RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMA Kristen Satya Wacana Salatiga
Kelas/ Semester : X / 1 (ganjil)
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Materi : Indonesia Zaman Praaksara: Awal kehidupan
Manusia Indonesia
Tema : - Corak kehidupan masyarakat
- Hasil-hasil budaya masyarakat
- Nilai-nilai budaya masyarakat
Pertemuan ke- : 1
Alokasi waktu : 2 X 45 menit ( 90Menit)
A. Kompetensi Inti
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
3.4. Memahami hasil-hasil dan nilai-nilai budaya masyarakat praaksara Indonesia dan
pengaruhnya dalam kehidupan lingkungan terdekat
3.4.1. Menjelaskan corak kehidupan masyarakat pada masa praaksara di Indonesia :
Menerangkan proses kehidupan masyarakat pada masa praaksara
Menerangkan perkembangan kehidupan masyarakat praaksara dari masa ke masa
Menerangkan hasil-hasil peninggalan kebudayaan masa praaksara
Menerangkan nilai-nilai kebudayaan masa praaksara
4.3. Menyajikan hasil-hasil dan nilai-nilai budaya masyarakat praaksara Indonesia dan
pengaruhnya dalam kehidupan lingkungan terdekat dalam bentuk tulisan
Menganalisis ide, mengkaji tentang proses perkembangan kehidupan masa praaksara
Merumuskan hasil-hasil kebudayaan zaman palaeolithikum dan mesolithikum
Melalui diskusi peserta didik dapat memahami tentang informasi tambahan yang belum
dipahami mengenai kehidupan manusia purba, peninggalan hasil-hasil budaya dan nilai-
nilai budaya zaman praaksara
Mempresentasikan hasil kajian yang diperoleh kelompok tentang kehidupan pada masa
praaksara terutama zaman palaeolithikum dan mesolithikum serta hasil-hasil
kebudayaannya.
Melaporkan hasil diskusi tentang tentang kehidupan pada masa praaksara terutama
zaman palaeolithikum dan mesolithikum serta peninggalan hasil-hasil kebudayaannya.
C. Tujuan Pembelajaran
Melalui diskusi, mengamati, dan membaca refenrensi siswa dapat :
1. Menunjukkan sikap tanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas pembelajaran
sejarah terkait perkembangan kehidupan manusia praaksara pada zaman
Paleolithikum sampai Mesolithikum beserta hasil kebudayaannya di Indonesia di
Indonesia
2. Menunjukkan sikap responsife dan pro-aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran
dikelas
3. Mampu menganalisis perkembangan kehidupan manusia purba di Indonesia
4. Mampu menyajikan dalam bentuk presentasi mengenai perkembangan kehidupan
manusia purba serta hasil-hasil kebudayaan pada masa praaksara di Indonesia
D. Materi Pembelajaran
1. Corak kehidupan masyarakat masa praaksara
2. Perkembangan teknologi masyarakat praaksara
3. Sistem kepercayaan masyarakat masa praaksara
4. Hasil-hasil kebudayaan peninggalan masyarakat masa praaksara
E. Model dan Metode Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran : Scientific
Metode Pembelajaran : Ceramah, Tanya-jawab, diskusi,dan Picture And Picture
Strategi pembelajaran : Problem base learning
F. Media, Alat dan Sumber Belajar
1. Media : LKS dan Power Point
2 2. Alat; LCD, Slide Power Point, Lembar Soal, Lembar Diskusi, White Board, Spidol Hitam.
3. Sumber Belajar:
- Kemendikbud RI 2013, Buku Guru, Sejarah Indonesia Kelas X, Jakarta: Kemendikbud
- Kemendikbud RI 2013, Buku Siswa, Sejarah Indonesia Kelas X, Jakarta: Kemendikbud
- Internet : https://repository.usd.ac.id/684/2/091314029_full.pdf
G. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Alokasi
Waktu
Pendahulu
an
a. Mengawali pembelajaran dengan berdoa dan memberi salam
b. Mempersiapkan kelas agar lebih kondusif untuk memulai proses
KBM (kerapian, kebersihan ruang kelas, menyediakan media
dan alat serta buku yang diperlukan)
c. Memantau kehadiran dengan mengabsen peserta didik
d. Guru menyiapkan alat dan materi pembelajaran
e. Menampilkan gambar tentang kehidupan masa praaksara pada
masa Palaeolithikum dan mesolithikum
f. Siswa menerima penjelasan guru mengenai tujuan pembelajaran
10 Menit
g. Guru menyampaikan cakupan materi secara garis besar. h. Guru mengadakan tanya jawab yang mengarah pada materi
pembelajaran
i. Siswa diberi penjelasan mengenai pelaksanaan pembelajaran
Picture and Picture
Inti
(Mengamati)
Peserta didik ditunjukkan gambar oleh guru :
yang terkait dengan corak kehidupan masyarakat masa
praaksara
Jenis-jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia
Macam-macam penemuan hasil kebudayaan masa praaksara
(Menanya)
Guru memberi pertanyaan pada peserta didik yang berkaitan dengan materi pembelajaran
Siswa menjawab pertanyaan tentang corak kehidupan
masyarakat masa praaksara yang bertujuan untuk menggali
kemampuan siswa
(Menalar)
Setiap siswa mengamati gambar pada layar LCD dan mendengarkan penjelasan dari guru
Siswa dibagi dalam 6 kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 4-5 orang dengan cara mengambil permen
warna-warni yang disediakan oleh guru lalu mencari warna
permen yang sesuai dengan yang didapat oleh peserta didik
lalu dengan mudah peserta didik menjadi satu kelompok
Siswa yang telah menemukan kelompoknya melaporkan
kepada guru dan guru membuat catatan pada lembar
instrumen yang sudah dipersiapkan
Setiap kelompok bertugas merangkai potongan kertas lalu ditempelkan pada bingkai menjadi rangkaian yang utuh yang
sudah disediakan oleh guru
Masing-masing kelompok diminta untuk mencari informasi materi dengan membaca buku siswa/ mencari di internet
tentang corak kehidupan masa praaksara.
Setiap kelompok diberikan tugas untuk menganalisa tentang pola kehidupan masyarakat hingga hasil kebudayaan
peninggalan masa praaksara sebagai berikut :
Kelompok 1
1. Mengkaji dan merumuskan tentang jenis manusia purba di
Indonesia berupa Meganthropus Paleojavanicus
Kelompok 2
2. Mengkaji dan merumuskan tentang jenis manusia purba di
Indonesia berupa gambar Pithecanthropus
Kelompok 3
60 menit
3. Mengkaji dan merumuskan tentang gambar pola hunian masa praaksara berupa gambar tinggal dalam gua (Abris
Sous Roche) masa mesolithikum
Kelompok 4
4. Mengkaji dan merumuskan tentang hasil kebudayaan masa
praaksara berupa gambar alat berburu meramu masa
palaeolitikum
Kelompok 5
5. Mengkaji dan merumuskan tentang hasil kebudayaan masa
praaksara berupa gambar alat produksi masa
mesolithikum
Kelompok 6
6. Mengkaji dan merumuskan tentang jenis manusia purba di
Indonesia berupa gambar Homo Sapiens
(Mencoba)
Peserta didik bekerjasama merangkai potongan kertas lalu
menempelkan pada bingkai yang telah disediakan oleh guru,
adapun peserta didik yang bertugas mencari berbagai sumber
untuk mendapatkan informasi mengenai arahan tugas dari
guru untuk dipresentasikan di depan kelas
Setelah rangkaian potongan kertas tersusun sesuai dengan gambar pada layar LCD, masing-masing siswa mencari
informasi melalui internet maupun buku LKS
Peserta didik saling bekerja sama membuat analisa pada tugas yang diberikan oleh guru lalu mempresentasikan di depan
kelas sesuai urutan nomor perkelompok
Setiap peserta didik mencatat hasil diskusi kelompoknya
Peserta didik yang sudah selesai presentasi diberi reward oleh guru
(Membuat Jejaring)
Setiap kelompok maju mempresentasikan hasil diskusi sesuai dengan urutan nomor kelompok dengan begitu siswa
berinisiatif mempresentasikan tanpa ditunjuk oleh guru
Masing- masing kelompok melaporkan/ mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, dan kelompok lain
menanggapi
Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam
bentuk lisan pada kelompok-kelompok diskusi yang telah
selesai melaporkan hasil diskusinya.
Penutup
Siswa diberi soal tes evaluasi untuk mengetahui kemampuan
siswa
Siswa mengerjakan soal tes evaluasi dan angket Picture And Picture yang telah diberikan oleh guru secara individu
Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya dengan memberikan tugas mandiri terstruktur,
peserta didik diminta membaca buku LKS serta membuat
20 Menit
rangkuman tentang perkembangan corak kehidupan pada masa praaksara serta hasil-hasil kebudayaan dari masa praaksara
bagi kehidupan manusia.
