Download - 10 Nama Malaikat
10 Nama-Nama Malikat dan Tugas-Tugasnya yang Wajib Kita Ketahui
Jaman sekarang ini orang lebih akrab dengan internet dan teknologi terkini, tidak ada masalah juga sih.... yang penting tetap sesuai dengan aturan-aturan. iya kan???? ^_^
Banyak remaja yang sering leng-long kalau ditanya tentang agama... saya juga termasuk sih... heheeBelajar lagi deh... inget-inget pelajaran jaman SD dulu, tentang Malaikat... iyaa... 10 malaikat dan tugas-tugasnya yang wajib diimani. Malu dong sama adek yang lagi hapal-hapalnya ....Pengertian
Malaikat adalah ciptaan Allah yang ghaib, yang tidak mempunyai nafsu dan pikiran, tidak berbapak dan tidak beribu, juga tidak beranak. Malaikat hanya mengerjakan apa yang diperintahkan Allah kepada mereka. Malaikat ada baaaaanyak banget, tapi yang wajib diimani hanya ada sepuluh.
Keimanan kepada malaikat masuk ke dalam rukun Iman yang kedua, maka setiap orang islam yang mengaku muslim harus mengimani keberadaan malaikat.Nama-Nama 10 Malaikat dan Tugasnya
1. Malaikat Jibril yang menyampaikan wahyu Allah kepada nabi dan rasul.
2. Malaikat Mikail yang bertugas memberi rizki / rejeki pada manusia.
3. Malaikat Israfil yang memiliki tanggung jawab meniup terompet sangkakala di waktu hari kiamat.
4. Malaikat Izrail yang bertanggungjawab mencabut nyawa.
5. Malikat Munkar yang bertugas menanyakan dan melakukan pemeriksaan pada amal perbuatan yang buruk manusia di alam kubur.
6. Malaikat Nakir yang bertugas menanyakan dan melakukan
pemeriksaan pada amal perbuatan baik manusia di alam kubur bersama Malaikat Munkar.
7. Malaikat Raqib / Rokib yang memiliki tanggung jawab untuk mencatat segala amal baik manusia ketika hidup.
8. Malaikat Atid / Atit yang memiliki tanggungjawab untuk mencatat segala perbuatan buruk / jahat manusia ketika hidup.
9. Malaikat Malik yang memiliki tugas untuk menjaga pintu neraka.
10. Malaikat Ridwan yang berwenang untuk menjaga pintu sorga / surga.
Perbedaan Malaikat dengan Jin, Setan / Syetan dan Iblis
Malaikat terbuat dari cahaya atau nur sedangkan jin berasal dari api atau nar. Malaikat selalu tunduk dan taat kepada Allah sedangkan jin ada yang muslim dan ada yang kafir. Yang kafir adalah syetan dan iblis yang akan terus menggona manusia hingga hari kiamat agar bisa menemani mereka di neraka.
Malaikat tidak memiliki hawa nafsu sebagaimana yang dipunyai jin. Jin yang jahat akan selalu senantiasa menentang dan menjalankan apa yang dilarang oleh Tuhan Allah SWT. Malaikat adalah makhluk yang baik dan tidak akan mencelakakan manusia selama berbuat kebajikan, sedangkan syetan dan iblik akan selalu mencelakakan manusia hingga hari akhir.
Semoga dengan ini semuanya bisa mengigat kembali para Malikat-Malaikat kita & tugas-tugas-Nya dan bisa menyebarkannya ke penjuru dunia,Amiiinnn.
RUKUN ISLAM
1.Mengucap dua kalimat syahadat.
2.Menunaikan sholat lima waktu dalam sehari semalam.
3.Mengeluarkan zakat.
4.Berpuasa pada bulan Ramadhan.
5.Melaksanakan haji bagi mereka yang mampu.
RUKUN IMAN
1. Iman kepada ALLAH
2. Iman kepada Malaikat-malikat ALLAH
3. Iman Kepada Kitab-kitab ALLAH
4. Iman Kepada Rasul-rasul ALLAH
5. Iman kepada hari Kiamat
6. Iman kepada Qada dan Qadar
Hadits Ibnu Umar Tentang Rukun Islam (Hadits Ke-3 Arbain Annawawiyyah)
March 8, 2012
oleh : Ustadz Kharisman
Cن? عAن? ض?يA عHمAرA اب Aر HهM CهHمAا الل سHولH قAالA قAالA عAن Aه? رM MهH صAلMى الل Cه? الل Aي MمA عAل ل AسAو Aي? Hن مH ب Aال Cس? Cى اإلAلAع
هAادAة? خAمCس_ Aش CنA AهA الA أ ?ل ?الM إ MهH إ AنM الل سHولH مHحAمMدiا وAأ Aه? رM ? الل ?قAام ة? وAإ AالMاء? الصA ?يت Aاة? وAإ ك Mالز sجAحC ? وAال وAصAوCم
AانAضAم Aر
Dari Ibnu Umar –semoga Allah meridhai keduanya (Umar dan anaknya)- beliau berkata: Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Islam dibangun atas 5 (rukun): Persaksian (syahadat) bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, dan menegakkan sholat, menunaikan zakat, haji, dan puasa Ramadlan (H.R alBukhari dan Muslim)
PENJELASAN:
Pada lafadz alBukhari haji disebutkan sebelum puasa Ramadlan. Sebagian Ulama’ menyatakan bahwa periwayatan yang menyebutkan haji sebelum puasa Ramadlan adalah periwayatan secara makna9. Sedangkan secara urutan, puasa Ramadlan didahululan terhadap haji. Hal ini pernah dikonfirmasikan secara langsung kepada Ibnu Umar, dan beliau sendiri membenarkan urutan puasa Ramadlan sebelum haji 10
RUKUN ISLAM
I) Bersaksi untuk 2 hal:
a) Laa Ilaaha Illallah (Tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah)
b) Muhammad adalah utusan Allah.
