ABSTRAK
Imam Yuwono.2014, Menggunakan sinar lampu, manik-manik dan suara musik di stodio servis konsentrasi untuk meningkatkan konsentrasi anak hiperaktif”
Ide penelitian ini didasarkan oleh adanya temuan anak hiperaktif sering melakukan perilaku tidak terkontrol sehingga mengganggu konsentrasi belajar. Keadaan ini, apabila tidak segera diatasi akan berakibat buruk pada anak. Perkembangan perilaku, kognitif, sosialisasi dan komunikasi terganggu. Tujuan penelitian adalah untuk membuktikan media pembelajaran menggunakan sinar lampu, manik-manik dan suara musik di stodio servis konsentrasi untuk meningkatkan konsentrasi siswa hiperaktif.
Penelitian ini menggunakan pendekatan subyek tunggal atau sering disebut penelitian modifikasi perilaku. Penelitian dilakukan pada seorang anak hiperaktif, yang masih belajar tingkat SD. Usia subyek 6 tahun dan memiliki IQ normal. Data tentang konsentrasi dikumpulkan melalui pengamatan menggunakan handicam pada saat subyek mengikuti pembelajaran. Intervensi untuk meningkatkan konsentrasi digunakan media pembelajaran dalam stodio servis konsentrasi. Media ini dilengkapi dengan permainan manik-manik, pengaturan sinar lampu dan terapi suara musik. Dengan harapan dapat melatih kontrol adrenalin, meningkatkan gelombang beta dan memperbaiki jalur pendengaran anak hiperaktif. Data dianalisis menggunakan teknik perubahan dalam kondisi yang meliputi tingkat stabilitas, kecenderungan arah dan tingkat perubahan ( level change).
Penelitian ini membuktikan bahwa, setelah dilakukan intervensi sebanyak 35 kali menggunakan permainan pilah manik-manik, pengaturan sinar lampu dan terapi suara musik yang dikemas dalam stodio servis konsentrasi. Ternyata dapat meningkatkan konsentrasi anak hiperaktif. Peningkatan konsentrasi anak ditandai dengan menurunnya aktivitas perilaku yang tidak terkontrol dalam pembelajaran. Pada kondisi baseline pertama aktivitas tak terkontrol dilakukan subyek sampai 13 kali dalam 2 jam pelajaran. Setelah dilakukan intervensi menggunakan media stodio servis konsentrasi menurun hingga 2 kali dalam 2 jam pelajaran. Berdasarkan hasil penelitian direkomendasikan kepada guru maupun terapis anak hiperaktif untuk menggunakan media stodio servis konsentrasi. Kepada peneliti lanjutan, disarankan untuk melakukan penelitian untuk mengukur seberapa besar pengaruh permainan pilah manik-manik, pengaturan sinar lampu dan terapi suara musik yang dikemas dalam stodio servis terapi, dapat mengontrol hormon adrenalin, meningkatkan gelombang beta dan memperbaiki jalur pendengaran anak hiperaktif.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak hiperaktif dan lemah konsentrasi sering disebut dengan istilah ADHD
(Attention Deficit Hyperactive Desorders). Gangguan ini ditandai dengan
ketidakmampuan berkonsentrasi terhadap sesuatu yang dihadapi. Pada saat
mengikuti pembelajaran konsentrasi mudah beralih pada suatu hal ke hal yang
lain. Melakukan suatu kegiatan tidak terkontrol (hiperaktif) dan tidak sabaran
(impulsif). Perilaku hiperaktif dan impulsif dapat mengganggu perkembangan
anak dalam hal kognitif, perilaku, sosialisasi dan komunikasi. American
Psyichiatric Association Press (1994) menyebutkan bahwa, penyebab hiperaktif
salah satunya adalah adanya disfungsi sirkuit neuron di otak yang dipengaruhi
oleh dopamin sebagai neurotransmitter pencetus gerakan dan sebagai kontrol
aktivitas diri. Akibatnya menyebabkan terjadinya hambatan pada sistem kontrol
perilaku. Anak menjadi hiiperaktif salah satunya karena produksi hormon
adrenalin tidak terkontrol. Hormon adrenalin merangsang untuk melakukan suatu
kegiatan. Produksi hormon adrenalin yang berlebihan mengakibatkan anak
melakukan kegiatan di luar kontrol diri. Kondisi ini mengakibatkan anak sulit
untuk berkonsentrasi pada sesuatu yang dilakukan. Meningkatkan konsentrasi
anak hiperaktif terhadap pembelajaran dapat dilakukan dengan cara melakukan
kegiatan yang mampu mengontrol produksi hormon tersebut. Permainan
memilah manik-manik yang dikemas dalam stodio servis konsentrasi
merangsang sistem kontrol perilaku anak.
Penelitian yang dilakukan oleh Steven W. Lee yang dikutip oleh Feni Olivia
(2007) anak hiperkatif menghasilkan gelombang theta berlebihan. Tetapi tidak
cukup menghasilkan gelombang beta. Gelombang theta merupakan gelombang
otak pada kisaran frekwensi 4-8 Hz. Yang dihasilkan oleh pikiran bawah sadar
(subconsciaus mind). Gelombang theta muncul saat manusia bermimpi dan saat
terjadi REM (rapit eye movement). Gelombang beta adalah gelombang otak
yang frekwensinya paling tinggi. Yaitu berkisar antara 12 sampai 40 Hz.
