Indo Kabel Tbk Rp 548,244,926,925 Rp 590,295,976,330 Rp 589,322,195,547
10 Indorama Syntetics Tbk Rp 5,497,885,184,800 Rp 5,441,250,675,700 Rp 5,874,702,119,87511 Lion Metal Works Tbk Rp 165,030,141,024 Rp 187,689,454,220 Rp 216,129,508,80512 Lionmesh Prima Tbk Rp 42,145,203,874 Rp 43,587,839,467 Rp 62,812,399,31313 MerckTbk Rp 218,034,134,000 Rp 282,698,909,000 Rp 331,062,225,00014 Multi Bintana Indonesia Tbk Rp 575,385,000,000 Rp 610,437,000,000 Rp 621,835,000,00015 Mustika Ratu Tbk Rp 290,646,485,673 Rp 291,768,931,718 Rp 315,997,722,65816 Mavora Indah Tbk Rp 1,459,968,922,850 Rp 1,553,376,827,333 Rp 1,893,175,019,86017 Pan Brothers Tex Tbk Rp 390,215,826,546 Rp 553,846,048,245 Rp 833,092,974,38118 Bentoellntemasionallnv.Tbk Rp 1,842,317,142,876 Rp 2,347,941,632,229 Rp 3,859,160,327,02219 Semen Gresik (Persero) Tbk Rp 7,297,859,559,000 Rp 7,496,419,127,000 Rp 8,515,227,431,00020 Selamat Sempuma Tbk Rp 663,138,307,944 Rp 716,685,940,960 Rp 830,049,538,89221 Sorini Aqro Asia CorporindQ Tbk Rp 596,641,916,000 Rp 642,314,663,000 Rp 842,504,689,00022 Bristol-Myers Squibb Indonesia Rp 165,022,097,000 Rp 207,135,527,000 Rp 227,421,924,00023 .Surya Toto Indonesia Tbk Rp 847,605,367,374 Rp 908,168,166,154 Rp 913,995,368,43724 Trias Sentosa Tbk Rp 2,104,464,207,467 Rp 2,020,478,163,661 Rp 2,138,990,664,78625 Astra Intemasional Rp 61,166,666,000,000 Rp 57,929,290,000,000 Rp 63,519,598,000,00026 Gudanq Garam Rp 22,128,851,000,000 Rp 21,733,034,000,000 Rp 23,928,968,000,00027 Tempo Scan Pasific Rp 2,345,759,617,952 Rp 2,479,250,656,231 Rp 2,773,134,866,55928 Indofood Sukses Makmur Rp 14,859,203,000,000 Rp 16,267,483,000,000 Rp 29,527,466,000,00029 Kalbe Farma Rp 4,633,398,659,211 Rp 4,624,619,204,478 Rp 5,138,212,506,98030 Kimia Farma Rp 1,177,602,832,496 Rp 1,261,583,767,835 Rp 1,386,739,149,72131 Unilever Indonesia Rp 3,842,351,000,000 Rp 4,626,000,000,000 Rp 5,333,406,000,000
Modei1
Lampiran 5
OUTPUT SPSS MODEL PECKING ORDER THEORY
Model Summarv(bJ
I Adjusted R ' Std. Error of ! ~.R R Souare! Sauare ! the Estimate I Durbin-Watson •
.090(a) 10081 -.003 ! 309897:;:'~~~: 1.866 •
a Predictors: (Constant), DEFb Dependent Variable: Dit
Coefficients(a)
Unstandardized Standardized-,
ICoefficients Coefficients t Sig. Collinearit Statistics
Model B Std. Error Beta , Tolerance ViF1 (Constant) 19350351 42303285
.4i~ .648 I195.783 550.853DEF .113 .132 .090 .8G2 .391 1.000 : 1.000
a Dependent Vanabie: Dil
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 93Mean .0000026
Normal Parameters(a,b) Std. Deviation 308208547246.27860000
Most Extreme Absolute .127Differences Positive .082
Negative -.127Kolmogorov-Smirnov Z 1.226
Asymp. Sig. (2-tailed) .099
a Test dlstnbutlon IS Normal.b Calculated from data
Scntt.....plot
oepenct..nt V ....labl~: Olt
B
oo
o
o
., 0 1 2
Regresslo.... St.....d .. rdl:.: ..d Predh,lod Val ........
