8 Keterampilan Dasar Mengajar
1. Keterampilan Dasar Bertanya
Keterampilan bertanya, bagi seorang guru merupakan keterampilan yang sangat penting.
Sebab melalui keterampilan ini guru dapat menciptakan suasana pembelajaran lebih bermakna.
Para ahli percaya pertanyaan yang baik memiliki dampak positif terhadap siswa, di antaranya:
Bisa meningkatkan partisipasi siswa secara penuh dalam proses pembelajaran.
Dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, sebab berpikir itu sendiri pada
hakikatnya bertanya.
Dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa serta menuntun siswa untuk
menentukan jawaban.
Memusatkan siswa pada masalah yang sedang dibahas.
Pertanyaan menurut Taksonomi Bloom:
pertanyaan pengetahuan atau ingatan dengan menggunakan kata-kata apa, di mana,
kapan, siapa, dan sebutkan.
Pertanyaan pemahaman yaitu pertanyaan yang menghendaki jawaban yang bersifat
pemahamn dengan kata-kata sendiri.
Pertanyaan penerapan yaitu pertanyaan yang menghendaki jawaban untuk
menerapkan pengetahuan atau informasi yang diterimanya
Pertanyaan sintesis yaitu pertanyaan yang menghendaki jawaban yang benar, tidak
tunggal, tetapi lebih dari satu dan menuntut murid untuk membuat ramalan (prediksi),
memcahkan masalah, mencari komunikasi.
Pertanyaan evaluasi yaitu pertanyaan yang menghendaki jawaban dengan cara
memberikan penilaian atau pendapatnya terhadap suatu isu yang ditampilkan.
a. Beberapa Petunjuk Teknis
1) Tunjukkan Keantusiasan dan Kehangatan
Yang dimaksud dengan kehangatan dan keantusiasan adalah cara guru
mengekspresikan pertanyaan atau menjawab pertanyaan, misalnya bahasa yang
digunakan tidak terkesan memojokkan siswa, mimik atau wajah yang hangat tidak
terkesan tegang, tetapi akrab dan bersahabat dengan sedikit senyuman, dan lain
sebagainya.
2) Berikan waktu secukupnya kepada siswa untuk berpikir
Guru sering menjawab sendiri pertanyaan yang diajukan, sehingga pada akhirnya
pertanyaan yang diajukan sama sekali tidak mempunyai makna membelajarkan siswa.
Oleh karena itu dalam proses bertanya, guru perlu memberikan kesempatan yang cukup
bagi siswa untuk menemukan jawaban yang tepat. Biarkan siswa mencari, menduga, dan
bereksplorasi untuk menemukan jawaban sesuaidengan kemampuannya.
3) Atur lalu lintas bertanya jawab
Sering terjadi khususnya di sekolah-sekolah tingkat dasar, ketika guru bertanya,
secara bersama-sama siswa menjawab serempak pertanyaan yang diajukan sehingga sulit
menangkap makna jawaban yang diberikan guru. Sebaiknya guru harus dapat mengatur
proses tanya jawab. Artinya, setelah pertanyaan diberikan kepada seluruh kelas, aturlah
siapa yang pantas memberikan jawaban, suruh yang lain menyimak jawaban tersebut dan
memberikan komentar.
4) Hindari pertanyaan ganda
Pertanyaan ganda adalah pertanyaan yang mengharapkan beberapa jawaban
sekaligus. Pertanyaan semacam ini akan membingungkan siswa, sehingga akan
mengganggu proses berpikir siswa karena tidak fokus terhadap arah pertanyaan yang
diajukan.
b. Meningkatkan Kualitas Pertanyaan
1) Berikan pertanyaan secara berjenjang
Yang dimaksud pertanyaan berjenjang adalah pengaturan pertanyaan yang dimulai
dari pertanyaan tingkat rendah ke pertanyaan tingkat tinggi. Artinya sebaiknya dalam
memberikan pertanyaan diawali dengan pertanyaan mengingat, lalu pertanyaan
pemahaman, penerapan, dan seterusnya.
2) Gunakan pertanyaan-pertanyaan untuk melacak
Beberapa hal yang berkaitan dengan pertanyaan melacak antara lain:
Ketika guru mendapatkan jawaban siswa dengan struktur kalimat yang rancu
atau tidak jelas, maka guru dapat mengajukan pertanyaan yang mengharapkan siswa
memperbaiki kalimat yang diajukan.
