Download - ANALISIS KADERISASI
LKS LIX
Derian Febrianto(XY-05)
Farraz Akbar(XY-10)
Ikrar R P(XY-19)
Malna Widahta (XY-24)
M Fajar Pratama(XY-29)
M Ghiffari(XY-33)
M Naufal A
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK III
Afia Ramadhani(XX-03)
Deborah Basa (XX-17)
Diema Octaviani (XX-22)
Faradisa Anintya (XX-27)
Ilma Nurlaili (XX-32)
Putu Indah(XX-41)
Salsabila Nur(XX-46)
Shadira Fianni(XX-51)
Tiara Hasna R (XX-55)
Zahra R(XX-60)
SMAN 3 BANDUNG
1 | K a d e r i s a s i O r g a n i s a s i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan kanuria-Nya kami dapat membuat dan menyelesaikan karya tulis ini.
Proses pembuatan karya tulis ini memakan waktu kurang lebih dua minggu, dari
mulai analisis masalah, hingga proses penyuntingan.
Karya tulis ini berisi tentang kaderisasi organisasi-organisasi di SMAN 3
Bandung. Dalam karya tulis ini juga dijelaskan tentang pengertian dan penjabaran
tentang beberapa organisasi berikut proses kaderisasinya.
Tujuan kami membuat karya tulis ini adalah untuk memenuhi tugas dalam
kegiatan Latihan Kepemimpian Siswa sekaligus melatih kami dalam pembuatan
karya tulis ilmiah yang baik dan benar, juga memberikan informasi kepada pembaca
tentang kaderisasi dalam organisasi.
Terima kasih kami ucapkan kepada Kang Gemma Noor Febryana dan Panitia
LKS LIX yang telah mengizinkan kami untuk membuat dan membimbing
membimbing dalam proses pembuatan karya tulis ini. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman yang sudah membantu dalam penyempurnaan
karya tulis ini.
Mohon maaf atas banyaknya kekurangan dalam karya tulis ini, kami harap
Anda dapat memaklumi sekaligus memberikan saran untuk kemajuan kita semua.
Aamiin.
Bandung, Maret 2012
Penulis
Derian Febrianto(XY-05)
Farraz Akbar(XY-10)
Ikrar R P(XY-19)
Malna Widahta (XY-24)
M Fajar Pratama(XY-29)
M Ghiffari(XY-33)
M Naufal A
2 | K a d e r i s a s i O r g a n i s a s i
DAFTAR ISI
A. Kata Pengantar ................................................................................... 1
B. Daftar Isi ............................................................................................. 2
BAB I
A. Pendahuluan
Latar Belakang ............................................................................. 3
Tujuan ......................................................................................... 4
Permasalahan dan Rumusan Masalah ......................................... 4
Manfaat ....................................................................................... 4
Metode Penelitian ...................................................................... 4
Sistematika Penulisan ................................................................. 5
BAB II
A. Kajian Teoritis .................................................................................... 6
B. Metode Penelitian ............................................................................. 10
C. Pembahasan Masalah ........................................................................ 10
BAB III
A. Simpulan ............................................................................................ 34
B. Saran .................................................................................................. 35
C. Daftar Pustaka .................................................................................... 36
D. Lampiran ............................................................................................ 37
3 | K a d e r i s a s i O r g a n i s a s i
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kaderisasi berasal dari kata dasar kader. Dari kamus Besar Bahasa
Indonesia kader adalah “orang yang diharapkan memegang peran penting di
dalam organisasi pemerintahan, partai, dsb.” Kader diambil dari istilah yang
diperkenalkan Lenin pada masa pembentukan Partai Komunis Sovyet. Kader
adalah orang atau kumpulan orang yang dibina oleh suatu lembaga
kepengurusan dalam sebuah organisasi, baik sipil maupun militer, yang
berfungsi sebagai 'pemihak' dan atau membantu tugas dan fungsi pokok
organisasi tersebut (Nano Wijaya). Dalam hal membantu tugas dan fungsi
pokok organisasi tersebut, seorang kader dapat berasal dari luar organisasi
tersebut dan biasanya merupakan simpatisan yang berasaz dan bertujuan
sama dengan institusi organisasi yang membinanya (Nano Wijaya). Pada
umumnya penggunaan kata 'kader' sangat lekat pada partai politik, namum
organisasi kemasyarakatan dan organisasi dalam sekolah juga mempunyai
kader-kader yang berfungsi sebagai seseorang yang berperan penting dalam
organisasi tersebut.
Sedangkan kaderisasi atau pengaderan adalah proses, cara, perbuatan
mendidik atau membentuk seseorang menjadi kader atau generasi penerus
sesuai kebutuhan zaman yang akan datang. Kaderisasi merupakan usaha
pembentukan seorang kader secara terstruktur dalam organisasi yang
biasanya mengikuti suatu silabus tertentu.
Dewasa ini, kaderisasi hanyalah bentuk perpeloncoan atau doktrin yang
tidak memberikan keuntungan bagi para calon kader. Bagaimanakah proses
kaderisasi yang benar dan relevan antara input-proses-outputnya? Apa saja
yang saat ini dilaksanakan dalam kegiatan kaderisasi?
Maka dari itu dalam karya tulis ini akan dikupas dan dijelaskan
serangkaian masalah tentang kaderisasi dalam organisasi-oraganisasi di
lingkungan Sekolah Menengah Atas.
4 | K a d e r i s a s i O r g a n i s a s i
1.2 Tujuan
Memberikan informasi tentang proses kaderisasi organisasi
Menyadarkan dan mempertegas kaderisasi yang baik dan relevan
Untuk memenuhi tugas LKS LIX
1.3 Permasalahan dan Rumusan Masalah
Apa itu Kaderisasi?
Bagaimana proses kaderisasi yang terjadi dalam organisasi-organisasi
di SMA?
Apa saja kelebihan dan kekurangan kaderisasi?
Bagaimana proses kaderisasi yang relevan antara input-proses-
outpunya?
1.4 Manfaat
Sebagai wacana bagi semua orang
Sebagai pengetahuan tentang apa itu kaderisasi
Sebagai salah satu aspirasi masyarakat tentang kaderisasi organisasi
tingkat SMA
1.5 Metode Penelitian
Dalam karya tulis ini, digunakan metode deskriptif yaitu metode
penelitian non hipotesis yang hanya menggambarkan suatu data yang
diperoleh dari hasil informasi yang telah ada dan wawancara ke
lapangan secara langsung dengan beberapa orang yang bersangkutan.
Sedangkan sumber datanya berasal dari internet dan observasi.
5 | K a d e r i s a s i O r g a n i s a s i
1.6 Sistematika Penulisan
A. Kata Pengantar
B. Daftar Isi
BAB I
A. Pendahuluan
Latar Belakang
Tujuan
Permasalahan dan Rumusan Masalah
Manfaat
Metode Penelitian
Sistematika Penulisan
BAB II
A. Kajian Teoritis
B. Metode Penelitian
C. Pembahasan Masalah
C.I Analisis Kaderisasi PKC.II Analisis Kaderisasi OSISC.III Analisis Kaderisasi Ekstrakulikuler JamadagniC.IV Analisis Kaderisasi Ekstrakulikuler DKMC.V Analisis Kaderisasi Ekstrakulikuler KANST
C.VI Analisis Kaderisasi Ekstrakulikuler SPeDC.VII Analisis Kaderisasi Ekstrakulikuler T’sTC.VIII Analisis Kaderisasi Ekstrakulikuler BM 3C.IX Analisis Kaderisasi Ekstrakulikuler KOMISI 3C.X Analisis Kaderisasi Ekstrakulikuler BAND 3C.XI Analisis Kaderisasi Ekstrakulikuler KV 3C.XII Analisis Kaderisasi Ekstrakulikuler UBBAS 3
BAB III
A. Kesimpulan
B. Saran
C. Daftar Pustaka
D. Lampiran
6 | K a d e r i s a s i O r g a n i s a s i
BAB II
A. Kajian Teoritis
Kaderisasi merupakan hal penting bagi sebuah organisasi, karena
merupakan inti dari kelanjutan perjuangan organisasi ke depan. Tanpa kaderisasi,
rasanya sangat sulit dibayangkan sebuah organisasi dapat bergerak dan melakukan
tugas-tugas keorganisasiannya dengan baik dan dinamis. Kaderisasi adalah sebuah
keniscayaan mutlak membangun struktur kerja yang mandiri dan berkelanjutan.
Fungsi dari kaderisasi adalah mempersiapkan calon-calon (embrio) yang siap
melanjutkan tongkat estafet perjuangan sebuah organisasi. Kader suatu organisasi
adalah orang yang telah dilatih dan dipersiapkan dengan berbagai keterampilan dan
disiplin ilmu, sehingga dia memiliki kemampuan yang di atas rata-rata orang umum.
