Download - Alquran Dan Kandungan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebangkitan manusia tergantung dari tingkat pemikirannya tentang alam
semesta, manusia, dan kehidupan dengan menghubungkan ketiga unsur tersebut
dengan sesuatu yang ada sebelum kehidupan dunia dan setelahnya. Jika manusia
ingin bangkit maka harus ada perubahan mendasar dan menyeluruh terhadap
pemikirannya. Setiap manusia akan menjalani kehidupan di dunia ini berdasarkan
jawabannya yang lahir dari dalam hatinya yang disertai dengan keyakinan atas
tiga pertanyaan mendasar yakni: dari mana alam semesta, manusia dan kehidupan
ini? Mau manusia setelah kehidupan dunia? dan untuk apa manusia hidup di dunia
ini? Jawaban atas tiga pertanyaan mendasar ini akan melahirkan aqidah dan jika
diamati secara mendalam atas tiga pertanyaan mendasar tersebut probabilitas
aqidah yang lahir darinya hanya ada tiga, yaitu: aqidah materialisme, aqidah
sekularisme, dan aqidah islam.
Islam telah menuntaskan problematikan pokok ini dan dipecahkan dengan
cara yang benar yaitu sesuai dengan fitrah manusia, memuaskan akal, serta
memberikan ketenangan jiwa. Islam memandang bahwa manusia, alam semesta,
dan kehidupan berasal (diciptakan) oleh Alloh SWT dan akan kembali kepada
Alloh SWT. Oleh karena itu, didalam pandangan islam, Alloh SWT menciptakan
manusia dengan tujuan yang mulia yakni beribadah kepada Alloh. Hal ini
sebagaimana ditegaskan oleh Alloh SWT di dalam Al-Qur’an :
نواإل�نس ل�يعبدون� إ�ال وماخلقتالج� Artinya : “Dan tidak Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk
beribadah kepadaku”(QS. Adz-Dzariyat: 56)
Ibadah adalah tunduk, patuh, dan merendahkan diri di hadapan yang maha
kuasa (Yusuf Qardawy, 1979 : 27). Ibnu Taimiyah dalam kitabnya al
Ubudiyah mengatakan bahwa Ibadah adalah suatu kata yang mencakup segala
sesuatu yang dicintai dan diridhoi Allah dari seluruh ucapan dan amal
1
perbuatannya baik batin maupun lahir. Berdasarkan defini para ulama tersebut,
maka dapat dipahami makna ibadah di dalam Qur’an surat adz-dzariyat ayat 56
adalah menaati seluruh perintah Alloh SWT dan menjauhi seluruh larangan-Nya
diseluruh aspek kehidupan yang disertai dengan niat ikhlas semata-mata karena
Alloh SWT. Oleh karena itu, islam memandang seluruh aspek kehidupan manusia
di muka bumi ini harus mengikuti ketentuan (aturan) Alloh SWT sebagai bentuk
pengabdian (ibadah) manusia kepada penciptaa-Nya. Namun, manusia tidak akan
pernah mengetahui seperti apa bentuk ibadah (pengabdian) kepada Alloh SWT
jika tidak ada petunjuk atau penjelasan yang bersumber dari-Nya dan jika bentuk
ibadah diserahkan kepada manusia (untuk menafsirkannya), niscaya kita akan
melihat bentuk ibadah yang berbada-beda ditengah-tengah masyarakat yang
disebabkan tidak adanya petunjuk dari sang pencita manusia, alam semesta dan
kehidupan.
