4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Spesifikasi Kapal Cumi-Cumi (Squid Jigging)
Kapal penangkap cumi-cumi adalah kapal yang sasaran utama
penangkapannya adalah cumi-cumi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat aspek
keragaan teknis dari kapal penangkap cumi-cumi KM. Cahaya Alam Tiga yang
sedang melakukan kegiatan docking di galangan kapal milik PT. Proskuneo
Kadarusman, Muara Baru, Jakarta Utara. Kapal ini memiliki fishing base di PPS
Nizam Zahman, Jakarta. Adapun setelah dilakukan pengukuran diperoleh
spesifikasi kapal KM. Cahaya Alam Tiga yaitu seperti yang disajikan pada Tabel
5.
Tabel 5 Spesifikasi teknis kapal penangkap cumi-cumi (squid jigging)
No Keterangan
1 Nama KM. Cahaya Alam Tiga
2 Bahan kayu jati
3 LOA 20,0000 meter
4 LBP 17,1851 meter
5 Lebar (Bmax)
(Bmoulded)
5,2136 meter
4,1400 meter
6 Lebar pada garis air (Bwl) 3,6400 meter
7 Dalam (D) 1,5240 meter
8 Tonase 40 GT
9 Palka 6 palka
10 Volume palka 1
a) Panjang
b) Lebar
c) Tinggi
7,5240 m3
1,1000 meter
3,8000 meter
1,8000 meter
11 Volume palka 2
a) Panjang
b) Lebar
c) Tinggi
8,1972 m3
1,1000 meter
4,1400 meter
1,8000 meter
12 Volume palka 3
a) Panjang
b) Lebar
c) Tinggi
5,7600 m3
1,6000 meter
2,0000 meter
1,8000 meter
13 Volume palka 4
a) Panjang
b) Lebar
c) Tinggi
5,7600 m3
1,6000 meter
2,0000 meter
1,8000 meter Sumber: Data olahan, 2011
25
Tabel 5 Lanjutan
14 Volume palka 5
a) Panjang
b) Lebar
c) Tinggi
6,4800 m3
1,8000 meter
2,0000 meter
1,8000 meter m
15 Volume palka 6
a) Panjang
b) Lebar
c) Tinggi
6,4800 m3
1,8000 meter
2,0000 meter
1,8000 meter
16 Penampung air tawar 3 penampung air tawar
17 Volume penampung air tawar 1
a) Panjang
b) Lebar
c) Tinggi
3,6000 meter
2,0000 meter
1,2000 meter
1,5000 meter
18 Volume penampung air tawar 2
a) Panjang
b) Lebar
c) Tinggi
3,6000 meter
2,0000 meter
1,2000 meter
1,5000 meter
19 Volume penampung air tawar 3
a) Panjang
b) Lebar
c) Tinggi
3,6000 meter
2,0000 meter
1,2000 meter
1,5000 meter
20 Tenaga penggerak utama Mitsubishi 120 PK
21 Tahun pembuatan 2007
22 Jumlah ABK 20-25 orang
23 Mesin bantu Mitsubishi 100 PK Sumber: Data olahan, 2011
Berdasarkan pengamatan di lapangan diketahui bahwa KM. Cahaya Alam
Tiga memiliki bentuk buritan transom. Badan kapal pada bagian haluan berbentuk
“V” bottom sedangkan pada bagian tengah hingga ke buritan berbentuk round flat
bottom. Bentuk seperti ini didasarkan atas tipe operasi penangkapan yang pasif.
Alat tangkap yang digunakan adalah pancing cumi-cumi, dengan operasi
menggunakan alat bantu penarik tali pancing yang penggeraknya dihubungkan
langsung ke mesin utama. Waktu operasi penangkapan diketahui dari pukul 20.00
sampai 03.00. Operasi penangkapan dilakukan pada kedalaman perairan 60 m.
Lampu yang digunakan untuk operasi adalah lampu halogen dengan daya 3 KW.
Operasi penangkapan dilakukan di sekitar perairan Laut Cina Selatan.
Tenaga penggerak kapal yang dipasang adalah mesin diesel ber-merk
Mitsubishi dengan kekuatan 120 PK, selain itu komponen penggerak lainnya
adalah baling-baling yang terbuat dari kuningan dengan 4 buah daun baling-baling
26
berbentuk ellips dengan diameter sebesar 110 cm. Baling-baling ini merupakan
sumber penggerak karena akan mengeluarkan daya dorong terhadap air. Poros
yang menghubungkan mesin utama dan baling-baling berbahan dasar besi
campuran dengan panjang 3 m. Kemudi yang digunakan berbahan dasar besi yang
dilapisi cat dengan dimensi panjang 140 cm dan lebar 70 cm. Sistem kelistrikan
pada kapal menggunakan mesin bantu ber-merk Mitsubishi dengan kekuatan 100
PK yang dapat menghasilkan daya hingga 5 KW. Foto dokumentasi kapal KM.
Cahaya Alam Tiga disajikan pada Lampiran 7.
4.2 Desain Kapal
4.2.1 General arrangement
Gambar rancangan umum (general arrangement) adalah gambar yang
menunjukkan keseluruhan tata letak kapal. Hal ini akan berpengaruh terhadap
kestabilan kapal, kenyamanan kerja, keselamatan kerja dan kemudahan kerja
dalam kegiatan operasi penangkapan ikan, sehingga aktivitas akan lebih optimal.
General arrangement juga harus memperhatikan tujuan penangkapan, jenis alat
tangkap yang dipakai, proses operasional dan tempat penyimpanan hasil
tangkapan yang diperoleh.
General arrangement menjelaskan peletakan kelengkapan kapal KM.
Cahaya Alam Tiga yang dilihat dari tiga sisi berbeda yaitu tampak atas dek,
tampak samping dan tampak di bawah dek. General arrangement KM. Cahaya
Alam Tiga dapat dilihat pada Gambar 10.
1) Palka
Kapal KM. Cahaya Alam Tiga memiliki 6 buah palka yang merupakan
tempat penyimpanan hasil tangkapan, masing-masing palka memiliki
kapasitas muatan dan ukuran yang berbeda-beda.
2) Tangki air tawar
Tangki air tawar pada KM. Cahaya Alam Tiga berfungsi sebagai tempat
penyimpanan air bersih untuk keperluan makan, minum dan untuk
membersihkan diri bagi anak buah kapal, diketahui bahwa KM. Cahaya
Alam Tiga memiliki 2 buah tangki air tawar yang terletak di dekat palka 1
dan palka 5 atau 6.