Ketika siswa yang menjawab berdasarkan alur pikiran atau pandangan menurut
siswa sendiri, maka guru dapat mengajukan pertanyaan agar siswa dapat memberikan
argumentasi yang tepat.
Ketika siswa menjawab belum lengkap sesuai dengan konsep yang benar, maka
guru dapat membimbing agar siswa memberikan jawaban yang lengkap. Dalam hal
ini juga dapat diteruskan dengan pertanyaan-pertanyaan yang bisa mendorong siswa
memberikan ilustrasi dan contoh-contoh kongkret.
2. Keterampilan Dasar Memberikan Penguatan
Keterampilan dasar penguatan adalah segala bentuk respons yang merupakan bagian dari
modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan
informasi atau umpan balik bagi siswa atas perbuatan atau responsnya yang diberikan sebagai
suatu dorongan atau koreksi. Dengan demikian, fungsi keterampilan penguatan adalah untuk
memberikan ganjaran kepada siswa sehingga siswa akan berbesar hati dan meningkatkan
partisipasinya dalam setiap proses pembelajaran.
Ada dua jenis penguatan yang bias diberikan oleh gur, yaitu penguatan verbal dan
nonverbal.
a. Penguatan Verbal
Penguatan verbal adalah penguatan yang diungkapkan dengan kata-kata, baik kata-kata
pujian atau penghargaan atau kata-kata koreksi. Misalnya, ketika diajukan sebuah pertanyaan
kemudian siswa menjawab dengan tepat , maka guru memuji siswa dengan mengatakan :
“Bagus!”, “Tepat sekali”, dan lain sebagainya.
b. Penguatan Nonverbal
Penguatan nonverbal adalah penguatan yang diungkapkan melalui bahasa isyarat.
Misalnya melalui anggukan kepala tanda setuju, gelengan kepala tanda tidak setuju,
mengernyitkan dahi, mengangkat pundak, dan lain sebagainya. Selain itu, penguatan
nonverbal juga dapat dilakukan dengan memberikan tanda-tanda tertentu, misalnya
penguatan dengan melakukan sentuhan (contact) dengan berjabat tangan atau menepuk-
nepuk pundak siswa setelah siswa memberikan respon yang bagus.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memberikan penguatan agar penguatan itu
dapat meningkatkan motivasi pembelajaran.
Kehangatan dan Keantusiasan
Sikap dan gaya guru, termasuk suara, mimik, dan gerak badan akan menunjukkan adanya
kehangatan dan keantusiasan dalam memberikan penguatan. Hindari kepura-puraan atau
tindakan penguatan yang mengada-ada.
Kebermaknaan
Yakinkan pada diri siswa bahwa penguatan yang diberikan guru adalah penguatan yang
wajar, sehingga benar-benar bermakna untuk siswa. Hindari penguatan yang berlebihan,
sebab penguatan yang demikian justru akan mematikan motivasi siswa. Siswa hanya akan
merasa direndahkan.
Gunakan penguatan yang bervariasi
Penguatan yang sejenis dan dilakukan berulang-ulang dapat menimbulkan kebosanan
sehingga tidak efektif lagi untuk membangkitkan motivasi belajar siswa. Oleh sebab itu,
penguatan perlu dilakukan dengan teknik yang bervariasi.
Berikan penguatan dengan segera
Penguatan perlu diberikan segera setelah muncul respons atau tingkah laku tertentu.
Penguatan yang ditunda pemeberiannya tidak akan efektif lagi dan kurang bermakna.
3. Keterampilan Variasi Stimulus
Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar-
mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid sehingga dalam situasi belajar-
mengajar, murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisispasi.
Adapun tujuan dan manfaat dari variasi stimulus adalah
a. Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek belajar-
mengajar yang relevan.
b. Untuk memberikan kesempatan bagi berkembangnya bakat ingin mengetahui dan
menyelidiki pada siswa tentang hal-hal baru.
c. Untuk memupuk tingkah laku positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai cara
mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik.
d. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran
yang disenanginya.
Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam melakukan variasi stimulus adalah sebagai
berikut.
a. Variasi pada Waktu Melaksanakan Proses Pembelajaran
1. Penggunaan variasi suara (teacher voice)
Variasi suara adalah perubahan suara dari keras menjadi lembut, dari tinggi menjadi
rendah, dari cepat berubah menjadi lambat, dari gembira menjadi sedih, atau pada suatu
saat memberikan tekanan pada kata-kata tertentu.
