Download - 203056786 Referat Bno Ivp
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Perkembangan ilmu di bidang kesehatan pada masa sekarang ini semakin meningkat.
Pada cabang ilmu kedokteran mengalami kemajuan yang sangat pesat diantaranya
adalah dibidang radiodiagnostik yang perkembangannyadiawali dengan ditemukannya
sinar-X oleh seorang ahli fisika berkebangsaanJerman yang bernama Prof. Dr.
Wilhelm Conrad Rontgen pada tanggal 8 November 1895.
Dengan berjalannya waktu, pemeriksaan radiologi traktus urinarius dapat dilakukan
dengan berbagai cara salah satunya adalah foto polos abdomen,dan intravena
pielografi, yang tujuannya untuk mendapatkan gambaran radiografi dari letak anatomi
dan fisiologi serta mendeteksi kelainan patologis dari ginjal, ureter dan blass.
1.2 Rumusan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan referat ini, penulis perlu
membatasi masalah-masalah yang akan dibahas sehingga akan terfokus pada pokok
pembahasan, Penulis menyajikan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana anatomi radiologi traktus urinarius ?
2. Bagaimana teknik pemeriksaan BNO-IVP ?
3. Bagaimana gambaran fisiologis dan patologis tractus urinarius pada
pemeriksaan BNO-IVP ?
1
2
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan referat ini yaitu :
1. Untuk mengetahui anatomi radiologi traktus urinarius
2. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan BNO-IVP
3. Untuk mengetahui gambaran fisiologis dan patologis tractus urinarius pada
pemeriksaan BNO-IVP ?
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan referat ini menambah wawasan serta memperdalam
pengetahuan tentang teknik pemeriksaan BNO-IVP, baik untuk penulis maupun
pembaca.
3
BAB II
ANATOMI TRAKTUS URINARIUS
2.1 Anatomi tractus urinarius
Traktus urinarius atau yang sering disebut dengan saluran kemih terdiri dari sepasang
ginjal, sepasang ureter, vesika urinaria dan uretra.
a. Ginjal
Ginjal merupakan sepasang organ retro peritoneum yang terletak sepanjang batas
musculus psoas dibawah diagfragma dan dekat dengan columna vertebralis1. Ren
dextra letaknya lebih rendah daripada ren sinister karena besarnya lobus hepatis
dextra. Masing-masing ren memiliki facies anterior dan facies posterior, margo
medialis dan margo lateralis, extremitas superior dan extremitas posterior 8.
Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya menghadap ke medial. Pada
sisi ini terdapat hilus ginjal yaitu tempat struktur-struktur pembuluh darah, sistem
limfatik, sistem saraf, dan ureter menuju dan meninggalkan ginjal. 2
Gambar 1. Anatomi Ginjal
3
4
Gambar 2. Letak ginjal tampak posterior
Besar dan berat ginjal sangat bervariasi ; hal ini tergantung pada jenis kelamin,
umur, serta ada tidaknya ginjal pada sisi yang lain. Pada autopsi klinis didapatkan
bahwa ukuran ginjal orang dewasa rata-rata adalah 11.5 cm x 6 cm x 3.5 cm.
Beratnya bervariasi antara 120-170 gram atau kurang lebih 0.4% dari berat badan2.
Ginjal dibungkus oleh jaringan fibrus tipis dan mengkilat yang disebut kapsula
fibrosa (true kapsul) ginjal dan diuar kapsul ini terdapat jaringan lemak perirenal.
