BAB 2
TINJUAN PUSTAKA
2.1. Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat merupakan suatu bentuk peran serta atau keterlibatan
masyarakat dalam program pembangunan.Partisipasi masyarakat ini menunjukkan
bahwa masyarakat merasa terlibat dan merasa bagian dari pembangunan. Hal ini akan
sangat berdampak positif terhadap keberhasilan pelaksanaan suatu program
pembangunan (Soetomo, 2006).
Mikkelsen (2003),mengatakan bahwa pembangunan pada dasarnya
merupakan proses perubahan sikap dan perilaku. Partisipasi masyarakat yang
semakin meningkat baik secara kualitatif maupun kuantitatif merupakan salah satu
perwujudan dari perubahan sikap dan prilaku tersebut. Ada enam tafsiran dan makna
berbeda tentang partisipasi yaitu:
1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat dalam suatu proyek
pembangunan, tetapi mereka tidak ikut terlibat dalam pemgambilan keputusan.
2. Partisipasi adalah proses untuk membuat masyarakat menjadi lebih peka untuk
meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi proyek
pembangunan.
3. Partisipasi adalah suatu proses aktif, yang bermakna bahwa orang ataupun
kelompok terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk
melakukan sesuatu.
Universitas Sumatera Utara
4. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara komunitas lokal dan pihak
penyelenggara,pengimplementasian, pemantauan, dan pengevaluasian staf agar
dapat memeperoleh informasi tentang konteks sosial ataupun dampak sosial.
5. Partsisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang
ditentukan oleh dirinya sendiri.
6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam upaya pembangunan diri,
kehidupan, dan lingkungan mereka.
Partisipasi adalah keadaan dimana individu, keluarga, maupun masyarakat
umum ikut serta bertanggung jawab terhadap kesehatan diri, keluarga ataupun
kesehatan lingkungannya.Dalam suatu masyarakat bagaimanapun sederhananya,
selalu ada suatu stimulus. Mekanisme ini disebut pemecahan masalah atau proses
pemecahan masalah (Depkes, 2006).
Partisipasi adalah peran serta aktif anggota masyarakat dalam berbagai
jenjang kegiatan. Dilihat dari konteks pembangunan kesehatan, partisipasi adalah
keterlibatan masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk menjalin kemitraan diantara
berbagai aktivitas program kesehatan, mulai dari pendidikan kesehatan, kemadirian
dalam kesehatan, sampai dengan mengontrol perilaku masyarakat dalam menanggapi
teknologi dan infrastrusktur kesehatan (Notoatmodjo, 2005).
Menurut Ramli (1993), Pengertianpartisipasi adalah sangat kompleks,
sehingga tidak mudah untuk mendefinisikannya secara lengkap. Hal ini terlihat dari
pengertian yang di kemukakan beberapa ahli berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
1. Partisipasi adalah suatu konstribusi suka rela dari masyarakat terhadap program
pemerintah yang dapat menunjang pembangunan nasional tanpa turut serta dalam
pembuatan program itu sendiri atau mengeritik tetang isinya.
2. Partisipasi dalam arti yang luas ialah menyadarkan masyarakat dan meningkatkan
kepekaan dan kemampuan untuk memberikan respons terhadap program
pembangunan dan juga mendorong prakarsa setempat.
3. Partisipasi meliputi keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan
dan pelaksanaan program, mengambil bagian dalam hasilnya serta terlibat dalam
evaluasi program tersebut.
4. Partisipasi dalam keterlibatan secara aktif dalam pengambilan keputusan sejauh
hal-hal yang berkaitan dengan mereka
5. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat yang berhak dan wajib ikut serta dalam
memecahkan masalah (kesehatan), lebih bertanggung jawab dalam memperoleh
kebutuhan (kesehatan), mengerahkan sumber-sumber lokal dan mengusulkan
pemecahan masalah baru, juga menciptakan dan mempertahankan organisasi
setempat.
6. Partisipasi adalah suatu proses aktif, artinya bahwa orang atau kelompok yang
bersangkutan mengambil prakarsa dan memastikan kewenangannya (otonomi)
untuk melakukan hal tersebut.
7. Partisipasi adalah upaya yang terorganisasi untuk menguasai (mengendalikan)
sumber-sumber daya dan kelembagaan yang mengatur di dalam situasi sosial
Universitas Sumatera Utara
tertentu, bagi kelompok atau gerakan mereka yang selama ini tersisihkan dari
penguasaan/pengendalian tersebut.
Dari definisi di atas belum mendapatkan batasan pengertianyang jelas,
sehingga ada kemungkinan apa yang disebut partisipasi dalam suatu kegiatan belum
tentu sama dengan kegiatan lainnya. Bagaimanapun luasnya interpretasi tentang
partisipasi itu, suatu hal yang pasti ialah bahwa sebahagian besar dari kita sependapat
bahwa partisipasi itu sesuatu hal yang baik dan merupakan strategi penting untuk
pembangunan.
2.2. Nilai-Nilai Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat adalah suatu pendekatan atau jalan yang terbaik untuk
pemecahan masalah-masalah kesehatan dinegara-negara yang sedang berkembang,
karena hal-hal berikut (Notoatmodjo, 2007):
1. Partisipasi masyarakat adalah cara paling murah. Dengan ikut berpartisipasi
masyarakat dalam program-program kesehatan, itu berarti diperoleh sumber daya
dan dana dengan mudah untuk melengkapi fasilitas kesehatan mereka sendiri.
2. Bila partisipasi itu berhasil, bukan hanya salah satu bidang saja yang dapat
dipecahkan, tetapi dapat menghimpun dana dan daya.
3. Partisipasi masyarakat membuat semua orang bertanggung jawab untuk
kesehatannya sendiri.
Universitas Sumatera Utara
4. Partisipasi masyarakat didalam pelayanan kesehatan adalah rangsangan dan
bimbingan dari atas, bukan sesuatu yang dipaksakan dari atas. Ini adalah suatu
pertumbuhan yang alamiah, bukan yang semu.