Persaksian tersebut mengandung konsekuensi:
- Konsekuensi syahadat Laa Ilaaha Illallah : mempersembahkan ibadah hanya kepada Allah semata, dan mengingkari segala bentuk penyembahan kepada selain Allah
- Konsekuensi persaksian bahwa Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam adalah utusan Allah:
(i) Membenarkan kabar dari Nabi.
(ii) Mentaati perintah Nabi
(iii) Menjauhi larangan Nabi.
(iv) Tidak beribadah kepada Allah Subhaanahu Wa Ta’ala kecuali dengan aturan/ syariat yang dituntunkan Nabi.
II) Menegakkan sholat
Sholat yang wajib ditegakkan adalah sholat 5 waktu sehari semalam: Subuh, Dzhuhur, Ashar, Maghrib, Isya’.
Sholat tersebut memiliki syarat-syarat sah, rukun, dan kewajiban-kewajiban, serta sunnah-sunnah.
Syarat sah sholat:
1) Suci dari hadats besar dan kecil 11
2) Suci dari najis pada tubuh, pakaian, dan tempat sholat 12
3) Menutup aurat, bagi pria: dari pusar hingga lutut. Wanita: seluruh tubuh kecuali wajah dan kedua telapak tangan.
4) Menghadap ke arah kiblat.
Bagi orang yang melihat langsung ka’bah ia harus menghadap ke dzat/ benda ka’bah, sedangkan bagi orang yang jauh dari ka’bah cukup menghadap ke arah Makkah. Persis sudutnya lebih baik, namun kalau tidak bisa, bagi orang di Indonesia cukup menghadap ke arah Barat (antara Selatan dan Utara).
5) Sudah masuk waktu sholat 13
6) Niat
Sebagaimana telah dijelaskan pada hadits pertama bahwa niat tempatnya adalah di hati dan tidak dilafalkan, karena memang tidak ada tuntunannya dari Nabi shollallaahu ‘alaihi wasallam untuk melafalkan niat
Rukun-rukun Sholat 14 :
1. Berdiri bagi yang mampu, dalam sholat wajib.
Untuk sholat sunnah, tidak mengapa sholat dengan duduk meski mampu berdiri, dan pahalanya menjadi setengah sholat berdiri.
1. Takbiratul Ihram : ucapan “Allahu Akbar”.
Ucapan “Allahu Akbar” adalah rukun, sedangkan gerakan mengangkat tangannya adalah Sunnah.
1. Membaca Al-Fatihah2. Gerakan ruku’......!!!!!!
- Minimal: membungkukkan badan sehingga memungkinkan tangan menyentuh lutut.
- Sempurna : membungkukkan badan dan posisi punggung rata dan sejajar dengan kepala.
1. Gerakan bangkit dari ruku’2. Gerakan I’tidal : posisi berdiri tegak setelah dari ruku’.3. Gerakan sujud.
Terdapat tujuh anggota sujud: dahi, hidung, kedua telapak tangan, kedua lutut, ujung jari.
1. Gerakan bangkit dari sujud2. Duduk di antara dua sujud
10. Thuma’ninah : tenang dan tidak tergesa-gesa pada setiap gerakan
11. Bacaan tasyahhud akhir dan sholawat kepada Nabi di tasyahhud akhir
12. Gerakan duduk tasyahhud akhir
13. Salam
14. Urut pada setiap gerakan
Kewajiban dalam sholat 15:
1. Bacaan takbir selain takbiratul ihram.2. Ucapan “Sami’allaahu liman hamidah” saat bangkit dari ruku’ untuk
Imam dan orang yang sholat sendirian3. Ucapan “Robbanaa wa lakal hamdu” pada saat I’tidal. 16
4. Ucapan “Subhaana Robbiyal ‘Adzhiim” minimal sekali pada saat ruku’5. Ucapan “Subhaana Robbiyal A’laa” minimal sekali saat sujud6. Ucapan “Robbighfirlii” minimal sekali saat duduk di antara dua sujud7. Bacaan Tasyahhud Awal8. Gerakan duduk tasyahhud awal.
III) Menunaikan Zakat
Zakat yang wajib ada 2 :
a) Zakat Fithri atau umumnya disebut zakat fitrah 17
b) Zakat harta (maal)
Syarat suatu harta wajib dizakati adalah :
a) Dimiliki secara sempurna.
b) Mencapai nishab (kadar minimal dikeluarkannya zakat).
c) Telah mencapai haul (sempurna dimiliki 1 tahun).
Harta yang wajib dizakati adalah:
i) Emas dan perak (mata uang).
