dokumentasi t. djamaluddin -...
TRANSCRIPT
******************** Dokumentasi T. Djamaluddin
********************
========================================================
_____ Berbagi ilmu untuk pencerahan dan inspirasi
_____
Mempersatukan Ummat Dengan Mengupayakan Titik Temu
dan Menghapus Superioritas
Posted on 9 Agustus 2012 by tdjamaluddin
i
4 Votes
T. Djamaluddin
Profesor Riset Astronomi-Astrofisika, LAPAN
Anggota Badan Hisab Rukyat, Kementerian Agama RI
Mempersatukan Ummat Dengan Mengupayakan Titik T... http://tdjamaluddin.wordpress.com/2012/08/09/memper...
1 of 22 10/10/12 08:24
(http://tdjamaluddin.files.wordpress.com
/2012/08/buku-astronomi-memberi-solusi.jpg)
Sistem kalender sebagai formalisasi sistem penentuan waktu merupakan produk budaya yang menjadi salah
satu simbol pencapaian suatu peradaban. Sistem penentuan waktu dalam peradaban Islam sudah ada, hanya
belum diformalkan secara baku dan tunggal, karena sistem kalender yang dikehendaki bukan hanya untuk
kepentingan adminstratif, tetapi juga untuk penentuan waktu ibadah. Kalender Ummul Quro di Arab Saudi
hanya dimaksudkan sebagai kalender administratif, sedangkan untuk kepentingan penentuan waktu ibadah
mereka menetapkannya dengan mekanisme rukyat (pengamatan hilal, bulan sabit pertama). Sebaliknya,
banyak sistem kalender Islam di negara lainnya digunakan untuk keperluan ibadah, khususnya untuk
penentuan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah, termasuk juga untuk penentuan waktu puasa sunnah
“Hari Putih” (yaum bidh), setiap tanggal 13, 14, dan 15.
Persoalan muncul karena dikhotomi hisab (perhitungan) dan rukyat (pengamatan) yang terkait dengan
sistem kalender dan penentuan waktu ibadah. Untuk sistem kalender yang merupakan perhitungan ke
depan, hanya hisab yang bisa melakukannya. Hal itu sudah diketahui sejak Khalifah Ummar Ibn Khattab
yang mendeklarasinya perhitungan tahun yang dimulai sejak hijrah Rasul dan sistem hisab urfi (periodik) 30
dan 29 secara bergantian. Namun, untuk penetapan waktu ibadah, ummat Islam masih banyak yang
menghendaki rukyat hilal, walau mereka sudah mempunyai kalender, seperti dilakukan oleh Arab Saudi,
Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam.
Mempersatukan Ummat Dengan Mengupayakan Titik T... http://tdjamaluddin.wordpress.com/2012/08/09/memper...
2 of 22 10/10/12 08:24
Mengupayakan agar sistem kalender hijriyah bersesuian dengan kenyataan rukyat telah mendorong
berkembangnya ilmu falak atau astronomi di kalangan ummat Islam. Dari penelitian astronomi jangka
panjang itu diperoleh tabel-tabel astronomi yang digunakan dalam perhitungan posisi bulan dan matahari.
Formulasi perhitungan posisi bulan dan matahari dinyatakan dalam bentuk tabel itu memudahkan
perhitungan secara bertahap. Namun dengan berkembangnya teknologi komputer, formulasi tidak lagi
sepenuhnya dengan menggunakan tabel, tetapi disederhanakan dengan formulasi matematis, kecuali untuk
koreksi yang memerlukan kecermatan tinggi tetap digunakan tabel dengan sekian banyak deratan angka.
Dengan berkembangnya ilmu hisab dengan sekian banyak kemudahannya (termasuk program-program
komputer yang praktis), ilmu hisab cenderung membuat sebagian orang terlena sehingga melupakan
akarnya. Rukyat dicampakkannya. Padahal bagi ahli falak atau para astronom (baik profesional maupun
amatir), kalau pun hisab astronomi sudah dikuasai, konsep dasar rukyat harus lebih awal mendasarinya.
Dengan demikian bagi astronom hisab dan rukyat itu setara. Saat ini banyak ahli hisab yang bukan lagi ahli
falak, mereka tidak faham rukyat sebagai akar ilmu hisab, bahkan cenderung antirukyat. Ahli hisab seperti
itu cenderung sekadar pakar komputasi, tanpa faham fisis astronomisnya.
Superioritas vs Titik Temu
Dengan ilmu hisab, baik yang dikuasai secara pribadi atau dianggap dikuasai oleh kelompoknya, kadang
muncul perasaan superioritas. Dulu memang hisab dianggap ilmu yang rumit dan susah, sehingga tidak
banyak orang yang menguasainya. Dengan superioritas itu sering muncul kebanggaan seolah ahli hisab lebih
unggul dan lebih pintar dari ahli rukyat. Dalam beberapa kesempatan, ungkapan seperti itu muncul. Dan
yang terbaru, ungkapan di media massa, “Kami sudah bisa menetapkan awal puasa, juga hari raya, sampai
100 tahun ke depan. Hal itu karena kami memiliki rumus esakta, seperti astronomi dan falak…”. Mereka
merasa menguasai astronomi, padahal bukan hakikat astronomi yang sesungguhnya. Ilmu hisab hanyalah
salah satu alat bantu astronomi, sedangkan pemahaman fisis astronomisnya yang lebih substantif kadang
terabaikan. Pemahaman fisis astronomis tak dapat lepas dari pemahaman rukyat juga. Semestinya seseorang
tidak berhak mengaku menguasai astronomi atau ilmu falak, kalau hanya berbekal ilmu hisab, tanpa ilmu
rukyat.
Untuk mempersatukan ummat, dikhotomi hisab dan rukyat harus dihilangkan. Astronomi bisa memberi
solusi yang mempertemukan hisab dan rukyat. http://tdjamaluddin.wordpress.com/2011/08/19/astronomi-
memberi-solusi-penyatuan-ummat/. (http://tdjamaluddin.wordpress.com/2011/08/19/astronomi-
memberi-solusi-penyatuan-ummat/)Secara nasional dan internasional sedang diupayakan agar ada titik temu
hisab dan rukyat dengan memasyarakatkan hisab imkan rukyat atau hisab visibilitas hilal, yaitu hisab yang
memperhitungkan kemungkinan berhasilnya rukyat dan sekaligus digunakan pada rukyat yang
memperhitungkan hasil hisab. Ada suatu timbal balik yang sinergis dan saling mendukung. Dengan hisab
imkan rukyat, tidak ada lagi penentuan awal bulan sekadar berdasarkan hilal wujud yang tidak mungkin
dirukyat. Dan dengan hisab imkan rukyat pula tidak akan ada lagi pengakuan kesaksian hilal yang sangat
diragukan.
Upaya mencari titik temu itu bukan hal yang mudah. Kementerian Agama sudah mengupayakan dialog terus
menerus sejak tahun 1990-an. Alhamdulillah, tahun 1998 semua ormas Islam pelaksana hisab rukyat
bersepakat untuk menerapkan kriteria imkan rukyat “2-3-8”, tinggi bulan minimal 2 derajat dan jarak bulan-
matahari minimal 3 derajat, atau umur bulan minimal 8 jam. Sayangnya Muhammadiyah menolaknya,
dengan alasan itu tidak ilmiah. Memang kriteria “2-3-8” yang juga diterima sebagai kriteria MABIMS
(Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura) belum sepenuhnya
didasarkan pada data astronomi, tampaknya hanya berdasarkan kitab-kitab fikih dan beberapa hasil rukyat
terendah yang dilaporkan. Kesepakatan itu dikuatkan pada pertemuan September 2011, karena upaya untuk
mengubah ke arah yang lebih astronomi masih terkendala penggunaan wujudul hilal yang berpotensi
meningkatkan frekuensi perbedaan.
Lalu, mengapa upaya mempersatukan ummat terkesan memojokkan Muhammadiyah? Amar ma’ruf nahi
munkar haruslah proporsional. Saya sama sekali tidak memojokkan Muhammadiyah sebagai organisasi besar
Mempersatukan Ummat Dengan Mengupayakan Titik T... http://tdjamaluddin.wordpress.com/2012/08/09/memper...
3 of 22 10/10/12 08:24
yang sudah banyak berkontribusi pada kehidupan bangsa dan kesejahteraan ummat. Tidak ada niatan untuk
memojokkan salah satu pihak, selain untuk mengajak semua pihak agar terbuka berdialog mencari titik temu.
Saya hanya mengkritisi kriteria hisab wujudul hilal yang menjadi sebab terjadinya perbedaan ketika
posisi bulan rendah. Dialog sudah diupayakan agar ada titik temu. Sayangnya upaya dialog menjadi buntu
karena ada perasaan superioritas yang mengakar di hampir semua lapisan Muhammadiyah, seolah hisab
lebih unggul dari rukyat dan seolah hisab itu hanya dengan wujudul hilal. Padahal hisab dan rukyat itu
setara dan hisab bukan hanya dengan wujudul hilal, tetapi bisa juga dengan kriteria imkan rukyat yang bisa
mempersatukan hisab dan rukyat.
