1
ALTERNATIF STRATEGI PENGELOLAAN
PARIWISATA PULAU UNTUNG JAWA MELALUI
PENDEKATAN ANALISIS SWOT
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh :
NOVIA SAGHITA
NIM. 072730
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG
2011
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara kepulauan atau negara maritim, termasuk salah satu
yang terbesar didunia, memiliki garis pantai sepanjang 81.000 kilometer, yang tersebar
memanjang di sekitar garis khatulistiwa (equator). Negara Kepulauan (Archipelago)
Indonesia memiliki jumlah pulau tak kurang dari 17.508 pulau besar dan kecil. Dari
jumlah pulau yang ada terdapat lima pulau besar yaitu Pulau Sumatera, Pulau Jawa,
Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi dan Pulau Papua (Irian Jaya) dan belasan ribu pulau
kecil. Indonesia memiliki kemolekan panorama alam yang indah dan eksotis dengan
letaknya yang sangat strategis, baik secara astronomis maupun secara geografis. Letak
astronomis Indonesia yang terletak pada 60 LU - 11
0 LS dan 95
0 BT – 141
0 BT
menyebabkan Indonesia beriklim tropis sehingga terdapat beraneka macam flora dan
fauna yang menyebabkan Indonesia dikenal sebagai Zamrud Khatulistiwa. Dengan
keadaan geografis seperti itu Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya
alam yang melimpah dan daerah-daerah yang memiliki potensi besar sebagai kawasan
objek wisata. Semua keunikan dan kelebihan itu menjadikan Indonesia sebagai satu
kesatuan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Wilayah pesisir dan lautan Indonesia yang sangat luas itu memiliki kekayaan dan
keanekaragaman Sumberdaya Alam (SDA). Sumberdaya Alam yang dapat pulih
(diperbaharui) seperti perikanan, hutan mangrove dan terumbu karang, sedangkan SDA
3
yang tidak dapat pulih (tidak dapat diperbaharui) misalnya minyak bumi dan gas,
mineral dan bahan tambang lainnya. Sumberdaya Alam khususnya diwilayah pesisir
dan laut itu merupakan asset yang mempunyai arti strategis yang sangat besar dan
bersifat menjanjikan (prospektif) untuk masa depan.
Dalam menuju era industrialisasi, wilayah pesisir dan laut termasuk prioritas utama
dan untuk pusat pengembangan kegiatan industri, pariwisata, agribisnis, agroindustri,
permukiman, transportasi dan pelabuhan. Tidak mengherankan bila kota-kota besar
yang terletak diwilayah pesisir berkembang relatif lebih pesat dibandingkan dengan
kota-kota lainnya yang berada di pedalaman. Keberadaan daerah atau wilayah pesisir
dan laut yang memiliki potensi besar sebagai kawasan objek wisata sangat banyak
diwilayah Indonesia yang kesemuanya itu dapat menarik wisatawan lokal (domestik)
maupun wisatawan luar negeri untuk berkunjung ke tempat wisata yang ada di
Indonesia. Tempat-tempat tersebut selain menyimpan banyak sejarah tentang bangsa
Indonesia, merupakan tempat wisata yang memiliki panorama alam dan pantai yang
indah. Sebut saja Pantai Kute, Pantai Sanur, Tanjung Benoa dan Tanah Lot Bali, Pantai
Parangtritis di Yogyakarta, Pantai Anyer, Taman Laut Bunaken, Pulau Komodo dan
termasuk gugusan Kepulauan Seribu.
Sektor pariwisata merupakan salah satu potensi produktif yang sampai saat ini terus
dikembangkan sebagai sumber pendapatan. Karakteristik alam dan tata nilai kehidupan
masyarakatnya sangat memungkinkan untuk dikembangkan sebagai potensi wisata,
karena sebagian masyarakat luar mengetahui bahwa Indonesia terkenal dengan adat
ketimuran sehingga masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang sopan dan
ramah-tamah. Pariwisata di Indonesia sendiri sedang dikembangkan dengan sangat giat.
Di banyak tempat ia menunjukan peningkatan yang tajam, terutama pariwisata
4
domestik. Gugusan pulau-pulau kecil yang ada diwilayah pesisir dan laut Indonesia
secara fisik memiliki sumber daya alam daratan yang sangat terbatas, tetapi sebaliknya
memiliki sumber daya alam kelautan yang melimpah yang merupakan aset bangsa yang
strategis untuk dikembangkan dengan basis ekonomi pada pemanfaatan sumber daya
alam dan jasa-jasa lingkungan kelautan.
Pemerintah DKI JAKARTA, sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki
wilayah pesisir seperti Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu yang berbasis pulau-
pulau kecil sudah seharusnya dapat mengoptimalkan daerah ini melalui pengelolaan
pariwisata yang dapat menjadi potensi besar tujuan wisata para wisatawan, apalagi
dengan adanya Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
dimana dalam pasal 3 dan pasal 18 Undang-Undang tersebut disebutkan sebagai daerah
provinsi yang mempunyai wilayah laut sejauh 12 mil laut diukur dari garis pantai ke
arah laut lepas dengan kewenangan pengelolaannya meliputi : (a) eksplorasi,
eksploitasi, konservasi dan pengelolaan kekayaan laut (b) pengaturan kepentingan
administratif, (c) pengaturan tata ruang, (d) penegakan hukum terhadap peraturan yang
dikeluarkan oleh daerah atau yang dilimpahkan kewenangannya oleh Pemerintah, (e)
ikut serta dalam pemeliharaan keamanan dan (f) ikut serta dalam pertahanan kedaulatan
negara. Hal ini berarti pemerintah daerah berhak untuk mengelola kekayaan laut untuk
dimanfaatkan guna kepentingan bersama.
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu ditetapkan menjadi wilayah Kabupaten
Administrasi dari sebelumnya wilayah Kecamatan dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2001 Tentang Pembentukan Kabupaten
Administrasi Kepulauan Seribu. Dalam Peraturan Pemerintah tersebut disebutkan dalam
Bab II Pasal 2 bahwa Kepulauan Seribu ditingkatkan statusnya dari sebuah Kecamatan
5
menjadi Kabupaten Administrasi Provinsi DKI Jakarta. Kabupaten Administrasi
Kepulauan Seribu merupakan gugusan pulau-pulau kecil yang terletak diperairan Teluk
Jakarta. Adapun penamaan “Pulau Seribu/Kepulauan Seribu” bukan berarti jumlah
pulaunya ada seribu melainkan hanya sebuah nama dari kabupaten itu sendiri. Menurut
pengalaman orang-orang terdahulu mereka hanya memperkirakan banyaknya pulau
yang mereka temukan sehingga mereka berkesimpulan dengan menyebutnya Pulau
Seribu. Padahal wilayah Pulau Seribu jumlah sebenarnya ada 110 pulau bukan seribu
pulau (www.pulauseribu.net. 2010).
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terdiri dari 2 kecamatan dan 6 kelurahan.
Kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Kepulauan Seribu Utara dan Kecamatan
Kepulauan Seribu Selatan. Adapun 6 Kelurahan yang ada di Kepulauan Seribu yaitu,
Kelurahan Pulau Kelapa, Kelurahan Pulau Harapan, Kelurahan Pulau Tidung,
Kelurahan Pulau Pari, Kelurahan Pulau Panggang dan Kelurahan Pulau Untung Jawa.
Wilayah Kepulaun Seribu terdiri dari beberapa pulau yang tidak berpenghuni yang oleh
Pemerintah DKI Jakarta dijadikan kawasan objek wisata, diantaranya : Pulau Bidadari,
Pulau Onrust, Pulau Cipir, Pulau Ayer, Pulau Damar Besar (Pulau Edam), Pulau Damar
Kecil, Pulau Rambut, Pulau Bokor, Pulau Pramuka, Pulau Sepa dan lain-lain.
Tabel 1.1
Daftar Kecamatan dan Kelurahan di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu
6
No. Kecamatan Kepulauan Seribu Utara Kecamatan Kepualaun Seribu
Selatan
1. Kelurahan Pulau Kelapa Kelurahan Pulau Tidung
2. Kelurahan Pulau Harapan Kelurahan Pulau Pari
3. Kelurahan Pulau Untung Jawa Kelurahan Pulau Panggang
Sumber : www.pulauseribu.net. 2010
Kelurahan Pulau Untung Jawa sendiri mempunyai luas ±40,10 Ha yang pada saat ini
dihuni oleh 2.034 jiwa / 558 KK yang terdiri dari 9 RT dan 3 RW. Sebagian besar mata
pencarian dari penduduknya adalah nelayan. Secara geografis letak Pulau Untung Jawa
berdekatan dengan daratan Tanjung Pasir dan daratan Jakarta. Pulau ini dapat ditempuh
relatif singkat dengan rata-rata rentang waktu 30 menit dengan menggunakan Kapal
Motor. Kapal-kapal penyebrangan dari Teluk Jakarta yang berute Muara Angke-Pulau
Pramuka, Muara Angke-Pulau Tidung selalu menyediakan kesempatan bagi siapapun
untuk singgah sebentar di Pulau Untung Jawa. Ini dikarenakan letak Pulau Untung Jawa
yang terdapat di tengah-tengah, diantara pulau-pulau yang dilewati kapal penyebrangan.
Dari Tangerangpun bisa dijangkau dengan mudah. Trip Tanjung Pasir-Pulau Untung
Jawa dapat ditempuh hanya dua puluh sampai dua puluh lima menit perjalanan.
Pulau Untung Jawa sendiri, memiliki masyarakat yang dominan bermata
pencaharian sebagai nelayan. Semenjak tahun 2001 Pulau Untung Jawa dicanangkan
sebagai kawasan andalan pemukiman nelayan dan dijadikan desa percontohan
pemukiman untuk desa wisata, dimana kegiatan pariwisata dikelola dan dijalankan oleh
swadaya masyarakat setempat. Pariwisata di Pulau Untung Jawa, selain menampilkan
keindahan alam dan pemandangan pasir putih yang indah juga menyuguhkan panorama
perkampungan nelayan dengan kegiatan sehari-hari. Untuk memenuhi antusiasme
7
pengunjung terhadap pariwisata di Pulau Untung Jawa, penduduk setempat
menyediakan homestay atau tempat menginap, arena taman bermain anak, wisata
kuliner yang bisa dijumpai pada warung-warung ikan bakar, hiburan dan atraksi banana
boat, wisata pancing dan snorkeling serta travel agent wisata dan kios-kpos cinderamata
hasil olahan putera-puteri pantai. Namun, keindahan pantai dan pasir putih di Pulau
Untung Jawa tidak diimbangi dengan pengelolaan pariwisatanya yang baik.
Pulau Untung Jawa sebagai wilayah kepulauan yang sebagian besar wilayahnya
terdiri dari perairan laut mempunyai potensi sumber daya pesisir dan laut yang dapat
dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduknya. Pada kenyataannya
meskipun Kelurahan Pulau Untung Jawa merupakan suatu wilayah tepian pantai atau
gugus pulau memiliki potensi sumberdaya yang cukup besar dan beraneka ragam,
namun pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam tersebut belum optimal dan
masih belum dilaksanakan secara efektif karena masyarakat maritim setempat
menghadapi keterbatasan pengetahuan. Tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan
Pulau Untung Jawa sebagian besar adalah Sekolah Dasar, dari total masyarakat yang
berjumlah 2034 jiwa hampir 42% nya hanya mengenyam pendidikan Sekolah Dasar.
Sarana pendidikan atau gedung sekolah hanya terbatas sampai Sekolah Menengah
Pertama (SMP). Berikut adalah tabel tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Pulau
Untung Jawa.
Tabel 1.2
8
Tingkat Pendidikan Masyarakat
No. Jenis Pendidikan Jenis Kelamin Jumlah Keterangan
Laki-laki Perempuan
1. Tidak/Belum sekolah 298 280 578 Jiwa/Orang
2. Tidak Tamat SD 62 110 172 Jiwa/Orang
3. Tamat SD 374 316 690 Jiwa/Orang
4. Tamat SLTP 144 119 263 Jiwa/Orang
5. Tamat SLTA 133 135 268 Jiwa/Orang
6. Tamat D1 1 0 1 Jiwa/Orang
7. Tamat D2 7 6 13 Jiwa/Orang
8. Tamat D3 5 11 16 Jiwa/Orang
9. Tamat S1 16 12 28 Jiwa/Orang
10. Tamat S2 5 0 5 Jiwa/Orang
Jumlah 1045 989 2034
(sumber : laporan Bulan Maret Kelurahan Pulau Untung Jawa, 2011)
Permasalahan lain yang terjadi di kawasan objek wisata Pulau Untung Jawa selain
listrik dan kondisi ekonomi masyarakat setelah krisis moneter belum kembali seperti
semula ternyata sarana produksi, modal investasi dan modal usaha, serta keterbatasan
dalam akses pasar juga merupakan masalah dalam pengelolaan pariwisatanya. Sarana
dan prasarana transportasi menuju Pulau Untung Jawa semakin menurun kualitasnya
karena kekurangan modal. Kapal motor untuk penumpang kurang layak untuk jalan
apalagi dengan tidak memadainya fasilitas keselamatan untuk penumpang seperti
pelampung. Hal tersebut sempat diungkapkan oleh Baharudin sebagai penduduk
setempat yang mengatakan hampir semua kapal penumpang umum yang mengangkut
penumpang menuju ke Pulau Untung Jawa tidak ada yang layak jalan. Kondisi kapal
9
yang tidak layak tersebut disebabkan sering terjadi kebocoran pada kapal karena
kebanyakan dari kapal yang disewakan untuk menyebrang dari trip Tanjung Pasir-Pulau
Untung Jawa merupakan kapal nelayan. Apabila sedang terjadi hujan tetesan air hujan
dapat masuk kedalam kapal melalui atap kapal yang bocor. Fasilitas keselamatan yang
ada pun tidak memadai. Namun, hanya kapal itu yang bisa dipakai saat ini untuk alat
transportasi menuju pulau. Untunglah hingga saat ini tidak pernah ada kecelakaan yang
merenggut banyak nyawa di wilayahnya.
Selain sarana dan prasarana transportasi yang kurang baik ternyata masalah
kebersihan disekitar Pulau Untung Jawapun kurang terjaga. Salah satu persoalan
masalah lain yang mengintai berkembangnya pariwisata adalah masalah kebersihan.
Disekitar tepi pantai yang berhiaskan pohon-pohon mangrove bertebaran banyak
sampah seperti kantong-kantong plastik, botol-botol plastik bekas minuman dan
sampah-sampah tulang ikan seperti bekas pembakaran ikan maupun sampah rumah
tangga lainnya. Pengunjung Pulau Untung Jawapun kurang ikut berpartisipasi dalam
upaya pengelolaan pariwisata di Pulau Untung Jawa dengan membuang sampah
sembarangan disekitar tepi pantai dan kawasan hutan mangrove. Sampah tidak hanya di
pulau, tetapi juga bahkan di laut. Jika menyelam di Kepulauan Seribu, terutama di
sekitar pulau yang dihuni penduduk, di dalam laut akan banyak ditemukan kursi, kasur,
dan barang-barang rongsokan lainnya. Kantong-kantong plastik juga melayang-layang
di dalam air. Pulau Untung Jawa merupakan salah satu dari gugusan Kepulauan Seribu
yang lautnya merupakan pertemuan 13 titik Sungai di Jakarta. Sehingga jika sampah
meluap dari sungai, maka akan mengalir ke laut.
10
Kondisi ini semakin bermasalah sejak tahun lalu ketika Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta menghapus Suku Dinas Kebersihan dari organisasi Kabupaten Kepulauan
Seribu. Alasannya, masalah sampah yang ada di atas pulau hunian bisa ditangani lurah
dan camat setempat. Namun, pada praktiknya, kemampuan lurah dan camat sangat
terbatas. Mereka tidak menguasai pengelolaan sampah secara teknis. Apalagi
menangani sampah-sampah yang ada di laut. Mereka sama sekali tidak mempunyai
kemampuan teknis untuk mengolah sampah dan tidak adanya perlengkapan dan
peralatan untuk mengolah sampah-sampah yang menumpuk tersebut.
(http://www.pulauseribu.net/modules/news/article : 2010)
Permasalahan lain muncul pada sarana produksi wisata seperti minimnya perawatan
fasilitas sarana dan prasarana penunjang seperti wahana bermain anak yang kurang
terawat dengan baik, kondisi dermaga yang hampir rusak, dan minimnya atraksi dan
hiburan yang disajikan. Disana terdapat wahana bermain anak yang apabila dilihat lebih
dekat ternyata besi-besi dari mainan itu pun kebanyakan catnya telah mengelupas dan
mulai berkarat. Keberadaan seperti wahana bermain dan atraksi serta hiburan
pengunjung merupakan sarana penunjang dalam pemenuhan akan kebutuhan objek
pariwisata. Apabila kebutuhan tersebut kurang dirasakan dengan baik oleh pengunjung
maka akan timbul rasa kurang puas akan objek wisata yang dikunjungi. Pengadaan
fasilitas tempat menginap (homestay) untuk wisatawan kurang mendapat perhatian dari
pihak terkait, padahal untuk menarik minat pengunjung yang ingin bermalam di Pulau
Untung Jawa. Saat ini homestay di Pulau Untung Jawa ada 40 unit. Hal itu dirasa
kurang untuk memenuhi kunjungan wisatawan yang mencapai ribuan orang pada saat
liburan. Homestay sebagai tempat bermalam untuk para wisatawan memiliki keadaan
yang kurang rapi hal ini terlihat dari keadaan fisik homestay yang kurang terjaga
11
kebersihan dan perawatannya. Hal ini tidak terlepas dari kurangnya modal dan minim
perawatan yang diberikan.
Selain itu, masalah lain yang ada yaitu belum adanya strategi pengelolaan pariwisata
yang dijalankan oleh swadaya masyarakat sehingga pariwisata tidak dapat berkembang
secara optimal dan juga ditambah masalah kurang adanya koordinasi dan dukungan
finansial seperti dana pemeliharaan antara pihak Pemerintah Daerah dalam hal ini Suku
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu dengan
pengelola pariwisata Pulau Untung Jawa terhadap pengadaan berbagai fasilitas sarana
dan prasarana pariwisata Pulau Untung Jawa. Pengelolaan pariwisata yang baik harus
didukung penuh dengan sarana dan prasarana yang memadai dan dengan permasalahan-
permasalahan yang telah disebutkan diatas, maka peneliti sangat tertarik untuk meneliti
dan menganalisis strategi dalam pengelolaan pariwisata di Pulau Untung Jawa. Untuk
itu dalam penelitian ini peneliti mengambil judul ” ALTERNATIF STRATEGI
PENGELOLAAN PARIWISATA PULAU UNTUNG JAWA MELALUI
PENDEKATAN ANALISIS SWOT ”. Dengan penelitian ini diharapkan objek wisata
Pulau Untung Jawa mampu menjadi objek wisata yang unggul.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, penelitian ini perlu adanya identifikasi
permasalahan-permasalahan yang ada pada lokasi penelitian, dari hasil studi
pendahuluan peneliti mengidentifikasi masalah-masalah penelitian dalam pengelolaan
pariwisata di Pulau Untung Jawa diantaranya:
1. Belum optimalnya pengelolaan pariwisata karena masyarakat maritim setempat
menghadapi keterbatasan pengetahuan, sarana produksi, modal investasi dan
12
modal usaha, serta keterbatasan dalam akses pasar. Seperti : sarana transportasi
yang kurang baik, dan prasarana penunjang lain seperti homestay dan wahana
bermain yang kurang terawat serta minimnya atraksi dan hiburan pengunjung
yang disajikan.
2. Kebersihan dan masalah sampah di sekitar pantai Pulau Untung Jawa yang
kurang terjaga.
3. Belum adanya strategi pengelolaan pariwisata di kawasan objek wisata Pulau
Untung Jawa.
4. Kurangnya koordinasi dan dukungan finansial berupa dana pemeliharaan antara
pihak pemerintah dalam hal ini Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu dengan pengelola pariwisata Pulau
Untung Jawa.
1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dari uraian-uraian yang ada dalam latar belakang dan identifikasi masalah peneliti
mempunyai keterbatasan kemampuan dan berfikir secara menyeluruh, maka dengan itu
peneliti mencoba membatasi penelitiannya yang ada dalam identifikasi masalah yaitu
belum adanya strategi pengelolaan pariwisata di Pulau Untung Jawa sehingga peneliti
mampu merumuskan dan menganalisis strategi dalam pengelolaan objek wisata Pulau
Untung Jawa. Mengingat masalah yang diteliti merupakan masalah yang kompleks,
maka peneliti akan membatasi ruang lingkup kajian dengan memfokuskan perhatian
mengenai Alternatif Strategi Pengelolaan Pariwisata Pulau Untung Jawa melalui
pendekatan Analisis SWOT.
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :
13
1. Bagaimanakah strategi pengelolaan pariwisata di Pulau Untung Jawa
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu DKI Jakarta?
2. Faktor-faktor apa saja yang menghambat pengelolaan pariwisata di Pulau
Untung Jawa Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu DKI Jakarta?
3. Faktor-faktor apa saja yang mendukung pengelolaan pariwisata di Pulau
Untung Jawa Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu DKI Jakarta?
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis strategi dalam pengelolaan
pariwista Pulau Untung Jawa.
Secara rinci penelitian ini bertujuan sebagai berikut :
1. Untuk merumuskan strategi pengelolaan pariwisata Pulau Untung Jawa
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu DKI Jakarta.
2. Untuk menganalisis faktor-faktor penghambat dalam pengelolaan pariwisata
Pulau Untung Jawa Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu DKI Jakarta.
3. Untuk menganalisis faktor-faktor pendukung dalam pengelolaan pariwisata
Pulau Untung Jawa Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu DKI Jakarta.
1.5 Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mengharapkan adanya manfaat yang sangat baik
terutama bagi civitas akademika Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan semua elemen
masyarakat, manfaat tersebut baik secara teoritis maupun praktis yaitu:
14
1.5.1 Manfaat Teoritis
Dalam penelitian ini diharapkan peneliti dapat mengaplikasikan materi-materi
pengajaran mengenai manajemen strategis khususnya mengenai analisisis SWOT serta
dapat memberikan sumbangan pemikiran guna melakukan pengembangan teori-teori
manajemen strategis.
1.5.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis penelitian tentang Strategi Pengelolaan Pariwisata Pulau Untung
Jawa melalui pendekatan analisis SWOT adalah memberikan umpan balik (feedback)
kepada masyarakat dan Unit Pelaksana Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan
Pulau Untung Jawa mengenai pelaksanaan kegiatan pengelolaan pariwisata di Pulau
Untung Jawa.
1.6 Sistematika Penuliasan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Latar Belakang menggambarkan ruang lingkup dan kedudukan masalah yang akan
diteliti dalam bentuk uraian secara induktif, dari lingkup yang paling umum hingga
menukik ke masalah yana paling spesifik, yang relevan dengan judul skripsi.
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi Masalah adalah mengidentifikasi dikaitkan dengan topik/judul dan
fenomena yang akan diteliti, penelitian atau dengan masalah atau variabel yang akan
diteliti.
15
1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah
Pembatasan Masalah lebih difokuskan pada masalah-masalah yang akan diajukan
dalam rumusan masalah yang akan diteliti, langkah selanjutnya adalah memilih dan
menetapkan masalah yang paling urgen yang berkaitan dengan judul penelitian.
Kalimat yang biasa dipakai dalam rumusan masalah adalah kalimat pertanyaan.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai dengan
dilaksanakannya penelitian, terhadap masalah yang telah dirumuskan.
1.5 Manfaat penelitian
Menjelaskan manfaat teoritis dan praktis temuan penelitian
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan menjelaskan tentang isi bab per bab secara singkat dan jelas.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
3.1 Kajian Pustaka
Mengkaji berbagai teori dan konsep-konsep yang relevan dengan permasalahan atau
variabel penelitian, kemudian menyusunnya secara teratur dan rapi yang digunakan
untuk menyusun kerangka berfikir. Kajian Pustaka harus mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi dengan merujuk ke sumber aslinya.
3.2 Kerangka berfikir
Kerangka berfikir menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai kelanjutan dari
kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca. Kerangka berfikir dapat
16
dilengkapai dengan sebuah bagan yang menunjukan alur pikir peneliti serta kaitan
antar variabel yang diteliti.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Menjelaskan metode yang dipakai dalam penelitian.
3.2 Instrumen Penelitian
Menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat pengumpul data yang
digunakan, proses pengumpulan data, dan teknik penentuan kualitas instrumen.
Dalam penelitian kualitatif, instrumennya adalah peneliti itu sendiri.
3.3 Informan Penelitian
Informan Penelitian dalam penelitian kualitatif dipilih secara langsung untuk
pengumpulan data-data penelitian.
3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Menjelaskan teknk analisis dan disertai rasionalisasinya. Teknik analisis data hatus
sesuai dengan sifat data yang diteliti. Pengumpulan data kualitatif, melalui
pengamatan, wawancara, dokumen. Analisis data kualitatif melalui pengkodean dan
pengkodingan data, interpretasi data, penulisan laporan hasil dan keabsahan data.
3.5 Lokasi dan Jadwal Penelitian
Menjelaskan lokasi dan alasan memilih lokasi penelitian, terkait tempat dan jadwal
penelitian tersebut dilaksanakan.
17
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
Menjelaskan tentang objek penelitian yang meliputi lokasi penelitian secara jelas,
struktur organisasi dan hal lain yang berhubungan dengan objek penelitian.
4.2 Deskripsi Data
Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah ddari data mentah dengan
mempergunakan teknik analisis data yang relevan, baik data kualitatif maupun
kuantitatif.
4.3 Pembahasan
Melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisis data. Pada akhir
pembahasan peneliti dapat mengemukakan berbagai keterbatasan yang mungkin
terdapat dalam pelaksanaan penelitiannya.
BAB V KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat, jelas dan mudah
dipahami. Selain itu kesimpulan penelitian juga harus sejalan dan sesuai dengan
permasalahan.
4.2 Saran-saran
Berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang diteliti baik
secara teoritis maupun praktis.
18
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Definisi Strategi
Istilah strategi berasal dari bahasa yunani strategeia (stratos : militer, dan ag :
pemimpin) yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang jenderal, dimana jenderal
tersebut dibutuhkan untuk memimpin suatu angkatan perang agar dapat memenangkan
perang. Strategi merupakan cara terbaik yang dijalankan untuk mencapai tujuan
tertentu. Selain itu pula bahwa strategi adalah suatu cara atau langkah-langkah yang
harus ditempuh oleh perusahaan dalam mencapai tujuannya dalam menentukan
persaingan dengan para kompetitornya.
Berikut adalah definisi strategi menurut beberapa tokoh, yaitu :
Menurut Chandler dalam Freddy Rangkuti (2005:3)
” Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan dalam kaitannya dengan tujuan
jangka panjang, program tindak lanjut serta prioritas alokasi sumber daya, serta
pendayagunaan dan alokasi semua sumber daya yang penting untuk mencapai
tujuan tersebut. Pemahaman yang baik mengenai konsep strategi dan konsep-
konsep lain yang berkaitan, sangat menentukan suksesnya yang disusun ”.
Menurut Andrew dalam Freddy Rangkuti (2005:4)
” Strategi adalah kekuatan motivasi untuk stakeholder, seperti manajer,
karyawan, konsumen, komunitas, pemerintah dan sebagainya, yang baik secara
langsung ataupun tidak langsung menerima keuntungan atau biaya yang
ditimbulkan oleh semua tindakan yang dilakukan oleh perusahaan ”.
19
Menurut Hamel dan Prahalad dalam Freddy Rangkuti (2005:4)
” Strategi adalah yang bersifat senantiasa meningkat dan terus menerus,
dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh
pelanggan dimasa depan. Dengan demikian perencanaan strategi hampir selalu
dimulai dari ”apa yang dapat terjadi” bukan dimulai dari ”apa yang terjadi”.
Terjadinya kecepatan inovasi pasar baru dan perubahan pola konsumen
memerlukan kompetensi inti (core competencies). Dalam hal ini perusahaan
harus mencari kompetisi di dalam bisnis yang dilakukan ”.
Menurut Dirgantoro (2001:4)
” Strategi adalah hal menetapkan arah kepada manajemen dalam arti orang
tentang sumber daya di dalam bisnis dan tentang bagaimana
mengidentifikasikan kondisi yang memberikan keuntungan terbaik untuk dapat
membantu memenangkan persaingan didalam pasar ”.