5. Partisipasi masyarakat akan menjamin suatu perkembangan yang langsung,
karena dasarnya adalah kebutuhan dan kesadaran masyarakat.
6. Melalui partisipasi, setiap anggota masyarakat dirangsang untuk belajar
berorganisasi, mengambil peran yang sesuai dengan kemampuan masing-masing
2.3. Faktor –Faktor Menumbuhkan Partisipasi Masyarakat
Menurut Cary dalam Notoatmodjo (2005), mengatakan bahwa partisipasi
dapat tumbuh jika tiga kondisi berikut terpenuhi:
a. Merdeka untuk berpartisipasi, berarti ada kondisi yang memungkinkan anggota
masyarakat untuk berpartisipasi.
b. Mampu untuk berpatisipasi, adanya kapasitas dan kompetensi anggota
masyarakat sehingga mampu untuk memerikan sumbangan saran yang kontruksif
untuk program.
c. Mau berpartisipasi, kemauan atau kesediaan anggota masyarakat untuk
berpatisipasi dalam program.
Ketiga kondisi ini harus hadir secara bersama-sama. Apa bila orang mau dan
mampu tetapi tidak merdeka untuk partisipasi, maka orang tidak akan berpatisipasi.
Menurut Ross dalam Notoatmodjo(2005), terdapat tiga prakondisi tumbuhnya
partisipasi, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a. Mempunyai pengetahuan yang luas dan latar belakang yang memadai sehingga
dapat mengidentifikasi masalah, prioritas masalah dan melihat permasalahan
secara komprehensif.
b. Mempunyai kemampuan untuk belajar cepat tentang permasalahan, dan belajar
mengambil keputusan.
c. Kemampuan mengambil tindakan dan bertindak efektif.
Batasan diatas sebenarnya menuntut persyaratan bahwa orang-orang yang
akan berpartisipasi akan harus memenuhi persyaratan tertentu, yaitu kognisi tertentu.
Menurut Notoatmodjo(2005), yang mengutip pendapat Chapin, partipasi dapat diukur
dari tinggi rendah sampai yang tertinggi, yaitu:
1. Kehadiran individu dalam pertemuan-pertemuan
2. Memberikan bantuan dan sumbangan keuangan
3. Keanggotaan dalam kepanitiaan
4. Posisi kepemimpinan.
Menurut Mikkelsen (2003), rendahnya partisipasi masyarakat disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu:
1. Adanya penolakan secara internal dikalangan anggota masyarakat dan penolakan
eksternal terhadap pemerintah
2. Kurang dana
3. Terbatasnya informasi, pengetahuan atau pendidikan masyarakat; dan
4. kurang sesuai dengan kebutuhan.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Partisisipasi Masyarakat
Mikkelsen (2003) mengemukanan bahwa faktor-faktor yang memegaruhi
patisipasi masyarakat itu yaitu:
1. Faktor sosial yaitu dilihat adanya ketimpangan sosial masyarakat untuk
berpartisipasi
2. Faktor budaya yaitu adanya kebiasaan atau adat istiadat yang bersifat tradisional
statis dan tertutup terhadap pembaharuan
3. Faktor politik yaitu apabila prosespembangunanyang dilaksanakan kurang
melibatkan masyarakat pada awal dan akhir proses pembangunan sehingga
terkendala untuk berpatisipasi dan pengambilan keputusan
2.5. Partisipasi Masyarakat dalam Bidang Kesehatan Menurut Depkes (1991) partisipasi masyarakat adalah di mana individu,
keluarga maupun masyarakat umum ikut serta bertanggung jawab terhadap kesehatan
diri, keluarga atau kesehatan masyarakat dilingkungannya.Pentingnya partisipasi
masyarakat dalam pembangunan kesehatan bukan semata-mata karena
ketidakmampuan pemerintah dalam upaya pembangunan, melainkan memang
disadari bahwa masyarakat mempunyai hak dan potensi untuk mengenal dan
memecahkan masalah kesehatan yang dihadapinya, mengingat sebagian besar
masalah kesehatan disebabkan perilaku masyarakat itu sendiri.
Dengan kata lain partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan, berarti
keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam memikirkan, merencanakan,
Universitas Sumatera Utara
melaksanakan, dan mengevaluasi program-program kesehatan masyarakat. Institusi
kesehatan hanya sekedar memotivasi dan membimbingnya.
Partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan didasarkan kepada beberapa
hal:
1. Community felt needapabila pelayanan itu diciptakan oleh masyarakat sendiri,
berakti masyarakat itu memerlukan pelayanan tersebut, artinya pelayanan
kesehatan bukanlah berdasarkan kebutuhan penguasa tapi benar-benar kebutuhan
masyarakat itu.
2. Organisasi pelayanan kesehatan masyarakat yang berdasarkan partisipasi
masyarakat adalah salah satu bentuk pengorganisasian masyarakat, ini berakti
fasilitas pelayanan kesehatan itu timbul dari masyarakat sendiri.
3. Pelayanan kesehatan akan dikerjakan oleh masyarakat sendiri, artinya tenaga dan
penyelenggaranya akan ditangani oleh anggota masyarakat itu sendiri yang
didasarkan sukarela (Notoatmodjo,2007).
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa filosofi partisipasi masyarakat
dalam bidang pelayanan kesehatan masyarakat adalah terciptanya suatu pelayanan
untuk masyarakat dan oleh masyarakat.
2.6. Faktor Sosial Ekonomi yang Memengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam
Pengelolaan Sampah
Status sosial ekonomi berkenaan dengan sekelompok orang dengan
penghasilan, jumlah kekayaan, kondisi kehidupan, perubahan gaya hidup yang
Universitas Sumatera Utara
relative sama. Curran dan Ranzetti (2000) dalam Friedman (2010) menjelaskan
bahwa kelas sosial ekonomi suatu ukuran individu atau stratifikasi ekonomi keluarga,
termasuk didalamnya tiga unsur yaitu kekayaan (unsurmateri), status (unsur pretise),
dan kekuatan politik (unsur pembuatan keputusan). Status sosial ekonomi mempunyai
pengaruh yang menembus kehidupan keluarga dan anggotanya, terutama dalam
kehidupan masyarakat yang heterogen, dan kompleks, menyebabkan perbedaan
dalam kebudayaan keluarga dan gaya hidup yang signifikan. Menurut Dalimunte
(1995), kehidupan sosial ekonomi adalah suatu keadaan sosial ekonomi masyarakat
yang menggunakan indikator pendidikan, pekerjaan dan penghasilan sebagai tolak
ukur.