Sebagai bagian dari amar ma’ruf nahi munkar juga, superioritas yang menghambat harus dihapus. Edukasi
publik harus dilakukan terus menerus bahwa wujudul hilal itu secara astronomi sudah usang.
http://tdjamaluddin.wordpress.com/2012/05/23/konsep-geosentrik-yang-usang-menginspirasi-wujudul-
hilal/ (http://tdjamaluddin.wordpress.com/2012/05/23/konsep-geosentrik-yang-usang-menginspirasi-
wujudul-hilal/) . Dari segi dalilnya pun, mendasarkan wujudul hilal dengan QS 36:40 sungguh tidak tepat,
karena ayat itu merupakan satu kesatuan dengan QS 36:38-39 bahwa matahari dan bulan punya orbit masing-
masing, seperti disimpulkan pada akhir QS 36:40. Karena dasar QS 36:40 yang mendasari wujudul hilal tidak
benar, maka penentuan waktu ibadah berdasarkan wujudul hilal merupakan kreasi yang tanpa didasari
ketentuan syar’i. Hadits rukyat diabaikan, sementara landasan Quran yang digunakan dimaknai keliru,
jadilah wujudul hilal adalah produk bid’ah. http://tdjamaluddin.wordpress.com/2012/07/04/hanya-
karena-membela-bidah-wujudul-hilal-yang-usang-muhammadiyah-memilih-tafarruq/
(http://tdjamaluddin.wordpress.com/2012/07/04/hanya-karena-membela-bidah-wujudul-hilal-yang-usang-
muhammadiyah-memilih-tafarruq/) .
Filed under: 2. Hisab-Rukyat
« Unifikasi Kalender Islam Nasional, Regional, dan Global Mudah, Asal Mau Bersepakat Hisab Imkan Rukyat
Mudah dan Memberi Kepastian: Contoh Menentukan Idul Fitri 1433 »
71 Tanggapan
agus, on 9 Agustus 2012 at 17:32 said:
Padahal penyakit superioritas Pak Djamaluddin ini sebenarnya jauh lebih akut Bukti konkritnya adalah:
tidak pernah mau mengaku salah meskipun sudah jelas-jelas melakukan kesalahan dinilai dari kaca mata
pihak ketiga (contoh kasus: “wakil Muhammadiyah”, “awan Cb”).
Balas
beben, on 10 Agustus 2012 at 14:45 said:
asslkum. wr. wb. apa susahnya bertemu duduk dan berdiskusi mencari jalan yang terbaik untuk
PERSATUAN dan KESATUAN umat, orang yang bijak mau mendengarkan USULAN dari orang lain,
tidak berdosa kan.? Negara ini memiliki pemimpin, serahkan kepada pemimpin toh pemimpin yang
bertanggung jawab dunia dan akhirat, kita diperintahkan untuk patuh pada pemimpin. wasslkum
wr.wb.
Balas
1.
ivan, on 9 Agustus 2012 at 17:39 said:
Semoga semua pihak di seluruh Dunia, di manapun berada, baik di Indonesia, Asia Tenggara, Asia,
Amerika, Eropa, Australia, Afrika, dll,
2.
Mempersatukan Ummat Dengan Mengupayakan Titik T... http://tdjamaluddin.wordpress.com/2012/08/09/memper...
4 of 22 10/10/12 08:24
ingin Bertemu dalam 1 kriteria,
sehingga tercipta 1 kalender Hijriyah Global yang sama … amin…
.
Nah, bagaimana Kubu yang ngotot Penetapan Harus Menunggu Laporan Hilal ?… Apakah bapak-bapak
ingin bertemu ?…
- Muhammadiyah dan Ummul Quro bisa kita minta
Naikkan kriteria Kalender Hijriyahnya menjadi Kriteria Imkan Rukyat hasil Pengamatan Ilmiah…
- Otoritas Arab Saudi, Kementerian Agama RI, dll diminta :
Tidak Perlu melakukan Penetapan Awal Bulan Harus selalu Menunggu Laporan Hilal,
Penetapan Penanggalan Hijriyah dilakukan jauh-jauh hari dan untuk waktu yang lama (misalnya untuk
100 tahun ke depan)…
- Dan tak lupa Gunakan Matlak Global !
sehingga suatu Tanggal dalam Penanggalan Hijriyah seluruh dunia berhari yang sama…
Dengan begini InsyaAlloh umat Islam akan Happy Ending…
Balas
Bambang Supriadi, on 10 Agustus 2012 at 05:19 said:
Ass wr wb. Dalil syar’i adalah universal dan fleksibel, bisa diterapkan dimana saja, bisa utk lokal dan bisa
juga utk global, shg kita tidak bisa bersepakat untuk “tidak /kurang sepakat”thd dalil syar’i. Apalagi
menggunakan matlak global yg berwawasan lokal spt memaksakan matlak lokal agar berlaku global,
hasilnya akan semakin jauh menyimpang dr dalil syar’i. Karena itu marilah bersepakat menggunakan
matlak nasional yg berwawasan global dg tetap memenuhi dalil syar’i. Wass wr wb.
Balas
ivan, on 10 Agustus 2012 at 07:23 said:
Ya Sudah… Ndak usah repot-repot…
Berarti pak Bambang tidak mau “Bertemu”…
Nah bagaimana Bapak-bapak yang lain ?…
Balas
3.
Bambang Supriadi, on 10 Agustus 2012 at 06:04 said:
Ass wr wb. Terkadang manusia lupa bhw otak cerdas yg dimilikinya adalah bukan buatannnya sendiiri
melainkan ciptaan Allah SWT, demikian juga kecerdasannya juga merupakan hidayah Allah SWT.
Sehingga krn itu, terkadang pula manusia lebih memilih hasil olah pikir yg menyimpang dr dalil syar’i .
Semoga kesepakatan yg diputuskan bersama berdasarkan IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi), tetap
dilandasi IMTAQ (Imam dan Taqwa), amin. Wass wr wb.
Balas
4.
Bambang Supriadi, on 10 Agustus 2012 at 06:10 said:
Ass wr wb. Maaf ada salah tulis, TERTULIS : IMTAQ (Iman dan Taqwa, SEHARUSNYA : IMTAQ (Iman
dan Taqwa). Wass wr wb.
5.
Mempersatukan Ummat Dengan Mengupayakan Titik T... http://tdjamaluddin.wordpress.com/2012/08/09/memper...
5 of 22 10/10/12 08:24
Balas
Arya Saloka, on 10 Agustus 2012 at 13:18 said:
Profesor Thomas katanya hanya mengkritisi, amar makruf nahi munkar terhadap Muhammadiyah, bukan
memojokkan, tetapi dilihat dari sudut manapun Prof Thomas dauah memojokkan Muhammadiyah,
bahkan mengatakan Muhammadiyah melakukan Bid’ah.
Hisab Imkan Rukyat membuat tahun ini Bulan Purnama di tanggal 13 !, begitu juga Tahun lalu, setelah
PEmerintah memutuskan 1 Syawal mundur satu hari dari kalender resmi 2011.
Langkah yang harus ditempuh apabila pengin menyatukan Umat Islam dalam hal penentuan hari-hari
penting adalah mengajak mereka-mereka yang masih me rukyat bulan secara fisik, baik dengan mata
kepala sendiri maupun dengan bantuan alat-alat optik untuk berhenti melakukan itu, tetapi murni
menggunakan hisab, baru kriterianya disepakati.
Sangat konyol bahwa untuk penentuan 1 Syawal nanti tetap akan dilakukan rukyat di puluhan titik
dengan biaya yang tidak kecil, padahal sudah dapat dipastikan bahwa 1 syawal akan jatuh pada tanggal
19 Agustus, lalu buat apa Rukyat dilakukan ?
Kalau rukyat dilakukan karena Nabi melakukan, sampai kapanpun kalender Islam yang bisa diterima
oleh semua pihak di Indonesia tidak akan pernah bisa terwujud, sebab percuma susah-susah membuat
kalender, kalau pada akhirnya tetap saja tidak bisa dijamin kepastiannya hanya gara-gara ada yang masih
meyakini bahwa penentuan tanggal2 penting tetap harus dirukyat secara fisik.
Kasihan Umat Islam Indonesia.
Balas
tdjamaluddin, on 10 Agustus 2012 at 13:46 said:
Itulah salah satu cara pandang ahi hisab yang bukan ahli falak, seperti saya tuliskan di atas. Ahli hisab
yang bukan ahli falak cenedrung antirukyat. Ahli falak/astronomi memandang hisab dan rukyat
setara.
Balas
beben, on 10 Agustus 2012 at 14:57 said:
Asslkum. wr.wb. Yang terhormat prof djamaludin, bisa tidak pak kalender ini dibuat secepatnya
tanpa ada persetujuan dari pihak superioritas, karena selama kita berkonflik dengan mereka kita
tidak akan pernah punya kalender sendiri, umat islam di indonesia akan selalu terkotak-kotak.
jangan sampai persatuan dankesatuan umat terhambat oleh kelompok tersebut. terima kasih
wasslkum. wr.wb.
tdjamaluddin, on 10 Agustus 2012 at 15:00 said:
Kalender bisa dibuat. Ormas-ormas sudah buat masing-masing sesuai dengan kriterianya. Secara
pribadi saya pun bisa membuat kalender sesuai kriteria astronomi. Tetapi untuk apa, kalau itu
belum disepakati?
portgas, on 10 Agustus 2012 at 16:57 said:
tapi kan awal ramadhan ini anda sudah tahu kalo hilal belum mencapai 2 derajat,,tetapi kenapa
tetap saja di lihat??
6.
Mempersatukan Ummat Dengan Mengupayakan Titik T... http://tdjamaluddin.wordpress.com/2012/08/09/memper...
6 of 22 10/10/12 08:24
Arya Salakan, on 11 Agustus 2012 at 02:02 said:
Pertanyaan sederhana tapi tajam dari saudara Portgas.
Tanggal 19 Juli kemarin, berdasarkan hisab, ketinggian hilal belum mencapai 2 derajat yang katanya tidak
bakalan terlihat secara visual.
Buat apa berusaha melihat hilal yang 99,9% tidak bakal terlihat ?