Di sebelah kranial ginjal terdapat kelenjar anak ginjal atau glandula adrenal /
suprarenal yang berwarna kuning. Kelenjar adrenal bersama-sama ginjal dan
jaringan lemak perirenal dibungkus oleh fasia Gerota. Fasia ini berfungsi sebagai
barier yang menghambat meluasnya perdarahan dari parenkim ginjal serta
mencegah ekstravasasi urine pada saat terjadi trauma ginjal. Selain itu fasia Gerota
5
dapat pula berfungsi sebagai barier dalam menghambat penyebaran infeksi atau
menghambat metastasis tumor ginjal ke organ sekitarnya. Di luar fasia Gerota
terdapat jarinagan lemak retroperitoneal atau disebut jaringan lemak para renal. 2
Di sebelah posterior, Ginjal dilindungi oleh otot-otot punggung yang tebal serta
tulang rusuk ke XI dan XII sedangkan disebelah anterior dilindungi oleh organ-
organ intraperitoneal. Ginjal kanan dikelilingi oleh hepar, kolon, dan duodenum;
sedangkan ginjal kiri dikelilingi oleh lien, lambung, pankreas, jejenum, dan
kolon2.
Secara anatomis ginjal terbagi menjadi dua bagian yaitu korteks dan medulla
ginjal. Di dalam korteks terdapat berjuta-juta nefron sedangkan di dalam medula
banyak terdapat duktuli ginjal. Nefron adalah unit fungsional terkecil dari ginjal
yang terdiri atas, tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distalis, dan
duktus kolegentes. Darah yang membawa sisa-sisa hasil metabolisme tubuh
difiltrasi di dalam glomeruli kemudian di tubuli ginjal, beberapa zat yang masih
diperlukan tubuh mengalami reabsorbsi dan zat-zat hasil sisa metabolisme
mengalami sekresi bersama air membentuk urine. Setiap hari tidak kurang 180
liter cairan tubuh difiltrasi di glomerulus dan menghasilkan urine 1-2 liter. Urine
yang terbentuk di dalam nefron disalurkan melalui piramida ke sistem pelvikalikes
ginjal untuk kemudian disalurkan ke dalam ureter. Sistem pelvikalikes ginjal
terdiri atas kaliks minor, infundibulum, kaliks mayor, dan pielum/pelvis renalis.
Mukosa sistem pelvikalikes terdiri atas epitel transisional dan dindingnya terdiri
atas otot polos yang mampu berkontraksi untuk mengalirkan urine sampai ke
ureter2.
6
Ginjal mendapatkan aliran darah dari arteri renalis yang merupakan cabang
langsung dari aorta abdominalis, sedangkan darah vena dialirkan melalui vena
sentralis yang bermuara ke dalam vena kava inferior. Sistem arteri ginjal adalah
end arteri yaitu arteri yang tidak mempunyai anstomosis dengan cabang-cabang
dari arteri lain, sehingga jika terdapat kerusakan pada salah satu cabang arteri ini,
berakibat timbulnya iskemia/nekrosis pada daerah yang dilayaninya.
Gambar 3. vaskularisasi ginjal
b. Ureter
Ureter merupakan saluran retroperitonium yang menghubungkan ginjal dengan
vesika urinaira1. Ureter adalah organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi
mengalirkan urine dari pielum ginjal ke dalam buli-buli. Pada orang dewasa
panjangnya kurang lebih 20 cm. Dindingnya terdiri atas mukosa yang dilapisi oleh
sel-sel transisional, otot-otot polos sirkuler dan longitudinal yang dapat melakukan
gerakan peristaltik guna mengeluarkan urine ke buli-buli.2
7
Sepanjang perjalanan ureter dari pielum menuju buli-buli, secara anatomis
terdapat beberapa tempat yang ukuran diameternya relatif lebih sempit daripada
ditempat lain, sehingga batu atau benda-benda lain yang berasal dari ginjal
seringkali tersangkut di tempat itu. Tempat-tempat penyempitan itu antara lain
adalah : pada perbatasan antara pelvis renalis dan ureter, tempat arteri menyilang
arteri iliaka di rongga pelvis, dan pada saat ureter masuk ke buli-buli (intramural).