Menutup pelajaran dengan berdoa dan salam penutup
H .Penilaian
Bentuk Instrumen dan Jenis/Teknik Penilaian :
a. Bentuk Instrumen berupa tes :
1. Testulis bentuk pilihan ganda
b. Bentuk instrument berupa non tes :
1. Observasi untuk penilaian perilaku ilmiah siswa dan guru beserta pedoman
penskoran
Salatiga, 20 Oktober 2017
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran, Peneliti
Dra. Magdalena Yahmini Soewadji, S.S.,M.Pd. Fajarwidyartiningsih
Kepala Sekolah
Bambang Irawan, S.Pd.
Lembar Evaluasi Siklus 1
Soal evaluasi siklus 1
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda silang (X) pada jawaban yang
benar!
1. Manusia penghuni bumi yang hidup pada zaman prasejarah ketika manusia belum mengenal
tulisan disebut ...
a) Fosil
b) Tulang-belulang
c) Peninggalan
d) Manusia Purba
2. Zaman ini berlangsung selama 600.000 tahun yang lalu selama masa plestosen (dilluvium) disebut
zaman ...
a) Neolithikum
b) Mesolithikum
c) Paleolithikum
d) Mesozoikum
3. Palaeo itu tua sedang litikum adalah zaman batu, jadi Paleolithikum adalah ...
a) Zaman batu muda
b) Zaman batu madya
c) Zaman batu tua
d) Zaman batu berkelanjutan
4. Pola hunian masyarakat pada masa paleolithikum belum menetap yang sering disebut ....
a) Nomaden
b) kjokkenmodinger
c) Abris sous roche
d) Atas bukit
5. Kapak Perimbas (Chopper), alat serpih,, alat dari tulang merupakan ciri hasil kebudayaan pada
masa ....
a) Mesozoikum
b) Mesolithikum
c) Neolithikum
d) Paleolithikum
6. 1. Hasil budaya masih kasar
2. Food Producing (bercocok tanam)
3. Tinggal di Gua-gua atau Rumah Panggung di Pantai
4. Belum mengenal penguburan mayat
Ciri kehidupan pada masa Mesolithikum ialah ....
a. 1 dan 2
b. 2 dan 3
c. 2 dan 4
d. 1 dan 4
7. Mesolithikum disebut juga sebagai ....
a. Zaman batu muda
b. Zaman batu tua
c. Zaman batu tengah
d. Zaman batu besar
8. Sampah dapur atau sering disebut juga Kjokkenmodinger merupakan kebudayaan pada masa ....
a. Megalithikum
b. Jaman logam
c. Paleolithikum
d. Mesolithikum
9. Zaman mesolithikum sudah mulai tinggal di gua atau sering disebut dengan istilah ...
a. Abris Sous Roche
b. Kjokkenmodinger
c. Nomaden
d. Migrasi
10. Pithecanthropus Erectus menjadi temuan pertama yang menjadi pangkal penyelidikan
selanjutnya yang ditemukan oleh ...
a. E. Dubois
b. Von Koenigswald
c. F. Weidenreich
d. J. Deandeles
11. Meganthropus Palaeojavanicus ditemukan oleh seorang peneliti pada tahun 1941 yang
bernama ....
a. E. Dubois
b. Von Koenigswald
c. F. Weidenreich
d. J. Deandeles
12. Kebudayaan tertua di Indonesia yang ditemukan di provinsi Jawa Timur pada zaman
Palaeolithikum nama kedua tempat penemuan tersebut dibagi atas ....
a. Trinil dan Sangiran
b. Nganjuk dan Ngawi
c. Pacitan dan Sangiran
d. Pacitan dan Ngandong
13. Kapak genggam mesolithikum itu dinamakan pebble atau juga menurut tempat penemuannya
disebut ...
a. Kapak Aceh
b. Kapak Sumatra
c. Kapak Lonjong
d. Kapak Pendek
14. 1. Hidup antara 2 s/d 1 juta tahun yang lalu
2. Tubuh besar dan tegap
3. Hidup mengumpulkan makanan dan memakan tumbuhan
4. Rahangnya kuat
5. Volume otak kecil
Ciri Manusia purba diatas merupakan ciri dari ....
a. Meganthropus Palaeojavanicus
b. Pithecanthropus Erectus
c. Homo Sapiens
d. Homo Wajakensis
15. 1. Hidup antara 2 s/d 1 juta tahun yang lalu
2. Hidup berkelompok
3. Hidungnya lebar dengan tulang pipi yang kuat dan menonjol
4. Mengumpulkan makanan dan berburu
5. Makanannya daging dan tumbuhan
Ciri Manusia purba diatas merupakan ciri dari ....
a. Meganthropus Palaeojavanicus
b. Homo Sapiens
c. Homo Wajakensis
d. Pithecanthropus
16. 1. Homo wajakensis
2. Austronesia
3. Papua melanesoid
3. Homo Soloensis
4. Pithecanthropus
Ciri jenis manusia/bangsa pada zaman Paleolithikum antara lain ialah ....
a. 1, 3 dan 4
b. 2, 3, dan 4
c. 1, 2, dan 3
d. 1, 2, dan 4
17. 1. Kapak pendek 2. Lukisan Gua 3. Choppers 4. alat dari tanduk rusa
Hasil-hasil kebudayaan pasa masa Mesolithikum antara lain ialah ....
a. 1 dan 3
b. 1 dan 4
c. 1 dan 2
d. 3 dan 4
18. 1. Alat-alat tulang dan tanduk rusa 2. Flakes 3. choppers
Hasil kebudayaan diatas merupakan hasil pada zaman ...
a. Palaeolithikum
b. Mesolithikum
c. Neolithikum
d. Logam
19. Jenis manusia yang menjadi pendukun kebudayaan pada zaman mesolithikum ialah ...
a. Austronesia
b. Pithecanthropus
c. Papua-Melanesoid
d. Homo Soloensis
20. Pada masa bercocok tanam, masyarakat sudah mengenal sistem kepercayaan untuk memanggil
roh nenek moyang yang disebut ...
a. Animisme dan Dinamisme
b. Monotheisme
c. Atheis
d. Nomaden
KUNCI JAWABAN
1 D 11 B
2 C 12 D
3 C 13 B
4 A 14 A
5 D 15 D
6 B 16 A
7 C 17 C
8 D 18 A
9 A 19 C
10 A 20 A
Observasi untuk penilaian perilaku ilmiah siswa
LEMBAR PENGAMATAN KEGIATAN
PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE
RESPONDEN SISWA
Nama Sekolah : SMA Kristen Satya Wacana Salatiga
Mata Pelajaran : Sejarah
Kelas/Semester : X IPS 2
Tahun Pelajaran : 2017/2018
Pokok Bahasan :
Siklus I
No Aspek yang diamati Baik
Sekali
Baik Cukup Kurang
1 Keaktifan dalam pembelajaran
2 Memperhatikan penjelasan guru
3 Mengerjakan tugas yang
diberikan guru
4 Memahami tugas masing-masing
5 Berpartisipasi dalam
pembelajaran
6 Apabila mengalami kesulitan,
berinisiatif menanyakan kepada
guru atau teman lain
7 Kelancaran pada saat presentasi
Beri tanda (√) untuk pertanyaan yang sesuai
Keterangan :
Baik sekali : 4
Baik : 3
Cukup : 2
Kurang : 1
Observasi untuk penilaian perilaku ilmiah guru
LEMBAR PENGAMATAN KEGIATAN
PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE
RESPONDEN GURU
Nama Sekolah : SMA Kristen Satya Wacana Salatiga
Mata Pelajaran : Sejarah
Kelas/Semester : X IPS 2
Tahun Pelajaran : 2017/2018
Pokok Bahasan :
Siklus I
No Kegiatan Baik
Sekali
Baik Cukup Kurang
A. Pendahuluan
1 Apersepsi
2 Menyampaikan tujuan
yang akan dicapai
3 Menjelaskan materi
4 Menjelaskan langkah-
langkah pembelajaran
Picture And Picture?