27
3) Ruang navigasi
Ruang navigasi pada KM. Cahaya Alam Tiga terletak pada bagian wheel
house paling atas, hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa dengan
berada di atas nahkoda akan lebih luas dan jelas untuk menentukan arah
kapal.
4) Ruang ABK
Ruang ABK berada tepat di belakang ruang navigasi yaitu pada wheel
house paling atas. Ruangan ini berfungsi sebagai tempat peristirahatan
bagi ABK mengingat operasi yang dilakukan lebih dari satu hari.
5) Ruang mesin
Ruang mesin merupakan tempat diletakkannya mesin induk dan mesin
bantu yang digunakan. Ruangan mesin KM. Cahaya Alam Tiga terletak di
belakang midship di bawah ruang ABK.
6) Dapur
Dapur KM. Cahaya Alam Tiga terletak pada buritan, tepatnya di belakang
ruang mesin kapal.
7) Toilet
Toilet KM. Cahaya Alam Tiga terletak di buritan, tepatnya di belakang
ruang mesin.
8) Tangki bahan bakar
Tangki bahan bakar terletak di bagian bawah dek kapal, tepatnya di
sebelah kanan dan kiri lambung kapal.
9) Mesin generator
Mesin generator terletak di ruang mesin, mesin ini berfungsi sebagai
pembangkit tenaga listrik.
10) Mesin utama
Mesin utama merupakan mesin yang digunakan sebagai penggerak utama
kapal, mesin ini terletak di bagian bawah dek kapal.
11) Steering gear
28
Steering gear terdiri dari jantra dan rudder sebagai kemudi yang
menentukan olah gerak kapal. Hal ini akan menentukan seberapa baik
manuvering yang dimiliki oleh kapal tersebut.
Gambar general arrangement secara keseluruhan dari kapal KM. Cahaya Alam
Tiga disajikan pada Gambar 10.
4.2.2 Lines plan
Lines plan adalah gambar rencana garis untuk kapal yang akan dibuat, lines
plan digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan kapal, terutama untuk
kelengkungan pada bagian badan kapal (Susanto, 2010). Lines plan dibuat dengan
menggunakan nilai-nilai yang diperoleh dari hasil pengukuran yang ada pada tabel
hasil pengukuran (data sheet), selanjutnya digunakan untuk melakukan
perhitungan hidrostatik. Lines plan terdiri dari tiga komponen, yaitu: gambar
irisan kapal tampak samping (profile plan), gambar irisan kapal tampak atas (half
breadth plan) dan gambar irisan kapal tampak depan (body plan). sedangkan
offset table yang didapatkan dari lines plan disajikan pada Lampiran 8.
Profile plan menunjukkan gambar rencana garis dari irisan kapal tampak
samping, gambar ini memuat enam urutan garis horizontal yang biasa disebut
garis water line/ WL. Garis water line KM. Cahaya Alam Tiga dimulai dari titik
(0.0 m WL) atau WL 0 yang disebut dengan base line, lalu dilanjutkan dengan
WL 1 yaitu (0.2519 m); WL 2 (0.5038 m); WL 3 (0.7557 m); WL 4 (1.0076 m)
dan WL 5 (1.2595). Selain profile plan di dalam lines plan terdapat half breadth
plan yang merupakan gambar irisan setengah lebar kapal tampak atas, gambar ini
menunjukkan posisi WL pada masing-masing kedalaman yaitu dari (0.2519 m –
1.2595 m).
Body plan adalah gambar garis yang menunjukkan lebar kapal tiap ordinat,
ordinat 0-5 menunjukkan bentuk badan kapal dari after prependicular (AP) atau
dari buritan kapal sampai bagian midship (tengah kapal). Ordinat 5-10
menunjukan bentuk badan kapal dari midship hingga fore perpendicular (FP)
atau bagian haluan kapal. Lines plan secara keseluruhan dari kapal KM. Cahaya
Alam Tiga dapat dilihat pada Gambar 11.
29
Gambar 10 General arrangement KM. Cahaya Alam Tiga.
30
Gambar 11 Lines plan KM. Cahaya Alam Tiga.
31
4.2.3 Rasio dimensi utama kapal KM. Cahaya Alam Tiga
Rasio dimensi utama dari kapal adalah perbandingan antara dimensi panjang
(L), lebar (B), dan Draft (D). Perbandingan dari ketiga komponen ini akan sangat
mempengaruhi karakteristik dari kapal. Selain itu, nilai rasio dimensi kapal dapat
pula menentukan atau mengidentifikasi keragaan teknis kapal dan stabilitas kapal.
Nilai dari rasio dimensi kapal diperoleh melalui formula
L/B, L/D, B/D. Menurut Susanto (2010), perbandingan L dengan B akan
berpengaruh pada tahanan gerak kapal, semakin besar nilai L/B maka akan
semakin memperburuk kecepatan kapal karena tahanan geraknya akan semakin
besar. Perbandingan antara L dengan D akan menentukan kekuatan memanjang
kapal, semakin besar nilainya maka akan semakin melemahkan kekuatan
memanjang kapal, sedangkan perbandingan antara B dan D akan menentukan
stabilitas kapal, nilai perbandingan B dan D yang semakin besar akan
menunjukkan kapal tersebut memiliki stabilitas yang baik.
Nilai kisaran rasio dimensi diambil dari standard ability kapal-kapal
Indonesia yang diteliti oleh Iskandar dan Pujiati (1995) dengan jenis alat tangkap
yang dioperasikan bersifat static gear. Nilai perbandingan antara rasio dimensi
utama kapal KM. Cahaya Alam Tiga dengan nilai kisaran rasio dimensi untuk
kapal di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Nilai rasio dimensi utama KM. Cahaya Alam Tiga
No Parameter KM. Cahaya
Alam Tiga
Nilai kisaran rasio
dimensi Pembanding*
Nilai rasio dimensi
menurut Nomura &
Yamazaki (1977)
1 L/B 3,8361 2,86-11,12 5,00
2 L/D 13,1234 4,58-17,28 10,00
3 B/D 3,4201 0,96-4,68 2,00
*Sumber: Iskandar dan Pujiati (1995)
Dapat dilihat pada Tabel 6 bahwa KM. Cahaya Alam tiga memiliki nilai
perbandingan L dengan B adalah 3,8361 sedangkan nilai kisaran pembandingnya
adalah 2,86-11,12. Hal ini menunjukkan bahwa KM. Cahaya Alam Tiga memiliki
bentuk badan seperti kebanyakan kapal dengan kategori static gear di Indonesia.