Sosialekonomi menurut Rossides (1986) dikutip Yulisanti (2000), adalah
kedudukan seseorang dalam suatu rangkaian strata yang tersusun secara hierarkhis
yang merupakan kesatuan tertimbang dalam hal-hal yang menjadi nilai dalam
masyarakatyang biasanya dikenal sebagai previleseberupa Kekayaan, serta
pendapatan, danprestise berupa status, gaya hidup dan kekuasaan. Tinggi rendahnya
sosial ekonomi seseorang ditentukan oleh pendidikan, pekerjaan dan pendapatan
(Yulisanti, 2000).
2.6.1. Pendidikan
Pendidikan yang sesuai dengan masyarakat demi hidup yang berkelanjutan
sama penting baik bagi negara berpenghasilan tinggi maupun bagi negara
berpenghasilan rendah. Pendidikan dasar umum bagi semua anak merupakan target
Universitas Sumatera Utara
pembangunan manusia yang paling penting, karena dapat menyingkapkan potensi
tersembunyi yang dipunyai oleh banyak orang (Walhi, 1993).
Pendidikan menurut Soerjono Soekanto “Pendidikan merupakan suatu alat
yang akan membina dan mendorong seseorang untuk berfikir secara rasional maupun
logis, dapat meningkatkan kesadaran untuk menggunakan waktu sebaik-baiknya
(seefektif dan seefisien mungkin) dengan menyerap banyak pengalaman mengenai
keahlian dan keterampilan sehingga menjadi cepat tanggap terhadap gejala-gejala
sosial yang terjadi” (Salsabila,2009).
Menurut Kartini Kartono dikutip Salsabila (2009) “Pendidikan adalah segala
perbuatan yang etis, kreatif, sistematis dan intensional dibantu oleh metode dan
teknik ilmiah diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan tertentu.Pendidikan yang
ditempuh oleh seseorang akan menghasilkan pengetahuan-pengetahuan yang sesuai
dengan latar belakang pendidikan ditempuh. Seseorang yang mempunyai
pengetahuan diharapkan dapat memberikan bantuan berupa saran, ide/gagasan yang
dapat membantu untuk mengatasi masalah pencemaran lingkungan guna untuk
meningkatkan pengaman dan penanggulangan bencana alam dan pergolakan sosial.
Pendidikan saja tidak diterima dari bangku sekolah, akan tetapi dapat diterima dari
pendidikan formal dan informal lainnya. Untuk menumbuhkan kegiatan partisipasi
diperlukan keterampilan dan pengetahuanagar dapat mencapai berbagai tingkatannya,
dan untuk selalu dapat ditemukan titik tolaknya untuk mengawalinya (Satropoetro,
1998). Ada asumsi yang mengatakan bahwa pendidikan yang dimikili oleh sesorang
Universitas Sumatera Utara
akan mencerminkan cara berpikir orang tersebut, dan semakin tinggi tingkat
pendidikan masyarakat maka pola masyarakat tersebut akan lebih baik.
Pendidikan yang dibedakan menjadi tiga bagian:
a. Pendidikan formal adalah pendidikan yang mempunyai rencana untuk jangka
panjang dan memerlukan perencanaan yang lebih matang, misal: pendidikan SD,
SLTP, SMU, Diploma, S1, S2 DAN S3.
b. Pendidikan non formal adalah merupakan suatu pendidikan yang mempunyai
rencana untuk jangka panjang serta memiliki tujuan dan sasaran akhir dari
pendidikan. Secara umum tujuannya:
1 Memberikan pengetahuan umum mengenai ilmu lingkungan
2 Memberikan latar belakang pengetahuan ilmu lingkungan yang cukup untuk
dapat melaksanakan tugasnya dengan berlandasan kelestarian dari lingkungan
yang baik.
3 Memberikan pengetahuan ilmu lingkungan yang cukup bagi para peserta yang
dalam tugasnya memerlukan pengetahuan utama (pokok).
c. Pendidikan in-formal adalah pendidikan yang diterima dari media penyebaran
pengetahuan yang baik dalam jangka pendek, misalnya: penyebaran pengetahuan
melalui srat kabar, majalah, radio, televisi
Untuk menumbuhkan kegiatan partisipasi diperlukan suatu keterampilan dan
pengetahuan agar dapat mencapai berbagai tingkatannya, dan untuk itu selalu dapat
ditemukan titik tolaknya untuk mengawalinya (Sutiyanti, 1999).
Universitas Sumatera Utara
Faktor pendidikan kesehatan merupakan bentuk intervensi terutama terhadap
perilaku.Faktor lingkungan non fisik, akibat masalah-masalah sosial penangananya
diperlukan pendidikan kesehatan.Dalam rangka membina meningkatkan kesehatan
masyarakat ditunjukkan pada upaya melalui tekanan, paksaan kepada masyarakat dan
edukasi atau upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku
kesehatan.Agar intervensi atau upaya tersebut efektif, faktor predisposisi ini
mencangkup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, system yang
dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi.
2.6.2. Pekerjaan
Pekerjaan akan menentukan status sosial ekonomi karena dari bekerja segala
kebutuhan akan dapat terpenuhi. Pekerjaaan tidak hanya mempunyai nilai ekonomi
namun usaha manusia untuk mendapatkan kepuasan dan mendapatkan imbalan atau
upah, berupa barang dan jasa akan terpenuhi kebutuhan hidupnya.