Nishab emas : sekitar 70-92 gram emas murni 24 karat.
Nishab perak : sekitar 460 – 595 gram perak murni.
Nishab mata uang disetarakan dengan nishab emas. 18
Zakat yang dikeluarkan adalah 2,5%.
ii) Hewan ternak (unta, sapi, kambing)
iii) Pertanian.
Syarat zakat pertanian :
a) Berbentuk biji atau buah-buahan
b) Dapat ditakar atau ditimbang
c) Dapat disimpan lama.
d) Memiliki pemilik (ditanam manusia)
e) Nishabnya adalah 300 sha’ (sekitar 750 -900 kg).
Zakat pertanian harus dikeluarkan setiap selesai panen sebesar 10% jika pengairan secara alami tanpa biaya, dan 5% jika pengairan menggunakan biaya.
Golongan yang berhak menerima zakat harta adalah 8 golongan yang disebutkan dalam al-Qur’an surat atTaubah ayat 60. Zakat harta tidak boleh diberikan kepada orang-orang yang harus dinafkahi seperti anak, istri, orang tua, karena wajib memberikan nafkah kepada mereka ketika mereka membutuhkan.
IV) Shoum (puasa) Ramadlan
Menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari di bulan Ramadlan
Pembatal-pembatal puasa:
a) Makan, minum, dan yang semakna dengan makan dan minum (contoh: infus)
b) Berhubungan suami istri atau mengeluarkan mani secara sengaja
c) Muntah secara sengaja
d) Berbekam (termasuk juga donor darah).
Seseorang yang berpuasa harus meninggalkan segala hal yang mengurangi pahala puasa. Segala jenis dosa mengurangi atau bisa membatalkan pahala puasa.
V) Menunaikan ibadah haji ke Baitullah bagi yang mampu.
Rukun haji: Ihram, Wukuf di Arafah, Tawaf Ifadhah, Sa’i.
Kewajiban haji : Ihram (berniat) haji dari Miqot, Mabit di Muzdalifah, Mabit di Mina, melontar jumroh Ula;Wushtho; dan Aqobah, Thawaf Wada’.
Jika rukun tidak dikerjakan, haji tidak sah. Jika kewajiban tidak dikerjakan, harus membayar dam (dua ekor kambing disembelih di Makkah dan dibagikan pada fakir miskin di daerah tersebut).
CATATAN KAKI
9.Periwayatan secara makna, maksudnya periwayatan yang tidak menukil secara persis sama lafadznya. Yang diperhatikan adalah maknanya sama. Karena itu, urutan penyebutan rukun itu tidak diperhatikan. Periwayatan ini melalui jalur perawi bernama Handzholah.
10 Dari jalur Sa’ad bin Ubadah dari Ibnu Umar yang diriwayatkan Muslim:
CنAد? عCع Aن? سC CدAةA ب Aي Cن? عAنC عHب ?يs عAنC عHمAرA اب Mب MهH صAلMى الن Cه? الل Aي MمA عAل ل AسAو AالAق Aي? Hن مH ب Aال Cس? Cى اإلAلAة_ ع AسCمAخ
AنC عAلAى HوAحMدA أ MهH ي ? الل ?قAام ة? وAإ AالMاء? الصA ?يت Aاة? وAإ ك Mالز ? Aام مAضAانA وAص?ي Aر sجAحC جHل� فAقAالA وAال Aج� رAحC AامH ال وAص?ي
AانAضAم Aر AالAق Aال HامA مAضAانA ص?ي Aج� رAحC AذAا وAال HهH هAك م?عCت Aس Cول? م?نHس Aه? رM MهH صAلMى الل Cه? الل Aي MمA عAل ل AسAو
Dari Sa’ad bin Ubaidah dari Ibnu Umar dari Nabi shollallaahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: Islam dibangun di atas 5 (rukun): Mentauhidkan Allah, menegakkan sholat, menunaikan zakat, puasa Ramadlan dan haji. Seorang laki-laki bertanya (kepada Ibnu Umar): haji dan puasa Ramadlan? (Ibnu Umar) berkata: Tidak, puasa Ramadlan dan haji. Demikianlah aku mendengar dari Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam (H.R Muslim)
11.Contoh hadats besar : mengalami junub setelah berhubungan suami-istri atau mimpi basah (ihtilam),haidl dan nifas bagi wanita.
Cara menghilangkan hadats besar adalah dengan melakukan mandi wajib. Kadar mandi wajib yang sah, minimal adalah berniat, berkumur-kumur dan memasukkan air ke hidung, dan mengguyurkan air ke seluruh tubuh.
Hadats kecil adalah semisal: keluarnya sesuatu dari kemaluan dan dubur (kencing, buang angin, buang air besar, madzi, wadi), tidur pulas, makan daging unta.
Cara menghilangkan hadats kecil adalah dengan berwudlu’. Kadar wudlu’ yang sah, minimal adalah: berniat, membaca bismillah (Sunnah), berkumur-kumur bersamaan dengan memasukkan air ke hidung kemudian mengeluarkannya, mencuci wajah, mencuci kedua tangan sampai siku, mengusap kepala kemudian telinga, mencuci kedua kaki hingga mata kaki.