Sebagai agama yang paripurna, islam memiliki sumber hukum yang jelas
dan bersumber dari Tuhan pencipta manusia, alam semesta, dan kehidupan yang
kebenarannya telah terbukti dengan akal yakni Al-Qur’an dan Hadist serta apa
yang ditunjuk oleh keduanya (Ijma’ sahabat dan Qiyas Syari’i). Al-Qur’an
sebagai kitab suci yang diturunkan oleh Alloh SWT untuk mengatur kehidupan
manusia merupakan kitab suci yang mengatur kehidupan manusia secara
komprehensif (menyeluruh) telah terbukti selama 13 abad lamanya mampu
membawa umat manusia (muslim dan nonmuslim) hidup dalam ketentraman,
kedamaian dan kesejahteraan. Namun, setelah terpaut 13 abad lamanya hidup
tanpa Rasulullah SAW, umat islam bagaikan buih ditengah lautan luas yang tidak
tahu jalan pulang ketepian pantai yang disebabkan oleh bencana akhir zaman yang
datang bagaikan angin tornado yang mencoba mempora-porandakan aqidah dan
prinsip hidup umat islam. Sejak 1918 masehi hingga saat ini umat islam
menghadapi serangan pemikiran dari dua arah. Serangan pemikiran pertama
datang dari blok timur yang diadopsi oleh uni soviet kala itu dengan ideologi
sosialisme-komunisnya (saat ini institusinya sudah runtuh, namun benih-benih
pemikirannya masih terus dipropagandakan oleh para penganutnya). Sedangkan
2
serangan pemikiran yang kedua datang dari blok barat yang memaksakan ideologi
kapitalisme-demokrasi ditengah-tengah kehidupan umat islam (Agusmal, 2015).
Setelah berpuluh-puluh tahun serangan pemikiran itu datang, umat islam
hidup bagaikan anak ayam yang tidak tahu induknya, umat islam lupa kepada
kitab sucinya, jangankan mengamalkannya bahkan isi kandungannyapun banyak
umat islam yang tidak mengetahuinya. Bahkan yang lebih ironis lagi, munculnya
kelompok islam liberal yang menganggap Al-Qur’an sudah tidak relevan lagi
mengatur kehidupan umat manusia bahkan meragukan kebenaran Al-Qur’an.
Berdasarkan uraian tersebut, maka judul makalah yang akan ditulis pada
kesempatan ini adalah Al-Quran Dan Pokok-Pokok Kandungannya sebagai
salah satu tugas mata kuliah Hukum Pidana Islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan deskripsi diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Al-Qur’an?
2. Apa nama dan julukan Al-Qur’an?
3. Bagaimanakah pokok-pokok isi kandungan Al-Qur’an?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui definisi Al-Qur’an
2. Untuk Nama dan julukan Al-Qur’an
3. Untuk memahami pokok-pokok isi kandungan Al-Qur’an
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Al-Qur’an
Para ahli-ahli ilmu Al-Qur’an pada umumnya berasumsi bahwa kata Al-
Qur’an terambil dari قرآنا – – – قرأة يقرأ secara bahasa قرأ Kata . قرأ
berarti bacaan . Allah berfirman dalam Q. S Yasin /36 : 69
له ينبغي وما عر الش مناه عل ] ������� وما ذكروقرآنمبين [٣٦٦٩:إنهوإال
“ Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair
itu tidaklah layak baginya. Al Quran itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab
yang memberi penerangan.”
Sebagian ulama menegaskan bahwa kata Qur’an itu adalah mashdar ( kata
kerja yang dibendakan ) yang diartikan dengan isim maf’um, yakni maqru’,
artinya sesuatu yang dibaca. Maksudnya Al-Qur’an itu adalah bacaan yang di
baca . Penamaan Kitab Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW dengan bacaan ( Al-Qur’an ) memang sungguh tepat karena fakta sejarah
maupun bukti empiris (sosiologi) selalu menunjukkan bahwa tidak ada satupun
bacaan yang jumlah pembacanya sebanyak pembaca Al-Qur’an, tetapi banyak
pula dari orang-orang non muslim seperti orientalis dan sebagainya.