Pekerjaan seseorang akan memengaruhi kemampuan ekonominya, untuk itu bekerja
merupakan suatu keharusan bagi setiap individu sebab dalam bekerja mengandung
dua segi, kepuasan jasmani dan terpenuhinya kebutuhan hidup. Dalam kaitan ini
Soeroto memberikan difinisi mengenai pekerjaan sebagai berikut:
Pekerjaan adalah kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa bagi diri sendiri atau
orang lain, baik orang melakukan dengan dibayar atau tidak menurut Soeroto (1986)
dikutip Salsabila (2009).Dengan bekerja orang akan memperoleh pendapatan.
Pendapatan ini memberikan kepadanya dan keluarganya untuk mengkonsumsi barang
Universitas Sumatera Utara
dan jasa hasil pembangunan dengan demikian menjadi lebih jelas, barang siapa yang
mempunyai produktif, maka ia telah nyata berpartisipasi secara nyata dan aktif dalam
pembangunan.
Menurut Sedarmayati (2001) yang dikutip oleh Hardywinoti (2007), pekerjaan
yang disertai dengan pendidikan dan keterampilan akan mendorong kemajuan setiap
usaha sehingga dapat meningkatkan pendapatan baik pendapatan individu, kelompok
maupun pendapatan nasional.
Selanjutnya ditinjau dari aspek ekonomis menurut Ida Bagus Mantra (1991)
dikutip Salsabila (2009) bahwa bekerja itu diartikan sebagai melakukan pekerjaan
untuk menghasilkan atau membantu menghasilkan barang dan jasa dengan maksud
untuk memperoleh penghasilan baik berupa uang atau barang dalam kurun waktu
tertentu.
Kemudian menurut pedoman ISCO (International Standart Clasification of
Oecupation) pekerjaan diklasifikasikan menjadi :
a). Profesional ahli teknik dan ahli jenis
b). Kepemimpinan dan ketatalaksanaan
c). Administrasi tata usaha dan sejenisnya
d). Jasa
e). Petani
f). Produksi dan operator alat angkut.
Universitas Sumatera Utara
2.6.3. Pendapatan
Pendapatan akan mempengaruhi status sosial seseorang, terutama akan
ditemui dalam masyarakat yang materialis dan tradisional yang menghargai status
sosial ekonomi yang tinggi terhadap kekayaan. Penelitian oleh Ongko (1998) dalam
Tukiman, (2001) tentang demand masyarakat ke balai kesehatan masyarakat salah
satunya dipengaruhi oleh faktor harga. Individu akan lebih muda memanfaatkan
pelayanan kesehatan apabila pelayanan yang diberikan bebas biaya
Biro Pusat statistik merinci pendapatan dalam kategori sebagai berikut:
1) Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang yang sifatnya
regular dan diterima biasanya sebagai balas atau kontra prestasi, sumbernya berasal
dari:
a) Gaji dan upah yang diterima dari gaji pokok, kerja sampingan, kerja lembur dan
kerja kadang-kadang
b) Usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha sendiri, komisi, penjualan dari
kerajinanrumah
c) Hasil investasi yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik tanah.
Keuntungan serial yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik.
2) Pendapatan yang berupa barang yaitu: Pembayaran upah dan gaji yang ditentukan
dalam beras, pengobatan, transportasi, perumahan dan rekreasi.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas Sundoyo Pitono dikutip Salsabila (2009)
mendefinisikan pendapatan adalah sebagai berikut “Seluruh penerimaan baik berupa
Universitas Sumatera Utara
uang ataupun barang baik dari piak lain maupun dari hasil sendiri, dengan jalan
dinilai sejumlah atas harga yang berlaku saat ini”.
Untuk menentukan besar kecilnya pendapatan jelas tidak bisa, hal ini perlu
penyesuaian dengan perubahan harga yang terjadi.Untuk itu Pemerintah menetapkan
Upah Minimum Regional (UMR).Apabila seseorang mempunyai pendapatan yang
tinggi, maka dapat dikatakan bahwa tingkat ekonominya tinggi juga. Disamping
memiliki penghasilan pokok setiap Keluarga biasanya memiliki penghasilan lain
yang meliputi penghasilan tambahan dan penghasilan insidentil.
Purwani (Mufidah, 2001) mengatakan pendapatan atau penghasilan
merupakan suatu gambaran tentang posisi ekonomi seseorang atau keluarga dalam
perkapita di masyarakat yang dihitung berdasarkan bulanan, yang kemudian ditambah
dengan penghasilan tambahan lainnya.Hal ini diukur dan disesuaikan dengan
pengeluaran seseorang atau keluarga tersebut.
Ada asumsi yang mengatakan bahwa semangkin tinggi tingkat pendidikan,
maka pendapatan setiap bulannya yang mereka terima akan menjadi lebih baik.
Partisipasi dapat diwujudkan dalam bentuk sumbangan spontan berupa uang dan
barang.Seseorang yang mampu memberikan sumbangan materi berupa uang (money
participation) dan barang (material participation) menunjukan kemampuan
penghasilan yang dimilikinya lebih dari cukup. Bantuan yang diberikan masyarakat
berupa sumbangan materi yang bersifat sukarela biasa disebut dengan istilah swadaya
masyarakat (Sutiyanti, 1999).
Universitas Sumatera Utara
2.7. Faktor Budaya yang Memengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah
Kata budaya berasal dari bahasa sansekerta budhaya, bentuk jamak dari
bhudi, yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan diartikan sebagai
hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Budaya sebagai segala daya dan aktivitas
manusia untuk mengolah dan mengubah alam (Setiadi, 2002).
Menurut Taylor dikutip Notoatmodjo (2005) kebudayaan sebagai keseluruhan
yang kompleks yang didalamnya terkandung nilai ilmu pengetahuan, kepercayaan,
dan kemampuan seni, moral hukum, adat-istiadat dan kemampuan lain serta
kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat.
Menurut Linton dikutip Setiadi (2002) kebudayaan dapat dipandang sebagai
konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dan hasil tingkah laku yang dipelajari,
dimana unsur pembentukannya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat
lainnya. Soemardjan dan Soemardi dikutip Setiadi (2009) merumuskan kebudayaan
sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat
menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah
(material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya
agar kekuatan serta hasilnya dapat diabadikan untuk keperluan masyarakat.