B. Kegiatan Inti
5 Membagi siswa dalam
kelompok
6 Mengawasi jalannya
permainan
7 Menumbuhkan
partisipasi aktif siswa
dalam permainan
8 Memberi bantuan kepada
siswa yang mengalami
kesulitan
9 Memberi penghargaan
terhadap keberhasilan
siswa
C. Kegiatan Penutup
10 Menyimpulkan
materi pelajaran
dengan melibatkan
siswa
11 Memberikan tes
12 Menutup pelajaran
Beri tanda (√) untuk pertanyaan yang sesuai
Keterangan :
Baik sekali : 4
Baik : 3
Cukup : 2
Kurang : 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMA Kristen Satya Wacana Salatiga
Kelas/ Semester : X / 1 (ganjil)
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Materi : Indonesia Zaman Praaksara: Awal kehidupan
Manusia Indonesia
Tema : - Corak kehidupan masyarakat
- Hasil-hasil budaya masyarakat
- Nilai-nilai budaya masyarakat
Pertemuan ke- : 2
Alokasi waktu : 2 X 45 menit ( 90Menit)
A. Kompetensi Inti
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
3.4. Memahami hasil-hasil dan nilai-nilai budaya masyarakat praaksara Indonesia dan
pengaruhnya dalam kehidupan lingkungan terdekat
3.4.1. Menjelaskan corak kehidupan masyarakat pada masa praaksara di Indonesia :
Menerangkan proses kehidupan masyarakat pada masa praaksara
Menerangkan perkembangan kehidupan masyarakat praaksara dari masa ke masa
Menerangkan hasil-hasil peninggalan kebudayaan masa praaksara
Menerangkan nilai-nilai kebudayaan masa praaksara
4.3. Menyajikan hasil-hasil dan nilai-nilai budaya masyarakat praaksara Indonesia dan
pengaruhnya dalam kehidupan lingkungan terdekat dalam bentuk tulisan
Menganalisis ide, mengkaji tentang proses perkembangan kehidupan masa praaksara
Merumuskan hasil-hasil kebudayaan zaman neolithikum sampai zaman logam
Melalui diskusi peserta didik dapat memahami tentang informasi tambahan yang belum
dipahami mengenai kehidupan manusia purba pada zaman neolithikum sampai zaman
logam, serta peninggalan hasil-hasil budaya dan nilai-nilai budaya zaman praaksara.
Mempresentasikan hasil kajian yang diperoleh kelompok tentang kehidupan pada masa
praaksara terutama zaman neolithikum sampai zaman logam
Melaporkan hasil diskusi tentang tentang kehidupan pada masa praaksara terutama
zaman neolithikum sampai zaman logam serta peninggalan hasil-hasil kebudayaannya.
C. Tujuan Pembelajaran
Melalui diskusi, mengamati, dan membaca referensi siswa dapat :
1. Menunjukkan sikap tanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas pembelajaran
sejarah terkait perkembangan kehidupan manusia masa praaksara pada zaman
Neolithikum sampai zaman logam beserta hasil kebudayaannya di Indonesia
2. Menunjukkan sikap responsife dan pro-aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran
dikelas
3. Mampu menganalisis perkembangan kehidupan manusia purba beserta hasil-hasil
kebudayaan di Indonesia
4. Mampu menyajikan dalam bentuk presentasi mengenai perkembangan kehidupan
manusia purba beserta hasil-hasil kebudayaan pada masa praaksara di Indonesia
D. Materi Pembelajaran
1. Corak kehidupan masyarakat masa praaksara
2. Perkembangan teknologi masyarakat praaksara
3. Sistem kepercayaan masyarakat masa praaksara
4. Hasil-hasil kebudayaan peninggalan masyarakat masa praaksara
E. Model dan Metode Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran : Scientific
Metode Pembelajaran : Ceramah, Tanya-jawab, diskusi,dan Picture And Picture
Strategi pembelajaran : Problem base learning
F. Media, Alat dan Sumber Belajar
1. Media : LKS dan Power Point
2 2. Alat; LCD, Slide Power Point, Lembar Soal, Lembar Diskusi, White Board, Spidol Hitam.
3. Sumber Belajar:
- Kemendikbud RI 2013, Buku Guru, Sejarah Indonesia Kelas X, Jakarta: Kemendikbud
- Kemendikbud RI 2013, Buku Siswa, Sejarah Indonesia Kelas X, Jakarta: Kemendikbud
- Internet : https://repository.usd.ac.id/684/2/091314029_full.pdf
G. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Alokasi
Waktu
Pendahulu
an
a. Mengawali pembelajaran dengan berdoa dan memberi salam
b. Mempersiapkan kelas agar lebih kondusif untuk memulai proses
KBM (kerapian, kebersihan ruang kelas, menyediakan media
dan alat serta buku yang diperlukan)
c. Memantau kehadiran dengan mengabsen peserta didik
d. Guru menyiapkan alat dan materi pembelajaran
e. Menampilkan gambar tentang kehidupan masa praaksara pada
masa neolithikum sampai zaman logam
10 Menit
f. Siswa menerima penjelasan guru mengenai tujuan pembelajaran g. Guru menyampaikan cakupan materi secara garis besar.
h. Guru mengadakan tanya jawab yang mengarah pada materi
pembelajaran
i. Siswa diberi penjelasan mengenai pelaksanaan pembelajaran
Picture and Picture
Inti
(Mengamati)
Peserta didik ditunjukkan gambar oleh guru :
yang terkait dengan perkembangan corak kehidupan
masyarakat pada masa praaksara zaman neolithikum sampai
zaman logam
Macam-macam penemuan hasil kebudayaan masa praaksara pada zaman neolithikum sampai zaman logam
(Menanya)
Guru memberi pertanyaan pada peserta didik yang berkaitan dengan materi pembelajaran
Siswa menjawab pertanyaan tentang corak kehidupan masyarakat masa praaksara zaman neolithikum sampai
zaman logam yang bertujuan untuk menggali kemampuan
siswa
(Menalar)
Setiap siswa mengamati gambar pada layar LCD dan
mendengarkan penjelasan dari guru
Siswa dibagi dalam 5 kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 5 orang dengan cara mengambil permen
warna-warni yang disediakan oleh guru lalu mencari warna
permen yang sesuai dengan yang didapat oleh peserta didik
lalu dengan mudah peserta didik menjadi satu kelompok
Siswa yang telah menemukan kelompoknya melaporkan kepada guru dan guru membuat catatan pada lembar
instrumen yang sudah dipersiapkan
Setiap kelompok bertugas merangkai potongan kertas lalu
ditempelkan pada bingkai menjadi rangkaian yang utuh yang
sudah disediakan oleh guru.
Masing-masing kelompok diminta untuk mencari informasi materi dengan membaca buku siswa/ mencari di internet
tentang corak kehidupan masa praaksara zaman neolithikum
sampai zaman logam.
Setiap kelompok diberikan tugas untuk menganalisa tentang pola kehidupan masyarakat hingga hasil kebudayaan
peninggalan masa praaksara zaman neolithikum sampai
zaman logam sebagai berikut :
Kelompok 1
60 menit
1. Mengkaji dan merumuskan tentang hasil kebudayaan pada zaman neolithikum berupa kapak lonjong
Kelompok 2
2. Mengkaji dan merumuskan tentang hasil kebudayaan
pada zaman neolithikum berupa kapak persegi
Kelompok 3
3. Mengkaji dan merumuskan tentang berupa alat pemujaan
roh nenek moyang pada zaman megalithikum contoh
menhir
Kelompok 4
4. Mengkaji dan merumuskan tentang hasil kebudayaan pada
zaman megalithikum berupa gambar punden berundak-
undak
Kelompok 5
5. Mengkaji dan merumuskan tentang hasil kebudayaan masa
praaksara berupa gambar Nekara
(Mencoba)
Peserta didik bekerjasama merangkai potongan kertas lalu
menempelkan pada bingkai yang telah disediakan oleh guru,
adapun peserta didik yang bertugas mencari berbagai sumber
untuk mendapatkan informasi mengenai arahan tugas dari
guru untuk dipresentasikan di depan kelas
Setelah rangkaian potongan kertas tersusun sesuai dengan gambar pada layar LCD, masing-masing siswa mencari
informasi melalui internet maupun buku LKS
Peserta didik saling bekerja sama membuat analisa pada tugas yang diberikan oleh guru lalu mempresentasikan di depan
kelas sesuai urutan nomor perkelompok
Setiap peserta didik mencatat hasil diskusi kelompoknya
Peserta didik yang sudah selesai presentasi diberi reward oleh guru
(Membuat Jejaring)
Setiap kelompok maju mempresentasikan hasil diskusi sesuai dengan urutan nomor kelompok dengan begitu siswa
berinisiatif mempresentasikan tanpa ditunjuk oleh guru
Masing- masing kelompok melaporkan/ mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, dan kelompok lain
menanggapi
Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam
bentuk lesan pada kelompok-kelompok diskusi yang telah
selesai melaporkan hasil diskusinya.
Penutup
Siswa diberi soal tes evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa
Siswa mengerjakan soal tes evaluasi dan angket Picture And
Picture yang telah diberikan oleh guru secara individu
Menutup pelajaran dengan berdoa dan salam penutup
20 Menit
H .Penilaian
Bentuk Instrumen dan Jenis/Teknik Penilaian :
a. Bentuk Instrumen berupa tes :
1. Testulis bentuk pilihan ganda
b. Bentuk instrument berupa non tes :
1. Observasi untuk penilaian perilaku ilmiah siswa dan guru beserta pedoman
penskoran
Salatiga, 27 Oktober 2017
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran, Peneliti
Dra. Magdalena Yahmini Soewadji, S.S.,M.Pd. Fajarwidyartiningsih
Kepala Sekolah
Bambang Irawan, S.Pd.