Untuk 1 Syawal besok, yang secara perhitungan katanya ketinggian Hilal sudah sekitar 7 derajat, mengapa
masih harus berusaha melihat sesuatu yang sudah jelas bakal terlihat ? Bukankah ini sesuatu yang sia-sia
saja ? mubazir ?
Meskipun tidak terlalu tepat, ini bisa dianalogikan dengan kita akan menjemput seseorang yang naik
kereta Api yang dijadwalkan jam 10 akan sampai Gambir, apakah kita harus naik ke puncak gedung
tertinggi di Jakarta untuk memastikan bahwa lokomotifnya harus terlihat (Rukyat) baru kita yakin bahwa
betul keretanya akan segera tiba ?
Sementara dari jadwal keberangkatan dll. kita sudah bisa memperhitungkan bahwa Kereta tersebut akan
tiba di gambir pada jam yang telah dijadwalkan ? (Hisab)
Padahal dibandingkan jadwal KA yang amburadul, peredaran bulan dll. jauh lebih teratur dan lebih
sempurna.
Balas
7.
jamal emprit, on 11 Agustus 2012 at 16:27 said:
jangan ngotot jadi orang yang suka ngotot,celotehmu nyampah banget din jamal emprot
Balas
8.
mata qalbu, on 12 Agustus 2012 at 10:16 said:
Mf pk thomas, disitulah kelemahan bpk. Trs terang aja sy sdh baca semua konsep bpk unt usulan kalender
tunggal hijriyah indonesia. menurut sy kalau kriterianya dulu disepakati akan sulit unt disatukan. Audah,
jamaluddin ar-raziq, nidal gassoum, dll adalah astronom muslim yg mengusulkan kalender global baik
dgn 2 zona maupun kalender terpadu, Mrk ini menawarkan konsep dulu bukan kesepakatan dulu &
publik yg menilainya mana yg lbh akurat. Seharusnya bpk buat dulu kalender dgn konsep yg tentunya
sdh diuji unt sekian thn lalu dipublikasikan nnt terserah masyarakat yg akan menilainya. satu lg menurut
sy ahli hisab bkn anti rukyat, tetapi spt yg bpk bilang skr unt hisab sdh mudah unt apa lg dilakukan
rukyat kan sdh ada sarana lain yg lebih mudah. Seharusnya yg melakukan rukyat itu adalah org2 yg
berkompeten di bidangnya spt bpk.
Balas
9.
mata qalbu, on 12 Agustus 2012 at 10:23 said:
Apa pk thomas sdh pernah melakukan rukyat unt menyempurnakan konsep 4 derajat yg bpk usulkan?
Balas
10.
aep saepuloh, on 12 Agustus 2012 at 11:56 said:
Sebetulnya tidak ada masalah dalam hisab dan rukyat, yang masalah itu ada di hati masing-masing
pemimpin ummat. Bukunya saya belum punya Prof. trims.
Balas
tdjamaluddin, on 12 Agustus 2012 at 19:06 said:
11.
Mempersatukan Ummat Dengan Mengupayakan Titik T... http://tdjamaluddin.wordpress.com/2012/08/09/memper...
7 of 22 10/10/12 08:24
Silakan download versi pdf di http://tdjamaluddin.files.wordpress.com/2011/08/astronomi-
memberi-solusi-penyatuan-ummat-lengkap.pdf
Balas
jamal emprit, on 12 Agustus 2012 at 18:32 said:
Propesor goblog sampai kapanpun akan terbelenggu virus pembodohan.
Balas
12.
zainal arifin, on 12 Agustus 2012 at 20:48 said:
Saya sangat memimpikan bahwa kelak ,di indonesia akan bermunculan ahli astronomi baru ,yang bisa
seperti bapak pemberani ,dan rendah hati , semoga bapak masih tetap di jaga oleh ALLAH SWT dan tetap
menjadi teladan dalam pembaharuan saints secara islami amin
Balas
13.
zainal arifin, on 12 Agustus 2012 at 20:51 said:
Semoga cita-cita bapak iklas,untuk mempersatukan umat islam indonesia pada khususnya dan dunia
pada umumnya menjadi cita-cita mulia dan semoga ALLAH SWT meridhoiNYA amin
Balas
14.
Effendy Akmal, on 12 Agustus 2012 at 22:41 said:
Assalamu ‘alaikum Pak Jamal. Usul pak. Bagi Ormas Islam yg telah sepakat segera saja menyusun
Kalender Hijrah utk wilayah Indonesia, sesuai kreteria yg disepakati. Jagan tunda lagi. Yg belum/tdk mau
ikut ditinggalkan dulu. yg penting ada kalender hijrah yg jadi pedoman yg dikeluarkan oleh Pemerintah
(Kemenag). Jangan karena satu ormas, akibatnya umat Islam Indonesia tdk punya kalender yg bisa
dipakai secara nasional. Sebab tdk semua umat ini menjadi anggota salah satu ormas Islam. Rasanya
jumlah umat Islam tdk punya ormas Islam jumlahnya lebih banyak.
Balas
Moelyana, on 13 Agustus 2012 at 01:01 said:
Mohon maaf Prof Tomas dan para Ahli, sy Moelyana, jika diijinkan untuk menyampaikan beberapa
Firman ALLAH dalam AlQuran. Bukan berarti sy yg awam ini bukan bermaksud menggurui, QS
49/10”…sesama mukmin bersaudara maka berbuat baiklah” dan ketika berdoa pun ALLAH
memerintahkan untuk memintakan ampun Mukminin dan Mukminat (QS 47/19), tetapi dalam setiap
gerak seharus dibimbing oleh kesadaran Qolbu spt pd QS 22/46”….lahum quluubun ya’qiluun bihaa
(ada hati untuk memahami/berpikir)…” apa bisa Qolbu untuk memahami, spt QS 2/97 (alquran harus
dimasukkan kedalam Qolbu). Bahwa AlQuran itu QS.2/185”….hudalilnasi ..” tetapi ALLAH
mengkhususkan QS 3/139’… hudaa wa mau’idzat lil muttaqiin (taqwa/insaf/sadar)
QS 2/185 “…siapa yang membuktikan syahro itu…”, yg mana bisa dengan QS 17/12”…hisaaba
(perhitungan)…” juga QS 55/5 “…diperhitungkan” dan jika hasil perhitungan itu bisa didukung bukti
nya spt QS.6/67 “Bagi setiap kabar (nabaa) ada fakta yang ditentukan (mustaqorrun) dan akan kamu
ketahui nantinya/kelak, dan QS.38/87 “Bahwa dia (AlQuran) melainkan pemikiran/peringatan bagi
seluruh manusia” QS.38/88 “Dan akan kamu ketahui perkabarannya (pembuktiannya) sesudah
waktunya”. Agar para Mutaqqiin itu QS 6/75”…agar dia termasuk orang-orang yakin” dan QS
15/99”sembahlah TUHAN-mu hingga keyakinan/kepastian datang padamu” bahwa kita harus
ALLAH akan membukakan keilmuan untuk kebaikan para Mutaqqin (QS 57/22). Amin. Sekali lagi
mohon maaf sebesar-besar Prof Tomas dan Para Ilmuwan. QS 29/49”bahwa dia Ayat2 yang
15.
Mempersatukan Ummat Dengan Mengupayakan Titik T... http://tdjamaluddin.wordpress.com/2012/08/09/memper...
8 of 22 10/10/12 08:24
menerangkan dalam dada orang-orang yang diberi ilmu….” Dan QS 34/6”Akan melihat orang-orang
yang diberi ilmu yang diturunkan kepadamu dari TUHAN-mu itu HAQ serta memberikan
tuntunan…”
Balas
tdjamaluddin, on 13 Agustus 2012 at 10:17 said:
Kalender atas dasar kesepakatan itu sudah ada, namanya Taqwim Standar Indonesia yang dikeluarkan
Badan Hisab dan Rukyat, Kemnetrian Agama RI. Untuk Taqwim Standar 2012 silakan lihat
http://bimasislam.kemenag.go.id/home/50-info-terbaru/327-kalendar-taqwim-standar-indonesia-
kemenag-ri-tahun-2012-masehi1433-1434-hijriah.pdf
Balas
Arya Salaka, on 13 Agustus 2012 at 01:53 said:
Profesor Djamaluddin yang terhormat, saya penasaran dengan argumen bapak bahwa Muhammadiyah
melakukan bid’ah dalam hal penentuan awal Ramadhan, 1 Syawal dan Iedul Adha,.karena menetapkan
sesuatu tidak berdasarkan Syariat Nabi, karena mendasarkan hanya pada perhitungan semata.
Di bawah ini saya petik salah satu Hadits yang menerangkan waktu-waktu Sholat :
Diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya, dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu `anhuma
bahwasanya Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda (yang artinya),
“Waktu shalat Zhuhur adalah setelah tergelincirnya matahari sampai saat bayangan seseorang sama
seperti tingginya selama belum masuk waktu Ashar. Waktu shalat Ashar selama matahari belum
menguning, sedangkan waktu Maghrib selama awan merah di langit belum hilang. Adapun waktu shalat
Isya’ hingga tengah malam yang pertengahan, dan waktu shalat Shubuh sejak terbitnya fajar hingga
sebelum terbitnya matahari
Jika bapak berpegang teguh bahwa seharusnya kalender dan penentuan waktu yang berkaitan dengan
peribadatan harus sesuai dengan tuntunan Nabi dan dilakukan secara harafiyah sebagaimana penentuan 1
Ramadhan, 1 Syawal dll., maka selamanya bapak dan para pengusung rukyat musti melihat terlebih
dahulu terbit nya fajar untuk memastikan waktu sholat subuh, tergelincirnya matahari untuk menetukan
saat sholat Dzuhur, ukuran bayangan saat waktu Ashar, terbenamnya matahari untuk menentukan waktu
Maghrib dst.dengan mengamatinya secara langsung seperti yang disebutkan dalam hadits tersebut untuk
menentukan waktu sholat yang ditandai dengan Azan SETIAP HARI.