Menurut Ki Hajar Dewantara dalam Noorkasiani (2009) kebudayaan berakti
buah budi manusia yang merupakan hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh
kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dan masyarakat) selain itu berakti kejayaan
manusia untuk mengatasi rintangan dan kesukaran didalam kehidupannya guna
Universitas Sumatera Utara
mencapai kesehatan dan kebahagiaan yang pada awalnya bersifat tertib dan damai.
Menurut Koentjaranigrat (1997) kebudayaan adalah seluruh kelakuan dan hasil
kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkan dalam
belajar dan yang semua tersusun dalam kehidupan masyarakat.
Menurut Koentjaranigrat (1997) wujud dari suatu budaya dapat
dikelompokkan dalam 3 (tiga) hal yaitu: (1) wujud dari suatu kompleks dari ide-ide,
gagasan, nilai-nilai, norma-norma dan peraturan, (2) wujud kebudayaan sebagai suatu
kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat dan (3)
wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.Menurut Setiadi,
(2002), subtansi/isi utama kebudayaan merupakan wujud abstrak dari segala macam
ide dan gagasan manusia yang muncul di masyarakat dalam bentuk pengetahuan,
nilai pandangan hidup, kepercayaan, persepsi dan etos kebudayaan.
Unsur-unsur sosial budaya, ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan
mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
1. Melville J. Herskovist yang dikutip igbal (2009) menyebutkan kebudayaan
memiliki 4 unsur pokok, yaitu: alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga,
kekuasaan politik.
2. Clyde Kluckhohn dalam Momon (2008)menyebutkan ada tujuh unsur
kebudayaan yaitu, bahasa, sistem pengatahuan, organisasi sosial, sistem peralatan
hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian, sistem religi, dan kesenian.
Universitas Sumatera Utara
Wujud dan komponen kebudayaan, menurut J.J. H yang dikutip Noorkasiani
(2009), wujud kebudayaan di bedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas dan artefak
(karya).
1. Gagasan (wujud idea) adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide,
gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak
(tidak dapat diraba atau disentuh). Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-
kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut
menyatatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari
kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para
penulis warga masyarakat tersebut.
2. Aktivitas (tindakan) adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial.
Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi,
mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola
tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam
kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
3. Artefak (karya) adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,
perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau
hal-hal yang dapat diraba, dilihat dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret
diantara ketiga wujud kebudayaan.
Universitas Sumatera Utara
Pengaruh sosial budaya terhadap kesehatan masyarakat, lingkungan sosial
budaya seseorang masyarakat sangat berpengaruh terhadap perilaku dan status
kesehatannya. Beberapa fenomena sosial budaya yang dapat diketahui hubungannya
dengan status kesehatan baik individu maupun masyarakat yaitu stigma sosial dan
kesehatan individu ini adalah ciri negatif yang menempel pada pribadi seseorang
karena pengaruh lingkungannya, dan akan memengaruhi kesembuhan seseorang dari
penyakitnya.
Menurut Hendrik L. Blum (1974) status kesehatan individu atau masyarakat
ditentukan oleh beberapa faktor, seperti lingkungan dan perilaku. Lingkungan ini
termasuk sosial budaya, sementara perilaku adalah yang berasal dari individu itu
sendiri. Sosial budaya ini termasuk bagaimana sistem pendidika, sistem religius,
sistem pemerintah, sistem norma, sitem ekonomi. Perilaku sendiri sebenarnya juga
sangat dipengaruhi oleh sosial budayanya tempat ia dibesarkan. Oleh karena itu,
perilaku dan lingkungan sosial budaya adalah satu hal yang erat kaitanya dan saling
memengaruhi.
2.7.1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba.Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang. Berdasarkan pengalaman dan penelitian terbukti
Universitas Sumatera Utara
bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan ( Notoadmodjo, 2007).
Pengetahuan menurut Mustopadidjaj (2008), pengetahuan adalah informasi
yang dimiliki oleh seorang dalam suatu bidang tertentu dan keterampilan adalah
kemapuan untuk melaksanakan tugas tertentu baik secara mental maupun fisik.
Tingkat pengetahuan didalam domain kognitif menurut Notoatmodjo (2007),
pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu:
a. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tantang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar.
b. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
c. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi-materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
d. Sintesis (syntesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk melakukan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Universitas Sumatera Utara
Merujuk pada beberapa teori dan pendapat yang mendefinisikan tentang
pengetahuan yang dijabarkan diatas maka pengetahuan masyarakatdalam pengelolaan
sampah adalah kemampuan masyarakat terhadap semua tingkatan pengetahuan, mulai
dari tahu, memahami hingga dapat mengevaluasi materi-materi yang telah ditetapkan
sebagai pengetahuan tentang pengelolaan sampah.
2.7.2. Kebiasaan
kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah
dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok
masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama.
Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari
generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini,
suatu tradisi dapat punah (Wikipedia, 2010).
Kebiasaan lingkungan sehat dimulai dari Perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran semua
anggota keluarga dan masyarakat, sehingga keluarga dan masyarakat itu dapat
menolong dirinya sendiri dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di
masyarakat Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak
sehat menjadi perilaku sehat, dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga.
Oleh karena itu kesehatan perlu dijaga, dipelihara dan ditingkatkan oleh setiap
anggota rumah tangga serta diperjuangkan oleh semua pihak secara keseluruhan
(totalitas) (Noeroni, 2010).
Universitas Sumatera Utara
Kebiasaan masyarakat sering membuang sampah sembarangan telah menjadi
budaya yang telah lama lekat pada masyarakat tersebut sehingga sangat susah untuk
dirubah karena terus-menerus dilakukan serta pengetahuan masyarakat mengenai
pengelolaan sampah masih kurang sehingga kebiasaan tersebut tetap dilakukan,
kebiasaan membuang sampah sembarangan dapat mencemari lingkungan, nilai
estetikan dan dapat mencemari sungai. Selain kebiasaan masyarakat yang membuang
sampah sembarangan, juga ada kebiasaan lain masyarakat yaitu melakukan
pengolahan sampah dengan cara dibakar. Cara ini bertujuan menyusutkan volume
sampah, namun cara ini dapat menimbulkan bahaya kebakaran, pencemaran udara
dan kerusakan pada lingkungan (Dainur, 1995).