Wudhu’ dan mandi membutuhkan air. Jika tidak ada air atau tidak mampu menggunakan air (karena sakit atau sebab lain) maka bertayammum. Tata cara bertayammum adalah : berniat dalam hati,
tayamum
tayamum,,membaca bismillah, menepukkan kedua telapak tangan ke tanah/ debu yang suci dengan sekali tepukan, meniup kedua telapak tangan sebelum membasuhnya, kemudian mengusap telapak tangan ke muka. Setelah itu mengusap telapak tangan yang satu dengan yang lain secara bergantian, dimulai dari ujung-ujung jari hingga pergelangan tangan.
12.Sebagian Ulama’ membagi jenis berdasarkan kadarnya menjadi 3:
a) Najis ringan
è Air kencing anak kecil yang belum memakan apapun kecuali ASI
è Madzi : cairan tipis, putih, lengket yang keluar pada kemaluan laki-laki ketika bangkit syahwatnya.
Cara membersihkannya cukup dengan memercikkan air ke tempat yang terkena najis.
b) Najis sedang
è Kencing dan kotoran manusia
è Kencing dan kotoran hewan yang dagingnya tidak halal dimakan
è Darah haid dan nifas
è Daging babi
Cara membersihkannya dengan menghilangkan zat najis yang melekat. Baik dengan air ataupun media lain, asalkan zat najisnya hilang. Jika masih tersisa sedikit warnanya maka dimaafkan, asalkan bau dan rasanya telah hilang.
c) Najis berat
è Jilatan anjing
Cara membersihkannya adalah dengan mencuci sebanyak 7 kali salah satunya dengan tanah.
13.Waktu-waktu sholat:
Subuh : dari terbitnya fajar shodiq hingga terbitnya matahari.
Dzhuhur : dari matahari tergelincir hingga bayangan suatu benda sama dengan tingginya.
Ashar, memiliki 2 waktu:
- Waktu ikhtiyari : dari berakhirnya waktu Dzhuhur hingga matahari berwarna kuning kemerahan (sekitar 20 menit sebelum matahari tenggelam). Waktu ini adalah bagi orang yang memiliki kelapangan. Tidak boleh menunda hingga terbenamnya matahari.
- Waktu dharuri : waktu darurat untuk orang-orang tertentu yang karena udzur tidak bisa melakukan di waktu ikhtiyari. Waktunya hingga matahari tenggelam.
Maghrib : dari tenggelamnya matahari hingga hilangnya warna merah di ufuk barat.
Isya’, memiliki 2 waktu:
- Waktu ikhtiyari : dari berakhirnya waktu Maghrib hingga pertengahan malam.
- Waktu dharuri : hingga terbitnya fajar.
14 Rukun sholat adalah gerakan atau bacaan sholat yang jika ditinggalkan karena lupa atau sengaja menyebabkan sholat batal atau rokaat yang sedang berjalan batal.
15. Kewajiban dalam sholat adalah bacaan atau gerakan yang jika ditinggalkan secara sengaja menyebabkan sholat batal, jika karena tidak sengaja, harus diganti dengan sujud sahwi
16.Bisa menggunakan lafadz-lafadz sebagai berikut (semuanya berdasarkan hadits yang shahih):
- Robbanaa wa lakal hamdu
- Robbanaa lakal hamdu
- Allahumma Robbanaa wa lakal hamdu
- Allahumma Robbanaa lakal hamdu
17. Zakat fithri adalah zakat yang harus dikeluarkan muslim dalam bentuk makanan sebelum Iedul Fithri. Zakat fithri hanya diberikan kepada fakir miskin. Ukurannya adalah sekitar 2,5 – 3 kg bahan makanan pokok (beras). Penyerahan zakatul fithri paling awal adalah 2 hari sebelum Iedul Fithri sebagaimana dilakukan Ibnu Umar.
Sebagian Ulama’, di antaranya al-Lajnah ad-Daimah berpendapat bahwa nishab mata uang mengikuti perak. Namun, pendapat yang lebih kuat adalah mengikuti emas, karena : (i) takaran perak di zaman Nabi dengan saat ini jauh berbeda, sedangkan emas lebih stabil, (ii) Kalau XX\disetarakan dengan nishab zakat yang lain, seperti zakat peternakan, lebih sesuai atau mendekati.
Wallaahu A’lam
Sebarkan :
PENJELASAN RINGKAS RUKUN IMAN
Posted on January 7, 2009 by Abu Mushlih
[1] IMAN KEPADA ALLAH
Iman terhadap wujud Allah
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 15
Iman terhadap wujud Allah ditopang oleh fitrah, akal sehat, dalil syari’at
dan juga indera. Secara fitrah setiap manusia pasti mengakui bahwa ada
yang menciptakan dirinya, hal itu dia yakini tanpa perlu berpikir panjang
atau pun belajar ilmu tertentu. Tidak ada yang menyimpang dari
keyakinan ini selain orang yang sudah terpengaruh faktor lain yang
menyimpangkannya dari fitrah tersebut. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Setiap bayi dilahirkan pasti dalam keadaan di atas fitrah. Maka
kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia beragama Yahudi, Nasrani
atau Majusi.” (HR. Bukhari).