Bung Hatta pernah menyatakan kaderisasi dalam kerangka kebangsaan, “Bahwa
kaderisasi sama artinya dengan menanam bibit. Untuk menghasilkan pemimpin
bangsa di masa depan, pemimpin pada masanya harus menanam.”
Dari sini, pandangan umum mengenai kaderisasi suatu organisasi dapat
dipetakan menjadi dua ikon secara umum. Pertama, pelaku kaderisasi (subyek). Dan
kedua, sasaran kaderisasi (obyek). Untuk yang pertama, subyek atau pelaku
kaderisasi sebuah organisasi adalah individu atau sekelompok orang yang
dipersonifikasikan dalam sebuah organisasi dan kebijakan-kebijakannya yang
melakukan fungsi regenerasi dan kesinambungan tugas-tugas organisasi. Sedangkan
yang kedua adalah obyek dari kaderisasi, dengan pengertian lain adalah individu-
individu yang dipersiapkan dan dilatih untuk meneruskan visi dan misi organisasi.
Sifat sebagai subyek dan obyek dari proses kaderisasi ini sejatinya harus memenuhi
beberapa fondasi dasar dalam pembentukan dan pembinaan kader-kader organisasi
yang handal, cerdas dan matang secara intelektual dan psikologis.
Sebagai subyek atau pelaku, dalam pengertian yang lebih jelas adalah seorang
pemimpin. Bagi Bung Hatta, kaderisasi sama artinya dengan edukasi, pendidikan!
Pendidikan tidak harus selalu diartikan pendidikan formal, atau dalam istilah Hatta
“sekolah-sekolahan”, melainkan dalam pengertian luas. Tugas pertama-tama
7 | K a d e r i s a s i O r g a n i s a s i
seorang pemimpin adalah mendidik. Jadi, seorang pemimpin hendaklah seorang
yang memiliki jiwa dan etos seorang pendidik. Memimpin berarti menyelami
perasaan dan pikiran orang yang dipimpinnya serta memberi inspirasi dan
membangun keberanian hati orang yang dipimpinnya agar mampu berkarya secara
maksimal dalam lingkungan tugasnya. Sedangkan sebagai obyek dari proses
kaderisasi, sejatinya seorang kader memiliki komitmen dan tanggung jawab untuk
melanjutkan visi dan misi organisasi ke depan. Karena jatuh-bangunnya organisasi
terletak pada sejauh mana komitmen dan keterlibatan mereka secara intens dalam
dinamika organisasi, dan tanggung jawab mereka untuk melanjutkan perjuangan
organisasi yang telah dirintis dan dilakukan oleh para pendahulu-pendahulunya.
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam hal kaderisasi adalah potensi dasar
sang kader. Potensi dasar tersebut sesungguhnya telah dapat dibaca melalui
perjalanan hidupnya. Sejauh mana kecenderungannya terhadap problema-
problema sosial lingkungannya.
Jadi, di sana ada semacam landasan berfikir atau filosofi kaderisasi yang
harus mendapatkan porsi perhatian oleh setiap organisasi/pergerakan. Yaitu: harus
ditemukan upaya mencari bibit-bibit unggul dalam kaderisasi. Subyek harus mampu
menawarkan visi dan misi ke depan yang jelas dan memikat, serta menawarkan
romantika dinamika organisasi yang menantang bagi para kader yang potensial,
sehingga mereka dengan senang hati akan terlibat mencurahkan segenap
potensinya dalam kancah organisasi. Untuk dapat menjalankan peran tersebut,
maka organisasi atau sebuah pergerakan harus terlebih dahulu mematangkan visi-
misi mereka; dan termasuk sikap mereka terhadap persoalan mendesak dan aktual
kemasyarakatan; serta pada saat yang sama tersedianya para pengkader yang
handal, untuk menggarap bibit-bibit potensial tadi. Kader-kader potensial, setelah
mereka memahami dan meyakini pandangan dan sistem yang telah
diinternalisasikan, maka jiwanya akan terpacu untuk bekerja, berkarya dan
berkreasi seoptimal mungkin. Maka, di sini, organisasi/pergerakan dituntut untuk
dapat mengantisipasi dan menyalurkannya secara positif. Dan memang sepatutnya
organisasi/pergerakan mampu melakukannya, karena bukankah yang namanya
8 | K a d e r i s a s i O r g a n i s a s i
organsiasi/pergerakan berarti terobsesi progresif bergerak maju dengan satu
organisasi yang efisien dan efektif, bukan sebaliknya?
Belakangan ini, sudah dimulai upaya ke arah kaderisasi yang berorientasi
pada karya dan aksi sosial dalam level general, berupa penumbuhan dan stimulasi
etos intelektual dan sosial. Menurut hemat saya, kaderisasi yang ideal hanya
berbicara tentang tiga hal, yaitu input, proses dan output¹. Ketiga hal tersebut akan
dijelaskan lebih terperinci sebagai berikut,
Pertama: Input. Dalam tahap ini kita harus benar-benar mengetahui keadaan yang
terjadi dari inputan kaderisasi itu sendiri serta mengetahui keadaan lingkungan
tempat kita akan membuat kaderisasi. pengumpulan data-data input ini dapat
dikumpulkan dengan berbagai cara seperti wawancara, observasi, pengambilan
data dan lain-lain. kita harus benar-benar mencari data yang valid guna mencapai
sebuah kaderisasi yang tepat guna dan betul-betul dibutuhkan.
Kedua: Proses. tahapan ini terjadi apabila kita telah berbicara mengenai input
maupun output. Proses inilah yang akan menentukan terwujudnya perubahan input
menjadi output. Proses ini juga yang akan menentukan berhasil tidaknya dari
sebuah kaderisasi itu sendiri. Kita memiliki banyak cara untuk dapat mengubah
input yang kita dapatkan agar menjadi output yang kita harapkan.
Ketiga: Output. Dalam tahap ini kita akan membicarakan tentang akan diapakan
dan dijadikan apa inputan ini, dari titik inilah tujuan kaderisasi didapatkan. Output
dapat dikatakan sebagai tujuan dari kaderisasi ini. Ketiga bagian itulah yang harus
benar-benar dimanfaatkan oleh panitia kaderisasi agar kaderisasinya dapat
dikatakan tepat guna dan tidak menyimpang.
Jika dilihat dengan teori Golden Circle², kaderisasi merupakan sebuah problema
yang dapat dilihat dari 3 pertanyaan pokok yaitu, HOW, WHAT dan WHY.
¹ Gema Noor Febryana, Kumpulan Tulisan&Modul Pembelajaran, (Bandung:2012), hlm 29-30² Gema Noor Febryana, Kumpulan Tulisan&Modul Pembelajaran “by Rustly Lindquist”, (Bandung:2012), hlm 29-30
9 | K a d e r i s a s i O r g a n i s a s i
WHAT. What merupakan kaderisasi-kaderisasi organisasi itu sendiri
HOW. How adalah sudut pandang kasus kedua yang berada diantara WHAT dan
WHY. Dalam how, akan muncul pertanyaan bagaimana cara membuat kaderisasi
yang efektif, baik dan efisien? Kaderisasi dapat dilaksanakan dengan prosedur-
prosedur yang tepat guna dan tetap relevan dengan inputan yang didapat, proses
yang diwujudkan dan output yang dihasilkan sehingga kegiatan kaderisasi ini dapat
menghasilkan penerus atau kader-kader yang sesuai dengan apa yang diharapkan
organisasi tersebut.
WHY. Kata tanya terakhir yang merupakan inti dari permasahan. Why? Atau
mengapa kaderisasi itu penting? Karena seperti kita ketahui, setiap organisasi
apapun memerlukan regenerasi agar dapat melanjutkan, menghidupkan dan
mengembangkan organisasi tersebut menjadi lebih baik dan baik lagi.
Teori Golden Circle memberikan kemudahan bagi kita dalam menganalisis setiap
masalah misalnya adalah kaderisasi. Dengan teori ini kita dapat mengetahui dengan
pasti alasan-alasan mengapa kaderisasi masih tetap dipertahankan dan tidak
dibumihanguskan seperti masalah dan problema kegiatan lainnya.
Kaderisasi merupakan kebutuhan internal organisasi yang tidak boleh tidak
dilakukan. Layaknya sebuah hukum alam, ada proses perputaran dan pergantian di
sana. Namun satu yang perlu kita pikirkan, yaitu format dan mekanisme yang
komprehensif dan mapan, guna memunculkan kader-kader yang tidak hanya
mempunyai kemampuan di bidang manajemen organisasi, tapi yang lebih penting
adalah tetap berpegang pada komitmen sosial dengan segala dimensinya.