Lembar Evaluasi Siklus II
Soal evaluasi siklus II
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda silang (X) pada jawaban yang
benar!
1. Manusia pendukung kebudayaan Neolithikum adalah ...
a) Pithecanthropus
b) Bangsa Austronesia dan Papua Melanesoid
c) Negroid
d) Australia
2. Beberapa jenis peralatan yang ditemukan dan sekaligus menjadi corak khusus masa
Neolithikum meliputi ...
a) Mata panah, perhiasan, tembikar
b) Kapak perimbas
c) Flakes
d) Alat dari tulang
3. Daerah penemuan kapak lonjong di Indonesia, hanya terbatas di daerah bagian timur diantara
lain ....
a) Kalimantan, Bali, Surabaya
b) Bandung, Jakarta, Bali
c) Sulawesi, Flores, Maluku
d) Medan, Jambi, Aceh
4. Beliung persegi berasal dari zaman Megalithikum yang memiliki fungsi digunakan untuk..
a) Melubangi kayu dan membuat ukiran.
b) Bercocok tanam
c) Menggali kubur
d) Memangkas rumput
5. Menurut Van Heekeren, pada jaman Neolithik orang-orang Indonesia purba telah ....
a) Abris Sous Roche
b) Hidup menetap
c) Nomaden
d) Tinggal dipinggir sungai
6.
Gambar tembikar diatas banyak ditemukan di daerah ....
a) Sumatra
b) Jawa
c) Kalimantan
d) Sulawesi
7.
Penemuan terbanyak perhiasan pada masa neolithikum ada di daerah ....
a) Banda Aceh
b) Jambi
c) Medan
d) Jawa
e) Palembang
8.
Kapak corong berfungsi untuk ....
a) Bercocok tanam
b) Berburu
c) Alat upacara dan hiasan
d) Menguliti hewan
9.
Gambar diatas berfungsi sebagai salah satu alat dalam upacara untuk mendatangkan hujan,
memanggil roh nenek moyang, alat tersebut memiliki istilah ….
a) Nekara
b) Kapak
c) Pipisan
d) Cobek
10.
Fungsi Moko pada gambar diatas adalah digunakan sebagai
a) Cendramata
b) Hiasan
c) Alat pusaka atau sebagai mas kawin
d) Oleh-oleh khas daerah
11.
Gambar diatas merupakan peninggalan pada zaman ...
a) Plastik
b) Kertas
c) Logam
d) Batu
12.
Di beberapa tempat di Indonesia ditemukan kapak corong, seperti di
a) Sumatera Selatan
b) Papua
c) Sulawesi
d) Palu
13. 1. 2. 3. 4.
Pada gambar diatas yang BUKAN merupakan peninggalan zaman logam ialah ....
a) 1
b) 2
c) 3
d) 4
14. Neolithikum atau sering disebut juga dengan istilah ....
a) Jaman batu tua
b) Jaman batu tengah
c) Jaman batu muda
d) Jaman batu besar
15. 1. 2. 3.
Gambar diatas merupakan ciri peninggalan pada zaman ....
a) Zaman besi
b) Zaman Megalithikum
c) Zaman perunggu
d) Zaman logam
16. Peralatan peninggalan pada zaman perunggu diantara lain ....
a) tembikar
b) Nekara Perunggu, Benjana Perunggu, Arca Perunggu,
c) Kapak lonjong
d) Kapak persegi
17. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga maupun perunggu sebab
melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu ...
a) 1500°C.
b) ±3500 °C.
c) 2000°C.
d) 1000°C.
18. Teknik pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu ....
a) Didinginkan dengan es
b) Dibakar dengan api
c) Direndam dengan air
d) bivalve & a cire perdue
19.
Punden berundak-undak dan Kubur batu termasuk ...
a) Jaman besi
b) Jaman logam
c) Jaman perunggu
d) Jaman megalithikum
20.
Bahan dasar pembuatan pakaian pada masa Neolithikum yang ditemukan di Kalimantan dan
Sulawesi seperti pada gambar diatas ialah ...
a) Kain sutra
b) Kain batik
c) Kain tenun
d) Kulit kayu
KUNCI JAWABAN
1 B 11 C
2 A 12 A
3 C 13 D
4 A 14 C
5 B 15 B
6 A 16 B
7 D 17 B
8 C 18 D
9 A 19 D
10 C 20 D
Observasi untuk penilaian perilaku ilmiah siswa
LEMBAR PENGAMATAN KEGIATAN
PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE
RESPONDEN SISWA
Nama Sekolah : SMA Kristen Satya Wacana Salatiga
Mata Pelajaran : Sejarah
Kelas/Semester : X IPS 2
Tahun Pelajaran : 2017/2018
Pokok Bahasan :
Siklus II
No Aspek yang diamati Baik
Sekali
Baik Cukup Kurang
1 Keaktifan dalam pembelajaran
2 Memperhatikan penjelasan guru
3 Mengerjakan tugas yang
diberikan guru
4 Memahami tugas masing-masing
5 Berpartisipasi dalam
pembelajaran
6 Apabila mengalami kesulitan,
berinisiatif menanyakan kepada
guru atau teman lain
7 Kelancaran pada saat presentasi
Beri tanda (√) untuk pertanyaan yang sesuai
Keterangan :
Baik sekali : 4
Baik : 3
Cukup : 2
Kurang : 1
Observasi untuk penilaian perilaku ilmiah guru
LEMBAR PENGAMATAN KEGIATAN
PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE
RESPONDEN GURU
Nama Sekolah : SMA Kristen Satya Wacana Salatiga
Mata Pelajaran : Sejarah
Kelas/Semester : X IPS 2
Tahun Pelajaran : 2017/2018
Pokok Bahasan :
Siklus II
No Kegiatan Baik
Sekali
Baik Cukup Kurang
C. Pendahuluan
1 Apersepsi
2 Menyampaikan tujuan
yang akan dicapai
3 Menjelaskan materi
4 Menjelaskan langkah-
langkah pembelajaran
Picture And Picture?
D. Kegiatan Inti
5 Membagi siswa dalam
kelompok
6 Mengawasi jalannya
permainan
7 Menumbuhkan
partisipasi aktif siswa
dalam permainan
8 Memberi bantuan kepada
siswa yang mengalami
kesulitan
9 Memberi penghargaan
terhadap keberhasilan
siswa
C. Kegiatan Penutup
10 Menyimpulkan
materi pelajaran
dengan melibatkan
siswa
11 Memberikan tes
12 Menutup pelajaran
Beri tanda (√) untuk pertanyaan yang sesuai
Keterangan :
Baik sekali : 4
Baik : 3
Cukup : 2
Kurang : 1
Lampiran Materi
Perkembangan Kehidupan Manusia Purba di Indonesia
1. Apa itu Manusia Purba?
Manusia purba adalah manusia penghuni bumi yang hidup pada zaman prasejarah (zaman ketika
manusia belum mengenal tulisan). Kita mengetahui adanya manusia purba, yaitu dengan
ditemukannya fosil dan artefak. Fosil adalah sisa-sisa organisme (manusia, hewan, dan tumbuhan)
yang telah membatu yang tertimbun di dalam tanah dalam waktu yang sangat lama. Sedangkan
artefak adalah perkakas atau alat-alat yang dipergunakan manusia purba ketika masih hidupnya.
Fosil dan artefak itu ditemukan oleh para arkeolog (ahli purbakala) melalui kegiatan penggalian
tanah. Hasil penggalian yang berupa fosil dan artefak ini kemudian diteliti. Tujuannya untuk
mengetahui kehidupan manusia yang hidup pada masa lampau. Sebab manusia purba tidak
meninggalkan sumber-sumber sejarah yang berupa tulisan.
Dari fosil dan artefak inilah kita dapat mengetahui kehidupan manusia Indonesia yang hidup pada
masa prasejarah. Mengetahui kehidupan masyarakat Indonesia pada zaman prasejarah sangatlah
penting. Karena selain kita dapat mengetahui ciri-ciri kehidupan manusia Indonesia yang hidup
pada masa lampau, kita juga dapat membandingkannya dengan manusia sekarang.
Berdasarkan fosil dan artefaknya kita juga dapat mengetahui bahwa manusia purba hidupnya masih
sangat sederhana, fisiknya belum sempurna seperti manusia sekarang, demikian pula dengan hasil-
hasil kebudayaannya. Keadaan seperti itu sesuai dengan keadaan lingkungan hidupnya yang masih
hutan belukar. Ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebudayaan pada masa itu belum maju seperti
sekarang.
2. Para Peneliti Manusia Purba di Indonesia
Peta lokasi penemuan manusia purba di Indonesia
Fosil adalah tulang-belulang manusia maupun hewan dan tumbuhtumbuhan yang telah membantu.