Gelombang beta dihasilkan oleh proses berpikir secara sadar. Kita
menggunakan gelombang beta untuk berpikir, berinteraksi, berkonsentrasi dalam
kehidupan sehari-hari.
Menurut Wilens TE dalam Widodo (2004) anak hiperaktif memiliki masalah
dalam pendengaran. Bisa mendengar tetapi kesulitan mengerti apa yang
didengarnya. Karena telinga dan otak tidak bekerja efesien dalam memproses
suara. Ada yang kesulitan memilih suara dari banyak sumber suara yang
berbeda. Ada yang kesulitan memusatkan pendengaran pada suara tertentu.
Berdasarkan pendapat diatas, penulis merekayasa media pembelajaran
untuk meningkatkan konsentrasi terhadap pembelajaran anak hiperaktif. Media
ini disebut dengan stodio servis terapi. Berbentuk seperti layaknya podium,
terbuat dari papan berukuran tinggi 2 meter dan lebar 1 m. Pada dinding stodio
dipasang empat kotak kecil dan manik-manik dengan berbagai macam warna.
Diatas kotak kecil dipasang lampu warna merah muda, kuning, biru dan hijau.
Didalam stodio terdapat rak tempat VCD player dan komponennya. Fungsi
stodio adalah tempat bermain pilah manik manik sebagai alat untuk melatih
kontrol hormon adrenalin. Pengaturan sinar lampu dan musik untuk
menghasilkan gelombang beta dan memperbaiki jalur pendengaran anak.
B. Rumusan Masalah
Agar dapat mengungkap permasalahan tersebut maka secara rinci penelitian ini
mengacu pada pertanyaan penelitian:
1. Apakah bermain pilah manik-manik dalam stodio servis konsentrasi mampu
mengontrol hormon adrenalin sehingga konsentrasi anak hiperaktif meningkat?
2. Apakah pengaturan sinar lampu dalam stodio servis konsentrasi dapat
meningkatkan konsentrasi anak hiperaktif?
3. Apakah terapi suara dalam stodio servis terapi dapat memperbaiki jalur
pendengaran untuk meningkatkan konsentrasi anak hiperaktif?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas media pembelajaran
menggunakan stodio servis konsentrasi untuk meningkatkan konsentrasi anak
hiperaktif. Secara khusus penelitian ini ingin mengetahui efektifitas penggunaan
permainan manik-manik, pengaturan cahaya lampu dan musik dalam stodio servis
terapi untuk meningkatkan konsentrasi anak hiperaktif.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari temuan penelitian ini adalah sebagai pemasukan
alternatif pemilihan media yang efektif dalam meningkatkan konsentrasi
pembelajaran bagi anak hiperaktif.
II. KAJIAN TEORITIS
A. Tinjauan Tentang Anak Hiperaktif
1. Definisi Anak Hiperaktif
Menurut Elia J, Ambrosini PJ, (1999) dalam Jarwoto (2007) ADHD (Attention
Deficit Hyperactive Disorders). Di Indonesia sering disebut dengan anak hiperaktif
atau anak yang mengalami gangguan pemusatan. Anak hiperaktif ditandai dengan
adanya ketidakmampuan anak untuk memusatkan konsentrasinya pada sesuatu
yang dihadapi, sehingga rentang konsentrasinya sangat singkat waktunya
dibandingkan anak lain yang seusia, Biasanya disertai dengan gejala hiperaktif dan
tingkah laku yang impulsif. Kelainan ini dapat mengganggu perkembangan anak
dalam hal kognitif, perilaku, sosialisasi maupun komunikasi.
2. Karakteristik anak hiperaktif
Menurut APA: Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders.:
American Psychiatric Association Press; 1994:78-85. yang dikutip oleh Widodo
Judarwanto (2007)
a. Inattention: Gejala ini ditandai dengan (1) sering gagal dalam memberi
konsentrasi secara erat secara jelas atau membuat kesalahan yang tidak
terkontrol dalam sekolah bekerja dan aktifitas lainnya (2) sering mengalami
kesulitan menjaga konsentrasi/ konsentrasi dalam menerima tugas atau aktifitas
bermain (3) sering kelihatan tidak mendengarkan ketika berbicara secara
langsung (4) sering kesulitan mengatur tugas dan kegiatan (5) sering
menghindar, tidak senang atau enggan mengerjakan tugas yang membutuhkan
usaha (seperti pekerjaan sekolah atau perkerjaan rumah (6) sering kehilangan
suatu yang dibutuhkan untuk tugas atau kegiatan ( permainan, tugas sekolah,
pensil, buku dan alat sekolah lainnya. (7) sering mudah mengalihkan konsentrasi
dari rangsangan dari luar yang tidak berkaitan
b. Hiperaktif
1. sering merasa gelisah tampak pada tangan, kaki dan menggeliat dalam
tempat duduk
2. sering meninggalkan tempat duduk dalam kelas atau situasi lain yang
mengharuskan tetap duduk.
3. sering berlari dari sesuatu atau memanjat secara berlebihan dalam situasi
yang tidak seharusnya (pada dewasa atau remaja biasanya terbatas dalam
keadaan perasaan tertentu atau kelelahan )
4. sering kesulitan bermain atau sulit mengisi waktu luangnya dengan tenang.
c. Impulsif, sering mengeluarkan perkataan tanpa berpikir, menjawab pertanyaan
sebelum pertanyaannya selesai, sering sulit menunggu giliran atau antrian,
sering menyela atau memaksakan terhadap orang lain (misalnya dalam
percakapan atau permainan.