Keadaan ini dapat mencegah terjadinya aliran balik urine dari buli-buli ke ureter
pada saat buli-buli berkontraksi. Untuk kepentingan radiologi dan kepentingan
pembedahan, ureter dibagi dua bagian yaitu : ureter pars abdominalis, yaitu yang
berada dari pelvis renalis sampai menyilang vasa iliaka, dan ureter pars pelvika,
yaitu mulai dari persilangan dengan vasa iliaka sampai masuk ke buli-buli. Di
amping itu secara radiologis ureter dibagi dalam tiga bagian, yaitu ureter 1/3
proksimal mulai dari pelvis renalis sampai batas atas sakrum, ureter 1/3 medial
mulai dari batas atas sakrum smpai pada batas bawah sakrum, dan ureter 1/3 distal
mulai batas bawah sakrum sampai masuk ke buli-buli.2
8
Gambar 4. System calyx, pelvis renali, dan ureter
Gambar 5. ureter
9
c. Vesika urinaria
Vesika urinaria atau buli-buli merupakan organ otot yang berfungsi sebagai
reservoir utama tractus urinarius dan mempunyai kapasitas 350 sampai 450 ml.
ureter memasuki bagian posteriorinferior vesika urinaria pada trigonum.1
Buli-buli adalah organ berongga yang terdiri atas tiga lapis otot detrusor yang
saling beranyaman. Di sebelah dalam adalah otot longitudinal, di tengah
merupakan otot sirkuler, dan paling luar merupakan otot longitudinal. Mukosa
buli-buli terdiri atas sel-sel transisional yang sama seperti pada mukosa-mukosa
pada pelvis renalis, ureter, dan uretra posterior. Pada dasar buli-buli kedua muara
ureter dan meatus uretra internum membentuk suatu segitiga yang trigonum buli-
buli.2
Secara anatomi bentuk buli-buli terdiri atas 3 permukaan, yaitu permukaan
superior yang berbatasan dengan rongga peritoneum, dua permukaan inferolateral,
dan permukaan posterior. Permukaan superior merupakan likus minoris dinding
buli-buli. Pada saat kososng, buli-buli terletak di belakang simfisis pubis dan pada
saat penuh berada di atas simfisis sehingga dapat dipalpasi dan diperkusi. Buli-
buli yang terisi penuh memberikan rangsangan pada saraf aferen dan
menyebabkan aktivasi pusat miksi di medula spinalis segmen sakral S2-4. Hal ini
akan menyebabkan kontraksi otot dtrusor, terbukanya leher buli-buli, dan relaksasi
sfingter uretra sehingga terjadilah proses miksi. 2
10
Gambar 6. Vesika urinaria
d. Urethra
Urethra merupakan saluran bagi urin dan produk system genitalia pria. Urethra
pria terbentang sekitar 23 cm dari cerviks vesika urinaria ke meatus dan dibagi
menjadi bagian anterior dan posterior.1
a. Urethra bagian anterior
Uretra anterior memiliki panjang 18-25 cm (9-10 inchi). Saluran ini dimulai dari
meatus uretra, pendulans uretra dan bulbus uretra. Uretra anterior ini berupa
tabung yang lurus, terletak bebas diluar tubuh, sehingga kalau memerlukan operasi
atau reparasi relatif mudah.2
11
b. Urethra bagian posterior
Uretra posterior memiliki panjang 3-6 cm (1-2 inchi). Uretra yang dikelilingi
kelenjar prostat dinamakan uretra prostatika. Bagian selanjutnya adalah uretra
membranasea, yang memiliki panjang terpendek dari semua bagian uretra, sukar
untuk dilatasi dan pada bagian ini terdapat otot yang membentuk sfingter. Sfingter
ini bersifat volunter sehingga kita dapat menahan kemih dan berhenti pada waku
berkemih. Uretra membranacea terdapat dibawah dan dibelakang simpisis pubis,