Sukses atau tidaknya sebuah institusi organisasi dapat diukur dari
kesuksesannya dalam proses kaderisasi internal yang di kembangkannya. Karena,
wujud dari keberlanjutan organisasi adalah munculnya kader-kader yang memiliki
kapabilitas dan komitmen terhadap dinamika organisasi untuk masa depan.
10 | K a d e r i s a s i O r g a n i s a s i
B. Metode Penelitian
Dalam karya tulis ini, digunakan metode deskriptif yaitu metode penelitian
non hipotesis yang hanya menggambarkan suatu data yang diperoleh dari hasil
informasi yang telah ada dan wawancara ke lapangan secara langsung dengan
beberapa orang yang bersangkutan. Sedangkan sumber datanya berasal dari
internet dan observasi.
C. Pembahasan
C.I Analisis Kaderisasi PK
Bab ini akan menjelaskan pengertian dan tujuan OST, syarat-syarat
mengikuti OST, metode pengajaran, metode penyeleksian , flow, kelebihan dan
kekurangan OST.
C.I.I Pengertian dan Tujuan OST
Organization Skill Training (OST) adalah sebuah kaderisasi yang bertujuan
untuk melatih soft skill dan melatih kemampuan berorganisasi juga mencari
anggota-anggota baru Perwakilan Kelas (PK) SMAN 3 Bandung. OST bersifat
fleksibel, bisa berubah tiap tahun.
C.I.II Syarat Mengikuti OST
Ketika open recruitment OST, calon peserta harus menyerahkan formulir
pendaftaran serta surat persetujuan orang tua. Setelah itu akan ada pemberitahuan
selanjutnya.
C.I.III Metode pengajaran
Ada beberapa metode dalam OST untuk melatih soft skill dan kemampuan
berorganisasi pada peserta, yaitu:
11 | K a d e r i s a s i O r g a n i s a s i
• Pemberian materi dan simulasi
Peserta OST akan diberikan materi dalam bentuk presentasi dan penerapan
materi itu (simulasi) tentang ilmu-ilmu dasar berorganisasi. Pemateri adalah
alumni SMAN 3 Bandung. Disini ada komunikasi 2 arah . Materi dan simulasi
yang biasa diberikan adalah:
• Studi Kasus
Peserta diberi permasalahan yang menyangkut materi-materi yang
telah diberikan dan peserta dituntut untuk memberi solusi dan
pemecahannya terhadap permasalahan yang ada.
• Konvensional
Panitia memberikan materi umum dan melakukan pembinaan terhadap
materi yang diberikan. Hanya ada komunikasi searah.
C.I.IV Metode Penyeleksian
Ada beberapa metode dalam OST untuk mencari para anggota PK yang baru,
yaitu:
• Wawancara
Wawancara adalah langkah awal untuk mengetahui sesosok
individu itu seperti apa. Ada beberapa aspek yang dinilai dalam wawancara
OST:
Organisasi
Kepemimpinan dan manusia
pembelajar
Visi misi
Influence
Kritis kreatif
Problem solving, decision making
(PSDM)
Managemen waktu
Teamwork dan team building
12 | K a d e r i s a s i O r g a n i s a s i
- Kelengkapan PSAS
- Visi Misi
- 7S
• Penilaian
Tim penilai menilai keaktifan, perkembangan, dan perilaku peserta
selama OST berlangsung. Sebagai contoh, di suatu simulasi yang diberikan,
tim penilai akan menilai satu persatu sifat peserta :
• Pendekatan
Panitia mencoba mengetahui keseharian dan karakter asli dari peserta lewat
jurnal, kesalahan dan reward peserta , jejaring sosial, teman terdekat/relasi,
dan sumber lain yang mendukung.
• Reduksi
Dari semua data-data yang dikumpulkan ,pengamatan selama keseharian
dan selama OST, akhirnya anggota PK merundingkan siapa saja yang terpilih
menjadi anggota PK. Butuh waktu kurang lebih 5 jam untuk merundingkan.
Selain itu juga butuh ketelitian dan pemikiran yang matang dalam memilih.
Anggota yang tidak terpilih akan mendapatkan sertifikat yang menyatakan
bahwa peserta lulus OST .
Hari Keempat Simulasi: Kritis Kreatif
Replika lembar penilai OST 2011
- Organisasi
- Pandangan subjektif pewawancara*
*Pewawancara menuliskan kelebihan, kekurangan, dan sifat dari orang yang diwawancara secara subjektif di lembar wawancara. Lalu diberikan keterangan apakah dia layak masuk PK apa tidak dan ditanda tangan.
13 | K a d e r i s a s i O r g a n i s a s i
C.I.V Flow
Flow dari rangkaian kaderisasi harus bisa disusun dengan tepat agar
memberikan sebuah formulasi kaderisasi yang terbaik (Ridwansyah, 2008).
Flow dari OST dapat berubah tiap tahun untuk mengurangi mudah
ditebaknya acara OST. Tapi kita bisa ambil gambaran secara umum tentang
flow OST dari OST tahun 2011:
C.I.VI Kelebihan dan Kekurangan OST
Seperti kata salah satu orang bijak, tidak ada suatu sistem yang terbaik,
melainkan sistem yang selalu diperbaiki. Karena suatu sistem selalu memiliki
kelebihan dan kekurangan. OST pun memiliki kelebihan dan kekurangan:
(Malna XY-24 & Shadira XX-51)
14 | K a d e r i s a s i O r g a n i s a s i
C.II Analisis Kaderisasi OSIS
Untuk menghasilkan calon-calon pengurus OSIS yang berkualitas haruslah
ada kaderisasi terlebih dahulu. Tujuannya agar para calon kader mendapatkan ilmu
dalam berorganisasi. Sehingga jika kelak dia menjadi pengurus OSIS, ia akan bekerja
dengan baik dan benar. Selain mendapatkan ilmu berorganisasi, para calon kader
pun akan mendapatkan ilmu yang dapat ia terapkan dalam kehidupan sehari-
harinya.
Ada dua tahap kaderisasi yang harus dilalui untuk menjadi pengurus OSIS,
yaitu Latihan Kepemimpinan Siswa (LKS) dan Latihan Kepemimpinan OSIS (LKO).
Namun, dalam LKS tidak hanya siswa siswi yang ingin menjadi pengurus OSIS saja
yang bisa ikut, namun LKS juga terbuka untuk siswa siswi yang ke depannya ingin
menjadi pengurus ekskul ataupun yang hanya ingin mendapatkan ilmu mengenai
kepemimpinan dan organisasi. Dalam mengikuti LKS, para calon kader harus
mengikuti tahapan-tahapan tertentu yaitu:
1. Tes fisik
2. Wawancara
3. Sidang pertanggungjawaban
4. Hari-hari LKS
Di tahapan-tahapan ini para calon kader diberikan materi-materi tentang
kepemimpinan dan organisasi, serta penekanan materi agar diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam hari-hari LKS tersebut para peserta diberi materi
mengenai kepemimpinan. Terkadang, materi tersebut dituangkan dalam bentuk
permainan sehingga para peserta bisa praktik secara langsung.
Di setiap hari LKS, para peserta diberikan tugas. Kemudian di hari LKS berikutnya
tugas tersebut akan diperiksa oleh tatib. Dalam hal ini, kami diajarkan untuk
bertanggung jawab atas tugas yang diberikan. Peserta juga harus saling
mengingatkan kepada teman-temannya agar tugas tersebut selesai tepat waktu,
tidak egois dan harus peduli kepada teman-temannya. Kemudian, dalam LKS juga
15 | K a d e r i s a s i O r g a n i s a s i
peserta akan mengikuti evaluasi mengenai hari tersebut, diharapkan peserta LKS
bisa mengambil kesimpulan secara cepat dan tepat mengenai apa saja yang
didapatkan hari itu agar materi tersebut bisa dilakukan di kehidupan sehari-hari.
Dalam eval tersebut, peserta juga akan ditanya mengenai apa yang didapat di LKS
hari sebelumnya. Semua peserta LKS harus tahu mengenai materi yang didapat
termasuk yang sebelumnya tidak mengikuti LKS. Peserta diajarkan untuk berinisiatif.