3. Penyebab anak menjadi hiperaktif
Menurut Mnual Diagnostik dan Statistika mengenai gangguan mental:
Asosiasi Psikiater Amerika tahun 1994) penyebab anak hiperaktif adalah
berbagai virus, zat kimia berbahaya, faktor gen maupun selama kehamilan dan
kelahiran yang menimbulkan kerusakan perkembangan otak, sehingga
menyebabkan:
a. Kerusakan otak global dalam kadar tertentu karena penyakit neorologis
sehigga menyebabkan kerusakan pada otak. (Rutter 1977)
b. Ketidak seimbangan neotransmitter (Barkly 1992)
c. Masalah biokimia di otak ( rendahnya metabolisme zat kimia, rendahnya
penyampaian zat kimia)
d. Faktor gen sebagai faktor pemicu
e. Keracunan dalam rahim
4. Konsentrasi Anak Hiperaktif
Menurut kamus Bahasa Indonesia konsentrasi adalah perhatian. Anak hiperaktif
tidak dapat menerima impuls-impuls dengan baik, suka melakukan gerakan-gerakan
yang tidak terkontrol, dan menjadi lebih hiperaktif. kriteria konsentrasi anak
hiperaktif: (1) mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian (defisit dalam
memusatkan perhatian) sehingga anak tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas yang
diberikan kepadanya secara baik. (2) jika diajak bicara siswa hiperaktif tidak dapat
memperhatikan lawan bicaranya bersikap apatis terhadap lawan bicaranya (3)
mudah terpengaruh oleh stimulus yang datang dari luar dirinya (4) tidak dapat duduk
tenang walaupun dalam batas waktu lima menit dan suka bergerak serta selalu
tampak gelisah (5) sering mengucapkan kata-kata secara spontan (tidak sadar).
(6) sering melontarkan pertanyaan yang tidak bermakna kepada guru selama
pelajaran berlangsung. (7) mengalami kesulitan dalam bermain bersama temannya
karena ia tidak memiliki perhatian yang baik. Terhadap kondisi siswa yang demikian,
biasanya para guru sangat susah mengatur dan mendidiknya. kegiatan belajar
mengajar di kelas.
5. Gelombang Otak Anak Hiperaktif
Berdasarkan hasil penelitian Steven W. Lee brainwave/gelombang otak
yang dikutip oleh Nathalia Sunaidi (2007) Otak kita setiap saat menghasilkan impuls-
impuls listrik. Aliran listrik ini, yang lebih dikenal sebagai gelombang otak diukur
dengan dua cara yaitu amplitudo dan frekuensi. Amplitudo adalah besarnya daya
impuls listrik yang diukur dalam satuan micro volt. Frekuensi adalah kecepatan emisi
listrik yang diukur dalam cycle per detik, atau hertz. Gelombang otak dibedakan
menjadi empat bagian yaitu gelomabang beta , gelombang alfa, gelombang theta,
dan gelombang delta. Jenis atau kombinasi dan jenis gelombang otak menentukan
kondisi kesadaran pada suatu saat. Gelombang beta adalah gelombang otak yang
frekuensinya paling tinggi. Beta dihasilkan oleh proses berpikir secara sadar. Beta
terbagi menjadi tiga bagian, yaitu beta rendah 12-15 Hz, beta 16-20 Hz, dan beta
tinggi 21-40 Hz. Kita menggunakan beta untuk berpikir, berinteraksi, dan menjalani
kehidupan sehari-hari. Meskipun beta sering kali “menghilang” saat kita
memfokuskan pikiran, beta tetap dibutuhkan agar kita dapat menyadari dan ia di luar
diri kita. Bersama dengan gelombang lainnya, beta sangat dibutuhkan dalam proses
kreatif. Tanpa beta semua kreativitas yang merupakan hasil pikiran bawah sadar
akan tetap terkunci di bawah sadar tanpa bisa terangkat ke permukaan dan disadari
oleh pikiran. Gelombang Theta adalah gelombang otak pada kisaran frekuensi 4-8
Hz, yang dihasilkan oleh pikiran bawah sadar (subconsciaus mind). Theta muncul
saat kita bermimpi dan saat terjadi REM (rapid eye movement). Pikiran bawah sadar
menyimpan memori jangka panjang kita dan juga merupakan gudang inspirasi
kreatif. Selain itu, pikiran bawah sadar juga menyimpan materi yang berasal dan
kreativitas yang ditekan atau tidak diberi kesempatan untuk muncul ke permukaan
dan materi psikologis yang ditekan. Menurut Steven W. Lee yang dikutip oleh Feni
Olivia (2007) anak hiperkatif menghasilkan gelombang theta berlebihan. Tetapi tidak
cukup menghasilkan gelombang beta. Gelombang theta merupakan gelombang otak
pada kisaran frekwensi 4-8 Hz. Yang dihasilkan oleh pikiran bawah sadar
(subconsciaus mind). Gelombang theta muncul saat manusia bermimpi dan saat
terjadi REM (rapit eye movement). Pikiran bawah sadar menyimpan memori jangka
panjang dan merupakan gudang inspirasi kreatif. Selain itu, pikiran bawah sadar
menyimpan materi yang berasal dari kreativitas yang tertekan atau tidak diberi
kesempatan untuk muncul ke permukaan dan materi psilologis yang di tekan. Semua
materi yang berhubungan dengan emosi, baik emosi positif maupun negatif