sehingga trauma pada simpisis pubis dapat mencederai uretra membranasea. 2
gambar 7. Urethra
12
Gambar 8. Anatomi tractus urinarius
13
BAB III
PEMERIKSAAN BNO-IVP
3.1 Definisi IVP
Intravenous Pyelography (IVP) atau dikenal dengan urografi adalah foto yang dapat
menggambarkan keadaan system urnaria melalui bahan kontras radio-opak. Pencitraan
ini dapat menunjukan adanya kelainan anatomi dan kelainan fungsi ginjal. 3
3.2 Fungsi IVP
Untuk mendapatkan gambaran radiografi dari letak anatomi dan fisiologi serta
mendeteksi kelainan patologis dari ginjal, ureter dan blass. 4
3.3 Indikasi IVP
Indikasi pemeriksaan IVP antara lain nephrolithiasis (batu ginjal), ureterolithiasis (batu
ureter), vesicolithiasis (batu vesica urinari), hipertrofi prostat. 4
3.4 Bahan Kontras untuk Pemeriksaan IVP
Bahan kontras atau media kontras adalah suatu zat yang memiliki nomor atom tinggi
yang berguna untuk membedakan jaringan yang tidak dapat dilihat oleh foto rontgen
biasa. Pada pemeriksaan IVP, bahan kontras yang digunakan berbahan baku yodium (I)
dan jenis bahan kontrasnya positif (yang tampak opaque pada foto rontgen). 4
13
14
3.5 Syarat Bahan Kontras Untuk Pemeriksaan IVP 4
1. Memiliki nomor atom yang tinggi (seperti : Iodium, nomor atomnya 53),
sehingga zat kontras akan tampak putih pada jaringan.
2. Non Toxic atau tidak beracun, dapat ditolerir oleh tubuh.
3. Bersifat water soluble dan non ionik atau larut dalam air artinya dapat dengan
mudah diserap atau dikeluarkan dari tubuh setelah pemeriksaan.
3.6 Efek Samping Dari Penggunaan Bahan Kontras
1. Efek samping ringan, seperti mual, gatal-gatal, kulit menjadi merah dan bentol-
bentol
2. Efek samping sedang, seperi edema dimuka/pangkal tenggorokan
3. Efek samping berat, seperti shock, pingsan, gagal jantung.
Efek samping terjadi pada pasien yang alergi terhadap yodium (makanan laut) dan
kelainan pada jantung. 4
15
3.7 Pencegahan Alergi Bahan Kontras Pada Pemeriksaan IVP
Tindakan pencegahan
1. Melakukan skin test. Skin test adalah tes kepekaan kulit terhadap bahan kontras
yang disuntikkan sedikit dipermukaan kulit (subkutan). Bila terjadi reaksi merah
atau bentol diarea itu, segera laporkan radiolog/dokter yang jaga.
2. Melakukan IntraVena test setelah skin test dinyatakan aman. IV test yaitu dengan
menyuntikan bahan kontras kurang lebih 3-5cc kedalam vena.
3. Memberikan obat pencegahan alergi seperti antihistamin sebelum pemasukan
bahan kontras (contohnya : diphenhydramine). 4
3.8 Persiapan Pemeriksaan IVP
1. Sehari sebelum pemeriksaan dilakukan, pasien diminta untuk makan-makanan
lunak yang tanpa serat (seperti bubur) maksudnya supaya makanan tersebut
mudah dicerna oleh usus sehingga faeces tidak keras.
2. Makan terakhir pukul 19.00 (malam sebelum pemeriksaan) supaya tidak ada lagi
sisa makanan diusus, selanjutnya puasa sampai pemeriksaan berakhir.
3. Malam hari pukul 21.00, pasien diminta untuk minum laksatif (dulcolax)
sebanyak 4 tablet.
4. 8 Jam sebelum pemeriksaan dimulai, pasien tidak diperkenankan minum untuk
menjaga kadar cairan.
5. Pagi hari sekitar pukul 06.00 (hari pemeriksaan), pasien diminta untuk
memasukkan dulcolax supossitoria melalui anus, supaya usus benar-benar bersih
dari sisa makanan / faeces.