Peserta yang mengikuti LKS berinisiatif memberi tahu teman yang tidak ikut,
sedangkan yang tidak ikut berinisiatif bertanya kepada teman yang ikut. Dengan ini,
setelah mengikuti LKS diharapkan para calon kader bisa menerapkan hal-hal yang ia
dapatkan dengan baik di kehidupan sehari-hari agar tujuan utama kaderisasi
tersebut dapat tercapai. Yaitu, membentuk calon-calon pemimpin yang baik denga
sikapnya yang bertanggung jawab, peduli, inisiatif, dan harus bisa mempangaruhi
bawahannya agar tujuan bersama dapat tercapai. (Afia XX-03 & Zahra XX-60)
C.III Analisis Kaderisasi Ekstrakulikuler Perhimpunan Pecinta
Alam Jamadagni
Bab ini akan menjelaskan pengertian dan tujuan pendidikan dasar (pendas)
Jamadagni, syarat-syarat mengikuti pendas, metode pengajaran, metode
penyeleksian, flow, kelebihan dan kekurangan pendas Jamadagni.
C.III.I Pengertian dan Tujuan Pendas Jamadagni
Pendas Jamadagni adalah sebuah kaderisasi yang dilakukan oleh kelompok
pecinta alam Jamadagni untuk menjadi seorang penjelajah alam sekaligus mencari
para anggota baru Jamadagni. Pendidikan pun di fokuskan pada fisik dan materi.
Karena untuk menjelajah alam seorang penjelajah alam membutuhkan fisik yang
kuat dan mental yang kuat untuk tetap konsisten. Pendas ini diset sedemikian rupa
sehingga nantinya peserta yang lulus pendas mampu bertahan di alam ketika
mereka terjebak dalam kondisi terburuk yang tidak diduga.
16 | K a d e r i s a s i O r g a n i s a s i
C.III.IISyarat-syarat Mengikuti Pendas
Pertama peserta harus mengumpulkan formulir pendaftaran beserta
data/arsip lainnya yang dibutuhkan. Lalu peserta pendas Jamadagni harus
mengikuti pra-pendas terlebih dahulu. Syarat lainnya yaitu peserta harus mengikuti
medical check-up. Bila tidak lulus, peserta tidak diizinkan mengikuti pendas. Aturan
yang terakhir, karena pendas selalu berbenturan dengan jadwal semester pendek
(SP), maka peserta tidak boleh terkena SP.
C.III.III Metode Pengajaran
Calon kader dipersiapkan untuk pendas itu sendiri dengan pra-pendas secara
fisik dan materi kelas. Didalamnya terdapat latihan fisik dan pemberian berbagai
materi kepenjelajahalaman. Lalu saat pendas mereka diajarkan dengan metode
learning by doing. Contoh materi yang disampaikan adalah sheltering, navigasi
basah dan kering, SAR, PPGD, soft skill, trap serta survival. Pendas sendiri
dilaksanakan di hutan sebenarnya.
Kaderisasi tidak hanya berujung pada pendas. Anggota Muda baru akan
menerima pendidikan lanjutan untuk 3 bidang kegiatan utama yang dilakukan PPA
Jamadagni yaitu Gunung Hutan (GH), Olah Raga Arus Deras (ORAD), dan Rock
Climbing (RC). Setelah semua rangkaian pendidikan lanjutan diterima, Anggota
Muda baru wajib melakukan ekspedisi ke salah satu gunung dengan ketinggian
minimal 3000 mdpl.
C.III.IV Metode Penyeleksian
Pendas ini menggunakan sistem seleksi alam. Artinya siapa yang bertahan
dia yang menang. Selama 7 hari pendas, akan ada peserta yang tidak kuat secara
fisik maupun mental melanjutkan pendas dan mengundurkan diri dari pendas, dan
yang tetap bertahan akan dilantik menjadi Anggota Muda baru Jamadagni.
17 | K a d e r i s a s i O r g a n i s a s i
C.III.V Flow
Flow saat pendas sangat tinggi. Peserta bisa saja hanya dimarah-marahi, tapi
bisa juga dibentak depan muka dan ditampar dengan alasan yang logis agar
membuat efek jera. Sehingga peserta memang harus kuat fisik dan mental.
C.III.VI Kelebihan dan Kekurangan Pendas Jamadagni
Pendas Jamadagni memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan:
(Naufal XY-38, Musa XY-42 & Salsabila XX-46)
C.IV Analisis Kaderisasi Ekstrakulikuler DKM
Bab ini akan menjelaskan tentang kaderisasi DKM, Tahapan-tahapan
kaderisasinya, juga kelebihan dan kekurangan kaderisasi DKM.
C.IV.I Kaderisasi DKM
Dalam membentuk kader, DKM membuat kaderisasi dengan tiga tahapan
utama. Kenapa dibuat tiga tahapan kaderisasi? Karena perubahan harus tahap demi
tahap agar perubahan konsisten, dan tahapannya itu sendiri dimulai dari
pengenalan nilai keislaman dan pembentukan pribadi muslim. Kaderisasi itu sendiri
tidak berujung pada tiga tahapan itu, tapi juga dilanjutkan dengan kaderisasi yang
18 | K a d e r i s a s i O r g a n i s a s i
berkelanjutan, yaitu mentoring rutin pekanan. mentoring bisa jadi sarana
pemantauan dan penjagaan setiap calon kader DKM putra dan putri.
C.IV.II Tahapan Kaderisasi DKM
Dalam membentuk kader, DKM membuat kaderisasi dengan tiga tahapan
utama. Tahapan pertama adalah pengenalan calon kader terhadap DKM dan dunia
Islam dan pemberian materi-materi ringan. Tahap duanya adalah tahap intensif dan
tingkat materinya lebih tinggi, tahap 3 adalah tahap lanjutan adalah LKOD, lebih
banyak materi, dilatih untuk memanage organisasi dan melebarkan sayap
dakwahnya.
C.IV.III Kelebihan dan Kekurangan Kaderisasi DKM
Kaderisasi DKM memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan:
(Farraz XY-10)
C.V Analisis Kaderisasi Ekstrakulikuler Keamanan Sekolah Tiga
(KANST)
Diklat merupakan proses kaderisasi awal dalam KANST untuk mencetak
kader-kader yang berkualitas. Mengenai bagaimana diklat KANST itu sendiri,
merupakan rahasia organisasi. Input, proses, serta output masih sangat relevan
dikarenakan 3 aspek tersebut tetap berjalan sesuai prosedur.
19 | K a d e r i s a s i O r g a n i s a s i
Seluruh siswa SMA Negeri 3 Bandung merupakan objek, sedangkan yang
dijadikan subjek disini adalah para calon kader yang akan ditempa dengan cukup
berat untuk menjadi kader-kader yang berkualitas.
KANST memiliki banyak cara untuk menarik minat para siswa SMA Negeri 3
Bandung agar masuk KANST, dapat dibilang KANST memiliki publikasi khusus, dan
hanya diketahui oleh KANST itu sendiri. (Diema XX-22)
C.VI Analisis Kaderisasi Ekstrakulikuler Suara Pelajar Debat 3
Dalam organisasi SPeD, dari generasi ke generasi selalu diadakan kaderisasi.
Di tahun 2000 ekskul ini tercetus untuk sebuah wadah para siswa SMAN 3 Bandung
yang memiliki minat dan bakat dalam hal seni berbicara. Kaderisasi pun berawal
pada tahun 2001. Dalam kaderisasi SPeD dibagi menjadi beberapa tahap, yang
pertama adalah STUDAS (Studi Dasar) 1, STUDAS 2, STUPUN (Studi Puncak) dan
MUBES (Musyawarah Besar).
Calon kader pada awalnya harus mendaftarkan diri mereka untuk mengikuti
Studas atau pun Stupun dengan cara SMS kepada panitia. Formatnya adalah:
SPeD (spasi) nama lengkap (spasi) kelas.
Setelah itu, mereka yang terdaftar akan mengikuti technical meeting yang
menjelaskan peraturan-peraturan selama studi dan tugas yang harus dikerjakan
untuk studi dasar 1. Adapun peraturannya yaitu:
1. Calon kader wajib mematuhi peraturan Studi
2. Calon kader akan mengikuti dua kali studi dan satu kali studi puncak
3. Calon kader wajib mengikuti rangkaian kegiatan dengan baik dan tertib
4. Jika berhalangan hadir wajib memberi surat keterangan maksimal satu jam
sebelum studi dimulai
5. Calon kader minimal mengikuti studi puncak untuk bisa menjadi anggota
SPeD
20 | K a d e r i s a s i O r g a n i s a s i
6. Dalam kegiatannya calon kader tidak diperkenankan mengaktifkan
handphone
Di bawah ini akan dijelaskan tentang setiap kegiatan kaderisasinya yang
didapatkan dari hasil wawancara dengan anggota SPeD.