Nilai perbandingan antara L dan D adalah nilai yang digunakan sebagai parameter
kekuatan memanjang kapal. Berdasarkan Tabel 6, nilai rasio antara L dan D yang
dimiliki oleh KM. Cahaya Alam Tiga adalah 13,1234. Hal ini menunjukkan
32
bahwa angka perbandingan antara L dan D yang dimiliki oleh KM. Cahaya Alam
Tiga masih memasuki rentang nilai kisaran rasio dimensi kapal untuk kategori
static gear menurut Iskandar dan Pujiati (1995), oleh karena itu KM. Cahaya
Alam Tiga bisa dikatakan memiliki kekuatan memanjang seperti kebanyakan
kapal di Indonesia untuk kategori static gear. Menurut Susanto (2010), kekuatan
memanjang kapal akan bertambah apabila nilai perbandingan antara L dan D
semakin kecil, artinya pada panjang kapal yang sama, semakin besar nilai D maka
kekuatan memanjangnya semakin baik. Sebaliknya apabila nilai perbandingan
antara L dan D semakin besar maka kekuatan memanjang kapal akan berkurang,
hal ini disebabkan oleh nilai dalam kapal yang semakin kecil sehingga panjang
kapal jauh lebih besar daripada dalamnya.
Nilai perbandingan antara B dan D akan mempengaruhi stabilitas kapal,
dimana semakin besar nilainya maka stabilitas kapal akan semakin baik. Tabel 6
memperlihatkan nilai perbandingan antara B dan D yang dimiliki oleh kapal KM.
Cahaya Alam Tiga adalah sebesar 3,4201. nilai ini menunjukkan bahwa stabilitas
yang dimiliki oleh KM. Cahaya Alam Tiga seperti kebanyakan kapal dengan
kategori static gear di Indonesia karena masuk ke dalam nilai kisaran rasio
dimensi yang disajikan pada Tabel 6. Dari ketiga nilai rasio dimensi utama yang
dimiliki oleh KM. Cahaya Alam Tiga, dapat dilihat bahwa nilai rasio dimensi
utama kapal KM. Cahaya Alam Tiga tidak sesuai apabila dibandingkan dengan
nilai rasio dimensi utama yang dikemukakan oleh Nomura dan Yamazaki (1977).
4.2.4 Parameter hidrostatis KM. Cahaya Alam Tiga
Nilai parameter hidrostatis pada kapal berguna untuk menentukan kelaik-
lautan sebuah kapal. Nilai parameter hidrostatis tersebut merupakan gambaran
keragaan kapal secara statis pada setiap perubahan tinggi draft. Hasil dari
perhitungan nilai parameter hidrostatis ini dapat pula digunakan untuk
perhitungan stabilitas kapal. Nilai parameter hidrostatis KM. Cahaya Alam Tiga
ini dapat dilihat pada Tabel 7.
33
Tabel 7 Parameter hidrostatis KM. Cahaya Alam Tiga
No. Parameter WL 1 WL 3 WL 5
1 Volume displacement (m3) 1,3254 19,9449 43,8325
2 Ton displacement (ton) 1,3585 20,4435 44,9283
3 Water area (Aw) (m2) 31,8080 41,3218 53,4040
4 Midship area (Ao) (m2) 0,1365 1,9065 3,8201
5 Ton Per Centimeter (TPC) 0,3260 0,4235 0,5474
6 Coefficient block (Cb) 0,0901 0,4260 0,5186
7 Coefficient prismatic (Cp) 0,6115 0,6570 0,6821
8 Coefficient vertical prismatic
(Cvp)
0,1654 0,6387 0,6517
9 Coefficient waterplane (Cw) 0,5444 0,6670 0,7958
10 Coefficient midship (C ) 0,1473 0,6020 0,7603
11 Longitudinal Centre Buoyancy
(LCB) (m)
0,7269 0,2928 0,0698
12 Jarak KB (m) 0,1960 0,4689 0,7760
13 Jarak BM (m) 9,8983 1,0258 0,6012
14 Jarak KM (m) 10,0943 1,4947 1,3772
15 Jarak BML (m) 198,3340 48,0046 10,6742
16 Jarak KML (m) 198,5300 48,4735 11,4502
17 KG 8,31 1,65 0,98
Angka volume displacement (m3) merupakan angka yang menunjukkan
volume badan kapal di bawah water line (WL), diketahui dari Tabel 7 nilai
volume displacement (m3) KM. Cahaya Alam Tiga berturut-turut pada WL 1, WL
3 dan WL 5 adalah 1,3254; 19,9449; dan 43,8325. Angka tersebut menerangkan
bahwa semakin tinggi WL kapal maka nilai volume displacement (m3) akan
semakin meningkat.
Angka ton displacement (ton) menunjukkan berat badan kapal di bawah
water line (WL). Diketahui pada Tabel 7 nilai ton displacement (ton) untuk KM.
Cahaya Alam Tiga pada WL 1, WL 3 dan WL 5 adalah 1,3585 ton; 20,4435 ton;
dan 44,9283 ton. Hal ini menunjukkan semakin tinggi WL maka volume berat air
yang dipindahkan karena badan kapal yang terendam semakin besar.
Water area (Aw) (m2) untuk KM. Cahaya Alam Tiga dari Tabel 7 dapat
dilihat berturut-turut pada WL 1, WL 3 dan WL 5 adalah 31,8080; 41,3218; dan
53,4040. Angka water area yang terus meningkat pada tiap WL menunjukkan
luas bidang yang terendam di bawah air meningkat.
Angka midship area (A ) (m2) pada kapal KM. Cahaya Alam Tiga dapat
dilihat pada Tabel 7 berturut-turut pada WL 1, WL 2 dan WL 3 adalah 0,1365;
34
1,9065; dan 3,8201. Hal ini menjelaskan bahwa semakin naik WL maka nilai
midship area (A ) (m2) pada kapal tersebut semakin naik pula.
Angka ton per centimeter (TPC) menunjukkan bobot yang dibutuhkan untuk
merubah draft sebesar 1 cm. Tabel 7 memuat nilai ton per centimeter (TPC)
berturut-turut pada WL 1, WL 3 dan WL 5 adalah 0,2960; 0,4108; dan 0,5351.
Penjelasan mengenai angka ini adalah pada draft 0,2519 meter WL diperlukan
beban seberat 0,3260 ton untuk merubah draft sebesar 1 cm, selanjutnya untuk
merubah draft sebesar 1 cm pada WL 3 yaitu 0,7557 meter, diperlukan beban
sebesar 0,4235 ton dan untuk merubah draft sebesar 1 cm pada WL 5 yaitu 1,2595
meter diperlukan beban sebesar 0,5474 ton. Dengan demikian ton per centimeter
(TPC) dapat dijadikan parameter untuk mengetahui besarnya perubahan muatan
terhadap perubahan ketinggian draft.