16
6. Selama menjalani persiapan, pasien diminta untuk tidak banyak bicara dan tidak
merokok supaya tidak ada intestinal gas (gas disaluran pencernaan)
7. Tujuannya untuk membersihkan usus dari udara dan faeces yang dapat
mengganggu visualisasi dari foto IVP atau menutupi gambaran ginjal dan saluran-
salurannya. Pemeriksaan yang tidak baik terlihat dari bayangan lucent di usus karna
udara dan faeces.
Gambar 9.
Foto BNO dengan persiapan pasien yang baik
(tidak tampak visualisasi udara / faeces di rongga abdomen)
17
Gambar 10.
Foto BNO dengan persiapan pasien yang kurang baik
(tampak visualisasi udara / faeces di rongga abdomen)
3.9 Tujuan Dari Pemeriksaan Ureum Dan Kreatitin Sebelum Melakukan
Pemeriksaaan IVP
Nilai kreatinin menunjukkan fungsi penyaringan ginjal masih normal atau tidak. Nilai
kreatinin yang dianggap normal dan boleh melakukan pemeriksaan IVP biasanya < 2,0.
Nilai kreatinin yang tinggi saat pemeriksaan IVP menyebabkan kontras tidak dapat
disaring dalam ginjal sehingga membahayakan bagi pasien. 4
18
3.10 Peralatan Dan Bahan Pada Pemeriksaan IVP 4
Peralatan :
1. Spuit 1cc (untuk skin test)
2. Spuit 3 cc (untuk persiapan obat emergency)
3. Spuit 50 cc (untuk bahan kontras)
4. Wing needle
5. Jarum no 18
6. Kapas alcohol
7. Stuwing (pembendung vena)
8. Gunting
9. Plester
Bahan :
1. Kontras media (contoh : iopamiro, ultravist)
2. Obat-obatan emergency (contoh : dhypenhydramine)
19
3.11 Prosedur Pemeriksaan IVP 4
1. Pasien diwawancarai untuk mengetahui sejarah klinis dan riwayat alergi.
2. Pasien diminta untuk mengisi informed consent (surat persetujuan tindakan medis
setelah pasien dijelaskan semua prosedur pemeriksaan).
3. Buat plain photo BNO terlebih dahulu.
4. Jika hasil foto BNO baik, lanjutkan dengan melakukan skin test dan IV test
sebelum dimasukkan bahan kontras melalui vena fossa cubiti
5. Sebelum melakukan penyuntikan, pasien ditensi terlebih dahulu.
6. Menyuntikkan bahan kontras secara perlahan-lahan dan menginstruksikan pasien
untuk tarik nafas dalam lalu keluarkan dari mulut guna meminimalkan rasa mual
yang mungkin dirasakan pasien
7. Membuat foto 5 menit post injeksi
8. Membuat foto 15 menit post injeksi
9. Membuat foto 30 menit post injeksi
10. Pasien diminta untuk turun dari meja pemeriksaan untuk buang air kecil
(pengosongan blass) kemudian difoto lagi post mixi.
11. Foto IVP bisa saja dibuat sampai interval waktu berjam-jam jika kontras belum
turun.
3.12 Tujuan Dari Pembuatan Plain Photo BNO 4
1. Untuk menilai persiapan yang dilakukan pasien
2. Untuk melihat keadaan rongga abdomen khususnya tractus urinaria secara umum.
20
3. Untuk menentukan faktor eksposi yang tepat untuk pemotretan berikutnya sehingga
tidak terjadi pengulangan foto karena kesalahan faktor eksposi.
3. 13 Teknik Pemeriksaan IVP 4
Teknik pemeriksaan IVP dilakukan dengan interval waktu tertentu yang disesuaikan
dengan lamanya aliran bahan kontras untuk mengisi ginjal sampai bahan kontras itu
masuk ke blass.
1. Plain foto BNO AP (sebelum injeksi)
Menggunakan kaset 30 x 40 (disesuaikan dengan tubuh pasien) yang diletakkan
memanjang.