tersimpan dalam pikiran bawah sadar. Emos–emosi yang negatif yang tidak teratasi
dengan baik, setelah masuk ke pikiran bawah sadar akhirnya menjadi beban
psikologis yang menghambat kemajuan diri seseorang. Gelombang beta adalah
gelombang otak yang frekwensinya paling tinggi. Yaitu berkisar antara 12 sampai 40
Hz. Gelombang beta dihasilkan oleh proses berpikir secara sadar. Kita
menggunakan gelombang beta untuk berpikir, berinteraksi, berkonsentrasi dalam
kehidupan sehari-hari. Meskipun beta sering menghilang saat manusia menfokuskan
pikiran, gelombang beta sangat dibutuhkan agar manusia dapat menyadari sesuatu
diluar diri. Bersamaan dengan gelombang otak lainnya gelombang beta sangat
dibutuhkan dalam proses kreatif. Tanpa gelombang beta semua kreatifitas yang
merupakan hasil pikiran bawah sadar akan tetap terkunci dibawah sadar, tanpa bisa
terangkat ke permukaan dan disadari oleh pikiran. Walaupun gelombang beta
merupakan komponen penting dalam kesadaran diri manusia, namun gelombang
beta tidak dapat beroperasi tanpa didukung oleh gelombang otak yang lain. Apabila
hal ini terjadi maka seseorang akan dipenuhi rasa kekhawatiran, ketegangan dan
proses berpikir yang tidak fokus. Gelombang alfa adalah gelombang otak yang
frekwensinya sedikit lebih lambat dibandingkan beta. Yaitu 8-12 Hz (hertz).
Gelombang alfa berhubungan dengan kondisi yang rilek dan santai. Dalam kondisi
alfa, pikiran dapat melihat gambaran mental secara jelas dan dapat merasakan
sensasi dengan lima indera apa yang terjadi dalam pikiran. Gelombang alfa adalah
pintu gerbang bawah sadar. Manfaat gelombang alfa adalah sebagai jembatan
penghubung antara pikiran sadar dan bawah sadar. Untuk meningkatkan konsentrasi
anak hiperaktif diperlukan latihan untuk mengurangi gelombang theta dan banyak
menghasilkan gelombang beta.
B. Tinjauan Tentang Stodi Servis Konsentrasi
Stodio servis konsentrasi adalah media pembelajaran untuk meningkatkan
konsentrasi terhadap pembelajaran anak hiperaktif. Berbentuk seperti layaknya
podium, terbuat dari papan berukuran tinggi 2 meter dan lebar 1 m. Pada dinding
stodio dipasang empat kotak kecil dan manik-manik dengan berbagai macam
warna. Diatas kotak kecil dipasang lampu warna merah muda, kuning, biru dan
hijau. Didalam stodio terdapat rak tempat VCD player dan komponennya. Fungsi
stodio adalah tempat bermain pilah manik manik sebagai alat untuk melatih kontrol
hormon adrenalin. Pengaturan sinar lampu dan musik untuk menghasilkan
gelombang beta dan memperbaiki jalur pendengaran anak.
Deskripsi media pembelajaran studio servis konsentrasi
1. Bahan pembuatan media
a. Papan kayu/ block board ukuran 200 cmm x 150 cm
b. Papan ukuran 10x10 cm untuk membuat kotak kecil
c. Lampu warana merah, kuning, biru dan hijau
d. Kabel, stop kontak dan saklar
e. VCD player, spiker , hand shet, CD musik klasik (instrumentalia)
f. Manik-manik warana merah, kuning, biru dan hijau
2. Langkah pembuatan media
a. Papan dibentuk sepert ilayaknya podium ukuran 2m x 1,5 m
2m
1,5 m
b. Membuat kotak kecil sebanyak 5 buah sebagai tempat meletakkan manik-
manik
c. Merakit 5 buah lampu
d. Memasang kotak –kotak kecil di dinding stodio bagian dalam. Posisi
bertingkat dan miring keatas
e. Memasang lampu yang sudah dirakit diatas kotak-kotak kecil dan diatap
stodio dan VCD player
3. Petunjuk penggunaan media
a. Siapkan anak untuk memasuki stodio servis konsentrasi
b. Nyalakan lampu atap stodio agar ruangan redup mendinginkan otak
c. Bimbing siswa melakukan permainan pilah manik-manik selama 1 jam.
menggunakan langkah:
1) Manik-manik yang berwarna-warni ditempatkan di sebuah kotak yang
telah disediakan
2) Nyalakan lampu merah muda, suruh anak menfokuskan konsentrasi ke
manik-manik warna merah muda
3) Masukkan manik-manik merah muda kedalam kotak dekat lampu merah
muda, sampai habis
4) Nyalakan lampu kuning, konsentrasikan anak pada manik-manik
berwarna kuning
5) Masukkan manik ke dalam kotak dekat lampu kuning
6) Nyalakan lampu warna biru, motivasi anak untuk berkonsentrasi terhadap
manik-manik warna biru
7) Suruh anak memasukkan manik-manik kedalam kotak dekat nyala lampu
warna biru
8) Nyalakan lampu warna hijau, konsentrasikan anak terhadap mainik-manik
warna hijau
9) Suruh anak memasukkan manik-manik kedalam kotak dekat lampu warna
hijau
10) Berikan hadiah musik klasik ketika anak berhasil memusatkan
konsentrasi dan berhasil memasukkan manik-manik dengan warna yang
tepat.
d. Terapi suara musik dimulai. VCD player dihidupkan dan anak mendengarkan
musik memakai handshet yang telah disediakan. Kegiatan ini dilakukan
selama 1 jam.