Longitudinal centre bouyancy (LCB) menunjukkan titik bouyancy (gaya ke
atas) dari midship sepanjang longitudinal kapal. Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat
nilai LCB berturut-turut dari WL 1, WL 3 dan WL 5 adalah 0,7269; 0,2928; dan
0,0698. Hal ini menunjukkan bahwa letak titik apung (bouyancy) secara
longitudinal bergerak ke arah buritan dengan semakin bertambahnya tinggi draft
kapal.
Jarak KB menunjukkan posisi titik apung dari titik K (keel) secara vertikal.
Tabel 7 memperlihatkan bahwa nilai KB secara berturut-turut dari WL 1, WL 3
dan WL 5 adalah 0,1960; 0,4689; dan 0,7760. Hal ini dapat diartikan nilai KB
mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya draft. Hal ini dikarenakan
semakin bertambahnya draft maka gaya apung yang bekerja ke atas akan semakin
besar.
Jarak BM menunjukkan jarak antara titik bouyancy terhadap titik
metacentre secara vertikal. Jauh dekat jarak antara titik B terhadap M akan
berpengaruh pada kestabilan kapal. Tabel 7 memuat nilai BM berturut-turut dari
WL 1, WL 2, dan WL 3 yaitu 9,8983; 1,0258; dan 0,6012. Hal ini berarti semakin
dekat jarak titik B ke M maka kestabilan kapal menjadi kurang baik, begitu juga
sebaliknya.
Jarak KM adalah jarak yang menunjukkan titik K (keel) ke titik metacentre.
Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai KM berturut-turut dari WL 1, WL 2, dan WL 3
35
adalah 10,0943; 1,4947; dan 1,3772. Hal ini dikarenakan oleh semakin tinggi nilai
draft maka akan menyebabkan pergeseran pada titik metacentre (M).
Jarak BML merupakan jarak yang menunjukkan posisi BM secara
longitudinal. KML merupakan jarak yang menunjukkan posisi KM secara
longitudinal yang dihitung dari midship kapal. Berdasarkan Tabel 7, diketahui
bahwa nilai BML dan KML menurun seiring dengan kenaikan draft.Nilai BML
beturut-turut adalah 198,3340; 48,0046; dan 10,6742. Nilai KML diketahui
berturut-turut adalah 198,5300; 48,4735; dan 11,4502.
Nilai KG menunjukkan jarak dari lunas kapal ke titik berat (G). Berdasarkan
Tabel 7, nilai KG untuk masing-masing draft WL 1, WL 3 dan WL 5 adalah 8,31;
1,65; dan 0,98. Angka tersebut menerangkan bahwa nilai KG akan semakin
menurun seiring dengan dalamnya kapal yang terendam di dalam air.
Coefficient of fineness merupakan nilai yang menunjukkan bentuk badan
kapal. Angka coefficient of fineness untuk KM.Cahaya Alam Tiga disajikan dalam
Tabel 8.
Tabel 8 Perbandingan nilai coefficient of fineness KM. Cahaya Alam Tiga
No coefficient of fineness
KM.
Cahaya
Alam Tiga
Nilai kisaran
coefficient of
fineness * (static
gear)
Nilai kisaran
coefficient of
fineness (static
gear) menurut
Nomura dan
Yamazaki (1977)
1 Coefficient of block (Cb) 0,5186 0,39-0,70 0,63-0,72
2 Coefficient of prismatic (Cp) 0,6821 0,56-0,80 0,83-0,90
3 Cefficient of water plan
prismatic (Cvp) 0,6517 0,53-0,82 -
4 Coefficient of waterplan (Cw) 0,7958 0,65-0,85 0,91-0,97
5 Coefficient of midship
(C ) 0,7603 0,63-0,91 0,65-0,75
Sumber: Iskandar dan Pujiati (1995)
Berdasarkan Tabel 8, dapat dilihat bahwa pada kondisi draft maksimum,
nilai Cb diketahui yaitu 0,5186, nilai ini biasanya digunakan untuk menentukan
kondisi kegemukan kapal, nilai ini berkisar antara 0-1, apabila nilai Cb=1, maka
bagian kapal yang terendam air berbentuk empat persegi panjang. Dari angka
yang tertera pada tabel terlihat bahwa nilai Cb memasuki angka kisaran coefficient
of fineness yang telah diteliti oleh Iskandar dan Pujiati (1995), hal ini
menerangkan bahwa KM. Cahaya Alam Tiga memiliki nilai Cb yang sesuai untuk
36
kebanyakan kapal dengan kategori static gear di Indonesia, disamping itu dapat
dikatakan bahwa pada draft maksimum bentuk badan kapal KM. Cahaya Alam
Tiga yang terendam di bawah air cenderung gemuk.
Coefficient of prismatic (Cp) menunjukkan perbandingan antara volume
displacement kapal dengan volume yang dibentuk oleh luas area penampang
melintang tengah kapal (A ) dan panjang kapal pada draft maksimum.
Berdasarkan Tabel 8, diketahui bahwa nilai dari Cp adalah 0,6821. Nilai tersebut
masih masuk ke dalam nilai kisaran coefficient of fineness yang dipakai. Dengan
kata lain kapal memiliki tahanan gerak seperti kebanyakan kapal dengan kategori
static gear di Indonesia. Coefficient of vertical prismatic (Cvp) adalah nilai
coefficient yang menunjukkan perbandingan antara volume badan kapal yang
berada di bawah air dengan volume sebuah prisma dengan luas penampang (A )
dan tinggi (d). Diketahui pada Tabel 10, nilai Cvp KM. Cahaya Alam Tiga pada
kondisi draft maksimum adalah 0,6517. Angka ini masih masuk ke dalam kisaran
coefficient of fineness yang telah diteliti oleh Iskandar dan Pujiati (1995) untuk
kapal dengan kategori static gear di Indonesia. Selain itu angka tersebut
menjelaskan bahwa bentuk badan kapal KM. Cahaya Alam Tiga secara vertical
tidak mengalami banyak perubahan.
