BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare hingga kini masih merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada
bayi dan anak-anak. saat ini morbiditas (angka kesakitan) diare di Indonesia mencapai
195 per 1000 penduduk dan angka ini merupakan yang tertinggi di antara negara –
negara di ASEAN (kalbe.co.id).Diare juga masih merupakan masalah kesehatan yang
penting di indonesia .walaupun angka mortalitasnya telah menurun tajam ,tetapi angka
morbiditas masih cukup tinggi penanganan diare yang di lakukan secara baik selama ini
membuat angka kematian akibat diare dalam 20 tahun terakhir menurun tajam.
Walaupun angka kematian sudah menurun tetapi angka kesakitan masih cukup
tinggi .lama diare serta frekuensi diare pada penderita akut belum dapat di turunkan ( Lisa
Ira,2002).
Diare merupakan keadaan di mana seseorang menderita mencret-mencret, tinjanya
encer,dapat bercampur darah dan lendir kadang di sertai muntah-muntah. Sehingga diare
dapat menyebabkan cairan tubuh terkuras keluar melalui tinja.bila penderita diare banyak
sekali kehilangan cairan tubuh maka hal ini dapat menyebabkan kematian terutama pada
bayi dan anak-anak usia di bawah lima tahun (Ummualiya,2008).
Dampak negatif penyakit diare pada bayi dan anak-anak antara lain adalah
menghambat proses tumbuh kembang anak yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas
hidup anak.penyakit diare di masyrakat indonesia lebih di kenal dengan istilah
“Muntaber”. Penyakit ini mempunyai Konotasi yang mengerikan serta menimbulkan
Kecemasan dan kepanikan warga masyarakat karena bila tidak segera di obati,dalam waktu
singkat (± 48 jam )penderita akan meningal ( Triatmodjo ,2008).
Secara klinis penyebab diare dapat di kelompokan dalam golongan 6 besar yaitu
karena infeksi,malobsorsi ,alergi,keracunan,immuno defisiensi, dan penyebab lain, tetapi
yang sering di temukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang di sebabkan infeksi
dan keracunan.(Depkes RI,2002).Adapun Penebab-penyebab tersebut sangat di pengaruhi
oleh berbagai faktor misalnya keadaan gizi,kebisaan atau perilaku,sanitasi lingkungan,dan
sebagainya.pada tahun 2004,Diare merupakan penyakit dengan frekuensi KLB kelima
terbanak setelah DBD,Campak,Tetanus Neonatorium dan keracunan makanan.
Secara Khusu di Rumah Sakit umum anutapura palu pada bulan Januari –Desember
tahun 2008 jumlah penyakit diare pada balita adalah 228 orang yang dirawat di ruangan
Nuri, sesual dengan latar belakang yang telah di uraikan di atas maka peneliti tertarik
mengangkat “ dalam .
B. Rumusan Masalah
Berdasarakan uraian di atas, dapat di rumuskan permasalahan dalam penelitian ini
adalah :”Bagaimana pengetahuan ibu tentang penyakit diare pada Balita (1-5 Tahun) di
ruang Nuri RSU Anutapura tahun 2009 ?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang penyakit diare pada
Balita (1-5 Tahun )di RSU Anutapura Pada tahun 2009.
2. Tujuan Khusus.
a. Untuk mengetahui Pengetahuan ibu tentang diare di tinjau dari
umur ibu
b. Untuk mengetahui Pengetahuan ibu tentang diare di tinjau dari
Pendidikan ibu.
c. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang diare di tinjau dari
pekerjaan ibu.
D. Manfaat penelitian
1. Sebagai bahan informasi bagi instansi Akademi perawatan
Kabupaten Donggala.
2. Sebagai bahan Sumbangan Ilmiah yang di harapkan Dapat
bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lain.
3. Bagi peneliti sendiri merupakan pengalaman berharga dalam
memperluas wawasan dan pengetahuan tentang
penyakit Diare.