Dapat disimpulkan, bahwa dari definisi diatas tersebut memberikan penjelasan
strategi merupakan suatu rencana permanen atau cara terbaik dan langkah-langkah yang
harus ditempuh untuk sebuah kegiatan didalamnya termasuk formulasi tujuan dan
kumpulan rencana kegiatan untuk memperoleh suatu keberhasilan. Hal ini
mengindikasikan adanya upaya memperkuat daya saing pekerjaan kegiatan dam
mengelola organisasi dan mencegah pengaruh luar.
2.1.2 Definisi Manajemen Strategis
Manajemen strategis merupakan proses atau rangkaian kegiatan pengambilan
keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai penetapan cara
melaksanakannya, yang dibuat oleh pimpinan dan diimplementasikan oleh seluruh
jajaran di dalam suatu organisasi, untuk mencapai tujuan. Berikut ini adalah pengert ian
manajemen strategis menurut beberapa ahli :
20
Menurut Nawawi (2003:53)
” Perencanaan berskala besar (disebut perencanaan strategi) yang berorientasi
pada jangkauan masa depan yang jauh (disebut visi), dan ditetapkan sebagai
keputusan pimpinan tertinggi (keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipil),
agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (disebut misi), dalam
usaha menghasilkan sesuatu (perencanaan operaional untuk menghasilkan
barang dan/atau jasa serta pelayanan) yang berkualitas, dengan diarahkan pada
optimalisasi pencapaian tujuan (disebut tujuan strategis) dan berbagai sasaran
(tujuan operasional) organsasi ”.
Menurut Indrianawati (2003:3)
” Manajemen strategis didefinisikan sebagi keputusan-keputusan manajerial dan
kegiatan-kegiatan yang mengarah pada penetapan kinerja jangka panjang
organisasi, yang meliputi analisis lingkungan internal dan eksternal,
merumuskan strategi, yaitu rencana strategi jangka panjang, dan implementasi
dan evaluasi strategi ”.
Menurut Fred R.David (2004:5)
” Manajemen Strategi adalah Seni dan ilmu untuk memformulasikan,
mengimplementasikan, dan mengevaluasi lintas fungsi yang memungkinkan
organisasi dapat mencapai tujuan, pengetahuan untuk merumuskan,
mengimplementasikan dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang
membuat organisasi mampu mencapai objeknya. Oleh karena itu manajemen
strategis memungkinkan suatu organisasi untuk lebih proaktif ketimbang reaktif
dalam membentuk masa depan sendiri, hal itu memungkinkan suatu organisasi
untuk mengawali dan mempengaruhi (ketimbang hanya memberi respon
terhadap) aktifitas dan dengan demikian dapat berusaha keras mengendalikan
tujuan sendiri ”.
Menurut Hunger dan Wheelen (2003:4) manajemen strategi adalah ” Serangkaian
keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka
panjang ”.
Dengan demikian dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen strategis
merupakan usaha untuk mengembangkan kekuatan yang ada didalam suatu perusahaan
atau organisasi yang bertujuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Manajemen strategis di katakan efektif apabila memberi tahu seluruh karyawan
21
mengenai sasaran bisnis, arah bisnis, kemajuan kearah pencapaian sasaran dan
pelanggan, pesaing dan rencana produk kami. Komunikasi merupakan kunci
keberhasilan manajemen strategis.
Keputusan strategis berhubungan dengan masa yang akan datang dalam jangka
panjang untuk organisasi secara keseluruhan dan mempunyai tiga karakteristik Hunger
dan Wheelen (2003 :3) yaitu :
a. Rare adalah keputusan-keputusan strategis yang tidak biasa dan khusus, yang
tidak dapat ditiru.
b. Consequential adalah keputusan-keputusan strategis yang memasukkan
sumber daya penting dan menuntut banak komitmen.
c. Directive adalah keputusan-keputusan strategis yang menetapkan keputusan
yang dapat ditiru untuk keputusan-keputusan lain dan tindakan-tindakan di masa
ang akan datang untuk organisasi secara keseluruhan.
Dari pengertian-pengertian yang cukup luas tersebut menunjukkan bahwa
manajemen strategis merupakan suatu sistem yang sebagai satu kesatuan memiliki
berbagai komponen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi, dan bergerak
secara serentak (bersama-sama) kearah yang sama pula.
2.1.3 Faktor-Faktor yang berpengaruh dalam rancang bangun system Manajemen
Strategis (Sondang P. Siagian, 2007: 23)
”Benang Merah” yang selalu harus tampak dalam pembahasan tentang manajemen
strategik adalah bahwa manajemen puncak dalam suatu organisasi-terutama organisasi
bisnis- harus mampu merumuskan dan menentukan strategi organisasi sehingga
organisasi yang bersangkutan tidak hanya mampu mempertahankan eksistensinya, akan
tetapi tangguh melakukan penyesuaian dan perubahan yang diperlukan sehingga
22
organisasi semakin meningkat efektifitas dan produktivitasnya. Untuk memwujudkan
situasi demikian, para anggota manajemen puncak harus menguasai teknik-teknik
desain atau rancang bangun sistem manajemen strategik yang tepat dan cocok bagi
organisasi yang dipimpinnya. Faktor-faktor yang harus dikenali dan diperhitungkan
antara lain ialah :
a. Tipe dan Struktur Organisasi
Setiap organisasi memiliki ”kepribadian” yang khas. Tipe dan struktur yang dipilih
untuk digunakan harus dikaitkan dengan ”kepribadian” dimaksud. Secara tradisional,
tipe dan struktur yang paling banyak digunakan adalah tipe yang hierarkikal atau
piramidal. Tipe demikian mungkin saja cocok untuk organisasi besar, kompleks dan
kultur organisasi membenarkan berlakunya ”jarak kekuasaan” dan oleh karena itu juga
memerlukan berbagai ”lapisan” kewenangan. Tipe demikian juga cocok apabila ingin
ditonjolkan pembedaan penugasan antara mereka yang melakukan tugas pokok dan
mereka yang menyelenggarakan gerakan berbagai kegiatan penunjang.
b. Gaya Manajerial
Para teoritisi dan praktisi yang mendalami teori kepemimpinan dan gaya manajerial
dalam mengelola organisasi yang besar dan kompleks menekankan beberapa hal.
Pertama, kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang situasional seperti
otokratik, paternalistik, demokratik dan kharismatik. Teori kepemimpinan menekankan
pula bahwa tidak ada suatu tipe yang cocok dan dapat diterapkan secara konsisten pada
semua jenis organisasi dan semua situasi. Berarti gaya manajerial sebagai faktor yang
harus diperhitungkan dalam manajemen strategik memerlukan ”cara membaca situasi
23
organisasi yang tepat”. Kedua, Gaya Manajerial yang tepat ditentukan oleh tingkat
kedewasaan atau kematangan para anggota organisasi. Jika kelompok manajemen
mempunyai persepsi bahwa para bawahannya adalah orang-orang yang sudah matang
dan dewasa –dalam arti pengetahuan, keterampilan, pengalaman, mental, intelektual dan
emosional- gaya yang partisipatif-lah yang tepat untuk ditampilkan. Ketiga, Peranan apa
yang diharapkan dimainkan oleh para manajer dalam organisasi. Seperti diketahui para
manajer diharapkan dapat memainkan berbagai jenis peranan, seperti selaku simbol
keberadaan organisasi, pemrakarsa visi organisasi di masa depan, pengambil keputusan,
juru bicara organisasi, penerima dan penyebar informasi, penentu alokasi dana, sarana,
prasarana dan tenaga, ”pemadam kebakaran” dan lainnya.
c. Kompleksitas Lingkungan Eksternal
Merupakan kenyataan pula bahwa setiap organisasi meghadapi kondisi lingkungan
yang berbeda-beda. Yang jelas lingkungan eksternal suatu organisasi selalu bergerak
(sangat) dinamis. Gerakan yang (sangat) dinamis tersebut pasti berpengaruh pada cara
mengelola organisasi, termasuk dalam merumuskan dan menetapkan strategi. Contoh-
contoh kondisi dinamik tersebut dapat menampakan diri di bidang politik, ekonomi,
keamanan dan ketertiban masyarakat dan sosial budaya.
d. Kompleksitas Proses Produksi
Semua jenis organisasi niaga dapat digolongkan pada dua kategori, yaitu organisasi
yang menghasilkan barang dan yang menghasilkan jasa. Dalam menyelenggarakan
proses produksi tidak terlalu penting untuk membedakan keduanya karena sama-sama
harus memenuhi berbagai persyaratan seperti persyaratan mutu, harga, manfaat, usia
24
produk, pelayanan yang cepat dan akurat, kontinuitas suplai dan jaminan pelayanan
purna jual. Di samping berbagai persyaratan tersebut, kompleksitas proses produksi
yang turut berpengaruh dalam manajemen strategik antara lain ialah apakah organisasi
akan berproduksi berdasarkan pendekatan padat karya atau padat modal; apakah akan
menggunakan teknologi canggih atau tidak; apakah masyarakat pengguna barang dan
jasa sudah siap menggunakan produk baru atau tidak; apakah organisasi memiliki
keunggulan kompetitif atau tidak dan sebagainya. Kesemuanya itu pasti mempunyai
dampak terhadap proses penentuan strategi dan implementasinya.
e. Hakikat Permasalahan yang Dihadapi
Jika dikatakan bahwa strategi merupakan keputusan dasar yang diambil oleh
manajemen puncak, salah satu implikasi pernyataan tersebut ialah bahwa manajemen
puncak harus merupakan orang-orang yang cekatan memecahkan masalah, terlepas
apakah masalah itu rumit dan mempunyai dampak kuat untuk jangka panjang atau
relatif sederhana dan dengan dampak yang tidak kuat dan hanya bersifat jangka pendek
atau sedang. Yang jelas ialah bahwa pendekatan dan teknik yang digunakan untuk
memecahkan masalah harus berhasil mencabut akar permasalahan dan tidak sekedar
mnegobati gejala-gejalanya saja. Agar manajemen strategik benar-benar mencapai
sasarannya, berbagai pihak yang terlibat di dalamnya dengan beraneka ragam peranan
perlu memahami proses manajemen strategik yang menjadi objek pembahasan pada bab
tersebut.
25
2.1.4 Model Manajemen Strategis (Hunger dan Wheelen, 1996:9)
Proses manajemen strategis meliputi empat elemen dasar yaitu (1) pengamatan
lingkungan, (2) perumusan strategi. (3) implementasi strategi, dan (4) evaluasi dan
pengendalian. Pada level korporasi, proses manajemen strategis meliputi aktivitas-
aktivitas mulai dari pengamatan lingkungan sampai evaluasi kinerja. Manajemen
mengamati lingkungan eksternal untuk melihat kesempatan dan ancaman dan
mengamati lingkungan internal untuk melihat kekuatan dan kelemahan. Faktor-faktor
yang paling penting untuk masa depan perusahaan disebut faktor-faktor strategis dan
diringkas dengan singkatan S.W.O.T yang berarti: Strengths (kekuatan), Weakness
(kelemahan), Opportunities (kesempatan), dan Threats (Ancaman).
1. Pengamatan Lingkungan
a. Analisis Eksternal
Lingkungan eksternal terdiri dari variabel-variabel (kesempatan dan ancaman) yang
berada diluar organisasi dan tidak secara khusus ada dalam pengendalian jangka pendek
dari manajemen puncak. Variabel-variabel tersebut membentuk keadaan dalam
organisasi dimana organisasi ini hidup. Lingkungan eksternal memiliki dua bagian:
lingkungan kerja dan lingkungan sosial. Lingkungan kerja terdiri elemen-elemen atau
kelompok yang secara langsung berpengaruh atau dipengaruhi oleh operasi-operasi
terutama organisasi. Beberapa elemen tersebut adalah pemegang saham, pemerintah,
pemasok, komunitas lokal, pesaing, pelanggan, kreditur, serikat buruh, kelompok
kepentingan khusus dan asosiasi perdagangan. Lingkungan kerja perusahaan sering
disebut industri. Lingkungan sosial terdiri dari kekuatan umum- kekuatan itu tidak
26
berhubungan langsung dengan aktivitas-aktivitas jangka pendek organisasi tetapi dapat
sering mempengaruhi keputuasan-keputusan jangka panjang.
b. Analisis Internal
Lingkungan internal terdiri dari variabel-variabel (kekuatan dan kelemahan) yang
ada didalam organisasi tetapi biasanya tidak dalam pengendalian jangka pendek dari
manajemen puncak. Variabel-variabel tersebut membentuk suasana dimana pekerjaan
dilakukan. Variabel-variabel itu meliputi struktur, budaya, dan sumber daya organisasi.
Struktur adalah cara bagaimana perusahaan diorganisasikan yang berkenaan dengan
komunikasi, wewenang dan arus kerja. Struktur sering disebut rantai perintah dan
digambarkan secara grafis dengan menggunakan bagan organisasi. Budaya adalah pola
keyakinan, penghargaan, dan nilai-nilai yang dibagikan oleh anggota organisasi.
Norma-norma organisasi secara khusus memunculkan dan mendefinisikan perilaku
yang dapat diterima anggota dari manajemen puncak sampai karyawan operatif. Sumber
daya adalah aset yang merupakan bahan baku bagi produksi barang dan jasa organisasi.
Aset itu meliputi keahlian orang, kemampuan, dan bakat manajerial, seperti aset
keuangan dan fasilitas pebrik dalam wilayah fungsional. Tujuan utama dalam
manajemen strategis adalah memadukan variabel-variabel internal perusahaan untuk
mencapai keunggulan kompetitif secara terus-menerus, sehingga menghasilkan laba.
2. Perumusan Strategi
Perumusan strategi adalah pengembangan rencana jangka panjang untuk manajenen
efektif dari kesempatan dan ancaman lngkungan, dilihat dari kekuatan dan kelemahan
perusahaan. Perumusan strategi meliputi menentukan misi perusahaan, menentukan
27
tujuan-tujuan yang dapat dicapai, pengembangan strategi dan penetapan pedoman
kebijakan.
a. Misi
Misi organisasi adalah tujuan atau alasan mengapa organisasi hidup. Pernyataan
misi yang disusun dengan baik mendefinisikan tujuan mendasar dan unik yang
membedakan suatu perusahaan dengan perusahaan lain dan mengidentifikasi jangkauan
operasi perusahaan dalam produk yang ditawarkan dan pasar yang dilayani.
b. Tujuan
Tujuan adalah hasil akhir aktifitas perencanaan. Tujuan merumuskan apa yang akan
diselesaikan dan kapan akan diselesaikan, dan sebaiknya diukur jika memungkinkan.
Pencapaian tujuan perusahaan merupakan hasil dari penyelesaian misi.
c. Strategi
Strategi perusahaan merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang
bagaimana perusahaan akan mencapai misi dan tujuannya. Strategi akan
memaksimalkan keunggulan kompetitif dan meminimalkan keterbatasan bersaing.
d. Kebijakan
Aliran dari strategi, kebijakan menyediakan pedoman luas untuk pengambilan
keputusan organisasi secara keseluruhan. Kebijakan juga merupakan pedoman luas yang
menghubungkan perumusan strategi dan implementasi. Kebijakan perusahaan
merupakan pedoman luas untuk divisi guna mengikuti strategi perusahaan kebijakan-
28
kebijakan tersebut diinterpretasikan dan diimplementasi melalui strategi dan tujuan
divisi masing-masing.
3. Implementasi Strategi
Implementasi strategi adalah proses dimana manajemen mewujudkan strategi dan
kebijakannya dalam tindakan melalui pengembangan program, anggaran, dan prosedur.
Proses tersebut mungkin meliputi perubahan budaya secara menyeluruh, struktur dan
atau sistem manajemen dari organisasi secara keseluruhab. Kecuali ketika diperlukan
perubahan secara drastis pada perusahaan. Manajer level menengah dan bawah akan
mengimplementasi strateginya secara khusus dengan pertimbangan dari manajemen
puncak. Kadang-kadang dirujuk sebagai perencanaan operasional, implementasi strategi
sering melibatkan keputusan sehari-hari dalam alokasi sumber daya.
a. Program
Program adalah pernyataan aktivitas-aktivitas atau langkah-langkah yang diperlukan
untuk menyelesaikan perencanaan sekali pakai. Program melibatkan restrukturisasi
perusahaan, perubahan budaya internal perusahaan, atau awal dari suatu usaha
penelitian baru.
b. Anggaran
Anggaran adalah program yang dinyatakan dalam bentuk satuan uang, setiap
program akan dinyatakan secara rinci dalam biaya, yang dapat digunakan oleh
manajemen untuk merencakan atau mengendalikan. Anggaran tidak hanya memberikan
perencanaan rinci dari strategi baru dalam tindakan, tetapi juga menentukan laporan
29
keuangan proforma yang menunjukan pengaruh yang diharapkan dari kondisi keuangan
perusahaan.
c. Prosedur
Prosedur, kadang-kadang disebut Standart Operating Procedurs (SOP) adalah
sistem langkah-langkah atau teknik-teknik yang berurutan yang menggambarkan secara
rinci bagaimana suatu tugas atau pekerjaan diselesaikan. Prosedur secara khusus
merinci berbagai aktifitas yang harus dikerjakan untuk menyelesaikan program-program
perusahaan.
4. Evaluasi dan Pengendalian
Evaluasi dan Pengendalian adalah proses yang melaluinya aktifitas-aktifitas
perusahaan dan hasil kinerja dimonitor dan kinerja sesungguhnya dibandingkan dengan
kinerja yang diinginkan. Para manajer di semua level menggunakan informasi hasil
kinerja untuk melakukan tindakan perbaikan dan memecahkan masalah. Walaupun
evaluasi dan pengendaliam ,merupakan elemen akhir yang utama dari manajemen
strategis, elemen itu juga dapat menunjukan secara tepat kelemahan-kelemahan dalam
implementasi strategi sebelumnya dan mendorong proses keseluruhan untuk dimulai
kembali. Agar evaluasi dan pengendalian berjalan dengan efektif, manajer harus
mendapatkan umpan balik yang jelas, tepat dan tidak bias dari orang-orang bawahannya
yang ada dalam hierarki perusahaan.
30
2.1.5 Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah merupakan bagian dari manajemen strategi, dengan
menganalisis faktor eksternal maupun internalnya. Dalam membuat perencanaan
dengan SDM ataupun SDA yang melimpah, dapat dikaji melalui berbagai cara analisis
antara lain, menggunakan analisis SWOT, yaitu Strength (S), Weakness (W),
Oportunities (O), Threat (T). SWOT merupakan alat analisis umum mengenai strategi
perencanaan, dimana dalam analisis SWOT dibagi kedalam dua perbedan unsur yakni
konsentrasi analisis internal atau dalam kelembagaan dan analisis eksternal diluar
lembaga. Tujuan analisis sendiri adalah mengkaji dan menambah kekuatan (S),
mengurangi kelemahan (W), memeperluas peluang (O), dan mengeliminasi ancaman
dari luar (T).
Perumusan strategi analisis SWOT sendiri sebagai berikut:
a. Analisis kombinasi S dan W, untuk mengkaji dan mengevaluasi kelemahan
internal kelembagaan.
b. Analisis kombinasi T dan O, untuk menangkal ancaman dari luar lembaga.
c. Analisis kombinasi O dan S, mengkaji kebutuhan pelanggan dan kompetitor.
d. Analisis kombinasi T dan W, untuk perencanaan jangka pendek.
e. Analissi kombinasi W dan O, untuk analisis strategy kelemahan dan
kesempatan.
f. Analisis kombinasi S dan T, untuk analisis strategy kekuatan dan menangkal
ancaman.
Analisis SWOT menurut Rangkuti (2005:19) adalah :
“ suatu cara menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal menjadi langkah-
langkah strategi dalam pengoptimalan usaha yang lebih menguntungkan. Dalam
analisis faktor-faktor internal dan eksternal akan ditentukan aspek-aspek yang
menjadi kekuatan (Strengths), kelemahan (Weakness), kesempatan
(Opportunities), dan yang menjadi ancaman (Treaths) sebuah organisasi.
Dengan begitu akan dapat ditentukan berbagai kemungkinan alternatif strategi
yang dapat dijalankan “.
31
Menurut Faizhm (2008:12) menyebutkan :
“ Teori Analisis SWOT adalah sebuah teori yang digunakan untuk
merencanakan sesuatu hal yang dilakukan dengan SWOT. SWOT adalah sebuah
singkatan dari, S adalah Strength atau Kekuatan, W adalah Weakness atau
Kelemahan, O adalah Opportunity atau Kesempatan, dan T adalah Threat atau
Ancaman. SWOT ini biasa digunakan untuk menganalisis suatu kondisi dimana
akan dibuat sebuah rencana untuk melakukan sesuatu, sebagai contoh, program
kerja ”.
Analisis SWOT menurut Iwan (2008:26) terdiri dari empat faktor, yaitu:
1. Strengths (kekuatan)
Adalah sumber daya, keterampilan, atau keunggulan-keunggulan lain relatif
terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani atau ingin dilayani oleh organisasi.
Kekuatan adalah kompetensi khusus yang memberikan keunggulan komparatif bagi
perusahaan di pasar. Kekuatan dapat terkandung dalam sumber daya keuangan, citra,
kepemimpinan pasar, hubungan pembeli-pemasok, dan faktor-faktor lain. Kekuatan
yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau
konsep bisnis itu sendiri.
2. Weakness (kelemahan)
Adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya, keterampilan, dan
kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja efektif perusahaan. Fasilitas, sumber
daya keuangan, kapabilitas manajemen, keterampilan pemasaran, dan citra merek dapat
merupakan sumber kelemahan. Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang
terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
3. Opportunities (peluang)
Adalah situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan organisasi.
Kecenderungan-kecenderungan penting merupakan salah satu sumber peluang.
Identifikasi segmen pasar yang tadinya terabaikan, perubahan pada situasi persaingan
atau peraturan, perubahan teknologi serta membaiknya hubungan dengan pembeli atau
pemasok dapat memberikan peluang bagi organisasi. Kondisi peluang berkembang di
masa datang yang terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi,
proyek atau konsep bisnis itu sendiri. misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah,
kondisi lingkungan sekitar.
32
4. Threats (ancaman)
Adalah situasi penting yang tidak menguntungkan dalam lingkungan organisasi.
Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi sekarang atau yang diinginkan
perusahaan. Masuknya pesaing baru, lambatnya pertumbuhan pasar, meningkatnya
kekuatan tawar-menawar pembeli atau pemasok penting, perubahan teknologi, serta
peraturan baru atau yang direvisi dapat menjadi ancaman bagi keberhasilan organisasi.
Ancaman ini dapat mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
Setelah dibuat pemetaan analisis SWOT maka dibuatlah tabel matriks dan
ditentukan sebagai tabel informasi SWOT. Kemudian dilakukan pembandingan antara
faktor internal yang meliputi Strength dan Weakness dengan faktor luar Opportunities
dan Threats. Setelah itu melakukan strategi alternatif untuk dilaksanakan. Strategi yang
dipilih merupakan strategi yang paling menguntungkan dengan resiko dan ancaman
yang paling kecil. Selain pemilihan alternatif analisis SWOT juga bisa digunakan untuk
melakukan perbaikan dan improvisasi. Dengan mengetahui kelebihan (Strength dan
Opportunities) dan kelemahan kita (Weakness dan Threats), maka kita melakukan
strategi untuk melakukan perbaikan diri. Mungkin salah satu strateginya dengan
meningkatkan Strength dan Opportunities atau melakukan strategi yang lain yaitu
mengurangi Weakness dan Threats. Analisis ini didasarkan pada logika bahwa strategi
yang dipilih adalah strategi yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang
(opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness)
dan ancaman (threats). Analisis SWOT paling umum digunakan sebagai kerangka logis
yang mengarahkan pembahasan dan refleksi mengenai situasi dan alternatif dasar suatu
perusahaan. Analisis ini sering kali dilakukan sebagai rangkaian dari diskusi kelompok
manajerial. Apa yang dipandang oleh seorang manajer sebagai peluang, mungkin
dianggap sebagai ancaman oleh yang lain. Demikian pula halnya kekuatan bagi seorang
33
manajer mungkin merupakan kelemahan bagi yang lain. Kerangka SWOT menyediakan
dasar yang terorganisasi untuk diskusi awal.
Gambar 2.1.5.a Matriks SWOT
Strength
1.
2.
Weaknesses
1.
2.
Oportunity
1.
2.
Strategi SO
1.
2.
Strategi WO
1.
2.
Threats
1.
2.
Strategi ST
1.
2.
Strategi WT
1.
2.
Sumber: David (2004:186)
Keterangan :
1. Strategi SO
Yaitu strategi dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan
memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
2. Strategi ST
Yaitu strategi dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman.
3. Strategi WO
Yaitu strategi yang memanfaatkan peluang yang ada dengan cara meminimalkan
kelemahan yang ada.
34
4. Strategi WT
Yaitu strategi yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada
serta menghindari ancaman.
Setelah melakukan tahap pengumpulan data, kemudian hasilnya dapat dipetakan
dalam diagaram silang Analisis SWOT dan dilakukan analisis berdasarkan Diagram
Matriks SWOT seperti pada gambar.
Gambar 2.1.5.b Diagram Silang Analisis SWOT
2. Mendukung strategi turn around 1. Mendukung strategi agresif
3. Mendukung strategi defensif 4. Mendukung strategi diversifikasi
(Sumber Rangkuti, 2005:47)
Keterangan :
Kuadran 1 : Mendukung Strategi SO
Merupakan situasi yang sangat menguntungkan karena organisasi
memiliki berbagai peluang dan kekuatan internal sehingga dapat
memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang dapat diterapkan
adalah dengan mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif
(Growth Oriented Strategy).
Berbagai Peluang
Kelemahan Internal Kekuatan Internal
Berbagai Ancaman
35
Kuadran 2 : Mendukung Strategi WO
Organisasi menghadapi peluang yang besar, dilain pihak
menghadapi beberapa kendala atau kelemahan internal. Contoh
strategi pada strategi turn around dengan integrasi horizontal
melalui pembelian fasilitas pesaing, aliansi untuk memperkecil
kelemahan-kelemahan internal organisasi dengan memanfaatkan
peluang-peluang eksternal.
Kuadran 3 : Mendukung Strategi WT
Organisasi menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi
di lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan
internal. Organisasi harus melakukan strategi bertahan (defensive)
agar organisasi tetap eksis, dengan melakukan berbagai
pembenahan internal guna menghadapi ancaman yang akan
dating. Fokus strateginya adalah dengan meminimalkan masalah-
masalah internal perusahaan, sehingga dapat merubah peluang
pasar yang lebih baik.
Kuadran 4 : Mendukung Strategi ST
Organisasi masih memiliki berbagai kekuatan internal, meskipun
disisi lain menghadapi berbagai ancaman. Strategi yang harus
dikembangkan adalah menggunakan kekuatan internal untuk
memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara diversifikasi
produk/jasa.
2.1.6 Langkah-langkah Analisis Data dalam Analisis SWOT
Langkah penelitian ini akan menerangkan bagaimana analisis dilakukan, mulai dari
data mentah yang ada sampai pada hasil penelitian yang dicapai. Dalam penelitian ini,
langkah-langkah analisis data dilakukan sebagai berikut:
36
a. Melakukan pengklasifikasian data, faktor apa saja yang menjadi kekuatan dan
kelemahan sebagai faktor internal organisasi, peluang dan ancaman sebagai
faktor eksternal organisasi. Pengklasifikasian ini akan menghasilkan tabel
informasi SWOT.
b. Melakukan analisis SWOT yaitu membandingkan antara faktor eksternal
Peluang (Opportunities) dan Ancaman (Threats) dengan faktor internal
organisasi Kekuatan (Strength) dan Kelemahan (Weakness).
c. Dari hasil analisis kemudian diinterpretasikan dan dikembangkan menjadi
keputusan pemilihan strategi yang memungkinkan untuk dilaksanakan. Strategi
yang dipilih biasanya hasil yang paling memungkinkan (paling positif) dengan
resiko dan ancaman yang paling kecil.