Adapun secara akal maka sesungguhnya keberadaan makhluk yang ada
sejak dahulu hingga sekarang ini semua menunjukkan pasti ada yang
menciptakan mereka. Tidak mungkin mereka menciptakan dirinya sendiri,
atau terjadi secara tiba-tiba tanpa pencipta. Maka tidak ada kemungkinan
selain alam ini pasti diciptakan oleh Allah ta’ala. Allah berfirman (yang
artinya), “Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun yang ada
sebelumnya ataukah mereka menciptakan diri mereka sendiri?” (QS. ath-
Thur : 35). Ketika mendengar dibacakannya ayat ini maka Jubair bin
Muth’im yang pada saat itu masih kafir mengatakan, “Hampir-hampir saja
hatiku terbang, itulah saat pertama kali iman menyentuh dan
bersemayam di dalam hatiku.” (HR. Bukhari).
Begitu pula adanya kitab-kitab suci yang semuanya berbicara tentang
Allah, ini merupakan dalil syari’at tentang keberadaan/wujud Allah.
Sedangkan secara indera adalah kita bisa menyaksikan terkabulnya doa
yang dipanjatkan oleh orang. Sebagaimana yang terjadi pada Nabi Nuh.
Allah berfirman (yang artinya), “Dan Nuh, ingatlah ketika dia menyeru
(Rabbnya) sebelum itu dan Kami pun mengabulkan doanya.” (QS. al-
Anbiya’ : 72). Demikian pula apa yang disaksikan oleh umat para nabi
berupa mukjizat nabi yang diutus kepada mereka. Seperti contohnya
mukjizat nabi Musa yang membelah lautan dengan tongkatnya. Allah
berfirman (yang artinya), “Maka Kami wahyukan kepada Musa
pukulkanlah dengan tongkatmu ke laut itu, maka ia pun terbelah dan
setiap sisinya menjadi setinggi gunung yang tinggi.” (QS. asy-Syu’ara’ :
63).
Iman terhadap Rububiyyah Allah
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 19
Rabb adalah Dzat yang memiliki kuasa menciptakan, mengatur urusan
dan memerintah. Kita wajib mengimani bahwa tidak ada pencipta,
pengatur dan yang berhak memerintah semua makhluk selain Allah
semata. Allah berfirman (yang artinya), “Ingatlah sesungguhnya
menciptakan dan memerintah adalah hak-Nya.” (QS. al-A’raaf : 54). Allah
juga berfirman (yang artinya), “Itulah Allah Rabb kalian. Sang pemilik
kerajaan. Sedangkan sesembahan yang kalian seru selain-Nya tidaklah
menguasai apapun walaupun hanya setipis kulit ari.” (QS. Fathir : 13).
Tidak ada orang yang mengingkari hal ini kecuali dikarenakan
kesombongan dan kecongkakan seperti halnya Fir’aun.
Orang-orang musyrik pun sudah mengakui hal ini bahwa tidak ada yang
menguasai alam ini dan menciptakan langit dan bumi selain Allah. Allah
berfirman (yang artinya), “Dan sungguh jika kalian tanyakan kepada
mereka; siapakah yang menciptakan langit dan bumi, maka mereka pasti
menjawab; yang menciptakannya adalah Dzat Yang Maha Perkasa lagi
Maha Mengetahui.” (QS. az-Zukhruf : 9). Allah juga berfirman (yang
artinya), “Dan sungguh jika kalian tanyakan kepada mereka; siapakah
yang menciptakan mereka, maka pasti mereka akan mengatakan :
Allah…” (QS. az-Zukhruf : 87).
Iman terhadap Uluhiyyah Allah
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 21
Artinya kita mengimani bahwa hanya Allah sesembahan yang benar dan
tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah berfirman (yang artinya), “Sesembahan
kalian adalah sesembahan yang esa. Tidak ada sesembahan selain Dia,
Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Baqarah : 163).
“Demikian itulah kuasa Allah, Dia adalah sesembahan yang haq
sedangkan segala yang diseru selain-Nya adalah sesembahan yang batil.”
(QS. al-Hajj : 62). Maka segala sesuatu yang disembah selain Allah adalah
batil. Oleh sebab itu dakwah yang diserukan oleh para rasul adalah sama
yaitu, “Hai kaumku, sembahlah Allah. tidak ada sesembahan yang benar
bagi kalian selain Dia.” (QS. al-A’raaf : 59).
Iman terhadap Asma wa Sifat Allah
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 23
Yaitu dengan menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah yang
disebutkan oleh Allah atau rasul-Nya, di dalam al-Qur’an ataupun as-
Sunnah sesuai dengan kemuliaan-Nya, tanpa menyimpangkan maknanya,
tanpa menolak, dan tanpa menentukan bentuk dan caranya, serta tidak
disertai dengan menyerupakannya dengan makhluk. Allah berfirman
(yang artinya), “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya dan Dia
Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. asy-Syura : 11).
Dalam mengimani hal ini terdapat dua kelompok besar yang menyimpang
yaitu mu’aththilah dan musyabihah. Mu’aththilah menolak nama, sifat
ataupun sebagian darinya dengan alasan bahwa apabila kita menetapkan
hal itu akan menyebabkan terjadinya penyerupaan Allah dengan makhluk.