2. Pemusatan perhatian
Memusatkan perhatian siswa kepada hal-hal yang dianggap penting dapat dilakukan oleh
guru. Misalnya dengan perkataan “Perhatikan ini baik-baik”, atau “Nah, ini penting
sekali”, atau “Perhatikan dengan baik, ini agak sukar dimengerti”.
3. Kebisuan guru
Adanya kebisuan yang tiba-tiba dan disengaja selagi guru menerangkan sesuatu
merupakan alat yang baik untuk menarik perhatian siswa. Perubahan stimulus dari
adanya suara kepada keadaan tenang atau senyap, atau adanya kesibukan atau kegiatan
lalu dihentikan akan dapat menarik perhatian karena siswa ingin tahu apa yang terjadi.
4. Mengadakan kontak pandang (eye contact)
Bila guru sedang berbicara atau berinterksi dengan siswanya, sebaiknya pandangan
menjelajahi seluruh kelas dan melihat ke mata murid-murid untuk menunjukkan adanya
hubungan yang intim dengan mereka. Kontak pandang dapat digunakan untuk
menyamapaikan informasi dan untuk mengetahui perhatian atau pemahaman siswa.
5. Gerak guru (teacher movement)
Variasi dalam ekspresi wajah guru, gerakan kepala, dan gerakan badan adalah aspek yang
sangat penting dalam berkomunikasi. Gunanya untuk menarik perhatian dan untuk
menyampaikan arti dari pesan lisan yang dimaksudkan.
b. Variasi dalam Penggunaan Media dan Alat Peraga
Media atau alat peraga bila ditinjau dari indera yang digunakan, dapat digolongkan ke
dalam tiga bagian, yakni dapat didengar, dilihat, dan diraba. Pergantian penggunaan jenis
media yang satu kepada jenis yang lain mengharuskan anak menyesuaikan alat inderanya
sehingga dapat mempertinggi perhatiannya karena setiap anak mempunyai perbedaan
kemampuan dalam menggunakan alat inderanya. Ada yang termasuk tipe visual, auditif, dan
motorik.
Variasi penggunaan media dan alat pembelajarn dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Dengan menggunakan variasi media yang dapat dilihat (visual) seperti menggunakan
gambar, slide, foto, bagan, dan lain-lain.
2. Variasi alat atau media yang bisa didengar (auditif) seperti menggunakan radio, musik,
deklamasi, puisi, dan lain sebagainya.
3. Variasi alat atau bahan yang dapat diraba, dimanupulasi, dan digerakkan (motorik).
Pemanfaatan media semacam ini dapat menarik perhatian siswa, sebab siswa dapat secara
langsung dapat membentuk dan memperagakan kegiatannya, baik secara perorangan
maupun secara berkelompok. Yang termasuk ke dalam alat dan media ini adalah berbagai
macam peragaan, model, dan lain sebagainya.
4. Variasi alat atau bahan yang dapat didengar, dilihat, dan diraba. Penggunaan alat jenis ini
merupakan tingkat yang paling tinggi karena melibatkan semua indera yang kita miliki.
Yang termasuk ke dalam alat atau media ini adalah film, televisi, radio, slide projector
yang diiringi penjelasan guru, tentu saja penggunaannya disesuaikan dengan tujuan
pengajaran yang hendak dicapai.
c. Variasi dalam berinteraksi
Pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Pola interaksi
guru dengan murid dalam kegiatan belajar-mengajar sangat beraneka ragam coraknya, mulai
dari kegiatan yang didominasi oleh guru sampai kegiatan sendiri yang dilakukan anak. Hal
ini bergantung pada keterampilan guru dalam mengelola kegiatan belajar-mengajar.
Penggunaan variasi pola interaksi ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan,
kejemuan, serta untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan murid dalam
mencapai tujuan.
4. Keterampilan Menjelaskan
Yang dimaksud dengan keterampilan menjelaskan dalam pengajaran adalah penyajian
informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistentis untuk menunjukkan adanya hubungan
yang satu dengan yang lainnya, misalnya antara sebab dan akibat, definisi dengan contoh atau
dengan sesuatu yang belum diketahui. Pemberian penjelasan merupakan salah satu aspek yang
amat penting dari kegiatan guru dalam interaksinya dengan siswa di dalam kelas. Dan biasanya
guru cenderung lebih mendominasi pembicaraan dan mempunyai pengaruh langung, misalnya
dalam memberikan fakta, ide, ataupun pendapat
Tujuan memberikan penjelasan adalah:
a. Membimbing murid untuk mendapat dan memahami hukum, dalil fakta, definisi, dan prinsip
secara objektif dan bernalar.
b. Melibatkan murid untuk berpikir dengan memecahkan masalah-masalah atau pertanyaan.
c. Untuk mendapat balikan dari murid mengenai tingkat pemahamannya dan untuk mengatasi
kesalahpahaman mereka.
d. Membimbing murid untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dan menggunakan
bukti-bukti dalam pemecahan masalah.