Studi Dasar I
Untuk tahap pertama, kaderisasi ini berawal dengan pemberian materi
tentang apa itu SPeD, apa itu debat, apa saja komponen-komponen yang
terdapat dalam debat dan macam-macam debat di dunia, dari mulai
parlementer sampai debat khas Indonesia atau debat kusir. Dalam STUDAS 1
dilakukan praktik debat secara langsung. Awalnya dibagi menjadi beberapa
kelompok dengan satu timnya 3 orang. Setiap dua tim dibuat tim pro-kontra
untuk melaksanakan debat tersebut. Pembagian mosi (masalah), analisa
masalah sampai akhirnya debat. Debat yang dipraktikan adalah debat kusir
dengan waktu pelaksanaan 7 menit. Setelah itu ditentukan pemenangnya
dan tim yang menang akan melawan tim lain. Begitu seterusnya, sampai
menghasilkan satu tim pemenang.
Studi Dasar 2
STUDAS 2 bertempat di luar batas (SMAN 3 Bandung). Untuk tahun 2011,
tempatnya adalah taman lalu lintas. Di sana para kader diminta untuk
melakukan berbagai kegiatan simulasi. Awalnya para kader diberikan materi
tentang seni berbicara dan agitasi, setelah itu mereka diminta untuk
melakukan agitasi secara langsung kepada pengunjung taman lalu lintas agar
mau berfoto dengan gaya “superhero” dengan mereka dengan waktu yang
telah ditentukan dan minimal 10 kali foto. Esensi dalam simulasi ini adalah
bagaimana kita dapat mempengaruhi orang lain untuk mengikuti
permintaan kita.
Studi Puncak
Stupun dilaksanakan dengan konsep “pos-posan”. Calon kader dibagi
menjadi beberapa kelompok dan berhak untuk membuat bendera
21 | K a d e r i s a s i O r g a n i s a s i
kelompoknya. Dalam kegiatan ini, calon kader menggunakan seragam
olahraga dan tidak diperkenankan memakai jam tangan atau pun
mengaktifkan handphone. Pada STUPUN 2011 terdapat 5 pos dengan
keterangan sebagai berikut:
NO. POS KETERANGAN1. DEBAT Dalam pos ini diadakan debat dengan 1 tim dari calon
kader dan melawan 1 tim dari panitia. Debat yang dilakukan adalah debat kusir dengan waktu pelaksanaan 7 menit.
2. AGITASI Pos agitasi adalah pos yang meminta para calon kader untuk membantu sebuah toko menjajakan dagangannya dengan batas hasil yang diperoleh minimal adalah Rp. 10.000,00
3. KOKOLOGI Pos yang bertempat di Monumen perjuangan ini merupakan pos yang menjelaskan kepribadian calon kader. Di sana mereka akan menjawab beberapa pertanyaan yang merupakan cerminan dari pribadi mereka masing-masing
4. SENI BERBICARA Seni Berbicara adalah pos yang meminta para calon kader untuk melakukan speech dengan profesi yang berbeda, yaitu ustad, penyiar berita, host gossip dan orator. Mereka harus melakukan speech tersebut di pinggir jalan dengan gaya bicara yang harus mendapat perhatian dari para pengguna jalan.
Setelah semua pos selesai, calon kader berkumpul di GIM (Gedung Indonesia
Menggugat). Di sana panitia dan calon kader melakukan sharing, pembuatan
bendera angkatan dan pengukuhan sebagai anggota SPeD baru.
Musyawarah Besar
Untuk menentukan seorang kader yang pantas menjadi pemimpin dalam
organisasi SPeD, ekskul ini mengadakan musyawarah besar. Sebenarnya
MUBES ini dilaksanakan tidak hanya untuk memilih ketua, namun juga
sebagai langkah awal untuk memperbaiki organisasi tersebut menjadi lebih
baik lagi.
Pemilihan ketua SPeD dipilih dengan konsep musyawarah, tanya jawab, dan
beberapa konsep lainnya.
22 | K a d e r i s a s i O r g a n i s a s i
- Tahap pertama adalah dengan konsep “IYA-TIDAK”, jadi konsep ini adalah
cara mereduksi dari jumlah anggota menjadi calon-calon ketua. Konsep
ini dilakukan dengan cara memejamkan mata dan mengacungkan tangan
setiap jawaban “YA” dan tidak boleh mengacungkan tangan lagi apabila
jawabannya “TIDAK”.
- Tahap kedua, para calon ketua baru diminta untuk menjawab secara
cepat dan tepat 15 pertanyaaan yang disambung secara terus menerus
dan dijawab dengan “YA” atau “TIDAK
- Tahap ketiga adalah berorasi. Calon-calon ketua dipersilakan untuk
memasuki ruangan yang berisi anggota lainnya. Di sana mereka berorasi,
menyampaikan visi dan misi mereka untuk menjadi ketua SPeD. Setelah
itu, terdapat sesi tanya jawab, semua anggota berhak bertanya kepada
calon ketua tersebut. Mereka harus menjawab pertanyaan tersebut
dengan sangkil dan mangkus untuk meyakinkan mereka agar calon-calon
ketua terpilih menjadi ketua.
Setelah semua tahap selesai, para anggota SPeD bermusyawarah untuk
menentukan siapa yang layak dan pantas menjadi ketua setelah apa yang
telah mereka presentasikan di depan semua anggotanya. Terpilihlah satu
nama yang akan menjadi pemimpin mereka 2 tahun ke depan. MUBES ini
diakhiri dengan dilantiknya anggota dan ketua baru SPeD untuk
menghidupkan, membangun dan meneruskan kembali ekstrakulikuler debat
tersebut.
Kaderisasi dalam ekskul ini masih sangat relevan dimana input yang didapat
diberi pengetahuan dan perubahan karakter hingga dapat menghasilkan
output yang diingkan sebagai kader yang dapat meneruskan generasi ekskul
tersebut ke arah yang lebih baik. (Tiara XX-55 & Ghifari XX-33)
23 | K a d e r i s a s i O r g a n i s a s i
C.VII Analisis Kaderisasi Ekstrakulikuler Tiloe’s Theater (T’sT)
Seperti pada halnya dalam ekskul-ekskul lain, ekskul Theater Tiga ini juga
mengadakan kaderisasi bagi para anggota-anggotanya. Setelah open recruitment,
kaderisasi pun dimulai. Dalam ekskul ini, yang dikaderisasi bukan hanya anak-anak
kelas 10, anggota kelas 11 pun turut mengikuti kegiatan ini. Yang mengurus dan
bertanggung jawab berjalannya kaderisasi ini adalah para anggota T’sT senior yang
duduk pada kelas 12. Pertama-tama mereka mengadakan TM (Technical Meeting)
untuk para kader, baik anggota dan calon anggota. Dalam TM tersebut dijelaskan
peraturan-peraturan selama kaderisasi ekskul ini berlangsung. Termasuk di
dalamnya terdapat serangkaian prototype yang perlu dikerjakan. Adapun prototype
tersebut adalah:
1. Name Tag
Prototype ini sebenarnya terbagi menjadi 2 bagian: bagian kepala dan
badan. Bagian kepala berbentuk lambang T’sT, yang merupakan bentuk
topeng dengan ujjung kepala yang menyerupai mahkota. Lambang kepala ini
dibuat dari kertas asturo kuning. Dan di atas asturo berbentuk lambang itu,
ditulisi dengan nama calon terdiklat dan tulisan PENTILERS, yang artinya
adalah anggota Tiloe’s Theater. Lambang kepala ini dibedakan menjadi 2
berdasarkan gender. Apabila perempuan, maka di ujung kepala paling kanan
diberi pita merah, sedangkan yang laki-laki tidak ada tambahan apa-apa.
Kemudian untuk badannya, berbentuk seperti badan manusia biasa, dengan
2 kaki dan 2 tangan. Dibuat dari karton manila hitam dan kemudian diberi
pola skeleton.
Lalu kedua bagian itu disatukan menggunakan lem. Kemudian bagian depan
name tag dilapisi dengan lakban besar dan diberi tali kur agar dapat
dikalungkan di leher. Fungsi prototype ini adalah untuk menyimpan cap dari
para pendiklat.
24 | K a d e r i s a s i O r g a n i s a s i
2. Wig
Para terdiklat diwajibkan membuat wig dari tali rafia warna-warni. Panjang
rambut wig tersebut sepanjang bahu, dan harus menutupi seluruh bagian
rambut. Untuk rambut bagian atas, dapat ditutupi menggunakan topi
tambahan (tidak boleh menggunakan topi sekolah)
Prototype tersebut wajib digunakan setiap kali berada di luar jam pelajaran. Para
terdiklat disini harus mengumpulkan cap T’sT pada bagian belakang prototype
tersebut. Untuk mendapatkan cap, terdiklat harus mengenakan prototype dan
melakukan ritual. Ritual itu terdiri dari nyanyian dan tarian, atau bisa hal lainnya.