Hal ini jelas tidak benar karena itu sama saja mengatakan bahwa di dalam
al-Qur’an terdapat pertentangan. Padahal Allah sendiri yang menetapkan
adanya nama atau sifat tersebut. Dan pertentangan ini sangat mustahil
terjadi. Sedangkan kaum musyabbihah menetapkan nama dan sifat akan
tetapi menyerupakan hakikatnya dengan nama dan sifat makhluk.
Menurut mereka itulah yang dimaksud oleh dalil, padahal Allah sendiri
menyatakan bahwa tidak ada yang serupa dengan-Nya. Maka
menyerupakan Allah dengan makhluk jelas sebuah kebatilan, karena
sama nama belum tentu hakikatnya sama.
[2] IMAN KEPADA MALAIKAT
Kandungan iman kepada malaikat
Rujukan : Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 27
Malaikat adalah makhluk ghaib yang senantiasa taat beribadah kepada
Allah. Allah menciptakan mereka dari cahaya. Allah menganugerahkan
kepada mereka ketundukan yang penuh terhadap perintah-Nya dan
kekuatan yang hebat sehingga dapat melaksanakannya. Jumlah mereka
banyak, tidak ada yang dapat menghitung semuanya kecuali Allah. Hal itu
sebagaimana diceritakan oleh Nabi dalam hadits Anas yang mengisahkan
peristiwa mi’raj Nabi ke langit bahwa di baitul ma’mur ada tujuh puluh
ribu malaikat yang mengerjakan shalat di sana; apabila mereka sudah
keluar darinya maka mereka tidak lagi kembali (HR. Bukhari dan Muslim).
Mengimani malaikat mengandung :
Keimanan terhadap wujud/keberadaan mereka
Mengimani nama-nama mereka yang kita ketahui dan keberadaan
mereka meskipun tidak kita ketahui namanya
Mengimani sifat-sifat mereka yang diberitakan kepada kita
Mengimani perbuatan atau tugas mereka yang kita ketahui
Buah iman kepada malaikat
Rujukan : Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 29
Iman kepada malaikat akan dapat membuahkan manfaat yang agung di
antaranya :
Mengetahui kebesaran Allah ta’ala dan kemahakuasaan-Nya
Bersyukur kepada Allah atas perhatian-Nya kepada manusia di mana
Allah menciptakan malaikat yang menjaga mereka, mencatat amal-
amal mereka
Mencintai ketaatan malaikat terhadap perintah Rabbnya
[3] IMAN KEPADA KITAB-KITAB
Kandungan iman kepada Kitab
Rujukan : Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 32
Yang dimaksud dengan kitab di sini adalah kitab-kitab suci yang Allah
turunkan kepada para rasul-Nya sebagai bukti kasih sayang-Nya kepada
manusia, petunjuk bagi mereka agar mereka bisa mendapatkan
kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Iman kepada kitab-kitab
mengandung empat hal :
Mengimani bahwa kitab-kitab tersebut benar-benar turun dari sisi Allah
Mengimani nama-nama kitab yang kita ketahui, adapun yang tidak kita
ketahui namanya maka kita mengimaninya secara global
Membenarkan berita yang sahih yang terdapat di dalamnya
sebagaimana berita-berita yang terdapat di dalam al-Qur’an dan
berita-berita di dalam kitab suci terdahulu yang tidak diubah-ubah atau
diselewengkan
Mengamalkan hukumnya yang belum dihapus oleh al-Qur’an dan
merasa ridha dan pasrah kepada ketentuannya, sedangkan
pemberlakuan kitab suci terdahulu telah dihapuskan semuanya oleh al-
Qur’an
Buah iman kepada Kitab
Rujukan : Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 33
Iman kepada kitab membuahkan :
Menyadari perhatian Allah kepada hamba-hamba-Nya di mana Allah
telah menurunkan kitab-kitab kepada masing-masing kaum sebagai
petunjuk untuk mereka
Mengetahui kebijaksanaan Allah dalam menetapkan syari’at-Nya di
mana Allah menetapkan syari’at yang sesuai dengan keadaan masing-
masing kaum
Iman terhadap al-Qur’an
Rujukan : Kitab Tauhid li Shafits Tsani hal. 53
al-Qur’an adalah kalamullah, lafaz maupun maknanya. Diturunkan dari-
Nya, bukan makhluk. Didengar oleh Jibril dan disampaikan kepada
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kemudian beliau
menyampaikannya kepada para sahabatnya. Itulah yang kita baca
dengan lisan kita, yang ditulis di dalam mushaf, dihafal di dalam dada dan
kita dengar dengan telinga kita. al-Qur’an diturunkan kepada Nabi yang
terakhir dan ia merupakan kitab suci terakhir yang diturunkan kepada
manusia dan menghapus syari’at-syari’at terdahulu. al-Qur’an yang ada di
tangan-tangan kita itulah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, dan
ia akan tetap ada hingga tiba waktunya diangkat di akhir zaman nanti.
Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menunaikan tugasnya
untuk menjelaskan al-Qur’an ini dengan ucapan, perbuatan dan
ketetapannya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Kami turunkan
kepadamu al-Qur’an agar kamu jelaskan kepada manusia apa yang
diturunkan kepada mereka dan supaya mereka mau berpikir.” (QS. an-
Nahl : 44).