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kedaan
lingkungan yang optimal sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status
kesehatan yang optimal.Usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk
memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia agar merupakan
media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang optimal bagi manusia yang hidup
didalamnya (Notoatdmodjo, 2003).
2.8. Pelaksanaan Pengelolaan Sampah
2.8.1. Definisi Sampah
Menurut Dewi (2008), sampah atau waste adalah suatu bahan yang terbuang
atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun alam yang belum memiliki
Universitas Sumatera Utara
nilai ekonomis. Bentuk sampah bisa berada dalam setiap fase materi, yaitu padat, cair
dan gas.
Sampah menurut definisi Word Health Organitation (WHO, 2003), adalah
sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang
dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.Bila
dilihat dari aspek kesehatan, maka sampah harus mendapat penanganan yang
sempurna.Mengingat ada dampak negatif yang ditimbulkan terhadap manusia
maupun lingkungan.
2.8.2. Sumber-Sumber Sampah
Sampah yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari beberapa sumber
berikutnya (Notoatmodjo, 2007).
1. Sampah yang berasal dari pemukiman
Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah tangga
yang sudah dipakai dan dibuang, seperti: sisa-sisa makanan baik yang sudah di
masak atau belum, bekas pemungkus berupa kertas, plastik, daun, pakaian-pakaian
bekas, bahan bacaan, perabotan rumah tangga, daun-daunan dari kebun atau
taman.
2. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum
Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum seperti pasar, tempat hiburan,
terminal bus, stasiun kereta api. Sampah ini berupa kertas, plastik, botol, daun, dan
sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
3. Sampah yang berasal dari perkantoran
Sampah dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan, departemen,
perusahaan. Sampah ini berupa kertas, plastik, karbon, klip dan sebagainya.
4. Sampah yang berasal dari jalan raya
Umumnya berupa kertas-kertas, kardus-kardus, debu, batu-batuan pasir, sobekan
ban, daun-daunan, plastik dan sebagainya.
5. Sampah yang berasal dari kawasan industri
Sampah yang berasal dari pembangunan industri dan segala sampah yang berasal
dari proses industri.
6. Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan
Sampah yang sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya: jerami, sisa
sayur mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu patah dan sebagainya.
7. Sampah yang berasal dari pertambangan
Sampah berasal dari pertambangan tergantung jenis usaha pertambangannya itu
sendiri, misalnya: batu-batuan, tanah cadas, pasir, sisa-sisa pembakaran dan
sebagainya.
8. Sampah yang berasal dari pertenakan dan perikanan
Sampah ini berupa kotor-kotoran ternak, sisa-sisa makanan, bangkai binatang, dan
sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
2.8.3. Jenis-Jenis Sampah
Pada prinsipnya sampah dibagi menjadi sampah padat, sampah cair dan
sampah dalam bentuk gas. Sampah yang menurut jenisnya adalah:
1 Sampah organik
Sampah organik yang termasuk diantaranya sisa-sisa bahan makanan ata sisa
makanan, sisa pembungkus dan sebagainya. Keseluruhan dikenal juga sebagai
sampah dapur/sampah buangan rumah tangga, dan juga sampah pasar serta
sampah industri bahan makanan
2 Sampah non organik
Sampah non organik teramasuk diantaranya berbagai jenis sisa gelas, logam
plastik dan sebagainya. Biasanya jenis ini terbagi atas sampah yang dapat
dihancurkan oleh mikroorganisme. Umumnya sampah yang tak dapat dihancurkan
oleh mikroorganisme termasuk sampah anorganik, misalnya sisa-sisa mobil bekas,
gelas dan sebagainya.
Menurut sifat fisiknya sampah:
a. Sampah kering, yaitu sampah yang dapat dimusnahkan dengan dibakar,
diantaranya kertas, sisa makanan, sisa tanaman yang dapat di keringkan
b. Sampah basah, yaitu sampah yang karena sifatnya fisiknya sukar dikeringkan
untuk dibakar (Dainur, 1995).
Universitas Sumatera Utara
2.9. Sistem Pengelolaan Sampah
Dalam proses pengolahan sampah, tahap distribusi memiliki peranan penting.
Hirarki lalu lintas sampah mulai dari tingkat terendah, yaitu rumah tangga hingga
tempat pembuangan akhir (TPA). Sebelum diolah, sampai menyusuri tiga alur
pendistribusian yang saling berkaitan terlebih dahulu, yaitu penampungan,
pengumpulan dan pembuangan sampah ( Dewi, 2008).
a) Penampungan sampah
Penampungan sampah ditingkat rumah tangga memegang posisi terdepan.
Berdasarkan data badan statistik (BPS) tahun 2004, didaerah perkotaan, baru
41,28% sampah yang terangkut petugas 35,59%, dibakar 7,79%, ditimbun 1,15%,
diolah menjadi kompos. Dan sisanya dibuang sembarangan. Akan jauh lebih baik
jika sejak awal pengolahan, sampah telah dipilih berdasarkan jenisnya, sampah
organik atau sampah anorganik. Selain itu, sampah yang hendak dikemas rapi
dalam kantong khusus (bioplastik) atau kantong plastik biasa.
b) Pengumpulan sampah
Sampah yang telah dibuang pada tingkat rumah tangga sudah mulai diserbu oleh
pemulung. Pada tahap pengumpulan oleh para pemulung, sampah biasanya dipilih
secara sederhana menjadi tiga jenis, yaitu sampah layak kompos, dengan jumlah
terbesar 50%, sampah layak jual sebesar 10%, dan sampah layak buang sebesar
34%.