Faktanya ?
Semua Azan sebagai penanda 5 waktu sholat saat ini dilakukan berdasarkan perhitungan, bukan
pengamatan.
So…wake up prof.
Balas
tdjamaluddin, on 13 Agustus 2012 at 10:10 said:
Argumentasi bid’ahnya wujudul hilal (bukan soal perhitungannya) bisa dibaca di
http://tdjamaluddin.wordpress.com/2012/07/04/hanya-karena-membela-bidah-wujudul-hilal-
yang-usang-muhammadiyah-memilih-tafarruq/
Apakah ada perintah “merukyat” untuk waktu shalat? TIDAK ADA. Tetapi untuk berpuasa, hadits
secara tegas memerintahkan “shuumu li ru’yatihi …” yang dijadikan dasar bagi sebagian ummat Islam
tentang kewajiban untuk merukyat, walau mereka sudah bisa menghisabnya. Itu bentuk ketaatan
16.
Mempersatukan Ummat Dengan Mengupayakan Titik T... http://tdjamaluddin.wordpress.com/2012/08/09/memper...
9 of 22 10/10/12 08:24
(ta’abudi). Saya menghargai pendapat kalangan yang menghendaki rukyat, karena saya menganggap
HISAB DAN RUKYAT SETARA.
Balas
Arya Salaka, on 14 Agustus 2012 at 04:49 said:
“Berpuasalah jika melihat Hilal” – Hadits
“Waktu dzuhur adalah ketika matahari tergelincir dst….” – Hadits
Menurut Prof Thomas, Hadits yang pertama adalah penegasan perintah Rukyat, sedangkan Hadits
yang kedua tidak ada penegasan untuk itu “merukyat” matahari dll.
Kalau penegasan itu semata-mata hanya karena dicantumkannya kata Rukyat dalam Hadits
pertama dan tidak dicantumkan dalam hadits kedua, maka saya tidak mengerti, apakah kita dapat
memastikan waktu dzuhur tanpa melihat kondisi matahari ?
Well, saya kira sekaliber Anda pastilah sangat faham bahwa meskipun di Hadits yang kedua tidak
dicantumkan kata Rukyat, namun perintah untuk melihat matahari itu juga diberikan baik secara
baik eksplisit maupun implisit..
Lalu seandainya pun perintah harafiah yaitu kata rukyat yang harus dipatuhi, maka hadits yang
mana yang memerintahkan SECARA EKSPLISITpelaksanaan rukyat untuk menentukan tanggal 1
Dzulhijjah yang berpengaruh pada datangnya Iedul Adha ? tentu saja tidak ada,,,hehehehe
sungguh sebuah inkonsistensi sikap yang nyata.
Kalau Hadits harus dimaknai secara harafiah kata-perkata, maka seorang Professor Thomas
Djamaluddin harusnya berjenggot (Di dalam shahih Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu
‘anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Potonglah kumis dan biarkanlah jenggot memanjang, selisihilah orang-orang Majusi” ,
berjubah dan naik haji dengan berjalan kaki atau menunggang Unta yang kurus (Q 22. 27 : Dan
berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu
dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang
jauh).
Wassalam.
tdjamaluddin, on 14 Agustus 2012 at 21:37 said:
Karena tak ada perintah rukyat untuk Dzulhijjah itulah, maka sidang itsbat untuk Dzulhijjah tidak
selalu dilaksanakan, hanya bila diperlukan. Dzulhijjah lebih banyak ditentukan secara hisab, walau
rukyat juga dilakukan.
bambang supriadi, on 15 Agustus 2012 at 14:18 said:
Ass wr wb.
Disamping TIDAK ADA perintah merukyat “posisi matahari waktu sholat”, jadwal waktu sholat
yang ada saat ini hanya ada “SATU VERSI” yaitu yg dikeluarkan oleh Kementeria Agama RI.
Sepanjang yg menjadi obyek hisab “sama” yaitu posisi matahari waktu sholat,maka sangat tipis
kemungkinannya ada versi yag lain. Namun demikian Kementeria Agama pasti akan
mengakomodir usulan untuk melakukan “rukyat posisi matahari waktu sholat” jika ada pihak yg
menghendaki disebabkan karena adanya “keraguan” dan/atau adanya jadwal waktu sholat versi
yg lain.
Rukyat posisi matahari waktu sholat perlu dilakukan utk “MEMBUKTIKAN” versi jadwal waktu
sholah yg mana yg benar.
Demikian juga dg “RUKYATUL HILAL”, karena adanya berbagai kalender yg disusun dg metode
yg beragam pula dimana masing2 bersikukuh dg keakuratannya maka perlu dlakukan utk
membuktikan kalender yg mana yg akurat.
Mempersatukan Ummat Dengan Mengupayakan Titik T... http://tdjamaluddin.wordpress.com/2012/08/09/memper...
10 of 22 10/10/12 08:24
Sepanjang yg menjadi obyek hisab adalah “PENAMPAKAN HILAL”, maka pihak2 yg
mengeluarkan kalender TIDAK PERLU RISAU apalagi sampai MENOLAK rukyatul hilal karena
sebagai umat muslim yg ber-IMAN sudah tentu TIDAK MAU MENDAHULUI KETETAPAN
ALLAH SWT yaitu PENAMPAKAN HILAL yg berhasil dirukyat, sebagai bukti nyata atas hisab yg
dilakukan.
Wass wr wb.
riy, on 26 Agustus 2012 at 06:35 said:
saya kira pak thomas juga gak paham masalah hadits sumu lirukyatihi. PUASALAH kalau melihatnya
(hilal)….coba anda renungkan dalam-dalam. mana perintah rukyatnya. dalam struktur kalimat
perintahnya adalah PUASA. Sedangkan melihat hilal adalah keterangan sebabnya. Coba bandingkan
dengan kalimat ” MAKANLAH karena engkau LAPAR”. Coba kita renungkan, Perintah dalam
kalimat kedua MAKAN atau LAPAR ? kalau perintahnya lapar maka kita perlu belajar bahasa
indonesia lagi.
Balas
tdjamaluddin, on 26 Agustus 2012 at 21:05 said:
Perdebatan masalah dalil sudah ratusan tahun dibahas para ahli fikih. Astronom ingin
mempertemukan hisab dan rukyat secara setara, tanpa mempermasalahkan dalilnya. Titik temu
hisab dan rukyat adalah hisab imkan rukyat (visibilitas hilal).
bambang supriadi, on 27 Agustus 2012 at 06:05 said:
Ass wr wb.
riy, on 26 Agustus 2012 at 06:35 said :
………………..masalah hadits sumu lirukyatihi. PUASALAH kalau melihatnya (hilal)….coba anda
renungkan dalam-dalam. mana perintah rukyatnya. dalam struktur kalimat perintahnya adalah
PUASA.
…………….
Pemahaman saya mengatakan bahwa “PERINTAHNYA” adalah bukan satu kata PUASALAH
melainkan “satu kalimat utuh” yaitu PUASALAH KALAU MELIHAT HILAL.
Aturan umum mengenai perintah “PUASALAH” ada juga di ayat Al Quir’an yg lain misalnya :
“PUASALAH SAAT DATANGANYA BULAN RAMADHAN”.
Jadi perintah “PUASALAH” itu aturan umum, sedangkan aturan khusus yg lebih rinci hrs
dipahami kalimatnya lengkap.
Oleh karena itu, perintah dalam hadist diatas adalah PUASALAH KALAU MELIHAT HILAL,
dimana utk dpt “melihat hilal” perlu dilakukan rukyat..
Wass wr wb.
frielitoenk, on 13 Agustus 2012 at 04:55 said:
perbedaan antara muhammadiyah dn pmrintah hny pd kriteriax sj, tp pd prinsipx kedua versi kriteria yg
di maksud sdh dapat mengetahui lbih awal kpn akan msukx bulan baru itu, hny pemerintah cenderung
msh pngen mnghabiskan anggaran untk plaksanaan sidang istbat, di banding mengalokasikan anggaran
sidang tsb untuk kepentingan umat
Balas
17.
jamal emprit, on 13 Agustus 2012 at 04:56 said:
18.
Mempersatukan Ummat Dengan Mengupayakan Titik T... http://tdjamaluddin.wordpress.com/2012/08/09/memper...
11 of 22 10/10/12 08:24
sudah ketinggalan jauh kak,muhammadiyah dan arab saudi dengan kalender yang sudah disepakati islam
dunia,kalau kelender hijriyah nasional baru mau dibikin tokohnya tetap aja jamal,itu kalendernya jamal
bukan kalender nasional indonesia ..ga laku cak..guk guk
Balas
yunus arwin dewantara, on 13 Agustus 2012 at 06:17 said:
Terima kasih bapak Tomas menginspirasi pemuda indonesia untuk selalu beruba ke arah kebersamaan
,betul kata bapak effendy akmal ,kita punya kalender hijriah untuk indonesia . karena saya percaya bapak
lebih ilmiah dan lebih intelek.
Balas
19.
yunus arwin dewantara, on 13 Agustus 2012 at 06:26 said:
Maju terus pak T.Djamal ,memang pembaharu selalu mendapat tantangan walaupun bukti secara ilmiah
dan akal sudah ada .