4
الله : صاى رسواللله قال قال الخدي سيد أبي عن
الله كنضل الكالم ءر سا علي الله كالم فضل وسلم عليه
( رمي ( الدا رواه خلته 1على
Artinya : Dari Abi Said Al-Khudri , Ia berkata, Rasulullah SAW bersabda :
Keistimewaan kalam Allah (Al-Qur’an) diatas semua kalam (yang lain) adalah
seperti keistimewaan Allah diatas semua makhluk-Nya. (HR. Al-Darimi)
Menurut Muhammad Ali Al-Shabuni yang juga telah disepakati oleh para
ulama ushul fikih, Al-Qur’an ialah kalam Allah yang memiliki mukjizat,
diturunkan kepada penutup para Nabi dan rasul, dengan melalui perantara
Malaikat Jibril, ditulis dalam berbagai mushaf, dinukilkan kepada kita dengan
cara tawatur (mutawattir), yang dianggap ibadah dengan membacanya dimulai
dengan surat Al-fatihah dan ditutup dengan surat An-nas.
B. Nama Dan Julukan Al-Qur’an
Al-Qur’an mempunyai banyak nama dan julukan. Ini menunjukkan
kemuliaan Al-Qur’an. Sebab, seperti dinyatakan Al-Sayuthi : “Fainna atsrat al-
asma’tadullu ‘ala syrafi al-Musamma”. Maksudnya , sesungguhnya banyak nama
itu mengisyaratkan kemuliaan sesuatu yang diberi nama-nama.2
Menurut ‘Uzayzi Ibn ‘Abd Al-Mulk, yang lebih popular dengan sebutan
Abu Al-ma’ali Syaydzalah (w. 495 H/ 997 M), Al-Qur’an memiliki 55 macam
nama, sedangkan menurut Abu Al-Hasan Al-Harali (W. 647 M/ 1249 M),
malahan lebih 90 macam nama/ julukan untuk Al-Qur’an.
Dalam pada itu, Ibn Jazzi Al-Kilabi (741-792) menegaskan bahwa yang
tepat, Al-Qur’an hanya memiliki 4 macam nama yakni Al-Qur’an, Al-Kitab, Al-
1 Abd Allah Ibn ‘Abd al-rahman al-darimi, Snan al-darimi, juz 2 (Beirut-
Lubnan : Dar al-fikr, t.t), hlm : 441
2 Jalal al-din all-sayuthi, op. cit., hlm. 54
5
Furqan dan Al-Zikir.3 Sedangkan selebihnya yakni yang 51 hingga 90 atau
bahkan lebih banyak lagi dari itu, hanya merupakan sifat (bukan nama).
Adapun nama-nama dan julukan Al-Qur’an yang umumnya dikenal adalah
: Al-Qur’an (bacaan yang dibaca), Al-Kitab (tulisan yang ditulisa), Al-Furqan
(pembeda), Al-Zikr (peringatan), Al-Mushaf (himpunan lembaran), Al-Kalam
(firman Allah), Al-Nur (cahaya), Al-Huda (petunjuk), Al-Rahmah (rahmat), Al-
syifa (obat), Al-Maw’izhah (petunjuk), Al-Karim (yang mulia), Al-Ali (yang
tinggi), Al-Hakim (yang bijaksana), Al-Hikmah (kebijaksanaan), Al-Muhaimin
(pemberi rasa aman/ yang dipercaya), Al-Mubarak (yang diberkahi), Al-Habl (tali/
agama Allah), Al-Shirath Al-Mustaqim (jalan lurus), Al-Fashl (pemisah), Al-
Naba (berita), Ahsan Al-Hadist (berita terbaik), Al-Tanzil (yang diturunkan), Al-
Ruh (roh), Al-Wahyu (wahyu), Al-Matsani (yang diulang-ulang), Al-Arabi
(bahasa arab), Al-Qaul (ucapan), Al-basya’ir (pedoman), Al-Bayan (penjelasan),
Al-‘Ilm (ilmu pengetahuan), Al-Haqq ( kebenaran), Al-Hadi (yang memberi
petunjuk), Al-‘Ajab (yang mengagumkan), Al-Urwah Al-Wutshqa (tali yang kuat
kokoh), Al-Tadzkirah (peringatan), Al-Mutasyabih (yang serupa), Al-Shidq
(kebenaran), Al-munadi (penyeru), Al-Amr (perintah), Al-Busyra (pemberi kabar
gembira), dan lain-lain.