105
o
Adjusted R Std. Error ofModel R R Sauare Sauare the Estimate Durbin-Wa1 .302(a) .091 I .081 29660659802 23,846
Lall1piran 6
OUTPUT SPSS MODEL TRADE OFF THEORY
Model Summary(b)
a Predictors: (Constant), DOltb Dependent Variable: Dit
:J~
Coefficients(a)
Unstandardized ! Standardized ! . ~Sig. I--""- Coefficients -l Coefficients i t Collineacity Statistics.
mI - ;---"-"-1"'-'-- I !Model B i Std, Error ! Beta I i Tolerance I VIF1 (Constant) 61116886 I 31331104 I !
1.951 Ii
I436,031 I 853,677 i I
.054
1
3021DDit .255 .084 3.025 .003 I 1,000 i 1.000
a Dependent Vanable. Dlt
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 93Mean -.0000046
Normal Parameters(a,b) Std, Deviation 294990201259,63520000
Most Extreme Absolute .120Differences Positive .108
Ne9ative -.120Kolmogorov-Smirnov Z 1.155Asymp. Sig, (2-tailed) .139
a Test dlstnbutlon IS Norrnal.b Calculated from data.
Sc:attel'plot
Dependent Variable: Cit
..
o
o
o
_4 .2 0
Regression Standa,-dlzod Predlctod Value
106
o
Model1
Lampiran 8
OUTPUT SPSS MODEL PECKING ORDER THEORY DAN SIZE
Modet Summary{b)
i Adjusled R ; Std. Error of ! ~;R R Square i Square I the Estimate : Durbin-Watson :
095(a) 10091 -013: 311477~4~~1 i 1866.
a Predictors. (Constant), size, DEFb Dependent Variable: Dit
ANOVA(b)
Sum of I I,
Model Sauares df i Mean Sauare F Sic.1 Regression 789706123 39485306173
473715000 2 68579000000 .407 .667(a)00000.000 0.000
Residual 873162657 97018073058527606000 90 623000000000000000.0
000.000
Total 881059718762344000
92 i I0000000.0 I i00 I
a Predictors: (Constant), Size, OEFb Dependent Variable: Oit
Coefficients(a)Unstandardized I Standardized J I
Coefficients Coefficients t Sig. ICollinearity Statistic~_ ...
Model I I 1 iB Std. Error Beta Tolerance i VIF
1 (Constant) 23508822 45013271 I .522 .603I063.056 247.048
DEF .113 .132 .090 .8!:i4 .395 1.000 I 1.000size -.001 .003 -.030 -.281 .779 1.000 1.000
a Dependent Vanable: 0,;
107
One"Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 93Mean -.0000039
Normai Parameters(a,b) Std. Deviation 308073018152.95400000
Most Extreme Absolute .124Differences Positive .082
Negative -.124Kolmogorov-Smirnov Z 1.200Asymp. Sig. (2-tailed) .112
a Test dlStnbutlon IS Normal.b Calculated from data.
Scatter-plot.
Dependent Variable: Olt
o
~qs:> 0 go00
o
., 0
RO'l:)r......lon Standardl""",d Predlct.. d v .........