Hal itu diatur oleh anggota senior kelas 12. Dijelaskan pula dalam TM, bahwa
kaderisai T’sT terdiri dari 3 tahap:
1. Pra-diklat 1
2. Pra-diklat 2
3. Diklat
Pra-diklat 1 dan Pra-diklat 2
Dalam mengikuti rangkaian kegiatan diklat dan pradiklat, para terdiklat
diwajibkan membawa tugas-tugas yang telah diberikan sebelumnya. Biasanya tugas
berupateka-teki yang jawabannya adalah makanan ringan dan minuman. Terdiklat
juga harus hadir dengan dresscode yang ditentukan oleh pendiklat, dan juga
membawa prototype.
Kegiatan pra-diklat diisi dengan materi dari alumni. Materi yang disampaikan
tentunya berhubungan dengan dunia teater, seperti akting, gestur, ekspresi, lip-
sync, dancing, make-up, dan properti. Biasanya peserta pradiklat dibagi dalam
kelompok lalu berkeliling ke pos-pos yang telah disediakan. Lalu, materi pada pos
terakhir adalah kegiatan yang menggabungkan seluruh materi yang didapat pada
hari pradiklat tersebut. Pada pra-diklat pertama, tugas akhirnya adalah membuat
mini drama, lengkap dengan naskah buatan sendiri dan kostum serta properti.
25 | K a d e r i s a s i O r g a n i s a s i
Sementara pada pradiklat 2 tugas akhirnya adalah membuat videoklip.
Penyampaian materi tidak hanya bertempat di sekitar lingkungan SMAN 3 Bandung.
Kadang, bisa mencakup tempat-tempat umum seperti taman lalu lintas, balkot, dan
yang lainnya. Pra-diklat juga bisa melibatkan orang lain dalam materinya, misal saja
melibatkan orang-orang di sekitar tempat umum tersebut.
Kegiatan pra-diklat sangat bermanfaat bagi para terdiklat karena
mendapatkan banyak materi yang bermanfaat dalam teater. Selain itu, dapat
mempersiapkan diri dalam mengikuti diklat. Serta lebih mengenal teman-teman
terdiklat, anggota yang lebih senior, serta alumni-alumni.
Diklat
Kegiatan diklat sangat penting dan merupakan inti dari rangkaian kaderisasi
karena pada acara diklat ini seluruh terdiklat wajib hadir agar menjadi anggota dan
pengurus Tiloe’s Theatre. Ketentuan, syarat, dan kegiatan diklat tidak jauh berbeda
dengan pradiklat 1 dan pradiklat 2. Terdiklat diwajibkan memakai kostum sesuai
tema dan harus kompak dengan anggota kelompoknya, dan membawa peralatan
dan prototype lengkap sesuai dengan arahan panitia.
Di acara diklat T’st ini, terdiklat belajar tentang materi-materi baru, serta
mengeksplorasi materi yang pernah dipelajari lebih dalam lagi. Khusus untuk diklat,
pematerinya adalah pelatih T’ST. Alumni T’ST yang datang saat diklat jumlahnya
lebih banyak daripada saat pradiklat. Materi yang diberikan tidak jauh berbeda
dengan diklat, yaitu akting, dancing, dan lipsync. Tugas yang diberikan pun lebih
susah dari pradiklat, seperti membuat video klip dan meniru gerakan sebuah tarian.
Puncak dari kegiatan diklat T’ST adalah pelantikan anggota baru. Seluruh
terdiklat berbaris di luar sekolah dengan mata tertutup, lalu disiram dengan air
sebagai tanda dilantik menjadi anggota baru.
26 | K a d e r i s a s i O r g a n i s a s i
Pemilihan Pengurus Baru Tiloe’s Theatre
Setelah pelantikan anggota baru, Tiloe’s Theatre pun mengadakan pemilihan
pengurus. Yang paling utama adalah pemilihan ketua T’ST atau biasa disebut kaisar.
Pemilihan kaisar diadakan di bazzar dan dihadiri oleh seluruh anggota T’ST. Para
calon kaisar harus menampilkan sebuah penampilan dan berorasi. Pemilihan kaisar
dilakukan dengan cara voting. Calon kaisar yang mendapat suara terbanyak akan
menjadi kaisar, yang lainnya menjadi wakil kaisar. Setelah kaisar dan wakil kaisar
terpilih, diadakan pemilihan pengurus harian lainnya seperti bendahara, sekretaris
dan humas dengan cara musyawarah. Selain pengurus harian, para anggota juga
dibagi kedalam divisi-divisi seperti divisi properti, make-up dan kostum, naskah, dan
dancing. (Faradisa XX-27 & Putu XX-41)
C.VIII Analisis Kaderisasi Ekstrakulikuler Belitung Muda 3
Setiap tahun, umumnya, sebuah organisasi akan melakukan perekrutan
anggota-anggota baru. Anggota-anggota baru ini diharapkan, tentunya, agar dapat
menjaga keberlangsungan hidup organisasi itu sendiri. Dengan asumsi bahwa setiap
tahun akan ada anggota lama yang mengambil pensiun--karena alasan umur--maka
perekrutan itu menjadi penting. Berikut ini hasil wawancara dengan seorang
anggota ekstrakulikuler Belitung Muda mengenai kaderisasi organisasi tersebut
BM 3 atau Belitung Muda 3 adalah suatu organisasi sepak bola futsal
maupun sepak bola normal yang bermarkas di Lapangan Bali . Setiap ada pergantian
tahun ajaran , maka para senior2 akan mengadakan Oprec atau Open Recruitment
terhadap siswa-siswi kelas 10 yang ingin mengikuti organisasi BM 3 . Untuk Ihkwan ,
mereka akan menjadi anggota BM 3 , sedangkan untuk ahkwat mereka akan
diseleksi untuk menjadi calon manager BM 3. Tidak ada batasan minimal
kemampuan bermain bola untuk masuk organisasi BM 3 . Karena pada dasarnya
mereka lebih membutuhkan orang yang mau menggali ilmu tentang sepak bola
daripada orang yang hebat bermain bola.
27 | K a d e r i s a s i O r g a n i s a s i
Meski para senior tidak memberi batasan minimal kemampuan sepak bola
tapi mereka tetap melakukan pendas. Kami harus melakukan berbagai hal untuk
menunjukan kebugaran jasmani kami di kegiatan itu termasuk para calon manager.
Pendas bagi ihkwan adalah tempat untuk menunjukan kemampuan mereka dan
juga demi mendapatkan nomor punggung untuk kaos tim BM 3. Sedangkan untuk
ahkwat, itu juga pelajaran bahwa seorang manager harus memiliki fisik yang kuat.
Lalu ada juga latfis atau Latihan Fisik, yaitu para ihkwan yang sedang berlatih
bersama pelatih harus melakukan latihan fisik yang sangat berat di tengah guyuran
hujan lebat. Meskipun kegiatan itu hanya kebetulan karena cuacanya pun kebetulan
pas, maka pelatih menyuruh kami untuk melakukan latihan fisik di Lapangan Bali.
Melalui pendas dan latfis, tentu saja fisik kami menjadi terlatih, terutama
untuk saya yang sejak SMPnya sangat jarang berolahraga. Lalu karena adanya
latihan rutin setiap hari sabtu juga menambah daya tahan stamina kita. (Derian XY-05)
C.IX Analisis Kaderisasi Ekstrakulikuler Komisi
Kaderisasi ini ditujukan secara umum untuk siswa Komisi yang bakal menjadi
anggota Komisi, dengan tujuan membentuk pribadi unggul, mencakup
kepemimpinan, mindset, kekeluargaan, jiwa sosial, retorika, relasi, management,
wawasan, dan pengalaman. Kaderisasi Komisi dibagi menjadi dua tahap.
Pertama, Introduction, Promotion, and Examining Identity.
Tahap ini adalah awal dari pembentukan anggota sebagai proses penempaan jiwa
entrepreneur baru dan mengembangkan loyalitas, mulai dari penarikan calon
anggota (siswa), perkenalan, materi kelas, triggering and simulation, aplikasi, soft
working, dan analyzing adventure. Bagian akhir dari tahap ini adalah packaging,
atau biasa disebut pelantikan anggota. Packaging adalah peng-coveran seluruh
anggota, yang artinya sudah mencapai parameter layak sebagai anggota komisi.
28 | K a d e r i s a s i O r g a n i s a s i
Parameter ini tentunya disesuaikan berdasarkan kemampuan anggota kader. Pada
tahap satu ini, secara garis besar esensi yang didapatkan berupa basic
communication, mindset, dan ilmu entrepreneur itu sendiri.