[4] IMAN KEPADA PARA RASUL
Definisi rasul
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 34
Secara bahasa Rasul artinya orang yang diutus untuk menyampaikan
sesuatu. Sedangkan pengertian rasul dalam syari’at adalah orang yang
mendapatkan wahyu dengan syari’at serta diperintahkan untuk
menyampaikannya. Rasul yang pertama adalah Nuh ‘alaihis salam,
sedangkan rasul yang terakhir adalah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Kami telah
wahyukan kepadamu al kitab sebagaimana Kami mewahyukan kepada
Nuh dan nabi-nabi sesudahnya.” (QS. an-Nisaa’ : 163). Allah juga
berfirman (yang artinya), “Bukanlah Muhammad itu sekedar bapak dari
salah seorang dari kalian akan tetapi dia adalah seorang utusan Allah dan
penutup nabi-nabi.” (QS. al-Ahzab : 40).
Perbedaan nabi dengan rasul
Kitab Tauhid li Shafits Tsani hal. 61
Nabi secara istilah adalah seorang lelaki merdeka yang mendapatkan
berita dari Allah ta’ala dengan syari’at terdahulu untuk dia ajarkan kepada
orang-orang di sekelilingnya yang telah menganut syariat terdahulu
tersebut. Adapun rasul adalah lelaki merdeka yang mendapatkan berita
dari Allah dengan syariat serta diprintahkan untuk menyampaikannya
kepada kelompok orang yang tidak mengetahuinya atau kaum yang
menyelisihinya dari kalangan orang-orang yang menjadi sasaran
dakwahnya. Kenabian merupakan sayrat kerasulan, sehingga tidak bisa
menjadi rasul kecuali nabi. Setiap rasul adalah nabi dan tidak sebaliknya.
Rasul diutus kepada orang yang belum mengenal agama Allah dan
syari’at-Nya atau kepada orang-orang yang telah mengubah syariat dan
agama dalam rangka mengajari dan mengembalikan mereka kepada
ajaran yang benar. Maka rasul adalah hakim di antara mereka. Sedangkan
nabi hanya diutus untuk mendakwahkan syariat sebelumnya yang sudah
ada.
Kandungan iman kepada para Rasul
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 36
Iman kepada para rasul mengandung beberapa hal :
Mengimani bahwa risalah mereka adalah haq dari sisi Allah, maka
barangsiapa yang mengingkari risalah salah satu saja di antara mereka
sama saja dia telah kafir kepada mereka semua. Allah berfirman (yang
artinya), “Kaum Nuh mendustakan seluruh rasul.” (QS. asy-Syu’ara’ :
105).
Mengimani rasul yang kita ketahui namanya, dan apabila tidak kita
ketahui maka kita mengimani mereka secara global
Membenarkan berita yang benar-benar diberitakan oleh mereka
Mengamalkan syari’at rasul yang diutus kepada kita yaitu Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
Buah iman kepada para Rasul
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 38
Iman kepada rasul membuahkan berbagai faidah di antaranya :
Mengetahui rahmat Allah ta’ala dan perhatian-Nya kepada hamba-
hamba-Nya di mana Allah mengutus untuk mereka para rasul yang
menunjukkan kepada mereka kepada jalan Allah dan menjelaskan
kepada mereka tata cara beribadah kepada-Nya
Bersyukur kepada Allah atas nikmat yang sangat agung ini
Mencintai para Rasul ‘alaihimush shalatu was salam dan
mengagungkan mereka, memuji mereka dengan pujian yang
sepantasnya karena mereka adalah para utusan Allah yang telah
menunaikan dengan baik kewajiban beribadah kepada-Nya serta
menyampaikan risalah kepada umat manusia.
Mencintai dan mengagungkan Rasulullah
Kitab Tauhid li Shafits Tsalits hal. 65
Wajib bagi setiap orang untuk mencintai Allah, bahkan hal itu tergolong
ibadah yang paling agung. Dan salah satu konsekuensi kecintaan
kepada Allah adalah kecintaan kepada Rasul. Nabi bersabda, “Tidaklah
beriman salah seorang dari kalian sampai aku lebih dicintainya
daripada anak dan orang tuanya, dan dari seluruh manusia.” (HR.
Bukhari dan Muslim).
Di samping itu kita juga dilarang melakukan perbuatan melampaui
batas dan berlebih-lebihan dalam memuji beliau. Beliau bersabda,
“Janganlah kamu memujiku sebagaimana kaum Nashara memuji Isa
putera Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba. Maka
katakanlah bahwa aku adalah hamba dan utusan-Nya.” (HR. Bukhari
dan Muslim).
Termasuk bentuk pengagungan kepada beliau adalah dengan
menjunjung tinggi sunnah-Nya. Allah berfirman (yang artinya), “Dan
tidaklah ia (Muhammad) berbicara dengan hawa nafsunya, namun itu
adalah wahyu yang diwahyukan kepadanya.” (QS. an-Najm : 3-4). Dan
kita juga tidak boleh sembarangan membicarakan sahih tidaknya
hadits tanpa landasan ilmu.