PP : Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan garis tengah tubuh sejajar
dengan garis tengah meja pemeriksaan, kedua tungkai kaki diatur lurus, dan
kedua tangan lurus disamping tubuh.
PO :
1. Aturlah pundak dan pinggul pasien agar tidak terjadi rotasi;
2. Atur long axis tubuh sejajar dengan long axis film;
3. Aturlah kaset dengan batas atas pada diafragma, dan batas bawah pada
sympisis pubis.
CP : Umbilikus
CR : Vertikal tegak lurus film
21
2. Foto 5 menit post injeksi
Menggunakan kaset 24 x 30 yang diletakkan melintang.
PP : Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan garis tengah tubuh sejajar
dengan garis tengah meja pemeriksaan, kedua tungkai kaki diatur lurus, dan
kedua tangan lurus disamping tubuh.
PO :
1. Aturlah pundak dan pinggul pasien agar tidak terjadi rotasi;
2. Atur long axis tubuh sejajar dengan long axis film;
3. Aturlah kaset dengan batas atas pada processus xypoideus dan batas bawah
pada crista iliaca/SIAS
CP : pertengahan film
CR : Vertikal tegak lurus film
Gambar 11. Fase nefrogram 5
22
3. Foto 15 menit post injeksi
Menggunakan kaset 30 x 40 (disesuaikan dengan tubuh pasien) yang diletakkan
memanjang.
PP : Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan garis tengah tubuh sejajar
dengan garis tengah meja pemeriksaan, kedua tungkai kaki diatur lurus, dan
kedua tangan lurus disamping tubuh.
PO :
1. Aturlah pundak dan pinggul pasien agar tidak terjadi rotasi;
2. Atur long axis tubuh sejajar dengan long axis film;
3. Aturlah kaset dengan batas atas pada diafragma, dan batas bawah pada
sympisis pubis.
CP : Umbilikus
CR : Vertikal tegak lurus film
Gambar 12. Fase ureter 5
23
4. Foto 30 menit post injeksi
Menggunakan kaset 30 x 40 (disesuaikan dengan tubuh pasien) yang diletakkan
memanjang.
PP : Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan garis tengah tubuh sejajar
dengan garis tengah meja pemeriksaan, kedua tungkai kaki diatur lurus, dan
kedua tangan lurus disamping tubuh.
PO :
1. Aturlah pundak dan pinggul pasien agar tidak terjadi rotasi;
2. Atur long axis tubuh sejajar dengan long axis film;
3. Aturlah kaset dengan batas atas pada diafragma, dan batas bawah pada
sympisis pubis.
CP : Umbilikus
CR : Vertikal tegak lurus film
Gambar 13. Fase vesika urinaria 5
24
5. Foto post mixi
Menggunakan kaset 30 x 40 (disesuaikan dengan tubuh pasien) yang diletakkan
memanjang.
Semua foto dikonsultasikan ke dokter spesialis radiologi. Jika dokter meminta
foto post mixi, pasien diminta untuk buang air kecil untuk mengosongkan blass
dari media kontras.
PO :
1. Aturlah pundak dan pinggul pasien agar tidak terjadi rotasi;
2. Atur long axis tubuh sejajar dengan long axis film;
3. Aturlah kaset dengan batas atas pada diafragma, dan batas bawah pada
sympisis pubis.
CP : Umbilikus
CR : Vertikal tegak lurus film
Gambar 14. gambaran post miksi
25
Tujuan Foto 5, 15, 30
1. Foto 5 menit untuk melihat dan menilai neprogram / fungsi ginjal
2. Foto 15 menit untuk melihat ureter
3. Foto 30 menit untuk melihat vesica urinaria apakah sudah terisi bahan kontras
atau belum
4. Foto Post Mixi untuk melihat pengosongan blass
3.14 Alur Perjalanan Bahan Kontras Pada Pemeriksaan IVP
Bahan kontras yang disuntikkan melalui vena fossa cubiti akan mengalir ke vena
capilaris, vena subclavia, kemudian ke vena cava superior. Dari VCS bahan kontras akan
masuk ke atrium kanan dari jantung, kemudian ke ventrikel kanan dan mengalir ke arteri
pulmo. Kemudian mengalir ke vena pulmo menuju atrium kiri kemudian ventrikel kiri
dan mengalir ke aorta, serta terus mengalir menuju aorta desendens kemudian kedalam
aorta abdominalis dan masuk kedalam arteri renalis dan mulai memasuki korteks ginjal. 4
Gambar 15.