BAB II
TINJAUAN PUSAKA
A. Konsep Dasar Teori Penyakit Diare
1. Pengertian
a. Diare adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme termasuk
bakteri, virus dan parasit lainnya seperti jamur, cacing, dan protozoa (Cary and
Bhatnager, 2000 mengacu pada Doonenberg, 2001).
b. Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambah frekuensi berak lebih dari
biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi
tinja dari penderita (Depkes RI, 2002).
c. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja yang lbih banyak dari
biasanya (normal 100 – 200 ml perjam tinja) dengan tinja berbentuk cairan atau
setengah cair (stengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang
meningkat (Mansur dkk).
d. Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari (WHO,
1980)
2. Penyebab diare
a. Infeksi bakteri beberapa jenis bakteri dapat termakan melalui makanan atau
minuman yang terkontaminasi dan menyebabkan diare contohnya Campy lobaker,
Salmonella, Shigella dan Secherichia.
b. Infeksi virus beberapa virus yang menyebabkan diare yaitu rota virus, Norwalt
virus, Cytomegalovirus virus herpes simplex dan virus hepatitis.
c. Intolenransi makanan contohnya pada orang yang tidak dapat mencerna komponen
makanan seperti laktosa (gula dalam susu).
d. Parasit-parasit yang masuk ke dalam tubuh memlalui makanan atau minuman dan
menetap dalam sistem pencernaan. Contohnya Giardialambia, Emtamoeba
histolytica dan Ceryptospordium.
e. Reaksi obat contoh anti biotik, obat-obat tekanan darah dan antisida yang
mengandung magnesium
3. Gejala penyakit diare
Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 kali atau
lebih sehari, yang kadang disertai :
a. Muntah
b. Badan lesu atau lemah
c. Panas
d. Tidak nafsu makan
e. Darah dan lendir dalam kotoran rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului
diare yang disebabkan olah infeksi virus, infeksi bisa secara tiba-tiba
menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam penurunan nafsu makan atau
kelesuan, selain itu dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta
gejala-gejala lain seperti flu misalnya agak demam nyeri otot atau kejang, dan
sakit kelapa. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja
mengandung darah atau demam tinggi. (Depkes, 2007).
4. Jenis-jenis diare
a. Diare akut merupakan diare yang disebabkan oleh virus yang disebut rotavirus
yang ditandai dengan buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja
yang frekuensi biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari) yang berlangsung kurang
dari 14 hari. Diare rotavirus ini merupakan virus usus patogen yang menduduki
urutan pertama sebagai penyebab diare akut pada anak.
b. Diare bermasalah merupakan diare yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteeri,
parasit, intoleransi laktosa, alergi, protein susu sapi, penularan secara fecal-oral,
kontak dari orang ke orang atau kontak orang dengan alat rumah tangga. Diare ini
umumnya diawali oleh diare cair kemudian pada hari kedua atau ketiga baru
muncul darah, dengan cairan kemudian pada hari yang kedua dan ketiga baru
muncul darah, dengan maupun tanpa lendir, sakit perut diikuti munculnya
tenismus panas disertai hilangnya nafsu makan dan badan terasa lemah.
c. Diare persisten merupakan diare akut yang menetap, dimana titik sentral
patogenesis diare persisten adalah kerusakan mukosa usus. Penyebab diare
persisten sama dengan diare akut. (Depkes RI, 2007).
5. Patofisiologi
Proses terjadinya diare dipengaruhi dua hal pokok, yaitu konsistensi feses dan
motilitas usus, umumnya terjadi akibat pengaruh keduanya gangguan proses mekanik
dan enzimatik disertai gangguan mukosa, akan mempengaruhi pertukaran air dan
elektonik, sehingga mempengaruhi konsistensi air dan elektronik, sehingga
mempengaruhi konsistensi feses yang berbentuk peristaltik saluran cerna yang teratur
akan mengakibatkan proses cerna enzimatik berjalan baik. Sedangkan peningkatan
motilitas berakibat terganggunya proses cerna secara enzimatik, yang akan
mempengaruhi pola defekasi.
6. Penatalaksaan medik
Menurut Ngastiyah (1997), penatalaksaan medik penderita diare, yaiu:
a. Pemberian cairan: jenis cairan, jumlah pemberiannya. Pemberian cairan pada
pasien diare, harus memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan umum.
1. Jenis cairan
Pada diare akut yang ringan, dapat diberikan oralit. Diberikan cairan RL bila
tidak tersedia dapat diberikan cairan NaCl isotonik ditambah satu ampul
natrium bikarbonat 7,5%.