2.1.7 Model Pengelolaan dan Pengembangan Wilayah Gugus Pulau
2.1.7.1 Konsep Pengembangan Wilayah Gugus Pulau
Menurut Adisasmita (2006:97) dalam sistem wilayah (regional) terdapat tiga
komponen, yaitu : 1). sumberdaya penduduk, 2). kegiatan ekonomi dan pemabangunan,
dan 3). system transportasi. Saling ketergantungan antar kegiatan ekonomi dan
pembangunan ditinjau dari aspek produksi dan konsumsi memainkan peranan yang
fundamental dalam upaya menata struktur wilayah. Dalam konteks pembangunan
wilayah, transportasi merupakan sektor yang memiliki fungsi dan peranan yang
menentukan sebagai fasilitas penunjang dan pengembangan terhadap pembangunan di
daerah-daerah (pulau-pulau).
Menurut Adisasmita (2006:97) Interkoneksi spasial antar pulau-pulau dapat
diklasifikasikan dalam beberapa kategori sebagai berikut:
1. Secara teknis – ekonomis, yakni menyangkut arus barang yang merupakan
gejala ekonomi yang paling menonjol dalam kehidupan masyarakat. Arus barang
memerlukan jasa perdagangan dan jasa pengangkutan (transportasi).
2. Secara temporal yang diperlihatkan oleh dampak perkembangan pembangunan
pada saat sekarang dan beberapa tahun mendatang, yaitu dalam peningkatan
37
pada berbagai kegiatan sektoral yang menciptakan tingkat kesejahteraan
masyarakat pulau-pulau yang tinggi.
Pengembangan wilayah sendiri diartikan oleh Adisasmita (2006:98) sebagai upaya
pembangunan pada suatu wilayah atau beberapa daerah untuk mencapai kesejahteraan
masyarakat dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya seperti alam, manusia,
kelembagaan, teknologi dan prasarana secara efektif, optimal dan berkelanjutan dengan
cara menggerakan berbagai kegiatan produktif (sektor primer, sekunder dan tersier),
penyediaan fasilitas pelayanan (ekonomi dan sosial), penyediaan prasarana dan sarana
serta perbandingan lingkungan. Pengembangan wilayah dilakukan dengan
menggunakan pendekatan kawasan dimana pada masing-masing kawasan
diidentifikasikan sebagai sektor unggulan yang potensial untuk dikembangkan.
Pengembangan wilayah pada berbagai pemanfaatan dan penggalian berbagai potensi
sumberdaya unggulan kawasan yang dimiliki dan pemberdayaan masyarakat lokal.
2.1.7.2 Strategi Pengembangan Wilayah Gugus Kepulauan
Dalam kaitannya dengan strategi pengembangan wilayah gugus kepulauan
Adisasmita (2006:101) mengungkapkan dua hal yang perlu mendapat perhatian yaitu:
1. Strategi pengembangan pada tingkat pulau didasarkan pada tingkat kemampuan
masyarakatnya meliputi potensi sumberdaya alam di darat, sumberdaya manusia,
kelembagaan, teknologi dan potensi sumberdaya kelautannya.
2. Strategi pengembangan yang memperkaitkan antara pulau-pulau yaitu upaya
untuk lebih meningkatkan nilai produksi dan nilai tambahnya yang dikaitkan
dengan pengembangan pasar, pengelolaan produksi dan penyediaan fasilitas
transportasi (aksesibilitas).
Strategi pengembangan memperkaitkan kawasan pantai dan laut pulau-pulau kecil
tersebut ke dalam system yang lebih luas baik secara regional atau secara nasional
(Indonesia). Pulau-pulau kecil beserta perairan lautnya merupakan bagian integral yang
38
memiliki spesialisasi atau fungsi khusus. Dalam pengembangan wilayah dapat
merupakan suatu kawasan misalnya Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu
(KAPET), Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional atau kawasan pengembangan
lainnya. Kawasan gugus pulau-pulau tersebut difungsikan sebagai sentra pengembangan
kegiatan produksi hasil kelautan dan sebagai lokasi pengolahan sumberdaya kelautan
lainnya.
2.1.8 Definisi Pariwisata
Istilah Pariwisata terlahir dari bahasa Sansekerta yang komponen-komponennya
terdiri dari Pari artinya penuh, lengkap, berkeliling. Wis (man) yang artinya rumah,
kampong, property dan komunitas. Ata artinya pergi terus menerus, mengembara. Yang
apabila dirangkai menjadi satu kata Pariwisata yang memiliki arti pergi secara lengkap
meninggalkan rumah (kampong) berkeliling terus menerus. Dalam operasionalnya
istilah pariwisata menurut Robert C. Lonati dalam Pendit (2002:3) sebagai pengganti
istilah asing tourism atau travel diberi makna pemerintah Indonesia: “mereka yang
meninggalkan rumah untuk mengadakan perjalanan tanpa mencari nafkah ditempat-
tempat yang dikunjungi sambil menikmati kunjungan mereka”.
Menurut Robert C. Lonati dalam Nyoman S. Pendit (2002:32)
“ Pariwisata adalah salah satu jenis industry baru yang mampu mempercepat
pertumbuhan ekonomi dan persediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan,
standar hiidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya
sebagain sector yang kompleks, ia juga merealisasi industri-industri klasik
seperti industry kerajinan tangan dan cenderamata. Penginapan dan transportasi
secara ekonomis juga dipandang sebagai industry ”.
Kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan langsung terhadap kemajuan-
kemajuan pembangunan atau perbaikan pelabuhan-pelabuhan (laut atau udara), jalan-
39
jalan raya, pengangkutan setempat, program-program kebersihan atau kesehatan,
kelestarian lingkungan dan sebagainya yang kesemuanya dapat memberikan keuntungan
dan kesenangan baik bagi masyarakat dalam lingkungan daerah wilayah yang
bersangkutan maupun wisatawan dari luar. Institute of tourism in Britain merumuskan
”pariwisata adalah kepergian orang-orang sementara dalam jangka waktu pendek ke
tempat-tempat tujuan diluar tempat tinggal dan pekerjaan sehari-harinya serta kegiatan-
kegiatan mereka selama berada ditempat-tempat tujuan tersebut, ini mencakup
kepergian untuk berbagai maksud termasuk kunjungan seharian atau darmawisata”
E Guyer-Fruer dalam Nyoman S. Pendit (2002:34) di dalam bukunya yang berjudul
Hanbuch dan Schweizerishen volkswirtschaft merumuskan pariwisata sebagai berikut :
” Pariwisata dalam arti modern adalah merupakan gejala zaman sekarang yang
didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang
sadar dan menumbuh terhadap keindahan alam, kesenangan dan kenikmatan
alam semesta, dan pada khususnya disebabkan olah bertambahnya pergaulan
berbagai bangsa dan kelas dalam masyarakat sebagai hasil perkembangan
perniagaan, industri, perdagangan serta penyempurnaan alat-alat pengangkutan
”.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan
yang dilakukan sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat menuju
tempat lain untuk menikmati keindahan alam dalam perjalanan tersebut guna rekreasi
ataupun berdarmawisata untuk kesenangan pribadi.
2.1.9 Pengembangan Pariwisata
Strategi pengembangan pariwisata menurut Rangkuti (2002: 3) sebagaimana
mengutip Chandler, strategi merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan dalam
kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut serta prioritas
40
sumberdaya. Selanjutnya menurut Suwantoro (1997:56) ada beberapa langkah pokok
dalam melakukan strategi pengembangan pariwisata yaitu;
1. Dalam jangka pendek dititik beratkan pada optimal.
2. Dalam jangka menengah dititik beratkan pada konsolidasi.
3. Dalam jangka panjang dititik beratkan pada pengembangan dan penyebaran.
Menurut Marpaung (2007:19):
” Perkembangan kepariwisataan bertujuan memberikan keuntungan baik bagi
wisatawan maupun warga setempat. Pariwisata dapat memberikan kehidupan
yang standar kepada warga setempat melalui keuntungan ekonomi yang didapat
dari tujuan wisata. Dalam perkembangan infrastruktur dan fasilitas rekreasi,
keduanya menguntungkan wisatawan dan warga setempat, sebaliknya
kepariwisataan dikembangkan melalui penyediaan tempat tujuan wisata ”.
Hal tersebut dilakukan melalui pemeliharaan kebudayaan, sejarah dan taraf
perkembangan ekonomi dan suatu tempat tujuan wisata yang masuk dalam pendapatan
untuk wisatawan akibatnya akan menjadi pengalaman yang unik dari tempat wisata.
Pada waktu yang sama, ada nilai-nilai yang membawa serta dalam perkembangan
kepariwisataan. Sesuai dengan panduan, maka perkembangan pariwisata dapat
memperbesar keuntungan sambil memperkecil masalah-masalah yang ada.
2.1.10 Perencanaan dan Pengelolaan Pariwisata
Pengelolaan Pariwisata harus didasarkan pada perencanaan yang matang.
Perencanaan berarti memperhitungkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dimasa yang
akan datang. Perencanaan dan pengelolaan pariwisata berarti untuk memenuhi
kesejahteraan masyarakat dimasa akan datang. Oleh karena itu, kecenderungan
pertumbuhan penduduk, persediaan lahan cadangan, pertumbuhan fasilitas dan
kemajuan teknologi dengan penerapannya harus dimasukkan dalam perencanaan
tersebut. Selain itu kualitas sumber daya pengelola pariwisata juga sangat berpengaruh
41
terhadap kemajuan industri pariwisata tersebut, sebab dalam mengelola pariwisata
memerlukan keahlian dan pengalaman seperti dikemukakan oleh Salim (1981:223)
bahwa ” berapapun banyak modal yang dimiliki, pembangunan tidak akan terlaksana
kecuali disertai dengan sumberdaya managerial yang mampu mengelola modal itu untuk
pembangunan ”.
Soewarno (2002:378) mengemukakan bahwa ” pengelolaan adalah mengendalikan
atau menyelenggarakan berbagai sumber daya secara berhasil guna untuk mencapai
sasaran ”.
Objek dan daya tarik wisata umumnya terdiri atas hayati dan non hayati, dimana
masing-masing memerlukan pengelolaan sesuai dengan kualitas dan kuantitasnya
pengelolaan objek dan daya tarik wisata harus memperhitungkan berbagai sumber daya
wisatanya secara berdaya guna agar tercapainya sasaran yang diinginkan. Tujuan
perencanaan dan pengelolaan pariwisata yang lebih lanjut demi meningkatkan
kemakmuran secara serasi dan seimbang bisa tercapai seoptimal mungkin apabila
pemerintah ikut berperan. Peranan pemerintah dalam perencanaan dan pengelolaan
pariwisata sangat menentukan berkembang tidaknya suatu objek wisata.
Berkembangnya suatu kawasan wisata tidak terlepas dari usaha-usaha yang dilakukan
melalui kerjasama para stakeholder kepariwisataan, masyarakat dan pemerintah.
Munasef (1995:1) menyatakan bahwa ” pengembangan pariwisata merupakan segala
kegiatan dan usaha yang terkoordinasi untuk menarik wisatawan, menyediakan semua
sarana dan prasarana, barang dan jasa, fasilitas yang diperlukan guna memenuhi dan
melayani kebutuhan wisatawan ”.
42
Marpaung (2007:79) menyatakan bahwa ” hal yang perlu diperhatikan dalam
pengelolaan daya tarik wisata yang potensial harus dilakukan penelitian, inventarisasi
dan evaluasi sebelum fasilitas wisata dikembangkan. Hal ini penting agar
perkembangan daya tarik wisata yang ada dapat sesuai dengan keinginan pasar potensial
dan untuk menentukan pengelolaan yang tepat dan sesuai ”. Adapun Yoeti (1990:285)
menyatakan bahwa ” ada tiga faktor yang dapat menentukan berhasilnya pengelolaan
pariwisata sebagai industri , ketiga faktor tersebut diantaranya : tersedianya objek
atraksi wisata, adanya fasilitas aksessibiltas dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat.
Sedangkan Amenitas yaitu tersedianya fasilitas-fasilitas seperti tempat penginapan,
restoran, hiburan, transportasi lokal yang memungkinkan wisatawan bepergian
ditempat-tempat tersebut serta alat komunikasi. Objek wisata merupakan akhir
perjalanan wisata yang harus memenuhi syarat aksesbilita, yaitu objek wisata harus
mudah dicapai”.
Dalam pengembangan kepariwisataan perlu diperhatikan kualitas lingkungan agar
pengelolaan pariwisata tidak merusak lingkungan sebagaiman yang dikemukan oleh
Soemarwoto (2001:309) ” Pariwisata adalah industri yang kelangsungan hidupnya
sangat ditentukan oleh baik buruknya lingkungan. Tanpa lingkungan yang baik tak
mungkin pariwisata berkembang, karena itu pengelolaan pariwisata haruslah
memperhatikan terjaganya mutu lingkungan, sebab dalam industri pariwisata
lingkungan itulah yang dijual ”. Dalam menunjang pengelolaan berbagai kegiatan
kepariwisataan, teknologi manajemen perlu diterapkan agar sumber daya wisata yang
murni alami dapat direkayasa secara berhasil guna, sehingga dapat meningkatkan
kualitas dan kuantitasnya termasuk lingkungan alamnya.
43
2.2 Kerangka Berfikir
Penelitian tentang Alternatif Strategi Pengelolaan Pariwisata Pulau Untung Jawa
melalui Pendekatan Analisis SWOT ini menggunakan teknik Analisis SWOT menurut
Rangkuti (2005:19). Adapun Teknik Analisis SWOT adalah suatu cara menganalisis
faktor-faktor internal dan eksternal menjadi langkah-langkah strategi dalam
pengoptimalan usaha yang lebih menguntungkan. Dalam analisis faktor-faktor internal
dan eksternal akan ditentukan aspek-aspek yang menjadi kekuatan (Strengths),
kelemahan (Weakness), kesempatan (Opportunities), dan yang menjadi ancaman
(Treaths) dengan begitu akan dapat ditentukan berbagai kemungkinan alternatif strategi
yang dapat dijalankan untuk mengelola objek wisata Pulau Untung Jawa. Untuk dapat
merumuskan strategi, maka dalam menyusun pendekatan Analisis SWOT langkah-
langkah yang dilakukan adalah:
1. Melakukan pengklasifikasian data, faktor apa saja yang menjadi kekuatan dan
kelemahan sebagai faktor internal, serta peluang dan ancaman sebagai faktor
eksternal pariwisata Pulau Untung Jawa. Pengklasifikasian ini akan
menghasilkan tabel informasi SWOT.
2. Melakukan analisis SWOT yaitu membandingkan antara faktor eksternal
Peluang (Opportunities) dan Ancaman (Threats) dengan faktor internal
Kekuatan (Strength) dan Kelemahan (Weakness) yang dimiliki Pariwisata Pulau
Untung Jawa.
3. Dari hasil analisis kemudian diinterpretasikan dan dikembangkan menjadi
keputusan pemilihan strategi pengelolaan pariwisata yang memungkinkan untuk
dilaksanakan. Strategi yang dipilih biasanya hasil yang paling memungkinkan
(paling positif) dengan resiko dan ancaman yang paling kecil.
Sehingga untuk lebih jelasnya, kerangka berfikir peneliti dalam penelitian ini dapat
dilihat pada gambar 2.2
44
Gambar 2.2
Kerangka Berfikir
Pariwisata Pulau Untung Jawa
Teknik Analisis SWOT
1. Strengths 2. Weakness 3. Opportunities 4. Treaths
Freddy Rangkuti (2005:19)
Alternatif Strategi Pengelolaan Pariwisata Pulau
Untung Jawa
Masalah dalam pengelolaan pariwisata Pulau Untung Jawa
1. Belum optimalnya pengelolaan pariwisata karena masyarakat maritim setempat menghadapi keterbatasan pengetahuan, sarana produksi, modal investasi dan modal usaha, serta keterbatasan dalam akses pasar.
2. Kebersihan dan masalah sampah di sekitar pantai Pulau Untung Jawa yang kurang terjaga.
3. Belum adanya strategi pengeloaan pariwisata di kawasan objek wisata Pulau Untung Jawa.
4. Kurangnya koordinasi dan dukungan finansial berupa dana pemeliharaan antara pihak pemerintah dalam hal ini Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu dengan pengelola pariwisata Pulau Untung Jawa.
Pengelolaan Pariwisata
yang unggul
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian oleh Mikkelsen (1999:313) didefinisikan sebagai alat untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan tertentu dan untuk menyelesaikan masalah ilmu atau
praktis. Sedangkan menurut Sugiyono (2008:2) metode penelitian pada dasarnya
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Dalam penelitian mengenai Strategi Pengelolaan Pariwisata Pulau Untung Jawa Melalui
Pendekatan Analisis SWOT, metode yang digunakan yaitu metode kualitatif dengan
pendekatan eksploratif. Pendekatan Eksploratif berupaya menemukan informasi umum
mengenai sesuatu topik/masalah yang belum dipahami sepenuhnya oleh peneliti.
Penelitian eksploratif merupakan jenis penelitian yang berusaha mencari ide-ide atau
hubungan-hubungan yang baru. Bogdan dan Taylor (1973) mendeskripsikan metodologi
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Menurut mereka,
pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara holistic (utuh).
3.2 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian tentang Strategi Pengelolaan Pariwisata Pulau Untung Jawa
Melalui Pendekatan Analisis SWOT, yang menjadi instrumen utama dalam penelitian
adalah peneliti sendiri. Menurut Irawan (2006:17) dalam sebuah penelitian kualitatif
yang menjadi instrumen terpenting adalah peneliti sendiri. Sedangkan menurut Moleong
46
(2005:19) pencari tahu alamiah (peneliti) dalam pengumpulan data lebih banyak
bergantung pada dirinya sebagai alat pengumpul data. Lain halnya dengan pendapat
Bogdan & Taylor, menurutnya ”sebagai peneliti kualitatif, tugas anda adalah menembus
pengertian akal sehat (commonsense understanding) tentang kebenaran dan kenyataan.
Apa yang kelihatannya keliru atau tidak konsisten menurut perspektif dan logika anda,
mungkin menurut subyek anda tidak demikian. Dan, kendati anda tidak harus
sependapat dengan pandangan subyek terhadap dunia ini, anda harus dapat mengetahui,
menerima dan menyajikan pandangan mereka itu sebagaimana mestinya”.
3.3 Informan Penelitian
Dalam penelitian kualitatif tidak ada populasi dan sampel yang ada adalah informan
penelitian sehingga didalam penelitian kualitatif tidak dapat dilakukan penarikan sampel
karena sifatnya yang tidak dapat digenaralisir. Informan penelitian yaitu responden
peneliti yang berfungsi memberikan informasi sebanyak-banyaknya yang bermanfaat
untuk bahan analisis penelitian mengenai strategi pengelolaan pariwisata. Dalam
penelitian mengenai Alternatif Strategi Pengelolaan Pariwisata Pulau Untung Jawa
melalui Pendekatan Analisis SWOT, penentuan informannya menggunakan teknik
Purposive, yaitu merupakan metode penetapan informan dengan berdasarkan pada
pertimbangan tertentu. Adapun yang menjadi Informan dalam penelitian ini yaitu Lurah
Pulau Untung Jawa selaku Pejabat berwenang di Kelurahan Pulau Untung Jawa,
pengelola pariwisata Pulau Untung Jawa, Kepala Suku Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu selaku Instansi terkait yang
menangani urusan pariwisata Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, dan
pengunjung (wisatawan).
47
1. Wakil Lurah Pulau Untung Jawa selaku pejabat berwenang di Pulau untung
Jawa = 1 orang.
2. Sekertaris Lurah Pulau Untung Jawa = 1 orang
3. Anggota LPM Kelurahan Pulau Untung Jawa urusan pengelolaan pariwisata = 2
orang.
4. Kasie bagian Kepariwisataan Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu = 1 orang.
5. Pengunjung sebanyak = 5 orang.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data
sekunder. Sebagai data primer dalam penelitian ini berupa kata-kata dan tindakan orang-
orang yang diamati dari hasil wawancara dan observasi berperan serta. Sedangkan data-
data sekunder yang didapatkan berupa dokumen tertulis, gambar dan foto-foto. Adapun
alat-alat tambahan yang digunakan dalam pengumpulan datanya terdiri dari; panduan
wawancara, alat perekam (tape recorder), buku catatan dan kamera digital. Teknik
pengumpulan data yang digunakan merupakan kombinasi dari beberapa teknik, yaitu
a. Wawancara.
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan
oleh dua pihak, yaitu pewancara (interviewer) dan yang diwawancarai (interviewee).
Wawancara dalam penelitian kualitatif bersifat mendalam (indept interview) dan
wawancara tak terstruktur. Adapun kisi-kisi wawancara tak terstruktur pada penelitian
ini disusun berupa poin-poin pokok yang akan ditanyakan pada informan dan
dikembangkan pada saat wawancara berlangsung. Hal ini dimaksudkan agar proses
48
wawancara berlangsung secara alami dan mendalam seperti yang diharapkan dalam
penelitian kualitatif. Poin-poin pokok tersebut terdiri dari:
1) System pengelolaan pariwisata Pulau Untung Jawa.
2) Faktor-faktor Internal seperti Kekuatan dan Kelemahan objek wisata Pulau
Untung Jawa.
3) Faktor-faktor Eksternal seperti Peluang dan Ancaman objek wisata Pulau
Untung Jawa.
4) Pengembangan pariwisata kawasan objek wisata Pulau Untung Jawa.
5) Hambatan-hambatan dalam pengelolaan objek wisata Pulau Untung Jawa.
6) Faktor pendukung dalam pengelolaan objek wisata Pulau Untung Jawa.
7) Perilaku masyarakat dalam kegiatan pariwisata di Pulau Untung Jawa.
b. Observasi
Observasi atau yang lebih umum dikenal dengan pengamatan menurut Moleong
(2005:126) adalah kegiatan untuk mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif,
kepercayaan, perhatian, perilaku tidak sadar, kebiasaan dan sebagainya. Dalam
penelitian ini, teknik observasi/pengamatan yang digunakan adalah observasi
berperanserta.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan salah satu sumber data sekunder yang diperlukan dalam
sebuah penelitian. Menurut Guba dan Lincoln dokumen adalah setiap bahan tertulis
ataupun film, gambar dan foto-foto yang dipersiapkan karena adanya permintaan
seorang penyidik.
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini berupa :
49
1. Buku catatan untuk mencatat percakapan dengan sumber data.
2. Tape recorder untuk merekam semua kegiatan penelitian untuk mendapatkan
informasi yang diberikan informan.
3. Camera untuk mendapatkan gambar kegiatan yang berkaitan dengan penelitian.
Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan keabsahan penelitian.
Tabel 3.4
Kisi-Kisi Pedoman Wawancara
50
Dimensi Sub Dimensi Pernyataan No. Item
Pernyataan
Analisis
SWOT
1. Strenght
2. Weakness
3. Opportunities
4. Threats
- Potensi wisata yang
dimiliki
- Kondisi lingkungan
pariwisata dan Daya
tarik pengunjung
- Kendala yang dihadapi
dalam pengelolaan
objek wisata
- Kemampuan Sumber
Daya Manusia dalam
pengelolaan objek
wisata
- Anggaran yang dimiliki
dalam pengelolaan
objek wisata
- Pengembangan
pengelolaan pariwisata
- Investasi Asing
- Faktor pendukung
pengembangan
pariwisata
- Faktor penghambat
- Pesaing objek wisata
A 1,2
B 1,2,3
C 1,2,3
D 1,2
3.5 Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan dan Biklen dikutip dari Prasetya Irawan (2006:70)
“ Analisis data adalah proses mencari dan mengatur secara sistematis transkip
interview, catatan dilapangan, dan bahan-bahan lain yang telah didapatkan, yang
51
kesemuanya itu dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman peneliti
(terhadap suatu fenomena) dan membantu peneliti untuk mempresentasikan
penemuannya kepada orang lain ”.
Dipihak lain, analisis data kualitatif menurut Serddel (dalam Moleong, 2007:248)
prosesnya berjalan sebagai berikut:
1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar
sumber datanya tetap dapat ditelusuri.
2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensistesikan, membuat
ikhtisar dan membuat indeksnya.
3. Berfikir dengan jelas agar kategori data itu mempunyai makna mencari dan
menemukan pola dan hubungan-hubungan dan membuat temuan-temuan umum.
Dalam penelitian ini, proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data
yang telah didapatkan melalui wawancara (interview), observasi, dan dokumentasi yang
kemudian hasil penelahaan disusun kedalam suatu satuan yang kemudian
dikategorisasikan. Pada tahap akhir peneliti melakukan penganalisisan data dan
mengadakan pemerikasaan keabsahan atau kevalidan data. Analisis data dilakukan
secara terus menerus sampai data tersebut menjadi jenuh. Dalam prosesnya penelitian
ini menggunakan model interaktif yang telah dikembangkan oleh Miles dan Huberman
(1992:16), yaitu selama proses pengumpulan data dilakukan tiga kegiatan penting,
diantaranya; reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) dan verifikasi
(verification). Apabila digambarkan proses tersebut akan nampak seperti gambar 3.5
Gambar 3.5
Teknik Analisis Data
Model Interaksi Penelitian Kualitatif
52
Sumber: Miles dan Huberman (1992:16)
Dari gambar 3.5 dapat dilihat bahwa pada prosesnya peneliti akan melakukan
kegiatan berulang-ulang secara terus-menerus. Ketiga hal utama itu tersebut merupakan
sesuatu yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data.
Ketiga kegiatan di atas dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Selama proses pengumpulan data dari berbagai sumber, tentunya akan sangat
banyak data yang didapatkan oleh peneliti. Semakin lama peneliti berada di lapangan,
maka data yang didapatkan akan semakin kompleks dan rumit, sehingga apabila tidak
segera diolah akan dapat menyulitkan peneliti, oleh karena itu proses analisis data pada
tahap ini juga harus dilakukan. Untuk memperjelas data yang didapatkan dan
mempermudah peneliti dalam pengumpulan data selanjutnya, maka dilakukan reduksi
data. Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-
catatan yang muncul di lapangan. Reduksi data berlangsung selama proses
pengumpulan data masih berlangsung. Pada tahap ini juga akan berlangsung kegiatan
pengkodean, meringkas dan membuat partisi (bagian-bagian). Proses transformasi ini
berlanjut terus sampai laporan akhir penelitian tersusun lengkap.
Data
Collecting
Data Display
Data
Reduction
Verification
53
b. Penyajian Data ( Data Dispay)
Langkah penting selanjutnya dalam kegiatan analisis data kualitatif adalah penyajian
data. Secara sederhana penyajian data dapat diartikan sebagai sekumpulan informasi
tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Dalam sebuah penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
Namun pada peneltian ini, penyajian data yang peneliti lakukan dalam penelitian ini
adalah bentuk teks narasi, selain itu penyajian data dalam bentuk bagan dan jejaring
juga dilakukan pada penelitian ini. Penyajian data bertujuan agar peneliti dapat
memahami apa yang terjadi dan merencanakan tindakan selanjutnya yang akan
dilakukan.
c. Verifikasi / Penarikan Kesimpulan (Verification)
Langkah ketiga dalam tahapan analisis interkatif menurut Miles & Huberman adalah
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti mulai
mencari arti dari hubungan-hubungan, mencatat keteraturan, pola-pola dan menarik
kesimpulan. Asumsi dasar dan kesimpulan awal yang dikemukakan dimuka masih
bersifat sementara, dan akan terus berubah selama proses pengumpulan data masih terus
berlangsung. Akan tetapi, apabila kesimpulan tersebut didukung oleh bukti-bukti (data)
yang valid dan konsisten yang peneliti temukan di lapangan, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
3.6 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data
Validitas adalah ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan
data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data
54
yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan yang sesungguhnya
terjadi pada obyek penelitian. Sedangkan reliabilitas dalam penelitian kualitatif sangat
berbeda dengan yang terdapat pada penelitian kuantitatif. Bila dalam penelitian
kuantitatif reliabilitas berkenaan dengan konsistensi data, di mana bila terdapat peneliti
yang melakukan penelitian pada obyek yang sama, maka akan mendapatkan data yang
sama. Maka dalam penelitian kualitatif tidak demikian, suatu realitas (social situation)
bersifat majemuk dan dinamis, sehingga tidak ada data yang bersifat konsisten dan
berulang seperti semula. Adapun untuk pengujian keabsahan datanya, pada penelitian
ini dilakukan dengan teknik triangulasi.
a. Triangulasi
Triangulasi menurut Irawan (2006:76) adalah “proses check dan recheck antara satu
sumber data dengan sumber data yang lainnya”. Menurut Sugiyono (2005:17)
Triangulasi dapat dibagi kedalam tiga jenis triangulasi yaitu; triangulasi sumber,
triangulasi teknik dan triangulasi waktu. Namun dalam penelitian ini hanya
menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi sumber dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh dari lapangan melalui beberapa
sumber. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer yaitu informan
penelitian. Mereka adalah sumber informasi peneliti, yaitu Wakil Lurah Pulau Untung
Jawa, Sekertaris Lurah Pulau Untung Jawa, Anggota LPM Pulau Untung Jawa, Kasie
bagian Kepariwisataan Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Administrasi
Kepulauan Seribu. Sedangkan triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data
kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Pengecekan dilakukan dengan
mengunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Wawancara dilakukan
peneliti dengan informan penelitian, observasi merupakan pengamatan yang dilakukan
55
peneliti di kawasan wisata Pulau Untung Jawa dan dokumentasi merupakan hasil
gambar maupun dokumen tertulis yang didapat peneliti selama melakukan penelitian di
kawasan wisata Pulau Untung Jawa.
b. Mengadakan memberchek
Membercheck adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada
pemberi data. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh data yang
diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh sumber data. Setelah membercheck
dilakukan, maka pemberi data dimintai tandatangan sebagai bukti otentik bahwa peneliti
telah melakukan membercheck.