;0 <:>
108
Lampiran 7
OUTPUT SPSS MODEL PECKING ORDER THEORY DAN MODEL TRADEOFF THEORY
M diS (b)
a Predictors: (Constant), DEF, DO,tb Dependent Variable: Dit
0 e . ummary{
R SquareAdjusted R I Std. Error of I
Model R Square the Estimate , Durbin-Watson
1,
29505716179 ;.333(a) .111 j 091 :
3,360 :2.096--
ANOVA(b)
,005(a)5.(101
8705872872590 55320000000
0,000
92
Residual
Total
Sum of ! !I! !I-'M~o:::;d::;;e;:..I--;::-_-,.-_+::,::s~Qlua~r",es""""l-l__:d::.::f_-+I..:.M:.::e::;;a::;n..;:S"'g:::;ua:;::r""e...,__.:...F -+I_-'S::.::iiQ"'.._-l
1 Regression 975311602 I I 48765580116323649000 2 18240000000000000,00 00,000
o7835285585299790000000000,0
008810597187623440000000000,0
00a Predictors: (Constant), DEF, DO,tb Dependent Variable: Dit
Coefficients(a)
Unstandardizedi
Standardized ' I iICoefficients I coemcients=-t-J__r-..~~,-. __-+_.g..2l1inearlt.¥ Statlsti~~ __
I~
IModel B Std. Error I Beta I I I Tolerance: VIF
1 (Constant) 39151107 i 51403430 I .076 ! .939 : !77,608 647,743 I
.004
1
DDit ,247 .084 .293 2.9,19 .995 1.005DEF .220 .157 .139 1.3f19 .165 .995 1.005
a Dependent Variable: Dlt
109
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test,i Unstandardize
d ResidualN 93
Mean .0000072Normal Parameters(a,b) Std. Deviation 291832396533,
18500000Most Extreme Absolute .128Ditferences Positive .099
Negative -.128Kolmogorov-Smimov Z 1.230Asymp. Sig. (2-tailed) .097
a Test dlstnbulion IS Normal.b Calculated from data.
scattorplot
Dependent Variable: Olt
o
o oo
o
o
o 0o
_4 .2 0 Z
Regression Standardized PrectictEl'd Value
110
o
Lampiran 9
OUTPUT SPSS MODEL TRADE G:FF THEORY DAN SIZE
:J~
Model $umma(ylb)
Adjusled R Std. E((Q( of IModel R R $nua(e Soume the Eslimate . Du(bin-Wa1 .315(a) .099 079 I 29699780651 ;
. i 7,177a P(edlctms: (Constant), Size, DDltb Dependent Variable: Dit
ANOVAlblI i
Sum of I IModei Sauares i df Mean Sauare F Sio.1 Regression 8719044501 43595222539
782121000 I 2 10607000000 4.9421 .009(a)000000,00 00,000101
Residuai 793869273 !88207697076684131000
90 014600000000000000,0 0,00000Total 881059718
76234400092 I0000000,0
00 I !a Predictors: (Constant), Size, DDltb Dependent Variable: Dit
Coefficients(a)
VIF
1.158
1.158
Model
1 (Constant)
DDit
size
Unstandardi;:ed' Standardized : I i1__-,Co.'O'5'e'!'.ffi~~nts J__ goe.ffi'2L~n.l§ __t. __t__.J,_---"~:,,__.L...g91Iin.~arit:t-~tatist~._
I I I ! : iB i Std. Error : Beta i i ' Tolerance,
-" !50233319! 33763885 I i 1488 I 140' !
996:~~: II' 617:~~~ 1 337
1
' 31291100211' .864 i.002 .003 I .094 .872 .386 .864
a Dependent Vanable: Dlt
III
One-Sample Kolmogorov-Smlrnov Test
1
Unstandardized Residual
N 93Mean 0000046
Normal Parameters(a,b) Std. Deviation 293751831388,21000000
Most Extreme Absolute .123Differences Positive 112
Negative -.123Kolmogorov-Smirnov Z 1.187Asymp. Sig. (2-tailed) .119
a Test dlstrlbulion IS Normal.b Calculated from data.
Scatterplot
Dependent Variable: Oit
o
o 0
a a 0
o 00 0Q:>
O~O"'<P.. 0'3 '=boo00
0000. 0
o 0 0 0o
ao
o 0
o
o
o
o
·4 -2 0 :2
RegreSsion Standardized Predicted Value
112