2. Jumlah cairan
Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang dikeluarkan
b. Pengobatan diabetik
Untuk anak di bawah umur satu tahun, dan di atas satu tahun, dan berat
badan kurang dari 7 kg, jenis makanan yang diberikan yaitu:
1. Susu (ASI atau formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak
tidak jenuh, misalnya LLM, amiron atau jenis lainnya).
2. Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim), bila anak
tidak mau minum susu karena dirumah tidak bisa diberikan susu.
3. Susu khusus yang disesuaikan dengtan kelainan ditemukan, misalnya susu
tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak
jenuh.
c. Obat-obatan
Prinsip pengobata diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui
tinja dengan atau tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elektronik dan
glukosa atau karbohidrat lain (gula, tepung, tepung beras dan sebagainya).
1. Obat anti sekresi
Asetasol 25 mg/hari dengan dosis minimum 30 mg, klorpromasin dosis
0,5 – 1 mg/kg BB/hari.
2. Obat spasmolitik dan lain-lain
Umumnya obat spasmolitik seperti papaverin, ekstrabeladona, opium
loperamid tidak digunakan untuk mengatasi diare akut lagi. Obat pengeras
tinja seperti kaolin, chracoal, tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare,
sehingga tidak diberikan lagi.
3. Antibiotik
Umumnya antibiotik tidak dapat diberikan, tidak diketahui penyebab
yang jelas. Bila penyebabnya kolera, diberikan tetraksilin 25 – 50
mg/kgBB/hari. Antibiotik juga diberikan bila terdapat penyakit otitis media
akut, faringitis, bronchitis atau bronchopneumonia.
4. Pemberian tablet zink pada pasien diare dalam
http://ordinaryubay.wordpress.com
Untuk bayi usia 2 – 5 bulan, berikan setelah tablet zink (10 mg) sekali
sehari selama 10 hari berturut-turut.
Untuk anak usia 6 bulan – 12 bulan, berikan 1 tablet zink (20 mg) sekali
sehari selama 10 hari beturut-turut.
Larutkan tablet tersebut dengan sedikit (beberapa tetes) air matang atau
ASI dalam sendok teh.
Jangan mencampur tablet zink dengan oralit/LGGG.
Tablet harus diberikan selama 10 hari penuh (walaupun diare telah
berhenti sebelum 10 hari).
Apabila anak muntah sekitar setengah jam setelah pemberian tablet
zink, berikan lagi tablet zink dengan cara memberikan potongan lebih
kecil dan berikan beberapa kali hingga satu dosis penuh.
Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus, tetap
berikan tablet zink segera setelah anak dapat minum atau makan.
Menurut Ngastiyah, (1997) bagian-bagian penting dalam perawatan diare adalah:
A. Mencegah terjadinya dehidrasi
Dehidrasi biasanya dapat dicegah dirumah, bila anak minum cairan-
cairan ekstra segera setelah diare timbul. Seorang anak sebaiknya diberikan satu dari
cairan-cairan yang dianjurkan olah pengobatan diarea di rumah. Cairan-cairan ini
meliputi larutan oralit, cairan-cairan rumah tangga (seperti sop, air beras dan minuman-
minuman yogurt) dan air putih. Larutan oralit dapat digunakan untuk mencegah maupun
mengobati dehidrasi. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan dan belum menggunakan
makanan padat, maka sebaiknya diberikan larutan oralit atau ar daripada cairan tumah
tangga.
B. Mengobati dehidrasi
Bila terjadi dehidrasi maka anak sebaiknya dibawa ke petugas
kesehatan atau pusat kesehatan masyarakat untuk mendapatkan pengobatan. Pengobatan
terbaik untuk dehidrasi adalah terapi oral dengan suatu larutan yang dibuat dengan
oralit. Larutan oralit saja dapat digunakan untuk merehidrasi 95% atau lebih pasien
dengan dehidrasi. Pasien dengan dehidrasi berat pada awalnya membuthuhkan.
Rehidrasi dengan cairan-cairan intravena, tetapi sebaiknya diberikan larutan oralit
sebagai tambahan terhadap cairan-cairan intravena segera setelah mereka dapat minum.
Sebaiknya hanya digunakan larutan oralit saja bila tanda-tanda dehidrasi berat telah
hilang.