Komponen-komponen keterampilan menjelaskan yaitu.
a. Merencanakan
Penjelasan yang diberikan oleh guru perlu direncanakan dengan baik, terutama yang
berkenan dengan isi pesan dan penerimaan pesan. Yang berkenan dengan isi pesan (materi)
meliputi penganalisaan masalah secara keseluruhan, penentuan jenis hubungan yang ada di
antara unsur-unsur yang dikaitkan dan penggunaan hukum, rumus atau generalisasi yamg
sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan.
b. Penyajian suatu penjelasan
Penyajian suatu penjelasan dapat ditingkatkan hasilnya dengan memperhatikan hal-hal
berikut:
1. Kejelasan
Penjelasan hendaknya diberikan dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
oleh siswa, menghindari penggunaan ucapan-ucapan seperti “e”, “aa”, “mm”, “kira-kira”,
“umumnya”, “biasanya”, “sering kali” dan istilah-istilah yang tidak dapat dimengerti oleh
anak.
2. Penggunaan contoh dan ilustrasi
Dalam memberikan penjelasan sebaiknya digunakan contoh-contoh yang ada
hubungannya dengan sesuatu yang dapat ditemui oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari.
3. Pemberian tekanan
Dalam memberikan penjelasan, guru harus memenuhi perhatian siswa kepada masalah
pokok dan mengurangi informasi yang tidak begitu penting. Dalam hal ini guru dapat
menggunakan tanda atau isyarat lisan seperti “Yang terpenting adalah”, “Perhatikan baik-
baik konsep ini”, atau “Parhatikan, yang ini agak sukar”.
4. Penggunaan balikan
Guru hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan pemahaman,
keraguan atau ketidakmengertiannya ketika penjelasan itu diberikan. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan seperti “Apakah kalian mengerti dengan
penjelasan tadi?” Juga perlu ditanyakan, “Apakah penjelasan tadi bermakna bagi kalian?”
dan sebagainya.
5. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Membuka pelajaran atau set induction adalah usaha yang dilakukan oleh guru dalam
kegiatan pembelajaran untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar mental maupun perhatian
terpusat pada pengalaman belajar yang disajikan sehingga akan mudah mencapai kompetensi
yang diharapkan. Dengan kata lain, membuka pelajaran itu adalah mempersiapkan mental dan
perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari.
Kegiatan membuka pelajaran tidak hanya dilakukan oleh guru pada awal jam pelajaran,
tetapi juga pada awal setiap penggal kegiatan inti pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran
itu. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengemukakan tujuan yang akan dicapai, menarik
perhatian siswa, memberi acuan, dan membuat kaitan antara materi pelajaran yang telah dikuasai
oleh siswa dengan bahan yang akan dipelajarinya.
Secara khusus tujuan membuka pelajaran adalah untuk:
1. Menarik perhatian siswa, yang bisa dilakukan dengan:
Meyakinkan siswa bahwa materi atau pengalaman belajar yang akan dilakukan berguna untuk dirinya.
Melakukan hal-hal yang dianggap aneh bagi siswa, misalnya dengan menggunakan alat bantu.
Melakukaninteraksi yang menyenangkan.
2. Menumbuhkan motivasi belajar siswa, yang dapat dilakukan dengan:
Membangun suasana akrab sehingga siswa merasa dekat, misalnya menyapa dan berkomunikasi secara kekeluargaan.
Menimbulkan rasa ingn tahu, misalnya mengajak siswa untuk mempelajari suatu kasus yang sedang hangat dibicarakan.
Mengaitkan materi atau pengalaman belajar yakan dilakukan dengan kebutuhan
siswa.
3. Memberikan acuan atau rambu-rambu tentang pembelajaran yang akan dilakukan dengan:
Mengemukakan tujuan yang akan dicapai serta tugas-tugas yang harus dilakukan dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan.
Menjelaskan langkah-langkah atau tahapan pembelajaran, sehingga siswa memahami apa yang harus dilakukan.
Menjelaskan target atau kemampuan yang harus dimiliki setelah pembelajaran berlangsung.
Menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri pelajaran
dengan maksud untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa ang telah dipelajari siswa
serta keterkaitannya dengan pengalaman sebelumnya, mengetahui tingkat keberhasilan siswa,
serta keberhasilan guru dalam pelaksanaaan proses pembelajaran.
Menutup pelajaran dapat dilakukan dengan cara:
1. Merangkum atau mebuat garis-garis besar persoalan yang baru dibahas, sehingga siswa
memperoleh gambaran yang menyeluruh dan jelas tentang pokok-pokok persoalan.
2. mengonsolidasikan perhatian siswa terhadap hal-hal yang pokok agar informasi yang telah
diterima dapat membangkitkan minat untuk mempelajari lebih lanjut.
3. mengorganisasikan kegiatan yang telah dilakukan untuk membentuk pemahaman baru
tentang materi yang telah dipelajarinya.
4. memberikan tindak lanjut serta saran-saran untuk memperluas wawasan yang berhubungan
dengan materi pelajaran yang telah dibahas.
6. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekolompok orang
dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau onformasi,
pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah.
Komponen keterampilan membimbing diskusi yaitu:
1. Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi
Caranya adalah sebagai berikut:
Rumuskan tujuan dan topic yang akan dibahas pada awal diskusi.
Kemukakan masalah-masalah khusus.
Catat perubahan atau penyimpangan diskusi dari tujuan.
Rangkum hasil pembicaraan dalam diskusi.
2. Memperluas masalah atau urunan pendapat
Selama diskusi berlangsung sering terjadi penyampaian ide yang kurang jelas hingga
sukar ditangkap oleh anggota kelompok, yang akhirnya menimbulkan kesalahpahaman
hingga keadaan menjadi tegang. Dalam hal demikian tugas guru dalam memimpin diskusi
untuk memperjelasnya, yakni dengan cara:
Menguraikan kembali atau merangkum urunan tersebut hingga menjadi jelas.
Meminta komentar siswa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
membantu mereka memperjelas atau mengembangkan ide tersebut.
Menguraikan gagasan siswa dengan memberikan informasi tambahan atau contoh-
contoh yang sesuai hingga kelompok memperoleh pengertian yang lebih jelas.
3. Menganalisis pandangan siswa
Di dalam diskusi sering terjadi perbedaan di antara anggota kelompok. Dengan demikian
guru hendaklah mampu menganalisis alas an perbedaan tersebut dengan cara sebagai berikut:
Meneliti apakah lasan tersebut memang mempunyai dasar yang kuat.
Memperjelas hal-hal yang disepakati dan yang tidak disepakati.
4. Meningkatkan urunan siswa
Beberapa cara unuk meningkatkan urunan pikiran siswa adalah:
Menagjukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang siswa untuk berpikir.
Membrikan contoh-contoh verbal atau nonverbal yang sesuai dan tepat.
Memberikan waktu untuk berpikir.
Memberikan dukungan terhadap pendapat siswa dengan penuh perhatian.
5. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
Penyebaran kesempatan berpartisipasi dapat dilakukan dengan cara:
Mencoba memancing urunan siswa yang enggang berpartisipasi dengan
mengarahkan pertanyaan langsung secara bijaksana. Misalnya, “Bapak (Ibu) yakin bahwa
Andi dapat menjawab. Coba, Andi!”
Mencegah terjadinya pembicaraan serentak dengan memberi giliran kepada siswa
yang pendiam terlebih dahulu.
Mencegah secara bijaksana siswa yang suka memonopoli pembicaraan.
Mendorong siswa untuk mengomentari urunan temannya hingga interaksi
antarsiswa dapat ditingkatkan.
6. Menutup diskusi
Keterampilan akhir yang harus dikuasai oleh guru adalah menutup diskusi. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut.
Membuat rangkuman hasil diskusi dengan bantuan para siswa. Ini lebih efektif
daripada bila rangkuman hanya dibuat sendiri oleh guru.
Memberi gambaran tentang tindak lanjut hasil diskusi ataupun tentang topic diskusi
yang akan dating.
Mengajak siswa untuk menilai proses maupun hasil diskusi yang telah dicapai.
7. Hal-hal yang harus diperhatikan.
Mendominasi diskusi sehingga siswa tidak diberi kesempatan. Membiarkan siswa tertentu memonopoli diskusi. Membiarkan terjaadinya penyimpangan dari tujuan diskusi dengan pembicaraan yang
tidak relevan. Membiarkan siswa yang enggan berpartisipasi. Tidak memperjelas atau mendukung urunan piker siswa.
Gagal mengakhiri diskusi secara efektif.