Ya begitulah dalam ber amal ma’ruf nahi mungkar
Balas
20.
hani wismaningrum, on 13 Agustus 2012 at 07:14 said:
Kalau saya berpikir positip saja kalau memang bersatu itu lebih baik , kenapa kita harus bercerai berai,
kita lahir di tumpah darah yang sama ,kita mempunyai keyakinan yang sama , kita punya kitab suci yang
sama, Tanah yang kita pijak adalah tanah yang sama indonesia raya . alangkah indahnya bila
kebersamaan terwujud , kita kuat bila bersatu. mari kita , Nabi Muhammadpun menghendaki kalau bisa ,
kita bersatu baik beribadah maupuan bernegara.
Kita memang perlu punya pelopor dalam persatuan islam , kita harus sepakat ,untuk menyisihkan ego
kita,kesombongan kita , agar ukhuwah islamiyah lebih tampak . dan setiap tokoh menjadi pendorong
untuk bersatu semoga apa yang menjadi , sumbangsih dari pakar astronomi seperti pak T. djamaludin
bisa terwujud amain
Balas
21.
jamal emprit, on 13 Agustus 2012 at 10:46 said:
Thomas tidak mampu mengalahkan penjelasan ilmiahnya kalender Hijriah yang sudah di sepakati islam
dunia saat ini, ide thomas hanyalah pemikiran lari ditempat,diskusi sama ARGRES saja kelimpungan,nah
ilmiahnya thomas terpatahkan sama ARGRES, profesor yang bagaimana jamal ini?
Balas
siti Jenar, on 13 Agustus 2012 at 13:36 said:
kita warga negara wajib ikut pemerintah,…….
Balas
jamal emprit, on 14 Agustus 2012 at 02:37 said:
gak laku teorinya jamal
22.
Mempersatukan Ummat Dengan Mengupayakan Titik T... http://tdjamaluddin.wordpress.com/2012/08/09/memper...
12 of 22 10/10/12 08:24
jamal emprit, on 14 Agustus 2012 at 03:22 said:
wajib ikut itu pasti,,,pemerintah juga wajib mengayomi…bukan menyudutkan
jamal emprit, on 13 Agustus 2012 at 10:58 said:
Argumen hebat itu bukan menulis,tapi temu tatap muka,mengapa thomas menghindar tatap muka? nah
tulisan panjang argumen diblog ini hasil dari berapa lama waktu pikir untuk mencari cari kosa kata
pembenaran? kalau memang hebat kemampuan berargumen unjuk giginya adalah temu tatap muka dan
bicara dasar kuatnya keilmuan sesorang,tapi thomas nglimprek begitu masuk ronde debat pada waktu
tertentu…..nyata benar ketidakmampuannya berilmiah sebab memang tidak ditemukan dasar kuat untuk
pembenaran yang buta… kekuatan ilmu itu akan terpercaya bila dasar pebenarannya juga OKE,jamal apa?
debat saja gowes lari pakai alasan sejuta ….itu pertanda level teri,
Balas
23.
indah retnowati, on 13 Agustus 2012 at 13:32 said:
orang kalau egonya yang di dahulukan hasilnya ,ngomongnya nggak ilmiah dan cenderung sombong ,
suka mencaci maki orang , saya pribdai dengan organisasi ini jadi nggak simpati lagi dulu organisasi ini
saya gadang-gadang jadi pembaharu islam indonesia , tapi ternyata orangnya egonga sangat tinggi dan
bicaranya orakan tidak punya toto kromo, Maju terus pak T dajamludin semoga bapak menjadi kuat dan
berhasil menyatukan kalender Hijriah
Balas
jamal emprit, on 14 Agustus 2012 at 02:33 said:
pret
Balas
jamal emprit, on 14 Agustus 2012 at 02:36 said:
jamal toto kromonya dimana? baca saja judul posting blog lainnya,judulnya saja sudah memancing
selisih…apanya yang toto kromo …pret
Balas
jamal emprit, on 14 Agustus 2012 at 03:16 said:
perlu anda tahu saya warga simpatisan saja,bukan anggota ORMAS tertentu,saya hadir dengan
komentar di blog ini oleh karena judul tulisan diblog ini memang sudah memancing selisih tidak
sehat..silahkan anad cari judul postingnya ,,,memang blog ini sudah tidak mengajak berbahasa toto
kromo…ingat
Balas
portgas, on 14 Agustus 2012 at 21:05 said:
ah mba indah bisa aja,, ko saya melihat justru mba indah yang emosi,,,
apa coba dasar pendapat mba indah yg mengatakan “ngomongnya ga ilmiah dan cenderung
sombong” ditambah “suka mencaci maki orang lagi”,, Duuuh
saya garis bawahi juga yang katanya “ga punya toto kromo”
kalo gitu saya mewakili dari organisasi yag kata mba indah sombong, egonya tinggi dan ga punya toto
kromo ini meminta maaf pada mba indah apabila ada hal yang menyinggung mba indah…..
24.
Mempersatukan Ummat Dengan Mengupayakan Titik T... http://tdjamaluddin.wordpress.com/2012/08/09/memper...
13 of 22 10/10/12 08:24
Balas
astroman, on 14 Agustus 2012 at 02:08 said:
SUDAHLAH profesor.thomas jamaludin tidak usah berdebat terus anda bukanlah ahli agama ,kalo mau
belajar agama saya sarankan bpk belajar dari IQRO dulu ya di madrasah ibtidaiyah….KATANYA bapak
Profesor di bidang astronomi dan merupakan seorang terkemuka di dunia astronomi Majukan lah
astronomi Indonesia yg terlihat mandul itu dulu lakukan terobosan buatlah inovasi buatlah teleskop
terbesar dan tercanggih di dunia yg mengalahkan teleskop hubble…buatlah software astronomi yg sangat
akurat mengalahkan SW opensource Stellarium yg gratisan itu…JADILAH anda seorang profesor
sekaliber Stephen Hawking atau Nasiruddin at-Tusi yg berhasil memodifikasi model semesta episiklus
Ptolomeus dengan prinsip-prinsip mekanika untuk menjaga keseragaman rotasi benda-benda langit.
Selain itu, ahli matematika dan astronomi Al-Khawarizmi, banyak membuat tabel-tabel untuk digunakan
menentukan saat terjadinya bulan baru, terbit-terbenam matahari, bulan, planet, dan untuk prediksi
gerhana.dan seperti Al-Batanni yg banyak mengoreksi perhitungan Ptolomeus mengenai orbit bulan dan
planet-planet tertentu. Dia membuktikan kemungkinan gerhana matahari tahunan dan menghitung secara
lebih akurat sudut lintasan matahari terhadap bumi, perhitungan yang sangat akurat mengenai lamanya
setahun matahari 365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik. JADI BEGINI PROFESOR KALO BISA
KEILMUAN BAPAK JANGAN SEKITAR BULAN2 TRUS PAK itu ilmu udah KUNO/Usang BULAN ITU
SUDAH PERNAH DI INJAK2 BANGSA AMERIKA SERIKAT ITU SIH….SO yg terakhir jangan mau jadi
jongos KEMENTERIAN AGAMA Ssssstt yg KATAnya korupsi pengadaan AL QURAN itu lho…bisa ga
Maju2 tuh pak “ATAU” jangan2 kemarin sehabis sidang Isbat bapak dapat angpau ya.. nanti sidang isbat
tgl.18 pasti dapat lagi ya….. Ha Ha HA PROYEK DI BULAN RAMADHAN YA SIDANG ISBAT
Balas
25.
jamal emprit, on 14 Agustus 2012 at 02:31 said:
Maju terus jamal….ndrongos
Balas
26.
gurubesar NASA, on 14 Agustus 2012 at 02:52 said:
sebagai peneliti Lapan, Thomas seharusnya juga mengikuti diskusi di kalangan peneliti astronomi
internasional di banyak mailing list dan group melalui multi media. Dengan begitu, cakrawala berpikir
yang dimiliki Thomas menjadi lebih luas. Apalagi, informasi tentang penetapan 1 Syawal banyak
diberitakan di situs-situs resmi internasional.
“Jangan mentang-mentang profesor astronomi, lalu merasa pendapatnya pasti benar. Kalau dia
menganggap paling benar, lalu apakah semua profesor lain di negara-negara lain yang menyatakan
berbeda dengan pendapat jamal jadi salah?”
Balas
27.
Ahmad, on 14 Agustus 2012 at 06:24 said:
Alhamdulillah..
Saya seorang Muhammadiyah, saya bangga dengan Muhammadiyah, Muhammadiyah adalah jalan bagi
saya untuk Tuhan saya, tapi kesedihan saya hadir disini, walaupun saya pengurus kecil dari organisasi
ini, saya malu dengan yang terjadi dalam tulisan-tulisan kecil ini. Muhammadiyah bagi saya sangat
menjunjung tinggi kemanusiaan, bagi saya Muhammadiyah adalah salah satu pelopor pembaruan
dinegeri ini.
Untuk pak Djamal, silahkan bangun negeri ini dengan kemampuan bapak dalam bidang bapak, sayapun
ingin negeri ini bersatu dalam semua bidang yang diridhoi Allah, saya sangat menyadari tidak ada satu
28.
Mempersatukan Ummat Dengan Mengupayakan Titik T... http://tdjamaluddin.wordpress.com/2012/08/09/memper...