C. Pemberian makanan
Pemberian makana selama diae harus dapat menyediakan zat-zat gizi
yang diperlukan olah anak-anak untuk pertumbuhan dan menjadi kuat dan mencegah
kehilangan berat badan. Cairan-cairan yang diberikan untuk mencegah atau mengobati
dehidrasi, seperti larutan oralit atau cairan rumah tangga yang dianjurkn, tidak
menyediakan zat-zat gizi yang dibutuhkan, pemberian makanan ang sering dengan
jumlah makanan bergizi dan ade kuat adalah sangat penting
Anak-anak yang masih menyusui pada ibunya, sebaiknya diberikan
ASI dnegan sering. Anak-nak lain harus diberikan susu yang biasa mereka gunakan.
Anak-nak yang berumur 6 bulan atau lebih tua (atau bayi-bayi yang telah menggunakan
makanan padat) harus sering diberikan makanan dengan jumlah bahan bergizi yang
sedikit dan mudah dicernakan. Setelah diare berhenti, makanan ekstra sebaiknya
diberikan setiap hari selama 2 minggu untuk membantu anak-anak mendapatkan
kembali berat badannya yang hilang selama sakit.
7.Perawatan
Menurut Ngastiyah, (1997), penyakit diare walaupun tidak semua menular
(misalnya diare karena faktor malabsorbsi), tetapi perlu perawatan di kamar yang
terpisah dengan perlengkapan cuci tangan untuk untuk mencegah infeksi (selalu
tersedia desinfektan dan air bersih) serta tempat pakaian kototr tersendiri.
Masalah pasien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadi gangguan
sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko terjadi komplikasi gangguan rasa aman dan
nyaman, kurangnya pengetahuan orang mengenai penyakit diare.
8.Komplikasi
Menurut Ngastiyah, (1997), akibat diare kahilangan cairan dan elektrolit secara
mendadak dapa terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut:
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, hipertonik).
b. Renjatan hipovolemik
c. Hipokalemia.
d. Hipogligkemia
e. Intolenransi skunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim
laktosa
f. Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik
g. Mall nutrisi protein.
B. Konsep Dasar yang berhubungan dengan Variabel
1.Pengetahuan
Pengetahuan menurut Notoadmodjo, (2003) adalah suatu hasil setelah
seseorang melakukan pengideraan terhadap suatu objek terntentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia yakti penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melaui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kongnitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (over bhaviour). Perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan labih baik dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.
a. Tahu (know)
Tahu di artikan sebagai meningkat materi yang telah di pelajari
sebelumnya,termasuk pengetahuan dalam tingkat ini adalah mengingat kembali
(Recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau
rangsangan yang telah di terima,oleh sebab itu ini adalah merupakan tingkat yang
paling rendah.kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang di
pelajari antara lain menyebutkan menguraikan,mengidentifikasi dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartiakan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar
tentang obyek yang di ketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut
secara benar.orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
tentang obyek yang di pelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi dapat di artikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah di pelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.Aplikasi disini
dapat diartikan sebagai aplikasi penggunaan hukum-
hukum ,rumus,metode,prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang
lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
obyek kedalam komponen-komponen,tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lain.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk
menyusun,merencanakan,meringkaskan ,menyesuaikan dan sebagainya terhadap
suatu teori atau rumusan.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penelitian suatu obyek.penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria-
kriteria yang ada.
2.Umur
Umur adalah usia seseorang sebagaimana yang di tunjukan dengan hari
kelahiranya atau lamanya dia hidup sejak tanggal lahirnya. Dengan bertambahnya usia
maka perkembangan seseorang berlangsung terus hingga kematangan –kematangan
tertentu. Bertambahnya usia seseorang juga menumbuhkan kapasitas intelektual
(Soemanto, 1998).
Purwanto (1999) menyimpulkan bahwa makin bertambah umur makin
banyak nampak jelas dalam kematangan proses berpikir, struktur intelejensi
mengalami sesuatu transformasi kontinyu sebagai hasil interaksi antara kematangan
dan pengaruh luar berbentuk pengalaman.
Menurut Muchsin (1996) perkembangan usia di pandang sebagai suatu
keadaan yang menjadi dasar kematangan dan perkembangan seseorang .kematangan
individu dapat dilihat secara subyektif dengan periode umur sehingga bebagai proses
pengalaman ,pengetahuan ,ketrampilan ,kemandirian terkait sejalan dengan
bertambahnya umur individu.
