ANALISIS CUACA KEJADIAN BANJIR DAN TANAH LONGSOR TANGGAL 7 MARET 2018
DI LEMBANG TUMBANG DATU SANGALLA UTARA KABUPATEN TANA TORAJA
I. INFORMASI KEJADIAN
KEJADIAN Hujan Lebat dan Tanah Longsor
LOKASI Lembang Tumbang Datu. Kecamatan Sangalla Utara
TANGGAL 7 Maret 2018
DAMPAK Banjir dan Merusak Pematang Sawah di Desa
Tumbang Datu
II. DATA HUJAN
DATA HUJAN HUJAN TERUKUR
(mm) KETERANGAN
Stasiun Meteorologi
Pongtiku Tana Toraja 3.0 mm/24 jam Hujan Ringan
III. ANALISIS METEOROLOGI
INDIKATOR KETERANGAN
Kronologi Banjir
Kejadian Banjir disebabkan terjadinya Curah Hujan yang
tinggi diatas normal selama beberapa hari maka
mengakibatkan Irigasi yang berada di sungai tidak dapat
menampung debit air yang tinggi sehingga meluap ke
Persawahan Masyarakat yang luasnya sekitar 15 hektar dan
merusak pematang sawah sepanjang aliran sungai
Bondon,dusun Bonda Lembang/Desa Tumbang Datu
sepanjang 1 kilometer (sumber: BPBD Tana Toraja)
1. SST (Sea Surface
Temperature)
Secara umum, suhu muka laut di wilayah perairan sekitar
Indonesia pada tanggal 7 Maret 2018 berkisar antara 28 –
300
C dengan anomaly -1.5 s/d 10
C terhadap normalnya.
Suhu muka laut yang hangat (> 270 C) mengindikasikan
penguapan sangat tinggi yang menyebabkan potensi
pembentukan awan-awan konvektif sangat besar dan
kondisi cuaca cenderung berawan hingga hujan di wilayah
Kab. Tana Toraja. (gambar 2).
2. ENSO (El Nino South
Oscilation)
Index osilasi selatan (SOI), bersifat normal menunjukkan
nilai -0,67 yang berarti menandakan La-Nina lemah yaitu
tidak berpengaruh signifikan terhadap suplai uap air di
wilayah Indonesia. (gambar 3).
3. MJO (Madden Julian
Oscilation)
MJO berada pada kuadran 3 (Indian Ocean) yang mulai
mendekati wilayah barat Indonesia tetapi dalam keadaan
lemah sehingga tidak berkontribusi terhadap pembentukan
awan-awan hujan di wilayah Indonesia. (gambar 4).
4. DMI (Dipole Mode
Index)
Index dipole mode menunjukkan nilai -0.12 (Normal) yang
meningindikasikan perpindahan aliran massa uap air dari
wilayah indonesia bagian barat ke samudera Hindia dan
sebaliknya tidak signifikan. (gambar 5).
5. Pola Tekanan Udara Analisa peta tekanan udara (Mean Sea Level Pressure /
MSLP) pada tanggal 7 Maret 2018 terdapat 4 daerah
tekanan rendah (Low Pressure), tekanan rendah tersebut
berada di wilayah BBS, massa udara akan bergerak dari
wilayah tekanan tinggi menuju kearah tekanan rendah yang
mengakibatkan terjadinya belokan angin (shearline) di
wilayah Toraja, dengan adanya belokan angin kecepatan
angin mengalami perlambatan dan terjadi penumpukan
massa udara dan berdampak terhadap banyaknya
pertumbuhan awan-awan hujan. Terdapat Tropical Cyclon
Hola (998 hpa) di perairan timur Australia namun tidak
berdampak terhadap terjadinya hujan di Sulawesi Selatan
termasuk Tana Toraja. (gambar 6 ).
6. Pola Analisis Angin
Gradien
Pola Angin Gradien tanggal 7 Maret 2018 di wilayah
Sulawesi Selatan termasuk Tana Toraja pada jam 00.00
UTC angin dominan dari arah Utara. Pada Jam 12.00 UTC
angin dominan dari arah Timur Laut. Terdapat belokan
angin (Shearline) dan konvergensi diatas wilayah Tana
Toraja yang menyebabkan terjadinya pertumbuhan awan-
awan hujan yang signifikan di wilayah Toraja. (gambar 7).