7. Keterampilan Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi
belajar yang optimal dengan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar-
mengajar. Dengan kata lain, kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi
yang optimal bagi terjadinya proses belajar-mengajar. Yang termasuk ke dalam hal ini misalnya
penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi
ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh siswa, atau penetapan norma kelompok yang produktif.
Adapun komponen dari keterampilan mengelola kelas ini adalah
a. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang
optimal (bersifat preventif)
Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan
mengendalikan pelajaran serta kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan hal-hal tersebut
yang meliputi keterampilan sebagai berikut:
1. Menunjukkan sikap tanggap
Ketanggapan diarahkan agar kehadiran guru dalam kelas betul-betul dirasakan oleh
siswa. Kesan ketanggapan dapat ditunjukkan dengan cara sebagai berikut.
Memberikan komentar baik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajari maupun terhadap perilaku siswa. Komentar yang bersifat positif dan bisa menggugah perhatian siswa sangat diperlukan untuk membangun suasana yang optimal.
Menaga kontak mata, artinya setiap saat guru perlu memperhatikan siswa melalui pandangan secara terus-menerus.melalui pandangan itulah siswa akan merasa diperhatikan.
Gerak mendekat, artinya guru perlu memberi perhatian khusus baik kepada individu maupun kepada kelompok. Gerak mendekat akan memberi kesan adanya perhatian guru terhadap aktivitas siwa, sehingga aj\akan membangun suasana akrab dan bersahabat antara guru dan siswa. Di samping itu, gerak mendeka juga bisa dilakukan untuk mengembalikan kondisi belajar siswa, misalnya gerak mendekat pada siswa yang berperilaku menganggu.
2. Memusatkan perhatian
Pemusatan perhatian dapat dilakukan dengan:
Memberikan ilustrasi-ilustrasi secara visual, misalnya dengan mengalihkan pandangan dari satu kegiatan ke kegiatan lain tanpa memutuskan kontak pandang baik terhadap kelompok maupun terhadap individu siswa.
Membrikan komentar secara verbal melalui kalimat-kalimat yang segar tanpa keluar dari konteks materi pelajaran yang sedang dibahas.
3. Memberikan peunjuk dan tujuan yang jelas
Siswa akan belajar dengan perhatian penuh manakalamamahami tujuan yang harus
dicapai serta mengerti apa yang harus dilakukan. Sering terjadi kurangnya konsentrasi
disebabkan ketidakpahaman terhadap arah dan sasaran yang akan dicapai.
4. Memberi teguran dan penguatan
Teguran diperlukan sebagai upaya memodifikasi tingkah laku. Teguran verbal yang
efektif adalah yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
Tegas dan jelas tertuju kepada siswa yang mengganggu serta kepada tingkah lakunya yang menyimpang.
Menghindari peringatan yang kasar dan menyakitkan atau yang mengandung penghinaan.
Menghindari ejekan, lebih-lebih yang berkepanjangan.
Dalam memberi penguatan, guru dapat menggunakan dua cara berikut.
Guru dapat memberikan penguatan kepada siswa yang mengganggu, yaitu dengan jalan “menangkap” siswa tersebut ketika ia sedang melakukan tingkah laku yang tidak wajar, kemudian menegurnya.
Guru dapat memberikan penguatan kepada siswa yang bertingkah laku wajar dengan demikian menjadi contoh atau teladan tentang tingkah laku positif bagi siswa yang suka mengganggu.
b. Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal
Keterampilan ini berkaitan dengan respons guru terhadap gangguan siswa yang
berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk
mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Apabila terdapat siswa yang menimbulkan
gangguan yang berulang-ulang walaupun guru telah menggunakan tingkah laku dan respons
yang sesuai, guru dapat meminta bantuan kepada kepala sekolah, konselor sekolah, atau
orang tua siswa.
Pada tingkat tertentu guru dapat menggunakan seperangkat strategi untuk tindakan
perbaikan terhadap tingkah laku siswa yang terus menerus menimbulkan gangguan dan yang
tidak mau terlibat dalam tugas di kelas. Strategi tersebut adalah:
1. Modifikasi tingkah laku. Guru hendaknya menganalisis tingkah laku siswa yang
mengalami masalah atau kesulitan dan berusaha memodifikasi tingkah laku tersebut
dengan mengaplikasikan pemberian penguatan secara sistematis.
2. Guru dapat menggunakan pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan cara:
Memperlancar tugas-tugas untuk mengusahakan terjadinya kerja sama yang
baik dalam pelaksanaan tugas.