Sedangkan, artefak adalah peralatan dan perlengkapan kehidupan manusia sebagai hasil dari
kebudayaannya.
Eugena Dobois adalah yang pertama kali tertarik meneliti manusia purba di Indonesia setelah
mendapat kiriman sebuah tengkorak dari B.D Von Reitschoten yang menemukan tengkorak di
Wajak, Tulung Agung. Fosil itu dinamai Homo Wajakensis, termasuk dalam jenis Homo Sapien
(manusia yang sudah berpikir maju).
a. Ter Haar, Oppenoorth, G.H.R Von Koeningswald.
Hasil penemuannya adalah Fosil tengkorak di Ngandong, Blora. Tahun 1936, ditemukan tengkorak
anak di Perning, 1 Meganthropus Palaeojavanicus Mojokerto. Tahun 1937-1941 ditemukan
tengkorak tulang dan rahang Homo Erectus dan Meganthropus Paleojavanicus di Sangiran, Solo.
Penemuan lain tentang manusia Purba : Ditemukan tengkorak, rahang, tulang pinggul dan tulang
paha manusia Meganthropus, Homo Erectus dan Homo Sapien di lokasi Sangiran, Sambung Macan
(Sragen),Trinil, Ngandong dan Patiayam (kudus).
b. Tjokrohandoyo dan Duifjes
Usaha penggalian yang dilakukan oleh Tjokrohandoyo dibawah pimpinan Duifjes telah menemukan
dua fosil. Fosil-fosil yang ditemukan di Desa Perning dekat Mojokerto dan Sangiran dekat Surakarta
itu menjadi sangat penting, karena diperkirakan berasal dari lapisan tanah yang sangat tua (lebih
kurang dua juta tahun yang lalu). Fosil yang ditemukan itu diberi nama Homo Mojokertensis.
c. DR. T. Jacob
Penelitian tentang manusia Purba oleh bangsa Indonesia dimulai pada tahun 1952 yang dipimpin
oleh Prof. DR. T. Jacob dari UGM, di daerah Sangiran dan sepanjang aliran Bengawan Solo. Fosil
Manusia Purba yang ditemukan di Asia, Eropa, dan Australia adalah semuanya jenis Homo yang
sudah maju: Serawak (Malaysia Timur), Tabon (Filipina), dan Cina. Fosil yang ditemukan di Cina
oleh Dr. Davidson Black, dinamai Sinanthropus Pekinensis.
Fosil yang ditemukan di Neanderthal, dekat Duseldorf, Jerman yang dinamai Homo
Neaderthalensis. Menurut Dubois, bangsa asli Australia termasuk Homo Wajakensis, sehingga ia
berkesimpulan Homo Wajakensis termasuk golongan bangsa Australoid.
3. Jenis Manusia Purba di Indonesia
Berdasarkan penemuan para ahli dapat diketahui adanya beberapa jenis manusia purba yang
berhasil ditemukan di Indonesia, di antaranya:
a. Meganthropus Palaeojavanicus
Meganthropus Palaeojavanicus merupakan jenis manusia besar tertua di Pulau Jawa. Ditemukan di
daerah Sangiran pada tahun 1941 oleh Van Koenigswald. Hasil temuannya berupa rahang atas dan
bawah.
b. Pithecanthropus
Pithecanthropus berarti manusia kera. Fosil jenis Pithecanthropus ini ditemukan di Trinil Desa
Ngawi , Perning daerah Mojokerto, Sangirang, Kedung kudus, Sambung Macan, dan ngadong.
Eugene Dubois menyimpulkan bahwa fosil ini memiliki volume otak 900 cc yang lebih kecil
dibandingkan dengan volume otak manusia yang diatas 1000 cc dan volume otak kera yang tertinggi
hanya 600 cc. Volume otak dari fosil itu berada di antara volume otak kera dan manusia. Oleh
karena itulah, fosil itu disebut Pithecanthropus yang berarti manusia kera.
1) Pithecanthropus Erectus
Pithecanthropus Erectus berarti manusia kera yang sudah dapat berjalan tegak. Penelitian ini dapat
didasarkan pada penemuan tulang rahang, dua geraham, bagian atas tengkorak, dan tulang paha kiri.
Volume otak berada di antara volume otak kera dan manusia. Tulang paha menunjukkan bahwa
makhluk itu sudah berjalan tegak. Itulah sebabnya, Eugene Dubois menyimpulkan bahwa hasil
temuannya disebut Pithecanthropus Erectus yang berarti manusia kera yang sudah dapat berjalan
tegak.
Pithecanthropus Erectus
2) Pithecanthropus Mojokertensis (Robustus)
Pithecanthropus Mojokertensis berarti manusia kera dari Mojokerto. Fosil ini ditemukan dan diteliti
oleh Von Koenigswald antara tahun 1936-1941. Hasil penemuannya berupa tengkorak anak-anak.
Von Koenigswald memperkirakan tengkorak anak yang ditemukan itu adalah fosil yang berasal dari
anak-anak Pithecanthropus
3) Pithecanthropus Soloensis
Pithecanthropus Soloensis berarti manusia kera dari Solo. Fosil ini ditemukan di daerah Ngadong,
Lembah Sungai Bengawan Solo antara tahun 1931-1934. Hasil penemuannya berupa 11 buah fosil
tengkorak, tulang rahang, dan gigi. Fosil ini diteliti oleh Von Koenigswald dan Weidenreich. Hasil
penenelitian menyimpulkan bahwa makhluk ini lebih tinggi tingkatannya dari makhluk
Pithecanthropus erectus.
Beberapa ciri-ciri manusia purba yang ditemukan di Indonesia:
1. Ciri Meganthropus Palaeojavanicus
Hidup antara 2 s/d 1 juta tahun yang lalu.
Tubuh besar dan tegap.
Hidup mengumpulkan makanan.
Hanya memakan tumbuhan.
Rahangnya kuat.
Volume otak kecil.
2. Ciri Pithecanthropus
Hidup antara 2 s/d 1 juta tahun yang lalu.
Hidup berkelompok.
Hidungnya lebar dengan tulang pipi yang kuat dan menonjol.
Mengumpulkan makanan dan berburu.
Makanannya daging dan tumbuhan.
3. Ciri jenis Homo Sapiens
Hidup antara 25.000 s/d 40.000 tahun yang lalu.
Muka dan hidung lebar.
Dahi masih menonjol.
Tarap kehidupannya lebih maju dibanding manusia sebelumnya.
c. Homo Sapiens
Homo Sapiens adalah jenis manusia purba yang telah memiliki bentuk tubuh yang sama dengan
manusia sekarang.
Homo Sapiens
Jenis-jenis fosil Homo Sapiens yaitu:
1) Homo Wajakensis
Fosil manusia purba ini pertama kali ditemukan di Tulungagung Jawa Timur, oleh B.D. Van
Rietschoten pada tahun 1889. Fosil ini merupakan fosil pertama yang dilaporkan ditemukan di
Indonesia. Bagian tubuh yang ditemukan berupa fosil tengkorak atas dasar beberapa ruas tulang
leher. Fosil manusia ini digolongkan sebagai Homo Sapiens.
2) Homo Soloensis
“Manusia Solo” adalah sebutan bagi Homo Erectus Soloensis. Fosilnya ditemukan oleh Ter Haar
pada tahun 1931 di daerah Ngandong, Jawa Tengah, berupa sebelas fosil tengkorak, tulang rahang
dan gigi. Saat pertama kali ditemukan fosil manusia purba ini digolongkan sebagai Homo Sapiens
dan diberi nama Homo (Javanthropus) soloensis oleh W.F.F. Oppenoorth.
3) Homo Floresiensis
Homo Floresiensis atau “Manusia Flores” adalah nama yang diberikan kelompok peneliti terhadap
kerangka hobbit yang ditemukan di Liang Bua, sebuah gua kapur di Ruteng, Manggarai, Pulau
Flores pada tahun 2001. Di gua itu para peneliti menemukan serial subfosil (sisa-sisa tubuh yang
belum sepenuhnya membantu) dari sembilan individu. Kesembilan sisa-sisa tulang itu
menunjukkan postur paling tinggi sepinggang manusia modern, sekitar 100 cm, dengan volume
otak 380 cc. Usia kerangka-kerangka ini diperkirakan berasal dari 94.000 hingga 13.000 tahun yang
lalu. Selain sisa-sisa tubuh yang belum membatu itu, ditemukan juga berbagai mamalia seperti
makhluk mirip gajah Stegodon, biawak, serta tikus besar, yang barangkali menjadi bahan makanan
mereka, alat-alat batu seperti pisau, beliung, mata panah, arang, serta tulang yang terbakar, yang
menunjukkan tingkat peradaban penghuninya.Pemberian nama tersebut berangkat dari keyakinan
bahwa Homo Floresiensis bukan manusia modern, melainkan spesies yang berbeda. Hal ini
ditunjukkan dari hasil penelitian bahwa tulang Homo Floresiensis berbeda dari tulang Homo
Sapiens (manusia modern) dan manusia Neanderthal. Dua publikasi pada tahun 2009 memperkuat
argumen bahwa spesimen kerangka Homo Floresiensis lebih primitif daripada Homo Sapiens dan
berada pada wilayah variasi Homo Erectus.