Coefficient of waterplane (Cw) merupakan nilai yang menunjukkan
perbandingan area bidang air secara membujur dengan area persegi panjang yang
mempunyai panjang sama dan lebar maksimum. Berdasarkan Tabel 8 nilai Cw
dari kapal KM. Cahaya Alam Tiga pada kondisi draft maksimum adalah 0,7958,
angka ini masih masuk ke dalam nilai kisaran coefficient of fineness yang
digunakan. Angka tersebut juga menjelaskan bahwa bentuk penampang
membujur kapal pada draft design cenderung mendekati persegi.
Coefficient of midship (C ) merupakan nilai yang menunjukkan bentuk
kapal pada bagian midship secara melintang. Diketahui berdasarkan Tabel 8 nilai
C pada kondisi draft maksimum adalah 0,7603. Angka tersebut masih memasuki
nilai kisaran coefficient of fineness untuk kapal dengan kategori static gear di
Indonesia. Nilai tersebut dapat diartikan bahwa tahanan yang dialami kapal
cenderung besar karena luas penampang pada bagian midship mendekati bentuk
persegi. Berdasarkan nilai kisaran coefficient of fineness untuk kapal static gear di
37
Indonesia yang diteliti oleh Iskandar dan Pujiati (1995), seluruh nilai coefficient of
fineness KM. Cahaya Alam Tiga memasuki rentang angka kisaran coefficient of
fineness tersebut. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa KM. Cahaya alam Tiga
termasuk ke dalam kategori kapal static gear menurut Iskandar dan Pujiati (1995).
Selain itu, Apabila coefficient of fineness KM. Cahaya Alam Tiga dibandingkan
dengan standar coefficient of fineness untuk kapal-kapal dengan kategori static
gear menurut Nomura dan Yamazaki, seluruh coefficient of fineness KM. Cahaya
Alam Tiga berada di bawah standar.
Data-data nilai parameter hidrostatis dapat pula disajikan dalam bentuk
kurva yang dinamakan kurva hidrostatis. Kurva hidrostatis untuk KM.Cahaya
Alam Tiga disajikan pada Gambar 12, dan contoh perhitungan disampaikan pada
Lampiran 9.
38
Gambar 12 Kurva hidrostatis KM. Cahaya Alam Tiga.
39
4.3 Konstruksi Kapal
4.3.1 Material kapal KM. Cahaya Alam Tiga
Material yang digunakan untuk pembangunan kapal KM. Cahaya Alam
Tiga adalah kayu jati (Tectona grandis) dan kayu kamper (Prybalanops
lancncoelata). BKI 1996, menyebutkan bahwa dalam pemilihan material,
beberapa sifat penting yang harus diperhatikan adalah:
1) Tidak ada celah;
2) Tidak mudah cacat yang dapat membahayakan;
3) Tahan binatang laut; dan
4) Tahan terhadap perubahan kondisi kering dan basah.
Selain itu, sifat-sifat kayu seperti berat jenis, kandungan air dan ketahanan
terhadap organisme perusak akan sangat mempengaruhi penggolongan kayu pada
kelas awet (KA) dan kelas kuat (KK). Kayu yang dipakai sebagai bahan material
KM. Cahaya Alam Tiga adalah meterial yang disarankan oleh BKI. Pada Tabel 9
disajikan karakteristik kayu yang digunakan sebagai material konstruksi KM.
Cahaya Alam Tiga.
Tabel 9 Material yang dipakai pada pembuatan kapal penangkap Cumi-cumi
KM. Cahaya Alam Tiga.
No Nama lokal Nama latin* Kekuatan* Penggunaan pada
bagian*
Penggunaan
pada kapal
1 Kayu Jati Tectona grandis KA I –KK
II
Semua bagian
kapal
Lunas,
gading-
gading, galar,
wrang, balok
dek, papan
dek Linggi
haluan dan
linggi buritan
serta pondasi
mesin.
2 Kayu Kamper Prybalanops
lancncoelata
KA II –
KK I
Papan dek, palang
dek dan rumah-
rumah
Rumah-rumah
*Sumber: BKI (1996)
40
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa material konstruksi kayu yang
digunakan adalah kayu jati dan kayu kamper. Kayu tersebut merupakan kayu yang
direkomendasikan oleh BKI melihat dari kategori KA dan KK. Pemilihan material
yang dilakukan oleh pengrajin didasarkan pada kebiasaan, harga serta
ketersediaan bahan baku.
4.3.2 Nilai patokan (scantling number)
Setelah memilih material dasar, maka langkah selanjutnya adalah
menentukan ukuran penampang bagian-bagian konstruksi. Ukuran-ukuran ini
telah ditetapkan oleh BKI. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan
rumus L(B/3+D) diperoleh angka petunjuk sebesar 65,2373 m2
dan (B/3+D)
adalah 3,2619 m. Dengan demikian, ukuran konstruksi kapal dapat dilihat dengan
menyesuaikan nilai scantling number-nya.
4.3.3 Gambar konstruksi KM. Cahaya Alam Tiga
Gambar rencana konstruksi secara umum terdiri dari tiga bagian gambar
yaitu: 1) Gambar tampak samping (profile construction); 2) Gambar tampak atas
(plan construction); dan 3) Gambar melintang (section view).
1) Profile construction merupakan gambar yang memuat bentuk, posisi,
ukuran kerangka pembangunan kapal yang dimulai dari lunas hingga
bangunan di atas dek (Gambar 13) .
2) Plan construction merupakan gambar yang memuat konstruksi di bagian
bawah dek dan konstruksi lantai dek (Gambar 13).
3) Section view merupakan gambar yang memperlihatkan konstruksi potongan
kapal secara melintang, sehingga bentuk gading pada bagian tertentu dapat
digambarkan (Gambar 14).
41
Gambar 13 Profile construction dan plan construction KM. Cahaya Alam Tiga.
42
Gambar 14 Section view KM. Cahaya Alam Tiga.
4.3.4 Bagian-bagian konstruksi KM. Cahaya Alam Tiga
Bagian-bagian konstruksi KM. Cahaya Alam Tiga meliputi:
1) Lunas
Lunas adalah bagian paling dasar pada kapal. Lunas berfungsi sebagai
penyangga badan kapal karena bagian lunas akan berhubungan dengan bagian-
bagian lain pada kapal. Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, KM.
Cahaya Alam Tiga hanya memiliki lunas luar. Lunas KM. Cahaya Alam Tiga
terbuat dari bahan kayu jati. Bahan tersebut merupakan bahan yang
direkomendasikan oleh BKI. Lunas KM. Cahaya Alam Tiga memiliki panjang
17,2 m dengan ukuran penampang 625 cm2
dan ukuran lebar (L) x tebal (t) yaitu
25 cm x 25 cm. Ukuran penampang yang telah ditetapkan oleh BKI untuk kapal
dengan ukuran seperti itu sebenarnya adalah 582 cm2
, dengan ukuran L x t
adalah 20 cm x 29,5 cm.