Basic Communication : Jenis Komunikasi
Unsur Komunikasi
Tahap Komunikasi
Syarat Komunikasi
Tujuan, dan lain-lain
Retail : Hypnoselling dan Strategy
Mindset : Believe, Abundance, Worthness. Passion, Power.
Tahap kedua, Division, Placement, and Specializes.
Ini adalah sebuah tahap baru seorang anggota Komisi, di mana setiap individu akan
digali lagi kemampuan sejatinya dan disesuaikan dengan karakter masing-masing. Di
tahap ini pula para anggota ditempatkan pada jabatannya (Chief, Director, C.E.O,
RND, dan lain-lain). Kaderisasi dalam tahap ini diisi dengan materi dan sharing rutin
atau terus menerus, hal ini dimaksudkan karena emosional dan momentum yang
selalu dinamis (Rotary Value) dan tentunya juga untuk self-improvement.
Input Proses Output (Karakter siswa) (dikali dengan) (karakter yang diharapkan)
X Y dan Z Y X dan XYZ Z X dan Y
XYZ (output) yang diharapkan Komisi sebagai Manusia sejati yang memiliki aspek-
aspek seperti ini:
MANUSIA
Belief and Principle:
Mindset Belief
Inner Power:
Confidence Charisma Happiness Grateful
29 | K a d e r i s a s i O r g a n i s a s i
Question?
Jika Komisi memang organisasi yang bergerak pada sistematika kewirausahaan, lalu
mengapa pada kaderisasi harus ada tindakan fisik?
Narasumber: “Sebenarnya tindakan fisik TIDAK PERLU (di capslock karena waktu
wawancara bicaranya agak ditekankan pada kata itu) ada lagipula tidak sesuai
dengan visi kami, tetapi kami buat konsekuensi karena kami melihat adanya
kelalaian pada anggota kader.
Kenapa konsekuensinya harus fisik?
“Pada awal-awal kami tekankan dengan peringatan, lalu diberi tugas mudah, tapi
masih saja tidak dipedulikan. Akhirnya kami sepakat untuk konsekuensi fisik yang
direncanakan. contoh: “kalian mau konsekuensinya apa yang bisa membuat jera? “
(siswa dipancing untuk mengatakan konsekuensi fisik).
Dengan catatan konsekuensi ini adalah untuk dihindari, bukan untuk dilakukan.
Alasan lainnya adalah sebagai cara untuk membuat patuh/jera secara instan karena
waktu kaderisasi yang tidak lama. Esensi dari fisik ini agar siswa merasakan pahitnya
kegagalan. Analoginya menanamkan rasa kegagalan, apalagi karena kelalaian, kita
tidak boleh lalai dalam berbisnis. Ada kalanya bisnis kita ada diatas, ada kalanya
bisnis kita jatuh dan terpuruk. Selain itu juga untuk meningkatkan kekeluargaan,
ketika senang, senang bersama, ketika gagal, tidak perlu semua gagal tapi
setidaknya ber-empati apa yang dirasakan rekannya dalam kegagalan.” (Ilma XX-32)
Communication Skill
Self-proggresive Value:
Character Material Social Physical
Social Circle
30 | K a d e r i s a s i O r g a n i s a s i
C.X Analisis Kaderisasi Ekstrakulikuler BAND 3
Sama seperti halnya kaderisasi-kaderisasi lain, kaderisasi Band 3 dilakukan
untuk menghasilkan sumber daya manusia yang akan mendukung dan menjalankan
roda Band 3 itu sendiri. Dalam Band 3 kaderisasi ini disebut Musikalitas.
Input
Musikalitas diperuntukkan bagi siswa/siswi yang memiliki bakat dan minat dalam
seni bermusik yang lebih luas atau universal. Tidak terikat genre dan jenis alat
musik, itulah alasan Band 3 menjadi organisasi yang diminati sebagian kalangan
siswa/siwa saat ini.
Proses
Tidak ada tahapan-tahapan khusus untuk kaderisasi Band 3 ini, hanya ada simulasi-
simulasi yang beresensi untuk menambah pengalaman dan jam terbang siswa/siswi.
Proses ini terdiri dari materi kelas dan fisik. seperti,
- Olahraga dan penempaan fisik lainnya, tujuannya untuk menyegarkan
pikiran agar mampu berpikir lebih jernih saat musikalitas berlangsung.
Memperkuat stamina, karena seorang anak band tentu harus memiliki
stamina yang kuat.
- Materi kelas, materi yang diberikan berupa arahan dalam membawa
organisasi Band 3 kedepannya. Seperti, cara pembuatan proposal yang
sesuai, analisis SWOT, etika dan logika berorganisasi, struktur organisasi, dan
pencitraan sebuah organisasi.
- Simulasi, ini merupakan bagian yang menuntut anggota kader menggunakan
wawasan bermusik yang dimiliki. Seperti, membuat karya secara instan,
31 | K a d e r i s a s i O r g a n i s a s i
membuat karya berdasar apa yang ada pada lingkungan sekitar, mengenal
music dengan baik, kreatif dan peka pada music, dan simulasi langsung pada
lingkungan sekitar.
- Sharing, sesi ini bertujuan untuk mengenalkan Band 3 secara rinci dari
struktur hingga alumni. Dalam sesi ini, alumni juga memberikan beberapa
pengalaman, tata krama bermusik, dan saran untuk kedepannya
melanjutkan organisasi ini.
- Treatment, ini adalah bagian yang diisi oleh KANST untuk mempererat ikatan
sesama anggota kader. Kenapa hal ini diperlukan? Alasan pertama adalah
Band 3 dibuat oleh anggota KANST sehingga mereka ingin Band 3 memiliki
rasa kekeluargaan yang erat seperti KANST. Kedua, kerja sama dalam
bermusik sangatlah diperlukan. Ketiga, jika ikatan batin antar anggota kuat,
tidak akan sulit mengkoordinir setiap anggotanya.
Simulasi-simulasi ini masih terbilang wajar selama masih relevan dengan output yang diharapkan.
Output
Menjadikan anggota kader sebagai pribadi-pribadi yang memiliki kebersamaan yang
kuat, membentuk fisik, mental, karakter, dan kemampuan bermusik yang unggul
sebagai anak band. (Fajar XY-29 & Ikrar XY-19)
C.XI Analisis Kaderisasi Ekstrakulikuler Kelompok Vokal 3
Kelompok Vokal 3, suatu organisasi yang hanya beranggotakan beberapa
orang. Anggota kami tidak mencapai puluhan, karena memang komunitas ini hanya
membutuhkan beberapa orang saja untuk ada di dalamnya. Walaupun kami
termasuk oragnisasi kecil di SMA Negeri 3 Bandung tapi kami tetap selalu berusaha
untuk menjaga keutuhan dan eksistensi kami internal maupun eksternal, dengan
32 | K a d e r i s a s i O r g a n i s a s i
kata lain di dalam dan di luar sekolah. Walaupun kami sedikit juga kami tidak mau
dipandang sebelah mata, untuk mebuktikan itu semua, kami mengikuti beberapa
kompetisi yang ada di kota maupun nasional. Awalnya kami bediri sekitar tahun
2000-an, banyak tantangan dan halangan yang kami hadapi untuk mendirikan
organisasi ini, maka dari itu kami selalu mengajarkan arti sebuah perjuangan pada
setiap anggota kami yang baru di tiap angkatan. Menurut kami sebuah pengalaman
itu adalah harga yang sangat mahal dan berharga, karena memang kelompok vokal
3 banyak berkecimpung di dalam ‘performance’ atau tampil di depan umum.
Mental dan kesehatan baik fisik maupun rohani yang selalu kami jaga kualitasnya,
karena apabila setiap anggota kami tidak memiliki hal tersebut kami tidak bisa
memberikan penampilan yang terbaik.
Kelompok Vokal 3, selalu mengadakan audisi untuk penerimaan anggota
baru di setiap tahunnya, bukan karena kami sombong atau pilih-pilih tapi memang
kami membutuhkan orang-orang yang benar-benar berkualitas dan berkompeten di
bidangnya, yaitu bidang vokal. Tak dapat diingkari peminat kelompok vokal 3 cukup
banyak di setiap tahunnya, dan rata-rata kami menerima 5 sampai 8 orang di setiap
angkatan, memang tidak pasti tapi rata-rata kami tidak menerima sampai puluhan
anggota, karena disamping olah vokal yang harus memang dikuasai, mental yang
kuat pun harus kami miliki, karena dari itu kami mengadakan audisi seperti ini,
tanpa bermaksud mengeluarkan atau menolak anggota lainnya. Beruntunglah
orang-orang yang suka bernyanyi dan lolos di setiap audisi, kami harap kepercayaan
ini dapat terus mereka pegang sampai kapan pun di dalam kelompok vokal 3.