C. Kandungan Al-Qur’an
1. Akidah
Pada umumnya ulama tafsir lebih sering menguraikan isi kandungan Al-
Qur’an yang bersifat dasar dan garis besar. Sedangkan mengenai isinya secara
detail, justru ditemukan dalam setiap penafsiran ayat-ayat itu sendiri.
Isi kandingan Al-Quran yang utama dan terpenting adalah tentang akidah
(teologi), yang juga lazim disebut dengan istilah ushul al-din, ilmu kalam dan
terutama tauhid atau lengkapnya tauhidullah (pemahaesaan Allah). Menurut
Muhammad Quthub, yang dapat penulis setujui kebenarannya, topic utama yang
3 Muhammad Ibn Ahmad Ibn Jazzi al-kilabi, kitab al-tashil li- ‘Ulum al-
tanzil, j. 1, (Beirut-Lubnan : Dar al-fikri), hlm.5
6
paling mendasar dalam Al-Qur’an ialah soal akidah.4 Ia menyebutnya sebagai
Mawadhu’un asasiyyun, objek yang paling asasi. Ini tidak berarti pesoalan-
persoalan lain yang ada dalam Al-Qur’an boleh dianggap tidak urgen. Sebab,
akdah itu sendiri tidaklah cukup bila tidak disertai dengan hal-hal yang lain
khususnya syariah dan akhlak.
Akidah, yang lazim diidentikkan dengan keyakinan, dalam agama islam
bahkan agama lain yang manapun menduduki posisi sentral yang sama sekali
tidak boleh diabaikan. Ia, akidah, merupakan pondasi yang diatasnya ditegakkan
bangunan syariat, dan tidak ada syariat tanpa akidah. Jika akidah dianggap asal/
tiang pancang, maka syariat adalah cabang/ ranting (furu’). Dengan demikian,
dalam islam tidaklah ada artinya keberadaan syariat tanpa akidah, dan karenanya,
syariat tidak akan mampu memantulkan cahayanya tanpa berada dalam naungan
akidah.
Al-Qur’an yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw,
menurut pendapat yang umum dikenal ialah ayat 1-5 surat Al-‘Alaq, Yaitu :
خلق ( ذي ال ك رب باسم علق) (1اقرأ من اإلنسان ) 2خلق اقرأ
األكرم ( ك ) (3ورب بالقلم م عل ذي يعلم) (4ال لم ما اإلنسان م عل5(
“(1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang telah menciptakan. (2) Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (3) Bacalah, dan Tuhanmu
adalah Maha Pemurah. (4) Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qalam
(alat tulis) (5) Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Kedua, sejarah ilmu-ilmu Al-Qur’an telah menunjukkan dengan gamblang
bahwa surat-surat dan ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan lebih dulu adalah
kelompok surat dan ayat Makkiyah yang pada umumnya berisikan masalah-
masalah akidah keimanan dan akhlak. Bukan ayat-ayat hukum sebagaimana
4 Muhammad Quthub, Dirasat Qur’aniyyah, (Beirut-Lubnan : Dar al-
syuruq, 1400 H/ 1980 M), hlm. 21 dan 490.
7
terdapat dalam kelompok surat dan ayat Madaniyah yang diturunkan lebih
belakangan. Didahulukan soal akidah daripada masalah-masalah hukum dan atau
pranata sosial lainnya, mengisyaratkan urgensi akidah sebagai tiang pancang
(penyangga) yang diatasnya didirikan sebuah bangunan syariat dan akhlak indah.