Ukuran lunas memang tidak sesuai dengan ukuran yang direkomendasikan
oleh BKI, hal ini dikarenakan pada proses pembuatan kapal didasarkan pada
43
kebiasaan si pembuat, tanpa melihat nilai acuan yang telah ditetapkan oleh BKI.
Namun penampang yang dimiliki oleh KM. Cahaya Alam Tiga lebih besar. Hal
ini memungkinkan bahwa kapal tersebut memiliki kekuatan yang lebih besar.
Gambar konstruksi lunas dapat dilihat pada Gambar 15.
2) Linggi
Linggi merupakan bagian dari komponen kekuatan memanjang kapal serta
tempat dimana papan kulit diletakkan. Linggi KM. Cahaya Alam Tiga terbuat dari
kayu jati. Bahan yang dipakai adalah bahan yang direkomendasikan oleh BKI.
Linggi dibagi menjadi 2 bagian yaitu linggi haluan dan buritan, diketahui dari
hasil pengukuran linggi haluan memiliki dimensi yaitu L 25 cm x t 25 cm, dengan
panjang (P) linggi yaitu 4,1 m dan sudut kemiringan 45o.
Ukuran linggi menurut nilai acuan yang ditetapkan oleh BKI adalah L 17
cm x t 24,5 cm. Ukuran linggi yang ada pada KM. Cahaya Alam Tiga memang
tidak sesuai, namun KM. Cahaya Alam Tiga memiliki linggi yang lebih besar
dibandingkan dengan ukuran yang ditetapkan. Hal ini memiliki arti bahwa
kekuatan memanjang kapal, khususnya untuk linggi haluan lebih besar.
Linggi buritan terletak di bagian belakang kapal, melalui pengukuran
diketahui bahwa dimensi linggi buritan adalah L 25 cm x t 30 cm. Ukuran untuk
dimensi linggi yang ditetapkan oleh BKI adalah L 17 cm x t 24,5 cm. Ukuran ini
memang tidak sesuai dengan nilai acuan yang ditetapkan oleh BKI, namun
dimensi yang lebih besar tentu saja akan memperbesar kekuatan kapal. Gambar
konstruksi dari linggi disajikan pada Gambar 16.
Gambar 15 Lunas KM. Cahaya Alam Tiga.
44
Gambar 16 Konstruksi linggi KM.Cahaya Alam Tiga.
45
3) Papan kulit
Papan kulit pada kapal ini berfungsi untuk memberikan kekuatan tambahan
pada kapal serta mencegah air masuk ke dalam kapal, sehingga kapal memiliki
daya apung. Secara tradisional papan kulit ini dipasang terlebih dahulu daripada
gading-gading. Penyambungan papan kulit yang ada pada KM. Cahaya Alam Tiga
menggunakan tipe sambungan scarf. Material dasar yang digunakan sebagai
bahan pembuat papan kulit ini adalah kayu Jati. Hal ini didasarkan pada kualitas
kayu tersebut.
BKI 1996 menyebutkan bahwa papan kulit terbagi menjadi tiga kelompok
yaitu:
1) Lajur lunas, merupakan papan yang mengapit bagian kiri dan kanan lunas;
2) Lajur sisi, merupakan papan kulit setelah lajur lunas; dan
3) Lajur atas, marupakan papan kulit setelah lajur sisi.
Pada KM. Cahaya Alam Tiga ukuran papan kulit yang ada adalah lebar (L)
4 cm dan tebal (t) 35 cm. Pengerjaan dalam pemasangan papan kulit dimulai
dengan memanaskan papan untuk bagian haluan kapal. Pada proses pelengkungan
papan digunakan tiang-tiang sebagai alat bantu untuk menahan dan menekan
papan. Pemanasan akan selesai ketika papan telah mencapai kelengkungan yang
diinginkan. Papan kemudian mulai disambung menggunakan paku besi,
sambungan yang dipakai untuk pemasangan papan kulit pada kapal adalah tipe
sambungan scarf. Hal ini dikarenakan menurut pengrajin tipe sambungan ini
merupakan tipe sambungan yang lebih kuat dibandingan dengan tipe sambungan
miring. Gambar konstruksi papan kulit KM. Cahaya Alam Tiga disajikan pada
Gambar 17.
46
Gambar 17 Konstruksi papan kulit KM. Cahaya Alam Tiga.
47
4) Pisang-pisang
Pisang-pisang merupakan papan kayu yang dipasang pada bagian paling
atas kulit kapal, memanjang dari haluan hingga buritan. Material yang digunakan
untuk membuat pisang-pisang adalah kayu jati. Pisang-pisang memiliki kegunaan
yaitu sebagai penambah kekuatan bagi kulit kapal. Berdasarkan data yang
diperoleh di lapangan, KM. Cahaya Alam Tiga memiliki pisang-pisang berukuran
t x L adalah 5 cm x 15 cm.
Apabila bahan papan tidak cukup hingga mencapai buritan, pisang-pisang
tadi akan disambung. Sambungan pisang-pisang yang terdapat pada KM. Cahaya
Alam Tiga berjenis sambungan scarf. Tipe sambungan yang digunakan pada
pisang-pisang sama dengan jenis sambungan yang digunakan di papan kulit. Jenis
sambungan seperti ini kerap dipakai karena menurut pengrajin tipe sambungan ini
adalah tipe sambungan yang paling kuat. Gambar konstruksi pisang-pisang KM.
Cahaya Alam Tiga dapat dilihat pada Gambar 18.
Gambar 18 Konstruksi pisang-pisang KM. Cahaya Alam Tiga.
48
5) Gading-gading
Gading-gading adalah bagian utama konstruksi yang berfungsi sebagai
penentu kekuatan melintang pada kapal. Gading-gading berhubungan langsung
dengan konstruksi pembangun kapal yang lain. Kekuatan gading-gading akan
sangat menentukan kekuatan kapal. Bentuk gading-gading disesuaikan dengan
bentuk badan kapal yang akan dibuat.
Gading-gading tersusun dari dua bagian yaitu gading atas dan wrang.