3.7 Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kawasan objek wisata Kelurahan Pulau Untung Jawa
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Adapun waktu penelitian
berlangsung dari Desember 2010 sampai Agustus 2011.
Tabel 3.7
Jadwal Penelitian
Kegi
2010 2011
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt
Pengajuan
judul
Observasi
awal
Bimbingan
Seminar
proposal
Wawancara
dan
56
Penelitian
Analisis
Data
Penyusunan
Laporan
Akhir
Sidang
Skripsi
Revisi
Skripsi
Penggandaan
Laporan
BAB IV
HASIL PENELITIAN
57
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Pulau Untung Jawa
Pulau Untung Jawa mempunyai luas 40,10 Ha secara geografis letak Pulau Untung
Jawa berdekatan dengan Daratan Tanjung Pasir dan Daratan Jakarta. Pulau ini dapat
ditempuh relative singkat dengan rata-rata rentang waktu 30 menit dengan
menggunakan kapal motor. Sehingga pada hari-hari libur banyak dikunjungi wisatawan
domestik untuk melihat suasana bahari dengan biaya yang terjangkau dan menikmati
sajian khas ikan bakar segar pada warung-warung ikan bakar atau ingin memiliki hasil
kerajinan putera-puteri pantai. Fasilitas hasil pembangunan dan swadaya masyarakat
banyak dijumpai di Pulau ini seperti Kantor Kelurahan, Pos Polisi, Pos Keamanan Laut,
Puskesmas, Masjid, Sekolah, Jalan lebar, Sarana Olahraga, Taman Wisata dan masih
banyak yang lainnya. Keramahan penduduk menjadi hal utama dalam menerima arus
pengunjung dengan menyediakan berbagai jasa. Dimulai dari jasa transportasi laut, kios
ikan bakar, kios souvenir, homestay dan lain-lain yang merupakan bagian dari
kebutuhan pengunjung.
Berdasarkan Peraturan Pemerintaah Nomor 55 Tahun 2001 tentang Pembentukan
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan
Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 4 Tahun 2001 tentang Pembentukan
Kecamatan Kepulauan Seribu Utara dan Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Wilayah Kelurahan Pulau Untung Jawa
adalah salah satu dari enam Kelurahan yang ada di Kabupaten Administrasi Kepulauan
Seribu. Wilayah Kelurahan Pulau Untung Jawa memiliki luas ±40,10 Ha dengan jumlah
58
penduduk 2.034 jiwa / 558 KK yang terbagi kedalam 9 RT dan 3 RW. Adapun batas
wilayah Kelurahan Pulau Untung Jawa sebagai berikut :
─ Utara : berbatasan dengan Kelurahan Pulau Panggang
─ Timur : berbatasan dengan Laut Jawa / Tanjung Karawang – Jawa Barat
─ Selatan : berbatasan dengan Kodya Jakarta Utara / Provinsi Banten
─ Barat : berbatasan dengan Kelurahan Pulau Pari
Mata pencaharian penduduk Pulau Untung Jawa 80% adalah nelayan, dan sisanya
20% terdiri dari Pegawai Negeri, Pegawai Swasta dan Pedagang.
Tabel 4.1.1.a
Bidang Pekerjaan Penduduk
No. Mata Pencaharian Banyaknya Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
TNI/POLRI
Pegawai Negeri Sipil
Pegawai Swasta
Pedagang
Nelayan
22 orang
40 orang
50 orang
113 orang
210 orang
Kegiatan Sarana dan Prasarana mendorong instansi pemerintah untuk
menyelenggarakan tugas pembangunan secara umum yang telah dilaksanakan melalui
fungsi pariwisata, perdagangan usaha kecil dan koperasi.
Tabel 4.1.1.b
Fasilitas Umum
59
No. Sarana dan prasarana Kondisi Keterangan
- Sumur Bor Baik 1 unit
- PAH Baik 15 unit
- MCK Baik 3 unit
- Masjid Baik 1 unit
- Mushola Baik 8 unit
- Puskesmas Baik 1 unit
- SD Baik 1 unit
- SLTP Baik 1 unit
- Madrasah Baik 1 unit
- Dermaga 2 Rusak ringan
dan 2 rusak berat
4 unit
(Sumber : Laporan Bulan Maret Kelurahan Pulau Untung Jawa, 2011)
Tabel 4.1.1.c
Bangunan Pemerintah
No. Bangunan Pemerintah Kondisi Keterangan
- Kantor Kelurahan Baik 1 Unit
- Pos Polisi Baik 1 Unit
- Pos Kamla Baik 1 Unit
- Pos Hansip Baik 1 Unit
4.1.2 Susunan Organisasi Kepemerintahan dan Tata Kerja Kelurahan Pulau
Untung Jawa
60
Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor :
147 Tahun 2009 tentang organisasi dan tata kerja Kelurahan di Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta. Kelurahan merupakan perangkat daerah dibawah Kecamatan dan
Kelurahan mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan daerah yang
dilimpahkan dari Gubernur dan mengoordinasikan pelaksanaan tugas pemerintahan
daerah di wilayah Kelurahan. Dalam pelaksanaan tugas pemerintahan, adapun Susunan
Organisasi Kelurahan Pulau Untung Jawa yaitu :
1. 1 (satu) orang Lurah, yang dibantu oleh
2. 1 (satu) Wakil Lurah,
3. 1 ( satu ) orang Sekretaris Lurah,
4. 6 ( enam ) orang seksi yaitu:
a. Seksi Pemerintahan, Ketentraman dan Ketertiban
b. Seksi Perekonomian
c. Seksi Prasarana dan Sarana
d. Seksi Kesejahteraan Masyarakat
e. Seksi Kebersihan dan Lingkungan Hidup
f. Seksi Pelayanan Umum
5. 1 ( satu ) orang Kaseksi Kependudukan
6. 6 ( enam ) orang staff
7. 1 ( satu ) orang Kasatgas Sat-Pol PP
61
8. 4 ( empat) orang anggota Sat-Pol PP
Pelantikan Lurah Pulau Untung Jawa yang baru dilakukan pada tanggal 16 Agustus
2011, Lurah Pulau Untung Jawa yang baru yaitu Bapak Agung Maolana Saleh, S.STP,
M.Si beliau menggantikan peran lurah yang lama PLH Lurah Eko Suroyo, S.Sos. Dalam
kepengurusan dan tata organisasi kepemerintahan, menurut Peraturan Gubernur
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor : 147 Tahun 2009 tentang organisasi
dan tata kerja Kelurahan di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, seorang Lurah
dibantu oleh seorang wakil lurah dalam menjalankan tata organisasi kepemerintahan di
Kelurahan maka dari itu, Kelurahan Pulau Untung Jawa memiliki seorang Wakil Lurah.
Berikut adalah tabel pegawai Kantor Kelurahan Pulau Untung Jawa.
Tabel 4.1.2.a
Pegawai Kelurahan Pulau Untung Jawa
No. Nama Pegawai Jabatan Ket
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Agung Maolana Saleh, S.STP
Wingga Setiawan, S.STP
Badri, S.Pd
Budi Santosa, S.TP
M. Hardi Ananda, S.STP
Abdul Rahman
Syafridan
Abdul Gofar
Zainal Arifin
Eli Yunus
Ferdiansyah Hadiawan, A.Md
Fandy Rahmatiko, A.Md
Lurah
Wakil Lurah
Sekretaris Lurah
Seksi Sarana dan Prasarana
Seksi Perekonomian
Seksi Kesejahteraan Masyarakat
Seksi Pemerintahan dan Tramtib
Plh. Kebersihan dan Lingkungan Hidup
Plh. Seksi Pelayanan Umum
Staf
Staf
Staf
62
13.
14.
15.
Muntasil
Da’im
Suherman
Staf
Staf
Staf
(Sumber : Laporan Bulan Maret Kelurahan Pulau Untung Jawa, 2011)
Tabel 4.1.2.b
Pegawai Perangkat Teknis Kelurahan Pulau Untung Jawa
No. Nama Pegawai Jabatan Ket
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Bachri Efendi
M. Sembiring
Ulli Alamsyah
Ahmad Hikmat
Husni Thamrin
Muhidin
Kaseksi Kependudukan
Kasatgas Sat-Pol PP
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
(Sumber : Laporan Bulan Maret Kelurahan Pulau Untung Jawa, 2011)
4.1.3 Kedudukan, Tugas Dan fungsi Kelurahan Pulau Untung Jawa
1. Tugas
Melaksanakan dan menerima pelimpahan sebagian wewenang pemerintahan dari Camat
yang meliputi pelaksanaan pembangunan.
2. Fungsi
1. Melaksanakan kebijakan pemerintah Kecamatan di wilayah Kelurahan.
2. Menyiapkan informasi mengenai wilayah Kelurahan yang dibutuhkan dalam
perumusan kebijakan bagi Camat.
3. Melaksanakan kegiatan penyelenggaraan pelayanan.
63
3. Uraian Tugas
1. Melaksanakan rencana kerja Kelurahan yang meliputi bidang pemerintahan,
ketentraman dan ketertiban dan kesejahteraan masyarakat.
2. Melaksanakan kegiatan pemerintah sesuai dengan kewenangan
3. Melaksanakan dan membina keseluruhan kegiatan dibidang pemerintahan,
kentraman dan ketertiban dan kesejahteraan masyarakat.
4. Melaksanakan kegiatan pembangunan ekonomi, pendidikan, kesehatan,
infrastruktur.
5. Melaksanakan pelayanan masyarakat dibidang sosial.
6. Melaksanakan pembinaan ketentraman dan ketertiban.
7. Mendata seluruh aset Kelurahan.
4.2 Deskripsi Data
Deskripsi data merupakan penjelasan mengenai data yang didapatkan dari hasil
penelitian lapangan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan Analisis
SWOT yang dikemukakan oleh Freddy Rangkuti bahwa proses Analisis SWOT
merupakan suatu cara menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal menjadi
langkah-langkah strategi dalam pengoptimalan usaha yang lebih menguntungkan.
Dimana dalam analisis faktor-faktor internal dan eksternal akan ditentukan aspek-aspek
yang menjadi kekuatan (Strengths), kelemahan (Weakness), kesempatan
(Opportunities), dan yang menjadi ancaman (Treaths) dalam pengelolaan pariwisata di
Pulau Untung Jawa. Mengingat jenis dan analisa data dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif, maka data yang diperoleh bersifat deskriptif berbentuk kata dan
64
kalimat dari hasil wawancara, hasil observasi lapangan serta data atau hasil dokumentasi
lainnya.
Berdasarkan teknis analisis data kualitatif model interaktif mengikuti konsep yang
diberikan oleh Miles dan Huberman. Data-data tersebut dianalisis selama proses
penelitian berlangsung. Data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan melalui
wawancara, dokumentasi, maupun observasi dilakukan reduksi untuk dapat mencari
tema dan polanya diberikan kode-kode pada aspek tertentu berdasarkan jawaban-
jawaban yang sama dan berkaitan dengan pembahasan masalah penelitian serta
dilakukan kategorisasi. Dalam penyusunan jawaban penelitian, peneliti memberikan
kode pada aspek tertentu, yaitu:
1. Kode A sampai D menandakan dimensi pertanyaan
2. Kode 1,2 dan 3 menandakan daftar urutan pertanyaan.
3. Kode I1-I10 menandakan daftar urutan informan
4. Kode E1-E10 menandakan status informan.
Setelah memberikan kode-kode pada aspek tertentu yang berkaitan dengan masalah
penelitian sehingga tema dan polanya ditemukan, maka dilakukan kategorisasi
berdasarkan jawaban-jawaban yang ditemukan dari penelitian lapangan dengan
membaca dan menelaah jawaban-jawaban tersebut dan mencari data penunjang yang
akan memperkuat hasil penemuan lapangan. Mengingat penelitian ini adalah penelitian
kualitatif dengan tidak menggeneralisasikan jawaban penelitian dan lebih menekankan
pada makna, maka semua jawaban-jawaban yang dikemukakan oleh informan
dipaparkan dalam pembahasan penelitian yang disesuaikan dengan teori penelitian.
65
Dari penyederhanaan data atau kategorisasi data maka peneliti mampu
menyimpulkan sementara hasil penelitiannya yang kemudian data tersebut di
triangulasikan agar mendapatkan keabsahan dan kevalidan data. Pada proses triangulasi
peneliti menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi sumber dilakukan dengan
mengecek data yang telah diperoleh dari lapangan melalui beberapa sumber atau
informan lain. Setelah data tersebut di triangulasikan dan merupakan sebagai data yang
valid maka peneliti mampu menarik kesimpulan akhir dari hasil penelitiannya.
4.2.1 Informan Penelitian
Adapun informan dalam penelitian ini berjumlah 10 orang. Dari Wakil lurah Pulau
Untung Jawa 1 orang, Sekertaris Lurah Pulau Untung Jawa 1 orang, Anggota LPM
Pariwisata Pulau Untung Jawa 2 orang, Kasie Kepariwisataan Sudin Pariwisata dan
Kebudayaaan Kab. Administrasi Kepulauan Seribu 1 orang dan pengunjung 5 orang.
Adapun biografi informan dapat dilihat pada penjelasan berikut ini:
a. Wakil Lurah Pulau Untung Jawa sebagai informan 1
Nama : Wingga Setiawan, S.STP
Umur : 29 tahun
NIP : 198206302000121003
Jabatan : Wakil Lurah Pulau Untung Jawa
b. Sekertaris Lurah Pulau Untung Jawa sebagai informan 2
Nama : Badri, S.Pd
Umur : 41 tahun
66
NIP : 197012291991031004
Jabatan : Sekretaris Lurah Pulau Untung Jawa
c. Anggota LPM urusan Pariwisata Pulau Untung Jawa sebagai informan 3
Nama : Ahmad Hidayat
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Petugas Kebersihan dan Pemilik warung ikan bakar
Jabatan : Pengelola LPM urusan Pariwisata
d. Anggota LPM urusan Pariwisata Pulau Untung Jawa sebagai informan 4
Nama : Atib
Umur : 40 tahun
Pekerjaan : Pemilik Homestay
Jabatan : Mantan Ketua LPM Pulau Untung Jawa
e. Kasie Kepariwisataan Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Administrasi Kepulauan Seribu sebagai informan 5.
Nama : Tjetje Rachman Indrajaya
Umur : Bandung, 1 Juni 1957 / 54 tahun
N.I.P : 195706011985031006
Jabatan : Kasie Kepariwisataan Sudin Pariwisata dan Kebudayaan
67
f. Pengunjung sebagai informan 6.
Nama : Budi Darmawan
Umur : 29 tahun
Pekerjaan : Karyawan
g. Pengunjung sebagai informan 7.
Nama : Septi Nurbait
Umur : 20 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
h. Pengunjung sebagai informan 8.
Nama : Lina Herawati
Umur : 31 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
i. Pengunjung sebagai informan 9.
Nama : Rosiah
Umur : 33 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
j. Pengunjung sebagai informan 10
Nama : Lailatul Munawwaroh
68
Umur : 24 tahun
Pekerjaan : Guru Honorer
Tabel 4.2.1
Identitas Informan
No Kode informan ( I ) Jabatan / status informan ( E1-E10)
1 I1 Wakil Lurah Pulau Untung Jawa
2 I2 Sekertaris Lurah Pulau Untung Jawa
3 I3 Mantan Ketua LPM
4 I4 Anggota LPM
5 I5 Kasie Kepariwisataan Sudin Pariwisata dan
Kebudayaan Kab. Administrasi Kepulauan Seribu
6 I6 Pengunjung
7 I7 Pengunjung
8 I8 Pengunjung
9 I9 Pengunjung
10 I10 Pengunjung
4.2.2 Pengelolaan Pariwisata Pulau Untung Jawa
Pulau Untung Jawa sejak tahun 2001 melalui SK Gubernur Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta dijadikan sebagai Kawasan Wisata Andalan Pemukiman Nelayan. Sistem
pengelolaan kawasan pariwisata Pulau Untung Jawa sendiri melibatkan swadaya
masyarakat setempat sebagai pelaku ekonomi wisata. Dimana masyarakat diarahkan,
diberdayakan dan diberikan pelatihan-pelatihan teknis maupun manajemen pelayanan
melalui Lembaga Pemberdayaan Masyarakat yang dibentuk oleh masyarakat sebagai
lembaga bantuan dalam urusan pengelolaan pariwisata di Pulau Untung Jawa yang
69
bertujuan untuk memacu perekonomian masyarakat sekitar Pulau Untung Jawa atas
dijadikannya Pulau Untung Jawa sebagai daerah kawasan wisata. Hal ini sesuai dengan
pernyataan beberapa informan dalam wawancara yang dilakukan dengan waktu yang
berbeda-beda berikut ini :
Pernyataan I1 bernama bpk Wingga menyatakan bahwa :
”...Semenjak 2001 dicanangkan sebagai kawasan wisata andalan pemukiman
nelayan oleh Gubernur, wisata pemukiman ini melibatkan masyarakat setempat
sebagai pelaku wisata. Pengelolaan tidak terpusat pada lembaga, tapi pada
masyarakat itu sendiri”. (Wawancara dilaksanakan di ruangan Wakil Lurah, 11
Mei 2011 pkl. 12.30)
Pernyataan yang lain disampaikan oleh I3 bpk. Hidayat yang berpendapat bahwa
pengeloaan dijalankan oleh masyarakat yang membentuk LPM, tugas Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat urusan pariwisata untuk membantu masyarakat dalam
menjalankan pariwisata di Pulau Untung Jawa dimana masyarakat berperan sebagai
pelaku wisata. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) merupakan bentukan dari
masyarakat dimana masyarakat yang memilih dan menjalankan LPM tersebut dengan
memberikan pelatihan-pelatihan dalam kegiatan pariwisata. Hal ini sesuai dengan hasil
wawancara dengan bpk. Hidayat sebagai berikut:
”...LPM itu memang merupakan dibentuk oleh masyarakat yang membantu
dalam pelatihan-pelatihan teknis terkait kepariwisataan, tapi yang menjalankan
pariwisata sekarang adalah swadaya masyarakat jadi segala bentuk penyediaan
fasilitas seperti homestay, warung ikan bakar, fasilitas memancing, penyewaan
sepeda itu dikelola oleh masyarakat itu sendiri”. (Wawancara dilakukan di
kediaman bpk. Hidayat, 18 Mei 2011 pkl. 13.00).
Hal yang sama diungkapkan oleh I4 yaitu bpk. Atib sebagai berikut:
70
”...Pariwisata dikelola oleh masyarakat yang dibantu LPM, dan LPM itu
memberikan pelatihan pada masyarakat, bagaimana menjalankan kegiatan
pariwisata karena toh yang kelola pariwisata di Pulau Untung Jawa itu
masyarakat. Pelatihan yang contohnya diberikan itu seperti pengendalian
lingkungan terhadap penyelenggaraan pariwisata yang bekerja sama dengan
Sudin Pariwisata Kepuluan Seribu, melakukan budidaya terhadap kerang
sebagai souvenir, pelatihan guide untuk wisata bahari dan pelatihan lain. Kita
juga pernah study banding tentang homestay, jadi homestay yang baik itu yang
seperti apa juga pernah kita jalani” (Wawancara dilakukan dikediaman bpk.
Atib, 31 Mei 2011 pkl. 13.00)
Pernyataan serupapun dikemukakan oleh I5 bpk Tjetje yang menyatakan bahwa
pariwisata di Pulau Untung Jawa dijalankan oleh masyarakat Pulau Untung Jawa yang
membentuk Lembaga Pemberdayaan Masyarakat yang membantu memberikan
pelatihan-pelatihan dan manajemen pelayanan prima sebagai bentuk pengembangan
Sumber Daya Manusia masyarakat pulau Untung Jawa dalam mengelola kawasan
wisata. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan bpk. Tjetje sebagai berikut :
”...pariwisata dijalankan oleh masyarakat yang tergabung dalam LPM, dan
melakukan pelatihan serta mengajarkan manajemen pelayanan prima,
istilahnya sebagai bentuk pengembangan wawasan masyarakat dalam
menjalankan pariwisata tersebut. Manajemen pelayanan prima tersebut
dimaksudkan agar para pelaku ekonomi wisata, menyadari betul posisi mereka
sebagai penjual dan memberikan pelayanan pariwisata yang memuaskan bagi
pengunjung. Bentuk pelayanan yang diberikan berupa wisata kuliner, travel
agent wisata, guiding yang tujuannya untuk menumbuhkan perekonomian
masyarakat sekitar Pulau Untung Jawa”. (Wawancara dilakukan diruangan
kerja Kasie Kepariwisataan Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Administrasi Kepulauan Seribu, 8 Juni 2011 pkl. 10.30).
Sehingga secara lebih sederhana dapat dilihat pada matriks berikut ini :
Matriks 1
Pengelolaan Pariwisata Pulau Untung Jawa
Informan Jawaban / Uraian
I1 Kegiatan pengelolaan pariwisata di Pulau Untung Jawa dilaksanakan
oleh swadaya masyarakat sebagai pelaku ekonomi wisata bukan pada
71
lembaga.
I3 Pariwisata dikelola oleh masyarakat dalam segala penyediaan fasilitas
seperti homestay, warung ikan bakar, penyewaan sepeda dan dasilitas
memancing.
14 Kegiatan pariwisata dikelola oleh masyarakat dan LPM memberikan
pelatihan pada masyarakat dalam menjalankan kegiatan pariwisata
seperti kerajinan tangan, guiding dan study banding tentang homestay.
I5 Pariwisata dijalankan oleh masyarakat yang tergabung dalam LPM
dan melakukan pengembangan wawasan kepada masyarakat dalam
menjalankan kegiatan pariwisata. Bentuk pelayanan yang diberikan
berupa wisata kuliner, travel agent wisata, guiding yang bertujuan
untuk menumbuhkan perekonomian masyarakat sekitar Pulau Untung
Jawa.
Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa pengelolaan pariwisata di
Pulau Untung Jawa dimulai sejak Pulau Untung Jawa dicanangkan menjadi Kawasan
Wisata Andalan Pemukiman Nelayan melalui SK Gubernur Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta tahun 2001. Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Administrasi
Kepulauan Seribu memberikan peluang kepada masyarakat sekitar Pulau Untung Jawa
yang berkeingian menjalankan kegiatan ekonomi wisata, dimana dalam pengelolaannya
masyarakat dijadikan pelaku ekonomi wisata yang bertujuan memacu pertumbuhan
ekonomi masyarakat sekitar dengan pengembangan Sumber Daya Manusia Pulau
Untung Jawa melalui swadaya masyarakat. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)
itu sendiri merupakan sebuah lembaga yang dibentuk, dipilih dan dijalankan oleh
masyarakat untuk membantu masyarakat dengan melakukan pelatihan-pelatihan teknis
dan manajemen pelayanan prima yang bekerja sama dengan Sudin Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu untuk memberikan pelayanan
pariwisata kepada pengunjung Pulau Untung Jawa.
72
Pelatihan teknis yang diberikan seperti pengendalian lingkungan terhadap
penyelenggaraan pariwisata bersama Sudin Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Administrasi Kepulauan Seribu, study banding tentang homestay, guiding dari putera-
putera daerah, pemberdayaan masyarakat dalam hasil olahan budidaya kerang maupun
kelompok usaha kecil (pengrajin) dan manajemen pelayanan prima dimaksudkan agar
memberikan kepuasan kepada pengunjung sebagai penikmat wisata di Pulau Untung
Jawa. Adapun bagian dari kepuasan pengunjung yang disajikan berupa Travel Agent
Wisata, Wisata Kuliner seperti pendirian warung-warung ikan bakar dan rumah makan,
Pendirian penginapan atau homestay, guiding atau pemandu wisata dan Pelatihan dalam
pembudidayaan kerang dan kerajinan tangan seperti penjual souvenir khas Pulau
Untung Jawa. Jadi, pengelolaan pariwisata sepenuhnya dijalankan oleh masyarakat
Pulau Untung Jawa itu sendiri dan LPM yang bertugas membantu pengembangan
wawasan masyarakat untuk menjalankan kegiatan pariwisata di Pulau Untung Jawa.
4.2.3 Analisis SWOT Pariwisata Pulau Untung Jawa
Lebih spesifik peneliti mencoba menganalisis SWOT yang dimiliki pariwisata Pulau
Untung Jawa, untuk mendapatkan strategi pengelolaan yang baik. Adapun SWOT
Pariwisata Pulau Untung Jawa sebagai berikut :
a. Kekuatan (Strenghts)
73
Kekuatan ini merupakan faktor yang menguntungkan dalam membantu pengelolaan
pariwisata Pulau Untung Jawa. Sesuai dengan data dan hasil wawancara dengan
beberapa informan, hal ini sesuai dengan pernyataan berikut ini:
1. Potensi Wisata Pulau Untung Jawa
Pernyataan I1 bpk Wingga menyatakan bahwa :
”...Potensi wisata yaitu mengandalkan potensi alam seperti hutan bakau,
pemandangan laut, pulau konservasi, wisata pancing, wisata kuliner dan tempat
penginapan homestay. kami selaku Pemerintah membantu dengan memberikan
side plan seperti ijin lokasi dalam pembangunan homestay, pembangunan
warung ikan bakar atau ijin yang lainnya”. (Wawancara dilaksanakan di
ruangan Wakil Lurah, 11 Mei 2011 pkl. 12.30)
Pernyataan lainnya dikemukakan oleh I2 bpk. Badri yang menyatakan bahwa
Sumber Daya Alam di Pulau Untung Jawa tidak terlepas dari potensi yang dimiliki
Pulau Untung Jawa itu sendiri, karena sebagian besar mayoritas penduduk adalah
nelayan maka Pulau Untung Jawa merupakan desa percontohan kampung nelayan yang
dijadikan desa wisata sehingga Potensi wisata yang dimiliki Pulau Untung Jawa yaitu
berupa pantai pasir putih, homestay dan daya tarik untuk pengunjung. Hal ini sesuai
dengan hasil wawancara sebagai berikut :
”..Terutama setelah dijadikan desa percontohan pemukiman nelayan Pulau
Untung Jawa, secara berangsur-angsur banyak pengunjung yang berdatangan
ke Pulau Untung Jawa maka untuk memenuhi itu mulailah dibangun homestay,
juga pantai pasir putih dan juga mulai ada banana boat untuk menarik
pengunjung yang datang”. (Wawancara dilakukan di ruangan Sekretaris Lurah,
25 Mei 2011 pkl. 12.30 ).
Sedangkan menurut informan lain I3 bpk. Hidayat yaitu memperkuat hal yang sama
dengan pernyataannya sebagai berikut:
74
”...Potensi wisata yang ada di pulau Untung Jawa yaitu cukup beragam, dari
pariwisatanya sendiri kami menyediakan travel agent bagi pengunjung yang
datang, wisata bahari perjalanan wisata ke Pulau Rambut, Pulau Onrust, dan
Zona Konservasi selain itu didalam paket wisata itu juga sudah termasuk
penginapan di homestay, transportasi kapal nelayan dan wisata kuliner. Ada
juga rekreasi berenang, banana boat dan penyewaan alat-alat snorkeling”.