7. Kelembaban Relatif Kelembaban relative pada lapisan 1000 – 850 mb pada jam
00.00 – 18.00 UTC Kelembaban udara mencapai 100%,
terutama pada lapisan 900 mb kelembaban 80 - 100%,
lapisan 850 mb 70 – 80%, lapisan 700 mb 30 – 40% dan di
lapisan 500 mb 30 – 50%. Dari data kelembaban di lapisan
bawah hingga 850 mb udara sangat lembab dan memenuhi
syarat terjadinya proses pertumbuhan awan-awan konvektif
yang menyebabakan hujan di wilayah Toraja. (gambar 8).
8. Citra Satelit Dari gambar citra satelit Himawari BMKG pada tanggal 7
Maret 2018 jam 06.00 - 13.00 UTC terjadi pertumbuhan
awan-awan konvektif yang cukup signifikan. dengan suhu
puncak awan konvektif kurang dari -800C menunjukkan
bahwa adanya awan Cumulunimbus yang tumbuh di
wilayah Toraja dengan wilayah cakupan awan yang luas
sehingga mengakibatkan terjadinya hujan lebat terutama di
wilayah Tana Toraja. (gambar 9).
IV. KESIMPULAN
Hujan yang terjadi pada hari Rabu tanggal 7 Maret 2018 yang mengakibatkan banjir
di Kecamatan Sangalla Utara Toraja. Dari data penakar hujan Stasiun Meteorologi
Pongtiku hujan hanya tercatat 3.0 mm pada pengukuran jam 12.00 UTC (jam 20.00
WITA). Hujan terjadi jam 09.00 UTC (17.00 WITA) – 11.00 UTC (19.00 WITA).
Namun menurut BPBD Tana Toraja terjadi hujan sangat lebat di Desa Tumbang Datu
Sangalla Utara.
Berdasarkan analisis Suhu Muka laut di perairan Indonesia yang hangat diatas 270C
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap proses penguapan di wilayah perairan
Indonesia yang berdampak terjadinya pertumbuhan awan-awan konvektif yang
mengakibatkan terjadinya hujan sedang hingga lebat di wilayah Indonesia pada
umumnya dan wilayah Tana Toraja pada khususnya.
Daerah Tekanan Rendah (999 hpa) di Selatan Indonesia berpengaruh terhadap
terjadinya shearline di atas wilayah Sulawesi Selatan khususnya wilayah Tana Toraja
yang berdampak terhadap banyaknya pertumbuhan awan-awan hujan.
Kelembaban udara yang tinggi di lapisan bawah menunjukkan bahwa banyaknya
kandungan uap air di wilayah Tana Toraja (latitude -3.20LS dan longitude 119.54
0BT)
dan sangat memenuhi syarat untuk proses terjadinya pertumbuhan awan-awan hujan.
Dari pantauan image satelit Himawari BMKG jam 07.00 UTC – 15.00 UTC
menunjukkan bahwa banyak terdapat awan-awan konvektif Cumulunimbus di hampir
seluruh wilayah Tana Toraja yang mengakibatkan terjadinya hujan sangat lebat pada
tanggal 7 Maret 2018 yang mengakibatkan terjadinya banjir di Desa Tumbang Datu
Sangalla Utara.
Tana Toraja, 12 Maret 2018
LAMPIRAN
Gambar 1. Bencana banjir dan merusak pematang sawah sepanjang aliran sungai
Bondon,dusun Bonda Lembang/Desa Tumbang Datu sepanjang 1 kilometer
Sumber : BPBD Tana Toraja
Gambar 2. SST dan Anomali Suhu Muka Laut
Sumber : www.esrl.noaa.gov
Gambar 3. Monitoring ENSO Gambar 4. Monitoring MJO
Sumber : BMKG Sumber : www.esrl.noaa.gov
Gambar 5. DMI (Dipole Mode Index)
Sumber : www.bmkg.go.id
Gambar 6. Analisis MSLP (Mean Sea Level Pressure)
Sumber : www.bom.gov.au
Gambar 7. Analisis Gradient Wind jam 00.00 UTC dan jam 12.00 UTC
Sumber : www.bom.gov.au