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian subyek tunggal atau sering
disebut dengan penelitian modifikasi perilaku.
Adapun prosedur dalam penelitian ini adalah, pada tahap pendahuluan
peneliti mengadakan pengamatan terhadap aktifitas anak pada saat mengikuti
pembelajaran dikelas. Penelitian ini menggunakan desain A-B-A-B dengan
langkah yaitu, mengumpulkan data target behavior pada kondisi baseline
pertama (A1). Setelah data menjadi stabil pada kondisi baseline, intervensi (A1)
diberikan. Pengumpulan data pada kondisi intervensi dilaksanakan secara
kontinyu sampai mencapai trend dan level yang jelas. Setelah itu masing-masing
kondisi (A1) dan intervensi (B1) diulang kembali pada subyek yang sama.
Pengamatan dilakukan selama 10 hari untuk mendapatkan data sebagai
baseline (A1). 10 hari intervensi pertama, 5 hari untuk mendapatkan data
baseline kedua dan 10 hari melaksanakan intervensi kedua. Pengamatan
dilakukan oleh peneliti dengan cara merekam aktivitas anak dalam mengikuti
pelajaran. Untuk mendapatkan variabelitas yang tinggi, pengamatan sebagai
data baseline dihentikan ketika aktivitas perilaku yang diamati menunjukkan
kestabilan. Dilanjutkan memberikan perlakuan dalam stodio servis konsentrasi
selama 10 hari. Data yang dihasilkan disebut dengan modifikasi perilaku yang
kemudian dinamakan intervensi pertama (B1). Setelah diberikan perlakuan
dengan terapi peningkatan konsentrasi dilakukan pengamatan kembali terhadap
perilaku anak pada saat mengikuti pelajaran. Pengamatan berikutnya dilakukan
selama 5 hari digunakan sebagai data baseline kedua (A2) Kemudian dilakukan
intervensi kedua selama 10 hari untuk mendapatkan data (B2).
B. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada seorang subyek hiperaktif, perempuan yang belajar
di kelas I sekolah X yang merupakan sekolah penyelenggara pendidikan inklusif.
Usia subyek 7 tahun. Ia pernah menjalani terapi medis dan dikatakan oleh Dokter
sebagai anak hiperaktif. Dalam kegiatan pembelajaran subyek sering melakukan
aktivitas tidak terkontrol seperti sering keluar kelas, mengganggu teman, menggeliat
saat pembelajaran berlangsung, tidak memperhatikan keterangan guru, dan sulit
berkonsentrasi terhadap materi pelajaran.
C.Teknik pengumpulan data
Dalam penelitian ini digunakan tehnik pengumpulan data menggunakan
pencatan langsung. Yaitu dengan cara menghitung frekwensi kejadian perilaku tidak
terkontrol yang dilakukan anak hiperaktif. Pengamatan langsung digunakan alat
bantu handycam untuk merekam semua aktivitas dalam pembelajaran.
D. Teknik analisis data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis secara kuntitatif.
menggunakan analisis perubahan dalam kondisi yaitu, menganalisis perubahan
data dalam satu kondisi baseline atau intervensi. Adapun komponen yang dianalisis
meliputi data baseline dan intervensi, panjang interval, kecenderungan arah,
menentukan kecenderungan stabilitas, menentukan kecenderungan jejak data,
menentukan level stabilitas dan rentang, menentukan level perubahan (level
change).
IV. HASIL PENELITIAN
Data hasil pengamatan tentang aktivitas tidak terkontrol yang dilakukan subyek
pada saat mengikuti pelajaran sebagai data baseline maupun hasil intervensi
(perlakuan) menggunakan manik-manik dan pengaturan sinar lampu dan suara
dalam stodio servis konsentrasi disajikan dalam tabel 4.1:
Hari
ke
Baseline
(A1)
Hari
ke
Intervensi
(B1.)
Hari
ke
Baseline
(A2)
Hari ke Intervensi
(B2.)
1 9 11 7 21 7 26 8
2 13 12 8 22 8 27 7
3 13 13 12 23 6 28 4
4 9 14 13 24 6 29 5
5 13 15 11 25 6 30 3
6 11 16 10 31 3
7 10 17 10 32 3
8 10 18 9 33 2
9 10 19 9 34 2
10 10 20 7 35 2
Tabel 4.1 : Baseline dan intervensi
Data sebagai baseline pertama (A1) dilakukan sebanyak 10 kali.
Pengamatan dilakukan oleh peneliti ketika subyek belajar bersama teman dan
guru di kelas. Data baseline pertama (A1) pada sesi awal bervariasi, kemudian
pada sesi berikutnya menjadi stabil. Ketidakstabilan pada sesi-sesi awal
dimungkinkan karena subyek belum beradaptasi dengan tugas dalam rangka
pengumpulan data. Setelah beberapa sesi menjadi stabil. Hal ini terjadi karena
mengalami penyesuaian (adaptasi).