Material yang digunakan sebagai bahan bakunya adalah kayu jati. Bahan tersebut
merupakan bahan yang direkomendasikan oleh BKI. Menurut hasil wawancara
dengan pekerja di galangan PT. Proskuneo, kayu jati memiliki daya tahan yang
cukup bagus karena dapat bertahan 4 hingga 5 tahun. Berdasarkan pengukuran di
lapangan balok gading-gading memiliki ukuran tinggi (T) x tebal (t) yaitu 16 cm x
12cm. Sedangkan pada bagian gading-gading yang dilalui untuk ruangan palka
berukuran L x T yaitu 20 cm x 20 cm. Penyambungan antara gading atas dan
wrang menggunakan paku baja yang memiliki ukuran panjang 12 cm dengan
diameter 5 mm. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut, dapat dikatakan bahwa
KM. Cahaya Alam Tiga memiliki ukuran konstruksi gading-gading yang tidak
sesuai dengan nilai acuan yang ditetapkan oleh BKI. Hal ini dikarenakan, nilai
yang ditetapkan oleh BKI adalah sebesar 10,1 cm x 6,5 cm. Kondisi ukuran
gading yang lebih besar membuat KM. Cahaya alam tiga memiliki kekuatan
gading yang lebih besar.
Tahapan proses pemasangan gading-gading yang pertama adalah peletakan
wrang pada lunas kapal. Setelah itu penyambungan gading atas dan wrang.
Penyambungan antara gading atas dan wrang menggunakan paku baja
berdiameter 5 mm. Proses selanjutnya yaitu pemasangan balok penguat di kedua
sisi sambungan gading. Tahapan yang terakhir adalah pemasangan tutup
sambungan pada gading-gading yang menyusun konstruksi palka, hal ini berguna
untuk menutup bagian yang masih terbuka serta memberi kekuatan tambahan
pada palka. Gambar mengenai tahapan pembangunan konstruksi gading-gading
disajikan pada Gambar 19.
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, KM Cahaya Alam Tiga
memiliki jumlah total gading-gading penyusun konstruksi yaitu sebanyak 35
49
gading-gading. Berdasarkan bentuk badan kapal yang diinginkan, KM. Cahaya
Alam Tiga memiliki 3 jenis gading-gading yang berbeda pada bagian haluan
hingga ke buritan. pada bagian haluan terdapat gading-gading dengan bentuk “V”.
Hal ini dikarenakan bentuk badan kapal yang diinginkan pada bagian haluan
adalah “V” bottom. Bentuk gading-gading “V” ini terdapat pada gading No. 31-
34.
Gading-gading yang terdapat pada bagian tengah hingga ke buritan adalah
gading-gading dengan bentuk round flat bottom. Hal ini dikarenakan bentuk
badan kapal yang diinginkan oleh pengrajin kapal adalah round flat bottom, selain
itu bentuk round flat bottom juga dimaksudkan untuk menjaga kestabilan kapal
karena operasi penangkapan yang pasif. Gading-gading yang memiliki bentuk
round flat bottom ini terdapat pada gading-gading No.1-30. Gambar konstruksi
gading-gading selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 20.
Gambar 19 Tahapan pemasangan gading-gading.
50
Gambar 20 Konstruksi dasar gading-gading.
6) Balok dek
Balok dek adalah balok penahan papan dek yang dipasang secara melintang.
Konstruksinya berhubungan langsung dengan gading-gading. Balok dek pada
KM. Cahaya Alam Tiga memiliki dimensi L X t yaitu 30 cm X 25 cm.
Berdasarkan pengukuran di lapangan, jarak balok dek adalah 35 cm. Hal ini tidak
sesuai dengan ukuran jarak balok dek yang ditetapkan oleh BKI yaitu sebesar 54
cm. Gambar konstruksi balok dek yang terpasang pada gading-gading dapat
dilihat pada Gambar 19.
7) Galar
Galar adalah balok yang dipasang memanjang dari haluan hingga ke buritan.
Galar berfungsi sebagai komponen kekuatan memanjang kapal. Berdasarkan data
yang diperoleh di lapangan, galar KM. Cahaya alam Tiga terbuat dari kayu jati.
Diketahui bahwa KM. Cahaya Alam Tiga memiliki 2 jenis galar, yaitu galar
utama dan galar kim. Galar utama terletak pada siku sambungan antara balok dek
dan gading atas, sedangkan galar kim terletak pada sambungan wrang dengan
gading atas. Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan, KM. Cahaya Alam
Tiga memiliki ukuran dimensi galar utama (T x t) adalah 20 cm x 10 cm.
Sedangkan galar kim memiliki dimensi (T x t) yaitu 15 cm x 10 cm. Hal ini tidak
51
sesuai dengan nilai yang ditetapkan oleh BKI yaitu untuk galar utama sebesar 26
cm x 7,5 cm dan untuk ukuran galar kim yaitu sebesar 22 cm x 7,5. ukuran balok
galar yang lebih kecil dari nilai yang direkomendasikan oleh BKI akan
berpengaruh terhadap kekuatan memanjang kapal.
Pada pemasangannya galar kim dipasang terlebih dahulu dibandingkan
penguat sambungan gading. Pemasangan galar utama pada kapal dilakukan
terlebih dahulu sebelum pemasangan balok dek. Pemasangan galar di kedua sisi
harus sama tingginya. Hal ini dikarenakan pemasangan galar tersebut selain untuk
menambah kekuatan kapal juga untuk menentukan tinggi rendahnya balok dek
yang akan dipasang. Konstruksi galar pada KM. Cahaya Alam Tiga disampaikan
pada Gambar 21.a dan 21.b.
Konstruksi galar sebelum dipasang penutup plat baja.
Konstruksi galar setelah dipasang penutup plat baja.
Gambar 21 Konstruksi galar sebelum dan sesudah dipasang penutup plat baja
52
8) Sekat
Sekat merupakan papan yang memisahkan satu bagian ruangan dengan
bagian ruangan lain di bawah dek. Sekat KM. Cahaya Alam Tiga berbahan dasar
kayu jati. Bahan tersebut adalah bahan yang direkomendasikan oleh BKI.
Berdasarkan hasil yang diperoleh di lapangan, KM. Cahaya Alam Tiga memiliki 6
sekat. Sekat tersebut berfungsi sebagai pemisah antara ruang mesin utama, ruang
mesin bantu dan palka 1-6. Papan penyekat diketahui memiliki ukuran tebal 4 cm
dan tinggi 25 cm. Pada papan yang digunakan sebagai penyekat ruangan palka,
papan dilapisi dengan polyurethane. Hal ini menurut nelayan akan memudahkan
mereka untuk membersihkan ruangan palka, memudahkan untuk kegiatan
pengangkutan ikan hasil tangkapan serta mempertahankan suhu yang ada di dalam
palka. Gambar konstruksi sekat pada KM. Cahaya Alam Tiga disajikan dalam
Gambar 22.