Namun, pendapat bahwa fosil ini berasal dari spesies bukan manusia (modern) ditentang oleh
kelompok peneliti yang juga terlibat dalam penelitian ini, seperti Prof. Teuku Jacob dari Universitas
Gajah Mada. Berdasarkan temuannya, fosil dari Liang Bua ini berasal dari sekelompok orang katai
Flores, yang sampai sekarang masih bisa diamati pada beberapa populasi di sekitar lokasi
penemuan, yang menderita gangguan pertumbuhan yang disebut mikrosefali (“kepala kecil”); jadi,
merupakan nenek moyang dari manusia modern. Menurut tim ini, sisa manusia dari Liang Bua
merupakan moyang manusia katai Homo Sapiens yang sekarang juga masih hidup di Flores dan
termasuk kelompok Australomelanesoid. Kerangka yang ditemukan terbaring di Liang Bua itu
menderita microsefali, yaitu bertengkorak kecil dan berotak kecil.
4. Hasil-hasil Manusia Purba di Indonesia
Kebudayaan merupakan hasil dari pemikiran yang dilakukan dengan sadar yang bertujuan untuk
menciptakan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Perkembangan kebudayaan manusia
tersebut sesuai dengan perkembangan akan manusia yang menciptakan kebudayaan baik
kebudayaan materi (kebudayaan kebendaan) maupun kebudayaan rohani.
a. Kebudayaan Material (Kebendaan)
Berupa alat-alat yang dapat membantu mereka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hasil
kebudayaan mereka pada masa berburu dan mengumpulkan makanan seperti: Kapak genggam, alat
serpih dan alat tulang/tanduk. Sedangkan pada masa bercocok tanam berupa Kapak genggam
Sumatera (Pabble), Kapak Pendek (Bache Courte), flakes, dan sebagainya. Dan pada masa
Perundagian berupa alat-alat dari logam seperti: Kapak corong (Kapak sepatu), Nekara, Bejana
Perunggu, perhiasan dan manik-manik dari perunggu.
b. Kebudayaan Rohani
Munculnya sistem kepercayaan dalam kehidupan manusia berlangsung sejak masa berburu dan
mengumpulkan makanan melalui penemuan penghormatan terakhir pada orang yang sudah
meninggal, kemudian berubah menjadi pemujaan terhadap roh-roh leluhur pada masa bercocok
tanam (Animisme dan Dinamisme), terlihat dengan adanya hasil kebudayaan megalitik. Dalam
perkembangan selanjutnya manusia menyadari dan merasakan adanya kekuatan yang maha besar
di luar diri manusia yaitu kekuatan Tuhan (Monotheisme).
C. Budaya Bacson-Hoabinh, Dong Son, Sa Huynh, India di Indonesia
6. Perkembangan Budaya Bacson-Hoabinh
Istilah Bacson-Hoabinh ini dipergunakan sejak tahun 1920-an, yaitu untuk menunjukkan
suatu tempat pembuatan alat-alat batu yang khas dengan ciri dipangkas pada satu atau dua sisi
permukaannya. Daerah tempat penemuan dari peninggalan kebudayaan Bacson-Hoabinh di
temukan diseluruh wilayah Asia Tenggara, hingga Myanmar (Burma) di barat dan ke utara hingga
propinsi-propinsi selatan dari kurun waktu antara 18000 dan 3000 tahun yang lalu. Namun
pembuatan kebudayaan Bacson-Hoabinh masih terus berlangsung di beberapa kawasan, sampai
masa yang lebih baru. Ciri khas alat batu kebudayaan Bacson-Hoabinh adalah penyerpihan pada
satu atau dua sisi permukaan batu kali yang berukuran lebih kurang satu kepalan, dan sering kali
seluruh tepiannya menjadi bangian yang tajam. Hasil penyerpihannya itu menunjukkan berbagai
bentuk seperti lonjong, segi empat, segitiga dan beberapa diantaranya ada yang mempunyai bentuk
berpinggang.
Menurut C.F. Gorman dalam bukunya The Hoabinhian and After: Subsistance Patterns in
South East Asia during the latest pleistocene and early recent periods ( 1971) menyatakan bahwa
penemuan alat-alat dari batu paling banyak ditemukan dalam penggalian pegununggan batu kapur
di daerah Vietnam bagian utara, yaitu daerah Bacson pegunungan Hoabinh. Disamping alat-alat
dari batu yang berhasil ditemukan, juga ditemukan alat-alat serpih batu giling dari berbagai ukuran,
alat-alat dari tulang dan sisa-sisa tulang belulang manusia yang dikuburkan dalam posisi terlipat
dan ditaburi zat warna merah. Sementara itu, didaerah Vietnam ditemukan tempat-tempat
pembuatan alat-alat batu, sejenis alat-alat batu dari kebudayaan Bacson-Hoabinh. Bahkan di Gua
Xom Trai (dalam buku Pham Ly Houng; Radiocarbon Dates of The Hoabinh Culture in Vietnam,
1994) ditemukan alat-alat batu yang sudah diasah pada sisi yang tajam. Alat-alat batu dari Gua Xom
Trai tersebut diperkirakan berasal dari 18000 tahun yang lalu. Kemudian dalam perkembangannya,
alat-alat dari batu atau yang dikenal dengan kebudayaan Bacson-Hoabinh, tersebar dan berhasil
ditemukan, hampir diseluruh daerah Asia Tenggara, baik daratan maupun kepulauan, termasuk
wilayah Indonesia.
7. Perkembangan Budaya Dong Son
Pembuatan benda-benda perunggu didaerah vietnam utara dimulai sekitar tahun 2500 sm dan
dihubungkan dengan tahap-tahap budaya dong dau dan gou mun. Apabila dibandingkan dengan
daerah muangthai tengah dan Muangthai timur laut, daerah vietnam memiliki bukti paling awal
tentang pembuatan perunggu di Asia tenggara. Namun perlu diketahui bahwa benda-benda
perunggu yang telah ada sebelum tahun 500 SM terdiri atas kapak corong
(corong merupakan pangkal yang berongga untuk memasukkan tangkai atau pegangannya)dan
ujung tombak, sabit bercorong, ujung tombak bertangkai, mata panah dan benda-benda kecil
lainnya seperti pisau,kail,gelang dan lain-lain. Penemuan benda-benda dari kebudayaan Dong Son
sangat penting karena benda-benda logam yang ditemukan di wilayah Indonesia umumnya bercorak
Dong Son, dan bukan mendapat pengaruh budaya logam dari india maupun cina. Budaya perunggu
bergaya Dong Son tersebar luas di wilayah Asia Tenggara dan kepulauan indonesia. Hal ini terlihat
dari kesamaan corak hiasan dan bahan-bahan yang dipergunakannya. Misalnya nekara,
menunjukkan pengaruh yang sangat kuat.Nekara dari tipe heger 1 memiliki kesamaan dengan
nekara yang paling bagus dan tertua di Vietnam. Benda-benda perunggu lainnya yang berhasil
ditemukan di daerah Dong Son serta beberapa kuburan seperti daerah Vie Khe, Lang Cha, Lang
Var. Satu nekara yang ditemukan yang besar berisi 96 mata bajak perunggu bercorang. Dari
penemuan itu terdapat alat-alat dari besi, meskipun jumlahnya sangat sedikit. Dari penemuan benda-
benda budaya Dong Son itu, diketahui cara pembuatannya dengan menggunakan teknik cetak lilin
hilang yaitu dengan membuat bentuk benda dari lilin, kemudian lilin itu di balut dengan tanah liat
dan dibakar hingga terdapat lubang pada tanah liat tersebut. Budaya Dong Son sangat besar
pengaruhnya terhadap perkembangan budaya perunggu di indonesia. Bahkan tidak kurang dari 56
nekara yang berhasil ditemukan di beberapa wilayah Indonesia dan terbanyak nekara ditemukan di
Sumatera, Jawa, Maluku Selatan. Nekara yang penting ditemukan diwilayah indonesia dari pulau
sangeang dekat sumbawa yang berisi hiasan gambar orang yang menyerupai pakaian dinasti Han.
Hiasan seperti itu diperkirakan belum dikenal oleh penduduk pulau tempat nekara tersebut
ditemukan.