Ketiga, ayat-ayat Al-Qur’an yang bertemakan bidang apapun, selalu
terkait dan dikaitkan dengan aspek akidah, yang penempatannya diletakkan
sebelum dan atau sesudah kelompok ayat bidang tertentu dimaksud. Sebagai
ilustrasi, perhatikan ayat Kauniyah yang terdapat dalam surat Yasin yang bertalian
dengan ikhwal kosmis, kosmogoni, kosmografi, dan kosmologi yang tergolong
dalam kelompok ayat kauniyah , tetapi dalam ayat-ayat yang bersamaan atau yang
bertalian (munasabah) dengannya ditampilkan pula potongan-potongan ayat yang
menggambarkan kemahatahuan Allah dan kemahaperkasaan-Nya.
Keempat, Al-Qur’an menyatakan bahwa satu-satunya dosa yang
pelakunya tidak akan diampuni Allah SWT ialah penyimpangan akidah dalam hal
ini menyekutukan Tuhan (musyrik), sementara penyelewengan seseorang
terhadap aspek keagamaan yang lain katakanlah hukum dan akhlak, betapapun
besarnya kesalahan (dosa) yang diperbuat itu, akan diampuni Allah Swt yang
Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.
Kelima, Al-Qur’an yang terdiri atas 114 surat, itu dibuka dengan surat Al-
Fatihah dan ditutup dengan surat Al-Nas, baik dalam surat Al-Fatihah ]1[ maupun
dalam surat Al-Nas ]114[, kita jumpai sifat-sifat Allah yang merupakan bagian tak
terpisahkan dari masalah akidah secara keseluruhan. Atas dasar ini maka cukup
alasan untuk menyatakan bahwa Al-Qur’an diawali dengan akidah, dan diakhri
dengan akidah pula, maka pada tempatnya pula jika seperti disimpulkan diatas
bahwa topic paling asasi dalam Al-Qur’an adalah soal akidah. Hanya saja, seperti
yang pernah dinyatakan tidak berarti topik-topik lain dalam Al-Qur’an tidak
dianggap penting mengingat akidah sendiri bukanlah isi kandungan tunggal Al-
Qur’an . Didalam Al-Qur’an masih ada bidang lain yang juga memiliki peran
penting bagi kehidupan umat manusia.
8
2. Ibadah
Isi kandungan penting kedua Al-Qur’an setelah akidah ialah ibadah.
Dalam Al-Qur’an, terdapat sekitar 140 ayat5 yang berisikan ikhwal ibadah (ayat
al-‘ibadat). Sama halnya dengan ayat al’aqa’id, ayat al-‘ibadat pada umumnya
juga bersifat jelas, tegas dan rinci dalam hal normalnya meskipun kurang pada tata
caranya.
Menurut Al-Qur’an tujuan utama dan pertama dari penciptaan jin dan
manusia di muka bumi ialah agar mereka beribadah kepada Allah Swt.
(liya’buduni) seperti tertera dalam ayat :
ليعبدون إال واإلنس الجن خلقت وماDan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku. (QS Al-Dzaariat ]51[ : 56)
Sesuai dengan ayat di atas, maka setiap manusia mukmin dan mukminat,
harus menyatakan penghambaannya kepada Allah. Hanya kepada Allah manusia
harus beribadah, dan hanya kepada-Nya pula mereka harus memohon
pertolongan. Demikian petunjuk Al-Qur’an kepada manusia, yang oleh setiap
Muslim pernyataan ini diikrarkan minimal 17 kali dalam sehari semalam tepatnya
pada setiap shalat lima waktu dalam sehari semalam.
Inti dari tujuan ibadah adalah taqwallah. Atau, dengan kalimat lain,
taqwallah-lah yang menjadi sasaran utama dari persyaratan ibadah. Dan memang,
semua ibadah yang dilakukan manusia muslim pada akhirnya bermuara pada
taqwallah itu.