14 of 22 10/10/12 08:24
metode yang benar-benar mutlak kebenarannya, semua yang memiliki ilmu yang sama dapat memiliki
metode yang berbeda, hanya Allah yang mutlak. saya sangat mendukung langkah dan pemikiran bapak
Djamal demi kemashlahatan umat dan negeri ini. saya sangat berharap semua dapat duduk bersama
dengan tidak mengedepankan emosi semata, lanjutkan perjuangan bapak untuk mempersatukan umat ini
tanpa menyakiti siapapun. lanjutkan demi bersatunyan umat yang mulia ini.
untuk saudara-saudaraku Muhammadiyah, kita bukan kebenaran mutlak, tapi kita harus berusaha untuk
menjadi benar dalam tuntunan Rasul dan hidayah Allah. ikutlah apa yang diteladankan, dicontohkan, dan
disabdakan Rasul kita, Muhammad SAW. bukan menghujat seolah kita yang benar. bukan mengharapkan
debat yang akan selalu mengedepankan emosi, bukan berfikir untuk kita sendiri, tetapi semua demi
persaudaraan kita, persatuan kita, bersatulah kita semua atas nama Allah. semoga Allah akan membuka
dan menerangi jalan bagi kita semua.amin.
Balas
portgas, on 5 Oktober 2012 at 05:52 said:
Alhamdulillah..
Saya seorang NU, saya bangga dengan NU, NU adalah jalan bagi saya untuk Tuhan saya, tapi
kesedihan saya hadir disini, walaupun saya pengurus kecil dari organisasi ini, saya malu dengan yang
terjadi dalam tulisan-tulisan kecil ini. NU bagi saya sangat menjunjung tinggi kemanusiaan, bagi saya
NU adalah salah satu pelopor pembaruan dinegeri ini.
Untuk pak Djamal, silahkan bangun negeri ini dengan kemampuan bapak dalam bidang bapak,
sayapun ingin negeri ini bersatu dalam semua bidang yang diridhoi Allah, saya sangat menyadari
tidak ada satu metode yang benar-benar mutlak kebenarannya, semua yang memiliki ilmu yang sama
dapat memiliki metode yang berbeda, hanya Allah yang mutlak. saya sangat mendukung langkah dan
pemikiran bapak Djamal demi kemashlahatan umat dan negeri ini. saya sangat berharap semua dapat
duduk bersama dengan tidak mengedepankan emosi semata, lanjutkan perjuangan bapak untuk
mempersatukan umat ini tanpa menyakiti siapapun. lanjutkan demi bersatunyan umat yang mulia ini.
untuk saudara-saudaraku NU, kita bukan kebenaran mutlak, tapi kita harus berusaha untuk menjadi
benar dalam tuntunan Rasul dan hidayah Allah. ikutlah apa yang diteladankan, dicontohkan, dan
disabdakan Rasul kita, Muhammad SAW. bukan menghujat seolah kita yang benar. bukan
mengharapkan debat yang akan selalu mengedepankan emosi, bukan berfikir untuk kita sendiri, tetapi
semua demi persaudaraan kita, persatuan kita, bersatulah kita semua atas nama Allah. semoga Allah
akan membuka dan menerangi jalan bagi kita semua.amin.
Balas
agus, on 15 Agustus 2012 at 09:27 said:
Dari segi dalilnya pun, mendasarkan wujudul hilal dengan QS 36:40 sungguh tidak tepat, karena ayat itu
merupakan satu kesatuan dengan QS 36:38-39 bahwa matahari dan bulan punya orbit masing-masing,
seperti disimpulkan pada akhir QS 36:40.
Argumentasi dalam level seperti ini selalu diulang-ulang tanpa jemu, hanya menunjukkan bahwa Pak
Djamaluddin memang hanya berbicara menggunakan keyakinan, dengan cara mengesampingkan logika
seorang ilmuwan.
39:5 Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan
menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut
waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
55:5 Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.
6:96 Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan
29.
Mempersatukan Ummat Dengan Mengupayakan Titik T... http://tdjamaluddin.wordpress.com/2012/08/09/memper...
15 of 22 10/10/12 08:24
bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Saya kira cukup jelas ditegaskan bahwa peredaran matahari sebagai perhitungan. Orbit hanya bisa
dikaitkan dengan adanya sebuah peredaran, dan peredaran yang dipakai untuk perhitungan pastilah
mempunyai siklus yang diketahui sebagai satuan bilangan waktu. Secara astronomi, orbit matahari adalah
mengelilingi pusat galaksi Bima Sakti dalam 225-250 milyar tahun (teoritis). Kebudayaan manusia yang
mana yang bisa menggunakan siklus ini sebagai perhitungan waktu? Apakah logis peredaran matahari
yang selalu dikaitkan dengan perhitungan serta fenomena siang & malam adalah peredaran dengan orbit
yang tiada satu manusiapun yang bisa mengobservasi siklusnya?
Sekali lagi, meskipun adanya klaim bahwa kitab suci pasti benar, manusia hanya bisa memahami lewat
interpretasi yang tidak ada jaminan bebas kesalahan ataupun distorsi makna. Saya tidak mencoba bilang
kalau penafsiran di atas paling benar, tetapi saya hanya ingin menunjukkan bahwa penafsiran subjektif
Pak Djamaluddin tidak serta merta bisa menganulir penafsiran pihak lain, yang mungkin juga tidak kalah
subjektifnya.
Balas
dedys, on 16 Agustus 2012 at 03:51 said:
“Berpuasalah kalian karena melihatnya dan akhiri puasa karena melihatnya.Sesungguhnya kami ini
masyarakat buta huruf, tidak dapat menulis dan menghitung (ilmu perbintangan), jumlah hari- hari
dalam sebulan adalah begini dan begini (sambil memberi isyarat dengan kedua tangannya), yakni
kadang 29 dan kadang 30 hari. (HR. Bukhari III/25 dan Muslim III/124).
Balas
dedys, on 16 Agustus 2012 at 04:00 said:
Kalau pingin bisa bersatu umat islam di Indonesia itu gampang, mulailah pada idul Adha jangan
sampai seperti tahun 2011 Pemerintah ketinggalan satu hari, benar2 lokal, kalau sudah kaya gitu itu
umat jadi tahu hitunganya yg benar yg mana? Apakah beda satu hari itu juga masukan dari P Jamal
kepada Pemerintah?
dedys, on 16 Agustus 2012 at 04:28 said:
Kalau saya jadi P djamal saya akan berusaha untuk mengilmiahkan wujudul hilal karena dengan
mencari pendekatan empiris dg ilmu yg sdh dikuasai dg berpijak pada parameter2 nya dan insya
Allah bisa. Sayangnya saya bukan beliau.
tdjamaluddin, on 16 Agustus 2012 at 09:31 said:
Mencoba mengilmiahkan sesuatu yang tidak ilmiah berarti membangun pseudosains, alias sains
semu. Itulah yang terjadi pada wujudul hilal. http://tdjamaluddin.wordpress.com/2011/11
/04/hisab-wujudul-hilal-muhammadiyah-menghadapi-masalah-dalil-dan-berpotensi-menjadi-
pseudosains/
ivan, on 16 Agustus 2012 at 11:14 said:
Penetapan Penanggalan Hijriyah itu terkait HANYA DENGAN SAINS saja…
Tapi terkait dengan :
- Urusan Agama
- Urusan Sosial
Mempersatukan Ummat Dengan Mengupayakan Titik T... http://tdjamaluddin.wordpress.com/2012/08/09/memper...
16 of 22 10/10/12 08:24
- Urusan Politik
- Urusan Peradaban
- Urusan Administrasi
- Urusan Ekonomi dll
Penetapan Penanggalan Hijiriyah itu BUKAN URUSAN LOKAL, selama ini Kesepakatan-
kesepakatan yang dibuat Tidak Ada Satupun yang memberikan Solusi untuk Kalender Global yang
dipakai sama untuk seluruh dunia… makanya Urusan Kalender Hijriyah tidak pernah beres-
beres…
Saya berharap LAPAN, Muhammadiyah, NU, Persis, dll bisa secepatnya masing-masing memberi
solusi Kalender Hijriyah Global yang benar-benar bisa digunakan sama di seluruh dunia…
Inilah kuncinya sebenarnya : “KALENDER YANG BENAR-BENAR BISA DIGUNAKAN SAMA DI
SELURUH DUNIA”…
Di luar kata kunci ini, sejuta solusi pun tidak akan ada satu pun yang bisa digunakan… Orang pada
akhirnya akan tetap bikin kalender Hijriyah masing-masing… Kalau sudah begini “Selamat Tinggal
Kesatuan Kalender Hijriyah”…
agus, on 16 Agustus 2012 at 11:21 said:
@Djamaluddin
Logika dan keilmiahan yang dibatasi atau bahkan dilandasi oleh keyakinan melalui penafsiran
kitab suci tidak pernah sesuatu yang ilmiah. Silakan keluar dari sekat-sekat agama kalau ingin jujur
bahwa anda benar-benar berbicara secara ilmiah.
ivan, on 17 Agustus 2012 at 06:32 said:
Kalau Penetapan Kalender Qomariyah diserahkan kepada Hanya Perhitungan Ilmiah,
Dengan :
- Batas periode bulan lama dan periode bulan baru adalah Konjungsi (Ijtima)
- Batas hari lama dan hari baru adalah saat Magrib (terbenam matahari),
MAKA :
Kriteria Ijtima Qoblal Ghurub pun SUDAH CUKUP untuk menetapkan awal bulan Hijriyah…
Hanya sayang, umat Islam sekarang (tokoh-tokohnya) kebanyakan lebih senang mempersulit diri
sendiri… makanya umat Islam sekarang dipersulit oleh Alloh swt, di mana-mana Islam dilecehkan
tanpa bisa umat Islam bisa bertindak apa-apa,,,
Di Rohingya dibantai, umat Islam cuma bisa ngelus dada dan menghimbau, di Timteng
diobok-obok Barat, mau saja; di Cina diperlakukan tidak adil oleh Pemerintah Komunis; umat
Islam sedunia anteng-anteng saja…
Beginilah nasib umat yang senang mempersulit diri sendiri, seperti Bani Israel dahulu zaman Nabi
Musa as…
ivan, on 16 Agustus 2012 at 11:17 said:
Ralat :
Penetapan Penanggalan Hijriyah itu terkait HANYA DENGAN SAINS saja…
Seharusnya :
Penetapan Penanggalan Hijriyah itu terkait TIDAK HANYA DENGAN SAINS saja…
30.