Alur perjalanan bahan kontras pada pemeriksaan IVP
26
3.15 Kelebihan Dan Kekurangan Pemeriksaan IVP 4
Kelebihan :
1. Bersifat non invasif
2. Relatif aman
3. Memiliki nilai diagnosa yang tinggi
Kekurangan :
1. Dapat menimbulkan alergi terhadap media kontras
2. Ibu hamil dilarang melakukan pemeriksaan ini.
3.16 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pembuatan IVP 4
1. Jangan lupa memberi marker “BNO”, “5”, “15”, “30”, “PM” sesuai dengan interval
waktu.
2. Pemeriksaan dilakukan menggunakan grid sebagai penyerap radiasi hambur, jika
tidak menggunakan bucky potter grid, gunakan lysolm grid.
3. Persiapan pasien yang baik akan menghasilkan gambaran IVP yang baik pula.
4. Proteksi radiasi bagi pasien juga harus diperhatikan seperti membatasi lapangan
penyinaran.
5. Peng-ekspos-an dilakukan saat pasien tahan nafas setelah ekspirasi penuh (aba-aba
pemeriksaan : “tarik nafas… buang nafas….tahan!!!!”. hal ini bertujuan untuk
menghindari kekaburan objek karena pergerakan saat bernafas.
27
3.17 Perawatan Pasien Setelah Pemeriksaan IVP 4
1. Pasien diminta untuk istirahat yang cukup
2. Pasien diminta untuk minum air putih yang banyak untuk menghilangkan bahan
kontras dari tubuh.
28
BAB IV
GAMBARAN PATOLOGIS PEMERIKSAAN BNO-IVP
4.1 Nefrolitiasis
Nefrolitiasis atau batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal, dan bahkan bias mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal.
Batu yang mangisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal memberikan gambaran
menyerupai tanduk rusa sehinga dsebut sebagai batu staghorn.5
Secara radiologi, batu dapat radiopak atau radiolusen. Sifat radiopak ini berbeda untuk
berbagai jenis batu sehingga dari sifat ini dapat diduga batu dari jenis apa yang
ditemukan. Radiolusen umumnya adalah jenis batu asam urat murni.7
Bila batu bersifat radiopak pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup untuk menduga
adanya batu ginjal bila diambil foto dua arah. Pada keadaan tertentu terkadang batu
terletak di depan bayangan tulang, sehingga dapat luput dari penglihatan. Oleh karena itu
foto polos sering perlu ditambah foto pielografi intravena (PIV/IVP). Pada batu
radiolusen, foto dengan bantuan kontras akan menyebabkan defek pengisian (filling
defect) di tempat batu berada. Yang menyulitkan adalah bila ginjal yang mengandung
batu tidak berfungsi lagi sehingga kontras ini tidak muncul. Dalam hal ini perludilakukan
pielografi retrograd. 7
28
29
Gambar 16. Batu staghorn
Gambar 17. Batu ginjal
30
4.2 ureterolithiasis
Ureterolithiasis merupakan penyumbatan saluran ureter oleh batu karena pengendapan
garam urat, oksalat, atau kalsium. Batu tersebut dapat terbentuk pada ginjal yang
kemudian batu yang kecil di pielum dapat turun ke ureter. Bila batu tidak dapat lolos ke
kandung kemih maka menyumbat ureter dan menimbulkan kolik7.