(Wawancara dilakukan di kediaman bpk. Hidayat, 18 Mei 2011 pkl. 13.00).
Pernyataan yang hampir sama disampaikan juga oleh I4 bpk. Atib yang berpendapat
bahwa Potensi wisata dari pariwisata Pulau Untung Jawa cukup beragam karena kondisi
lingkungannya yang berbatasan dengan laut dan perairan sehingga pariwisata yang
diunggulkan berupa pantai untuk wisata air, wisata pancing dan wisata kuliner serta
paket wisata yang didalammya ada penginapan berupa homestay, guiding, snorkeling
dan lain-lain. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara sebagai berikut :
”..Potensi wisata dengan mengandalkan kondisi lingkungan dan pemandangan
alam. Untuk menikmatinya ada penyediaan fasilitas homestay, warung ikan
bakar dan rumah makan, penyewaan sepeda, penyewaan alat-alat snorkeling
kalo pengunjung mau berkeliling Pulau bisa didampingi guide, wisata pancing.
Jumlah Homestay ada sekitar kurang lebih 40 buah yang bisa menampung
pengunjung sekitar ±600 orang setiap pekan, harganya pun cukup relatif mulai
dari Rp. 150 ribu sampai Rp. 300 ribu per malam. Untuk musim liburan
biasanya homestay penuh apalagi pas malam tahun baru. Pokoknya potensi
yang ada kami manfaatkan dengan sebaik mungkin dengan menjaga keindahan
dan kebersihan Pulau Untung Jawa itu sendiri”. (Wawancara dilakukan di
kediaman bpk. Atib, 31 Mei 2011 pkl. 13.00).
Pernyataan hampir serupa dikemukan oleh I5 yaitu bpk. Tjetje sebagai berikut :
”...Pulau Untung Jawa itu sebatas desa wisata pemukiman nelayan yang
menjadi andalan karena kebanyakan penduduknya berprofesi sebagai nelayan.
Potensi yang ada dimanfaatkan dengan menonjolkan apa yang ada di Pulau
Untung Jawa seperti wisata kuliner, pantai yang memiliki pasir putih, taman
bermain yang dibangun untuk anak-anak yang tepatnya ada ditepian pantai.
Karena swadaya masyarakat, jadi masyarakat sendiri yang mengelola
pariwisata tersebut mulai dari penginapan, warung-warung ikan bakar, toko-
toko souvenir sampai keindahan pulau. Sejak dijadikan kawasan wisata, 3 tahun
terakhir pengunjung yang berdatangan ke Pulau Untung Jawa jumlahnya naik
sekitar 44% apalagi pas musim liburan dan menjelang pergantian tahun baru
75
Pulau Untung Jawa pasti rame sekali karena biasanya diadakan pesta kembang
api”. (Wawancara dilakukan diruangan kerja Kasie Kepariwisataan Suku Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, 8 Juni
2011 pkl. 10.30).
Secara lebih sederhana dapat dilihat pada matriks dibawah ini :
Matriks 2
Kekuatan : Potensi Pariwisata Pulau Untung Jawa
Informan Jawaban / Uraian
I1 Potensi wisata mengandalkan potensi alam seperti hutan bakau,
pemandangan laut, pulau konservasi, wisata pancing, wisata kuliner
dan tempat penginapan homestay. Pemerintah setempat membantu
dengan memberikan side plan seperti ijin lokasi dalam
pembangunan homestay, pembangunan warung ikan bakar atau ijin
yang lainnya
I2 Pulau Untung Jawa dijadikan sebagai desa wisata percontohan
pemukiman nelayan dan semenjak pengunjung berdatangan mulai
dibangun homestay, pantai pasir putih dan daya tarik pengunjung
berupa banana boat.
I3 Potensi wisata yang dimiliki Pulau Untung Jawa cukup beragam.
Jenis wisata yang diadakan seperti travel agent penginapan
(homestay), transportasi kapal nelayan dan wisata kuliner.
I4 Potensi wisata dari pariwisata Pulau Untung Jawa cukup beragam
dari jenis wisata yang ditampilkan berupa hutan bakau, pantai,
wisata pancing, wisata kuliner, homestay, paket wisata, penyewaan
sepeda, guide dan snorkeling. Jumlah homestay sekitar 40 buah
yang mampu menampung pengunjung ±600 orang setiap pekan.
Pemanfaatan dilakukan dengan baik yang bertujuan menjga
keindahan dan kebersihan Pulau Untung Jawa.
I5 Pulau Untung Jawa sebatas desa wisata andalan pemukiman
nelayan yang memiliki dan memanfaatkan potensi dengan
menonjolkan apa yang dimiliki Pulau Untung Jawa seperti wisata
kuliner, pantai pasir putih, taman bermain, penginapan, warung ikan
bakar dan toko-toko souvenir yang dikelola masyarakat. Sejak
dijadikan kawasan wisata, 3 tahun terakhir pengunjung yang
berdatangan ke Pulau Untung Jawa jumlahnya naik sekitar 44%.
Dengan demikian Potensi Wisata yang dimiliki Pulau Untung Jawa untuk
menjadikan Pulau Untung Jawa sebagai kawasan pariwisata cukup besar. Hal ini bisa
76
dilihat dari pemanfaatan potensinya dengan jenis wisata yang ditampilkan Pulau Untung
Jawa. Jenis wisata yang berkembang adalah wisata pantai (berenang, menyelam atau
snorkeling, atraksi banana boat, bermain air dan pemandangan alam), wisata kuliner
(rumah makan dan warung-warung ikan bakar), penyewaan sepeda, kios cendera mata,
kunjungan ke Pulau Konservasi, wisata pancing dan homestay. Hingga saat ini tercatat
sekitar 40 homestay yang digunakan bagi pengunjung yang ingin bermalam di Pulau
Untung Jawa. Jumlah pengunjung yang mengunjungi Pulau Untung Jawa bisa mencapai
ratusan setiap liburan maupun pergantian tahun baru. Pemanfaatan potensi ini dilakukan
dengan mengembangkan SDA yang dimiliki. Berdasarkan pengakuan Informan
semenjak 3 tahun terakhir Pulau Untung Jawa mampu menaikkan kedatangan
pengunjung sebesar 44%. Berikut jenis wisata yang ditampilkan di Pulau Untung Jawa.
Gambar 4.2.3.1a
Pesisir pantai Pulau Untung Jawa dan Hutan Magrove
Gambar 4.2.3.1b
Fasilitas homestay dan taman bermain anak
77
Gambar 4.2.3.1c
Warung ikan bakar dan penyewaan sepeda
Tabel 4.2.3.1
Jenis dan Daya Tarik kegiatan wisata di Pulau Untung Jawa
No. Jenis Wisata Kegiatan
1. Wisata Pantai
a. Rekreasi pasif : Panorama pantai dan laut
lepas (sunrise, sunset dan ombak)
b. Rekreasi Aktif : Panorama bawah laut
dinikmati dengan snorkeling, olahraga air
seperti banana boat dan berenang
c. Keanekaragaman hayati flora dan fauna di
Pulau Konservasi
d. Wisata pancing
2. Wisata Kuliner a. Rumah makan
78
b. Warung-warung ikan bakar
3. Dinamika kehidupan a. Panorama kampung nelayan dengan kegiatan
dan aktifitasnya sehari-hari
b. guiding
c. Penginapan (homestay)
d. Penyewaan sepeda
e. Kios-kios cendera mata
2. Kondisi Lingkungan Pulau Untung Jawa
Membahas mengenai Pengelolaan Pariwisata di Pulau Untung Jawa tidak terlepas
dari pengunjung yang melakukan perjalanan wisata. Berikut ini pernyataan beberapa
informan tentang kondisi lingkungan pariwisata di Pulau Untung Jawa.
Pernyataan bpk. Budi sebagai I6 yang menyatakan bahwa: ” pemandangannya bagus,
pulaunya bagus bersih juga, pantainya pasir putih, yang penting sih masyarakatnya
ramah sama pengunjung. Saya kesini paling cuma wisata pancing aja”. (Wawancara
dilakukan di dermaga, 12 Juni 2011 pkl. 11.00).
Pernyataan hampir sama diungkapkan oleh I7 yaitu Septi yang menyatakan bahwa
kondisi lingkungan di Pulau Untung Jawa sangat nyaman dan didukung oleh pantai
yang bagus dan pasir pantai yang putih sehingga pengunjung bisa bersantai dan
menenangkan pikirannya. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara berikut ini :
”.....Pulau Untung Jawa itu nyaman dan bagus walaupun rame, apa lagi pas
emang musim liburan ya.... Buat orang yang pengen nyantai-nyantai, jalan-
jalan dipantai, liburan murah, mending dateng kesini. Pantainya bagus,
pasirnya putih ya.... enak lah buat anak muda mah liburan murah meriah!!”.
(Wawancara dilakukan pada tanggal 12 Juni 2011 pkl. 12.00)
Hal senadapun diungkapkan oleh ibu Lina sebagai I8. Ia menyatakan bahwa :
79
”..kayanya tempatnya aman-aman aja, kebetulan Pulau Untung Jawa letaknya
ngga begitu jauh dari rumah saya, tinggal naik fery dari Tanjung Pasir trus
kesini. Pemandangannya juga bagus, pulaunya bersih, masyarakatnya baik-
baik, fasilitasnya lumayan tersedialah”. (Wawancara dilakukan pada tanggal 12
Juni 2011 pkl. 13.00)
Pernyataan serupa juga dinyatakan I9 yaitu Laila yang mengatakan bahwa Pulau
Untung Jawa merupakan Pulau yang bagus dan sangat menarik, masyarakatnya juga
ramah terhadap pengunjung selain itu Pulau Untung Jawa juga bersih dan memiliki daya
tarik wisata bagi pengunjung. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara sebagai
berikut : ”...Pulaunya bagus dan sangat menarik, pulaunya juga bersih banyak wahana
bermainnya tapi saya belum pernah nyoba, masyarakatnya juga ramah” (Wawancara
dilakukan pada tanggal 12 Juni 2011 pkl 14.00)
Lain hal dengan Ibu Rosiah sebagai I10 yang menyatakan sebagai berikut:
“Apa ya???...paling kalo kesini cuma main dipantai sekalian main kerumah
saudara. Pantainya bagus, anak saya yang paling kecil si pengennya berenang
di pantai kalo gak ya main perosotan kalo gak ayunan. Lumayan lah tapi kalo
cuma berenang di pantai atau jalan-jalan naek perahu lama-lama juga orang
bosan ya, harusnya ada hiburan masyarakat”. (Wawancara dilakukan tanggal
12 Juni Mei 2011 pkl 14.30)
Secara lebih sederhana dapat dilihat pada matriks dibawah ini
Matriks 3
Kekuatan: Kondisi Lingkungan Pariwisata Pulau Untung Jawa
Informan Jawaban / Uraian
I6 Kondisi lingkungan yang baik, pantai yang bagus dan pasir yang
putih serta masyarakat yang ramah.
I7 Kondisi lingkungan yang nyaman, wisata yang murah dengan pantai
dan pasir purih yang bagus.
I8 Kondisi lingkungan yang aman dengan Letak Pulau Untung Jawa
strategis dari tempat tinggal. Pemandangan yang bagus, pulau yang
80
bersih, masyarakat yang baik dan penyediaan fasilitas yang lumayan.
I9 Pulaunya bagus dan bersih, banyak wahana bermain dan masyarakat
yang ramah.
I10 Kondisi pantai yang bagus tapi tidak ada hiburan masyarakat.
Membahas mengenai kondisi lingkungan pariwisata Pulau Untung Jawa memang
benar jika dikatakan masyarakat Pulau Untung Jawa adalah masyarakat yang ramah, hal
ini dirasakan benar oleh peneliti saat melakukan penelitian di Pulau Untung Jawa. Dari
jumlah total masyarakat 2.034 jiwa sekitar 80% mata pencaharian penduduk sekitar
adalah nelayan, sangat pantas jika Pulau Untung Jawa dikatakan sebagai desa wisata
andalan pemukiman nelayan. Dengan luas derahnya yang mencapai 40,10 Ha Pulau
Untung Jawa dikelilingi laut dan pantai yang memiliki pasir putih. Kondisi lingkungan
yang nyaman, pemandangan alam yang indah, pulau yang bersih menjadikan kegiatan
wisata air banyak dilakukan di pantai seperti berenang, menyelam dan melihat sunset
atau sunrise. Namun, jenis wisata yang diandalkan bisa dibilang monoton dan tidak ada
hiburan atau atraksi yang dilakukan yang mampu menarik pengunjung. Pulau Untung
Jawa ini hanya sebatas desa perkampungan nelayan dengan kegiatannya sehari-hari.
Namun keindahan pantai dan pasir putih menjadi daya arik utama bagi pengunjung yang
ingin berkunjung ke Pulau Untung Jawa.
b. Kelemahan (Weakness)
Kelemahan dalam pengelolaan pariwisata Pulau Untung Jawa bisa dilihat dari
kendala yang dihadapi dalam pengelolaan pariwisatanya. Dari hasil wawancara bisa
dilihat kendalanya sebagai berikut:
1. Kendala dalam pariwisata di Pulau Untung Jawa
81
Membahas mengenai kendala hampir semua informan mengatakan sarana
transportasi menuju Pulau Untung Jawa adalah salah satu yang menjadi kendala dalam
pariwisata Pulau Untung Jawa. Untuk menuju Pulau Untung Jawa, pengunjung diangkut
dengan kapal-kapal kayu yang menggunakan mesin dari Tanjung Pasir sedangkan dari
Muara Angke dan Ancol pengunjung diangkut dengan menggunakan kapal motor. Saat
ini kapal yang mengangkut pengunjung kebanyakan milik nelayan yang bermukim di
Pulau Untung Jawa. Berikut hasil wawancara dengan beberapa informan yaitu:
Pernyataan bpk Wingga sebagai I1 menyatakan bahwa:
“..kendala yang dihadapi Pariwisata Pulau Untung Jawa lebih kepada sarana
transportasi yaitu kapal penumpang. Karena kebanyakan pengunjung dari
wilayah Tangerang ya.. Tanjung Pasir merupakan tempat berlabuhnya kapal
menuju Pulau Untung Jawa. Namun kondisinya tidak begitu baik dibanding
kapal kerapu dari dermaga Ancol ataupun Muara Angke , kapal di Tanjung
Pasir itu kan terbuat dari kayu jadi cepat sekali mengalami kerusakan”.
(Wawancara dilaksanakan di ruangan Wakil Lurah, 11 Mei 2011 pkl. 12.30).
Begitupun pernyataan bpk. Hidayat sebagai I3 bahwa:
”...kapal yang menjadi angkutan pengunjung ke Pulau Untung Jawa sekarang
lebih banyak menggunakan kapal fery untung jawa. Kapasitas kapal fery untung
jawa lebih banyak menampung penumpang dibandingkan kapal nelayan yang
biasanya disewakan. Namun untuk saat ini kami hanya memiliki 3 angkutan.
Kapal nelayan sewaan hanya beroperasi pada saat musim liburan saja. Kapal-
kapal penyebrangan seperti kapal fery untung jawa ada setiap 2 jam sekali.
Mulai beroperasi pkl. 11.00, 13.00 dan 15.00. setelah itu apabila tertinggal mau
tidak mau ya pengunjung harus bermalam di Pulau Untung Jawa..”.
(Wawancara dilakukan di kediaman bpk. Hidayat, 18 Mei 2011 pkl. 13.00).
Pernyataan hampir serupa diungkapkan I4 bpk. Atib bahwa yang menjadi kendala
dalam Pariwisata Pulau Untung Jawa yaitu sarana transportasi menuju Pulau. Setiap
musim liburan banyak pengunjung yang berdatangan untuk berlibur tetapi tidak
diimbangi dengan sarana transportasi yang memadai. Walaupun banyak kapal nelayan
82
yang digunakan untuk mengangkut pengunjung tetapi tidak semua dapat beroperasi
dengan baik. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara sebagai berikut :
”...kendalanya ada pada kapalnya, angkutan fery kita hanya punya 3 armada
memang sih banyak kapal nelayan yang digunakan pada saat musim liburan
tapi kan tidak semuanya beroperasi mengangkut pengunjung. Ada yang bisa
digunakan ada juga yang tidak”. (Wawancara dilakukan di kediaman bpk. Atib,
31 Mei 2011 pkl. 13.00)
Pernyataan yang diungkapkan bpk. Tjetje sebagai I5 mengatakan bahwa sarana
transportasi merupakan salah satu kendala untuk menuju Pulau Untung Jawa karena
terbatasnya armada pengangkut untuk membawa pengunjung ke Pulau Untung Jawa.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara berikut :
”...kendala terdapat pada transportasi yang belum maksimal. Kapal angkutan
menuju Pulau Untung Jawa tidak setiap jam ada. Walaupun ada kapal
pemerintah seperti kapal kerapu yang bisa mengantarkan pengunjung tapi
armadanya masih terbatas”. (Wawancara dilakukan diruangan kerja Kasie
Kepariwisataan Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Administrasi Kepulauan Seribu, 8 Juni 2011 pkl. 10.30).
Informan 6 bpk. Budi menyatakan bahwa kapal menuju Pulau Untung Jawa dari
Dermaga Tanjung Pasir tidak sebagus kapal dari Dermaga Ancol ataupun Muara Angke.
Hal tersebut dikemukan dalam wawancara berikut ini :”..kapal dari Tanjung Pasir itu
kan kapal kayu jadi mungkin tidak sebagus kapal dari Ancol. Wajar sih ya, kapal kayu
dibandingkan kapal mesin ya lebih bagus kapal mesin lah.. coba dari tanjung pasir
juga pake kapal mesin hahaha..” (Wawancara dilakukan di dermaga, 12 Juni 2011 pkl.
11.00)
Informan lain yaitu Septi sebagai I7 menyatakan bahwa :
83
”...kapalnya gak semua sama. Ada yang bagus ada juga yang jelek, harusnya itu
kapalnya dibikin sama semua. Saya pernah naikin kapal yang kondisinya jelek,
saya mana tahu kalo kapalnya bocor bukan bawah kapalnya sih tapi atap kapal
yang bocor karena ujan. Dari pulau mah panas-panas aja eh sampe tengah laut
malah ujan, terus atap kapalnya bocor, ujannya gede pastinya air ujannya
netes-netes lah” (Wawancara dilakukan pada tanggal 12 Mei Juni pkl. 12.00).
Informan lain yaitu Laila I9 juga menyatakan bahwa :”..kekurangannya apa ya?? Kalo
kekurangan pasti ada ya.. apa ya??? Paling dari kapalnya. Kapalnya itu terlalu penuh
sesak sama penumpang ”. (Wawancara dilakukan pada tanggal 12 Juni 2011 pkl. 14.00)
Secara lebih sederhana dapat dilihat dalam matriks dibawah ini:
Matriks 5
Kelemahan: Kendala dalam Sarana Transportasi
Informan Jawaban / Uraian
I1 Kendala terdapat pada sarana transportasi berupa kapal kayu menuju
Pulau Untung Jawa yang mudah mengalami kerusakan.
I3 Kapal penumpang menuju Pulau Untung Jawa sangat terbatas. Kapal
nelayan yang disewakan hanya beroperasi musim liburan. Jadwal
keberangkatan kapal fery untung jawa mulai beroperasi pkl. 11.00,
13.00 dan 15.00.
I4 Kendala terdapat pada kapal angkutan fery yang terbatas dan kapal
nelayan yang disewakan tidak semua bisa beroperasi.
I5 Kendala terdapat pada transportasi yang belum maksimal. Kapal
angkutan menuju Pulau Untung Jawa tidak setiap jam ada.
Walaupun ada kapal pemerintah seperti kapal kerapu yang bisa
mengantarkan pengunjung tapi armadanya masih terbatas
I6 Kapal dari Dermaga Tanjung Pasir tidak sebagus kapal dari
Dermaga Ancol dan Muara Angke.
I7 Kapalnya tidak semua memiliki kondisi yang sama. Ada kapal yang
mengalami kerusakan pada atap yang bocor.
I9 Kendala terdapat pada kapal yang terlalu sesak dengan penumpang.
Membahas mengenai sarana transportasi memang menjadi kendala dalam pariwisata
Pulau Untung Jawa. Untuk datang dan mengunjungi Pulau Untung Jawa, pengunjung
84
memang diharuskan menggunakan angkutan kapal untuk menyebrang dari daratan.
Kondisi kapal dan jumlah angkutan kapal umum yang dimiliki Pulau Untung Jawa tidak
begitu baik dan sangat terbatas. Dari total 48 unit Kapal Motor milik nelayan pinggir
hanya sebagiannya yang mampu disewakan untuk membawa penumpang, selain
memang digunakan untuk kepentingan mata pencaharian tetapi juga kondisi kapal yang
kurang dari layak untuk mengangkut penumpang. Selain kapal sewaan juga ada Kapal
Fery Untung Jawa. Walaupun, kapasitasnya lebih besar dalam mengangkut penumpang
namun jumlah kapal tersebut sangat terbatas. Pulau Untung Jawa sendiri hanya
memiliki 3 armada Kapal Fery Untung Jawa. Kapal Fery sendiri memiliki jadwal
berlayar yaitu jam 11.00, 13.00 dan jam 15.00. Setiap kali perjalanan menggunakan
Kapal Fery Untung Jawa, pengunjung dikenakan tariff Rp.10.000,-. Karena jumlahnya
yang terbatas dan jadwal keberangkatan yang telah ditentukan, maka pengunjung harus
tahu kapan harus mengakhiri kunjungan wisata di Pulau Untung Jawa. Kapal ini, tidak
beroperasi mengangkut penumpang dari Pulau Untung Jawa lewat dari jam 17.00 sore
yang apabila pengunjung tertinggal otomatis harus menyewa kapal nelayan milik
penduduk setempat untuk menyebrang ke daratan. Berikut adalah tabel jumlah kapal
nelayan di Pulau Untung Jawa.
Tabel 4.2.3.2
Kapal Nelayan
85
No. Armada Jumlah Keterangan
1. Kapal Motor Diesel 27 unit Nelayan tengah
2. Kapal Motor TS 48 unit Nelayan pinggir
3. Kapal Fery 3 unit Kapal angkutan umum
(Sumber : LK Kelurahan Pulau Untung Jawa, 2011)
Berikut dibawah ini adalah gambar kondisi sarana transportasi:
Gambar 4.2.3.2a
Sarana Transportasi
Gambar 4.2.3.2.b
Dermaga Tanjung Pasir
Selain masalah transportasi, kendala juga dirasakan pada kebersihan Pulau Untung
Jawa. Kebersihan merupakan hal utama yang harus terjaga dalam kegiatan pariwisata
86
karena kebersihan dapat mencerminkan keindahan dan menjadi faktor penentu bagi
kunjungan wisatawan. Kebersihan di Pulau Untung Jawa dapat dikatakan terjaga
dengan baik, namun persoalan sampah tetap saja menjadi kendalanya. Beberapa
pernyataan di bawah ini menerangkan keadaan kebersihan di Pulau Untung Jawa.
Pernyataan I1 bpk Wingga sebagai berikut:
”...Kami cukup kesulitan menangani sampah karena kami tidak memiliki banyak
alat untuk mengolah sampah, biasanya sampah menumpuk pada saat musim
liburan karena banyaknya pengunjung yang berdatangan, mereka suka
sembarangan membuang sampah padahal kami sudah menyediakan tempat-
tempat sampah disepanjang pinggir jalan. Apalagi waktu tahun baru kemarin,
yang namanya sampah bekas terompet cukup banyak dan membuat kotor daerah
kami”. (Wawancara dilaksanakan di ruangan Wakil Lurah, 11 Mei 2011 pkl.
12.30).
Pernyataan lain menurut informan 3 yang berbeda dengan butir pertanyaan yang sama
yaitu bpk Hidayat menyatakan bahwa :
”...menangani masalah pembuangan sampah di Pulau memerlukan tenaga
ekstra . Sampah bukan hanya sampah dari rumah tangga tapi juga dari laut,
setelah dibersihkan tidak mungkin sampah ditumpuk diPulau kan....otomatis
sampah harus dibersihkan dan dibakar”. (Wawancara dilakukan di kediaman
bpk. Hidayat, 18 Mei 2011 pkl. 13.00).
Pernyataan informan lain I2 bpk Badri mengakui bahwa kebersihan diPulau kebanyakan
karena sampah kiriman dari laut. Berikut pernyataan yang disampaikan yaitu:
”....kiriman sampah ke Pulau dari laut, karena Pulau Untung Jawa itu kan
dilewati 13 titik aliran sungai dari Jakarta untuk mengolahnya ada petugas
kebersihan. Sampah-sampah itu dibersihkan tiap hari oleh petugas, setelah itu
dilakukan pembakaran sampah yang dilakukan di Pulau”. (Wawamcara
dilakukan di ruangan Sekretaris Lurah, 25 Mei 2011 pkl. 12.30)
87
Hal serupa diperkuat oleh informan 5 bpk Tjetje menyatakan bahwa selain
transportasi, sampah juga merupakan salah satu kendala dalam pariwisata di Pulau
Untung Jawa. Sampah kebanyakan datang dari laut karena daerah Kepulauan Seribu
yang merupakan daerah aliran dari 13 titik sungai di Jakarta. Jadi, jika sampah meluap
dari sungai maka sampah tersebut akan mengalir ke laut. Hal tersebut sesuai dengan
hasil wawancara dibawah ini :
”...sampah merupakan salah satu kendala juga selain masalah transportasi.
Kebetulan daerah Kepulauan Seribu termasuk Pulau Untung Jawa merupakan
daerah aliran dari 13 sungai di Jakarta jadi terkadang sampah-sampah adanya
dilaut. Hal itu yang terus dicarikan solusi oleh Pemerintah Daerah saat ini”.
(Wawancara dilakukan diruangan kerja Kasie Kepariwisataan Suku Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, 8 Juni
2011 pkl. 10.30).
Informan lain yaitu bpk. Atib I4 menyatakan sebagai berikut :
”..selama ini kami cukup menjaga kebersihan di daerah kami, namanya tempat
wisata ya harus bersih kan neng.... kalo kotor siapa yang mau dateng kesini.
Kebanyakan sampah tuh datengnya dari laut, mau ga mau ya harus tetep
dibersihin. Pemerintahnya sendiri kurang ikut tanggung jawab neng, udah kita
yang bersihin kita juga yang angkut buat dibuang”. (Wawancara dilakukan di
kediaman bpk. Atib, 31 Mei 2011 pkl. 12.30).
Pernyataan informan lain yaitu bpk. Budi sebagai I6 menyatakan yang tidak jauh beda,
dengan pernyataan informan sebelumnya, berikut pernyataan yang disampaikan:
”......Pulaunya mah cukup bersih, tapi lautnya yang banyak sampah. Tadi juga pas
berangkat sampahnya pada ngambang di laut”. (Wawancara dilakukan pada tanggal 12
Juni 2011 pkl. 11.00).
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Rosiah sebagai I10 sebagai berikut:
88
”......Pantainya cukup bersih, sampah ada sih tapi paling sampah kecil aja kaya
bekas botol minuman, bekas bungkus makanan tapi kalo di sepanjang jalan di
Pulau Untung Jawa sih bersih kayanya neng...”. (Wawancara dilakukan tanggal
12 Juni 2011 pkl 14.30)
Secara lebih sederhana dapat dilihat pada matriks dibawah ini:
Matriks 6
Kelemahan: Kendala dalam Kebersihan
Informan Jawaban / Uraian
I1 Sampah cukup sulit diatasi karena kendala dalam peralatan teknis
pengolah sampah. Sampah banyak pada musim liburan yang
ditimbulkan dari pembuangan sampah sembarangan yang
dilakukan oleh pengunjung.
I3 Penanganan dan pembuangan sampah memerlukan tenaga ekstra.
Sampah harus dibakar bukan ditumpuk diPulau.
I2 Kiriman sampah ke Pulau dari laut karena Pulau Untung Jawa
dilewati 13 titik aliran sungai dari Jakarta. Sampah-sampah itu
dibersihkan tiap hari oleh petugas, setelah itu dilakukan
pembakaran sampah yang dilakukan di Pulau
I5 Sampah menjadi kendala selain masalah transportasi. Pulau
Untung Jawa merupakan daerah aliran dari 13 sungai di Jakarta
jadi terkadang sampah-sampah mengalir dilaut.