Mempersatukan Ummat Dengan Mengupayakan Titik T... http://tdjamaluddin.wordpress.com/2012/08/09/memper...
17 of 22 10/10/12 08:24
Balas
robby karman (@robby_karman), on 18 Agustus 2012 at 17:18 said:
Salam. Pak Thomas, sebelumnya mohon maaf lahir dan bathin. Mungkin Pak Thomas bisa baca salah satu
tulisan di Majalah Suara Muhammadiyah terbaru, yang ditulis oleh Prof. Dr. Syamsul Anwar. disana
dinyatakan bahwa kenapa Umat Islam dalam usianya yang 1,5 millenium ini belum bisa membuat
kalender internasional, karena umat Islam masih berpegang pada rukyat.. Kalau umat Islam hanya
berpegang pada hisab dan meninggalkan rukyat yang telah usang, insya Allah umat Islam bisa
mempunyai kalender hijriah internasional seperti halnya kalender masehi.
Balas
robby karman (@robby_karman), on 18 Agustus 2012 at 17:22 said:
menurut saya tidak adil kalau hanya muhammadiyah yang diklaim superior, menurut saya semua
pihak superior, apakah karena muhammadiyah menjadi oposan menghadapi pemerintah yang
meinstream sehingga saat konsisten terhadap pendapatnya muhammadiyah dianggap superior? kalau
Muhammadiyah jadi pemerintah, dan pak thomas yang jadi oposan,maka pihak muhammadiyah pun
akan mengatakan pak thomas superior karena ngotot melawan rezim yang berkuasa.. mohon
direnungkan..
Balas
bambang supriadi, on 20 Agustus 2012 at 13:38 said:
Ass wr wb.
Haqqulyaqin pd Al Qur’an dan Hadist (dalil2 syar’I) adalah bagian dari RUKUN IMAN bagi umat
muslim, karena itu mengikuti tuntunan dalil syar’i adalah mutlak, sedangkan usaha mengkaji dalil
syar’i dg mencari pembenarannya berdasarkan logika dan iptek adalah dakwah Islamiah.
Mencari pembenaran atas dalil2 syar’i sudah tentu akan menggunakan “akal pikiran”, sehingga
apabila akal pikiran yang “terbatas” belum mampu menguak tabir misteri dalil syar’i maka tetaplah
pada jalur IMAN yaitu tetap haqqulyaqin pada kebenaran dalil syar’i dan berdoa semoga Allah SWT
menurunkan hidayahNYA.
Meninggalkan dalil syar”i akibat “keterbatasan” akal pikiran dlm memainkan logika, sama artinya dg
tindakan putus asa dalam menjaga IMAN yang akan berujung pada “lunturnya” IMAN.
IMAN memang “menuntut” agar umat muslim menyadari bahwa akal pikiran manusia itu “tidak ada
apa2nya” dibandingkan dengan kebenaran yg datang dr Allah SWT.
Komunitas astronom internasional boleh saja sepakat dengan Teori Newmoon yg diajarkan dibangku
sekolah/kuliah yg menyatakan bahwa “akhir bulan” adalah saat konjungsi/ijtimak yaitu saat “puncak
bulan mati”.
Namun para astronom muslim harus sadar bahwa Teori Newmoon itu “tidak Islami” karena tidak
sesuai dg dalil syar’i yang mengisyaratkan bahwa “akhir bulan hijriyah” adalah saat “berakhirnya
bulan mati” yg ditandai dg adanya “penampakan hilal”. Disamping itu, diisyaratkan pula bahwa
pergantian hari/tanggal dan bulan adalah pd saat magrib.
Karena itu, tgl 19 Juli 2012 sebelum magrib adalah merupakan hari ke 29 bln Syakban 1433 dimana
dilaksanakan rukyatul hilal. Dan karena saat itu tidak ada penampakan hilal, maka bulan Syakban
1433 digenapkan menjadi 30hr, sehingga tgl 19 Juli 2012 magrib sampai dengan tgl 20 Juli 2012 magrib
adalah hari ke 30 bln Syakban 1433,.
Dengan demikian, mulai tgl 20 Juli 2012 magrib hingga tgl 21 Juli 2012 magrib adalah tgl 1 Ramadhan
1433, sehingga sholat tarawih dilakukan mulai pd tgl 20 Juli 2012 malam hari dan makan sahur serta
puasa dilakukan mulai tgl 21 Juli 2012 pagi hari.
31.
Mempersatukan Ummat Dengan Mengupayakan Titik T... http://tdjamaluddin.wordpress.com/2012/08/09/memper...
18 of 22 10/10/12 08:24
Mengenai Idul Fitri, tgl 18 Agustus 2012 sebelum magrib adalah merupakan hari ke 29 bln Ramadhan
1433 dimana akan dilaksanakan rukyatul hilal.
Pd tgl 18 Agustus 2012 magrib ketika dilaksanakan rukyatul hilal ternyata ada penampakan hilal,
maka tgl 18 Agustus 2012 magrib sampai 19 Agustus 2012 magrib adalah tgl 1 Syawal 1433 (Idul Fitri),
sehingga takbir dilaksanakan mulai tgl 18 Agustus 2012 magrib dan sholat Ied dilaksanakan pagi hari
tgl 19 Agustus 2012.
Seandainya pada saat rukyatul hilal tgl 18 Agustus 2012 ternyata tidak ada penampakan hilal, maka
bulan Ramadhan 1433 digenapkan menjadi 30hr sehingga tgl 18 Agustus 2012 magrib sampai dengan
tgl 19 Agustus 2012 magrib adalah hari ke 30 bln Ramadhan 2012, sedangkan tgl 19 Agustus 2012
magrib s.d. 20 Agustus 2012 magrib adalah tgl 1 Syawal1433. Jika demikian, maka takbir dilaksanakan
mulai tgl 19 Agustus 2012 magrib dan sholat Ied dilaksanakan pada pagi hari tgl 20 Agustus 2012.
Jadi, rukyatul hilal “bukan penghalang” pembuatan kalender hijriyah, justru yang ada adalah kalender
yg disusun dg menggunakan “metode hisab yg tidak akurat” sehingga awal bulannya tidak cocok dg
hasil rukyatul hilal yaitu penampakan hilal.
Kalau metode hisab yg digunakan menyusun kalender hijriyah benar2 akurat, maka awal bulannya
tidak akan meleset dari hasil rukyatul hilal (penampakan hilal).
Kenapa Umat Islam dalam usianya yang 1,5 millenium ini belum bisa membuat kalender internasional,
adalah bukan karena umat Islam masih berpegang pada rukyat, melainkan karena banyaknya metode
hisab yg digunakan menyusun kalender hijriyah yg berbeda2 dimana masing2 bersikukuh dg
kebenarannya meskipun sering tidak cocok dg tuntunan dalil syar’i yaitu hasil rukyatul hilal
(penampakan hilal)
Karena kalender hijriyah adalah hasil kesepakatan maka tidak akan pernah ada kalender hijriyah
selama pemikiran para penyusun kalender hijriyah tidak berada pada satu jalur keyakinan yaitu
IMAN pd Al Qur’an dan Hadist (dalil2 syar’i).
Wass wr wb.
Balas
riy, on 26 Agustus 2012 at 06:42 said:
bambang, ente nulisnya panjang tapi juga gak mutu. dalil apa yang ente pake yang menunjukkan
bahwa hisab juga gak syar’i ?
bambang supriadi, on 27 Agustus 2012 at 06:25 said:
Ass wr wb.
Mas riy, mohon dicermati kembali postingan saya. Saya tidak pernah mengatakan bahwa “hisab”
itu ‘gak syar”i”, melainkan yang sering saya tulis adalah bahwa diantara sekian banyak metode
hisab yg ada, diantaranya ada yang “gak syar’i” yaitu metode hisab yg awal bulan hijriyahnya
bukan ditentukan berdasarkan ketentuan dalil syar’i yaitu PENAMPAKAN HILAL.
Sebagai contoh adalah Metode hisab yg awal bulannya ditentukan berdasarkan ijtimak/konjungsi
yg notabene tidak sesuai dg tuntunan dalil syar’i sehingga “gak syar’i”.
Wass wr wb.
ivan, on 27 Agustus 2012 at 08:33 said:
Kalau cara berpikir pak Bambang dkk seperti itu, maka :
Metoda Aul Zaid bin Tsabit ra dalam Hukum Waris pun itu “gak syar’i” …
Mempersatukan Ummat Dengan Mengupayakan Titik T... http://tdjamaluddin.wordpress.com/2012/08/09/memper...
19 of 22 10/10/12 08:24
Sebab Metoda Aul :
- tidak pernah dicontohkan Nabi dan
- yang TerSUrat dalam Al Quran pun angka jatah waris nya itu tidak seperti angka hasil Metoda
Aul…
.
Adanya Kriteria Ijtima’ Qoblal Ghurub di kalangan Umat Islam zaman dahulu, itu adalah Bukti
bahwa :
Ketika yang dibicarakan adalah Metoda Penentuan Awal Bulan Hijriyah secara Hisab Astronomi,
maka Sudah tidak lagi dibicarakan masalah Visibilitas Hilal (Keterlihatan Hilal oleh Mata
Manusia)…
.