Batu yang tidak terlalu besar didorong oleh peristaltic otot-otot ureter sehingga turun ke
buli-buli. Batu yang ukurannya <5mm pada umunya dapat keluar spontan sedangkan
batu yang ukurannya lebih besar seringkali tetap berada diureter dan menyebabkan reaksi
peradangan (periuretritis) serta menimbulkan obstruksi kronis berupa hidroureter atau
hidronerfrosis5. Diagnose uretrolithiasis dapat ditegak ditegakkan dengan BNO apabila
sifat batu radioopak sehingga pada gambaran BNO terlihat gambaran batu opak pada
ureter, sedangkan apabila sifat batu radiolusen akan terlihat pada pemeriksaan IVP
berupa gambaran penyempitan ureter, sumbatan ureter, gambaran ureter yang melebar
(hidroureter), atau tidak ada gambar ureter akibat tidak adanya fungsi ginjal.
Gambar 18. Uretherolitiasis
31
Gambar 19. Hydroureter dan hydronefrosis
4.3 Vesikolithiasis
Vesikolithiasis atau batu buli-buli sering terjadi pada pasien yang menderita gangguan
miksi atau terdapat benda asing dibuli-buli. Gangguan miksi terjadi pada pasien-pasien
hyperplasia prostat, striktur uretra, difertikel buli-buli, atau buli-buli neurogenik. Kateter
yang terpasang dibuli-buli pada waktu yang lama, adanya benda asing lain yang secara
tidak sengaja dimasukan kedalam buli-buli seringkali menjadi inti untuk terbentuknya
batu buli-buli. Selain itu batu buli-buli dapat berasal dari batu ginjal atau batu ureter
yang turun ke buli-buli3.
32
Gambar 20. Vesikolithiasis
4.3 Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)
Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak disebelah inferior
buli-buli membungkus uretra posterior. Bila mengalami pembesaran, organ ini
membuntu uretra pars prostatika dan menyebabkan terhambatnya aliran urine keluar dari
buli-buli. Bentuk prostat seperti buah kenari dengan berat normal pada orang dewasa ±20
gram. McNeal (1976) membagi kelenjar dalam beberapa zona, antara lain zona perifer,
zona central, zona transisional, zona fibromusculer anterior, dan zona periuretra.
33
Sebagian besar hyperplasia prostat terdapat pada zona transisional, sedangkan karsinoma
prostat berasal dari zona perifer.
Gambar 21. Hyperplasia prostat
34
BAB V
KESIMPULAN
Pemeriksaan BNO-IVP sangat berguna untuk mendiagnosa kelainan tractus urinarius
seperti batu saluran kemih dengan gambaran pemeriksaan BNO radioopak baik pada
ginjal, ureter, dan buli-buli. Akan tetapi apabila batu bersifat radiolusen akan akan
terlihat pada pemeriksaan IVP berupa gambaran penyempitan ureter, sumbatan ureter,
hydronefrosis, hidroureter, atau tidak ada gambar ureter akibat tidak adanya fungsi
ginjal. Pemeriksaan BNO-IVP juga dapat memperlihatkan gambaran pendesakan vesika
urinariadari inferior yang diakibatkan hyperplasia prostat.
34
35
DAFTAR PUSTAKA
1. Sabiston, David C. Buku Ajar Bedah, EGC, Jakarta, 1994
2. bedah-mataram.org (diakses 14 juli 2012)
3. Purnomo, Basuki B. 2008. Dasar – Dasar Urologi Edisi Kedua. Jakarta : Sagung
Seto.
4. firzandinata.wordpress.com (diakses 14 juli 2012)
5. Rasad, Sjahriar, Radiologi Diagnostik edisi kedua, balai penerbit FKUI, Jakarta,
2009.
6. Sjamsuhidrajat R, 1 W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran – EGC. 2004. 756-763
7. Oswari, E.( 2005). Bedah dan perawatannya.Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta.
8. Moore, kieth L. Anatomi Klinik Dasar, Hipokrates, Jakarta, 2002.