Universitas Sumatera Utara
c) Pembuangan sampah
Sampah yang dikumpul, selanjutnya perlu dibuang untuk dimusnahkan, ditinjau
dari perjalanan sampah, maka pembuangan atau pemusnahan ini adalah terakhir
yang harus dilakukan terhadap sampah.
2.9.1. R (Reuse Reduce Recycle
1. Reuse berarti menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk
fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya.
)
Contoh kegiatan reuse sehari-hari:
a. Pilihlah wadah, kantong atau benda yang dapat digunakan beberapa kali atau
berulang-ulang. Misalnya, pergunakan serbet dari kain dari pada
menggunakan tissu, menggunakan baterai yang dapat di charge kembali.
b. Gunakan kembali wadah atau kemasan yang telah kosong untuk fungsi yang
sama atau fungsi lainnya. Misalnya botol bekas minuman digunakan kembali
menjadi tempat minyak goreng.
c. Gunakan alat-alat penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan ditulis
kembali.
d. Gunakan sisi kertas yang masih kosong untuk menulis.
e. Gunakan email (surat elektronik) untuk berkirim surat.
f. Jual atau berikan sampah yang terpilah kepada pihak yang memerlukan
1. Reduce
Contoh kegiatan reduce sehari-hari:
berarti mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah.
Universitas Sumatera Utara
a. Pilih produk dengan kemasan yang dapat didaur ulang.
b. Hindari memakai dan membeli produk yang menghasilkan sampah dalam
jumlah besar.
c. Gunakan produk yang dapat diisi ulang (refill). Misalnya alat tulis yang bisa
diisi ulang kembali).
a. Maksimumkan penggunaan alat-alat penyimpan elektronik yang dapat
dihapus dan ditulis kembali.
d. Kurangi penggunaan bahan sekali pakai.
2. Recycle
Contoh kegiatan recycle sehari-hari:
berarti mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi barang atau
produk baru yang bermanfaat.
a Pilih produk dan kemasan yang dapat didaur ulang dan mudah terurai.
b. Olah sampah kertas menjadi kertas atau karton kembali.
c. Lakukan pengolahan sampah organik menjadi kompos.
d. Lakukan pengolahan sampah non organik menjadi barang yang bermanfaat
(Alamenda, 2010).
2.9.2 Sistem Pembuangan Sampah
Didalam tahap pembuangan, pemusnahan sampah ini, terdapat beberapa
metode yang dapat digunakan, antara lain: (Chandra, 2007).
Universitas Sumatera Utara
1. Sanitary landfill
Dalam metode ini, pemusnahan sampah dilakukan dengan cara menimbun
sampah dengan tanah yang dilakukan selapis demi selapis. Dengan demikian,
sampah tidak berada diruang terbuka dan tentunya tidak menimbulkan bau atau
menjadi sarang binatang penggerak.
2. Incineration
Incineration atau insinerasi merupakan suatu metode pemusnahan sampah
dengan cara membakar sampah secara besar-besaran dengan menggunakan
fasilitas pabrik.
3. Compositing
Pemusnahan sampah dengan cara memanfaatkan proses dekomposisi zat organik
oleh kuman-kuman pembusuk pada kondisi tertentu. Proses ini menghasilkan
bahan berupa kompos atau pupuk.
4. Hog feeding
Pemberian sejenis garbage kepada hewan ternak misalnya babi perlu diingat
bahwa sampah basah tersebut harus diolah lebih dahulu (dimasukan atau direbus)
untuk mencegah penularan penyakit cacing dan trichinosis ke hewan ternak.
5. Discharge to sewers
Sampah dihaluskan kemudian dimasukkan kedalam sistem pembuangan air
limbah. Metode ini dapat efektif asalkan sistem pembuangan air limbah memang
baik.
Universitas Sumatera Utara
6. Open dumping
Sampah dibuang atau diletakkan begitu saja di tanah lapang, jurang atau tempat
sampah.
7. Dumping in water
Sampah dibuang ke dalam air sungai atau laut, akibatnya, terjadi pencemaran
pada air dan pendangkalan yang dapat menimbulkan bahaya banjir.
8. Individual incineration
Pembakaran sampah secara perorangan ini biasa dilakukan oleh penduduk
terutama di pedesaan.
9. Recyling
Pengolahan kembali bagian-bagian dari sampah yang masih dapat dipakai atau
didaur ulang. Contoh plastik, gelas, kaleng, besi.
10. Reduction
Metode ini diterapkan dengan cara menghancurkan sampah sampai kebentuk
yang lebih kecil.
11. Saluaging
Pemanfaatan sampah yang dapat dipakai kembali.
2.10. Pengaruh Pengolahan Sampah terhadap Masyarakat dan Lingkungan
Pengolahan sampah di suatu daerah akan membawa pengaruh bagi
masyarakat maupun lingkungan daerah itu sendiri. Menurut Dewi Susanna (2007),
pengaruhnya tentu saja ada yang positif dan ada juga yang negatif.
Universitas Sumatera Utara
a. Pengaruh Positif
Pengolahan sampah yang baik akan memberikan pengaruh yang positif
terhadap masyarakat dan lingkungan, seperti berikut:
1. Sampah dapat dimanfaatkan untuk memberi lahan semacam rawa-rawa dan
dataran rendah.
2. Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk
3. Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah menjalani proses
pengolahan yang telah ditentukan lebih dahulu untuk mencegah pengaruh
buruk sampah tersebut terhadap ternak.
4. Pengelolaaan sampah dapat menyebabkan berkurangnya tempat untuk
berkembang biak serangga atau binatang pengerak.
5. Menurunkan insiden kasus penyakit menular yang erat hubungan dengan
sampah
6. Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup
masyarakat.
7. Keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuan budaya masyarakat
8. Keadaan lingkungan yang baik akan menhemat pengeluaran dana kesehatan
suatu negara sehingga dana itu dapat digunakan untuk keperluan lain.