Kriteri Imkan Rukyat pun yang sekarang dicoba diusulkan oleh para Ahli Astronomi Islam seperti
pak Thomas dll, tidak lain tidak bukan hanyalah suatu solusi agar bisa bertemunya antara
Pemegang Hisab dengan Pemegang Rukyat…
bambang supriadi, on 28 Agustus 2012 at 06:16 said:
Ass wr wb.
Pak Ivan, pemahaman saya mengenai Metoda Aul adalah bahwa metode tsb tidak bertentangan dg
dalil syar’i, karena Metode Aul hanyalah sarana pelengkap agar “angka2″ pembagian waris dalam
Al Qur’an dapat diterapkan. Jadi Metode Aul tetap menggunakan angka2 pembagian waris dalam
Al Qur’an sebagai dasar.
Berikut ini komentar yg pernah disampaikan pak Ivan :
Ahli Waris yang ada… kebetulan hanyalah :
- 2 orang sdr pr ( jatah warisnya = 2/3)
- suami (jatah warisnya =1/2)
Dalam Al Quran jelas banget yang nama nya 2 sdr pr itu adalah 2/3… bukan angka lain…
si suami adalah 1/2… Bukan angka lain..
2/3 + 1/2 adalah 1 + 1/3…
Dari mana kita dapat yang 1/3 nya…
Pinjam ke tetangga ?….
Sedangkan yg saya pahami adalah bahwa angka2 pembagian waris dlm Al Qur’an tetap
digunakan, yaitu :
- 2/3 bagian untuk 2 org saudara perempuan.
- 1/2 bagian untuk suami.
Karena 2/3 + 1/2 = 4/6 + 3/6 = 7/6, dimana 7/6 bagian adalah 1 1/6 bagian yg berarti melebihi
jumlah warisan yg ada (1 bagian), maka digunakanlah Metode Aul untuk penerapannya sbb. :
Jumlah bagian warisan sebesar 7/6 (1 1/6 bagian) itu di Aul menjadi 7/7 (1 bagian) yaitu
menyesuaikan “penyebut”nya (angka 6) menjadi sama dengan “pembilang”nya (angka 7).
Kemudian angka bagian waris masing2 penerima waris juga disesuaikan “penyebut”nya menjadi
sbb :
- utk 2 saudara perempuan dari 2/3 bagian = 4/6 bagian disesuaikan menjadi 4/7 bagian.
- utk suami dari 1/2 bagian = 3/6 bagian disesuaikan menjadi 3/7 bagian.
Sehingga jumlahnya adalah 4/7 + 3/7 = 7/7 bagian adalag “pas” 1 bagian tidak lebih tidak kurang.
Kemudian mengenai Kriteria Ijtima’ Qoblal Ghurub yg pernah ada pd masa dulu, itu merupakan
solusi yg tidak sesuai dg dalil syar’i karena mengabaikan salah satu ketentuan dalil syar’i yaitu
Mempersatukan Ummat Dengan Mengupayakan Titik T... http://tdjamaluddin.wordpress.com/2012/08/09/memper...
20 of 22 10/10/12 08:24
hadist yg mengatakan ………….berpuasalah jika melihat hilal…………
Dan usul2 metode hisab dg kriteria yg lain, sepanjang masih berlandaskan pada dalil syar’i yg
UTUH (tdk ada yg diabaikan) maka itu dapat dipertimbangkan asal “keakuratannya” terjamin,
yaitu setiap awal bulannya harus tidak meleset dari hasil rukyat (penampakan hilal).
Jadi “bertemunya” hisab dg rukyat adalah pada saat awal bulan berdasarkan hisab “sesuai” dg
penampakan hilal hasil rikyat.
Wass wr wb.
sjaiful bahri, on 27 Agustus 2012 at 21:48 said:
Nabi Muhammad SAW adalah Nabi yang Ummi ( tidak bisa tulis baca ) namun Alloh telah membekali
Nabi SAW ilmu astronomi walau secara global dengan sabda beliau bahwa mengawali Puasa dengan
melihat hilal dan mengawali Hari Raya dengan melihat hilal dan menyempurnakan akhir bulan menjadi
30 hari apabila hilal terhalang, menurut saya bahwa sebenarnya Nabi SAW sudah mengisyaratkan kepada
umatnya untuk terus menerus mengamati/memantau ( observasi ) hilal dimana hasil
pengamatan/pantauan itu sebagai bahan evaluasi yang kemudian oleh ahli ilmu falak/astronomi hasil
pengamatan yang terus menerus tiu dirumuskan sebagai menjadi dasar perhitungan/hisab “ inilah
ringkasan dari berapa metode hisab : “http://rukyatulhilal.org/visibilitas/indonesia/1433/ramadhan
/index.html
1. Menurut Kriteria Rukyat Hilal ( Teori Visibilitas Hilal )
Teori Visibilitas Hilal terbaru telah dibangun oleh para astronom dalam proyek pengamatan hilal global
yang dikenal sebagai Islamic Crescent Observation Project (ICOP) berpusat di Yordania berdasar pada
sekitar 700 lebih data observasi hilal yang dianggap valid. Teori ini menyatakan bahwa hilal hanya
mungkin bisa dirukyat jika jarak sudut Bulan dan Matahari minimal 6,4° (sebelumnya 7°) yang dikenal
sebagai “Limit Danjon”. Kurva Visibilitas Hilal sebagai hasil perhitungan teori tersebut mengindikasikan
bahwa untuk wilayah sekitar Katulistiwa (Indonesia) hilal baru mungkin dapat dirukyat menggunakan
mata telanjang minimal pada ketinggian di atas 6°. Di bawah itu hingga ketinggian di atas 4° diperlukan
alat bantu penglihatan seperti teleskop dan sejenisnya.
Melihat lokasi Indonesia menurut peta visibilitas di atas sesuai dengan teori visibilitas hilal maka seluruh
wilayah Indonesia mustahil hilal dapat dirukyat pada hari rukyat atau hari pertama ijtimak sore setelah
Matahari terbenam. Hilal baru mungkin bisa dirukyat pada H+1 saat ketinggiannya mencapai 13°.
Sehingga menurut kriteria ini awal bulan akan jatuh pada:
Sabtu, 21 Juli 2012
Nahdlatul Ulama (NU) yang menggunakan rukyat sebagai dasar penentuan awal bulan masih mengakui
kesaksian rukyat asalkan ketinggiannya di atas batas imkanurrukyat 2° bahkan hanya dengan mata
telanjang. Sementara dalam penyusunan kalendernya NU menggunakan kriteria imkanurrukyat 2° tanpa
syarat elongasi dan umur Hilal.
2. Menurut Kriteria Hisab Imkanur Rukyat
Pemerintah RI melalui pertemuan Menteri-menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia dan Singapura
(MABIMS) menetapkan kriteria yang disebut Imkanurrukyat yang dipakai secara resmi untuk penentuan
awal bulan bulan pada Kalender Islam negara-negara tersebut yang menyatakan :
Hilal dianggap terlihat dan keesokannya ditetapkan sebagai awal bulan Hijriyah berikutnya apabila
memenuhi salah satu syarat-syarat berikut:
(1)• Ketika Matahari terbenam, ketinggian Bulan di atas horison tidak kurang dari 2° dan
(2). Jarak lengkung Bulan-Matahari (sudut elongasi) tidak kurang dari 3°. Atau
(3)• Ketika Bulan terbenam, umur Bulan tidak kurang dari 8 jam selepas konjungsi/ijtimak berlaku.
Kriteria inilah yang menjadi pedoman Pemerintah RI untuk menyusun kalender Taqwim Standard
Indonesia yang digunakan dalam penentuan hari libur nasional secara resmi. Dengan kriteria ini pula
32.
Mempersatukan Ummat Dengan Mengupayakan Titik T... http://tdjamaluddin.wordpress.com/2012/08/09/memper...
21 of 22 10/10/12 08:24
keputusan Sidang Isbat Penentuan Awal Bulan Ramadhan, Syawwal dan Zulhijjah “bisa ditebak
hasilnya”. Ormas Persatuan Islam (Persis) belakangan telah mengadopsi kriteria ini sebagai dasar
penetapan awal bulannya. Belakangan kriteria ini hanya dipakai oleh Indonesia dan Malaysia sementara
Singapura menggunakan Hisab Wujudul Hilal dan Brunei Darussalam menggunakan Rukyatul Hilal
berdasar Teori Visibilitas.
Menurut Peta Ketinggian Hilal tersebut, pada hari pertama ijtimak syarat Imkanurrukyat MABIMS belum
terpenuhi sehingga awal bulan jatuh pada :
Sabtu, 21 Juli 2012
Balas
ami, on 28 Agustus 2012 at 10:52 said:
paaaak…. sy lahir 21 mei 1985, hari selasa apa ya pak tepatnya?? mhon informasinya ya pak…
Balas
tdjamaluddin, on 28 Agustus 2012 at 11:06 said:
Program konversi kalender bisa dilihat di blog saya http://tdjamaluddin.wordpress.com/2010/12
/09/program-konversi-kalender-masehi-hijriyah/.
Hasil konversi program tersebut: 21 Mei 1985 = Selasa, 1 Ramadhan 1405.
Balas
33.
Blog pada WordPress.com. Tema: Digg 3 Column oleh WP Designer.
Ikuti
Follow “******************** Dokumentasi T. Djamaluddin ********************
========================================================
_____ Berbagi ilmu untuk pencerahan dan inspirasi _____”
Powered by WordPress.com
Mempersatukan Ummat Dengan Mengupayakan Titik T... http://tdjamaluddin.wordpress.com/2012/08/09/memper...
22 of 22 10/10/12 08:24