Berbagai Peninggalan Budaya Dong-Son
Heine Goldem meneliti nekara yang ditemukan dan menyatakan bahwa nekara yang ditemukan di
daerah sangeang diperkirakan diceak di daerah funan yang telah terpengaruh oleh budaya india pada
250 SM. Pengamatan menarik dari Berner Kempres menunjukkan bahwa semua nekara yang
ditemukan di bali memliki 4 patung katak pada bagian pukulnya. Selain itu pola-pola hiasan nekara
tersebut tidak begitu terpadu antara gambar satu dengan yang lainnya. Berners kempers
memberikan gambaran cara nekara tipe heger I di cetak secara utuh. Awalnya lembaran lilin
ditempelkan pada inti tanah liat (menyerupai bentuk nekara dan berfungsi sebagai cetakan bagian
dalam), lalu di hias dengan cap-cap dari tanah liat atau batu yang berpola hias perahu dan iring-
iringan manusia. Untuk menambah hiasan yang lebih naturalistik, seperti gambar rumah, lembaran
lilin tadi langsung ditambah goresan gambar yang dikehendakinya. Kemudian lembaran lilin yang
telah di hias itu di tutup dengan tanah liat yang berfungsi sebagai cetakan bagian luar, setelah
terlebih dahulu diberi paku-paku penjaga jarak. Setelah itu di bakar dan lilin meleleh keluar rongga
yang di tinggalkan lilin tersebut diisi dengan cairan logam. Selain nekara, di wilayah Indonesia juga
ditemukan benda-benda perunggu lainnya seperti patung-patung, peralatan rumah tangga, peralatan
bertani maupun perhiasan-perhiasan.
8. Perkembangan Budaya Sa Huynh
Budaya Sa-Huynh di Vietnam bagian selatan didukung oleh suatu kelompok penduduk yang
berbahasa Austronesia (Cham) yang diperkirakan berasal dari daerah-daerah di Kepulauan
Indonesia. Tampaknya mereka telah mendiami wilayah ini dari daerah semenanjung Malaya atau
Kalimantan. Munculnya pemukiman ini dapat dilacak dari keberadaan budaya Sa-Huynh itu sendiri,
yang pada 600 SM telah berada pada bentuknya yang mapan. Para arkeolog Vietnam berpendapat
bahwa hasil-hasil penemuan benda-benda arkeologi diduga menjadi bukti cikal bakal budaya ini.
Sebelum adanya budaya Sa-Huynh atau budaya turunannya langsung, daerah Vietnam bagian
selatan sepenuhnya didiami oleh bangsa yang berbahasa Austronesia. Orang-orang Cahm pernah
mengembangkan peradaban yang dipengaruhi oleh budaya India Champa. Kemudian mereka
dikalahkan oleh ekspansi penduduk Vietnam sekarang dan hanya sebagai kelompok minoritan
hingga dewasa ini. Dari sudut pandang Indonesia, keberadaan orang-orang Cham dekat pusat
penemuan benda-benda logam di Vietnam Utara pada akhir masa prasejarah mempunyai arti yang
amat penting, karena mereka adalah kelompok masyarakat yang menggunakan bahasa Austronesia
dan mempunyai kedekatan kebangsaan dengan masyarakat yang tinggal di Kepulauan Indonesia.
Namun hubungan-hubungan yang langsung dengan pusat-pusat pembuatan benda-benda perunggu
di daerah Dong Son sangat terbatas. Hal ini terbukti dengan penemuan tujuh buah nekara tipe heger
I di daerah selatan Vietnam dari 130 nekara yang berhasil ditemukan hingga menjelang tahun 1990.
Dengan demikian benda-benda perunggu yang tersebar sampai ke wilayah Indonesia melalui jalur-
jalur berikut ini.
1. Melalui jalur darat; yaitu Muangthai dan Malaysia terus ke Kepulauan Indonesia.
2. Melalui jalur laut; yaitu dengan menyeberangi lautan dan terus tersebar di daerah Kepulauan
Indonesia.
Kebudayaan Sa-Huynh yang diketahui hingga saat sekarang kebanyakan berasal dari penemuan
kubur tempayan (jenazah dimasukkan ke dalam tempayan besar) dan penguburan ini adalah adat
kebiasaan yang mungkin dibawa oleh orang-orang Cham pertama ke Kepulauan Indonesia. Secara
umum, penguburan dalam tempayan bukan khas budaya Dong Son atau budaya lain yang sezaman
di daratan Asia Tenggara dan diduga merupakan pengaruh yang bersumber dari kebudayaan Cham.
Penemuan-penemuan budaya SaHuynh terdapat di kawasan pantai mulai dari Vietnam Tengah ke
selatan sampai ke delta lembah Sungai Mekong. Kebudayaan dalam bentuk tempayan kubur yang
ditemukan di Sa-Huynh termasuk tembikar-tembikar yang berhasil ditemukan itu memiliki hiasan
garis dan bidang-bidang yang diisi dengan tera tepian karang. Kebudayaan Sa-Huynh ini memiliki
banyak kesamaan tempayan kubur yang ditemukan di wilayah Laut Sulawesi. Hal ini diperkuat
dengan adanya kemiripan bentuk anting-anting batu bertonjolan (disebut “Lingling O) dan sejenis
anting-anting yang khas atau bandul kalung dengan kedua ujungnya berhias kepala hewan
(kemungkinan anjing) yang ditemukan pada sejumlah tempat di Muangthai, Vietnam, Palawan, dan
Serawak. Kebudayaan Sa-Huynh yang berhasil ditemukan meliputi berbagai alat yang bertangkai
corong seperti sekop, tembilang, dan kapak. Namun ada pula yang tidak bercorong seperti sabit,
pisau bertangkai, kumparan tenun, cincin, dan gelang bentuk spiral. Sementara itu, teknologi
pembuatan peralatan-peralatan besi yang diperkenalkan ke daerah Sa-Huynh diperkirakan berasal
dari Cina. Peralatan dari besi lebih banyak dipakai dalam kebudayaan Sa-Huynh adalah dari
kebudayaan Dong Son. Benda-benda perunggu yang berhasil ditemukan di daerah Sa-Huynh berupa
berbagai perhiasan, gelang, lonceng, dan bejana kecil. Juga ditemukan beberapa manik-manik emas
yang langka dan kawat perak. Selain itu, juga ditemukan manik-manik kaca dari batu agate bergaris
dan berbagai manik-manik Camelian (bundar, berbentuk cerutu). Dengan demikian, kebudayaan
Sa-Huynh diperkirakan berlangsung antara tahun 600 SM sampai dengan tahun Masehi.
9. Perkembangan Budaya India di Indonesia
Kehidupan masyarakat Indonesia menjelang pengaruh budaya India, masyarakat telah memiliki tata
kehidupan yang teratur dan kebudayaan yang cukup tinggi. Masyarakat telah mengenal bercocok
tanam; pelayaran dengan perahu bercadik; penguasaan pengetahuan perbintangan (astronomi) baik
untuk keperluan berlayar maupun bertani, yakni dengan penentuan tanam yang tepat; Pola
kehidupan dengan rumah panggung, telah dibuatnya bangunan-bangunan dari batu besar (megalith),
memiliki kepercayaan animisme (kepercayaan bahwa semua benda memiliki roh) dan dinamisme
(kepercayaan bahwa semua benda memiliki kekuatan gaib) sebagai suatu ciri masyarakat yang telah
memiliki kebudayaan yang tinggi. Nenek moyang kita telah mengenal pula kepandaian menenun,
membuat pakaian dari serat atau kulit kayu dan dalam bidang kesenian telah mampu membuat
barang-barang dari batu dan perunggu, dengan nilai seni yang tinggi. Di samping itu, masyarakat
awal Indonesia telah memiliki masyarakat yang teratur dengan kelompok suku, mengenal pemujaan
terhadap roh nenek moyang, mengenal teknik perundagian dan terkenal sebagai bangsa pelaut yang
ulung. Dengan demikian, ketika budaya India masuk ke Indonesia pada awal tarikh masehi lewat
hubungan perdagangan, dengan mudah masyarakat awal Indonesia dapat menerima budaya India
tersebut. Unsur-unsur budaya India berpengaruh dalam berbagai bidang, terutama bidang politik
(pemerintahan), sosial, seni dan budaya serta agama.
10. Perkembangan Budaya Logam di Indonesia
Kebudayaan, Perkembangan, Pengaruh, Peradaban, Alat-alat, Penemuan, Ciri-ciri, Persebaran -
Pengaruh budaya Dong Son sangat besar terhadap perkembangan budaya logam di Indonesia.