Menurut Long (1996), berpendapat semakin tua umur seseorang
semakin Konstruktif dalam menggunakan koping terhadap masalah yang di
hadapai.semakin mudah umur seseorang dalam menghadapi masalah maka akan
sangat mempengaruhi konsep dirinya .Adapun krteria umur menurut Gouldadalah
masa dewasa dini (18-40 Tahun),Dewasa madya (41-60 Tahun),dewasa lanjut ( > 60
Tahun).
3.Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses ilmiah yang terjadi pada
manusia.pendidikan merupakan suatu “Conditio Sine Quanum” dan telah ada sejak
peradaban umat manusia secara umum pendidikan dapat di artikan sebagai usaha
manusia untuk memebina kepribadiannya sesuai dengan nilaidalam msyarakat dan
kebudayaan.menurut “dictionary of education” pendidikan dapat di artikan pendidikan
mempakan suatu prosez di mna seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan
bentuk tingkah laku lainya dan kebudayaan (Handoyo (1997).
Pendapat Hastodo (2001)bahwa makin tinggi tingkat pendidikan
seseorang makin muda orang tersebut menerima informasi sehingga masi banyak pula
pengetahua yang di milikinya.
Demikian pula sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru di perkenalkan.
Notoatmodjo (1996) yang mengatakan bahwa semakin tinggi pendidikan, semakin
tinggi pula tingkat pengetahuanya.
4.Pekerjaan
Pekerjaan adalah merupakan kegiatan utama atau sumber penghasil an
utama dalam kehidupan manusia (Narkoba , 2002 ) Notoatmodjo 2000 memasukan
kesibukan pekerjaan dalam komponen predisposing yang mencakup pengetahuan dan
sikap masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan,sistem nilai di
anut masyarakat tinggi pendidikan dan tingkat sosial ekonomi.yang mempengaruhi
perilaku.seseorang atau kelompok untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan .dalam
penelitian Notoatmodjo menyebutkan bahwa pekerjaan sehari-hari membuat
seseorang sibuk sehingga tidak sempat memanfaatkan pelayanan kesehatan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif. Variabel penelitian ini adalah (umur, pendidikan,
pekerjaan ) dan pengetahuan ibu tentang penyakit diare yang mencakup : pengertian,
penyebap, gejala, tindakan, pengobatan/ perawatan.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSU Anutapura palu yaitu di ruangan Nuri, penelitian ini di
lakukan pada bulan Juli 2012 selama dua minggu.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam peneltian ini adalah semua ibu yang membawa anak balitanya yang di
rawat di ruang Nuri RSU Anutapura palu tahun 2012.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu, dari anak penderita diare yang di rawat
di ruang Nuri RSU Anutapura palu pada bulan Juli tahun 2012. Teknik pengambilan
sampel menggunakan teknik Accidental Sampling.
Besar sampel dalam penelitian ini adalah 57 orang, di peroleh dari hasil perhitungan
dengan menggunakan rumus Slovin.
Keterangan :
N= Jumlah populasi
d= Derajat ketepatan (0,1)
n= Besar sampel
n = N
1+N (d2 )
n = 130
1 + 130 (0,12)
n = 130
1 + 130 (0,01)
n = 130
1+ 1,3
n = 130
2,3
n = 57
Jadi, jumlah sampel secara keseluruhan adalah 57 responden.
D. Variabel dan Defenisi Operasional
1. Variabel Dependen
Pengetahuan Ibu
a.Defenisi : Pemahaman responden tentang penyakit diare yang mencakup :
Pengertian, Penyebap, Gejala, Tindakan perawatan / pengobatan
b.Cara ukur : Pengisian Quesioner
c.Alat ukur : Quesioner
d.Skala ukur : Ordinal
e.Hasil ikur : 0 = Kurang Baik ( Jika score < 7 ) 1 = Baik ( Jika score > 7)
2. Variabel Independen
Umur
a.Defenisi : Kurun waktu yang telah di lalui oleh seseorang sejak ia di
lahirkan sampai terakhir saat penelitian ini dilakukan
b.Cara ukur : Pengisian Quesioner
c.Alat ukur : Quesioner
d.Skala ukur : Ordinal
e. Hasil ukur : 1 = 18-40 tahun ( dewasa Dini ) 2 = 41-60 tshun ( Dewasa
Madya ) 3 = > 60 tahun ( Dewasa Lanjut )
Menurut Gould
Pendidikan
a.Defenisi : Pendidikan formal yang di dapat melalui bangku sekolah
berdasarkan kepemilikan ijazah terakhir.