Intervensi pertama dilakukan pada hari ke 11 sampai hari ke 20. Intervensi
menggunakan permainan pilah manik-manik, pengaturan sinar lampu dan terapi
suara dalam stodio servis konsentrasi. Pada sesi –sesi awal intervensi, perilaku
subyek tidak banyak mengalami perubahan dengan data baseline pertama.
Dimungkinkan subyek masih menyesuaikan dengan media intervensi. Pada sesi
akhir intervensi mulai berpengaruh pada perilaku subyek. Data pada sesi akhir
mulai stabil. Namun demikian frekwensinya masih tinggi. Intervensi yang dilakukan
pada sesi pertama belum banyak berpengaruh pada peningkatan konsentrasi
subyek. Intervensi pertama menggunakan manik-manik pengaturan sinar lampu
dan suara musik (B1)
Data baseline kedua diambil pada hari ke 21 sampai hari ke 25. Pengambilan
data dilakukan menggunakan handicam pada saat subyek mengikuti pelajaran di
kelas. Pada sesi awal baseline kedua data menunjukkan ketidakstabilan. Subyek
melakukan aktivitas tak terkontrol sebanyak 7 sampai 8 kali dalam 1 jam pelajaran.
Sesi berikutnya data mulai stabil yaitu sebanyak 6 kali. Namun demikian frekwensi
subyek melakukan aktivitas yang mengganggu konsentrasi masih cukup tinggi.
Intervensi kedua dilakukan pada hari ke 25. Data dikumpulkan selama 10
hari. Pada sesi awal intervensi kedua aktivitas tak terkontrol dilakukan sebanyak 6
sampai 7 kali. Kemudian pada hari berikutnya mengalami penurunan 5 sampai 4
kali selama 1 jam pelajaran. Intervensi kedua mempunyai pengaruh yang
signifikan. Aktifitas siswa yang tidak terkontrol mulai menurun pada hari ke 29.
Stabil pada posisi 3 kali. Pada hari ke 32 subyek mengalami peningkatan
konsentrasi terhadap pembelajaran. Yang ditandai dengan hanya 2 kali
melakukan perilaku yang tidak terkontrol pada saat pembelajaran berlangsung.
1. Analisis data
Menggunakan desain A-B-A-B data dalam grafik diatas data dianalisis
menggunakan analisis dalam kondisi dengan langkah sebagai berikut:
a. Kondisi baseline pertama ditulis A1, intervensi pertama (B1) baseline kedua (A2)
dan intervensi kedua ditulis (B2)
b. Menentukan panjang interval untuk menunjukkan ada berapa sesi kondisi tersebut
Penelitian dilakukan sebanyak 10 sesi baseline pertama (A1), 10 sesi intervensi
pertama (B1), 5 sesi baseline kedua (A2) dan 10 sesi intervensi kedua (B2)
Kondisi A1 B1 A2 B2
Panjang sesi 10 10 5 10
d. Mengestimasi kecenderungan arah menggunakan metode belah dua (split-midle)
(1) Bagi data pada posisi baseline pertama menjadi 2 bagian (1)
(2) Bagian kanan dan kiri juga dibagi menjadi 2 bagian (2a)
(3) Menentukan posisi median dari masing-masing belahan (2b)
(4) Tarik garis sejajar dengan obsis yang menghubungkan titik temu 2a dan 2b.
Kondisi A/1 B/1 A/2 B/2
e. Kecenderungan arah data pada fese baseline pertama (A1) arah trendnya
menaik. Subyek lebih sering melakukan tidak terkontrol yang mengganggu
konsentrasi. Pada intervensi pertama (B1) arah trend menurun, artinya subyek
semakin sedikit melakukan kegiatan yang tak terkontrol. Pada kondisi baseline
kedua (A2) arah trend menurun tajam hingga intervensi kedua (B2) arah trend
semakin menurun. Hal ini dimungkinkan pengaruh pemberian intervensi.
Kondisi A1 B1 A2 B2
Estimasi
kecenderungan
arah
(-) ( + ) ( + ) ( + )
f. Menentukan kecenderungan stabilitas
Pada penelitian ini digunakan kecenderungan stabilitas 15 %
Kondisi Banyak data
point yang ada
dalam rentang
Banyaknya data
point
Persentase stabilitas
Baseline I (A1) 4 10 40 %
Intervensi I (B1) 6 10 60 %
Baseline II (A2) 2 5 40 %
Intervensi II (B2) 8 10 80 %
Jika stabilitas sebesar 85% - 90 % dikatakan stabil, sedangkan dibawah itu
dikatakan tidak stabil. Maka data diatas mempunyai kecenderungan stabilitas
sebagai berikut:
Kondisi Persentase
stabilitas
Kecenderungan stabilitas
Baseline I (A1) 40 % Tidak stabil
Intervensi I (B1) 60 % Tidak stabil
Baseline II (A2) 40 % Tidak stabil
Intervensi II (B2) 80 % Stabil
g. Menentukan kecenderungan jejak data
Kondisi A1 B1 A2 B2
Estimasi
kecenderungan
arah
(-) ( + ) ( + ) ( + )
Pada kondisi baseline pertama sesi 2-5 arah data naik kemudian data menurun
pada sesi ke 6 dan stabil pada sesi ke 7 sampai 10. Kondisi intervensi pertama
data naik pada sesi ke 14. namun pada sesi-sesi berikutnya menurun. Kondisi
baseline kedua jejak data terus menurun dan stabil pada sesi 22-25. Pada
kondisi intervensi kedua jejak data terus menurun hingga sesi ke 32. Data stabil
pada sesi ke 33-35.