Persebaran budaya logam, terutama perunggu (bronze), di Indonesia dapat terlihat dari tempat-
tempat ditemukannya alat pencetakan benda-benda perunggu. Lokasi-lokasi pencetakan tersebut
tersebar di Jawa, Bali, Madura. Sementara itu, perkembangan tahap awal budaya logam di Indonesia
tersebar di daerah Sumatera, Jawa, Bali, Sumba, Kepulauan Talaud dan Maluku Utara, dan
Sulawesi.
a. Tahap Logam Awal di Sumatera
Perkembangan, Alat-alat, penemuan,ciri-ciri di Sumatera Selatan, tepatnya di dataran Pasemah,
banyak ditemukan kubur batu dari masa Megalitikum. Seorang arkeolog, A.N. van der Hoop pada
1932 berhasil menemukan kubur peti batu di daerah Tegur Wangi. Dari peti kubur tersebut
ditemukan manik-manik kaca dan sejumlah benda logam. Benda-benda logam tersebut, yaitu peniti
emas dan tombak besi yang telah rusak. Sementara itu, di Pasemah ditemukan patung manusia dan
patung hewan dari bongkahan batu besar. Patung laki-laki diperlihatkan tengah mengendarai gajah
atau kerbau dengan memakai kalung, gelang kaki, cawat, jubah, penutup telinga, dan penutup
kepala berbentuk meruncing pada bagian dekat punggung. Kepala hewan dan manusia sering diukir
dengan sangat detail, sedangkan tubuhnya seringkali dibentuk terlalu kecil sehingga tidak
proporsional. Jadi, bila dilihat sepintas pahatan patung tersebut tampak seperti karikatur saja.
Sejumlah relief lain menunjukkan pertempuran manusia melawan harimau atau ular. Tampak pula
pahatan berbentuk kerbau dan gajah, yang digambarkan sebagai hewan yang dapat dikendalikan
manusia. Dari penemuan tadi terlihat perkembangan logam tahap awal di wilayah Sumatera.
Melalui teknik pengecoran dan pencetakan logam, masyarakat purba memenuhi kebutuhan
hidupnya lebih efisien.
b. Tahap Logam Awal di Jawa
Perkembangan, Alat-alat, penemuan, ciri-ciri A.R. van der Hoop melakukan penelitian terhadap
sejumlah kubur peti batu atau sarkofagus di daerah Gunung Kidul dekat Wonosari, Jawa Tengah.
Penelitiannya membuktikan bahwa pada kubur peti batu tersebut terdapat bekal kubur berupa
perkakas-perkakas dari besi seperti pisau bertangkai, belati, kapak, cincin perunggu, dan manik-
manik kaca. Sementara itu, penelitian yang dilakukan Heekern pada tahun 1931 di Besuki, Jawa
Timur, terhadap sarkofagus tidak berhasil menemukan benda-benda logam. Situs-situs lainnya di
Jawa terdapat di Leuwiliang dekat Bogor, Jawa Barat, dan di Pejaten, Jakarta bagian selatan. Di
Leuwiliang berhasil ditemukan sejumlah bekal kubur yang terdiri atas anting-anting perunggu dan
topeng dari logam mulia, sedangkan di Pejaten ditemukan cetakan dari tanah liat yang dibakar
sebagai tempat membuat beliung perunggu dan pisau. Cetakan tanah liat tersebut ditafsir dibuat
pada tahun 200 SM.
gambar sarkofagus
c. Tahap Logam Awal di Bali
Perkembangan, Alat-alat, penemuan, ciri-ciri sama seperti di Sumatera dan Jawa, penemuan benda-
benda logam tahap awal di Pulau Bali berbarengan dengan ditemukannya sejumlah peti kubur
(sarkofagus). Sebagian benda-benda logam tersebut telah hancur dimakan usia, namun masih ada
yang utuh seperti perhiasan, selubung tangan yang terbuat dari lilitan atau kumparan kawat
perunggu, serta alat-alat tani semacam sekop. Di Gilimanuk, situs yang ditemukan berbentuk
perkakas logam, tombak besi yang bertangkai, pisau belati besi yang bergagang perunggu, dan
manik-manik dari emas. Sedangkan di daerah Pangkung Liplip ditemukan penutup mata dan
penutup mulut dari emas.
Gambar semacam sekop
d. Tahap Logam Awal di Sumba
Perkembangan, Alat-alat, penemuan, ciri-ciri di Sumba, Nusa Tenggara Barat, ditemukan sejumlah
benda-benda logam yang berupa bejana atau tembikar berukuran kecil yang ditempatkan di dalam
atau di sekitar tempayan. Ditemukan pula manik-manik gelang dan benda logam lainnya yang
difungsikan sebagai bekal kubur yang umum. Selain sebagai bekal kubur, terdapat pula peralatan
rumah tangga, bercocok tanam, dan berkebun. Selain di Nusa Tenggara Barat, ditemukan beberapa
benda logam di Nusa Tenggara Timur. Sebuah kapak upacara yang terbuat dari perunggu ditemukan
di daerah Landau, Roti, Nusa Tenggara Timur. Kapak ini bermotifkan manusia dan memiliki desain
seperti model yang ditemukan di bagian selatan Pasifik.
e. Tahap Logam Awal di Kepulauan Talaud dan Maluku Utara
Perkembangan, Alat-alat, penemuan, ciri-ciri penguburan dalam tempayan ditemukan pula di
sebuah goa kecil di Leang Buidane di Pulau Selababu, Kepulauan Talaud. Aslinya, jenazah
disimpan di atas lantai gua. Perkakas-perkakas logam yang berada di Leang Buidane di antaranya
adalah gelang, beberapa pecahan benda dari besi yang sudah tak berbentuk, serta kerucut perunggu
dan satu kapak corong dari tembaga. Ditemukan pula peralatan cetak dari tanah liat bakar sebagai
alat untuk mencetak kapak serta benda-benda dari tembaga. Peralatan cetak tersebut membuktikan
bahwa benda-benda logam tersebut bukanlah hasil impor dari daerah lain, melainkan hasil produksi
penduduk setempat. Namun, apakah alat cetaknya dibuat di tempat yang bersangkutan atau
sebelumnya dibawa dari daerah lain? Harus ada penelitian lebih lanjut mengenai hal ini. Di daerah
Maluku bagian Utara berhasil ditemukan sisa-sisa penguburan dalam tempayan yang terdapat di
Goa Uattam di di Pulau Kayoa. Benda-benda logam yang terdapat di daerah ini sudah tidak utuh,
berupa pecahan-pecahan besi dan perunggu. Ditemukan pula manik-manik kaca, mata uang Cina,
cangkang kerang besar, dan lain-lain.
f. Tahap Logam Awal di Sulawesi
Perkembangan, Alat-alat, penemuan, ciri-ciri sama seperti di daerah lain, di Sulawesi ditemukan
pula kuburan dari tempayan, umumnya berada di goa-goa. Tembikar-tembikar yang ada di Sulawesi
ini diperkirakan berhubungan dengan tembikar yang ada di daerah Ulu Leang-Leang di Maros,
Sulawesi Selatan. Tembikar ini memiliki bidang hiasan yang padat dengan pola hias goresan seperti
beberapa tembikar yang ada di Sembiran, Bali. Di Sulawesi Tengah ditemukan pula beberapa
kuburan tempayan, terutama di daerah Bada, sebelah barat Danau Poso. Pada tempayan-tempayan
tersebut banyak ditemukan benda-benda logam sebagai bekal kubur dan tembikar berpola hias dan
berukir.
Dari uraian-uraian di atas jelaslah bahwa asal-usul masyarakat Indonesia yang paling awal
berasal dari Vietnam, Cina Selatan. Ini terlihat salah satu dari persebaran benda-benda prasejarah
dari logam di sejumlah wilayah di Indonesia yang memperlihatkan kesamaan dengan kebudayaan
logam yang ditemukan di Vietnam, khususnya kebudayaan Dong Son. Bangsa Melayu Tua dan
Melayu Muda secara bergelombang memasuki Kepulauan Indonesia. Masing-masing mendiami
wilayah dan pulau yang berbeda-beda sehingga menghasilkan budaya yang berbeda pula. Meski
asalnya bahasa dan budaya mereka sama (karena berasal dari wilayah yang sama), namun setelah
masing-masing mendiami tempat yang berbeda maka otomatis mereka beradaptasi dengan
lingkungan yang baru mereka tempati. Dari adaptasi inilah muncul kebudayaan yang berbeda antara
mereka (https://repository.usd.ac.id/684/2/091314029_full.pdf pada tanggal 27 Otober 2017 pukul
20.00 WIB).
Dokumentasi Penelitian
GB 1. Guru memaparkan tujuan pembelajaran pada siswa.
GB 2. Guru menjelaskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran Picture and Picture
GB 3. Guru menjelaskan materi dengan model pembelajaran Picture and Picture menggunakan
Power Point
GB 4. Guru pamong mencatat semua kejadian dalam kelas melalui lembar pengamatan
GB 5. Guru membagi siswa menjadi kelompok kecil
GB 6. Guru membagi kelompok pada siswa dengan cara undian
GB 7. Guru mengawasi jalannya permainan
GB 8. Siswa melakukan diskusi
GB 9. Siswa mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas
GB 10. Guru memberikan reward pada siswa setelah selesai mempresentasikan hasil diskusi
GB 11. Guru menyimpulkan materi pelajaran dengan melibatkan siswa
GB 12. Siswa mengerjakan tes evaluasi setelah selesai pembelajaran