b.Alat ukur : Pengisian Quesioner
c.Cara ukur : Quesioner
d.Skala ukur : Ordinal
e. Hasil ukur : Rendah ( < SMP ) Tinggi ( > SMA )
Pekerjaan
a.Defenisi : Pendapatan merupakan kegiatan dan mempunyai penghasilan
utama dalam kehidupan responden.
b.Cara ukur : Pengisian Quesioner
c.Alat ukur : Quesiener
d.Skala ukur : Nominal
e.Hasil ukur : 0 = Bekerja (Pegawai, Wiraswasta, Petani, Buruh, Penjahit) 1
= Tidak bekerja ( URT )
D. Pengumpulan Data
1. Data Primer adalah data yang di kumpulkan langsung dengan wawancara dan
menggunakan kuesioner sebagai acuan pertanyaan yang di ajukan pada responden
2. Data skunder adalah data yang di peroleh dari pihak RSU Anutapura Palu
F. Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolaan Data
a. Editing Data, Yaitu : memeriksa adanya kesalahan atau kekurangan data yang di
peroleh dari lapangan.
b. Coding, Yaitu pemberian nomor kode atau bobot pada jawaban yang bersifat kategori
c. Tabulating data, yaitu menghitung dan mentabulasi data secara manual.
d. Cleaning Data, yaitu melakukan pengecekan kembali bila ada kesalahan yang di
hitung.
e. DescribingData, yaitu menggambarkan atau menjelaskan data yang sudah di
kumpulkan.
2. Analisa Data
Analisa data di lakukan secara deskriptif dengan menggunakan rumus (Sujana, 1991)
f
P = N x 100%
Keterangan : P : Proporsi
F : Frekuensi
N : Sampel
G. Penyajian Data
Data di sajikan dalam bentuk tabel dan nasari.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Untuk mengetahui gambaran distribusoi masing-masing variabel tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Analisis univariat
a. Pengetahuan Ibu
pengetahuan ibu tentang penyakit diare pada balita. Pengethuan dikategorikan
berdasarkan nilai 0 kurang baik (jika score ≤ 67%) dan 1 = baik (jika scor ≥ 67%).
Hasil anila dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1
Diatribusi Responden Menurut Pengetahuan Ibu
di Ruang Nuri RSU Anutapura Palu
Tahun 2012
NO PengetahuanFrekuensi
(f)
Persentase
(%)
1
2
Baik
Kurang Baik
38
19
66, 67
33, 33
Jumlah 57 100%
Sumber : Data Primer 2012
Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa pengetahuan responden tentang penyakit diare
yang memiliki pengetahuan baik adalah sebanyak 66, 67%, dan yang memiliki
pengetahuan kurang baik adalah sebanyak 33,33%.
b. Umur Ib u
Tabel 2
Diatribusi Responden Menurut Umur Ibu
di Ruang Nuri RSU Anutapura Palu
Tahun 2012
NO UmurFrekuensi
(f)
Persentase
(%)
1
2
3
Dewasa Dini
Dewasa Madya
Dewasa Lanjut
30
17
10
52, 64
29,82
17,54
Jumlah 57 100%
Sumber : Data Primer 2012
Berdasarkan pada tabel 2, dapat dilihat responden paling banyak ditemukan
pada dewasa dini, yaitu berjumlah 30 orang (52,64%), dan responden yang paling
sedikit ditemukan pada dewasa lanjut yaitu berjumlah 10 orang (17,54)
c. Pendidikan Ibu
Tabel 3
Diatribusi Responden Menurut Pendidikan
di Ruang Nuri RSU Anutapura Palu
Tahun 2012
NO PendidikanFrekuensi
(f)
Persentase
(%)
1
2
≤ SMP
≥ SMA
26
31
45,61
54,39
Jumlah 57 100%
Sumber : Data Primer 2012
Berdasarkan pada tabel 3dapat dilihat bahwa pendidikan responden yang paling
banyak adalah ≥ SMA sebanyak 31 orang (54,39%) dan pengetahuan paling sedikit
adalah yaitu ≤ SMP sebanyak 26 orang (45,61%)
d. Pekerjaan Ibu
Tabel 4
Diatribusi Responden Menurut Pekerjaan
di Ruang Nuri RSU Anutapura Palu
Tahun 2012
NO PekerjaanFrekuensi
(f)
Persentase
(%)
1
2
Bekerja
Tidak Bekerja
27
30
47,37
52,63
Jumlah 57 100%
Sumber : Data Primer 2012
Berdasarkan pada tabel 4, dapat dilihat bahwa responden yang bekerja
sebanyak 27 orang (47,37%) sedangkan yang tidak bekerja sebanyak 30 orang
(52,63%).