[5] IMAN KEPADA HARI AKHIR
Kandungan iman kepada hari Akhir
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 40
Hari akhir adalah hari tatkala umat manusia dibangkitkan dari kuburnya
untuk dihisab dan dibalas amal-amalnya. Iman kepada hari akhir
mengandung 3 hal :
Iman akan terjadinya hari kebangkitan; yaitu dihidupkannya orang-
orang yang telah mati ketika ditiupnya sangkakala untuk kedua kalinya
maka bangkitlah mereka untuk menghadap Allah dalam keadaan tidak
beralas kaki, tidak berpakaian, dan belum berkhitan.
Iman terhadap adanya hisab dan pembalasan amal. Setiap orang akan
dibalas berdasarkan amalnya. Hal ini merupakan konsekuensi dari
kebijaksanaan Allah ta’ala yang telah menurunkan kitab-kitab dan
mengutus para rasul serta mewajibkan umat manusia untuk menerima
dan melaksanakan ajaran mereka, bahkan Allah juga memerintahkan
untuk memerangi orang-orang yang menentang rasul-Nya, kalau
seandainya setelah itu semua tidak ada balasan dan maka niscaya ini
semua merupakan sebuah kesia-siaan yang Allah tentu saja terbebas
darinya
Iman terhadap surga dan neraka. Keduanya merupakan tempat tinggal
abadi bagi manusia. Surga adalah negeri yang penuh dengan
kenikmatan yang Allah persiapkan bagi hamba-hamba-Nya yang
beriman dan bertakwa. Sedangkan neraka adalah negeri yang penuh
dengan siksaan yang dipersiapkan oleh Allah bagi orang-orang yang
kafir dan zalim.
Fitnah kubur dan siksa kubur
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 44
Kita juga wajib mengimani segala peristiwa yang terjadi setelah kematian,
seperti :
Ujian di alam kubur. Yaitu pertanyaan kepada mayit setelah ia
dikuburkan mengenai siapakah Rabbnya, apa agamanya dan siapa
Nabinya. Pada saat itu Allah akan memberikan ketegaran bagi hamba-
hamba-Nya yang beriman sehingga ia akan bisa menjawab
pertanyaan-pertanyaan itu dengan baik.
Siksa dan nikmat kubur. Siksa kubur diperuntukkan bagi orang-orang
zalim yaitu orang munafik dan orang kafir. Adapun nikmat kubur
diperuntukkan bagi orang-orang yang beriman dan tulus lagi jujur
Buah iman kepada hari Akhir
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 46
Iman kepada hari akhir akan membuahkan :
Menumbuhkan semangat dalam melakukan ketaatan
Memunculkan perasaan takut untuk berbuat maksiat
Menghibur hati seorang mukmin yang mengalami kehilangan sebagian
kenikmatan dunia
[6] IMAN KEPADA TAKDIR
Kandungan iman kepada Takdir
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 53
Iman kepada takdir mencakup empat hal :
Mengimani bahwa Allah telah mengetahui segala sesuatu baik secara
global maupun terperinci, baik yang terkait dengan perbuatan Allah
sendiri ataupun perbuatan makhluk
Mengimani bahwa Allah telah menulis ilmunya di dalam Lauhul mahfuz
sejak 50 ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi
Mengimani bahwa segala kejadian di alam ini tidak terjadi kecuali
dengan kehendak Allah, baik hal itu berkaitan dengan diri-Nya ataupun
makhluk
Mengimani bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini merupakan
makhluk Allah, baik itu berupa dzat, sifat maupun gerak-geriknya
Kehendak manusia
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 54
Manusia tidak hidup dalam keadaan dipaksa, mereka memiliki pilihan dan
kemampuan. Hal ini ditunjukkan oleh dalil syari’at maupun dalil
kenyataan. Dalil dari syari’at antara lain firman Allah (yang artinya),
“Maka baransgiapa yang berkehendak silakan mengambil jalan untuk
kembali kepada Rabb-nya.” (QS. an-Naba’ : 39). Allah juga berfirman
(yang artinya), “Bertakwalah kepada Allah sekuat kemampuan kalian.”
(QS. at-Taghabun : 16). Sedangkan dalil kenyataan menunjukkan bahwa
setiap orang menyadari bahwa dirinya mempunyai kehendak dan
kemampuan yang dengan itu dia bisa melakukan sesuatu atau
meninggalkannya.
Buah iman kepada Takdir
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 58
Iman kepada takdir akan menghasilkan :
Sikap bersandar kepada Allah dalam melakukan usaha
Menahan munculnya sikap ujub atau kagum terhadap diri sendiri
Tenang ketika menghadapi musibah yang menimpa
Macam-macam taqdir
Kitab Tauhid li Shafits Tsani hal. 113
Takdir ada bermacam-macam :
Takdir umum yang mencakup segala sesuatu yaitu yang sudah Allah
tetapkan sejak 50 ribu tahun sebelum diciptakannya langit dan bumi
Takdir umri; yaitu takdir yang dituliskan ketika seoang bayi mulai
mengawali kehidupannya di dalam rahim ibunya
Takdir sanawi; yaitu takdir yang dituliskan saat Lailatul Qadar di setiap
tahunnya
Takdir yaumi; yaitu takdir yang dituliskan terjadi pada setiap harinya,
baik itu terkait dengan rezeki, hidup maupun matinya seseorang