Memelihara kegiatan-kegiatan kelompok, memelihara dan memulihkan
semangat siswa dan menangani konflik yang timbul.
3. Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah. Guru dapat
menggunakan seperangkat cara untuk mengendalikan tingkah lku keliru yang muncul,
dan ia mengetahui sebab-sebab dasar yang mengakibatkan ketidakpatutan tingkah laku
tersebut serta berusaha untuk menemukan pemecahannya.
Dalam usaha mengelola kelas secara efektif ada sejumlah kekeliruan yang harus dihindari
oleh, yaitu sebagai berikut:
a. Campur tangan yang berlebihan (teachers instruction)
Apabila guru menyela kegiatan yang sedang asyik berlaangsung dengan komentar ,
pertanyaan, atau petunjuk yang mendadak, kegiatan itu akan terganggu atau terputus. Hal ini
akan memberi kesan kepada siswa bahwa guru tidak memperhatikan keterlibatan dan
kebutuhan anak. Ia hanya ingin memuaskan kehendak sendiri.
b. Kelenyapan (fade away)
Hal ini terjadi jika guru gagal secara tepat melengkapi suatu instruksi, penjelasan, petunjuk,
atau komentar, dan kemudian menghentikan penjelasan atau sajian tanpa alas an yang jelas.
Juga dapat terjadi dalam bentuk waktu diam yang terlalu lama, kehilangan akal, atau
melupakan langkah-langkah dalam pelajaran. Akibatnya ialah membiarkan pikiran siswa
mengawang-awang, melantur, dan mengganggu keefektifan serta kelancaran pelajaran.
c. Ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan (stops and starts)
Hal ini dapat terjadi bila guru memulai suatu aktivitas tanpa mengakhiri aktivitas
sebelumnya, menghentikan kegiatan pertama, memulai yang kedua, kemudian kembali
kepada kegiatan yang pertama lagi. Dengan demikian guru tidak dapat mengendalikan situasi
kelas dan akhirnya mengganggu kelancaran kegiatan siswa.
d. Penyimpangan (digression)
Akibat guru terlalu asyik dalam suatu kegiatan atau bahan tertentu memungkinkan ia dapat
menyimpang. Penyimpangan tersebut dapat mengganggu kelancaran kegiatan belajar siswa.
e. Bertele-tele (overdwelling)
Kesalahan ini terjadi bila pebicaraan guru bersifat mengulang hal-hal tertentu,
memperpanjang keterangan atau penjelasan, mengubah teguran yang sederhana menjadi
ocehan atau kupasan yang panjang.
8. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perseorangan
Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah bila jumlah siswa yang dihadapi oleh guru
terbatas, yakni berkisar antara 3 – 8 orang untuk kelompok kecil dan seorang guru unuk
perseorangan. Guru menghadapi banyak siswa yang terdiri dari beberapa kelompok yang dapat
bertatap muka, baik secara perseorangan maupun secara berkelompok.
Peran guru dalam pengajaran ini adalah sebagai:
1. Organisator kegiatan belajar mengajar
2. Sumber informasi (nara sumber) bagi siswa
3. Motivator bagi siswa untuk belajar
4. Penyedia materi dan kesempatan belajar (fasilitator) bagi siswa
5. Pembimbing kegiatan belajar siswa (konselor)
6. Peserta kegiatan belajar
Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian
terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa maupun
antara siswa dengan siswa. Pengajaran ini memungkinkan siswa belajar lebih aktif, memberikan
rasa tanggung jawab yang lebih besar, serta dapat memnuhi kebutuhan siswa secara optimal
Kombinasi pengajaran klasikal, kelompok kecil, dan perseorangan memberikan peluang
yang besar bagi tercapainya tujuan pengajaran. Dengan demikian, penguasaan keterampilan
mengajar kelompok kecil dan perseorangan merupakan satu kebutuhan yang esensial bagi setiap
calon guru dan guru profesional.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
1. Bagi guru yang sudah terbiasa dengan pengajaran klasikal, sebaiknya dimulai dengan
pengajaran kelompok, kemudian secara bertahap mengarah kepada pengajaran perseorangan.
Sedangkan bagi calon guru sebaiknya dimulai dengan pengajaran perseorangan, kemudian
secara bertahap pengajaran kelompok kecil.
2. Tidak semua topik atau pokok bahasan dapat dipelajari secara efektif dalam kelompok kecil
maupun perseorangan. Hal-hal yang bersifat umum seperti pengarahan informasi umum
sebaiknya diberikan dalam bentuk kelas besar.