2. Analisa Bivariat
a. Pengetahuan Berdasarkan Umur
Untuk distribusi responden menurut umur dan pengetahuan responden dapat
dilihat tabel berikut
Tabel 5
Diatribusi Responden Menurut Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit Diare
Pada Balita (1-5 tahun) Berdasarkan Umur di Ruang Nuri
RSU Anutapura Palu Tahun 2012
NO Umur
Pengetahuan Ibu Tentang
Penyakit Diare Pada Balita Total
Baik Kurang Baik
F % F % N %
1
2
3
Dewasa Dini
Dewasa Madya
Dewasa Lanjut
27
7
4
90
41,18
40
3
10
6
10
58,82
60
30
15
12
100
100
100
Sumber : Data Primer 2012
Berdasarkan tabel 5 diatas terlihat bahwa responden yang memiliki
pengetahuan baik paling banyak pada dewasa dini sebanyak 27 orang (90%)
sedangkan responden yang memiliki pengatuan kurang baik terdapat pada Dewasa
dini sejumlah 3 orang (10%).
b. Pengetahuan berdasarkan pendlidikan
Tabel 6
Diatribusi Responden Menurut Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit Diare
Pada Balita (1-5 tahun) Berdasarkan Pendlidikan di Ruang Nuri
RSU Anutapura Palu Tahun 2012
NO Pendidikan
Pengetahuan Ibu Tentang
Penyakit Diare Pada Balita Total
Baik Kurang Baik
F % F % N %
1
2
Dewasa Dini
Dewasa Madya
11
27
42,30
87,10
15
4
57,70
12,90
26
31
100
100
Sumber : Data Primer 2012
Berdasarkan tabel 6 di atas terlihat bahwa responden yang memiliki tingkat
pengetahauan baik paling banyak yaitu pendidikan ≥SMA berjumlah 27 orang
(87,10), sedangkan responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang baik paling
banyak berpendidikan ≤ SMP yaitu berjumlah 11 orang (42,30).
c. Pengetahuan Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 7
Diatribusi Responden Menurut Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit Diare
Pada Balita (1-5 tahun) Berdasarkan pekerjaan di Ruang Nuri
RSU Anutapura Palu Tahun 2012
NO Pekerjaan
Pengetahuan Ibu Tentang
Penyakit Diare Pada Balita Total
Baik Kurang Baik
F % F % N %
1
2
Bekerja
Tidak bekerja
20
21
74,18
70
7
9
25,92
30
27
30
100
100
Sumber : Data Primer 2012
Berdasarkan tabel 7 di atas terlihat bahwa responden yang memiliki
pengetahuan baik paling banyak terdapat pada responden yang tidak bekerja yaitu
berjumlah 21 orang ( 70%), sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang
baik terdapat pada responden yang berjumlah 7 orang (25,92%).
B. Pembahasan
1.Pengetahuan berdasarkan Umur
Hasil penelitian berdasarkan umur memperlihatkan bahwa responden yang
memiliki pengetahuan baik paling banyak yaitu umur 18-40 tahun sebanyak 27 orang
(90%), sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang baik banyak pada
umur 41-60 tahun sejumlah 10 orang (58,82%).
Menurut pendapat peneliti, didapatkannya ibu yang memiliki pengetahuan baik
paling banyak 18-40 tahun karena pada umur tersebut pada ibu sudah matang dalam
proses berpikir serta struktur intelegensinya sudah banyak mengalami perubahan dan
dengan adanya pengaruh dari luar yang berbentuk suatu pengalaman bagi responden
tersebut. Dan didapatkannya ibu yang memiliki pengetahuan kurang baik pada umur
41-60 tahun. Hal ini disebabkan karena kurangnya wawasan dan kurangnya rasa
keingintahuan responden tentang kesehatan terutama penyakit diare.