Ibadah puasa maupun ibadah haji, menuntun para pelakunya agar menjadi
manusia-manusia yang taqwa. Tidak terkecuali dengan ibadah shalat yang pada
hakikatnya jugab membina dan membimbing para pelakunya menjadi manusia
muttaqin. Menurut Al-Qur’an, surat Al-Ankabut ]29[ ayat 45, diantara fungsi
5 Abd al-Wahhab Khalaf, ‘Ilm Ushul al-Fikh, (Jakarta – Indonesia : al-
Majelis al-A’la li-syuun al-Dakwah al-Islamiyyah, 1973)
9
shalat ialah mencegah pelakunya dari kemungkinan melakukan hal-hal yang keji
dan mungkar. Menghindarkan diri dari perbuatan keji dan mungkar merupakan
salah satu dari sekian banyak ciri utama orang-orang yang takwa. Sebab, selain
ikhlas melaksanakan semua perintah Allah, orang-orang yang bertaqwa adalah
juga rela menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang oleh-Nya, terutama
perbuatan keji da mungkar.
Peribadatan yang diperintahkan syariat harus dijalani manusia sepanjang
hayat atau sampai al-yaqin (kematian) memjemputnya seperti terungkap dalam
ayat :
اليقين و يأتيك ى حت ك رب اعبد
“Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu yang diyakini
(kematian).” ]QS Al Hijr: 99[
3. Wa’du dan Wa’id
Isi kandungan Al-qur’an lainnya yang juga mempunyai peran penting bagi
kehidupan umat insani ialah janji baik dan ancaman buruk, yang dalam istilah
tafsir msing-masing lebih popular dengan sebutan al-wa’du dan al-wa’id.
Diantara contoh al-wa’du (janji baik) ialah ayat-ayat yang menjanjikan
akan memaskkan orang-oarang yang shaleh ke dalam surga, memberikan
ampunan (maghfirah) serta rezeki yang mulia atau pembalasan-pembalasan baik
lainnya seperti dapat dipahami dari beberapa ayat di bawah ini :
منذكرأوأنثىوهومؤمنفلنحيينهحياةطيبة منعملصالحا
يعملون كانوا ما بأحسن أجرهم هم ولنجزين Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.(QS. Al-Nahl [16] : 97 )
10
Adapun contoh surat al-wa’id, yakni ayat-ayat ayat yang berisikan
ancaman buruk ialah seperti :
ولهعذابمهين فيها خالدا حدودهيدخلهنارا ١٤﴿النساء: ومنيعصاللهورسولهويتعد ﴾
Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar
ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka
sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan.”(QS Al-Nisa
]4[ : 14)
Ayat-ayat tentang janji baik dan ancaman buruk seperti tersebut diatas
pada umumnya dikaitkan dengan masalah-masalah keimanan dan hukum.Diantara
hikmahnya ialah agar manusia memerhatikan dan mengindahkan ajaran-ajaran
Allah yang Maha benar itu. Hikmah (nilai positif) lain dari perangkaian ayat
akidah dan hukum dengan ayat al-wa’ad dan wa’id ialah untuk menambah kokoh
keyakinan dan kemantapan umat islam dalam mengimanai Allah dan
melaksanakan syariat-Nya.
4. Akhlak
Akhlak, yang dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan istilah etika
atau moral, merupakan salah satu isi kandungan Al-Qur’an yang sangat mendasar.
Urgensi ajaran akhlak ini, antara lain dapat dipahami dari pernyataan Rasulullah
Saw.
Mengingat di antara tujuan utama dari kenabian dan kerasulan Muhammad
Saw. Adalah untuk menyempurnakan akhlak, maka pada tempatnya jika Al-
Qur’an al-karim kita jumpai sejumlah ayat yang mengatur soal akhlak. Dengan
demikian, dapatlah dikatakan sumber akhlak yang paling utama dalam islam ialah
Al-Qur’an al-karim, ketika Aisyah r.a ditanya salah seorang sahabat tenang akhlah
Rasulullah Saw., ia menjawab dengan tegas bahwa sumber akhlah rasullh adalah
Al-Qur’an.