h. Menentukan level stabilitas dan rentang
Kondisi Persentase
stabilitas
Rentang Persentase
stabilitas
Kecenderungan
stabilitas
Baseline I (A1) 40 % 9-13 40 % Tidak stabil
Intervensi I (B1) 60 % 7-13 60 % Tidak stabil
Baseline II (A2) 40 % 6-8 40 % Tidak stabil
Intervensi II (B2) 80 % 1-8 80 % Stabil
i. Menentukan level perubahan
Menentukan level perubahan dilakukan dengan cara menandai data pertama
(hari 1) dan data terakhir pada fase baseline dan fase intervensi. Kemudian
menghitung selisih antara kedua data. Berikutnya menentukan arah (menaik atau
menurun). Beri tanda (+) jika membaik dan tanda (-) jika menurun.
Kondisi Level perubahan
Baseline I (A1) 9 – 13 = (-4) buruk
Intervensi I (B1) 8-7 = ( +1) membaik
Baseline II (A2) 7-6= (+1) membaik
Intervensi II (B2) 6-1 = (+5) membaik
Pembahasan
Hasil penelitian dapat dirangkum sebagai berikut: Pertama, bermain pilah manik-
manik dalam stodio servis konsentrasi mampu meningkatkan konsentrasi anak
hiperaktif. Berdasarkan data yang telah dipaparkan dalam grafik pada sesi baseline
yang dilakukan selama 10 kali pertemuan anak mempunyai kecenderungan tidak
dapat konsentrasi pada saat pembelajaran berlangsung. Data menunjukkan, subyek
melakukan aktivitas yang mengganggu konsentrasi secara konstan sebanyak 10 kali
dalam satu jam pelajaran. Hal ini akan mengganggu subyek untuk memperhatikan
pelajaran. Intervensi pertama aktivitas tak terkontrol menurun tetapi belum signifikan.
Sesi kedua intervensi ketika bermain pilah manik-manik diperlukan kejelian dan
konsentrasi yang tinggi. Menggunakan bermain pilah manik-manik aktivitas gerak
anak menjadi semakin berkurang. Memilah manik-manik sesuai warna lampu
menarik konsentrasi anak. Dalam kondisi tidak banyak bergerak dan berkonsentrasi
serta menyenangkan hati anak sehingga peredaran hormon adrenalin bisa dikontrol.
Studi terdahulu (misalnya Thierry Foucher, pakar lactium dari Prancis saat
memberikan keterangan pers di Jakarta, Rabu 17 Desember 2007. Ketika
seseorang mengalami konsentrasi tinggi, tubuh bereaksi dan membangkitkan tanda
bahaya, sehingga memicu terjadinya beragam reaksi biokimia di dalam tubuh. Kadar
adrenalin dalam aliran darah meningkat, penggunaan energi dan reaksi tubuh
mencapai titik tertinggi. Gula, kolesterol dan asam-asam lemak tersalurkan ke dalam
aliran darah. Tekanan darah meningkat dan denyutnya mengalami percepatan.
Kedua, Pengaturan sinar lampu dalam stodio servis konsentrasi mampu
meningkatkan konsentrasi anak hiperaktif. Berdasarkan data yang telah dipaparkan
dalam grafik pada sesi baseline yang dilakukan selama 10 kali pertemuan anak
mempunyai kecenderungan tidak dapat konsentrasi pada saat pembelajaran
berlangsung. Data menunjukkan subyek melakukan aktivitas yang mengganggu
konsentrasi sebanyak 10 kali. Pada sesi intervensi pertama aktifitas tersebut
menurun. Perpanjangan waktu intervensi ternyata berpengaruh pada peningkatan
konsentrasi anak hiperaktif. Pada hari ke 29 sampai ke 35 intervensi subyek
melakukan aktifitas tak terkontrol pada saat pembelajaran hanya 2 kali selama satu
jam pelajaran. Pengaturan cahaya lampu yang sejuk akan mendinginkan otak anak,
mengurangi strees.
Penelitian terdahulu (seperti Steven W. Lee yang dikutip oleh Widodo (2007)
layar vidio dan pengaturan lampu yang terang, mempertahankan sesuatu saat
melakukan konsentrasi, memberikan motivasi dan hadiah akan menghasilkan
gelombang beta. Menurut Richard Haier dalam widodo (2007) Gelombang beta
adalah gelombang otak yang frekwensinya paling tinggi. Yaitu berkisar antara 12
sampai 40 Hz. Gelombang beta dihasilkan oleh proses berpikir secara sadar. Kita
menggunakan gelombang beta untuk berpikir, berinteraksi, berkonsentrasi dalam
kehidupan sehari-hari. Meskipun beta sering menghilang saat manusia menfokuskan
pikiran, gelombang beta sangat dibutuhkan agar manusia dapat menyadari sesuatu
diluar diri. Bersamaan dengan gelombang otak lainnya gelombang beta sangat
dibutuhkan dalam proses kreatif.. Pengaturan cahaya lampu yang menyertai
permainan pilah manik-manik serta musik dalam stodio servis konsentrasi mampu
menghasilkan gelombang beta dan menurunkan gelombang theta.