I4 Masyarakat cukup menjaga kebersihan di Pulau namun,
pemerintah kurang ikut tanggung jawab.
I6 Pulau cukup bersih, sampah banyak mengalir dilaut.
I10 Pantai cukup bersih, hanya terdapat sampah-sampah kecil.
Pulau Untung Jawa, belum lama ini meraih juara Nasional Pola Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) tingkat Nasional untuk kebersihan lingkungan. Namun, sampah
nampaknya tetap menjadi kendala dalam pariwisatanya. Sampah bukan hanya dari
sampah rumah tangga, melainkan juga sampah aliran dari laut. Menurut pengakuan
89
informan, Kepulauan Seribu merupakan daerah aliran dari 13 sungai di Jakarta yang
apabila sungai tersebut meluap banyak sampai yang mengalir ke laut di perairan
Kepulauan Seribu termasuk ke Pulau Untung Jawa. Sampah tidak hanya berasal dari
sampah rumah tangga masyarakat dan juga dari perilaku pengunjung yang kurang
menjaga kebersihan Pulau Untung Jawa. Berikut ini adalah gambar sampah yang
menumpuk tepian pantai hutan bakau.
Gambar 4.2.3.3
Sampah di tepi hutan mangrove
Terlihat dalam gambar sampah berupa kertas-kertas dan plastik bekas makanan.
Dalam hal ini tenaga kebersihan dari Kelurahan Pulau Untung Jawa sudah cukup
menjaga kebersihan Pulau, dengan adanya tempat pembuangan sampah di sepanjang
jalan diPulau Untung Jawa selain itu untuk mengolah sampah yang telah diangkut oleh
petugas kebersihan sampah-sampah tersebut kemudian dibakar melalui alat pembakaran
sampah yang dilakukan di Pulau, namun masih terdapat kendala dalam peralatan
teknisnya. Di dalam laporan bulanan Kelurahan Pulau Untung Jawa yang ditujukan
untuk Camat Kepulaua Seribu Selatan, mesin Irigasi Pembuangan Air Limbah tidak
berfungsi / rusak berat. sehingga limbah sulit untuk ditangani. Kendala lain juga
terdapat pada perawatan sarana dan fasilitas penunjang serta minimya atraksi hiburan
90
yang disajikan sebgaimana yang diungkapakan oleh Informan 5 yaitu bpk Tjetje bahwa
: “belum ada event yang mampu menarik pengunjung misalkan atraksi budaya
masyarakat yang disajikan, selain itu juga kayanya kurangnya perawatan fasilitas yang
telah diberikan oleh pemerintah seperti taman bermain”. (Wawancara dilakukan
diruangan kerja Kasie Kepariwisataan Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, 8 Juni 2011 pkl. 10.30).
2. Kemampuan pengelola pariwisata Pulau Untung Jawa
Pengelolaan pariwisata ditujukan untuk menumbuhkan perekonomian masyarakat
Pulau Untung Jawa dengan sifatnya pengembangan swadaya masyarakat. Swadaya
masyarakat berarti masyarakatlah yang bertanggung jawab dalam setiap bentuk
pengelolaan kegiatan kepariwisataan. Berikut adalah pernyataan beberapa informan
tentang kualitas SDM masyarakat Pulau Untung Jawa.
Pernyataan I1 bpk Wingga sebagai berikut:
“..hampir semua masyarakat Pulau Untung Jawa mengenyam pendidikan
sekolah dasar. Dari jumlah total seluruh masyarakat sebanyak 2034 orang,
yang tamat sekolah dasar sebanyak 690 orang, tamat SMP 263 orang, tamat
SMA 268 orang, dan 63 orang mengenyam pendidikan di perguruan tinggi dan
sisanya ada yang tidak sekolah ataupun belum sekolah. Tapi dari segi urusan
pengelolaan pariwisata, masyarakat masih kurang inovatif dan kreatif belum
bisa melihat kepuasan pengunjung misalnya saja rumah makan, makanan yang
dimasak masih belum bisa memberikan ide baru dalam kreasi masakan, SDM
yang kurang” (Wawancara dilaksanakan di ruangan Wakil Lurah, 11 Mei 2011
pkl. 12.30)
Pernyataan lain diungkapkan oleh I5 bpk Tjetje yang menyatakan:
“..untuk urusan pengelolaan pariwisata di Pulau Untung Jawa, karena
kebanyakan masyarakat hanya lulusan Sekolah Dasar jadi kemapuan mereka
juga terbatas hanya pada memberikan jasa pelayanan wisata, untuk guide saja
tidak ada pelatihan khusus, masyarakat hanya menyediakan tanpa membekali
pengetahuan..”. (Wawancara dilakukan diruangan kerja Kasie Kepariwisataan
Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Administrasi Kepulauan
Seribu, 8 Juni 2011 pkl. 10.30).
91
Hal yang senadapun diungkapkan oleh I4 bpk. Atib. Pernyataannya sebagai berikut:
“…..masyarakat sangat antusias dengan pengunjung yang berdatangan ke
Pulau, kami berusaha memenuhi apa yang diinginkan pengunjung. Pengunjung
mau makan, kami ada rumah makan, pengunjung mau berenang silahkan
berenang di pantai kami juga ada tempat bilasannya, pengunjung mau jalan-
jalan naik sepeda kami ada tempat penyewaan sepeda, pengunjung mau
menginap kami sediakan homestay, pengunjung mau jalan-jalan ke luar Pulau
kami juga ada guide yang bisa mendampingi. Istilahnya mah melayani lah…tapi
kemampuan kami terbatas tidak sanggup memenuhi segala permintaan jadi
selalu saja ada yang kurang mah.”. (Wawancara dilakukan di kediaman bpk.
Atib, 31 Mei 2011 pkl. 13.00).
Kemampuan masyarakat untuk mengelola pariwisata Pulau Untung Jawa hanya
sebatas mampu melayani pengunjung dengan menyediakan berbagai fasilitas yang
diberikan berupa tampilan fisik tanpa mengetahui kepuasan pengunjung.
Pernyataan lain diutarakan oleh I2 yaitu bpk. Badri yang menyatakan pengelolaan
pariwisata di Pulau Untung Jawa sebelumnya dilaksanakan oleh LPM yang bekerja
sama dengan masyarakat setempat namun semenjak LPM sudah tidak aktif berjalan lagi
dan pengelolaan sepenuhnya dilakukan masyarakat ada kemunduran dalam
pengelolaannya. Berikut hasil wawancaranya :
”..sebelumnya memang ditangani oleh LPM ya.. yang bekerja sama dengan
masyarakat. Semenjak ditangani LPM bisa dibilang pariwisata cukup maju
terutama pada saat itu banyak pembangunan seperti saung-saung ditepi pantai
sebelah Barat itu dibuat dari dana LPM dan juga sering dilakukan perbaikan
fasilitas tapi sekarang LPM sudah tidak aktif lagi jadi yang mengelola
masyarakat. Lambat laun fasilitas tersebut kurang perawatan dan juga kita dari
pemerintah tidak ada dana perawatan..” (Wawancara dilakukan di ruang
Sekretaris Lurah, 25 Mei 2011 pkl. 12.30)
Pernyataan hampir sama dinyatakan oleh I3 yaitu bpk. Hidayat sebagai berikut :
”...pengelolaan sekarang dilaksanakan masyarakat, LPM sudah tidak berjalan
lagi. Waktu LPM masih berjalan bagi pengunjung yang datang dikenakan tanda
92
masuk pulau yang uangnya dikelola untuk perawatan fasilitas tapi sekarang
untuk masuk pulau tidak dikenakan biaya lagi kecuali hari libur seperti hari
sabtu dan minggu pengunjung ditarik uang Rp.2000 untuk kebersihan pulau.
Jadi untuk fasilitas yang lain kebanyakan sekarang sudah ada yang rusak”.
(Wawancara dilakukan dikediaman bpk. Hidayat, 18 Mei 2011 pkl.13.00)
Pernyataan pengunjung seperti Septi sebagai I7 menyatakan bahwa:
”...masyarakatnya baik, cuma kayanya wisatanya gitu-gitu aja. Pengelolanya kurang
memberikan hiburan masyarakat pada pengunjung. Coba kalo setiap liburan ada acara
yang meriah disini”. (Wawancara dilakukan pada tanggal 12 Juni 2011 pkl. 12.00).
Hal yang hampir sama juga dinyatakan oleh ibu Lina I8 yang menyatakan : ”
masyarakatnya sih baik-baik dan juga ramah-ramah tapi fasilitasnya banyak mainan
anak yang kayanya udah ga lama keurus, udah gitu atraksinya cuma ada banana boat
coba ada atraksi apa gitu yang baru biar ga bosen..”. (Wawancara dilakukan pada
tanggal 12 Juni 2011. pkl. 13.00)
Secara sederhana dapat dilihat pada matriks dibawah ini :
Matriks 4
Kemampuan Sumber Daya Manusia
Informan Jawaban / Uraian
I1 Tingkat pendidikan masyarakat Pulau Untung Jawa yang
mengenyam pendidikan sekolah dasar sebanyak 690 orang, tamat
SMP 263 orang, tamat SMA 268 orang, dan 63 orang mengenyam
pendidikan di perguruan tinggi dan sisanya ada yang tidak sekolah
ataupun belum sekolah. Tapi dari segi urusan pengelolaan
pariwisata, masyarakat masih kurang inovatif dan kreatif dan belum
bisa melihat kepuasan pengunjung.
I5 Pendidikan masyarakat kebanyakan Sekolah Dasar, sehingga
kemampuan mereka juga terbatas hanya pada memberikan jasa
pelayanan wisata, untuk guide saja tidak ada pelatihan khusus,
masyarakat hanya menyediakan tanpa membekali pengetahuan.
I4 Masyarakat sangat antusias dengan pengunjung yang berdatangan ke
Pulau dan berusaha memenuhi apa yang diinginkan pengunjung
93
dengan menyediakan rumah makan, fasilitas tempat bilasan,
penyewaan sepeda, homestay dan guiding namun masih ada
kekurangan yang tidak terpenuhi.
I2 Awalnya pariwisata ditangani oleh LPM yang bekerja sama dengan
masyarakat dan mengalami kemajuan namun semenjak masyarakat
secara utuh yang mengelola banyak fasilitas yang tidak terawat. Dan
tidak ada bantuan dana perawatan dari pemerintah.
I3 LPM mengelola dan melakukan perawatan fasilitas dengan uang dari
tanda masuk pulau, semenjak masyarakat yang mengelola tidak ada
lagi tanda masuk pulau sehingga banyak fasilitas yang sudah
mengalami kerusakan.
I7 Masyarakat yang ramah tetapi tidak ada hiburan atau atraksi untuk
mengibur pengunjung.
I8 Masyarakatnya baik dan ramah tetapi atraksi terlalu monoton dan
tidak ada atraksi baru.
Membahas mengenai masalah Kemampuan SDM Pulau Untung Jawa dapat
dikatakan kualitas SDM di Kelurahan Pulau Untung Jawa untuk para pegawai tergolong
baik. Karena diisi oleh orang-orang yang tingkat pendidikannya baik pula. Sedangkan
kemampuan SDM masyarakatnya dalam mengelola masih lemah karena rendahnya
tingkat pendidikan. Untuk pendidikan di Pulau Untung Jawa, sebagian besar masyarakat
hanya memiliki latar belakang pendidikan Sekolah Dasar karena di Pulau Untung Jawa
sendiri berdasarkan data yang didapat hanya terdapat 1 Sekolah Dasar Negeri, 3
Madrasah Diniyah dan 1 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri. Untuk penduduk
yang berkeinginan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi maka harus keluar Pulau
untuk mengejar pendidikan SMA atau Perguruan Tinggi. Berikut tabel jumlah
pendidikan pendidikan penduduk.
Tabel 4.2.3.3
Jumlah tingkat Pendidikan Penduduk
94
No. Jenis Pendidikan Jenis Kelamin Jumlah Keterangan
Laki-laki Perempuan
1. Tidak/Belum sekolah 298 280 578 Jiwa/Orang
2. Tidak Tamat SD 62 110 172 Jiwa/Orang
3. Tamat SD 374 316 690 Jiwa/Orang
4. Tamat SLTP 144 119 263 Jiwa/Orang
5. Tamat SLTA 133 135 268 Jiwa/Orang
6. Tamat D1 1 0 1 Jiwa/Orang
7. Tamat D2 7 6 13 Jiwa/Orang
8. Tamat D3 5 11 16 Jiwa/Orang
9. Tamat S1 16 12 28 Jiwa/Orang
10. Tamat S2 5 0 5 Jiwa/Orang
Jumlah 1045 989 2034
Dalam menyokong kegiatan pariwisata, dibentuk Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat yang bertugas membantu masyarakat dalam menjalankan kegiatan
kepariwisataan. Menurut pengakuan Kasie Kepariwisataan Sudin Pariwisata, LPM
membekali masyarakat dengan pelatihan dan keterampilan mengolah SDA yang
dimiliki menjadi peluang usaha wisata. Dengan melihat peluang wisata yang besar,
masyarakat menjadi antusias dengan berkembangnya Pulau Untung Jawa sebagai
kawasan wisata. Namun semenjak LPM tidak aktif berjalan lagi kemampuan
masyarakat untuk mengelola mengalami kemunduran, dengan tidak adanya anggaran
untuk perawatan fasilitas. Kemampuan dalam melayani pengunjung ditujukan dengan
pemenuhan kebutuhan pariwisata. Seperti adanya penginapan, rumah makan, taman
bermain dan keindahan pantai. Tetapi kemampuan terbatas hanya pada pemenuhan
kebutuhan fisik dan tidak diimbangi dengan kebutuhan hiburan, sampai saat ini belum
95
ada hiburan atau atraksi yang mampu disajikan masyarakat sebagai daya tarik
pengunjung. Berdasarkan data yang diperoleh saat ini, ada 40 homestay yang dijadikan
tempat menginap, 15 warung ikan bakar, 8 toko souvenir, 7 unit rumah makan dan lain-
lain.
3. Anggaran Pengelolaan Pariwisata
Berbicara mengenai masalah anggaran dalam pengelolaan pariwisata di Pulau
Untung Jawa, selama ini anggaran didapat dan dikelola oleh masyarakat sendiri yang
memiliki usaha wisata. Dibawah ini pernyataan beberapa informan sebagai berikut:
Pernyataan bpk Wingga sebagai I1 menyatakan sebagai berikut :
”..sekarang ini anggaran untuk Pariwisata dari Pemerintah itu tidak ada,
kecuali waktu dulu awal pembentukan memang ada anggaran untuk
pembentukan desa wisata tapi sekarang kebanyakan modal dimiliki sendiri oleh
masyarakat untuk membuka usaha wisata”. (Wawancara dilaksanakan di
ruangan Wakil Lurah, 11 Mei 2011 pkl. 12.30)
Begitupun dengan pernyataan informan 2 bpk. Badri yang mengatakan bahwa: ”
awalnya waktu Pulau Untung Jawa dibentuk sebagai desa pemukiman andalan nelayan
untuk desa percontohan wisata ada anggaran dari pemerintah pusat, tapi itu dulu ya..
kalo sekarang anggaran dari pemerintah untuk wisata itu tidak ada”. (Wawancara
dilakukan di ruang Sekertaris Lurah, 25 Mei 2011 pkl. 12.30)
Pernyataan hampir serupa dunyatakan oleh I3 bpk Hidayatsebagai berikut:
“..tadinya kegiatan pariwasata di Pulau Untung Jawa dijalankan atas SK
Gubernur tentang menjadikan Pulau Untung Jawa sebagai kawasan wisata
pemukiman nelayan, namun semenjak tahun 2008 ada sedikit perubahan
terhadap kegiatan pariwisatanya. LPM sudah tidak lagi ikut campur tangan jadi
masyarakat yang diberikan urusan untuk mengelola, Bupati melarang menarik
iuran bagi pengunjung yang datang ke Pulau kecuali untuk hari sabtu dan
minggu pengunjung yang datang ke Pulau Untung Jawa dikenakan iuran
Rp.2000 itupun untuk uang kebersihan Pulau, jadi untuk anggaran pariwisata
96
didapat dari APBD Pemerintah Daerah itupun untuk awal pembentukan saja
seperti pembangunan dermaga, fasilitas bermain dan sekarang anggaran itu
dimiliki masyarakat yang punya usaha wisata dan dikelola oleh mereka
sendiri”. (Wawancara dilakukan di kediaman bpk. Hidayat, 18 Mei 2011 pkl.
13.00).
Hal sama juga diungkapkan oleh I4 bpk Atib. Ia menyatakan:
”..kalo masalah anggaran pariwisata, paling masyarakat yang memiliki usaha
homestay, kapal perahu, rumah makan, mengelola uangnya sendiri. Uang yang
masuk dikelola untuk kebutuhan mereka sehari-hari lagi, jika berlebih dipakai
untuk perbaikan yang lain misal perbaikan sarana dan prasarana, perbaikan
fasilitas untuk menambah daya tarik pengunjung”. (Wawancara dilakukan di
kediaman bpk. Atib, 31 Mei 2011 pkl. 13.00).
Pernyataan menurut informan lain yaitu I5 bpk Tjetje menyatakan bahwa :
”.....anggaran itu, mereka sendiri yang mengatur Sudin Pariwisata tidak ikut
campur mengenai pengelolaan anggaran. Sudin hanya membantu memberikan
pelatihan melalui LPM”. (Wawancara dilakukan diruangan kerja Kasie
Kepariwisataan Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Administrasi Kepulauan Seribu, 8 Juni 2011 pkl. 10.30).
Secara lebih sederhana dapat dilihat pada matriks dibawah ini
Matriks 7
Kelemahan : Anggaran dalam Pengelolaan Pariwisata
Informan Jawaban / Uraian
I1 Anggaran dikelola masyarakat dan tidak ada anggaran pariwisata
dari Pemerintah.
I2 Tidak ada anggaran pariwisata yang diberikan oleh Pemerintah
I3 Anggaran dimiliki masyarakat yang memiliki usaha wisata seperti:
usaha homestay, kapal perahu, rumah makan mengatur pendapatan
masing-masing. Uang yang masuk dikelola untuk kebutuhan sehari-
hari, jika berlebih dipakai untuk perbaikan yang lain misal
perbaikan sarana dan prasarana, perbaikan fasilitas untuk
97
menambah daya tarik pengunjung.
I4 Anggaran hanya diberikan pada awal pembentukan Pulau Utung
Jawa sebagai desa wisata melalui dana APBD, tapi sekarang untuk
kegiatan pariwisata anggaran dikelola oleh masyarakat yang
memiliki usaha wisata.
I5 Anggaran dikelola masyarakat, Sudin Pariwisata tidak ikut campur
mengenai pengelolaan anggaran. Sudin hanya membantu
memberikan pelatihan melalui LPM.
Membahas mengenai Anggaran Pariwisata dalam pengelolaan pariwisata Pulau
Untung Jawa pada awal pembentukan Pulau Untung Jawa sebagai desa kawasan wisata
pemerintah daerah memberikan anggaran melalui APBD untuk pembangunan fasilitas
Dermaga, Taman bermain anak, Bumi perkemahan di Pulau Untung Jawa, tetapi
anggaran yang dimiliki sekarang merupakan anggaran pribadi milik masyarakat yang
dikelola oleh masyarakat yang memiliki usaha pada pariwisata Pulau Untung Jawa.
Adapun pendapatan dari hasil penyewaan homestay, warung ikan bakar atau kapal
nelayan di kelola masyarakat sendiri yang memiliki usaha tersebut. Masyarakat menarik
iuran Rp. 2.000,- untuk kebersihan Pulau Untung Jawa. Pendapatan yang diterima dari
penyewaan homestay, warung ikan bakar, dan kapal nelayan merupakan pendapatan
pribadi dari si pemilik usaha tersebut. Berikut adalah tabel pendapatan masyarakat
pemilik usaha homestay, warung ikan bakar dan kapal fery untung jawa. Dibawah ini
adalah tabel pendapatan dari sarana yang dimiliki masyarakat.
Tabel 4.2.3.4
Pendapatan kegiatan Pariwisata
98
No. Sarana dan Prasarana Jumlah Rata-rata
pendapatan/ bulan/ unit
Keterangan
1. - Kapal Fery 3 unit Rp. 8.400.000,-
2. - Homestay 40 unit Rp. 1.200.000,-
3. - Warung Ikan Bakar 15 unit Rp.2.400.000,-
(Sumber : Laporan Bulan Maret Kelurahan Pulau Untung Jawa, 2011)
c. Peluang (Opportunities)
Membahas tentang peluang pariwisata yang ada di Pulau Untung Jawa dapat dilihat
dari segi pengembangan dan pemasaran pariwisatanya, investasi yang ada di Pulau
Untung Jawa dan faktor pendukung seperti potensi wisata yang ditampilkan dan
menjadi kekuatan objek wisata Pulau Untung Jawa dan Sumber Daya Alam yang
dihasilkan dan dilakukan pembinaan usaha terhadap SDA tersebut. Berikut adalah hasil
wawancara dengan beberapa informan mengenai peluang pariwisata yang dimiliki
Pulau Untung Jawa.
1. Pengembangan pariwisata di Pulau Untung Jawa
Pengembangan dan pengelolaan pariwisata ditujukan agar pariwisata dapat
berkembang dan memajukan industry wisata itu sendiri. Sebagai wilayah wisata yang
berbentuk Kepulauan potensi Pulau Untung Jawa lebih dominan pada wisata air dan
pemandangan alam. Berikut hasil wawancara dengan beberapa informan mengenai
pengembangan pariwisata di Pulau Untung Jawa.
Sesuai dengan pernyatan I1 yaitu bpk Wingga menyatakan bahwa:
99
”....untuk mengembangkan pariwisata disini, sering dilakukan promosi wisata
kepulauan seribu termasuk pariwisata di Pulau Untung Jawa, melakukan ajang
pemilihan Abang-None Kepulauan Seribu yang tugasnya mengenalkan
pariwisata di Kepulauan Seribu termasuk Pulau Untung Jawa, memasukan
Pulau Untung Jawa dalam event Enjoy Jakarta dengan begitu banyak
pengunjung yang berminat datang kesini”. (Wawancara dilaksanakan di
ruangan Wakil Lurah, 11 Mei 2011 pkl. 12.30).
Pernyataan informan lain yaitu bpk Hidayat sebagai I3 menyatakan yang tidak jauh
beda, dengan pernyataan informan sebelumnya, berikut pernyataan beliau:
”....untuk membantu pariwisata supaya bisa dikenal, Kepulauan Seribu punya
website yang mengenalkan pariwisata di Kepulauan Seribu termasuk Pulau
Untung Jawa juga. Neng..... bisa cek websitenya di www.pulauseribu.net isinya
tentang sejarah, budaya dan pariwisata di Pulau Untung Jawa selain itu kami
tentunya melakukan perbaikan fasilitas, perbaikan sarana penunjang lain
seperti taman bermain anak, kebersihan pantai, kami lakukan untuk menarik
pengunjung datang kesini”. (Wawancara dilakukan di kediaman bpk. Hidayat,
18 Mei 2011 pkl. 13.00).
Pernyataan lain diungkapkan I4 bpk Atib yang menyatakan pengembangan pariwisata
dilakukan dengan menciptakan kegiatan wisata yang menghibur bagi pengunjung pada
saat musim liburan. Ia menyatakan sebagai berikut:
”...untuk mengembangkan pariwisata disini kami melakukan pemberdayaan
masyarakat dalam LPM dan menciptakan suatu macam kegiatan hiburan yang
bisa dinikmati pengunjung. Contohnya sekarang ini, dulu itu belum ada banana
boat tapi untuk menarik minat pengunjung kami adakan banana boat,
menyewakan alat-alat snorkeling, kunjungan ke Pulau Rambut, Onrust, travel
agent atau paket wisata ya.. pokoknya semacam itulah”. (Wawancara dilakukan
di kediaman bpk. Atib, 31 Mei 2011 pkl. 13.00)
Informan lain bpk Tjetje sebagai I5 menyatakan bahwa pengembangan pariwisata di
Pulau Untung Jawa tidak terlepas dari pengembangan pariwisata Kepulauan Seribu
karena Pulau Untung Jawa sendiri termasuk kedalam gugusan Pulau Seribu. Dalam
melakukan pengembangan kegiatan pariwisata itu sendiri, tidak terlepas dari tugas
100
pokok dan fungsi Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Administrasi
Kepulauan Seribu. Berikut hasil wawancara dengan beliau :
“..pengembangan yang dilakukan sesuai dengan Tupoksi yang dijalankan Sudin
Pariwisata yaitu menjual, mengemas dan mempromosikan pariwisata di
Kepuluan Seribu termasuk pariwisata Pulau Untung Jawa untuk dapat
dinikmati oleh wisatawan, melakukan pemilihan duta putera-puteri wistata
Kepulauan Seribu untuk mengenalkan pariwisata di Kepuluan Seribu,
menyelenggarakan promosi wisata dengan melakukan pameran-pameran
kebaharian Kepulauan Seribu misal Deep Indonesia, Gebyar wisata, Abang-
None Kepulauan Seribu selain itu juga apabila mau melihat hal menarik tentang
pariwisata Kepulauan Seribu bisa buka website kami, disitu akan banyak tempat
wisata di Kepulauan Seribu yang bisa dikunjungi seperti Pulau Tidung, Pulau
Pramuka, Pulau Macan, Pulau Sepa dan juga ada Pulau Untung Jawa”.
(Wawancara dilakukan diruangan kerja Kasie Kepariwisataan Suku Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, 8 Juni
2011 pkl. 10.30).
Secara lebih sederhana dapat dilihat pada matriks berikut ini:
Matriks 8
Peluang: Pengembangan pariwisata Pulau Untung Jawa
Informan Jawaban / Uraian
I1 Pengembangan pariwisata dilakukan melalui promosi wisata seperti
pemilihan Abang-None Kepulauan Seribu yang bertugas
mengenalkan pariwisata di Kepulauan Seribu termasuk Pulau
Untung Jawa, memasukkan Pulau Untung Jawa dalam event Enjoy
Jakarta.
I3 Pengembangan pariwisata dilakukan melalui pengenalan pada
website kepulauan seribu yang berisi tentang sejarah, budaya dan
pariwisata di Pulau Untung Jawa yang diharapkan dapat menarik
pengunjung serta perbaikan fasilitas dan sarana, prasarana penunjang
pariwisata.
I4 Pengembangan dilakukan dengan pemberdayaan masyrakat oleh
LPM dan menciptakan kegiatan hiburan yang ditujukan bagi
pengunjung seperti banana boat, penyewaan alat-alat snorkeling dan
travel agent.
I5 Pengembangan dilakukan sesuai dengan Tupoksi Sudin Pariwisata
dengan menyelenggarakan beberapa event untuk mengenalkan
pariwisata Kepulauan Seribu termasuk pariwisata Pulau Untung
101
Jawa.
I6, I7, I8, I9,
I10
Pengembangan melalui pemasaran pariwisata yang baik lewat
internet.
Membahas mengenai pengembangan pariwisata di Pulau Untung Jawa, pihak
pemerintah setempat dan masyarakat gencar melakukan pemasaran pariwisata dengan
promosi wisata Pulau Untung Jawa. Adapun promosi yang dilakukan berupa Pemilihan
Duta Pariwisata yaitu Abang None Kepulaun Seribu 2011 yang belum lama ini
diselenggarakan, memasukan Pulau Untung Jawa dalam slogan Enjoy Jakarta. Membuat
website untuk pariwisata Pulau Untung Jawa yang dapat memudahkan masyarakat
melihat alam Pulau Untung Jawa. Selain itu juga melakukan kegiatan hiburan atau
atraksi dan melakukan perbaikan sarana dan fasilitas sehingga dapat menarik minat
pengunjung wisata.
Gambar 4.2.3.4
Kegiatan Air Banana Boat
2. Investasi pariwisata di Pulau Untung Jawa
102
Investasi dalam peluang pariwisata dapat menumbuhkan pengembangan dan
pengelolaan pariwisata. Berikut ini adalah hasil wawancara dengan beberapa informan
yang menyatakan investasi pariwisata di Pulau Untung Jawa.
Pernyataan tentang investasi pariwisata di Pulau Untung Jawa diungkapkan oleh I1 yaitu
bpk Wingga sebagai berikut:
”...selama ini masyarakat menjalankan kegiatan pariwisata secara mandiri.