Universitas Sumatera Utara
b. Pengaruh Negatif
Pengolahan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif
bagi kesehatan, lingkungan, maupun bagi kehidupan sosial ekonomi dan budaya
masyarakat, seperti berikut:
1. Pengaruh terhadap Kesehatan
a) Pengolahan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah sebagai tempat
perkembangbiakan vektor penyakit, seperti lalat atau tikus
b) Insiden penyakit demam berdarah dengue akan meningkatkan karena vektor
penyakit hidup dan berkembang biak dalam sampah kaleng ataupun ban bekas
yang berisi air hujan.
c) Terjadinya kecelakaan akibat pembuangan sampah secara sembarangan, misalnya
luka akibat benda tajam seperti besi, kaca dan sebagainya.
d) Gangguan psikosomatis, misalnya sesak napas, insomnia, stress, dan lain-lain.
2. Pengaruh terhadap Lingkungan
a. Estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata.
b. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan gas-gas
tertentu yang menimbulkan bau busuk.
c. Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan bahaya kabakaran
yang lebih luas.
d. Pembuangan sampah ke dalam saluran pembuangan air akan menyebabkan aliran
air terganggu dan saluran air menjadi dangkal
Universitas Sumatera Utara
e. Apabila musim hujan datang, sampah yang menumpuk
3. Pengaruh terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat
a. Pengelolahan sampah yang kurang baik dan jorok, akan menurunkan minat dan
hasrat orang lain untuk datang berkunjung kedaerah tersebut.
b. Keadaan lingkungan yang kurang baik dan jorok, akan menurunkan minat dan
hasrat oarang lain untuk datang berkunjung ke daerah tersebut.
c. Dapat menyebabkan terjadinya perselisihan antara penduduk setempat dan pihak
pengelola.
d. Penumpukan sampah di pinggir menyebabkan kemacetan lalu lintas yang dapat
menghambat barang dan jasa kegiatan transportasi.
2.11. Tempat Pembuangan Akhir Sampah
Tempat pembuangan akhir sampah adalah tempat dimana sampah dikelola
untuk dimusnahkan (Anonimous, 2009). Menurut SNI (Standar Nasional Indonesia),
lokasi untuk penempatan tempat pembuangan akhir harus memenuhi persyaratan
teknis kesehatan, sebagai berikut:
1. Jarak terhadap pemukiman minimal 300-500 meter
Hal ini mengingat: a. Jarak terbang lalat yang relatif
b. Bau yang ditimbulkan oleh sampah yang membusuk dapat terbawa angin ke
pemukiman
c. Debu dan suara bising yang ditimbulkan sewaktu pembongkaran sampah
Universitas Sumatera Utara
2. Jarak terhadap sumber air baku untuk minum (mata air, sumur, danau, dll)
minimal 200 meter. Hal ini mengingat bahwa hasil dekomposisi sampah dapat
meresap melalui lapisan tanah dan menimbulkan pencemaran terhadap sumber air
tersebut.
3. Tidak terletak pada daerah banjir
Hai ini mengingat bahwa lokasi TPA pada tempat yang air tanahnya tinggi akan
berakibat pada pencemaran air tanah baik kualitas maupun jumlahnya.Bila sampah
langsung kontak dengan air tanah, pencemarannya akan meluas dan terjadi dalam
waktu yang lama.
4. Tidak terletak pada lokasi yang permukaan air tanahnya tinggi
5. Jarak tepi paling dekat terhadap jalan besar ataupun umum, sedikitnya 200 meter.
2.12. Landasan Teori
Partisipasi adalah suatu proses aktif, yang bermakna bahwa orang ataupun
kelompok terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk
melakukan sesuatu.Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam upaya
pembangunan diri, kehidupan, dan lingkungan mereka (Mikkelsen, 2003).
Menurut Mikkelsen (2003), faktor-faktor yang memengaruhi partisipasi
masyarakat itu yaitu:faktor sosial, faktor budaya dan faktor politik. Salah satu faktor
yang menjadi perhatian untuk menelaah tingkat partisipasi masyarakat adalah faktor
sosial ekonomi dan faktor budaya. Faktor sosial ekonomi yaitu pendidikan,
Universitas Sumatera Utara
pendapatan dan pekerjaan dan faktor budaya yaitu kebiasaan lingkungan sehat dan
pengetahuan
Sosialekonomi menurutRossides (1986)dalam Yulisanti (2000),adalah
kedudukanseseorang dalam suatu rangkaian strata yang tersusun secara hirarkhis
yangmerupakan kesatuan tertimbang dalam hal-hal yang menjadi nilai dalam
masyarakatyang biasanya dikenal sebagai previlese berupa Kekayaan, serta
pendapatan, danprestise berupa status, gaya hidup dan kekuasaan.Tinggi rendahnya
status sosial ekonomi seseorang ditentukan oleh pendidikan, pekerjaan dan
pendapatan (Yulisanti.A.I, 2000).
Menurut Setiadi, dkk (2002), subtansi/isi utama kebudayaan merupakan
wujud abstrak dari segala macam ide dan gagasan manusia yang muncul di
masyarakat dalam bentuk pengetahuan, nilai pandangan hidup, kepercayaan, persepsi
dan etos kebudayaan. Menurut Taylor dalam Notoatmodjo (2005), kebudayaan
sebagai keseluruhan yang kompleks yang didalamnya terkandung nilai ilmu
pengetahuan, kepercayaan, dan kemampuan seni, moral hukum, adat-istiadat dan
kemampuan lain serta kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota
masyarakat.Menurut Mikkelsen (2003), Setiadi, dkk (2002), dan Taylor dalam
Notoatmodjo (2005), faktor sosial ekonomi adalah pendidikan, pendapatan dan
pekerjaan dan faktor budaya yang dimaksud adalah pengetahuan dan kebiasaan.
Universitas Sumatera Utara
2.13. Kerangka Konsep Penelitian
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan terarah, alur penelitian ini
digambarkan dalam kerangka konsep seperti berikut ini:
Variabel Independen (X) Variabel Dependen(Y)
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Partisipasi Ibu Rumah Tangga Dalam Pengelolaan Sampah
Faktor Sosial Ekonomi
− Pendidikan − Pendapatan − Pekerjaan
Faktor Budaya
− Pengetahuan − Kebiasaan
Universitas Sumatera Utara