3. Dalam pengajaran kelompok kecil, langkah pertama adalah mengorganisasi siswa, sumber,
materi, ruangan, serta waktu yang diperlukan, dan diakhiri dengan kegiatan kulminasi yang
dapat berupa rangkuman, pemantapan atau laporan.
4. Dalam pengajaran perseorangan guru harus mengenal siswa secara pribadi sehingga kondisi
belajar dapat diatur.
5. Kegiatan dalam pengajaran perorangan dapat dilakukan melalui paket belajar atau bahan
yang telah disiapkan oleh guru.
Komponen-komponen keterampilan antara lain
1. Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi
Salah satu prinsip pengajaran kelompok kecil dan perseorangan adalah terjadinya
hubungan yang akrab dan sehat antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Hal ini
dapat terwujud bila guru memiliki keterampilan berkomunikasi secara pribadi yang dapat
diciptakan antara lain dengan:
Menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan siswa baik dalam
kelompok kecil maupun perseorangan.
Mendengarkan secara simpatik ide-ide yang dikemukakan oleh siswa.
Memberikan respon positif terhadap buah pikiran siswa.
Membangun hubungan saling mempercayai
Menunjukkan kesiapan untuk membantu siswa
Menerima perasaan siswa dengan penuh pengertian dan terbuka
Berusaha mengendalikan situasi hingga siswa merasa aman, penuh pemahaman,
dan dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.
2. Keterampilan mengorganisasi
Selama kegiatan kelompok kecil atau perseorangan berlangsung, guru berperan sebagai
organisator yang mengatur dan memonitor kegiatan dari awal sampai akhir. Dalam hal ini
guru memerlukan keterampilan sebagai berikut:
Memberikan orientasi umum tentang tujuan dan tugas yang akan dilakukan.
Menvariasikan kegiatan yang mencakup penyediaan ruangan, peralatan, dan cara
melaksanakannya.
Membentuk kelompok yang tepat.
Mengoordinasikan kegiatan
Membagi perhatian kepada berbagai tugas dan kebutuhan siswa
Mengakhiri kegiatan dengan laporan hasil yang dicapai oleh siswa.
3. Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar
Keterampilan ini memungkinkan guru membantu siswa untuk maju tanpa mengalami
frustasi. Hal ini dapat dicapai bila guru memiliki keterampilan berikut.
Memberikan penguatan yang merupakan dorongan yang penting bagi siswa untuk
maju.
Mengembangkan supervisi proses awal, yakni sikap tanggap guru terhadap siswa
baik individu maupun kelompok yang memungkinkan guru mengetahui apakah segala
sesuatu berjalan lancar sesuai dengan yang dihadapkan.
Mengadakan supervisi proses lanjut yang memusatkan perhatian pada penekanan
dan pemberian bantuan ketika kegiatan berlangsung.
Mengadakan supervisi pemanduan yang memusatkan perhatian pada penilaian
pencapai tujuan dari berbagai kegiatan yang dilakukan dalam rangka menyiapkan
rangkuman dan pemantapan sehingga siswa saling belajar dan memperoleh wawasan
yang menyeluruh. Ini dilakukan dengan mendatangi kelompok, menilai kemajuannya,
dan menyiapkan mereka untukmengikuti kegiatan akhir cara yang efektif. Untuk maksud
ini ialah mengingatkan siswa akan waktu yang masih tersisa untuk menyelesaikan tugas.
4. Keterampilan merencanakan dan melaksnakan kegiatan belajar-mengajar
Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar mencakup:
Membantu siswa menetapkan tujuan pelajaran dan menstimulasi siswa untuk
mencapai tujuan tersebut.
Merencanakan kegiatan belajar bersama siswa yang mencakup kriteria
keberhasilan, langkah-langkah kerja, waktu, serta kondisi belajar.
Bertindak atau berperan sebagai penasihat bagi siswa bila diperlukan.
Membantu siswa menilai pencapaian dan kemajuannya sendiri. Ini berarti memberi
kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki dirinya sendiri yang merupakan kerja sama
guru dengan siswa dalam situasi pendidikan yang manusiawi.
Untuk keempat keterampilan tersebut di atas ternyata ada keterampilan dasar yang
sebelumnya harus dikuasai guru, yaitu keterampilan bertanya, memberi penguatan,
mengadakan variasi, dan menjelaskan. Dengan demikian, keterampilan mengajar serta
membimbing kelompok kecil dan perseorangan merupakan keterampilan yang kompleks.About these ads