Gambar 22 Konstruksi sekat KM. Cahaya Alam Tiga.
9) Palka
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, KM. Cahaya Alam Tiga
diketahui memiliki 6 buah palka, dengan ukuran yang berbeda-beda. Palka
pertama berada pada gading 30-33, palka kedua berada pada gading 25-29, palka
ketiga dan keempat berada pada gading 20-24 dan palka terakhir berada pada
gading ke 16-20. Palka KM. Cahaya Alam Tiga dilengkapi dengan insulasi pada
dinding palka yang terbuat dari kain-kain bekas dan styrofoam. Ukuran volume
53
masing-masing palka selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5. Gambar
konstruksi palka disajikan pada Gambar 23 dan 24.
Gambar 23 Konstruksi palka KM. Cahaya Alam Tiga.
Gambar 24 Posisi palka KM. Cahaya Alam Tiga.
54
10) Papan dek
Papan dek adalah papan yang dipasang di atas dek kapal. Papan dek KM.
Cahaya Alam Tiga dipasang secara membujur dari haluan hingga ke buritan,
papan ini memiliki ukuran penampang yaitu 220 cm, dan memiliki tebal 10 cm
dan lebar 12 cm. Ukuran papan tidak sesuai dengan nilai acuan yang telah
ditetapkan oleh BKI yaitu dengan tebal 4.3 cm dan lebar 25 cm. Hal ini akan
mempengaruhi kekuatan kapal. Konstruksi papan dek dapat dilihat pada Gambar
25.
11) Dudukan mesin
Dudukan mesin yang terdapat pada KM. Cahaya Alam Tiga ada dua yaitu
dudukan mesin utama dan dudukan untuk mesin bantu. Pada dudukan mesin
utama dipasang balok penopang papan yang berukuran 25 cm x 30 cm sebagai
penguat dudukan mesin. Papan penahan mesin utama berpenampang 320 cm2,
papan tersebut memiliki ukuran lebar 20 cm dan tebal 5 cm. Nilai ini tidak sesuai
dengan nilai acuan yang ditetapkan oleh BKI yaitu L x t sebesar 22 cm x 19.5 cm
dengan penampang 430 cm2. Nilai ukuran yang tidak sesuai akan berpengaruh
terhadap kekuatan papan penahan mesin. Gambar konstruksi dudukan mesin
utama dapat dilihat pada Gambar 26.
Dudukan untuk mesin bantu KM. Cahaya Alam Tiga memiliki penampang
papan yaitu 130 cm, dengan ukuran lebar (L) 30 cm dan tebal (t) 4cm. Dudukan
mesin bantu ini juga memiliki balok penahan dengan ukuran 20 cm x 20 cm.
Gambar konstruksi dudukan mesin utama dan mesin bantu disajikan pada Gambar
26.
12) Ruang ABK
Ruang ABK untuk KM. Cahaya Alam Tiga terletak di bagian paling atas, di
atas ruang mesin. Kayu yang digunakan untuk membangun ruang ABK adalah
kayu kamper. Ruang ABK juga dipakai sebagai ruang kemudi karena letaknya
yang paling atas, memungkinkan nahkoda untuk melihat arah pergerakan kapal
dengan baik. Konstruksi ruang nahkoda ini disusun dari balok penahan yang
dipasang secara vertikal memanjang dari atas ke bawah. Balok ini berukuran L x t
adalah 20 cm x 25 cm. Papan penutup yang digunakan dipasang secara horizontal
55
menutupi ruangan, papan ini berukuran panjang (P) 180 cm, lebar (L) 20 cm dan
tebal (t) 4 cm.
13) Pemakalan dan pengecatan
Pemakalan adalah proses penutupan celah-celah pada kulit luar kapal.
Proses pemakalan pada KM. Cahaya Alam Tiga menggunakan dempul kapal.
Selain itu kulit luar dilapisi oleh campuran resin dan matt, sehingga kulit luar
lebih kedap air. Pengecatan pada kapal dilakukan di akhir pengerjaan. Cat yang
digunakan adalah cat khusus untuk kapal.
56
Gambar 25 Konstruksi papan dek.
57
Gambar 26 Konstruksi dudukan mesin utama dan mesin bantu.
58
Tabel 10 Perbandingan antara nilai pengukuran beberapa bagian konstruksi KM. Cahaya Alam Tiga dengan nilai acuan yang ditetapkan
oleh BKI.
Keterangan: L= Lebar; T= Tinggi; t= Tebal.
No Bagian
konstruksi Keterangan Nilai Pengukuran Nilai BKI*
Deviasi nilai
Sesuai Tidak Sesuai
1 Lunas
Penampang (cm2)
L X T (cm)
625
25 X 25
585
20 X 29,5
(+) 40
(+) 5 x 4,5
2 Linggi haluan L (cm)
t (cm )
25
25
17
24,5
(+) 8
(+) 0,5
3 Linggi Burutan L (cm)
t (cm )
25
25
17
24,5
(+) 8
(+) 0,5
4
Gading-gading
Wrang
t (cm)
T (cm )
Jarak gading (cm)
Tinggi (cm)
12
16
30
18
6,5
10,1
33
17
(+) 6,5
(+) 5,9
(-) 3
(+) 1
5 Balok dek Jarak balok (cm) 35 54 (-) 19
6 Papan dek Tebal (cm)
Lebar (cm)
10
12
4,3
25
(+) 5,7
(-) 13
7 Kulit lambung Tebal (cm)
Lebar (cm)
4
35
4,2
43
(-) 0,2
(-) 8
8 Pondasi Mesin Penampang (cm
2)
L X T (cm)
320
20 x 16
430
22 x 19,5
(-)110
(-) 2 x 3,5
9 Galar utama
Galar kim
T X t
T X t
20 x 10
15 x 10
26 x 7,5
22 x 7,5
(-) 6 x (+) 2,5
(-) 7 x (+) 2,5
59
Berdasarkan Tabel 10, dapat dikatakan bahwa konstruksi KM. Cahaya Alam
Tiga memiliki nilai konstruksi yang sesuai dengan nilai acuan yang telah
ditetapkan oleh BKI. Namun tidak semua bagian konstruksi bernilai di bawah
standar BKI. Beberapa bagian konstruksi memiliki ukuran yang lebih kecil dari
yang disarankan oleh BKI. Apabila dipersentasekan, angka persentase untuk
kesesuaian ukuran bagian konstruksi dengan ukuran yang ditetapkan oleh BKI
adalah 63,16%.