Investasi ada pada event tertentu dan bekerjasama dengan pihak asing..seperti
kemarin waktu malam pergantian tahun, kita bekerja sama dengan PT. Djarum
untuk menyelenggarakan acara pesta kembang api untuk menarik pengunjung
datang ke Pulau”. (Wawancara dilaksanakan di ruangan Wakil Lurah, 11 Mei
2011 pkl. 12.30).
Pernyataan lain dari I2 bpk Badri mengungkapkan sebagai berikut: ”...menanamkan
modal atau invest,, ya adanya kerjasama seperti pembangunan homestay.
Pembangunan homestay itu modalnya ada yang ngasih ada yang punya sendiri”.
(Wawancara dilakukan di ruang Sekretaris Lurah, 25 Mei 2011 pkl. 12.30)
Pernyataan hampir serupa diungkapkan I3 yaitu bpk Hidayat yang menyatakan:
“...masyarakat yang punya modal sendiri biasanya melakukan perbaikan dan
penambahan fasilitas homestay atau rumah makan, kan itu semacam investasi
juga. Tapi kalo yang dimaksud investasi asing dari luar belum ada. Kami sih
mau-mau aja nerima modal untuk membangun usaha toh untuk kemajuan
pariwisata disini juga. Kalo usahanya maju kan masyarakat disini juga yang
seneng, ya ga neng???”. (Wawancara dilakukan di kediaman bpk. Hidayat, 18
Mei 2011 pkl. 13.00).
Pernyataan yang hampir sama diungkapkan informan lain I4 bpk Atib sebagai
berikut
”....homestay, rumah makan, warung ikan bakar, kios-kios juga termasuk
investasi masyarakat untuk pariwisata di Pulau Untung Jawa, yang bisa
menambah pemasukan mereka. Kalo investasi dari orang luar kayanya belum
pernah ada yang masuk neng, baik modal atau apapun tapi kalo misal ada
103
acara tertentu disini yang diselenggarakan swasta ada kerja sama dengan
pariwisata disini” (Wawancara dilakukan di kediaman bpk. Atib, 31 Mei 2011
pkl. 13.00).
Berkaitan dengan pertanyaan yang sama menurut I5 yaitu bpk. Tjetje menyatakan bahwa
”...kami membuka peluang bagi siapa saja dan pihak mana saja yang mau
melakukan investasi pariwisata di Pulau Untung Jawa bahkan pariwisata lain di
Kepulauan Seribu, dan memang benar banyak yang mau berinvestasi namun
mengalami kendala dalam pelaksanaannya. Misal untuk membangun homestay
atau rumah makan baru diperlukan bahan-bahan bangunan yang tidak dijual di
Pulau dan harus diangkut dari daratan. Biaya angkut yang menjadi kendala dan
sarana transportasi yang mengangkutnya”. (Wawancara dilakukan diruangan
kerja Kasie Kepariwisataan Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Administrasi Kepulauan Seribu, 8 Juni 2011 pkl. 10.30).
Secara sederhana dapat dilihat pada matriks dibawah ini :
Matriks 9
Peluang: Investasi Asing
Informan Jawaban / Uraian
I1 Investasi asing belum ada, karena mengacu pada masyarakat yang
menjalankan usaha wisata. Namun ada kerjasama dengan pihak
swasta bila ada event tertentu.
I2 Dilakukan sistem kerjasama.
I3 Investasi Asing belum ada, tetapi masyarakat melakukan investasi
pada perbaikan sarana dan fasilitas homestay atau rumah makan bagi
masyarakat yang memiliki modal besar untuk kemajuan pariwisata
Pulau Untung Jawa.
I4 Investasi masyarakat pada homestay, rumah makan, warung ikan
bakar, kios-kios yang bisa menambah uang pemasukan bagi
masyarakat serta kerja sama dengan pihak swasta bila ada event yang
diselenggarakan.
I5 Terbuka peluang bagi pihak manapun untuk melakukan investasi
pariwisata di Kepulauan Seribu termasuk Pulau Untung Jawa namun
mengalami kendala dalam pelaksanaan seperti biaya angkut yang
besar. Investasi modal dibantu Pemerintah daerah setempat yaitu
104
Kelurahan Pulau Untung Jawa dengan meminjamkan modal bagi
pengusaha industri rumah tangga
Membahas mengenai peluang investasi pariwisata di Pulau Untung Jawa dapat
dikatakan belum ada investasi dari luar, dikarenakan menurut informan mengalami
kendala dalam pelaksanaannya seperti biaya angkut dan transportasi yang tidak
memadai. Investasi dilakukan oleh masyarakat yang memiliki usaha pada jenis wisata
yang ditampilkan di Pulau Untung Jawa seperti homestay, rumah makan, warung ikan
bakar, kios-kios cinderamata yang bisa menambah uang pemasukan bagi masyarakat.
Namun apabila ada event-event tertentu di Pulau Untung Jawa pihak swasta melakukan
kerjasama pariwisata dengan pengelola dan masyarakat setempat sebagai pelaku wisata.
3. Faktor Pendukung : Sumber Daya Alam Pulau Untung Jawa
Dalam membantu memajukan kegiatan kepariwisataan di Pulau Untung Jawa tidak
terlepas dari factor pendukung pariwisata yang dimiliki Pulau Untung Jawa. Hal ini
dapat terlihat pada pemanfaatan Potensi wisata yang ditampilkan dan SDA yang
dihasilkan Pulau Untung Jawa dalam pembinaan usaha pada masyarakat Pulau Untung
Jawa. Berikut beberapa pernyataan informan tentang pemanfaatan SDA terhadap
pariwisata Pulau Untung Jawa dapat dilihat dari hasil wawancara sebagai berikut:
Pernyataan I1 bpk Wingga. Ia menyatakan bahwa :
”...sebagai daerah pesisir, SDA Pulau Untung Jawa ada pada aspek perikanan
karena mayoritas penduduk adalah nelayan dan pada aspek pariwisata itu
sendiri. Dari pariwisatanya SDA bisa dilihat dari hutan bakau, pulau
konservasi, laut dan pantai dan juga hasil olahan masyarakat yaitu kerajinan
tangan dari kerang, daur ulang dari bekas sampah plastik” (Wawancara
dilaksanakan di ruangan Wakil Lurah, 11 Mei 2011 pkl. 13.00).
105
Informan 2 bpk Badri mengatakan hal yang tidak jauh berbeda dengan informan yang
sebelumnya bahwa SDA yang dimiliki dari apa yang dihasilkan oleh alam Pulau Untung
Jawa. Beliau menyatakan :
“ Untuk SDA pariwisata itu sendiri lebih kepada hasil pengarajin yang dijual di
kios-kios cinderamata, yang merupakan olahan dari budidaya kerang, dan juga
ada daur ulang dari sampah. Seperti bungkus-bungkus kopi. tau bungkus kopi
kan??, nah itu bisa dijadikan tas..” (Wawancara dilakukan di ruang Sekretaris
Lurah, 25 Mei 2011).
Informan 5 bpk. Tjetje mengatakan sebagai berikut :
”..SDA Pulau Untung Jawa itu karena pemukiman nelayan jadi, SDA pada hasil
perikanan dan juga pada pariwisata itu sendiri seperti menonjolkan apa yang
ada di Pulau Untung Jawa yang saya bilang tadi wisata kuliner, pantai pasir
putih, taman bermain, kios-kios cinderamata, pengrajin hasil budidaya
masyarakat ya seperti itulah..”. (Wawancara dilakukan diruangan kerja Kasie
Kepariwisataan Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Administrasi Kepulauan Seribu, 8 Juni 2011 pkl. 10.30).
Masih dalam wawancara yang sama beliaupun menambahkan bahwa SDA
Pariwisata di Pulau Untung Jawa lebih kepada hasil kerajinan tangan masyarakat yang
dihasilkan dan juga pada kelompok usaha-usaha kecil seperti pengrajin keripik sukun.
Berikut hasil wawancara dengan beliau : ”masyarakat Pulau Untung Jawa itu cukup
kreatif, banyak masyarakat yang mengolah makanan sukun menjadi keripik.. setahu
saya itu jadi buah tangan makanan khas dari sana..” (Wawancara dilakukan diruangan
kerja Kasie Kepariwisataan Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Administrasi Kepulauan Seribu, 8 Juni 2011 pkl. 10.30).
Pernyataan hampir serupa diungkapkan oleh I4 bpk Atib sebagai berikut :
”...SDA dari pariwisata Pulau Untung Jawa ada hutan bakau, pantai yang
bersih, wisata pancing, wisata kuliner, homestay buat pengunjung yang mau
menginap, pengrajin-pengrajin hasil olahan dari laut seperti kerang, ada yang
dijadikan kalung, gantungan kunci, hiasan kamar dan juga daur ulang kertas
106
dari sampah dan kelompok usaha kecil”. (Wawancara dilakukan di kediaman
bpk. Atib, 31 Mei 2011 pkl. 13.00).
Pernyataan yang sama juga diungkapkan I3 bpk. Hidayat yang mengatakan bahwa ”
SDA cukup beragam bisa dilihat dari potensi yang dimiliki Pulau Untung Jawa”.
(Wawancara dilakukan di kediaman bpk. Hidayat, 18 Mei 2011 pkl. 13.00).
Secara sederhana dapat dilihat pada matriks dibawah ini:
Matriks 10
Peluang: SDA Pulau Untung Jawa
Informan Jawaban / Uraian
I1 SDA Pulau Untung Jawa ada pada aspek perikanan dan aspek
pariwisata. SDA Pariwisata bisa dilihat dari hutan bakau, pulau
konservasi, laut dan pantai dan juga hasil olahan masyarakat yaitu
kerajinan tangan dari kerang, daur ulang sampah, wisata kuliner.
I2 SDA melimpah pada hasil olahan budidaya kerang dan daur ulang
sampah yang dijual di kios-kios cinderamata.
I5 SDA pada hasil perikanan dan pariwisata. SDA pada hasil pariwisata
itu lebih menonjolkan pada potensi yang ada di Pulau Untung Jawa
seperti wisata kuliner, pantai pasir putih, taman bermain, kios-kios
cinderamata, pengrajin hasil budidaya masyarakat.
I4 SDA pariwisata Pulau Untung Jawa yaitu hutan bakau, pantai yang
bersih, wisata pancing, wisata kuliner, homestay, pengrajin-pengrajin
hasil olahan dari laut seperti kerang, dan daur ulang kertas dari
sampah
I3 SDA cukup beragam bisa dilihat dari potensi yang dimiliki Pulau
Untung Jawa
I6, I7, I8, I9 Pulau yang bagus dan pantai, pasir putih yang bagus.
Membahas mengenai Sumber Daya Alam yang dimiliki Pulau Untung Jawa, dapat
dikatakan bahwa sebagai daerah pesisir yang berbatasan dengan perairan dan laut,
Sumber Daya Alam dan potensi wisata yang beragam merupakan faktor pendukung
107
dalam pariwisata Pulau Untung Jawa. SDA Pulau Untung Jawa terletak pada aspek
perikanan sebab Pulau Untung Jawa merupakan desa wisata pemukiman nelayan sebab
sebagain besar penduduknya berprofesi sebagai nelayan, dari jumlah total penduduk
sebanyak 2034 jiwa hampir 80% mata pencaharian penduduk merupakan nelayan.
Selain perikanan, SDA yang dimiliki Pulau Untung Jawa yaitu pada aspek pariwisata
yang sedang dijalankan. Pemanfaatan SDA alam ini dijadikan potensi wisata yang
dikembangkan di Pulau Untung Jawa. Pantai dan Laut, Pasir Putih, Hutan Bakau, Pulau
Konservasi, fasilitas homestay, fasilitas rumah makan dan warung ikan bakar, wisata
air, wisata pancing, dan juga kios-kios cinderamata dari hasil budidaya kerang dan daur
ulang hasil olahan dar bekas sampah yang dibuat oleh pengrajin-pengrajin Pulau
Untung Jawa. Selain itu yang mendukung kegiatan pariwisata di Pulau Untung Jawa
juga terlihat dari pembinaan usaha yang dilakukan oleh masyarakat yang dibantu oleh
pihak pemerintah daerah setempat yaitu, Kelurahan Pulau Untung Jawa. Adapun jenis
pembinaan usaha yang dilakukan yaitu usaha mikro dan kecil dan usaha industri rumah
tangga. Berikut adalah tabel pembinaan usaha masyarakat.
Tabel 4.2.3.5
Usaha Industri Rumah Tangga
No. Jenis Usaha Jumlah
108
1.
2.
3.
4.
Tukang kapal / perahu
Tukang rumah
Tukang Batako
Pengrajin Keripik Sukun
4 orang
10 orang
2 orang
5 kelompok
(Sumber : Laporan Bulan Maret Kelurahan Pulau Untung Jawa, 2011)
Tabel 4.2.3.6
Usaha Mikro dan Kecil
No. Jenis Usaha Jumlah Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Warung Nasi
Warung Langsam
Toko Kelontong
Pedagang
Pedagang mingguan
Pedagang keliling
Pedagang
7 unit
26 unit
4 unit
16 unit
51 unit
8 unit
8 unit
Warteg
Sembako
Alat Rumah Tangga
Ikan bakar
Lontong, indomie
Bakso, sayuran, jamu
Souvenir
Jumlah 120 unit
(Sumber : Laporan Bulan Maret Kelurahan Pulau Untung Jawa, 2011)
Gambar 4.2.3.5
Hasil Olahan Budidaya kerang dan kios cinderamata
109
d. Ancaman (Threats)
Ancaman yang ada antara lain berkaitan dengan faktor penghambat pengembangan
pariwisata dan persaingan pariwisata dengan wilayah lain. Berikut ini pernyataan
beberapa informan yang menyatakan tentang ancaman yang dimiliki Pulau Untung
Jawa.
Menurut informan 1 bpk Wingga menyatakan:
”...tidak dipungkiri memang ada faktor yang menghambat yaitu supply bahan
pokok. Harga bahan pokok didaratan dan disini tentu jauh berbeda terkait
dengan biaya dan ongkos transport, apabila kehabisan dan tidak ada stock
otomatis harus menyebrang ke daratan dulu. Bahan pokok juga termasuk
penting dalam kelangsungan pariwisata. Selain itu dari masyarakat juga
seperti, kurang memberikan inovasi dan kurang kreatif. Contohnya saja dalam
hal makanan, mereka kurang memberikan tampilan baru dalam masakan.
Mereka hanya melayani pengunjung tanpa tahu telah memberikan kepuasan
kepada pengunjung atau belum dan juga yang pasti masalah cuaca, kalo yang
ini kita tidak bisa berbuat apa-apa kan. Misal musim penghujan, karena sering
turunnya hujan atau cuaca sedang buruk para tukang kapal enggan menarik
kapal maka akan mempengaruhi intensitas pengunjung yang berdatangan ke
Pulau Untung Jawa”. (Wawancara dilaksanakan di ruangan Wakil Lurah, 11
Mei 2011 pkl. 12.30).
Pernyataan lain diungkapkan Informan 5 bpk Tjetje yang menyatakan:
110
”...hambatan mungkin ada pada bidang usaha yang mereka jalani, banyak yang
punya homestay tapi tidak ada asosiasi pemilik homestay, banyak yang punya
warung ikan bakar dan rumah makan, tidak ada asosiasinya begitu juga dengan
asosiasi angkutan kapal dan guide. Mungkin juga karena itu tadinya belum ada
investasi yang masuk jadi pengembangan modalnya kurang”. (Wawancara
dilakukan diruangan kerja Kasie Kepariwisataan Suku Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, 8 Juni 2011 pkl.
10.30).
Pernyataan yang hampir sama juga diutarakan oleh I3 bpk. Hidayat yaitu faktor
penghambat dalam pengembangan pariwisata yaitu kurangnya modal atau investasi dari
luar, karena kebanyakan usaha wisata yang dijalankan dimiliki oleh masyarakat
setempat dan belum ada pihak asing yang mau menanamkan investasinya. Berikut
merupakan hasil wawancara dengan beliau :
”..faktor penghambat pengembangan pariwisata ya itu tadi karena sampai saat
ini tidak ada investasi asing yang masuk dalam pariwisata Pulau Untung Jawa
jadi ya... kadang-kadang masyarakat suka kekurangan modal. Namanya usaha
yang dikelola sendiri pasti ada pasang surutnya”. (Wawancara dilakukan
dikediaman bpk. Hidayat, 18 Mei 2011 pkl. 13.00)
Hal yang tidak jauh berbeda juga diungkapkan I4 bpk. Atib yang menyatakan :
”.. yang menghambat apa ya? Mungkin karena tidak ada investasi dari luar kali
ya, soalnya fasilitas dalam penyediaan sarana hiburan masih terbatas
contohnya kaya penyewaan alat-alat snorkeling masih terbatas, banana boat
juga masih ada satu. Jika ada investasi modal dari luar mungkin akan
melakukan penambahan sarana hiburan itu tadi” (Wawancara dilakukan di
kediaman bpk. Atib, 31 Mei 2011 pkl. 13.00).
Secara sederhana dapat dilihat pada matriks berikut ini :
Matriks 11
111
Ancaman : Faktor Penghambat dalam Pariwisata Pulau Untung Jawa
Informan Jawaban / Uraian
I1 Faktor penghambat terdapat pada supply bahan pokok, yang berbeda
antara didaratan dan dilaut terkait dengan biaya dan ongkos
tranportasi, kurang inovatif dan kreatifnya masyarakat dalam hal
penyajian makanan dan terkait dengan masalah jika cuaca buruk yang
dapat mempengaruhi intensitas kedatangan pengunjung.
I5 Hambatan ada pada bidang usaha yang dijalankan masyarakat seperti
asosiasi pemilik homestay, asosiasi warung ikan bakar, asosiasi kapal
dan asosiasi guide. Dan juga belum adanya investasi modal dari luar.
I3 Belum adanya investasi dari luar jadi masyarakat sering kekurangan
modal.
I4 Belum adanya investasi asing sehingga penyediaan fasilitas sarana
hiburan masih terbatas.
I6, I7, I8, Bencana alam
Berkaitan dengan persaingan dengan wilayah lain menurut I1 yaitu bpk Wingga
menyatakan bahwa :
”...pariwisata di Pulau Untung Jawa, sama saja dengan pariwisata di Pulau
Tidung atau pulau-pulau digugusan Kepulauan Seribu lainnya karena memang
menonjolkan pemandangan dan keindahan pantai tapi semuanya itu sepertinya
bukan merupakan persaingan pariwisata antar daerah karena setiap daerah kan
memiliki kekhasan masing-masing”. (Wawancara dilakukan di ruang kerja
Lurah, 11 Mei 2011 pkl. 12.30).
Pernyataan yang hampir sama juga diungkapkan oleh I3 bpk. Hidayat yang berpendapat
sebagai berikut :
”...untuk saingan pariwisata dengan Pulau lain atau misal Pulau Tidung kami
tidak merasa bersaing. Setiap Pulau punya keindahan masing-masing mungkin
di Pulau Tidung ada jembatan cinta disini kita juga punya jembatan penyembuh
dari batu. Ada ciri khas nya masing-masing lah... ” (Wawancara dilakukan di
kediaman bpk. Hidayat, 18 Mei 2011 pkl. 13.00).
112
Pernyataan lain juga diungkapkan oleh I5 bpk. Tjetje yang menyatakan bahwa
persaingan pariwisata tidak terjadi antar pulau atau antar daerah melainkan pada
persaingan usaha yang dimiliki masyarakat Pulau Untung Jawa. Hal tersebut sesuai
dengan hasil wawancara berikut ini :
”....bukan pesaing kalau antar pulau, tetapi lebih kepada usaha yang dimiliki
masyarakat. Tentu saja mereka harus bersaing secara sportif untuk merebut hati
pengunjung yang datang, misal ada kelebihan dalam homestay, keunikan dalam
masakan ya semacam itulah...” (Wawancara dilakukan diruangan kerja Kasie
Kepariwisataan Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Administrasi Kepulauan Seribu, 6 Juni 2011 pkl. 10.30).
Hal yang sama juga diungkapkan oleh I4 bpk Atib sebagai berikut: ”...untuk
saingan pariwisata dengan Pulau lain ya ngga lah, kami tidak merasa bersaing.. kalo
saingan usaha usaha sih wajar, namaya juga cari rejeki buat pemasukan kantong asal
saingan yang sehat aja ” (Wawancara dilakukan di kediaman bpk. Atib, 31 Mei 2011
pkl. 13.00).
Informan lain yaitu I2 bpk . Badri juga mengatakan sebagai berikut :
”..kalau kita berbicara mengenai persaingan pariwisata dengan Pulau Tidung,
saya kira itu tidak ya karena jalur-jalur intensitas kedatangan pengunjung itu
kan berbeda. Pulau Untung Jawa itu mayoritas pengunjung itu dari Tanjung
Pasir Tangerang kalau Pulau Tidung itu kan dari Jakarta..” (Wawancara
dilakukan di ruang Sekretaris Lurah, 25 Mei 2011 pkl. 12.30).
Secara sederhana dapat dilihat pada matriks dibawah ini :
Matriks 12
Ancaman: Persaingan dengan wilayah lain
Informan Jawaban / Uraian
I1 Pariwisata di Pulau Untung Jawa dan di Pulau Tidung bukan
merupakan persaingan wisata antar daerah karena setiap pulau
memiliki pemandangan dan keindahan pantai dan kekhasan masing-
masing.
I3 Persaingan pariwisata tidak terjadi antar Pulau, melainkan pada jenis
113
usaha yang dijalankan masyarakat.
I5 Bukan persaingan wisata antar pulau, tetapi pada usaha yang dimiliki
masyarakat untuk dapat menampilkan kelebihan dam keunikan jenis
usaha yang dimilki dalam persaingan yang sehat.
I4 Tidak ada persaingan dengan Pulau Tidung dalam pariwisata,
bersaing secara sehat pada bentuk usaha yang dimiliki.
I2 Bukan persaingan wisata dengan Pulau Tidung karena memiliki jalur
pengunjung yang berbeda.
Membahas mengenai hambatan yang dimiliki dalam pariwisata Pulau Untung Jawa,
menurut pengakuan dari informan terletak pada belum adanya investasi yang mampu
mendorong kemajuan pariwisata di Pulau Untung Jawa, sehingga mengalami
kekurangan modal dalam pengadaan fasilitas dan sarana hiburan bagi pengunjung selain
itu jenis pariwisata yang ditampilkan hanya mengandalkan apa yang dimiliki tanpa
adanya kreatifitas dan inovasi untuk menarik minat pengunjung dengan memunculkan
atraksi budaya atau dan hiburan masyarakat. Selain itu hambatan ada pada supply bahan
makan pokok dari daratan ke Pulau Untung Jawa yang harganya tertentu saja berbeda,
dan juga pada masalah kondisi cuaca dan ditakutkan dengan adanya bencana alam,
karena letak Pulau Untung Jawa yang merupakan daerah pesisir berbatasan dengan laut
dan daratan serta sistem organisasi dari asosiasi pemilik usaha yang terbentuk. Terkait
masalah persaingan dengan wilayah lain dalam hal pariwisata dianggap bukan sebagai
persaingan karena setiap Pulau di jajaran Kepualaun Seribu memiliki keindahan dan
daya tarik tersendiri untuk dikunjungi.
4.3 Interpretasi Data dan Pembahasan
Setelah data di analisis langkah selanjutnya adalah interpretasi data yaitu
menghubungkan temuan hasil penelitian dilapangan dengan teori dan konsep para ahli
114
sehingga peneliti dapat mengembangkan teori dan menemukan makna baru dari hasil
penelitiannya. Adapun pembahasan yang dilakukan yaitu dengan membahas lebih
lanjut hasil analisis data yang telah diinterpretasikan. Dalam hal ini peneliti
merumuskan strategi pengelolaan pariwisata Pulau Untung Jawa melalui pendekatan
Analisis SWOT. Dalam penelitian ini, peneliti dapat menginterpretasikan data-data hasil
penelitian yang dilakukan dikawasan wisata Pulau Untung Jawa mengenai Alternatif
Strategi Pengelolaan Pariwisata Pulau Untung Jawa, berdasarkan hasil penelitian dapat
dirumuskan suatu alternatif strategi pengeloaan yang baik melalui pendekatan Analisis
SWOT yang memiliki empat dimensi untuk dianalisis yaitu Kekuatan (Strenghts),
Kelemahan (Weakness), Peluang (Opportunities) dan Ancaman (Threats). Pengelolaan
Pariwisata Pulau Untung Jawa merupakan hasil kerjasama Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan Pulau Untung Jawa urusan pariwisata dengan swadaya
masyarakat sejak dicanangkanya Pulau Untung Jawa menjadi desa wisata percontohan
dan desa andalan pemukiman nelayan tahun 2001 silam. Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan Pulau Untung Jawa dibentuk dan dipilih oleh masyarakat Pulau
Untung Jawa melalui sistem pemilihan secara langsung dan menangani berbagai urusan
masyarakat dan salah satunya yaitu urusan pariwisata yang menangani masalah
kepariwisataan di Pulau Untung Jawa.
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat itu sendiri dibentuk sebagai lembaga bantuan
dalam urusan pengelolaan pariwisata di Pulau Untung Jawa yang bertujuan untuk
memacu perekonomian masyarakat sekitar Pulau Untung Jawa atas dijadikannya Pulau
Untung Jawa sebagai daerah kawasan wisata andalan pemukiman nelayan namun pada
dasarnya tetap masyarakatlah sebagai pelaku wisata yang mengelola pariwisata di Pulau
Untung Jawa. Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Pulau Untung
115
Jawa urusan pariwisata adalah membuat kemajuan dalam hal pengelolaan pariwisata di
Pulau Untung Jawa. Lembaga itu sendiri membantu masyarakat dengan memberikan
pelatihan secara teknis, seperti pelatihan dalam pengendalian lingkungan terhadap
pengelolaan pariwisata yang bekerja sama dengan Sudin Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Administrasi Kepualau Seribu, pelatihan guiding, study banding tentang
homestay dan juga memberikan pengajaran tentang manajemen pelayanan prima dalam
penyediaan fasilitas, sarana dan prasarana pariwisata. melakukan study banding tentang
pengelolaan pariwisata. Namun semenjak tahun 2008 Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan Pulau Untung Jawa dapat dikatakan sudah tidak berjalan lagi.
Awalnya untuk dapat berkunjung ke Pulau Untung Jawa setiap pengunjung dikenakan
tarif masuk atau yang biasa disebut sebagai tanda masuk pulau, tetapi pada tahun
tersebut ada perubahan yang terjadi Bupati melarang adanya tarif masuk atau tanda
masuk pulau dan menyerahkan urusan pengelolaan sepenuhnya pada swadaya
masyarakat. Sehingga masyarakat menjadi pelaku ekonomi wisata. Sumber daya alam
dan Potensi yang dimiliki Pulau Untung Jawa untuk menjadikan Pulau Untung Jawa
sebagai tujuan wisata sangat besar, hal ini tentu saja harus melalui pengelolaan
pariwisata yang baik dan kemampuan Sumber Daya Manusia yang kompeten untuk
mengelolanya. Adapun pengelolaan yang dilakukan selama ini belum optimal hal
tersebut terlihat pada kendala dan masalah yang dihadapi pariwisata Pulau Untung
Jawa. Namun demikian pengelolaan yang baik berusaha dikembangkan dan dijalankan
untuk memenuhi kebutuhan pengunjung akan pelayanan jasa wisata.
Jika dianalisis SWOT yang dimiliki pariwisata Pulau Untung Jawa antara lain
sebagai berikut :
116
Kekuatan yang dimiliki pariwisata Pulau Untung Jawa terdapat pada potensi wisata
yang dimiliki pariwisata Pulau Untung Jawaserta kondisi lingkungan secara fisik
maupun perilaku masyarakat Pulau Untung Jawa itu sendiri. Potensi wisata dan
pengembangan potensi di Pulau Untung Jawa sangat beragam dan besar. Pariwisata
Pulau Untung Jawa lebih mengembangkan potensi wisata pada kenampakan fisik dan
pemandangan alam yang dimiliki Pulau Untung Jawa maka untuk menarik minat
pengunjung ke Pulau Untung Jawa tersebut diciptakan jenis-jenis wisata yang menjadi
daya tarik bagi pengunjung, selain panorama keindahan pulau dan pemandangan alam
yang dapat dinikmati pengunjung untuk melengkapi hal tersebut masyarakat Pulau
Untung Jawa melalui hasil swadaya masyarakat menyediakan travel agent wisata mulai
dari penginapan atau homestay, penyewaan perahu, rumah makan dan warung ikan
bakar serta wisata pancing dan penyewaan sepeda adapun hiburan lain yang disuguhkan
seperti banana boat dan snorkeling, guiding ke Pulau Konservasi (Pulau Rambut, Pulau
Onrust, dll). Potensi tersebut benar-benar dimanfaatkan untuk menarik minat
pengunjung. Kondisi lingkungan yang nyaman, wisata yang murah dan keramahan
penduduk benar-benar ditampilkan dan menjadi daya tarik utama dalam pariwisata
Pulau Untung Jawa.