Ketiga, Terapi suara dalam stodio servis konsentrasi peningkatan gelombang
beta dan memperbaiki jalur pendengaran untuk meningkatkan konsentrasi anak
hiperaktif. Terapi suara musik dilakukan selama 35 hari. Setiap hari subyek diterapi
selama 1 jam. Konsentrasi subyek akan nampak meningkat ditandai dengan
menurunnya aktivitas tak terkontrol pada saat mengikuti pelajaran. Konsentrasi
subyek mulai meningkat setelah 29 hari intervensi.
Studi terdahulu (misalnya Elia dalam w. Judarwanto, 2007) anak dengan
gangguan hiperaktif memiliki masalah dalam pendengaran. Bisa mendengar tetapi
kesulitan mengerti apa yang didengarnya. Karena telinga dan otak tidak bekerja
efesien dalam memproses suara. Ada yang kesulitan memilih suara dari banyak
sumber suara yang berbeda. Ada yang kesulitan memusatkan pendengaran pada
suara tertentu. Untuk memperbaiki jalur pendengaran digunakan terapi suara selama
1 jam setiap hari berturut-turut hingga 20 hari.
Pendapat senada dikemukan oleh Sondang Aemilla (2006) untuk mengontrol
emosi, mental dan spiritual seseorang diperlukan perbaikan jalur pendengaran
melalui terapi suara musik. Karena musik berpengaruh pada otak dan dapat
meningkatkan hormon dalam hubungannya dengan fungís tubuh. Suara musik yang
didengar oleh seseorang akan masuk melalui telinga, kemudian menggetarkan
gendang telinga, mengguncang cairan di telinga dalam serta menggetarkan sel-sel
berambut di dalam Koklea untuk selanjutnya melalui saraf Koklearis menuju ke otak.
Penelitian yang dilakukan oleh Satiadarma (1990) dilakukan dengan cara
mengukur suhu kulit menggunakan alat Galvanic Skin Response (GSR). Pada saat
subyek penelitian mendengarkan musik hingar-bingar, maka suhu kulit lebih rendah
dari pada suhu basal (suhu normal individu tersebut tanpa musik). Sebaliknya, ketika
musik lembut diperdengarkan, suhu kulit meninggi dari biasanya. Hal ini
menunjukkan adanya suatu hormon stress yang dilepaskan oleh otak, yaitu hormon
adrenalin, yang dapat mempengaruhi bekerjanya pembuluh darah di kulit untuk
vasokonstriksi (menyempit) atau vasodilatasi (melebar). Pada kondisi stres, hormon
adrenalin banyak dikeluarkan dan pembuluh darah kulit menyempit, sehingga suhu
kulit menurun. Kesimpulannya adalah jenis musik hingar-bingar dapat menyebabkan
kita stres, sedangkan musik lembut memiliki efek menenangkan.
Terapi menggunakan suara musik klasik dalam stodio servis terapi untuk
memperbaiki jalur pendengaran anak. Musik yang didengarkan anak dapat diterima
langsung oleh talamus. Dibagian otak inilah suara musik akan dapat mempengarui
dan mengatur emosi, sensasi dan perasaan anak. Dengan terapi suara musik
melatih subyek dalam memproses suara. Subyek bisa mendengar dan juga mengerti
apa yang didengar. Latihan mendengarkan suara musik berulang kali melatih subyek
memilih suara dari banyak suber suara yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
APA. Diagnostic and statistical manualof mental disorders. Washington. DC American Psychiatric Assosiation Press. 1994 Ashman. A &Elkin, J. (1994). Education Children with Special Need. New Jersey :
Scon Edition Englewood eliffs Prentice. Inc. Alberto, P.A (1982) Aplied Behavior Analysis. Colombus: Merrill Publishing Company Berit H. Johnson & Skjorten M.D. (2003). Pendidikan Kebutuhan Khusus. Bandung:
Uniplb Forlag. Devisi International. Jurusan Pendidikan Kebutuhan Khusus Fak. Pendidikan Universitas Oslo. PPS Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.
Berk, L.E. (1998). Development Through The Lifespan. Needham Heights. A Viacom Company: Allyn and Bacon. Elia J. Ambrosini PJ Rapoport : Treatment of attention –deficit-hyperactivity disorder. N Engl J Met 1999. Maret 11: 340 Hasselt V.B Applications of single –Case Designs to research with Visualy impaired
Individuals. Jurnal Visual Impairment and Blindness. Grainger, J. (1997). Children’s Behaviour, Attention and Reading Problems
Strategies for School Based Interventions. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia
Jessica Grainger (2003), Children,s Behaviour Attention and Reading Problem :
Terjemahan , Jakarta : PT Gramedia Widia Sarana Indonesia. Mercer, D.C. dan Mercer, A.R. (1989). Teaching Student with Learning Problem.
Ohio: Merril Publishing Company. Skjorten, Miriam, D. & Johnsen, Berit, H.(2003). Pendidikan Kebutuhan Khusus,
Suatu Pengantar (Alih bahasa, Susi Septaviana R.). Bandung : PPS UPI. Sunanto, Juang (2006) Pengantar Penelitian dengan Subyek Tunggal: University of
Tsukuba Widodo Judarwanto (2007) Penatalaksanaan Attention Deficit Hyperactive Disorders pada anak : Jakarta
Biodata Penulis:
Nama : Imam Yuwono,M.Pd
Tugas : Dosen di Prodi PLB FKIP Unlam Banjarmasin
HP/Mail : 081347477781/[email protected]
Aktifitas lain : www.pokja-inklusifkalsel.co.id