Akhlak memiliki kedudukan yang sangat penting bagi kehidupan umat
manusia, dan bahkan juga bagi kesuksesan seseorang dalam melaksanakan
11
tugasnya. Rasulullah Saw. sendiri sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an,
berhasil melaksanakan misinya, menyampaikan risalah islamiyah, antara lain
justru disebabkan komitmen dan konsisten akhlaknya yang sangat agung, dan
karenanya beliau menjadi uswatun hasanah (contoh yang baik) bagi umat yang
mengikutinya.
5. Hukum
Al-Qur’an itu dinamakan dengan hukum (hukm), demikian kata AL-
Maraghi, karena didalamnya terdapat keterangan tentang (hukum) halal dan
haram, serta seluruh ketentuan yang dibutuhkan orang-orang muallaf untuk
meraih kebahagiaan didunia da di akhirat.]9[
Al-Qur’an kita jumpai ayat-ayat yang memerintahkan manusia supaya
berlaku adil, baik dalam bertindak dan berperilaku maupun dalam bersikap dan
bertutur kata. Sebaliknya Al-Qur’an melarang seseorang berbuat kezhaliman dan
kecurangan, serta mengecam siapun yang berlaku sewenang-wenang dan
melampaui batas. Dalam Al-Qur’an kita dapatkan :
1. 29 kali kata al-‘adl dan yang serumpun dengannya, yang berarti adil atau
keadilan;
2. 27 kali kata al-qish dalam berbagai bentuknya,yang juga berarti adil
3. 299 kali zhulm, yang maksudnya melarang berbuat aniaya
4. 20 kali I’tida, yang maksudnya melarang berbuat melampaui batas
5. 20 kali kalimat ‘udwan, yang melarang sikap bermusuhan
6 . Kisah
Kisah, merupakan isi kandungan lain dalam Al-Qur’an. Kitab Samawi
terakhir ini menaruh perhatian serius akan keberadaan masalah kisah didalamnya.
Dalam Al-Qur’an tersebut 26 kali kata qashash dan yang seakar dengannya,
tersebar dalam 12 surat dan 21 ayat. Lebih dari itu, dalam Al-Qur’an ada surat
12
khusus yang dinamakan surat Al-Qashash, yakni surat ke-28 yang terdiri atas 88
ayat, 1.441 kata, dan 5.800 huruf.6
Kisah yang ada pada Al-Qur’an, pastilah kisah benar dan baik yang
bermanfaat bagi umat manusia. Sebab, Al-Qur’an sendiri menjuluki dirinya
dengan kisah-kisah terbaik (ahsan al-qahash). Adapun tujuan dari pengungkapan
kisah itu sendiri seperti di tegaskan dalam Al-Qur’an antara lain ialah agar
manusia memetik peringatan dan pelajaran berharga (‘ibrah) daripadanya di
samping mendorong mereka supaya berpikir.
Penempatan dan pemuatan berbagai kisah nyata (sejati) dalam Al-Qur’an
jelas selaras dengan karakter manusia yang ada pada umumnya menyukai sejarah,
berita bahkan tidak jarang berita gosip yang buruk sekalipun. Disinilah terletak
manfaat keberadaan kisah sejati yang diangkat dan di ungkapkan Al-Qur’an.
7. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Ayat-ayat Al-Qur’an yang menyinggungkan tentang persoalan ilmu
pengetahuan dan teknologi, oleh para ahli tafsir disebut dengan ayat al-kauniyah
atau ayat al-ulum. Menurut penyelidikan Thanthawi Jauhari, salah seorang
mufassir terkenal dalam aliran tafsir bi al-ra’yi, dalam Al-Qur’an terdapat sekitar
750 ayat al-ulum 7sementara menurut perhitungan Al-Alghazali, yang tidak jauh
berbeda dengan Thanthawi, ayat al-kauniyyah berjumlah 763 ayat8
Al-Qur’an melalui ayat-ayatnya, banyak menampilkan manifestasi jagat
raya ini, termasuk didalamnya tentang kejadian manusia, proses pembuatan bumi 6 Thanthawi Jauhari, Loc. Cit
7 Tb. Bakhtiar Rivai, Islam dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi :
Tantangan Pengembangannya di bumi Pancasila, dalam “Seminar Islam
Menghadapi Tantangan Zaman Kini dan Mendatang”, Jakarta, IAIN Syarif
Hidayatullah, Lembaga Penelitian, 1982, hlm. 49.