Menurut Muchsin (1996) perkembangan usia dipandang sebagai suatu keadaan
yang menjadi dasar kematangan dan perkembangan seseorang.
Kematangan individu dapat dilihat secara subjektif dengan periode umur sehingga
berbagai proses pengalaman, pengetahuan, keterampilan, kemandirian terkait sejalan
dengan bertambahnya umur individu.
2.Pengetahuan Berdasarkan Pendidikan
Berdasarkan dari hasil analisis bivariat didapatkan bahwa responden yang
memiliki pengetahuan baik paling banyak yaitu berpendidikan ≥ SMA berjumlah 27
orang (87,10%) sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang baik paling
banyak berpendidikan ≤ SMP yaitu berjumlah 15 orang (57,70%). Menurut pendapat
peneliti hal ini disebabkan makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang
tersebut menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.
Pernyataan tersebut diatas sesuai teori yang dikemukakan oleh Hastono (2001)
yang mengatakan bahwa makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang
tersebut menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.
3.Pengetahuan Berdasarkan Pekerjaan
Bedasarkan dari hasil analisis bivariat didapatkan data bahwa responden yang
memiliki pengetahuan baik terdapat pada responden yang tidak bekerja 21 orang
(70%) dan responden yang memiliki pengetahuan kurang baik terdapat pada
responden yang bekerja yaitu 7 orang (25,92%). Menurut pendapat peneliti responden
yang tidak bekerja memiliki pengetahuan yang baik dikarenakan kurangnya kesibukan
mereka sehari-hari sehingga mereka bisa menyempatkan diri serta rajin mencari
(mendengarkan) informasi tentang kesehatan baik dari media massa maupun
penyuluhan yang dilakukan tenaga kesehatan yang berhubungan dengan penyakit
diare. Begitupun sebaliknya responden yang bekerja memiliki pengetahuan kurang
baik disebabkab karena kesibukan mereka sehari-hari, sehingga mereka kurang
mendapatkan informasi tentang masalah kesehatan yang berhubungan dengan
penyakit diare.
Notoatmodjo 2000 memasukkan kesibukan pekerjaan dalam komponen
predisposing yang mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai dianut masyarakat tinggi pendidikan dan
tingkat sosial ekonomi. Yang mempengaruhi perilaku seseorang atau kelompok untuk
memanfaatkan pelayanan kesehatan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis mencoba mengambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan penelitian dan penilaian memperlihatkan bahwa responden yang memiliki
pengetahuan baik adalah sebanyak 66,67% dan memiliki pengetahuan kurang baik
sebanyak 33,33%.
2. a. Berdasarkan penelitian dan penilaian memperlihatkan bahwa
responden yang memilik pengetahuan baik paling banyak terdapat pada umur 18-40
tahun sebanyak 27 orang (90%)sedangkan responden memiliki pengetahuan kurang baik
terdapat pada umur 41-60 tahun sejumlah 10 orang (58,82%)..
b.Berdasarkan penelitian dan penilaian memperlihatkan bahwa
responden yang memiliki pengetahuan baik paling banyak yaitu
berpendidikan ≥ SMA berjumlah 27 orang (87,10%), sedangkan
responden yang memiliki pengetahuan kurang baik paling banyak
berpendidikan ≤ SMP yaitu berjumlah 15 orang (57,70%).
c. Berdasarkan penelitian dan penilaian memperlihatkan bahwa
responden yang memiliki pengetahuan baik paling banyak terdapat pada responden
yang tidak bekerja yaitu berjumlah 21 orang (70%),sedangkan responden yang memiliki
pengetahuan kurang baik terdapat pada responden yang bekerja yaitu 7 orang
(25,92%).
B. Saran
Dari kesimpulan di atas maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :
1.Bagi rumah sakit di harapkan dapat meningkatkan penyuluhan kepada pasien dan
orang tua maupun keluarga klien yang berkunjung ke ruang nuri sehingga dapat
mengatasi dan mencegah terjadinya diare yang lebih parah serta dapat meningkatkan
perilaku hidup sehat.
2.Bagi institusi Akademi di harpakan agar dapat membekali peserta didiknya dengan
kemampuan melakukan penyuluhan tenteng diare.
3.Bagi peneliti selanjutnya di harapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan
menggunakan variabel yang lebih luas seperti penyebab, gejala, tindakan,
pengobatan/perawatan.