Banyak harapan yang kami taruhkan pada setiap angkatan baru yang
bergabung di kelompok vokal 3, organisasi ini bukan organisasi dimana anggotanya
bisa bersantai dan bermalas-malasan karena memang jujur menurut fakta yang ada
organisasi ini membutuhkan banyak pengorbanan dari bidang finansial maupun
fisik.
33 | K a d e r i s a s i O r g a n i s a s i
Kami selama ini dilatih oleh Kang Eri dari Bina Seni Vokal yang terletak di
Jalan Wartawan di daerah sekitar Buah Batu. Angkatan 2012 dilatih oleh Kang
Langen sementara angkatan 2013-2014 dilatih oleh Kang Eri. Beruntung kami
memiliki pelatih yang baik, berkompeten, dan berbakat untuk melatih kami sebagai
muridnya. Menjadikan sebuah lagu menjadi sesuatu yang bermakna memang cukup
susah, dimulai dari aransemen, pembagian suara, serta jenis lagunya. Namun hal itu
sampai sekarang masih bisa kami atasi dengan kerja keras dan pikiran yang optimis. (Deborah XX-17)
C.XII Analisis Kaderisasi Ekstrakulikuler UBBAS 3
PENDAS UBBAS 3
Pada pagi harinya para peserta berkumpul di Lapangan Bali pukul 06.30,
kemudian mereka berlari mengelilingi jalan-jalan yang bernamakan pulau-pulau di
Indonesia, yang seringkali disebut “lari keliling Indonesia”.Pada saat berlari mereka
tidak diperbolehkan minum. Selain itu apabila mereka tertinggal atau menjauh dari
kelompoknya maka mereka diberi konsekuensi push-up. Setelah mereka berlari
“keliling Indonesia” mereka beristirahat di SMAN 3 Bandung. Sewaktu berlari ada
salah seorang dari panitia yang memberikan mereka minum, namun ternyata hal
tersebut tidak diperbolehkan oleh panitia yang lain sehingga dia diberi konsekuensi
setelah para peserta. Namun demikian hal tersebut ternyata merupakan sebuah
skenario. Selanjutnya mereka berlari kembali, kali ini mengelilingi Kota Bandung,
bahkan lebih jauh lagi, sampai ke Dago Atas. Lalu mereka pun kembali lagi ke SMAN
3 Bandung dan sharing dengan para senior dari angkatan 2013. Setelah itu mereka
pergi ke Lapangan Bali dan masuk kedalam ruangan yang biasa digunakan untuk
senam. Didalam ada senior-senior angkatan 2012 yang berdiri di sekeliling ruangan
tersebut sebagai “pos”. “Pos-pos” tersebut adalah tempat mereka untuk melakukan
latihan fisik seperti sit up, push up, dll. Masing-masing peserta bergiliran melakukan
latihan pada masing-masing “pos”. Setelah itu, mereka keluar menuju lapangan luar
dan melaksanakan upacara penutupan.
34 | K a d e r i s a s i O r g a n i s a s i
Menurut saya, kaderisasi yang diberikan cukup relevan, karena
bertujuan membangun fisik & kekeluargaan, 2 hal yang krusial dalam sebuah
permainan basket. Namun, menurut saya larangan minum tersebut cukup
berlebihan(walau diberi minum), serta walaupun terdapat unsur kekeluargaan,
namun tidak ada latihan koordinasi tim yang juga penting dalam permainan basket. (Revi XY-47)
BAB III
D. Kesimpulan
Kesimpulannya, kaderisasi adalah proses pencetakan manusia-manusia yang
memiliki kompetensi yang mapan untuk menjalankan amanahnya dalam suatu
organisasi³. Proses kaderisasi di SMAN 3 Bandung sudah cukup baik dan sudah
hampir semua organisasi dan ekstrakulikuler membuat kaderisasi yang hampir tepat
guna sehingga sesuai dan relevan dengan input-proses-outputnya. Secara umum,
ada beberapa kelebihan dan kekurangan dari kaderisasi-kaderisasi di SMAN 3
Bandung diantaranya:
Kelebihan Kekurangan
Persiapan matang
(beberapa organisasi dan ekstrakulikuler telah mempersiapkan proses kaderisasi selama berbulan-bulan; misalnya LKS)
Masih menimbulkan jarak yang jauh antara peserta dan panitia.
(pada kaderisasi yang telah dilakukan oleh ekstrakulikuler atau pun OSIS dan PK tak jarang menimbulkan jarak antarpanitia dengan calon kader)
Banyak menarik peminat
(Ekstrakulikuler ataupun organisasi-organisasi yang mengadakan kaderisasi tetap memiliki banyak peminat karena kemenarikan dan minat dari calon kader sendiri; misalnya OST, LKS dan pendas-pendas lainnya)
Lebih fokus ke proses, bukan output.
(secara keseluruhan, kaderisasi di SMAN 3 masih lebih mengutamakan proses, padahal yang terpenting adalah hasil dari kaderisasi tersebut)
Tiap kaderisasi punya ciri khas
(Kaderisasi setiap ekskul jelas berbeda, misalnya ekstrakulikuler T’sT yang mengutamakan aspek seni dan
Beberapa kaderisasi monoton
(masih banyak kaderisasi yang monoton, kurang kreatif dan
35 | K a d e r i s a s i O r g a n i s a s i
Jamadagni yang dominan pada aspek fisik) mengulang-ulang sistem yang sama dari tahun ke tahun)
Selain itu perlu dipertegas kembali bahwa kaderisasi tidak sama dengan perpelocoan dan terdapat dua hal yang wajib untuk dilakukan dalam kaderisasi⁴, yaitu
- Kaderisasi diharapkan memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai proses berpikir/nalar yang baik.
- Kaderisasi dapat membentuk karakter dari para calon kader.
³ Ghibran Huzaifah, Pengertian Kaderisasi, (Bandung: 2009).⁴ Gema Noor Febryana, Kumpulan Tulisan&Modul Pembelajaran, (Bandung:2012), hlm 27
B. Saran
Saran penulis, untuk kaderisasi yang baik perlu relevansi antara input-
proses-output⁵. Itu bisa terjadi dengan syarat:
Lebih mementingkan output, bukan proses.
Banyak kaderisasi di SMAN 3 Bandung yang mementingkan proses, bukan
output. Banyak parameter keberhasilan yang dibuat dilihat dari proses yang
baik, bukan outputnya. Pembuat kaderisasi beranggapan bahwa proses yang
baik akan menghasilkan output yang baik. Memang benar, tapi masalahnya,
kita sedang mengubah manusia agar menjadi keinginan kita, bukan benda.
Benda bila diproses dengan baik, pasti akan menjadi hasil yang baik. Tapi bila
manusia di kaderisasi, bisa saja tidak menjadi apa yang kita inginkan karena
manusia punya akal, nurani, dan nafsu.
Tidak menimbulkan jarak yang jauh antara peserta dan panitia
Banyak kaderisasi yang menimbulkan jarak yang jauh antara peserta dan
panitia. Artinya peserta merasa tidak nyaman dikaderisasi oleh panitianya,
dan panitia tidak tahu keadaan anak didiknya. Dengan tidak menimbulkan
jarak yang jauh antara peserta dan panitia, panitia bisa menentukan
langkah-langkah untuk mengondisikan peserta agar menyukai kaderisasinya
sehingga bisa menyerap materi dengan baik.
Kaderisasi bertahap dan terus menerus
36 | K a d e r i s a s i O r g a n i s a s i
Untuk membentuk suatu karakter itu tidak bisa instan, karena membentuk
pribadi kita saja, kita butuh hidup selama umur kita. Apalagi mengubah sikap
seorang kader tidak bisa hanya 1 minggu, 2 minggu, 3 bulan, atau 1 tahun.
Jadi dibutuhkan kaderisasi yang bertahap juga terus menerus untuk
memantau perkembangan anak didik dan sedikit demi sedikit membentuk
karakter anak didik seperti yang kita inginkan.
⁵ Gema Noor Febryana, Kumpulan Tulisan&Modul Pembelajaran, (Bandung:2012), hlm 29-30
C. Daftar Pustaka
www.wikipedia.org
www.google.com
Febryana, Gemma Noor. 2012. Kumpulan Tulisan dan Modul Pembelajaran.
Bandung: Universitas Padjadjaran.
37 | K a d e r i s a s i O r g a n i s a s i
D. Lampiran