8 Al-Zarqani, manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum Al-Qur’an, j.1, (Beirut-Lubnan :
‘Isa al-halabi, t.t), hlm.24.
13
dan langit, perputaran matahari dan bulan, serta perjalanan planet, bintang dan
orbit, gumpalan awan, turun hujan, guruh, kilat, tumbuh-tumbuhan dengan
berbagi ragamnya, keindahan laut, dan tanda-tanda lintasannya, gunung-
gemunung yang menjulang tinggi dan lain-lain ilmu pengetahuan dan teknologi
yang dipelajari para saintis dengan cermat dan teliti.
Al-Qur’an terdapat sekian banyak ayat kauniyyah atau ayat-ayat al-‘ulum
dan karenanya maka Al-Qur’an dapat disebut sebagi sumber IPTEK, namun Al-
Qur’an tidak tepat dinyatakan sebagai buku ilmu pengetahuan dan teknologi. Al-
Qur’an seperti ditegaskan Al-Zarqani adalah tetap sebagai kitab hidayah dan buku
mukjizat ]9[ Maksudnya, fungsi Al-Qur’an sebagai hidayah bagaimanapun harus
di utamakan dari pada Al-qur’an semata-mata sebagai sumber ilmu pengetahuan.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Qur’an bukanlah sebuah “buku” dalam pengertian umum, karena ia
tidak pernah diformulasikan, tetapi diwahyukan secara berangsur-angsur kepada
Nabi Muhammad Saw. sejauh situasi-situasi menuntutnya.
Secara garis besar, isi kandungan Al-Qur’an meliputi akidah,ibadah,
wa’du dan Wa’id, akhlak, hukum, kisah, serta ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK).
B. Saran
Mari kita semua menghitung umur, sudah berapa tahunkah usia kita
masing-masing? Apa pekerjaan kita masing-masing? Apa pekerjaan kita masing-
masing? Dan terutama apa agama kita? Islam-kan? Apa kitab suci agama kita? Al-
Qur’an kan? Apa bacaan yang harus kita baca? Tentu Al-Qur’an kan? Apakah kita
pernah memiliki kemauan membaca Al-Qur’an dari awal sampai akhir?
Jawabannya ada pada diri kita masing-masing! Pertanyaannya sekarang Cuma
satu : “Maukah kita membaca dan mempelajari serta mengajarkan Al-Qur’an?”
Jawabannya Cuma satu, Insyaallah”, dan kuncinya juga satu, “ Kemauan”.
15
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Hafidz. 2012. Ushul Fiqih, Membangun Paradigma Berpikir
Tasyri’i. Cetakan Kedua. Al Azhar Press. Bogor
An-Nabhani, Taqiyuddin. 2004. Nizham al-Islam. Cetakan Ketiga Belas. Hizbut
Tahrir Indonesia. Jakarta.
As-Suyuthi, Jalaluddin. 2008. Al-Itqan fi Ulumil Qur’an. Cetakan Pertama. Indiva
Pustaka. Surakarta.
Al-Qaththan, Manna Khalil. 2013. Mabahis fi Ulumil Qur’an. Cetakan Keenam
belas. Pustaka Litera Antarnusa. Bogor
Khalil, ‘Atho Bin. 2011. Taisir al-Wushul ila al-Ushul. Cetakan Keempat.
Pustaka Thariqul Izzah.
16
17