Sedangkan Kelemahan yang menjadi kendala dan dimiliki pariwisata Pulau Untung
Jawa antara lain sarana transportasi dan masalah sampah diPulau yang kurang terjaga.
Dalam hal transportasi menuju Pulau Untung Jawa yang menjadi sarana transportasi
adalah kapal/perahu, dimana kapal/perahu tersebut hanya memiliki jumlah armada yang
minim dan rentan akan kerusakan karena, kapal/perahu tersebut terbuat dari kayu selain
itu masalah sampah juga menjadi salah satu kendalanya. Walaupun Pulau Untung Jawa
meraih juara Nasional dalam PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat) tahun 2011 ini,
117
namun masih mengalami kesulitan dalam penanganan dan pengelolaan sampah yang
ada di Pulau selain sampah rumah tangga yang masih bisa diatasi oleh petugas
kebersihan Pulau Untung Jawa tetapi sampah juga merupakan kiriman dari laut. Laut
sekitar Pulau Untung Jawa merupakan aliran dari 13 titik sungai di Jakarta seperti
sungai Ciliwung jadi apabila sungai tersebut banyak memuat sampah dan meluap
otomatis sampah-sampah tersebut mengalir di perairan laut Pulau Untung Jawa. Pulau
Untung Jawa sendiri dihuni oleh penduduk sekitar 2034 jiwa yang menempati 40,10 Ha
Luas Pulau Untung Jawa. Namun dari 2034 jiwa, kebanyakan penduduk/ masyarakat
Pulau Untung Jawa hanya mengeyam pendidikan sampai Sekolah Dasar karena
minimnya sarana dan fasilitas gedung sekolah di Pulau ini. Fasilitas dan gedung sekolah
di Pulau ini hanya terbatas sampai Sekolah Menengah Pertama, sehingga tingkat
pendidikan dan pengetahuan serta kemampuan mereka dalam mengelola pariwisata
Pulau Untung Jawa dapat dikatakan kurang memiliki kemampuan. Masyarakat
cenderung monoton, dan tidak menampilkan inovasi dan kreasi baru dalam mengelola
pariwisatanya. Selain itu, anggaran yang dimiliki merupakan modal pribadi masyarakat
yang memiliki usaha seperti homestay, warung ikan bakar, kapal penyebrangan, kios
cinderamata, alat-alat snorkeling dan yang lainnya jadi pendapatan dari hasil usaha
tersebut dikelola masing-masing oleh masyarakat. Karena pendapatan pribadi, anggaran
yang dimiliki tidak cukup memadai untuk seluruh kegiatan pariwisata di Pulau Untung
Jawa sehingga perawatan sarana dan prasarana dan penyediaan fasilitas atraksi dan
hiburan bagi pengunjung menjadi minim.
Peluang pariwisata Pulau Untung Jawa terdapat pada Pengembangan pariwisata,
Investasi Asing dan Faktor pendukung pariwisata Pulau Untung Jawa. Faktor
pendukung itu sendiri dapat terlihat dari potensi wisata yang ditampilkan dan sumber
118
daya alam yang dihasilkan oleh kegiatan pariwisata Pulau Untung Jawa. Pengembangan
pariwisata yang dilakukan yaitu melalui pemasaran pariwisata yang gencar dilakukan
dengan melakukan promosi wisata Pulau Untung Jawa. Adapun promosi wisata yang
dilakukan dibantu oleh Sudin Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Administrasi
Kepulauan Seribu dalam mengenalkan pariwisata melalui tupoksi Sudin Pariwisata di
Kepulauan Seribu termasuk Pulau Untung Jawa dengan melakukan Pemilihan Duta
Pariwisata, memasukan Pulau Untung Jawa dalam slogan Enjoy Jakarta dan juga
mengembangkan kegiatan atraksi hiburan bagi pengunjung dengan adanya kegiatan
wisata air seperti berenang, snorkeling dan banana boat. Namun fasilitas dan sarana dan
prasarana kegiatan wisata air tersebut masih terbatas karena kekurangan modal dan
belum adanya investasi dari luar. Investasi dilakukan oleh masyarakat yang memiliki
usaha wisata dengan mengelola anggarannya sendiri, dan juga melibatkan pihak asing
apabila ada event atau acara tertentu yang dilakukan diPulau Untung Jawa. Walau
begitu ada faktor pendukung berupa potensi wisata yang beragam dan hasil SDA yang
besar dalam pengelolaan kegiatan pariwisata di Pulau Untung Jawa. Hal ini dapat
terlihat dai pemanfaatan potensi wisata yang beragam yang mampu ditampilkan
Pariwisata Pulau Untung Jawa dan pemanfaatan Sumber Daya Alam dalam kegiatan
pariwisata di Pulau Untung Jawa serta pembinaan pada masyarakat yang dilakukan oleh
Pemerintah Daerah setempat yakni Kelurahan Pulau Untung Jawa. Sumber Daya Alam
yang dimiliki pariwisata Pulau Untung Jawa tercakup dalam kenampakan alam dan fisik
yang dimiliki Pulau Untung Jawa seperti hutan mangrove, pantai dan pasir putih,
pemandangan alam dan laut yang indah, menjadikan hal tersebut sebagai daya tarik bagi
pengunjung. Selain itu hasil dari Sumber Daya Alam yang dihasilkan oleh pariwisata
Pulau Untung Jawa juga terdapat pada hasil olahan laut dan kerajinan tangan yang
119
dihasilkan oleh putera-putera daerah Pulau Untung Jawa. Seperti budidaya kerang yang
dijadikan berbagai bentuk souvenir yang dijual di kios-kios cinderam mata, hasil daur
ulang sampah kertas ataupun plastik yang disulap menjadi aneka kerajinan tangan
seperti tas oleh pengrajin-pengrajin daerah dan juga pada pembinaan masyarakat seperti
usaha industri rumah tangga melalui kelompok-kelompok usaha kecl. Misalnya saja,
kelompok pengrajin keripik sukun (makanan khas buah tangan Pulau Untung Jawa).
Pemanfaatan potensi sumber daya alam ini merupakan faktor pendukung kegiatan
pariwisata Pulau Untung Jawa dan menjadi nilai lebih bagi kegiatan pariwisata itu
sendiri.
Sedangkan yang menjadi Ancaman yaitu faktor-faktor penghambat dalam
pengembangan kegiatan kepariwisataan seperti kurang inovatif dan kreatifnya
masyarakat yang hanya mampu melayani tanpa mengetahui kepuasan pengunjung serta
pada tidak adanya investasi dari luar sehingga mengalami kekurangan modal dalam
pengadaan fasilitas dan sarana hiburan bagi pengunjung, supply bahan pokok yang
berbeda antara di Pulau dan didaratan. Selain itu hambatan juga terdapat pada sistem
organisasional dari jenis dan usaha wisata yang dijalankan serta pada kondisi cuaca dan
kemungkinan bencana alam seperti tsunami karena Pulau Untung Jawa merupakan
daerah pesisir pantai yang berbatasan anatara laut dan daratan namun persaingan wisata
dengan daerah lain bukanlah suatu ancaman. Lebih jelasnya sebagai berikut :
120
Kekuatan antara lain :
1. Potensi wisata yang beragam dan besar seperti :
a. Wisata pantai :
1. Rekreasi pasif : Panorama pantai dan laut lepas (sunrise, sunset dan
ombak).
2. Rekreasi Aktif : Panorama bawah laut dinikmati dengan snorkeling,
olahraga air seperti banana boat dan berenang.
3. Keanekaragaman hayati flora dan fauna di Pulau Konservasi
4. Wisata pancing
b. Wisata Kuliner :
1. Rumah makan
2. Warung-warung ikan bakar
c. Dinamika kehidupan :
1. Panorama kampung nelayan dengan kegiatan dan aktifitasnya sehari-hari
2. Penginapan (homestay)
3. Penyewaan sepeda
4. Kios-kios cendera mata
2. Kondisi lingkungan masyarakat yang ramah, nyaman, pantai yang bagus, pasir
pantai yang putih dan wisata yang cukup murah.
Kelemahan antara lain :
1. Kendala yang dihadapi : sarana transportasi berupa kapal angkutan Fery Untung
Jawa yang masih terbatas dan kapal sewaan nelayan yang mengalami kerusakan
dan penanganan kebersihan Pulau akibat sampah kiriman dari laut yang sulit
dikendalikan.
121
2. Sumber Daya Manusia yang kurang memiliki kemampuan dalam mengelola
pariwisata Pulau Untung Jawa karena kebanyakan masyarakat hanya
mengenyam pendidikan sekolah dasar.
3. Anggaran pariwisata merupakan modal masyarakat yang memiliki usaha wisata
dan dikelola oleh masyarakat itu sendiri sehingga perputaran ekonomi kembali
pada masyarakat lagi.
Peluang antara lain :
1. Pengembangan pemasaran pariwisata pada dunia luar seperti membuat web
Pulau Untung Jawa, melakukan pemilihan Duta Pariwisata untuk mengenalkan
pariwisata Pulau Untung Jawa dan penciptaan hiburan pada kegiatan wisata air
untuk menarik pengunjung.
2. Investasi Asing, namun sampai saat ini belum ada investasi asing yang
menanamkan modal untuk pariwisata di Pulau Untung Jawa. Investasi dilakukan
oleh Masyarakat dengan memiliki usaha wisata dan adanya kerja sama dengan
pihak swasta apabila ada event atau acara tertentu yang dilakasanakan di Pulau
Untung Jawa.
3. Faktor pendukung pengelolaan pariwisata yang besar dari aspek pariwisata yang
ditampilkan dan SDA yang dihasilkan oleh kegiatan pariwisata Pulau Untung
Jawa seperti budidaya kerang hasil olahan masyarakat dan kerajinan tangan hasil
daur ulang dari sampah-sampah kertas ataupun plastic dan juga pada hasil
industry rumah tangga seperti kelompok pengrajin makanan khas buah tangan
Pulau Untung Jawa yang dijual di kios-kios cinderamata.
122
Ancaman antara lain :
1. Adanya faktor penghambat berupa belum adanya investasi sehingga mengalami
kesulitan pengembangan pariwisata dalam pengadaan fasilitas dan sarana
penunjang lain dalam hal lebih menarik minat pengunjung, terbatasnya
kemampuan pengelolaan oleh masyarakat dan supply bahan baku dari darat ke
laut serta bencana alam.
2. Tidak adanya ancaman persaingan pariwisata dengan daerah lain.
Strategi menurut peneliti yang diambil dari beberapa pendapat informan dan mengacu
kepada strategi SWOT (David, 2004 : 186 ) sebagai berikut:
Tabel 4.2.3.7
Matriks SWOT Pariwisata Pulau Untung Jawa
Strength
1. Potensi wisata yang
beragam
2.Kondisi lingkungan yang
nyaman
3.Masyarakat yang ramah
Weaknesses
1.Kendala dalam sarana
transportasi dan
penanganan sampah
2.Kemampuan dan
pengetahuan SDM yang
kurang
3.Anggaran yang minm
Oportunity
1.Pemasaran pariwisata yang baik
2.Investasi dilakukan oleh masyarakat dan kerjasama
dgn pihak swasta
3.Potensi SDA yang besar
Strategi SO
Melakukan pengembangan potensi wisata baru untuk
menarik pangunjung dan
memaksimalkan segala
sumber daya alam yang dimiliki dengan
melakukan kerjasama
pariwisata yang menguntungkan.
Strategi WO
Melakukan perbaikan sarana dan prasarana yang
menjadi kendala,
meningkatkan kerjasama
dan koordinasi dengan Pemerintah dan Instansi
terkait yang menangani
urusan pariwisata seperti Sudin Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten
Administrasi Kepulauan Seribu dengan mengadakan
pelatihan teknis untuk
123
meningkatkan kemampuan
pengelola pariwisata seperti seminar pendidikan dan
pelatihan kepariwisataan.
Threats
1.adanya faktor yang
menghambat
2.minim investasi dari luar
3.tidak memiliki persaingan
pariwisata
Strategi ST
Pelihara dan kembangkan
potensi wisata yang ada dengan cara
memperkenalkan pariwisata
Pulau Untung Jawa kepada pihak asing (tourist asing)
melalui study banding
pariwisata terhadap
pariwisata lain, guna melakukan pengembangan
dan pengelolaan kegiatan
kepariwisataan dimasa akan datang.
Strategi WT
Investasi masyarakat harus
dikembangkan dengan sistem penanaman modal
yang menguntungkan
pariwisata untuk meminimalisir kendala dan
faktor penghambat yang ada
sekarang. Meningkatkan
mutu pendidikan masyarakat dalam urusan
mengelola pariwisata Pulau
Untung Jawa.
Dalam hal ini setelah melakukan analisis data dan memasukannya dalam Matriks
SWOT, untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini, yang mempertanyakan
bagaimanakah rumusan strategi pengelolaan pariwisata Pulau Untung Jawa melalui
analisis SWOT melalui empat dimensi yang dianalisis yaitu kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman maka langkah selanjutnya adalah melakukan pemilihan alternatif
strategi yang tepat dan sesuai dengan keadaan yang terjadi. Untuk meningkatkan
pengelolaan pariwisata di Pulau Untung Jawa peneliti telah melakukan analisis SWOT
dan menemukan beberapa alternatif strategi yang dapat dijalankan dan dikembangkan
pariwisata Pulau Untung Jawa, yaitu : Pertama, Melakukan pengembangan potensi
wisata baru untuk menarik pangunjung dan memaksimalkan segala sumber daya alam
yang dimiliki dengan melakukan kerjasama pariwisata yang menguntungkan dengan
pihak swasta. Dengan potensi wisata yang beragam, Sumber Daya Alam yang besar dan
kondisi lingkungan yang nyaman Pariwisata Pulau Untung Jawa harus melakukan
124
kerjasama dengan pihak swasta dalam pengelolaan pariwisata untuk kemajuan
pariwisata dimasa akan datang.
Kedua, Melakukan perbaikan sarana dan prasarana yang menjadi kendala,
meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan Pemerintah dan Instansi terkait yang
menangani urusan pariwisata seperti Sudin Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Administrasi Kepulauan Seribu dengan mengadakan pelatihan teknis untuk
meningkatkan kemampuan pengelola pariwisata seperti seminar pendidikan dan
pelatihan kepariwisataan. Dengan kendala yang dihadapi, kemampuan dalam
pengelolaan yang kurang dan anggaran yang tidak memadai maka Pariwisata Pulau
Untung Jawa harus melakukan pemasaran pariwisata seperti study banding tentang
pariwisata lain guna melakukan pengembangan pariwisata, dan juga koordinasi dengan
Instansi Pemerintah terkait yaitu Sudin Pariwisata harus dijalankan dengan sering
melakukan pendidikan dan pelatihan guna meningkatkan kemampuan dalam
pengelolaan dan hasil dari SDA digali untuk menghasilkan pendapatan dan
meminimalisir anggaran yang minim.
Ketiga, Pelihara dan kembangkan potensi wisata yang ada dengan cara
memperkenalkan pariwisata Pulau Untung Jawa kepada pihak asing (tourist asing)
melalui study banding pariwisata terhadap pariwisata lain, guna melakukan
pengembangan dan pengelolaan kegiatan kepariwisataan dimasa akan datang. Potensi
wisata di Pulau Untung Jawa yang beragam dan SDA yang besar mulai dikembangkan
dengan menonjolkan potensi wisata baru yang mampu menarik kerjasama dengan pihak
swasta.
125
Keempat, Investasi masyarakat harus dikembangkan dengan sistem penanaman
modal yang menguntungkan pariwisata untuk meminimalisir kendala dan faktor
penghambat yang ada sekarang. Meningkatkan mutu pendidikan masyarakat dalam
urusan mengelola pariwisata Pulau Untung Jawa. Dengan strategi yang baik maka akan
menghasilkan pengelolaan yang tepat sasaran.
Untuk menjawab rumusan masalah tentang faktor yang menghambat dan faktor
yang mendukung kegiatan pengeloaan pariwisata, peneliti menganalisis dan
menemukan faktor yang menghambat dalam pengelolaan pariwisata yaitu adanya
kendala dalam sarana transportasi menuju objek pariwisata Pulau Untung Jawa, belum
adanya investasi dari pihak luar sebab selama ini investasi dimiliki oleh masyarakat
yang memiliki usaha wisata, kemampuan dan tingkat pengetahuan sumber daya
manusia masyarakat Pulau Untung Jawa yang kurang dalam pengelolaan pariwisata,
hambatan lain juga terdapat pada supply bahan makanan dari daratan menuju Pulau dan
juga kondisi cuaca dan alam yang buruk apabila sedang terjadi musim penghujan, maka
kawasan wisata akan sepi pengunjung. Dan faktor yang mendukung kegiatan
pengelolaan pariwisata Pulau Untung Jawa, berasal dari potensi wisata yang beragam
yang mampu disuguhkan oleh pengelola pariwisata Pulau Untung Jawa mulai dari
penyediaan berbagai fasilitas, sarana dan prasarana yang dibutuhkan dari kegiatan
pariwisata tersebut misalnya saja fasilitas homestay, wisata kuliner di rumah makan dan
warung-warung ikan bakar, penyewaan alat-alat snorkeling, banana boat, penyewaan
sepeda serta guiding dan travel agent wisata. Faktor pendukung lain juga terdapat pada
sumber daya alam yang mampu ditampilkan baik itu pantai dan pasir putih yang indah,
pemandangan laut yang bagus, hutan mangrove dan juga sumber daya yang dihasilkan
dari hasil olahan kekayaan laut melalui pembinaan usaha masyarakat sebut saja hasil
126
kerajinan tangan budidaya kerang, kerajinan tangan berupa tas dari hasil daur ulang
sampah kertas dan plastik kopi, dan juga hasil olahan makanan khas buah tangan
pariwisata Pulau Untung Jawa yaitu keripik sukun yang diolah oleh pengrajin kelompok
industri rumah tangga masyarakat Pulau Untung Jawa. Potensi dan SDA tersebut
dikemas dan disuguhkan untuk mendukung kegiatan pengelolaan pariwisata Pulau
Untung Jawa yang lebih baik. Untuk lebih jelas dapat disampaikan pada tabel dibawah
ini:
Analisis SWOT
Pariwisata Pulau
Untung Jawa
Alternatif strategi yang dirumuskan yaitu : Strategi SO : Melakukan pengembangan potensi wisata baru untuk menarik
pangunjung dan memaksimalkan segala sumber daya alam yang dimiliki
dengan melakukan kerjasama pariwisata yang menguntungkan.
Strategi ST : Pelihara dan kembangkan potensi wisata yang ada dengan cara
memperkenalkan pariwisata Pulau Untung Jawa kepada pihak asing (tourist
asing) melalui study banding pariwisata terhadap pariwisata lain, guna melakukan pengembangan dan pengelolaan kegiatan kepariwisataan dimasa
akan datang.
Strategi WO : Melakukan perbaikan sarana dan prasarana yang menjadi
kendala, meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan Pemerintah dan
Instansi terkait yang menangani urusan pariwisata seperti Sudin Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu dengan mengadakan pelatihan teknis untuk meningkatkan kemampuan pengelola pariwisata seperti
seminar pendidikan dan pelatihan kepariwisataan.
Strategi WT : Investasi masyarakat harus dikembangkan dengan sistem
penanaman modal yang menguntungkan pariwisata untuk meminimalisir
kendala dan faktor penghambat yang ada sekarang. Meningkatkan mutu pendidikan masyarakat dalam urusan mengelola pariwisata Pulau Untung Jawa.
Faktor yang menghambat pariwisata : adanya kendala dalam sarana
transportasi menuju objek pariwisata Pulau Untung Jawa, belum adanya
investasi dari pihak luar sebab selama ini investasi dimiliki oleh
masyarakat yang memiliki usaha wisata, kemampuan dan tingkat
pengetahuan sumber daya manusia masyarakat Pulau Untung Jawa yang
kurang dalam pengelolaan pariwisata, hambatan lain juga terdapat pada
supply bahan makanan dari daratan menuju Pulau dan juga kondisi
cuaca dan alam yang buruk apabila sedang terjadi musim penghujan,
maka kawasan wisata akan sepi pengunjung.
Faktor yang mendukung pariwisata : potensi wisata yang beragam
yang mampu disuguhkan oleh pengelola pariwisata Pulau Untung Jawa
mulai dari penyediaan berbagai fasilitas, sarana dan prasarana yang
dibutuhkan dari kegiatan pariwisata tersebut misalnya saja fasilitas
homestay, wisata kuliner di rumah makan dan warung-warung ikan
127
bakar, penyewaan alat-alat snorkeling, banana boat, penyewaan sepeda
serta guiding dan travel agent wisata. Faktor pendukung lain juga
terdapat pada sumber daya alam yang mampu ditampilkan baik itu
pantai dan pasir putih yang indah, pemandangan laut yang bagus, hutan
mangrove dan juga sumber daya yang dihasilkan dari hasil olahan
kekayaan laut melalui pembinaan usaha masyarakat sebut saja hasil
kerajinan tangan budidaya kerang, kerajinan tangan berupa tas dari hasil
daur ulang sampah kertas dan plastik kopi, dan juga hasil olahan
makanan khas buah tangan pariwisata Pulau Untung Jawa yaitu keripik
sukun yang diolah oleh pengrajin kelompok industri rumah tangga
masyarakat Pulau Untung Jawa
128
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah disampaikan pada bab sebelumnya,
maka peneliti membuat kesimpulan akhir dari hasil penelitian yang dilakukan
dikawasan pariwisata Pulau Untung Jawa bahwa Pengelolaan Pariwisata Pulau Untung
Jawa merupakan hasil kerjasama Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Pulau
Untung Jawa urusan pariwisata dengan swadaya masyarakat sejak dicanangkannya
Pulau Untung Jawa menjadi desa wisata percontohan dan desa andalan pemukiman
nelayan tahun 2001. Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Pulau
Untung Jawa urusan pariwisata adalah membuat kemajuan dalam hal pengelolaan
pariwisata di Pulau Untung Jawa. Lembaga itu sendiri membantu masyarakat dengan
memberikan pelatihan secara teknis, seperti pelatihan dalam pengendalian lingkungan
terhadap pengelolaan pariwisata yang bekerja sama dengan Sudin Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Administrasi Kepualau Seribu, pelatihan guiding, study
banding tentang homestay dan juga memberikan pengajaran tentang manajemen
pelayanan prima dalam penyediaan fasilitas, sarana dan prasarana pariwisata.
melakukan study banding tentang pengelolaan pariwisata. Setelah dianalisis kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki Pariwisata Pulau Untung Jawa melalui
Analisis SWOT maka peneliti dapat merumuskan alternatif strategi yaitu :
129
1. Strategi SO : Melakukan pengembangan potensi wisata baru untuk menarik
pangunjung dan memaksimalkan segala sumber daya alam yang dimiliki dengan
melakukan kerjasama pariwisata yang menguntungkan.
2. Strategi ST : Pelihara dan kembangkan potensi wisata yang ada dengan cara
memperkenalkan pariwisata Pulau Untung Jawa kepada pihak asing (tourist
asing) melalui study banding pariwisata terhadap pariwisata lain, guna
melakukan pengembangan dan pengelolaan kegiatan kepariwisataan dimasa akan
datang.
3. Strategi WO : Melakukan perbaikan sarana dan prasarana yang menjadi
kendala, meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan Pemerintah dan
Instansi terkait yang menangani urusan pariwisata seperti Sudin Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu dengan mengadakan
pelatihan teknis untuk meningkatkan kemampuan pengelola pariwisata seperti
seminar pendidikan dan pelatihan kepariwisataan.
4. Strategi WT : Investasi masyarakat harus dikembangkan dengan sistem
penanaman modal yang menguntungkan pariwisata untuk meminimalisir
kendala dan faktor penghambat yang ada sekarang. Meningkatkan mutu
pendidikan masyarakat dalam urusan mengelola pariwisata Pulau Untung Jawa.
Hasil analisis SWOT tersebut juga menemukan adanya faktor penghambat dan
faktor pendukung dalam kegiatan pengelolaan pariwisata di Pulau Untung Jawa. Faktor
penghambat bisa terlihat pada kendala yang dialami pariwisata Pulau Untung Jawa dan
faktor pendukung bisa dilihat dari potensi yang mampu ditampilkan dan Sumber Daya
130
Alam pariwisata Pulau Untung Jawa yang mampu dihasilkan oleh masyarakat Pulau
Untung Jawa.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil simpulan diatas maka peneliti mengemukakan saran yaitu
1. Mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan Sumber Daya Manusia
masyarakat Pulau Untung Jawa dalam hal pengelolaan pariwisata Pulau Untung
Jawa maka pihak pemerintah daerah setempat dalam hal ini, Pemda Kabupaten
Administrasi Kepualaun Seribu dan Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Administrasi Kepualaun Seribu perlu melakukan kegiatan pelatihan
dan pemberdayaan masyarakat Pulau Untung Jawa seperti kegiatan
pemberdayaan PNPM Mandiri dan KUR (Kredit Usaha Rakyat) guna
mendukung secara penuh kegiatan pariwisata Pulau Untung Jawa.
2. Pihak pengelola pariwisata Pulau Untung Jawa perlu melakukan perbaikan
sarana dan prasarana serta fasilitas penunjang dalam kegiatan pariwisata yang
menjadi faktor penghambat, untuk mendukung kegiatan pariwisata yang
optimal.
3. Pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu pun harus
mendorong kegiatan pariwisata dengan menyediakan dana anggaran berupa dana
pemeliharaan objek wisata untuk kemajuan dan perkembangan kegiatan
pariwisata Pulau Untung Jawa di masa akan datang.
131
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Rahardjo. 2006. Pembangunan Kelautan dan Kewilayahan. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Dahuri, Rokhmin dan Iwan Nugraha. 2004. Pembangunan Wilayah. Jakarta : LP3ES.
Hunger, J.David dan Thomas L. Wheelen. 1996. Manajemen Strategis. Yogyakarta :
Andi.
Irawan, Prsasetya. 2006. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial.
Depok : DIA FISIP UI.
Manullang, M. 1994. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta : Bumi Aksara.
Mikkelsen, Britha. 1999. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya
Pemberdayaan. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Miles & Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta : Universitas Indonesia
Press.
Moleong, J.Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosda
Karya.
Nawawi, Hadari. 2000. Manajemen Stratejik Organisasi Non Profit Di bidang
Pemerintahan dengan Ilustrasi Di Bidang Pendidikan. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Pendit, Nyoman. 2006. Ilmu Pariwisata. Bandung : PT. Pradnya Paramita.
P.Siagian, Sondang. 2007. Manajemen Stratejik. Jakarta : Bumi Akasara.
Rangkuti, Freddy. 1999. Analisis SWOT Teknik Membelah Kasus Bisnis. Jakarta : Bumi
Aksara.
Saladin, Djaslim. 2003. Manajemen Strategi dan Kebijakan Perusahaan. Jakarta : Linda
Karya.
Soemarwoto, Otto. 2004. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta :
Djambatan.
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Suryabrata, Sumadi. 1992. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rajawali Pers
Yoeti, Oka. 1997. Pemasaran Pariwisata Terpadu. Jakarta : Angkasa.
Yoeti, Oka. 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta : PT Pradnya
Paramita.
132
Dokumen :
Peraturan Pemerintaah Nomor 55 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kabupaten
Administrasi Kepulauan Seribu Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Laporan Bulan Maret Kelurahan Pulau Untung Jawa, Kabupaten Administrasi
Kepulauan Seribu.
Sumber Lain:
http://www.pulauseribu.net/modules/news/article.2010